DEFINISI DOKTER KELUARGA

download DEFINISI DOKTER KELUARGA

of 29

description

masalah kesehatan masyarakat

Transcript of DEFINISI DOKTER KELUARGA

BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGSejak 1978 ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memulai programnya Health for All in 2000, pelayanan kesehatan primer menjadi salah satu hal yang utama dalam pengembangan perencanaan pemerintah. Program tersebut menitikberatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif.Pada Januari 1995 Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Dokter Keluarga Dunia yaitu World Organization of National Colleges, Academies and Academic Associatons of General Practitioner or Family Physician (WONCA) telah merumuskan sebuah visi global dan rencana tindakan (action plan) untuk meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat yang tertuang dalam tulisan Making Medical Practice and Education More Relevant to Peoples Needs: The Role of Family Doctor.Secara klinis dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan memperhatikan latar budaya, sosial ekonomi dan psikologis pasien. Sebagai tambahan, dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan bagi pasiennya. Dokter keluarga ini memiliki fungsi sebagai five stars doctor dan memiliki organisasi yang telah dibentuk yaitu PDKI dan KIKKI yang telah diketahui oleh IDI.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 SKENARIO

2.2 TERMINOLOGI1. Medical record : suatu sistem pencatatan riwayat kesehatan yang sangat berguna dalam dunia kesehatan, yang berisi identitas, anamnesa, pemeriksaan fisik, laborataorium, diagnosa, serta segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirwat inap, rawat jalan, maupun yang mendapat penanganan gawat darurat.2. International classification of disease-10 : klasifikasi statistik, yang terdiri daro sejumlah kode alfanumerik yang satu sama lain berbeda menurut kategori yang menggambarkan seluruh penyakit.3. DRG : suatu sistem pemberian imbalan jasa pelayanan yang di tetapkan berdasarkan pengelompokan diagnosa, tanpa memperhatikan jumlah tindakan / pelayanan yang di berikan, dengan tujuan sebagai upaya pengendalian biaya dan menjaga mutu pelayanan.4. Fee for service : Setiap dokter mendapatkan gajinya berdasarkan pelayanan yang dia berikan kepada pasiennya. Misalnya saja ada pasien datang, maka dokter akan mendapatkan jasa pelayanan. Kalau kemudian dokter melakukan penyuntikan maka dokter akan mendapatkan jasa dari penyuntikan tersebut5. Holistic : pendekatan yang dilakukan secara fisik, biologi, maupun psikososial.6. Komprehensif : mampu menangkap dan menerima dengan baik, luas, dan lengkap.7. Kontinu : berkelanjutan atau berkesinambungan.8. Riwayat alamiah penyakit : perkembangan penyakit tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya, sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural.9. Cost-effective : mengeluarkan pembiayaan seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

2.3 PEMBAHASAN PERMASALAHAN1. DEFINISI DOKTER KELUARGADokter keluarga adalah setiap dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang profesi kedokteran maupun kesehatan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang untuk menjalankan praktek dokter keluarga. Melayani individu dalam masyarakat, tanpa memandang jenis penyakitnya ataupun karakter personal dan sosialnya, dan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia dalam sistem pelayanan kesehatan untuk semaksimal mungkin kepentingan pasien. Berwenang secara mandiri melakukan tindak medis mulai dari pencegahan, diagnosis, pengobatan, perawatan dan asuhan paliatif, menggunakan dan memadukan ilmu-ilmu biomedis, psikologi medis dan sosiologi medis. Secara singkat dapat didefinisikan sebagai Dokter yang berprofesi khusus sebagai Dokter Praktik Umum yang menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer dengan menerapkan prinsip-prinsip Kedokteran keluarga.

2. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DOKTER KELUARGAKegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1981 yakni dengan didirikannya Kelompok Studi Dokter Keluarga. Pada Tahun 1990 melalui kongres yang kedua di Bogor, nama organisasi dirubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia (KDKI). Sekalipun organisasi ini sejak tahun 1988 telah menjadi anggota IDI, tapi pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum secara resmi mendapat pengakuan baik dari profesi kedokteran ataupun dari pemerintah. Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat internasional, maka pada tahun 1972 didirikanlah organisasi internasional dokter keluarga yang dikenal dengan nama World of National College and Academic Association of General Practitioners / Family Physicians (WONCA). Indonesia adalah anggota dari WONCA yang diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga Indonesia. Untuk Indonesia, manfaat pelayanan kedokteran keluarga tidak hanya untuk mengendalikan biaya dan atau meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, akan tetapi juga dalam rangka turut mengatasi paling tidak 3 (tiga) masalah pokok pelayanan kesehatan lain yakni:

Pendayagunaan dokter pasca PTT Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Menghadapi era globalisasi Di Indonesia kebijaksanaan pengembangan pelayanan kedokteran keluarga dilakukan melalui berbagai cara. Dalam beberapa tahun terakhir pada beberapa fakultas kedokteran dari beberapa universitas terkemuka telah dilakukan upaya-upaya untuk mengintegrasikan pelayanan kedokteran keluarga dalam kurikulum pendidikan dokter yakni sesuai dengan anjuran WHO bahwa " family medicine" selayaknya diintegrasikan dalam pendidikan " community medicine" karena kedekatannya. Akan masih diperlukan waktu untuk mendapatkan tetapi produk dari sistem pendidikan kedokteran ini yakni dokter umum lulusan fakultas kedokteran yang mempunya wawasan kedokteran keluarga karena kebijakan ini baru dikembangkan. Sementara itu bagi dokter umum lulusan fakultas kedokteran sebelumnya yang saat ini ada di masyarakat, untuk mendapatkan kompetensi khusus selaku dokter keluargaharus dilakukan dengan cara mengikuti pelatihan secara terprogram dan bekesinambungan. Dalam beberapa tahun terakhir telah banyak dilakukan program dan upaya konversi dari dokter umum menjadi dokter keluarga yang bersertifikat dan diakui melalui pelatihan-pelatihan. Kurikulum yang telah disepakati dari hasil rumusan kerjasama tripartid pengembangan dokter keluarga (IDI / KDKI-FK-Depkes) meliputi empat paket, yaitu :1. PAKET A : Pengenalan konsep dokter keluarga Nilai sentral kedokteran keluarga Pelayanan personal, pelayanan berkelanjutan, pelayanan komprehensif Keluarga sebagai suatu unit pelayanan Pelayanan emergency, pelayanan di rumah dan perawatan di rumah.2. PAKET B : Manejemen pelayanan keodkteran keluarga Manajemen SDM Manajemen fasilitas dan utilitas Manajemen informasi Manajemen keuangan meliputi asuransi / managed care

3. PAKET C : Keterampilan klinis praktisa) Keterampilan praktek : Proses konsultasi Keteralmpilan komunikasi Keterampilan konseling Merubah perilaku Keterampilan manjemen penyakit Keteralmpilan pelayanan emergency

b) Common symptoms : Mual Muntah Demam Lemah, letih, lesu Nyeri perut Nyeri dada Batuk Sakit kepala Skin rash Diare Sakit tenggorokan

c) Kelainan spesifik Cardiovaskular dan respiartori Gastrointestinal Ginjal dan hematologi Psikologis Kulit Tulang dan sendi Saraf, mata dan telinga Nutrisi, metabolisme dan endokrin 4. PAKET D : terapan dalam bermacam-macam kelompok umur Child and adolscence health Womens health Mans health Helath of the Working Adult Elders health Public health

3. RUANG LINGKUP DOKTER KELUARGARuang lingkup pelayanan dokter keluarga mencakup bidang amat luas sekali. Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam :A. Kegiatan yang dilaksanakanPelayanan yang diselenggarakan oleh dokter keluarga harus memenuhi syarat pokok yaitu pelayanan kedokteran menyeluruh CMC ( comprehensive medical services). Karakteristik CMC : Jenis pelayanan yang diselenggarakan mencakup semua jenis pelayanan kedokteran yang dikenal di masyarakat. Tata cara pelayanan tidak diselenggarakan secara terkotak-kotak ataupun terputus- putus melainkan diselenggarakan secara terpadu ( integrated ) dan berkesinambungan ( continu ). Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan kedokteran tidak memusatkan perhatiannya hanya pada keluhan dan masalah kesehatan yang disampaikan penderita saja, melainkan pada penderita sebagai manusia seutuhnya. 4. Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan tidak didekati hanya dari satu sisi saja, melainkan dari semua sisi yang terkait ( comprehensive approach ) yaitu sisi fisik, mental dan sosial (secara holistik).

B. Sasaran pelayananSasaran pelayanan dokter keluarga adalah kelurga sebagai suatu unit. Pelayanan dokter keluarga harus memperhatikan kebutuhan dan tuntutan kesehatan keluarga sebagai satu kesatuan, harus memperhatikan pengaruhmasalah kesehatan yang dihadapi terhadap keluarga dan harus memperhatikan pengaruh keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapi oleh setiap anggota keluarga.

C. Batasan pelayanan kedokteran keluargaBatasan pelayanan kedokteran keluarga ada banyak macamnya. Dua diantaranya yang dipandang cukup penting adalah: Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai satu unit, dimana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin, tidak juga oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan spesialis yang luas yang bertitik tolak dari suatu pokok ilmu yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu lainnya terutama ilmu penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, ilmu kebidanan dan kendungan, ilmu bedah serta ilmu kedokteran jiwa yang secara keseluruhan membentuk satu kesatuan yang terpadu, diperkaya dengan ilmu perilaku, biologi dan ilmu-ilmu klinik, dan karenanya mampu mempersiapkan setiap dokter agar mempunyai peranan unik dalam menyelenggarakan penatalaksanaan pasien, penyelesaian masalah, pelayanan konseling serta dapat bertindak sebagai dokter pribadi yang menkoordinasikan seluruh pelayanan kesehatan.

4. KOMPETENSI DOKTER KELUARGADokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah yang perlu dilatihkan melalui program perlatihan ini. Yang dicantumkan disini hanyalah kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besar. Rincian memgenai kompetensi ini, yang dijabarkan dalam bentuk tujuan pelatihan.a) Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga.b) Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan kedokteran keluarga,c) Menguasai ketrampilan berkomunikasi, menyelenggarakan hubungan profesional dokter- pasien untuk : Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga, Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga, Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.d) Memiliki keterampilan manajemen pelayanan kliniks. Dapat memanfaatkan sumber pelayanan primer dengan memperhitungkan potensi yang dimiliki pengguna jasa pelayanan untuk menyelesaikan masalahnya. Menyelenggarakan pelayan kedokteran keluarga yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan. 5.e) Memberikan pelayanan kedokteran berdasarkan etika moral dan spritual. 6.f) Memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang pengelolaan pelayanan kesehatan termasuk sistem pembiayaan (Asuransi Kesehatan/JPKM).Kompetensi dokter keluarga yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah (Danasari, 2008) : Keterampilan komunikasi efektif Keterampilan klinik dasar Keterampilan menerapkan dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga d Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinir dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi Mawas diri dan pengembangan diri atau belajar sepanjang hayat Etika moral dan profesionalisme dalam praktek

5. PERANAN DOKTER KELUARGADokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu (Azrul Azwar, dkk. 2004) : Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan) Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas, lingkungannya, dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, komprehensif, kontinu, dan personal dalam jangka waktu panjang dalam wujud hubungan profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan mempercayai. Juga sebagai pelayanan komprehensif yang manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan dipertangungjawabkan. Comunicator (Penghubung atau Penyampai Pesan) Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatannya sendiri serta memicu perubahan cara berpikir menuju sehat dan mandiri kepada pasien dan komunitasnya.

Decision Maker (Pembuat Keputusan) Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan harapan pasien, nilai etika, cost effectiveness untuk kepentingan pasien sepenuhnya dan membuat keputusan klinis yang ilmiah dan empatik.

Manager Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan bijaksana.

Community Leader (Pemimpin Masyarakat) Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya, menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan nasihat kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama masyarakat dan menjadi panutan masyarakat.Kewajiban dokter keluarga : Menjunjung tinggi profesio Menerapkan prinsip kedokteran keluarga dalam praktek Bekerja dalam tim kesehatan Menjadi sumber daya kesehatan Melakukan riset untuk pengembangan layanan primer

6. TUGAS DOKTER KELUARGAa. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan,b. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat,c. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit,d. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya,e. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi,f. Menangani penyakit akut dan kronik,g. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit,h. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS,i. Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan,j. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya,k. Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien,l. Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar,m. Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.

7. WEWENANG DOKTER KELUARGAa. Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar,b. Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat,c. Melaksanakan tindak pencegahan penyakit,d. Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer,e. Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal,f. Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan primer,g. Melakukan perawatan sementara,h. Menerbitkan surat keterangan medis,i. Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap,j. Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.

8. PRINSIP DOKTER KELUARGAa) Komprehensif dan holistikMemberikan pelayanan secara paripurna berarti melakukan pemeriksaan secara keseluruhan dengan menimbang rasionalitas dan mafaatnya bagi pasien. Sebagai contoh misalnya, seorang yang sakit kepala, pada awalnya mungkin saja hanya diberi parasetamol atau analgetik lainnya. Jika sakit kepala berulang-ulang, harus digali sejauh mungkin berbagai kemungkinan penyebabnya, dan bila dipandang perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis penyebabnya. Tentu saja, rujukan harus dilakukan jika memang diperlukan, sekalipun pasien ybs tidak memintanya. Selain itu, ancangan holistik harus dilakukan juga agar terasa lebih manusiawi. Dokter keluarga lebih mempertimbangkan siapa yang sakit daripada sekedar penyakit yang d isandang.

b) Pelayanan kontak pertama dan kesinambungannyaSebagai dokter layanan primer, DK merupakan tempat kontak pertama dengan pasien, tanpa mamandang jenis kelamin, usia, keluhan utamanya atau sistem organ yang terganggu. Sebenarnya 85% masalah kesehatan dapat diselesaikan di layanan primer jika kinerja DPU/DK dapat diandalkan. Oleh karena itu yang memerlukan rujukan ke rumah sakit seharusnya hanya 15%. Jelaslah kiranya kinerja seperti apa yang harus diwujudkan oleh para DPU/DK agar dapat menyelesaikan 85% masalah yang dihadapinya.Dokter keluarga merupakan ujung tombak pelayanan medis tempat kontak pertama dengan pasien untuk selanjutnya harus menjaga kontinuitas pelayanan dalam arti, pemantauan kepada pasien dilakukan secara terus-menerus mengunakan rekam medis yang akurat dan sistem rujukan yang terkendali.Untuk menunjang kesinambungan pelayanan, klinik harus dilengkapi dengan rekam medis yang memadai dan sarana komunikasi yang handal sehingga dokter dapat dihubungi sewaktu-waktu diperlukan. Demikian pula, jangan lupa membuat surat rujuk pindah jika ada pasien yang hendak pindah tempat tinggal misalnya pindah kota atau pindah klinik. Dalam surat rujuk pindah itu harus dilengkapi dengan data kesehatan yang penting, dengan data tambahan data yang diperlukan. Boleh dikatakan pemantauan pada setiap pasien dilakukan mulai dari konsepsi sampai mati.

c) Pelayanan promotif dan preventifDokter Keluarga harus berusaha meningkatkan taraf kesehatan setiap pasien yang menjadi tanggung-jawabnya. Bagaimanapun dokter keluarga harus berupaya menerapkan seluruh tingkat pencegahan. Dengan demikian ia harus memberikan ceramah kesehatan dan vaksinasi, menyelengarakan KB dan KIA dan bahkan acara senam pagi secara rutin. Selain itu DK harus cepat dan tepat membuat diagnosis penyakit dan mengobatinya.

d) Pelayanan koordinatif dan kolaboratifKoordinasi ini dilakukan ketika pasien memerlukan beberapa konsultasi spesialistis atau pemeriksaan penunjang dalam waktu yang bersamaan. Selain itu koordinasi pun dilakukan dengan keluarga dan lingkungannya guna meningkatkan efisiensi pengobatan.Pelayanan kolaboratif artinya bekerja sama juga dengan berbagai pihak yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, guna mengefektifkan dan mengefisienkan pelayanan. Misalnya, bekerjasama dengan labotarotium untuk memantau pasien dengan dugaan DHF tetapi belum perlu dirawat. Untuk kasus seperti ini pihak laboratorium diminta untuk memantau perubahan indikator perkembangan penyakit dan segera melaporkan hasilnya sehinga pasien dapat istirahat di rumah tanpa bolak-balik ke klinik. Dokter keluarga bukan hanya mempertimbangkan segi medis tetapi juga ekonomi, sosial dan budaya sehingga sering perlu melibatkan atau kerjasama dengan berbagai pihak.

e) Pelayanan personal.Titik tolak pelayanan DK adalah pelayanan personal seorang individu sebagai bagian integral dari keluarganya. Seorang individu, sekalipun menjadi bagian dari sebuah keluarga, dibenarkan mempunyai DK sendiri yang mungkin dapat berbeda atau sama dengan anggota keluarga yang lain.

f) Mempertimbangkan keluarga, komunitas, dan lingkungannya.Dalam mengobati pasien, DK tidak boleh lupa bahwa pasien merupakan bagian integral dari keluarga dan komunitasnya. Kesembuhan penyakit sangat dipengaruhi lingkungannya dan sebaliknya penyakit pasien dapat mempengaruhi lingkungannya juga.

g) Sadar etika dan hukumSadar etika dalam praktiknya diwujudkan dalam perilaku dokter dalam menghadapi pasiennya tanda memandang status sosial, jenis kelamin, jenis penyakit, ataupun sistem oragn ayng sakit. Semua dalah pasiennya dan harus dilayani secara profesional. Demikian pula dengan sadar hukum, sangat dekat dengan perilaku dokter untuk tetap bekerja dalam batas-batas kewenanangan dan selalau mentaati kewajiban yang digariskan oleh hukum yang berolaku di daerah tempat praktiknya.

h) Sadar biayaYang tidak kalah pentingnya adalah sadar biaya yang juga sebenarnya menyangkut perilaku DK dalam pertimbangkan cost effectiveness dari biaya yang dikeluarkan oleh pasien. Dengan kata lain biaya harus menjadi pertimbangan akan tetapi tidak boleh menurunkan mutu pelayanan.

i) Menyelenggarakan pelayanan yang dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan.Sebenanrya yang diaudit mencakup selurut strata pelayanan kesehatan bukan hanya layanan DK. Kenyataannya sampai sekarang audit medis masih jauh dari harapan terutamna di Indonesia. Namun demikian praktik DK harus memulai mempersiapkan diri untuk sewaktu-waktu dapat diaudit oleh pihak yang berwenang. Audit medis ini merupakan upaya peningkaan kualitas pelayanan dan sala sekali bukan upaya untuk memata-matai praktik dokter.

9. STANDAR PELAYANAN DOKTER KELUARGAMenurut Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI), standar pelayanan dokter keluarga meliputi: A. Standar pemeliharaan kesehatan di klinik 1) Standar pelayanan paripurna Sifat paripurna pada kedokteran keluarga yaitu termasuk pemiliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability limitation), dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memperlihatkan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika kedokteran Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang Memiliki izin pelayanan dokter keluarga dan surat persetujuan tempat praktik Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya Pencegahan penyakit dan proteksi khusus Deteksi dini terhadap penyakit dan melakukan pentalaksanaan yang tepat terhadap pasien dan keluarganya Kuratif medik Melaksanakan pemulihan kesehatan dan pencegahan kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama, termasuk kegawatdaruratan medik, atau perujukan Rehabilitasi medik dan sosial pada pasien dana atau keluarganya Setelah mengalami masalah kesehatan baik dari segi fisik, jiwa maupun sosial Kemampuan sosial keluarga Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memeprhatikan kondisi sosial pasien dan keluarganya

2) Standar pelayanan medis (standard of medical care) Pelayanan sebuah dokter keluarga harus sesuai dengan lege artis Anamnesis Dengan pendekatan patient centered approach dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis Pemeriksaan fisik, penunjang serta diagnosis dan diagnosis banding Melakukan secara diagnosis holistik Konseling Untuk membantu pasien dan keluarga menentukan pilihan terbaik penatalaksanaan untuk pasien Konsultasi Saat diperlukan, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter yang dianggap lebih piawai dan atau berpengalaman. 3) Standar pelayanan bersinambung (standard of continuum care) Pelayanan yang diberikan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efisien, proaktif dan terus menerus demi kesehatan pasien Rekam medik berkesinambung Informasi riwayat kesehatan pasien sebelumnya pada saat datang sigunakan untuk memaastikan bahwa penatalaksanaan yang diterapkan telah sesuai Pelayanan efektif efisien Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan efektif efisien bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu dan biaya Pendampingan Saat dilaksanakan konsultasi dana atau rujukan, dokter keluarga menawarkan kemudian melakasanakan pendampingan pasien, demi kepentingan pasien Pelayanan proaktif Pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan

4) Standar pelayanan menyeluruh (standard of holistic of care) Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaiut peduli nahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, social dan spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya Pasien adalah manusia seutuhnya Pelayanan dokter keluarga memiliki system untuk memandang pasien sebagai manusia yang seutuhnya Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya Pelyanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memandang pasien sebagai bagian dari keluarga pasien, dan memperhatikan bahwa keluarga pasien dapat mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kesehatan pasien. Pelayanan menggunakan segala sumber di sekitarnya Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar kehidupan pasien untuk meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan keluarganya.

5) Standar pelayanan terpadu (standard of integration of care) Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain merupkan kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran baik dari formal maupun informal. koordinator penatalaksanaan pasien >> kerja sama dengan dokter pasien - keluarga, maupun bersama antara dokter pasien dokter spesialis / rumah sakit. Mitra dokter pasien saat proses pentalaksanaan medis Mitra lintas sektoral medik Dokter keluarga bekerja sebahai mitra penyedia pelayanan kesehatan dengan berbagai sektor pelayanan kesehatan formal di sekitarnya. Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter medik Dokter keluarga memperdulikan dan memperhatikan kebutuhan dan perliaku pasien dan kelaurganya sebagai masyarakat yang menggunakan berbagai pelayanan kesehatan nonformal di sekitarnya.

B. Standar perilaku dalam praktik (standard of behaviour in practice)1) Standar perilaku terhadap pasien Dokter keluarga menyediakan kesempatan bagi pasien untuk menyampaikan kekhawatiran dan masalah kesehatannya, serta memberikan kesempatan kepada pasien untuk memperoleh penjelasan yang dibutuhkan guna dapat memutuskan pemilihan penatalaksanaan yang akan dilaksanakannya. Informasi memperoleh pelayanan Dokter keluarga memberikan keterangan yang adekuat mengenai cara untuk memperoleh pelayanan yang diinginkan Masa konsultasi Menyediakan waktu konsultasi untuk menjelaskan keluhan dan keinginanannya Informasi medik menyeluruh Dokter keluarga memberikan informasi yang jelas kepada pasien mengenai keadaan dan tindakan terhadap pasien, sehingga memungkin pasien dapat memutuhkan tindakan yang akan dilakukan terhadapnya Menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter 2) Standar perilaku dengan mitra kerja di klinik (standard of partners relationship in practive) Baik dengan klinik, tim, sejawat, pegawai klinik, pemimpin klinik.

3) Standar perilaku dengan sejawat (Standard of workingwithcolleagues) Hubungan profesional antar profesi Hubungan baik sesamadokter Perkumpulan profesi

4) Standar pengembangan ilmu dan ketrampilanpraktik Mengikuti kegiatan ilmiah Program jaga mutu Partisipasi dalam kegiatan pendidikan Penelitian dalam praktik Penulisan ilmiah

5) Standar partisipasi dalam kegiatan masyarakat di bidang kesehatan Menjadi anggota perkumpulan sosial Partisipasi dalam kegiatan kesehatan masyarakat Partisipasi dalam penanggulangan bencana di sekitarnya

C. Standar pengelolaan praktik1) Standar sumber daya manusia (Standard of human resources) Dokter keluarga Perawat Bidan Administrator klinik

2) Standar manajemen keuangan (Standard of financemanagement) Pencatatan keuangan Jenis sistim pembiayaan praktik

3) Standar manajemen klinik (Standard management of clinic for practice) Pembagian kerja Program pelatihan Program kesehatan dan keselamaan kerja (K3) t Pembahasan administrasi klinik

D. Standar sarana dan prasarana 1) Standar fasilitas praktik (standard of practicefacilities) Fasilitas untuk praktik Kerahasiaan dan privasi Bangunan dan interior Alat komunikasi Papan nama

2) Standar peralatan klinik (standard of practiceequipments) Peralatan medis Peralatan penunjang medis Peralatan non medis

3) Standar proses-proses penunjang praktik (Standard of clinicalsupportsprocess) Pengelolaan rekam medik Pengelolaan rantai dingin Pengelolaan pencegahan infeksi Pengelolaan limbah Pengelolaan air bersih Pengelolaan obat

10. PERBEDAAN DOKTER PRAKTEK UMUM DAN DOKTER KELUARGADOKTER PRAKTEK UMUMDOKTER KELUARGA

Cakupan PelayananTerbatasLebih Luas

Sifat PelayananSesuai KeluhanMenyeluruh, Paripurna, bukan sekedar yang dikeluhkan

Cara PelayananKasus per kasus dengan pengamatan sesaatKasus per kasus dengan berkesinambungan sepanjang hayat

Jenis PelayananLebih kuratif hanya untuk penyakit tertentuLebih kearah pencegahan, tanpa mengabaikan pengobatan dan rehabilitasi

Peran keluargaKurang dipertimbangkanLebih diperhatikan dan dilibatkan

Promotif dan pencegahanTidak jadi perhatianJadi perhatian utama

Hubungan dokter-pasienDokter pasienDokter pasien teman sejawat dan konsultan

Awal pelayananSecara individualSecara individual sebagai bagian dari keluarga komunitas dan lingkungan

11. TINGKATAN PENCEGAHAN PENYAKIT OLEH DOKTER KELUARGA

a) Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) seperti promosi kesehatan dan pencegahan khusus. Sasarannya ialah faktor penyebab, lingkungan & pejamu. Langkah pencegahaan di faktor penyebab misalnya, menurunkan pengaruh serendah mungkin (desinfeksi, pasteurisasi, strerilisasi, penyemprotan insektisida) agar memutus rantai penularan. Langkah pencegahan di faktor lingkungan misalnya, perbaikan lingkungan fisik agar air, sanitasi lingkungan & perumahan menjadi bersih. Langkah pencegahan di faktor pejamu misalnya perbaikan status gizi, status kesehatan, pemberian imunisasi.Tujuan pencegahan primer adalah mencegah awitan suatu penyakit atau cedera selama masa prapatogenesis (sebelum proses suatu penyakit dimulai). Contoh pencegahan primer antara lain, progam pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan, proyek rumah aman dan pengembangan personalitas dan pembentukan karakter. Sayangnya penyakit atau cedera tidak dapat selalu dicegah.penyakit kronis khususnya,terkadang menyebabkan disabilitas (ketidakmampuan) yang cukup parah sebelum akhirnya terdektesi dan akhirnya diobati.dalam hal ini, intervensi segera mencegah kematian atau membatasi disabilitas.

b) Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) seperti diagnosis dini serta pengobatan tepat. Sasarannya ialah pada penderita / seseorang yang dianggap menderita (suspect) & terancam menderita. Tujuannya adalah untuk diagnosis dini & pengobatan tepat (mencegah meluasnya penyakit/ timbulnya wabah & proses penyakit lebih lanjut/ akibat samping & komplikasi). Beberapa usaha pencegahannya ialah seperti pencarian penderita, pemberian chemoprophylaxis (Prepatogenesis / patogenesis penyakit tertentu).Tindakan pencegahan skunder yang paling penting adalah skrining kesehatan. Tujuannya bukan untuk mencegah terjadinya penyakit tetapi lebih untuk mendeteksi keberadaanya selama masa pathogenesis awal, sehingga intervensi(pengobatan) dini dan pembatasan disabilitas sudah dapat dilakukan. Tujuan skrining kesehatan juga bukan untuk mendiagnosis penyakit, tujuannya adalah memilah secara ekonomi dan efisien mereka yang kemungkinan sehat dari mereka yang kemungkinan positif terjangkit penyakit.

c) Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) seperti pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Sasarannya adalah penderita penyakit tertentu. Tujuannya ialah mencegah jangan sampai mengalami cacat & bertambah parahnya penyakit juga kematian dan rehabilitasi (pengembalian kondisi fisik/ medis, mental/ psikologis & sosial, serta melatih kembali,mendidik kembali, dan merehabilitasi pasien yang mengalami disabilitas permanen. tindakan pencegahan tersier mencakup tindakan yang diterapkan setelah berlangsungnya masa patogenesis. terapi untuk pasien jantung merupakan contoh pencegahan tersier.

12. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORANSp2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas. Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri dari komponen yang saling berkaitan , berintegrasi dan mempunyai tujuan tertentu. Terpadu adalah merupakan gabungan berbagai macam kegiatan upaya pelayana kesehatan Puskesmas, sehingga dapat dihindarkan adanya pencatatan maupun pelaporan lain (overlapping), yang akan memperberat beban kerja petugas Puskesmas. Pelaksanaan SP2TP menganut konsep wilayah kerja Puskesmas, oleh karena itu mencakup semua kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas, bidan di desa, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling. Jenis data yang dikumpulkan dan dicatat : Demorafi ( kependudkan ) di wilayah kerja Puskesmas Ketenagaan di Puskesmas Sarana yang dimiliki Puskesmas Kegiatan pokok Puskesmas Laporan SP2TP mempergunakan sistem tahun kalender

Mekanisme pelaksanaan : Sistem sentralisasi : dimana penyimpanan, penyaluran, pengolahan catatan dihimpun melalui satu loket . Namun apabila kunjungannya banyak , dapat digunakan lebih satu loket, tetapi pengumpulan dan pengolahan tetap terpusat. Sistem desentralisasi : penyaluran, pengumpulan dan pengolahan catatan tidak dipusatkan, oleh karena ada bagian unit-unit pelayanan yang melakukannya, tetapi pemberian nomor keluarga tetap mengacu pada pencatatan di Puskesmas

Formulir : Family Folder ( berkas Kelurga ) adalah himpunan kartu-kartu individu suatu keluarga yang memperoleh palayanan kesehatan di puskesmas.Kegunaan ; untuk mengikuti keadaan keehatan dari suatu keluarga untuk mengetahui gambaran penyakit di suatu keluarga untuk keperluan file sistem untuk mengetahui banyaknya kepala keluarga di wilayah kerja Puskesmas yang sudah memanfatkan pelayanan Puskesmas. Mekanisme Pelaporan ( Alur Pelaporan )a. Pengelolaan di Puskesmas Laporan dari Pustu, BDD, Pusk keliling, Posyandu disampaikan ke pengelola SP2TP Puskesmas Pengelola menyusun dan mengkompilasi data yang bersumber dari : - sensus harian dan Register Hasil kompilasi / olahan dimasukkan ke formulir laporan untuk dikirim ke Dinas Kesehatan kab / kota Hasil olahan dianalisa dan disajikan untuk mengambil keputusan ( pada lokakarya mini )b. Pengelola di Dinas Kab /KotaLaporan dari Puskesmas diterima oleh pengelola SP2TP Dinas untuk dikompilasi / diolah dan didistribusikan ke penanggung jawab program.

13. PEMBAYARANa. KapitasiKapitasi adalah metode pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan dimana pemberi pelayanan kesehatan (dokter atau rumah sakit) menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta, per periode waktu (biasanya bulan), untuk pelayanan yang telah ditentukan per periode waktu (biasanya bulan), untuk pelayanan yang telah ditentukan per periode waktu. Dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam menentukan kapitasi adalah akurasi prediksi angka utilisasi (penggunaan pelayanan kesehatan) dan penetapan biaya satuan. Besaran angka kapitasi ini sangat dipengaruhi oleh angka utilisasi pelayanan kesehatan dan jenis paket (benefit) asuransi kesehatan yang ditawarkan serta biaya satuan pelayanan.

Kapitasi = Angka utilisasi x Biaya satuan/unit Coast.

ANGKA UTILISASI : tingkat pemanfaatan fasilitas pelayanan yangdimiliki sebuah klinik/praktik

Angka utilisasi dipengaruhi oleh:1. Karakteristik Populasi2. Sifat Sistem Pelayanan3. Manfaat yang ditawarkanDinyatakan dalam persen (prosentase): jumlah kujungan per 100 orang di populasi tertentu (jumlah kunjungan/total populasi x 100%)Unit Cost : Biaya rata-rata untuk setiap jenis pelayanan pada kurun waktu tertentu. Hanya dapat dihitung bila administrasi keuangan rapi (sistematis), sehingga dapat melihat pemasukan untuk setiap jenis pelayanan. Rumus: Jumlah pendapatan untuk setiap jenis pelayanan/jumlah kunjungan untuk pelayanan tersebut.

b. Fee for serviceSetiap dokter mendapatkan gajinya berdasarkan pelayanan yang dia berikan kepada pasiennya. Misalnya saja ada pasien datang, maka dokter akan mendapatkan jasa pelayanan. Kalau kemudian dokter melakukan penyuntikan maka dokter akan mendapatkan jasa dari penyuntikan tersebut. Kalau dokter meresepkan obat pada pasien maka dokter akan mendapatkan uang dari hasil pemberian resep dokter tersebut. Kalau dokter melakukan operasi maka dia akan mendapatkan jasa dari operasi yang telah dilakukannya. Kalau dokter visite, maka juga akan mendapatkan penghasilan tambahan dari jumlah visitenya.

c. DRGPembiayaan kesehatan berbasis kelompok diagnosis terkait (Diagnosis Related Group / DRG) merupakan suatu sistem pemberian imbalan jasa pelayanan yang di tetapkan berdasarkan pengelompokan diagnosa, tanpa memperhatikan jumlah tindakan / pelayanan yang di berikan, dengan tujuan sebagai upaya pengendalian biaya dan menjaga mutu pelayanan. Pada sistem pembayaran DRG, pasien akan mengetahui tarif perawatannya sebelum dilakukan perawatan, sehingga bila biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit lebih kecil dari tarif yang telah disepakati maka selisih nya merupakan keuntungan bagi rumah sakit, tetapi bila biaya yang dikeluarkan rumah sakit lebih besar daripada tarif yang telah disepakati maka selisihnya merupakan kerugian bagi rumah sakit. System DRG ini juga memicu dokter-dokter rumah sakit agar tepat dan efektif dalam menentukan diagnosa, serta dengan meminimalkan tindakan-tindakan medis yang memang tidak diperlukan.

14. ASURANSI KESEHATANPrinsip dasar asuransi kesehatan :1. Insurable interest : hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan, antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum.2. Utmost good faith : suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua fakta materialmengenai sesuatuyang akan diasuransikan baik diminta maupun tidak. Artinya adalah si penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang luasnya syarat/kondisi dari asuransi dan si tertanggung juga harus meberikan keterangan yang jelas dan benar atas objek atau kepentingan yang dipertanggungkan.3. Proximate cause : suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian yang menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai dan secar aktif dari sumber yang baru dan independen.4. Indemnity : suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi finansial dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaar sebelum terjadinya kerugian ( KUHD 252, 253 dan dipertegas dalam pasal 278 )5. Subrogation : pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah klaim dibayar.6. Contribution : hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-sama menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut meberikan indemnity.Perbedaan asuransi wajib dan asuransi swasta : Asuransi kesehatan pemerintah : suransi kesehatan milik pemerintah atau pengelolaan dana dilakukan oleh pemerintah. Keuntungan yang di peroleh khususnya bagi masyarakat kurang mampu, karena mendapat subsidi dari pemrintah. Di lain oihak, biasanya mutu pelayanan kurang sempurna sehingga maysrakat tidak puas. Asuransi kesehatan swasta : asuransi milik swasta atau pengelolaan dana dilakukan oleh badan swasta. Keuntungan yang diperoleh biasanya mutu pelayanan relatif lebih baik, sedangkan kerugiannya sulit dilakukan pengamatan terhadap penyelenggaraannya.

BAB IIIPENUTUP3.1 KESIMPULANDokter keluarga adalah setiap dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang profesi kedokteran maupun kesehatan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga yang berwenang secara mandiri melakukan tindak medis mulai dari pencegahan, diagnosis, pengobatan, perawatan dan asuhan paliatif, menggunakan dan memadukan ilmu-ilmu biomedis, psikologi medis dan sosiologi medis untuk menjalankan praktek dokter keluarga. Melayani individu dalam masyarakat, tanpa memandang jenis penyakitnya ataupun karakter personal dan sosialnya, dan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia dalam sistem pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer dengan menerapkan prinsip-prinsip Kedokteran keluarga.

DAFTAR PUSTAKAAzwar, Azrul, Gan, Goh Lee, Wonodirekso, Sugito. 2004. A Primer On Family Medicine Practice. Singapore : Singapore International Foundation Danakusuma, Muhyidin. 2006. Pengantar Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas. Jakarta : IDI Danasari. 2008. Standar Kompetensi Dokter Keluarga. Jakarta : PDKIQomariah. 2000. Sekilas Kedokteran Keluarga. Jakarta : FK-Yarsi.PERAN DOKTER KELUARGA 33