DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI...

68
BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 63 DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI BEBERAPA SUBAK DI KABUPATEN TABANAN BALI S.A.N. Aryawati 1 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Bali 80222 email: [email protected] ABSTRAK Beras merupakan komoditas yang strategis ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan politik. Kecukupan bahan pangan terutama beras, merupakan tolak ukur penting dalam keberhasilan pembangunan nasional. Pemerintah terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan penduduk Indonesia yang 95 % bahan pangannya bergantung dengan beras. Ratusan varietas unggul baru telah dilepas untuk dapat meningkatkan produksi beras dan mengganti varietas unggul yang telah lama dibudidayakan petani. Salah satu dari varietas unggul yang telah dilepas adalah varietas unggul baru Inpari 6. Untuk mengetahui daya hasil varietas unggul baru Inpari 6, maka dilakukan kajian ini di beberapa subak di Kabupeten Tabanan pada MT. 2010. Kajian ini dilakukan di lahan sawah di empat lokasi Subak di Kabupaten Tabanan, yaitu di: 1) Subak Guama, Desa Selanbawak, Kecamatan Marga, 2) Subak Bungan Kapal, Desa Tunjuk, Kecamatan Tabanan, 3) Subak Lanyah Bajra III, Desa Bebali, Kecamatan Selemadeg, dan 4) Subak Timan Agung, Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan. Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang diulang 5 kali. Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas 2.000 m² dengan cara tanam legowo 2 : 1 dengan jarak tanam (50 cm x 25 cm x 12,5 cm). Hasil kajian menunjukkan daya hasil Inpari 6 tertinggi dalam bentuk gabah kering panen berada di lokasi Subak Timan Agung (6,04 t/ha GKP) dan terrendah berada di lokasi Subak Lanyah Bajra III (5,30 t/ha GKP). Kata kunci : daya hasil, VUB Inpari 6 dan subak ABSTRACT: THE YIELD OF NEW BEST VARIETY (VUB) INPARI 6 IN CERTAIN SUBAK IN DISTRICTS OF TABANAN BALI Rice is a strategic commodity in terms of economic, social and political. Adequacy of food, especially rice, is an important parameter of national development. Government strive to meet the needs of 95% of Indonesia’s population relies net food of rice. Hundreds of new varieties have been released to increase the production of rice, and replace old varieties commonly cultivated. One of the new best varieties was Inpari 6. To determine the potential yield of Inpari 6 studies conducted in certain subak in the district of Tabanan on 2010. The study was conducted in four Subak locations, are: 1) Subak Guama, Selanbawak Village, Marga 2) Subak Bungan Kapal, Tunjuk Village, Tabanan District, 3) Subak Lanyah Bajra III, Bebali Village, District Selemadeg, and 4) Subak Timan Agung, Kelating Village, District Kerambitan. Study designed by randomized block design (RBD), with 5 replication. Studies conducted in the paddy field of 2,000 m² by planting legowo 2:1 spacing (50 cm x 25 cm x 12.5 cm). The results shows the result of dry grain harvest Inpari 6 highest in Subak Timan Agung (6.04 t / ha GKP) and lowest in Subak Lanyah Bajra III (5.30 t / ha GKP). Keywords: yield, VUB Inpari 6 and subak PENDAHULUAN Penyediaan pangan terutama beras dalam jumlah yang cukup dan harga yang terjangkau tetap menjadi prioritas pembangunan nasional. Selain merupakan bahan makanan pokok untuk lebih dari 95 % rakyat Indonesia, budidaya padi juga telah menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 20 juta rumah tangga petani di pedesaan. Peningkatan produktivitas padi hingga tercapainya swasembada beras dilakukan melalui berbagai upaya, dintaranya melalui peningkatan produktivitas, peningkatan indeks pertanaman, penekanan tingkat kehilangan hasil dan perluasan areal sawah. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan meggunakan varietas unggul

Transcript of DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI...

Page 1: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 63

DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI BEBERAPASUBAK DI KABUPATEN TABANAN BALI

S.A.N. Aryawati1

1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) BaliJl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Bali 80222

email: [email protected]

ABSTRAK

Beras merupakan komoditas yang strategis ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan politik. Kecukupanbahan pangan terutama beras, merupakan tolak ukur penting dalam keberhasilan pembangunan nasional.Pemerintah terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan penduduk Indonesia yang 95 % bahan pangannyabergantung dengan beras. Ratusan varietas unggul baru telah dilepas untuk dapat meningkatkan produksiberas dan mengganti varietas unggul yang telah lama dibudidayakan petani. Salah satu dari varietas unggulyang telah dilepas adalah varietas unggul baru Inpari 6. Untuk mengetahui daya hasil varietas unggul baruInpari 6, maka dilakukan kajian ini di beberapa subak di Kabupeten Tabanan pada MT. 2010. Kajian inidilakukan di lahan sawah di empat lokasi Subak di Kabupaten Tabanan, yaitu di: 1) Subak Guama, DesaSelanbawak, Kecamatan Marga, 2) Subak Bungan Kapal, Desa Tunjuk, Kecamatan Tabanan, 3) SubakLanyah Bajra III, Desa Bebali, Kecamatan Selemadeg, dan 4) Subak Timan Agung, Desa Kelating, KecamatanKerambitan. Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang diulang5 kali. Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas 2.000 m² dengan cara tanam legowo 2 : 1dengan jarak tanam (50 cm x 25 cm x 12,5 cm). Hasil kajian menunjukkan daya hasil Inpari 6 tertinggi dalambentuk gabah kering panen berada di lokasi Subak Timan Agung (6,04 t/ha GKP) dan terrendah beradadi lokasi Subak Lanyah Bajra III (5,30 t/ha GKP).

Kata kunci : daya hasil, VUB Inpari 6 dan subak

ABSTRACT: THE YIELD OF NEW BEST VARIETY (VUB) INPARI 6 IN CERTAIN SUBAK INDISTRICTS OF TABANAN BALI

Rice is a strategic commodity in terms of economic, social and political. Adequacy of food, especiallyrice, is an important parameter of national development. Government strive to meet the needs of 95% ofIndonesia’s population relies net food of rice. Hundreds of new varieties have been released to increase theproduction of rice, and replace old varieties commonly cultivated. One of the new best varieties was Inpari 6.To determine the potential yield of Inpari 6 studies conducted in certain subak in the district of Tabanan on2010. The study was conducted in four Subak locations, are: 1) Subak Guama, Selanbawak Village, Marga2) Subak Bungan Kapal, Tunjuk Village, Tabanan District, 3) Subak Lanyah Bajra III, Bebali Village, DistrictSelemadeg, and 4) Subak Timan Agung, Kelating Village, District Kerambitan. Study designed by randomizedblock design (RBD), with 5 replication. Studies conducted in the paddy field of 2,000 m² by planting legowo2:1 spacing (50 cm x 25 cm x 12.5 cm). The results shows the result of dry grain harvest Inpari 6 highest inSubak Timan Agung (6.04 t / ha GKP) and lowest in Subak Lanyah Bajra III (5.30 t / ha GKP).

Keywords: yield, VUB Inpari 6 and subak

PENDAHULUAN

Penyediaan pangan terutama beras dalamjumlah yang cukup dan harga yang terjangkautetap menjadi prioritas pembangunan nasional.Selain merupakan bahan makanan pokok untuklebih dari 95 % rakyat Indonesia, budidaya padijuga telah menyediakan lapangan kerja bagi

sekitar 20 juta rumah tangga petani di pedesaan.Peningkatan produktivitas padi hingga tercapainyaswasembada beras dilakukan melalui berbagaiupaya, dintaranya melalui peningkatanproduktivitas, peningkatan indeks pertanaman,penekanan tingkat kehilangan hasil dan perluasanareal sawah. Peningkatan produktivitas dapatdilakukan dengan meggunakan varietas unggul

Page 2: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 64

baru (VUB). Varietas unggul baru merupakan salahsatu komponen teknologi yang cukup besarsumbangannya dalam meningkatkan produksi padinasional. Penggunaan varietas unggul barumerupakan upaya peningkatan produktivitas padiyang mudah dan murah. Mudah, karena petanihanya cukup mengganti varietas tanpa mengubahkomponen teknologi lainnya dan murah karenapenggantian varietas unggul baru relatif tidakmemerlukan tambahan biaya produksi.

Hingga saat ini Kementerian Pertanian telahmelepas lebih dari 233 varietas unggul yang terdiriatas 144 varietas unggul padi sawah inhibrida, 35varietas unggul padi hibrida, 30 varietas unggul padigogo, dan 24 varietas padi rawa. Sebagian besardari varietas unggul tersebut dihasilkan oleh BadanLitbang Pertanian (Sembiring, 2010). Sejakdilepas lebih dari 10 tahun yang lalu varietasunggul Ciherang masih mendominasi arealpertanaman padi sawah di Bali, karena dayahasilnya tinggi, rasa nasi enak, kualitas beras baik,dan harganya relatif lebih tinggi dibandingkanvarietas unggul lainnya. Penanaman varietasunggul padi yang sama secara terus menerus akandapat menurunkan tingkat hasil yang diperoleh,disamping itu penanaman varietas padi secaraterus menerus dalam skala yang luas akanmenimbulkan hama/penyakit (strain baru) sehinggadapat menurunkan resistensi tanaman,berkurangnya produksi dan bahkan bisa jadi gagalpanen (Arifin et al., 1999).

Upaya perakitan varietas unggul baru yangmemiliki karakter yang lebih unggul dari varietasunggul Ciherang, terutama ketahanannya terhadaphama dan penyakit terus dilakukan pemerintah.Akhir-akhir ini pemerintah telah melepas varietasunggul baru yang diberi nama Inpari (inhibrida padiirigasi). Salah satu varietas unggul baru Inpari yangberkembang di Bali adalah varietas unggul Inpari6. Varietas unggul baru Inpari 6 ini mempunyaipotensi atau keunggulan hasil lebih baik dari IR64, dengan potensi hasil 12 t/ha GKG. Inpari 6memiliki karakteristik antara lain berumur 118 harisetelah semai, tinggi tanaman mencapai 100 cm,dengan jumlah anakan produktif sekitar 15 batang/rumpun, tahan rebah, tahan terhadap seranganhama wereng batang coklat (WBC) biotipe 2 dan3, dan tahan terhadap serangan penyakit hawardaun blast (HWD). Selain itu memiliki tekstur nasiyang sangat pulen dengan kadar amilosamencapai 18% dan sesuai ditanam di dataranrendah sampai sedang dengan ketinggian lebihkurang 600 m dpl (BB Padi 2011).

Untuk melihat keunggulan dan stabilitas hasilvarietas unggul baru Inpari 6, maka dilakukan

kajian daya hasil varietas tersebut di beberapasubak di Kabupaten Tabanan, yang merupakankabupaten lumbung berasnya Bali. Tujuan darikajian untuk mengetahui potensi hasil varietasunggul baru (VUB) Inpari 6 di beberapa subak diKabupaten Tabanan, Bali yang berada di dataranrendah 100 m – 200 m dpl.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam kajian ini adalahpupuk anorganik dan pupuk organik, seperti pupukurea, phonska dan bahan lainnya. Selain itudigunakan varietas unggul baru (VUB) Inpari 6.Sedangkan alat yang digunakan adalah alat untukbercocok tanam, meteran, timbangan dan alat-alatyang lainnya.

Rancangan Percobaan

Percobaan dilaksanakan dengan RancanganAcak Kelompok (RAK) yang diulang 5 kali.Pengkajian dilaksanakan di lahan sawah milikpetani seluas 2.000 m² dengan cara tanam legowo2 : 1 dengan jarak tanam (50cm x 25cm x 12,5cm). Pupuk yang digunakan adalah 2 t/ha pupukorganik, 200 kg/ha urea, 200 kg/ha phonskadiberikan 3 kali yaitu 1/3 dari 200 kg/ha pada umur7 – 10 HST, 1/3 pada umur 20 – 25 HST, dan 1/3pada umur 35 – 40 HST (hari setelah tanam).

Lokasi dan Waktu Kajian

Kajian ini dilakukan di lahan sawah padaempat lokasi Subak di Kabupaten Tabanan, yaitudi: 1) Subak Guama, Desa Selanbawak,Kecamatan Marga, 2) Subak Bungan Kapal, DesaTunjuk, Kecamatan Tabanan, 3) Subak LanyahBajra III, Desa Bebali, Kecamatan Selemadeg, dan4) Subak Timan Agung, Desa Kelating, KecamatanKerambitan. Waktu pelaksanaan penelitian padamusim hujan (MH) bulan April sampai denganbulan Agustus.

Tahapan Kegiatan

Kegiatan dimulai dengan penentuan lokasi danpetani kooperator sebagai lokasi pelaksanaan danpelaksana kegiatan. Pada tahap persiapan juga

Page 3: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 65

dilakukan koordinasi ke tingkat pusat (Balit danBalai Besar Padi) guna mencari informasi inovasiteknologi untuk mendukung pelaksanaan kegiatandi tingkat lapangan.

Sosialisasi dilakukan dengan instansi terkait(Distan, BPSB, BPTPH) mulai dari tingkat provinsi,kabupaten, kecamatan, serta desa/kelompok taniuntuk mencari masukan dari tingkat lapangan gunapenyempurnaan kegiatan. Sosialisasidimaksudkan untuk menyamakan persepsikegiatan mulai dari persiapan, pelaksanaan danpelaporan guna penyempurnaan kegiatan di tingkatlapangan.

Pengumpulan dan Analisis Data

Pengamatan yang dilakukan meliputi (1)komponen pertumbuhan tanaman yaitu tinggitanaman, jumlah anakan produktif per rumpun; (2)komponen produksi/ daya hasil dan hasil padi yaitupanjang malai, jumlah gabah isi/malai, berat 1000butir dan hasil GKP/ha. Data yang diperolehkemudian dianalisis statistik, untuk melihatperbedaan masing-masing lokasi apabila adaperbedaan maka dilanjutkan dengan uji jarakberganda Duncan pada tarap 5% ( Gomez danGomez, 2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman dan Jumlah AnakanProduktif

Pertumbuhan agronomis padi varietas unggulInpari 6 di beberapa lokasi subak di KabupatenTabanan terlihat pada Tabel 1. Hasil analisismenunjukkan perlakuan dalam hal ini lokasi subakberpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Tinggitanaman padi varietas Inpari 6 tertinggi terlihat disubak Guama, yaitu 108,60 cm dan berbeda nyatadengan perlakuan lainnya kecuali dengan tinggitanaman di subak Bungan Kapal. Tinggi tanaman

terpendek terlihat di subak Timan Agung, yaitu97,00 cm. Menurut Rubiyo et al., (2005) tinggitanaman belum bisa menjadi indikasi akan tinggipula tingkat produksinya. Faktor lingkunganbiofisik memungkinkan pertumbuhan yang berbedaantar lokasi.

Hasil analisis terhadap jumlah anakanproduktif disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1,terlihat perlakuan berpengaruh nyata terhadapjumlah anakan tanaman. Jumlah anakan produktifpadi varietas Inpari 6 terbanyak terlihat di subakLanyah Bajra III, yaitu 23,90 batang per rumpundan berbeda nyata dengan jumlah anakan di subaklainnya, kecuali dengan jumlah anakan tanamandi subak Bungan Kapal. Jumlah anakan terrendahterlihat di subak Timan Agung yaitu 13,20 batangper rumpun. Berdasarkan deskripsi varietas padijumlah anakan produktif padi varietas Inpari 6berjumlah 15 batang (BB Padi, 2011). Perbedaanmasa pertumbuhan total dalam hal ini jumlahanakan padi yang terjadi pada fase vegetatif lebihdipengaruhi oleh sifat genetik tanaman atautergantung pada sensitivitas dari varietas yangdibudidayakan terhadap lingkungan (Guswara danYamin, 2008).

Panjang malai dan Jumlah Gabah Bernas PerMalai

Hasil analisis terhadap panjang malai danjumlah gabah isi per malai disajikan pada Tabel 2.Pada Tabel 2, terlihat perlakuan dalam hal ini lokasisubak tidak berpengaruh nyata terhadap panjangmalai. Panjang malai yamg dihasilkan berkisarantara 23,45 - 24,00 cm. Hal ini dimungkinkankarena sifat genetis dari Inpari 6 tidak terpengaruholeh lingkungan dimana varietas tersebutdibudidayakan. Sedangkan terhadap jumlah gabahisi per malai perlakuan menunjukkan pengaruhyang nyata. Jumlah gabah isi per malai terbanyakterlihat di subak Guama, yaitu 179,60 butir permalai dan berbeda nyata dengan subak yang lain,

Tabel 1. Pertumbuhan agronomis Inpari 6 di beberapa lokasi subak di Kabupaten Tabanan

No. Lokasi Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan produktif(batang/rumpun)

1 Subak Guama 108,60c 17,60b2 Subak Bungan Kapal 107,60bc 22,20c3 Subak Lanyah Bajra III 106,50b 23,90c4 Subak Timan Agung 97,00a 13,20a

Page 4: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 66

Varietas Unggul Baru (VUB) Inpari 6

Page 5: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 67

kecuali jumlah gabah isi di subak Bungan Kapal,jumlah gabah isi per malai terrendah terlihat disubak Lanyah Bajera III, yaitu 145,00 butir permalai. Faktor genotipe memberikan tanggapanyang berbeda pada lokasi yang berbeda (Agungdan Suwarto, 2009).

Berat 1000 butir dan Produksi

Berat 1000 butir gabah isi merupakan salahsatu komponen yang memberikan kontribusi ataumempengaruhi peningkatan produksi ataupun hasilpadi. Analisis statistik terhadap berat 1000 butirgabah Inpari 6 di empat lokasi subak di KabupatenTabanan terlihat pada Tabel 3. Hasil analisisterhadap berat 1000 biji, menunjukkan perlakuanberpengaruh nyata terhadap berat 1000 biji. Berat1000 biji terberat terlihat di subak Timan Agung,yaitu 29,19 gram dan berbeda nyata dengan subaklain, kecuali dengan berat 1000 biji di subak LanyahBajera. Berat 1000 biji terrendah terlihat di subakBungan Kapal, yaitu 25,10 gram. Berdasarkandeskripsi varietas padi berat 1000 butir varietasunggul Inpari 6 adalah 28 gram (BB Padi, 2011).Hal ini menunjukkan berat 1000 biji varietas unggulInpari 6 di subak Timan Agung lebih berat darideskripsi yang dikeluarkan BB padi.

Hasil analisis statistik gabah kering panen(GKP) Inpari 6 di empat lokasi subak di KabupatenTabanan menunjukkan pengaruh yang nyata. Hasilgabah varietas unggul Inpari 6 tertinggi terlihat diSubak Timan Agung (6,04 t/ha GKP) dan terrendahberada di lokasi Subak Lanyah Bajra III (5,30 t/haGKP). Hal ini disebabkan karena di lokasi subakLanyah Bajera III merupakan lahan tadah hujan

dan terasering, sehingga diduga dapatmempengaruhi hasil padi yang diperoleh. Hasilpanen Inpari 6 di semua lokasi subak belum sesuaidengan deskripsi hasil dari BB Padi (2011). Halini terjadi pada musim tersebut semua produksirendah karena serangan penyakit tungro dan tikus.Varietas disekitarnya atau pembandingproduksinya dibawah 4,00 t/ha GKP bahkansampai puso.

KESIMPULAN

Dari hasil kajian yang dilakukan, maka dapatditarik beberapa kesimpulan diantaranya :1. Padi varietas unggul baru jenis Inpari 6 tumbuh

berbeda-beda menurut lokasi subak atauspesifik lokasi.

2. Daya hasil gabah kering panen Inpari 6tertinggi berada di lokasi Subak Timan Agung(6,04 t/ha GKP) dan terrendah berada di lokasiSubak Lanyah Bajra III (5,30 t/ha GKP).

DAFTAR PUSTAKA

Agung.T., dan Suwarto. 2009. Daya hasilketahanan terhadap penyakit blast galur padigogo aromatik. Prosiding Seminar NasionalPadi 2008 : Inovasi Teknologi PadiMengantisipasi Perubahan Iklim GlobalMendukung Ketahanan Pangan. Buku 1.Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian.Departemen Pertanian.

Tabel 2. Komponen hasil VUB Inpari 6 di beberapa lokasi subak di Kabupaten Tabanan

No. Lokasi Panjang malai (cm) Jumlah gabah bernas per malai

1 Subak Guama 23,60a 179,60c2 Subak Bungan Kapal 23,50a 157,20bc3 Subak Lanyah Bajra III 23,45a 145,00a4 Subak Timan Agung 24,00a 146,20a

Tabel 3. Bobot 1000 butir dan produksi (t/ha GKP) Inpari 6 di beberapa lokasi subak Kabupaten Tabanan

No. Lokasi Berat 1000 butir (g) Produksi (t/ha GKP)

1 Subak Guama 25,15a 5,40a2 Subak Bungan Kapal 25,10a 5,43a3 Subak Lanyah Bajra III 27,93b 5,30a4 Subak Timan Agung 29,19b 6,04b

Page 6: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 68

Anonimus, 2010. Inovasi teknologi padi. http://radeseama.blogspot.com/2010/02/slptt-padi.html. Diakses, Kamis, 18 Februari 2010.

Arifin, Z. Sowono, S., Roesmarkam, Suliyanto, danSartino. 1999. Uji adaptasi varietas dan galurharapan padi sawah berumur sedang. DalamRusmiyanto (eds). Proseding Seminar HasilPenelitian/Pengkajian BPTP Karang Ploso.Badan Litbang Pertanian. Malang. Hal. : 8-13

BB Padi. 2011. Deskripsi Varietas Padi. BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian.Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.Subang. 118 hal.

Gomez dan Gomez. 2007. Prosedur Statistikuntuk Penelitian Pertanian. PenerbitUniversitas Indonesia (UI-Pres).

Guswara, A. dan M. Yamin Samaullah. 2008.Penampilan beberapa varietas unggul barupada sistem pengelolaan tanaman dansumberdaya terpadu di lahan sawah irigasi.Dalam Anischan Gani et al. (Eds). Buku 2 :Hlm. 629-637. Proseding Seminar NasionalPadi 2008 : Inovasi Teknologi PadiMengantisipasi Perubahan Iklim GlobalMendukung Ketahanan Pangan. BB TanamanPadi. Balitbangtan. Deptan.

Rubiyo.,Suprapto dan Aan Darajat. 2005. Evaluasibeberapa galur harapan padi sawah di Bali.Buletin Plasma Nutfah volume 11 Nomor 1.

Sembiring, H. 2010. Ketersediaan inovasi teknologiunggulan dalam meningkatkan produksi padimenunjang swasembada dan ekspor.Proseding Nasional Hasil Penelitian Padi2009. Inovasi Teknologi Padi untukMempertahankan Swasembada danMendorong Ekspor Beras. BB padi. BadanLitbangtan. Kementerian Pertanian. Hal. : 1-16

Page 7: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 69

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG DAN PRODUKTIVITASPADI INPARI 7 PADA BEBERAPA JARAK TANAM

Delly Resiani1

1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) BaliJl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran,Denpasar Selatan, Bali 80222

Email : [email protected]

ABSTRAK

Penggerek batang padi merupakan salah satu kelompok hama yang dapat menimbulkan kerusakanpada pertanaman padi. Kehilangan hasil akibat serangannya dapat mencapai lebih dari 80%, sehinggaperlu dicari alternatif pengendaliannya. Salah satunya dengan pengaturan jarak tanam. Penelitiandilaksanakan di Subak Ayung, Desa Buduk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, mulai bulan Meisampai dengan Agustus 2011. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RandomizedComplete Block Design) yang terdiri dari enam (6) perlakuan jarak tanam yaitu; J0 = cara petani, J1 = jaraktanam 15 cm x 15 cm, J2 = jarak tanam 20 cm x 20 cm, J3 = jarak tanam 25 cm x 25 cm, J4 = jarak tanam 30cm x 30 cm, dan J5 = jarak tanam 35 cm x 35 cm yang masing-masing diulang 4 kali. Parameter yang diamatimeliputi jumlah anakan produktif per m2 (batang), persentase anakan terserang per m2 (1, 2, 3, dan 4minggu setelah infestasi), persentase gabah hampa per m2 (%) , berat gabah berisi per m2 (gram), danhasil gabah kering panen per m2 (gram). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam 25 cm x 25 cmmerupakan jarak tanam terbaik karena anakan terserang penggerek batang padinya terrendah (8,67%)dengan hasil gabah kering panen per m2 (746,3 g) tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Berdasarkanhasil penelitian ini dapat disimpulkan penggunaan jarak tanam 25 cm x 25 cm dapat dipergunakan untukmenurunkan serangan penggerek batang dan meningkatkan hasil tanaman padi, khususnya pada daerahyang mempunyai agroekologi seperti Subak Ayung.

Kata kunci:serangan penggerek batang, produktivitas, varietas inpari 7, jarak tanam

ABSTRACT: ATTACT LEVEL OF RICE STEM BORER COMPARED TO PRODUCTIVITY OFINPARI 7 IN SEVERAL SPACING

Rice stem borer is one group of pests that can cause damage to the rice. Yield losses due to attackscan reach more than 80%. For it is necessary to find alternative control. One of them by setting spacing. Theexperiment was conducted at Ayung Subak, Buduk Village, District Mengwi, Badung regency, from May untilAugust 2011. The design used was Randomized Design Group (Randomized Complete Block Design),which consists of six (6) treatment; J0 = how farmers, J1 = spacing of 15 cm x 15 cm, J2 = spacing of 20 cmx 20 cm, J3 = spacing of 25 cm x 25 cm, J4 = spacing of 30 cm x 30 cm, and J5 = spacing of 35 cm x 35 cm,each repeated 4 times. The parameters observed include the number of productive tillers per m2 (stem), thepercentage of infected seedlings per m2 (1, 2, 3, and 4 weeks after the infestation), the percentage of emptygrains per m2 (%), grain weight per m2 contains (g), dry crops and grain yield per m2 (g). The resultsshowed that the spacing of 25 cm x 25 cm is better spacing than other spacing. Spacing of 25 cm x 25 cmshowed the rice stem borer affected tillers lowest (8.67%) with a dry harvest grain yield per m2 (746.3 g) thehighest. Based on the results of this study the use of spacing of 25 cm x 25 cm can be used to reduce stemborer attack and increases rice crop yields, particularly in the areas of agroecology have as Subak Ayung.

Keywords: stem borer attack, productivity, Inpari 7, spacing

PENDAHULUAN

Kerugian yang dialami akibat serangan hamadan penyakit tanaman dirasakan semakinmeningkat, sejalan dengan usaha manusia untuk

meningkatkan produksi pertanian. Di Indonesiakerugian yang disebabkan oleh serangga hamatanaman diperkirakan rata-rata setiap tahunnya 15sampai 20% dari total potensi produksi pertanian(Untung, 2002).

Page 8: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 70

Areal serangan penggerek batang di Indonesiadari tahun ke tahun berkisar antara 260.000 ha –500.000 ha. Selain di Indonesia, hama ini jugamerupakan hama penting di Negara Philipina,India, Bangladesh, Muang Thai, dan Pakistan(Soehardjan, 1983).

Di provinsi Bali sendiri, serangan hama ini daritahun 1980 sampai tahun 1983 dilaporkan berturut-turut mencapai 5.320,55 ha; 3.813,75 ha; 2.399,34ha dan 1.684,78 ha. Serangan tersebutmengakibatkan puso seluas 0,3 ha di KabupatenBadung. Serangan hama penggerek batang padiselama kurun waktu lima tahun terakhir inimenduduki peringkat pertama dari beberapa jenisorganisme pengganggu utama tanaman padi (Tabel1).

Dilaporkan ada empat (4) jenis penggerekbatang padi di Indonesia, yakni penggerek batangpadi kuning (Tryporyza incertulas Walker),penggerek batang padi putih (T. Innotata Walker),penggerek batang padi bergaris (Chilo suppressalisWalker), dan penggerek batang padi merah jambu(Sesamia inferens Walker) (Soehardjan, 1983).Gejala yang ditimbulkan oleh keempat jenis hamapenggerek batang padi tersebut hampir sama dandapat terjadi pada berbagai tingkat perkembangantanaman padi. Gejala serangan pada fase vegetatiftanaman padi disebut “Sundep” sedangkan padafase generatif disebut “Beluk” (Reissig et al,.1986). Wijaya (1992) melaporkan bahwa darikeempat jenis penggerek batang padi tersebut,penggerek batang padi kuning merupakan jenisyang paling dominan di Kabupaten Badung.Kehilangan hasil akibat serangan penggerekbatang padi kuning lebih dari 80% (Anonimous,1977).

Dalam usaha pengendalian hama penggerekbatang padi dapat dilakukan dengan penggunaanvarietas yang tahan, pestisida, dan perbaikan carabercocok tanam. Jarak tanam adalah salah satu

dari bercocok tanam. Israel dan Rao (dalam ThanHtun, 1976) menyatakan, jarak tanam berpengaruhterhadap ngengat penggerek batang padi dalampeletakkan telurnya. Jarak tanam yang lebihsempit akan menarik bagi ngengat untukmeletakkan telur. Jarak tanam yang terlalu sempitmenyebabkan berkurangnya sinar matahari danakibat lebih lanjut batang tanaman lekasmemanjang dan akan mudah rebah (Siregar, 1981).Memperhatikan informasi tersebut maka dilakukanpenelitian untuk mendapatkan jarak tanam terbaikuntuk menekan serangan hama penggerek batangpadi dengan harapan dapat meningkatkan hasiltanaman.

METODOLOGI

Penelitian dilaksanakan di Subak Ayung,Desa Buduk, Kecamatan Mengwi, KabupatenBadung, dari Mei sampai Agustus 2011.Rancangan yang digunakan adalah RancanganAcak Kelompok (Randomized Complete BlockDesign) yang terdiri dari enam (6) perlakuan jaraktanam, yang masing-masing diulang 4 kali. Keenam perlakuan tersebut adalah :

J0 = cara petaniJ1 = jarak tanam 15 cm x 15 cmJ2 = jarak tanam 20 cm x 20 cmJ3 = jarak tanam 25 cm x 25 cmJ4 = jarak tanam 30 cm x 30 cmJ5 = jarak tanam 35 cm x 35 cm

Varietas padi yang digunakan adalah varietasunggul baru Inpari 7. Komponen teknologi lainnyadilakukan sama seperti bibit muda berumur 18 hari,pengairan berselang (intermitten irrigation), danpemupukan sesuai rekomendasi dengan dosis 200kg Urea, dan 200 kg NPK Ponska per hektar.Petak percobaan berukuran 2 m x 2 m, jarak antar

Tabel 1. Luas Serangan Organisme Pengganggu Utama Tanaman Padi Periode 2006/2007 sampaidengan 2010/2011 di Provinsi Bali

TanamLuas Serangan (Ha)No Musim

Penggerak Batang Wereng Coklat Tikus Tungro Blas

1 2006/2007 1.738,00 136,20 973,25 1.069,90 59,00 2 2007/2008 2.673,50 108,00 1.150,75 1,775.75 98,90 3 2008/2009 1.265,15 203,00 2.307,95 1.218,71 339,15 4 2009/2010 823,55 693,70 3.549,85 1.385,85 125,80 5 2010/2011 1.223,25 347,05 4.044,50 2.236,27 169,20

Sumber: UPT Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Bali, 2011.

Page 9: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 71

petak adalah 50 cm dan jarak antar ulangan adalahsatu meter. Infestasi larva penggerek batang padidilakukan pada saat tanaman berumur sembilanminggu setelah sebar benih, masing-masing 100ekor larva pada rumpun yang berada di tengahpetak (1 m x 1 m). Parameter yang diamati meliputi: jumlah anakan produktif per m2 (batang),persentase anakan terserang per m2 (1, 2, 3, dan4 minggu setelah infestasi), persentase gabahhampa per m2 (%) , berat gabah berisi per m2

(gram), dan hasil gabah kering panen per m2

(gram). Analisa data dilakukan sesuai denganRancangan Acak Kelompok, sedangkan uji bedanilai rata-rata dengan BNT taraf 5% (Gomez danGomez, 1995).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis statistika menunjukkan bahwaperlakuan jarak tanam berpengaruh nyata (P<0,05)pada seluruh parameter yang diamati (Tabel1,2,3,4).

Pada Tabel 1. terlihat jumlah anakan produktifper m2 (batang) terendah pada perlakuan J0 , tetapitidak berbeda nyata dengan perlakuan J4 dan J5serta tertinggi pada perlakuan J3, yakni 12,3% lebihtinggi dari perlakuan jarak tanam J2 dan 47,4%dari perlakuan J0. Tingginya jumlah anakan produktifper m2 (batang) pada perlakuan J3 kemungkinandisebabkan oleh banyaknya larva yang mati. Larvadi dalam usaha menemukan tempat gerekan yangcocok pada jarak tanam 25 cm x 25 cm banyakmengalami kematian, dengan demikian jumlahanakan produktif per m2 (batang) tertinggi.

Anakan terserang penggerek batang padi, baikpada pengamatan 1, 2, 3, dan 4 minggu hsimenunjukkan, semakin lebar jarak tanam sampaijarak tanam 25 cm x 25 cm anakan terserangpenggerek batang padi semakin menurun,kemudian meningkat kembali dengan semakinlebar jarak tanam (Tabel 1, 2, dan 3). Kejadian inidi duga pada jarak tanam yang lebih sempit darijarak tanam 25 cm x 25 cm larva penggerek akanlebih mudah menyebar ke rumpun tanaman yanglain, sehingga menyebabkan banyak tanaman

Tabel 1. Pengaruh beberapa jarak tanam terhadap jumlah anakan produktif per m2 (batang) dan anakanterserang penggerek batang 1 mgg hsi (%)

Perlakuan Jumlah anakan produktif/m2 Anakan terserang(batang) penggerek batang 1 mgg hsi (%)

J0 347.0 d 15.04 aJ1 427.5 c 11.68 bJ2 455.3 b 11.99 bJ3 511.5 a 8.35 cJ4 371.3 d 15.38 aJ5 357.5 d 15.80 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyatapada uji BNT 5 %.mgg his : minggu hari setelah infestasi

Tabel 2. Pengaruh beberapa jarak tanam terhadap anakan terserang penggerek batang 2 dan 3 mgghsi (%)

Perlakuan Anakan terserang Anakan terserangpenggerek batang 2 mgg hsi (%) penggerek batang 3 mgg hsi (%)

J0 15.66 a 17.07 aJ1 14.89 a 15.75 aJ2 14.25 a 15.43 aJ3 10.06 b 10.36 bJ4 15.43 a 17.46 aJ5 15.35 a 18.13 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyatapada uji BNT 5 %.

Page 10: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 72

terserang. Sedangkan pada jarak tanam yang lebihlebar, perpindahan larva penggerek ke rumpuntanaman yang lain lebih lambat.

Persentase gabah hampa per m2 dan beratgabah berisi meningkat dari jarak tanam 15 cm x15 cm sampai jarak tanam 25 cm x 25 cm,kemudian dengan semakin lebar jarak tanampersentase gabah hampa per m2 meningkat danberat gabah berisi menurun (Tabel 3 dan 4).Kejadian ini di duga disebabkan pada jarak tanamyang lebih sempit dan lebih lebar dari jarak 25 cmx 25 cm, anakan terserang lebih tinggi sehinggaakan berpengaruh pada pengisian biji. Pengisianbiji yang kurang sempurna akan mengurangi beratgabah yang dihasilkan. Soejitno (1979)menyatakan bahwa serangan penggerek dapatmengganggu proses pengisian biji.

Hasil gabah kering panen per m2 (g) tertinggidiperoleh pada perlakuan jarak tanam 25 cm x 25cm. Ini berarti jarak tanam 25 cm x 25 cm lebihdapat menekan serangan penggerek batang.

KESIMPULAN

Jarak tanam 25 cm x 25 cm merupakan jaraktanam terbaik dibandingkan jarak tanam lainnyakarena diperoleh anakan terserang penggerekbatang padi terrendah ( 8.67%) dengan hasil gabahkering panen per m2 (746.3 g) tertinggi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada petani danPPL Wilayah Pembinaan Subak Ayung, DesaBuduk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badungatas bantuan dan kerjasamanya selamaberlangsungnya penelitian ini.

Tabel 3. Pengaruh beberapa jarak tanam terhadap anakan terserang penggerek batang 4 mgg hsi (%)dan persentase gabah hampa per m2

Perlakuan Anakan terserang Persentase gabah hampapenggerek batang 4 mgg hsi (%) per m2

J0 19.49 a 9.54 bJ1 14.62 b 14.08 aJ2 13.96 b 10.13 bJ3 8.67 c 6.95 cJ4 16.08 b 10.00 bJ5 16.54 a 15.93 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyatapada uji BNT 5 %.

Tabel 4. Pengaruh beberapa jarak tanam terhadap berat gabah berisi per m2 (g) dan hasil gabah keringpanen per m2 (g)

Perlakuan Berat gabah berisi per m2 (g) Hasil gabah kering panen per m2 (g)

J0 358.5 d 530.0 cJ1 468.8 c 545.0 cJ2 567.5 b 631.3 bJ3 694.5 a 746.3 aJ4 502.5 c 558.8 cJ5 388.0 d 472.5 d

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyatapada uji BNT 5 %.

Page 11: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 73

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1977. Pedoman Bercocok TanamPadi, Palawija, Sayur-sayuran. BadanPengendali Bimas. Departemen Pertanian.Jakarta. 240 hal.

Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura(BPTPH). 2010. Laporan Tahunan.Departeman Pertanian. Provinsi Bali.

Gomez, K.A., Gomez, A.A. 1995. ProsedurStatistik untuk Penelitian Pertanian.Diterjemahkan oleh Syamsuddin, E.,Baharsyah, J.S. Jakarta: UniversitasIndonesia. 698 hal.

Manwa, I. 1983.Status Pengelolaan HamaTanaman Padi dan Palawija di Indonesia.Himpunan Makalah Simposium I Maros. 23hal.

Reissig, W. H., E. A. Heinrichs., J. A. Listinger.,K. Moody., L. Fiedler., T. W. Mew., A. T.Barrion. 1986. Ilustrated Guide to IntegratedPest Management in Rice in Tropical Asia.International Rice Research Institute (IRRI).Los Banos, Laguna, Philipines. 411 p.

Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi diIndonesia. PT Sastra Budaya. 320 hal.

Soehardjan. 1983. Dinamika Populasi PenggerekPadi Tryporyza incertulas (Walker).Depdikbud. Direktorat Jendral PembinaanPenelitian dan Pengabdian pada Masyarakat.54 hal.

Soejitno. 1979. Pengaruh Serangan PenggerekPadi kuning Tryporyza incertulas (Walker)Terhadap Hasil Padi. Pelita I/I. KongresEntomologi I. Jakarta 9-11 Januari 1979. 9hal.

Than Htun. 1976. Population Dynamic of YellowRice Borer Tryporyza incertulas (Walker) andIts Damage to the Rice Plant. M.S. Thesis(Entomology). UPBL. Philippines. 92 p.

Untung, K. 2002. Pengantar Pengelolaan HamaTerpadu. Edisi ke–2. Yogyakarta: GadjahMada University Press. 266 hal

Wijaya, I. N. 1992. Serangan dan Musuh AlamiPenggerek Batang Padi pada PersawahanTanam Serentak dan Tidak Serentak diKabupaten Badung Provinsi Bali. Tesis.Program Pasca Sarjana Institut PertanianBogor. 53 hal.

Page 12: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 74

PEMANFAATAN DEDAK KULIT KOPI UNTUK PAKAN TAMBAHAN PADA INDUK SAPIBUNTING MENINGKATKAN BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH DAN

MEMPERPENDEK CALVING INTERVAL

Ni Luh Gede Budiari1

1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) BaliJl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran, Denpasar Selatan, Bali, 80222

Telp/Fax: 0361-720498; e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Kendala utama dalam budidaya ternak sapi adalah pakan, sulit mendapatkan pakan yang berkualitassepanjang tahun. Hijauan yang diberikan pada ternak sebagian besar terdiri atas rumput lapangan denganproduksi yang berfluktuasi. Pada musim kemarau produksinya terbatas sehingga berimplikasi negatifterhadap produktivitas sapi. Untuk mengatasi permasalahan ini dapat dilakukan dengan memanfaatkandedak kulit kopi sebagai pakan tambahan. Penelitian dilaksanakan di Subak Giri Merta Sari, Desa Belantih,Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, selama 8 bulan, yaitu dari bulan April sampai Desember2010. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 8 ulangan.Perlakuan yang diuji adalah: P0 : Sapi diberi pakan hijauan sesuai dengan cara petani setempat (kontrol),P1 : P0 + Dedak padi 2 kg/ekor/hari + bio cas 5cc/ekor/hari dan P2 : P0 + Dedak limbah kopi 2 kg/ekor/hari+ 5cc/ekor/hari. Parameter yang diamati meliputi bobot lahir, bobot sapih dan calving interval. Data yangdiperoleh dianalisis dengan sidik ragam, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil. Hasil penelitianmenunjukan bobot lahir dan sapih pedet baik yang jantan maupun betina dari Induk sapi yang mendapatperlakuan P1dan P2 nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan P0 (kontrol). Begitu juga halnya dengancalving interval untuk perlakuan P1 dan P2 lebih pendek dari kontrol. Hal ini disebabkan karena pemberiandedak kulit kopi, dedak padi dan probiotik bio cas dapat meningkatkan kandungan gizi pakan. Disampingkarena kandungan protein dedak kulit kopi lebih tinggi dari dedak padi, probiotik bio cas juga berfungsiuntuk membantu proses pencernaan sehingga jumlah zat pakan yang diserap oleh tubuhpun lebih banyaksehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, dedak kulit kopidapat dijadikan sebagai pengganti dedak padi sebagai pakan tambahan pada induk bunting.

Kata kunci : dedak kulit kopi, pakan, produktivitas induk sapi.

ABSTRACT: THE UTILIZATION OF SKIN BRAN COFFEE AS PREGNANT COW FEEDSUPPLEMENT TO GAIN BIRTH WEIGHT WEANING WEIGHT AND

TO SHORTEN CALVING INTERVAL

The main obstacle in the feed of cattle farming is difficult to find qualified food throughout the year.forage feed mostly is a grass field which is fluctuates production. limited production in the dry season havea negative implications on the productivity of cattle. To resolve this problem, utilizing coffee leather bran asfeed supplement. The experiment was conducted in Subak Sari Merta Giri, Belantih Village, Kintamani sub-district, Bangli District, for eight months, from April to December 2010. Research studies using RandomizedBlock Design (RAK) with three treatments and eight replications. The treatments were: P0: forage accordingto conventional farmers (control), P1: P0 + rice bran 2 kg/ cattle/day of bio + cas 5cc/cattle/day and P2: P0 +coffee waste bran 2 kg/cattle/day + 5 cc/cattle/day. The parameters observed include birth weight, weaningweight and calving interval. Data were analyzed with variance, followed by the Least Significance DifferenceTest. The results showed calf birth weight and weaning both males and females from treated cows ParentP2 P1dan significantly higher (P <0.05) than P0 (control). As well, in calving interval for the P1 and P2 areshorter than controls. This is because the feeding of coffee leather bran, rice bran and bio cas probioticscould enhance the nutritional content of feed. Besides, because the protein content of rice bran coffee skinis higher than rice bran, probiotics bio cas also serves to assist the digestive process so that the amount offood that is absorbed by tubuhpun more so the effect on growth. From these results it can be concluded,coffee skin bran can be used as a substitute for rice bran as supplement to the pregnant cattle.

Key words: skin bran coffee, food, cow productivity.

Page 13: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 75

PENDAHULUAN

Pakan merupakan faktor pembatas yangsangat penting dalam suatu peternakan terutamadilihat dari sudut pembiayaan. Kendala utamadalam budidaya ternak sapi adalah sulitnyamendapatkan pakan yang berkualitas sehinggahijauan yang diberikan sebagian besar terdiri atasrumput lapangan berkualitas rendah denganproduksi yang berfluktuasi. Pada musim kemarauproduksi rumput lapangan sangat terbatas.Fenomena ini berimplikasi negatif terhadapproduktivitas sapi Bali (Susila, 2007). Panjaitan(2001) mengatakan bahwa produksi dan kualitaspakan yang rendah terutama pada musim keringmerupakan kendala utama pemeliharaan ternakdi daerah tropis. Lebih lanjut dijelaskan bahwaketersediaan pakan tidak sinkron dengankebutuhan, khususnya pada ternak sapi dimanakonsentrasi kelahiran terjadi pada bulan Meisampai Juli sedang puncak ketersediaan pakanterjadi pada bulan November-April sebagai repleksidari distribusi musim hujan (Panjaitan et al., 2003).Oleh karena itu perlu dicari pakan alternatif agarketersediaannya dapat mensubstitusi rumputlapangan pada saat produksinya menurun. Mastika(1991) melaporkan bahwa salah satu alternatifuntuk penyediaan pakan yang murah dankompetitif adalah melalui pemanfaatan limbah,baik limbah pertanian, peternakan maupun limbahindustri. Parwati et al., (2006) melaporkan bahwalimbah perkebunan seperti limbah kopi, kakao, danmete yang difermentasi dapat digunakan sebagaisumber konsentrat pada ternak.

Limbah kulit kopi memiliki peluang besardalam penyediaan pakan ternak sebagaipengganti dedak. Melalui proses fermentasidengan Aspergillus niger kandungan protein limbahkopi dapat ditingkatkan menjadi 17,81%,kandungan serat kasar menurun dari 18,74%menjadi 13,05%, serta kandungan zat-zatpenghambat pencernaan dapat ditekan(Kompiang, 2000). Parwati et al. (2006)melaporkan bahwa sapi yang diberi pakantambahan dedak padi maupun dedak kulit kopimemberikan pertambahan bobot badan harian sapimasing-masing sebesar 0,58 kg/ekor/hari dan 0,47kg/ekor/hari. Lebih lanjut Guntoro et al. (2007)melaporkan bahwa dengan perlakuan yang samamendapatkan pertambahan berat badan hariansebesar 0,63-0,65 kg/ekor/hari.

Pemberian pakan tambahan pada induk sapisangat dibutuhkan karena berpengaruh terhadapproduktivitasnya, baik terhadap pertambahan beratbadan maupun produksi susunya, yang akan

berpengaruh terhadap perkembangan pedetsehingga diperoleh pertumbuhan yang optimal.Yasa et al., (2001) melaporkan bahwa pemberianpakan tambahan terhadap induk pada saat umurkebuntingan 7 bulan sangat dibutuhkan karenaperkembangan fetus membutuhkan gizi yangoptimal. Mastika et al. (2009) melaporkan bahwaberat lahir pedet baik yang jantan maupun betinajauh lebih berat pada kelompok induk yang diberipakan konsentrat (18,75 kg vs 13,85 untuk jantan) dan (13,00 kg vs 11,17 kg untuk betina)dibandingkan dengan induk yang hanya diberirumput saja. Berkaitan dengan informasi tersebutdilakukan penelitian pemanfaatan limbah kulit kopisebagai pakan penguat pada induk sapi Balibunting.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Subak Giri MertaSari, Desa Belantih, Kecamatan Kintamani,Kabupaten Bangli, Bali. Penelitian dilaksanakanselama 8 bulan, yaitu dari bulan April sampaidengan Desember 2011. Penelitian menggunakanRancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3perlakuan dan 8 ulangan. Perlakuan yang diujiadalah:P0 : Sapi diberi pakan hijauan sesuai dengan cara

petani setempat (kontrol).P1 : P0 + Dedak padi 2 kg/ekor/hari + bio cas

5cc/ekor/hariP2 : P0 + Dedak limbah kopi 2 kg/ekor/hari + 5cc/

ekor/hari

Limbah kulit kopi sebelumnya difermentasidengan Aspergillus niger dengan proses sebagaiberikut :1. Aspergillus niger terlebih dahulu diaktivasi.

Proses aktivasi dilakukan dengan caramelarutkan 100 g gula pasir, 100 g urea, dan50 g NPK ke dalam 10 liter air. Setelah larut,dimasukkan 100 cc Aspergillus niger kedalam larutan kemudian diaerasi selama 24-36 jam.

2. Larutan fermentor yang sudah siap pakaidisemprotkan pada kulit kopi sampai meratalalu diperam selama 7 hari, selanjutnyadijemur sampai kering sebelum digilingmenjadi tepung dedak kopi.

Penelitian menggunakan 24 ekor induk sapiBali bunting 7 bulan yang memiliki bobot masin-masing 231,56 kg untuk P0, 231,88 kg untuk P1,dan 231,87 kg untuk P2. Pakan hijauan diberikansesuai dengan cara petani yaitu 10% dari berat

Page 14: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 76

badan (sekitar 25 kg) dengan intensitas pemberian2 kali per hari (pagi dan sore). Dedak padi dandedak kopi diberikan sekali sehari dengan caradicampur dengan air minum. Sementara itupemberian Bio Cas dilakukan denganmemasukkan langsung ke dalam mulut sapimenggunakan spuit (tanpa jarum). Parameteryang diamati meliputi bobot lahir, bobot sapih, dancalving interval. Data dianalisis dengan sidikragam, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil(Steel dan Torrie, 1991).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot lahir adalah bobot anak sapi padasaat dilahirkan atau paling lambat 24 jam sejakdilahirkan. Hasil penelitian menunjukkan, bobotlahir pedet dari induk yang mendapat tambahanpakan dedak padi (P1) dan dedak kulit kopi + biocas 5 cc/ekor/hari (P2) nyata lebih berat (P<0,05)dibandingkan kontrol (P0) (Tabel 1). Meskipundemikian antara P1 dan P2 tidak menunjukkanperbedaan yang nyata (P>0,05). Hal ini disebabkankarena pemberian pakan tambah dedak padi dandedak kulit kopi + bio cas meningkatkankandungan gizi dari pakan terutama protein yangsangat diperlukan untuk pertumbuhan fetus dalamkandungan sehingga berdampak pada bobot lahir.Hasil ini sesuai dengan yang diperoleh Mastikaet al. (2009) bahwa berat lahir pedet baik jantanmaupun betina lebih berat pada kelompok indukyang diberi pakan konsentrat (18,75 kg vs 13,85untuk jantan ) dan (13,00 kg vs 11,17 kg untukbetina) dibandingkan dengan induk yang hanyadiberi rumput saja. Yasa dan Adijaya (2004)melaporkan bahwa sapi yang diberi bio plusmelahirkan anak jantan vs betina (17,89 kg vs

16,45 kg) lebih berat dibandingkan kontrol (16,45kg vs 15,5 kg). Demikian juga laporan Suyasa etal. (2003). bahwa pemberian 2 kg dedak padi/ekor/hari dan 5 ml bioplus/ekor/hari menghasilkan pedetdengan berat lahir rata-rata 19 kg per ekor lebihberat dari kontrol yang hanya diberikan hijauansaja.

Bobot lahir anak jantan pada perlakuan P0,P1,dan P2 nyata lebih berat (P>0,05) dibandingkandengan anak betina (Gambar 1 dan 2). Hal inidisebabkan karena faktor genetiknya. Toelihere(1981) menyatakan bahwa fetus jantan mempunyaidaya kompetisi pertumbuhan yang lebih tinggi didalam kandungan dibandingkan dengan fetusbetina.

Bobot sapih pedet jantan dan betina dariperlakuan P2 paling tinggi dari perlakuan P0 danP1 secara statistik ketiga perlakuan menunjukkanperbedaan yang nyata (P<0,05) (Tabel 1). Yasa,dkk (2001) melaporkan anak sapi dengan bobotlahir yang lebih berat mempunyai bobot sapih yanglebih tinggi. Hal ini disebabkan karena pakan yangdiberikan mempunyai kandungan protein yanglebih tinggi dan pemberian probiotik bio cas yangberfungsi meningkatkan daya cerna sehinggajumlah zat pakan yang diserap oleh tubuh lebihbanyak.

Jarak beranak (calving interval) perlakuan P0,P1, dan P3 berturut –turut 497, 437, dan 467 hari.Hasil ini menunjukkan, pemberian pakantambahan berupa dedak padi dan kulit kopi dapatmemperpendek jarak melahirkan, masing-masing60 hari untuk P1 dan 30 hari untuk P2. Hasil inilebih tinggi dibandingkan yang diperoleh Pane(1991), calving interval untuk sapi bali 420 harisedangkan menurut Lubis dan Sitepu (1998) 290-566 hari.

Tabel 1. Bobot lahir, bobot sapih dan calving interval sapi yang mendapat pakan tambahan dedak padidan kulit kopi di Desa Belantih, Kabupaten Bangli, 2011.

No Uraian Perlakuan

P0 P1 P2

1 Bobot lahir pedet jantan (kg) 17,00a 19,50b 19,25b

2 Bobot lahir pedet betina (kg) 14,25a 16,50b 16,50b

3 Bobot Sapih pedet jantan (kg) 98,50a 109,00b 109,50b

4 Bobot sapih pedet betina (kg) 89,00a 99,00b 98,75b

6 Calving interval (hari) 497 437 467

Keterangan : Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata(p<0,05).

Page 15: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 77

KESIMPULAN

1. Pemberian dedak padi dan dedak kulit kopi 2kg/ekor/hari dapat meningkatkan bobot lahirpedet jantan 12,82% - 11,69% dan bobot lahirpedet betina 13,64%, meningkatkan bobotsapih pedet jantan dan pedet betina 9,63% -

10,10%, serta memperpendek jarakmelahirkan (calving interval) dibandingkankontrol.

2. Dedak kulit kopi dapat dijadikan sebagaipakan tambahan alternatif sebagai penggantidedak padi pada usaha pembibitan sapi didaerah sentra perkebunan kopi.

Gambar 1. Perkembangan bobot badan pedet jantan dari lahir sampai sapih yang diberikan perlakuanpakan dedak padi dan kulit kopi di Desa Belantih, Kabupaten Bangli, 2011

Gambar 2.Data perkembangan bobot badan pedet betina dari lahir sampai sapih yang diberikan perlakuanpakan dedak padi dan kulit kopi di Desa Belantih, Kabupaten Bangli, 2011

Page 16: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 78

DAFTAR PUSTAKA

Guntoro, S., N.Suyasa, I.M. Londra. 2007.Pemberian Probiotik Bio-Cas untuk Ternak.Brosur. Balai Pengkajian Teknologi PertanianBali. 2 hal.

Kompiang, I.P. 2000. Peningkatan Mutu BahanBaku Pakan. Prosiding Makalah SeminarPengembangan Teknologi Pertanian RamahLingkungan, Denpasar: 8-9 Maret 2000. IP2TPDenpasar.

Lubis A.M dan P. Sitepu. 1998. Performansreproduksi sapi Bali dan potensinya sebagaibreeding stock di Kecamatan Lampung Utara.Prosiding Seminar Nasional Peternakan danVeteriner, Bogor 1-2 Desember 1998. Bogor.Hlm : 215-221.

Mastika. I. M. dan A.W. Puger. 2009. UpayaPerbaikan Penampilan (Performance) SapiBali Melalui Perbaikan Ketersediaan danKualitas Pakan. Makalah Disampaikan padaSeminar Sapi Bali di Unud dalam RangkaPerayaan Dies Natalis Unud ke 47, padaTanggal 5-6 Oktober 2009, di Kampus PusatSudirman Denpasar. Fakultas Peternakan,Universitas Udayana. 12 hal.

Mastika. I.M. 1991. Potensi Limbah Pertanian danIndustri Pertanian serta Pemanfaatannyauntuk Makanan Ternak. Makalah PengukuhanGuru Besar Ilmu Makanan Ternak PadaFakultas Peternakan UNUD-Denpasar.

Parwati, I.A.P., S. Guntoro, N.Suyasa, I.M.Raiyasa, I.M. Londra dan Sriyanto. 2006.Laporan Akhir Tahun Penelitian AdaptifPengolahan Limbah Perkebunan untuk PakanTernak. Balai Pengkajian Teknologi PertanianBali.

Pane I. 1991. Produktivitas dan breeding sapi Bali.Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali, UjungPandang 2-3 September 1991. Univ.Hasanuddin, Ujung Pandang. Hlm : 50-69.

Panjaitan, T. 2001. NutritiveValue of PreservedGliricidia (Glirisidia sepium) as RuminantFeed. Master Thesis. James Cook University

Panjaitan, T. and Jaswadi. 2003. Potency ofFodder Crops Legume in Dry Tropic of WestNusa Tenggara. Seminar Nasional Umbi-umbian dan Kacang-kacangan. Balitkabi.Malang

Susila, T.G.O., I.B.G.Pratama dan I.M.Raka. 2007.Peningkatan Produktivitas Sapi BaliPenggemukan Melalui Suplementasi MineralVitamin Kompleks dalam Ransum BerbasisJerami Padi. Prosiding Seminar NasionalPercepatan Alih Teknologi PertanianMendukung Ketahanan Pangan. Denpasar, 2Agustus 2007. Balai Pengkajian TeknologiPertanian Bali. Hal. 399-403.

Suyasa, I. N, S. Guntoro dan I. M. R. Yasa. 2003.Teknologi Flushing pada Induk Sapi Bali untukMeningkatkan Berat Lahir Pedet dan BeratSapih. Prosiding Seminar NasionalRevitalisasi Teknologi Kreatif dalamMendukung Agribisnis dan Otonomi Daerah.Denpasar, 7 Oktober 2003. Pusat penelitiandan pengembangan Sosial EkonomiPertanian. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. Departemenpertanian 2003. Hal 348-355.

Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi padaTernak. Penerbit Angkasa Bandung.

Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1991. Prinsip danProsedur Statistika. Diterjemahkan BambangSumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Yasa, I.M.R., S. Guntoro dan I.A.Parwati. 2001.Laporan Akhir Uji Adaptasi Flushing padaInduk Sapi Bali. Denpasar. IPPTP DenpasarBali.

Yasa, I.M.R. dan I.N. Adijaya. (2004). PengaruhPemberian Probiotik Bio Plus 2 BulanSebelum dan sesudah Kelahiran pada SapiBali di Lahan Marginal. Prosiding SeminarNasional Optimalisasi PemanfaatanSumberdaya Lokal untuk MendukungPembangunan Pertanian. Denpasar, 6Oktober 2004. Pusat Penelitian danPengembangan Sosial Ekonomi PertanianBekerjasama dengan Balai PengkajianTeknologi Pertanian Bali. Hal 358-361.

Page 17: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 79

SIFAT KEMIS LIMBAH KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIBERI ARASKONSENTRAT DAN HIJAUAN BERAGAM

Anak Agung Ngurah Badung Sarmuda Dinata1

1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian-BaliJl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar-Selatan, Bali. 80222

Email : [email protected]

ABSTRAK

Suatu penelitian dilakukan untuk mengetahui sifat kemis limbah kambing peranakan etawah yangdiberi aras konsentrat dan hijauan beragam. Penelitian dilakukan selama tiga bulan, menggunakan 9 ekorkambing umur 12 bulan dengan rataan bobot badan awal 23,98 ± 3,37 kg. Penelitian menggunakanRancangan Acak Kelompok dengan 3 perlakuan dan 3 kelompok sebagai ulangan. Adapun perlakuan yangdiberikan adalah : A diberi 55% pakan hijauan (rumput gajah) + 45% konsentrat ; perlakuan B diberi 70%pakan hijauan (rumput gajah dan gamal dengan nisbah 2 : 3) + 30% konsentrat dan perlakuan C diberi 85%pakan hijauan (rumput gajah, gamal, waru dengan nisbah 1: 3 : 1) + 15% konsentrat. Masing-masingkambing diberikan air minum sebanyak 4.000 g/ekor/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa feseskambing memiliki nilai pH dalam kisaran normal yakni sebesar 6,9-7,2. Di sisi lain nilai pH urin beradadalam kisaran asam yakni sebesar 2,08-4,05. Electric conductivity (EC) tertinggi terdapat pada feses kambingyang diberi perlakuan A yakni 17 Mmhos/cm atau 141,82% dan 84,18% nyata lebih tinggi (P<0,05) daripadakambing yang diberi perlakuan B dan C. Pada urin, EC tertinggi terdapat pada kambing yang diberi perlakuanB yakni 52,9 mmhos/cm atau 18,00% dan 17,48% lebih tinggi daripada kambing yang diberi perlakuan Adan C, tetapi secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05).

Kata kunci : Kambing peranakan etawah, pH, Electric conductivity

ABSTRACT: CHEMICALLY ETAWAH CROSS GOAT WASTE WITH CEDAR CONCENTRATESAND VARIOUS FORAGE

Research conducted to determine chemically of etawah cross goat with cedar concentrates and variousforage. Research conducted for three months, using 9 goats, 12 months older, average the initial bodyweight 23,98 ± 3,37 kg. Research designed by Random Block Design with 3 treatments and 3 groups asreplications. Treatments are: A. 55% forage (elephant grass) + 45% concenstrate; B. 70% forage (elephantgrass and gamal with ratio 2: 3) + 30% concenstrate ; C. 85% of the forage (elephant grass, gamal, waru withratio 1: 3: 1) + 15% concentrate. Each goat drinking water 4,000 g/goat/day. The results showed that goatfeces have pH values about 6,9 – 7,2. On the other hand, the pH of urine is about 2,08 – 4,05 (acid). Highestelectric conductivity (EC) found at goat feces treatment A, are 17 Mmhos/cm or 141,82% and 84,18%, higher(P<0,05) more than B and C treatments. Highest urine EC is B treatment 52,9 mmhos/cm or 18,00% and17,48% higher than A and C treatments, but statistically insignificantly different (P.0,05).

Key words: Etawa cross goat, pH, electric conductivity

PENDAHULUAN

Penggunaan pupuk organik merupakan salahsatu upaya dalam mendukung pertanianberkelanjutan. Pupuk organik adalah semua jenisbahan organik yang berasal dari tumbuhan maupunhewan yang dapat dirombak menjadi hara tersediabagi tanaman (Simanungkalit et al., 2006). Padaumumnya para petani telah memanfaatkan limbahternaknya (feses dan urin) sebagai pupuk untuk

tanaman dalam pola integrasi tradisional baiksecara langsung maupun melalui prosespengomposan.

Salah satu ternak yang potensialdikembangkan dalam pola integrasi antaratanaman-ternak adalah kambing PeranakanEtawah (PE). Di daerah perkebunan terutamaperkebunan kopi dan kakao, para petanimemelihara Kambing PE untuk tujuanmemproduksi daging dan susu. Selain itu limbah

Page 18: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 80

yang dihasilkan baik berupa feses maupun urinbiasanya dimanfaatkan langsung untuk pupuktanaman.

Integrasi kambing PE ke dalam arealperkebunan akan lebih menguntungkan karenapakan cukup tersedia yakni dari tanaman penaungberupa leguminosa semak dan pohon serta rumputyang tumbuh di sekitar lahan. Untuk mendapatkanpertambahan bobot badan yang lebih tinggi petanijuga sudah melakukan pemberian konsentrat.Pemberian konsentrat dengan pakan hijauan yangketersediaanya beragam akan berpengaruh padakuantitas maupun kualitas limbah yang dihasilkan.

Hal yang penting diperhatikan dalampemanfaatan limbah ternak untuk pupuk tanaman,salah satunya adalah sifat kimianya. Sifat kimiameliputi pH dan electric conductivity (EC) ataukadar garam yang dapat diukur dengan pH meterdan EC meter (Musnamar, 2003). Pupuk denganpH netral atau sedikit basa (pH 7-8) akanmemberikan dampak yang lebih baik pada tanahkarena penyerapan unsur hara menjadi optimal.Pada pH di bawah 6,5 dapat terjadi defisiensi Ca,P, dan Mg serta toksisitas boron (B), mangan(Mn), cuprum (Cu), Zn, dan Fe, sedangkan padapH diatas 7,5 dapat terjadi defisiensi P, B, Fe,Mn, Cu, Zn, Ca dan Mg, juga keracunan B danMo (Hanafiah, 2005).

Kadar garam pada pupuk yang diaplikasikanakan berpengaruh pada kandungan garam tanah.EC menunjukkan kepekatan kandungan unsurhara yang dinyatakan dalam mmho dengan kadaroptimal berkisar antara1-10 mmho. Garam-garamyang terlarut dalam tanah sebenarnya merupakanunsur esensial bagi tanaman. Kation dan aniongaram dalam jumlah tertentu merupakan hara bagitanaman, tetapi kehadiran ion yang berlebihanjustru akan merugikan tanaman dengan terjadinyaplasmolisis dan penyerapan hara yang berlebihan.

Selain itu peningkatan konsentrasi garam akanberpengaruh pada serapan K dan P pada tanamanyang menyebabkan produksi tanaman menjadirendah.

Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukanpenelitian untuk mengetahui sifat kemis limbahkambing PE yang diberi aras konsentrat danhijauan yang beragam sebagai sumber pupukorganik. Hasil penelitian ini diharapkan dapatdijadikan data dasar dan sebagai acuan dalammenentukan aplikasi limbah yang dihasilkanternak kambing sebagai sumber pupuk organik.

METODOLOGI

Penelitian secara In Vivo dilaksanakan diJalan By Pass Ngurah Rai, Gang Ulun CarikPadanggalak, Denpasar pada bulan Agustussampai dengan bulan Nopember 2006. Ternakkambing yang digunakan adalah ternak kambingPE berjumlah 9 ekor, umur 12 bulan dengan rataanbobot badan awal 23,98 ± 3,37 kg.

Rancangan yang digunakan dalam penelitianini adalah Rancangan Acak Kelompok yang terdiriatas 3 blok (kelompok) sebagai ulangan dimanamasing-masing blok terdiri atas 3 petak sebagaiperlakuan, setiap unit percobaan terdiri atas satuekor kambing. Pengelompokan ternak didasarkanatas rataan bobot badannya yaitu : Blok Ikelompok berat dengan rataan bobot badan 26,33± 0,48 kg ; Blok II kelompok sedang dengan rataanbobot badan 25,43 ± 0,39 kg ; dan Blok IIIkelompok ringan dengan rataan bobot badan 20,18± 2,80 kg. Adapun ketiga perlakuan yang diujikanadalah sebagai berikut : Perlakuan A : 55 % rumputgajah + 45 % konsentrat; Perlakuan B : 70 %pakan hijauan (rumput gajah : gamal dengannisbah 2 : 3) + 30 % konsentrat; dan Perlakuan C

Tabel 1. Bahan Penyusun dan Komposisi Ransum

Pakan HijauanJenis

A B C

Rumput Gajah 100 40 20Gamal - 60 60Waru - - 20

Jenis Ransum Perlakuan

A B CPakan Hijauan (H) 55 70 85Pakan Konsentrat (K) 45 30 15

Page 19: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 81

: 85 % pakan hijauan (rumput gajah : gamal : warudengan nisbah 1 : 3 : 1) + 15 % konsentrat.Susunan ransum perlakuan yang diberikan padaternak disajikan pada tabel.1.

Konsentrat terdiri atas beberapa bahan yakni: 45% dedak padi, 45% polard, 5,5% molasis,3,5% mineralmix dan 1% garam dapur. Masing-masing ternak diberikan air minum sebanyak 4000g/ekor/hari. Penyusunan ransum dilakukanberdasarkan bahan kering (DM), dengan merujukpada standar kebutuhan nutrien dari Kearl (1982).Jumlah ransum yang diberikan per hari secarakeseluruhan (hijauan + konsentrat) sebanyak 3,8%DM dari bobot badan kambing. Pemberian pakanhijauan dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 08.00Wita dan sore hari, yaitu pukul 16.00 Wita,sedangkan pemberian konsentrat dilakukan padapagi hari setelah pemberian pakan hijauan.Demikian pula dengan air minum diberikan padapagi dan sore hari pada waktu yang bersamaandengan pemberian pakan hijauan. Kandungannutrien dari ransum perlakuan dapat dilihat padatabel 2.

Parameter yang diamati meliputi : (1) pH dan(2) electric conductivity (EC) atau kadar garamPengukuran jumlah pakan dan air minum yang

diberi, pakan dan air minum sisa, serta urindilakukan dengan metode koleksi total (balancetrial). Koleksi total dilaksanakan satu kali selamapenelitian yaitu di akhir pemeliharaan denganmengambil waktu koleksi selama tujuh hari secaraberturut-turut. Untuk memisahkan antara feses danurin kambing, pada bagian bawah kandangdilengkapi dengan kisi plastik dengan bingkai kayuuntuk menjaga kekuatannya dari beban kotoran.Dibawahnya lagi ditempatkan lembaran plastikuntuk menampung urin. Selama koleksi total,dilakukan pengambilan sampel feses sebanyak10% dari total produksi harian. Sampel tersebutkemudian dikeringkan di bawah sinar matahari.Setelah sampel kering selanjutnya dikumpulkandan dikomposit kemudian diambil sub sampelberdasarkan perlakuan pada kelompoknya masing-masing sebanyak 200 gram untuk dianalisis dilaboratorium. Untuk sample urin, menggunakanurin segar yang langsung ditampung sesaatsetelah ekskresi dengan menggunakan gelasplastik. Urin yang telah terkumpul selama 7 harikemudian dikomposit kemudian diambil subsampel berdasarkan perlakuan pada kelompoknyamasing-masing sebanyak 100 ml untuk dianalisisdi laboratorium.

Tabel 2. Kandungan Nutrien Ransum Perlakuan

Nutrien (%) Ransum Perlakuan 1) Standard 2)

A B C

DM 52,69 41,02 30,18 -GE (Kcal/kg) 3652,14 3908,45 3999,70 -CP 13,94 18,25 18,64 9,78 – 13,78OM 90,29 90,62 90,04 -Ash 9,71 9,38 9,96 -NDF 46,02 39,78 37,18 -ADF 27,82 24,04 24,04 -Selulosa 19,81 14,95 14,36 -Silika 4,15 2,27 1,69 -Lignin 3,03 2,66 3,20 -Hemiselulosa 19,67 16,57 13,71 -Calsium (Ca) 0,284 0,699 1,074 0,44 - 0,56Fosfor (P) 0,074 0,059 0,048 0,31-0,39Sulfur (S) 0,132 0,155 0,179 0,20Seng (Zn) (ppm) 58,95 47,1 37,87 20 – 60 3)

Keterangan :1) Nutrien dihitung berdasarkan hasil analisa laboratorium Balitnak BogorA = 55% RG + 45% KonsentratB = 70% (40% RG : 60% G) + 30% KonsentratC = 85% (20% RG : 60% G : 20% W) + 15% Konsentrat2) Standar berdasarkan NRC (1981)3) Standar menurut Georgievskii (1982)

Page 20: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 82

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisisvarians (sidik ragam) dengan tingkat kesalahan 1- 5% dan apabila pengujian ragam menunjukkanperbedaan yang nyata, maka pengujian diantararataan dua perlakuan dilakukan uji jarak bergandadari Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Feses pada kambing yang diberi perlakuan Amemiliki pH sebesar 6,9, B sebesar 7,17 dan Csebesar 7,2 (tabel 3). Hal ini berarti ketigaperlakuan tersebut memiliki nilai pH pada kisarannormal. Produk dengan pH netral atau sedikit basa(pH 7-8) akan memberikan dampak yang lebih baikpada tanah. Bakteri dapat tumbuh optimal padapH netral sedangkan fungi berkembang cukup baikpada kondisi pH agak asam.

Nilai pH dapat digunakan sebagai indikatorkesuburan kimiawi tanah, karena mencerminkanketersediaan hara dalam tanah tersebut. pHoptimum untuk ketersediaan unsur hara tanahadalah sekitar 7,0. Pada pH ini semua unsur makrotersedia secara maksimum sedangkan unsur haramikro tidak maksimum kecuali molybdenum (Mo),sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas unsurmikro tertekan. Pada pH di bawah 6,5 dapat terjadidefisiensi kalsium (Ca), fosfor (P), dan magnesium(Mg) serta toksisitas boron (B), mangan (Mn),cuprum (Cu), seng (Zn), dan besi (Fe). Pada pHdiatas 7,5 dapat terjadi defisiensi P, B, Fe, Mn,Cu, Zn, Ca dan Mg, juga keracunan B dan Mo(Hanafiah, 2005).

Urin pada semua perlakuan memiliki kisaranpH asam yaitu antara 2,29-4,05. Hal ini disebabkankepakatan ion hidrogen pada urin sangat tinggi.Derajat keasaman urin yang rendah ini akanberpengaruh pada menurunnya tingkat kesuburantanah. Semakin asam bahan yang akanditambahkan pada tanah maka jumlah ion Al(aluminium) Fe dan Mn dalam tanah semakinmeningkat yang merupakan racun bagi tanaman.Pada tanah asam, unsur P tidak dapat diserapoleh tanaman karena diikat oleh Al. Selain itu,tanah asam mempunyai jumlah oksigen yangsedikit yang bisa menekan populasi bakteri aerobyang bertugas menguraikan bahan organik didalam tanah. Junoto (1983) menyatakanrendahnya pH menyebabkan ketidaklarutan P danK dan terjadi kekurangan Ca dan Mg yangdiperlukan tanaman dalam metabolisme normalnyaserta menurunnya kegiatan mikroorganismetanah.

Penjelasan tersebut diatas mengindikasikanbahwa urin tidak boleh langsung diberikan padatanaman. Dalam aplikasinya, perlu dilakukanupaya meningkatkan nilai pH agar mendekati pHnormal. Meningkatkan pH urin dapat dilakukandengan meningkatkan kejenuhan basa sepertidengan penambahan zat kapur dalam bentuksenyawa karbonat yakni kalsit (CaCo3) dan dolomit(Ca Mg (C03)2). Penambahan dolomitmeningkatkan pH tanah lebih tinggi dibandingkanpengapuran dengan kalsit karena dapatmeningkatkan sekaligus kandungan Ca dan Mg.Secara tidak langsung kapur dapat mengurangikeracunan Al, meningkatkan ketersediaan P,

Tabel 3. Sifat Kemis Limbah Kambing Yang Diberi Aras Konsentrat dan Hijauan Beragam

Peubah2) Perlakuan Nilai P

A B C

FesespH 6,9 a 7,17 b 7,2 b 0,043*Electric Conductivity (mmhos/cm) 17 b 7,03 a 9,23 a 0,030*UrinpH 2,29 a 4,05 a 2,08 a 0,540Electric Conductivity (mmhos/cm) 44,83 a 52,9 a 45,03 a 0,594

Keterangan :1). Nilai dengan huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata2). Nilai dengan huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyataA : Kambing yang diberi 55% pakan hijauan (rumput gajah) dan 45% konsentratB : Kambing yang diberi 70% pakan hijauan (40% rumput gajah : 60% gamal) dan 30% konsentratC : Kambing yang diberi 85% pakan hijauan (20% rumput gajah : 60% gamal : 20% waru) dan 15%

konsentrat

Page 21: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 83

meningkatkan pH tanah dan secara langsungkapur dapat meningkatkan ketersediaan hara Ca(Hakim, 1982)

Hasil penelitian Hasanudin et al. (2007)menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandangmampu menurunkan jumlah ion Al sekaligusmeningkatkan pH tanah. Bahan organik yangterdekomposisi akan menghasilkan beberapaunsur hara seperti N, P dan K serta menghasilkanasam humat dan fulvat yang memegang perananpenting dalam pengikatan Fe dan Al yang larutdalam tanah sehingga ketersediaan P akanmeningkat (Hasanudin, 2003). Oleh karena itu,aplikasi pemberian urin pada tanaman selainditambahkan kapur, sebaiknya diikuti denganpemberian pupuk organik.

Rata-rata EC pada feses kambing yang diberiperlakuan A adalah 17 Mmhos/cm atau 141,82%nyata lebih tinggi (P<0,05) daripada kambing yangdiberi perlakuan B dan 84,18% nyata lebih tinggi(P<0,05) daripada kambing yang diberi perlakuanC (Tabel 3). Feses kambing yang diberi perlakuanC memiliki EC 31,29% lebih tinggi daripadakambing yang diberi perlakuan B, tetapi secarastatistik berbeda tidak nyata (P>0,05). Hal iniberarti feses perlakuan A memiliki EC diataskisaran optimal, sedangkan feses perlakuan B danC masih berada pada kisaran optimal yaitu 1-10Mmhos/cm (Musnamar, 2003). Tingginya nilai ECpada feses kambing yang diberi perlakuan Adisebabkan ketersediaan ion-ion (kation dan anion)yang lebih tinggi daripada kambing yang diberiperlakuan B dan C. Wuryaningsih et al., (2004)menyatakan EC merupakan nilai banyak atausedikitnya ion-ion yang tersedia di dalam media.Semakin banyak ion-ion yang tersedia dalamsuatu media mengindikasikan semakin tinggi nilaiEC media tersebut.

Rata-rata EC urin kambing yang diberiperlakuan A adalah 44,83 Mmhos/cm (Tabel 3).Urin kambing yang diberi perlakuan B memilikikandungan EC 18,00% lebih tinggi daripadakambing yang diberi perlakuan A dan 17,48% lebihtinggi daripada kambing yang diberi perlakuan C,tetapi secara statistik berbeda tidak nyata(P>0,05). EC antara kambing yang diberiperlakuan A dan C secara statistik berbeda tidaknyata (P>0,05). EC menunjukkan kepekatan kandungan unsurhara terutama kandungan garam-garam terlarut.Semakin tinggi nilai EC maka menunjukkansemakin tinggi kadar garam yang dikandung urinkambing. Kandungan EC tinggi dalam urinmerupakan masalah penting dalam pertanian,

karena dapat mempengaruhi pertumbuhantanaman. Menurut Russel (1977) garam-garamterlarut tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhantanaman melalui dua cara yaitu pengaruh umumdan pengaruh yang spesifik. Pengaruh umumdisebabkan oleh meningkatnya tekanan osmotiklarutan sekitar akar tanaman, sedangkan pengaruhspesifik adalah disebabkan oleh ion-ion utamayang terkandung dalam tanah berada dalamkeadaan yang membahayakan pertumbuhantanaman. Kation dan anion garam dalam jumlahtertentu merupakan hara bagi tanaman, tetapikehadiran ion yang berlebihan justru akanmerugikan tanaman dengan terjadinya plasmolisisdan penyerapan hara yang berlebihan. Selain itupeningkatan konsentrasi garam akan berpengaruhpada rendahnya serapan K dan P pada tanamanyang menyebabkan produksi tanaman menjadirendah (Hanfiah, 2005).Pemanfaatan urin secara langsung pada tanamanakan menyebabkan konsentrasi garam di dalamtanah tinggi. Hal ini akan menyebabkan pergerakanair dari tanah ke akar akan lambat. Selanjutnyakonsentrasi garam pada tanah yang lebih tinggidari sel-sel akar menyebabkan tanah akanmenyerap air dari akar sehingga tanaman menjadilayu. Selain itu bisa menyebabkan keracunanakibat penyerapan unsur penyusun garam yangberlebihan seperti sodium (Na). Oleh karena itu,dalam aplikasinya untuk pupuk tanaman perludilakukan penambahan air pada urin. Denganpenambahan air diharapkan konsentrasi garampada urin akan semakin menurun sehingga tidakmembahayakan bagi tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Feses kambing memiliki pH dalam kisarannetral sedangkan urin kambing memiliki pHyang asam.

2. Feses kambing memiliki EC optimal kecualipada kambing yang diberi perlakuan Asedangkan urin kambing memiliki EC diatasoptimal.

3. Dalam aplikasinya untuk pupuk organik cair,perlu dilakukan penambahan kapur dan airpada urin kambing, serta dibarengi denganpemberian pupuk organik padat pada tanamanagar pH dan EC tanah tetap normal.

4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untukmengetahui sifat kemis limbah pada ternaklainnya serta faktor yang mempengaruhinya.

Page 22: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 84

DAFTAR PUSTAKA

Georgievski, V. I. 1982. General Information onMineral. Pp. 11-56 in : Georgievski, V. I., B.N. Annenkov and V. T. Samokhin. 1982.Mineral Nutrition of Animal. English TransitionButterwort & Co. English.

Hakim, N. 1982. Pengaruh Pemberian Pupuk Hijaudan Kapur Pada Podzolik Merah KuningTerhadap Ketersediaan Fosfor dan ProduksiTanaman Jagung (Zea mays L.). Disertasi,Fakultas Pasca Sarjana, Institut PertanianBogor.

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta

Junoto. 1983. Dampak pengapuran terhadapbeberapa sifat mikrobiologi tanah. Bulletin 18.Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta

Hasanudin. 2003. Peningkatan ketersediaan danserapan N dan P serta hasil tanaman jagungmelalui inokulasi mikoriza, azotobacter danbahan organic pada ultisol. Jurnal IlmuPertanian Indonesia. 5 (2) hlm. 83-89.

Hasanudin, Mitriani dan Barchia F.2007. Pengaruhpengapuran dan pupuk kandang terhadapketersediaan hara P pada timbunan tanahpasca tambang batubara. Jurnal Akta Agrosia. Edisi khusus No 1 hlm. 1-4.

Kearl, L.C. 1982. Nutrition Requirements ofRuminants in Developing CountriesInternational Feedstuff Institute Utah agric.Exp. Station Utah State Univ. Logan Utah.USA.

Musnamar, E.I. 2003. Pupuk Organik; Cair danPadat, Pembuatan, Aplikasi. CetakanPertama. Penebar Swadaya. Jakarta.

NRC. 1981. Nutrient Requirement of Goats.No.15. National Academy Press.Washington, D.C.

Russell, O.E.W. 1977. Soil Conditions and plantGrowth. Longmans, Green and Co Ltd.London.

Simanungkalit, R.D.M., Suriardikata,D.A.,Saraswati, R., Setyorini, D dan Hartatik,W. 2006. Pupuk Organik Dan Pupuk HayatiOrganik Fertilizer and Biofertilizer. Balai BesarPenelitian dan Pengembangan Sumberdayalahan pertanian. Bogor-jawa Barat

Wuryaningsih, S., J. Prasetyo., R. Tejasarwana,dan A. Mintarsih. 2004. Media Tumbuh,Tingkat Daya Hantar Listrik, dan PencucianMedia Untuk Kualitas Anthurium Pot. J. Hort.14 (ed. Khusus) hlm. 374-380.

Page 23: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 85

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETERNAK MELAKUKANVAKSINASI FLU BURUNG PADA AYAM RAS PETELUR DI BALI

Jemmy Rinaldi1, Suharyanto2 dan I Made Rai Yasa3

1,2.3Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) BaliJl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Bali 80222

email: [email protected]

ABSTRAK

Kajian mengenai faktor yang mempengaruhi peternak melakukan vaksinasi flu burung pada ayam raspetelur untuk : (1) mengetahui karakteristik peternak yang akan diberikan penyuluhan mengenai pentingnyamelakukan vaksinasi flu burung pada ayam ras petelur, dan (2) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhipeternak melakukan vaksinasi flu burung pada ayam ras petelur, telah dilakukan pada tahun 2007 diKecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperolehdengan metode survei menggunakan kuesioner. Responden dalam kajian ini sebanyak 80 orang peternakayam ras petelur yang terbagi menjadi 38 orang peternak yang melakukan vaksinasi dan 42 orang yangtidak melakukan vaksinasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan diskriminan menggunakanalat analisis SPSS 16.0. Hasil kajian menunjukkan, karakteristik peternak yang termasuk dalam kriteriaperlu diberikan penyuluhan pentingnya vaksinasi flu burung pada ayam ras petelur yaitu peternak yang rata-rata berumur 41 tahun, tingkat pendidikan SMP ke bawah, jumlah tenaga kerja keluarga kurang dari 3 orang,pengalaman beternak kurang dari 10 tahun, jumlah kandang yang dimiliki kurang dari 3 unit, kapasitasayam kurang dari 1.500 ekor/kandang dan jumlah ayam yang dipelihara kurang dari 3.000 ekor, jarak rumahke kandang lebih dari 300 meter dan jumlah tenaga kerja luar keluarga sebanyak 1 orang. Faktor-faktoryang mempengaruhi peternak melakukan vaksinasi flu burung pada ayam ras petelur adalah jumlahkepemilikan kandang serta jumlah ternak ayam yang dipelihara. Sedangkan jarak rumah ke kandang danjumlah tenaga kerja luar keluarga berpengaruh negatif dalam melakukan vaksinasi flu burung pada ayamras petelur.

Kata kunci : vaksinasi flu burung, ayam ras petelur, Bali

ABSTRACT: FACTORS AFFECTING FARMERS APPLYING AVIAN INFLUENZAIN CHICKEN LAYER IN BALI

The study of factor affecting the farmers to vaccinate avian influenza in chicken layer to determine: 1) thefarmers characteristic will be disseminated about the importance of avian influenza vaccination to chickenlayer, and 2) to deterimine factors that influence farmers vaccinate avian influenza chicken laying, wasperformed in 2007 in Penebel, Tabanan. The data collected was primary data obtained by using aquestionnaire survey method. Responden was 80 farmers of chicken layer which is divided into 38 peoplebreeder applying vaccination and 42 people who were not apply it. Data analyzed with SPSS 16. Study resultshows, the farmers charateristic included in the criteria should be given counseling about the importance ofavian influenza vaccination the average farmer was 41 years old, junior high school levels down, the labourin the family less than three persons, farming experiment less than 10 years, the capacity of henhouse lessthan 3000, house to roost distance over 300 meters, the labour outside of familis one person. Factorsinfluence famers to apply the vaccination was the number of henhouse belonging and it capacity. Whereas,the distance and labour number negatively affecting farmers opinion to apply vaccination.

Keywords: avian influenza vaccination, chicken layer, Bali

Page 24: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 86

PENDAHULUAN

Flu burung (Avian Influenza) yang seringdisingkat AI, merupakan penyakit unggas yangbersifat menular dan dapat berakibat mematikan.Menurut Badan Kesehatan Hewan Dunia, OfficeInternational des Epizooties (OIE), AI disebabkanoleh virus Influenza tipe A Subtipe H5 dan H7,termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Penyakitini termasuk daftar A dalam kriteria OIE karenapenyebaran cepat bersifat zoonis karenaberpotensi menimbulkan kematian pada manusia,dan berdampak terhadap perdaganganinternasional terutama produk unggas dan hasilolahannya (Alexander dalam Santhia, 2005).

Wabah AI di Indonesia pertama kali munculsekitar September 2003 di Jawa dengan tingkatkematian pada ayam hampir 100%. Kejadianwabah ini mencapai puncak pada bulan Januari2004. AI kemudian menyebar ke Sumatera,Kalimantan dan Bali (Damayanti dkk, 2004).Persoalan yang paling menonjol dalam kaitannyadengan AI ini adalah bagaimana mengontrolpenyebaran dari virus H5N1. Pemerintah Indonesiasecara formal telah berusaha selama 2 tahunberupaya untuk dapat mengurangi jumlah korbanterinfeksi AI dengan berbagai kebijaksanaanstrategis yang dapat meningkatkan peranmasyarakat dalam hal ini peternak kecil danmenengah. Langkah strategis dimaksud adalah :(1) biosekuriti, (2) vaksinasi, (3) depopulasiterseleksi di daerah tertular, (4) pengendalian lalulintas unggas, produk serta limbahnya, (5)surveilen dan penelusuran, (6) pengisian kandangkembali, (7) stamping out unggas di daerah tertularbaru, (8) peningkatan kesadaran masyarakat, serta(9) monitoring dan evaluasi.

Di Provinsi Bali kasus flu burung pada ternakunggas pertama kali dilaporkan pada bulanOktober 2003 di dua kabupaten yaitu Jembranadan Badung dan terus menyebar ke kabupatenTabanan, Klungkung, Bangli dan Karangasemdengan jumlah kasus flu burung mencapai 930.029ekor. Namun pada Desember 2006 wabah fluburung telah menyebar ke semua kabupaten diBali, dimana kecamatan yang pernah tertularsebanyak 35 kecamatan dari 56 kecamatantersebar di 109 desa dari 702 desa yang ada diprovinsi Bali. Kasus flu burung yang awalnyabanyak menyerang terutama pada peternakankomersial yaitu peternak ayam ras petelur danpedaging (Disnak Prov. Bali, 2007).

Berdasarkan monthly attack rates terlihatbahwa tingkat penyerangan AI terjadi pada bulan

kedua sampai kelima setelah masuknya virus AIke Bali. Tingkat penyerangan selanjutnya menurunsecara drastis setelah dilakukan tindakanpenanggulangan, salah satunya vaksinasi (Putra,et al., 2006). Berdasarkan kesembilan langkahstrategi pemerintah vaksinasi mempunyaikontribusi dalam pengendalian virus flu burungbahkan dalam menentukan keberlajutan usahaternak ayam petelur di Indonesia. Oleh karena itupelaksanaan vaksinasi perlu disosialisasikanterhadap peternak ayam ras petelur maupunpedaging. Peran pemerintah daerah dalammemberikan penyuluhan mengenai pentingnyavaksinasi flu burung juga harus ditingkatkan agarpenyebaran penyakit tersebut tidak menyebar padaayam ras petelur bahkan sampai ke manusia. Olehkarena itu untuk menjawab permasalahan diatas,maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan: (1)mengetahui karakteristik peternak yang akandiberikan penyuluhan mengenai pentingnyamelakukan vaksinasi flu burung pada ayam raspetelur, dan (2) mengetahui faktor-faktor yangmempengaruhi peternak melakukan vaksinasi fluburung pada ayam ras petelur.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2007 diKecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, ProvinsiBali. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja(purposive) didasarkan atas beberapapertimbangan yaitu : (1) Kecamatan Penebelmerupakan sentra peternakan ayam ras petelurterbesar di Bali, (2) ternak ayam ras petelur dikecamatan Penebel dianggap daerah yang telahtejangkit flu burung, dan (3) Peternak ayam raspetelur di kecamatan Penebel telah diberikanvaksin flu burung oleh pemerintah daerah.

Jenis Data dan Metode Pengambilan Sampel

Data yang dikumpulkan adalah data primeryang diperoleh dari wawancara langsung kepadapeternak ayam ras petelur menggunakankuesioner. Adapun jumlah responden padapenelitian ini sebanyak 80 orang peternak ayamras petelur yang terbagi menjadi 38 orangresponden yang melakukan vaksinasi flu burungdan 42 orang responden yang tidak melakukanvaksinasi flu burung terhadap ayam ras petelur.

Page 25: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 87

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis denganpendekatan diskriminan untuk mengetahui apakahada perbedaan antara kelompok/group denganSPSS.16.0. Analisis diskriminan merupakanteknik menganalisis data, jika variabel tidak bebas(dependent) merupakan kategorik (non metrik,normal atau ordinal, bersifat kualitatif). Sedangkanvariabel bebas merupakan metrik (interval ataurasio, bersifat kuantitatif). Analisis diskriminanadalah analisis multivariat yang diterapkan untukmemodelkan hubungan antara satu variabel responyang bersifat kategori dengan satu atau lebihvariabel prediktor yang bersifat kuantitatif (Tatham,Hair, Anderson, dan Black, 1998).

Model diskriminan yang digunakan dalampenelitian ini adalah sebagai berikut :Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6+ b7 X7 - b8 X8 + b9 X9dimana :Y = 1 : Peternak melakukan vaksinasi flu burung

terhadap ayam petelurY = 0 : Peternak tidak melakukan vaksinasi flu

burung terhadap ayam petelurb0 = Intersepb1,…,b9 = SlopeX1 = Umur peternak (tahun)X2 = Tingkat pendidikan formal (tahun)X3 = Jumlah tenaga kerja keluarga (orang)X4 = Lamanya pengalaman beternak ayam

petelur (tahun)X5 = Jumlah kandang yang dimiliki (unit)X6 = Rata-rata kapasitas ternak per kandang

(ekor)X7 = Jumlah ternak yang dipelihara (ekor)X8 = Jarak rumah ke kandang (meter)X9 = Jumlah tenaga kerja luar keluarga (orang)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Peternak Ayam Ras Petelur

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwaumur peternak yang tidak melakukan vaksinasiflu burung rata-rata berumur 41 tahun, sedangkanpeternak yang melakukan vaksinasi flu burung rata-rata berumur 45 tahun. Tingkat pendidikanpeternak yang tidak melakukan dan melakukanvaksinasi flu burung rata-rata mengenyampendidikan selama 10 tahun. Hal ini berarti tingkatpendidikan peternak yang melakukan dan tidakmelakukan vaksinasi relatif sama serta tingkatpendidikan peternak ayam ras petelur dapat

dikatakan rata-rata mengenyam pendidikansampai tingkat SMP atau pernah bersekolahditingkat SMA.

Rata-rata jumlah tenaga kerja keluarga yangterlibat dalam usaha ternak ayam ras peteluradalah sebanyak 2 orang, baik yang melakukanvaksinasi flu burung maupun yang tidak melakukanvaksinasi flu burung. Hal ini berarti rata-rata tenagakerja keluarga yang dilibatkan pada usaha ternakayam ras petelur hanya bapak sebagai kepalakeluarga dan ibu. Dalam hal ini anak tidakdilibatkan dalam usaha ternak ayam. Peternakyang tidak melakukan vaksinasi rata-rata memilikipengalaman beternak ayam ras petelur selama 9tahun, sedangkan yang melakukan vaksinasi fluburung mempunyai rata-rata pengalaman beternakayam ras petelur selama 10 tahun (Tabel 1).

Rata-rata jumlah kandang yang dimilikipeternak yang melakukan vaksinasi flu burungadalah 4 unit, sedangkan yang tidak melakukanvaksinasi adalah 2 unit. Terkait dengan rata-ratakapasitas ayam yang dipelihara, peternak yangkapasitas kandangnya 1.625 ekor/kandangmelakukan vaksinasi sedangkan yang kapasitaskandangnya 1.412 ekor/kandang tidak melakukanvaksinasi. Begitu pula dengan rata-rata jumlahternak yang dipelihara, peternak yang memelihara5.061 ekor yang melakukan vaksinasi, sedangkanyang 3.035 ekor tidak melakukan vaksinasi fluburung (Tabel 1).

Berdasarkan rata-rata jarak rumah kekandang, kandang yang berjarak 268 meter darirumahnya melakukan vaksinasi, sedangkan yangberjarak 626 meter tidak melakukan vaksinasi.Sedangkan rata-rata jumlah tenaga kerja luarkeluarga bagi peternak yang tidak melakukanvaksinasi memiliki rata-rata jumlah tenaga kerjaluar keluarga sebanyak 1 orang dan yangmelakukan vaksinasi mempunyai rata-rata jumlahtenaga kerja luar keluarga sebanyak 2 orang (Tabel1).

Faktor yang Mempengaruhi Peternak AyamRas Petelur Melakukan Vaksinasi

Berdasarkan analisis diskriminan bahwa nilaiwilk’s lambda digunakan untuk menentukanapakah fungsi diskriminan yang terbentuk, secaranyata dapat digunakan sebagai pembeda antargrup. Apabila nilai signifikan wilk’s lambda kurangdari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa fungsidiskriminan tersebut secara nyata dapat digunakansebagai pembeda antar grup. Berdasarkan hasildiskriminan antar grup yang melakukan vaksinasiflu burung dengan yang tidak melakukan vaksinasi

Page 26: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 88

flu burung mempunyai nilai signifikan wilk’s lambdasebesar 0,000, yang artinya dapat disimpulkanbahwa fungsi diskriminan yang terbentuk secaranyata dapat digunakan sebagai pembeda antargrup.

Jika dilihat dari nilai Chi-square hitung sebesar33,161 lebih besar dibandingkan dengan nilai Chi-square tabel sebesar 16,919, maka dapatdisimpulkan bahwa fungsi diskriminan tersebutsecara nyata dapat digunakan sebagai pembedaantar grup. Artinya dapat disimpulkan bahwapeternak yang melakukan vaksinasi flu burungdengan peternak yang tidak melakukan vaksinasiflu burung secara nyata dapat dibedakan melaluifungsi diskriminan yang terbentuk.

Proses analisis diskriminan dilakukan denganuji F dan diukur berdasarkan nilai signifikannya.Jika signifikan atau nilai F hiting > F tabel makadapat disimpulkan bahwa variabel independenttersebut berpengaruh nyata terhadap variabeldependent atau pengaruhnya nyata sebagaipembeda grup-grrup yang dianalisis. BerdasarkanTabel 2 menunjukkan bahwa variabel jumlahkepemilikan kandang, jumlah ternak yangdipelihara, jarak rumah ke kandang dan jumlahtenaga kerja luar keluarga adalah variabel yangsecara nyata berpengaruh sebagai pembeda antargrup dengan nilai signifikan untuk jumlahkepemilikan kandang 0,000; jumlah ternak yangdipelihara 0,001; jarak rumah ke kandang 0,004dan jumlah tenaga kerja luar keluarga 0,047.

Hasil analisis diskriminan menunjukkan,jumlah kepemilikan kandang, jumlah ternak yang

dipelihara dan jarak rumah ke kandang secaranyata berpengaruh sebagai pembeda antar grouppada tingkat kesalahan 1%. Sedangkan jumlahtenaga kerja keluarga secara nyata berpengaruhsebagai pembeda antar group dengan tingkatkesalahan 5%. Selanjutnya untuk variabel umurpeternak, tingkat pendidikan peternak, jumlahtenaga kerja keluarga, lamanya pengalamanbeternak ayam dan kapasitas ternak ayam perkandang tidak berpengaruh sebagai pembeda antargroup (Tabel 2).

Hasil analisis diskriminan menunjukkanbahwa jumlah kepemilikan kandang berpengaruhpositif sebesar 0,537. Artinya semakin besarjumlah kandang yang dimiliki peternak ayam raspetelur maka peternak akan melakukan vaksinasiflu burung. Nilai 0,537 menunjukkan dari nilai satuatau melakukan vaksinasi flu burung. Variabeljumlah kepemilikan kandang mempunyai pengaruhsebesar 0,537 terhadap peternak dalammelakukan vaksinasi flu burung. Begitu pula denganjumlah ternak ayam ras petelur yang dipeliharamempunyai pengaruh yang positif sebesar 0,007.Artinya semakin banyak jumlah ayam yangdipelihara maka semakin meningkat minatpeternak untuk melakukan vaksinasi flu burung.

Jarak rumah ke kandang mempunyaipengaruh yang negatif sebesar 0,100. Artinyasemakin jauh jarak rumah ke kandang makapeternak ayam ras petelur tidak melakukanvaksinasi flu burung. Hal ini juga serupa denganjumlah tenaga kerja luar keluarga yang mempunyaipengaruh negatif sebesar 0,250. Ini berarti semakin

Tabel 1. Rata-rata variabel penentu peternak melakukan vaksinasi dan tidak melakukan vaksinasi fluburung pada ayam ras petelur di Bali

Rata-rataNo. Variabel Independen

Tidak Melakukan MelakukanVaksinasi Vaksinasi

1. Umur peternak (tahun) 41,45 44,882. Tingkat pendidikan (tahun) 9,81 10,143. Jumlah tenaga kerja keluarga (orang) 1,92 1,714. Lamanya pengalaman beternak ayam 9,39 10,33

ras petelur (tahun)5. Jumlah kandang yang dimiliki (unit) 2,50 4,106. Kapasitas ayam ras petelur per kandang 14,12 16,25

(ratus ekor)7. Jumlah tenak ayam ras petelur yang 30,35 50,61

dipelihara (ratus ekor)8. Jarak rumah ke kandang (ratus meter) 6,26 2,689. Jumlah tenaga kerja luar keluarga (orang) 0,79 1,55

Page 27: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 89

banyak jumlah tenaga kerja luar keluarga yangdilibatkan dalam usaha ternak ayam ras petelurmaka peternak tidak melakukan vaksinasi fluburung.

Nilai centroid adalah rata-rata nilai skor fungsidiskriminan untuk suatu group/kelompok.Kelompok peternak ayam ras petelur yangmelakukan vaksinasi flu burung mempunyai batasnilai centroid sebesar 0,709 dan kelompok peternakayam ras petelur yang tidak melakukan vaksinasiflu burung mempunyai batas nilai centroid sebesar-0,784. Sedangkan nilai batas antar keduakelompok yaitu nilai cut off. Nilai cut off untukpeternak ayam ras petelur yang melakukanvaksinasi flu burung maupun tidak melakukanvaksinasi flu burung sebesar -0,000175. Apabilaakan melakukan penyuluhan terhadap peternakayam ras petelur maka jika calon peternak yangakan diberikan penyuluhan mempunyai nilai skorfungsi diskriminan lebih kecil dari - 0,000175 makadapat dikelompokkan dalam peternak yang tidakmelakukan vaksinasi flu burung. Begitu jugasebaliknya, jika calon peternak yang akandiberikan penyuluhan mempunyai nilai skor fungsidiskriminan lebih besar dari -0,000175 maka dapatdikelompokkan dalam peternak yang melakukanvaksinasi flu burung.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan :1. Peternak masuk kriteria perlu diberikan

penyuluhan mengenai pentingnya vaksinasiflu burung pada ayam ras petelur adalahpeternak yang mempunyai rata-rata umurkurang dari 41 tahun, tingkat pendidikan SMPke bawah, jumlah tenaga kerja keluargakurang dari 3 orang, pengalaman beternakkurang dari 10 tahun, jumlah kandang yangdimiliki kurang dari 3 unit, kapasitas ayamkurang dari 1.500 ekor/kandang dan jumlahayam yang dipelihara kurang dari 3.000 ekor,jarak rumah ke kandang lebih dari 300 meterdengan jumlah tenaga kerja luar keluargasebanyak 1 orang.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh positifterhadap peternak untuk melakukan vaksinasiflu burung pada ayam ras petelur adalahjumlah kandang dan jumlah ayam yangdipelihara. Sedangkan jarak rumah kekandang dan jumlah tenaga kerja luar keluargaberpengaruh negative.

Tabel 2. Hasil analisis diskriminan yang mempengaruhi peternak melakukan vaksinasi flu burung terhadapayam ras petelur di provinsi Bali

No. Variabel Independent Koefisien fungsi Sig. F hitung F tabel

1. Umur peternak (X1) 0,033ns 0,153 2,084 α 0,01 = 7,082. Tingkat pendidikan (X2) 0,052ns 0,694 0,156 α 0,05 = 4,003. Jumlah tenaga kerja keluarga (X3) -0,142ns 0,357 0,8604. Lamanya pengalaman beternak (X4) 0,016ns 0,479 0,5075. Jumlah kepemilikan kandang (X5) 0,537** 0,000 18,0726. Kapasitas ternak per kandang (X6) 0,075ns 0,170 1,9227. Jumlah ternak yang dipelihara (X7) 0,007** 0,001 11,3498. Jarak rumah ke kandang (X8) -0,100** 0,004 8,7159. Jumlah tenaga kerja luar keluarga (X9) -0,250* 0,047 4,089

Konstanta (intersep) -4,294Sig. Wilk’s Lambda 0,000Chi-square hitung 33,161Chi-square tabel 16,919Nilai Centroid group 1 0,709Nilai Centroid group 0 -0,784Nilai Cut off -0,000175

Keterangan :** = Signifikan pada tingkat kesalahan 1%* = Signifikan pada tingkat kesalahan 5%ns = Tidak signifikan pada tingkat kesalahan 5%

Page 28: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 90

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, R., N.L.P.I. Dharmayanti, R. Indriani,A. Wiyono, dan Darminto. 2004. Clinico-pthology features of chicken infected by HPAIin several farms in East and West Java. JITV,9(2): 136-143.

Dinas Peternakan Provinsi Bali. 2007. LaporanTahunan. Denpasar.

Putra, A.A.G., K. Santhia and I.N. Dibya. 2006.Surveillance of Avian Influenza in MixedFarming System and Live Bird Markets in Bali.Bulletin Veteriner Vol 18 (68) 16-25. DiseaseInvestigation Centre VI. Denpasar.

Santhia, K. 2005. Surveilans Avian Influenza diProvinsi Bali. Makalah disampaikan padaSeminar dan Lokakarya Strategi danPenangulangan Avian influenza (H5N1) padaManusia. Kerjasama UPLEK FK UNUD danWHO Indonesia. Denpasar, 12-13 September2005.

Tatham, R.L., Hair, J.F, Anderson, R.E., dan Black,W.C. 1998. “Multivariate Data Analysis”,Prentice Hall, New Jersey.

Page 29: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 91

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI INPARI 10 PADA PERLAKUAN BENIH DANSISTEM TABELA BERBEDA DI SUBAK SELAT, KLUNGKUNG BALI

Putu Suratmini1 dan Made Swijana2

1,2Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) BaliJl. By Pas Ngurah Rai Pesanggaran, Denpasar Bali

ABSTRAK

Ketahanan pangan masih bertumpu pada peningkatan produksi padi dimana padi merupakan sumberbahan pangan yang menempati posisi paling strategis dibandingkan sumber pangan lainnya. Meningkatnyajumlah penduduk (1,5% per tahun), meningkat pula kebutuhan akan beras yang berarti menuntutpeningkatan produksi beras nasional. Semakin langka dan semakin mahalnya upah(biaya) tanam padimenyebabkan biaya produksi meningkat. Tanam benih langsung (Tabela) merupakan alternatif teknologiyang mempunyai prospek untuk dikembangkan karena dapat menghemat biaya, waktu dan tenaga.Pengkajian dengan tujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi dari VUB Inpari 10 denganmenggunakan alat tabela yang berbeda dan perlakuan benih dengan cruiser telah dilaksanakan di SubakSelat, Klungkung Bali pada tahun 2011. Pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) polafaktorial dengan 2 perlakuan alat Tabela dan 2 perlakuan benih dengan 5 ulangan. Varietas yang ditanamadalah : VUB Inpari 10. Cara tanam yang dipakai adalah: sistem tanam benih langsung (tabela) legowo2:1, dan tabela jajar biasa sedangkan perlakuan benih yang diberikan adalah perendaman benih dengancruiser dan benih tidak direndam dengan cruiser. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlahanakan produktif, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, panjang malai dan hasil berat gabah keringpanen (t/ha). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa berat gabah kering panen VUB Inpari 10 pada tabelajajar meningkat 16.91% dengan perlakuan benih, sedangkan pada tabela legowo 2:1 berat gabah keringpanen meningkat 6.46%. Berat gabah kering panen VUB Inpari 10 meningkat pada cara tanam tabelalegowo 2:1 dibandingkan denga tabela jajar tanpa perlakuan benih (kontrol).

Kata kunci : pertumbuhan, produksi, inpari 10, tabela

ABSTRACT: GROWTH AND YIELD INPARI 10 BY SEED TREATMENT AND DIFFERENT DIRECTSEEDLING SYSTEM IN SUBAK SELAT, KLUNGKUNG BALI.

Food scurity still based on increasing rice production which occupies rice the most strategic positioncompared to other food sources. Increasing population by a 1.5% annually requires corresponding increasedof national rice production. Direct seedling is a tecnologi alternatif for efisiensi cost, time and human power.Assessment with the aim to determine the growth and production of Inpari 10 with two sistem directseedling and seed treatment has been conducted at Subak Selat,Klungkung Bali in 2011. Assessmentusing Factorial with Randomized Block Design with two treatments and 5 replicates. Treatment consistedof two sistem direct seedling (2:1 pair row direct seedling and sguare direct seedling) and two seedtreatment (cruiser seed treatmnet and without cruiser seed treatment as control). The parameters observedwere plant height, number of productive tillers, number grain fill number, empty grain number, panicle length,and dry grain yields (t / ha). The result assessment indicated that the grain yield increasing by seedtreatment and 2:1 pair-rows direct seedling. The grain yield of Inpari 10 increasing about 16.9% on squaredirect seedling and 6.4% on 2:1 pair-rows direct seedling with cruiser seed treatment. The grain yield ofInpari 10 increasing on 2:1 pair-row direct seedling compare with square direct seedling without seedtreatment.

Key words: growth, production, inpari 10, direct seedling

Page 30: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 92

PENDAHULUAN

Rawan pangan (khususnya rawan beras) eratkaitannya dengan ketergantungan Indonesiaterhadap beras. Beras merupakan tumpuan utamaketahanan pangan nasional. Hampir 100%penduduk Indonesia mengkonsumsi beras dengantingkat konsumsi tertinggi di dunia (139,5 kg/kapita/tahun). Meningkatnya jumlah penduduk(1,5% per tahun), meningkat pula kebutuhan akanberas yang berarti menuntut peningkatan produksiberas nasional. Upaya peningkatan produksi padidihadapkan pada berbagai kendala dan masalah.Masalah utamanya adalah alih fungsi lahan yangterus meningkat, adanya anomali perubahan iklim(ancaman kekeringan, kebanjiran, serangan hamapenyakit), produktivitas sumber daya alam (lahandan air) menurun, biaya produksi semakin mahaldan adanya pelandaian produksi padi. MenurutFagi et al.(2003), salah satu penyebab terjadinyapelandaian produksi padi nasional dalam dekadeterakhir ini disebabkan karena belum optimalnyapemanfaatan potensi genetik varietas unggul.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan beras dariproduksi dalam negeri, pemerintah mencanangkanprogram Peningkatan Produksi Beras Nasional(P2BN), dimana melalui program ini produksi berasditargetkan meningkat 5% per tahun (BadanLitbang, 2007). Gerakan peningkatan produksiberas nasional (P2BN) yang dicanangkan tahun2007 telah berhasil meningkatkan produksi padinasional sebesar 4,96% atau setara dengan57,157 juta ton GKG dan untuk tahun 2008diproyeksikan naik 4,76% atau mencapai 59,87juta ton GKG serta pada tahun 2009 diproyeksikannaik 5.02%. Pada tahun 2011 target produksi padiadalah 70.6 juta ton GKG. Bentuk konkritdukungan Badan Litbang Pertanian dalam P2BNadalah: 1) meningkatkan ketersediaan varietasunggul dengan sifat-sifat yang sesuai denganpreferensi petani, 2) menjamin ketersediaan benihsumber dari varietas unggul yang telah dilepas, 3)meningkatkan ketersediaan teknologi, 4)melakukan pengawalan atau pendampingan dalamdiseminasi teknologi, 5) memfasilitasi percepatanalih teknologi melalui lokakarya dan pelatihan (BBPadi, 2009).

Varietas unggul yang ditanam terus meneruskemungkinan akan mengalami perubahan antaralain kemurnian varietas dan ketahanannyaterhadap hama dan penyakit tertentu semakinmenurun, oleh karena itu diperlukan varietas unggulbaru untuk menggantikan varietas unggul tersebut.Pembentukan varietas unggul baru (VUB) terusberlangsung untuk menghasilkan varietas dengan

keunggulan yang makin beragam atau makinspesifik lokasi sesuai dengan potensiagroekosistem, kendala, dan preferensi konsumenatau pengguna (Kustianto, 2001). Padi termasuktanaman yang mempunyai spektrum ekologi yangrelatif luas dan dibudidayakan di berbagai tipeagroekosistem. Setiap tipe agroekosistemmempunyai kendala yang berbeda sepertikekeringan, rawan hama penyakit, keracunankimia (Suhartini et al., 1997). Sejak tahun 2005hingga 2010, BB Padi telah merilis 32 varietasunggul baru dengan berbagai keunggulan setiapvarietas (Sembiring, 2011).

Semakin langka dan semakin mahalnya upah(biaya) tanam padi menyebabkan biaya produksimeningkat. Tanam benih langsung (Tabela)merupakan alternatif teknologi yang mempunyaiprospek untuk dikembangkan karena dapatmenghemat biaya, waktu dan tenaga. Sistemtanam jajar legowo merupakan sistem tanam yangmemperhatikan larikan. Pola khas jajar legowoadalah berselang-seling antara 2 atau lebih baristanaman padi dan satu barisan kosong, dimanatujuannya agar populasi tanaman dapatdipertahankan bahkan dapat ditingkatkan(Suriapermana dan Syamsiah, 1994). Keuntungantanam jajar legowo adalah menjadikan semuatanaman menjadi tanaman pinggir untukmemperoleh sinar matahari dan sirkulasi udarayang baik, memperoleh pupuk secara merata sertamempermudah pemeliharaan tanaman.

Untuk melindungi benih secara menyeluruhsejak dini dari serangan hama maka diperlukanperlakuan benih (seed treatment) yang tepatdengan harapan terjadi peningkatan vigor tanaman,pengendalian hama dan peningkatan hasil panen.Kondisi lingkungan tumbuh padi antar lokasibervariasi sehingga secara teknis sulit merakitvarietas yang mampu berproduksi tinggi padasemua tipe agroekosistem (Daradjat, 2001).Berdasarkan permasalahan tersebut pengkajianini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasipertumbuhan dan produksi padi sawah Inpari 10pada perlakuan benih dan sistem Tabela berbedadi Desa Selat Klungkung Bali.

METODOLOGI

Pengkajian dilaksanakan di Subak Selat,Kecamatan Klungkung. Kabupaten Klungkung,Provinsi Bali pada tahun 2011. Pengkajianmenggunakan rancangan acak kelompok (RAK)pola faktorial dengan 5 ulangan. Varietas UnggulBaru (VUB) yang ditanam adalah: Inpari 10,

Page 31: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 93

sedangkan cara tanamnya adalah : tanam benihlangsung (tabela) legowo 2:1 dan tabela jajar biasa(20 cm x 20 cm) serta perlakuan benih yangdiberikan adalah perendaman benih dengancruiser ( 2 ml - 4 ml/kg benih) dan tanpaperendaman dengan cruiser (sebagai kontrol).Cruiser adalah insektisida perlakuan benih yangberbahan aktif tiametoksan 350 g/liter danmengandung zat pengatur tumbuh. Pendekatanyang digunakan dalam pemeliharaan/pengelolaanadalah pengelolaan tanaman terpadu (BadanLitbang, 2007) seperti pemupukan yang diberikanadalah pupuk Urea (200 kg/ha), dan pupuk ponska(200 kg/ha) serta pemberiannya dilakukan 3 kaliyaitu 1/3 bagian umur 7-10 hst, 1/3 bagian umur20-25 hst dan 1/3 bagian umur 35-40 hst, pengairanbasah kering, pengendalian gulma, hama danpenyakit tanaman dilakukan berdasarkanpengendalian hama terpadu. Parameter yangdiamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakanproduktif, jumlah gabah isi dan gabah hampa,panjang malai dan hasil gabah kering panen (GKPt/ha). Data dianalisis dengan analisis varians dandilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis statistika menunjukkan bahwavarietas yang ditanam menunjukkan daya adaptasiyang cukup baik, hal ini dapat dilihat daripertumbuhan dan produksi tanaman. Tinggitanaman dan jumlah anakan produktif dipengaruhioleh perlakuan benih yang diberikan. Tinggitanaman tidak berbeda nyata antara cara tanamtabela jajar maupun tabela legowo 2:1 (Tabel 1).Tinggi tanaman pada perlakuan benih dengancruiser lebih tinggi dibandingkan dengan tanpapemberian cruiser.

Dari Tabel 1 terlihat jumlah anakan produktifmenunjukkan perbedaan yang nyata padaperlakuan benih, sedangkan tidak berbeda nyataantara perlakuan tabela. Jumlah gabah isi per malai menunjukkanperbedaan yang nyata pada tabela biasa (jajar)pada perlakuan cruiser, sedangkan pada tabelalegowo 2:1 tidak berbeda nyata (Tabel 2). Jumlahgabah isi lebih tinggi pada perlakuan benIh yangdirendam dengan cruiser. Jumlah gabah isi antaratabela jajar dan tabela legowo 2:1 menunjukkan

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman (cm) dan jumlah anakan produktif rumpun-1, dari varietas Inpari 10yang ditanam di Subak Selat Kabupaten Klungkung , tahun 2011

Cara tanam Perlakuan benih Tinggi tanaman Jumlah anakanproduktif/rumpun

Tabela jajar - cruiser 108.4 ab 14.8 a+ cruiser 110.4 b 16.4 ab

Tabela legowo 2:1 - cruiser 107.8 a 15.2 a+ cruiser 110.4 b 17.8 b

BNT 5% 2.5 2.5

Ket: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada ujiBNT 5%

Tabel 2. Rata-rata jumlah gabah isi dan jumlah gabah hampa, dari varietas Inpari 10 yang ditanam diSubak Selat, Kabupaten Klungkung, tahun 2011

Cara tanam Perlakuan benih Jlh gabah isi Jlh gabah hampa

Tabela jajar - cruiser 125.8 a 16.0 b+ cruiser 131.6 b 12.6 a

Tabela legowo 2:1 - cruiser 130.5 ab 17.4 b+ cruiser 133.0 b 12.8 a

BNT 5% 5.0 3.0

Ket: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata padauji BNT 5%

Page 32: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 94

perbedaan yang tidak nyata baik pada pemberiancruiser maupun yang tidak diberi cruiser. Jumlahgabah hampa ternyata menurun dengan pemberiancruiser baik pada tabela jajar maupun pada tabelalegowo 2:1, dimana pada pemberian cruiser jumlahgabah hampa lebih rendah. Sedangkan antaratabela jajar dengan tabela legowo jumlah gabahhampa tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Pada Tabel 3. Terlihat panjang malai antaratabela jajar dengan tabela legowo 2:1 tidakmenunjukkan perbedaan yang nyata, akan tetapipanjang malai berbeda nyata dengan pemberiancruiser. Panjang malai lebih tinggi + 8.88% padaperlakuan benih dengan cruiser baik pada tabelajajar maupun pada tabela legowo 2:1.

Berat gabah kering panen (Tabel 3) antaratabela jajar dan tabela legowo 2:1 tidakmenunjukkan perbedaan yang nyata, sedangkandengan pemberian cruiser berat gabah keringpanen berbeda nyata. Berat gabah kering panenpada tabela jajar meningkat 16.91% denganpemberian cruiser, sedangkan pada tabela legowo2:1 berat gabah kering panen meningkat 6.46%.Berat gabah kering panen pada perlakuan benihdengan cruiser lebih tinggi dibandingkan denganbenih yang tidak diberikan cruiser, disebabkanoleh karena tinggi tanaman lebih tinggi (Tabel 1)dengan jumlah gabah isi per malai lebih tinggi(Tabel 2), serta panjang malai yang juga lebihpanjang (Tabel 3). Dengan pemberian cruisertanaman tumbuh lebih baik kemungkinandisebabkan karena adanya zat pengatur tumbuhdan benih dari awal sudah terlindungi dari seranganhama. Berat gabah kering panen pada tabelalegowo 2:1 terlihat lebih tinggi dibandingkandengan tabela jajar pada perlakuan benih yangtidak direndam dengan cruiser, sedangkan padaperlakuan dengan cruiser berat gabah kering panen

tidak berbeda nyata. Penampilan pertumbuhan danhasil suatu tanaman dipengaruhi oleh faktorgenotipe, faktor lingkungan, dan interaksi genotipex lingkungan. Beberapa genotipe menunjukkanreaksi spesifik terhadap lingkungan tertentu danbeberapa varietas yang diuji di berbagai lokasimenunjukkan daya produksi yang berbeda padasetiap lokasi (Harsanti et al., 2003). VUB Inpari10 respon dengan perlakuan benih (seedtreatment) sedangkan cara tanam tabela baiktabela biasa maupun tabela legowo 2:1memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata.

KESIMPULAN

· Pada VUB Inpari 10 berat gabah kering panenpada cara tanam benih langsung (tabela) tidakmenunjukan perbedaan yang nyata antara Tabelabiasa dengan tabela legowo 2:1· Perlakuan benih (seed treatment) dengancruiser memberikan pengaruh yang nyata padapertumbuhan dan produksi VUB Inpari 10

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2007. Pengelolaantanaman terpadu (PTT) padi sawah irigasi.Departemen Pertanian Jakarta.

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2009.Rumusan Seminar Nasional Padi, Pekan PadiNasional III. Inovasi teknologi padimengantisipasi perubahan iklim globalmendukung ketahanan pangan. ProsidingSeminar Nasional Padi 2008. Buku 1.

Tabel 3. Rata-rata panjang malai (cm) dan berat gabah kering panen (t/ha) , dari varietas Inpari 10yang ditanam di Subak Selat Kabupaten Klungkung , tahun 2011

Cara tanam Perlakuan benih Panjang malai Berat gabahkering panen (t/ha)

Tabela jajar - cruizer 21.5 a 6.09 a+ cruizer 24.5 b 7.12 b

Tabela legowo 2:1 - cruizer 21.9 a 6.58 ab+ cruizer 24.4 b 7.75 b

BNT 5% 1.5 1.0

Ket: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada ujiBNT 5%

Page 33: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 95

SKENARIO PENYEDIAAN PAKAN MENDUKUNG PENGEMBANGAN SAPI BALIDI LAHAN MARGINAL (STUDI KASUS KECAMATAN GEROKGAK

KABUPATEN BULELENG BALI)

I Made Rai Yasa1

1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) BaliJl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran,Denpasar Selatan, Bali 80222

Email : [email protected]

ABSTRAK

Kecamatan Gerokgak memiliki wilayah dengan karakteristik lahan marginal, dengan tofografi berbukit,miskin unsur hara dan solum tanahnya tipis. Sapi bali yang berkembang di wilayah tersebut, setiap musimkemarau (MK) mengalami paceklik pakan. Sebagai dampaknya, petani memanfaatkan tanaman penghijauandi kawasan hutan untuk pakan, sehingga menghambat program penanganan lahan kritis di daerah ini.Untuk menangani permasalahan tersebut, disusun skenario untuk dapat menyediakan pakan hijauan yangcukup dan berkelanjutan. Karena permasalahan pakan merupakan permasalahan kompleks dan dinamis,terkait dengan perubahan tataguna lahan, jenis tanaman serta dinamika populasi ternak, maka modeldisusun dengan pendekatan sistem dinamis. Penelitian dilaksanakan dari bulan April 2010 sampai Maret2011, menggunakan software Powersim Constructor versi 2.5d. Hasil penelitian menunjukkan, pakan yangtersedia pada kondisi aktual (tahun 2009) dari lahan budidaya hanya mampu memenuhi 64,50% dari totalpakan yang dibutuhkan, dan berpotensi menjadi 48,50% dalam jangka panjang (tahun 2034), karena produksipakan meningkat 902 ton per tahun sedangkan konsumsi pakan meningkat rata-rata 2.977 ton, sehinggaberpotensi menambah kerusakan hutan karena beban hutan sebagai penyedia pakan meningkat dari dari35,50% menjadi 51,50%. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperoleh lima skenario peningkatanketersediaan pakan, dengan peningkatan ketersediaan pakan tertinggi dihasilkan oleh skenario 2 (S2)yaitu dengan mengoptimalkan lahan pinggiran pembatas tegalan dan kebun untuk sumber pakan, kemudiandiikuti oleh skenario 1 (S1) yaitu melakukan introduksi teknologi budidaya jagung dan padi, skenario 5 (S5)yaitu membangun gudang pakan, skenario 4 (S4) yaitu memperbanyak kelompok hutan kemasyarakatan(HKM) dari empat menjadi 14 kelompok dan terakhir adalah skenario 3 (S3) yaitu menanam jagung padasaat MK memanfaatkan irigasi embung. Dari lima skenario tersebut, S2 berpotensi menambah pasokanpakan 51,59%, S1 30,12%, S5 10,13%, S4 3,08% dan S3 0,09%. Untuk memenuhi kebutuhan pakanberkelanjutan, minimal harus menggabungkan dua skenario, itu pun hanya dengan cara menggabungkanskenario 1 dengan skenario 2.

Kata kunci : model, penyediaan pakan berkelanjutan, sapi bali, lahan marginal, sistem dinamis

ABSTRACT: FORAGE SUPPLY SCENARIOS FOR SUPPORTING DEVELOPMENTOF BALI CATTLE FARMING IN MARGINAL LAND: CASE STUDY AT GEROKGAK DISTRICT,

BULELENG REGENCY, BALI PROVINCE

This research is aimed at overcoming the limited forage problem at marginal land that adversly affectsthe sustainability of forest. The research was done at Gerokgak District, Buleleng Regency, Bali Provincefrom April 2010 until March 2011. Because the feed problem is complex and dynamic, systems dynamicmodelling was used as the method. Simulation results showed that the feed available on the actualconditions (in 2009) is only able to meet 64.5% of the total feed required, and potentially to 48.5% in the longterm (year 2034). In that period, the feed supply of 52,629 tons / year increased to 74,886 tons/year whileconsumption increased from 81,403 tons/year to 155,834 tons/year, thus it potentially increases the damageof forest because the burden of forests as the source of feed would increase from 35.5% to 51.5%. Toovercome these problems, five scenarios was developed to increase the feed supply. From the five alternativescenarios, the highest increase of feed supply successively given by Scenario 2 (planting field boundarywith forage plants), followed by Scenario 1 (introducing the new technology in maize and rice cultivation),Scenario 5 (building feed storages), Scenario 4 (increasing the number of forest community groups fromfour to 14) and the last is the Scenario 3 (planting corn in the dry season by utilizing irrigation ponds) Thosescenarios give the potential additional supply of feed 51.6%, 30.1%, 10.1 %, 3.1% and 0.1%respectively. Partially, no single scenario can provide sustainable feed supply; to do so the combination of atleast two scenarios must be implemented.

Key words: forage supply model, bali cattle, marginal land, system dynamic

Page 34: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 96

PENDAHULUAN

Bali merupakan salah satu pemasok sapipotong untuk pasar Jakarta. BerdasarkanPeraturan Gubernur Bali No. 41 tahun 2006, yangdiberlakukan sampai tahun 2008, jumlah sapi Baliyang diizinkan untuk diantar pulaukan sebanyak75.000 ekor/tahun. Selanjutnya mulai tahun 2009,dengan alasan keseimbangan populasi, izinpengeluaran sapi Bali diturunkan menjadi 55.000ekor (Bisnisbali.com 2009), padahal menurutGubernur Bali Made Mangku Pastika, permintaansapi Bali untuk pasar Jakarta rata-rata 200.000ekor per tahun (Kompas.com 2009). Potensitersebut belum dapat dipenuhi, karena rata-ratapertumbuhan populasi sapi di Bali 2,1 % atau12.130 ekor per tahun.

Pada saat ini usaha peningkatkan populasisapi di Bali, terkendala oleh beberapa faktor antaralain tingginya alih fungsi lahan pertanian ke nonpertanian. Lahan pertanian khususnya sawah, daritahun 1995 hingga 2008 menyusut rata-rata 0,7% atau seluas 639 Ha (BPS Bali, 1995; BPSBali, 2009) sehingga lokasi potensial untukpengembangan sapi di Bali ke depan adalahwilayah lahan kering. Berdasarkan luas lahankering yang ada di Bali, Kecamatan Gerokgakmerupakan salah satu wilayah dengan luas lahankering tertinggi yakni 6,3% dari luas Bali; namunmemiliki wilayah dengan karakteristik marginal,yakni tofografi berbukit, miskin unsur hara dansolum tanahnya tipis, curah hujan rendah(Suprapto, et al. 2000) dan dengan masyarakatyang secara umum berpendapatan danberpendidikan rendah (setara SD) (Yasa, et al.2007). Kondisi ini dapat memicu siklus salingmemiskinkan (Budianto, 2002).

Wilayah Gerokgak lebih dari 70% berupakawasan hutan (BPS Buleleng, 2010), oleh PemdaBali diprogramkan sebagai wilayah prioritas untukpenanganan lahan kritis (Perda Bali No 3 tahun2005), selain itu oleh Pemda Kabupaten Bulelengjuga diprogramkan menjadi wilayah sumber bibitsapi Bali untuk Bali (Puspaka, 2008). MenurutYusdja dan Ilham (2006), program pengembanganternak pada suatu wilayah, keberlanjutannyaditentukan oleh ketersediaan pakan; namunmenurut Yasa, et al. (2007), sapi di wilayahtersebut setiap musim kemarau (MK) mengalamipaceklik pakan. Sebagai dampaknya, petanimemanfaatkan tanaman penghijauan di kawasanhutan untuk pakan, sehingga menghambatprogram penanganan lahan kritis di daerah ini.Kondisi ini, sesuai dengan laporan Sumardi danWidiastuti (2007), bahwa ternak berpotensi

sebagai penyebab kerusakan hutan; padahalmenurut Abdurahman, et al. (1998), usahakonservasi tidak akan dapat berkembang tanpaadanya ternak. Oleh karena itu, disusun modeluntuk dapat menyediakan pakan hijauan yangcukup dan berkelanjutan dengan mengoptimalkanpotensi lahan budidaya sebagai sumber pakan.Karena permasalahan pakan merupakanpermasalahan kompleks dan dinamis, yakniterkait dengan perubahan tataguna lahan, jenistanaman serta populasi ternak, maka modeldisusun dengan pendekatan sistem dinamis.Melalui metode ini diharapkan dapat dibangunmodel penyediaan pakan yang berkelanjutansejalan dengan Heitschmidt, et al. (1996), bahwausaha peternakan akan dapat berkelanjutanapabila dikembangkan dengan berwawasanekologis.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di KecamatanGerokgak Buleleng Bali dari bulan April 2010sampai Maret 2011. Metoda yang digunakandalam penelitian ini adalah pendekatan sistemdengan didukung metode Participatory RuralAppraisal (PRA) untuk identifikasi sistem. Softwareyang digunakan untuk melakukan simulasi modeladalah Powersim Constructor versi 2.5d.Parameter yang diamati adalah parameterproduksi dan kebutuhan pakan aktual sebagaidasar untuk menyusun skenario kebijakan. Untukmempermudah penyusunan model, model dibagike dalam dua sub model, yaitu sub model produksidan sub model kebutuhan pakan. Sub modelproduksi pakan disusun untuk menganalisiskomponen-komponen yang terkait dengan subsistem produksi pakan, demikian juga untuk submodel konsumsi. Simulasi data untuk model inidisusun dengan jangka waktu 25 tahun (jangkapanjang).

Tingkat validitas model, baik terhadap submodel produksi maupun konsumsi hijauan pakan,dianalisis dengan metode Mean AbsolutPercentage Error (MAPE) sesuai dengan Hauke,et al. (2001). Data-data yang divalidasi adalahdata populasi ternak, tataguna lahan, data luastanam komoditas pertanian atau pun perkebunan.Selanjutnya untuk menyusun skenariopeningkatan produksi maupun konsumsi dilakukanuji sensitivitas mengikuti kriteria yangdikemukakan Maani dan Cavana (2000).Parameter dikatakan sensitif apabila parameterdiubah sebesar 10%, dampaknya terhadap kinerja

Page 35: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 97

model dapat mencapai 5-14%, sangat sensitif biladampaknya terhadap kinerja model berkisar 15-34% dan sangat-sangat sensitif bila dampaknyaterhadap kinerja model lebih besar dari 35%.Parameter yang memiliki sensitivitas tinggimerupakan parameter penting dalam menentukanskenario kebijakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sub model dinamika produksi dan kebutuhanpakan aktual

Berdasarkan hasil Participatory RuralAppraisal, teridentifikasi model usahatani ternaksapi di wilayah Gerokgak adalah model integrasiantara tanaman dengan ternak. Sub modelproduksi pakan terkait dengan tataguna lahan danluas tanam, sedangkan untuk sub modelkebutuhan pakan terkait dengan populasi sapibali (induk, godel, jagiran) yang bersifat dinamis(Gambar 1).

Sub model produksi dan kebutuhan pakanSub model ini disusun untuk menganalisis

dinamika ketersediaan atau produksi pakan hijauandalam jangka panjang di Kecamatan Gerokgak.Data-data dan asumsi yang digunakan adalah :a) Data tataguna lahan dan luas tanam

(tanaman pangan, hortikultura danperkebunan) dari tahun 2000 sampai 2009,

mengacu pada Laporan Kecamatan GerokgakDalam Angka tahun 2005 dan 2010.

b) Data produksi pakan seperti :a) Jerami jagung menggunakan data primer,

yakni 4,672 ton/ ha dan 6,750 ton/ ha; dengankandungan bahan kering (BK) mengacu padaHartadi, et al. (1997), yakni 86%.

b) Jerami padi varietas Ciherang dan Intani diGerokgak masing-masing 17,920 ton/ha dan24,480 ton/ha jerami segar (data primer) ;dengan BK 40% (Hartadi, et al. 1997).

c) Jerami kacang hijau, mengacu pada Purnomo,et al. (1992) dalam Santoso, et al. (2004),yakni 0,904 ton/ha.

d) Jerami kacang tanah mengacu pada Yasadan Adijaya (2004), yakni 4,61 ton/ha BK.

e) Jerami singkong, mengacu pada Muller(1974) dalam Sariubang, et al. (2000) yakni0,9-1,0 ton/ha BK.

f) Limbah mete mengacu pada Guntoro, et al.(2002), yakni 19,19 ton/ha dengan BK 17,5%.

g) Limbah daun anggur mengacu pada Meritdan Narka (2007) yakni 5,07 kg hijauan segarper pohon dengan BK 35,4%.

h) Hijauan tanaman gamal (Glirisidia sp.)mengacu pada Mathius (1989) dalam Isbandi,et al. (2002), yakni 2,5 kg/pohon/petik, dapatdipanen empat kali setahun, dengan BK 27%(Dahlannudin, 2001). Pada makalah ini jumlahpanen dihitung tiga kali, karena pada puncakMK gamal di Gerokgak berbunga.

Gambar 1 Diagram causal loop model produksi dan kebutuhan pakan sapi bali di Kecamatan GerokgakKabupaten Buleleng 2010

Page 36: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 98

i) Hijauan lamtoro, mengacu pada Purwantari(2005), yakni 0,501 gram BK/pohon/tahununtuk Lamtoro KX2, sedangkan lamtoro lokal0,071 kg.

j) Rumput raja mengacu pada Nuschati, et al.(2000), yakni 9 kg/rumpun/tahun (rumput rajadi lahan kering).

k) Hijauan dari pohon Santen (Lannea grandis)yaitu 10 kg per pemangkasan, tiga kalipemangkasan dalam satu tahun (data primer),dengan BK 34,1% (Mullik dan Permana,2009).

l) Potensi hijauan dari lahan sawah, dan lainnyamengacu pada Atmaja (2006), denganperhitungan 5% dari luas lahan dikalikandengan 3,75 ton.

m) Rumput lapangan mengacu pada Bamualim(2010), berkisar 3-6 ton/ha (daerah semi arid).

n) Produksi tanaman pisang mengacu padaSetyawati, et al. (2006), bahwa penjarangananak pisang rata-rata 11 kali dalam satutahun; dengan BK menurut Mathius, et al.(2001) 6-12%. Bobot anak tanaman pisangyang dipangkas tiap bulan sekali rata-ratanya2,2 kg.

Untuk sub model kebutuhan pakan, data-datadan asumsi yang digunakan adalah :a) Data populasi sapi bali tahun 2000-1010

mengacu pada Laporan Kecamatan GerokgakDalam Angka tahun 2005 dan 2010 danpengelompokan sapi mengacu pada LaporanDinas Peternakan Provinsi Bali Tahun 2010,yang membagi sapi Bali ke dalam enamkelompok yaitu 1) Jagiran (sapi bali jantanberumur 2,5 tahun ke atas dan telah dapatdigunakan sebagai pejantan), dengan bobot

badan rata-rata 335 kg (Pastika danDarmadja, 1976 dalam Sumbung, et al. 1978);2) Jantan muda ( sapi bali jantan berumurantara 1,5-2,5 tahun, belum memiliki gigi seripermanen); dengan bobot rata-rata 261 kg(data primer); 3) Godel jantan ( anak sapi balijantan berumur kurang 1,5 tahun; denganbobot rata-rata 87,60 kg) (Pastika danDarmadja, 1976 dalam Sumbung, et al. 1978);4) Induk (sapi bali betina yang telah buntingatau sudah pernah beranak; dengan bobotrata-rata 259 kg) (data primer); 5) Betina muda(sapi bali betina berumur 1,5-2,5 tahun, belummemiliki gigi seri permanen dan belum pernahbunting; dengan bobot badan rata-rata 187kg) (data primer); dan 6) Godel betina ( anaksapi bali betina yang berumur kurang dari 1,5tahun; dengan bobot rata-rata 77,90 kg(Pastika dan Darmadja, 1976 dalamSumbung, et al. 1978).

b) Standar kebutuhan pakan mengacu padaNutrient Research Council (NRC) (1984),yakni ternak sapi paling tidak mengkonsumsi2,5% pakan dalam bentuk bahan kering (BK)dari bobot badannya.

Hasil analisis menunjukkan, sebagai dampakdari perubahan tataguna lahan (Gambar 2), potensiproduksi pakan hijauan untuk wilayah Gerokgakmeningkat, namun cenderung didominasi olehpakan dari limbah pertanian. Komposisi pakandari limbah akan meningkat dari 58,9% untuk tahun2009, menjadi 63,8% pada tahun 2034, dansebaliknya untuk pakan bukan limbah (Gambar3b). Permasalahan tersebut terjadi akibat daripeningkatan luas sawah dan tegalan yangmerupakan sumber jerami padi dan jagung pada

Gambar 3 Potensi produksi dan komposisi pakan hijauan di Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng2009-2034

Page 37: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 99

periode tersebut (Gambar 2). Pakan dari limbahpertanian secara umum produksinya berpotensimeningkat, kecuali untuk kacang tanah dan mete.Produksi jerami padi meningkat 147,2% yaitu dari7.411 ton/tahun menjadi 18.319 ton/tahun, jeramijagung meningkat 38,7% yaitu dari 19.699 ton/tahun menjadi 27.317 ton/tahun, dan limbah daunanggur meningkat 29,2% yaitu dari 763 menjadi986 ton/tahun. Di sisi lain, produksi jerami kacangtanah turun 58,2% yaitu dari 1.783 ton/tahunmenjadi 1.127 ton/tahun dan mete turun 643,6%yaitu dari 1.331 ton/tahun menjadi 179 ton/tahun(Gambar 4).

Hasil analisis menunjukkan, kebutuhan pakanuntuk seluruh sapi dari tahun 2009 sampai tahun2034 berpotensi meningkat 91,4% yaitu dari81.403 ton/tahun menjadi 155.834 ton/ha, karenapopulasi sapi meningkat 85,7% yaitu dari 47.872ekor menjadi 88.885 ekor pada periode tersebut.Dari total kebutuhan tersebut, induk sapi balimembutuhkan pakan terbanyak, karenapopulasinya terbanyak, yakni mencapai 36,1%dari total populasi. Hampir sama dengan populasiinduk, kebutuhan pakan kelompok sapi lainnyajuga meningkat (Gambar 5).

Gambar 4 Potensi produksi pakan hijauan dari limbah pertanian di Kecamatan Gerokgak KabupatenBuleleng 2009-2034

Gambar 5. Potensi dinamika populasi dan kebutuhan pakan sapi bali di Kecamatan Gerokgak KabupatenBuleleng 2009-2034

Page 38: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 100

Selisih antara produksi dengan kebutuhanpakan aktual

Perubahan tataguna lahan, komoditastanaman dan populasi sapi, menyebabkan pakandaya dukung lahan budidaya untuk memproduksipakan hijauan berpotensi menurun dari 64,5% daritotal pakan untuk tahun 2009 menjadi 48,5% yangpada tahun 2034. Dengan rendahnya daya dukungtersebut berarti hutan telah terbebani 35,4% atausekitar 28.777 ton/tahun dari total pakan yangdibutuhkan. Jika tanpa perubahan kebijakan,beban hutan berpotensi meningkat menjadi 51,9%.Peningkatan beban hutan terjadi karena potensiproduksi pakan hanya meningkat 902 ton/tahunatau 1,7% per tahun sedangkan kebutuhan pakanmeningkat rata-rata 2.977 ton/tahun atau 3,7%.Keadaan ini akan semakin mengancam ekosistemhutan karena hutan paling mudah dirambahdibandingkan lokasi lainnya. Hasil ini sesuaidengan hasil PRA, untuk memenuhi kebutuhanpakan ternaknya, petani memanfaatkan tanamanhutan seperti gamal, sonokeling, gamelina,

senggon dan tanaman hutan lainnya untuk pakan.Dalam PRA itu juga terungkap mereka tidak sajamerambah hutan saat musim kemarau, tetapi jugasaat musim hujan. Pada saat musim hujanmereka mengambil rerumputan sedangkan padasaat musim kemarau mereka mengambildedaunan tanaman hutan yang dapatdimanfaatkan untuk pakan.

Skenario penyediaan pakan

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas,disusun lima skenario untuk meningkatkanproduksi pakan, yakni : Skenario 1 (S1) yaitumelakukan introduksi teknologi budidaya jagungdan padi, Skenario 2 (S2) yaitu denganmengoptimalkan lahan pinggiran pembatas tegalandan kebun untuk sumber pakan, Skenario 3 (S3)yaitu menanam jagung pada saat MKmemanfaatkan irigasi embung; Skenario 4 (S4)yaitu memperbanyak kelompok hutankemasyarakatan dari empat menjadi 14 kelompok,

Gambar 6 Potensi produksi dan kebutuhan serta kecukupan pakan sapi bali di Kecamatan GerokgakKabupaten Buleleng 2009-2034

Gambar 7 Potensi peningkatan produksi pakan hijuan di wilayah Gerokgak untuk tiap-tiap skenario

Page 39: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 101

dan Skenario 5 (S5) yaitu membangun gudangpakan. Dari lima skenario tersebut, S2 berpotensimenambah pasokan pakan 51,6%, atau sebanyak46.468 ton/tahun S1 30,1% atau 26.721 ton/tahun, S5 10,1% atau 9.002 ton/tahun, S4 3,1%atau 2.770 ton/tahun dan yang paling rendahadalah S3 yakni 0,1% atau 77,21 ton/tahun(Gambar 7). Tingginya tambahan pasokan S2disebabkan oleh tingginya potensi peningkatanproduksi dan populasi tanaman rumput raja.Meskipun demikian, secara parsial tidak ada satuskenario pun dapat memenuhi kebutuhan pakanyang berkelanjutan; minimal menggabungkan 2skenario, itu pun hanya dengan caramenggabungkan skenario 1 dengan skenario 2(Gambar 8)

Persentase kecukupan hijauan pakan di wilayahGerokgak dalam jangka panjang berpotensiberkelanjutan, namun minimal harusmenggabungkan skenario 1 dan 2.

KESIMPULAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan beberapahal :1. Apabila tidak dilakukan perubahan kebijakan,

persentase kecukupan pakan hijauan diKecamatan Gerokgak sampai tahun 2034akan menurun dari 64,5% menjadi 48,5%sehingga menambah beban hutan untukmenyediakan pakan sapi meningkat dari35,5% menjadi 51,5%

2. Dari lima alternatif skenario yang disusun,Skenario 2 (mengoptimalkan lahan pinggiran

pembatas tegalan dan kebun untuk sumberpakan) berpotensi meningkatkanketersediaan pakan 51,6%, Skenario 1(mengintroduksi teknologi budidaya jagungdan padi) 30,1%, skenario 5 (membangungudang pakan) 10,1%, skenario 4(memperbanyak kelompok hutankemasyarakatan dari empat menjadi 14kelompok) 3,1% dan skenario 3 (menanamjagung pada saat MK memanfaatkan irigasiembung) 0,1%; sehingga untuk memenuhikebutuhan pakan berkelanjutan, paling tidakharus dilakukan dengan gabungan dariSkenario 1 dan 2.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS Buleleng] Badan Pusat Statistik KabupatenBuleleng. 2005. Kecamatan Gerokgak DalamAngka 2005. Badan Pusat StatistikKabupaten Buleleng. Singaraja.

[BPS Buleleng] Badan Pusat Statistik KabupatenBuleleng. 2010. Kecamatan Gerokgak DalamAngka 2010. Badan Pusat StatistikKabupaten Buleleng. Singaraja.

[Disnak] Dinas Peternakan Provinsi Bali. 2010.Laporan Cacah Jiwa Ternak di Provinsi BaliTahun 2010. Dinas Peternakan Provinsi Bali.Denpasar.

[NRC] Nutrient Research Council. 1984. Nutrientrequerements of beef cattle. 6th rev.ed.Washington, D.C National Academy Press.

Gambar 8 Potensi kecukupan pakan hijauan di Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng 2010-2034

Page 40: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 102

Abdurahman A, B R Prawiradiputra, T Prasetyo,H M Toha dan H Nataatmaja. 1993. LaporanAkhir UACP-FSR. P3HTA. Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Arsana D I G K. 2004. Pengkajian pembuatanbenih dasar jagung dan kacang tanah.Prosiding Semnas Optimalisasi pemanfaatansumberdaya lokal untuk mendukungpembangunan pertanian. Denpasar, 6Oktober 2004. Puslitbang Sosek Pertanian.Bogor. Hlm. 171. 175

Atmaja I K G. 2006. Potensi dan dinamika populasisapi Bali di Bali. Dinas Peternakan ProvinsiBali

Atman. 2007. Teknologi budidaya kacang hijau(Vigna radiata l.) di lahan sawah. J IlmiahTambua Vol. VI (1): 89-95

Bamualim M A. 2010. Pengembangan TeknologiPakan Sapi Potong di Daerah Semi Arid NusaTenggara. Materi Pengukuhan Profesor RisetBidang Pemulian Ruminansia (Pakan danNutrisi Ternak). Bogor, 29 Nopember 2010.Badan Penelitian dan PengembanganPertanian.

Bisnisbali.com. 2009. Tetap mengacu padakeseimbangan populasi soal penentuan kuotasapi antar pulau (Bisnis Bali). http://www.bisnisbali.com/2009/12/19/news/agrohobi/lo.html [Minggu, 10 Januari 2010]

Budianto J. 2002. Pembangunan pertanianberkelanjutan pada era globalisasi. Dalam :Analisis Kebijakan : PendekatanPembangunan dan KebijaksanaanPengembangan Agribisnis. Puslitbang SosialEkonomi Pertanian. Bogor. Hlm : 9-25

Dahlanuddin. 2001. Forages commonly availableto goats under farm conditions on LombokIsland, Indonesia. Livestock Research forRural Development (13) 1. http://www.cipav.org.co/lrrd/lrrd13/1/dahl131.htm.[Kemis, 2 Juni 2011]

Guntoro S, I M R Yasa dan I A Parwati. 2002 .Laporan Hasil Pengkajian PengolahanLimbah Perkebunan (kakao dan Kopi) untukPakan Ternak dan Pupuk Organik. BalaiPengkajian Teknologi Pertanian Bali.Denpasar.

Hartadi H, S Reksohadiprodjo dan A D Tillman.1997. Tabel Komposisi Pakan untukIndonesia. Cetakan ke empat. Gadjah MadaUniversity Press. Yogyakarta.

Hauke J E, D E Wicharn and A Y Reitch. 2001.Business Forecasting. Practise – Halln Inc.New Jersey.

Heitschmidt R K, R E Short and E E Grings. 1996.Ecosystem, sustainability and animalagriculture. J. Anim. Sci. 74 : 1395-1405.

Isbandi, M Martawidjaja, B Setiadi dan A Saleh.2002. Studi ketersediaan pakan kambing padaagroekosistem yang berbeda. ProsidingSeminar Nasional Teknologi Peternakan danVeteriner “Inovasi Teknologi Peternakan danVeteriner dalam Menunjang KeterpaduanUsaha Peternakan yang Berdaya Saing”.Ciawi-Bogor, 30 September-1 Oktober 2002.Pusat Penelitian dan PengembanganPeternakan Bogor. Hlm 156-159.

Kompas.com. 2009. Warga Jakarta doyan sapiBali. http://regional.kompas.com/read/2009/12/12/17360312/warga.jakarta.doyan.sapi.bali. [Minggu, 10 Januari, 2010].

Maani E K and R Y Cavana. 2000. SystemThinking and Modelling : UnderstandingChange and Complexity. Pearson Education,New Zealand

Mathius I W, D Yulistiani, W Puastuti dan KSupriyati. 2001. Pakan imbuhan batangpisang untuk ternak ruminansia ; kandungannutrien dan prospek pemanfaatannya.Prosiding Seminar Nasional PengembanganTeknologi Pertanian. Pusat Penelitian danPengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.Bogor. Hal : 275- 281.

Merit I N dan I W Narka. 2007. Pengaruh intervalpemberian air melalui irigasi tetes (dripirrigation) dan pupuk mineral plus terhadapproduksi anggur pada lahan kering diKecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng .Agritrop. 26 (1) : 24-32

Mullik M L and B Permana. 2009. Improvinggrowth rate of bali cattle grazing native pasturein wet season by supplementing high qualityforages. JITV Vol. 14 No. 3 Th. 2009: 192-199

Page 41: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 103

Nuschati U, B Utomo dan Suharno. 2000.Produktivitas rumput raja yang dintroduksikandalam mendukung penyediaan pakan sapi didaerah marginal. Prosiding Seminar NasionalPengembangan Teknologi Pertanian dalamMendukung Ketahanan Pangan Nasional.Denpasar, 23-24 Oktober 2000. PuslibangSosek Pertanian. Denpasar. Hlm 453-455.

Purwantari, N D. 2005. Forage production of somelesser-known leucaena species grown on acidsoil. Indonesian J. Agri Sci 6 (2) : 46-51

Puspaka D K. 2008. Kebijakan pengembanganpertanian lahan kering di Kabupaten Buleleng.Makalah disampaikan dalam SeminarPengelolaan Wilayah Lahan Kering Beririgasiyang berkelanjutan yang BerorientasiAgribisnis, 17 September 2008. Buleleng-Bali.

Sariubang M, D Pasambe, S N Tambing, S Bahardan A Nurhayu. 2000. Alternatifpengembangan ternak ruminansia melaluipendekatan integrasi dengan sistem pertanianterpadu. Prosiding Seminar NasionalPeternakan dan Veteriner. Bogor, 18-19September 2000. Pusat Penelitian danPengembangan Peternakan. Bogor. Hlm :473-477.

Setyawati T, N L P Indriyani dan K Setyawati. 2006.Petunjuk Teknis Budidaya Pisang. BalaiPenelitian Tanaman Buah Tropika. Solok.

Sumardi dan S M Widyastuti. 2007. Dasar-DasarPerlindungan Hutan. Cetakan ke-2. GadjahMada University Press. Yogyakarta.

Sumbung F P, J T Batosamma, B R Ronda dan SGarantjang. 1978. Performans reproduksi sapiBali. Prosiding Seminar Ruminansia, Bogor24-25 Juli 1978. Dirjenak dan Fapet IPB.Bogor. hlm 76-78.

Suprapto, I N Adijaya, I K Mahaputra dan I M RYasa. 2000. Laporan Akhir Penelitian SistemUsahatani Diversifikasi Lahan Marginal. IP2TPDenpasar. Bali

Yasa I M R dan I N Adijaya. 2004. Daya dukunglimbah jagung dan kacang tanah untuk pakansapi di lahan marginal. Makalah disampaikandalam Seminar Nasional “PemberdayaanPetani Miskin di Lahan Marginal MelaluiInovasi Teknologi Tepat Guna. Mataram, 31Agustus-1 September 2004

Yasa I M R, I N Adijaya, I G A K Sudaratmaja, I KMahaputra, I W Trisnawati, J. Rinaldi, D AElizabeth, A K Wirawan dan A Rachim. 2007.Laporan Akhir Prima Tani Renovasi di LahanKering Dataran Rendah Beriklim Kering DesaSanggalangit, Kecamatan Gerokgak BulelengBali. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.Denpasar.

Yusdja Y dan N Ilham. 2006. Arah kebijakanpembangunan peternakan rakyat. JAKP 2 (2):183-203.

Page 42: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 104

Fagi, A.M., Irsal Las, M.Syam, A.K. Makrim danA.Hasnuddin. 2003. Penelitian padi menujurevolusi hijau lestari. Balipa.Puslitbangtan.Badan Litbang Pertanian.

Harsanti, L., Hanibal dan Mugiono. 2003. Analisisdaya adaptasi 10 galur mutan padi sawah di20 lokasi uji daya hasil pada dua musim. Zuriat14(1): 1-7

Sembiring, H. 2011. Kesiapan teknologi budidayapadi menanggulangi dampak perubahan iklimglobal. Prosiding Seminar Ilmiah HasilPenelitian Padi nasional 2010. Balai BesarPenelitian tanaman padi, Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian KementerianPertanian. hal 1-10.

Sembiring, H. 2011. Padi untuk KetahananPangan. Pusat penelitian dan pengembangantanaman pangan

Suhartini,T., I.Hanarida, Sutrisno, S.Rianawati,Sustipryanto dan Kurniawan. 1997.Pewarisan sifat toleran keracunan besi padabeberapa varietas padi. Penelitian Pertanian16(1): 26-32

Suriapermana, S dan I. Syamsiah. 1994. Tanamjajar legowo pada sistem usahatani minapadi-azola di lahan sawah irigasi. Risalah SeminarHasil Penelitian Sistem Usahatani dan sosialekonomi . Pusat Penelitian danPengembangan tanaman Pangan. Bogor.

Page 43: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 105

PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH PISANG KEPOK(Musa paradisiaca normalis) TERHADAP MUTU TEPUNG YANG DIHASILKAN

Dewa Ayu Puspawati1 dan Desak Nyoman Budiningsih2

1,2Universitas Mahasaraswati DenpasarJl. Kamboja No. II A Denpasar –Bali 80111

Telp : 0361 – 227019e-mail : [email protected]

ABSTRAK

Semua jenis buah pisang mentah dapat diolah menjadi tepung pisang, tetapi warna tepung yangdihasilkan bervariasi, karena dipengaruhi oleh tingkat kematangan buah, jenis buah dan cara pengolahannya,sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat kematangan buah pisang kepok yang palingsesuai untuk dijadikan tepung pisang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkatkematangan buah pisang kepok (Musa paradisiaca normalis) terhadap mutu tepung yang dihasilkan.Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan dalam penelitian ini adalah perbedaantingkat kematangan buah pisang kepok (T) dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 6 kali. Perlakuanyang diberikan adalah : T1 = buah pisang kepok sangat muda (berumur 50 hari dari keluar jantung), T2 =buah pisang kepok muda (berumur 70 hari dari keluar jantung) dan T3 = buah pisang kepok matang(berumur 90 hari dari keluar jantung). Masing-masing perlakuan di ulang sebanyak 6 kali. Penelitian inidilaksanakan di Laboratorium Biologi Universitas Mahasaraswati Denpasar, dari tanggal 2 Januari sampaidengan 17 Februari 2012. Untuk memperoleh data uji organoleptik tentang warna, rasa, aroma dan teksturdari tepung yang dihasilkan digunakan 10 orang panelis. Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisismenggunakan SPSS versi 12 dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis. Dalam penelitian ini hipotesis yangdigunakan yaitu Ho: pengaruh perlakuan semuanya sama, Hi: minimal ada satu pengaruh perlakuan yangtidak sama atau berbeda. Dasar pengambilan keputusan yaitu dengan membandingkan statistik hitungdengan statistik tabel. Setelah dilakukan analisis data didapatkan T Hitung > T Tabel, dimana statistikhitung warna sebesar 11,695; rasa sebesar 7,089; aroma sebesar 8,901 dan tekstur sebesar 12,522.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh perbedaan umur buah pisang kepok terhadapmutu tepung pisang kepok yang dihasilkan, dimana pada perlakuan T1 warna tepung pisang paling putih.Sedangkan untuk aroma dan rasa tepung sangat khas buah pisang dihasilkan pada perlakuan T3 dantekstur tepung sangat halus dihasilkan pada perlakuan T2.

Kata Kunci : Pisang kepok, mutu, tepung

ABSTRACT: THE EFFECT OF KEPOK BANANA MATURITY (Musa paradisiaca normalis) TO THE QUALITY OF THE FLOUR PRODUCED

All kinds of bananas can be processed into flour, but the colour of the resulting flour varies, as it isinfluenced by the level of maturity of fruit, fruit types and way of processing, so it needs to do a study todetermine the maturity of kepok bananas to get the most suitable to be used as flour bananas. The purposeof this study was to determine the effect of the maturity level kepok banana (Musa paradisiaca normalis) forthe quality of flour produced. The experimental study using a Completely Randomized Design (CRD).Treatment given in this study is the difference in maturity level kepok bananas (T) and each treatment wasrepeated for six times. The treatment used are: T1 = banana kepok very young (aged 50 days from the heartout), T2 = banana kepok young (aged 70 days from the heart out) and T3 = kepok ripe bananas (90 days oldfrom the heart out). The research was conducted at the Laboratory of Biology, University of MahasaraswatiDenpasar, from January 2 through February 17, 2012.To obtain the organoleptic test data about the colour,flavor, aroma and texture of the flour produced, 10 panelists are used. Data obtained from this study wereanalyzed using SPSS version 12 using the Kruskal-Wallis test. In this study the hypothesis that use the Ho:all the same treatment effect, Hi: at least there is a treatment effect that is not the same or different. basis fordecision making is a statistic calculated by comparing the statistical tables After statistical analysis of datathere are statistical count larger than the statistical tables. Statistical count of colour is 11.695; sense of7.089; aroma and texture of 8.901 at 12.522. It can be concluded that no effect of age differences kepokbanana flour organoleptic test of the quality of bananas produced kapok, where the T1 treatment of the whitecolour of banana flour. As for the aroma and flavor typical of banana flour is produced in the treatment of T3and the texture is very fine flour produced in the treatment of T2.

Keywords: Banana kepok, the quality, flour

Page 44: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 106

PENDAHULUAN

Hampir semua lapisan masyarakat Indonesiamengenal tanaman pisang. Penyebaran tanamanpisang sangat luas mulai dari dataran rendahsampai dataran tinggi, baik yang dibudidayakandilahan khusus maupun di tanam di sembaranganseperti di kebun atau di halaman. Tanaman pisangdapat tumbuh dengan baik di dataran rendahmaupun dataran tinggi sampai 1300 meter di ataspermukaan laut. Ada dua kepentingan orangmenanam pisang yaitu untuk dimanfaatkan gunamemenuhi kebutuhan sendiri dan dijual untukpenghasilan. Oleh karena itu, produksi pisangmenduduki peringkat pertama di Indonesiadibandingkan dengan buah-buahan lainnya(Astawan, 2008).

Buah pisang merupakan buah konsumsi mulaidari bayi hingga orang lanjut usia, karena disamping kandungan vitaminnya cukup tinggi,teksturnya yang lunak sehingga mudah dikunyahdan mudah dicerna oleh usus (Rukmana, 1999).Buah pisang sangat berpotensi untukdikembangkan menjadi bahan makanan pokok.Buah pisang sebagai bahan makanan yangmengandung karbohidrat banyak dijumpai padatiap rumah tangga, serta harganya relatif murah.Penggunaan buah pisang pada saat ini masihterbatas pada bentuknya yang asli atau segar yaitusebagai buah-buahan. Untuk itu perlu dirintis suatuusaha untuk meningkatkan pemanfaatan buahpisang dalam bentuk-bentuk yang lain sehinggadapat menambah nilai ekonomisnya danmempunyai daya tahan yang lebih baik dari bentukaslinya (Anonim, 2009).

Dalam usaha penganekaragaman polakonsumsi pangan dan peningkatan persediaanbahan pangan di masa mendatang, pisang dapatdiolah menjadi berbagai bentuk bahan makanan.Apabila pisang tersebut tidak segera dikonsumsi,maka akan menjadi rusak dan tidak dapatdigunakan lagi. Untuk mencegah ataumenghambat terjadinya kerusakan dan untukmenambah macam atau jenis makanan(penganekaragaman bahan makanan) perludilakukan usaha pengolahan tingkat rumah tangga,pada umumnya pengolahan pisang merupakanpengolahan tradisional yang dilakukan secarasederhana tanpa mengabaikan kandungangizinya, salah satunya adalah dengan mengolahbuah pisang menjadi tepung (Anonim, 2009).

Buah pisang cukup sesuai untuk diprosesmenjadi tepung mengingat komponen utamapenyusunnya adalah karbohidrat. Buah pisang jugasebagai bahan pangan merupakan sumber energi

dan mineral terutama kalium. Tepung pisangmerupakan produk antara yang cukup prospektifdalam pengembangan sumber pangan lokal(Viklund, 2009)

Pada dasarnya semua jenis buah pisangmentah dapat diolah menjadi tepung, tetapi warnatepung yang di hasilkan bervariasi, karenadipengaruhi oleh tingkat kematangan buah, jenisbuah, dan cara pengolahan. Buah pisang kepok(Musa paradisiaca normalis) mempunyai warnatepung yang paling baik yaitu putih. Buah pisangkepok tidak hanya dikonsumsi dalam keadaansegar tetapi juga cocok dikonsumsi dalam bentukolahan, dimana daging buahnya berwarna putihpada buah yang masih muda, tidak berbiji danbertekstur agak keras dengan aroma yang kurangharum. Pisang kepok mempunyai kandungan giziyang baik yaitu kaya akan karbohidrat, mineraldan vitamin. Buah pisang kepok yang tua sangattepat untuk dijadikan tepung, karena warna tepungyang dihasilkan putih, rasanya manis karenasudah mengandung gula. Oleh sebab itu, pemilihanbuah pisang kepok varietas Kalimantan Selatansangat tepat untuk dijadikan tepung pisang(Nuryadin, 2008).

Menurut Prabawati (2009), semakin tua ataumatang umur buah pisang, pembentukan senyawaaroma seperti asam-asam organik semakinmeningkat, pati dan tanin menurun, sehinggaberpengaruh terhadap aroma tepung pisang. Umurbuah pisang yang masih muda kandungan zat patitepungnya masih tinggi sehingga belum khasaroma buah pisang. Sebaliknya pada umur buahpisang tua kandungan gula semakin tinggisehingga rasa dan aroma tepung yang dihasilkankhas buah pisang. Perubahan flavor (cita rasa)disebabkan oleh bertambahnya gula-gulasederhana seperti dextrose, levulosa dan sukrosayang menambah rasa manis dan berkurangnyazat-zat fenolik yang menyebabkan rasa sepat danbertambahnya zat-zat volatil yang menyebabkansemakin harumnya buah pisang yang matang.

Tepung pisang dapat dimanfaatkan untukkeperluan penelitian, rumah tangga, dan bahanbaku industri. Tepung pisang dapat digunakanuntuk mengatasi kasus anemia pada umumnya,kekurangan gizi dan gangguan pencernaan.Tepung pisang dapat diolah lebih lanjut menjadiformulasi seperti kue basah, biskuit atau kuekering, cake dan makanan bayi (Anonim, 2009).Walaupun semua pisang kepok mentah bisa diolahmenjadi tepung, namun tepung yang dihasilkanberbeda-beda baik dari segi warna, rasa, teksturmaupun aroma. Oleh sebab itu, perlu di adakanpenelitian lebih lanjut untuk mendapatkan kualitas

Page 45: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 107

tepung pisang yang lebih baik. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkatkematangan buah pisang kepok (Musa paradisiacanormalis) terhadap mutu tepung yang dihasilkan.

METODOLOGI

Penelitian menggunakan Rancangan AcakLengkap (RAL). Perlakuan yang coba dalampenelitian ini adalah perbedaan umur buah pisangkepok (Musa paradisiaca normalis) yang dipakaiyaitu:T1 = Buah pisang kepok yang sangat muda

(berumur 50 hari dari keluarnya jantung)T2 = Buah pisang kepok yang muda (berumur

70 hari dari keluarnya jantung)T3 = Buah pisang kepok yang matang (berumur

90 hari dari keluarnya jantung).

Masing –masing perlakuan di ulang sebanyak6 kali. Populasi dalam penelitian ini adalah buahpisang kepok (Musa paradisiaca normalis) yangdiambil langsung dari pohonnya di Desa Sukawati,Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Sampeldalam penelitian ini adalah masing-masing 1 kgbuah pisang kepok (Musa paradisiaca normalis)dengan menggunakan umur buah pisang yang

berbeda. Penelitian ini dilaksanakan diLaboratorium Biologi Universitas MahasaraswatiDenpasar-Bali, dari tanggal 2 Januari sampaidengan tanggal 17 Februari 2012.

Variabel yang diamati adalah warna, rasa,aroma dan tekstur dari tepung pisang kepok yangdihasilkan. Data diperoleh setelah melakukan ujiorganoleptik terhadap 10 orang panelis terlebihdahulu. Analisis data penelitian menggunakanSPSS versi 12. Data berupa skor hasilpengamatan warna, rasa, aroma dan teksturtepung dari buah pisang kepok (Musa paradisiacanormalis). Kemudian data tersebut dianalisisdengan menggunakan Uji Kruskal-Wallis

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil uji organoleptik yang telah dilakukandengan menggunakan 10 orang panelis, makatanggapan dari panelis tersebut terhadap warna,rasa, aroma dan tekstur tepung yang dihasilkanpada masing-masing perlakuan (dalam bentukpersen) dapat dilihat pada Tabel 1.

Dari hasil pengujian organoleptik mengenaiwarna tepung pisang kepok dapat terlihat, adaperbedaan yang nyata diantara ketiga hasil tepungpisang kepok. Dari Tabel 1 terlihat penjumlahan

Tabel 1. Hasil uji organoleptik terhadap tepung pisang kepok yang dihasilkan

No Parameter Skala hedonik Tingkat kematangan buah pisang kepok

Tabel 1. Hasil uji organoleptik terhadap tepung pisang kepok yang dihasilkan

No Parameter Skala hedonik Tingkat kematangan buahpisang kepok yang berbeda

T1 (%)(Sangat muda) T2 (%)(Muda) T3 (%)(Matang)

1 Warna Putih 81,6 76,6 3,3Agak kuning 16,6 23,3 88,3Kuning 1,6 0 8,3Agak coklat 0 0 0

2 Rasa Sangat khas pisang 11,6 8,3 16,6Agak khas pisang 38,3 48,3 43,3Khas pisang 25,0 33,3 33,3Tidak khas pisang 25,0 10,0 6,6

3 Aroma Sangat khas pisang 11,6 33,3 26,6Agak khas pisang 51,6 61,6 68,3Khas pisang 36,6 5,0 5,0Tidak khas pisang 0 0 0

4 Tekstur Halus 60,0 93,3 75,0Agak halus 0 0 6,6Kurang halus 40,0 6,6 18,3Agak kasar 0 0 0

Page 46: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 108

skor warna dari pengamatan panelis yang palingtinggi yaitu warna tepung pisang kepok paling putihadalah pada T1 yaitu buah pisang kepok yangsangat muda berumur 50 hari dari keluarnyajantung dan T2 yaitu buah pisang kepok yang mudaberumur 70 hari dari keluarnya jantung danpenjumlahan skor yang paling rendah yaitu warnatepung pisang agak kuning adalah T3 yaitu buahpisang yang matang berumur 90 hari dari keluarnyajantung, berarti perbedaan umur buah pisang kepokberpengaruh terhadap warna tepung pisang yangdihasilkan. Sedangkan menurut Nuryadin (2008),bahwa buah pisang kapok mentah yang umurnyalebih tua bisa saja dijadikan supaya berwarna putihasalkan diberikan perlakuan terlebih dahulu yaitupisang dikukus dulu, lalu irisan buah pisang

direndam dalam larutan Natrium Metabisulfit untukmencegah reaksi pencoklatan pada irisan buahpisang sehingga dapat memperbaiki warna tepungyang dihasilkan. Untuk lebih memperjelasbagaimana proses pembuatan tepung pisangkepok tersebut dapat di lihat pada Gambar 1.

Dari hasil pengujian organoleptik mengenairasa tepung pisang dapat terlihat ada perbedaandiantara ketiga perlakuan yang diberikan. PadaTabel 1 terlihat perlakuan yang memiliki rata-ratapaling tinggi yaitu rasa tepung sangat khas buahpisang adalah perlakuan T3 yaitu buah pisangkepok yang matang berumur 90 hari dari keluarnyajantung dan paling rendah yaitu rasa tepungnyatidak khas buah pisang adalah perlakuan T1 yaitubuah pisang kepok yang sangat muda berumur50 hari dari keluarnya jantung. Hal inimenunjukkan bahwa perbedaan umur buah pisangberpengaruh terhadap rasa tepung pisang yangdihasilkan. Perlakuan T3 merupakan umur buahpisang kepok yang matang tapi kulit buah masihhijau yaitu berumur 90 hari dari keluarnya jantung,buah pisang ini sudah banyak mengandung gulasederhana seperti dextrose, levulosa dan sukrosayang menambah rasa manis sehingga berpengaruhpada rasa tepung yang dihasilkan yaitu khas buahpisang, sehingga tepung ini disarankan digunakansebagai bahan campuran dalam pembuatan cake,aneka kue kering, biskuit, dan mie (Sunita, 2009).

Dari hasil pengujian organoleptik mengenaiaroma tepung pisang terlihat ada perbedaandiantara ke tiga perlakuan. Pada Tabel, terlihatperlakuan yang memiliki rata-rata paling tinggi yaituaroma tepung pisangnya sangat khas buah pisangadalah perlakuan T3 yaitu buah pisang kepok yangmatang berumur 90 hari dari keluarnya jantung.Hasil yang paling rendah aroma tepung tidak khasbuah pisang adalah perlakuan T1 yaitu buah pisangkepok yang sangat muda berumur 50 hari darikeluarnya jantung. Hal ini disebabkan karenamakin tua/matang umur buah pisang,pembentukan senyawa aroma seperti asam-asamorganik terus meningkat, pati dan tanin menurun,sehingga berpengaruh terhadap aroma tepungpisang (Prabawati, 2009). Menurut Sunita (2004),umur buah pisang muda kandungan zat pati/tepungnya masih tinggi sehingga belum khasaroma buah pisang. Sebaliknya pada umur buahpisang tua kandungan gula semakin tinggisehingga tepung yang dihasilkan beraroma khasbuah pisang. Oleh sebab itu, tepung ini disarankandigunakan sebagai bahan campuran dalampembuatan cake, kue kering, biskuit, dan mie.

Dari hasil pengujian organoleptik mengenaitekstur tepung pisang kepok terlihat ada

Gambar 1. Bagan Alir Pembuatan Tepung PisangSumber: Anonim (2009).

Page 47: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 109

perbedaan diantara ke tiga perlakuan. Dari Tabel1 terlihat ada perbedaan skor rata-rata dari ketiga perlakuan, dimana rata-rata perlakuan yangpaling tinggi yakni tekstur tepung pisangnyasangat halus adalah pada perlakuan T2 yaitu buahpisang kepok muda yang berumur 70 hari darikeluarnya jantung dan yang paling rendah yaitutekstur tepung pisangnya kurang halus adalahpada perlakuan T1 yaitu buah pisang kepok yangsangat muda berumur 50 hari dari keluarnyajantung. Tepung pisang kepok yang memilikitekstur agak halus adalah tekstur tepung yangcocok untuk dijadikan bahan dasar pembuatancake (Anonim, 2009). Berdasarkan hasil penelitianterlihat antara warna dengan rasa tepung yangdihasilkan terjadi hubungan bahwa semakin putihwarna tepung pisang yang dihasilkan maka rasatepungnya tidak khas buah pisang. Sedangkanantara aroma dengan tekstur terlihat bahwasemakin khas buah pisang aroma tepung yangdihasilkan maka tekstur tepungnya kurang halus.Hal tersebut disebabkan karena perbedaan umurbuah pisang kepok berpengaruh terhadap mututepung yang dihasilkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasanyang dilakukan, maka dapat disimpulkan hal-halsebagai berikut:1. Ada pengaruh perbedaan umur buah pisang

kepok (Musa paradisiaca normalis) terhadapmutu tepung yang dihasilkan.

2. Warna tepung yang paling putih, aroma danrasa tepungnya tidak khas buah pisang didapatkan pada perlakuan T1 (berumur 50 haridari keluarnya jantung) dan warna tepungkuning, aroma dan rasa tepungnya khas buahpisang didapatkan pada perlakuan T3(berumur 90 hari dari keluarnya jantung).

3. Tekstur tepung yang paling halus didapatkanpada perlakuan T2 (berumur 70 hari darikeluarnya jantung).

Saran

1. Bagi pengusaha tepung yang lebihmenginginkan tepung pisang dengan memilikirasa dan aroma yang khas buah pisang dapatmenggunakan buah pisang yang matang (T3)yaitu buah pisang yang berumur 90 hari sejak

dari keluarnya jantung. Tetapi untukmendapatkan tepung pisang berwarna putihdapat digunakan perlakuan T1 yaitu buahpisang berumur 50 hari sejak dari keluarnyajantung dan untuk mendapatkan teksturtepung yang sangat halus dapat digunakanperlakuan T2 yaitu buah pisang berumur 70hari sejak dari keluarnya jantung.

2. Bagi masyarakat, yang ingin mengolah buahpisang dalam bentuk lain tanpa mengabaikankandungan gizinya dan dapat disimpan dalamjangka waktu yang lama disarankan untukmengolah buah pisang menjadi tepung.

3. Bagi peneliti lyang ingin melanjutkanpenelitian ini disarankan untuk meninjauaspek-aspek lainnya yang berpengaruhterhadap tepung pisang kepok maupun hasilolahan tepung pisang kepok (Musaparadisiaca normalis).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Pisang. Http://meylya.wordpress.com/2008/03/10/Pisang-Sejuta-Manfaat/.Diakses tanggal 03 Oktober 2008.

Astawan, M., 2008. Pisang Sebagai BuahKehidupan. Tersedia pada : Http:// www.Kompas.com/read

/xml/2008/08/17/Pisang Sebagai BuahKehidupan. Diakses tanggal 25 Juni 2009.

Nuryadin, 2008. Tersedia pada: Http://www.Tepung Pisang Kepok.com. Diakses tanggal10 April 2009.

Prabawati, S., 2009. Tepung Pisang Kepok.Tersedia pada: http://www.Tepung PisangKepok.com. Diakses tanggal 25 Juni 2009.

Rukmana, R., 1999. Usaha Tani Pisang. Kanisius:Yogyakarta.

Sunita, 2004. Kandungan Gizi Buah Pisang.Tersedia pada: http://www.Kandungan GiziBuah Pisang.com. Diakses tanggal 25 Juni2009.

Viklund, A., 2009. Memproduksi Tepung Dari BahanPisang . Tersedia pada: Blog atWordpress.com.

Page 48: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 110

PENGARUH PEMBERIAN KULIT KOPI TERFERMENTASI DAN LEGUMINOSATERHADAP PERTUMBUHAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH

I Made Londra1

1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) BaliJl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran,Denpasar Selatan, Bali 80222

email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan kambing Peranakan Etawah (PE)melalui pemberian limbah kopi terfermentasi sebagai substitusi leguminosa (gamal dan kaliandra).Sebanyak 12 ekor kambing PE jantan umur 5 – 6 bulan dengan rata-rata bobot awal 20 kg dibagi atas 3kelompok perlakuan pakan yaitu: Perlakuan P1 = 100% leguminosa (gamal dan kaliandra denganperbandingan 1 : 1), Perlakuan P2 = 70% leguminosa (gamal dan kaliandra dengan perbandingan 1 : 1)+ 30% Kulit kopi terfermentasi dan Perlakuan P3 = 40% leguminosa (gamal dan kaliandra denganperbandingan 1 : 1) + 60% Kulit kopi terfermentasi. Hasil penelitian menunjukan rataan pertambahan bobotbadan harian kambing PE pada perlakuan P1 (88, 93 gram/ekor/hari) dan P2 (100,00 gram/ekor/hari) tidakberbeda nyata (P>0,05), tapi keduanya berbeda nyata (P<0,05) dengan P3 (71,79 gram/ekor/hari). Daripenelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian kulit kopi terfermentasi sebanyak 30 % dan pemberianleguminosa (gamal dan kaliandra) 70% (P2) memberikan pertumbuhan yang paling baik pada kambingPE. Perlakuan P2 juga menunjukkan kecendrungan konversi pakan yang paling efisien.

Kata Kunci : Kulit kopi terfermentasi, Pertumbuhan, Kambing PE

ABSTRAK: EFFECT OF FERMENTED COFFEE PEEL FEEDING AND LEGUME TO ETTAWAHCROSSBRED GOAT GROWTH

This study was conducted to know the effect of fermented coffee peel feeding as substitution of legume(gamal and kaliandra) to Ettawah Crossbred Goat Growth. This Research uses 12 Ettawah Crossbred MaleGoat, aged 5-6 months and initial weight average 20 kg. The goats were fed with legume, the treatmentsware follows , P1 treatment = 100% (gamal And Kaliandra with ratio 1: 1), P2 treatment = 70% legume(Kaliandra gamal and with ratio of 1: 1) + 30% fermented coffee peel, and P3 Treatment = 40% legume(Kaliandra and gamal with ratio 1: 1) + 60% fermented coffee peel. The research results showed the averagedaily body weight of Ettawah Crossbred Goat that fed with legume as follows, P1 treatment was 88, 93 kg /head, P2 treatment was 100.00 kg / head, and P3 treatment was 71.79 kg / head. The results of P1 and P2treatments were significantly different (P <0.01) to P3, while P2 and P1 treatment insignificantly very differ (P>0.05). From the research result above, it could be concluded the feeding with 30% fermented coffee peelfeeding and 70% legume in the form of gamal And Kaliandra (P2) gives the best growth for Ettawah CrossbredGoat and feed conversion for P2 shown the most efficient in feed usage.

Key words: fermented coffee peel, growth, Ettawah Crossbred Goat

PENDAHULUAN

Potensi alam untuk pengembangan kambingdi Bali masih cukup besar, terutama di kawasansentra perkebunan dan lahan marginal. Di daerahBali terdapat areal perkebunan seluas 166.454Ha diantaranya terdiri dari perkebunan kopi(39.923 Ha), kelapa (72.500 Ha), cengkeh (23.250Ha), mete: (15.266) ha, kakao (6.223 Ha), danpanili (448 Ha) (Anon, 2009). Disamping itu juga

terdapat areal lahan kering yang tidak produktifatau lahan marginal seluas 50.627 hektar (Tisna,2001) yang potensial untuk ternak kambing.Peranan pakan dalam usaha ternak kambingsangat penting karena merupakan kuncikeberhasilan produksi ternak. Produktivitaspeternakan kambing dapat dinaikan apabila pakanyang diberikan memenuhi kebutuhan ternak, olehkarena itu jenis pakan yang diberikan harusbermutu baik dan dalam jumlah yang cukup.

Page 49: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 111

Limbah tanaman kopi memiliki potensi untukdimanfaatkan sebagai bahan pakan penguat(konsentrat) bagi ternak. Limbah buah kopi secarafisik komposisinya cukup besar yaitu sekitar 48% dari buah kopi (Zaenudin et al. 1995). Melaluiproses pengolahan kandungan gizi limbah kopiterutama kandungan proteinnya dapatditingkatkan. Menurut Kompiang (2000), melaluiproses fermentasi dapat ditingkatkan nilai gizinya.Dengan inokulan Aspergillus niger, kadar proteindaging buah kopi dapat ditingkatkan dari 9,8 %menjadi 12,43 % (Guntoro, et al, 2002), yangdapat mensubstitusi kebutuhan dedak yangselama ini telah banyak digunakan sebagai pakanpenguat, namun harus didatangkan dari luar lokasidan harganya relatif mahal. Dipihak lain dalamperkebunan kopi banyak gulma yang disela-selatanaman, disamping tanaman leguminosaterutama gamal (Gliricidia sepium) dan kaliandra(Calliandra calothyrsus) sebagai pohon penaungtanaman kopi. Ternak kambing yang diberi pakanrumput lapangan saja belum dapat memenuhi zat-zat makanan yang diperlukan oleh ternak, olehkarena itu sebaiknya dicampur dengan leguminosauntuk meningkatkan produktivitas kambing.Tujuan penelitian adalah : (1) meningkatnyaproduktivitas (pertumbuhan) kambing PeranakanEtawah melalui pemberian limbah kopiterfermentasi dan (2) menguji pengaruh substitusileguminosa (gamal dan kaliandra) dengan kulitkopi terfermentasi terhadap performans kambingPeranakan Etawah jantan.

METODOLOGI

Penelitian dilaksanakan di Kelompok TernakMekar Sari, Desa Sepang, Kecamatan Busungbiu,Kabupaten Buleleng, dari bulan Agustus 2011sampai dengan bulan Desember 2011. AnalisisLaboratorium dilaksanakan di laboratorium NutrisiPakan Ternak Fakultas Peternakan Universitas

Brawijaya dan Balai Penelitian Ternak (Balitnak)Ciawi, Bogor. Pada penelitian ini digunakan ternakKambing Peranakan Etawah (PE) jantansebanyak 12 ekor yang berumur 5 – 6 bulan denganrata-rata bobot awal 20 kg.

Kulit kopi difermentasi menggunakan jamurAspergillus niger yang diperoleh dari BalaiPengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali.Aspergillus dilarutkan dengan air, ditambahkangula pasir, urea, dan NPK, kemudian inkubasiselama 24 jam. Fermentasi dilakukan di atas lantaiyang dilapisi dengan beton, beratap genteng.Limbah yang telah siap difermentasi ditaburkanpada permukaan media setebal 5 – 10 cm,selanjutnya disiram dengan larutan Aspergillussecara merata. Penyiraman dilakukan denganshower (gembor). Tumpukan bahan yang telahtersiram larutan Aspergillus ditaburkan lagi limbahsetebal 5 – 10 cm, selanjutnya disirami larutanAspergillus secara merata. Demikian seterusnya,sehingga bahan habis tertumpuk dan tersiramcairan Aspergillus. Tumpukan kulit kopi ditutupdengan terpal yang bersih secara rapat dan diinkubasi selama 5 hari. Setelah umur 5 haridibongkar, selanjutnya dikeringkan. Ransum yangdiuji pada penelitian ini disusun terdiri atas duabahan utama yaitu leguminosa dan kulit kopiterfermentasi. Ramsum dengan komposisi bahanpakan yang berbeda diberikan pada ternak dalamtiga perlakuan yaitu Perlakuan P1 = 100%leguminosa (gamal dan kaliandra denganperbandingan 1 : 1), Perlakuan P2 = 70%leguminosa (gamal dan kaliandra denganperbandingan 1 : 1) + 30% Kulit kopi terfermentasidan Perlakuan P3 = 40% leguminosa (gamaldan kaliandra dengan perbandingan 1 : 1) + 60%Kulit kopi terfermentasi.

Penyusunan ransum perlakuan dilakukanberdasarkan kebutuhan bahan kering (BK) 3,8 %dari bobot badan (Kearl, 1982). Kandungan nutrienbahan pakan yang digunakan pada penelitian iniditunjukkan pada Tabel 1, sedangkan kandungan

Tabel 1. Komposisi serta Kandungan Nutrien Pakan Hijauan dan Kulit kopi terfermentasi

HijauanNutrien Kulit kopi terfermentasi *

Gamal** Kaliandra**

BK (%) 82,70 18,54 15,52BO (%) 89,17 92.33 93,24PK (%) 13,68 23,01 25,08SK (%) 52,94 21,94 21,49Energi Bruto (Kkal/kg) 3.753 4.409 4.489

Keterangan : * Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Pakan Ternak Fakultas Peternakan, UniversitasBrawijaya, Malang

** Hasil Analisis Laboratorium Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.

Page 50: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 112

nutrien dari masing-masing ransum perlakuanditunjukkan pada Tabel 2.

Parameter yang diamati meliputi : (1).pertambahan bobot badan, konsumsi dan (2)konversi Pakan. Data-data yang diperolehdianalisis dengan analisa sidik ragam berdasarkanProgram GenStat Release 12.2 dengan tingkatkesalahan 1 – 5 % dilanjutkan dengan analisisLSD.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertambahan Bobot Badan

Rataan bobot badan awal kambing PE padaperlakuan P1, P2 dan P3 masing-masing adalahadalah 23,55 kg/ekor, 23,85 kg/ekor dan 24,08 kg/ekor (P>0,05), disajikan pada Tabel 3. Sedangkanrataan pertambahan bobot badan harian kambingPE pada P1 adalah 88, 93 kg/ekor, dan P2 (100,00 kg/ekor) tidak berbeda nyata (P>0,05) dankeduanya nyata lebih tinggi (P<0,01) dariperlakuan P3 ( 71,79 kg/ekor). Pengukuranpertambahan berat badan dapat digunakan untukmengukur tingkat pemanfaatan pakan oleh ternakselain untuk kebutuhan hidup (Pond et al., 2005).

Perbedaan respon yang ditampilkan olehkambing PE ini dapat memberikan gambaransecara umum pengaruh kuantitas dan kualitasransum yang dicobakan. Hal ini sesuai denganpendapat Williamson dan Payne (1978) bahwapertambahan berat badan terutama dipengaruhioleh kuantitas dan kualitas makanan yangdikonsumsi. Kualitas ketiga ransum perlakuanpada penelitian ini (Tabel 2) berbeda dalamkandungan protein, SK dan energi bruto. Kualitasransum perlakuan P2 lebih baik dibandingkandengan ransum perlakuan lainnya, akibatnyaternak pada perlakuan P2 menunjukkanpertumbuhan lebih tinggi dari kelompok lainnya.Church dan Pond (1982) menyatakan bahwa padamasa pertumbuhan yang berperan penting dalampeningkatan bobot badan adalah proteinsedangkan pada ternak dewasa yang berperanadalah energi.

Menurut Pond et al. (2005) pengukuranpertambahan berat badan digunakan untukmengukur sejauh mana pakan tersebut dapatdimanfaatkan oleh ternak selain untuk kebutuhanhidup. Church dan Pond (1982) menyatakanbahwa pada masa pertumbuhan yang berperanpenting dalam peningkatan bobot badan adalahprotein sedangkan pada ternak dewasa yang

Tabel 2. Kandungan Nutrien Ransum Perlakuan

PerlakuanNutrien

P1 P2 P3

BK (%) 17,03 36,73 56,43BO (% BK) 92,79 91,70 90,62PK (% BK) 24,05 20,94 17,83SK (% BK) 21,72 31,08 40,45Energi Bruto (Kkal/kg BK) 4.449,00 4.240,20 4.031,40

Keterangan :P1 = 100% leguminosa (gamal dan kaliandra dengan perbandingan 1 : 1)P2 = 70% leguminosa (gamal dan kaliandra dengan perbandingan 1 : 1) + 30% Kulit kopi terfermentasiP3 = 40% leguminosa (gamal dan kaliandra dengan perbandingan 1 : 1) + 60% Kulit kopi terfermentasi.

Tabel 3. Pengaruh Kulit Kopi terfermentasi Terhadap Pertambahan Bobot Badan Kambing PE

PerlakuanParameter

P1 P2 P3

Bobot badan awal (kg/ekor) 23,55 23,85 24,08PBBH (g/ekor/hari) 88,93 a 100,00 a 71,79 b

Keterangan :- Nilai dengan huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Page 51: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 113

berperan adalah energi. Penurunan padapertumbuhan kambing PE yang diberi kulit kopiterfermentasi (P4) disebabkan kerena adanya zatanti nutrisi yang terkandung dalam limbah kulitkopi terfermentasi yaitu tanin sebesar 0,49% dankafein sebanyak 0,03%. Menurut Mutschler.1991, kafein bersifat merangsang saraf pusat,pernafasan dan jantung serta mengakibatkanternak bergerak aktif sehingga untuk menunjangaktivitasnya di perlukan energi Pada perlakuanP4 memberikan pertambahan bobot badan rendahdengan laju pertambahan bobot badan menurun.Tingginya kandungan limbah kulit kopiterfermentasi dalam pakan, menurunkanpalatabilitas ransum tersebut. Palatabilitas ternakrendah mengakibatkan konsumsi ransum jugarendah mengakibatkan ternak hanya dapatmemenuhi kebutuhan pokok saja. Sedangkanada tanin dalam ransum dapat menurunkankecernaan protein sesuai dengan pendapat VanSoest (1982) yang dikutip oleh Soebarinoto (1991)menyatakan bahwa tanin yang terlalu banyakdalam ransum dapat menurunkan kecernaanprotein karena menghambat kerja enzim protease.

Konversi Pakan

Konversi pakan yang didapatkan dari hasilpenelitian ini adalah 8,27 untuk P1, 7,61 untuk P2dan 8,53 untuk P3. Secara statistik ke 3 perlakuanmenunjukan perbedaan yang tidak nyata(P>0,05).

Konversi pakan adalah gambaran terhadapefisiensi penggunaan ransum. Konversi pakanmerupakan perhitungan pembagian antara jumlahkonsumsi bahan kering per hari denganpertambahan bobot badan per hari. Pada penelitianini, rataan konversi pakan tertinggi pada perlakuanP3 yakni 8,53. Hal ini terjadi karena konsumsi BKransum perlakuan P3 paling rendah danpertambahan bobot badan hariannya juga rendahsehingga dampaknya konversi pakan menjaditinggi.

FCR paling rendah (efisien) terdapat padaperlakuan P2 yakni 7,61, ini berarti bahwa kambingyang diberi pakan leguminosa (gamal, kaliandradan 30% limbaah kopi) efisiensi penggunaanransumnya menjadi lebih baik. Kambing yangdiberi ransum perlakuan P2 membutuhkan 7,61kg bahan kering ransum untuk meningkatkan 1kg bobot badan.

KESIMPULAN

1. Pemberian kulit kopi terfermentasi sebanyak30 % dari total ransum dikombinasikandengan pemberian leguminosa berupa gamaldan kaliandra memberikan pertumbuhan yangpaling baik yakni 100 gram/ekor/haridibandingkan dengan pemberian 100 %Leguminosa (50% gamal dan 50% kaliandra)yakni 88,93 gram/ekor/hari dan terendahpenggunaan kulit kopi terfermentasi sampai

Grafik 1. Pertumbuhan Kambing PE pada tiga perlakuan pakan yang berbeda

Page 52: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 114

60% dikombinasikan leguminosa 40% (gamaldan kaliandra) yaitu 71,79 gram/ekor/hari.

2. Konversi pakan pada pemberian kulit kopiterfermentasi sebanyak 30 % dari total ransumdikombinasikan dengan pemberianleguminosa berupa gamal yaitu 7,61sedangkan pemberian 100 % Leguminosa(50% gamal dan 50% kaliandra) yaitu 8,27dan penggunaan kulit kopi terfermentasisampai 60% dikombinasikan leguminosa 40%(gamal dan kaliandra) yaitu 8,53.

DAFTAR PUSTAKA

Arora, S.P. 1995. Pencernaan Mikroba padaRuminansia. Cetakan Kedua. Gajah MadaUniversity Press, Yogyakarta. Anonimus1.2009. Statistik Perkebunan 2009. KementrianPertanian RI, Jakarta.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum.Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.

Anonimus. 2009. Statistik Perkebunan 2009.Kementrian Pertanian RI, Jakarta.

Despal, A. A. Dewi, D. M. Suci, D. Evvyernie, I. G.Permana, N. A. Sigit, R. Mutia., Sumiati, T.Toharmat & W. Hermana. 2007. PengantarIlmu Nutrisi. Modul Kuliah. Departemen IlmuNutrisi dan Teknologi Pakan. FakultasPeternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Guntoro. S, M. Rai Yasa dan Nym Sugama. 2002.Hasil Pengkajian Pemanfaatan LimbahPerkebunan (Kakao dan kopi) Untuk PakanTernak. Kerjasama BPTP Bali denganBappeda Prop. Bali

Hunter, R.A. and Vercoe.J.E., 1984. The Role ofUrea in the Nutrition of Ruminants Fed TwoQuality Roughage Diets. Outlook on Agric.13 : 154 – 169.

Kompiang, IP. 2000. Peningkatan Mutu BahanBaku Pakan. Makalah SeminarPengembangan teknologi Pertanian RamahLingkungan. IP2TP Denpasar. Denpasar : 8-9 Maret 2000.

Kearl, L.C. 1982. Nutrition Requirements ofRuminants in Developing CountriesInternational Feedstuff Institute Utah Agric.Exp. Station Utah State Univ. Logan Utah.USA.

Minson, D.J. 1976. Nutritional Significant of Proteinin Temperate and Tropical Pasture. Proc. ofSymp. from Plant to Animal Protein No.2 (Rev.Rur. Sci). University of New England.Armidale, N.S.W. p. 27 – 30.

Ørskov, E. R. 1992. Protein Nutrition in Ruminants.Edisi ke-2. Harcount BraceJovanovich,Publishers, London.

Ørskov, ER. 2001. The Feeding of RuminantsPrinciples and Practice. ChalcombePublication, London.

Parakkasi, A. 1998. Ilmu Nutrisi dan MakananTernak Ruminan. Penerbit UniversitasIndonesia, Jakarta.

Putra, S. 1992. Evaluasi Komposisi Kimia danTingkat Konsumsi 16 Provenance Gamal(Gliricidia sepium) yang Ditanam pada LahanKering di Bali. (tesis). Bogor: Institut PertanianBogor.

Soebarinoto, S. Chuz.aemi, dan Mashudi. 1991.Ilmu Gizi Ruminansia. Jurusan Nutrisi danMakanan Ternak. LUW. UniversitasBrawijaya. Malang.

Tillman, A.D., Hartadi.H., Reksohadiprodjo.S.,Prawiro.K.S. danLebdosoekojo.S., 1998. Ilmu Makanan TernakDasar. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

Tisna. 2001. Pendayagunaan Tanah DalamRangka Pembangunan Wilayah Propinsi Bali.Makalah Seminar Nasional. “OptimalisasiPemanfaatan Sumber Daya Tanah dan Airyang Tersedia untuk KeberlanjutanPembangunan, Khususnya di SektorPertanian”. Fakultas Pertanian UNUD :Denpasar 6 April 2002.

Williamson, G. and Payne.W.J.A., 1978. AnIntroduction to Animal Husbandry in theTropics. 3rd. Ed. Longmans and Co, Ltd,London-New York.

Zainuddin. D., Kompiang. I. P. dan Hamid. H, 1995.Pemanfaatan Kulit kopi Dalam RansumAyam. Kumpulan Hasil –Hasil PenelitianAPBN T.A. 94/95. Balai Penelitian ternakCiawi-Bogor.

Page 53: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 115

DAMPAK DAN UPAYA MENGATASI PERUBAHAN IKLIM GLOBALPADA SEKTOR PERTANIAN

AANB Kamandalu1 dan I Made Rai Yasa2

1,2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Bali 80222

email: [email protected]

ABSTRAK

Indonesia adalah salah satu negara yang paling mudah terkena bencana yang berkaitan denganperubahan iklim. Pengaruh perubahan iklim terhadap sektor pertanian dapat berupa dampak langsungdan tidak langsung seperti munculnya bahaya serangan hama dan penyakit. Sebaliknya sektor pertanianjuga ikut andil terhadap terjadinya pemanasan global antara lain usahatani padi sawah dan limbah ternakyang dapat meningkatkan konsentrasi gas metan (CH4), Nitro monoksida (N2O) dari penggunaan pupuk,pengelolaan lahan, pembakaran jerami, dan lainnya. Disisi lain sektor pertanian juga dapat menurunkankonsentrasi CO2 melalui proses fotosintesis serta pengembangan bio energi. Diantara tiga gas rumahkaca (GRK) utama, metan merupakan GRK utama yang diemisikan oleh sektor ini. Dengan meningkatnyaancaman dari perubahan iklim beberapa aksi yang perlu diimplementasikan pada sektor pertanian sebagaiberikut: 1) menerapkan sistem pengelolaan tanaman terpadu (SLPTT) dan system of rice intensification(SRI) karena mampu menekan emisi NO2 sekitar 39-45%; 2) melakukan sistem pengairan intermitentdalam satu musim tanam dapat mengurangi emisi CH4 sampai 78%; 3) melakukan pemilihan varietaspadi rendah emisi GRK; 4) menggunakan bahan organik hasil dekomposisi untuk menurunkan emisi 10-25%; 5) menggugunakan herbisida (berbahan aktif paraquat dan glifosat) untuk menurunkan emisi metana60-70%; dan 6) melakukan prosessing limbah pertanian dan kotoran ternak secara aerobik menjadi pupukkompos. Pada sektor peternakan, beberapa alternatif yang dapat dilakukan antara lain: 1) menggunakanjerami tanaman untuk pakan; 2) membuat biogas untuk menangkap 70% energi biogass metan sebagaisumber energi; dan 3) memberikan pakan tambahan berupa pro biotik.

Kata kunci : perubahan iklim, sektor pertanian

ABSTRACT: IMPACT AND EFFORT TO RESOLVE THE GLOBAL CLIMATE CHANGEAGRICULTURAL SECTOR

Indonesia is one of the most susceptible to disasters related to climate change.The influence of climatechange on agriculture can be both direct and indirect impacts such as the emergence of pests and diseasehazards. Instead the agricultural sector, the rice paddies and livestock waste also contribute to global warming.It can increase the concentration of methane gas (CH4), Nitrous monoxide (N2O) from fertilizer use, landmanagement, burning of straw, and others. On the other hand the agricultural sector can also reduce theconcentration of CO2 through photosynthesis and the development of bio energy.Among the three greenhousegases (GHG) emissions Methane is the main greenhouse gas emitted by this sector. With the growingthreat of climate change some of the actions that need to be implemented in the agricultural sector asfollows: 1) implementing of system integrated crop management or system of rice intensification (SRI),because it can reduce NO2 emissions of about 39-45%, 2) perform of system irrigated intermitent in onegrowing season to reduce CH4 emissions up to 78%; 3) the selection of rice varieties to lower GHG emissions,4) using the decomposition of organic materials to reduce emissions of 10-25%; 5) using herbicide (paraquatand glyphosate) to reduce methane emissions 60-70%, and 6) do the processing of agricultural waste andlivestock manure is aerobically composted into fertilizer. In the livestock sector, several alternatives can bedone include: 1) use a straw for feed crops, 2) make biogas for energy biogass to capture 70% of methaneas an energy source, and 3) provide additional food in the form of pro-biotic.

Key words: climate change, the agricultural sector

Page 54: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 116

PENDAHULUAN

Sektor pertanian menghadapi beberapapermasalahan penting terkait dengan usahapeningkatan produksi pangan antara lain 1)terjadinya konversi lahan pertanian terutama lahanirigasi ke penggunaan non pertanian yang terusberlanjut; 2) penurunan kualitas lahan (degradasi)sebagai akibat meningkatnya intensitas usahapertanian dan sistem pertanian yang kurang baik;3) produktivitas pertanian yang menunjukkan gejalapelandaian produksi karena keterbatasanteknologi; 4) adanya perubahan penggunaan stokpangan menjadi bio-energi; dan 5) tantanganperubahan iklim (Las, et al, 2008).

Perubahan iklim merupakan fenomena globalyang melibatkan banyak negara dan berbagaidisiplin ilmu untuk mengatasinya. Perubahan iklimdipicu oleh terjadinya peningkatan suhu global(global warming) sebagai akibat meningkatnyakonsentrasi emisi gas-gas rumah kaca(greenhouse effect) di atmosfer, sepertikarbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitro oksida(N2O) dan CFC melalui efek rumah kaca.

Laporan Intergovernmental Panel on ClimateChange (IPCC) menyimpulkan bahwa suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat0,74 ± 0,18°C (1,33 ± 0,32°F) selama seratus tahunterakhir. Bila kecenderungan peningkatan GRKtetap seperti sekarang akan menyebabkanpeningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5°Cpada tahun 2030.

Pada sektor pertanian, perubahan iklim globalakan mempengaruhi setidaknya tiga unsur iklimdan komponen alam yang erat kaitannya denganpertanian, yaitu : (a) naiknya suhu udara yang jugaberdampak terhadap unsur iklim lain, terutamakelembaban dan dinamika atmosfer, (b)berubahnya pola curah hujan dan makinmeningkatnya intensitas kajadian iklim ekstrim(anomali iklim) seperti El-Nino dan La-Nina, dan(c) naiknya permukaan air laut akibat pencairangunung es di kutub utara (Las, 2007a).

Perubahan Iklim di Indonesia

Indonesia adalah salah satu negara yangpaling mudah terkena bencana yang berkaitandengan perubahan iklim. Wilayah-wilayah didaerah pesisir barat Sumatera, Selatan Jawa, NusaTenggara, Sulawesi Utara, Kepulauan Maluku danIrian, merupakan wilayah dengan tingkatkerentanan yang tinggi (UN-OCHA, 2006).

Di Indonesia telah terjadi sebanyak 1.429kejadian bencana dalam kurun waktu 2003-2005,dan 53,3% di antaranya berhubungan denganhidro-meteorologi (Badan PerencanaanPembangunan Nasional dan Badan Koordinasipenanggulangan Bencana Nasional, 2006).Frekuensi kejadian banjir (34%), diikuti tanahlongsor (16%). Perubahan iklim kemungkinansebagai penyebab kekeringan dan curah hujanyang ekstrim yang dapat membuat kerusakanlebih besar terhadap bencana iklim (Trenberth danHoughton, 1996; IPCC, 2007).

Penurunan curah hujan karena variabilitasiklim dan variasi musim dengan peningkatantemperatur, secara nyata berpengaruh padapersediaan air. Pada tahun El Nino, volume airdalam penampungan menurun secara signifikan(jauh di bawah normal), khususnya selama musimkemarau (Juni – September).

Dampak Perubahan Iklim Bagi SektorPertanian

Menurut Boer and Las (2008), pengaruhperubahan iklim terhadap sektor pertanian dapatberupa dampak langsung, seperti (a) menurunnyaproduktivitas tanaman pangan yang disebabkanoleh meningkatnya temperatur, peningkatanvariabilitas curah hujan dan salinitas air; (b)meningkatnya kehilangan hasil panen yangdisebabkan meningkatnya frekuensi maupunintensitas kejadian iklim ekstrim (bahaya iklim);dapat juga berupa dampak tidak langsung sepertimunculnya bahaya serangan hama dan penyakit.Berdasarkan data 10 tahun terakhir (1994-2003)hasil monitoring terhadap pertanaman padi yangdilaksanakan Direktorat Perlindungan TanamanPangan (2004), rata-rata areal pertanian yangrusak oleh kekeringan mencapai 319.958 ha,dengan gagal panen 81.050 ha, ekuivalen dengankehilangan 354.512 ton GKP (Tabel 1). Sementaraareal yang terkena banjir 147.977 ha dengan gagalpanen 35.972 ha (ekuivalen 372.156 ton GKP(Tabel 2).

Selanjutnya Depertemen Pertanianmelaporkan bahwa dalam bulan Januari-Juli 2007luas lahan pertanian yang mengalami kekeringanmencapai 268.518 ha, dimana 17.187 ha diantaranya mengalami gagal panen. Hal tersebuttelah menurunkan produksi padi sebanyak 91.091ton GKP.

Page 55: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 117

Dampak Sektor Pertanian Terhadap Peruba-han Iklim Global

Sektor pertanian merupakan salah satusektor yang cukup besar kontribusinya terhadaptingkat emisi gas rumah kaca, berada pada posisiketiga setelah sektor kehutanan dan sektor energi.Sumber emisi gas rumah kaca dari sektorpertanian berasal dari bergai sumber yaitu dariternak ruminansia, tanah pertanian, pembakaransisa-sisa tanaman dan sawah. Sumbangan emisigas rumah kaca terbesar sektor pertanian berasaldari padi sawah dan ternak, sedangkan dari tanahdan pembakaran sisa tanaman adalah kecil (Boer,2002).

Untuk sektor pertanian, sawah merupakansumber emisi gas rumah kaca terbesar, kemudian

diikuti oleh peternakan, emisi gas rumah kaca daritanah dan dari pembakaran biomass (sisapertanian). Diantara tiga gas rumah kaca utama,metan merupakan jenis gas rumah kaca utamayang diemisikan oleh sektor ini. Total emisi metantahun 1994 dari sektor ini sekitar 3.2 Tg, sebagaianbesar dari padi sawah (71%) dan peternakan(29%).

Budidaya padi yang selalu tergenangmerupakan sumber GRK yaitu karbondioksida(CO2), metana (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O).Karbondioksida merupakan komponen terbesaryang diemisikan dari lahan pertanian. Kajian yangdilaksanakan di Balingtan pada tahun 2007menunjukkan bahwa emisi CO2 yang dilepas olehlahan sawah irigasi selama satu musim tanamberkisar 3,5-4,2 ton per hektar per musim tanam

Tabel 1. Pengaruh kekeringan pada musim kemarau dan musim hujan terhadap pertanaman padi diIndoensia (1994-2003)

Tahun Kekeringan musim kemarau Kekeringan musim hujan

Terkena Puso Terkena Puso .................................ha............................

1994 489.178 150.319 79.114 10.7811995 18.462 3.385 10.938 1.2481996 49.990 11.458 29.812 6.0531997 426.150 85.079 191.011 43.5311998 71.050 13.776 886 2862002 262.839 28.108 85.683 13.5822003 455.836 103.486 57.293 2.238Rata-rata 289.167 76.736 30.791 4.314

Sumber: Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (2004).

Tabel 2. Luas areal tanaman padi yang terkena dampak banjir, kerusakan dan kehilangan hasil diIndonesia (1994-2003).

Tahun Areal terkena banjir Total kerusakan Kehilangan hasil........................ha...................... ton

1994 132.973 32.881 342.3021995 218.144 46.957 547.6391996 107.385 38.167 305.3791997 58.974 13.787 153.1771998 158.737 34.701 385.6331999 188.655 42.087 466.0292001 129.331 23.040 312.3602002 219.580 63.459 551.2182003 118.020 28.677 285.672Rata-rata 147.977 35.972 372.156

Sumber: Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (2004).

Page 56: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 118

pada berbagai system pertanaman padi (Setyanto,2008).

Walaupun emisi CO2 sangat tinggi padausahatani padi, tetapi gas ini akan kembalidigunakan tanaman padi saat berlangsungnyaproses fotosintensis dan akan dikonservasikan kebentuk biomas tanaman. Oleh karena itu emisiCO2, dari tanaman padi disebut sebagai zero netemission. Emisi N2O pada kajian yang samaberkisar 0,52-0,88 kg per hektar per musim tanampada penggunaan pupuk urea 259 kg per hektar(Setyanto, 2008).

Pembakaran biomass seperti alang-alang dansisa-sisa tanaman semusim seperti jerami padisecara langsung akan menghasilkan gas CO2.Namun karena ilalang ataupun tanaman semusimakan tumbuh kembali dengan cepat, maka CO2yang dilepaskan ini akan diserap kembali sehinggaemisi CO2 dari proses pembakaran biomass sisa-sisa tanaman semusim atau alang-alangdiasumsikan no1. Selain gas CO2 pembakaranbiomass ini akan menghasilkan gas rumah kacalainnya seperti CH4, N20, NOx, dan CO. Tanamanpadi juga melepaskan gas CH4 melaluidekomposisi bahan organik yang berlangsungsecara anaerobik akibat adanya penggenangan air.Dari sawah juga akan dihasilkan emisi gas rumahkaca lainnya dalam jumlah yang sangat kecilsehingga seringkali tidak diperhitungkan dalaminventarisasi gas rumah kaca.

Bakteri metanotrop yang ada pada lahansawah adalah satu-satunya mikroorganisme yangdapat menggunakan CH4 sebagai bagian prosesmetabolismenya untuk kemudian dirubah menjadiCO2. Dengan berat molekulnya yang ringan, gasCH4 juga mampu menembus sampai lapisanionosfir dimana terdapat senyawa radikal O3 yangberfungsi sebagai pelindung bumi dari seranganradiasi gelombang pendek ultra violet. (UV-B).Kehadiran gas CH4 pada lapisan dengan O3sehingga kandungannya berkurang. Metanaadalah salah satu gas yang menyebabkanpenipisan ozon bumi, oleh karena itu, gas rumah

kaca yang harus diwaspadai untuk diturunkanemisinya dari lahan sawah adalah metana. Prinsiputama dalam mengurangi emisi CH4 dari lahansawah adalah dengan merubah mekanismedekomposisi anaerobik bahan organik tanah kedekomposisi secara aerobik sehingga yangdihasilkan gas CO2. Sepeti halnya hukumkekekalan energi yang menyebutkan bahwa energitidak dapat diciptakan dan dimusnahkan tetapidapat mengalami perubahan dari bentuk energiyang satu ke bentuk yang lain. Untuk itu apabilasejumlah energi karbon dalam tanah dapat dirubahmenjadi CO2, maka upaya mitigasi emisi CH4 darilahan sawah dapat berlangsung karenamekanisme rosot CO2 lebih sederhanadibandingkan CH4. Beberapa teknologi sudahdihasilkan Balingtan untuk mendukung upaya iniantara lain: (1) mengganti cara pengairan sawahyang berterusan dengan cara pengairan terputusdapat mengurangi emisi CH4 sampai 78% (2)pemilihan varietas padi rendah emisi gas ini darilahan sawah. Penciri umum dari varietas tersebutadalah berumur genjah, efektif memanfaatkan hasilfotosintesis, jumlah anakan sedikit dan memilikikapasitas oksidasi perakaran yang kuat (Setyanto,2008).

Penggantian varietas Cisadane dengan WayApoburu dapat mengurangi emisi CH4 sebesar35% pada kondisi lahan yang sama. Secarakeseluruhan kajian di Balingtan menunjukkanbahwa penggantian varietas padi mampu menekanlaju emisi CH4 sebesar 10-66%. Pemakain bahanorganik yang sudah mengalami dekomposisi lanjutatau matang juga berperan menurunkan emisisebesar 10-25% dan (4) penggunaan herbisidadengan bahan aktif paraquat dan glifosat mampumenurunkan emisi metana secara nyata antara60-70% dibandingkan yang tidak menggunakanherbisida (Setyanto, 2008).

Pada sektor peternakan, proses fermentasiyang berlangsung di dalam lambung ternak sepertisapi, kerbau, kuda, kambing, domba akanmenghasilkan gas metan. Gas metan juga akan

Tabel 3. Emisi GRK dari sektor pertanian di Indonesia 1990 (Gg)

Sumber CH4 N2O CO NOX

Padi sawah 2.758,0 - - -Penggunaaan pupuk - 24,7 - -Pembakaran sisa tanaman 26,8 0,6 564,4 22,8Peternakan 864,4 - - -Total 3.649,2 25,5 564,4 22,8

Sumber : KLH (1996) dalam Subayono (2007)

Page 57: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 119

dihasilkan melalui proses dekomposisi kotoranternak yang berlangsung secara anaerobik. Selainmetan, nitrogen yang dikeluarkan dari ekresiternak (baik dalam urin maupun kotoran) melaluiproses denitrifikasi akan menghasilkan gas N2O(Setyanto, 2008).

Strategi Mitigasi dan Adaptasi TerhadapPerubahan Iklim pada Sektor Pertanian

a. MitigasiUpaya mitigasi merupakan hal yang sangat

penting dalam rangka memperbaiki perubahaniklim di masa yang akan datang, sebab jika tidakdilakukan dari sekarang, maka akibat yangditimbulkan akan sulit untuk ditangani terutamadi negara berkembang. Di Indonesia, KementerianPertanian telah mengembangkan beberapaalternatif inovasi teknologi untuk mitigasi perubahaniklim antara lain :

1. Mengembangkan varietas padi unggulrendah emisi gas rumah kacaPadi sawah termasuk salah satu sumber

utama emisi gas metan, dengan volume emisiberkisar antara 20-100 Tg CH4 per tahun (IPCC

1992). Indonesia dengan luas areal tanam padisawah 10,6 juta ha diperkirakan menyumbangsekitar 1% dari total emisi gas metan global (Neuecan Roger, 1993).

Emisi gas metan dari lahan sawah ditentukanoleh perbedaan sifat fisiologi dan morfologi varietaspadi. Kemampuan varietas mengemisi gas CH4bergantung kepada rongga aerenkhima, jumlahanakan, biomassa, sistem perakaran, danaktivitas metabolisme. Penelitian pada lahansawah tadah hujan menunjukkan, varietasCiherang, Cisantana, Tukad Balian, dan Way ApoBuru menghasilkan emisi gas CH4 yang rendah(Las, 2007b)

Khusus untuk emisi gas metana dari lahansawah, strategi utama dalam mengurangikapasitas laju produksi adalah dengan memilihvarietas dan teknik budi daya yang tepat. Tanamanpadi berperan aktif sebagai media pengangkutmetana dari lahan sawah ke atmosfer. Lebih dari90% metana diemisikan melalui jaringan aerenkimadan ruang interseluler tanaman padi, sedangkankurang dari 10% sisanya dari gelembung air.Kemampuan tanaman padi dalam mengemisimetana beragam, bergantung pada sifat fisiologisdan morfologis suatu varietas. Selain itu, masing-masing varietas mempunyai umur dan aktivitas

Tabel 4. Emisi metana dan hasil gabah beberapa varietas padi yang ditanam pada ekosistem berbeda

Ekosistem/varietas Emisi CH4 (kg/ha) Hasil (t/ha) Indeks produksipadi per kg

Lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujanDodokan 74 3,3 44,5Tukad Balian 115 5,1 44,3Maros 117 4,3 36,7Cisantana 124 5,4 43,5Muncul 127 4,6 43,5Way Apoburu 154 7,4 48,1Memberamo 173 7,4 42,8Ciherang 175 5,8 33,1IR 64 176 6,7 38,1Tukad Unda 185 5,3 28,6Batang Anai* 196 4,5 23,2Cisadane 218 6,4 29,4IR36 112 4,9 43,8Lahan sawah pasang surutMartapura 171 5,99 34,9Sei Lalan 153 6,75 42,2Indragiri 141 6,03 42,7Punggur 105 5,65 63,4

- *) Hanya berlaku satu musim- Sumber : Wihardjaka, et al (1997); Wihardjaka, et al (1997), dan Setyanto et al. (2004);

Page 58: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 120

akar yang berbeda yang erat kaitannya denganvolume emisi metana. Pemilihan varietas padi yangditanam di suatu daerah ditentukan oleh potensihasil panen, kondisi ekosistem, serta ketahananterhadap hama dan penyakit endemik serta kondisiekstrim. Hasil penelitian menunjukkan bahwasetiap varietas padi menghasilkan emisi metanayang berbeda-beda, sehingga penggunaan varietasyang tepat diharapkan dapat menekan emisimetana. Penekanan emisi metana denganmenanam varietas yang tepat merupakan pilihanyang paling mudah diterapkan petani. Apalagivarietas-varietas padi yang diintroduksikan kepetani mempunyai daya hasil yang tinggi atauminimal sama dengan varietas yang biasa ditanampetani. Hasil pengujian beberapa varietas padisawah irigasi, sawah tadah hujan maupun sawahpasang surut sejak tahun 1995 menunjukkanbahwa varietas Cisadane mengemisi metanapaling tinggi, sedangkan IR36 dan Dodokan palingrendah (Tabel 4). Cisadane diduga mempunyaikemampuan fotosintesis yang lebih baik darivarietas lain sehingga eksudat akar yang dihasilkanlebih mudah terdegradasi. Sebaliknya IR36 danDodokan diduga mempunyai kapasitaspengoksidasi akar yang lebih baik dari varietaslain sehingga konsentrasi oksigen di sekitar akarmeningkat dan metana teroksidasi secara biologisoleh bakteri metanotropik.

Hasil padi per kilogram metana dapatdigunakan untuk menghitung tingkat emisi metanayang dihasilkan oleh suatu varietas. Rasio antarahasil padi dan besarnya emisi metana (indeks)dapat digunakan untuk menduga besarnya emisimetana dalam satu musim (Tabel 4). WayApoburu, misalnya, mempunyai indeks 48,1.Dengan hasil gabah 5 t/ha maka dugaan emisimetana untuk Way Apoburu adalah 103,9 kg/ha/musim. Bila yang ditanam Tukad Unda (indeks28,6) maka emisi metana adalah 174,8 kg/ha/musim. Emisi metana ditentukan oleh karakteristiktanaman, diameter rongga aerenkima, eksudasiakar, daya oksidasi akar, serta pemupukan danpengaturan air. Hasil penelitian di Jakenan, PatiJawa Tengah, menunjukkan lama tumbuh tanamanjuga menentukan besarnya emisi metana darilahan sawah. Makin lama periode tumbuhtanaman, makin banyak eksudat dan biomassaakar yang terbentuk sehingga emisi metanamenjadi tinggi (Setyanto, 2006).

2. Inovasi Teknologi Pemupukan,Pengelolaan Tanah, dan AirEmisi gas metan dapat direduksi hingga

17,3% dengan penggunaan pupuk ZA, sedangkan

dengan pupuk urea pril hanya mereduksi 8,0%dibandingkan dengan pertanaman padi tanpapupuk urea. Selain pemupukan, teknologi budidayatanpa olah tanah mampu mereduksi laju emisi gasmetan 31,5-63,4% dibanding teknologi olah tanahsempurna. Demikian juga teknologi irigasiberselang (intermintten irrigation), selainmenghemat air, juga dapat mereduksi emisi gasmetan 34,3-63,8% dibandingkan denganpertanaman yang digenangi terus-menerus (Las,2007b).

Prinsip utama dalam mengurangi emisi CH4dari lahan sawah adalah dengan merubahmekanisme dekomposisi anaerobik bahan organiktanah ke mekanisme dekomposisi aerobiksehingga dihasilkan gas CO2. Hasil penelitianMulyadi et al. (2003) menunjukkan bahwa sistemtanam tanpa olah tanah (TOT) mengemisi CH4 lebihrendah dari sistem tanam olah tanah sempurna(OTS), yaitu 8,71 kg/ha/musim dan 9,31 kg/ha/musim. Emisi tertinggi terjadi pada sistem OTSdari residu pemberian kompos dan tanpa bahanorganik, yaitu 14,25 dan 12,99 kg/ha/musim.

Untuk sektor peternakan mitigasi gas GRKdapat dilakukan dengan beberapa alternatif antaralain :1. Penggunaan jerami tanaman untuk pakan2. Membuat biogas untuk menangkap 70%

energi biogass metan sebagai sumber energi3. Memberikan pakan tambahan berupa pro

biotik.

Fermentasi dari pencernaan ternak (entericfermentation) menyumbang sebagian besar emisigas metan yang dihasilkan peternakan. Biogassebagian besar mengandung gas metana (CH4),karbon dioksida (CO2), dan beberapa gas lainseperti hydrogen sulfida (H2S), ammonia (NH3),hydrogen (H2), dan nitrogen (Tabel 5). Energi yangterkandung dalam biogas tergantung darikonsentrasi metana (CH4). Semakin tinggikandungan metana maka semakin besarkandungan energi pada biogas (Anonimous, 1999).

Tabel 5. Komposisi gas yang terdapat di dalamBiogas

Jenis Gas Volume (%)

Methana (CH4) 40 - 70Karbondioksida (CO2) 30 - 60Hidrogen (H2) 0 - 1Hidrogen Sulfida (H2S) 0 - 3

Sumber : Anonimous 1998.

Page 59: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 121

Biogas memberikan solusi terhadap masalahpenyediaan energi dengan murah dan tidakmencemari lingkungan. Biogas memberikanperlawanan terhadap efek rumah kaca melalui :1) substitusi penggunaan bahan bakar fosil untukpenerangan, kelistrikan, memasak dan lainnya;2) Metan (CH4) yang dihasilkan secara alami olehkotoran yang menumpuk, pada instalasi BiogasCH4 diubah menjadi CO2 sehingga mengurangijumlah CH4 di udara.

b. AdaptasiInovasi teknologi adaptif menghadapi

perubahan iklim antara lain melalui aplikasikalender tanam (Las, 2007b). Kalender tanammenggambarkan potensi pola dan waktu tanamuntuk tanaman pangan,terutama padi, berdasarkanpotensi dan dinamika sumberdaya iklim dan air.Peta ini disusun untuk mendukung keberhasilanProgram Ketahanan Pangan Nasional danProgram Peningkatan Produksi Beras Nasional(P2BN), terutama dalam menghindari risikoanomali dan perubahan iklim. Kalender tanamdisusun berdasarkan kondisi pola tanam petanisaat ini (eksisting), dan tiga skenario kejadianiklim, yaitu tahun basah (TB), tahun normal (TN),dan tahun kering (TK) (Las, 2007b).

PENUTUP

Dengan meningkatnya ancaman dariperubahan iklim beberapa aksi yang perludiimplementasikan pada sektor pertanian sebagaiberikut:- Menerapkan sistem PTT (pengelolaan

tanaman terpadu) dan SRI (system of riceintensification), karena dapat menekan emisiNO2 rata-rata sebesar 39-45% dibandingkancara konvensional.

- Melakukan penggantian sistem pengairanterus tergenang ke pola berselang(intermittent) dalam satu musim tanam,karena dapat mengurangi emisi CH4 sampai78%.

- Melakukan pemilihan varietas padi rendahemisi GRK, yaitu varietas padi umur genjah,efektif memanfaatkan hasil fotosintesis danmemiliki kapasitas oksidasi perakaran yangkuat.

- Menggunakan bahan organik yang sudahmengalami dekomposisi untuk menurunkanemisi sebesar 10-25%.

- Menggugunakan herbisida dengan bahan aktifparaquat atau glifosat untuk menurunkanemisi metan 60-70%

- Melakukan prosessing limbah pertanian dankotoran ternak aerobik menjadi komposmaupun secara anaerobik (biogas) sebagaienergi untuk keperluan rumah tangga.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1998. Biogas. Sumber EnergiAlternatif yang Ramah Lingkungan . MajalahKampus Genta Edisi 117, Thn XXXIII /27 Maret1998 halaman 35-www.petra.ac.id/science/applied_technology/biogas98/biogas3.htm

Anonimous. 1999. PEMANFAATAN BIOGASSEBAGAI ENERGI ALTERNATIF http://www.w3.org/1999/xhtml. | dikti.org

Anonimous. 2007. National Action Plan AdressingClimate Change. State Ministry ofEnvironment, Republic of Indonesia.November 2007.

Boer, R. 2002. Masalah Gas Rumah Kaca :Hubungannya dengan Lingkungan Pertanian.Makalah Seminar Nasional PeningkatanKualitas lingkungan dan Produk Pertanian,Kudus 4 November 2002. Kerjasama LokaPenelitian Pencemaran lingkungan Pertaniandengan Fak. Pertanian Universitas MuriaKudus. Kudus

Boer, R and I, Las. 2008. Climate ChangeAdaptation and Mitigation of Indonesia FoodCrop Sector. Makalah Seminar Nasional danDialog Sumberdaya Lahan Pertanian, tanggal18-20 November 2008. Bogor.

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.2004.Laporan dampak kekeringan padapertanaman padi di Indonesia. Dalam Sutrisnodan Amien. Meraih Manfaat dari KeragamanIklim untuk Diversifikasi Pertanian. JurnalSumberdaya Lahan. Vol.1 No. 2 Desember2006. Balai Besar Penelitian danPengembangan Sumberdaya LahanPertanian. Bogor.

IPCC.2007. Climate Change 2007: Impacts,Adaptation and Vulnerability. Report of theIntergovernmental Panel on Climate Change.First Published.

Page 60: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 122

Kenji Watanabe. 2008. Japanese Global WarmingStrategy in Agriculture Sector its Planning andImplementation Process. Makalah SeminarNasional dan Dialog Sumberdaya LahanPertanian, tanggal 18-20 November 2008.Bogor.

Las, I. 2007a. Strategi dan Inovasi Perubahan Iklim.Sinar Tani, 7 Nopember 2007

Las, I. 2007b. Strategi dan Inovasi Perubahan Iklim.Sinar Tani (Bagian 2), 14 – 20 Nopember2007

Las, I., A. Unadi., E. Rontonuwu dan I. Amien.2008. Startegy and Roadmap to Cope withClimate Change in Agricultural Sector.Makalah Seminar Nasional dan DialogSumberdaya Lahan Pertanian, tanggal 18-20November 2008. Bogor.

Setyanto, P. 2008. Perlu Inovasi TeknologiMengurangi Emisi Gas Rumah Kaca dariLahan Pertanian. Sinar Tani, 23-29 April 2008

Setyanto, P. 2006. Warta dan Penelitian Pertaniandan Pengembangan Pertanian Vol. 28 No. 4.2006. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian. Jakarta.

Subagyono, K. 2007. Dampak Perubahan IklimTerhadap Pertanian. Makalah disampaikandalam Seminar Sehari KeanekaragamanHayati di Tengah Perubahan Iklim-Tantanganmasa Depan Indonesia. Jakarta, 28 Juni 2007.

UCAR.1994. El-Nino and Climate Prediction.Dalam Sutrisno dan Amien. Meraih Manfaatdari Keragaman Iklim untuk DiversifikasiPertanian. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol.1No. 2 Desember 2006. Balai Besar Penelitiandan Pengembangan Sumberdaya LahanPertanian. Bogor.

Page 61: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 123

DISTRIBUSI DAN PENYEBARAN SAPI BALI YANG MELAHIRKAN KEMBARDI KABUPATEN JEMBRANA

Nyoman Suyasa

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali

ABSTRAK

Peningkatan perkapita income dan jumlah penduduk di Indonesia menyebabkan terjadinya peningkatankualitas hidup yang mempengaruhi konsumsi protein hewani. Hal tersebut berdampak terhadap permintaandan konsumsi daging, termasuk daging sapi. Dilain pihak pertumbuhan populasi ternak sapi tidak mampumengimbangi laju permintaan sehingga menimbulkan kesenjangan dan terjadinya impor daging maupunternak. Dengan program percepatan pencapaian swasembada daging sapi dan kerbau (PSDSK), pemerintahbermaksud mengantisipasi agar pada tahun 2014 Indonesia berharap sudah mampu berswasembadadaging (sapi dan kerbau). Kelahiran sapi kembar merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkanproduktivitas, sehingga perlu dilakukan kajian untuk mengetahui lokasi keberadaan dan karakteristiknya.Sapi Bali yang melahirkan kembar di kabupaten Jembrana berjumlah 22 ekor, dimana 5 (22,72%) berjeniskelamin jantan-janatan, 12 (54,54%) berjenis kelamin betina-betina sedangkan 5 (22,72%) ekor lagi berjeniskelamin jantan-betina. Kelahiran kembar hasil dari perkawinan alami mencapai 19 ekor sedangkan hasildari IB (inseminasi buatan) hanya 3 ekor.

Kata kunci : kelahiran kembar, produktivitas, inseminasi buatan, karakteristik.

PENDAHULUAN

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yangberdampak langsung pada peningkatanpendapatan perkapita penduduk telahmenyebabkan meningkatnya permintaan dankonsumsi daging, termasuk daging sapi. Hal initampak jelas dari pertambahan jumlah sapi yangdipotong maupun daging sapi yang dikonsumsisecara nasional beberapa tahun terakhir. Dan sapipotong adalah penyumbang daging terbesar darikelompok ruminansia terhadap produksi dagingnasional (Suryana, 2009). Sementara disisi lainpertumbuhan populasi sapi secara nasional tidakmampu mengimbangi pertambahan konsumsimasyarakat, sehingga berakibat adanya kelebihanpermintaan (over demand) dibandingkanpenawaran (supply) (Setiyono, et al. 2007). Untukmengantisipasi terjadinya kesenjangan antarapermintaan dengan pasokan daging dalam negeri,pemerintah melalui Permentan No.59/Permentan/HK/060/8/2007. menerapkan program strategispercepatan pencapaian swasembada daging sapi(P2SDS). Dengan program ini diharapkan secarabertahap akan terjadi peningkatan produksi dagingsapi sehingga nantinya sampai padaswasembada.

Sapi Bali merupakan ternak primadona bagimasyarakat Bali khususnya dan juga banyakdipelihara oleh masyarakat diluar pulau Bali seperti

di Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Nusa TenggaraBarat dan daerah lainnya. Disamping karenamemiliki keunggulan karena produktivitasnya yangtinggi, sapi Bali merupakan ternak yang palingtahan terhadap kondisi lingkungan yang buruk(kekeringan, ketersediaan pakan yang terbatas,dll). Hal lain adalah bahwa daging sapi Balitermasuk daging yang banyak diminati olehkonsumen daging di pasar-pasar di Indonesia.

Dengan berjalannya waktu dari tahun ke tahunpermintaan akan sapi Bali terus mengalamipeningkatan. Dari 100 ribu ekor kuota yangdisiapkan per tahun , Bali hanya mampu memenuhisekitar 60 – 70 ribu ekor per tahun (Disnak Bali,2008). Ini menandakan bahwa peluang pasar untuksapi Bali masih sangat terbuka, hal ini jugamembuka peluang bagi usaha pengembangan sapipotong lokal (daerah) (Suryana, 2009), dansekaligus merupakan tantangan sekaligus peluangbagi peternak untuk meningkatkanproduktivitasnya.

Saat ini populasi sapi Bali mencapai 633.789ekor (Disnak Bali, 2007), dari total 323.928 tonproduksi daging nasional pada tahun 2005 hanya8.675 ton atau 2,68% saja yang berasal dari Bali.Jika ditinjau dari kebutuhan konsumsi daging sapisecara nasional, maka tampak ada selisih yangcukup besar antara permintaan dan penawaran.Keadaan ini merupakan peluang yang sangat baikbagi pengembangan usaha ternak sapi potong

Page 62: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 124

dalam rangka memenuhi kebutuhan daging sapi.Potensi pengembangan sapi potong untuk wilayahpropinsi Bali cukup besar, karena didukung olehpotensi pasar yang masih kekurangan serta makinmeningkatnya konsumsi daging sapi perkapita.Selain itu peluang pengembangan usaha inididukung oleh terjadinya perkembangan hargadaging sapi di Bali yang terjadi sejak 10 tahunterakhir, dimana secara konsisten terjadipeningkatan harga sekitar 5,26 – 23,8% pertahun(Parwati , I.A. dkk.2006).

Suatu pemikiran terobosan yang disampaikanoleh Kelompok Mahasiswa Fapet Jambi saat TemuIlmiah Mahasiswa Peternakan (TIMPI, 2004) yaitudengan cara membuat tingkat kelahiran sapi yangbiasanya satu ekor menjadi kembar dua (twin).Menurut Antara (2008), kelahiran sapi kembar twindapat terjadi dengan peluang yang sangat kecil,yaitu sekitar 0,01%. Kelahiran kembar dalamrangka peningkatan jumlah kelahiran secaranasional sudah menjadi kebutuhan, maka untukinventaris data kelahiran kembar di petani/peternakmaka perlu adanya study awal tentang daerah ataulokasi-lokasi petani/peternak yang mempunyaisapi beranak kembar melalui Pemetaan wilayah/lokasi dan karakteristik kelahiran kembar padasapi Bali. Adapun tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui dan membuat peta wilayahsebaran keberadaan sapi Bali yang melahirkankembar di Kabupaten Jembrana dankarakteristiknya.

METODOLOGI

Metode dasar yang digunakan dalampenelitian ini adalah metode explorasi (pemetaanwilayah) hasil akhir pengumpulan data berupalokasi atau peta tentang populasi dimana terjadinyasuatu kelahiran kembar, dan metoda deskriptif,yaitu untuk mendapatkan gambaran yang benarmengenai suatu obyek (Suparmoko, 1998).Metode penelitian deskriptif merupakan metodepenelitian yang bertujuan menemukanpengetahuan ilmiah umum (general), abstrak danuniversal. Mendiskripsi (melukiskan) sejumlahfenomena secara general melalui golongan-golongan, kategori-kategori dan klasifikasi padasejumlah variasi kondisi (Rusidi, 2000). Adapunpemecahan masalah tersebut dilakukan denganmengumpulkan data, menyusun danmenganalisisnya. Hasil akhir pengumpulan databerupa gambaran lengkap permasalahan yangdisajikan dalam bentuk tabel-tabel data dan

variabel-variabel yang dianalisis baik secarakualitatif maupun kuantitatif dengan statistiksebagai alat uji.

Penentuan Wilayah

Penentuan kabupaten ditentukan secarasengaja (purposive sampling) yaitu kabupatenJembrana yang ada di Bali, Pertimbangannyaadalah kabupaten Jembrana memiliki populasi sapiBali yang cukup tinggi diantara kabupaten yangada di Bali, sehingga menentukan untuk kawasanwilayah Bali. Langkah berikutnya adalah dilakukanpendataan dengan metoda explorasi bekerja samadengan dinas peternakan propinsi dan kabupatendimana kegiatan dilakukan.

Tehnik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data digunakan tiga macamteknik, yaitu :1. Wawancara

Merupakan tehnik pengumpulan data denganmengadakan interview atau memintaketerangan melalui daftar pertanyaan yangtelah dipersiapkan sebelumnya.

2. PencatatanMerupakan pengumpulan data dengan caramencatat seluruh data yang dibutuhkan untukpenelitian.

3. ObservasiMerupakan pengumpulan data dengan caramengamati secara langsung obyek penelitian.

Macam dan Sumber DataData yang dikumpulkan dalam penelitian ini

meliputi data primer dan data sekunder, yaitu :1. Data primer, merupakan data yang diperoleh

dengan cara mendatangi responden di lokasipenelitian dan melakukan wawancara secaralangsung dengan menggunakan daftarpertanyaan yang telah dipersiapkansebelumnya. Data primer itu meliputi JumlahTernak betina, berapa kali beranak, umurberanak, kejadian kelahiran kembar, sistemperkawinan, serta data lainnya sesuaikeperluan penelitian.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dariinstansi pemerintah (BPS, Dinas PeternakanPropinsi, Dinas Peternakan kabupatenJembrana).

Page 63: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 125

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemetaan dan distribusi Sapi Bali yangMelahirkan Kembar di Kabupaten Jembrana

Dari hasil survey yang dilakukan diperolehdata bahwa kelahiran kembar sapi Bali kabupatenJembrana terdapat 22 kelahiran sapi kembar di 5kecamatan yaitu kecamatan Melaya, Jembrana,Negara, Mendoyo, dan Pekutatan. Hal inimenunjukkan penyebaran terjadinya kelahirankembar merata terdapat di 5 kecamatan yangada di kabupaten Jembrana. Kelahiran kembarpada sapi Bali ini diamati dalam kurun waktu 5tahun terakhir dan ditemukan adanya 22 ekor indukyang melahirkan kembar. Walaupun kelahiranterjadi tidak merata seperti di kecamatan Melayaterjadi kelahiran kembar 7 ekor (31,82%),Kecamatan Jembrana 3 ekor (13,64%), sedangkandi kecamatan Negara 7 ekor juga (31,82%), dandi kecamatan Mendoyo hanya diperoleh kelahirankembar 2 ekor (9,09%) serta kecamatanPekutatan memeperoleh kelhiran kembar 3 ekor(13,64%). Dari grafik terlihat bahwa kelahirankembar di kabupten Jembrana di dominasi olehinduk yang dikawinkan pada sore hari. dimanakelahiran kembar terjadi pada induk sapi Bali yangdikawinkan pada sore hari yaitu sebanyak 15 ekor.Sedangkan yang dikawinkan pada pagi hari hanya5 ekor dan siang hari yang terendah yairu 2 ekor.Masih perlu dikaji lebih lanjut apakah waktuperkawinan dapat mempengaruhi kelahiran kembar?. Apabila dilihat dari kejadian kelahiran sapikembar di 8 kabupaten maka diperoleh bahwa sapiyang dikawinkan pada sore hari juga memperolehkelahiran sapi kembar terbanyak yaitu 47 ekor dari65 kejadian (72,31%) sedangkan yang dikawinkanpada siang hari hanya memperoleh 5 ekor (7,69%),dan yan dikawinkan pada pagi harinya memperoleh13 ekor (20%) kelahiran kembar.

Kelahiran kembar pada ternak sapi denganjenis kelamin jantan-jantan dan betina-betina, baikyang jantan maupun betina akan memilikikesamaan dengan anak yang dilahirkan tunggalyaitu mampu bereproduksi. Sedangkan kelahirankembar dengan jenis kelamin jantan-betina akanmenyebabkan terjadinya infertil (mandul), sehinggatidak dapat dijadikan induk dan hanya untuk dipotong (Puslitbangnak,2008).

Apabila diamati pada tabel 1 terlihat bahwapersentase hidup kelahiran kembar di kabupatenjembrana sangat tinggi yaitu 100%, yang berartisapi yang dilahirkan kembar di kabupatenjembrana dalam kurun waktu 5 tahun semuanyaberhasil hidup sampai berumur lepas sapih (6bulan), atau siap jual. Jauh lebih tinggi biladibandingkan dengan persentase hidup kelahirankembar di provinsi Bali yang hanya mencapai91,15%, yang berarti dari 100 ekor induk yangmelahirkan kembar (dengan anak yang dilahirkan200 ekor) 91,15 % diantaranya berhasil hidupsampai umur jual (lepas sapih) sedangkan 8,85%mati. Data ini juga menunjukkan bahwa persentasehidup dari kelahiran kembar tinggi dan hampirsama dengan persentase kelahiran tunggal.

Sistem Perkawinan Sapi Kelahiran Kembardi Kab. Jembrana

Selama ini pola perkawinan yang diterapkandi peternakan di Bali hanya 2 yaitu secara alamidan secara inseminasi buatan (IB), yang biasadilakukan oleh petugas IB yang berada dibawahpengawasan Dinas Peternakan Kabupaten. Untukkelahiran kembar ini sistem perkawinan jugaberagam, hal ini nampaknya banyak ditentukanoleh keberadaan petugas, luas wilayah,ketersediaan sarana dan prasarana dan komitmendaerah untuk menerapkan program-programpemerintah. Untuk kelahiran kembar ini daerah

Page 64: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 126

kabupaten Jembrana menemukan kejadiankelahiran kembar pada induk-induk yangdikawinkan secara IB hanya mencapai 3 ekorsedangkan sisanya 19 ekor lainnya dikawinkansecara alami. Ini artinya hanya 13,63% dari 22ekor induk yang melahirkan kembar yangdikawinkan secara IB sedangkan sisanya 86,36%dikawinkan secara alami. Hal ini dimungkinkanmengingat wilayah kabupaten Jembrana yang luasdan terbatasnya petugas IB di daerah tersebut.Banyaknya perkawinan ternak secara alami jugabanyak disebabkan seringnya terjadi kegagalanwaktu pelaksanaan perkawinan IB, yangdisebabkan kurang terampilnya petugas, jauhnyajarak antara petugas dengan lokasi ternak ataubahan dan alat yang kurang memadai. MenurutMardiana (2008), pemanfaatan IB untukmengawinkan induk sapi yang sedang birahiadalah sebagai solusi bagi daerah-daerah yangkekurangan pejantan unggul. Sedangkan untukkabupaten Jembrana, justru sebaliknya yaitu indukyang dikawinkan secara alami yang lebih banyakmelahirkan kembar.

Nampaknya induk yang dikawinkan secaraIB yang mampu melahirkan kembar memilikikesamaan nama strow yang digunakan sepertikejadian di kabupaten Tabanan. Sedangkan untukinduk-induk yang dikawinkan secara alami hanya2 induk yang memiliki pejantan yang sama yangterjadi di kabupaten Jembrana sedangkan indukyang lain menggunakan pejantan yang lain.

Kejadian kembar akan sangat dipengaruhioleh gen kembar yang ada pada induk dan jugaada pada pejantan, hal lain adalah kemungkinanterjadinya ovulasi lebih dari 1 pada induk yangmemungkinkan terjadinya pembuahan ganda.Litbang-Deptan (2009)

KESIMPULAN

- Distribusi kelahiran kembar di KabuatenJembrana terjadi merata di 5 kecamatan

- Persentase hidup kehairan kembar dikabupaten Jembrana sangat tinggi 100%, jauhlebih tinggi bila dibandingkan denganpersentase kelahiran kembar di tempat lain.

- Sistem perkawinan alami mendominasi biladibandingkan dengan system perkawinanmenggunakan IB ( 19 : 3)

SARAN

Kajian ini masih sangat dangkal sehinggaperlu dilakukan kajian-kajian yang lain sehinggapotensi sapi Bali diketahui secara komprehensifdan peningkatan populasi dan swasembada dagingsapi dapat terwujud.

DAFTAR PUSTAKA

Antara Made. 2008. Agribisnis Sapi Potong .JurnalSosial-Ekonomi Pertanian dan Agribisnis“SOCA” Kemitraan Agribisnis, Soca Vol.8 No.2:111 – 214 Juli 2008. ISSN : 1411-7177.

Bambang Sugeng. 2004. Sapi Potong. PenebarSwadaya. Jakarta.

Disnak Provinsi Bali. 2007. Informasi DataPeternakan Provinsi Bali Tahun 2007.

Tabel. 1. Perbandingan kejadian kelahiran kembar di kabupaten Jembrana dengan di Provinsi Bali.

Kabupaten Kejadian Jumlah Jenis kelamin PersentaseKelahiran Betina Hidup (%)Kembar Produktif Jantan- Jantan- Betina-(ekor) (ekor) jantan betina betina

(ekor) (ekor) (ekor)

Jembrana 22 16.868 5 5 12 100Bali 65 203.727 22 29 14 91,15

Page 65: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 127

Disnak Provinsi Bali. 2008. Informasi DataPeternakan Provinsi Bali Tahun 2008.

Guntoro, S. 2002. Membudidayakan Sapi Bali.Kanisius. Yogyakarta.

Hagerty, 2009. Makanan Berprotein Hewani PicuKemungkinan Anak Kembar. Kapan Lagi.com.http://www.kapanlagi.com/a/makanan-berprotein-hewani-picu-kemungkinan-anak-kembar.html (11 Februari 2009)

Herdis, Ida Kusuma, Maman Surachman dan EpihR. Suhana. 2009. Peningkatan Mutu danGenetik Sapi dengan Embryo Transfer.Mustang. Situs Praktisi Peternakan Nasional.http://www.mustang89.com/ (20 Juni 2009)

Litbang-Deptan. 2009. Berita. http//www.litbang-deptan.go.id/berita/one/731/2009 (14 Agustus2009)

Mardiana. 2008. Strategi Peningkatan JumlahAkseptor Inseminasi Buatan pada sapi Balidi Provinsi Bali. Thesis S2. IPB

Nawawrad. 2009. Perbaikan Produktivitas Sapi BaliMelalui Super Ovulasi Untuk MemacuKelahiran Kembar. http://nawawrad.wordpress.com/ ( 11 Februari 2009).

Parwati, I.A., Raiyasa, MD dan S. Guntoro. 2006.Analisa Finansial Introduksi Limbah Kopi pada

Penggemukan ternak Sapi di Dusun Satra,Bangli Prosiding Seminar Nasional SumberEnergi Baru dan alternatif sebagai Solusistrategis mendukung otonomi Daerah, 24-25Juni 2006 ISBN : 978-979-99881-3-3

Puslitbangnak. 2008. Sosialisasi sifat kembar(twinning) pada sapi. 19 Desember 2008.Pusat Penelitian dan PengembanganPeternakan.

Rusidi, H. 2000. Metodologi PenelitianMasyarakat. Modul MU. 19. PelatihanPemahaman Aspek Sosial BudayaMasyarakat Dalam Perencanaan danPenerapan Teknologi. Universitas Padjajaran,Bandung.

Suparmoko. 1998. Metode Penelitian Praktis. EdisiKetiga. BPFE. Yogyakarta.

Setiyono,P.B.WHE.,Suryahadi,T. Torahmat, danR.Syarief.2007. Strategi Suplementasi ProteinRansum Sapi Potong Berbasis Jerami dandedak Padi. Jurnal Ilmu Pengetahuan danTeknologi Peternakan 30 (3) : 207 – 217.

Suryana. 2009. Pengembangan Usaha Ternak SapiPotong Berorientasi Agribisnis dengan PolaKemitraan. Jurnal Litbang Pertanian, 28(1),Balai Pengkajian Kalimantan Selatan.

Page 66: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 128

akan dibebani ke penulis. Grafik hasil pengolahandata dikirim dalam file yang terpisah naskah ilmiahdan disertai nama program dan data dasarpenyusunan grafik. Pembahasan yang disajikanhendaknya memuat tafsir atas hasil yangdiperoleh dan bahasan yang berkaitan denganlaporan-laporan sebelumnya. Hindari mengulangpernyataan yang telah disampaikan pada metode,hasil dan informasi lain yang telah disajikan padapendahuluan.

3.7 Kesimpulan dan Saran : Disajikan secara terpisahdari hasil dan pembahasan.

3.8 Ucapan Terima Kasih : Dapat disajikan biladipandang perlu. Ditujukan kepada yangmendanai penelitian dan untuk memberikanpenghargaaan kepada lembaga mau punperseorangan yang telah membantu penelitianatau proses penulisan ilmiah.

3.9 Daftar Pustaka : disusun secara alfabetis menurutnama dan tahun terbit. Singkatan majalah/jurnalberdasarkan tata cara yang dipakai oleh masing-masing jurnal.

Contoh penulisan daftar pustaka :

Jurnal/Majalah :Lane M, Schoolcraft WB, Gardner DK. 1999. Vitrification of

mouse and human blastocysts using a novel cryoloopcontainerless technique. Fertl Steril 72(5): 1073-1078,

Buku :Ford RB, Mazzaferro, EM. 2006. Kirk and Bistner’r Handbook

of Veterinary Procedures and Emergency Treatment.8th ed. st louis, missouri: sounders elsevier.

Bab dalam buku :Johnson CA. 1995. Cystic endometrial hyperplasia,

pyometra, and infertility. In Ettinger SJ, Feldman EC.(Ed) Texbook of veternary internal Medicine, Diseasiof dog and cat. Tokyo: WB saunders Co. Pp 1636-1642.

AbstrakWilcox GE, Chadwick BJ, Kertayadnya G. 1994. Jembrana

disease virus: a new bovine lentivirus producing anacute severe clinical disease ini Bos javanicus cattle.Abstrak 3rd Internastional Congress on VeterinaryVirology, Switserland Sept. 4-7.

Prosidng KonferensiMuzzarelli R. 1990. Chitin and chitosan: Unique cationic

polysaccharides, In: Procceding Sympotium To-warda Carbohydrate Based Chemistry. Amies, France, 23-26 Oct 1989. Pp 199-231.

Tesis/DisertasiSaid S. 2003. Studies on fertilization of rat oocytes by

intrancytoplasmic sperm injection. (Disertation).Okayama: Okayama University.

4. Naskah dari artikel ulas balik (review), dan laporan kasussesuai dengan aturan yang lazim.

PEDOMAN BAGI PENULISBULETIN TEKNOLOGI PERTANIAN

1. Buletin Teknologi Pertanian memuat naskah ilmiah/semiilmiah dalam bidang pertanian dalam arti luas. Naskahdapat berupa : hasil penelitian, pengkajian, artikel ulasbalik (review). Naskah harus asli (belum pernahdipublikasikan) dan ditulis menggunakan bahasaIndonesia.

2. Naskah diketik dengan kertas berukuran A4. Naskahdiketik dengan 1.15 menggunakan program olah kataMS Word, huruf Arial ukuran huruf 12.

3. Tata cara penulisan naskah hasil penelitian hendaknyadisusun menurut urutan sebagai berikut : judul, identitaspenulis, abstrak, pendahuluan, materi dan metode, hasildan pembahasan, kesimpulan dan saran, ucapan terimakasih, dan daftar pustaka. Gambar dan tableditempatkan pada akhir naskah, masing-masing padalembar berbeda. Upayakan dicetak hitam putih 1.15spasi, dan keseluruhan naskah tidak lebih dari sepuluhhalaman.3.1 Judul : Singkat dan jelas (tidak lebih dari 14 kata),

ditulis dengan huruf besar.3.2 Identitas penulis : Nama ditulis lengkap (tidak

disingkat) tanpa gelar. bila penulis lebih dariseorang, dengan alamat instansi yang berbeda,maka dibelakang setiap nama diberi indeks angkaarab. Alamat penulis ditulis di bawah nama penulisnama penulis, mencakup laboratorium, lembaga,dan alamat indeks dengan nomor telpon/faksimilidan e-mail. indeks tambahan diberikan padapenulis yang dapat diajak berkorespondensi(corresponding author).

3.3 Abstrak : Ditulis dalam bahasa indonesia danbahasa Inggris. Abstrak dilengkapi kata kunci (keywords) yang diurut berdasarkan kepentingannya.Abstrak memuat ringkasan naskah, mencakupseluruh tulisan tanpa mencoba merinci setiapbagiannya. Hindari menggunakan singkatan.Panjang abstrak maksimal 250 kata.

3.4 Pendahuluan : Memuat tentang ruang lingkup, latarbelakang tujuan dan manfaat penelitian. Bagianini hendaknya membeikan latar belakang agarpembaca memahami dan menilai hasil penelitiantanpa membaca laporan-laporan sebelumnyayang berkaitan dengan topik. Manfaatkanlahpustaka yang dapat mendukung pembahasan.

3.5 Metode Penelitian : Hendaknya diuraikan secararinci dan jelas mengenai bahan yang digunakandan cara kerja yang dilaksanakan, termasukmetode statiska. Cara kerja yang disampaikanhendaknya memuat informasi yang memadaisehingga memungkinkan penelitian tersebut dapatdiulang dengan berhasil.

3.6 Hasil dan Pembahasan : Disajikan secarabersama dan pembahasan dengan jelas hasil-hasil penelitian. Hasil penelitian dpat disajikan dlambentuk penggunaan grafik jika hal tersebut dapatdijelaskan dalam naskah. Batas pemakain foto,sajikan foto yang jelas menggambarkan hasil yangdiperoleh. Gambar dan table harus diberi nomordan dikutip dalam naskah. Foto dapat dikirimdengan ukuran 4 R. Biaya pemuatan foto bewarna

Page 67: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN, Volume 10 No. 30, Agustus 2012 129

CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

Bul. Tek&InfoPertanian Vol. 10 No. 30 Hal. 63-127 DenpasarAgustus 2012 ISSN: 1693 - 1262

Page 68: DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2012.pdf · Kajian dilaksanakan di lahan sawah milik petani seluas

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN

Volume 10 Nomor 30, Agustus 2012

ISSN 1693 - 1262

TABLE OF CONTENT

DAYA HASIL VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI 6 DI BEBERAPASUBAK DI KABUPATEN TABANAN BALIS.A.N. Aryawati ......................................................................................................................... 63-68

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG DAN PRODUKTIVITASPADI INPARI 7 PADA BEBERAPA JARAK TANAMDelly Resiani .............................................................................................................................. 69-73

PEMANFAATAN DEDAK KULIT KOPI UNTUK PAKAN TAMBAHAN PADA INDUKSAPI BUNTING MENINGKATKAN BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH DAN MEMPERPENDEKCALVING INTERVALNi Luh Gede Budiari ................................................................................................................... 74-78

SIFAT KEMIS LIMBAH KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIBERI ARASKONSENTRAT DAN HIJAUAN BERAGAMAnak Agung Ngurah Badung Sarmuda Dinata ........................................................................... 79-84

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETERNAK MELAKUKANVAKSINASI FLU BURUNG PADA AYAM RAS PETELUR DI BALIJemmy Rinaldi, Suharyanto dan I Made Rai Yasa ...................................................................... 85-90

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI INPARI 10 PADA PERLAKUAN BENIHDAN SISTEM TABELA BERBEDA DI SUBAK SELAT, KLUNGKUNG BALIPutu Suratmini dan Made Swijana .............................................................................................. 91-94

SKENARIO PENYEDIAAN PAKAN MENDUKUNG PENGEMBANGAN SAPI BALIDI LAHAN MARGINAL (STUDI KASUS KECAMATAN GEROKGAKKABUPATEN BULELENG BALI)I Made Rai Yasa .......................................................................................................................95-104

PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH PISANG KEPOK(Musa paradisiaca normalis) TERHADAP MUTU TEPUNG YANG DIHASILKANDewa Ayu Puspawati dan Desak Nyoman Budiningsih ............................................................ 105-109

PENGARUH PEMBERIAN KULIT KOPI TERFERMENTASI DAN LEGUMINOSATERHADAP PERTUMBUHAN KAMBING PERANAKAN ETAWAHI Made Londra ......................................................................................................................... 110-114

DAMPAK DAN UPAYA MENGATASI PERUBAHAN IKLIM GLOBALPADA SEKTOR PERTANIANAANB Kamandalu dan I Made Rai Yasa ................................................................................ 115-122

DISTRIBUSI DAN PENYEBARAN SAPI BALI YANG MELAHIRKAN KEMBARDI KABUPATEN JEMBRANANyoman Suyasa ...................................................................................................................... 123-127