Data Pengamaan Regenerasi Ikan 2003
description
Transcript of Data Pengamaan Regenerasi Ikan 2003
Data Pengamaan Regenerasi Ikan
Gambar / Hasil Keterangan
Hari ke-0
Hari ke-10
Analisis data
Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan mengenai regenerasi
pada ekor ikan yang dimulai pada tanggal 4 November 2014 ada tiga perlakuan
yang telah digunakan, perlakuan pertama yaitu pemotongan ekor ikan secara rata,
perlakuan kedua dipotong dengan bentuk segitiga, dan yang ketiga ekor ikan
dipotong miring sebelah kanan. Pada hari ke-1 dan ke-3 keadaan ekor ikan masih
sama dengan hari ke-0 ketika dilakukan pemotongan ikan. Pada hari ke-4 mulai
nampak warna bening pada ekor ikan baik pada ikan yang dipotong vertikal,
segitiga, maupun yang dipotong sebagian. Pada hari ke-5 ikan yang dipotong
secara vertikal mati sebanyak dua buah, sedangkan ikan lainnya keadaan ekornya
warna bening yang diduga blastema hanya bertambah sedikit sekali panjangnya.
Pada hari ke-6 sampai hari ke-11 ekor ikan tersebut sudah bertambah
panjang lebih panjang. Tetapi pada hari ke-12 ikan yang ekornya dipotong
sebagian mati semua, hal ini dikarenakan kurangnya perhatian dalam merawat
ikan tersebut. Pada hari ke-13 sampai dengan hari ke 19 ekor ikan sudah
bertambah semakin panjang. Tetapi pada hari ke- 14 ikan yang ekornya dipotong
secara vertikal mati, hal ini terjadi karena kemungkinan besar ikan merasa stres
setelah dimabil untuk diamati, jadi hanya ikan yang dipotong segitiga saja yang
masih hidup sampai hari terakhir pengamtan dengan rata-rata penjang ekornya
yaitu 0,7 cm.
Pembahasan
Praktikum yang dilakukan kali ini bertujuan untuk mengetahui begaimana
regenerasi pada ekor ikan. Regenerasi yaitu memperbaiki bagian tubuh yang rusak
atau lepas agar kembali seperti semula. Proses regenerasi terjadi ketika darah
mengalir menutupi permukaan luka di bawah scab. Sel epitel tersebut bergerak
secara amoeboid. Pembentukan blastema kuncup regenerasi pada permukaan
bekas luka dan proliferasi sel-sel dideferensiasi secara mitosis. Prolifersai itu
terjadi bersamaan dengan dideferensiasi dan memuncak pada waktu blastema
berukuran maksimal dan setelahnya tidak dapat membesar lagi. Rediferensiasi sel-
sel dideferensiasi bersamaan dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema
(Yatim, 1990 ). Menurut Surjono (2001), menyebutkan bahwa pada kelompok
ikan yang mengalami regenerasi terjadi sangat terbatas. Sirip-sirip ikan dapat
mengalami regenerasi apabila rusak atau dipotong, tetapi ekor ikan (bagian sirip)
tidak dapat mengalami regenerasi menurut beberapa ahli.
Proses regenerasi ekor ikan berlangsung secara bertahap. Pada hari
pertama dan kedua setelah pemotongan ekor ikan tidak langsung tumbuh
melainkan mengalami penyembuhan luka terlebih dahulu. Pada hari ketiga baru
muncul calon ekor dengan warna putih transparan, ini merupakan tahap
pertumbuhan. Pada praktikum kami warna putih transparan ini muncul pada hari
ke-4. Hal ini mungkin saja pada hari ke-3 sudah mulai muncul tetapi kami
kesulitan mengamatinya karena warna dari ekor itu sendiri juga sudah transparan.
Hal tersebut telah sesuai dengan teori, Tenzer (2000) menyebutkan bahwa
perbaikan kerusakan ekor ikan terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama adalah
penyembuhan luka melalui penutupan permukaan yang rusak, tahap kedua adalah
pertumbuhan dari bagian ekor yang rusak hingga mencapai ukuran semula, dan
tahap yang ketiga adalah diferensiasi jaringan-jaringan yang baru terbentuk Selain
itu ada juga pakar yang menjelaskan tahap-tahap kembalinya ekor ikan setelah
diamputasi seperti di bawah ini.
Proses regenerasi yang terjadi pada ekor ikan yaitu regenerasi epimorfis.
Regenerasi pada ikan termasuk regenerasi dengan cara mekanisme yang
melibatkan de-diferensiasi struktur dewasa untuk membentuk masa sel yang
belum terdiferensiasi yang kemudian direspesifikasi. Hal itu membuktikan bahwa
sel de-differensiasi bersifat pluripotent, yakni dapat menimbulkan jaringan yang
bukan dari mana ia berasal (Yatim, 1990). Epidermis, lapisan paling dangkal dan
eksternal dari kulit, terdiri dari epitel skuamosa berlapis. Dermis, lapisan dalam
yang terletak langsung di bawah epidermis, tersusun oleh jaringan penghubung.
Epidermis memiliki peran mendasar dalam proses regeneratif sirip ikan. Sejak
waktu penyembuhan struktur ini mengarah pada proses lebih cepat, menghindari
proses infeksi khusus, biotik oleh mikroorganisme ditemukan di lingkungan air,
seperti jamur, bakteri dan protozoa yang dapat menularkan penyakit. Proses
penyembuhan mengikuti urutan kejadian selular dan biokimia yang menghasilkan
pemulihan epidermis. Serupa dengan regenerasi yang terjadi dengan amphibi,
perbedaan mendasar teleostean telah ada selama proses ini, karena menyajikan
dalam penyembuhan luka, langkah pertama untuk semua proses berikut.
Diferensiasi yang mengarah pada pembentukan protoplasma juga sangat penting,
serta diferensiasi selular pertumbuhan, morfologi dan pemulihan (Bockelmann et
al., 2010).
Wildan Yatim (1982) menyebutkan bahwa terjadi hal-hal berikut ini pada
anggota badan yang diamputasi.
Darah mengalir menutupi permukaan luka, lalu beku, membentuk
”scab” (lapisan) yang sifatnya melindungi.
Epitel kulit menyebar di permukaan luka, di bawah ”scab”. Sel epitel
itu bergerak secara amoeboid. Butuh waktu dua hari agar kulit itu
lengkap menutupi luka.
Differensiasi sel-sel jaringan luka, sehingga jadi bersifat muda
kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan
baru.
Pembentukan blastema, yakni kuncup regenerasi pada permukaan
bekas luka. ”Scab” mungkin sudah lepas pada waktu ini. Blastema
berasal dari penimbunan sel-sel dediferensiasi.
Proliferasi sel-sel dediferensiasi secara mitosis. Proliferasi ini serentak
dengan proses dedifferensiasi, dan memuncak pada waktu blastema
dalam besarnya yang maksimal, dan waktu itu tak membesar lagi.
Redifferensiasi sel-sel dedifferensiasi, serentak dengan berhentinya
proliferasi sel-sel blastema itu.
Akhirnya anggota yang diamputasi itu akan tumbuh lagi sebesar semula,
dengan struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan asal. Masing-masing
kelompok dengan perbedaan pemotongan sirip mengalami perbedaan
pertumbuhan. Perbedaan pertumbuhan kemungkinan dikarenakan semakin
vitalnya organ yang terpotong maka pertumbuhan semakin cepat. Kegagalan
regeneratif muncul setelah kematangan seksual (Nachtrab et al., 2011). Hasil
regenerasi bentukan ekor pada hasil pengamatan terlihat dapat dibedakan dengan
ekor awal, karena warna ekor hasil regenerasi berwarna bening. Hasil dari
regenersi ekor yang dipotong adalah ekor baru yang tidak mengandung
notochorda dan vertebrae yang baru hanya terdiri dari ruas-ruas tulang rawan.
Ruas-ruas itu hanya meliputi batang syaraf (medulla spinalis). Jumlah vertebrae
itu pun tidak sebanyak semula (Wallace, 1981). Hal tersebut dikarenakan tingkat
regenerasi yang terjadi pada ekor ikan tidak sama dengan regenerasi pada hewan
lainnya. Semakin sederhana hewan tersebut, maka tingkat regenerasi yang
dimiliki akan semakin kompleks.
Dalam proses regenerasi banyak faktor yang dapat mempengaruhi
berlangsungnya proses regenerasi. Menurut Yatim (1990), regenerasi dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu :
1. Temperatur, dimana peningkatan temperatur sampai titik tertentu maka akan
meningkatkan regenerasi.
2. Makanan, tingkat regenerasi akan cepat memperhatikan aspek makanan.
Makanan yang cukup dapat membantu mempercepat proses regenerasi.
3. Sistem syaraf, sel-sel yang membentuk regenerasi baru berasal dari sel
sekitar luka. Hal ini dapat dibuktikan dengan radiasi seluruh bagian tubuh
terkecuali bagian yang terpotong, maka terjadilah regenerasi dan faktor yang
menentukan macam organ yang diregenerasi.
Selain itu, karena praktikum ini dilakukan selama kurang lebih hampir
tiga minggu maka ikan yang diamati dibawa pulang, perawatan ikan juga
termasuk salah satu faktor yang dapat menetukan proses regenerasi, seperi
misalnya pemberian makan yang teratur dan dengan jumlah yang cukup, juga
seperti penggantian air yang bisa dilakukan dua hari sekali supaya ikan tidak
mengalami keurangan oksigen. Regenerasi pada ikan dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal seperti kegiatan kelenjar tiroid dan hipofisis
yang mengatur tingkat regenerasi, sedangkan faktor eksternal seperti suhu,
intensitas cahaya tertentu, kontaminan lingkungan dan obat-obatan seperti amino
propionitrile, penisilamin, indometasin, deksametason, dan acid mayasetil salisilat
yang mengganggu dengan kapasitas regenerasi sirip (Anusree et al., 2011).
Anusree. P, Saradamba. A, Tailor. N, Desai. I and Suresh. B. 2011. Caudal Fin
Regenerationis Regulated By Cox-2 Induced PGE In Teleost Fish Poecillia
Latipanna. The Maharaja Sayajirao University of Baroda Vol. 11(2) 2795-280.
Bockelmann, P.K, Ochandio, B.S, and Bechara, I.J. 2010. Histological study of
the dynamics in epidermis regeneration of the carp tail fin (Cyprinus carpio,
Linnaeus, 1758). Braz. J. Biol, Vol. (1) : 217-223.
Nachtrab,G. Michael C. Kenneth D.2011. Sexually Dimorphic Fin Regeneration in Zebrafish Controlled by Androgen/GSK3 Signaling. Department of Cell Biology and Howard Hughes Medical Institute, Duke University Medical Center, Durham, NC 27710, USA hal 1.
Wallace, H. 1981. Vertebrate Limb Regeneration. John Willey and Sons, New York.
Yatim, W. 1990. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung.