Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga
-
Upload
octasaktianti -
Category
Documents
-
view
401 -
download
15
description
Transcript of Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga
BENIH MANGGA (Mangifera indica L.)
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknologi Benih
Disusun oleh:
Kelompok 3
Adnan Alija (150510140011)Fahrul Rozi (150510140157)Vidianita Putri (150510140176)Octa Saktianti (150510140185)Naufal Alwin (150510140187)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah tentang “Benih Mangga”. Makalah ini
dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar Teknologi Benih.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan tugas
atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun, kami menyadari
bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan dan dorongan
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Semoga tugas ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Jatinangor, 2 Maret 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................iDAFTAR ISI.....................................................................................................................iiDAFTAR GAMBAR.......................................................................................................iiiDAFTAR TABEL............................................................................................................ivBAB I: PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................11.2 Rumusan Masalah...................................................................................................21.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN..................................................................................................32.1 Definisi Benih..........................................................................................................32.2 Botani Mangga........................................................................................................42.3 Karakteristik Biologis Benih...................................................................................5
2.3.1 Proses Pembentukan dan Perkembangan Benih............................................52.3.2 Struktur Benih...............................................................................................62.3.3 Komposisi Kimia Benih................................................................................82.3.4 Penggolongan Benih.....................................................................................92.3.5 Molekuler Benih..........................................................................................11
2.4 Karakteristik Fisiologi Benih................................................................................112.4.1 Perkecambahan Benih.................................................................................112.4.2 Dormansi Benih...........................................................................................162.4.3 Pengujian Benih..........................................................................................17
2.5 Deteriorasi Benih...................................................................................................182.5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deteriorasi..........................................182.5.2 Viabilitas dan Vigor Benih..........................................................................192.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viabilitas dan Vigor Benih................192.5.4 Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih.........................................................20
2.6 Benih Transgenik..................................................................................................21BAB III: PENUTUP........................................................................................................22
3.1 Kesimpulan............................................................................................................223.2 Saran......................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................23
DAFTAR GAMBAR
ii
Gambar 2.1 Berbagai Jenis Benih Tanaman.....................................................................3
Gambar 2.2 Pohon Mangga...............................................................................................4
Gambar 2.3 Proses Pembentukan Benih Tanaman Mangga.............................................5
Gambar 2.4 Benih Mangga................................................................................................6
Gambar 2.5 Perkecambahan Epigeal dan Hipogeal........................................................14
Gambar 2.6 Perkecambahan pada Mangga.....................................................................14
DAFTAR TABEL
iii
Tabel 2.1 Kandungan Gizi pada Benih Mangga.............................................................10
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap makhluk hidup mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakannya
dari benda mati. Salah satu ciri makhluk hidup tersebut adalah kemampuan
untuk berkembang biak. Makhluk hidup, khususnya tanaman, mempunyai
siklus hidup yang terdiri dari periode vegetatif hingga periode generatif, pada
saat periode generatif tanaman mampu menghasilkan organ reproduksi berupa
bunga, kemudian dengan adanya organ reproduksi, tanaman tersebut mampu
melakukan proses penyerbukan dan menghasilkan buah maupun biji atau
benih, dengan adanya biji atau benih tanaman akan mati dan benih yang
dihasilkan akan meregenerasi tanaman induk. Dapat dikatakan jika benih
merupakan suatu hal kecil yang memiliki arti yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup tanaman itu sendiri maupun kelangsungan hidup
organisme lainnya.
Tujuan dari pembiakan tanaman tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup lainnya, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan pengetahuan yang berkaitan, dalam hal ini adalah mengenai benih. Oleh karena itu, pemahaman mengenai struktur dan bagian-bagian benih sangatlah diperlukan karena hal tersebut berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan benih menjadi individu baru yang utuh. Dengan mengetahui hal-hal tersebut diharapkan benih mampu dijadikan media perbanyakan yang mampu menghasilkan tanaman-tanaman yang sehat, unggul serta memuaskan dari segi ekonomi dan ilmu pengetahuan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan benih?
2. Bagaimanakah struktur benih mangga?
3. Bagaimanakah komposisi kimia dari benih mangga?
4. Mangga termasuk pada tipe perkecambahan seperti apa?
5. Bagaimanakah proses perkecambahan benih mangga?
6. Apa yang dimaksud dengan dormansi, deteriorasi, vigor, dan viabilitas
pada benih?
7. Pengujian apa saja yang biasa dilakukan terhadap benih?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk untuk
mengetahui dan memahami struktur benih dan kecambah serta bagian-
bagiannya, terutama struktur dan bagian-bagian benih Mangga (Mangifera
indica L.); memahami tipe perkecambahan dari benih mangga serta proses
perkecambahannya; memahami pengertian dari dormansi, deteriorasi, vigor,
dan viabilitas pada benih; serta memahami pengujian yang dilakukan pada
benih.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Benih
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 tahun 1992
tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4
disebutkan bahwa benih tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah
tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau
mengembangbiakkan tanaman.
Sedangkan menurut Sadjad (1975), benih dapat diartikan sebagai
berikut:
a. Struktural: Benih merupakan biji yang secara umum merupakan hasil dari
perkembangbiakan tanaman secara generatif.
b. Agronomis: Istilah biji diartikan sebagai hasil panen yang dimanfaatkan
untuk tujuan konsumsi. Sedangkan benih merupakan hasil panen yang
dimanfaatkan untuk tujuan produksi / budidaya.
c. Fungsional: Benih merupakan bahan untuk perbanyakan tanaman.
d. Teknologi pemuliaan: Benih merupakan suatu komponen yang memiliki
sifat pewarisan yang jelas.
e. Bioteknologi: Benih merupakan produksi artifisial/buatan manusia yang
spesifik dan efisien.
3
Gambar 2.1 Berbagai Jenis Benih Tanaman2.2 Botani Mangga
Tanaman mangga (Mangifera indica L.) berasal dari India, Srilanka,
dan Pakistan. Mangga asli Indonesia yang kemungkinan berasal dari
Kalimantan adalah kebemben/kweni (Mangifera odorata). Tanaman ini
merupakan buah tropis yang biasa tumbuh baik di daerah beriklim kering.
Sentra produksi mangga di Indonesia di antaranya adalah Indramayu,
Cirebon, dan Majalengka di Jawa Sarat, Tegal, Kudus, Pati, Magelang, dan
Soyolali di Jawa Tengah, Pasuruan, Probolinggo, Nganjuk, dan Pamekasan di
Jawa Timur. Juga di daerah Istimewa Yogyakarta, Sumatera Utara, Sumatera
Sarat, Sulawesi Selatan, Maluku, Nusa Tenggara Sarat, dan Nusa Tenggara
Timur. (Sutono, 2008)
Klasifikasi botani tanaman mangga adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub division : Angiospermae (berbiji tertutup)
Class : Dicotyledoneae (berkeping dua)
Order : Sapindales
Family : Anacardiaceae
Genus : Mangifera
Species : Mangifera indica L. (AAK, 1991)
4
Gambar 2.2 Pohon Mangga2.3 Karakteristik Biologis Benih
2.3.1 Proses Pembentukan dan Perkembangan Benih
1) Proses Pembentukan Benih
Mangga merupakan tumbuhan berbiji tertutup
(angiospermae). Penyerbukan pada tanaman mangga terjadi bila
serbuk sari sampai ke kepala putik. Proses ini dapat terjadi dengan
bantuan angin, hewan penyerbuk, atau manusia. Ciri yang khas
pada kelompok tumbuhan ini adalah proses pembuahan ganda.
Pertama antara sel telur dan sperma, hasil fusi keduanya akan
menghasilkan zigot. Kedua, antara sperma dan sel induk
endospermae, hasil fusi keduanya menghasilkan endosperma.
Untuk pertumbuhannya, embrio memerlukan zat makanan yang
diperoleh dari endosperma.
5
Gambar 2.3 Proses Pembentukan Benih Tanaman Mangga
2) Proses Perkembangan Benih
Setelah proses pembuahan, maka terjadi pembelahan sel yang
cepat. Pada tahap ini, embrio hampir terbentuk sepenuhnya dan
kadar air benih kira-kira 80%. Setelah itu terjadi akumulasi
cadangan makanan yang dibuat pada tanaman yang hijau lalu
ditransportasikan ke benih yang sedang berkembang. Pada tahap
terakhir, benih mencapai masak fisiologis yang ditandai dengan
penurunan kadar air hingga 20%. Pada saat masak fisiologis, benih
mempunyai berat kering maksimum, vigor maksimum, viabilitas
maksimum, dan pertumbuhan benih tidak terjadi lagi.
2.3.2 Struktur Benih
Gambar 2.4 Benih Mangga
Secara umum, benih terdiri dari 3 bagian, yaitu:
6
1) Kulit Benih (Seed Coat/Testa)
Apabila benih digambarkan sebagai sebuah bola, maka di
bagian luar benih dibatasi oleh sebuah struktur pembungkus atau
lapisan pelindung yang berkembang dari integument atau perpaduan
dari kulit buah (dinding ovary) atau pericarp dengan kulit benih yang
sesungguhnya bersatu dengan tangkai ovule. Kulit benih mangga
memiliki 2 lapisan, yaitu lapisan dalam yang tipis, berselaput, dan
lunak; sedangkan lapisan luar tebal dan keras.
Kulit benih mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Melindungi bagian luar dari benturan dan gesekan.
b. Mengatur kondisi suci hama (steril) di dalam biji dan
menghambat masuknya jasad renik.
c. Mengatur kecepatan penyerapan air komponen bagian dalam.
d. Mengatur kecepatan masuknya oksigen, karbondioksida, dan
gas lain yang dibutuhkan untuk metabolisme.
e. Mengatur perkecambahan dengan menyebabkan dormansi biji.
2) Jaringan Penyimpan Cadangan Makanan
Pada biji ada beberapa struktur yang dapat berfungsi sebagai
jaringan penyimpan cadangan makanan.
a) Kotiledon
Kotiledon ini terdapat pada kacang-kacangan (Legumes),
semangka (Citrulus vulgaris Schard), labu (Cucurbita pepo L.).
Pada biji bean, kedele, kacang tanah, alfalfa, clover, bunga
matahari, endosperm tidak ditemukan lagi karena sudah habis
diserap oleh embryo untuk pertumbuhannya sebelum
perkecambahan. Biji-biji ini pada waktu matang hanya
mempunyai: kotiledon, embryo (terdiri dari plumule dan
radicle), dan kulit biji (seed coat/testa). Pada biji-biji ini
makanan cadangan disimpan pada kotiledon atau juga sedikit
pada embryonic axis sendiri. Biji-biji tipe ini akan berkecambah
7
relatif lebih cepat, karena proses pencernaan sudah terjadi lebih
dahulu.
b) Endosperm
Jaringan penyimpan makanan ini terdapat pada: jagung,
gandum, kelapa (bagian dalam yang berwarna putih dan dapat
dimakan adalah merupakan endospermnya), padi, oats,
sorghum, jarak, dan golongan serealia lainnya. Endosperm dapat
didefinisikan sebagai suatu jaringan penyimpan makanan
cadangan yang mana diserap oleh embryo sebelum dan atau
selama proses perkecambahan benih. Jadi endosperm selalu
terdapat di dalam benih yang sangat muda yang kemudian habis
diserap atau tidak oleh embryo sewaktu pertumbuhannya. Biji-
biji tipe ini akan berkecambah relatif lebih lambat, karena proses
penyerapan air dan pencernaan tidak akan terjadi atau baru
dimulai sewaktu biji tersebut dikecambahkan.
c) Perisperm
Jaringan penyimpan cadangan makanan tipe ini terdapat
pada: familia Chenopodiaceae (Beta vulgaris L.; Spinacia
oleraceedae L.) dan familia Caryophyllaceae (Dianthus sp.;
Agros temaa sp). Disini sewaktu ovule sedang tumbuh, embryo
juga tumbuh, nucellus tidak habis dipakai untuk pertumbuhan
tersebut, terkadang adakalanya berkembang, sehingga terbentuk
suatu jaringan yang disebut perisperm dan masih terdapat pada
biji di waktu matang.
3) Embrio
Embrio yang berkembang sempurna akan memiliki bagian-bagian
seperti epikotil, hipokotil, kotiledon, dan radikula. Fungsi biji adalah
untuk reproduksi atau memperbanyak diri, oleh karena itu ada organ
biji yang dapat mengaktifkan pertumbuhan dan pembelahan sel,
yaitu poros embrio. Disebut poros embrio karena pertumbuhannya
dapat diaktifkan kedua arah yaitu untuk pertumbuhan akar dan
8
batang. Poros embrio merupakan bagian-bagian yang sangat kecil
dibandingkan dengan biji.
2.3.3 Komposisi Kimia Benih
Zat makanan pokok yang terdapat dalam biji ada 3, yaitu
karbohidrat, lemak (minyak), dan protein. Ketiga zat makanan ini
tersusun terutama dari 3 unsur kimia, yaitu karbon, oksigen, dan
hidrogen.
1) Karbohidrat
Karbohidrat merupakan bagian terbesar pada kebanyakan biji.
Karbohidrat ini terdapat dalam bentuk: zat tepung/starch
(disakarida, polisakarida), hemicellulose (pentosan, hexosan),
karbohidrat terlarut/sugars (sukrosa/cane sugars).
2) Lemak
Lemak lebih banyak terdapat pada embrio dibandingkan dengan
pada endosperm, kecuali pada kelapa. Biji kelapa, jarak, kacang
tanah, bunga matahari, kelapa sawit, flax, kapas, soya bean, dan
jagung mengandung minyak atau lemak untuk industri. Fungsi
lemak atau minyak pada tanaman adalah sebagai sumber enersi
bagi pertumbuhan tanaman.
3) Protein
Sesudah air, protein menempati kedudukan pertama dalam jumlah
materi pembentuk protoplasma. Cadangan protein pada semua jenis
biji tanaman berbeda kadar dan macamnya. Kadar protein pada biji
legum umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan biji tanaman
lainnya. Fungsi utama protein adalah pembentukan protoplasma
pada permulaan pertumbuhan. (Suena, 2005)
2.3.4 Penggolongan Benih
Berdasarkan mutunya, benih dapat digolongkan menjadi:
1. Benih Penjenis (Breeder Seed/BS)
Benih penjenis dihasilkan di bawah pengawasan para pemulia
tanaman atau instansi berwenang.
9
2. Benih Dasar (Foundation Seed/FS)
Benih dasar adalah benih penjenis yang diproduksi di bawah
bimbingan yang intensif dan dalam pengawasan yang ketat. Benih
dasar diproduksi oleh lembaga pusat penelitian.
3. Benih Pokok (Stock Seed/SS)
Benih pokok merupakan keturunan dari benih penjenis atau benih
dasar yang dipelihara identitas, tingkat kemurniannya, dan
memenuhi standar mutu yang ditetapkan.
4. Benih Sebar (Extension Seed/ES)
Benih sebar merupakan keturunan dari benih penjenis, benih dasar,
atau benih pokok yang dijaga ketat tingkat kemurniannya, sehingga
memenuhi standar mutu benih serta telah disertifikasi oleh instansi
yang berwenang. (Satari et al., 2004)
Berdasarkan responnya terhadap perubahan kadar air, benih dapat
digolongkan menjadi 3, yaitu:
1. Benih Ortodoks
Benih ortodoks adalah benih yang dapat dikeringkan sampai
kadar air rendah (2,5%) dan disimpan pada suhu dan kelembaban
penyimpanan yang rendah tanpa menurunkan viabilitas
(kemampuan berkecambah) benih secara nyata. Secara umum
benih ortodok memiliki ciri kulit biji keras, ukuran biji biasanya
kecil hingga sedang, kadar air biji segar sebelum masak fisiologis
15-30%, kadar air saat masak fisiologis menurun hingga 6-10%.
Jenis pohon yang benihnya termasuk benih ortodok antara
lain merbau (Intsia bijuga), kayu kuku (Pericopsis mooniana),
tisuk (Hibiscus macrophyllus), pelita (Eucalyptus pellita),
krasikarpa (Acacia crassicarpa), ampupu (Eucalyptus urophylla
S.T.Blake), asam jawa (Tamarindus indica L.), bungur
(Langersstroemia speciosa (l.) Pers.), dan masih banyak lagi.
2. Benih Rekalsitran
Benih rekalsitran adalah benih yang cepat rusak (viabilitas
menurun) apabila diturunkan kadar airnya, dan tidak tahan
10
disimpan pada suhu dan kelembaban rendah. Penurunan kadar air
pada biji tipe ini akan berakibat penurunan viabilitas biji hingga
kematian.
Beberapa jenis pohon yang memiliki sifat benih rekalsitran,
diantaranya adalah meranti (Shorea selanica), gaharu (Aquilaria
malaccensis), damar (Agathis sp.), Kemenyan (Styrax benzoin),
Mimba (Azadirachta indica), Bakau (Rhizophora apiculata),
Nyamplung (Calophyllum inophyllum), dan salah satunya mangga
(Mangifera indica).
3. Benih Intermediet
Benih intermediet merupakan peralihan dari benih rekalsitran
dengan benih ortodoks. Benih tipe ini masih mampu bertahan hidup
bila kadar airnya diturunkan hingga batas tertentu di atas benih
ortodoks.
Contoh tanaman yang memiliki tipe benih intermediet adalah
jeruk lemon (Citrus lemon) dan kopi arabika (Coffea Arabica).
2.3.5 Molekuler Benih
Komponen Gizi Banyaknya Kandungan
Energi 65 kkal
Air 41,38%
Protein 3,08%
Lemak 9,85%
Karbohidrat 38,68%
Gula 0,9%
Vitamin C 13%
Sianogen glikosida 0,09%
Tabel 2.1 Kandungan Gizi pada Benih Mangga
Selain buahnya, benih mangga juga kaya akan komponen
gizi. Komponen gizi tertinggi yang terkandung benih mangga
adalah karbohidrat. Oleh karena itu, benih mangga dapat
11
dimanfaatkan sebagai bahan pangan, misalnya diolah untuk
dijadikan tepung.
2.4 Karakteristik Fisiologi Benih
2.4.1 Perkecambahan Benih
Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan individu baru
pada tanaman yang diawali dengan munculnya radikel pada testa benih.
Perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium
pertumbuhan. Air akan diabsorbsi dan digunakan untuk memacu
aktivitas enzim-enzim metabolisme perkecambahan. (Agustrina et al.
2013)
Suatu benih tanaman akan berkembang untuk menjadi sebuah
tanaman dewasa. Terdapat beberapa faktor pendukung yang
berpengaruh dalam perkembangan benih tersebut. Tanpa faktor-faktor
pendukung tersebut, suatu benih tidak dapat berkecambah sebagaimana
mestinya. Adapun faktor-faktor tersebut terbagi menjadi dua, yaitu
faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal).
1) Faktor Dalam
a) Tingkat Kematangan Biji
Suatu benih yang belum mencapai tingkat kematangan
suatu fisiologinya tidak akan memiliki viabilitas yang tinggi
pada saat dipanen. Hal tersebut terjadi karena benih tersebut
belum memiliki cadangan makanan yang cukup maupun belum
terbentuknya embrio yang sempurna. Jika kadar air pada biji
menurun hingga 20 persen, pada umumnya benih tersebut
dapat terbilang sebagai benih yang telah mencapai masak
secara fisiologis atau masak fungsional yang memiliki berat
kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor), serta daya
kecambah maksimum (viabilitas), sehingga dapat diartikan
bahwa benih tersebut memiliki mutu tertinggi.
b) Ukuran Benih
12
Terdapat perbedaan cadangan makanan pada ukuran dan
berat suatu benih. Benih yang besar dan berat memiliki
cadangan makanan lebih banyak daripada benih yang
berukuran kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan
tersebut digunakan oleh benih untuk sumber energi bagi
embrio saat melakukan perkecambahan.
c) Dormansi
Suatu benih akan dikatakan dormansi apabila dalam
keadaan hidup dan berada dalam keadaan yang secara umum
dapat melakukan perkecambahan tetapi benih tersebut tidak
melakukan perkecambahan atau dapat dikatakan suatu benih
dalam keadaan sehat (viabel) tetapi mengalami kegagalan
untuk berkecambah ketika dalam kondisi yang memungkinkan
untuk berkecabah, seperti suhu dan cahaya yang sesuai, serta
memiliki kelembaban yang cukup.
d) Penghambat Perkecambahan
Penghambat perkecambahan benih dapat berupa
kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan
benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta
bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat
laju respirasi.
2) Faktor luar
a) Air
Benih akan melakukan penyerapan air untuk
berkembang sesuai dengan sifat dari benih tersebut tergantung
kulit pelindung dan jumlah air yang ada pada sekitar media
benih tersebut, sedangkan jumlah yang diperlukan memiliki
perbedaan (bervariasi) tergantung jenis benih tersebut, dan
tingkat pengambilan air juga dipengaruhi oleh suhu.
Menurut Kamil (1979), diperkirakan 70 persen berat
suatu protoplasma sel hidup terdiri dari air yang memiliki
fungsi antara lain:
13
Memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
Memecahkan atau merobek kulit biji agar terjadi
pengembangan embrio dan endosperm.
Sebagai alat transpor larutan makanan dari endosperm
atau kotiledon ke titik tumbuh, untuk membentuk
protoplasma baru.
Mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan
beberapa fungsinya.
b) Suhu
Pada suhu antara 26.5 s.d. 35oC merupakan suhu optimal
bagi benih karna sangat menguntungkan untuk proses
berlangsungnya perkecambahan dimana presentase
perkembangan tertinggi dapat dicapai. (Sutopo, 2002)
c) Oksigen
Pada umumnya benih akan berkecambah pada udara
yang mengandung 29 persen oksigen serta 0.03 persen CO2.
Terkecuali pada benih dorman, akan mengalami
perkecambahan jika oksigen yang masuk ke dalam benih
sampai 80 persen, karena oksigen yang masuk ke embrio
kurang dari 3 persen (Kamil, 1979). Laju respirasi serta suhu,
dan mikroorganisme dalam benih sebanding dengan oksigen
yang dibutuhkan (Kuswanto, 1996). Saat perkecambahan
berlangsung, proses respirasi akan meningkat dengan disertai
meningkatkan pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air
dan panas. Jadi, jika oksigen yang tersedia disekitar terbatas,
maka proses perkecambahan akan terhambat.
d) Cahaya
Pengaruh cahaya terhadap perkecambahan suatu benih
terbagi atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan
cahaya mutlak, cahaya sebagai penghambat perkecambahan,
cahaya untuk mempercepat perkecambahan, dan golongan
dimana benih berkecambah dengan atau tanpa adanya cahaya.
14
e) Medium
Untuk menguji viabilitas benih dapat menggunakan
media seperti subtrat kertas, pasir, maupun tanah. Medium
tesebut juga haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur,
serta penyerapan air dan bebas dari organisme penyebab
penyakit untuk melakukan perkecambahan.
Menurut Sutopo (2002), berdasarkan letak kotiledonnya,
perkecambahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu epigeal dan
hipogeal.
a. Epigeal
Perkecambahan epigeal adalah dimana munculnya radikel diikuti
dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa
serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah.
b. Hipogeal
Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi teratas (epikotil)
sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon
tetap di bawah tanah.
Gambar 2.5 Perkecambahan Epigeal dan Hipogeal
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
tipe perkecambahan dari benih mangga yang bertipe biji dikotil adalah
perkecambahan dengan tipe hipogeal.
15
Gambar 2.6 Perkecambahan pada Mangga
Secara umum, proses perkecambahan benih terjadi melalui 6
tahapan, yaitu: 1) imbibisi, 2) respirasi, 3) pengaktifan enzim-enzim, 4)
katabolisme, 5) anabolisme, dan 6) emergence (berkecambah). (Suena
2005)
Proses perkecambahan pada manga dimulai dari peristiwa
imbibisi. Jika biji ini menemui tanah yang lembap, cukup cahaya, suhu
hangat, mulailah terjadi penyerapan air melalui kulit yang keras ini.
Proses metabolisme yang terjadi di dalam embrio sama pada embrio
pada biji padi. Air masuk ke dalam jaringan embrio dan mengaktifkan
protein kompleks dan senyawa organik lainnya. Metabolisme senyawa-
senyawa organik di dalam jaringan embrio meningkat, sehingga
menghasilkan berbagai enzim dan hormon-hormon penunjang
pertumbuhan. Hanya saja nanti, batang lembaga berada di atas daun
lembaga. Batang lembaga ini nantinya menjadi daun dan batang sejati.
Pada fase ini, sangat rawan terjadinya gangguan. Apabila daun
lembaga ini dibuang, kecambah mangga akan mengalami kematian
karena tidak ada sumber makanan dan energi yang dapat diambil oleh
titik tumbuh (meristem).
16
2.4.2 Dormansi Benih
Dormansi benih adalah ketidakmampuan benih hidup untuk
berkecambah pada lingkungan yang optimum. Dormansi dapat
disebabkan oleh rendahnya/tidak adanya proses imbibisi, proses
respirasi yang terhambat, dan rendahnya proses metabolisme cadangan
makanan. (Sutopo, 2002)
Berikut ini jenis-jenis dormansi benih dan cara mengatasinya.
1) Dormansi Fisik
Dormansi fisik sering terjadi pada biji tanaman sayuran dan
beberapa jenis tanaman kehutanan seperti sengon, akasia, jambu
mete dan kaliandra. Penyebabnya adalah kulit biji yang tidak dapat
dilewati oleh air. Cara mengatasinya, siram dan rendam biji dalam
air panas selama 2-5 menit sampai kulitnya menjadi lebih lunak.
Kemudian, rendam biji di dalam air dingin selama 1-2 hari agar air
dapat menembus pori-pori kulit biji dan sampai ke embrionya.
2) Dormansi Mekanis
Dormansi mekanis sering terjadi pada biji jati, kemiri, kenari,
dan mangga. Penyebabnya adalah kulit biji yang terlalu keras
sehingga sulit ditembus calon akar dan tunas. Pada biji mangga,
dormansi ini dapat diatasi dengan menyayat dan membuang kulit
bijinya. Sementara itu, pada biji yang terbungkus tempurung seperti
biji kemiri dan kenari, dormansi mekanis dapat diatasi dengan
membuang tempurungnya menjadi tipis, rusak atau retak agar mudah
ditembus calon akar dan tunas. Caranya dengan mengetok pukul,
mengikir-asah, menggesekkan pada lantai kasar, menggesek
menggunakan kertas pasit, atau dengan membakarnya sebelum
disemai.
3) Dormansi Kimia
Dormansi kimia sering terjadi pada biji yang mengandung
lapisan pektin seperti biji pepaya. Penyebabnya adalah adanya
kandungan zat tertentu di dalam biji yang menghambat
perkecambahan. Cara mengatasinya, rendam biij di dalam larutan
17
Atonik dengan dosis 1 cc per 2 liter air selama 1 jam. Kemudian
peram biji dengan gulungan kain basah selama 24 jam. (Redaksi
Agromedia, 2007)
2.4.3 Pengujian Benih
1) Pengujian Rutin
Pengujian rutin merupakan pengujian standar yang selalu
dilakukan terhadap contoh benih yang dikirim produsen. Di antara
pengujian rutin tersebut yaitu pengujian daya berkecambah (DB),
analisis kemurnian benih, penetapan kadar air, dan penetapan
varietas.
2) Pengujian Khusus
Pengujian khusus merupakan pengujian yang dilakukan atas
dasar keadaan suatu lot (kelompok) benih yang memungkinkan
harus dilakukan pengujian khusus, dan di antara pengujian khusus
tersebut yaitu pengujian viabilitas benih, penetapan bobot 1000
butir, pengujian heterogenitas, pengujian kesehatan benih, dan
pengujian vigor benih. Pada umumnya, produsen benih
mencantumkan deskripsi mutu benih pada kemasan yang terdiri
dari deskripsi benih hasil pengujian rutin seperti pengujian DB,
analisis kemurnian, dan kadar air benih.
2.5 Deteriorasi Benih
Kualitas benih yang terbaik tercapai pada saat benih berada dalam
kondisi masak fisiologis, yang ditandai dengan mempunyai berat kering,
viabilitas, dan vigor maksimum. Adapun pengertian kemunduran benih atau
deteriorasi adalah semua perubahan yang terjadi dalam benih yang berperan,
yang akhirnya mengarah pada kematian benih. (Byrd, 1978)
2.5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deteriorasi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi laju kemunduran benih
antara lain:
1) Sifat Genetis Benih
18
Kemunduran benih karena sifat genetis biasa disebut proses
deteriorasi yang kronologis. Artinya, meskipun benih ditangani
dengan baik dan faktor lingkungannya mendukung, proses ini akan
tetap berlangsung.
2) Faktor Lingkungan
Proses ini biasa disebut proses deteriorasi fisiologis. Proses
ini terjadi karena adanya faktor lingkungan yang tidak sesuai
dengan persyaratan penyimpanan benih, atau terjadi proses
penyimpangan selama pembentukan dan prosesing benih. (Suena,
2005)
Kemunduran benih tidak bisa bisa dihentikan, namun hanya bisa
diperlambat. Beberapa teknik yang bisa digunakan sebagai alternatif
dalam upaya memperlambat deteriorasi diantaranya:
1) Pemanenan saat benih mencapai masak fisiologis
Waktu panen yang tepat sangat mempengaruhi mutu benih.
Benih yang dipanen lewat masak fisiologis menyebabkan benih
sudah mengalami penurunan, sehingga secara otomatis
viabilitasnya juga turun.
2) Memproses benih dengan benar
Penanganan benih sangat berbeda dengan penanganan biji
biasa untuk dikonsumsi. Perlakuan yang baik dimaksudkan untuk
mempertahankan vigor awal benih. Setelah pengolahan benih
berlangsung maka benih yang dihasilkan harus terjamin mutunya,
dan tetap memenuhi standar yang ditentukan, seperti kadar air,
daya berkecambah, kemurnian benih, kesehatan benih, dan
sebagainya.
3) Penyimpanan benih
Penyimpanan benih dilakukan terhadap benih yang tidak
langsung digunakan. Supaya tidak mengalami
kemunduran/deteriorasi maka benih harus disimpan dengan suhu,
kadar air dan kelembaban tertentu. (Kementrian Kehutanan, 2012)
19
2.5.2 Viabilitas dan Vigor Benih
Viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk berkecambah
dan menghasilkan kecambah normal pada keadaan optimum. Viabilitas
akan makin meningkat dengan bertambah tuanya benih. Benih pada saat
itu benih telah mencapai viabilitas maksimum (100 persen) yang
konstan tetapi sesudah itu akan menurun sesuai dengan keadaan
lingkungan.
Vigor benih adalah suatu ukuran kemampuan potensial benih
untuk berkecambah, tumbuh dengan cepat dan menghasilkan
kecambah-kecambah normal pada variasi keadaan yang tidak
menguntungkan. Beberapa kondisi yang tidak menguntungkan misalnya
kondisi kekeringan, tanah masam, tanah yang mengandung penyakit,
dan sebagainya. (Suena, 2005)
2.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viabilitas dan Vigor Benih
Sementara itu, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi viabilitas
dan vigor benih antara lain:
1. Faktor Genetik
Komposisi genetika setiap benih berbeda-beda karena identitas
genetik merupakan faktor bawaan.
2. Kondisi Lingkungan Tumbuh dan Ruang Simpan
Kondisi dan perlakuan selama prapanen, pascapanen, maupun saat
pemasaran benih sangat berpengaruh terhadap mutu benih tersebut.
3. Kematangan Benih
Kualitas maksimal suatu benih tercapai saat benih tersebut
mencapai matang fisiologis.
4. Proses Pengolahan Benih
Pengolahan yang baik tidak akan menyebabkan kerusakan pada
benih, sedangkan pengolahan yang tidak baik menyebabkan benih
memar dan pecah.
5. Jenis Kemasan
20
Jenis kemasan yang baik dapat mempertahankan kadar air dan
vigor benih, selain itu kemasan yang baik juga dapat menghindari
benih dari benturan, serangan hama dan penyakit. Contoh kemasan
yang baik antara lain yaitu kaleng, aluminium foil, plastik tebal,
dan lain-lain.
2.5.4 Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih
Pengujian viabilitas bertujuan untuk melihat gejala pertumbuhan
benih pada kondisi optimum. Macam-macam substrat yang biasa
digunakan pada uji viabilitas antara lain kertas merang, kertas buram,
dan kertas stensil. Sedangkan metode uji viabilitas antara lain:
a) Uji Kertas Digulung (UKD)
Uji kertas digulung ditujukan untuk benih dengan ukuran besar.
b) Uji Antar Kertas (UAK)
Uji kertas digulung ditujukan untuk benih dengan ukuran besar dan
kecil.
c) Uji Di atas Kertas (UDK)
Uji kertas digulung ditujukan untuk benih dengan ukuran kecil.
Sedangkan pengujian vigor benih bertujuan untuk melihat gejala
pertumbuhan benih pada kondisi kurang menguntungkan (sub
optimum). Macam-macam substrat yang bisa digunakan dalam uji vigor
antara lain pasir, kerikil, dan pecahan batu bata. Langkah-langkah
pengujian vigor benih:
1. Sediakan bak berisi substrat (pasir/kerikil/pecahan batu bata) lalu
basahi substrat tersebut secukupnya.
2. Tanam benih dengan kedalaman yang telah ditentukan pada
substrat.
3. Amati selama 5 hari dan catat hasilnya.
2.6 Benih Transgenik
Benih transgenik adalah tanaman hasil rekayasa gen dengan cara
disisipi satu atau sejumlah gen (transgene) yang merupakan salah satu
kemajuan bioteknologi yaitu Genetically Modified Organism (GMO).
21
Benih transgenik merupakan hasil rekayasa genetika yang memiliki
banyak keunggulan, antara lain dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas, memperbaiki nutrisi, dan meningkatkan masa simpan produk.
Benih transgenik juga akan menghasilkan tumbuhan yang resisten terhadap
hama dan hasil yang lebih melimpah.
Namun, dibalik kelebihannya, benih transgenik juga menimbulkan
kontra di kalangan konsumen. Benih transgenik diketahui berpotensi untuk
membawa gen-gen berbahaya bagi tanaman yang akan dihasilkannya. Selain
itu, gangguan lain yang timbul karena benih transgenik adalah hilangnya
species asli non transgenik.
Khusus untuk mangga, sejauh ini belum ditemukan benih transgenik
untuk tanaman tersebut. Hal ini dikarenakan belum ada badan/instansi atau
peneliti yang mengembangkan benih transgenik dari mangga.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Benih merupakan hasil dari fertilisasi antara organ reproduktif yang
kemudian digunakan untuk perbanyakan tanaman. Struktur benih mangga
terdiri atas tiga bagian, yaitu kulit benih, jaringan penyimpan cadangan
makanan, dan embrio. Kandungan yang terdapat dalam benih mangga yaitu
karbohidrat (38,68%), lemak (9,85%), protein (3,08%), gula (0,9%), vitamin
C (13%), sianogen glikosida (0,09%), air (41,38%), dan energi (65 kkal).
22
Benih mangga termasuk benih rekalsitran karena tidak tahan disimpan pada
suhu dan kelembapan rendah.
Proses perkecambahan mangga sama dengan tanaman pada umumnya,
sedangkan tipe perkecambahan dari benih mangga yang bertipe biji dikotil
adalah perkecambahan dengan tipe hipogeal.
Dormansi benih adalah ketidakmampuan benih hidup untuk
berkecambah pada lingkungan yang optimum. Dormansi yang terjadi pada
benih mangga termasuk dormansi mekanis. Penyebabnya adalah kulit biji
yang terlalu keras sehingga sulit ditembus calon akar dan tunas. Pada biji
mangga, dormansi ini dapat diatasi dengan menyayat dan membuang kulit
bijinya.
Hingga saat ini belum diketahui tentang keberadaan benih transgenik
pada mangga karena tidak ada instansi atau peneliti yang
mengembangkannya.
3.2 Saran
Dalam menyusun makalah dengan tema yang sama diperlukan
referensi yang cakupannya lebih luas mengenai benih, khususnya benih
mangga.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. (1991). Budidaya Tanaman Mangga. Yogyakarta: Kanisius.
Agustrina, Rochmach, Eti Ernawiati, Sumardi, Aulia Rohma. (2013). Pengaruh
Medan Magnet Terhadap Aktivitas Enzim α-Amilase pada Kecambah
Kacang Merah dan Kacang Buncis Hitam (Phaseolus vulgaris L.). Seminar
Nasional Sains & Teknologi V. Lembaga Penelitian Universitas Lampung.
Byrd, Harold. (1978). Pedoman Teknologi Benih. State College.
Kamil, Jurnalis. (1979). Teknologi Benih I. Padang: Angkasa Raya.
23
Kementrian Kehutanan. (2012). Kemunduran Benih. Makassar: Balai Perbenihan
Tanaman Hutan Sulawesi.
Kuswanto, H. (1996). Dasar-dasar Teknologi Produksi dan Sertifikasi Benih.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Redaksi Agromedia. (2007). Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Sadjad, Sjamsoe'oed. (1975). Dasar-Dasar Teknologi Benih. Bogor: Institut
Pertanian Bogor
Satari, Gunawan, Tati Nurmala, Oih Al Alis Mihardja, Aep Wawan Irawan, Agus
Wahyudin. (2004). Dasar-Dasar Agronomi. Bandung: Pustaka Giratuna.
Suena, Wayan, 2005. Modul Teknologi Benih. Denpasar: Fakultas Pertanian
Universitas Udayana.
Sutono, S., 2008. Budidaya Tanaman Mangga. Bogor: Balai Penelitian Tanah.
Sutopo, Lita. (2002). Teknologi Benih. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
24