Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)
-
Upload
rudi-andrianto -
Category
Documents
-
view
386 -
download
0
Transcript of Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)
TUGAS ASKHIR SEJARAH SASTRA
DEKLAMASI PUISI DAN
PENILAIANNYA(Dosen pengampu : Dwi Rohmanto, Sp.d)
MAKALAH
Disusun Oleh
Kelas II E
Nina Manda Sari 101210188
Rina Sofiani 101210234
Ririn Tria Piani 101210240
Tri Wahyuni Dian PS 101210273
Wiwin Hermayanti 101210281
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI BANDAR LAMPUNG
2010-2011
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan puji syukur
kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Tugas Makalah ini untuk memenuhi dalam bidang
penelaian mata kuliah Teori Sastra yang berjudul “Deklamasi Puisi dan
Penilaiannya”.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik
itu dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya, maka penulis sangat
mengharapokan kritikan dan saran guna perbaikan untuk pembuatan
makalah untuk hari yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan
semoga tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca.
Atas semua ini penulis mengucapkan ribuan terima kasih yang tidak
terhingga, semoga segala bantuan dari semua pihak mudah – mudahan
mendapat amal baik yang diberikan oleh Allah SWT.
Bandar Lampung, Juni 2011
Penulis
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................ ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Ruang Lingkup................................................................................1
1.3 Tujuan pembahasan.......................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Makna Kata Deklamasi ................................................................2
2.2 Bahan Yang Dideklamasikan.......................................................3
2.3 Cara Berdeklamasi .....................................................................4
2.4 Menafsirkan Puisi.........................................................................4
2.5 Mempelajari Isi Untuk Mendeklamasi Puisi..................................5
2.6 Puisi Harus Dihafal.......................................................................7
2.7 Deklamasi Bukan Ucapan Semata...............................................8
2.8 Cara Menghakimi.........................................................................9
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.........................................................................................13
3.2 Rekomendasi..................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Deklamasi berasal dari bahasa Latin yang maksudnya declamare atau
declaim yang membawa makna membaca sesuatu hasil sastra yang
berbentuk puisi dengan lagu atau gerak tubuh sebagai alat bantu. Gerak
yang dimaksudkan ialah gerak alat bantu yang puitis, yang seirama dengan
isi bacaan.
Umumnya memang deklamasi berkait rapat dengan puisi, akan tetapi
membaca sebuah cerpen dengan lagu atau gerak tubuh juga bisa dikatakan
mendeklamasi. Mendeklamasikan puisi atau cerpen bermakna membaca,
tetapi membaca tidak sama dengan maksud mendeklamasi. Maksudnya di
sini bahawa apapun pengertian membaca tentunya jauh berbeda dengan
maksud deklamasi.
1.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup makalah ini meliputi :
1. Apakah makna kata deklamasi ?
2. Bagaimana cara mempelajari bahan dan cara berdeklamasi ?
3. Bagaimana cara menghakimi atau menilai deklamasi ?
1.3 Tujuan
Makalah ini memiliki tujuan untuk menguraikan deskripsi yang memadai
mengenai deklamsi puisi dan bidang pembahasannya dan manfaatnya dalam
membentuk manusia yang baik, berjiwa besar dan punya semangat yang
kuat untuk mempertahankan maruah bangsa sejagat. Sehingga setelah
mahasiswa mempelajari mata kuliah ini diharapkan mengetahui pengertian
deklamasi puisi dan semua yang tercakup di dalamnya.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
DEKLAMASI PUISI DAN PENILAIANNYA
(asas belajar deklamasi)
2.1 MAKNA KATA DEKLAMASI
Sudah jelas deklamasi itu berasal dari bahasa asing, jadi maknanya ia bukan
kata asli Malaysia atau Indonesia. Ia sudah lama digunakan hingga menjadi
bahasa Malaysia. Memang keadaan semacam ini sering berlaku di Malaysia,
misalnya kata neraka, izin, zaman, ajal, karam dan lain-lain berasal dari
bahasa Arab, sedang tauco, tauge berasal dari bahasa Tionghua. Manakala
dastar, kenduri, kelasi berasal dari bahasa Persi. Lampu, mesin, koki, repot
dari bahasa Belanda, manakala pensil, botol berasal dari bahasa Inggeris
dan demikianlah halnya deklamasi berasal dari bahasa Latin.
Di Indonesia perkataan deklamasi sudah ada lewat tahun 1950 dan di
Malaysia hanya terkenal sejak kebelakangan ini, tetapi sebelum itu disebut
baca puisi dan adapun orang mulai mendeklamasi puisi sudah sejak berpuluh
tahun yang lalu, baik di Malaysia ataupun di luar negeri. Deklamasi ertinya
membawa puisi-puisi, sedang orang yang melakukan deklamasi itu disebut
"Deklamator" untuk lelaki dan "Deklamatris" untuk perempuan.
Apa bezanya deklamasi dan nyanyi? Menyanyi ialah melagukan suatu
nyanyian dengan menggunakan not-not do-re-mi atau not balok, sedang
v
deklamasi ialah membawakan pantun-pantun, syair, puisi atau sajak dengan
menggunakan irama dan gaya yang baik. Disamping itu kita mengenal pula:
menari, melukis, memahat, sandiwara dan lain-lain. Semuanya itu
mempunyai cara-cara dan aturannya sendiri-sendiri.
2.2 BAHAN YANG DIDEKLAMASIKAN
Tentu saja tidak semua pantun, sajak atau puisi dapat dideklamasikan, malah
cerpen dan novel juga boleh dideklamasikan/soalnya kita harus memilih
mana sajak, puisi, pantun-pantun yang baik dan menarik untuk
dideklamasikan.Kala kita menyanyi biasanya memilih lagu-lagu yang dapat
kita nyanyikan, seperti "Bintang Kecil" atau lagu-lagu yang rentaknya
keroncong dan lain-lain, pokoknya semua lagu yang telah kita nyanyikan.
Bagaimana kita akan menyanyi, kalau kita tidak dapat menyanyikan sesuatu
lagu?
Demikian pula halnya dengan deklamasi. Hanya saja kalau menyanyi itu
harus mempelajari not-notnya dahulu, sedang pada deklamasi harus
dipelajari tanda-tanda atau aturan-aturannya dahulu. Seperti telah kita
terangkan di atas, yang dideklamasikan itu hanya yang berupa pantun, syair,
sajak atau puisi dalam bahasa Malaysia, tetapi sejak dulu orang pernah juga
mendeklamasikan puisi dalam bahasa daerah seperti bahasa Bajau,
Kadazan, Murut, Brunei, Iban atau Dusun dan di sini hanya diperkatakan dan
dipelajari deklamasi dalam bahasa Malaysia saja.
vi
2.3 CARA BERDEKLAMASI
Seperti telah dijelaskan bahawa berdeklamasi itu membawakan pantun, syair
dan sajak atau puisi. Kemudian apakah cukup hanya asal membawakan
sahaja? Tentu tidak! Berdeklamasi, selain kita mengucapkan sesuatu,
haruslah pula memenuhi syarat-syarat lainnya. Apakah syarat-syarat itu?
Sebelum kita berdeklamasi, kita harus memilih dulu pantun, syair, sajak apa,
yang rasanya baik untuk dideklamasikan. Terserah kepada keinginan
masing-masing.
Yang penting pilihlah sajak atau puisi, pantun atau syair yang memiliki isi
yang baik dan bentuk yang indah dideklamasikan. Mengenai hal isi tentunya
dapat minta nasihat, petunjuk dan bimbingan daripada mereka yang lebih
berpengalaman dan berpengetahuan atau ahli dalam bidang deklamasi.
Kalau kita sudah memilih sebuah puisi misalnya, tentu saja boleh lebih dari
sebuah. Hal ini sering terjadi dalam sayembara yang dikira harus terdiri puisi
wajib dan puisi pilihan. Nah, sesudah itu, lalu apa lagi yang harus kita
perbuat? Maka tidak boleh tidak harus mentafsirnya terlebih dahulu.
2.4 MENAFSIRKAN PUISI
Apakah puisi yang kita pilih itu berunsur kepahlawanan, keberanian,
kesedihan, kemarahan, kesenangan, pujian dan lain-lain? Kalau puisi yang
kita pilih itu mengandung kepahlawanan, keberanian dan kegagahan, maka
vii
kitapun harus mendeklamasikan puisi tersebut dengan perasaan dan laku
perbuatan, yang menunjukkan seorang pahlawan, seorang yang gagah
berani. Kita harus dapat melukiskan kepada orang lain, bagaimana
kehebatan dan kegagahan kapal udara itu. Bagaimana harus mngucapkan
kata-kata yang seram dan menakutkan.
Sebaliknya kalau saja puisi yang kita pilih itu mengadung kesedihan, sewaktu
kita berdeklamasi haruslah betul-betul dalam suasana yang sedih dan
memilukan, bahkan harus bisa membuat orang menangis bagi orang yang
mendengar dan melihat kita sedih, ketika dideklamasikan menjadi sebuah
puisi yang gembira, bersukaria atau sebaliknya. Tentu saja hal-hal seperti itu
harus dijaga benar-benar. Kerana itu, harus berhati-hati, teliti, tenang dan
sungguh-sungguh dalam menafsir sebuah puisi.
Bacalah seluruh puisi itu berulang-ulang sampai kita mengerti betul apa-apa
yang dikandung dan dimaksud oleh puisi tersebut. Juga kata-kata yang sukar
dan tanda-tanda baca yang kurang jelas harus difahami benar-benar, Jika
sudah dimengerti dan diselami isi puisi itu, barulah kita meningkat ke soal
yang lebih lanjut.
2.5 MEMPELAJARI ISI UNTUK MENDEKLAMASI PUISI
Cara mengucapkan puisi itu tak boleh seenaknya saja, tapi harus tunduk
kepada aturan-aturannya: di mana harus ditekankan atau dipercepatkan, di
viii
mana harus dikeraskan, harus berhenti, dimana harus dilambatkan atau
dilunakkan, di mana harus diucapkan biasa dan sebagainya. Jadi, bila kita
mendeklamasikan puisi itu harus supaya menarik, maka harus dipakai tanda-
tanda tersendiri:
------- Diucapkan biasa saja
/ Berhenti sebentar untuk bernafas/biasanya pada koma atau di tengah baris
// Berhenti agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih berhubungan
ertinya dengan baris berikutnya
/// Berhenti lama sekali biasanya pada titik baris terakhir atau pada penghabis
san puisi
^ Suara perlahan sekali seperti berbisik
^^ Suara perlahan sahaja
^^^ Suara keras sekali seperti berteriak
V Tekanan kata pendek sekali
VV Tekanan kata agak pendek
VVV Tekan kata agak panjang
VVVV Tekan kata agak panjang sekali
____/ Tekanan suara meninggi
____ Tekanan suara agak merendah
Cara meletakkan tanda-tanda tersebut pada setiap kata masing-masing
orang berbeda tergantung kepada kemahuannya sendiri-sendiri. Dari sinilah
kita dapat menilai: siapa orang yang mahir dan pandai berdeklamasi.
ix
Demikianlah, setelah tanda-tanda itu kita letakkan dengan baik dan dalam
meletakkannya jangan asal meletakkan saja, tapi harus memakai perasaan
dan pertimbangan, seperti halnya kalau kita membaca berita: ada koma, ada
titik, tanda-tandanya, titik koma dan lain-lain.
Kalau tanda-tanda itu sudah diletakkan dengan baik, barulah kita baca puisi
tersebut berulang-ulang sesuai dengan irama dan aturan tanda itu. Dengan
sendirinya kalau kita sudah lancar benar, tekanan-tekanan, irama-irama dan
gayanya takkan terlupa lagi selama kita berdeklamasi.
2.6 PUISI HARUS DIHAFAL
Mendeklamasi itu ialah membawakan puisi yang dihafal. Memang ada juga
orang berdeklamasi puisi di atas kertas saja. Cara seperti itu kurang enak
kecuali jika untuk siaran pembacaan puisi di radio atau rakaman. Tetapi
deklamasi itu selalu saja didengar dan ditonton orang. Mana mungkin para
penonton akan senang, melihat kita berdeklamasi kalau muka kita tertunduk
melulu terus menerus kala mendeklamasikan puisi itu. Tentu saja
membosankan bukan?
Makanya sebaik mungkin deklamator harus menghafal puisi yang mahu
dideklamasi itu. Caranya ulangilah puisi itu berkali-kali tanpa
mempergunakan teks, sebab jika tidak demikian di saat kita telah naik
pentas, kata-kata dalam puisi itu tak teringat atau terputus-putus.
x
Betapa lucunya seorang deklamator, ketika dengan gaya yang sudah cukup
menarik di atas panggung, di muka penonton yang ramai, tiba-tiba ia lupa
pada kalimat-kalimat dalam puisi. Ia seperti terhenti, terpukau, mau bersuara
tak tentu apa yang harus diucapkan. Mau mengingat-ingat secara khusuk
terlalu lama. Menyaksikan keadaan demikian itu sudah tentu para penonton
akan kecewa. Bagi sideklamator sendiri akan mendapat malu. Oleh kerana
itu dihafalkanlah puisi itu sebaik-baiknya sampai terasa lancar sekali. Setelah
dirasakan yakin, bahawa sebuah puisi telah sanggup dibaca di luar kepala,
barulah berlatih mempergunakan mimik atau "action"
Cara menghafal tentu saja dengan cara mengingatnya sebaris demi sebaris
dan kemudian serangkap demi serangkap disamping berusaha untuk
mengerti setiap kata/ayat yang dicatatkan kerana hal itu menjadi jelasnya
maksud dan tujuan isi puisi itu.
2.7 DEKLAMASI BUKAN UCAPAN SEMATA
Deklamasi bukan ucapan semata. Deklamasi harus disertai gerak-gerak
muka, kalau perlu dengan gerak seluruh anggota badan atau seluruh tubuh,
tetapi yang paling penting sekali ialah gerak-gerak muka. Dengan ucapan-
ucapan yang baik dan teratur, diserta dengan gerak geri muka nescaya akan
bertambah menarik, apa lagi kalau ditonton. Dari gerak geri muka itu
penonton dapat merasakan dan menyaksikan mengertikan puisi yang
xi
dideklamasikan itu. Apakah puisi itu mengandung kesedihan, kemarahan,
kegembiraan dan lain-lain.
Hanya saja dalam melakukan gerak geri itu jangan sampai berlebih-lebihan
seperti wayang orang yang bergerak ke sana ke mari, sehingga mengelikan
sekali. Berdeklamasi secara wajar, tertib dan mengesankan.
2.8 CARA MENGHAKIMI
Untuk mudahnya bagi seorang deklamator/deklamatris melengkapi dirinya
dalam mempersiapkan kesempurnaan berdeklamasi, maka seorang calon
harus mengetahui pula hal-hal yang menjadi penilaian hakim dalam suatu
sayembara deklamasi. Yang menjadi penilaian hakim terhadap pembawa
puisi atau deklamator meliputi bidang-bidang seperti berikut:
A. PENAMPILAN/PERFORMANCE
Sewaktu pembawa puisi itu muncul di atas pentas, haruslah diperhatikan
lebih dahulu hal pakaian yang dikenakannya. Kerapian memakai pakaian,
keserasian warna dan sebagainya akan menambahkan angka bagi si
pembawa puisi. Tentu saja penilaian pakaian ini bukan terletak pada segi
mewah tidaknya pakaian itu, tetapi dalam hal kepantasan serta
keserasiannya. Kerana itu, perhatikanlah pakaian lebih dahulu sebelum
tampil di atas pentas. Hindarikan diri dari kecerobohan serta ketidakrapian
berdandan.
B. INTONASI/TEKANAN KATA DEMI KATA
xii
Baris demi baris dalam puisi, sudah tentu tidak sama cara memberikan
tekanannya. Ini bergantung kepada kesanggupan dipembawa puisi
menafsirkan tiap-tiap kata dalam hubungannya dengan kata lainnya.
Sehingga ia menimbulkan suatu pengungkapan isi kalimat yang tepat.
Kesanggupan sipembawa puisi memberikan tekanan-tekanan yang sesuai
pada tiap kata yang menciptakan lagi kalimat pada baris-baris puisi, akan
memudahkan mencapai angka tertinggi dalam segi intonasi.
C. EKSPRESI/KESAN WAJAH
Kemampuan sipembawa puisi dalam menemukan erti dan tafsiran yang tepat
dari kata demi kata pada tiap baris kemudian pada kelompok bait demi bait
puisi akan terlihat pada kesan air muka atau wajahnya sendiri. Ada kalanya
seorang pembawa puisi tidak menghayati isi dan jiwa tiap baris puisi dalam
sebuah bait, sehingga antara kalimat yang diucapkan dan airmuka yang
diperlihatkan tampak saling bertentangan.
Jadi, penghayatan itu sangat penting dan ia harus dipancarkan pada sinar
wajah si pembawa puisi. Misalnya sebuah bait dalam puisi yang bernada
sedih haruslah digambarkan oleh sipembawa puisi itu melalui airmukanya
yang sedih dan bermuram durja.
D. APRESIASI/PENGERTIAN PUISI
Seorang pembawa puisi akan dinilai mempunyai pengertian terhadap
sesuatu puisi, manakala ia sanggup mengucapkan kata demi kata pada tiap
baris puisi disertai kesan yang terlihat pada airmukanya. Jika tidak berhasil,
xiii
dikatakannya sipembawa puisi itu belum mempunyai apresiasi atau
apresiasinya terhadap puisi itu agak kurang. Dalam istilah umumnya
apresiasi diterjemah lebih jauh lagi sebagai penghayatan.
Seorang pendeklamator yang baik/ia harus menghayati makna dan isi puisi
yang mahu dideklamasikan dan tanpa menghayatinya, maka sudah tentu
persembahannya bakal hambar, lesu dan tak bertenaga.
E. MIMIK/ACTION
Mimik atau action dalam sebuah deklamasi puisi sangat besar pengaruhnya
terhadap pembentukan suasana pembacaan puisi. Seorang pembawa puisi
yang berhasil ia akan mengemukan sesuatu action atau mimik itu sesuai
dengan perkembangan kata demi kata dalam tiap baris dan tidak
bertentangan dengan jiwa dan isi kata-kata kalimat dalam puisi.
Terjadinya kontradiksi antara apresiasi dan action menimbulkan kesan yang
mungkin bisa menjadi bahan tertawaan penonton, Hal ini harus dipelajari
sebaik-baiknya oleh sipembawa puisi. Tanpa hal itu, ia tak mungkin bisa
mndapatkan angka terbaik dalam pembawaan puisi.
Sebagi contoh: ketika dipembawa sajak menyebut "dilangit tinggi ada bulan"
tetapi mimik kedua belah tangan menjurus ke bumi, Hal ini akan
menimbulkan bahan tertawaan bagi penonton, mana mungkin ada bulan di
bumi, tentu hal itu tidak mungkin sama sekali. Betapapun bulan selalu ada di
langit. Inilah yang dimaksud betapa pentingnya pembawa sajak menguasai
xiv
apresiasi puisi, sehingga dapat menciptakan mimik yang sesuai dengan
keadaan isi dan jiwa puisi itu.
F. TATATERTIB
Untuk menambahkan lebih sempurna lagi bagi pengetahuan seorang
deklamator atau deklamatris, maka dibawa ini kita kemukakan beberapa
tatatertib berdekmalasi:
1. Berdirilah baik-baik di atas pentas yang telah tersedia
2. Pakaian harus menimbulkan kesan yang menarik dan menyenangkan
3. Menghadap kepada penonton, memandang ke sekeliling dengan airmuka
yang berseri-seri, lalu memberi salam kepada hadirin dengan hormat,
Dengan jalan menganggukkan kepala.
4. Bacalah jodol puisi dan sebut nama penulisnya dengan suara yang
jelas/tepat dengan nada suara yang wajar
5. Berhenti beberapa detik, menyiapkan nafas, lalu mulailah pembacaan
deklamasi itu sebaris demi sebaris, bait demi bait.
6. Selama pembacaan puisi, perhatian harus tercurah kepada puisi itu
sendiri dan jangan tergoda oleh hiruk pikuk suara atau bunyi lain terutama
sekali penonton.
7. Ketika pembacaan puisi itu selesai, berhentilah beberapa saat,
melepaskan nafas, lalu menghormati penonton dan kepada para hakim
8. Biasakanlah dengan sikap yang tenang dan wajar ketika meninggalkan
pentas dan tidak usah tergesa-gesa.
xv
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
- Deklamasi artinya membawa puisi-puisi, sedang orang yang melakukan
deklamasi itu disebut "Deklamator" untuk lelaki dan "Deklamatris" untuk
perempuan.
- Sebelum kita berdeklamasi, kita harus memilih dulu pantun, syair, sajak
apa, yang rasanya baik untuk dideklamasikan.
- Menafsirkan puisi dapat dilakukan dengan membaca seluruh puisi itu
berulang-ulang sampai kita mengerti betul apa-apa yang dikandung dan
dimaksud oleh puisi tersebut.
- Hal yang harus diperhatikan untuk mempelajari isi untuk mendeklamasi
puisi adalah dengan memperhatikan tanda-tanda yang telah ada dalam
istilah deklamasi puisi.
- Cara mengahapal puisi yang akan diseklamasikan yaitu ulangilah puisi itu
berkali-kali tanpa mempergunakan teks dan berusaha untuk mengerti
setiap kata/ayat yang dicatatkan kerana hal itu menjadi jelasnya maksud
dan tujuan isi puisi itu.
- Cara menghakimi deklamasi puisi, dapat dilihat dari bidang-bidang :
- Penampilan / performance
- Intonasi/tekanan kata demi kata
- Ekspresi/kesan wajah
- Apresiasi/pengertian puisi
- Mimik/action
Rekomendasi
Setelah membahas makalah ini diharapkan para mahasiswa yang
merupakan calon guru dapat memahami tentang deklamsi puisi sebagai
sistem karya sastra. Serta dapat membangun deklamasi puisi yang utuh
lewat proses yang kreatif.
xvi
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kapasitor.net/community/post/1897
http://cuzna-mgl.blogspot.com/2009/07/cara-membaca-puisi.html
http://fusliyanto.wordpress.com/kumpulan-materi-bahasa-indonesia-2/
xvii