Dbd
-
Upload
antothesaber -
Category
Documents
-
view
216 -
download
2
description
Transcript of Dbd
Demam Berdarah Dengue
1. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan demam mendadak antara 2-7 hari disertai dengan
artralgia pada sendi-sendi di seluruh tubuh. Pola demam memiliki siklus seperti
pelana kuda, yang mana panas mendadak kemudian diikuti dengan penurunan panas.
Penurunan panas ini harus diwaspadai karena merupakan fase kritis karena terjadi
manifestasi perdarahan sehingga dapat berakibat kepada syok dan kematian.
Selain itu, pasien mengalami sesak nafas karena perembesan plasma oleh pembuluh
darah paru di pleura dan epistaksis serta perdarahan gusi akibat manifestasi
perdarahan. Pada kulit pasien perlu ditanaya apakah terdapat peteki atau purpura.
Pada tinja pasien, didapat tinja yang berwarna merah kehitaman juga karena
manifestasi perdarahan. Perlu ditanyakan juga apakah terdapat muntah, jika iya
apakah disertai dengan darah?. Hal ini perlu dikoreksi karena manifestas perdarahan
juga terjadi pada sistem gastrointestinal.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda vital: Pasien tampak lemas, tekanan darah rendah (hipotensi), pada
pernafasan diketahui terjadi peningkatan frekuensi pernafasan (takipnea)
disertai dengan usaha bernafas melalui mulut, nadi teraba cepat (takikardi)dan
teratur tetapi teraba lemah, dan suhu meningkat lebih dari 38,50C.
b. Pemeriksaan Thoraks: terdapat bunyi redup pada perkusi dan bunyi nafas
yang lemah dengan auskultasi pada daerah lateral bawah toraks. Hal ini
menjadi gambaran telah terjadi efusi pleura.
c. Pemeriksaan abdomen: terdapat hepatomegali dan asites.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Dari hasil pemeriksaan darah, diketahui pasien mengalami trombositopenia
( trombosit <100.000/ µl), peningkatan nilai hematokrit >20%, peningkatan nilai
hemoglobin, dan terjadi pemanjangan PT dan aPTT. Pada pemeriksaan kadar albumin
darah, terjadi penurunan (hipoalbuminemia) akibat kebocoran plasma. Selain itu, juga
terdapat peningkatan kadar ureum dan kreatinin apabila terjadi gangguan fungsi
ginjal. SGOT dan SGPT dapat meningkat akibat gangguan fungsi hati.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan uji torniket (Rumpled test), tampak
petekie di dawah fosa cubiti >20.
5. Diagnosis
Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan mengetahui beberapa kriteria diagnosis
berdasarkan WHO, yaitu:
a. Kriteria klinik
i. Demam tinggi mendadak
ii. Manifestasi perdarahan
1) Uji Torniket positif
2) Terdapat petekie, ekimosis, purpura
3) Perdarahan mukosa, epistaksis, dan gusi
4) Hematemesis atau melena
iii. Hepatomegali
iv. Syok
b. Kriteria Laboratorium
i. Trombositopenia (<100.000)
ii. Hemokonsentrasi (Ht >20%)
Diagnosis DBD dapat ditegakkan apabila terdapat minimal 2 tanda klinis ditambah
dengan 1 tanda laboratorium.
6. Tata laksana
a. Protokol 1 Penanganan tersangka (probable) DBD dewasa tanpa syok.
Protokol 1 ini digunakan sebagai petunjuk dalam memberikan pertolongan
pertama pada penderita DBD atau yang diduga DBD di Instalasi Gawat Darurat
dan juga dipakai sebagai petunjuk dalam memutuskan indikasi rawat. Seseorang
yang tersangka menderita DBD diruang Gawat Darurat dilakukan pemeriksaan
hemoglobin (Hb), hematokrit(Ht), dan trombosit,bila:
i. Hb, Ht dan trombosit normal atau trombosit antara 100000-150.000,
pasien dapat dipulangkan dengan anjuran kontrol atau berobat jalan ke
Poliklinik dalam waktu 24 jam berikutnya (dilakukan pemeriksaan
Hb,Ht leukosit dan trombosit tiap 24 jam) atau bila keadaan penderita
memburuk segera kembali ke Instalasi Gawat Darurat.
ii. Hb, Ht, normal tetapi trombosit < 100.000 dianjurkan untuk di rawat
iii. Hb, Ht meningkat dan trombosit normal atau turun, juga dianjurkan
untuk dirawat.
b. Protokol 2 Pemberian cairan pada tersangkan DBD dewasa di ruang gawat.
Pasien yang tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masif dan tanpa syok
maka di ruang rawat diberikan cairan infus kristaloid dengan jumlah seperti rumus
berikut ini:
1500 + {20 x ( BB dalam kg – 20 )}
Setelah pemberian cairan dilakukan pemeriksaan Ht, Hb tiap 24 jam:
i. Bila Hb, Ht meningkat 10-20 % dan trombosit < 100.000 jumlah
pemberian cairan tetap seperti diatas tetapi pemantauan Hb,Ht, trombo
dilakukan tiap 12 jam.
ii. Bila Hb, Ht meningkat >20 % dan trombosit < 100.000 maka pemberian
cairan sesuai dengan protokol penatalaksanaan DBD dengan
peningkatan Ht > 20 %
c. Protokol 3 Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >20%.
Meningkatnya Ht > 20 % menunjukkan bahwa tubuh mengalami defisit cairan
sebanyak 5 %. Pada keadan ini, terapi awal pemberian cairan adalah dengan
memberikan infus cairan kristaloid sebanyak 6-7 ml/kg/jam. Pasien kemudian
dipantau setelah 3-4 jam pemberian cairan. Bila terjadi perbaikan yang ditandai
dengan tanda-tanda hematokrit turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil,
produksi urin meningkat maka jumlah cairan infus dikurangi menjadi 5 ml/kg/jam.
Dua jam kemudian dilakukan pemantauan kembali dan bila keadaan tetap
menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan infus kembali dikurangi menjadi 3
ml/kg/jam. Bila dalam pemantauan keadaan tetap membaik maka pemberian cairan
dapat diberhentikan 24-48 jam kemudian.
Apabila setelah pemberian terapi cairan awal 6-7 ml/kg/jam tadi keadaan tetap
tidak membaik, yang ditandai dengan hematokrit dan nadi meningkat, tekanan
darah turun <20 mmHg, produksi urin menurun, maka jumlah cairan infus
dinaikkan menjadi 10ml/kgBB/jam. 2 jam kemudian dilakukan pemantauan
kembali dan bila membaik jumlah cairan dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam, tetapi
bila tidak menunjukkan perbaikkan maka jumlah cairan infus di naikkan menjadi
15 ml/kgBB/jam.
d. Protokol 4 Penataksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa.
Perdarahan spontan dan masif pada penderita DBD dewasa adalah: perdarahan
hidung/epistaksis yang tidak terkendali walaupun telah diberikan tampon hidung,
perdarahan saluran cerna (hematemesis/melena atau hematokezia), perdarahan otak
dan perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan sebanyak 4-5
ml/kgBB/jam. Pada keadaan seperti ini jumlah dan kecepatan pemberian cairan
tetap seperti keadaan DBD tanpa syok lainnya. Pemeriksaan tekanan darah, urin,
nadi, pernafasan dilakukan sesering mungkin dengan kewaspadaan Hb, Ht, dan
trombosis serta hemostase harus segera dilakukan dan pmeriksaan HB,Ht, dan
trombosit sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.
Pemberian heparin diberikan apabila secara klinis dan laboratorium didapatkan
tanda-tanda koagulasi intravaskular disseminata (KID). Transfusi komponen darah
diberikan sesuai indikasi. FFP diberikan bila didapatkan defisiensi faktor-faktor
pembekuan (PT dan aPTT yang memanjang), PRC diberikan bila nilai HB kurang
dari 10 g/dl. Transfusi trombosit hanya diberikan pada pasien DBD dengan
perdarahan spontan dan masif dengan jumlah trombosit < 100.000/mm3 disertai
atau tanpa KID. Pemberian transfusi trombosit juga harus dilakukan hati-hati
dengan melihat komponen sistem pembekuan darah yang lain. Oleh karena itu,
jumlah trombosit yang rendah bahkan lebih rendah dari 20.000 tanpa perdarahan
yang signifikan bukan merupakan indikasi dilakukan transfusi trombosit.
e. Protokol 5 Tatalaksana Sindroma Syok Dengue pada dewasa.
Bila kita berhadapan dengan Sindroma Syok Dengue (SSD) maka hal pertama
yang harus diingat adalah bahwa renjatan harus segera diatasi dan oleh karena itu
penggantian cairan intravaskular yang hilang harus segera dilakukan. Angka
kematian sindrome syok dengue sepuluh kali lipat dibandingkan dengan penderita
DBD tanpa renjatan, dan renjatan dapat terjadi karena keterlambatan penderita
DBD mendapatkan pertolongan /pengobatan, penatalaksanaan yang tidak tetap
termasuk kurangnya kewaspadaan terhadap tanda-tanda renjatan dini, dan
penatalaksanaan renjatan yang tidak adekuat. Pada kasus SSD cairan kristaloid
adalah pilihan utama yang diberikan. Selain resusitasi cairan, penderita juga
diberikan oksigen 2-4 l/menit. Pemeriksaan-pemeriksaan yang harus kadar
natrium, kalium dan klorida, serta ureum dan kreatinin.
IPD
Secara gejala klinis infeksi dari bakteri, virus dan parasit sulit dibedakan. Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk menentukan penyebab infeksi. Namun biakan mikroorganisme untuk menentukan penyebab infeksi secara pasti biasanya membutuhkan waktu 3 hari, sedangkan pasien tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk mendapat antibiotik jika memang terinfeksi bakteri.
akan tetapi ada beberapa hal yang umum untuk menbedakan demam karena infeksi bakteri parasit ataupun virus:
1. Gejala Demam: pada infeksi virus biasanya demam yang dialami sangat tinggi bahkan mencapai suhu 40 derajat celcius, tetapi pada infeksi bakteri tidak sampai setinggi itu
2. Lekosit (sel darah putih): sel ini merupakan sel pertahanan tubuh, pada infeksi bakteri kecenderungan lekositnya normal atau turun sedikit, pada infeksi bakteri lekosit penderita dapat meningkat drastis bahkan diatas 20.000/mm3 atau turun hingga dibawah 2000/mm3
3. Demam pada anak 90-95 persen disebabkan oleh virus, hanya 5-10 persen disebabkan oleh bakteri. Demam dengan suhu tinggi (di atas 39 derajat Celsius) dan durasi yang lama (di atas 3 hari) lebih banyak disebabkan oleh infeksi bakteri dibanding infeksi virus.
4. Peningkatan polimorfonuklear lebih akurat menentukan adanya infeksi bakteri. 5. Eosinofil : sel ini akan meningkat jika terdapat infeksi dari parasit, misal cacing6. Lokasi demam: Demam yang terlokalisasi di satu organ biasanya disebabkan oleh
bakteri, sedangkan jika melibatkan banyak organ (biasanya berhubungan dengan saluran napas) lebih sering dipicu oleh virus sehingga tidak perlu diberi antibiotik.
7. Laju Endap Darah (LED): biasanya akan meningkat pada infeksi2 kronis, misal bakteri TBC