Debu2 tambang
description
Transcript of Debu2 tambang
Penambangan sistem bawah tanah untuk membongkar dan melepas bahan galian
dari batuan induknya, yang terletak jauh di perut bumi dibutuhkan lubang masuk
yang berupa shaft (sumuran) dan adit atau tunnel (terowongan). Dalam tahap
development untuk pembuatan terowongan tambang batu bara di Sigalut, Ombilin
digunakan Roadheader.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui penyebab maupun besarnya konsentrasi
debu tambang yang timbul pada kegiatan development di Sigalut agar dapat
dilakukan pencegah an dan pengendalian serta terciptanya kondisi dan suasana
kerja yang aman. Metodologi meliputi: studi literatur; penambilan conto (partikel
debu, contoh batuan, ploting titik pengambilan; pengukuran partikel debu; uji
laboratorium (kimia, XRD, mineralogi); alternatif penanggulangan. Analisis kimia
dilakukan terhadap 7 (tujuh) buah contoh partikel debu yang menempel di pipa
ventilasi dari Slope I dan II untuk mengetahui kandungan unsur-unsur yang
terdapat dalam pertikel debu, hasil analisis dari ke-tujuh partikel debu ini
memperlihatkan kandungan SiO2 = 57,8 - 62,4%; Al2O3 = 18,10 - 19,01% dan
Fe2O3 = 3,44 - 4,60%, sedang unsur lainnya, relatif kecil. Analisis
mineralogi/mikroskopi dilakukan pada 5 (lima) buah partikel serta 2 (dua) contoh
batuan dari Slope I dan II. Hasil analisis pada contoh partikel debu S1 - S5 ukuran
partikel material transparan yang menggambarkan mineral silika 0,4 - 77 mikron,
kandungan mineral opaq berwarna hitam 5 - 100 mikron, sedang pada contoh
batuan C1 dan C2 mineral dominannya adalah lempung 71 - 73%, kuarsa 20 -
22%; felspar 6% serta mineral bijih 1%. Analisis XRD yang dilakukan terhadap 7
(tujuh) buah contoh partikel, ternyata komosisi mineralnya didominasi oleh
kuarsa, kaolin dan ilit. Dari pantauan kegiatan development di Slope 1 dengan
roadheader maupun Slope 2 dengan Dosco, ternyata konsentrasi debu di front
kerja tambang masih timbul, meskipun kedua ujung bit-nya sudah dipasang alat
penyemprot air. Hasil pengukuran konsentrasi debu di Slope 2 mencapai angka
12,8 mg/m3, ternyata lebih tinggi dibanding konsentrasi debu di Slope 1 yang
hanya 5,75 mg/m3, hal ini disebabkan oleh kekuatan penyemprotan alat tersebut
berbeda. Bila hasil pengukuran konsentrasi partikel debu dibandingkan dengan
nilai ambang batas dari beberapa negara (Australia, Inggris dan Amerika) serta
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, ternyata relatif lebih tinggi, sehingga perlu
upaya penanggulangan. Upaya pemasangan peralatan penyemprot air dengan jalan
pengkabutan yang dipasang dibelakang roadheader maupun Dosco diharapkan
dapat menurunkan konsentrasi partikel debu dalam udara tambang. Meski kecil,
debu bisa menimbulkan masalah serius di tambang.
Bukan masalah yang berakibat langsung pada produksi, melainkan resiko
kesehatan jangka panjang yang mungkin diderita oleh pekerja tambang.
Tambang terbuka dan tambang bawah tanah sama-sama memiliki resiko ini.
Hanya saja karena ruang yang terbatas serta sirkulasi udara yang tidak selancar di
permukaan, pekerja tambang bawah tanah memiliki resiko lebih tinggi untuk
terpapar.
Tidak semua debu berbahaya. Debu yang dapat mengancam kesehatan adalah
yang mengandung silika. Silika antara lain terkandung di batu granit, batu pasir,
sebagian batubara dan bijih logam.
Dalam jangka lama, seorang yang terpapar debu silika dapat menderita silicosis.
Silicosis merupakan penyakit yang ditandai dengan napas pendek, demam, dan
cyanosis (kulit yang berwarna kebiruan).
Silicosis terjadi karena partikel silika yang terhirup tidak dapat dikeluarkan lagi
dari paru-paru. Adanya benda asing membuat jaringan paru-paru membengkak.
Silika dan unsur ikutan lain juga menjadi senyawa racun yang kemudian merusak
jaringan paru-paru.
Berbagai Jenis Respirator
Silicosis dapat dicegah dengan memastikan kadar silika selalu di bawah ambang
batas. Itu sebab, dust sampling (uji debu) perlu dilakukan berkala untuk
memantau kadar silika pada suatu area kerja. Jika ditemukan kadar diatas ambang
batas, tindakan perbaikan mesti dilakukan.
Tindakan pencegahan paling umum adalah dengan membasahi permukaan tanah
dan bijih. Mesin-mesin yang berpotensi menimbulkan debu (mis: belt conveyor)
juga mesti diberi pelindung agar debu tidak tersebar. Sedang di tambang bawah
tanah, ventilasi yang cukup merupakan prasyarat penting untuk mengurangi kadar
debu.
Agar perlindungan menjadi maksimal, pekerja mesti dibekali dengan respirator
(masker anti debu). Respirator dilengkapi dengan filter hingga mampu mencegah
partikel debu terhirup ke dalam paru-paru
Debu di sekitar tempat kerja yang berasal dari pabrik industri, misalnya, dapat
menyebabkan sesak nafas hingga sakit pernafasan atau penyakit paru yang serius.
Penyakit paru ini termasuk penyakit yang banyak diderita masyarakat kita.
Ada beberapa jenis debu yang di antaranya bisa menyebabkan penyakit
pernafasan atau paru. Yakni debu organik dan anorganik. Selain itu gas dan bahan
aerosol yang larut. Berdasarkan penelitian, gas dan erosol yang sering
menimbulkan gangguan pernafasan antara lain gas dari hidrokarbon, bahan
kimiawi insektisida, serta gas dari pabrik plastik dan hasil pembakaran plastik.
Kita ketahui, di Indonesia sudah banyak industri/pabrik plastik dan penggunaan
bahan kimia insektisida. Semakin banyak pabrik plastik atau penggunaan bahan
kimiawi tersebut, maka makin besar pula risiko bahayanya terutama bagi para
pekerja pabrik dan juga orang-orang yang tinggal di sekitarnya. Khususnya gas
yang berasal dari pabrik plastik adalah polytetrafluorethylene, fosgen dan lainnya.
Fosgen dihasilkan dari pembakaran bungkus-bungkus plastik. Gas ini, jika
terhirup, dapat menimbulkan iritasi pada mukosa hidung. Dan dari penggunaan
bahan kimia (seperti insektisida) dan lainnya akan menimbulkan gangguan
pernafasan melalui susunan syaraf pusat.
Banyak jenis debu yang secara tidak sengaja terhirup oleh para pekerja pabrik.
Debu ini lama kelamaan merusak paru dan menimbulkan apa yang disebut dengan
penyakit paru kerja. Dan tergantung dari jenis debunya, maka nama penyakit
disesuaikan dengan bahan penyebabnya. Antara lain seperti asbestosis, byssinosis,
silikosis atau lainnya.
Ada juga nama penyakit yang tidak menurut aturan. Misalnya "Farmers Lung"
atau penyakit paru yang diderita oleh para petani. Perlu diketahui, Farmer s lung
banyak terjangkit di musim panen. Pada musim itu banyak sisa-sisa batang padi
atau gandum hingga berbagai jamur. Gejalanya ditandai demam/ badan panas,
batuk-batuk (kadangkala batuk darah), dan sesak nafas.
Debu organik, dapat menyebabkan penyakit pernafasan. Ini karena kepekaan dari
saluran nafas bagian bawah terutama alveoli terhadap debu meningkat. Kepekaan
inilah yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas, hingga dapat menghambat
aliran udara yang keluar masuk paru dan akibatnya sesak nafas.
Banyak jenis debu organik dihasilkan oleh industri tekstil mulai dari proses awal
yakni pembuatan biji kapas sampai penenunan. Masa/ waktu untuk timbulnya
penyakit ini cukup lama. Waktu yang terpendek adalah 5 tahun. Gejala khas yang
mucul dari penyakit ini adalah merasa berat di dada atau sesak. Berdasarkan
penelitian, angka kesakitan bisa mencapai 60% dan angka tertinggi terjadi pada
mereka yang bekerja di bagian pemintalan.
Debu anorganik, bila terhirup dalam jumlah banyak, dapat menimbulkan
gangguan paru pula. Debu ini banyak menyerang para pekerja di pabrik semen,
asbes, keramik, tambang emas atau besi. Debu ini mengandung partikel-partikel
besi, timah putih, asbes dan lainnya. Kemampuan debu untuk bisa masuk ke
dalam paru tergantung dari besar kecilnya partikel tersebut.
Bila partikel debu yang masuk ke dalam paru berukuran diameter 5¬10 mikron (1
mikron = 1/1000 milimeter), is akan tertahan dan melekat pada dinding saluran
pernafasan bagian atas. Sedang yang berukuran 3-5 mikron akan masuk lebih
dalam dan tertimbun pada saluran nafas bagian tengah.
Partikel debu berukuran 1-3 mikron akan masuk lebih dalam lagi sampai ke
alveoli dan mengedap. Sedangkan yang ukurannya lebih kecil dari 1 mikron, tidak
mengendap di alveoli karena teramat ringan dan pengaruh adanya peredaran
udara.
Melihat kenyataan di atas, kita tidak boleh menganggap sepele terhadap debu.
Untuk mencegah/ mengurangi risiko bahayanya, perlu memikirkan aspek higiene
di tempat kerja. Juga melindungi diri dengan kontrol rutin kesehatan,
perlengkapan kerja yang memberi perlindungan dari debu, dan meningkatkan
kewaspadaan terhadap debu-debu di sekitar kita
Ores adalah batuan/rock yang mengandung berbagai mineral. Bisa terdiri dari satu
atau lebih mineral . Logam-logam yang terdapat dalam batuan dapat berupa logam
murni atau suatu senyawa dan campuran dengan logam lain yang disebut
amalgam. Proses Pengambilan logam ini dilakukan dengan proses ekstraksi padat
cair menggunakan pelarut asam nitrat. Penelitian ini untuk mempelajari perolehan
tembaga dengan proses ekstraksi dalam batuan mineral, melalui variable
kecepatan pengadukan, dan konsentrasi nitrat serta mendapatkan kondisi yang
terbaik dalam proses tersebut. Batuan mineral yang telah dihaluskan lolos 200
mesh ditimbang seberat 100 gram. Dilakukan pencucian untuk menghilangkan
kotoran, dan retorting untuk menghilangkan senyawa kimia yang terikat dalam
logam.Setelah itu batuan di ekstraksi menggunakan asam nitrat sebagai pelarut
dengan variable kosentrasi asam nitrat dan kecepatan pengadukkan. Dari proses
tersebut didapat larutan dan endapan. Selanjutnya endapan kita pisahkan dari
larutannya.Berikut pada larutan kita masukkan logam besi (Fe) sebagai
pengendap. Endapan yang dihasilkan dicuci beberapa kali dengan air bersih yang
terakhir dicuci dengan air aquades.Kemudian kita lakukan proses retorting pada
suhu 800 oC dan proses terakhir adalah kita lebur dengan furnace pada suhu 1070
oC selanjutnya kita timbang tembaga yang didapat. Dari hasil analisa diperoleh
hasil terbaik pada kosentrasi asam nitrat 10N dan kecepatan pengadukkan 200rpm
dengan hasil sebanyak 36,989 ppm.