Dasar Teori

7
I. DASAR TEORI Demam rematik adalah suatu peyakit sistematis yang disebabkan oleh infeksi streptokokus grup A. Demam rematik mempengaruhi semua persendian, menyebabkan poliarthritis. Penyakit demam rematik diawali dengan infeksi bakteri Streptococcus beta-hemolyticus golongan A pada kerongkongan. Infeksi ini menyebabkan penderita mengeluh nyeri kerongkongan dan demam. Jika infeksi tidak segera diobati, bakteri Streptococcus yang ada akan melakukan perlengketan yang kuat (adherence) di daerah sekitarnya dan merangsang pengeluaran antibodi (Ig-G). Antibodi yang dihasilkan akan mengikat kuman Streptococcus dan membentuk suatu kompleks imun dan akan menyebar ke seluruh tubuh, terutama ke jantung, sendi, dan susunan saraf. Jantung juga merupakan organ sasaran dan merupakan bagian yang kerusakannya paling serius. ASO ( anti-streptolisin O) merupakan antibodi yang paling dikenal dan paling sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi streptococcus. Lebih kurang 80 % penderita demam reumatik / penyakit jantung reumatik akut menunjukkan kenaikkan titer ASO ini; bila dilakukan pemeriksaan atas 3 antibodi terhadap streptococcus, maka pada 95 % kasus demam reumatik / penyakit jantung reumatik didapatkan peninggian atau lebih antibodi terhadap streptococcus. Pemeriksaan ASO adalah tata cara pemeriksaan laboratorium untuk menentukan kadar Anti streptolisin O

description

teori singkat

Transcript of Dasar Teori

I.DASAR TEORI

Demam rematik adalah suatu peyakit sistematis yang disebabkan oleh infeksi

streptokokus grup A. Demam rematik mempengaruhi semua persendian,

menyebabkan poliarthritis. Penyakit demam rematik diawali dengan infeksi bakteri

Streptococcus beta-hemolyticus golongan A pada kerongkongan. Infeksi ini

menyebabkan penderita mengeluh nyeri kerongkongan dan demam.

Jika  infeksi tidak segera diobati, bakteri Streptococcus yang ada akan

melakukan perlengketan yang kuat (adherence) di daerah sekitarnya dan merangsang

pengeluaran antibodi (Ig-G). Antibodi yang dihasilkan akan mengikat kuman

Streptococcus dan membentuk suatu kompleks imun dan akan menyebar ke seluruh

tubuh, terutama ke jantung, sendi, dan susunan saraf. Jantung juga merupakan organ

sasaran dan merupakan bagian yang kerusakannya paling serius.

ASO ( anti-streptolisin O) merupakan antibodi yang paling dikenal dan paling

sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi streptococcus. Lebih kurang 80

% penderita demam reumatik / penyakit jantung reumatik akut menunjukkan

kenaikkan titer ASO ini; bila dilakukan pemeriksaan atas 3 antibodi terhadap

streptococcus, maka pada 95 % kasus demam reumatik / penyakit jantung reumatik

didapatkan peninggian atau lebih antibodi terhadap streptococcus.

Pemeriksaan ASO adalah tata cara pemeriksaan laboratorium untuk menentukan

kadar Anti streptolisin O secara kualitatif / semi kuantitatif. ASO ( anti-streptolisin O)

merupakan antibodi yang paling dikenal dan paling sering digunakan untuk indikator

terdapatnya infeksi streptococcus. Lebih kurang 80 % penderita demam reumatik /

penyakit jantung reumatik akut menunjukkan kenaikkan titer ASO ini; bila dilakukan

pemeriksaan atas 3 antibodi terhadap streptococcus, maka pada 95 % kasus demam

reumatik / penyakit jantung reumatik didapatkan peninggian atau lebih antibodi

terhadap streptococcus.

Streptolisin O adalah suatu toksin yang terdiri protein dengan berat molekul

60.000 dalton, aktif dalam suasana aerob yaitu melisiskan sel darah merah. Toksin ini

menyebabkan dibentuknya zat anti streptolisin O (ASO) dalam darah jika titer ASO

diatas 166, maka dapat berarti bahwa baru terjadi infeksi streptococcus yang telah

lama dengan kadar yang tinggi. Penetapan ASO umumnya hanya memberi petunjuk

bahwa telah terjadi infeksi oleh streptococcus. streptolisin O bersifat sebagai

hemolisin dan pemeriksaan ASO umumnya berdasarkan sifat ini. Ada beberapa cara

penetapan ASO, tetapi biasanya hanya merupakan modifikasi dari cara Todd yang

asli, perbedaan hanya dalam pengenceran plasma menurut Rantz dan Randall yang

banayk dipakai menetapkan titer 100 IU sebagai keadaan tidak ada demam rematik

atau glomerulonefritis akut, sedangkan titer 250 IU atau lebih perlu diwaspadai 

terhadap kemungkinan infeksi streptococcus dan mungkin pencegahan terhadap

timbulnya penyakit demam rematik dapat dilakukan lebih dini.

Streptococcus adalah bakteri spheris Gram positif yang khasnya berpasangan

atau membentuk rantai selama pertumbuhannya. Beberapa kelompok streptococcus

adalah flora normal manusia. Streptococcus menghasilkan berbagai enzim dan

substansi ekstraseluler.

Reaksi auto imun terhadap Streptococcus secara teori akan mengakibatkan kerusakan

jaringan atau manifestasi demam rheumatic, dengan cara :

Streptococcus group A akan menyebabkan infeksi faring

Antigen Streptococcus akan menyebabkan pembentukan antibodi pada pejamu yang

hiperimun.

Antibodi bereksi dengan antigen Str eptococcus dan dengan jaringan pejamu yang

secara antigen sama seperti Streptococcus.

Autoantibodi tersebut bereaksi dengan jaringan pejamu,sehingga menyebabkan

kerusakan jaringan.

Beberapa infeksi yang paling umum dan penyakit yang disebabkan oleh

bakteri Streptococcus spesies termasuk karies gigi, radang tenggorokan (faringitis

bakteri), meningitis, demam berdarah, demam rematik, Glomerulonefritis (pembuluh

darah kecil hadir dalam ginjal menjadi meradang, menyebabkan banyak

ketidaknyamanan dan juga dapat mengakibatkan sebagian melengkapi gagal ginjal

dalam kasus-kasus lanjutan), bakteremia (adanya bakteri dalam darah), infeksi saluran

kemih, dll Streptococcus thermophilus spesies dapat secara luas diklasifikasikan

dalam tiga kategori dasar – Alpha hemolitik, Beta hemolitik dan Gamma hemolitik.

Suatu ifeksi oleh β-hemolitic Streptococcus grup A akan merangsang beberapa

sel imunokompeten untun memproduksi beberpea antibody, baik terhadap beberapa

produk ekstraseluler dari kuman (streptolisin,Hialuronidase,*9 streptokinase, DNAse)

maupun terhadap komponen permukaan dari dinding sel kuman (cell surface

membrane antigen = CSMA). Antibodi terhadap CSMA inilah yang diduga

menyebabkan terjadinya kelainan pada jantung (endokardium) penderita demam

rematik atau pada ginjal penderita glomerulonefritis.

Kelainan terhadap beberapa organ tersebut disebabkan oleh karena reaksi

silang antar antibody terhadap CSMA dengan endokardium atau Glomerular

Basement Membrane(GBM) atau menimbulkan pembentukan kompleks imun Ab-

CSMA yang diendapkan pada glomerulus atau endokardium dan menyebabkan

beberapa kerusakan pada beberapa bagian tubuh tersebut. Sebagian besar dari

beberapa bagian strain serologis dari streptococci grup A mengahasilkan dua enzim

hemolitik yaitu, Streptolisin-O dan S. Didalam tubuh penderita Streptolisin-O akan

merangsang pembentukan antibody yang spesifik, yaitu Streptolisin-O (ASO)

sedangkan antibody yang dibentuk terhadap streptolisin-S tidak spesifik.

Adanya antibody yang spesifik terhadap streptolisin-O ini kemudian dipakai

sebagai ASO biasanya mulai meningkat 1-4 minggu setelah terjadinya infeksi. Bila

infeksi kemudian mereda, maka titer ASO akan kembali normal setelah sekitar 6

bulan. Bila titer tidak menurun, suatu infeksi ulangan mungkin terjadi.

Antibodi Streptolisyn O (ASO)  dapat dideteksi melalui pemeriksaan dengan

ASO Latex Test Kit yang menggunakan metode flokuasi. Prinsip pemeriksaan ialah

reaksi antara antibodi anti streptolysin O dengan antigen streptolysin O yang

dilekatkan pada latex ditunjukan dengan adanya flokuasi. Pemeriksaan ASO latex ini

dapat dilakukan dengan 2 macam metode tes yaitu kualitatif dan tes semi-kuantitatif.

Metode kualitatif dilakukan dengan membuat suspensi latex dicampur dengan serum

dan control positif serta negative kemudian flokuasi terjadi dalam waktu 2 menit.

Sedangkan metode uji semi-kuantitatif dapat dilakukan dengan cara yang sama

sebagai uji kuantitatif dengan menggunakan pengenceran serum dalam garam, garam

buffer fosfat atau garam glisin.

Ada dua prinsip dasar penetuan ASO, yaitu:

1.    Netralisasi/penghambat hemolisis

Streptolisin O dapat menyebabkan hemolisis dari sel darah merah, akan

tetapi bila Streptolisin O tersebut di campur lebih dahulu dengan serum penderita

yang mengandung cukup anti-Streptolisin O sebelum di tambahkan pada sel

darah merah, maka Streptolisin O tersebut akan di netralkan oleh ASO sehingga

tidak dapat menimbulkan hemolisis lagi.

Pada tes ini serum penderita di encerkan secara serial dan di tambahkan

sejumlah Streptolisin O yang tetap (Streptolisin O di awetkan dengan sodium

thioglycolate). Kemudian di tambahkan suspensi sel darah merah 5%. Hemolisis

akan terjadi pada pengenceran serum di mana kadar/titer dari ASO tidak cukup

untuk menghambat hemolisis tidak terjadi pada pengencaran serum yang

mengandung titer ASO yang tinggi(Veronica, 2013).

2.    Aglutinasi pasif

Streptolisin O merupakan antigen yang larut. Agar dapat menyebabkan

aglutinasi dengan ASO, maka Streptolisin O perlu disalutkan pada partikel-

partikel tertentu. Partikel yang sering dipakai yaitu partikel lateks. Sejumlah

tertentu Streptolisin O (yang dapat mengikat 200 IU/ml ASO) di tambahkan pada

serum penderita sehingga terjadi ikatan Streptolisin O – anti Strepolisin O (SO –

ASO).

Bila dalam serum penderita terdapat ASO lebih dari 200 IU/ml, maka sisa

ASO yang tidak terikat oleh Streptolisin O akan menyebabkan aglutinasi dari

streptolisin O yang disalurkan pada partikel – partikel latex . Bila kadar ASO

dalam serum penderita kurang dari 200 IU / ml , maka tidak ada sisa ASO bebas

yang dapat menyebabkan aglutinasi dengan streptolisin O pada partikel – partikel

latex.

Tes hambatan hemolisis mempunyai sensitivitas yang cukup baik ,

sedangkan tes aglutinasi latex memiliki sensitivitas yang sedang. Tes aglutinasi

latex hanya dapat mendeteksi ASO dengan titer di atas 200 IU/ml(Handojo,

1982).

MERi ini dapus aku dpt di file yang aku

download kecuali dapus yang paling bawah,

itu dapus baru aku tambahin tdi.. hehe