Daur Ulang Dengan Metode AHP

download Daur Ulang Dengan Metode AHP

of 102

Transcript of Daur Ulang Dengan Metode AHP

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    1/102

    UNIVERSITAS INDONESIA

    PEMILIHAN UNIT DAUR ULANG EFLUEN INSTALASI

    PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI PEMBANGKIT LISTRIK

    TENAGA UAP MUARA KARANG DENGAN METODE

     ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS  

    SKRIPSI

    SUTAN HAMDA R.

    0806338935

    FAKULTAS TEKNIK

    PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

    DEPOKJANUARI 2014

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    2/102

    UNIVERSITAS INDONESIA

    THE SELECTION OF RECYLING UNIT WASTE WATER

    TREATMENT PLANT EFLUENT IN MUARA KARANG

    STEAM POWER PLANT WITH ANALYTICAL HIERARCHY

    PROCESS METHOD

    FINAL REPORT

    SUTAN HAMDA R.

    0806338935

    FACULTY OF ENGINEERING

    ENVIRONMENTAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

    DEPOKJANUARY 2014

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    3/102

    UNIVERSITAS INDONESIA

    PEMILIHAN UNIT DAUR ULANG EFLUEN INSTALASI

    PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI PEMBANGKIT LISTRIK

    TENAGA UAP MUARA KARANG DENGAN METODE

     ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS  

    SKRIPSIDiajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

    pada Program Studi Teknik Lingkungan

    SUTAN HAMDA R.

    0806338935

    FAKULTAS TEKNIK

    PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

    DEPOKJANUARI 2014

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    4/102

     

    ii

    UNIVERSITAS INDONESIA

    THE SELECTION OF RECYLING UNIT WASTE WATER

    TREATMENT PLANT EFLUENT IN MUARA KARANG

    STEAM POWER PLANT WITH ANALYTICAL HIERARCHY

    PROCESS METHOD

    FINALREPORTProposed as one of the requirement to obtain a Bachelor’s degree 

    SUTAN HAMDA R.

    0806338935

    FACULTY OF ENGINEERING

    ENVIRONMENTAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

    DEPOKJANUARY 2014

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    5/102

     

    iii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

    dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

    telah saya nyatakan dengan benar.

    Nama : Sutan Hamda R. 

    NPM : 0806338935 

    Tanda Tangan :

    Tanggal : 15 januari 2014

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    6/102

     

    iv

    STATEMENT OF ORIGINALITY

    This final report in the result of my own work

    and all resources which are quoted or referred

    I have stated correctly.

    Nama : Sutan Hamda R. 

    NPM : 0806338935 

    Tanda Tangan :

    Tanggal : 15 januari 2014

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    7/102

     

    v

    HALAMAN PENGESAHAN

    Skripsi ini diajukan oleh :

     Nama : Sutan Hamda R.

     NPM : 0806338935

    Program Studi : Teknik Lingkungan

    Judul Skripsi : Pemilihan Unit Daur Ulang Efluen Instalasi

    Pengolahan Air Limbah Di Pembangkit Listrik

    Tenaga Uap Muara Karang Dengan Metode

     Analytical Hierarchy Process 

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

    sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

    Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik,

    Universitas Indonesia

    DEWAN PENGUJI

    Pembimbing I : Dr. Ir. Setyo Sarwanto Moersidik, DEA. (..............................)

    Pembimbing II : Dr. Cindy R. Priadi, S.T., M.Sc. (..............................)

    Penguji I : Ir. Irma Gusniani, M.Sc. (..............................)

    Penguji II : Dr. Ir. Nyoman Suwartha, S.T., M.Agr. (..............................)

    Ditetapkan di : Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Indonesia, Depok

    Tanggal : 15 Januari 2014

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    8/102

     

    vi

    STATEMENT OF LEGITIMATION

    This final report is submitted by :

     Name : Sutan Hamda R.Student Number : 0806338935

    Study Program : Environmental Engineering

    Title of Final Report : The Selection Of Recyling Unit Waste

    Water Treatment Plant Efluent In Muara

    Karang Steam Power Plant With

    Analytical Hierarchy Process Method

    Has been successfully defended in front of the Exminers and was accepted as

    part of the necessary requirements to obtain Engineer Bachelor Degree inEnvironmental Engineering Program, Faculty of Engineering, University of

    Indonesia.

    COUNCIL EXAMINERS

    Conselor I : Dr. Ir. Setyo Sarwanto Moersidik, DEA. (..............................)

    Conselor II : Dr. Cindy R. Priadi, S.T., M.Sc. (..............................)

    Examiner I : Ir. Irma Gusniani, M.Sc. (..............................)

    Examiner II : Dr. Ir. Nyoman Suwartha, S.T., M.Agr. (..............................)

    Approved at : Departmen of Civil Engineering, Faculty of Engineering,University of Indonesia, Depok

    Date : January 15th 2014

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    9/102

     

    vii

    KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH

    Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat-Nya, saya

    dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan

     bimbingan dari berbagai pihak, akan sulit bagi penulis untuk dapat menyelesaikan

    skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-

     pihak sebagai berikut:

    1.  Bapak Dr. Ir. Setyo S. Moersidik, DEA dan Ibu Dr. Cindy R. Priadi, S.T.,

    M.Sc., selaku dosen pembimbing I dan II, yang telah bersedia meluangkan

    waktu untuk memberi bimbingan dan persetujuan sehingga skripsi ini dapat

    selesai; 

    2.  Bapak Padmono, Bapak Binur, Ibu Maria, Ibu Tania, dan pihak-pihak PT. PJB

    UP Muara Karang yang telah membantu untuk memperoleh data yang

    diperlukan;

    3.  Ayah, ibu, adik, om, tante, dan ponakan yang telah memberikan dukungan

     berupa doa, materi, dan moral;

    4. 

    Mba Licka Kamadewi dan Mba Sri Diah selaku laboran Program Studi Teknik

    Lingkungan, yang telah besedia membantu memberikan masukan;

    5.  Sahabat terbaik, Azka Aqlia, Yudhitia, serta teman-teman sipilingkungan

    2008 yang memberikan dukungan dan semangat;

    6. 

    Para dosen dan staf Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Indonesia;

    7.  Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi.

    Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan

    semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi

    ilmu pengetahuan.

    Depok, Januari 2014

    Penulis

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    10/102

     

    viii

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

     Nama : Sutan Hamda R.

     NPM : 0806338935

    Program Studi : Teknik Lingkungan

    Departemen : Teknik Sipil

    Fakultas : Teknik

    Jenis karya : Skripsi

    demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

    Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif ( Non-exclusive Royalty- Free Right ) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

    Pemilihan Unit Daur Ulang Efluen Instalasi Pengolahan Air Limbah Di

    Pembangkit Listrik Tenaga Uap Muara Karang Dengan Metode  Analytical

     Hierearchy Process 

     beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

     Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/

    formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan

    mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya

    sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Depok

    Pada tanggal : 15 Desember 2013

    Yang menyatakan

    ( Sutan Hamda R. )

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    11/102

     

    ix

    STATEMENT OF AGREEMENT

    OF FINAL REPORT PUBLICATION FOR ACADEMIC PURPOSES

    As an civitas academica of Universitas Indonesia, I, the undersigned:

     Name : Sutan Hamda R.

    Student Number : 0806338935

    Study Program : Environmental Engineering

    Departement : Civil Engineering

    Faculty : Engineering

    Type of Work : Final Report

    For the sake of science development, hereby agree to provide Universitas

    Indonesia Non-exclusive Royalty Free Right for my scientific work entitled:

    The Selection Of Recyling Unit Waste Water Treatment Plant Efluent In

    Muara Karang Steam Power Plant With Analytical Hierarchy Process

    Method

    together with the entire documents (if necessary). With the Non-exclusive Royalty

    Free Right, Universitas Indonesia has rights to store, convert, manage in the form

    of database, keep and publish my final report as long as list my name as the author

    and copyright owner.

    I certify that the above statement is true.

    Signed at : Depok

    Date this : 15 January 2014

    The Declarer

    ( Sutan Hamda R. )

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    12/102

     

    x

    ABSTRAK

     Nama : Sutan Hamda R.

    Program Studi : Teknik Lingkungan

    Judul : Pemilihan Unit Daur Ulang Efluen Instalasi Pengolahan Air

    Limbah Di Pembangkit Listrik Tenaga Uap Muara Karang

    Dengan Metode Analytical Hierarchy Process

    Kebutuhan air bersih untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Muara

    Karang cukup besar, sehingga diperlukan daur ulang untuk membantu mengatasi

    kebutuhan air. Debit air yang didaur ulang sebesar 285 m3/hari. Tujuan penelitian

    ini adalah untuk mendapatkan karakteristik efluen Instalasi Pengolahan Air

    Limbah (IPAL) PLTU sehingga didapatkan perencanaan daur ulang yang sesuai.Daur ulang tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan air servis, hidran, dan

    cadangan air pada PLTU Muara Karang. Hasil uji laboratorium efluen IPAL

    PLTU Muara Karang yang tidak memenuhi baku mutu kelas II PP No. 82 Tahun

    2001, yaitu TSS sebesar 67,5 ppm, BOD sebesar 4,76 ppm, dan COD sebesar 82,6

     ppm sehingga diperlukan proses daur ulang untuk memenuhi kualitas air yang

    sesuai dengan baku mutu. Terdapat tiga unit daur ulang, yaitu reverse osmosis,

    ultrafiltrasi, dan mikrofiltrasi . Pemilihan unit daur ulang dari ketiga unit tersebut

    ditentukan dengan metode  Analytic Hierarchy Process  (AHP) dengan kriteria

     pemilihan berupa teknologi, ekonomi, dan lingkungan serta subkriteria

    kemudahan operasional, keandalan proses, biaya konstruksi, biaya operasional

    dan pemeliharaan, serta recovery product . Hasil pemilihan dengan metode AHPmenunjukkan unit daur ulang mikrofiltrasi merupakan unit yang tepat untuk

    memenuhi kebutuhan air servis, hidran, dan cadangan dengan total skor tertinggi. 

    Kata Kunci:  Analytic Hierarchy Process, Pembangkit Listrik Tenaga Uap, Daur

    Ulang Air Limbah

    Universitas Indonesia

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    13/102

     

    xi

    ABSTRACT

     Name : Sutan Hamda R.

    Study Program : Environmental EngineeringTitle : The Selection Of Recyling Unit Waste Water Treatment Plant

    Efluent In Muara Karang Steam Power Plant With Analytical

    Hierarchy Process Method

    Clean water needs of Steam Power Plant Muara Karang is large enough so water

    recycle is needed to help fulfill water needs. The debit is 285 m3/day. The

     purpose of the study is to obtain the characteristics of waste water treatment plant

    effluent to find the appropriate recycling plan. The recycled water is used to meet

    the needs of services, hydrants, and water reserves in Muara Karang power plant.

    Laboratory test results WWTP effluent Steam Power Plant Muara Karang thatdoes not meet the quality standard of Grade II PP No. 82 Tahun 2001, which is

    amount 67,5 ppm TSS, BOD at 4,76 ppm and at 82,6 ppm COD so recycling is

    needed. Selection of three recycling units selected from the reverse osmosis,

    ultrafiltration, and microfiltration were conducted with Hierarchy Analytic

    Process (AHP) with the selection criteria in the form of technology, economy, and

    environment and then with sub-criteria of operational convenience, reliability

     process, the cost of construction, operation and maintenance costs, and recovery

     product . The results of the election showed AHP recycling microfiltration unit is

    the right unit to meet the needs of water services, hydrants, and backup with the

    highest total score then draw the unit.

    Keyword: Analytic Hierarchy Process, Steam Power Plant, Waste Water Recycle 

    Universitas Indonesia

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    14/102

     

    xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. iii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii 

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. viii

    ABSTRAK ............................................................................................................. ix

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xivv

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

    BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3

    1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 3

    1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 4

    1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 4

    1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................... 4

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6 2.1 Definisi Air Limbah ............................................................................. 6

    2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ............................................. 6

    2.3 Karakteristik Efluen Limbah PLTU ..................................................... 8

    2.4 Standar Baku Mutu Air Limbah ......................................................... 112.5 Kebutuhan Air dan Neraca Air PLTU Muara Karang ........................ 13

    2.5.1 Karakteristik Kualitas Air pada PLTU ...................................... 13

    2.5.2 Pengolahan Air Bersih Eksisting ............................................... 20

    2.6 Pengelolaan dan Daur Ulang Limbah Cair ......................................... 21

    2.6.1 Latar Belakang Daur Ulang Air Limbah ................................... 21

    2.6.2 Bentuk Pemanfaatan Air Hasil Daur Ulang Air Limbah ........... 22

    2.6.3 Daur Ulang di PLTU Muara Karang ......................................... 25

    2.7 Teknologi Pengolahan Daur Ulang Air Limbah ................................ 27

    2.7.1 Reverse Osmosis ....................................................................... 28

    2.7.2 Mikrofiltrasi ............................................................................... 30

    2.7.3 Ultrafiltrasi ................................................................................ 312.8 Pembobotan dengan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) ..... 33

    BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 36 3.1 Pendekatan Penelitian ......................................................................... 36

    3.2 Variabel Penelitian ............................................................................. 36

    3.3 Kerangka Penelitian............................................................................ 36

    3.4 Pengumpulan Data.............................................................................. 37

    3.4.1 Data Sekunder ........................................................................... 37

    3.4.2 Data Primer ................................................................................ 38

    3.4.3 Lokasi Pengambilan Sampel ..................................................... 38

    3.4.4 Waktu Pengambilan Sampel...................................................... 39

    3.4.5 Pengujian Sampel ...................................................................... 39

    Universitas Indonesia

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    15/102

     

    xiii

    3.5 Pengolahan dan Analisis Data ............................................................ 40

    3.5.1 Aspek Kebutuhan ...................................................................... 40

    3.5.2 Instalasi Pengolahan Daur Ulang .............................................. 41

    3.5.1 Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) .............................. 43

    3.6 Rekomendasi Unit Daur Ulang .......................................................... 463.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 46

    BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 47 4.1 Hasil Efluen Instalasi Pengolahan Air Limbah PLTU Muara

    Karang ................................................................................................ 47

    4.2 Penentuan Unit Daur Ulang Dengan AHP ......................................... 49

    4.3 Pengolahan Daur Ulang ...................................................................... 63

    4.3.1 Unit Mikrofiltrasi Sebagai Unit Daur Ulang Yang Terpilih ..... 63

    4.3.2 Desain Unit Mikrofiltrasi ......................................................... 63

    BAB 5 PENUTUP ............................................................................................... 66 5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 66

    5.2 Saran ................................................................................................... 66DAFTAR REFERENSI ....................................................................................... 67 

    LAMPIRAN……………………………………………………………………..73 

    Universitas Indonesia

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    16/102

     

    xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Karakteristik Hasil Limbah PLTU Muara Karang................................ 9 

    Tabel 2.2 Batas Debit Air Limbah PLTU Yang Diperbolehkan Untuk Dibuang 10 

    Tabel 2.3 Karakteristik Efluen IPAL Bulan Januari-April 2012 PLTU Muara

    Karang ................................................................................................ 12 

    Tabel 2.4 Panduan EPA Daur Ulang Air Limbah untuk Industri ....................... 23 

    Tabel 2.5 Panduan EPA Daur Ulang Air Limbah untuk Pengisian Air Tanah ... 24 

    Tabel 2.6 Panduan EPA Daur Ulang Air Limbah untuk Kebutuhan

     Nonpotable ......................................................................................... 25 

    Tabel 2.7 Jenis Unit Operasi dan Proses Pengolahan ......................................... 28 

    Tabel 2.8 Karakteristik Operasional berbagai Membran .................................... 30 

    Tabel 2.9 Karakteristik Membran Mikrofiltrasi dan Ultrafiltrasi ....................... 31 Tabel 2.10 Kelebihan dan Kekurangan Proses Membran Dibanding Pengolahan

    Konvensional ...................................................................................... 32 

    Tabel 2.11 Skor Perbandingan Berpasangan ........................................................ 34 

    Tabel 2.12 Indeks Random Konsistensi (IR) ........................................................ 35 

    Tabel 3.13 Data Sekunder Penelitan ..................................................................... 38 

    Tabel 3.14 Metode Pengujian Parameter .............................................................. 40 

    Tabel 3.15 Debit Kebutuhan Air Daur Ulang ....................................................... 40 

    Tabel 3.16 Parameter Kualitas Efluen IPAL PLTU Muara Karang ..................... 41 

    Tabel 3.17 Efisiensi Pengolahan Unit untuk Daur Ulang ..................................... 42 

    Tabel 3.18 Karakteristik Responden/ Expert  ......................................................... 43 

    Tabel 3.19 Derajat Kepentingan AHP .................................................................. 45 Tabel 4.20 Perbandingan Hasil Efluen Dengan PP No. 82 Tahun 2001 Kelas II . 47 

    Tabel 4.21 Perbandingan Hasil Efluen Dengan PP No. 82 Tahun 2001 Kelas II . 48 

    Tabel 4.22 Matriks Pembobotan Kriteria .............................................................. 49 

    Tabel 4.23 Matriks Pembobotan Kriteria Teknologi ............................................ 50 

    Tabel 4.24 Matriks Pembobotan Kriteria Ekonomi .............................................. 52 

    Tabel 4.25 Matriks Pembobotan Kriteria Lingkungan ......................................... 53 

    Tabel 4.26 Matriks Pembobotan Alternatif untuk Subkriteria Kemudahan

    Operasional ......................................................................................... 55 

    Tabel 4.27 Matriks Pembobotan Alternatif untuk Subkriteria Keandalan Proses 56 

    Tabel 4.28 Matriks Pembobotan Alternatif untuk Subkriteria Biaya Operasional

    dan Pemeliharaan................................................................................ 57 Tabel 4.29 Matriks Pembobotan Alternatif untuk Subkriteria Biaya Konstruksi . 58 

    Tabel 4.30 Matriks Pembobotan Alternatif untuk Subkriteria Recovery Product  60 

    Tabel 4.31 Efisiensi Unit Pengolahan Mikrofiltrasi ............................................. 63 

    Universitas Indonesia

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    17/102

     

    xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Diagram Alir Produksi PLTU Muara Karang ................................... 7 

    Gambar 2.2 Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Uap ..................................... 8 

    Gambar 2.3 Diagram Neraca Air PLTU Muara Karang ..................................... 13 

    Gambar 2.4 Proses Reverse Osmosis .................................................................. 29 

    Gambar 3.5 Kerangka Penelitian......................................................................... 37 

    Gambar 3.6 Denah Pengambilan Sampel ............................................................ 39 

    Gambar 3.7 Opsi Instalasi Pengolahan Daur Ulang ............................................ 42 

    Gambar 3.8 Hirarki AHP Unit Daur Ulang ......................................................... 44 

    Gambar 4.9 Nilai Bobot Semua Kriteria ............................................................. 49 

    Gambar 4.10 Nilai Bobot Kriteria Teknologi ....................................................... 51 

    Gambar 4.11 Nilai Bobot Kriteria Ekonomi ......................................................... 52 Gambar 4.12 Nilai Bobot Kriteria Lingkungan ..................................................... 54 

    Gambar 4.13 Nilai Bobot Alternatif untuk Subkriteria Kemudahan Operasional 55 

    Gambar 4.14 Nilai Bobot Alternatif untuk Subkriteria Keandalan Proses ........... 56 

    Gambar 4.15 Nilai Bobot Alternatif untuk Subkriteria Biaya Operasional dan

    Pemeliharaan ................................................................................... 58 

    Gambar 4.16 Nilai Bobot Alternatif untuk Subkriteria Biaya Konstruksi ............ 59 

    Gambar 4.17 Nilai Bobot Alternatif untuk Subkriteria Recovery Product  ........... 60 

    Gambar 4.18 Bobot Total Alternatif ..................................................................... 61 

    Gambar 4.19 Nilai Skor Hirarki ............................................................................ 62 

    Gambar 4.22 Debit Product Water  Mikrofiltrasi .................................................. 64 

    Universitas Indonesia

    http://c/Users/user/Desktop/sutan/SIDANG%20SUTAN/baru/revisi%20skripsi%20sutan%20new%20(Repaired).docx%23_Toc377074420http://c/Users/user/Desktop/sutan/SIDANG%20SUTAN/baru/revisi%20skripsi%20sutan%20new%20(Repaired).docx%23_Toc377074420http://c/Users/user/Desktop/sutan/SIDANG%20SUTAN/baru/revisi%20skripsi%20sutan%20new%20(Repaired).docx%23_Toc377074420

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    18/102

     

    xvi

    DAFTAR PERSAMAAN

    Persamaan (2.1) Lambda Maksimum ................................................................... 34 

    Persamaan (2.2) Indeks Konsistensi ..................................................................... 35 

    Persamaan (2.3) Rasio Konsistensi ....................................................................... 35 

    Persamaan (3.4) Total Skor…………………………………………………..... .. 46 Persamaan (4.5) Nilai Removal Unit .................................................................... 48 

    Universitas Indonesia

    http://c/Users/user/Desktop/sutan/SIDANG%20SUTAN/baru/Prin%20untuk%2013%20januari%20sutan/revisi%20skripsi%20sutan%2015%20jan%20utk%20hard%20cover.docx%23_Toc377461489http://c/Users/user/Desktop/sutan/SIDANG%20SUTAN/baru/Prin%20untuk%2013%20januari%20sutan/revisi%20skripsi%20sutan%2015%20jan%20utk%20hard%20cover.docx%23_Toc377461489http://c/Users/user/Desktop/sutan/SIDANG%20SUTAN/baru/Prin%20untuk%2013%20januari%20sutan/revisi%20skripsi%20sutan%2015%20jan%20utk%20hard%20cover.docx%23_Toc377461490http://c/Users/user/Desktop/sutan/SIDANG%20SUTAN/baru/Prin%20untuk%2013%20januari%20sutan/revisi%20skripsi%20sutan%2015%20jan%20utk%20hard%20cover.docx%23_Toc377461490http://c/Users/user/Desktop/sutan/SIDANG%20SUTAN/baru/Prin%20untuk%2013%20januari%20sutan/revisi%20skripsi%20sutan%2015%20jan%20utk%20hard%20cover.docx%23_Toc377461491http://c/Users/user/Desktop/sutan/SIDANG%20SUTAN/baru/Prin%20untuk%2013%20januari%20sutan/revisi%20skripsi%20sutan%2015%20jan%20utk%20hard%20cover.docx%23_Toc377461491http://c/Users/user/Desktop/sutan/SIDANG%20SUTAN/baru/Prin%20untuk%2013%20januari%20sutan/revisi%20skripsi%20sutan%2015%20jan%20utk%20hard%20cover.docx%23_Toc377461493http://c/Users/user/Desktop/sutan/SIDANG%20SUTAN/baru/Prin%20untuk%2013%20januari%20sutan/revisi%20skripsi%20sutan%2015%20jan%20utk%20hard%20cover.docx%23_Toc377461493http://c/Users/user/Desktop/sutan/SIDANG%20SUTAN/baru/Prin%20untuk%2013%20januari%20sutan/revisi%20skripsi%20sutan%2015%20jan%20utk%20hard%20cover.docx%23_Toc377461493http://c/Users/user/Desktop/sutan/SIDANG%20SUTAN/baru/Prin%20untuk%2013%20januari%20sutan/revisi%20skripsi%20sutan%2015%20jan%20utk%20hard%20cover.docx%23_Toc377461491http://c/Users/user/Desktop/sutan/SIDANG%20SUTAN/baru/Prin%20untuk%2013%20januari%20sutan/revisi%20skripsi%20sutan%2015%20jan%20utk%20hard%20cover.docx%23_Toc377461490http://c/Users/user/Desktop/sutan/SIDANG%20SUTAN/baru/Prin%20untuk%2013%20januari%20sutan/revisi%20skripsi%20sutan%2015%20jan%20utk%20hard%20cover.docx%23_Toc377461489

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    19/102

     

    xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Standar baku mutu air ......................................................................... 71 

    Lampiran 2 Pemeriksaan Efluen IPAL PLTU Muara Karang ............................... 75 Lampiran 3 Pengukuran Nilai BOD dan COD ...................................................... 76 

    Lampiran 4 Kuisoner ............................................................................................. 79 

    Universitas Indonesia

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    20/102

    1

    Universitas Indonesia

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan yang

     berwujud cair (PERMENLH No.8 Tahun 2009). Semakin besarnya laju

     perkembangan penduduk dan industrialisasi di Jakarta telah mengakibatkan

    terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi

    sanitasi lingkungan yang buruk serta buangan industri yang langsung dibuang ke

     badan air tanpa proses pengolahan telah menyebabkan pencemaran sungai-sungai

    yang ada di Jakarta, dan air tanah dangkal di sebagian besar daerah di wilayah

    DKI Jakarta, bahkan kualitas air di perairan teluk Jakarta sudah menjadi semakin

     buruk (Nusa Idaman Said, 2006).

    Air limbah domestik (rumah tangga) di wilayah Jakarta memberikan

    kontribusi terhadap pencemaran air sekitar 75%, air limbah perkantoran dan

    daerah komersial 15% dan air limbah industri hanya sekitar 10%. Sedangkan

    dilihat dari beban polutan organiknya, air limbah rumah tangga memberikan

    kontribusi sekitar 70%, air limbah perkantoran 14% dan air limbah industri

    sebesar 16% (Nusa Idaman Said,2006). Menurut Peraturan Gubernur Provinsi

    DKI Jakarta Nomor 122 Tahun 2005, bahwa dalam rangka menjaga dan

    mempertahankan kualitas air tanah maka perlu diwajibkan setiap orang atau badan

    usaha melakukan pengelolaan limbah cair hasil usaha dan/atau kegiatan.

    Pengolahan air limbah bertujuan untuk untuk menghilangkan parameter

     pencemar yang ada di dalam air limbah sampai batas yang diperbolehkan untuk

    dibuang ke badan air sesuai dengan syarat baku mutu yang diijinkan (NusaIdaman Said, 2006). Baku mutu air limbah menurut PERMENLH no. 8 Tahun

    2009 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan

    Pembangkit Listrik Tenaga Termal adalah ukuran batas atau kadar unsur

     pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam

    air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha

    dan/atau kegiatan. Setelah air limbah tersebut diolah dan sesuai dengan baku mutu

    1

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    21/102

    2

    Universitas Indonesia

    yang diijinkan, maka air keluaran (efluen) hasil pengolahan air limbah tersebut

    aman untuk dibuang ke badan air. 

    Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat khususnya di

    daerah perkotaan, pencemaran air tanah maupun air permukaan, distribusi sumber

    air serta konsumsi pemakaian air yang tidak merata telah menyebabkan

    ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan air. Oleh karena itu, dewasa ini

    inovasi baru dalam hal penyediaan sumber air baku telah menjadi perhatian yang

     penting. Salah satu alternatif yang banyak mendapat perhatian di banyak Negara

    di dunia adalah menggunakan daur ulang limbah khususnya air limbah perkotaan

    (municipal waste) sebagai salah satu sumber air baku untuk penyediaan air (Nusa

    Idaman Said,2006).

    Faktor-faktor berikut dapat menjadi motivasi atau alasan digunakannya

    air daur ulang (Suprihatin, 2009, h.5), yatiu (1) Tidak tersedianya cukup sumber

    air yang berkualitas tinggi dengan biaya terjangkau; (2) Untuk meminimumkan

     biaya infrastruktur, termasuk biaya pengolahan dan biaya pembuangan air limbah;

    (3) Untuk mereduksi dan meminimalisasi biaya pembuangan air limbah (baik

    yang sudah atau belum diolah) ke lingkungan; (4) Mengurangi air limbah yang

    dibuang ke badan air; (5) Untuk mengelola sumber air in-situ; (6) Untuk

    memenuhi tuntutan masyarakat, institusi, dan politis.

    Salah satu industri yang membutuhkan air dalam prosesnya serta

    menghasilkan limbah cair adalah industri Pembangkit Listrik Tenaga Uap

    (PLTU). PLTU adalah suatu industri atau perusahaan yang bergerak di bidang

     pemanfaatan uap yang dapat menghasilkan listrik untuk dijual dan didistribusikan

    (Lawrance K. Wang, 2004). PLTU sebagai salah satu industri yang menggunakan

     bahan bakar berupa minyak atau batu bara, pasti menghasilkan limbah, baiklimbah cair, udara, maupun padat. Hasil limbah cair yang telah diolah biasanya

    dibuang ke laut dengan kondisi sesuai baku mutu sehingga aman untuk dibuang.

    Contohnya yaitu PLTU Muara Karang sebagai salah satu PLTU tertua di

    Indonesia memiliki baku mutu limbah cair yang diatur dalam KEPMENLH

     No.64 Tahun 2009 Tentang Izin Pembuangan Air Limbah Ke Laut PT. PJB Unit

    Pembangkitan Muara Karang, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta

    Utara, Provinsi DKI Jakarta.

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    22/102

    3

    Universitas Indonesia

    PT. PJB Muara Karang sebagai perusahaan yang bergerak di bidang

     pembangkitan listrik tenaga uap memiliki instalasi pengolahan air limbah atau

    IPAL untuk mengolah limbah cairnya sehingga aman untuk dibuang ke laut. Hal

    ini sesuai dengan UU no. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

    Lingkungan Hidup yaitu wajib bagi orang atau badan usaha untuk mengolah

    limbahnya. Namun, kebutuhan air yang cukup tinggi serta menaikkan integritas

     perusahan sebagai Green Industry, maka dibutuhkan suatu cara untuk membuat

     perusahaan lebih ramah lingkungan, salah satunya dengan mendaur ulang air

    limbah. Sesuai kegunaannya, PT.PJB Muara Karang menggunakan daur ulang air

    yang mengacu pada kualitas air kelas II PP no.82 Tahun 2001 tentang

    Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dihasilkan rumusan

    masalah untuk penelitian ini. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

    1.  Bagaimana hasil data primer dan sekunder dari efluen instalasi pengolahan

    air limbah pada PLTU Muara Karang jika dibandingkan dengan baku mutu

    PP no. 82 Tahun 2001 kelas II tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

    Pengendalian Pencemaran Air?

    2. 

    Bagaimana cara pemilihan unit instalasi daur ulang air limbah yang tepat

    untuk dimanfaatkan kembali sesuai dengan kualitas air kelas II berdasarkan

    PP no. 82 Tahun 2001?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan dilaksanakannya penelitian ini yaitu :1.  Mengetahui hasil efluen instalasi pengolahan air limbah pada PLTU Muara

    Karang berupa nilai dan parameter berdasarkan data primer dan data

    sekunder yang tidak memenuhi baku mutu PP no. 82 Tahun 2001 kelas II

     pada IPAL PLTU Muara Karang sehingga diperlukan daur ulang.

    2.  Mengetahui konsep instalasi daur ulang efluen IPAL berupa penentuan unit

    daur ulang yang sesuai dengan standar baku mutu air PP No. 82 Tahun 2001

    kelas II dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP).

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    23/102

    4

    Universitas Indonesia

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

    1. 

    Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan

     berupa data primer mengenai kualitas air sesuai baku mutu PP no. 82

    Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

    Pencemaran Air.

    2.  Manfaat praktis dari penelitian ini adalah mendapatkan konsep instalasi

    daur ulang efluen IPAL PLTU Muara Karang sehingga dapat digunakan

    sesuai kebutuhan dan fungsinya.

    3.  Manfaat akademis yang diperoleh peneliti dari penelitian ini adalah

    untuk memenuhi persyaratan guna menyelesaikan pendidikan pada

    Program Sarjana Strata Satu Departemen Teknik Sipil, Program Studi

    Teknik Lingkungan, Universitas Indonesia

    1.5 Ruang Lingkup Penelitian

    Dalam melakukan penelitian, terdapat ruang lingkup yang menjadi

     batasan-batasannya, yaitu:

    1. 

    Penelitian dilakukan di area Pembangkit Listrik Tenaga Uap Muara

    Karang di Pluit, Jakarta Utara.

    2. 

    Pengambilan dan pengujian sampel dari outlet instalasi pengolahan air

    limbah PLTU Muara Karang.

    3.  Analisa sampel yang diuji untuk parameter primer yaitu TDS, BOD,

    dan COD.

    4.  Analisa pemilihan aplikasi daur ulang menggunakan metode

     pembobotan Analytical Hierarchy Process (AHP).

    1.6 Sistematika Penulisan

    Dalam sistematika penulisan, penulis membagi menjadi lima bab dan

    lampiran-lampiran. Adapun pembagian bab-bab tersebut adalah sebagai berikut:

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    24/102

    5

    Universitas Indonesia

    BAB 1 PENDAHULUAN

    Bab ini berisi tentang pendahuluan, yang meliputi latar belakang,

     perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat

     penelitian, dan sistematika penulisan.

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    Bab ini berisikan teori-teori dasar mengenai air limbah, gambaran umum

    PLTU, efluen IPAL PLTU, dan pilihan teknologi daur ulang serta teori

    yang mendukung peneltian yang diambil secara langsung.

    BAB 3 METODE PENELITIAN

    Bab ini menjelaskan tentang cara-cara dalam melakukan penelitian baik

    secara eksperimen maupun di lapangan untuk mendapatkan dan

    mengolah data.

    BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

    Bab ini membahas mengenai data-data yang telah didapatkan serta diolah

    sehingga dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan.

    BAB 5 PENUTUP

    Bab ini berisi mengenai kesimpulan yang penulis dapatkan dari tujuan

     penelitian, studi literatur, dan analisis data. Juga terdapat saran dan

    masukan mengenai penelitian yang penulis lakukan

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    25/102

    6

    Universitas Indonesia

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Air Limbah

    Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8

    Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan

    Pembangkit Listrik Tenaga Termal, yang dimaksud dengan air limbah adalah sisa

    dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair. Usaha dan/atau

    kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan yang

    menggunakan bahan bakar baik padat, cair, dan gas maupun campuran serta

    menggunakan uap panas bumi untuk menghasilkan tenaga listrik.

    2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

    PLTU adalah suatu pembangkit listrik dimana energi listrik dihasilkan

    oleh generator yang diputar oleh turbin uap yang memanfaatkan tekanan uap hasil

    dari penguapan air yang dipanaskan oleh bahan bakar di dalam boiler. Menurut

    Lawrance K.Wang (2004), PLTU adalah suatu industri yang menghasilkan listrik

    dari uap serta mendistribusikannya. Listrik yang dihasilkan berasal dari proses

     pembakaran dari bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak atau gas.

    2.2.1 Prinsip Kerja PLTU

    Prinsip kerja dari PLTU adalah dengan menggunakan siklus air-uap-air

    yang merupakan suatu sistem tertutup air dari kondesat atau air dari hasil proses

     pengondensasian di kondenser dipompa oleh condesat pump ke pemanas tekanan

    rendah (low pressure heater ). Disini air dipanasi kemudian air ini dipompa oleh boiler  feedwater pump masuk ke economizer. Dari economizer yang selanjutnya

    dialirkan ke pipa down comer untuk dipanaskan pada wall tubes oleh boiler. Pada

    wall tubes, air dipanasi berbentuk uap air. Uap air ini dikumpulkan kembali pada

     steam drum, kemudian dipanaskan lebih lanjut pada  super heater.  Keluar dari

     super heater sudah berubah menjadi uap kering yang mempunyai tekanan dan

    temperatur tinggi dan selanjutnya uap ini digunakan untuk menggerakkan sudu-

    sudu turbin tekanan tinggi.

    6

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    26/102

    7

    Universitas Indonesia

    2.2.2 Komponen dan Proses Produksi PLTU

    Kegiatan utama dari Unit Pembangkitan (UP) adalah memproduksi

    energi listrik. Energi yang dihasilkan oleh UP Muara Karang rata-rata 5.286 Gwh

     per tahun dengan total daya 1.208 MW. Energi tersebut disalurkan melalui

     jaringan Transmisi Tegangan Tinggi 150 KV sistem Jawa-Madura-Bali. Menurut

    website resmi PT. PJB Muara Karang, UP Muara Karang mempunyai peran

    utama dalam memenuhi kebutuhan listrik Ibukota Jakarta, terutama daerah-daerah

     penting seperti Istana Presiden, Gedung MPR/DPR, Bandara Soekarno Hatta.

    Diagram alir produksi PLTU Muara Karang dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan

    komponen Pembangkit Listrik Tenaga Uap dapat dilihat pada Gambar 2.2.

    Gambar 2.1 Diagram Alir Produksi PLTU Muara Karang

    Sumber : Brosur PLTU Muara Karang Tahun 2012

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    27/102

    8

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.2 Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Uap

    Sumber : Data Diklat PJB Muara Karang Tahun 2012

    Berdasarkan Gambar 2.2 diatas keterangan komponen pembangkit listrik

    tenaga uap yaitu :

    1. 

    Circulating water pump 14. Smoke stack

    2.  Desalination evaporator 15. Generator

    3.  Destilate pump 16. Main transformer

    4.  Make up water tank 17. Switch yard

    5.  Demin water tank 18. Transmission line

    5.  Condenser 19. Economizer

    6.  Low heater pressure 20. Steam drum

    7.  Derator 21. Boiler

    8.  Boiler feed pump 22. Super heater

    9. 

    High pressure heater 23. Steam turbin

    10.  Burner 24. Burge

    11. 

    Forced draught fan 25. Pumping house

    12.  Air heater 26. Fuel oil tank

    27. Fuel oil heater

    2.3 Karakteristik Efluen Limbah PLTU

    Pembangunan PLTU dapat menimbulkan dampak positif maupun

    negatif. Dampak positif dari pembangunan PLTU antara lain : peningkatan

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    28/102

    9

    Universitas Indonesia

     pendidikan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, penyerapan tenaga kerja, dan

    sebagainya. Disamping itu, pengoperasian PLTU juga mempunyai dampak negatif

     berupa limbah yang berbahaya jika tidak diolah. Karakteristik limbah PLTU

    Muara Karang dapat dilihat pada Tabel 2.1.

    Tabel 2.1 Karakteristik Hasil Limbah PLTU Muara Karang

    Jenis

    Proses Jenis Limbah  Cara Pengendalian 

    Pembakaran 

    Emisi gas NOxAir staging, fusi staging,

    reduksi NH3 

    Emisi gas SO2  FGD, Scrubber  

    Emisi SPM ESP, Scrubber wet/dry 

    Hydrogen

    Plant Buangan alkali KOH   Netralisasi 

    Pendinginan

    Kondensor  Panas  Lintasan diperpanjang 

    Chlorination

    Plant Buangan alkali NaOCL   Netralisasi 

    External

    Treatment Buangan sisa alkali atau asam   Netralisasi 

    Internal

    Treatment 

    Buangan sisa alkali atau asam

    Buangan sisa blowdown ketel   Netralisasi 

    Sewage  Buangan domestic  Sewage Treatment 

    Buangan

    effluent Leaching heavy metal  Demineralizer  

    Sumber : Modul PUSDIKLAT PLN No. 558201 Tahun 2004

    Berdasarkan Tabel 2.1 di atas air limbah yang berasal dari kegiatan

     pembangkit listrik tenaga termal berbeda dengan limbah cair domestik. Proses

    utama penghasil limbah cair dari kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah

     proses yang menghasilkan air limbah yang bersumber dari proses pencucian

    (dengan atau tanpa bahan kimia) dari semua peralatan logam, blowdown cooling

    tower, blowdown boiler , laboratorium, dan regenerasi resin water treatment plant .

    Kegiatan pendukung adalah kegiatan yang meliputi kegiatan fasilitas air

     pendingin, kegiatan fasilitas desalinasi, kegiatan fasilitas  stockpile  batu bara, dan

    kegiatan air buangan dari fasilitas  flue gas desulphurization  (FGD) sistem  sea

     scrubber . Limbah lainnya berasal dari kegiatan  generating unit   lain seperti

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    29/102

    10

    Universitas Indonesia

     pembersihan boiler  , air preheater cleaning, cooling tower basin cleaning , dan

     pembersihan peralatan kecil lainnya (Wang, 2004). Limpasan hujan juga dapat

    menyebabkan tambahan limbah karena dapat membawa debu material dari

    gedung, kegiatan konstruksi, dan sebagainya.

    Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 64 Tahun

    2009 tentang Izin Pembuangan Air Limbah Ke Laut PT. PJB Muara Karang,

    sumber air limbah hasil Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yaitu Air

    Limbah Pendingin, Air Limbah Desalinasi, Air Limbah Waste Water Treatment

     Plant   (WWTP), Air Limbah Separator Akhir Saluran Drainase. Batas debit air

    limbah PLTU yang diperbolehkan untuk dibuang dapat dilihat pada Tabel 2.2.

    Tabel 2.2 Batas Debit Air Limbah PLTU Yang Diperbolehkan Untuk Dibuang

    No. Sumber Air Limbah Debit Maksimum (m3/jam)

    1 Air Limbah Pendingin (Bahang) 86880

    2 Air Limbah Desalinasi 320

    3 Air Limbah WWTP 40

    4 Air Limbah Separator Akhir Saluran Drainase 120

    Sumber: KEPMENLH No. 64 Tahun 2009 tentang Izin Pembuangan Air Limbah Ke Laut

    Berdasarkan Tabel 2.2 di atas Air Limbah Pendingin adalah air limbah

    yang berasal dari proses pendinginan kondensor di steam turbin dan langsung

    dialirkan ke laut melalui kanal tertutup (tunnel) selanjutnya dialirkan melalui

    kanal terbuka menuju laut. Air Limbah Desalinasi adalah air limbah yang berasal

    dari air laut yang diolah di desalination  plant   sebagai air baku untuk proses

    operasi PLTU yang sebagiannya dibuang ke laut. Air Limbah Waste Water

    Treatment Plant   (WWTP) adalah air limbah yang berasal dari kegiatan

    Demin/WTP, boiler blowdown,  sampling rack , drainase dari lantai turbin,

     pembersihan dari air heater, air limbah chemical cleaning boiler , air limbah

    domestik, dan laboratorium. Air Limbah Separator Akhir Saluran Drainase adalah

    air limbah yang berasal dari saluran-saluran drainase yang terkontaminasi minyak

    dari saluran pembuangan dan utilitas.

    Menurut Modul PUSDIKLAT PLN No. 558201 Tahun 2004, limbah cair

    di PLTU dapat dikelompokkan menjadi 6, yaitu :

    1. 

    Limbah cair dari Water Treatment Plant  (WTP) dan Desalination Plant  

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    30/102

    11

    Universitas Indonesia

    Limbah hasil sisa regenerasi WTP dapat bersifat asam (pH

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    31/102

    12

    Universitas Indonesia

    Hal ini sangat bergantung pada standar kualitas yang akan diterapkan. Standar

    kualitas air merupakan persyaratan kualitas air yang diterapkan oleh suatu negara

    atau daerah untuk keperluan perlindungan dan pemanfaatan air pada negara atau

    daerah yang bersangkutan. Standar efluen adalah karakteristik kualitas air yang

    disyaratkan bagi air limbah yang akan disalurkan ke sumber air dimana dalam

     penyusunannya telah mempertimbangkan pengaruh terhadap pemanfaatan sumber

    air yang menampungnya. Karakteristik efluen IPAL PLTU Muara Karang dapat

    dilihat pada Tabel 2.3.

    Tabel 2.3 Karakteristik Efluen IPAL Bulan Januari-April 2012 PLTU Muara

    Karang

    Parameter  SatuanBaku

    Mutu*

    Bulan 

    Jan'12  Feb'12  Mar'12  Apr'12 

     pH  6 –  9  8.29  8.15  7.46  6.7 

    TSS  mg/L  100  79  78  76  63 

    Minyak dan Lemak   mg/L  10  0.077  0.061  0.084  0.091 

    Kromium Total (Cr)  mg/L  0,5  0.066  0.107  0.021 

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    32/102

    13

    Universitas Indonesia

    mengubah proses pengolahan limbah tersebut agar output -nya sesuai dengan baku

    mutu. 

    2.5 Kebutuhan Air dan Neraca Air PLTU Muara KarangKebutuhan air bersih di PLTU Muara Karang seluruhnya dihasilkan oleh

     proses pemurnian air laut atau desalinasi. Penggunaan air bersih berupa diagram

    neraca air PLTU Muara Karang dapat dilihat pada Gambar 2.3.

    Gambar 2.3 Diagram Neraca Air PLTU Muara Karang

    Sumber : Laporan Neraca Air K3L PLTU Muara Karang Tahun 2010

    2.5.1 Karakteristik Kualitas Air pada PLTU

    Untuk menilai suatu jenis air, terutama ditinjau dari segi kualitasnya,

    diperlukan analisa kualitas air. Menurut modul PUSDIKLAT PLN No. 558201

    Tahun 2004, beberapa parameter kualitas air yang digunakan pada PLTU yaitu :

    a. 

    Daya hantar listrik (Conductivity)

    Daya hantar listrik adalah kemampuan suatu larutan untuk

    menghantarkan arus listrik. Larutan yang banyak mengandung garam (elektrolit)

    makin mudah menghantarkan arus listrik sehingga nilai hambatan listriknya kecil.

    Air Laut

    780

    m3/hari

    HRSG 1

    150 m3/hari

    (19,23%) 

    HRSG 2

    150 m3/hari

    (19,23%)

    Boiler 1

    150 m3/hari

    19 23%

    Boiler 2

    150m3/hari

    (19,23%)

    Servis

    180 m3/hari

    (23,07%)

    WWTP

    285

    m3/hari

    Dibuang

    ke lautDesalinasi

    Uap air

    495 m3/hari

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    33/102

    14

    Universitas Indonesia

    Daya hantar listrik adalah kebalikan dari hambatan listrik (1/R) dan memiliki

    satuan micro mohs per cm (mhos/cm). Hal ini membuat air untuk pengisi boiler

    harus memiliki konduktivitas rendah.

    2. 

     pH

    Air limbah dengan konsentrasi ion-hidrogen yang merugikan ion sulit

    untuk mengobati dengan cara biologis, dan jika konsentrasi tidak berubah

    sebelum dibuang, efluen air limbah dapat mengubah konsentrasi di perairan alami

    (Metcalf & Eddy, 2004).Air tawar umumnya mempunyai pH = 7 (netral). Jika

    dibawah 7 air bersifat asam, diatas 7 bersifat basi.

    3.  Turbiditas (kekeruhan)

    Kekeruhan disebabkan adanya suspensi zat organik, tanah liat, dan

    sebagainya. Kekeruhan air dapat dukur dengan suatu alat Candle Jackson

    Turbidity Unit. Kekeruhan dapat diendapkan dengan penambahan tawas atau

    FeCl3 dalam proses koagulasi. Jika air yang keruh digunakan sebagai pengisi ketel

    dapat menyebabkan terbentuknya lumpur, kerak atau permukaan air berbusa.

    4.  Kesadahan ( Hardness)

    Kesadahan disebabkan adanya garam-garam kalsium dan magnesium.

    Selain itu, kesadahan dapat ditumbulkan oleh Fe, Al, asam-asam mineral, asam

    organic, dan senyawa logam lainnya. Terdapat dua kesadahan, yaitu kesadahan

    sementara (Carbonate Hardness) dan kesadahan tetap ( Non Carbonate

     Hardness). Kesadahan air akan menyebabkan terbentuknya kerak pada pipa-pipa

    ketel. Kesadahan dapat dihilangkan dengan proses soda atau dengan

    demineralizer  dan desalination.

    5.  Silika

    Silika terdapat di hampir semua mineral.Dalam air minum, nilai silica berkisar antara 1-100 ppm. Silika dapat terjadi dalam bentuk koloid atau larut

    dalam air. Silika dalam bentuk koloid dapat diendapkan dengan cara koagulasi.

    Silika yang terlarut dalam air dapat dihilangkan dengan proses pertukaran ion.

    6. 

    Chloride

    Khlorida (Cl-) terdapat pada hampir di semua jenis air, memiliki nilai

    dari 10 –  100 mg/l. Garam khlorida (NaCl) sangat mudah larut dalam air. Pada air

    laut mengandung NaCl diatas 30.000 mg/l. Khlorida dapat menyebabkan korosi

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    34/102

    15

    Universitas Indonesia

     pada pipa dan besi. Penghilangan khlorida dengan proses ion exchange  dan

    evaporasi atau desalinasi.

    7.  Solid  (padatan)

    Padatan merupakan material yang tersuspensi atau terlarut dalam air atau

    air limbah. Padatan dapat mempengaruhi kualisan limbah dengan berbagai cara.

    Padatan total (total solid ) merupakan sisa bahan yang tersisa setelah penguapan

    dan pengeringan sampel selanjutnya dalam oven pada suhu tertentu (103 hingga

    105oC). Padatan total pada dasarnya mencakup total padatan tersuspensi (total

     suspended solid ), yang merupakan porsi padatan keseluruhan ditahan oleh filter

    dan diukur setelah pengeringan pada suhu 105 oC, dan total padatan terlarut (total

    dissolved solid ), yang merupakan bagian yang melewati filter berukuran pori 2µm

    (atau lebih kecil) dibawah kondisi tertentu. (Standard Method, 1998)

    8.  Minyak dan Lemak

    Yang dimaksud minyak dan lemak (oil and grease) adalah senyawa-

    senyawa organik yang dapat diekstrak dari suatu larutan menggunakan heksan

    atau CFC. Dengan demikian, penentuan kandungan komponen minyak dan lemak

    di dalam air limbah diketahui melalui ekstraksi sampel dengan kedua jenis pelarut

    tersebut (Sawyer et al., 1994)

    Lemak merupakan senyawa organik yang lebih stabil dan sulit

    didekomposisi oleh bakteri. Kandungan minyak dan lemak di dalam suatu air

    limbah dapat menimbulkan berbagai masalah baik di saluran maupun di dalam

    instalasi pengolahan air limbah itu sendiri. Keberadaannya di dalam air

     permukaan dapat mengganggu kehidupan biota serta dapat mengganggu estetika

    dengan terbentuknya materi-materi terapung dan lapisan film di atas permukaan

    air (Metcalf & Eddy, 2004).9.   Dissolve Oxygen (DO)

    Oksigen terlarut diperlukan untuk respirasi semua mikroorganisme

    aerobik serta bentuk kehidupan aerobik lainnya. Namun, hanya sedikit oksigen

    yang terlarut dalam air. Jumlah aktual dari oksigen (dan gas lain) yang dapat hadir

    dalam larutan diatur oleh (1) kelarutan gas, (2) tekanan parsial gas di atmosfer, (3)

    suhu, dan (4) kemurnian (salinitas, padatan tersuspensi, dll) dari air.

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    35/102

    16

    Universitas Indonesia

    Karena laju reaksi biokimia yang menggunakan oksigen meningkat

    dengan meningkatnya suhu, oksigen terlarut-tingkat cenderung lebih kritis dalam

     bulan-bulan musim panas. Karena pada bulan-bulan musim panas arus sungai

    yang biasanya lebih rendah, dengan demikian jumlah total oksigen yang tersedia

     juga lebih rendah. Kehadiran oksigen terlarut dalam air limbah dibutuhkan untuk

    mencegah pembentukan bau berbahaya (Metcalf & Eddy, 2004)

    10.   Biological Oxygen Demand  (BOD)

     Biological Oxygen Demand (BOD) adalah banyaknya oksigen yang

    diperlukan untuk menguraikan benda organic oleh bakteri aerobic melalui proses

     biologis (biological oxidation) secara dekomposisi aerobik.  Biological Oxygen

     Demand (BOD) merupakan suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara

    global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air. Angka

    BOD menggambarkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh bakteri untuk

    menguraikan (mengoksidasi) hampir semua senyawa zat organic yang terlarut dan

    sebagian zat-zat organic yang tersuspensi di dalam air. Pemeriksaan BOD

    dilakukan untuk menentukan beban pencemaran akibat buangan dan untuk

    merancang sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar. Prinsip

     pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organic dengan oksigen di

    dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri. Sebagai hasil

    oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan amoniak. Dengan demikian zat

    organik yang ada dalam air diukur berdasarkan jumlah oksigen yang dibutuhkan

     bakteri untuk mengoksidasi zat organis tersebut. (Alaerts dan Santika, 1987)

    Hasil tes BOD digunakan; (1) untuk menentukan perkiraan jumlah

    oksigen yang akan dibutuhkan untuk menstabilkan secara biologis bahan organik,

    (2) untuk menentukan ukuran fasilitas pengolahan limbah, dan (3) untukmengukur efisiensi dari beberapa proses pengolahan, dan (4) untuk menentukan

    kesesuaian dengan izin pembuangan air limbah. (Standard Method, 1998).

    11.  Chemical Oxygen Demand  (COD)

    Chemical Oxygen Demand   atau kebutuhan oksigen kimiawi adalah

     jumlah kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi zat-zat organic.

    Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organic yang

    secara alamiah dapat dioksidasi melaui proses mikrobiologis dan mengakibatkan

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    36/102

    17

    Universitas Indonesia

     berkurangnya kandungan oksigen di dalam air. Hasil pengukuran COD dapat

    dipergunakan untuk memperkirakan BOD ultimate  atau nilai BOD tidak dapat

    ditentukan karena terdapat bahan-bahan beracun.

    Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan analisis terhadap jumlah

    oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada di dalam 1

    liter sampel air dengan menggunakan mengoksidasi KcrO sebagai sumber

    oksigen. Angka COD yang didapat merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh

    organis, dimana secara alami dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologi

    yang mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air (Alaerts dan

    Santika, 1987).

    Reaksi utama menggunakan dikromat sebagai agen pengoksidasi dapat

    direpresentasikan secara umum dengan persamaan tidak seimbang berikut:

    Material organik (CaH bOc) + Cr 2O7-2 + H+  catalyst heat  Cr +3 + CO2 + H2O

    Tes COD juga digunakan untuk mengukur bahan organik dalam limbah

    industri dan kota yang mengandung senyawa yang beracun bagi kehidupan

     biologis. COD limbah adalah, secara umum, lebih tinggi dari BOD karena

    senyawa kimia lebih dapat teroksidasi daripada yang bisa teroksidasi secara

     biologis. Untuk berbagai jenis limbah, adalah mungkin untuk mengkorelasikan

    BOD dengan COD. Ini dapat sangat berguna karena COD dapat ditentukan dalam

    tiga jam, dibandingkan dengan lima hari untuk BOD. Setelah korelasi telah

    ditetapkan, pengukuran COD dapat digunakan untuk mengontrol instalasi

     pengolahan dan operasi. (Standard Method, 1998)

    12.   Phospat

    Fosfor juga penting untuk pertumbuhan alga dan organisme biologis

    lainnya. Karena ganggang berbahaya yang terdapat di permukaan air, sehinggaterdapat kebutuhan untuk mengendalikan jumlah senyawa fosfor yang memasuki

     perairan permukaan di pembuangan limbah domestik dan industri dan limpasan

    alami. Kandungan phosphat yang tinggi menyebabkan suburnya algae dan

    organisme lainnya. Phosphat kebanyakan berasal dari bahan pembersih yang

    mengandung senyawa phosphat. Dalam industri kegunaan phosphat terdapat pada

    ketel uap untuk mencegah kesadahan. Maka pada saat penggantian air ketel,

     buangan ketel ini menjadi sumber phosphat.

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    37/102

    18

    Universitas Indonesia

    Pengukuran kandungan phosphat dalam air limbah berfungsi untuk

    mencegah tingginya kadar phosphat sehingga tidak merangsang pertumbuhan

    tumbuh-tumbuhan dalam air. Sebab pertumbuhan subur akan menghalangi

    kelancaran arus air. Pada danau suburnya tumbuh-tumbuhan air akan

    mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dan kesuburan tanaman lainnya.

    Air limbah kota, misalnya, dapat mengandung 4-15 mg/L fosfor dalam bentuk P.

    (Metcalf & Eddy, 2004)

    13.  Kromium

    Di alam terdapat 13 elemen logam berat yang merupakan elemen utama

     polusi yang berbahaya, salah satunya adalah logam krom bervalensi VI. Di

    Indonesia, logam krom (VI) termasuk dalam kategori limbah Bahan Beracun dan

    Berbahaya (limbah B3). Senyawa kromium (VI) termasuk senyawa logam yang

     paling banyak digunakan dalam industri karena kemampuan oksidasinya yang

    kuat dan menghasilkan warna yang tahan lama. Tetapi jika senyawa kromium

    (VI) terbuang ke lingkungan dan masuk ke dalam tubuh makhluk hidup maka

    akan menimbulkan efek yang sangat berbahaya karena Cr (VI) bersifat

    karsinogenik. Oleh sebab itu limbah cair yang mengandung senyawa kromium

    (VI) harus diolah dengan cepat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

    Cara yang paling tepat dalam menangani limbah cair yang mengandung

    logam berat seperti kromium (VI) adalah dengan cara reduksi dan pemulihan /

     perolehan kembali. Perolehan kembali kromium dari limbah cair untuk digunakan

    kembali dapat memberikan keuntungan yaitu meminimasi kandungan polutan

    dalam air limbah, juga mengurangi biaya pembelian bahan kimia. Sedangkan

    reduksi kromium dilakukan supaya mengurangi kandungan kromium (VI) dalam

    air limbah.Umumnya pengolahan limbah cair yang mengandung bahan berbahaya

    seperti logam berat adalah dengan pengolahan secara kimia. Pengolahan ini

    termasuk reaksi redoks (reduksi-oksidasi) ataupun dengan proses ion exchanger.

    14. 

    Alkalinitas

    Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan asamkuat sampai

    suatu nilai pH tertentu, yang dapat dinyatakan dalam meq/L atau mg/L CaCO3 

    atau mg/L OH-  atau mg/L CO3=  atau mg/L HCO3

    -. Alkalinitas secara umum

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    38/102

    19

    Universitas Indonesia

    menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir keasamaan

    dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang

    menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap

    tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Alkalinitas dapat menimbulkan

     busa pada uap dan kegetasan pada ketel.

    15. 

    Besi (Fe)

    Besi yang teroksida dalam air berwarna kecoklatan dan tidak larut,

    menyebabkan penggunaan air menjadi terbatas. Air tidak dapat dipergunakan

    untuk keperluan rumah tangga dan industri. Besi dapat berasal dari larutan batu-

     batuan yang mengandung senyawa Fe atau Mn seperti pyrit, kematit, mangan dan

    lain-lain.

    Dalam limbah industri, besi berasal dari korosi pipa-pipa air, material

    logam sebagai hasil reaksi elektro kimia yang terjadi pada permukaan. Air yang

    mengandung padatan larut mempunyai sifat mengantarkan listrik dan ini

    mempercepat terjadinya korosi.

    16.  Seng (Zn)

    Zinc adalah unsur yang sangat essensial dalam hidup manusia, dalam

     jumlah kecil tentunya, sebagai bahan bakar enzim untuk produksi darah merah.

    Bagi tumbuhan, zinc diperlukan untuk biosintesis dari nucleus acid dan

     pembentukan polipeptida. Disisi lain dalam jumlah yang melampaui batas, yaitu

    melebihi 3 mg/liter, zinc menjadi zat beracun , ditambah dengan Cadmium

     bersama sama dalam air karena efek sinergi dari keduanya. Sumber utama polusi

    Zinc adalah operasi penambangan, produksi metal sekunder (pengelasan),

     pembakaran batubara, pemakaian ban karet, dan limbah pupuk fosfat. Oleh

    karenanya, penghilangan zinc dari air limbah menjadi penting. Beberapa carauntuk menghilangkannya yaitu dengan presipitasi, Koagulasi, kompleksasi,

     pertukaran ion, ozonisasi, elektroplating dan elektrodialisis.

    17.  Tembaga (Cu)

    Tembaga dengan nama kimia Cupprum dilambangkan dengan Cu, unsur

    logam ini berbentuk kristal dengan warna kemerahan. Dalam tabel periodic

    unsure-unsur kimia tembaga menempati posisi dengan nomor atom (NA) 29 dan

    mempunyai bobot atom (BA) 63,546. Unsur tambahan di alam ditemukan dalam

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    39/102

    20

    Universitas Indonesia

     bentuk persenyawaan atau dalam senyawa padat dalam bentuk mineral. Dalam

     badan perairan laut tembaga dapat ditemukan ion seperti CuCO3, CuOH, dan

    sebagainya.

    2.5.2 Pengolahan Air Bersih Eksisting

    Pengolahan air merupakan bagian dari komponen dalam proses PLTU.

    Bagi PLTU, air memegang peranan sangat penting karena air digunakan sebagai

    media kerja yang diproses untuk membentuk uap (steam). Selain itu, air juga

    digunakan sebagai media pendingin peralatan-peralatan yang digunakan di PLTU

    sehingga kualitas air tidak boleh diabaikan.

    Air yang disirkulasikan di dalam PLTU harus memenuhi kriteria-kriteria

    tertentu. Jika kualitas air diabaikan, maka akan timbul beberapa masalah yang

    tidak diinginkan dan akan mengganggu proses produksi listrik. Begitu juga

    dengan air limbah, sebelum dibuang harus diolah terlebih dahulu dan proses

     pembuangannya juga harus diatur dengan baik agar tidak mencemari lingkungan

    di sekitarnya. Berikut bagian-bagian dari pengolahan air bersih dalam PLTU :

    1.  Desalination Plant

    Desalinasi merupakan proses menghilangkan atau mengurangi padatan

    terlarut (Total Dessolve Solid /TDS) yang umumnya dalam bentuk garam dari air

    (air laut, air payau) sehingga menjadi air tawar (PRTK, 2008). Teknologi

    desalinasi yang banyak diterapkan di dunia terbagi menjadi 2 (dua), yaitu

    teknologi desalinasi yang menggunakan penguapan/thermal dan teknologi yang

    menggunakan membrane yaitu reverse osmosis (RO). Pada dasarnya teknologi

    desalinasi berbasiskan thermal terbagi menjadi 3 (tiga) sistem, yaitu Multi Stage

    Flash (MSF), Multi Effect Distillation (MED), dan Vacuum Vapour Distillation(VVC)/Distilasi Pemampatan Uap. Prinsip kerja dari teknologi thermal ini adalah

    menggunakan prinsip-prinsip penguapan dengan tekanan serta kondensasi untuk

    menghasilkan air tawar.

    2. 

     Raw Water Tank

     Raw Water Tank  adalah tangki untuk menyimpan air hasil desalinasi. Air

    tersebut dipompa ke tangki penampung (raw water tank). Sedangkan air laut sisa

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    40/102

    21

    Universitas Indonesia

    dari tingkat kesebelas mengandung kadar garam dengan konsentrasi tinggi

    sehingga dibuang dengan menggunakan pompa brine.

    3.  Demin Plant

    Air yang diperoleh dari proses desalination plant yang ditampung dengan

    raw water tank belum memenuhi syarat untuk pengisian boiler sehingga perlu

    diolah kembali melalui peralatan water treatment . Dari raw water tank , air

    dipompa ke water treatment ,  yaitu Demin Plant   yang selanjutnya air tersebut

    melalui pre-filter air dan juga diberi mix bed polisher yang terdapat bahan kimia

    anion resin yang dapat mengikat ion negatif dan kation resin yang dapat mengikat

    ion positif. Ion-ion yang terdapat pada water tank adalah ion positif Na+ dan ion

    negatif Cl-. Dengan banyaknya ion yang menempel pada mix bed polisher, maka

    kemungkinan besar air menjadi jenuh sehingga mempengaruhi proses

     penyaringan. Untuk itu perlu dihilangkan dengan menggunakan hydrolic acid,

    cautic sods, dan dibantu panas uap dari boiler. Air yang telah dihilangkan

    mineralnya (demineralized water) selanjutnya dipompa ke Destilation Tank.

    4.   Destilation Tank/Make Up Water Tank

    Tangki ini untuk menampung air dari Demin Plant yang telah

    dihilangkan mineralnya sehingga memiliki nilai konduktivitas yang rendah. Air di

    tangki penambah (make up water tank) ini selanjutnya akan digunakan dalam

     proses berikutnya untuk air penambah atau pengisi di boiler.

    2.6 Pengelolaan dan Daur Ulang Limbah Cair

    2.6.1 Latar Belakang Daur Ulang Air Limbah

    Potensi dan ketersediaan air di Indonesia saat ini diperkirakan sebesar

    15.000 meter kubik perkapita per tahun atau jauh lebih tinggi dari rata-rata pasokan dunia yang hanya 8.000 m3/kapita/tahun. Pulau Jawa pada tahun 1930

    masih mampu memasok 4.700 m3/kapita/tahun. Namun, saat ini total potensinya

    sudah tinggal sepertiganya (1500 m3/kapita/tahun). Pada tahun 2020 total

     potensinya diperkirakan tinggal 1200 m3/kapita/tahun. Dari potensi alami ini,

    yang layak dikelola secara ekonomi hanya 35% atau 400 m3/kapita/tahun. Angka

    ini jauh dibawah angka minimum PBB, yaitu sebesar 1.000 m3/kapita/tahun.

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    41/102

    22

    Universitas Indonesia

    Menurut Water Resources Development   (1990), tahun 1990 Pulau Jawa

    sudah mengalami defisit air, dari kebutuhan 66.336 juta m3  tahun hanya bisa

    disediakan 43.952 juta m3/tahun. Joko Pitono (2003) mengkaji bahwa pada musim

    kemarau pada tahun 1993, 75% Pulau Jawa sudah mengalami kekeringan akibat

    defisit air dan diperkirakan defisit air akan meningkat pada tahun 2000 menjadi

    56%. Sedangkan berdasarkan Kementerian Negara Lingkungan Hidup tahun

    1997, dalam neraca airnya menyatakan bahwa secara nasional belum terjadi

    defisit air, tetapi khusus untuk Jawa dan Bali sudah terjadi defisit tahun 2000 dan

    tahun 2015 bertambah dengan wilayah Sulawesi dan NTT.

    Melihat kondisi yang dijelaskan diatas, maka perlu adanya solusi

     bagaimana mendapatkan alternatif sumber air. Salah satu alternatif yang tersedia

    secara luas dan terjangkau secara ekonomis adalah melakukan daur ulang air

    limbah. Upaya daur ulang air limbah sebagai sumber alternatif air bersih

    didukung oleh beberapa alasan yang rasional sebagai berikut (Metcalf & Eddy,

    2007):

    1.  Air merupakan sumber daya terbatas.

    2.  Pengetahuan tentang daur ulang air sudah ada dan tinggal

    mengembangkannya.

    3.  Kualitas air daur ulang sesuai untuk aplikasi non-potable.

    4. 

    Untuk mencapai tujuan sumber daya air yang berkelanjutkan, perlu untuk

    menggunakan air secara efisien.

    5.  Produksi air daur ulang membutuhkan energi yang efisien.

    6.  Air daur ulang mendukung upaya perlindungan lingkungan dengan

    mengurangi jumlah efluen air limbah yang dibuang ke badan air.

    2.6.2 Bentuk Pemanfaatan Air Hasil Daur Ulang Air Limbah

    Air hasil dari daur ulang air limbah dapat digunakan untuk keperluan

    utilitas manusia tergantung kualitas air yang dihasilkan, seperti menyiram

    tanaman atau irigasi,  flushing toilet bahkan air minum. Kualitas air daur ulang

    yang dihasilkan ini tergantung dari proses teknologi yang digunakan. Bentuk

     pemanfaatan air daur ulang yang umum dilakukan adalah sebagai berikut:

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    42/102

    23

    Universitas Indonesia

    1. Aktivitas Industri

    Penggunaan air hasil daur ulang lainnya yang cukup banyak dilakukan

    adalah untuk keperluan industri, terutama untuk pendingin, boiler  dan kebutuhan

     proses industri lainnya. Kebutuhan air untuk kegiatan industri sangat besar,

    sehingga pemanfaatan air hasil daur ulang sangat dibutuhkan. Masalah yang

    umum terjadi akibat penggunaan air di industri seperti timbulnya kerak ( scale)

    korosi, dan kontaminasi..

    Pertimbangan dalam penggunaan air daur ulang untuk industri antara

    lain:

    1.  Timbulnya aerosol dari menara pendingin (cooling tower ) yang membawa

    mikroorganisme patogen.

    2  Keamanan produk manufaktur, air daur ulang dengan kualitas rendah tidak

    dapat digunakan dalam kegiatan manufaktur.

    Untuk mengetahui panduan dari  Environment Protection Agency  (EPA)

    untuk penggunaan air daur ulang untuk industri, dapat dilihat pada Tabel 2.4.

    Tabel 2.4 Panduan EPA Daur Ulang Air Limbah untuk Industri

    Jenis Daur

    Ulang 

    Jenis

    Pengolahan  Kualitas  Pengawasan  Jarak  

    Menara

     pendingin

    resirkulasi 

    - Sekunder  

    - Disinfeksi 

    - Koagulasi

    dan filtrasi

     jika

    dibutuhkan 

    - Tergantung rasio

    resirkulasi 

    -  pH = 6 –  9 - BOD ≤ 30 mg/l - TSS ≤ 30 mg/l -  Fecal Coli /100mL

    ≤ 200 - Residu Cl2 ≤ 1

    mg/l 

    -  pH –  mingguan 

    - BOD –  mingguan 

    - TSS –  harian - Coliform  –  harian 

    - Residu Cl2  –  terus-

    menerus 

    - 90 m dari

    daerah

    yang

     banyak

    diakses

     publik  

    Menara

     pendingin Sekunder  

    -  pH = 6 –  9 - BOD ≤ 30 mg/l - TSS ≤ 30 mg/l 

    -  Fecal Coli / 100mL

    ≤ 200 - Residu Cl2 ≤ 1

    mg/l 

    -  pH –  mingguan 

    - BOD – mingguan 

    - TSS –  harian - Coliform  –  

    harian 

    - 90 m dari

    daerah

    yang

     banyak

    diakses

     publik  

    Sumber: Metcalf & Eddy, 2007

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    43/102

    24

    Universitas Indonesia

    2. Pengisian Kembali (Rechange) Air Tanah

    Groundwater recharge  bertujuan untuk mencegah/memperbaiki

     penurunan permukaan air tanah, sehingga amblesan tanah dapat dipulihkan.

    Selain itu juga bertujuan uutuk mencegah terjadinya instrusi air laut di zona

     pantai. Groundwater recharge  dilakukan melalui bak penyebar, atau diinjeksi

    secara langsung ke bagian aquifer   air tanah. Pertimbangan dalam pengisian air

    tanah menggunakan air daur ulang antara lain:

    1.  Pengkarakteristikan aquifer untuk air minum ( potable) dan non-potable.

    2.  Pengisian aquifer   nonpotable, memastikan bahwa air tidak berpindah ke

     bagian aquifer   potable.

    3. 

    Pengisian aquifer   potable, tingkat pengolahan harus disesuaikan sehingga

    aman untuk dikonsumsi.

    4.  Desain proses pengolahan dan hal-hal yang berkaitan dengan injeksi aquifer  

    secara langsung.

    Untuk mengetahui panduan dari  Environment Protection Agency  (EPA) untuk

     penggunaan air daur ulang untuk pengisian air tanah, dapat dilihat pada Tabel 2.5.

    Tabel 2.5 Panduan EPA Daur Ulang Air Limbah untuk Pengisian Air Tanah

    Jenis Daur

    Ulang 

    Jenis

    Pengolahan Kualitas  Pengawasan  Jarak  

    Pengisian air

    tanah ke

    aquifer

    nonpotable 

    - Sesuai dengan

     penggunaan air

    tanah 

    - Sekunder  

    - Filtrasi 

    - Disinfeksi 

    Sesuai

     penggunaan air

    tanah dan

    kondisi lokasi 

    Tergantung

     pengolahan

    yang dilakukan

    dan penggunaan

    air tanah 

    Pengisian air

    tanah ke

    aquifer

     potable 

    - Sekunder dan

    disinfeksi 

    - Filtrasi dan

     pengolahan

    lanjutan 

    Sesuai dengan

    standar air

    minum 

    -  pH –  harian - Coliform  –  

    harian 

    - Residu Cl2 -

    terus-menerus 

    150 m dari

    sumur

    ekstraksi 

    Sumber: Metcalf & Eddy, 2007

    3. Kebutuhan Nonpotable (Keperluan Umum)

    Air hasil daur ulang limbah dapat digunakan untuk kebutuhan umum

    meliputi air pemadam kebakaran, pendingin mesin (air conditioner/AC ),

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    44/102

    25

    Universitas Indonesia

     pembersih toilet, air konstruksi, dan penyiram saluran sanitasi. Sebagai

     pertimbangan ekonomi, penggunaan ini tergantung pada lokasi pengolahan daur

    ulang air limbah dan apakah dapat diaplikasikan secara bersamaan dengan

    aplikasi air daur ulang lain seperti air untuk penyiraman lahan. Pertimbangan

    dalam penggunaan air daur ulang untuk kebutuhan nonpotable:

    a. 

    Identifikasi jalur atau pipa yang membawa air daur ulang.

      pengontrolan sambungan yang berpotongan dengan air minum (cross

    connection).

      Kualitas air daur ulang.

      Desain dan konstruksi sistem distribusi.

    Untuk mengetahui panduan dari  Environment Protection Agency  (EPA) untuk

     penggunaan air daur ulang untuk kebutuhan nonpotable, dapat dilihat pada Tabel

    2.6.

    Tabel 2.6 Panduan EPA Daur Ulang Air Limbah untuk Kebutuhan Nonpotable

    Jenis Daur

    Ulang 

    Jenis

    Pengolahan Kualitas  Pengawasan  Jarak  

    Air pencuci

    kendaraan, penyiram toilet,

    sistem pemadam

    kebakaran, air

     pendingin

    ruangan 

    - Sekunder  

    Filtrasi - Disinfeksi 

    -  pH = 6-9 

    BOD ≤ 10 mg/l - Kekeruhan ≤ 2 NTU 

    - Tidak terdapat

     Fecal Coli /

    100ml 

    - Residu Cl2 ≤ 1mg/l 

    -  pH –  

    mingguan - BOD –  

    mingguan 

    - Kekeruhan –  terus-menerus 

    - Coliform  –  harian 

    - Residu Cl2  –  terus-menerus 

    15 m dari

    sumber airminum 

    Sumber: Metcalf & Eddy, 2007

    2.6.3 Daur Ulang di PLTU Muara Karang

    PT. Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkit Muara Karang

    merupakan industri pemerintah yang bergerak di bidang energi dan kelistrikan.

    Industri seperti ini biasanya menghasilkan limbah yang cukup berbahaya jika

    tidak diolah. Oleh karena itu, dibutuhkan pengolahan yang baik agar output

    limbah yang dihasilkan aman untuk dibuang.

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    45/102

    26

    Universitas Indonesia

    Menurut PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

    Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat)

    kelas :

    1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,

    dan atau peruntukan lain yang imempersyaratkan mutu air yang sama dengan

    kegunaan tersebut;

    2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana

    rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

     pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

    sama dengan kegunaan tersebut;

    3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan

    air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain

    yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut;

    4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi,

     pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama

    dengan kegunaan tersebut. 

    Effluent IPAL di PLTU Muara Karang pada kenyataannya langsung

    dibuang ke laut setelah dipastikan aman dan sesuai baku mutu. Namun, PLTU

    Muara Karang menginginkan untuk mengkonservasi air dengan memanfaatkan

    kembali air hasil pengolahan IPAL sehingga dapat menghemat air, biaya, dan

    ramah lingkungan.

    Kualitas air untuk dimanfaatkan kembali sebagai air servis dan air

    cadangan mengacu pada PP no. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air

    dan Pengendalian Pencemaran Air, kualitas air yang dibutuhkan sesuai dengan

    kualitas air kelas II, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan ,air untuk

    mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air

    yang sama dengan kegunaan tersebut. Untuk air servis peruntukannya digunakan

    untuk air pencucian,  flushing  toilet, dan lainnya. Untuk air hidran dan cadangan,

    air hasil olahan tersebut dimasukkan ke dalam tangki untuk penyimpanan dan

     penyaluran lebih lanjut.

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    46/102

    27

    Universitas Indonesia

    2.7 Teknologi Pengolahan Daur Ulang Air Limbah

    Untuk memenuhi standar pengaplikasian air daur ulang, air limbah harus

    melalui pengolahan mulai dari pengolahan primer, sekunder, tersier sampai

     pengolahan lanjutan jika diperlukan. Pentingnya kualitas air dalam pengolahan

    dan pengaplikasian daur ulang air limbah diperlukan teknologi yang berbeda

    maupun kombinasi teknologi untuk mencapai tingkat penyisihan konstituen yang

    diharapkan. Kebutuhan daur ulang dari efluem IPAL PLTU Muara Karang yaitu

    untuk air servis dan air cadangan mensyaratkan kualitas air sesuai dengan baku

    mutu air kelas II PP No. 82 Tahun 2001.

    Setiap unit pengolahan memiliki fungsi yang berbeda dan mampu

    menyisihkan komponen yang berbeda pula. Pemilihan jenis teknologi yang

    digunakan perlu memperhatikan faktor-faktor penting berikut (Metcalf & Eddy,

    2007):

    1. 

    Jenis pengaplikasian air daur ulang

    2.  Karakteristik air limbah

    3.  Target dan persyaratan air daur ulang

    4.  Konstituen pencemar

    5. 

    Kesesuaian dengan pengolahan existing  

    6.  Fleksibilitas proses

    7. 

    Operasional dan perawatan

    8.  Energi yang dibutuhkan

    9.  Persyaratan kimia, seperti penambahan zat kimia

    10.  Membutuhkan operator atau dilakukan secara otomatis

    11.  Pertimbangan lingkungan

    Menurut Nusa Idaman Said (2006), beberapa unit pengolahan lanjutanyang biasa digunakan pada daur ulang limbah cair yaitu adsorpsi karbon aktif,

     proses filtrasi dengan membran, ozonasi, dan klorinasi. Pada penelitian ini,

     penulis menggunakan pilihan berupa tiga unit untuk mendaur ulang air yaitu

    reverse osmosis, mikrofiltrasi, dan ultrafiltrasi. Unit proses dan operasi dalam

    aplikasi daur ulang air limbah dibandingkan dengan jenis konstituen yang

    disisihkan dapat dilihat pada Tabel 2.7.

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    47/102

    28

    Universitas Indonesia

    Tabel 2.7 Jenis Unit Operasi dan Proses Pengolahan

    Unit operasi dan proses 

    Konstituen 

       P  a   d  a   t  a  n   t  e  r  s  u  s  p  e  n  s

       i

       P  a   d  a   t  a  n   K  o   l  o   i   d

       M  a   t  e  r   i  o  r  g  a  n   i   k

       M  a   t  e  r   i  o  r  g  a  n   i   k   t  e  r   l  a  r  u   t

       N   i   t  r  o  g  e  n

       F  o  s   f  o  r

       K  o  n  s   t   i   t  u  e  n  s   i  s  a

       T   D   S

       B  a   k   t  e  r   i

       P  r  o   t  o  z  o  a

       V   i  r  u  s

    Mikrofiltrasi  x  x  x  x  x 

    Ultrafiltrasi  x  x  x  x  x  x 

    Penyerapan karbon aktif   x  x 

     Reverse osmosis  x  x  x  x  x  x  x  x 

    Sumber: Metcalf & Eddy, 2007

    Berdasarkan Tabel 2.7 di atas, unit mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi memiliki

     penyisihan konstituen yang hamper sama. Namun, ultrafiltrasi dapat

    menghilangkan virus yang tidak dapat dihilangkan oleh mikrofiltrasi. Unit karbon

    aktif dapat menghilangkan konstituen yang berbeda dari mikrofiltrasi dan

    ultrafiltrrasi, yaitu materi organik terlarut dan konstituen sisa.

    2.7.1 Reverse Osmosis

    Teknologi konvensional untuk pengolahan daur ulang dianggap tidak

    mampu mereduksi komponen/kontaminan sehingga tidak lagi dipertimbangkan

    sebagai pengolahan yang potensial untuk kesehatan masyarakat. Teknologi

     penjemihan air yang belakangan ini berkembang pesat adalah teknologi

    membran. Ada beberapa jenis membran untuk pengolahan air, yaitu mikrofiltrasi,

    ultrafiltrasi, nanofiltrasi, dan reversed osmosis (Metcalf and Eddy, 2007).

    Proses reverse osmosis pada prinsipnya adalah kebalikan proses osmosis.

    Dengan memberikan tekanan larutan dengan kadar garam tinggi (concentrated  

     solution) supaya terjadi aliran molekul air yang menuju larutan dengan kadar

    garam rendah ( dilute solution ). Pada proses ini molekul garam tidak dapat

    menembus membrane semipermeable, sehingga yang terjadi hanyalah aliran

    molekul air saja. Melalui proses ini, kita akan mendapatkan air murni yang

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    48/102

    29

    Universitas Indonesia

    dihasilkan dari larutan berkadar garam tinggi. Inilah prinsip dasar reverse

    osmosis.

    Berdasarkan penjelasan sederhana diatas, dalam proses reverse osmosis 

    minimal selalu membutuhkan dua komponen yaitu adanya tekanan tinggi ( high 

     pressure ) dan membrane semi permeable. Itulah alasan kenapa pada mesin

    r everse Osmosis modern, membran semi permeable dan pompa tekanan tinggi (

    high  pressure pump ) menjadi komponen utama yang harus ada. Proses reverse

    osmosis dapat dilihat pada Gambar 2.4.

    Gambar 2.4 Proses Reverse Osmosis

    Sumber: www.profil.waterindonesia.com 

    Pada saat proses reverse osmosis molekul air mengalir menembus

    membrane semi permeable, akan tetapi pada saat yang bersamaan molekul garam

    tertahan di wadah sebelah kiri karena molekul garam tidak mampu melewati

    membran semi permeable. Sehingga setelah beberapa waktu, terjadi pengurangan

    vlolume air yang ada di wadah sebelah kiri, sementara itu jumlah garam tetap

    sama. Hal ini mengakibatkan konsentrasi garam menjadi meningkat tajam.

    Peningkatan konsentrasi ini akan terus berlanjut seiring berkurangnya jumlah air.

    Peningkatan konsentrasi garam inilah yang akan menjadi penyebab utama

    “scaling”  di membrane semi permeable. Scaling sendiri merupakan peristiwa

    dimana terbentuknya padatan / endapan yang disebabkan pertemuan antara ion

    Flow

    Pressure

    http://www.profil.waterindonesia.com/http://www.profil.waterindonesia.com/http://www.profil.waterindonesia.com/

  • 8/9/2019 Daur Ulang Dengan Metode AHP

    49/102

    30

    Universitas Indonesia

     positif dan ion negatif. Misalnya ion Calsium yang bereaksi dengan ion karbonat,

    akan menghasilkan padatan Calsium Carbonat. Pada saat konsentrasi ion Calsium

    dan Carbonate di air masih sangat rendah, kedua ion ini tidak bisa bereaksi

    membentuk padatan. Tetapi pada saat konsentrasinya meningkat tajam ( karena

    semakin berkurangnya jumlah molekul air ), maka terbentuklah endapan. Endapan

    yang terbentuk ini bisa menempel pada permukaan membran dan menjadi

     penyebab terjadinya kebuntuan pada membrane. Pada sistem Reverse Osmosis

    masalah utama yang sering terjadi adalah kebuntuan membrane (membrane

    blocked). Secara umum penyebab terjadinya kebuntuan membrane dapat

    dikategorikan menjadi dua, yaitu Scaling dan Fouling. Fouling sendiri terjadi

    disebabkan karena adanya beberapa zat tertentu di dalam air yang memiliki

    kecenderungan dapat menempel di permukaan membrane. Misalnya zat organik,

    zat besi, silika, dan masih banyak lagi.

    2.7.2 Mikrofiltrasi

    Membran mikrofiltrasi (MF) dapat dibedakan dari membran reverse

    osmosis (RO) dan ultrafiltrasi (UF) berdasarkan partikel yang dapat

    dipisahkannya. Membran mikrofiltrasi dapat dibuat dari berbagai macam material,

     baik organik maupun anorganik. Membran anorganik banyak digunakan karena

    ketahanannya pada suhu tinggi dan zat kimia. Membran MF memiliki ukuran pori

    antara 0,05-10 μm dan tebal antara 10-150 μm. Untuk karakteristik operasional

    membran dapat dilihat pada Tabel 2.8.

    Tabel 2.8 Karakteristik Operasional berbagai Membran

     Membran

     Process 

    Flux Rate

    (L/m2.d) 

    Tekanan

    operasi (kPa) 

    Konsumsi Energi

    (kWh/m3) 

    Product

    recovery(%) 

    Mikrofiltrasi  405 –  1600  7 –  100  0,4  94 –  98 

    Ultrafiltrasi  405 –  815  70 –  700  3  70 –  80 

     Nanofiltrasi  200 –  800  500 –  1000  5,3  80 –   90*