Definisi Trading Forex
-
Upload
satriya-permana-a -
Category
Documents
-
view
8 -
download
2
description
Transcript of Definisi Trading Forex
DEFINISI TRADING FOREX
Pasar Modal atau Forex adalah pasar uang terbesar di dunia, pelakunya meliputi bank sentral
pemerintah , bank investasi, maupun dari individu/ perorangan dimana mata uang tersebut
diperjual belikan. Tetapi akhir2 ini lebih banyak pelakunya adalah dari perorangan di karenakan
pasar forex tersebut lebih gampang dimana perdangangannya melakukan penawaran-penawaran
24 jam setiap harinya kecuali hari sabtu dan minggu. Kenapa pasar modal ini terbilang terbesar
didunia..? Karena dari setiap harinya diperkirakan 1,9$ trilyun perputaran mata uang yang di
perdagangkan.
Pasar modal/ forex adalah tempat dimana uang dari suatu Negara yang diperdagangkan dengan
Negara lain. Yang paling populer saat ini ini adalah pasangan antara mata uang euro “Euro
Dollar” dengan dollar Amerika("EUR/USD"). Yang inilah mendorong para pemodal/ kelompok
modal mengundang dan menawarkan perdagangan mata uang melalui teknologi intenet yang
dapat dipercaya melalui perantara2 broker.
Forex Trading berbeda sekali dengan tukar menukar bursa saham (stock bursa), tapi forex
trading ini menggunakan strategi dan keahlian khusus atau di sebut jg dengan istilah “Forex
Trading Strategy”. Yang mana kita harus mempunyai pengetahuan yang luas mengenai hal ini.
Baik itu secara fundamental maupun Analisis Teknikal.
Fundamental yang saya maksud adalah perkembangan mata uang suatu Negara dilihat dari
berbagai macam faktor sedangkan technikalnya adalah pergerakan mata uang yang sedang
berlangsung diperdagangkan.
Bisnis jenis ini dapat di lakukan dirumah atau dikantor, yang menariknya di sini adalah kita tidak
perlu bersusah payah untuk promosi. Jadi intinya forex trading adalah pertukaran mata uang
suatu Negara dimana kita membeli mata uang tersebut semurah-murahnya lalu menjualnya dan
demikian pula sebaliknya.
Apakah Hukum Forex Trading Valas Halal Menurut Hukum Islam (sumber 1)
Sebagian umat Islam ada yang meragukan kehalalan praktik perdagangan berjangka. Bagaimana
menurut padangan para pakar Islam? Apa pendapat para ulama mengenai trading forex, trading
saham, trading index, saham, dan komoditi? Apakah Hukum Forex Trading Valas Halal Menurut
Hukum Islam?
Jangan engkau menjual sesuatu yang tidak ada padamu,” sabda Nabi Muhammad SAW, dalam
sebuah hadits riwayat Abu Hurairah.
Oleh sementara fuqaha (ahli fiqih Islam), hadits tersebut ditafsirkan secara saklek. Pokoknya,
setiap praktik jual beli yang tidak ada barangnya pada waktu akad, haram. Penafsiran secara
demikian itu, tak pelak lagi, membuat fiqih Islam sulit untuk memenuhi tuntutan jaman yang
terus berkembang dengan perubahan-perubahannya.
Karena itu, sejumlah ulama klasik yang terkenal dengan pemikiran cemerlangnya, menentang
cara penafsiran yang terkesan sempit tersebut. Misalnya, Ibn al-Qayyim. Ulama bermazhab
Hambali ini berpendapat, bahwa tidak benar jual-beli barang yang tidak ada dilarang. Baik dalam
Al Qur’an,sunnah maupun fatwa para sahabat, larangan itu tidak ada.
Dalam Sunnah Nabi, hanya terdapat larangan menjual barang yang belum ada, sebagaimana
larangan beberapa barang yang sudah ada pada waktu akad. “Causa legis atau ilat larangan
tersebut bukan ada atau tidak adanya barang, melainkan garar,” ujar Dr. Syamsul Anwar, MA
dari IAIN SUKA Yogyakarta menjelaskan pendapat Ibn al-Qayyim. Garar adalah ketidakpastian
tentang apakah barang yang diperjual-belikan itu dapat diserahkan atau tidak. Misalnya,
seseorang menjual unta yang hilang. Atau menjual barang milik orang lain, padahal tidak diberi
kewenangan oleh yang bersangkutan.
Jadi, meskipun pada waktu akad barangnya tidak ada, namun ada kepastian diadakan pada waktu
diperlukan sehingga bisa diserahkan kepada pembeli, maka jual beli tersebut sah. Sebaliknya,
kendati barangnya sudah ada tapi – karena satu dan lain hal — tidak mungkin diserahkan kepada
pembeli, maka jual beli itu tidak sah.
Perdagangan berjangka, jelas, bukan garar. Sebab, dalam kontrak berjangkanya, jenis komoditi
yang dijual-belikan sudah ditentukan. Begitu juga dengan jumlah, mutu, tempat dan waktu
penyerahannya. Semuanya berjalan di atas rel aturan resmi yang ketat, sebagai antisipasi
terjadinya praktek penyimpangan berupa penipuan — satu hal yang sebetulnya bisa juga terjadi
pada praktik jua-beli konvensional.
Dalam perspektif hukum Islam, Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) (forex adalah bagian
dari PBK) dapat dimasukkan ke dalam kategori almasa’il almu’ashirah atau masalah-masalah
hukum Islam kontemporer. Karena itu, status hukumnya dapat dikategorikan kepada masalah
ijtihadiyyah. Klasifikasi ijtihadiyyah masuk ke dalam wilayah fi ma la nasha fih, yakni masalah
hukum yang tidak mempunyai referensi nash hukum yang pasti.
Dalam kategori masalah hukum al-Sahrastani, ia termasuk ke dalam paradigma al-nushush qad
intahat wa al-waqa’I la tatanahi. Artinya, nash hukum dalam bentuk Al-Quran dan Sunnah sudah
selesai; tidak lagi ada tambahan. Dengan demikian, kasus-kasus hukum yang baru muncul mesti
diberikan kepastian hukumnya melalui ijtihad.
Dalam kasus hukum PBK, ijtihad dapat merujuk kepada teori perubahan hukum yang
diperkenalkan oleh Ibn Qoyyim al-Jauziyyah. Ia menjelaskan, fatwa hukum dapat berubah
karena beberapa variabel perubahnya, yakni: waktu, tempat, niat, tujuan dan manfaat. Teori
perubahan hukum ini diturunkan dari paradigma ilmu hukum dari gurunya Ibn Taimiyyah, yang
menyatakan bahwa a-haqiqah fi al-a’yan la fi al-adzhan. Artinya, kebenaran hukum itu dijumpai
dalam kenyataan empirik; bukan dalam alam pemikiran atau alam idea.
Paradigma ini diturunkan dari prinsip hukum Islam tentang keadilan yang dalam Al Quran
digunakan istilah al-mizan, a-qisth, al-wasth, dan al-adl.
Dalam penerapannya, secara khusus masalah PBK dapat dimasukkan ke dalam bidang kajian
fiqh al-siyasah maliyyah, yakni politik hukum kebendaan. Dengan kata lain, PBK termasuk
kajian hukum Islam dalam pengertian bagaimana hukum Islam diterapkan dalam masalah
kepemilikan atas harta benda, melalui perdagangan berjangka komoditi dalam era globalisasi dan
perdagangan bebas.
Realisasi yang paling mungkin dalam rangka melindungi pelaku dan pihak-pihak yang terlibat
dalam perdagangan berjangka komoditi dalam ruang dan waktu serta pertimbangan tujuan dan
manfaatnya dewasa ini, sejalan dengan semangat dan bunyi UU No. 32/1977 tentang PBK.
Karena teori perubahan hukum seperti dijelaskan di atas, dapat menunjukkan elastisitas hukum
Islam dalam kelembagaan dan praktek perekonomian, maka PBK dalam sistem hukum Islam
dapat dianalogikan dengan bay’ al-salam’ajl bi’ajil.
Bay’ al-salam dapat diartikan sebagai berikut. Al-salam atau al-salaf adalah bay’ ajl bi’ajil, yakni
memperjualbelikan sesuatu yang dengan ketentuan sifat-sifatnya yang terjamin kebenarannya. Di
dalam transaksi demikian, penyerahan ra’s al-mal dalam bentuk uang sebagai nilai tukar
didahulukan daripada penyerahan komoditi yang dimaksud dalam transaksi itu. Ulama
Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikannya dengan: “Akad atas komoditas jual beli yang diberi
sifat terjamin yang ditangguhkan (berjangka) dengan harga jual yang ditetapkan di dalam bursa
akad”.
Keabsahan transaksi jual beli berjangka, ditentukan oleh terpenuhinya rukun dan syarat sebagai
berikut:
a. Rukun sebagai unsur-unsur utama yang harus ada dalam suatu peristiwa transaksi Unsur-
unsur utama di dalam bay’ al-salam adalah:
Pihak-pihak pelaku transaksi (‘aqid) yang disebut dengan istilah muslim atau
muslim ilaih.
Objek transaksi (ma’qud alaih), yaitu barang-barang komoditi berjangka dan
harga tukar (ra’s al-mal al-salam dan al-muslim fih).
Kalimat transaksi (Sighat ‘aqad), yaitu ijab dan kabul. Yang perlu diperhatikan
dari unsur-unsur tersebut, adalah bahwa ijab dan qabul dinyatakan dalam bahasa
dan kalimat yang jelas menunjukkan transaksi berjangka. Karena itu, ulama
Syafi’iyah menekankan penggunaan istilah al-salam atau al-salaf di dalam
kalimat-kalimat transaksi itu, dengan alasan bahwa ‘aqd al-salam adalah bay’ al-
ma’dum dengan sifat dan cara berbeda dari akad jual dan beli (buy).
b. Syarat-syarat
Persyaratan menyangkut objek transaksi, adalah: bahwa objek transaksi harus
memenuhi kejelasan mengenai: jenisnya (an yakun fi jinsin ma’lumin), sifatnya,
ukuran (kadar), jangka penyerahan, harga tukar, tempat penyerahan.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh harga tukar (al-tsaman), adalah, Pertama,
kejelasan jenis alat tukar, yaitu dirham, dinar, rupiah atau dolar dsb atau barang-
barang yang dapat ditimbang, disukat, dsb. Kedua, kejelasan jenis alat tukar
apakah rupiah, dolar Amerika, dolar Singapura, dst. Apakah timbangan yang
disepakati dalam bentuk kilogram, pond, dst.
Kejelasan tentang kualitas objek transaksi, apakah kualitas istimewa, baik sedang
atau buruk. Syarat-syarat di atas ditetapkan dengan maksud menghilangkan
jahalah fi al-’aqd atau alasan ketidaktahuan kondisi-kondisi barang pada saat
transaksi. Sebab hal ini akan mengakibatkan terjadinya perselisihan di antara
pelaku transaksi, yang akan merusak nilai transaksi.
Kejelasan jumlah harga tukar. Penjelasan singkat di atas nampaknya telah dapat
memberikan kejelasan kebolehan PBK. Kalaupun dalam pelaksanaannya masih
ada pihak-pihak yang merasa dirugikan dengan peraturan perundang-undangan
yang ada, maka dapatlah digunakan kaidah hukum atau legal maxim yang
berbunyi: ma la yudrak kulluh la yutrak kulluh. Apa yang tidak dapat
dilaksanakan semuanya, maka tidak perlu ditinggalkan keseluruhannya.
Dengan demikian, hukum dan pelaksanaan PBK sampai batas-batas tertentu boleh dinyatakan
dapat diterima atau setidak-tidaknya sesuai dengan semangat dan jiwa norma hukum Islam,
dengan menganalogikan kepada bay’ al-salam.
Trading Valas di Marketiva
Marketiva adalah broker valas yang telah menerapkan kebijakan Zero-Interest (tanpa bunga)
pada semua posisi open. Tidak ada overnight (biaya menginap interest (bunga) yang dibebankan
ataupun dibayarkan pada posisi yang berstatus open. Dengan demikian tidak ada konflik antara
layanan Marketiva dengan larangan Riba dalam hukum Islam.
Sumber : http://www.wikamaha.com/apakah-hukum-forex-trading-valas-halal-menurut-hukum-islam.html
FOREX dalam hukum ISLAM (sumber 2)
Dalam bukunya Prof. Drs. Masjfuk Zuhdi yang berjudul MASAIL FIQHIYAH; Kapita Selecta
Hukum Islam, diperoleh bahwa Forex (Perdagangan Valas) diperbolehkan dalam hukum islam.
Perdagangan valuta asing timbul karena adanya perdagangan barang-barang kebutuhan/komoditi
antar negara yang bersifat internasional. Perdagangan (Ekspor-Impor) ini tentu memerlukan alat
bayar yaitu UANG yang masing-masing negara mempunyai ketentuan sendiri dan berbeda satu
sama lainnya sesuai dengan penawaran dan permintaan diantara negara-negara tersebut sehingga
timbul PERBANDINGAN NILAI MATA UANG antar negara.
Perbandingan nilai mata uang antar negara terkumpul dalam suatu BURSA atau PASAR yang
bersifat internasional dan terikat dalam suatu kesepakatan bersama yang saling menguntungkan.
Nilai mata uang suatu negara dengan negara lainnya ini berubah (berfluktuasi) setiap saat sesuai
volume permintaan dan penawarannya. Adanya permintaan dan penawaran inilah yang
menimbulkan transaksi mata uang. Yang secara nyata hanyalah tukar-menukar mata uang yang
berbeda nilai.
HUKUM ISLAM dalam TRANSAKSI VALAS
1. Ada Ijab-Qobul: ---> Ada perjanjian untuk memberi dan menerima
Penjual menyerahkan barang dan pembeli membayar tunai
Ijab-Qobulnya dilakukan dengan lisan, tulisan dan utusan
Pembeli dan penjual mempunyai wewenang penuh melaksanakan dan melakukan
tindakan-tindakan hukum (dewasa dan berpikiran sehat).
2. Memenuhi syarat menjadi objek transaksi jual-beli yaitu:
Suci barangnya (bukan najis)
Dapat dimanfaatkan
Dapat diserahterimakan
Jelas barang dan harganya
Dijual (dibeli) oleh pemiliknya sendiri atau kuasanya atas izin pemiliknya
Barang sudah berada ditangannya jika barangnya diperoleh dengan imbalan.
Perlu ditambahkan pendapat Muhammad Isa, bahwa jual beli saham itu diperbolehkan dalam
agama.
التشترواالسمكفیالماءفاءنهغرد
"Jangan kamu membeli ikan dalam air, karena sesungguhnya jual beli yang demikian itu
mengandung penipuan". (Hadis Ahmad bin Hambal dan Al Baihaqi dari Ibnu Mas'ud)
Jual beli barang yang tidak di tempat transaksi diperbolehkan dengan syarat harus diterangkan
sifat-sifatnya atau ciri-cirinya. Kemudian jika barang sesuai dengan keterangan penjual, maka
sahlah jual belinya. Tetapi jika tidak sesuai maka pembeli mempunyai hak khiyar, artinya boleh
meneruskan atau membatalkan jual belinya. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi riwayat Al
Daraquthni dari Abu Hurairah:
منسترئشيتالميرهفلهالخيارإذاراه
Barang siapa yang membeli sesuatu yang ia tidak melihatnya, maka ia berhak khiyar jika ia telah
melihatnya".
Jual beli hasil tanam yang masih terpendam, seperti ketela, kentang, bawang dan sebagainya juga
diperbolehkan, asal diberi contohnya, karena akan mengalami kesulitan atau kerugian jika harus
mengeluarkan semua hasil tanaman yang terpendam untuk dijual. Hal ini sesuai dengan kaidah
hukum Islam:
المشقةتجلبالتيسر
Kesulitan itu menarik kemudahan.
Demikian juga jual beli barang-barang yang telah terbungkus/tertutup, seperti makanan
kalengan, LPG, dan sebagainya, asalkam diberi label yang menerangkan isinya. Vide Sabiq, op.
cit. hal. 135. Mengenai teks kaidah hukum Islam tersebut di atas, vide Al Suyuthi, Al Ashbah wa
al Nadzair, Mesir, Mustafa Muhammad, 1936 hal. 55.
JUAL BELI VALUTA ASING DAN SAHAM
Yang dimaksud dengan valuta asing adalah mata uang luar negeri seperi dolar Amerika,
poundsterling Inggris, ringgit Malaysia dan sebagainya. Apabila antara negara terjadi
perdagangan internasional maka tiap negara membutuhkan valuta asing untuk alat bayar luar
negeri yang dalam dunia perdagangan disebut devisa. Misalnya eksportir Indonesia akan
memperoleh devisa dari hasil ekspornya, sebaliknya importir Indonesia memerlukan devisa
untuk mengimpor dari luar negeri.
Dengan demikian akan timbul penawaran dan perminataan di bursa valuta asing. setiap negara
berwenang penuh menetapkan kurs uangnya masing-masing (kurs adalah perbandingan nilai
uangnya terhadap mata uang asing) misalnya 1 dolar Amerika = Rp. 12.000. Namun kurs uang
atau perbandingan nilai tukar setiap saat bisa berubah-ubah, tergantung pada kekuatan ekonomi
negara masing-masing. Pencatatan kurs uang dan transaksi jual beli valuta asing diselenggarakan
di Bursa Valuta Asing (A. W. J. Tupanno, et. al. Ekonomi dan Koperasi, Jakarta, Depdikbud
1982, hal 76-77)
FATWA MUI TENTANG PERDAGANGAN VALAS
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia no: 28/DSN-MUI/III/2002, tentang
Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf).
Menimbang :
a. Bahwa dalam sejumlah kegiatan untuk memenuhi berbagai keperluan, seringkali
diperlukan transaksi jual-beli mata uang (al-sharf), baik antar mata uang sejenis maupun
antar mata uang berlainan jenis.
b. Bahwa dalam 'urf tijari (tradisi perdagangan) transaksi jual beli mata uang dikenal
beberapa bentuk transaksi yang status hukumnya dalam pandang ajaran Islam berbeda
antara satu bentuk dengan bentuk lain.
c. Bahwa agar kegiatan transaksi tersebut dilakukan sesuai dengan ajaran Islam, DSN
memandang perlu menetapkan fatwa tentang al-Sharf untuk dijadikan pedoman.
Mengingat :
" Firman Allah, QS. Al-Baqarah[2]:275: "...Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba..."
" Hadis nabi riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Majah dari Abu Sa'id al-Khudri:Rasulullah
SAW bersabda, 'Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar kerelaan
(antara kedua belah pihak)' (HR. al-baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu
Hibban).
" Hadis Nabi Riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibn Majah, dengan teks
Muslim dari 'Ubadah bin Shamit, Nabi s.a.w bersabda: "(Juallah) emas dengan emas,
perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya'ir dengan sya'ir, kurma dengan kurma,
dan garam dengan garam (denga syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika
jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.".
" Hadis Nabi riwayat Muslim, Tirmidzi, Nasa'i, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad, dari
Umar bin Khattab, Nabi s.a.w bersabda: "(Jual-beli) emas dengan perak adalah riba
kecuali (dilakukan) secara tunai.".
" Hadis Nabi riwayat Muslim dari Abu Sa'id al-Khudri, Nabi s.a.w bersabda: Janganlah
kamu menjual emas dengan emas kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan
sebagian atas sebagian yang lain; janganlah menjual perak dengan perak kecuali sama
(nilainya) dan janganlah menambahkan sebagaian atas sebagian yang lain; dan janganlah
menjual emas dan perak tersebut yang tidak tunai dengan yang tunai.
" Hadis Nabi riwayat Muslim dari Bara' bin 'Azib dan Zaid bin Arqam : Rasulullah saw
melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak tunai).
" Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf: "Perjanjian dapat dilakukan di antara
kaum muslimin, kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram."
" Ijma. Ulama sepakat (ijma') bahwa akad al-sharf disyariatkan dengan syarat-syarat
tertentu.
Memperhatikan :
1. Surat dari pimpinah Unit Usaha Syariah Bank BNI no. UUS/2/878
2. Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada Hari Kamis, tanggal 14
Muharram 1423H/ 28 Maret 2002.
MEMUTUSKAN
Dewan Syari'ah Nasional Menetapkan : FATWA TENTANG JUAL BELI MATA UANG (AL-
SHARF).
Pertama : Ketentuan Umum Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan).
b. Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan).
c. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan
secara tunai (at-taqabudh).
d. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada
saat transaksi dan secara tunai.
Kedua : Jenis-jenis transaksi Valuta Asing
a. Transaksi SPOT, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing untuk penyerahan
pada saat itu (over the counter) atau penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu
dua hari.Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari
dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi
internasional.
b. Transaksi FORWARD, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya
ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang, antara
2x24 jam sampai dengan satu tahun. Hukumnya adalah haram, karena harga yang
digunakan adalah harga yang diperjanjikan (muwa'adah) dan penyerahannya dilakukan di
kemudian hari, padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan
nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk forward agreement untuk
kebutuhan yang tidak dapat dihindari (lil hajah).
c. Transaksi SWAP yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot
yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga
forward. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).
d. Transaksi OPTION yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak
untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan
jangka waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya haram, karena mengandung unsur
maisir (spekulasi).
Ketiga : Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 14 Muharram 1423 H / 28 Maret 2002 M
SUMBER :
DEWAN SYARI'AH NASIONAL
MAJELIS ULAMA INDONESIA