Dedak Padi Enzim
-
Upload
auliyahoke -
Category
Documents
-
view
79 -
download
15
Transcript of Dedak Padi Enzim
A06-1
Pengembangan Bioreaktor Enzimatik Untuk Produksi Asam Lemak Dari
Hasil Samping Penggilingan Padi Secara In Situ
Fahmi Arifan1, M. Endy Yulianto
2, Deddy Kurniawan Wikanta
3, Nanik Damayanti
4
Jurusan Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang
Jl. Prof Sudarto SH, Pedalangan Tembalang, Semarang 50239
Abstract
Dedak is another output by mixture of rice and bran, Dedak was contained 17-23% of fat which can be used
as a food oil. To overcome these problems, can be achieved is by changing the bran oil into fatty acid. Dedak
oil hydrolysis can be performed immediately, with activating of enzyme lipase at dedak. The aim of this
research is for develop enzymatic bioreactor to produce fatty acid from dedak rice with enzymatic. The methods
used performed in experimental laboratory variables include : temperature (30-45) 0C, pH (4-5), mixing speed(300-800)rpm, dedak-water ratio (30-90 % w/w) and time (1-48) hours. The result showed activity lipase
increased with increment of temperature, whereas pH reaction system will be decreased with the formation of
fatty acid if not use buffer. The greater concentration of water, then increase the amount of fatty acids that are
formed will also be even greater. In this process, diffusion enzyme from water to oil assumption very fast so the
concentration of enzyme (CE) at oil was equilibrium with concentration of enzyme (CE) at water. The condition
of equilibrium will be achieved more quickly if the first substrate concentration became lower.
Keyword: Fat acid, Lipase, Enzymatic
.
Pendahuluan
Dedak merupakan hasil samping
penggilingan gabah menjadi beras. Penggilingan
satu ton gabah akan menghasilkan dedak sebanyak
60 - 80 kg, tergantung pada kualitas gabah dan
varietas padi. Indonesia sebagai penghasil gabah
terbesar ketiga di dunia, dapat memproduksi dedak
dalam jumlah besar. Dengan rata-rata produksi
gabah di atas 50 juta ton/tahun, Indonesia memiliki
dedak sebanyak 3,5 juta ton/tahun.
Dedak sebenarnya mengandung 17 - 23%
lemak yang dapat dimanfaatkan sebagai minyak
pangan. Di luar negeri, minyak dedak (rice branoil) telah dikenal secara luas. Industri penggunanya
meliputi makanan dan kosmetik. Bahkan
permintaan minyak dedak di negara-negara maju,
seperti Jepang dan Amerika, semakin meningkat.
Apa yang melatarbelakangi konsumsi minyak
dedak di negara-negara tersebut? Jawabnya terletak
pada kandungan nutrisi minyak dedak.
Akan tetapi, pemurnian minyak dedak
terbentur pada tingginya kadar asam lemak bebas
sebagai akibat dari hidrolisis minyak oleh enzim
pemecah lemak yang dinamakan enzim lipase.
Sebelum penggilingan, ketika berada dalam gabah,
enzim lipase tidak aktif. Enzim tersebut menjadi
aktif setelah mengalami kontak dengan udara akibat
proses penggilingan.
Disamping meningkatkan kadar asam
lemak bebas, hidrolisis lemak sekaligus
mengakibatkan hilang minyak dan bau tengik.
Hilang minyak akibat enzim lipase dalam dedak
dapat mencapai 4%/hari dan kadar asam lemak
bebas dapat meningkat menjadi 10% dalam waktu
beberapa jam saja.
Semakin tinggi kadar asam lemak bebas,
pemurnian minyak dedak menjadi semakin sulit
dan ekstraksi minyak dedak menjadi semakin
kurang ekonomis. Untuk mengatasi masalah
tersebut, pendekatan yang dapat ditempuh adalah
dengan mengubah minyak dedak menjadi asam
lemak. Hidrolisa minyak dedak dapat dilakukan
secara langsung, yaitu dengan mengaktifkan enzim
lipase yang berada dalam dedak. Dengan
mengambil kandungan minyak dedak rata-rata
20%, hal ini berarti Indonesia memiliki potensi
penghasil asam lemak dari dedak padi.
Hidrolisis minyak nabati menghasilkan asam
lemak dan gliserol, merupakan bahan dasar bagi
industri oleopangan dan oleokimia. Kebutuhan
dunia akan asam lemak tidak kurang dari
1.000.000 ton per tahun. Oleh karenanya, selain
dapat memberikan nilai tambah, hidrolisis minyak
nabati menjadi asam lemak dan gliserol akan dapat
menjaga stabilitas harga dan memacu
perkembangan industri oleopangan dan oleokimia
di Indonesia
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” ISSN 1693 – 4393
Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia
Yogyakarta, 22 Februari 2011
A06-2
Sama halnya dengan minyak nabati
lainnya, seperti kelapa, kedelai dan jagung, minyak
dedak tersusun atas sejumlah besar trigliserida.
Akan tetapi, kumpulan trigliserida minyak dedak
tergolong unik, karena 60 - 90% dari asam-asam
lemak penyusunnya berupa asam lemak tak jenuh,
terutama oleat dan linoleat. Asam linoleat
merupakan asam lemak penting yang tidak dapat
diproduksi tubuh manusia. Tambahan pula, minyak
dedak mengandung berbagai vitamin, khususnya B
dan E, termasuk tiga antioksidan tocopherol,
oryzanol dan tocotrienol.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan bioreaktor hidrolisis enzimatik
dalam produksi asam lemak dan untuk mengkaji
aktivitas enzim lipase dalam dedak padi sebagai
biokatalisator untuk mengkonversi trigliserida
menjadi asam lemak.
Hidrolisa trigliserida secara langsung
dengan mengaktifkan enzim lipase yang terdapat
pada dedak padi sebagai biokatalisator, akan
menghasilkan asam lemak dan gliserol. Teknologi
ini merupakan pengembangan proses pembuatan
asam lemak dengan keunggulan tidak diperlukan
pabrik minyak nabati. Oleh karenanya, postulat ini
dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan. Hasil
penelitian ini adalah informasi kondisi operasi
teknologi pembuatan asam lemak secara enzimatik
dari dedak padi, dengan spesifikasi produk sesuai
standar kualitas yang digunakan dalam industri
kue-kue, coklat, es krim, dan industri permen.
Diharapkan informasi teknologi ini nantinya dapat
digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian
lebih lanjut dan scale-up alat pemroses dari skala
laboratorium menjadi skala industri, serta
diproduksi secara komersial oleh industri asam
lemak yang saat ini masih menggunakan metoda
konvensional.
Landasan Teori
Dedak Padi
Dedak merupakan produk samping
penggilingan gabah menjadi beras. Penggilingan
satu ton gabah menghasilkan dedak sebanyak 60 -
80 kg, tergantung pada kualitas gabah dan varietas
padi.
Dedak sebenarnya mengandung 17%-23%
lemak yang dapat dimanfaatkan sebagai minyak
pangan. Di luar negeri, minyak dedak (rice bran
oil) telah dikenal secara luas. Industri penggunanya
meliputi makanan dan kosmetik. Bahkan
permintaan minyak dedak di negara-negara maju,
seperti Jepang dan Amerika, semakin meningkat.
Apa yang melatarbelakangi konsumsi minyak
dedak di negara-negara tersebut? Jawabnya terletak
pada kandungan nutrisi minyak dedak.
Sama halnya dengan minyak nabati
lainnya, seperti kelapa, kedelai dan jagung, minyak
dedak tersusun atas sejumlah besar trigliserida.
Akan tetapi, kumpulan trigliserida minyak dedak
tergolong unik, karena 60%-90% dari asam-asam
lemak penyusunnya berupa asam lemak tak jenuh,
terutama oleat dan linoleat. Asam linoleat
merupakan asam lemak penting yang tidak dapat
diproduksi tubuh manusia. Tambahan pula, minyak
dedak mengandung berbagai vitamin, khususnya B
dan E, termasuk tiga antioksidan tocopherol,
oryzanol dan tocotrienol.Berbagai kajian menunjukkan, konsumsi
minyak dedak dapat menurunkan kadar kolesterol
yang tidak dikehendaki (LDL) tanpa mengurangi
kolesterol yang dikehendaki (HDL). Oryzanol
dilaporkan sebagai komponen kunci untuk peran
tersebut. Tocotrienol, di sisi lain, banyak
dibicarakan sebagai vitamin E yang sangat berharga
dan dikatakan memiliki efek anti kanker.
Di Jepang ada suatu tradisi di mana
perempuan membalur wajah dengan minyak dedak
untuk menjaga agar kulit wajah mereka tetap halus.
Hasil perawatan kulit tersebut sebenarnya tidak
terlepas dari peran antioksidan yang ada di dalam
minyak dedak. Oryzanol, sebagai contoh, mampu
menaham pigmentasi melanin dengan
memperlambat aktifitas erihema dari tyrosinase,
karena mampu menahan transmisi gelombang
ultraviolet dari sinar matahari. Kenyataan ini
menyebabkan minyak dedak digunakan dalam
pembuatan produk pelembab kulit dan rambut.
Enzim
Enzim yang sangat berpengaruh dalam
pembentukan asam lemak dan gliserol adalah
enzim lipase. Enzim lipase banyak terdapat pada
biji-bijian yang mengandung minyak, seperti
kacang kedelai, biji jarak, kelapa sawit, kelapa, biji
bunga matahari, biji jagung, biji karet dan dedak
padi serta beberapa jenis bakteri. Dalam dedak
padi, selain enzim lipase terdapat juga enzim
oksidase, yaitu enzim peroksidase. Enzim lipase
yang terdapat pada dedak padi adalah ricinus lipase
yang cara kerjanya sangat mirip dengan pancreatic
lipase. Enzim lipase bertindak sebagai
biokatalisator yang menghidrolisa trigliserida
menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Enzim
peroksidase berperan dalam proses pembentukan
peroksida yang kemudian dioksidasi lagi dan pecah
menjadi gugusan aldehid dan keton. Senyawa keton
ini jika dioksidasi lagi akan pecah menjadi asam.
Indikasi dari aktifitas enzim peroksidase ini
diketahui dengan mengukur kenaikan peroxida
value (PV).
Indikasi dari aktifitas enzim lipase ini
dapat diketahui dengan mengukur kenaikan
bilangan asam. Enzim lipase ini sangat aktif,
bahkan pada kondisi yang baik, minyak dedak padi
jarang diproduksi dengan kandungan asam lemak
bebas dibawah 5%, dan pada kondisi yang
optimum, kandungan asam lemak pada minyak bisa
mencapai 60% atau lebih. Enzim lipase akan
mengalami kerusakan pada suhu 60 oC, dan
A06-3
aktifitas enzim ini pada dedak yang baru digiling
aktifitasnya akan cepat meningkat. Dedak padi
yang baru digiling umumnya telah mengalami
kerusakan pada selnya, sehingga aktifitas enzim
lipase akan meningkat karena kontak dengan
substrat minyak nabati.
Asam LemakAsam lemak diperoleh dari hewan dan
tumbuh-tumbuhan seperti kelapa sawit, kelapa,
jagung, kedelai, biji jarak, biji karet, biji bunga
matahari dan minyak dedak padi. Sedangkan asam
lemak sintetik dapat diperoleh dari industri
petrochemical. Dalam penggunaannya, asam lemak
memegang peranan penting dalam industri
oleochemical, seperti industri sabun, detergent,
alkhohol lemak, polimer, amina lemak, kosmetik
dan farmasi.
MetodologiPenelitian tentang pembuatan asam lemak
melalui hidrolisa trigliserida enzimatis dari dedak
padi dalam bioreaktor tangki berpengaduk akan
diinvestigasi baik secara eksperimen maupun
pemodelan. Secara skematik pelaksanaan tahapan-
tahapan penelitian disajikan pada Gambar 1.
Rangkaian penelitian akan dilaksanakan secara
bertahap meliputi Perancangan dan pabrikasi
bioreaktor hidrolisis enzimatis,Studi produktifitas
asam lemak,dan Optimisasi parameter-parameter
proses
Gambar 1. Skematik tahapan-tahapan
penelitian
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan baku yang akan digunakan pada
penelitian berupa dedak dari hasil samping
penggilingan padi di Mulawarman,Tembalang.
Aktifitas enzim lipase pada dedak setelah
penggilingan sudah mulai beraksi, dan aktifitas ini
semakin lama akan semakin besar.
Bahan lain yang diperlukan adalah bahan untuk
melakukan titrasi dalam penentuan bilangan asam
untuk menguji kadar asam lemak bebas, bilangan
iod untuk menguji kejenuhan, bilangan penyabunan
untuk menguji berat molekul dan panjang rantai
carbon serta penentuan bilangan peroksida. Bahan-
bahan kimia membeli di CV.Indrasari Semarang.
Peralatan utama yang dipakai pada penelitian ini
adalah bioreaktor hidrolisis enzimatis tersaji pada
Gambar 2. Alat lain yang diperlukan adalah analisa
laboratorium seperti titrasi dalam penentuan kadar
asam, bilangan iod, bilangan penyabunan dan
bilangan peroksida, sedangkan untuk menentukan
komposisi asam lemak dapat dilakukan dengan
menggunakan gas kromatografi (GC). Beberapa
alat lain yang digunakan sebagai pendukung untuk
keperluan analisa adalah Buret, Piknometer,
Viskosimeter, Refraktometer , Erlenmeyer, Pipet
volum, Beaker glass ,. Pipet tetes , Pipa kapiler.
Gambar 2. Rangkaian alat Bioreaktor
Enzimatik
Studi Produktifitas Asam Lemak
Usaha-usaha yang dapat meningkatkan
produktifitas diantaranya pengaruh penambahan
buffer fosfat (KH2PO4 dan K2HPO4) terhadap
pembentukan asam lemak. Secara umum tingkat
produktifitas asam lemak akan lebih baik dengan
adanya penambahan buffer fosfat KH2PO4 dan
K2HPO4 (Yulianto, dkk., 2005., Hartati, dkk.,
2006., Hartati, dkk, 2007., Abidin, dkk., 2007.,
Wahyuningsih, dkk., 2007). Penggunaan buffer
fosfat bermanfaat untuk menjaga pH larutan
sehingga lebih stabil dibandingkan dengan
menggunakan air. Pernyataan ini didukung dengan
data eksperimen awal, bahwa fasa akuatik
menggunakan buffer fosfat memberikan derajat
hidrolisis yang lebih besar dibandingkan dengan
menggunakan air (Abidin, dkk., 2007.,
Wahyuningsih, dkk., 2007). Oleh karenanya, kajian
pada tahap ini diarahkan untuk menentukan
penambahan buffer fosfat (KH2PO4 dan K2HPO4)
terhadap pembentukan asam lemak. Pengukuran
data dilakukan di laboratorium Bioteknologi
UNDIP selama 1 bulan.
Studi Optimasi ProsesStudi optimisasi dilakukan dengan
menggunakan faktorial design 2n. Pengukuran data
dilakukan di laboratorium Bioteknologi UNDIP
selama 3 bulan. Parameter-parameter yang diteliti
adalah suhu, pH, waktu reaksi, rasio dedak padi/air,
dan kecepatan putaran pengaduk. Penentuan
variabel yang berpengaruh dapat menggunakan
normal probability plot, setelah dilakukan
perhitungan main efek dan perhitungan interaksi
atau menggunakan program statistik Matlab ®.
Perancangan
dan Pabrikasi
Bioreaktor
Studi Produktifitas
Asam Lemak
Optimasi parameter-
parameter Proses
A06-4
Variabel Penelitian
Variabel percobaan yang dilakukan
meliputi temperatur, pH, rasio dedak padi-air,
putaran pengaduk dan waktu hidrolisa. Temperatur
hidrolisis ditetapkan pada 30-45 oC, karena rentang
ini merupakan temperatur rata-rata aktivitas lipase.
Untuk variabel pH ditetapkan berdasarkan dua fasa
akuatik yang berbeda yaitu menggunakan air dan
menggunakan buffer fosfat pH 8,2, yaitu pH
ditetapkan pada rentang 4 – 5. Sedangkan rasio
dedak padi–air ditetapkan pada rentang 30–90 %
w/w. Kecepatan putar pengaduk pada rentang 300-
800 rpm, karena merupakan zona turbulen. Waktu
reaksi hidrolisa secara enzimatis ditetapkan pada
rentang 1 – 48 jam.
Prosedur Penelitian
Umpan (dedak dari hasil samping
penggilingan padi + air) dengan perbandingan berat
tertentu dimasukkan ke dalam bioreaktor hidrolisis
enzimatis yang sudah dikondisikan pada temperatur
tertentu pula. Hidrolisa enzimatis ini, dilakukan
dalam bioreaktor hidrolisis enzimatis pada berbagai
variabel proses yang telah ditentukan. Perhitungan
waktu reaksi (t=0) dimulai ketika pengaduk
(dengan putaran tertentu) mulai dijalankan. Selama
reaksi berlangsung, sejumlah sampel diambil setiap
1 jam. Prosedur percobaan dilakukan dengan cara
mengamati kandungan asam lemak setiap 60 menit.
Pengamatan ini akan dilakukan selama beberapa
hari sampai kemampuan enzim lipase menurun
untuk menghidrolisa trigliserida.
Pengukuran Produk
Pengukuran Kualitas Produk
Kadar asam lemak bebas diukur dengan bilangan
asam,kejenuhan diukur dengan bilangan iod,berat
molekul dan panjang rantai Carbon diukur dengan
bilangan penyabunan,derajat kerusakan lemak
diukur dengan bilangan peroksida,dan kadar air
diukur dengan penentuan kadar air manual.
Pengukuran Sifat Produk
Berat jenis diukur dengan piknometer,indeks bias
diukur dengan refraktometer,titik memadat diukur
dengan dengan metoda menggunakan pipa
kapiler,komposisi asam lemak diukur dengan cara
gas khromatografi,dan faktor konversi dihitung
berdasar asam lemak yang terbentuk terhadap
dedak padi yang digunakan.
Hasil Dan Pembahasan
Bioreaktor hidrolisis enzimatis dengan
pemanas listrik bergantung pada fenomena
konveksi dan konduksi, serta perpindahan panas
terjadi melalui gradien panas. Oleh karenanya,
perlu pengendali suhu agar tidak terlalu rendah
sehingga reaksi hidrolisis berjalan dengan
sempurna. Hal ini terjadi karena karakteristik
struktural enzim lipase sangat unik, yaitu
merupakan fenomena yang disebut dengan
“interfacial activation” (aktivasi pada permukaan).
Aktivitas lipase meningkat cepat ketika substrat
berada pada interface minyak-air. Pada temperatur
rendah, sebagian minyak dedak berada dalam
bentuk padat sehingga reaksi hidrolisis menjadi
sulit. Bila minyak berada dalam fasa padat, luas
interface antara fasa minyak dan air menjadi kecil
dan lipase akan lebih sulit mengkatalisis reaksi.
Pengaruh temperature
Gambar 3. Hubungan antara Temperatur
dengan jumlah asam yang terbentuk
Menurut Arrhenius, aktivitas lipase
meningkat dengan kenaikan temperatur. Hal ini
disebabkan pada temperatur terlalu rendah, minyak
dedak yang merupakan reaktan akan berada dalam
bentuk padat sehingga reaksi hidrolisis menjadi
sulit. Hal tersebut disebabkan sisi aktif enzim
kurang terekspos sehingga akses substrat terhadap
sisi aktif akan lebih sempit. Selain itu, lipase
memiliki keunikan karena mengkatalisis reaksi
pada interface antara fasa minyak dan air. Bila fasa
minyak berada dalam fasa padat, luas interface
antara fasa minyak dan fasa air menjadi kecil dan
lipase akan lebih sulit mengkatalisis reaksi. Akan
tetapi peningkatan temperatur lebih lanjut akan
menyebabkan penurunan aktivitas katalitik lipase.
Pada temperatur 40oC, enzim mulai menunjukkan
penurunan aktivitas dan menurun tajam pada
temperatur 45oC. Hal ini membuktikan bahwa
persamaan Arrhenius ini dibatasi oleh peristiwa
denaturasi enzim. Suhu yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan struktur enzim.
Akibatnya enzim menjadi terdeaktivasi dan proses
hidrolisis menjadi terhambat. Dalam studi ini,
temperatur optimum lipase yang berasal dari dedak
padi untuk reaksi hidrolisis adalah 35oC. Namun
demikian, menurut penelitian Abel Hiol dkk.
(1999) untuk produksi, pemurnian dan karakterisasi
lipase dari Mucor hiemalis f. Hiemalis, ditegaskan
bahwa lipase ekstraseluler dihasilkan pada
fermentasi batch dengan aktivitas tertinggi dicapai
pada temperatur optimum 40oC.
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
25 30 35 40 45 50
Temperatur (oC)
Ju
mla
h a
sa
m t
iap
wa
ktu
(g
/ja
m)
A06-5
Pengaruh PH
Gambar 4. Pengaruh pH terhadap peningkatan
jumlah asam
Untuk mengetahui pengaruh perubahan pH
terhadap reaksi hidrolisis minyak dedak,
eksperimen dilakukan menggunakan dua fasa
aquatik yang berbeda yaitu menggunakan air dan
menggunakan buffer fosfat pH 8,2. Studi dilakukan
pada temperatur 35oC dengan konsentrasi fasa
aquatik 40 %. Gambar 6. menunjukkan pengaruh
pH terhadap peningkatan jumlah asam. Dalam
hidrolisis pH sistem reaksi akan menurun seiring
dengan terbentuknya asam lemak jika tidak
menggunakan buffer. Penggunaan buffer
bermanfaat untuk menjaga pH larutan sehingga
lebih stabil dibandingkan dengan menggunakan air.
Pernyataan ini didukung dengan data eksperimen
bahwa fasa aquatik menggunakan buffer
memberikan derajat hidrolisis yang lebih besar
dibandingkan dengan menggunakan air. Konversi
maksimal yang dicapai bila menggunakan fasa
aquatik air adalah 38,7 % sedangkan dengan
menggunakan buffer mencapai derajat hidrolisis
49,1 %. Hal ini berarti bahwa aktivitas lipase sangat
sensitif terhadap pH. Akan tetapi, penelitian Abigor
dkk. (1985) menyatakan bahwa lipase aktif dengan
pH optimal 4,5.
Tabel 1. Analisa GC-MS menurut penelitian
yang kami lakukan didapatkan komposisi asam
lemak minyak dedak padi adalah sebagai
berikut :
Jenis Asam Lemak Konsentrasi (%-b)
Asam Miristat (C14:0) 0.1953
Asam pentadekanoat (C15:0) 0.04
Asam Palmitat (C16:0) 16.4944
Asam Stearat (C18:0) 1.5904
Asam Oleat (C18:1) 44.2961
Asam Linoleat (C18:2) 35.9336
Asam Linolenat (C18:3) 0.6848
Asam Arachidat (C20:0) 0.7654
Kesimpulan
Telah dikembangkan bioreaktor enzimatic
dengan perpindahan panas yang terjadi melalui
gradien panas, sehingga meningkatkan interface
acitvation enzim lipase. Aktivitas lipase meningkat
dengan kenaikan temperatur, sedangkan pH sistem
reaksi akan menurun seiring dengan terbentuknya
asam lemak jika tidak menggunakan buffer.
Semakin besar konsentrasi air, maka peningkatan
jumlah asam lemak yang terbentuk juga akan
semakin besar. Pada proses ini, difusi enzim dari air
ke minyak dianggap sangat cepat sehingga
konsentrasi enzim (CE) di minyak setimbang
dengan konsentrasi enzim (CE) di air. Kondisi
kesetimbangan akan tercapai lebih cepat apabila
konsentrasi awal substrat semakin kecil. Begitu
juga halnya dengan konversi yang akan didapatkan
lebih tinggi apabila waktu hidrolisa semakin besar.
Jumlah Asam Lemak yang dihasilkan paling
banyak adalah pada waktu 54 menit, PH 5 dengan
konsentrasi dedak-air 30 % yaitu sebesar 159
gram/jam sedangkan pada kondisi temperatur 450C
dengan konsentrasi dedak-air 30 % yaitu sebesar
0,3 gram/jam.
Ucapan Terima Kasih
Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan syukur Alhamdulillah pada Allah
SWT serta terima kasih sebesar-besarnya pada
DP2M DIKTI atas dukungan dana dalam kegiatan
program PKMP 2010.
Daftar Pustaka
Abidin, Z., Paramita, V., dan Yulianto, M.E.,
2007,”Model Regresi Biokonversi Buah
Kelapa Sawit Menjadi Asam Lemak Secara
Enzimatis”, Laporan sementara Penelitian
Fundamental - DIKTI.
Adi, N.,2003,”Ekstraksi Minyak Dari Dedak Padi
Dengan Pelarut n-Hexane”, Proceeding
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia,
Yogyakarta.
Hartati, I., Yulianto, M.E., and Paramita,V.,
2006,”Prestudy of the fatty Acid Production
from Palm Oil Hartati, I., and Yulianto, M.E.,
2007,” The Effect of Buffer Addition and
Water Concentration on the Fatty Acid
Production from Palm Fresh Fruit by Direct
Enzymatic Hydrolisis Process”, Jurnal
Metana, Vol. 3, No. 2.
Henry Tauber, 1950,”The Chemistry and
Technology of Enzymes”, John Wiley &
Sons, Inc, New York.
Hiol, A., Jonzo, M.D., Druet, D., and Comeau, L.,
1999,”Production, Purification, and
Characterization of an Extrasellular Lipase
from Mucor hiemalis f. Hiemalis’, Enzym and
Microbial Technology, 25, hal. 80 – 87.
http://anekaplanta.wordpress.com/2008/03/02/pe
manfaatan_hasil_samping_penggilingan
padi
http://smk3ae.wordpress.com/2008/10/13/produ
ksi minyak kaya asam lemak
http://www.americanpalmoil.com/glossary.html#
14
http://www.freepatentsonlinePatent
4208432.htm
A06-6
http://www.freepatentsonlinePatent
5518754.htm
http://www.freepatentsonlinePatent
6706502.htm
http://www.apakabar.ws/forums/viewtopic.htm
http://zulle.multiply.com/journal/item/25/peman
faatan_dedak_padi
Ketaren, S, 1986,”Minyak dan Pangan”, Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.
Wikipedia.org/wiki/trigliserida
www.che.itb.ac.id/sntki
2009/daftar/prosiding/tpmas.pdf
Wikipedia.org/eiki/padi.html
Yassin, A.A., Mohamed, I.O., Ibrahim, M.N.,
Yusoff, M.S. 2003, “Effect of Enzymatic
Interesterification on Melting Point of Palm
Olein,” Appl Biochem Biotechnol. (Abstract),
Vol. 110 No. 1, July, p. 45-52.
Yulianto, M.E., Broto, R.W., dan Pudjihastuti, I.,
2005,”Studi Awal Pembuatan Asam Lemak
Secara Enzimatik Dari Buah Segar Kelapa
Sawit”, Jurnal Metana, Vol. 1, No. 2, hal 22-
27.
Yulianto, M.E., dan Abidin., Z., 2007,”Studi
Pendahuluan Pembuatan Asam Lemak Secara
Enzimatik Dari Hasil Samping Penggilingan
Padi”, Laporan Penelitian UNDIP.
Yuniastuti, A., dan Yulianto, M.E., 2007,”
Pembuatan Asam Lemak Secara In Situ Dari
Biji Karet Melalui Aktivasi Enzimatik”,
Laporan Penelitian Beasiswa Unggulan-
DEPDIKNAS.
Wahyuningsih., dan Yulianto, M.E.,
2007,”Pembuatan Asam Lemak Dari Buah
Segar Kelapa Sawit Secara Enzimatik
Menggunakan Buffer Fosfat”, Laporan
Penelitian PKM-DIKTI