Definisi

18
Definisi Trauma tembus merupakan trauma mata yang menyebabkan kerusakan pada keseluruhan ketebalan dinding bola mata (full-thickness wound of the eyewall). Trauma tembus termasuk dalam golongan trauma mata terbuka (open globe injury), yang merupakan trauma laserasi tunggal akibat benda tajam. 4 ABLASIO RETINA A. Pendahuluan Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina manusia merupakan suatu struktur yang sangat terorganisir, yang terdiri dari lapisan- lapisan badan sel dan prosesus sinaptik. Walaupun ukurannya kompak dan tampak sederhana apabila dibandingkan dengan struktur saraf misalnya korteks serebrum, retina memiliki daya pengolahan yang sangat canggih. Pengolahan visual retina diuraikan oleh otak, dan persepsi warna, kontras, kedalaman, dan bentuk berlangsung di korteks. 1,2 Retina merupakan jaringan neurosensoris yang terbentuk dari perpanjangan sistem saraf pusat sejak embriogenesis. Retina berfungsi untuk mengubah energi cahaya menjadi impuls listrik yang

Transcript of Definisi

Page 1: Definisi

Definisi

Trauma tembus merupakan trauma mata yang menyebabkan kerusakan pada keseluruhan ketebalan dinding bola mata (full-thickness wound of the eyewall). Trauma tembus termasuk dalam golongan trauma mata terbuka (open globe injury), yang merupakan  trauma laserasi tunggal akibat benda tajam.4

ABLASIO RETINA

A.     Pendahuluan

Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima

rangsangan cahaya. Retina manusia merupakan suatu struktur yang sangat terorganisir, yang terdiri

dari lapisan-lapisan badan sel dan prosesus sinaptik. Walaupun ukurannya kompak dan tampak

sederhana apabila dibandingkan dengan struktur saraf misalnya korteks serebrum, retina memiliki

daya pengolahan yang sangat canggih. Pengolahan visual retina diuraikan oleh otak, dan persepsi

warna, kontras, kedalaman, dan bentuk berlangsung di korteks.1,2

Retina merupakan jaringan neurosensoris yang terbentuk dari perpanjangan sistem saraf pusat

sejak embriogenesis. Retina berfungsi untuk mengubah energi cahaya menjadi impuls listrik yang

kompleks yang kemudian ditransmisikan melalui saraf optik, chiasma optik, dan traktus visual

menuju korteks occipital sehingga menghasilkan persepsi visual. Bagian sentral retina atau daerah

makula sebagian besar terdiri dari fotoreseptor kerucut yang digunakan untuk penglihatan sentral dan

warna (penglihatan fotopik), sedangkan bagian perifer retina sebagian besar terdiri dari fotoreseptor

batang yang digunakan untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik).2,3

Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan sel

batang retina dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat

dengan membran Brunch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu

Page 2: Definisi

perlengketan struktural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang

potensial untuk lepas secara embriologis. 1

Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel akan

mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung lama akan

mengakibatkan gangguan fungsi penglihatan yang menetap.1

B.      Epidemiologi

Istilah “ablasio retina” (retinal detachment) menandakan pemisahan retina sensorik dari epitel

pigmen retina. Terdapat tiga jenis utama ablasio retina, yaitu: ablasio retina regmatogenosa, epitel

retina traksi (tarikan), dan ablasio retina eksudatif.2

Insiden  ablasio retina di Amerika Serikat adalah 1:15.000 populasi dengan prevalensi 0,3%.

Sumber lain menyatakan bahwa insidens ablasio retina di Amerika Serikat adalah 12,5:100.000 kasus

per tahun atau sekitar 28.000 kasus per tahun.

Secara internasional, faktor penyebab ablasio retina terbanyak adalah miopia 40-50%, operasi

katarak (afakia, pseudofakia) 30-40%, dan trauma okuler 10-20%. Ablasio retina lebih banyak terjadi

pada usia 40-70 tahun, tetapi bisa terjadi pada anak-anak dan remaja lebih banyak karena trauma.4

Ablasio retina regmatogenosa merupakan ablasio retina yang paling sering terjadi. Sekitar 1

dari 10.000 populasi normal akan mengalami ablasio retina regmatogenosa. Kemungkinan ini akan

meningkat pada pasien yang:

Memiliki miopia tinggi;

Telah menjalani operasi katarak, terutama jika operasi ini mengalami komplikasi

kehilangan vitreus;

Pernah mengalami ablasio retina pada mata kontralateral;

Baru mengalami trauma mata berat.5

 

C.     Anatomi

Retina merupakan membran yang tipis, halus dan tidak berwarna, tembus pandang. Yang

terlihat merah pada fundus adalah warna koroid. Retina terdiri dari macam-macam jaringan, jaringan

saraf dan jaringan pengokoh yang terdiri dari serat-serat Mueller, membrane limitans interna dan

eksterna, serta sel-sel glia.7

Pada kehidupan embrio, dari optic vesicle terbentuk optic cup, di mana lapisan luar

membentuk lapisan epitel pigmen dan lapisan dalam membentuk lapisan dalam lainnya. Di antara

kedua lapisan ini terdapat celah potensial. Bila terjadi robekan di retina, maka cairan badan kaca akan

Page 3: Definisi

melalui robekan ini, masuk ke dalam celah potensial dan melepaskan lapisan batang dan kerucut dari

lapisan epitel pigmen, maka terjadilah ablasio retina. Keadaan ini tidak boleh berlangsung lama, oleh

karena lapisan batang dan kerucut mendapat makanan dari kapiler koroid, sedang bagian-bagian lain

dari retina mendapat nutrisi  dari pembuluh darah retina sentral, yang cabang-cabangnya terdapat di

dalam  lapisan urat saraf.7

Retina menjalar ke depan dan makin ke depan, lapisannya berubah makin tipis dan berakhir di

ora serrata, di mana hanya didapatkan satu lapisan nuklear. Makin ke perifer makin banyak batang

daripada kerucut, batang-batang itu telah mengadakan modifikasi menjadi tipis-tipis. Epitel pigmen

dari retina kemudian meneruskan diri menjadi epitel pigmen yang menutupi badan siliar dan iris. 7

Di mana aksis mata memotong retina, terletak makula lutea. Di tengah-tengahnya terdapat

lekukan dari fovea sentralis. Pada funduskopi, tampak makula lutea lebih merah dari sekitarnya dan

pada tempat fovea sentralis seolah-olah ada cahaya, yang disebut refleks fovea, yang disebabkan

lekukan pada fovea sentralis. Besar makula lutea 1-2 mm. Daerah ini daya penglihatannya paling

tajam, terutama di fovea sentralis. Struktur makula lutea: 7

1.       Tidak ada serat saraf;

2.       Sel-sel ganglion sangat banyak dipinggir-pinggirnya, tetapi di makula sendiri tidak ada;

3.       Lebih banyak kerucut daripada batang dan telah bermodifikasi menjadi tipis-tipis. Di fovea

sentralis hanya terdapat kerucut.

Nasal dari makula lutea, kira-kira pada jarak 2 diameter papil terdapat papilla nervi optisi,

yaitu tempat di mana N II menembus sklera. Papil ini hanya terdiri dari serabut saraf, tidak

mengandung sel batang dan kerucut sama sekali. Bentuk papil lonjong, berbatas tegas, pinggirnya

lebih tinggi dari retina sekitarnya. Bagian tengahnya ada lekukan yang tampak agak pucat, besarnya

1/3 diameter papil, yang disebut exkavasi fisiologis. Dari tempat inilah keluar arteri dan vena sentral

yang kemudian bercabang-cabang ke temporal dan ke nasal, juga ke atas dan ke bawah.

 

Pada pemeriksaan funduskopi, dinding pembuluh darah tidak dapat dilihat. Yang tampak pada

pemeriksaan adalah kolom darah. Arteri diameternya lebih kecil, dengan perbandingan a:v = 2:3.

Warnanya lebih merah, bentuknya lebih lurus-lurus, di tengahnya terdapat refleks cahaya. Vena lebih

besar, warna lebih tua, bentuk lebih berkelok-kelok.7

A. retina sentralis mengurus makanan lapisan-lapisan retina sampai dengan membrana

limitans eksterna. Di daerah makula lutea, yang terutama terdiri dari sel batang dan sel kerucut tidak

terdapat cabang dari A. retina sentralis, oleh karena daerah ini mendapat nutrisi dari kapiler koroid.7

Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina,dan terdiri atas lapisan1 :

Page 4: Definisi

1)       Epitel pigmen retina(RPE) : terbentuk atas satu lapisan sel yang melekat longgar pada

retina kecuali di perifer(ora serata).

2)       Fotoreseptor : merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai

bentuk ramping dan sel kerucut.

3)       Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.

4)       Lapis nukleus luar : merupakan susunan lapis nucleus sel kerucut dan batang.Ketiga

lapis diatas avaskuler dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.

5)       Pleksiform luar : merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat sinapsis sel

fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.

6)       Nukleus dalam : merupakan tubuh sel bipolar,sel horizontal dan sel Muller.Lapis ini

mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.

7)       Pleksiform dalam : merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat sinaps sel

bipolar,sel amakrin dengan sel ganglion.

8)       Sel ganglion : merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.

9)       Serabut saraf : merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke saraf optik. Di dalam

lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.

10)   Membran limitan interna : merupakan membrane hialin antara retina dan badan kaca.

D.      Patofisiologi

Ruangan potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai dengan rongga vesikel

optik embriogenik. Kedua jaringan ini melekat longgar, pada mata yang matur dapat berpisah :5

1.       Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami likuifikasi dapat memasuki

ruangan subretina dan menyebabkan ablasio progresif (ablasio regmatogenosa).

2.       Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina, misalnya seperti

pada retinopati proliferatif pada diabetes mellitus (ablasio retina traksional).

3.       Walaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan subretina akibat proses

eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan (ablasio retina eksudatif)

 

Ablasio retina idiopatik (regmatogen) terjadinya selalu karena adanya robekan retina atau lubang

retina. Sering terjadi pada miopia, pada usia lanjut, dan pada mata afakia. Perubahan yang merupakan

faktor prediposisi adalah degenerasi retina perifer (degenerasi kisi-kisi/lattice degeration), pencairan

sebagian badan kaca yang tetap melekat pada daerah retina tertentu, cedera, dan sebagainya.12

Perubahan degeneratif retina pada miopia dan usia lanjut juga terjadi di koroid. Sklerosis dan

sumbatan pembuluh darah koroid senil akan menyebabkan berkurangnya perdarahan ke retina. Hal

semacam ini juga bisa terjadi pada miopia karena teregangnya dan menipisnya pembuluh darah retina.

Perubahan ini terutama terjadi di daerah ekuator, yaitu tempat terjadinya 90% robekan retina.

Page 5: Definisi

Terjadinya degenerasi retina pada mata miopia 10 sampai 15 tahun lebih awal daripada mata

emetropia. Ablasi retina delapan kali lebih sering terjadi pada mata miopia daripada mata emetropia

atau hiperopia. Ablasi retina terjadi sampai 4% dari semua mata afakia, yang berarti 100 kali lebih

sering daripada mata fakia.12

Terjadinya sineresis dan pencairan badan kaca pada mata miopia satu dasawarsa lebih awal

daripada mata normal. Depolimerisasi menyebabkan penurunan daya ikat air dari asam hialuron

sehingga kerangka badan kaca mengalami disintegrasi. Akan terjadi pencairan sebagian dan ablasi

badan kaca posterior. Oleh karenanya badan kaca kehilangan konsistensi dan struktur yang mirip

agar-agar, sehingga badan kaca tidak menekan retina pada epitel pigmen lagi. Dengan gerakan mata

yang cepat, badan kaca menarik perlekatan vireoretina. Perlekatan badan kaca yang kuat biasanya

terdapat di daerah sekeliling radang atau daerah sklerosis degeneratif. Sesudah ekstraksi katarak

intrakapsular, gerakan badan kaca pada gerakan mata bahkan akan lebih kuat lagi. Sekali terjadi

robekan retina, cairan akan menyusup di bawah retina sehingga neuroepitel akan terlepas dari epitel

pigmen dan koroid.12

E.       Klasifikasi

Klasifikasi ablasio retina berdasarkan etiologinya, terdiri atas :1

       1. Ablasio retina regmatogenosa

Pada ablasio retina regmatogenosa dimana ablasio terjadi akibat adanya robekan pada

retina sehingga cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi

pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk melalui robekan atau

lubang pada retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis

epitel pigmen koroid.

Ablasio retina akan memberikan gejala terdapatnya gangguan penglihatan yang

kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang menutup. Terdapatnya riwayat adanya pijaran api

(fotopsia) pada lapangan penglihatan.

Ablasio retina yang berlokalisasi di daerah supratemporal sangat berbahaya karena

dapat mengangkat makula. Penglihatan akan turun secara akut pada ablasio retina bila

dilepasnya retina mengenai makula lutea.

Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat

dengan pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah.

Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas (ablasio) bergoyang. Kadang-kadang

terdapat pigmen di dalam badan kaca. Pada pupil terlihat adanya defek aferen pupil akibat

penglihatan menurun. Tekanan bola mata rendah dan dapat meninggi bila telah terjadi

neovaskular glaukoma pada ablasio yang telah lama.

2. Ablasio retina tarikan atau traksi

Page 6: Definisi

Pada ablasio ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut pada

badan kaca yang akan mengakibatkan ablasio retina dan penglihatan turun tanpa rasa sakit.

Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan diabetes mellitus

proliferatif, trauma dan perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi.

3. Ablasio retina eksudatif

Ablasio retina eksudatif adalah ablasio yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat di

bawah retina dan mengangkat retina. Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya

cairan dari pembuluh darah retina dan koroid (ekstravasasi). Hal ini disebabkan penyakit

koroid.  Pada ablasio tipe ini penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat. Ablasio

ini dapat hilang atau menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau hilang.

 

 

F.       Diagnosis1,4,5,8,9,10

Diagnosis ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi dan

pemeriksaan penunjang, sebagai berikut :

1.       Anamnesis

Gejala yang sering dikeluhkan pasien, adalah:

-          Floaters (terlihat benda melayang-layang), yang terjadi karena adanya kekeruhan di vitreus

oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi vitreus itu sendiri.

-          Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya) tanpa adanya cahaya di sekitarnya, yang umumnya

terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam keadaan gelap.

-          Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya sebagian seperti tertutup

tirai yang semakin lama semakin luas. Pada keadaan yang telah lanjut dapat terjadi penurunan

tajam penglihatan yang lebih berat.

2.       Pemeriksaan oftalmologi

-          Pemeriksaan visus, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan  akibat terlibatnya makula lutea

ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang menghambat sinar masuk.

Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula lutea ikut terangkat.

-          Pemeriksaan lapangan pandang, akan terjadi lapangan pandang seperti tertutup tabir dan

dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina, pada lapangan pandang

akan terlihat pijaran api seperti halilintar kecil dan fotopsia.

-          Pemeriksaan funduskopi, yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio retina

dengan menggunakan binokuler indirek oftalmoskopi. Pada pemeriksaan ini ablasio retina

dikenali dengan hilangnya refleks fundus dan pengangkatan retina. Retina tampak keabu-abuan

yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna pada ruang

Page 7: Definisi

subretina, didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak. Suatu robekan pada

retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya. Mungkin

didapatkan debris terkait pada vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen atau ruang retina dapat

ditemukan mengambang bebas.

 

3.       Pemeriksaan Penunjang

-          Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta antara

lain glaukoma, diabetes mellitus, maupun kelainan darah.

-          Pemeriksaan ultrasonografi, yaitu ocular B-Scan ultrasonografi juga digunakan untuk

mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis lain yang menyertainya seperti

proliverative vitreoretinopati, benda asing intraokuler. Selain itu ultrasonografi juga

digunakan untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan ablasio retina eksudatif misalnya

tumor dan posterior skleritis.

-          Scleral indentation

-          Fundus drawing

-          Goldmann triple-mirror

-          Indirect slit lamp biomicroscopy

 

 

G.     Penatalaksanaan

Prinsip Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah untuk melekatkan kembali lapisan

neurosensorik ke lapisan epitel pigmen retina. Penanganannya dilakukan dengan pembedahan,

pembedahan ablasio retina dapat dilakukan dengan cara:6,10,11

1.       Retinopeksi pneumatik

Retinopati pneumatik merupakan cara yang paling banyak pada ablasio retina regmatogenosa

terutama jika terdapat robekan tunggal pada superior retina. Teknik pelaksanaan prosedur ini adalah

dengan menyuntikkan gelembung gas ke dalam vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi robekan

retina. Jika robekan dapat ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal akan menghilang 1-2 hari.

Robekan retina dapat juga dilekatkan dengan kryopeksi sebelum balon disuntikkan. Pasien harus

mempertahankan posisi head precise selama 7-10 hari untuk meyakinkan gelembung terus menutupi

robekan retina.

2.       Scleral buckle

Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama tanpa

disertai komplikasi lainnya. Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan tergantung lokasi dan jumlah

Page 8: Definisi

robekan retina. Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau silikon                     padat. Pertama-

tama dilakukan kryopeksi atau laser untuk memperkuat perlengketan antara retina sekitar dan epitel

pigmen retina. Sabuk dijahit mengelilingi sklera sehingga terjadi tekanan pada robekan retina

sehingga terjadi penutupan pada robekan tersebut. Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan

subretinal menghilang secara spontan dalam waktu 1-2 hari.

3.       Vitrektomi

Vitrektomi merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat diabetes,

ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau hemoragik vitreus. Cara pelaksanaannya yaitu

dengan membuat insisi kecil pada bola mata kemudian memasukkan instrumen hingga ke cavum 

melalui pars plana. Setelah itu pemotongan vitreus dengan pemotong vitreus. Teknik dan instrumen

yang digunakan tergantung tipe dan penyebab ablasio. 

H.      Diagnosis Banding

-          Retinoschisis degeneratif, yaitu degenerasi peripheral tipikal sering ditemukan pada

orang dewasa, berlanjut dan meninggi 2-3 mm posterior ke ora serrata. Daerah yang

degenerasi tampak adanya gelembung dan paling mudah diamati adanya depresi skleral.

Kavitas kistoid pada lapisan pleksiform luar mengandung hyalorinidase-mukopolisakarida

sensitif. Komplikasi yang diketahui dari degenerasi kistoid yang tipikal adalah koalesensi dan

ekstensi kavitas dan peningkatan kearah retinoskisis degenerasi tipikal. Gejala fotopsia dan

floaters tidak ada karena tidak ada traksi vitreoretinal. Defek lapangan pandang jarang. 10,11

-           Choroidal detachment, gejala fotopsia dan floaters tidak ada karena tidak ada traksi

viteroretinal. Defek lapangan pandang ada pada mata dengan detachment choroidal yang

luas.10

 

I.        Komplikasi

Penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan merupakan komplikasi yang paling umum

terjadi pada ablasio retina. Penurunan penglihatan terhadap gerakan tangan atau persepsi cahaya

adalah komplikasi yang sering dari ablasio retina yang melibatkan makula.4

      Jika retina tidak berhasil dilekatkan kembali dan pembedahan mengalami komplikasi, maka

dapat timbul perubahan fibrotik pada vitreous (vitreoretinopati proliferatif, PVR). PVR dapat

menyebabkan traksi pada retina dan ablasio retina lebih lanjut.2,5

J.       Prognosis

      Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya ablasio, diagnosisnya dan

tindakan bedah yang dilakukan.12

Terapi yang cepat prognosis lebih baik. Prognosis lebih buruk bila mengenai makula atau jika

telah berlangsung lama. Jika makula melekat dan pembedahan berhasil melekatkan kembali retina

Page 9: Definisi

perifer, maka hasil penglihatan sangat baik. Jika makula lepas lebih dari 24 jam sebelum

pembedahan, maka tajam penglihatan sebelumnya mungkin tidak dapat pulih sepenuhnya.2,5

 

  

 DAFTAR PUSTAKA

 

1.       Ilyas S, dkk. Ablasio retina. In: Sari ilmu penyakit mata. Cetakan ke-4. Gaya Baru Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004: 9,10,183-6.

2.       Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Ablasi retina. In: Oftalmologi umum. 14th ed. Widya Medika.

Jakarta; 2006:197, 207-9.

3.       Olsen TW. Retina. In: Primary care ophtahalmology. Palay DA, Krachmer JH. Pr, editors. 2nd

ed. Elsevier Mosby. Philadelphia;2005. 183-6.

4.       Gregory Luke Larkin.Retinal Detachment.EMedicine [Online] Available from :

http://www.emedicine.com/emerg/byname/Retinal-Detachment.htm . Accessed: 15/4/2008

5.       James B.,dkk. Ablasi retina. In: Oftalmologi. 9th ed. Erlangga:Ciracas Jakarta; 2003: 117-121.

6.       Friedman NJ, Kaiser PK, Trattler WB. Posterior segment. In: Review of ophthalmology.

Elsevier Saunders. Philadelphia; 2005: 295-342.

7.       Wijana N. Retina. In: Ilmu penyakit mata. 154-6.

8.       Langston DP. Manual of ocular diagnosis and therapy. 5th ed. Lippicott Williams & Wilkins.

Philadelphia; 2002: 187-91.

9.       Mansjoer, Arif. 2001. Kapita selekta kedokteran Edisi ketiga jilid pertama. Fakultas kedokteran

Universitas Indonesia : Media Aesculapius

10.   Kanski JJ. Retinal etachment. In: Clinical ophthalmology. 5 th ed. Butterworth Heinemann.

Philadelphia; 2003: 349-89.

11.   The Eye MD. Association, Retina and Vitreus. In: Basic and clinical science cource 2003-2004

on CD-ROM, section 12. America Academy of Ophthalmology: 2003-2004.

12.   Hollwich F. Ablasi Retina. In: Oftalmologi. Binarupa Aksara: Jakarta; 1993: 263-269.

13.   Lihteh Wu. Tractional Retinal Detachment.E Medicine [Online]Available from :

http://www.emedicine.com/oph/byname/Retinal-Detachment–Tractional.htm .Accessed:

15/4/2008.

14.   Lihteh wu. Exudative Retinal Detachment.E Medicine [Online]Available from :

http://www.emedicine.com/oph/byname/Retinal-Detachment–Exudative.htm .Accessed: 15/4/2008. 1.4 Patogenesis

Terjadinya robekan retina disebabkan ketidakseimbangan dari gaya. Terdapat gaya yangmempertahankan perlekatan retina dengan sel epitel pigmen retina, juga terdapat

Page 10: Definisi

gayalain yang mencetuskan robekan. Ablasio retina regmatogenosa terjadi ketika gaya yangmencetuskan lepasnya perlekatan retina melebihi gaya yang mempertahankan perlekatanretina. Tekanan yang mempertahankan perlekatan retina, antara lain tekanan hidrostatik,tekanan onkotik, dan transpor aktif. Tekanan intraokular memiliki tekanan hidrostatik  y a n g l e b i h t i n g g i p a d a v i t r e u s d i b a n d i n g k a n k o r o i d . S e l a i n i t u , k o r o i d m e n g a n d u n g substansi yang lebihdissolved dibandingkan vitreus sehingga memiliki tekanan onkotik  yang  lebih  tinggi.  Kemudian, pompa  pada  sel  epitel  pigmen  retina  secara  aktif mentranspor larutan dari ruang subretina ke koroid. Hasil dari aktivitas ketiga hal tersebutyang mempertahankan perlekatan retina.7Robekan retina terjadi sebagai akibat dari interaksi traksi dinamik vitreoretina danadanya  kelemahan di  retina  perifer  dengan  predisposisi  degenerasi.  Pada  traksivitreoretina dinamik terjadisynchysis, y a i t u l i k u e f a k s i d a r i b a d a n v i t r e u s y a n g a k a n berkembang menjadi suatu lubang pada korteks vitreus posterior yang tipis pada fovea.Cairansynchyticd a r i t e n g a h b a d a n v i t r e u s m a s u k m e l a l u i l u b a n g t e r s e b u t k e r u a n g retrohialoid yang baru terbentuk. Proses ini mengakibatkan terlepasnya secara paksa permukaan vitreus posterior dari lapisan sensori retina. Badan vitreus lainnya kolaps keinferior dan ruang retrohialoid terisi oleh cairan synchitic. Proses ini dinamakanacuterhegmatogenous PVD with collapseatau dikenal denganacute PVD henceforth.Selain itu juga dapat terjadi sebagai akibat dari komplikasi akutPVD (posterior vitreal  detachment ).  Hal  ini  tergantung  dari  kekuatan  dan  lebarnya  sisa  adhesivitreoretina. Robekan yang disebabkan oleh PVD cenderung berbentuk seperti huruf U,berlokasi di superior fundus dan sering berhubungan dengan perdarahan vitreus sebagai hasil dari ruptur pembuluh darah retina perifer

Trauma pada Mata

Posted by Kastam RO on Oct 16, 2008 in Mata | 1 comment | 11,553 view(s) Tags: chemistry, fisik, khemis, Mata, radioaktif, toxic, Trauma, trauma mata, trauma pada mata

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga sebagai kasus polisi. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau trauma mata.

Macam-macam bentuk trauma:

Fisik atau Mekanik1. Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock, membuka tutup

botol tidak dengan alat, ketapel.

2. Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan peralatan pertukangan.

Page 11: Definisi

3. Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan trauma tajam, terkadang peluru masih tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru senapan angin, dan peluru karet.

Khemis

1. Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai, kapur, lem (perekat).

2. cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata.

Fisis

1. Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.

2. Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi.

GejalaGejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya trauma.

Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya benda asing didalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak beracun dan beracun. Benda beracun contohnya logam besi, tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu. Bahan tidak beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak beracun dapat pula menimbulkan infeksi jika tercemar oleh kuman.

Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan penglihatan sementara sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata, terlepasnya selaput jala (retina) atau sampai terputusnya saraf penglihatan sehingga menimbulkan kebutaan menetap.

Trauma Khemis asam umumnya memperlihatkan gejala lebih berat daripada trauma khemis basa. Mata nampak merah, bengkak, keluar airmata berlebihan dan penderita nampak sangat kesakitan, tetapi trauma basa akan berakibat fatal karena dapat menghancurkan jaringan mata/ kornea secara perlahan-lahan.

PenangananPenderita secepatnya harus dikirim ke RS yang ada dokter spesialis mata. Sebaiknya jangan lebih dari 6 jam setelah terjadi trauma untuk menghindari terjadinya infeksi.

 

Trauma tumpul cukup dibebat dengan plester, jika ada beri salep mata antibiotik Trauma tajam dengan perlukaan dimata jangan memberi pengobatan dalam bentuk apapun.

Sebaiknya mata dibebat dengan plester. Pada umumnya perlu dilakukan operasi segera dengan pembiusan umum maka penderita langsung dipuasakan.

Trauma Khemis baik asam maupun basa sebaiknya secepatnya diguyur dengan air mengalir sebanyak-banyaknya kemudian diberi salep mata dan dibebat dengan plester secepatnya dikirm ke RS yang ada dokter spesialis mata.

sumber: RSMYAP.com

Kata kunci sehingga sampai di artikel ini adalah:

Read more: Trauma pada Mata | oPTiK oNLiNe dot iNFo http://optikonline.info/2008/10/16/trauma-

Page 12: Definisi

pada-mata.html#ixzz1GU77dqNO Under Creative Commons License: Attribution