Dbd

17
BAB I PENDAHULUAN A. Definisi Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). Penyakit ini sering menyerang anak-anak, remaja maupun dewasa. B. Etiologi 1. Virus Dengue Virus dengue tergolong dalam family Flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. Dengue 1&2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia II, sedangkan dengue 3 & 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksilat, stabil pada suhu 70 0 C. Dengue merupakan serotype yang paling banyak beredar. 2. Ciri-ciri nyamuk DBD Adapun ciri-ciri nyamuk aedes aegypti adalah : a. Badannya kecil, badannya mendatar saat hinggap b. Warnanya hitam dan belang-belang

description

DBD

Transcript of Dbd

Page 1: Dbd

BAB IPENDAHULUAN

A. DefinisiDemam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue sejenis

virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti

(betina). Penyakit ini sering menyerang anak-anak, remaja maupun dewasa.

B. Etiologi1. Virus Dengue

Virus dengue tergolong dalam family Flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. Dengue 1&2 ditemukan di

Irian ketika berlangsungnya perang dunia II, sedangkan dengue 3 & 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina

tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter

dan natrium dioksilat, stabil pada suhu 700C. Dengue merupakan serotype yang paling banyak beredar.

2. Ciri-ciri nyamuk DBD

Adapun ciri-ciri nyamuk aedes aegypti adalah :

a. Badannya kecil, badannya mendatar saat hinggap

b. Warnanya hitam dan belang-belang

c. Menggigit pada pagi sampai sore hari. Aktivitas menggigit yaitu antara pukul 08.00 sampai 10.00 pagi

dan pukul 16.00 sampai 18.00. malam hari nyamuk lebih suka bersembunyi di sela-sela pakaian yang

tergantung, terutama dinding yang gelap/lembab.

d. Gemar hidup di tempat – tempat yang gelap

e. Jarak terbang <100 meter dan senang mengigit manusia

f. Bersarang di bejana-bejana berisi air jernih dan tawar seperti bak mandi, drum penampung air, kaleng

bekas. Nyamuk ini tidak dapat berkembang biak di selokan atau got.

g. Nyamuk ini tergolong antropilik yaitu suka darah manusia. Berbeda dengan spesies nyamuk lain yang

biasanya sudah puas menggigit satu orang saja, maka nyamuk aedes mempunyai kebiasaan menggigit

berulang yaitu menggigit beberapa orang secara bergabtian dalam waktu singkat, sehingga semakin

cepat proses penularan terjadi.

h. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk sekitar 10 hari

3. Daur hidup Aedes Aegypti

Page 2: Dbd

a. Nyamuk betina meletakkan telurnya didinding tempat penampungan air atau barang-barang yang

memungkinkan air tergenang sedikit di bawah permukaan air yang jernih. Seekor sekali bertelur sekitar

100 butir.

b. Perkembangan telur sampai menjadi nyamuk memerlukan waktu 7 – 10 hari

c. Tiap 2 hari nyamuk betina menghisap darah manusia untuk bertelur, bagi nyamuk arah manusia

berguna untuk mematangkan telur, agar dapat dibuahi pada saat perkawinan, biasanya 4 hari setelah

menghisap darah, telur dikeluarkan.

d. Untuk nyamuk betina dapat bertahan sampai 2 – 3 bulan.

C. PatofisiologiVirus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali mungkin

memberi gejala demam. Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, karena viremia seperti demam, sakit

kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang

mungkin terjadi pada sistem retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati, dan limfa.

Ruam pada DBD disebabkan oleh kongesti pembuluh darah di bawah kulit.

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dengan DHF

ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotinin serta

aktivasi sistem kalikten yang berakibat mengurangnya volume palsma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,

hipoproteinemia, efusi dan renjatan.Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat-saat

permulaan demam dan mencapai puncaknyapada saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume

plasma dapat menurun sampai lebih dari 30%.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam

rongga serosa, yaitu rongga peritoneum, pleura dan perikard yang pada autopoi ternyata melebihi jumlah cairan

yang telah diberikan sebelumnya melalui infus. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan

plasma, bila tidak segera diatasi dapat berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.

Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah pemberian plasma/ekspander

plasma yang efektif, sedangkan pada autopsi tidak ditemukan kerusakan dinding pembuluh darah yang destruktif

atau akibat radang, menimbulkan dugaan bahwa perubahan fungsional dinding pembuluh darah mungkin

disebabkan mediator farmakolgis yang bekerja singkat. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat,

yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi. Perdarahan pada DHF umumnya

dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan sistem koagulasi.

Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses immunologis terbukti dengan

terdapatnya kompleks immun dalam peredaran darah. Kelainan sistem koagulasi disebabkan diantaranya oleh

kerusakan hati yang fungsinya memang terbukti terganggu oleh aktivasi sistem koagulasi.

Trombositopenia yang dihubungkan dengan menungkatnya mega karoisit muda dalam sus-sum tulang

dan pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi trombosit. Penyidikan

dengan radioisotop membuktikan bahwa penghancuran trombosit terjadinya dalam sistem retikuloendotelial.

D. Gambaran Klinis

Page 3: Dbd

1. Panas tinggi mendadak terus-menerus selama 2 – 7 hari, sakit kepala, pusing, nyeri otot, mual dan muntah,

tampak lemah dan lesu.

2. Hati membesar

3. Asites

4. Muncul bintik-bintik merah pada kulit seperti bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya, kulit

diregangkan dan ditekan tidak mau hilang. Bila bintik-bintik merah itu hilang berarti bukan DBD

5. Kadang-kadang terjadi perdarahan di hidung (mimisan) dan gusi berdarah

6. Mungkin terjadi muntah darah atau berak darah

7. Bila tidak diobati penderita kan mengeluh nyeri ulu hati karena terjadi perdarahan di lambung

8. Bila sudah parah pasien akan gelisah, ujung tangan dan kaki dingin dan berkeringat. Bila tidak segera

ditolong (Rumah Sakit) dalam 2 – 3 hari dapat tidak tertolong.

E. Klasifikasi/Derajat DHFDerajat demam berdarah dengue terbagi atas:

1. Derajat I (ringan)

Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, trombositopenia dan

hemokonsentrasi, serta tourniquet positif.

2. Derajat II (sedang)

Sama dengan derajat I ditambah dengan ditemukan pula gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie,

ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.

3. Derajat III

Ditemukan tanda-tanda dini renjatan : nadi lemah dan tensi yang rendah.

4. Derajat IV

Ditemukan dengue shock syndrome dengan tensi dan nadi yang tak terukur, anggota gerak teraba dingin,

berkeringat dan kulit tampak biru.

F. Pemeriksaan Diagnostik1. Patokan WHO untuk menegakkkan diagnosis DHF

a. Demam mendadak, terus-menerus 2-7 hari.

b. Manifestasi perdarahan baik melalui uji tourniquet maupun perdarahan spontan pada kulit (petekie,

ekimosis, memar) dan/atau di tempat lain seperti epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan

melena.

c. Hepatomegali

d. Renjatan, ditandai nadi cepat dan lemah tak teraba, tekanan darah menyempit (<20mmHg) atat

hipotensi (<80mmHg) sampai tak terukur, kulit dingin, lembab dan malaise.

e. Kenaikan nilai hematokrit/hemokonsentrasi

2. Laboratorium

a. Trombositopenia : Trombosit < 150.000/mm3, penurunan progresif pada pemeriksaan periodik dan

waktu perdarahan memanjang.

Page 4: Dbd

b. Leukopenia

c. Hemokonsentrasi : Hematokrit saat MRS>20% atau meningkat progresif pada pemeriksaan periodik.

3. Pemeriksaan penunjang

a. Foto toraks lateral dekubitus kanan

Terdapat efusi pleura dan bendungan vaskuler

b. Darah rutin

Hb, leukosit, hitung jenis (limfosit plasma biru 6-30%)

c. Waktu perdarahan

G. Diagnosis Banding Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :

1. Demam cikungunya

Dimana serangan demam lebih pendek tapi suhu diatas 40 derajat disertai ruam dan infeksi konjungtiva,

ada rasa nyeri sendi dan otot.

2. Demam thyfoid

Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia, limfositosis

relatif

3. Anemia aplastik

Penderita tampak anemis timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul karena infeksi

sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia

4. Purpura trombositopenia idiopati

Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat umumnya lebih cepat menghilang dan

tidak terjadi hemokonsentrasi. S

H. PenatalaksanaanSetiap pasien tersangka DF atau DHF sebaiknya dirawat di tempat terpisah dengan pasien lain,

seyogyanya pada kamar yang bebas nyamuk. Penatalaksanaannya adalah:

1. Tirah baring

2. Makanan lunak

Bila belaum ada nafsu makan dianjurkan munum banyak 1,5-2 liter /24 jam (susu,air gula, sirop)

3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis

4. Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder

5. Perlu diobservasi teliti terhadap penemuan dini tanda renjatan yaitu:

a. Keadaan umum memburuk

b. Hati makin membesar

c. Masa perdarahan memanjang

d. Hematokrit meninggi pada pemeriksaan berkala.

Page 5: Dbd

Terapi untuk pengganti cairan yaitu:

a) DBD tanpa renjatan

Minum banyak 11/2 liter perhari

Cairan intravena bila :

Penderita muntah-muntah terus

Intake tidak terjamin

Pemeriksaan berkala Hmt cenderung meningkat terus.

Jenis cairan: RL atau asering 5, 10 mL/KgBB/24 jam.

b) DBDdengan renjatan

Derajat IV : Infus asering 5/RL diguyur 100-200 mL sampai nadi teraba serta tensi terukur,

biasanya sudah tercapai dalam 15-30 menit.

Derajat III: Infus asering 5/RL dengan kecepatan tetesan 20 mL/KgBB/ jam. Setelah renajatan

teratasi:

Tekanan sistol > 80mmHg

Nadi jelas terasa

Amplitudo nadi cukup besar.

Kecepatan tetesan diubah 10mL/KgBB/jam selama 4-6 jam. Bila keadaan umum baik, jumlah

cairan sekitar 5-7 mL/KgBB/jam. Jenis RL: Dextrose 5% =1:1. Infus dipertahankan 48 jam setelah

renjatan.

I. PencegahanUntuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap cara paling memadai saat ini.

Vektor dengue khususnya Aedes aegypti sebenarnya mudah diberantas karena sarangnya terbatas di tempat

yang berisi air bersih dan jarak terbangnya maksimal 100 meter. Tetapi karena vektor tersebut luas, untuk

keberhasilan pemberantasan diperlukan total coverage agar nyamuk tak dapat berkembang biak lagi.

Cara pemberantasan vektor:

1. Menggunakan insektisida

Yang lazim dipakai adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk

membunuh jentik. Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan

(cold fogging).

2. Tanpa insektisida

a. Menguras bak mandi, tempayan, dan tempat-tepat penampungan air minimal 1 kali seminggu.

b. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.

c. Membersihkan/mengubur kaleng-kaleng bekas, botol-botol pecah dan benda-benda lain yang

memungkinkan nyamuk bersarang.

d. Memangkas pohon atau tanaman hias tempat nyamuk bisa bersarang.

Page 6: Dbd

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian 1. Aktivitas/istirahat

Malaise

2. Sirkulasi

Tekanan darah di bawah normal, denyut perifer melemah, takikardi, susah teraba

Kulit hangat, kering, pucat, kemerahan/ bintik merah, perdarahan bawah kulit

3. Eliminasi

Diare atau konstipasi

4. Makanan/ cairan

Anoreksia, mual, muntah

Penurunan berat badan, punurunan haluaran urine, oligouria, anuria.

5. Neurosensori

Sakit kepala, pusing, pingsan

Ketakutan, kacau mental, disorientasi, delirium.

6. Nyeri/ Ketidaknyamanan

Kejang abdominal, lokalisasi area sakit

7. Pernapasan

Takipneu dengan penurunan kedalaman pernapasan, suhu meningkat, menggigil

8. Penyuluhan/ pembelajaran

Page 7: Dbd

Masalah kesehatan, penggunaan obat-obatan atau tindakan

B. Diagnosa Keperawatan1. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses penyakit/ viremia

2. Nyeri sehubungan dengan proses patologi penyakit

3. Defisit volume cairan tubuh sehubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma, evaforasi, intake

tidak adekuat

4. Risiko tinggi terjadinya perdarahan sehubungan dengan trombositopenia.

5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan mual, muntah,

anoreksia.

6. Intoleransi aktifitas sehubungan dengan kelemahan

7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet dan perawatan pasien DHF sehubungan dengan

kurangnya informasi.

C. Rencana Keperawatan1. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses penyakit/ viremia

Tujuan : Klien tidak mengalami demam, suhu tubuh normal (360 – 370)

Intervensi:

a. Kaji saat timbulnya demam

R/ Untuk menidentifikasi pola demam klien dan sebagai indikator untuk tindakan selanjutnya.b. Observasi tanda – tanda vital klien : suhu, nadi, tensi, pernapasan, tiap 4 jam atau lebih sering

R/ Tanda –tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.c. Beri penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh

R/ Penjelasan tentang kondisi yang dialami klien dapat membantu klien/keluarga mengurangi kecemasan yang timbul.

d. Menjelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan.

R/ Penjelasan yang diberikan akan memotivasi klien untuk kooperatif.e. Menganjurkan pasien untuk banyak minum ± 2,5 ltr/24 jam dan jelaskan manfaatnya bagi pasien.

R/ Peningkatan suhu tubuh akan menyebabkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.

f. Berikan kompres hangat pada kepala dan axilla

R/ Pemberian kompres akan membantu menurunkan suhu tubuh.g. Catat intake dan out put.

R/ Untuk mengetahui adanya ketidakseimbangan cairan tubuh.h. Kolaborasi: Pemberian antipiretik

R/ Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.2. Nyeri sehubungan dengan proses patologi penyakit

Tujuan : Rasa nyaman klien terpenuhi, nyeri berkurang atau hilang, klien tampak rileks.

Intervensi:

Page 8: Dbd

a. Kaji tingkat nyeri yang dialami klien.

R/ Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami klien.b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri (budaya, pendidikan,dll)

R/ Reaksi klien terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, dengan mengetahui faktor tersebut maka perawat dapat melakukan intervensi sesuai masalah klien.

c. Berikan posisi nyaman, dan citakan lingkungan yang tenang.

R/ Untuk mengurangi rasa nyerid. Berikan suasana gembira bagi klien, lakukan teknik distraksi, atau teknik relaksasi.

R/ Dengan teknik distraksi atau relaksasi, klien sedikit melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.

e. Beri kesempatanklien untuk berkomunikasi dengan orang terdekat.

R/ Berhubungan dengan orang terdekat dapat membuat klien teralih perhatiannya dari nyeri yang dialami.

f. Kolaborasi: Berikan obat-obat analgetik

R/ Obat analgetik dapat mengurangi atau menekan nyeri klien.3. Defisit volume cairan tubuh sehubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma, evaforasi, intake

tidak adekuat

Tujuan : Terjadi homeostatis volume cairan, tanda tanda vital dalam batas normal, tidak terjadi defisit

cairan..

Intervensi:

a. Kaji keadaan umum klien 9pucat, lemah, taki kardi), serta tanda –tanda vital.

R/ menetapkan data dasar, untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya.b. Observasi adanya tanda – tanda syok

R/ Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok yang dialami klien.c. Anjurkan klien untuk banyak minum

R/ asupan cairan sangat diperluakan untuk menambah volume cairan tubuh.d. Kaji tanda dan gejala dehidrasi/hipovolemik (riwayat muntah, diare, kehausan, turgor jelek)

R/ Untuk mengetahui penyebab defisit volume cairane. Kaji masukan dan haluaran cairan.

R/ untuk mengetahui keseimbangan cairan.f. Kolaborasi : Pemberian cairan intra vena sesuai indikasi.

R/ Pemberian cairan intra vena sangat penting bagi klien yang mengalami defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk untuk rehidrasi.

4. Risiko tinggi terjadinya perdarahan sehubungan dengan trombositopenia.

Tujuan : Tidak terjadi tanda tanda perdarahan lebih lanjut dan terjadi peningkatan trombosit> 150.000

Intervensi:

a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda-tanda klinis.

R/ Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan perdarahan.

Page 9: Dbd

b. Beri penjelasan tentang pengaruh trombositopenia pada klien.

R/ Agar klien/keluarga mengetahui hal hal yang mungkin terjadi padaklien dan dapat membantu mengantisipasi terjadinya perdarahan.

c. Anjurkan klien untuk banyak istirahat

R/ Aktivitas klien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.d. Beri penjelasan pada klien/keluarga untuk segera melaporkan tanda-tanda perdarahan

(hematemesis,melena, epistaksis)

R/ Keterlibatan keluarga akan sangat membantu klien mendapatkan penanganan sedini mungkin.e. Antisipasi terjadinya perdarahan ( sikat gigi lunak, tindakan incvasif dengan hati-hati)

R/ Klien dengan trombositopenia rentan terhadap cedera/perdarahan. 5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan mual, muntah,

anoreksia.

Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang

diberikan.

Intervensi:

a. Kaji keluhan mual, muntah, dan sakit menelan yang dialami klien

R/ Untuk menetapkan cara mengatasinya.b. Kaji cara/pola menghidangkan makanan klien

R/ Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan klien.c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti: bubur dan dihidangkan saat masih hangat.

R/ Membantu mengurangi kelelahan klien dan meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.d. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering

R/ Untuk menghindari mual dan muntah serta rasa jenuh karena makanan dalam porsi banyak.e. Jelaskan manfaat nutrisi bgi klien terutama saat sakit.

R/ UntukMeningkatkan pengetahan klien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat

f. Berikan umpan balik positif saat klien mau berusaha mengahiskan makannya.

R/ Memotivasi dan meningkatkan semangat klien.g. Catat jumlah porsi yang dihabiskan klien

Mengetahui pemasukan/pemenuhan nutrisi klien.

h. Ukur berat badan kilen tiap hari.

R/ Untuk mengetahui status gizi klien.6. Intoleransi aktifitas sehubungan dengan kelemahan

Tujuan : Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi

Intervensi:

a. Mengkaji keluhan klien

R/ Untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien.

Page 10: Dbd

b. Kaji hal-hal yang mampu/tidak mampu dilakukan oleh klien sehubungan degan kelemahan fisiknya.

R/ Untuk mengetahui tingkat ketergantungan klien dalam memenuhi kebutuhannya.c. Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan tingkat keterbatasan klien seperti mandi,

makan, eliminasi.

R/ Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada saat kondisinya lemah tanpa membuat klien mengalami ketergantungan pada perawat.

d. Bantu klien untuk mandiri sesuai dengan perkembangan kemajuan fisiknya.

R/ Dengan melatih kemandirian klien, maka klien tidak mengalami ketergantungan.e. Letakkan barang-barang di tempat yang mudah dijangkau oleh klien.

R/ akan membantu klien memenuhi kebutuhan sendiri tanpa bantuan orang lain.7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet dan perawatan pasien DHF sehubungan dengan

kurangnya informasi.

Tujuan : Pengetahuan klien/keluarga tentang proses penyakit, diet, perawatan meningkat sehingga

klien/keluarga memperlihatkan perilaku yang kooperatif.

Intervensi:

a. Kaji tingkat pengetahuan klien/keluarga tentang penyakit DHF

R/ Sebagai data fdasar pemberian informasi selanjutnya.b. Kaji latar belakang pendidikan klien/ keluarga.

R/ Untuk memberikan penjelasan sesuai dengan tingkat pendidikan klien/ keluarga sehingga dapat dipahami.

c. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan pada klien dengan bahasa dan

kata-kata yang mudah dimengerti.

R/ agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehinggfa tidak terjadi kesalahpahaman.d. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya pada klien.

R/ Dengan mengetahui prosedur/tindakan yang akan dilakukan dan manfaatnya, klien akan kooperatif dan kecemasannya menurun.

e. Berikan kesempatan pada klien/ keluarga untuk menanyakan hal-hal yangingin diketahui sehubungan

dengan penyakit yang diderita klien.

R/ mengurangi kecemasan dan memotivasi klien untuk kooperatif.f. Gunakan leaflet atau gambar-gambar dalam memberikan penjelasan.

R/ Untuk membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan karena dapat dilihat/ dibaca berulang kali.

Page 11: Dbd

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2007. Demam Berdarah (http://www.infeksi.com (online)), diakses tanggal 22 Juni 2009

Anonym. 2008. Dengue Haemorragiv Fever (DHF) (http://www.klikdokter.com (online)), diakses tanggal 22 Juni 2009

Doengoes, ME. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Fefendi. 2008. Asuhan Keperawatan Anak Dengan Demam Berdarah Dengue (http://www.indonesiannursing.com (online)), diakses tanggal 22 Juni 2009

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC