Debu2 tambang

8
Penambangan sistem bawah tanah untuk membongkar dan melepas bahan galian dari batuan induknya, yang terletak jauh di perut bumi dibutuhkan lubang masuk yang berupa shaft (sumuran) dan adit atau tunnel (terowongan). Dalam tahap development untuk pembuatan terowongan tambang batu bara di Sigalut, Ombilin digunakan Roadheader. Penelitian bertujuan untuk mengetahui penyebab maupun besarnya konsentrasi debu tambang yang timbul pada kegiatan development di Sigalut agar dapat dilakukan pencegah an dan pengendalian serta terciptanya kondisi dan suasana kerja yang aman. Metodologi meliputi: studi literatur; penambilan conto (partikel debu, contoh batuan, ploting titik pengambilan; pengukuran partikel debu; uji laboratorium (kimia, XRD, mineralogi); alternatif penanggulangan. Analisis kimia dilakukan terhadap 7 (tujuh) buah contoh partikel debu yang menempel di pipa ventilasi dari Slope I dan II untuk mengetahui kandungan unsur-unsur yang terdapat dalam pertikel debu, hasil analisis dari ke-tujuh partikel debu ini memperlihatkan kandungan SiO2 = 57,8 - 62,4%; Al2O3 = 18,10 - 19,01% dan Fe2O3 = 3,44 - 4,60%, sedang unsur lainnya, relatif kecil. Analisis mineralogi/mikroskopi dilakukan pada 5 (lima) buah partikel serta 2 (dua) contoh batuan dari Slope I dan II. Hasil analisis pada contoh partikel debu S1 - S5 ukuran partikel material transparan yang menggambarkan

description

Debu2 tambang

Transcript of Debu2 tambang

Page 1: Debu2 tambang

Penambangan sistem bawah tanah untuk membongkar dan melepas bahan galian

dari batuan induknya, yang terletak jauh di perut bumi dibutuhkan lubang masuk

yang berupa shaft (sumuran) dan adit atau tunnel (terowongan). Dalam tahap

development untuk pembuatan terowongan tambang batu bara di Sigalut, Ombilin

digunakan Roadheader.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui penyebab maupun besarnya konsentrasi

debu tambang yang timbul pada kegiatan development di Sigalut agar dapat

dilakukan pencegah an dan pengendalian serta terciptanya kondisi dan suasana

kerja yang aman. Metodologi meliputi: studi literatur; penambilan conto (partikel

debu, contoh batuan, ploting titik pengambilan; pengukuran partikel debu; uji

laboratorium (kimia, XRD, mineralogi); alternatif penanggulangan. Analisis kimia

dilakukan terhadap 7 (tujuh) buah contoh partikel debu yang menempel di pipa

ventilasi dari Slope I dan II untuk mengetahui kandungan unsur-unsur yang

terdapat dalam pertikel debu, hasil analisis dari ke-tujuh partikel debu ini

memperlihatkan kandungan SiO2 = 57,8 - 62,4%; Al2O3 = 18,10 - 19,01% dan

Fe2O3 = 3,44 - 4,60%, sedang unsur lainnya, relatif kecil. Analisis

mineralogi/mikroskopi dilakukan pada 5 (lima) buah partikel serta 2 (dua) contoh

batuan dari Slope I dan II. Hasil analisis pada contoh partikel debu S1 - S5 ukuran

partikel material transparan yang menggambarkan mineral silika 0,4 - 77 mikron,

kandungan mineral opaq berwarna hitam 5 - 100 mikron, sedang pada contoh

batuan C1 dan C2 mineral dominannya adalah lempung 71 - 73%, kuarsa 20 -

22%; felspar 6% serta mineral bijih 1%. Analisis XRD yang dilakukan terhadap 7

(tujuh) buah contoh partikel, ternyata komosisi mineralnya didominasi oleh

kuarsa, kaolin dan ilit. Dari pantauan kegiatan development di Slope 1 dengan

roadheader maupun Slope 2 dengan Dosco, ternyata konsentrasi debu di front

kerja tambang masih timbul, meskipun kedua ujung bit-nya sudah dipasang alat

penyemprot air. Hasil pengukuran konsentrasi debu di Slope 2 mencapai angka

12,8 mg/m3, ternyata lebih tinggi dibanding konsentrasi debu di Slope 1 yang

hanya 5,75 mg/m3, hal ini disebabkan oleh kekuatan penyemprotan alat tersebut

berbeda. Bila hasil pengukuran konsentrasi partikel debu dibandingkan dengan

nilai ambang batas dari beberapa negara (Australia, Inggris dan Amerika) serta

Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, ternyata relatif lebih tinggi, sehingga perlu

Page 2: Debu2 tambang

upaya penanggulangan. Upaya pemasangan peralatan penyemprot air dengan jalan

pengkabutan yang dipasang dibelakang roadheader maupun Dosco diharapkan

dapat menurunkan konsentrasi partikel debu dalam udara tambang. Meski kecil,

debu bisa menimbulkan masalah serius di tambang.

Bukan masalah yang berakibat langsung pada produksi, melainkan resiko

kesehatan jangka panjang yang mungkin diderita oleh pekerja tambang.

Tambang terbuka dan tambang bawah tanah sama-sama memiliki resiko ini.

Hanya saja karena ruang yang terbatas serta sirkulasi udara yang tidak selancar di

permukaan, pekerja tambang bawah tanah memiliki resiko lebih tinggi untuk

terpapar.

Tidak semua debu berbahaya. Debu yang dapat mengancam kesehatan adalah

yang mengandung silika. Silika antara lain terkandung di batu granit, batu pasir,

sebagian batubara dan bijih logam.

Dalam jangka lama, seorang yang terpapar debu silika dapat menderita silicosis.

Silicosis merupakan penyakit yang ditandai dengan napas pendek, demam, dan

cyanosis (kulit yang berwarna kebiruan).

Silicosis terjadi karena partikel silika yang terhirup tidak dapat dikeluarkan lagi

dari paru-paru. Adanya benda asing membuat jaringan paru-paru membengkak.

Silika dan unsur ikutan lain juga menjadi senyawa racun yang kemudian merusak

jaringan paru-paru.

Berbagai Jenis Respirator

Silicosis dapat dicegah dengan memastikan kadar silika selalu di bawah ambang

batas. Itu sebab, dust sampling (uji debu) perlu dilakukan berkala untuk

memantau kadar silika pada suatu area kerja. Jika ditemukan kadar diatas ambang

batas, tindakan perbaikan mesti dilakukan.

Tindakan pencegahan paling umum adalah dengan membasahi permukaan tanah

dan bijih. Mesin-mesin yang berpotensi menimbulkan debu (mis: belt conveyor)

juga mesti diberi pelindung agar debu tidak tersebar. Sedang di tambang bawah

Page 3: Debu2 tambang

tanah, ventilasi yang cukup merupakan prasyarat penting untuk mengurangi kadar

debu.

Agar perlindungan menjadi maksimal, pekerja mesti dibekali dengan respirator

(masker anti debu). Respirator dilengkapi dengan filter hingga mampu mencegah

partikel debu terhirup ke dalam paru-paru

Debu di sekitar tempat kerja yang berasal dari pabrik industri, misalnya, dapat

menyebabkan sesak nafas hingga sakit pernafasan atau penyakit paru yang serius.

Penyakit paru ini termasuk penyakit yang banyak diderita masyarakat kita.

Ada beberapa jenis debu yang di antaranya bisa menyebabkan penyakit

pernafasan atau paru. Yakni debu organik dan anorganik. Selain itu gas dan bahan

aerosol yang larut. Berdasarkan penelitian, gas dan erosol yang sering

menimbulkan gangguan pernafasan antara lain gas dari hidrokarbon, bahan

kimiawi insektisida, serta gas dari pabrik plastik dan hasil pembakaran plastik.

Kita ketahui, di Indonesia sudah banyak industri/pabrik plastik dan penggunaan

bahan kimia insektisida. Semakin banyak pabrik plastik atau penggunaan bahan

kimiawi tersebut, maka makin besar pula risiko bahayanya terutama bagi para

pekerja pabrik dan juga orang-orang yang tinggal di sekitarnya. Khususnya gas

yang berasal dari pabrik plastik adalah polytetrafluorethylene, fosgen dan lainnya.

Fosgen dihasilkan dari pembakaran bungkus-bungkus plastik. Gas ini, jika

terhirup, dapat menimbulkan iritasi pada mukosa hidung. Dan dari penggunaan

bahan kimia (seperti insektisida) dan lainnya akan menimbulkan gangguan

pernafasan melalui susunan syaraf pusat.

Banyak jenis debu yang secara tidak sengaja terhirup oleh para pekerja pabrik.

Debu ini lama kelamaan merusak paru dan menimbulkan apa yang disebut dengan

penyakit paru kerja. Dan tergantung dari jenis debunya, maka nama penyakit

disesuaikan dengan bahan penyebabnya. Antara lain seperti asbestosis, byssinosis,

silikosis atau lainnya.

Ada juga nama penyakit yang tidak menurut aturan. Misalnya "Farmers Lung"

atau penyakit paru yang diderita oleh para petani. Perlu diketahui, Farmer s lung

Page 4: Debu2 tambang

banyak terjangkit di musim panen. Pada musim itu banyak sisa-sisa batang padi

atau gandum hingga berbagai jamur. Gejalanya ditandai demam/ badan panas,

batuk-batuk (kadangkala batuk darah), dan sesak nafas.

Debu organik, dapat menyebabkan penyakit pernafasan. Ini karena kepekaan dari

saluran nafas bagian bawah terutama alveoli terhadap debu meningkat. Kepekaan

inilah yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas, hingga dapat menghambat

aliran udara yang keluar masuk paru dan akibatnya sesak nafas.

Banyak jenis debu organik dihasilkan oleh industri tekstil mulai dari proses awal

yakni pembuatan biji kapas sampai penenunan. Masa/ waktu untuk timbulnya

penyakit ini cukup lama. Waktu yang terpendek adalah 5 tahun. Gejala khas yang

mucul dari penyakit ini adalah merasa berat di dada atau sesak. Berdasarkan

penelitian, angka kesakitan bisa mencapai 60% dan angka tertinggi terjadi pada

mereka yang bekerja di bagian pemintalan.

Debu anorganik, bila terhirup dalam jumlah banyak, dapat menimbulkan

gangguan paru pula. Debu ini banyak menyerang para pekerja di pabrik semen,

asbes, keramik, tambang emas atau besi. Debu ini mengandung partikel-partikel

besi, timah putih, asbes dan lainnya. Kemampuan debu untuk bisa masuk ke

dalam paru tergantung dari besar kecilnya partikel tersebut.

Bila partikel debu yang masuk ke dalam paru berukuran diameter 5¬10 mikron (1

mikron = 1/1000 milimeter), is akan tertahan dan melekat pada dinding saluran

pernafasan bagian atas. Sedang yang berukuran 3-5 mikron akan masuk lebih

dalam dan tertimbun pada saluran nafas bagian tengah.

Partikel debu berukuran 1-3 mikron akan masuk lebih dalam lagi sampai ke

alveoli dan mengedap. Sedangkan yang ukurannya lebih kecil dari 1 mikron, tidak

mengendap di alveoli karena teramat ringan dan pengaruh adanya peredaran

udara.

Melihat kenyataan di atas, kita tidak boleh menganggap sepele terhadap debu.

Page 5: Debu2 tambang

Untuk mencegah/ mengurangi risiko bahayanya, perlu memikirkan aspek higiene

di tempat kerja. Juga melindungi diri dengan kontrol rutin kesehatan,

perlengkapan kerja yang memberi perlindungan dari debu, dan meningkatkan

kewaspadaan terhadap debu-debu di sekitar kita

Ores adalah batuan/rock yang mengandung berbagai mineral. Bisa terdiri dari satu

atau lebih mineral . Logam-logam yang terdapat dalam batuan dapat berupa logam

murni atau suatu senyawa dan campuran dengan logam lain yang disebut

amalgam. Proses Pengambilan logam ini dilakukan dengan proses ekstraksi padat

cair menggunakan pelarut asam nitrat. Penelitian ini untuk mempelajari perolehan

tembaga dengan proses ekstraksi dalam batuan mineral, melalui variable

kecepatan pengadukan, dan konsentrasi nitrat serta mendapatkan kondisi yang

terbaik dalam proses tersebut. Batuan mineral yang telah dihaluskan lolos 200

mesh ditimbang seberat 100 gram. Dilakukan pencucian untuk menghilangkan

kotoran, dan retorting untuk menghilangkan senyawa kimia yang terikat dalam

logam.Setelah itu batuan di ekstraksi menggunakan asam nitrat sebagai pelarut

dengan variable kosentrasi asam nitrat dan kecepatan pengadukkan. Dari proses

tersebut didapat larutan dan endapan. Selanjutnya endapan kita pisahkan dari

larutannya.Berikut pada larutan kita masukkan logam besi (Fe) sebagai

pengendap. Endapan yang dihasilkan dicuci beberapa kali dengan air bersih yang

terakhir dicuci dengan air aquades.Kemudian kita lakukan proses retorting pada

suhu 800 oC dan proses terakhir adalah kita lebur dengan furnace pada suhu 1070

oC selanjutnya kita timbang tembaga yang didapat. Dari hasil analisa diperoleh

hasil terbaik pada kosentrasi asam nitrat 10N dan kecepatan pengadukkan 200rpm

dengan hasil sebanyak 36,989 ppm.