DD ske 3.doc

13
Infeksi Saluran Kemih (ISK) Infeksi saluran kemih sering dijumpai di masyarakat yang dapat menyerang semua kelompok umur. Infeksi ini lebih sering menginfeksi kaum wanita dibanding kaum pria. Kehamilan dan menopause merupakan dua keadaan yang menyebabkan peningkatan resiko timbulnya infeksi saluran kemih, hal ini diduga berhubungan dengan tingkat keasaman urin. Infeksi saluran kemih ini dapat dibagi atas dua kelompok yaitu infeksi saluran kemih bagian atas dan infeksi saluran kemih bagian bawah. Infeksi saluran kemih bagian atas meliputi infeksi pada ginjal (nefritis atau pyelonefritis) dan infeksi pada ureter (ureteritis). Sedangkan infeksi saluran kemih bagian bawah meliputi infeksi pada kandung kemih (cystitis), infeksi pada uretra (uretritis) dan pada laki-laki termasuk infeksi pada prostate (prostatitis). Sistem saluran kemih biasanya steril dari kolonisasi bakteri, namun pada uretra yang berhubungan langsung dengan dunia luar dan dekat dengan perineum pada wanita, merupakan tempat yang sangat potensial terhadap kolonisasi mikroba patogen. Perlindungan alamiah tubuh untuk mencegah menjalarnya infeksi ke saluran kemih bagian atas (ascending) adalah adanya aliran kemih yang teratur, mekanisme pertahanan dari mukosa saluran kemih yang berusaha mengeluarkan mikroba patogen dari saluran kemih dimana mukosa saluran kemih dilapisi oleh mukus yang mampu mencegah perlekatan mikroba dan diproduksinya IgA sebagai pertahanan lokal pada mukosa untuk mencegah perlekatan mikroba dan menetralisir toksin yang dihasilkan mikroba, sifat antibakterial dari urin dimana sifat keasaman dari urin

description

dd

Transcript of DD ske 3.doc

Page 1: DD ske 3.doc

Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Infeksi saluran kemih sering dijumpai di masyarakat yang dapat menyerang semua kelompok

umur. Infeksi ini lebih sering menginfeksi kaum wanita dibanding kaum pria. Kehamilan dan

menopause merupakan dua keadaan yang menyebabkan peningkatan resiko timbulnya infeksi

saluran kemih, hal ini diduga berhubungan dengan tingkat keasaman urin.

Infeksi saluran kemih ini dapat dibagi atas dua kelompok yaitu infeksi saluran kemih bagian

atas dan infeksi saluran kemih bagian bawah. Infeksi saluran kemih bagian atas meliputi

infeksi pada ginjal (nefritis atau pyelonefritis) dan infeksi pada ureter (ureteritis). Sedangkan

infeksi saluran kemih bagian bawah meliputi infeksi pada kandung kemih (cystitis), infeksi

pada uretra (uretritis) dan pada laki-laki termasuk infeksi pada prostate (prostatitis).

Sistem saluran kemih biasanya steril dari kolonisasi bakteri, namun pada uretra yang

berhubungan langsung dengan dunia luar dan dekat dengan perineum pada wanita,

merupakan tempat yang sangat potensial terhadap kolonisasi mikroba patogen. Perlindungan

alamiah tubuh untuk mencegah menjalarnya infeksi ke saluran kemih bagian atas (ascending)

adalah adanya aliran kemih yang teratur, mekanisme pertahanan dari mukosa saluran kemih

yang berusaha mengeluarkan mikroba patogen dari saluran kemih dimana mukosa saluran

kemih dilapisi oleh mukus yang mampu mencegah perlekatan mikroba dan diproduksinya

IgA sebagai pertahanan lokal pada mukosa untuk mencegah perlekatan mikroba dan

menetralisir toksin yang dihasilkan mikroba, sifat antibakterial dari urin dimana sifat

keasaman dari urin menghalangi tumbuhnya berbagai macam mikroba dan adanya sphincter

yang memisahkan uretra dari kandung kemih dan saluran kemih bagian atas. Beberapa

mekanisme yang dapat menyebabkan menjalarnya infeksi ke saluran kemih bagian atas

antara lain :

1. Mekanisme berkemih yang abnormal yang dapat disebabkan karena terganggunya

aliran urin sehingga bakteri dapat berkembangbiak pada sisa urin.

2. Kerusakan dari uroepitelium, yang diikuti dengan timbulnya infeksi pada epitel

saluran kemih.

3. Kandungan urin yang abnormal, misalnya urin dengan kadar glukosa yang tinggi

misalnya glukosuria, sehingga menjadi tempat yang sangat baik untuk

berkembangbiaknya mikroba.

4. Benda asing, seperti batu, tumor, telur schistosoma dan granuloma, yang

menyebabkan kolonisasi mikroba pathogen, dimana benda asing tersebut bertindak

sebagai reservoir pada infeksi saluran kemih.

Page 2: DD ske 3.doc

5. Hilangnya fungsi sphincter (termasuk dengan penggunaan indwelling kateter),

sehingga hilangnya barrier terhadap penjalaran ke atas infeksi saluran kemih.

6. Kehamilan akan menyebabkan dilatasi saluran kemih, penurunan motilitas dan

meningkatnya volume urin yang tersisa, sehingga menjadi faktor pendorong

timbulnya penjalaran ke atas dari infeksi saluran kemih.

Manifestasi Klinis

a. Infeksi saluran kemih bagian bawah

Uretritis. Uretritis biasanya berhubungan dengan penyakit menular seksual. Pada wanita

sering dipengaruhi adanya infeksi pada organ genital seperti kandidiasis dan vaginitis

non-spesifik. Organisme yang sering terlibat sebagai penyebab uretritis antara lain,

herpes simpleks, Escherichia coli, Staphylococcus saprophyticus (pada wanita muda),

Enterobacteriaceae lain, Neisseria gonorrhoeae, Clamydia trachomatis, Gardnerella

vaginalis, Candida albicans, Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealitikum. Uretritis

umumnya terjadi pada wanita. Dua pertiga kasus disebabkan oleh E.coli. Uretritis yang

berhubungan dengan penyakit menular seksual, biasanya disebabkan oleh Klamidia

trakomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Angka kejadian meningkat pada pria

homoseksual. Gambaran klinis dari uretritis adalah frequensi, tidak dapat menahan

kencing, dan disuria.

Cystitis. Cystitis adalah proses peradangan pada kandung kemih. Angka kejadian pada

wanita sepuluh kali lebih sering dibanding pada pria, karena uretra pada wanita

panjangnya kurang dari 2 inci sehingga memudahkan masuknya mikroba ke dalam

saluran kemih. Pada kelompok umur yang lebih tua, biasanya cystitis pada laki-laki

disebabkan karena adanya pembesaran prostat, sedang pada wanita karena adanya

prolapse atau atrofi vagina. Organisme yang mungkin terlibat sebagai penyebab cystitis

adalah Adenovirus, Escherichia coli, Staphilococcus saphrophyticus, Klebsiella

pneumoniae, bakteri koliform lainnya, Proteus mirabilis, Candida albicans dan

Staphylococcus aureus. Gejala yang timbul pada cystitis adalah disuria, seringnya

berkemih (frequency), ”urgency” (tidak mampu menahan kemih), pyuria (adanya lekosit

di dalam urin), dan rasa tidak enak pada daerah suprapubik. Urin sering terlihat keruh,

berwarna merah terang atau merah jambu, karena terjadi proteinuria dan hematuria. Pada

beberapa kasus, cystitis dihubungkan dengan proses bakteremia, dimana akan dijumpai

gejala demam tinggi dan menggigil sampai dengan timbulnya shok septik. Bakteremia

biasanya disebabkan karena adanya benda asing pada saluran kemih seperti akibat

penggunaan kateter.

Page 3: DD ske 3.doc

Prostatitis. Prostatitis akut disebabkan karena bakteri patogen pada saluran kemih.

Bakteri yang bertanggung jawab atas timbulnya prostatitis adalah 80%-nya adalah E.coli,

10-15% Serratia spp, 5-10% Enterococcus, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella,

Proteus, dan kadang-kadang Staphylococcus. Pada keadaan akut, penyakit ini

menimbulkan gejala sistemik yang berat, berupa demam dan dapat diikuti dengan

timbulnya sindroma sepsis. Gejala lain adalah rasa nyeri pada daerah perineum pada saat

duduk, pada punggung bawah dan kadang-kadang pada penis dan rektum. Adanya

keinginan untuk berkemih terus menerus dan sakit saat berkemih. Pembesaran prostat

dapat menekan uretra sehingga tejadi retensi urin yang akut. Pada pemeriksaan colok

dubur akan teraba kelenjar prostat yang halus, lembut, membengkak dan panas.

b. Infeksi saluran kemih bagian atas

Pyelonefritis. Dua puluh lima persen dari kasus cystitis yang tidak diobati, dapat

berlanjut menjadi pyelonefritis, dimana terjadi peradangan pada satu atau kedua ginjal.

Pyelonefritis ditandai dengan adanya nyeri pinggang disertai adanya nyeri tekan pada

ginjal, demam dengan suhu melebihi 38,3°C. Dapat pula dijumpai gejala lain seperti

menggigil, mual dan diare. Pada ginjal yang sudah mengalami hidronefrosis dapat teraba

massa seperti ballon pada abdomen atas. Bakteri yang bertanggungjawab dalam

timbulnya pyelonefritis 75% adalah E.coli. Jika pyelonefritis berlangsung kronis, dapat

menyebabkan timbulnya parut pada ginjal dan penurunan fungsi dari ginjal tersebut.

Ureteritis Proses peradangan pada satu atau kedua ureter. Biasanya disebabkan karena

penyebaran infeksi dari kandung kemih atau infeksi yang berasal dari ginjal.

Pengobatan. Pengobatan infeksi saluran kemih didasarkan pada kultur bakteri penyebab dan

uji kepekaan antimikroba. Sulfonamid dan trimetoprim merupakan antibiotika yang secara

lokal masih sensitif. Penggunaan obat ini dapat secara tunggal atau kombinasi dengan

sulfametoksazol, fluoroquinolon, dan nitrofurantoin. Resistensi terhadap pemakaian ampisilin

sebagai antibiotika sekitar 25% dari keseluruhan kasus. Keberhasilan pengobatan harus

dilihat dengan melakukan kultur urin 1-2 minggu setelah pengobatan.

Retensi Urin

Retensi urin merupakan masalah yang perlu diperhatikan pada masa intrapartum maupun post

partum. Pada masa intrapartum, Sebanyak 16-17 % kasus retensio plasenta diakibatkan oleh

kandung kemih yang distensi akibat retensi urin. Sedangkan insiden terjadinya retensi urin

pada periode post partum, menurut hasil penelitian Saultz et al berkisar 1,7% sampai 17,9%.

Page 4: DD ske 3.doc

Retensi urin post partum menimbulkan komplikasi pada masa nifas. Beberapa komplikasi

akibat retensi urin post partum adalah terjadinya uremia, infeksi, sepsis, bahkan ruptur

spontan vesika urinaria.

Peningkatan tekanan intravesika akibat retensi urin pada periode post partum ini menimbukan

komplikasi akut dan kronik pada ibu. Retensi urin post partum yang berkepanjangan dapat

menyebabkan terjadinya inkontinensia urin. Pada komplikasi akut, manifestasi yang nyata

adalah menimbulkan rasa nyeri sampai menyebabkan kerusakan permanen khususnya

gangguan pada otot detrusor dan ganglion parasimpatis pada dinding kandung kemih.

Sedangkan komplikasi kronik dari retensi urin, menyebabkan refluks ureter, penyakit traktus

urinarius bagian atas dan penurunan fungsi ginjal.

Merujuk terhadap perubahan fisiologis masa nifas, retensi urin post partum dapat disebabkan

oleh keadaan hipotonik dari kandung kemih. Perubahan ini dapat berlangsung selama

beberapa hari sampai beberapa minggu post partum. Selama proses persalinan, trauma tidak

langsung dapat terjadi pada uretra dan kandung kemih. Dinding kandung kemih dapat

mengalami hiperemis dan edema serta sering kali disertai daerah hemoragik. Rasa nyeri pada

panggul yang timbul akibat dorongan kepala bayi saat persalinan serta rasa nyeri akibat

laserasi vagina atau episiotomi dapat mempengaruhi proses berkemih.

Mengatasi masalah berkemih salah satunya dapat dilakukan dengan bladder training

diantaranya kateterisasi baik secara intermitten 4-6 jam sampai tercapai residu urin <150 ml,

bila residu urin >150 ml dipasang kateter menetap selama 24-48 jam. Bladder training

merupakan penatalaksanaan yang bertujuan melatih kembali kandung kemih mencapai tonus

otot otot kandung kemih yang normal sehingga tercapai kembali pola berkemih normal. Pada

perawatan maternal, bladder training dilakukan pada ibu yang mengalami gangguan

berkemih diantaranya pada kasus retensi urin post partum. Dari beberapa literatur, bladder

training dapat dilakukan sebelum masalah berkemih terjadi pada ibu post partum, sehingga

dapat mencegah intervensi invasif yang dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran

kemih.

Infeksi Nifas

Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu

38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya

empat kali sehari.

Penyebab infeksi nifas

Page 5: DD ske 3.doc

Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen

(kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan

endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah

streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.

Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :

Streptococcus haemoliticus anaerobic. Masuknya secara eksogen dan menyebabkan

infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat

yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).

Staphylococcus aureus. Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak

ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-

orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi

terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.

Escherichia Coli. Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan

infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan

sebab penting dari infeksi traktus urinarius.

Clostridium Welchii. Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi

sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus

yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.

Cara terjadinya infeksi nifas

Infeksi dapat terjadi sebagai berikut:

Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan

dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam

uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang

dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.

Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang

berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan lainnya. Oleh

karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup

dengan masker dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar

bersalin.

Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita-

penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran

udara kemana-mana termasuk kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan yang

digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.

Page 6: DD ske 3.doc

Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali

apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.

Faktor Predisposisi Infeksi Nifas

Semua keadaan yang menurunkan daya tahan penderita seperti perdarahan

banyak, diabetes, preeklamsi, malnutrisi, anemia. Kelelahan juga infeksi

lain yaitu pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.

Proses persalinan bermasalah seperti partus lama/macet terutama dengan

ketuban   pecah   lama,   korioamnionitis,   persalinan   traumatik,   kurang

baiknya proses pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan.

Tindakan obstetrik operatif baik pervaginam maupun perabdominam.

Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam

rongga rahim.

 Manifestasi Klinis

a. Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks.

Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-kadang

perih bila kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat,

suhu sekitar 38°C dan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi tertutup

oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39 -

40°C dengan kadang-kadang disertai menggigil.

b. Endometritis.

Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban.

Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu.

Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek.

Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri

perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat,

akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu

minggu keadaan sudah normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya

bertambah dan kadang-kadang berbau.

c. Septicemia dan piemia

Keduanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih

mendadak dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan

lemah. Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya

disertai menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 - 40°C, keadaan umum

cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 - 160 kali/menit atau lebih). Penderita

Page 7: DD ske 3.doc

meninggal dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-

gejala menjadi seperti piemia.

Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan

suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi

serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran

darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia   ialah   berulang-ulang   suhu 

meningkat  dengan  cepat  disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya

suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika.

Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis.

d. Peritonitis

Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga

ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika.

Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan

nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis.

Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan

penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung

dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-

merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang

dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi.

e. Sellulitis pelvika (Parametritis)

Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila

suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri di kiri atau

kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap

kemungkinan sellulitis pelvika. Pada perkembangan peradangan lebih lanjut gejala-

gejala sellulitis pelvika menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba

tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat

dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah jaringan yang

meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara

menetap menjadi naik-turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi

cepat, dan perut nyeri.

Pencegahan Infeksi Nifas

a. Masa kehamilan

Mengurangi faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta

mengobati penyakit yang diderita ibu. Koitus  pada  hamil  tua hendaknya 

Page 8: DD ske 3.doc

dihindari  atau  dikurangi  dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan

pecahnya ketuban.

b. Selama persalinan.

Membatasi masuknya kuman di jalan lahir. Hindari partus terlalu lama dan ketuban

pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut. Menyelesaikan

persalinan dengan trauma sedikit mungkin. Mencegah terjadinya perdarahan banyak,,

Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi tepat.

c. Selama nifas

Rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat pasien dengan tanda-tanda

infeksi nifas bersama wanita nifas yang sehat.

Daftar Pustaka

Amelia, Sri. 2011. Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih. Departemen Mikrobilogi FK

USU.

Mansjoer, Arif et al. 2005. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid I. Jakarta : Media

Aesculapius