Daya Dukung Zona Pemanfaatan Kawasan Konservasi...

13
Daya Dukung Zona Pemanfaatan Kawasan Konservasi Lamun Untuk Wisata Bahari Di Desa Pengudang Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan Use Zone Capability in Seagrass Conservation Areas For Marine Tourism Village Sebong Pengudang Teluk Bintan Regency Diyanika Purwaningsih 1 , Dr. Ir. Hj. Khodijah, M.Si 2 , Fitria Ulfah, SP, MM 2 Mahasiswa 1 , Dosen Pembimbing 2 Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji e-mail : [email protected] ABSTRAK Penelitian terhadap lamun ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekologi kawasan konservasi padang lamun dan zona pemanfaatan, kesesuian dan daya dukung kawasan konservasi lamun untuk kegiatan wisata bahari serta mengetahui pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap lamun dan wisata bahari. Metode kondisi ekologi kawasan konservasi padang lamun dianalisis berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 200 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun. Pengambilan titik sampling lamun diambil pada tiga stasiun yang dipilih secara purposive sampling. Hasil pengamatan ditemui 8 jenis lamun, yaitu Syringodium isotofolium, Halophila ovalis, Halodule pinifolia, Halodule uninervis, Cymodocea rotunda,Cymodocea serrulata, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides. Hasil perhitungan kesesuaian untuk wisata bahari untuk wisata lamun pada stasiun 1 kategori S2 (sesuai), stasiun 2 kategori S1 (sangat sesuai), stasiun 3 kategori S1 (sangat sesuai). Hasil perhitungan daya dukung kawasan untuk wisata bahari didapatkan hasil 120 pengunjung/hari Kata kunci: lamun, desa pengudang, kondisi ekologi lamun, daya dukung kawasan

Transcript of Daya Dukung Zona Pemanfaatan Kawasan Konservasi...

Daya Dukung Zona Pemanfaatan Kawasan Konservasi

Lamun Untuk Wisata Bahari Di Desa Pengudang

Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan

Use Zone Capability in Seagrass Conservation

Areas For Marine Tourism Village Sebong Pengudang Teluk Bintan

Regency

Diyanika Purwaningsih1, Dr. Ir. Hj. Khodijah, M.Si

2, Fitria Ulfah, SP, MM

2

Mahasiswa1, Dosen Pembimbing

2

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Universitas Maritim Raja Ali Haji

e-mail : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian terhadap lamun ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekologi

kawasan konservasi padang lamun dan zona pemanfaatan, kesesuian dan daya

dukung kawasan konservasi lamun untuk kegiatan wisata bahari serta mengetahui

pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap lamun dan wisata bahari. Metode

kondisi ekologi kawasan konservasi padang lamun dianalisis berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 200 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku Kerusakan dan

Pedoman Penentuan Status Padang Lamun.

Pengambilan titik sampling lamun diambil pada tiga stasiun yang dipilih

secara purposive sampling. Hasil pengamatan ditemui 8 jenis lamun, yaitu

Syringodium isotofolium, Halophila ovalis, Halodule pinifolia, Halodule

uninervis, Cymodocea rotunda,Cymodocea serrulata, Thalassia hemprichii,

Enhalus acoroides. Hasil perhitungan kesesuaian untuk wisata bahari untuk

wisata lamun pada stasiun 1 kategori S2 (sesuai), stasiun 2 kategori S1 (sangat

sesuai), stasiun 3 kategori S1 (sangat sesuai). Hasil perhitungan daya dukung

kawasan untuk wisata bahari didapatkan hasil 120 pengunjung/hari

Kata kunci: lamun, desa pengudang, kondisi ekologi lamun, daya dukung

kawasan

ABSTRACK

The aim of the researches are to determine the ecology of seagrass

conservation and utilization zone, suitability and carrying capacity of seagrass

conservation area for marine tourism activities and to know the perception and

attitude towards seagrass and marine tourism. The methods of ecological

conditions of the conservation area of seagrass beds analyzed based on

Government Regulation No. 200 of 2004 on Baku Damage Criteria and

Guidelines for Determination of Status of Seagrass.

Intake of sampling points seagrass taken at three stations selected by

purposive sampling. Observations found 8 species of seagrasses, namely

Syringodium isotofolium, Halophila ovalis, Halodule pinifolia, Halodule

uninervis, Cymodocea rotunda, Cymodocea serrulata, Thalassia hemprichii,

Enhalus acoroides. The result of the calculation of suitability for marine tourism

for seagrass travel at station 1 category S2 (as appropriate), station 2 category S1

(very appropriate), station 3 categories S1 (very appropriate). The result of the

calculation of the carrying capacity of the region to travel 120 nautical showed

visitors/day.

Keywords: seagrass, pengudang village, ecological conditions seagrass, carrying

capacity

PENDAHULUAN

Provinsi Kepulauan Riau

merupakan salah satu kepulauan yang

berada di Indonesia. Salah satu pulau

yang memiliki potensi sumberdaya

alam pesisir yang baik adalah Pulau

Bintan yang memiliki luas wilayah

88.038,54 km2. Beberapa daerah di

Pulau Bintan masuk ke dalam

Kawasan Konservasi Perairan Daerah

yang ditetapkan dalam Keputusan

Bupati Bintan Nomor 36/VIII/2007.

Salah satu kawasan yang termasuk

dalam Kawasan Konservasi Perairan

Daerah Kabupaten Bintan merupakan

Desa Pengudang, Kabupaten Bintan,

yang dijadikan sebagai kawasan

konservasi lamun. Adanya kawasan

tersebut bersinergi dengan program

Trismades (Trikora Seagrass

Management Demonstration) di

pantai timur Pulau Bintan, Kepulauan

Riau yang mendapat dukungan

pendanaan dari Program Lingkungan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP)

dan baru dimulai tahun 2008.

Program tersebut merupakan program

pengelolaan padang lamun berbasis

masyarakat yang pertama di

Indonesia (Notji. 2010).

Dengan adanya zona

pemanfaatan di kawasan konservasi

lamun di Desa Pengudang,

merupakan salah satu potensi

penunjang kegiatan ekowisata. Desa

Pengudang yang menyajikan

keindahan alam seperti pemandangan

matahari terbenam (sunset) serta

wisata ke pulau Sumpat yang hanya

dapat dilalui saat surut dan melewati

hamparan padang lamun dapat

dijadikan suatu daya tarik tersendiri.

Selain itu, adanya kawasan konservasi

lamun dapat dijadikan sarana

pembelajaran dan dapat menjaga

lingkungan alam laut, sebagaimana

yang dikemukakan Yoeti (2000),

bahwa ekowisata merupakan jenis

pariwisata yang berwawasan

lingkungan, dengan melalui aktivitas

yang berkaitan dengan alam dan

lingkungannya sehingga membuat

tergugah untuk mencintai alam.

Tujuan dari penelitian ini

yaitu untuk mengetahui gambaran

secara umum mengenai kondisi

ekologi kawasan konservasi dan zona

pemanfaatan padang lamun,

mengetahui kesesuaian dan daya

dukung kawasan konservasi lamun

sebagai area wisata bahari,

mengetahui pengetahuan dan sikap

masyarakat terhadap lamun dan

wisata bahari.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan

dilaksanakan pada Maret-Juli 2015.

Pelaksanaan penelitian berlokasi

Kawasan Konservasi Padang Lamun

di Desa Pengudang, Kecamatan Teluk

Sebong, Kebupaten Bintan, Provinsi

Kepulauan Riau.

Peta Lokasi Penelitian

Sumber : Peta Base Map Bintan Lab

SIK FIKP UMRAH

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Adapun penetuan stasiun yaitu :

Stasiun 1 terletak bakau

terang pada titik koordinat

N 01011’35,5

” dan E

1040 32

’ 02,3”. Bakau terang

merupakan daerah fishing

grown dan jalan menuju pulau

Sumpat yang merupakan salah

satu kunjungan wisata.

Stasiun 2 Daerah

Perlindungan Laut Desa

Pengudang pada titik

koordinat N 010 10’ 35,6’’ dan

E 1040 31’ 05,3’’. Lokasi ini

di kenal dengan sebutan Suak

Maheng yang merupakan zona

inti dari DPPL Desa

Pengudang, yang pada zona

ini dihimbau untuk tidak

melakukan aktifitas apapun.

Stasiun 3 terletak di resort

pengudang, pada titik

koordinat N 010 10’ 11,7’’ dan

E 1040 30’ 07,1’’. Lokasi ini

merupakan kawasan

penginapan yang masih aktif

di Desa Pengudang.

Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang

digunakan dalam dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Bahan

No Alat dan Bahan Kegunaan

1 Parameter lingkungan perairan

Secchi disc Kecerahan

Grab sampler Substrat

Pelampung Kecepatan arus

Tali Kecerahan

Papan skala Kedalaman

2 Pengukuran Lamun

Kuadran 1x1 m Pengambilan data lamun

Kantong sampel Tempat sampel lamun dan subtract

Kertas Label Memberi nama pada sampel

Buku Identifikasi Lamun Mengetahui jenis lamun

GPS Penentuan area pengambilan sampel

Lembar Kuisioner Mengetahui daya dukung sebagai

kawasan wisata

Tissue Mengeringkan alat

Kamera Digital Mendokumentasikan penelitian

Metode pengumpulan data dilakukan

menggunakan metode survey,

dimana data yang didapat dari data

primer dan sekunder. Data primer

diambil dari hasil pengukuran dan

pengamatan langsung di lapangan,

serta wawancara dalam bentuk

kuisioner atau penyebaran daftar

pertanyaan sesuai dengan kebutuhan

data yang diperlukan. Data sekunder

diambil dari penelusuran hasil-hasil

survey sebelumnya, data statistik,

maupun berbagai laporan yang ada

serta dokumen-dokumen penunjang

lainnya yang terkait dengan kondisi

umum wilayah penelitian di Desa

Pengudang.

Penentuan titik sampling

pengamatan lamun akan dilakukan

dengan metode transek dan metode

petak contoh (Transek Plot), yaitu

metode pencuplikan contoh populasi

suatu komunitas dengan pendekatan

petak contoh yang berada pada garis

yang ditarik melewati wilayah

ekosistem tersebut (KEPMEN LH

No. 200 Tahun 2004). Pengamatan

persentase tutupan lamun dilakukan

pada 3 stasiun yang mewakili dilihat

dari aktivitas dan pemanfaatan yang

terjadi disekitar stasiun.

ANALISA DATA

1. Jenis Lamun

Identifikasi jenis lamun

mengacu pada KEPMEN LH No.

200 Tahun 2004 dengan pengamatan

langsung di lapangan dan dilakukan

pada setiap transek kuadran. Untuk

identifikasi jenis lamun dengan cara

mengambil sampel daun beserta akar

yang terdapat pada plot.

2. Penutupan Jenis

Penutupan jenis merupakan

perbandingan antara luas areal yang

ditutupi oleh jenis lamun. Penutupan

jenis lamun dapat dihitung

berdasarkan KEPMEN LH 200

Tahun 2004:

C =

Dimana : C = presentase penutupan

jenis lamun ke i

Mi = presentase titik tengah dari

kelas kehadiran jenis lamun ke-i,

Fi = Frekuensi munculnya kelas

penutupan jenis,

f = banyaknya sub petak dimana

kelas kehadiran jenis lamun i sama.

3. Analisi Kesesuaian Wisata

Rumus yang digunakan untuk

kesesuaian wisata pantai dan wisata

bahari:

IKWB = ∑

x 100%

Dimana:

IKWB = Indeks Kesesuaian Wisata

Ni = Nilai parameter ke-i

(Bobot x Skor)

Nmaks = Nilai maksimum dari suatu

kategori wisata

Tabel 2. Matriks kesesuaian lahan untuk ekowisata bahari kategori wisata

lamun

No Parameter Bobot Kategori S1 Skor Kategori S2 Skor Kategori

S3

Skor Kategori

SN

Skor

1 Tutupan Lamun (%)

5 >75 4 >50-75 3 25-50 2 <25 1

2 Kecerahan

Perairan (%)

4 >75 4 >50-75 3 25-50 2 <25 1

3 Jenis Ikan 4 >10 4 6-10 3

3-5 2 <3 1

4 Jenis Lamun 4 Cynodocea Halodule

Halophila

4 Syringodium Thalassodendrom

3 Thalasia 2 Enhalus 1

5 Jenis Subtrat 3 Pasir berkerang

4 Pasir 3 Pasir Berlumpur

2 Lumpur 1

6 Kecepatan

Arus (cm/dt)

3 0-15 4 >15-30 3 >30-50 2 >50 1

7 Kedalaman

(m)

3 1-3 4 >3-6 3 >6-10 2 >10 1

4. Analisis Daya Dukung Kawasan

Wisata Bahari

Analisa daya dukung

ditujukan pada pengembangan wisata

bahari dengan memanfaatkan potensi

sumberdaya pesisir, pantai dan

pulau-pulau kecil secara lestari.

Metode yang diperkenalkan untuk

menghitung daya dukung

pengembangan ekowisata alam

dengan menggunakan konsep Daya

Dukung Kawasan (Yulianda, 2010)

dengan rumus:

DDK = K x

x

Dimana:

DDK = Daya Dukung Kawasan

K = Potensi ekologis

pengunjung per satuan unit area

Lp = Luas area atau panjang area

yang dapat dimanfaatkan

Lt = Unit area untuk kategori

tertentu

Wt = Waktu yang disediakan

oleh kawasan untuk kegiatan wisata

per hari

Wp = Waktu yang dihabiskan

oleh pengunjung untuk setiap

kegiatan tertentu

Potensi ekologis untuk wisata

lamun yaitu jumlah pengunjung 1

orang disetiap 100 m x 5 m dalam

unit area 500 m2 (Yulianda, 2010).

Pengusahaan kegiatan wisata dalam

kawasan konservasi diatur oleh PP

No. 18/1994 tentang Pengusahaan

Pariwisata Alam di Zona

Pemanfaatan Taman Nasional dan

Taman Wisata Alam, maka areal

yang diizinkan untuk dikembangkan

adalah 10% dari luas zona

pemanfaatan. Dengan demikian daya

dukung kawasan dalam kawasan

konservasi perlu dibatasi dengan

Daya Dukung Pemanfaatan (DDP)

dengan rumus (Yulianda, 2010):

DDP = 0,1 x DDK

Dimana:

DDP = Daya Dukung Pemanfaatan

DDK = Daya Dukung Kawasan.

5. Analisis Kondisi Sosial-Ekonomi

Masyarakat

Analisis kondisi sosial-

ekonomi masyarakat dilakukan

melalui dua tahapan, yaitu (Tuwo,

2011):

a. Studi pendahuluan

Studi pendahuluan mencakup

pengambilan dan pengumpulan data

sekunder yang sudah tersedia. Data

sekunder yang dicari pada studi

pendahuluan meliputi informaai

umum tentang berbagai kondisi

sosial-ekonomi masyarakat yang

bersumber dari data statistik dan

hasil penelitian sebelumnya serta

sumber informasi dan data lainnya.

b. Survei dan verifikasi data di

lapangan

Kegiatan survei dan verifikasi

di lapangan bertujuan untuk

membuktikan, memvalidasi dan

melengkapi data yang telah diperoleh

dari hasil kegiatan studi

pendahuluan, dengan pengambilan

data primer dan sekunder di lokasi

survei. Metode yang digunakan pada

kegiatan survei dan verifikasi data di

lapangan terdiri dari literature,

sensus, kuisioner, wawancara, survey

fisik, dan dokumentasi visual.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Ekologi Kawasan

Konservasi Lamun di Desa

Pengudang

1. Jenis Lamun

Pada perairan laut Desa

Pengudang ditemukan 8 jenis spesies

lamun yang tersebar pada ketiga titik

stasiun penelitian Jenis yang

ditemukan dan penyebarannya dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Sebaran Lamun di Perairan Desa Pengudang

No Jenis yang dijumpai Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

1 Syringodium isotifolium + + +

2 Halophila ovalis + + -

3 Halodule pinifolia + + +

4 Halodule uninervis + + +

5 Cymodocea rotundata + + +

6 Cymodocea serrulata + + +

7 Thalassia hemprichii + + +

8 Enhalus acoroides + + +

Sumber : Data Primer (2015)

Keterangan: + Terdapat lamun jenis i

- Tidak terdapat lamun jenis i

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui

pada setiap stasiun memiliki jenis

lamun yang sama.

2. Persentase Tutupan Lamun di

Desa Pengudang

Persentase tutupan jenis

lamun dimaksudkan untuk

memperoleh nilai persentase dari

penutupan lamun sehingga dapat

diketahui status padang lamun pada

suatu wilyah yang mewakili.

Berdasarkan KepMen LH No. 200

Tahun 2004, penentuan status

padang lamun dikategorikan menjadi

2 kategori yaitu baik dan rusak

dengan 3 status kondisi penutupan.

Tabel 4. Persentase Tutupan Lamun di Desa Pengudang No Jenis lamun Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

1 Syringodium isotifolium 18.58 32.3 62.16

2 Halophila ovalis 6.84 5.12 0

3 Halodule pinifolia 1.74 10.99 40.81

4 Halodule uninervis 2.27 2.26 5.48

5 Cymodocea rotundata 0.06 32.77 7.7

6 Cymodocea serrulata 1.76 0.29 0.33

7 Thalassia hemprichii 14.16 58.57 54.43

8 Enhalus acoroides 5.14 32.7 12.73

Sumber: Data Primer (2015)

3. Kondisi Perairan Desa

Pengudang

Pengukuran parameter

kualitas air dilakukan pada ketiga

stasiun pada titik yang dianggap

mewakili. Adapaun hasil pengukuran

kualitas air dapat dilihat pada Tabel

5.

Tabel 5. Hasil Pengukuran Kualitas Lingkungan Perairan di Desa

Pengudang

No Parameter Stasiun

1 2 3

1 Kecerahan (%) 100 % 100 % 100 %

2 Kecepatan Arus (cm/dt) 1.96 3.25 4.02

3 Kedalaman (m) 0.24 0.36 0.45

4 Jenis Substrat Pasir Pasir Pasir

Sumber: Data Primer (2015)

B. Kesesuaian dan Daya Dukung

Kawasan Untuk Wisata Lamun

1. Kesesuian Kawasan Untuk

Wisata Lamun

Analisis kesesuaian perairan untuk

wisata lamun diukur berdasarkan

beberapa parameter perairan yaitu

persen tutupan lamun, kecerahan

perairan, jenis ikan, jenis lamun,

jenis substrat, kecepatan arus dan

kedalaman.

Tabel 6. Kesesuaian Kawasan Untuk Wisata Lamun St Tutupan

Lamun (%)

Kecerahan

Perairan (%)

Jenis

Ikan/kerang

Jenis Lamun Jenis

Substrat

Kec. Arus

(cm/dt)

Kedalaman

(m)

IKW (%) Kategori

1 18.58 % 100 % 8 Syringodium Pasir 1.96 0.24 75 % S2

2 58.57 % 100 % 11 Thalassia Pasir 3.25 0.36 84.62 % S1

3 62.16 % 100 % 7 Syringodium Pasir 4.02 0.45 84.62 % S1

Sumber: Data Primer (2015)

2. Daya Dukung Kawasan Untuk

Wisata Bahari

Nilai daya dukung kawasan pada

penelitian dihitung berdasarkan nilai

baku yang terdapat pada Yulianda

(2010), yaitu K=1, Wt=12 jam/hari,

Wp= 4 jam/hari, Lt= 500m2

dan nilai

Lp didapatkan dari peta sebaran

lamun sebesar 180.654 m2 sehingga

diperoleh nilai DDK sebesar 120

pengunjung/hari.

Menurut Yulianda (2010),

pengusahaan kegiatan wisata dalam

kawasan konservasi diatur oleh PP

No. 18/1994 tentang Pengusahaan

Pariwisata Alam di Zona

Pemanfaatan Taman Nasional dan

Taman Wisata Alam, maka areal

yang diizinkan untuk dikembangkan

adalah 10% dari luas zona

pemanfaatan. Dengan demikian daya

dukung kawasan dalam kawasan

konservasi perlu dibatasi dengan

Daya Dukung Pemanfaatan (DDP),

sehingga didapatkan nilai DDP untuk

desa Pengudang sebesar 12

orang/hari.

C.mPengetahuan dan Sikap

Masyarakat Terhadap

Ekowisata Bahari Berbasis

Konservasi Lamun

Wawancara terhadap

masyarakat tentang pengetahuan dan

sikap masyarakat dilakukan terhadap

65 orang responden. Pengetahuan

masyarakat dilihat dari pengetahuan

masyarakat tentang lamun,

konservasi lamun, kondisi lamun,

pengunjung serta wisata bahari.

Sikap masyarakat Desa Pengudang

untuk melihat bagaimana sikap

masyarakat terhadap kawasan

konservasi lamun, pengembangan

wisata.

Tabel 7. Hasil Kuisioner Pengetahuan dan Sikap Masyarakat

No Pertanyaan Jawaban Jumlah Persentase

(%)

1 Pengetahuan

Masyarakat Pengetahuan masyarakat

tentang lamun Tahu 65 100

Tidak

tahu

0 0

Ragu-

ragu

0 0

Pengetahuan masyarakat

tentang adanya kawasan

konservasi lamun

Tahu 58 88

Tidak

tahu

0 0

Ragu-

ragu

7 11

Kawasan konservasi

lamun sudah teraga

dengan baik

Ya 41 63

Tidak 14 22

Ragu-

Ragu

10 15

Pengetahuan masyarakat

tentang wisata bahari

Tahu 4 94

Tidak

tahu

61 6

Ragu-

ragu

0 0

Aktivitas wisatawan yang

berkunjung akan

mengganggu

kenyamanan, keamanan

serta keadaan sosial

masyarakat

Ya 57 88

Tidak 9 12

Ragu-

Ragu

0 0

2 Sikap

Masyarakat

Kawasan lamun diadikan

kawasan pengembangan

kegiatan wisata bahari

Setuju 59 91

Tidak

Setuju

6 9

Ragu-

Ragu

0 0

Sumber: Data Primer (2015)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Desa Pengudang memiliki

sumberdaya lamun yang cukup

tinggi, ditemukan 8 jenis lamun dari

12 jenis yang dijumpai di Indonesia.

Jenis lamun tersebut antara lain

Halodule uninervis, Halodule

pinifolia, Cymodocea serrulata,

Cymodocea rotundata, Halophila

ovalis, Syringodium isotifolium,

Enhalus acoroides, Thalassia

hemprichii. Berdasarkan hasil

perhitungan, persentase tutupan

lamun di Desa Pengudang di stasiun

2 dan 3 termasuk dalam kategori

kurang kaya/kurang sehat dan stasiun

1 berada pada kategori miskin.

Hasil Daya Dukung Kawasan

(DDK) untuk wisata lamun di Desa

Pengudang sebesar 120 orang/hari

dan Daya Dukung Pemanfaatan

(DDP) sebesar 12 orang/hari. Desa

Pengudang merupakan kawasan

konservasi lamun, sehingga

sebagaimana yang diatur dalam PP

No. 18/1994 tentang Pengusahaan

Pariwisata Alam di Zona

Pemanfaatan Taman Nasional dan

Taman Wisata Alam, maka areal

yang diizinkan hanya 10% dari zona

pemanfaatan. Untuk kesesuaian

wisata, Desa Pengudang masuk

dalam kategori S1 (sangat sesuai)

dan S2 (sesuai).

Melalui hasil wawancara

kepada nelayan, dapat diketahui

masyarakat Desa Pengudang

umumnya mengetahui tentang lamun

dan konservasi lamun, akan tetapi

sedikit yang mengetahui tentang

wisata bahari. Masyarakat Desa

Pengudang dominan setuju dengan

adanya pengembangan kegiatan

wisata bahari di desa tersebut.

Masyarakat juga berpendapat jika

kondisi lamun di kawasan konservasi

masih terjaga kelestariannya dan

sebagian besar nelayan tidak merasa

terganggu dengan adanya aktifitas

yang dilakukan oleh pengunjung.

B. Saran

Aktifitas wisata pengunjung

dapat dipantau oleh pengelola, akan

lebih baik jika dalam pengembangan

wisata di Desa Pengudang terlebih

dahulu disusun kebijakan untuk

kegiatan wisata bahari untuk

kegiatan yang diperbolehkan pada

zona pemanfaatan kawasan

konservasi lamun serta ketentuan

atas batas jumlah pengunjung yang

diperbolehkan melakukan aktifitas

pada daerah tersebut. Selain instansi

Desa Pengudang dan pihak pengelola

resort, diharapkan kebijakan

pengelolaan kegiatan wisata bahari di

Desa Pengudang dapat bekerjasama

langsung dengan instansi pemerintah

terkait potensi wisata bahari di Desa

Pengudang.

DAFTAR PUSTAKA

Budiaji, Weksi. 2013. Jurnal Ilmu

Pertanian dan Perikanan.

Skala Pengukuran dan Jumlah

Respon Skala Likert. Jakarta

Dahuri, Rokhmin. 2003.

Keanekaragaman Hayati

Laut. Penerbit Gramedia.

Jakarta.

Data Monografi Desa Pengudang.

2014. Buku Semester 2.

Efrizon, Deni dan Ali Hindri Yani.

2010. Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Laut. Penerbit UR

Press. Pekanbaru.

Fachrul, M. F. 2007. Metode

Sampling Bioekologi.

Penerbit Bumi Aksara.

Jakarta.

Gautama, O. 2011. Tesis Evaluasi

Perkembangan Wisata Bahari

di Pantai Sanur. Denpasar:

Universitas Udayana.

Hakim, Luchman. 2004. Dasar-Dasar

Ekowisata. Penerbit

Bayumedia. Jawa Timur.

Hilman, Masnerliyanti dkk. 2006.

Pedoman Umum Pemulihan

Ekosistem Pesisir dan Laut.

Kementerian Lingkungan

Hidup Republik Indonesia.

Jakarta.

Nasution, Rozaini. 2003. Teknik

Sampling. Fakultas

Kesehatan Masyarakat.

Universitas Sumatera Utara.

Kordi, M. Ghufron. 2011. Ekosistem

Lamun (Seagrass): Fungsi,

Potensi dan Pengelolaan.

Penerbit P.T Rineka Cipta.

Jakarta.

Otto, Soemarwoto. 2004. Ekologi,

Lingkungan Hidup dan

Pembangunan. Penerbit

Djambatan. Jakarta.

Romimohtarto, Kasijian dan Sri

Juwana. 2007. Biologi Laut :

Ilmu Pengetahuan tentang

Biologi Laut. Penerbit

Djambatan. Jakarta.

Sadikin Amir, Ferdinand Yulianda

dkk. 2011. Jurnal Agrisains

Volume 12. Optimasi

Pemanfaatan Wisata Bahari

Bagi Pengelolaan Pulau-

Pulau Kecil Berbasis

Mitigasi. Universitas

Tadukalo.

Sakaruddin, Muhammad Ismail.

2011. Skripsi. Komposisi

Jenis, Kerapatan, Persen

Penutupan dan Luas

Penutupan Lamun di Perairan

Pulau Panjang Tahun 1990 –

2010. Institut Pertanian

Bogor.

Sitorus, Salomo Anderson R. S.

2011. Skripsi. Kajian

Sumberdaya Lamun Untuk

Pengembangan Ekowisata Di

Desa Teluk Bakau,

Kepulauan Riau. Institut

Pertanian Bogor.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif.

CV.Alfabeta: Bandung.