Definisi.docx

12
Definisi Alzheimer adalah penyakit degenerative otak yang progressif lambat dan di Indonesia agak jarang ditemukan. Penyakit ini sering dihubungkan dengan demensia. Awitannya samar-samar dengan gejala khas berupa gangguan fungsi mental seperti gangguan memori, bingung (confusion) dan berbagai macam gangguan fungsi kognitif. (Harsono, 2011). Etiologi Sampai saat ini etiologi penyakit Alzheimer belum diketahui. Dari beberapa penelitian di duga ada hubungan dengan faktor-faktor genetic, imunologik, infeksi virus lambat (slow viral infection), intoksikasi, familial dan kelainan kromosom. (Harsono, 2011). Meskipun penyebab Alzheimer belum diketehaui, beberapa faktor yang berperan antara lain adalah faktor genetic, pengendapan suatu bentuk amiloid yang berasal dari penguraian protein precursor amiloid, hiperfosforilasi protein tau (protein intrasel yang terlibat dalam pembentukan mikrotubulus akson), ekspresi alel spesifik apoprotein E (apoE) yang diperkirakan berperan dalam penyaluran atau pengolahan molekul apolipoprotein. (Robbins & cotrans, 2007). Dari penelitian terakhir tentang faktor kelainan kromosom, pada penyakit Alzheimer yang herediter, ditemukan adanya defek genetic. Lokasi defek tersebut pada kromosom 21; bukti ini diduga

Transcript of Definisi.docx

Page 1: Definisi.docx

Definisi

Alzheimer adalah penyakit degenerative otak yang progressif lambat dan di Indonesia agak

jarang ditemukan. Penyakit ini sering dihubungkan dengan demensia. Awitannya samar-samar

dengan gejala khas berupa gangguan fungsi mental seperti gangguan memori, bingung

(confusion) dan berbagai macam gangguan fungsi kognitif. (Harsono, 2011).

Etiologi

Sampai saat ini etiologi penyakit Alzheimer belum diketahui. Dari beberapa penelitian di duga

ada hubungan dengan faktor-faktor genetic, imunologik, infeksi virus lambat (slow viral

infection), intoksikasi, familial dan kelainan kromosom. (Harsono, 2011).

Meskipun penyebab Alzheimer belum diketehaui, beberapa faktor yang berperan antara lain

adalah faktor genetic, pengendapan suatu bentuk amiloid yang berasal dari penguraian protein

precursor amiloid, hiperfosforilasi protein tau (protein intrasel yang terlibat dalam pembentukan

mikrotubulus akson), ekspresi alel spesifik apoprotein E (apoE) yang diperkirakan berperan

dalam penyaluran atau pengolahan molekul apolipoprotein. (Robbins & cotrans, 2007).

Dari penelitian terakhir tentang faktor kelainan kromosom, pada penyakit Alzheimer yang

herediter, ditemukan adanya defek genetic. Lokasi defek tersebut pada kromosom 21; bukti ini

diduga menerangkan perubahan-perubahan seperti penyakit Alzheimer pada pasien dengan

trisomi 21 (sindrom down). (Harsono, 2011).

Epidemiologi

Lebih dari 35 juta penduduk dunia memiliki penyakit Alzheimer, kemunduran masalah memory

dan faktor kognitif yang lain mengarah kepada kematian dalam 3-9 tahun setelah diagnosis.

Faktor risiko mendasar dari penyakit Alzheimer adalah usia. Insidensi penyakit ini meningkat 2

kali lipat setiap 5 tahun setelah usia 65 tahun dengan jumlah kasus yang terdiagnosis sekitar

1275 kasus baru per tahun per 100.000 penduduk yang berusia lebih dari 65 tahun. (Quenfurth &

laferla, 2010)

Penyakit ini bisa terjadi pada usia 40 tahun, tetapi paling sering diatas usia 60 tahun, dan

merupakan penyebab demensia yang utama. Frekuensi penyakit pada laki-laki dan wanita sama.

Page 2: Definisi.docx

Di amerika serikat 50-60% pasie demensia kelompok usia di atas 60 tahun disebabkan penyakit

Alzheimer. Insidensi demensia 187 kasus per 100.000 penduduk, 123 per 100000 penduduk

menderita penyakit Alzheimer. Insidensi penyakit meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Pada usia lanjut, penyakit Alzheimer sulit dibedakan dengan gejala-gejala neurologic akibat

proses penuaan. Gejala demensia yang disebabkannya mirip dengan yang disebabkan penyakit

saraf lain pada psikiatri. Kesalahan diagnose mencapai 10-30%. (Harsono, 2011).

Penyakit Alzheimer adalah penyebab demensia yang terbanyak dan sedikitnya menyerang lebih

dari 5 juta penduduk di amerika serikat dan di perkirakan akan meningkat jumlahnya menjadi 13

juta penduduk pada tahun 2050. (Bateman et al., 2012)

Gambaran Patologi

Jaringan otak menunjukkan atrofi difus, dengan sulkus-sulkus yang lebar dan girus-girus yang

dangkal, serta ventrikel lateral dan ketiga melebar. Atrofi umumnya mengenai lobus frontalis,

temporalis dan kadang-kadang lobus parietalis. (Harsono, 2011).

Gambaran mikroskopis memperlihatkan hilangnya neuron-neuron. Dapat mencapai 40 %,

terutama pada daerah korteks. Neuron-neuron di ganglia basalis meynert (substansia innominata)

dan lokus seruleus jumlahnya berkurang, penemuan ini diperkirakan berperan dalam

pathogenesis penyakit Alzheimer. Neuron –neuron yang tersisa menunjukkan hilangnya

dendrite-dendrit. (Harsono, 2011).

Ada 3 tanda khas perubahan mikroskopis pada penyakit Alzheimer (Harsono, 2011).:

1. Bercak penuaan (senile atau neuritic plaque), berupa deposit material amorf (zat amiloid),

yang tersebar pada korteks serebri.

2. Neurofibrillary tangles berupa massa berbentuk simpul, kumparan atau kusut didalam

sitoplasma sel neuron. Ditemukan terutama dalam gyrus hippocampus, lainnya dalam

amigdala dan lobus temporalis di dekatnya, girus singuli lokus serulens serta sedikit

dalam substansia nigra. Neurofibrillary tangles ini ternyata juga ditemukan pada penyakit

lain, seperti kompleks Parkinson-demensia.

3. Degenerasi granulo-vakuola, terutama ditemukan pada sel-sel pyramidal dalam

hipokampus, juga korteks serebri.

Page 3: Definisi.docx

Terdapat banyak lesi molekuler yang yang terdeteksi pada penyakit Alzheimer, akan tetapi data

yang muncul mengatakan bahwa terdapat akumulasi dari protein pada otak yang menyebabkan

terjadi proses oksidasi dan inflamassi, yang mengarah kepada kegagalan fungsi dari sinaps.

(Quenfurth & laferla, 2010)

Pathogenesis

Pathogenesis penyakit Alzheimer belum banyak diketahui. Penelitian terakhir dipusatkan pada

terjadinya penurunan enzim asetilkholintransferase yang membentuk asetilkolin pada neuron-

neuron kolinergik dalam hipokampus dan neokorteks. Menurunnya sintesis kolinergik ini

dikaitkan dengan berkurangnya sel-sel neuron dalam nucleus basalis meynert, yang merupakan

terminal awal proyeksi system kolinergik neokortikal. Berkurangnya aktifitas kolin

asetiltransferase sejajar dengan beratnya demensia dan banyaknya bercak senilis yang terbentuk.

(Harsono, 2011).

Selain terdapat penurunan jumlah neuron-neuron kolinergik, ditemukan juga berkurangnya

neuron=neuron monoaminergik (menurunnya noradrenalin dan serotonin), menurunnya

neurotransmitter asam amino (terutama asam glutamate) dan neurotransmitter neuropeptida

(substansi P dan somatostatin) (Harsono, 2011).

Penyakit Alzheimer dapat merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kegagalan sinaps. Pada

pasien dengan gangguan kognitif ringan didapatkan pembesaran dari sinaps hipokampal. Pada

Alzheimer ringan didapatkan pengurangan sekitar 25 % vesikel protein presinaps synaptopisin.

Dengan berkembangnya penyakit akan terjadi pengurangan jumlah dan kehilangan neuron dan

hal ini sangat berkorelasi dengan kejadian demensia (Quenfurth & laferla, 2010).

Neurotrophin meningkatkan proses proliferasi, diferensiasi, dan ketahanan dari neuron dan glia,

dan mendukung proses belajar, mengingat dan perilaku. Pada penderita Alzheimer stadium lanjut

didapatkan penurunan reseptor neurotrophin pada saraf kolinergik yang terdapat pada basal otak

depan (Quenfurth & laferla, 2010).

Defisiensi kolinergik pada penyakit Alzheimer berhubungan dengan protein aß yang berikatan

dengan α-7 reseptor asetilkolin nikotinik yang akan mengganggu proses pelepasan dari

Page 4: Definisi.docx

asetilkolin dan mengganggu potensiasi dari neurotransmitter tersebut. Level dari reseptor

asetilkolin muskarinik menurun pada pasien Alzheimer (Quenfurth & laferla, 2010).

Mekanisme terjadinya disfungsi sinaps dapat dijelaskan dari gambar dibawah ini (Quenfurth &

laferla, 2010):

Page 5: Definisi.docx

Adapun proses patologi yang terjadi pada stadium awal penyakit Alzheimer dapat dijelaskan

melalui gambar di bawah ini (mayeux, 2011)

Manifestasi Klinik

Perubahan mental yang merupakan gejala penyakit Alzheimer biasanya bersifat samar-samar,

sehingga awitan penyakit sulit ditentukan baik oleh pasien maupun keluarga (Harsono, 2011)..

Gejala utama berupa gangguan memori atau pelupa yang bertahap bertambah berat, terutama

memori jangka pendek. Sedangkan memori jangka panjang, biasanya tidak berubah. Setelah

Page 6: Definisi.docx

gangguan memori menjadi jelas, diikuti gangguan fungsi sereberal lainnya. Bicara menjadi

terputus-putus karena gangguan pada recall kata-kata yang diingini. Juga menulis sering terhenti.

Pada awal penyakit pengucapan kalimat secara komprehensif masih normal. Tetapi pada stadium

lanjut terdapat kegagalan pengucapan kalimat, bahkan sampai tingkat afasia. Kadang-kadang

sering ada pengulangan kata-kata (Harsono, 2011)..

Kemampuan aritmatik terganggu (akalkulia), disorientasi audiospasial (sulit memarkir

kendaraan, kesalahan memasukkan lengan waktu memasang pakaian, dll), aspraksia ideasional

dan ideomotor) (Harsono, 2011)..

Hubungan psikososial dengan sekitarnya pada awal penyakit masih normal, tetapi pada

stadium lanjut menjadi berubah. Pasien menjadi gaduh gelisah, agitasi, atau sebaliknya

hipokinesia dan tenang, dapat juga paranoia, kadang-kadang disertai halusinasi. Pada stadium

akhir, reflex memegang dan mencucu menjadi positif. Inkontinensia urine dan pasien

menunjukkan akinesia dan mutisme, gangguan lokomotif, berjalan dengan langkah-langkah kecil

dengan kelemahan motorik dan rigiditas yang ringan. Pada stadium selanjutnya, elemen-elemen

Parkinson muncul, seperti aikinesia, rigiditas, dan tremor. Akhirnya pasien menjadi tidak mampu

lagi berdiri dan berjalan, posisi pasien dalam paraplegia in flexion.

Perjalanan penyakit ini berlangsung 5 tahun atau lebih, selama itu fungsi traktus

kortikospinalis, traktus spinotalamikus, ketajaman penglihatan, dan lapang pandang relative

terpelihara. Reflex tendon tidak banyak berubah, dan reflex babinski negative (Harsono, 2011)..

Apabila disertai hemiplegic, hemianopsia, dan lain-lain, dipikirkan bukan penyakit

Alzheimer atau disertai tumor atau hematoma subdural (Harsono, 2011)..

Terdapat tiga fase dari progresifitas penyakit Alzheimer yaitu antara lain sebagai berikut

(Frantz, 2011):

1. Alzheimer preklinikal terdapat perubahan pada biomarker (seperti gambaran otak dan

cairan serebrospinal) yang mengindikasikan kepada tanda awal dari penyakit ini sebelum

gejala mulai muncul. Tidak terdapat criteria diagnosis untuk fase ini.

2. Gangguan kognitif ringan perubahan ringan dari memory dan kemampuan berpikir,

akan tetapi tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

Page 7: Definisi.docx

3. Dementia terdapat gejal gngguan terhadap memory, dan kemampuan berpikir, perilaku

yang berpengaruh terhadap kemampuan atau produktivitas seseorang dalam kehidupan

sehari-hari.

Diagnosis

Alat bantu yang dapat digunakan untuk diagnosis penyakit Alzheimer antara lain sebagai

berikut (harsono, 2011):

1. CT-scan didaapatkan gambaran atrofi otak berupa sulkus-sulkus yang melebar dan girus-

girus yang dangkal. Ventikel lateral dan ketiga melebar.

2. Elektro-ensefalogram. Didapatkan gelombang lambat, biasanya pada stadium lanjut.

3. Pungsi lumbal biasanya normal, kadang didapatkan peningkatan protein ringan.

Dengan data klinik, pemeriksaan CT scan (dan MRI), umur pasien dan perjalanan

penyakit, sensitivitas diagnostic mencapai 85-90%.

Tatalaksana

Pengobatan penyakit alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan

patofisiologis masih belun jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya memberikan

rasa puas pada penderita dankeluarga. Pemberian obat stimulan, vitamin B, C, dan E belum

mempunyai efek yang menguntungkan (harsono, 2011)

Tujuan utama pengobatan adalah perawatan pasien dengan memperhatikan aspek aspek

psikososial pasien. Pada beberapa kasus dapat dilakukan pelatihan daya ingat (memory

retraining) dan stimulasi kegemaran. Bila terdapat perubahan perilaku antisocial atau stvdium

terminal, memerlukan perawatan di rumah sakit. (harsono, 2011).

Terapi farmakologis antara lain (machfoed et all., 2011):

1. Kholinesterase inhibitor untuk memblok pemecahan asetilkholin. Termasuk golongan

obat ini antara lain Donepezil HCl merupakan reversible inhibitor esetilkolin esterase

inhibitor dengan pengaruh minimal pada kholinesterase perifer. Rivastigmine tartrat

merupakan selektif inhibitor asetilkholinesterase dan butirilkholinesterase.

Page 8: Definisi.docx

2. NMDa reseptor antagonis. NMDa reseptor adalah reseptor glutamate. Mimantin termasuk

golongan obat ini

3. Antioksidan. Αtochoferol (vitamin E) dosis 2000 iu/hari dapat diberikan.

Terapi farmakologi Alzheimer terdapat dalam tabel di bawah ini (Mayeux, 2010):

Prognosis

Penyakit ini bersifat progresif kronis dengan rentang waktu 3-20 tahun dengan rata-rata 7-10

tahun. Pada evaluasi dengan pemeriksaan MMSE (mini mental state exam) menunjukkan

penurunan skor MMSE 2-3 poin tiap tahun. Timbulnya regiditas, halusinasi, waham

menunjukkan adanya penurunanb fungsi fisik dan kognitif dengan cepat. Terjadinya kerentanan

terhadap terjadinya trauma dan infeksi. penyebab kematian penderita sering karena pneumonia,

malnutrisi, dehidrasi, sepsis karena luka dicubitus atau infeksi saluran kencing. (Machmoed et al,

2011)