Definisi

6
. Definisi Vena seksi merupakan prosedur pembedahan gawat darurat untuk mendapatkan akses pembuluh darah vena pada resusitasi penderita syok hipovolemik. b. Ruang lingkup Syok merupakan keadaan dimana terdapat ketidak normalan dari sistem peredaran darah yang mengakibatkan perfusi organ dan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat. Salah satu jenis keadaan syok ini adalah syok hipovolemik, dimana penyebabnya bisa karena perdarahan atau bukan perdarahan. Penanganan pertama dari keadaan syok hipovolemik adalah resusitasi cairan baik peroral, enteral maupun perenteral. Perenteral disini meliputi pembedahan dan non pembedahan. Dalam kaitan penegakan diagnosa dan pengobatan, diperlukan beberapa disiplin ilmu terkait antara lain patologi klinik, dan radiologi. c. Indikasi operasi Penderita syok hipovolemik yang dengan cara non pembedahan (perkutaneus) tidak bisa didapatkan akses vena untuk resusitasi cairan. d. Kontra indikasi operasi: Trombosis vena Koagulopati (PT atau PTT > 1.5 x kontrol) e. Diagnosis Banding untuk Syok hipovolemik Syok kardiogenik Syok septik Syok neurogenik f. Pemeriksaan Penunjang

description

123

Transcript of Definisi

Page 1: Definisi

. Definisi

Vena seksi merupakan prosedur pembedahan gawat darurat untuk mendapatkan akses pembuluh darah vena pada resusitasi penderita syok hipovolemik.

b. Ruang lingkup

Syok merupakan keadaan dimana terdapat ketidak normalan dari sistem peredaran darah yang mengakibatkan perfusi organ dan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat. Salah satu jenis keadaan syok ini adalah syok hipovolemik, dimana penyebabnya bisa karena perdarahan atau bukan perdarahan. Penanganan pertama dari keadaan syok hipovolemik adalah resusitasi cairan baik peroral, enteral maupun perenteral. Perenteral disini meliputi pembedahan dan non pembedahan. Dalam kaitan penegakan diagnosa dan pengobatan, diperlukan beberapa disiplin ilmu terkait antara lain patologi klinik, dan radiologi.

c. Indikasi operasi

Penderita syok hipovolemik yang dengan cara non pembedahan (perkutaneus) tidak bisa didapatkan akses vena untuk resusitasi cairan.

d. Kontra indikasi operasi:

Trombosis vena

Koagulopati (PT atau PTT > 1.5 x kontrol)

e. Diagnosis Banding untuk Syok hipovolemik

Syok kardiogenik

Syok septik

Syok neurogenik

f. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan ronsen (toraks dan panggul)

2. Lavase peritoneal untuk diagnosis perdarahan intra abdominal

3. Ultrasound abdominal

4. Foto polos toraks

Tehnik Operasi

Page 2: Definisi

1. Siapkan kulit pergelangan kaki dengan larutan antiseptik dan tutup daerah lapangan operasi dengan duk steril atau bisa juga daerah femoral atau di lengan penderita.

2. Lakukan anestesi infiltrasi pada kulit dengan lidokain 0.5%.3. Insisi kulit melintang setebalnya dibuat di daerah anestesia sepanjang 2.5 cm.4. Diseksi tumpul, dengan menggunakan klem hemostat yang lengkung, vena diidentifikasi

dan dipotong dan dibebaskan dari semua jaringan disekitarnya.5. Angkat dan diseksi vena tsb sepanjang kira-kira 2cm untuk melepaskannya dari dasar.6. Ikat vena bagian distal, dan mobilisasi vena, tinggalkan jahitan di tempat untuk ditarik

(traction).7. Pasang pengikat keliling pembuluhnya, arah cephalad8. Buat venotomi yang kecil melintang dan dilatasi perlahan-lahan dengan ujung klem

hemostat yang ditutup.9. Masukkan kanul plastik melalui venotomi dan ikat dengan ligasi proksimal keliling

pembuluh dan kanul. Kanul harus dimasukkan dengan panjang yang cukup untuk mencegah terlepas.

10. Sambung pipa intravena dengan kanul dan tutuplah insisinya dengan jahitan interupsi.11. Pasang pembalut steril dengan salep antibiotik topikal.

Komplikasi operasi

Komplikasi yang terjadi adalah perdarahan. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan bebat tekan. Komplikasi lain adalah infeksi baik flebitis maupun selulitis, untuk menanganinya cabut kateter, kompres hangat, serta elevasikan tungkai, serta berikan antibiotik jika perlu. Komplikasi lain adalah hematoma, trombose pembuluh, robekan syaraf serta arteri.

Mortalitas (tidak ada)

Perawatan Pasca Bedah

Perawatan pasca vena seksi harus benar-benar diperhatikan terutama daerah tempat di lakukan vena seksi harus bebas infeksi. Hal ini bisa dicegah dengan rawat luka setiap hari, serta ditutup dengan kassa steril. Jika ada indikasi infeksi sebaiknya kateter vena di cabut.

Follow-Up

Penderita pasca syok hipovolemik setelah syok teratasi. Kateter vena dapat dilepas dan bila penderita sudah bisa peroral sebaiknya terapi maintenance dengan peroral atau dengan menggunakan akses intravena lainnya yang non pembedahan. Luka pasca vena seksi harus dirawat aseptik.

Yang dievaluasi: klinis, tanda-tanda vital, tanda-tanda infeksi

Kelalaian dapat terjadi dalam 3 bentuk, yaitu malfeasance, misfeasance dan nonfeasance. Malfeasance berarti melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tidak tepat/layak (unlawful atau improper), misalnya melakukan tindakan medis tanpa indikasi yang memadai (pilihan tindakan medis tersebut sudah improper). Misfeasance berarti melakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat (improper performance), yaitu misalnya melakukan tindakan medis

Page 3: Definisi

dengan menyalahi prosedur. Nonfeasance adalah tidak melakukan tindakan medis yang merupakan kewajiban baginya. Bentuk-bentuk kelalaian di atas sejalan dengan bentuk-bentuk error (mistakes, slips and lapses) yang telah diuraikan sebelumnya, namun pada kelalaian harus memenuhi ke-empat unsur kelalaian dalam hukum - khususnya adanya kerugian, sedangkan error tidak selalu mengakibatkan kerugian. Demikian pula adanya latent error yang tidak secara langsung menimbulkan dampak buruk (lihat pula bagan 1).

Kelalaian medik adalah salah satu bentuk dari malpraktik medis, sekaligus merupakan bentuk malpraktik medis yang paling sering terjadi. Pada dasarnya kelalaian terjadi apabila seseorang dengan tidak sengaja, melakukan sesuatu (komisi) yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan sesuatu (omisi) yang seharusnya dilakukan oleh orang lain yang memiliki kualifikasi yang sama pada suatu keadaan dan situasi yang sama. Perlu diingat bahwa pada umumnya kelalaian yang dilakukan orang-per-orang bukanlah merupakan perbuatan yang dapat dihukum, kecuali apabila dilakukan oleh orang yang seharusnya (berdasarkan sifat profesinya) bertindak hati-hati, dan telah mengakibatkan kerugian atau cedera bagi orang lain.

Malpraktik atau malpractice berasal dari kata ”mal” yang berarti buruk dan ”practice” yang berarti suatu tindakan atau praktik, dengan demikian malpraktek adalah suatu tindakan medis buruk yang dilakukan dokter dalam hubungannya dengan pasien. Menurut Black’s Law Dictionary mendefinisikan malpraktik sebagai “professional misconduct or unreasonable lack of skill” atau “failure of one rendering professional services to exercise that degree of skill and learning commonly applied under all the circumstances in the community by the average prudent reputable member of the profession with the result of injury, loss or damage to the recipient of those services or to those entitled to rely upon them”. Pengertian malpraktik di atas bukanlah monopoli bagi profesi medis, melainkan juga berlaku bagi profesi hukum (misalnya mafia peradilan), akuntan, perbankan, dan lain-lain. Pengertian malpraktik medis menurut World Medical Association (1992) adalah: “medical malpractice involves the physician’s failure to conform to the standard of care for treatment of the patient’s condition, or lack of skill, or negligence in providing care to the patient, which is the direct cause of an injury to the patient.”

Selain pengertian diatas definisi lain dari malparaktik adalah setiap kesalahan profesional yang diperbuat oleh dokter pada waktu melakukan pekerjaan profesionalnya, tidak memeriksa, tidak menilai, tidak berbuat atau meninggalkan hal-hal yang diperiksa, dinilai, diperbuat atau dilakukan oleh dokter pada umumnya didalam situasi dan kondisi yang sama (Berkhouwer & Vorsman, 1950), selain itu menurut Hoekema, 1981 malpraktik adalah setiap kesalahan yang diperbuat oleh dokter karena melakukan pekerjaan kedokteran dibawah standar yang sebenarnya secara rata-rata dan masuk akal, dapat dilakukan oleh setiap dokter dalam situasi atau tempat yang sama, dan masih banyak lagi definisi tentang malparaktik yang telah dipublikasikan. Dalam tata hukum indonesia tidak dikenal istilah malpraktik, pada undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan disebut sebagai kesalahan atau kelalaian dokter sedangkan dalam undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran dikatakan sebagai pelanggaran disiplin dokter. Sehingga dari berbagai definisi malpraktik diatas dan dari kandungan hukum yang berlaku di indonesia dapat ditarik kesimpulan bahwa pegangan pokok untuk membuktikan malpraktik yakni dengan adanya kesalahan tindakan profesional yang dilakukan oleh seorang dokter ketika melakukan perawatan medik dan ada pihak lain yang dirugikan atas tindakan tersebut.

Menurut Gunadi, J dapat dibedakan antara resiko pasien dengan kelalaian dokter (negligence) yang dapat dimintakan pertanggungjawaban pada dokter, resiko yang ditanggung pasien ada tiga macam yaitu :

1. Kecelakaan

2. Resiko tindakan medik (risk of treatment)

Page 4: Definisi

3. Kesalahan penilaian (error of judgement)

Masih menurut Gunadi, J masalah hukum sekitar 80% berkisar pada penilaian atau penafsiran. Resiko dalam tindakan medik selalu ada dan jika dokter atau penyedia layanan kesehatan telah melakukan tindakan sesuai dengan standar profesi medik dalam arti bekerja dengan teliti, hati-hati, penuh keseriusan dan juga ada informed consent (persetujuan) dari pasien maka resiko tersebut menjadi tanggungjawab pasien. Dalam undang-undang hukum perdata disana disebutkan dalam hal tuntutan melanggar hukum harus terpenuhi syarat sebagai berikut :

1. Adanya perbuatan (berbuat atau tidak berbuat)

2. Perbuatan itu melanggara hukum

3. Ada kerugian yang ditanggung pasien

4. Ada hubungan kausal antara kerugian dan kesalahan

5. Adanya unsur kesalahan atau kelalaian

Dalam beberapa kasus yang diajukan ke pengadilan masih terdapat kesulitan dalam menentukan telah terjadi malparaktik atau tidak karena dalam tatanan hukum indonesia belum diatur mengenai standar profesi dokter sehingga hakim cenderung berpatokan pada hukum acara konvensional, sedangkan dokter merasa sebagai seorang profesional yang tidak mau disamakan dengan hukuman bagi pelaku kriminal biasa, misalnya : pencurian atau pembunuhan. Sebagai insan yang berkecimpung di bidang asuransi kita berharap pemerintah lebih serius untuk mengatur permasalahan tersebut dengan menerbitkan produk hukum yang mengatur tentang standar profesi.

Semoga bermanfaat….

Salam,