Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

21
BAGIAN 2 VARIABEL dan INDIKATOR PROGRAM GIZI dan KIA (DRAFT DARI 4 BAGIAN)

Transcript of Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

Page 1: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

BAGIAN 2

VARIABEL dan INDIKATOR PROGRAM GIZI dan KIA (DRAFT DARI 4 BAGIAN)

Page 2: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

I. VARIABEL DATA PUSKESMAS

Puskesmas merupakan variabel determinan yang ketersediaannya diperlukan

dalam menunjang analisis indikator Gizi dan KIA. Variabel puskesmas yang

diperlukan antara lain: jumlah Puskesmas, letak Puskesmas, jenis pelayanan yang

dilakukan, ketenagaan dan data pelatihan yang terkait dengan program gizi dan KIA.

1. Identitas Puskesmas

Variabel identitas Puskesmas antara lain:

a. Nama Puskesmas adalah nama resmi Puskesmas sesuai yang tercantum

dalam SK Bupati/Walikota.

b. Kode Puskesmas terdiri dari 10 digit angka yang diawali dengan huruf P.

Kodefikasi Puskesmas dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi (Pusdatin)

Kementerian Kesehatan, selanjutnya kode tersebut disampaikan kepada

Kabupaten/Kota terkait. Bila ada Puskesmas yang belum terdaftar atau

Puskesmas baru maka Kabupaten/Kota mengirimkan surat resmi yang

ditujukan kepada Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), Kementerian

Kesehatan dengan melampirkan SK Bupati/Walikota untuk permohonan

registrasi dan penomoran kode puskesmas.

c. Tipe Puskesmas terdiri dari Puskesmas dan Puskesmas rawat inap.

Puskesmas Rawat Inap adalah Puskesmas yang mempunyai tambahan

ruangan dan fasilitas untuk melaksanakan pertolongan persalinan dan

perawatan sementara (merujuk pada Pedoman Revitalisasi Kebijakan Dasar

Pusat Kesehatan Masyarakat).

2. Letak Puskesmas

Letak Puskesmas menggambarkan tempat dan posisi geografis Puskesmas

untuk menilai keterjangkauan/aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk

menunjang hal tersebut, variabel yang dibutuhkan antara lain:

a. Alamat Puskesmas merupakan nama jalan, nama desa dan nama

kecamatan dimana Puskesmas tersebut berada.

b. Lokasi Kabupaten/Kota dimana Puskesmas tersebut berada.

c. Latitude dan Longitude adalah data koordinat puskesmas dengan

menggunakan satuan derajat. Data koordinat akan di-overlay-kan di peta

Kabupaten/Kota dan koordinat Puskesmas akan ditandai dengan

gambar/icon sesuai dengan tipe Pukesmas (Puskesmas dan Puskesmas

Rawat Inap).

3. Jenis Pelayanan Puskesmas

Jenis pelayanan Puskesmas yang terkait dengan program Gizi dan KIA antara

lain:

a. Puskesmas dengan pelayanan persalinan normal merupakan Puskesmas

yang mempunyai ruangan khusus untuk persalinan dan ruangan pemantauan

Page 3: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

pasca bersalin (nifas) serta alat (partus set) untuk pelayanan persalinan

normal sesuai standar. Ruangan persalinan, ruangan nifas dan partus set

mengacu pada buku Pedoman Pelayanan Puskesmas.

b. Puskesmas mampu PONED adalah Puskesmas yang mampu memberikan

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar. Sesuai Kepmenkes

no.828/menkes/sk/IX/2008, yang disebut Pelayanan Obtetrik dan Neonatal

Emergency Dasar meliputi kemampuan untuk menangani dan merujuk:

Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, Eklampsi);

Tindakan pertolongan distosia bahu dan Ekstraksi vakum pada pertolongan

persalinan;

Perdarahan post partum;

Infeksi Nifas;

BBLR dan Hipotermi, Hipoglikemi, Ikterus, Hiperbilirubinemia, masalah

pemberian minum pada bayi;

Asfiksia pada bayi;

Gangguan Nafas pada Bayi,

Kejang pada bayi baru lahir;

Infeksi Neonatal;

Persiapan umum sebelum tindakan kedaruratan Obstetri-neonatal antara lain

kewaspadaan universal standar.

(merujuk dari buku: Petunjuk teknis standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di

Kabupaten/Kota). Persyaratan yang harus dipenuhi untuk setiap Puskesmas PONED

yaitu tersedianya peralalatan PONED (PONED kit) dan tim PONED yang telah

dilatih.

c. Puskesmas yang melakukan pelayanan KB standar termasuk pemasangan

implant dan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Untuk menunjang

pelayanan tersebut, Puskesmas harus mempunyai peralatan IUD kit dan

implant kit serta tenaga kesehatan terlatih untuk memberikan pelayanan

tersebut.

d. Puskesmas dengan Pelayanan Kesehatan yang Peduli Remaja (PKPR)

adalah Puskesmas yang telah melakukan pembinaan pada sekolah (sekolah

umum, sekolah berbasis agama), melatih kader Kesehatan Remaja (konselor

sebaya), melaksanakan kegiatan KIE di sekolah binaan dan mampu

memberikan pelayanan konseling pada semua remaja yang memerlukan

konseling yang kontak dengan petugas PKPR.

e. Kesehatan olahraga adalah Puskesmas yang membina kelompok/klub olah

raga di wilayah kerjanya yang dibuktikan dengan adanya Laporan Bulanan

Kesehatan Olahraga tiap bulan (LBKO-1 Puskesmas). Kelompok olahraga

yang dimaksud adalah kelompok olah raga di sekolah, klub jantung sehat,

klub senam asma, kelompok senam usila, kelompok senam ibu hamil,

sanggar senam, kelompok kebugaran jemaah haji, klub fitness, kelompok

olahraga/latihan fisik lain.

f. Kesehatan Kerja adalah Puskesmas yang telah melaksanakan upaya

kesehatan kerja yang dibuktikan dengan adanya Laporan Bulanan Kesehatan

Pekerja tiap bulan (LBKP-1 Puskesmas).

Page 4: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

4. Sarana Pelayanan Puskesmas

a. Peralatan PONED/PONED kit, jenis dan spesifikasinya mengacu pada buku

pedoman puskesmas.

b. Jumlah keseluruhan peralatan pertolongan persalinan normal/Bidan kit yang

ada di Puskesmas termasuk bidan kit di Poskesdes/Polindes dan Bidan Desa

yang pengadaannya bersumber dari anggaran pemerintah (bukan milik

pribadi). Jenis dan peralatannya mengacu pada buku pedoman puskesmas.

5. Wilayah Kerja Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Wilayah kerja Puskesmas menggambarkan jumlah desa yang ada di wilayah

kerja Puskesmas. Fasilitas Pelayanan Kesehatan menggambarkan ketersediaan

sarana atau fasilitas pelayanan kesehatan termasuk Upaya Kesehatan Berbasis

Masyarakat/UKBM di tingkat desa. Variabel tersebut meliputi:

a. Jumlah Desa yang menjadi wilayah kerja puskesmas.

b. Jumlah Desa Siaga yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut. Syarat

yang harus dipenuhi untuk menjadi desa siaga adalah:

Ada Dukungan Dana

Terdapat Fasilitas yang dapat memberikan Pelayanan Kesehatan Dasar

sesuai dengan kompetensi tenaga kesehatan di tingkat Desa.

Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) aktif minimal 1

Ada peraturan Desa

Adanya Kader sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat

Ada forum masyarakat yang aktif

Rumah Tangga telah melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS).

Ada organisasi masyarakat yang aktif

c. Jumlah Puskesmas Pembantu yang ada di wilayah kerja puskesmas.

d. Jumlah Posyandu yang ada di wilayah kerja puskesmas.

e. Jumlah Poskesdes yang ada di wilayah kerja puskesmas.

6. Ketenagaan Puskesmas

Ketenagaan Puskesmas menggambarkan ketersediaan tenaga kesehatan

terkait pelayanan Gizi dan KIA (dokter, bidan dan tenaga pelaksana gizi) di

tingkat Puskesmas dan Desa.

a. Jumlah Dokter yang bekerja di Puskesmas tersebut

b. Jumlah Bidan yang bekerja di Puskesmas tersebut, termasuk jumlah bidan

desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas.

c. Jumlah Bidan desa yang bekerja di wilayah kerja Puskesmas sesuai dengan

SK Bupati/Walikota atau Kepala Dinas Kesehatan.

d. Jumlah Bidan Desa yang tinggal di desa wilayah kerjanya.

e. Jumlah Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) yang bekerja di Puskesmas tersebut.

f. Jenis dan tingkat Pendidikan Tenaga Pelaksana Gizi, yaitu :

Page 5: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

D1 Gizi: tingkat pendidikan diploma 1 gizi

D3 Gizi: tingkat pendidikan diploma 3 gizi

D4 Gizi: tingkat pendidikan diploma 4 gizi

S1 Gizi: tingkat pendidikan Sarjana Gizi

Non Gizi: Tingkat pendidikan Non gizi

7. Pelatihan Tenaga Kesehatan

Pelatihan yang pernah diikuti oleh tenaga Puskesmas menggambarkan jumlah

tenaga kesehatan di Puskesmas yang telah mengikuti pelatihan terkait dengan

program KIA (Asuhan Persalinan Normal/APN dan Manajemen Terpadu Balita

Sakit/MTBS).

a. Jumlah bidan yang telah mendapatkan pelatihan Asuhan Persalinan Normal

(APN).

b. Jumlah tenaga kesehatan (dokter, bidan dan perawat) yang telah

mendapatkan pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit/MTBS.

c. Tim PONED terdiri dari 1 dokter dan 1 bidan dan 1 perawat yang telah terlatih

PONED.

Page 6: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

II. VARIABEL DATA RUMAH SAKIT

Rumah Sakit juga merupakan variabel determinan yang ketersediaannya

diperlukan dalam menunjang analisis indikator Gizi dan KIA. Variabel Rumah sakit

yang diperlukan antara lain: jumlah Rumah Sakit, letak Rumah Sakit, jenis

pelayanan yang dilakukan dan ketenagaan yang terkait dengan program Gizi dan

KIA.

1. Identitas Rumah Sakit

Variabel identitas Rumah Sakit antara lain:

a. Nama Rumah Sakit yang telah teregistrasi merupakan nama resmi Rumah

Sakit sesuai dengan yang tercantum dalam daftar registrasi Rumah Sakit.

b. Kode Rumah Sakit didapat pada saat registrasi Rumah Sakit. Pengkodean

Rumah Sakit dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan,

Kementerian Kesehatan RI.

2. Letak Rumah Sakit

Letak Rumah Sakit menggambarkan tempat dan posisi geografis Rumah Sakit

untuk menilai keterjangkauan/aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan

rujukan. Untuk menunjang hal tersebut, variabel yang dibutuhkan antara lain:

a. Alamat merupakan nama jalan, nama Desa dan nama Kecamatan dimana

Rumah Sakit tersebut berada.

b. Lokasi Kabupaten/Kota Rumah Sakit tersebut berada.

c. Nomor Telepon Rumah Sakit.

d. Latitude dan Longitude adalah data koordinat Rumah Sakit dengan

menggunakan satuan derajat. Data koordinat akan di-overlay-kan di peta

Kabupaten/Kota dan koordinat Rumah Sakit akan ditandai dengan

gambar/icon.

3. Status kepemilikan, jenis dan kelas Rumah Sakit

Status kepemilikan, jenis dan kelas Rumah Sakit sesuai dengan Buku Registrasi

Rumah Sakit digolongkan sebagai berikut:

a. Kepemilikan Rumah Sakit :

Pemerintah Pusat adalah Rumah sakit milik Pemerintah pusat

Pemerintah Propinsi adalah Rumah Sakit milik Pemerintah Propinsi

Pemerintah Kota adalah Rumah Sakit milik Pemerintah Kota

Pemerintah Kabupaten adalah Rumah Sakit milik Pemerintah

kabupaten

TNI/POLRI adalah Rumah Sakit milik TNI/POLRI

Swasta adalah rumah sakit milik swasta

b. Jenis Rumah Sakit (yang memberikan pelayanan KIA):

Page 7: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

RS Umum (Rumah Sakit umum)

RS Bersalin (Rumah Sakit Bersalin)

RS Ibu dan Anak (Rumah Sakit Ibu dan Anak)

RS Khusus Anak (Rumah Sakit Khusus Anak)

Jenis RS lainnya (yang memberikan pelayanan KIA)

c. Kelas Rumah Sakit sesuai Permenkes No.340/Menkes/III/2010 Bab III Pasal

4 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, adalah sebagai berikut :

A (Rumah Sakit kelas A)

B (Rumah Sakit kelas B)

C (Rumah Sakit kelas C)

D (Rumah sakit kelas D)

1 adalah Rumah Sakit kelas A yang dimiliki oleh TNI/POLRI

2 adalah Rumah Sakit kelas B yang dimiliki oleh TNI/POLRI

3 adalah Rumah Sakit kelas C yang dimiliki oleh TNI/POLRI

4 adalah Rumah Sakit kelas Dyang dimiliki oleh TNI/POLRI

d. Jenis Pelayanan Rumah Sakit

Jenis pelayanan terkait program Gizi dan KIA yang diselenggarakan oleh Rumah

Sakit antara lain:

a. Rumah Sakit PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency

Komprehensif) adalah Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan

kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan terintegrasi

24jam. Syarat dan ketentuan RS PONEK dapat dilihat pada buku Pedoman

Rumah Sakit PONEK 24 jam, yang dikeluarkan oleh Ditjen Yanmed Depkes

tahun 2007.

b. UTD/Pelayanan Darah adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan donor darah, penyediaan darah dan pendistribusian

darah (PP No.7 Tahun 2011 tentang pelayanan darah).

c. Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan tradisional,

alternatif dan komplementer seperti: akupuntur, hiperbarik dan

akupressure.

e. Ketenagaan dokter ahli/spesialis

Ketenagaan dokter ahli/spesialis menggambarkan ketersediaan dokter ahli/

spesialis terkait pelayanan Gizi dan KIA (Spesialis Anak, Spesialis Kebidanan

dan Spesialis Anestesi) di Rumah Sakit untuk menyediakan pelayanan yang

berkualitas.

a. Jumlah dokter kebidanan yang bekerja tetap (full time) di Rumah Sakit

tersebut.

b. Jumlah dokter anak yang bekerja tetap (full time) di Rumah Sakit tersebut.

c. Jumlah dokter anestesi yang bekerja tetap (full time) di Rumah Sakit

tersebut.

Page 8: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

III. VARIABEL DATA SASARAN

Data sasaran program gizi dan KIA terdiri dari: jumlah penduduk, CBR, ibu

hamil, ibu bersalin/nifas, bayi, komplikasi kebidanan, komplikasi neonatus, Anak

Balita, PUS (Pasangan Usia Subur) dan Jumlah SD/MI di Kabupaten/Kota. Data

sasaran merupakan data yang sifatnya tahunan.

1. Penduduk

Jumlah penduduk diperoleh dari data resmi Kabupaten/Kota hasil pendataan

setiap tahun atau hasil perhitungan proyeksi pertumbuhan penduduk pertahun.

2. CBR (Crude Birth Rate)

Adalah angka kelahiran kasar per 1.000 penduduk. Angka CBR dapat diperoleh

di kantor BPS Kabupaten/Kota, bila di Kabupaten/Kota tersebut tidak terdapat

angka CBR maka dapat menggunakan angka CBR Propinsi untuk tahun yang

sama.

3. Ibu Hamil

Jumlah sasaran ibu hamil diperoleh dari data resmi Kabupaten/Kota hasil

perhitungan menggunakan rumus: 1,1 x CBR per 1000 penduduk x Jumlah

Penduduk atau hasil pendataan yang dilakukan setiap tahun.

4. Ibu Bersalin/Nifas

Jumlah sasaran ibu bersalin/Nifas dapat diperoleh dari data resmi

Kabupaten/Kota hasil perhitungan menggunakan rumus: 1,05 x CBR per 1000

penduduk x Jumlah Penduduk atau hasil pendataan yang dilakukan setiap

tahun.

5. Bayi

Jumlah sasaran bayi dapat diperoleh melalui perhitungan menggunakan rumus:

CBR per 1000 penduduk x Jumlah Penduduk atau menggunakan data resmi

yang diperoleh melalui pendataan yang dilakukan Kabupaten/Kota setiap tahun.

6. Komplikasi Kebidanan

Ibu hamil, bersalin dan nifas yang mengalami komplikasi kebidanan termasuk

komplikasi akibat penyakit yang diderita selama kehamilan sampai dengan masa

nifas, jumlahnya adalah 20% dari jumlah sasaran ibu hamil.

7. Neonatus Komplikasi

Jumlah neonatus/bayi baru lahir usia 0 – 28 hari yang mengalami komplikasi

adalah 15% dari jumlah sasaran bayi.

Page 9: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

8. Anak Balita

Jumlah sasaran anak Balita/anak usia 12 bulan s/d 59 bulan diperoleh dari data

resmi Kabupaten/Kota hasil pendataan setiap tahun atau hasil perhitungan

proyeksi jumlah anak Balita setiap tahun yang dibuat oleh kantor BPS setempat.

Sasaran Anak Balita jumlahnya kurang lebih sama dengan jumlah Balita

dikurangi dengan jumlah Bayi.

9. PUS (Pasangan Usia Subur)

Adalah pasangan suami isteri yang isterinya berusia 15 – 49 tahun. Jumlah

sasaran PUS dapat diperoleh melalui perhitungan menggunakan rumus: 17% x

Jumlah Penduduk atau menggunakan data resmi Kabupaten/Kota hasil

pendataan setiap tahun.

10. Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)

Jumlah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) yang ada di

Kabupaten/Kota.

11. Fasilitas Kesehatan Pelayanan KB (Faskes Pelayanan KB)

Jumlah Fasilitas Kesehatan yang memberikan pelayanan KB standar di

Kabupaten/ Kota.

Terdapat 3 kategori Faskes Pelayanan KB standar, yaitu:

a. Kategori Faskes Pelayanan KB sederhana, yang mampu memberikan

pelayanan KB kondom, pil dan suntik serta mempunyai Buku Panduan

Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Termasuk kategori ini adalah

Poskesdes/Polindes dan Puskesmas Pembantu (Pustu).

b. Kategori Faskes Pelayanan KB lengkap, yang mampu memberikan

pelayanan KB kondom, pil, suntik, AKDR, implan dan juga vasektomi

(khusus bagi dokter yang telah dilatih). Termasuk kategori ini adalah

Puskesmas, Puskesmas Rawat Inap dan Puskesmas mampu PONED.

c. Kategori Faskes Pelayanan KB sempurna, yang mampu memberikan

pelayanan KB kondom, pil, suntik, AKDR, implant, vasektomi dan tubektomi.

Termasuk kategori ini adalah Rumah Sakit Kabupaten Kota dan Rumah

Sakit Propinsi.

12. Anak 6 – 24 bulan

(dalam penilaian apakah variabel ini dibutuhkan atau tidak)

Page 10: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

IV. INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN IBU

Indikator program kesehatan ibu yang diperlukan dalam pelaporan kesehatan

ibu diantaranya adalah: kunjungan antenatal pertama (K1), kunjungan antenatal 4

kali (K4), persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (PN), kunjungan nifas

(KF), penanganan komplikasi obstetrik (PK), kematian ibu dan cakupan peserta KB

aktif. Data indikator program kesehatan ibu dipantau perkembangan pencapaiannya

setiap bulan.

1. K1 (Kunjungan Antenatal Pertama)

Adalah jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal sesuai

standar oleh tenaga kesehatan.

Pelayanan Antenatal sesuai standar yang diberikan, sekurang-kurangnya

meliputi:

Timbang berat badan dan ukur tinggi badan;

Ukur tekanan darah;

Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas);

Ukur tinggi fundus uteri;

Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);

Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) bila diperlukan;

Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan;

Test laboratorium sederhana (Hb, Protein urin) dan atau berdasarkan

indikasi (HbsAg, Sifilis, HIV, Malaria, TBC);

Tatalaksana kasus;

Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Rumus perhitungan cakupan K1 adalah :

Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga

kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun

2. K4 (Kunjungan Antenatal 4 kali)

Adalah jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar

paling sedikit empat kali, dengan distribusi waktu satu kali pada trimester kesatu,

satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga.

Rumus perhitungan cakupan K4 adalah :

X 100

Page 11: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai

standar oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun

3. PN (Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki

kompetensi kebidanan)

Adalah jumlah ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.

Rumus perhitungan cakupan Pn adalah :

Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten disuatu wilayah

kerja pada kurun waktu tertentu

Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun

4. KF (Pelayanan Nifas)

Adalah jumlah ibu nifas (ibu masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin)

yang mendapatkan pelayanan kesehatan ibu nifas sesuai standar paling sedikit 3

kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 4 – 28 hari dan 29 – 42 hari setelah

bersalin.

Pelayanan kesehatan ibu nifas sesuai standar yang diberikan, sekurang –

kurangnya meliputi:

a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.

b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).

c. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.

d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.

e. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali, pertama segera

setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul

Vitamin A pertama.

f. Pelayanan KB pasca salin

Rumus perhitungan cakupan Pn adalah :

Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar oleh

tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Jumlah sasaran ibu nifas disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun

5. PK (Komplikasi Kebidanan yang ditangani)

Adalah jumlah kasus komplikasi/kegawatdaruratan obstetri (kebidanan) yang

mendapatkan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih

pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas

PONED, Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK).

X 100

X 100

X 100

Page 12: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

Yang dimaksud penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan

terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan.

Rumus perhitungan cakupan PK adalah :

Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan definitif di suatu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

6. Kematian Ibu

Adalah kematian wanita yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan dan masa

nifas yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinannya, bukan oleh

kecelakaan. Penyebab kematian ibu dibedakan langsung dan tidak langsung.

Penyebab langsung antara lain: eklampsi, pendarahan, partus macet, infeksi,

abortus dan lain-lain. Penyebab tidak langsung antara lain: penyakit infeksi

seperti malaria, thypoid serta penyakit kronis seperti penyakit jantung, penyakit

gula dan penyakit lainnya.

7. Lahir Hidup

Adalah jumlah kelahiran hidup yang terjadi disuatu wilayah pada kurun waktu

tertentu.

8. Peserta KB Aktif/CPR(Contraceptive Prevalence Rate)

Adalah jumlah peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan

alat atau obat kontrasepsi (alokon).

Rumus perhitungan cakupan peserta KB aktif adalah :

Jumlah peserta KB aktifdi suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Jumlah seluruh PUS di suatu wilayah kerja

9. Persalinan Jampersal

Adalah jumlah persalinan yang pembiayaannya menggunakan dana Jaminan

Persalinan (JAMPERSAL).

X 100

X 100

Page 13: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

V. INDIKATOR KESEHATAN ANAK

Indikator program kesehatan anak yang diperlukan dalam pelaporan

kesehatan anak, diantaranya adalah data kunjungan neonatal pertama (KN1),

kunjungan neonatal lengkap (KN Lengkap), penanganan neonatus komplikasi,

cakupan pelayanan kesehatan bayi, cakupan pelayanan kesehatan anak balita,

SD/MI yang melaksanakan penjaringan kesehatan siswa SD kelas 1, kematian

neonatus, kematian bayi dan kematian balita. Data indikator program kesehatan

anak dipantau perkembangan pencapaiannya setiap bulan.

1. KN1 (Kunjungan Neonatal Pertama)

Adalah jumlah bayi baru lahir/neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai

standar pada 6 – 48 jam setelah lahir.

Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar sesuai standar dilakukan secara

komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir

serta pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda

(MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi:

Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir:

Perawatan Tali pusat

Melaksanakan ASI Eksklusif

Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1

Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik

Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0

Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM:

Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus,

diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI.

Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu

perawatan bayi baru lahir

Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif,

pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah

dengan menggunakan Buku KIA.

Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

Rumus perhitungan cakupan KN1 adalah :

Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam

setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

X 100

Page 14: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

2. KN Lengkap (Kunjungan Neonatal Lengkap)

Adalah jumlah bayi baru lahir/neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai

standar paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1

kali pada hari ke 3 – hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 – hari ke 28.

Rumus perhitungan cakupan KN Lengkap adalah :

Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan kunjungan neonatal

sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

3. Penanganan Neonatus Komplikasi

Adalah penanganan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat

menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian oleh dokter/bidan/perawat

terlatih di Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah Bersalin dan

Rumah Sakit Pemerintah/Swasta.

Rumus perhitungan cakupan Penanganan Neonatus Komplikasi adalah :

Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapat penanganan definitif di suatu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

15 % x jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

4. Pelayanan Kesehatan Bayi

Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali

yaitu 1 kali pada umur 29 hari – 2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5 bulan, satu kali

pada umur 6 – 8 bulan dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan sesuai standar.

Pelayanan kesehatan bayi yang paripurna meliputi :

Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1, Polio 2, Polio 3, Polio 4,

DPT/HB 1, DPT/HB 2, DPT/HB 3, Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.

Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).

Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11 bulan).

Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda – tanda

sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA.

Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

Rumus perhitungan cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi adalah :

Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai standar

di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

X 100

X 100

X 100

Page 15: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

5. Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Adalah jumlah anak balita (12 – 59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai

standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemantauan

perkembangan minimal 2 kali setahun, pemberian vitamin A 2 kali setahun.

Pelayanan kesehatan anak balita yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai

standar meliputi :

a. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat

dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat

badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat

badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di

bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.

b. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2

kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan

motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2

kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung

(sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung.

c. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.

d. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita

e. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan

pendekatan MTBS.

Rumus perhitungan cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita adalah :

Jumlah anak Balita yg memperoleh pelayanan sesuai standar disuatu wilayah kerja

pada kurun waktu tertentu

Jumlah seluruh sasaran anak Balita di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

6. Penjaringan kesehatan SD/MI

Adalah jumlah SD/MI dan setingkat yang melakukan pemeriksaan kesehatan

pada peserta didik kelas satu.

7. Kematian Neonatus

Adalah jumlah kematian pada usia 0 – 28 hari.

8. Kematian Bayi

Adalah jumlah kematian pada usia sebelum mencapai tepat satu tahun.

9. Kematian Balita

Adalah jumlah kematian pada usia sebelum mencapai tepat lima tahun.

X 100

Page 16: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

VI. INDIKATOR GIZI

Indikator program Gizi yang diperlukan dalam pelaporan Gizi diantaranya

adalah data balita ditimbang (D/S), balita gizi buruk, cakupan ASI Eksklusif, anak 6 –

24 bulan gizi kurang, balita gizi kurang, gizi buruk ditangani, vitamin A 6 – 59 bulan,

anak 6 – 24 bulan gizi kurang dapat MP – ASI dan konsumsi garam beryodium.

1. Jumlah Fe

Adalah jumlah ibu hamil yang mendapatkan minimal 90 tablet Fe (Fe3) selama

periode kehamilannya.

2. Balita Ditimbang

Adalah jumlah anak usia 0 – 59 bulan yang ditimbang di seluruh posyandu yang

melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3. Balita

Adalah jumlah seluruh Balita/dibawah 5 tahun (usia 0 – 59 bulan) di suatu

wilayah, diperoleh dari hasil pendataan setiap bulan.

4. Balita Gizi Buruk

Adalah jumlah anak usia 0 – 59 bulan dengan status gizi berdasarkan indeks

Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi

Badan (BB/TB) dengan nilai Z score < - 3 SD dan/atau terdapat tanda klinis gizi

buruk lainnya. Tanda klinis gizi buruk yaitu kwarshiorkor, marasmus dan

kwarshiorkor-marasmus.

5. Balita Gizi Buruk Ditangani

Adalah jumlah Balita gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas

kesehatan dan masyarakat.

6. Cakupan ASI Ekslusif

Adalah jumlah bayi 0 – 5 bulan yang diberi ASI saja tanpa makanan/cairan lain

berdasarkan recall 24 jam.

7. Bayi 0 – 5 bulan

Adalah jumlah bayi usia 0 – 5 bulan 29 hari, diperoleh dari hasil pendataan

setiap bulan.

8. Vit A Bayi

Adalah jumlah bayi usia 6 – 11 bulan yang mendapat 1 (satu) kapsul vitamin A

yang mengandung vitamin A dosis tinggi, yaitu 100.000 satuan Internasional (SI)

untuk bayi.

Page 17: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

9. Bayi 6 – 11 bulan

Jumlah bayi usia 6 – 11 bulan 29 hari, diperoleh dari hasil pendataan setiap

bulan

10. Vit A Anak Balita

Adalah jumlah anak usia 12 – 59 bulan yang mendapat 1 (satu) kapsul vitamin A

yang mengandung vitamin A dosis tinggi, yaitu 200.000 satuan Internasional (SI)

untuk anak balita.

11. Anak 12 – 59 bulan

Jumlah sasaran anak usia 12 - 59 bulan 29 hari, diperoleh dari hasil pendataan

setiap tahun bulan.

12. Anak 6 – 24 bulan Gizi Kurang

(dalam penilaian apakah variabel ini dibutuhkan atau tidak)

13. Anak 6 – 24 bulan Gizi Kurang dapat MP ASI

(dalam penilaian apakah variabel ini dibutuhkan atau tidak)

14. Konsumsi Garam Beryodium

(dalam pembahasan)

15. Rumah Tangga Disurvei

(dalam pembahasan)

Page 18: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

VII. INDIKATOR KESEHATAN KERJA

Indikator program kesehatan kerja yang diperlukan dalam pelaporan

kesehatan kerja diantaranya adalah: pekerja sakit yang dilayani, kasus penyakit

umum pada pekerja, kasus diduga penyakit akibat kerja pada pekerja, kasus

kecelakaan akibat kerja pada pekerja.

1. Pekerja Sakit Yang Dilayani

Adalah jumlah pekerja sakit yang datang berkunjung berobat ke puskesmas

dalam periode 1 bulan berjalan per pekerja.

2. Kasus Penyakit Umum Pada Pekerja

Adalah jumlah kasus penyakit biasa, seperti flu, batuk, diare dan lain-lain (yang

tidak berhubungan dengan pekerjaan) pada pekerja.

3. Kasus Diduga Penyakit Akibat Kerja Pada Pekerja

Adalah jumlah kasus penyakit yang diduga akibat kerja pada pekerja yaitu

penyakit yang mempunyai penyebab spesifik atau asosiasi kuat dengan

pekerjaan yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah

diakui.

4. Kasus Penyakit Akibat Kerja Pada Pekerja

Adalah jumlah kasus penyakit akibat kerja pada pekerja yang dibuktikan dengan

diagnosis klinis penyakit akibat kerja.

5. Kasus Kecelakaan Akibat Kerja Pada Pekerja

Adalah jumlah semua kecelakaan yang terjadi pada pekerja yang berhubungan

dengan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat

kerja dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang

biasa atau wajar dilalui.

Page 19: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

VIII. INDIKATOR PEMANTAUAN KEGIATAN BOK

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan dana dari pemerintah

melalui Kementerian Kesehatan dalam membantu pemerintahan Kabupaten/Kota

melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM)

bidang kesehatan menuju Millenium Development Goals (MDG’s) dengan

meningkatkan kinerja puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan posyandu

dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Variabel

yang dipantau terkait keberhasilan pelaksanaan BOK antara lain:

1. Dana BOK

Menggambarkan alokasi dan realisasi anggaran BOK per Kabupaten/Kota yang.

a. Dana Alokasi BOK adalah besaran anggaran BOK di Kabupaten/Kota

b. Realisasi anggaran BOK adalah pemanfaatan anggran BOK oleh

Kabupaten/Kota dan Puskesmas

2. Lokakarya Mini

Adalah proses penyusunan rencana kegiatan yang telah direncanakan selama

satu tahun menjadi kegiatan bulanan yang disepakati (POA bulanan) untuk

dilaksanakan, termasuk kegiatan-kegiatan yang akan dibiayai dari BOK. Setiap

Puskesmas diharapkan melaksanakan kegiatan lokakarya mini setiap bulan.

Page 20: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

IX. INDIKATOR PEMANTAUAN KEGIATAN DEKON

Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan

oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat yang mencakup semua penerimaan

dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana

yang dialokasikan untuk instansi vertikal Pusat di daerah. Indikator yang dipantau

terkait kegiatan dekon adalah:

1. Lokasi Kegiatan

Menggambarkan unit kerja yang bertanggungjawab terhadap pelaksaaan

kegiatan program Gizi dan KIA.

a. Sekretariat

b. Direktorat Bina Gizi

c. Direktorat Bina Kesehatan Ibu

d. Direktorat Bina Kesehatan Anak

e. Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olah Raga

f. Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan

Komplementer

g. Propinsi

2. Kegiatan

Kegiatan menggambarkan detail kegiatan yang dianggarkan dari dana dekon.

3. Jenis Kegiatan

Jenis kegiatan menggambarkan pengelompokan detail kegiatan berdasarkan

komponen penganggaran. Yang termasuk jenis kegiatan antara lain: monitoring,

pelatihan ataupun lainnya.

4. Unit Kegiatan

Menggambarkan kegiatan sesuai dengan output kegiatan yang tercakup dalam

program Gizi dan KIA. Output kegiatan tersebut juga menggambarkan unit kerja

yang ada di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA.

a. Pembinaan Gizi Masyarakat

b. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu

c. Pembinaan Kesehatan Anak

d. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer

e. Pembinaan Kesehatan kerja dan Olahraga

f. Dukungan Manajemen dan pelaksanaan tugas lainnya.

5. Biaya

Jumlah anggaran yang dialokasikan per kegiatan.

Page 21: Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi

6. Pelaksanaan

Rencana tanggal dan bulan pelaksanaan kegiatan.

7. Realisasi Pemanfaatan/Penyerapan

Menggambarkan realisasi pemanfaatan/penyerapan dana dekon dari yang telah

di alokasikan sesuai dengan output kegiatan.