Dbd Grade i9

11
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Deman Berdarah Dengue Grade I di Ruang Menular Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya”. Harya tulis ini disusun guna memenuhi syarat dalam menyelesaikan program Diploma III Akademi Kebidanan Depkes Sutomo Surabaya. Dalam penyusunan jarya tulis ini penulis banyak mendapat bimbingan , dukungan dan pengesahan dari berbagai pihak. Perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. HM. Dikman Angsar, SpOG, selaku direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang telah memberikan sarana dan fasilitas dalam pengambilan kasus untuk karya tulis. 2. Sunarsih, Spd, selaku Pjs Direktur Akademi Kebidanan Depkes Sutomo Surabaya yang telah mendidik, memberikan sarana dan fasilitas untuk menyusun karya tulis ini. 3. Kapala Ruang Menular Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya beserta staf yang telah memberikan izin melaksanakan praktek dalam meyusunan karya tulis ini. 4. Sri Utami, SKp, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dalam penyusunan jarya tulis ini 5. Sri Mulyani. S.S.T, selaku pembimbing praktek Ruang Menular Anak yang telah banyak memberikan pengarahan dalam praktek dan penyusunan karya tulis ini. 6. Bapak ibu tercinta dan seluruh keluarga yang telah memberikan biaya semangat dan do’a restu sehingga

Transcript of Dbd Grade i9

Page 1: Dbd Grade i9

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat –

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “ Asuhan

Keperawatan Pada Anak Dengan Deman Berdarah Dengue Grade I di Ruang Menular

Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya”.

Harya tulis ini disusun guna memenuhi syarat dalam menyelesaikan program

Diploma III Akademi Kebidanan Depkes Sutomo Surabaya.

Dalam penyusunan jarya tulis ini penulis banyak mendapat bimbingan ,

dukungan dan pengesahan dari berbagai pihak. Perkenankanlah penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. HM. Dikman Angsar, SpOG, selaku direktur RSUD Dr. Soetomo

Surabaya yang telah memberikan sarana dan fasilitas dalam pengambilan kasus

untuk karya tulis.

2. Sunarsih, Spd, selaku Pjs Direktur Akademi Kebidanan Depkes Sutomo

Surabaya yang telah mendidik, memberikan sarana dan fasilitas untuk menyusun

karya tulis ini.

3. Kapala Ruang Menular Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya beserta staf yang

telah memberikan izin melaksanakan praktek dalam meyusunan karya tulis ini.

4. Sri Utami, SKp, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan

dalam penyusunan jarya tulis ini

5. Sri Mulyani. S.S.T, selaku pembimbing praktek Ruang Menular Anak yang telah

banyak memberikan pengarahan dalam praktek dan penyusunan karya tulis ini.

6. Bapak ibu tercinta dan seluruh keluarga yang telah memberikan biaya semangat

dan do’a restu sehingga karya tulis ini terselesaikan dengan tepat waktu.

7. Rekan – rekan Mahasiswa Akbid Depkes Sutomo Surabaya dan semua pihak

yang telah banyak membantu dalam penyusunan karya tulis.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini belum sempurna, penulis mengharapkan

saran untuk perbaikan penulis karya tulis dimana mendatang akhirnya harapan

penulis semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca

umumnya.

Surabaya, Oktober 2001

Penulis

Page 2: Dbd Grade i9

BAB 2

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Batasan Judul

2.1.1 Asuhan keperawatan adalah serangkaian aksi yang digunakan untuk

menetapkan merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dengan

tujuan memberikan perawatan yang membantu konsumen mencapai dan

memelihara keadaan kehatannya sebaik meungkin. ( Walf xdkk, 1984 : 52)

2.1.2 Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum

pernah kawin ( Pusdiknakes, 1992; 3)

2.1.3 Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

virus dengue dengan tipe I – IV dengan infestasi klinis dengan 5 – 7 hari

disertai gejala perdarahan dan jika timbul tengatan angka kematiannya jcukup

tinggi (UPF IKA, 1994 ; 201)

Grade I : Panas 2 – 67 hari gejala umum tidak khas, uji tourniguet hasilnya

positif (UPF IKA, 1994 ; 201)

2.2 Konsep dasar DBD

2.2.1 Definisi

Demam berdarah dengue (DBD) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh

Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

Aegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ; 341)

Demam berdarah dengue adalah penyakit demam yang berlangsung akut

menyerang baik orang dewasa maupun anak – anak tetapi lebih banyak

menimbulkan korban pada anak – anak berusia di bawah 15 tahun disertai

dengan perdarahan dan dapat menimbulkan syok yang disebabkan virus

dengue dan penularan melalui gigitan nyamuk Aedes. (Soedarto, 1990 ; 36)

2.2.2 Faktor penyebab DBD

2.2.2.1 Virus dengue

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam

Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus

dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di

Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus

dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer

dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan

baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster

Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.

Page 3: Dbd Grade i9

(Soedarto, 1990; 36)

2.2.2.2 Vektor

Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor

penularan virus dengue dari penderita lkepada orang lainnya melalui

gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah

perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk

tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada

genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam

rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang –

lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air

bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai

menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari

dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37)

2.2.2.3 Host

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan

mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia

masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun

virus dengue tipe lainnya. DBD akan terjadi hjika seseorang yang pernah

mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan

untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat

infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas

terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38)

2.2.3 PATOFISIOLOGI

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan

virtemia. Hal tersebut menyebabkan pengaktivan complement sehingga terjadi

komplek imun Antibodi – virus pengaktivan tersebut akan membetuk dan

melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan

merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil

yaitu gipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehinggas

terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat di sebabkan peningkatkan

permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma.

Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan Agregasi trombosit

sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati.

Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut

terjadi SHOCK dan jika SHOCK tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan

akhirnya tejadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan

karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik

Page 4: Dbd Grade i9

sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan

2.2.4 GAMBARAN KUNIS

2.2.4.1 Demam

Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian

turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung

demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri

punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat

menyetainya. (Soedarto, 1990 ; 39)

2.2.4.2 Perdarahan

Perdaran biasanya terjadi pada hari ke 2 jdari demam dan umumnya terjadi

pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi

perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto, 1990 ;

39). Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian

atas hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson, 1993 ; 296). Perdarahan

gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.

(Ngastiyah, 1995 ; 349)

2.2.4.3 Hepatomegali

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak

yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali

dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan

pada penderita . (Soederita, 1995 ; 39)

2.2.4.4 Renjatan (Syok)

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,

dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin

pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila

syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang

buruk. (soedarto ; 39)

2.2.4.5 Gejala klinik lain yaitu nyeri epigasstrium, muntah – muntah, diare maupun

obstipasi dan kejang – kejang. (Soedarto, 1995 ; 39)

2.2.4.6 Menurut derajat ringannya penyakit, DBD dibagi menjadi 4 tingkat (UPF

IKA, 1994 ; 201) yaitu :

1. Derajat I

Panas 2 – 7 hari , gejala umumtidak khas, uji taniquet hasilnya positif

2. Derajat II

Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan

seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena,

perdarahan gusi telinga dan sebagainya.

Page 5: Dbd Grade i9

3. Derajat III

Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah hseperti

nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg)

tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah

80 mmHg.

4. Derajat IV

Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140

mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

2.2.5 PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA

Untuk mendiagnosis DBD dapat dilakukan pemeriksaan dan didapatkan

gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga dapat ditegakan dengan

pemeriksaan laboratorium yakni :

Trombositopenia (< 100.000 / mm3) , Hb dan PCV meningkat (> 20%)

leukopenia ( mungkin normal atau leukositosis), isolasi virus, serologis (UPF

IKA, 1994 pemeriksaan serologik yaitu titer CF (complement fixation) dan

anti bodi HI (Haemaglutination ingibition) (Who, 1998 ; 69), yang hasilnya

adalah

Pada infeksi pertama dalam fase akut titer antibodi HI adalah kurang dari 1/20

dan akan meningkat sampai < 1/1280 pada stadium rekovalensensi pada

infeksi kedua atau selanjutnya, titer antibodi HI dalam fase akut > 1/20 dan

akan meningkat dalam stadium rekovalensi sampai lebi9h dari pada 1/2560.

Apabila titer HI pada fase akut > 1/1280 maka kadang titernya dalam stadium

rekonvalensi tidak naik lagi. (UPF IKA, 1994 ; 202)

Pada renjatan yang berat maka diperiksa : Hb, PCV berulangkali (setiap jam

atau 4-6 jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan) faal haemostasis x-

foto dada, elektro kardio gram, kreatinin serum.

2.2.6 DIAGNOSA BANDING

2.2.6.1 Belum / tanpa renjatan :

1. Campak

2. Infeksi bakteri / virus lain (tonsilo faringitis, demam dari kelompok

pnyakit exanthem, hepatitis, chikungunya)

2.2.6.2 Dengan renjatan

1. Demam tipoid

2. Renjatan septik oleh kuman gram negatif lain

2.2.6.3 Dengan perdarahan

1. Leukimia

2. Anemia aplastik

Page 6: Dbd Grade i9

2.2.6.4 Dengan kejang

1. Ensefalitis

2. meningitis

2.2.7 PERNCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

Pemberantasan DBD seperti juga penyakit menular laibn didasarkan atas

meutusan rantai penularan, terdiri dari virus, aedes dan manusia. Karena

sampai saat ini belum terdapat vaksin yang efektif terdapat virus itu maka

pemberantasan ditujukan pada manusia terutama pada vektornya. (Soemarmo,

1998 ; 56)

Prinsip tepat dalam pencegahan DHF (Sumarmo, 1998 ; 57)

1) manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan

melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS

2) memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada

tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia.

3) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu

sekolah dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi

penularan tinggi

Menurut Rezeki S, 1998 : 22,

Pemberantasan penyakit DBD ini yang paling penting adalah upaya

membasmi jentik nyamuk penularan ditempat perindukannya dengan

melakukan “3M” yaitu

1) Menguras tempat – tampet penampungan air secara teratur sekurang –

kurangnya sxeminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke

dalamnya

2) Menutup rapat – rapat tempat penampung air dan

3) Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat

menampung air hujan seperti dilanjutkan di baliknya

2.2.8 PENATALAKSANAAN

Pada dasarnya pengobatan pasien DBD bersifat simtomatis dan suportif

(Ngastiyah, 12995 ; 344)

DBD ringan tidak perlu dirawat, DBD sedang kadang – kadang tidak

memerlukan perawatan, apabila orang tua dapat diikutsertakan dalam

pengawasan penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu

perburukan gejala klinik pada hari 3-7 sakit ( Purnawan dkk, 1995 ; 571)

Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 1994 ;

Page 7: Dbd Grade i9

203) yaitu : panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan

kurang) atau kejang – kejang ; panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran

hati uji torniquet positif/negatif, kesakitan, Hb dan Ht meningkat.

Sedangkan penatalaksanaan DBD menurut UPF IKA, 1994 ; 203 – 206 adalah

2.2.8.1 Grade I dan II

1. Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan

“surface cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan

asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan

Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehari

Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari

Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari

Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari

2. Terapi cairan

1) infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk

anak dengan BB < kh atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan

BB < 10 10 kg bersama – sama di berikan minuman oralit, air bauh

susu secukupnya

2) Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum

sebanyak – banyaknya