Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

42
BENIH MANGGA (Mangifera indica L.) Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknologi Benih Disusun oleh: Kelompok 3 Adnan Alija (150510140011) Fahrul Rozi (150510140157) Vidianita Putri (150510140176) Octa Saktianti (150510140185) Naufal Alwin (150510140187) PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR

description

Benih Mangga

Transcript of Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

Page 1: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

BENIH MANGGA (Mangifera indica L.)

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknologi Benih

Disusun oleh:

Kelompok 3

Adnan Alija (150510140011)Fahrul Rozi (150510140157)Vidianita Putri (150510140176)Octa Saktianti (150510140185)Naufal Alwin (150510140187)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2015

Page 2: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat-Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah tentang “Benih Mangga”. Makalah ini

dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar Teknologi Benih.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan tugas

atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun, kami menyadari

bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan dan dorongan

sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.

Semoga tugas ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat

untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jatinangor, 2 Maret 2015

Penyusun

i

Page 3: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................iDAFTAR ISI.....................................................................................................................iiDAFTAR GAMBAR.......................................................................................................iiiDAFTAR TABEL............................................................................................................ivBAB I: PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................11.2 Rumusan Masalah...................................................................................................21.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................2

BAB II: PEMBAHASAN..................................................................................................32.1 Definisi Benih..........................................................................................................32.2 Botani Mangga........................................................................................................42.3 Karakteristik Biologis Benih...................................................................................5

2.3.1 Proses Pembentukan dan Perkembangan Benih............................................52.3.2 Struktur Benih...............................................................................................62.3.3 Komposisi Kimia Benih................................................................................82.3.4 Penggolongan Benih.....................................................................................92.3.5 Molekuler Benih..........................................................................................11

2.4 Karakteristik Fisiologi Benih................................................................................112.4.1 Perkecambahan Benih.................................................................................112.4.2 Dormansi Benih...........................................................................................162.4.3 Pengujian Benih..........................................................................................17

2.5 Deteriorasi Benih...................................................................................................182.5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deteriorasi..........................................182.5.2 Viabilitas dan Vigor Benih..........................................................................192.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viabilitas dan Vigor Benih................192.5.4 Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih.........................................................20

2.6 Benih Transgenik..................................................................................................21BAB III: PENUTUP........................................................................................................22

3.1 Kesimpulan............................................................................................................223.2 Saran......................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................23

DAFTAR GAMBAR

ii

Page 4: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

Gambar 2.1 Berbagai Jenis Benih Tanaman.....................................................................3

Gambar 2.2 Pohon Mangga...............................................................................................4

Gambar 2.3 Proses Pembentukan Benih Tanaman Mangga.............................................5

Gambar 2.4 Benih Mangga................................................................................................6

Gambar 2.5 Perkecambahan Epigeal dan Hipogeal........................................................14

Gambar 2.6 Perkecambahan pada Mangga.....................................................................14

DAFTAR TABEL

iii

Page 5: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

Tabel 2.1 Kandungan Gizi pada Benih Mangga.............................................................10

iv

Page 6: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap makhluk hidup mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakannya

dari benda mati. Salah satu ciri makhluk hidup tersebut adalah kemampuan

untuk berkembang biak. Makhluk hidup, khususnya tanaman, mempunyai

siklus hidup yang terdiri dari periode vegetatif hingga periode generatif, pada

saat periode generatif tanaman mampu menghasilkan organ reproduksi berupa

bunga, kemudian dengan adanya organ reproduksi, tanaman tersebut mampu

melakukan proses penyerbukan dan menghasilkan buah maupun biji atau

benih, dengan adanya biji atau benih tanaman akan mati dan benih yang

dihasilkan akan meregenerasi tanaman induk. Dapat dikatakan jika benih

merupakan suatu hal kecil yang memiliki arti yang sangat penting bagi

kelangsungan hidup tanaman itu sendiri maupun kelangsungan hidup

organisme lainnya.

Tujuan dari pembiakan tanaman tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup lainnya, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan pengetahuan yang berkaitan, dalam hal ini adalah mengenai benih. Oleh karena itu, pemahaman mengenai struktur dan bagian-bagian benih sangatlah diperlukan karena hal tersebut berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan benih menjadi individu baru yang utuh. Dengan mengetahui hal-hal tersebut diharapkan benih mampu dijadikan media perbanyakan yang mampu menghasilkan tanaman-tanaman yang sehat, unggul serta memuaskan dari segi ekonomi dan ilmu pengetahuan.

1

Page 7: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan benih?

2. Bagaimanakah struktur benih mangga?

3. Bagaimanakah komposisi kimia dari benih mangga?

4. Mangga termasuk pada tipe perkecambahan seperti apa?

5. Bagaimanakah proses perkecambahan benih mangga?

6. Apa yang dimaksud dengan dormansi, deteriorasi, vigor, dan viabilitas

pada benih?

7. Pengujian apa saja yang biasa dilakukan terhadap benih?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk untuk

mengetahui dan memahami struktur benih dan kecambah serta bagian-

bagiannya, terutama struktur dan bagian-bagian benih Mangga (Mangifera

indica L.); memahami tipe perkecambahan dari benih mangga serta proses

perkecambahannya; memahami pengertian dari dormansi, deteriorasi, vigor,

dan viabilitas pada benih; serta memahami pengujian yang dilakukan pada

benih.

2

Page 8: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Benih

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 tahun 1992

tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4

disebutkan bahwa benih tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah

tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau

mengembangbiakkan tanaman.

Sedangkan menurut Sadjad (1975), benih dapat diartikan sebagai

berikut:

a. Struktural: Benih merupakan biji yang secara umum merupakan hasil dari

perkembangbiakan tanaman secara generatif.

b. Agronomis: Istilah biji diartikan sebagai hasil panen yang dimanfaatkan

untuk tujuan konsumsi. Sedangkan benih merupakan hasil panen yang

dimanfaatkan untuk tujuan produksi / budidaya.

c. Fungsional: Benih merupakan bahan untuk perbanyakan tanaman.

d. Teknologi pemuliaan: Benih merupakan suatu komponen yang memiliki

sifat pewarisan yang jelas.

e. Bioteknologi: Benih merupakan produksi artifisial/buatan manusia yang

spesifik dan efisien.

3

Page 9: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

Gambar 2.1 Berbagai Jenis Benih Tanaman2.2 Botani Mangga

Tanaman mangga (Mangifera indica L.) berasal dari India, Srilanka,

dan Pakistan. Mangga asli Indonesia yang kemungkinan berasal dari

Kalimantan adalah kebemben/kweni (Mangifera odorata). Tanaman ini

merupakan buah tropis yang biasa tumbuh baik di daerah beriklim kering.

Sentra produksi mangga di Indonesia di antaranya adalah Indramayu,

Cirebon, dan Majalengka di Jawa Sarat, Tegal, Kudus, Pati, Magelang, dan

Soyolali di Jawa Tengah, Pasuruan, Probolinggo, Nganjuk, dan Pamekasan di

Jawa Timur. Juga di daerah Istimewa Yogyakarta, Sumatera Utara, Sumatera

Sarat, Sulawesi Selatan, Maluku, Nusa Tenggara Sarat, dan Nusa Tenggara

Timur. (Sutono, 2008)

Klasifikasi botani tanaman mangga adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Division : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub division : Angiospermae (berbiji tertutup)

Class : Dicotyledoneae (berkeping dua)

Order : Sapindales

Family : Anacardiaceae

Genus : Mangifera

Species : Mangifera indica L. (AAK, 1991)

4

Page 10: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

Gambar 2.2 Pohon Mangga2.3 Karakteristik Biologis Benih

2.3.1 Proses Pembentukan dan Perkembangan Benih

1) Proses Pembentukan Benih

Mangga merupakan tumbuhan berbiji tertutup

(angiospermae). Penyerbukan pada tanaman mangga terjadi bila

serbuk sari sampai ke kepala putik. Proses ini dapat terjadi dengan

bantuan angin, hewan penyerbuk, atau manusia. Ciri yang khas

pada kelompok tumbuhan ini adalah proses pembuahan ganda.

Pertama antara sel telur dan sperma, hasil fusi keduanya akan

menghasilkan zigot. Kedua, antara sperma dan sel induk

endospermae, hasil fusi keduanya menghasilkan endosperma.

Untuk pertumbuhannya, embrio memerlukan zat makanan yang

diperoleh dari endosperma.

5

Page 11: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

Gambar 2.3 Proses Pembentukan Benih Tanaman Mangga

2) Proses Perkembangan Benih

Setelah proses pembuahan, maka terjadi pembelahan sel yang

cepat. Pada tahap ini, embrio hampir terbentuk sepenuhnya dan

kadar air benih kira-kira 80%. Setelah itu terjadi akumulasi

cadangan makanan yang dibuat pada tanaman yang hijau lalu

ditransportasikan ke benih yang sedang berkembang. Pada tahap

terakhir, benih mencapai masak fisiologis yang ditandai dengan

penurunan kadar air hingga 20%. Pada saat masak fisiologis, benih

mempunyai berat kering maksimum, vigor maksimum, viabilitas

maksimum, dan pertumbuhan benih tidak terjadi lagi.

2.3.2 Struktur Benih

Gambar 2.4 Benih Mangga

Secara umum, benih terdiri dari 3 bagian, yaitu:

6

Page 12: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

1) Kulit Benih (Seed Coat/Testa)

Apabila benih digambarkan sebagai sebuah bola, maka di

bagian luar benih dibatasi oleh sebuah struktur pembungkus atau

lapisan pelindung yang berkembang dari integument atau perpaduan

dari kulit buah (dinding ovary) atau pericarp dengan kulit benih yang

sesungguhnya bersatu dengan tangkai ovule. Kulit benih mangga

memiliki 2 lapisan, yaitu lapisan dalam yang tipis, berselaput, dan

lunak; sedangkan lapisan luar tebal dan keras.

Kulit benih mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Melindungi bagian luar dari benturan dan gesekan.

b. Mengatur kondisi suci hama (steril) di dalam biji dan

menghambat masuknya jasad renik.

c. Mengatur kecepatan penyerapan air komponen bagian dalam.

d. Mengatur kecepatan masuknya oksigen, karbondioksida, dan

gas lain yang dibutuhkan untuk metabolisme.

e. Mengatur perkecambahan dengan menyebabkan dormansi biji.

2) Jaringan Penyimpan Cadangan Makanan

Pada biji ada beberapa struktur yang dapat berfungsi sebagai

jaringan penyimpan cadangan makanan.

a) Kotiledon

Kotiledon ini terdapat pada kacang-kacangan (Legumes),

semangka (Citrulus vulgaris Schard), labu (Cucurbita pepo L.).

Pada biji bean, kedele, kacang tanah, alfalfa, clover, bunga

matahari, endosperm tidak ditemukan lagi karena sudah habis

diserap oleh embryo untuk pertumbuhannya sebelum

perkecambahan. Biji-biji ini pada waktu matang hanya

mempunyai: kotiledon, embryo (terdiri dari plumule dan

radicle), dan kulit biji (seed coat/testa). Pada biji-biji ini

makanan cadangan disimpan pada kotiledon atau juga sedikit

pada embryonic axis sendiri. Biji-biji tipe ini akan berkecambah

7

Page 13: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

relatif lebih cepat, karena proses pencernaan sudah terjadi lebih

dahulu.

b) Endosperm

Jaringan penyimpan makanan ini terdapat pada: jagung,

gandum, kelapa (bagian dalam yang berwarna putih dan dapat

dimakan adalah merupakan endospermnya), padi, oats,

sorghum, jarak, dan golongan serealia lainnya. Endosperm dapat

didefinisikan sebagai suatu jaringan penyimpan makanan

cadangan yang mana diserap oleh embryo sebelum dan atau

selama proses perkecambahan benih. Jadi endosperm selalu

terdapat di dalam benih yang sangat muda yang kemudian habis

diserap atau tidak oleh embryo sewaktu pertumbuhannya. Biji-

biji tipe ini akan berkecambah relatif lebih lambat, karena proses

penyerapan air dan pencernaan tidak akan terjadi atau baru

dimulai sewaktu biji tersebut dikecambahkan.

c) Perisperm

Jaringan penyimpan cadangan makanan tipe ini terdapat

pada: familia Chenopodiaceae (Beta vulgaris L.; Spinacia

oleraceedae L.) dan familia Caryophyllaceae (Dianthus sp.;

Agros temaa sp). Disini sewaktu ovule sedang tumbuh, embryo

juga tumbuh, nucellus tidak habis dipakai untuk pertumbuhan

tersebut, terkadang adakalanya berkembang, sehingga terbentuk

suatu jaringan yang disebut perisperm dan masih terdapat pada

biji di waktu matang.

3) Embrio

Embrio yang berkembang sempurna akan memiliki bagian-bagian

seperti epikotil, hipokotil, kotiledon, dan radikula. Fungsi biji adalah

untuk reproduksi atau memperbanyak diri, oleh karena itu ada organ

biji yang dapat mengaktifkan pertumbuhan dan pembelahan sel,

yaitu poros embrio. Disebut poros embrio karena pertumbuhannya

dapat diaktifkan kedua arah yaitu untuk pertumbuhan akar dan

8

Page 14: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

batang. Poros embrio merupakan bagian-bagian yang sangat kecil

dibandingkan dengan biji.

2.3.3 Komposisi Kimia Benih

Zat makanan pokok yang terdapat dalam biji ada 3, yaitu

karbohidrat, lemak (minyak), dan protein. Ketiga zat makanan ini

tersusun terutama dari 3 unsur kimia, yaitu karbon, oksigen, dan

hidrogen.

1) Karbohidrat

Karbohidrat merupakan bagian terbesar pada kebanyakan biji.

Karbohidrat ini terdapat dalam bentuk: zat tepung/starch

(disakarida, polisakarida), hemicellulose (pentosan, hexosan),

karbohidrat terlarut/sugars (sukrosa/cane sugars).

2) Lemak

Lemak lebih banyak terdapat pada embrio dibandingkan dengan

pada endosperm, kecuali pada kelapa. Biji kelapa, jarak, kacang

tanah, bunga matahari, kelapa sawit, flax, kapas, soya bean, dan

jagung mengandung minyak atau lemak untuk industri. Fungsi

lemak atau minyak pada tanaman adalah sebagai sumber enersi

bagi pertumbuhan tanaman.

3) Protein

Sesudah air, protein menempati kedudukan pertama dalam jumlah

materi pembentuk protoplasma. Cadangan protein pada semua jenis

biji tanaman berbeda kadar dan macamnya. Kadar protein pada biji

legum umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan biji tanaman

lainnya. Fungsi utama protein adalah pembentukan protoplasma

pada permulaan pertumbuhan. (Suena, 2005)

2.3.4 Penggolongan Benih

Berdasarkan mutunya, benih dapat digolongkan menjadi:

1. Benih Penjenis (Breeder Seed/BS)

Benih penjenis dihasilkan di bawah pengawasan para pemulia

tanaman atau instansi berwenang.

9

Page 15: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

2. Benih Dasar (Foundation Seed/FS)

Benih dasar adalah benih penjenis yang diproduksi di bawah

bimbingan yang intensif dan dalam pengawasan yang ketat. Benih

dasar diproduksi oleh lembaga pusat penelitian.

3. Benih Pokok (Stock Seed/SS)

Benih pokok merupakan keturunan dari benih penjenis atau benih

dasar yang dipelihara identitas, tingkat kemurniannya, dan

memenuhi standar mutu yang ditetapkan.

4. Benih Sebar (Extension Seed/ES)

Benih sebar merupakan keturunan dari benih penjenis, benih dasar,

atau benih pokok yang dijaga ketat tingkat kemurniannya, sehingga

memenuhi standar mutu benih serta telah disertifikasi oleh instansi

yang berwenang. (Satari et al., 2004)

Berdasarkan responnya terhadap perubahan kadar air, benih dapat

digolongkan menjadi 3, yaitu:

1. Benih Ortodoks

Benih ortodoks adalah benih yang dapat dikeringkan sampai

kadar air rendah (2,5%) dan disimpan pada suhu dan kelembaban

penyimpanan yang rendah tanpa menurunkan viabilitas

(kemampuan berkecambah) benih secara nyata. Secara umum

benih ortodok memiliki ciri kulit biji keras, ukuran biji biasanya

kecil hingga sedang, kadar air biji segar sebelum masak fisiologis

15-30%, kadar air saat masak fisiologis menurun hingga 6-10%.

Jenis pohon yang benihnya termasuk benih ortodok antara

lain merbau (Intsia bijuga), kayu kuku (Pericopsis mooniana),

tisuk (Hibiscus macrophyllus), pelita (Eucalyptus pellita),

krasikarpa (Acacia crassicarpa), ampupu (Eucalyptus urophylla

S.T.Blake), asam jawa (Tamarindus indica L.), bungur

(Langersstroemia speciosa (l.) Pers.), dan masih banyak lagi.

2. Benih Rekalsitran

Benih rekalsitran adalah benih yang cepat rusak (viabilitas

menurun) apabila diturunkan kadar airnya, dan tidak tahan

10

Page 16: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

disimpan pada suhu dan kelembaban rendah. Penurunan kadar air

pada biji tipe ini akan berakibat penurunan viabilitas biji hingga

kematian.

Beberapa jenis pohon yang memiliki sifat benih rekalsitran,

diantaranya adalah meranti (Shorea selanica), gaharu (Aquilaria

malaccensis), damar (Agathis sp.), Kemenyan (Styrax benzoin),

Mimba (Azadirachta indica), Bakau (Rhizophora apiculata),

Nyamplung (Calophyllum inophyllum), dan salah satunya mangga

(Mangifera indica).

3. Benih Intermediet

Benih intermediet merupakan peralihan dari benih rekalsitran

dengan benih ortodoks. Benih tipe ini masih mampu bertahan hidup

bila kadar airnya diturunkan hingga batas tertentu di atas benih

ortodoks.

Contoh tanaman yang memiliki tipe benih intermediet adalah

jeruk lemon (Citrus lemon) dan kopi arabika (Coffea Arabica).

2.3.5 Molekuler Benih

Komponen Gizi Banyaknya Kandungan

Energi 65 kkal

Air 41,38%

Protein 3,08%

Lemak 9,85%

Karbohidrat 38,68%

Gula 0,9%

Vitamin C 13%

Sianogen glikosida 0,09%

Tabel 2.1 Kandungan Gizi pada Benih Mangga

Selain buahnya, benih mangga juga kaya akan komponen

gizi. Komponen gizi tertinggi yang terkandung benih mangga

adalah karbohidrat. Oleh karena itu, benih mangga dapat

11

Page 17: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

dimanfaatkan sebagai bahan pangan, misalnya diolah untuk

dijadikan tepung.

2.4 Karakteristik Fisiologi Benih

2.4.1 Perkecambahan Benih

Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan individu baru

pada tanaman yang diawali dengan munculnya radikel pada testa benih.

Perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium

pertumbuhan. Air akan diabsorbsi dan digunakan untuk memacu

aktivitas enzim-enzim metabolisme perkecambahan. (Agustrina et al.

2013)

Suatu benih tanaman akan berkembang untuk menjadi sebuah

tanaman dewasa. Terdapat beberapa faktor pendukung yang

berpengaruh dalam perkembangan benih tersebut. Tanpa faktor-faktor

pendukung tersebut, suatu benih tidak dapat berkecambah sebagaimana

mestinya. Adapun faktor-faktor tersebut terbagi menjadi dua, yaitu

faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal).

1) Faktor Dalam

a) Tingkat Kematangan Biji

Suatu benih yang belum mencapai tingkat kematangan

suatu fisiologinya tidak akan memiliki viabilitas yang tinggi

pada saat dipanen. Hal tersebut terjadi karena benih tersebut

belum memiliki cadangan makanan yang cukup maupun belum

terbentuknya embrio yang sempurna. Jika kadar air pada biji

menurun hingga 20 persen, pada umumnya benih tersebut

dapat terbilang sebagai benih yang telah mencapai masak

secara fisiologis atau masak fungsional yang memiliki berat

kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor), serta daya

kecambah maksimum (viabilitas), sehingga dapat diartikan

bahwa benih tersebut memiliki mutu tertinggi.

b) Ukuran Benih

12

Page 18: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

Terdapat perbedaan cadangan makanan pada ukuran dan

berat suatu benih. Benih yang besar dan berat memiliki

cadangan makanan lebih banyak daripada benih yang

berukuran kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan

tersebut digunakan oleh benih untuk sumber energi bagi

embrio saat melakukan perkecambahan.

c) Dormansi

Suatu benih akan dikatakan dormansi apabila dalam

keadaan hidup dan berada dalam keadaan yang secara umum

dapat melakukan perkecambahan tetapi benih tersebut tidak

melakukan perkecambahan atau dapat dikatakan suatu benih

dalam keadaan sehat (viabel) tetapi mengalami kegagalan

untuk berkecambah ketika dalam kondisi yang memungkinkan

untuk berkecabah, seperti suhu dan cahaya yang sesuai, serta

memiliki kelembaban yang cukup.

d) Penghambat Perkecambahan

Penghambat perkecambahan benih dapat berupa

kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan

benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta

bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat

laju respirasi.

2) Faktor luar

a) Air

Benih akan melakukan penyerapan air untuk

berkembang sesuai dengan sifat dari benih tersebut tergantung

kulit pelindung dan jumlah air yang ada pada sekitar media

benih tersebut, sedangkan jumlah yang diperlukan memiliki

perbedaan (bervariasi) tergantung jenis benih tersebut, dan

tingkat pengambilan air juga dipengaruhi oleh suhu.

Menurut Kamil (1979), diperkirakan 70 persen berat

suatu protoplasma sel hidup terdiri dari air yang memiliki

fungsi antara lain:

13

Page 19: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

Memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.

Memecahkan atau merobek kulit biji agar terjadi

pengembangan embrio dan endosperm.

Sebagai alat transpor larutan makanan dari endosperm

atau kotiledon ke titik tumbuh, untuk membentuk

protoplasma baru.

Mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan

beberapa fungsinya.

b) Suhu

Pada suhu antara 26.5 s.d. 35oC merupakan suhu optimal

bagi benih karna sangat menguntungkan untuk proses

berlangsungnya perkecambahan dimana presentase

perkembangan tertinggi dapat dicapai. (Sutopo, 2002)

c) Oksigen

Pada umumnya benih akan berkecambah pada udara

yang mengandung 29 persen oksigen serta 0.03 persen CO2.

Terkecuali pada benih dorman, akan mengalami

perkecambahan jika oksigen yang masuk ke dalam benih

sampai 80 persen, karena oksigen yang masuk ke embrio

kurang dari 3 persen (Kamil, 1979). Laju respirasi serta suhu,

dan mikroorganisme dalam benih sebanding dengan oksigen

yang dibutuhkan (Kuswanto, 1996). Saat perkecambahan

berlangsung, proses respirasi akan meningkat dengan disertai

meningkatkan pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air

dan panas. Jadi, jika oksigen yang tersedia disekitar terbatas,

maka proses perkecambahan akan terhambat.

d) Cahaya

Pengaruh cahaya terhadap perkecambahan suatu benih

terbagi atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan

cahaya mutlak, cahaya sebagai penghambat perkecambahan,

cahaya untuk mempercepat perkecambahan, dan golongan

dimana benih berkecambah dengan atau tanpa adanya cahaya.

14

Page 20: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

e) Medium

Untuk menguji viabilitas benih dapat menggunakan

media seperti subtrat kertas, pasir, maupun tanah. Medium

tesebut juga haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur,

serta penyerapan air dan bebas dari organisme penyebab

penyakit untuk melakukan perkecambahan.

Menurut Sutopo (2002), berdasarkan letak kotiledonnya,

perkecambahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu epigeal dan

hipogeal.

a. Epigeal

Perkecambahan epigeal adalah dimana munculnya radikel diikuti

dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa

serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah.

b. Hipogeal

Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi teratas (epikotil)

sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon

tetap di bawah tanah.

Gambar 2.5 Perkecambahan Epigeal dan Hipogeal

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

tipe perkecambahan dari benih mangga yang bertipe biji dikotil adalah

perkecambahan dengan tipe hipogeal.

15

Page 21: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

Gambar 2.6 Perkecambahan pada Mangga

Secara umum, proses perkecambahan benih terjadi melalui 6

tahapan, yaitu: 1) imbibisi, 2) respirasi, 3) pengaktifan enzim-enzim, 4)

katabolisme, 5) anabolisme, dan 6) emergence (berkecambah). (Suena

2005)

Proses perkecambahan pada manga dimulai dari peristiwa

imbibisi. Jika biji ini menemui tanah yang lembap, cukup cahaya, suhu

hangat, mulailah terjadi penyerapan air melalui kulit yang keras ini.

Proses metabolisme yang terjadi di dalam embrio sama pada embrio

pada biji padi. Air masuk ke dalam jaringan embrio dan mengaktifkan

protein kompleks dan senyawa organik lainnya. Metabolisme senyawa-

senyawa organik di dalam jaringan embrio meningkat, sehingga

menghasilkan berbagai enzim dan hormon-hormon penunjang

pertumbuhan. Hanya saja nanti, batang lembaga berada di atas daun

lembaga. Batang lembaga ini nantinya menjadi daun dan batang sejati.

Pada fase ini, sangat rawan terjadinya gangguan. Apabila daun

lembaga ini dibuang, kecambah mangga akan mengalami kematian

karena tidak ada sumber makanan dan energi yang dapat diambil oleh

titik tumbuh (meristem).

16

Page 22: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

2.4.2 Dormansi Benih

Dormansi benih adalah ketidakmampuan benih hidup untuk

berkecambah pada lingkungan yang optimum. Dormansi dapat

disebabkan oleh rendahnya/tidak adanya proses imbibisi, proses

respirasi yang terhambat, dan rendahnya proses metabolisme cadangan

makanan. (Sutopo, 2002)

Berikut ini jenis-jenis dormansi benih dan cara mengatasinya.

1) Dormansi Fisik

Dormansi fisik sering terjadi pada biji tanaman sayuran dan

beberapa jenis tanaman kehutanan seperti sengon, akasia, jambu

mete dan kaliandra. Penyebabnya adalah kulit biji yang tidak dapat

dilewati oleh air. Cara mengatasinya, siram dan rendam biji dalam

air panas selama 2-5 menit sampai kulitnya menjadi lebih lunak.

Kemudian, rendam biji di dalam air dingin selama 1-2 hari agar air

dapat menembus pori-pori kulit biji dan sampai ke embrionya.

2) Dormansi Mekanis

Dormansi mekanis sering terjadi pada biji jati, kemiri, kenari,

dan mangga. Penyebabnya adalah kulit biji yang terlalu keras

sehingga sulit ditembus calon akar dan tunas. Pada biji mangga,

dormansi ini dapat diatasi dengan menyayat dan membuang kulit

bijinya. Sementara itu, pada biji yang terbungkus tempurung seperti

biji kemiri dan kenari, dormansi mekanis dapat diatasi dengan

membuang tempurungnya menjadi tipis, rusak atau retak agar mudah

ditembus calon akar dan tunas. Caranya dengan mengetok pukul,

mengikir-asah, menggesekkan pada lantai kasar, menggesek

menggunakan kertas pasit, atau dengan membakarnya sebelum

disemai.

3) Dormansi Kimia

Dormansi kimia sering terjadi pada biji yang mengandung

lapisan pektin seperti biji pepaya. Penyebabnya adalah adanya

kandungan zat tertentu di dalam biji yang menghambat

perkecambahan. Cara mengatasinya, rendam biij di dalam larutan

17

Page 23: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

Atonik dengan dosis 1 cc per 2 liter air selama 1 jam. Kemudian

peram biji dengan gulungan kain basah selama 24 jam. (Redaksi

Agromedia, 2007)

2.4.3 Pengujian Benih

1) Pengujian Rutin

Pengujian rutin merupakan pengujian standar yang selalu

dilakukan terhadap contoh benih yang dikirim produsen. Di antara

pengujian rutin tersebut yaitu pengujian daya berkecambah (DB),

analisis kemurnian benih, penetapan kadar air, dan penetapan

varietas.

2) Pengujian Khusus

Pengujian khusus merupakan pengujian yang dilakukan atas

dasar keadaan suatu lot (kelompok) benih yang memungkinkan

harus dilakukan pengujian khusus, dan di antara pengujian khusus

tersebut yaitu pengujian viabilitas benih, penetapan bobot 1000

butir, pengujian heterogenitas, pengujian kesehatan benih, dan

pengujian vigor benih. Pada umumnya, produsen benih

mencantumkan deskripsi mutu benih pada kemasan yang terdiri

dari deskripsi benih hasil pengujian rutin seperti pengujian DB,

analisis kemurnian, dan kadar air benih.

2.5 Deteriorasi Benih

Kualitas benih yang terbaik tercapai pada saat benih berada dalam

kondisi masak fisiologis, yang ditandai dengan mempunyai berat kering,

viabilitas, dan vigor maksimum. Adapun pengertian kemunduran benih atau

deteriorasi adalah semua perubahan yang terjadi dalam benih yang berperan,

yang akhirnya mengarah pada kematian benih. (Byrd, 1978)

2.5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deteriorasi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi laju kemunduran benih

antara lain:

1) Sifat Genetis Benih

18

Page 24: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

Kemunduran benih karena sifat genetis biasa disebut proses

deteriorasi yang kronologis. Artinya, meskipun benih ditangani

dengan baik dan faktor lingkungannya mendukung, proses ini akan

tetap berlangsung.

2) Faktor Lingkungan

Proses ini biasa disebut proses deteriorasi fisiologis. Proses

ini terjadi karena adanya faktor lingkungan yang tidak sesuai

dengan persyaratan penyimpanan benih, atau terjadi proses

penyimpangan selama pembentukan dan prosesing benih. (Suena,

2005)

Kemunduran benih tidak bisa bisa dihentikan, namun hanya bisa

diperlambat. Beberapa teknik yang bisa digunakan sebagai alternatif

dalam upaya memperlambat deteriorasi diantaranya:

1) Pemanenan saat benih mencapai masak fisiologis

Waktu panen yang tepat sangat mempengaruhi mutu benih.

Benih yang dipanen lewat masak fisiologis menyebabkan benih

sudah mengalami penurunan, sehingga secara otomatis

viabilitasnya juga turun.

2) Memproses benih dengan benar

Penanganan benih sangat berbeda dengan penanganan biji

biasa untuk dikonsumsi. Perlakuan yang baik dimaksudkan untuk

mempertahankan vigor awal benih. Setelah pengolahan benih

berlangsung maka benih yang dihasilkan harus terjamin mutunya,

dan tetap memenuhi standar yang ditentukan, seperti kadar air,

daya berkecambah, kemurnian benih, kesehatan benih, dan

sebagainya.

3) Penyimpanan benih

Penyimpanan benih dilakukan terhadap benih yang tidak

langsung digunakan. Supaya tidak mengalami

kemunduran/deteriorasi maka benih harus disimpan dengan suhu,

kadar air dan kelembaban tertentu. (Kementrian Kehutanan, 2012)

19

Page 25: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

2.5.2 Viabilitas dan Vigor Benih

Viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk berkecambah

dan menghasilkan kecambah normal pada keadaan optimum. Viabilitas

akan makin meningkat dengan bertambah tuanya benih. Benih pada saat

itu benih telah mencapai viabilitas maksimum (100 persen) yang

konstan tetapi sesudah itu akan menurun sesuai dengan keadaan

lingkungan.

Vigor benih adalah suatu ukuran kemampuan potensial benih

untuk berkecambah, tumbuh dengan cepat dan menghasilkan

kecambah-kecambah normal pada variasi keadaan yang tidak

menguntungkan. Beberapa kondisi yang tidak menguntungkan misalnya

kondisi kekeringan, tanah masam, tanah yang mengandung penyakit,

dan sebagainya. (Suena, 2005)

2.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viabilitas dan Vigor Benih

Sementara itu, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi viabilitas

dan vigor benih antara lain:

1. Faktor Genetik

Komposisi genetika setiap benih berbeda-beda karena identitas

genetik merupakan faktor bawaan.

2. Kondisi Lingkungan Tumbuh dan Ruang Simpan

Kondisi dan perlakuan selama prapanen, pascapanen, maupun saat

pemasaran benih sangat berpengaruh terhadap mutu benih tersebut.

3. Kematangan Benih

Kualitas maksimal suatu benih tercapai saat benih tersebut

mencapai matang fisiologis.

4. Proses Pengolahan Benih

Pengolahan yang baik tidak akan menyebabkan kerusakan pada

benih, sedangkan pengolahan yang tidak baik menyebabkan benih

memar dan pecah.

5. Jenis Kemasan

20

Page 26: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

Jenis kemasan yang baik dapat mempertahankan kadar air dan

vigor benih, selain itu kemasan yang baik juga dapat menghindari

benih dari benturan, serangan hama dan penyakit. Contoh kemasan

yang baik antara lain yaitu kaleng, aluminium foil, plastik tebal,

dan lain-lain.

2.5.4 Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih

Pengujian viabilitas bertujuan untuk melihat gejala pertumbuhan

benih pada kondisi optimum. Macam-macam substrat yang biasa

digunakan pada uji viabilitas antara lain kertas merang, kertas buram,

dan kertas stensil. Sedangkan metode uji viabilitas antara lain:

a) Uji Kertas Digulung (UKD)

Uji kertas digulung ditujukan untuk benih dengan ukuran besar.

b) Uji Antar Kertas (UAK)

Uji kertas digulung ditujukan untuk benih dengan ukuran besar dan

kecil.

c) Uji Di atas Kertas (UDK)

Uji kertas digulung ditujukan untuk benih dengan ukuran kecil.

Sedangkan pengujian vigor benih bertujuan untuk melihat gejala

pertumbuhan benih pada kondisi kurang menguntungkan (sub

optimum). Macam-macam substrat yang bisa digunakan dalam uji vigor

antara lain pasir, kerikil, dan pecahan batu bata. Langkah-langkah

pengujian vigor benih:

1. Sediakan bak berisi substrat (pasir/kerikil/pecahan batu bata) lalu

basahi substrat tersebut secukupnya.

2. Tanam benih dengan kedalaman yang telah ditentukan pada

substrat.

3. Amati selama 5 hari dan catat hasilnya.

2.6 Benih Transgenik

Benih transgenik adalah tanaman hasil rekayasa gen dengan cara

disisipi satu atau sejumlah gen (transgene) yang merupakan salah satu

kemajuan bioteknologi yaitu Genetically Modified Organism (GMO).

21

Page 27: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

Benih transgenik merupakan hasil rekayasa genetika yang memiliki

banyak keunggulan, antara lain dapat meningkatkan efisiensi dan

produktivitas, memperbaiki nutrisi, dan meningkatkan masa simpan produk.

Benih transgenik juga akan menghasilkan tumbuhan yang resisten terhadap

hama dan hasil yang lebih melimpah.

Namun, dibalik kelebihannya, benih transgenik juga menimbulkan

kontra di kalangan konsumen. Benih transgenik diketahui berpotensi untuk

membawa gen-gen berbahaya bagi tanaman yang akan dihasilkannya. Selain

itu, gangguan lain yang timbul karena benih transgenik adalah hilangnya

species asli non transgenik.

Khusus untuk mangga, sejauh ini belum ditemukan benih transgenik

untuk tanaman tersebut. Hal ini dikarenakan belum ada badan/instansi atau

peneliti yang mengembangkan benih transgenik dari mangga.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Benih merupakan hasil dari fertilisasi antara organ reproduktif yang

kemudian digunakan untuk perbanyakan tanaman. Struktur benih mangga

terdiri atas tiga bagian, yaitu kulit benih, jaringan penyimpan cadangan

makanan, dan embrio. Kandungan yang terdapat dalam benih mangga yaitu

karbohidrat (38,68%), lemak (9,85%), protein (3,08%), gula (0,9%), vitamin

C (13%), sianogen glikosida (0,09%), air (41,38%), dan energi (65 kkal).

22

Page 28: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

Benih mangga termasuk benih rekalsitran karena tidak tahan disimpan pada

suhu dan kelembapan rendah.

Proses perkecambahan mangga sama dengan tanaman pada umumnya,

sedangkan tipe perkecambahan dari benih mangga yang bertipe biji dikotil

adalah perkecambahan dengan tipe hipogeal.

Dormansi benih adalah ketidakmampuan benih hidup untuk

berkecambah pada lingkungan yang optimum. Dormansi yang terjadi pada

benih mangga termasuk dormansi mekanis. Penyebabnya adalah kulit biji

yang terlalu keras sehingga sulit ditembus calon akar dan tunas. Pada biji

mangga, dormansi ini dapat diatasi dengan menyayat dan membuang kulit

bijinya.

Hingga saat ini belum diketahui tentang keberadaan benih transgenik

pada mangga karena tidak ada instansi atau peneliti yang

mengembangkannya.

3.2 Saran

Dalam menyusun makalah dengan tema yang sama diperlukan

referensi yang cakupannya lebih luas mengenai benih, khususnya benih

mangga.

DAFTAR PUSTAKA

AAK. (1991). Budidaya Tanaman Mangga. Yogyakarta: Kanisius.

Agustrina, Rochmach, Eti Ernawiati, Sumardi, Aulia Rohma. (2013). Pengaruh

Medan Magnet Terhadap Aktivitas Enzim α-Amilase pada Kecambah

Kacang Merah dan Kacang Buncis Hitam (Phaseolus vulgaris L.). Seminar

Nasional Sains & Teknologi V. Lembaga Penelitian Universitas Lampung.

Byrd, Harold. (1978). Pedoman Teknologi Benih. State College.

Kamil, Jurnalis. (1979). Teknologi Benih I. Padang: Angkasa Raya.

23

Page 29: Dastekben Kelas H Kelompok 3 Mangga

Kementrian Kehutanan. (2012). Kemunduran Benih. Makassar: Balai Perbenihan

Tanaman Hutan Sulawesi.

Kuswanto, H. (1996). Dasar-dasar Teknologi Produksi dan Sertifikasi Benih.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Redaksi Agromedia. (2007). Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Jakarta:

Agromedia Pustaka.

Sadjad, Sjamsoe'oed. (1975). Dasar-Dasar Teknologi Benih. Bogor: Institut

Pertanian Bogor

Satari, Gunawan, Tati Nurmala, Oih Al Alis Mihardja, Aep Wawan Irawan, Agus

Wahyudin. (2004). Dasar-Dasar Agronomi. Bandung: Pustaka Giratuna.

Suena, Wayan, 2005. Modul Teknologi Benih. Denpasar: Fakultas Pertanian

Universitas Udayana.

Sutono, S., 2008. Budidaya Tanaman Mangga. Bogor: Balai Penelitian Tanah.

Sutopo, Lita. (2002). Teknologi Benih. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

24