Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)

24
TUGAS ASKHIR SEJARAH SASTRA DEKLAMASI PUISI DAN PENILAIANNYA (Dosen pengampu : Dwi Rohmanto, Sp.d) MAKALAH Disusun Oleh Kelas II E Nina Manda Sari 101210188 Rina Sofiani 101210234 Ririn Tria Piani 101210240 Tri Wahyuni Dian PS 101210273 Wiwin Hermayanti 101210281

Transcript of Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)

Page 1: Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)

TUGAS ASKHIR SEJARAH SASTRA

DEKLAMASI PUISI DAN

PENILAIANNYA(Dosen pengampu : Dwi Rohmanto, Sp.d)

MAKALAH

Disusun Oleh

Kelas II E

Nina Manda Sari 101210188

Rina Sofiani 101210234

Ririn Tria Piani 101210240

Tri Wahyuni Dian PS 101210273

Wiwin Hermayanti 101210281

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI BANDAR LAMPUNG

2010-2011

Page 2: Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan puji syukur

kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan Tugas Makalah ini untuk memenuhi dalam bidang

penelaian mata kuliah Teori Sastra yang berjudul “Deklamasi Puisi dan

Penilaiannya”.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik

itu dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya, maka penulis sangat

mengharapokan kritikan dan saran guna perbaikan untuk pembuatan

makalah untuk hari yang akan datang.

Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan

semoga tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca.

Atas semua ini penulis mengucapkan ribuan terima kasih yang tidak

terhingga, semoga segala bantuan dari semua pihak mudah – mudahan

mendapat amal baik yang diberikan oleh Allah SWT.

Bandar Lampung, Juni 2011

Penulis

Kelompok 7

ii

Page 3: Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ ii

DAFTAR ISI......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................1

1.2 Ruang Lingkup................................................................................1

1.3 Tujuan pembahasan.......................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Makna Kata Deklamasi ................................................................2

2.2 Bahan Yang Dideklamasikan.......................................................3

2.3 Cara Berdeklamasi .....................................................................4

2.4 Menafsirkan Puisi.........................................................................4

2.5 Mempelajari Isi Untuk Mendeklamasi Puisi..................................5

2.6 Puisi Harus Dihafal.......................................................................7

2.7 Deklamasi Bukan Ucapan Semata...............................................8

2.8 Cara Menghakimi.........................................................................9

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan.........................................................................................13

3.2 Rekomendasi..................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 4: Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Deklamasi berasal dari bahasa Latin yang maksudnya declamare atau

declaim yang membawa makna membaca sesuatu hasil sastra yang

berbentuk puisi dengan lagu atau gerak tubuh sebagai alat bantu. Gerak

yang dimaksudkan ialah gerak alat bantu yang puitis, yang seirama dengan

isi bacaan.

Umumnya memang deklamasi berkait rapat dengan puisi, akan tetapi

membaca sebuah cerpen dengan lagu atau gerak tubuh juga bisa dikatakan

mendeklamasi. Mendeklamasikan puisi atau cerpen bermakna membaca,

tetapi membaca tidak sama dengan maksud mendeklamasi. Maksudnya di

sini bahawa apapun pengertian membaca tentunya jauh berbeda dengan

maksud deklamasi.

1.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup makalah ini meliputi :

1. Apakah makna kata deklamasi ?

2. Bagaimana cara mempelajari bahan dan cara berdeklamasi ?

3. Bagaimana cara menghakimi atau menilai deklamasi ?

1.3 Tujuan

Makalah ini memiliki tujuan untuk menguraikan deskripsi yang memadai

mengenai deklamsi puisi dan bidang pembahasannya dan manfaatnya dalam

membentuk manusia yang baik, berjiwa besar dan punya semangat yang

kuat untuk mempertahankan maruah bangsa sejagat. Sehingga setelah

mahasiswa mempelajari mata kuliah ini diharapkan mengetahui pengertian

deklamasi puisi dan semua yang tercakup di dalamnya.

iv

Page 5: Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)

BAB II

PEMBAHASAN

DEKLAMASI PUISI DAN PENILAIANNYA

(asas belajar deklamasi)

2.1 MAKNA KATA DEKLAMASI

Sudah jelas deklamasi itu berasal dari bahasa asing, jadi maknanya ia bukan

kata asli Malaysia atau Indonesia. Ia sudah lama digunakan hingga menjadi

bahasa Malaysia. Memang keadaan semacam ini sering berlaku di Malaysia,

misalnya kata neraka, izin, zaman, ajal, karam dan lain-lain berasal dari

bahasa Arab, sedang tauco, tauge berasal dari bahasa Tionghua. Manakala

dastar, kenduri, kelasi berasal dari bahasa Persi. Lampu, mesin, koki, repot

dari bahasa Belanda, manakala pensil, botol berasal dari bahasa Inggeris

dan demikianlah halnya deklamasi berasal dari bahasa Latin.

Di Indonesia perkataan deklamasi sudah ada lewat tahun 1950 dan di

Malaysia hanya terkenal sejak kebelakangan ini, tetapi sebelum itu disebut

baca puisi dan adapun orang mulai mendeklamasi puisi sudah sejak berpuluh

tahun yang lalu, baik di Malaysia ataupun di luar negeri. Deklamasi ertinya

membawa puisi-puisi, sedang orang yang melakukan deklamasi itu disebut

"Deklamator" untuk lelaki dan "Deklamatris" untuk perempuan.

Apa bezanya deklamasi dan nyanyi? Menyanyi ialah melagukan suatu

nyanyian dengan menggunakan not-not do-re-mi atau not balok, sedang

v

Page 6: Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)

deklamasi ialah membawakan pantun-pantun, syair, puisi atau sajak dengan

menggunakan irama dan gaya yang baik. Disamping itu kita mengenal pula:

menari, melukis, memahat, sandiwara dan lain-lain. Semuanya itu

mempunyai cara-cara dan aturannya sendiri-sendiri.

2.2 BAHAN YANG DIDEKLAMASIKAN

Tentu saja tidak semua pantun, sajak atau puisi dapat dideklamasikan, malah

cerpen dan novel juga boleh dideklamasikan/soalnya kita harus memilih

mana sajak, puisi, pantun-pantun yang baik dan menarik untuk

dideklamasikan.Kala kita menyanyi biasanya memilih lagu-lagu yang dapat

kita nyanyikan, seperti "Bintang Kecil" atau lagu-lagu yang rentaknya

keroncong dan lain-lain, pokoknya semua lagu yang telah kita nyanyikan.

Bagaimana kita akan menyanyi, kalau kita tidak dapat menyanyikan sesuatu

lagu?

Demikian pula halnya dengan deklamasi. Hanya saja kalau menyanyi itu

harus mempelajari not-notnya dahulu, sedang pada deklamasi harus

dipelajari tanda-tanda atau aturan-aturannya dahulu. Seperti telah kita

terangkan di atas, yang dideklamasikan itu hanya yang berupa pantun, syair,

sajak atau puisi dalam bahasa Malaysia, tetapi sejak dulu orang pernah juga

mendeklamasikan puisi dalam bahasa daerah seperti bahasa Bajau,

Kadazan, Murut, Brunei, Iban atau Dusun dan di sini hanya diperkatakan dan

dipelajari deklamasi dalam bahasa Malaysia saja.

vi

Page 7: Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)

2.3 CARA BERDEKLAMASI

Seperti telah dijelaskan bahawa berdeklamasi itu membawakan pantun, syair

dan sajak atau puisi. Kemudian apakah cukup hanya asal membawakan

sahaja? Tentu tidak! Berdeklamasi, selain kita mengucapkan sesuatu,

haruslah pula memenuhi syarat-syarat lainnya. Apakah syarat-syarat itu?

Sebelum kita berdeklamasi, kita harus memilih dulu pantun, syair, sajak apa,

yang rasanya baik untuk dideklamasikan. Terserah kepada keinginan

masing-masing.

Yang penting pilihlah sajak atau puisi, pantun atau syair yang memiliki isi

yang baik dan bentuk yang indah dideklamasikan. Mengenai hal isi tentunya

dapat minta nasihat, petunjuk dan bimbingan daripada mereka yang lebih

berpengalaman dan berpengetahuan atau ahli dalam bidang deklamasi.

Kalau kita sudah memilih sebuah puisi misalnya, tentu saja boleh lebih dari

sebuah. Hal ini sering terjadi dalam sayembara yang dikira harus terdiri puisi

wajib dan puisi pilihan. Nah, sesudah itu, lalu apa lagi yang harus kita

perbuat? Maka tidak boleh tidak harus mentafsirnya terlebih dahulu.

2.4 MENAFSIRKAN PUISI

Apakah puisi yang kita pilih itu berunsur kepahlawanan, keberanian,

kesedihan, kemarahan, kesenangan, pujian dan lain-lain? Kalau puisi yang

kita pilih itu mengandung kepahlawanan, keberanian dan kegagahan, maka

vii

Page 8: Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)

kitapun harus mendeklamasikan puisi tersebut dengan perasaan dan laku

perbuatan, yang menunjukkan seorang pahlawan, seorang yang gagah

berani. Kita harus dapat melukiskan kepada orang lain, bagaimana

kehebatan dan kegagahan kapal udara itu. Bagaimana harus mngucapkan

kata-kata yang seram dan menakutkan.

Sebaliknya kalau saja puisi yang kita pilih itu mengadung kesedihan, sewaktu

kita berdeklamasi haruslah betul-betul dalam suasana yang sedih dan

memilukan, bahkan harus bisa membuat orang menangis bagi orang yang

mendengar dan melihat kita sedih, ketika dideklamasikan menjadi sebuah

puisi yang gembira, bersukaria atau sebaliknya. Tentu saja hal-hal seperti itu

harus dijaga benar-benar. Kerana itu, harus berhati-hati, teliti, tenang dan

sungguh-sungguh dalam menafsir sebuah puisi.

Bacalah seluruh puisi itu berulang-ulang sampai kita mengerti betul apa-apa

yang dikandung dan dimaksud oleh puisi tersebut. Juga kata-kata yang sukar

dan tanda-tanda baca yang kurang jelas harus difahami benar-benar, Jika

sudah dimengerti dan diselami isi puisi itu, barulah kita meningkat ke soal

yang lebih lanjut.

2.5 MEMPELAJARI ISI UNTUK MENDEKLAMASI PUISI

Cara mengucapkan puisi itu tak boleh seenaknya saja, tapi harus tunduk

kepada aturan-aturannya: di mana harus ditekankan atau dipercepatkan, di

viii

Page 9: Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)

mana harus dikeraskan, harus berhenti, dimana harus dilambatkan atau

dilunakkan, di mana harus diucapkan biasa dan sebagainya. Jadi, bila kita

mendeklamasikan puisi itu harus supaya menarik, maka harus dipakai tanda-

tanda tersendiri:

------- Diucapkan biasa saja

/ Berhenti sebentar untuk bernafas/biasanya pada koma atau di tengah baris

// Berhenti agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih berhubungan

ertinya dengan baris berikutnya

/// Berhenti lama sekali biasanya pada titik baris terakhir atau pada penghabis

san puisi

^ Suara perlahan sekali seperti berbisik

^^ Suara perlahan sahaja

^^^ Suara keras sekali seperti berteriak

V Tekanan kata pendek sekali

VV Tekanan kata agak pendek

VVV Tekan kata agak panjang

VVVV Tekan kata agak panjang sekali

____/ Tekanan suara meninggi

____ Tekanan suara agak merendah

Cara meletakkan tanda-tanda tersebut pada setiap kata masing-masing

orang berbeda tergantung kepada kemahuannya sendiri-sendiri. Dari sinilah

kita dapat menilai: siapa orang yang mahir dan pandai berdeklamasi.

ix

Page 10: Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)

Demikianlah, setelah tanda-tanda itu kita letakkan dengan baik dan dalam

meletakkannya jangan asal meletakkan saja, tapi harus memakai perasaan

dan pertimbangan, seperti halnya kalau kita membaca berita: ada koma, ada

titik, tanda-tandanya, titik koma dan lain-lain.

Kalau tanda-tanda itu sudah diletakkan dengan baik, barulah kita baca puisi

tersebut berulang-ulang sesuai dengan irama dan aturan tanda itu. Dengan

sendirinya kalau kita sudah lancar benar, tekanan-tekanan, irama-irama dan

gayanya takkan terlupa lagi selama kita berdeklamasi.

2.6 PUISI HARUS DIHAFAL

Mendeklamasi itu ialah membawakan puisi yang dihafal. Memang ada juga

orang berdeklamasi puisi di atas kertas saja. Cara seperti itu kurang enak

kecuali jika untuk siaran pembacaan puisi di radio atau rakaman. Tetapi

deklamasi itu selalu saja didengar dan ditonton orang. Mana mungkin para

penonton akan senang, melihat kita berdeklamasi kalau muka kita tertunduk

melulu terus menerus kala mendeklamasikan puisi itu. Tentu saja

membosankan bukan?

Makanya sebaik mungkin deklamator harus menghafal puisi yang mahu

dideklamasi itu. Caranya ulangilah puisi itu berkali-kali tanpa

mempergunakan teks, sebab jika tidak demikian di saat kita telah naik

pentas, kata-kata dalam puisi itu tak teringat atau terputus-putus.

x

Page 11: Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)

Betapa lucunya seorang deklamator, ketika dengan gaya yang sudah cukup

menarik di atas panggung, di muka penonton yang ramai, tiba-tiba ia lupa

pada kalimat-kalimat dalam puisi. Ia seperti terhenti, terpukau, mau bersuara

tak tentu apa yang harus diucapkan. Mau mengingat-ingat secara khusuk

terlalu lama. Menyaksikan keadaan demikian itu sudah tentu para penonton

akan kecewa. Bagi sideklamator sendiri akan mendapat malu. Oleh kerana

itu dihafalkanlah puisi itu sebaik-baiknya sampai terasa lancar sekali. Setelah

dirasakan yakin, bahawa sebuah puisi telah sanggup dibaca di luar kepala,

barulah berlatih mempergunakan mimik atau "action"

Cara menghafal tentu saja dengan cara mengingatnya sebaris demi sebaris

dan kemudian serangkap demi serangkap disamping berusaha untuk

mengerti setiap kata/ayat yang dicatatkan kerana hal itu menjadi jelasnya

maksud dan tujuan isi puisi itu.

2.7 DEKLAMASI BUKAN UCAPAN SEMATA

Deklamasi bukan ucapan semata. Deklamasi harus disertai gerak-gerak

muka, kalau perlu dengan gerak seluruh anggota badan atau seluruh tubuh,

tetapi yang paling penting sekali ialah gerak-gerak muka. Dengan ucapan-

ucapan yang baik dan teratur, diserta dengan gerak geri muka nescaya akan

bertambah menarik, apa lagi kalau ditonton. Dari gerak geri muka itu

penonton dapat merasakan dan menyaksikan mengertikan puisi yang

xi

Page 12: Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)

dideklamasikan itu. Apakah puisi itu mengandung kesedihan, kemarahan,

kegembiraan dan lain-lain.

Hanya saja dalam melakukan gerak geri itu jangan sampai berlebih-lebihan

seperti wayang orang yang bergerak ke sana ke mari, sehingga mengelikan

sekali. Berdeklamasi secara wajar, tertib dan mengesankan.

2.8 CARA MENGHAKIMI

Untuk mudahnya bagi seorang deklamator/deklamatris melengkapi dirinya

dalam mempersiapkan kesempurnaan berdeklamasi, maka seorang calon

harus mengetahui pula hal-hal yang menjadi penilaian hakim dalam suatu

sayembara deklamasi. Yang menjadi penilaian hakim terhadap pembawa

puisi atau deklamator meliputi bidang-bidang seperti berikut:

A. PENAMPILAN/PERFORMANCE

Sewaktu pembawa puisi itu muncul di atas pentas, haruslah diperhatikan

lebih dahulu hal pakaian yang dikenakannya. Kerapian memakai pakaian,

keserasian warna dan sebagainya akan menambahkan angka bagi si

pembawa puisi. Tentu saja penilaian pakaian ini bukan terletak pada segi

mewah tidaknya pakaian itu, tetapi dalam hal kepantasan serta

keserasiannya. Kerana itu, perhatikanlah pakaian lebih dahulu sebelum

tampil di atas pentas. Hindarikan diri dari kecerobohan serta ketidakrapian

berdandan.

B. INTONASI/TEKANAN KATA DEMI KATA

xii

Page 13: Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)

Baris demi baris dalam puisi, sudah tentu tidak sama cara memberikan

tekanannya. Ini bergantung kepada kesanggupan dipembawa puisi

menafsirkan tiap-tiap kata dalam hubungannya dengan kata lainnya.

Sehingga ia menimbulkan suatu pengungkapan isi kalimat yang tepat.

Kesanggupan sipembawa puisi memberikan tekanan-tekanan yang sesuai

pada tiap kata yang menciptakan lagi kalimat pada baris-baris puisi, akan

memudahkan mencapai angka tertinggi dalam segi intonasi.

C. EKSPRESI/KESAN WAJAH

Kemampuan sipembawa puisi dalam menemukan erti dan tafsiran yang tepat

dari kata demi kata pada tiap baris kemudian pada kelompok bait demi bait

puisi akan terlihat pada kesan air muka atau wajahnya sendiri. Ada kalanya

seorang pembawa puisi tidak menghayati isi dan jiwa tiap baris puisi dalam

sebuah bait, sehingga antara kalimat yang diucapkan dan airmuka yang

diperlihatkan tampak saling bertentangan.

Jadi, penghayatan itu sangat penting dan ia harus dipancarkan pada sinar

wajah si pembawa puisi. Misalnya sebuah bait dalam puisi yang bernada

sedih haruslah digambarkan oleh sipembawa puisi itu melalui airmukanya

yang sedih dan bermuram durja.

D. APRESIASI/PENGERTIAN PUISI

Seorang pembawa puisi akan dinilai mempunyai pengertian terhadap

sesuatu puisi, manakala ia sanggup mengucapkan kata demi kata pada tiap

baris puisi disertai kesan yang terlihat pada airmukanya. Jika tidak berhasil,

xiii

Page 14: Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)

dikatakannya sipembawa puisi itu belum mempunyai apresiasi atau

apresiasinya terhadap puisi itu agak kurang. Dalam istilah umumnya

apresiasi diterjemah lebih jauh lagi sebagai penghayatan.

Seorang pendeklamator yang baik/ia harus menghayati makna dan isi puisi

yang mahu dideklamasikan dan tanpa menghayatinya, maka sudah tentu

persembahannya bakal hambar, lesu dan tak bertenaga.

E. MIMIK/ACTION

Mimik atau action dalam sebuah deklamasi puisi sangat besar pengaruhnya

terhadap pembentukan suasana pembacaan puisi. Seorang pembawa puisi

yang berhasil ia akan mengemukan sesuatu action atau mimik itu sesuai

dengan perkembangan kata demi kata dalam tiap baris dan tidak

bertentangan dengan jiwa dan isi kata-kata kalimat dalam puisi.

Terjadinya kontradiksi antara apresiasi dan action menimbulkan kesan yang

mungkin bisa menjadi bahan tertawaan penonton, Hal ini harus dipelajari

sebaik-baiknya oleh sipembawa puisi. Tanpa hal itu, ia tak mungkin bisa

mndapatkan angka terbaik dalam pembawaan puisi.

Sebagi contoh: ketika dipembawa sajak menyebut "dilangit tinggi ada bulan"

tetapi mimik kedua belah tangan menjurus ke bumi, Hal ini akan

menimbulkan bahan tertawaan bagi penonton, mana mungkin ada bulan di

bumi, tentu hal itu tidak mungkin sama sekali. Betapapun bulan selalu ada di

langit. Inilah yang dimaksud betapa pentingnya pembawa sajak menguasai

xiv

Page 15: Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)

apresiasi puisi, sehingga dapat menciptakan mimik yang sesuai dengan

keadaan isi dan jiwa puisi itu.

F. TATATERTIB

Untuk menambahkan lebih sempurna lagi bagi pengetahuan seorang

deklamator atau deklamatris, maka dibawa ini kita kemukakan beberapa

tatatertib berdekmalasi:

1. Berdirilah baik-baik di atas pentas yang telah tersedia

2. Pakaian harus menimbulkan kesan yang menarik dan menyenangkan

3. Menghadap kepada penonton, memandang ke sekeliling dengan airmuka

yang berseri-seri, lalu memberi salam kepada hadirin dengan hormat,

Dengan jalan menganggukkan kepala.

4. Bacalah jodol puisi dan sebut nama penulisnya dengan suara yang

jelas/tepat dengan nada suara yang wajar

5. Berhenti beberapa detik, menyiapkan nafas, lalu mulailah pembacaan

deklamasi itu sebaris demi sebaris, bait demi bait.

6. Selama pembacaan puisi, perhatian harus tercurah kepada puisi itu

sendiri dan jangan tergoda oleh hiruk pikuk suara atau bunyi lain terutama

sekali penonton.

7. Ketika pembacaan puisi itu selesai, berhentilah beberapa saat,

melepaskan nafas, lalu menghormati penonton dan kepada para hakim

8. Biasakanlah dengan sikap yang tenang dan wajar ketika meninggalkan

pentas dan tidak usah tergesa-gesa.

xv

Page 16: Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

- Deklamasi artinya membawa puisi-puisi, sedang orang yang melakukan

deklamasi itu disebut "Deklamator" untuk lelaki dan "Deklamatris" untuk

perempuan.

- Sebelum kita berdeklamasi, kita harus memilih dulu pantun, syair, sajak

apa, yang rasanya baik untuk dideklamasikan.

- Menafsirkan puisi dapat dilakukan dengan membaca seluruh puisi itu

berulang-ulang sampai kita mengerti betul apa-apa yang dikandung dan

dimaksud oleh puisi tersebut.

- Hal yang harus diperhatikan untuk mempelajari isi untuk mendeklamasi

puisi adalah dengan memperhatikan tanda-tanda yang telah ada dalam

istilah deklamasi puisi.

- Cara mengahapal puisi yang akan diseklamasikan yaitu ulangilah puisi itu

berkali-kali tanpa mempergunakan teks dan berusaha untuk mengerti

setiap kata/ayat yang dicatatkan kerana hal itu menjadi jelasnya maksud

dan tujuan isi puisi itu.

- Cara menghakimi deklamasi puisi, dapat dilihat dari bidang-bidang :

- Penampilan / performance

- Intonasi/tekanan kata demi kata

- Ekspresi/kesan wajah

- Apresiasi/pengertian puisi

- Mimik/action

Rekomendasi

Setelah membahas makalah ini diharapkan para mahasiswa yang

merupakan calon guru dapat memahami tentang deklamsi puisi sebagai

sistem karya sastra. Serta dapat membangun deklamasi puisi yang utuh

lewat proses yang kreatif.

xvi

Page 17: Deklamasi Puisi (Kelompok 7 Iie)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kapasitor.net/community/post/1897

http://cuzna-mgl.blogspot.com/2009/07/cara-membaca-puisi.html

http://fusliyanto.wordpress.com/kumpulan-materi-bahasa-indonesia-2/

xvii