dasar semen

download dasar semen

of 28

Transcript of dasar semen

  • 7/29/2019 dasar semen

    1/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    MODUL PERTEMUAN KE 6

    MATA KULIAH :

    TEKNOLOGI BAHAN & KONSTRUKSI (3 sks)

    MATERI KULIAH:

    Sejarah Semen, Jenis Semen, Penyimpanan Semen.

    POKOK BAHASAN:

    SEMEN

    1.1 SEJARAH SEMEN

    Beton mulai ditinggalkan orang seiring dengan mundurnya kerajaan

    Romawi. Baru sekitar tahun 1790, Jhon Smeaton dari Inggris menemukan bahwa

    kapur yang mengandung lempung dan dibakar akan mengeras didalam air.

    Penyelidikan lebih lanjut untuk kepentingan komersial dilakukan oleh J.

    Parker pada waktu yang sama. Bahan tersebut mulai digunakan sekitar awal

    abad ke 19 di Inggris dan kemudian di Perancis. Karya konstruksi sipil pertama

    dikerjakan pada tahun 1816 di Souillac, Perancis yaitu berupa jembatan yang

    dibuat dengan beton tak bertulang. Nama semen portland (Portland Cement)

    diusulkan oleh Joseph Aspdin pada tahun 1824 karena campuran air, pasir, dan

    batu batuan yang bersifat pozzolan dan berbentuk bubuk ini pertama kali diolah

    di Pulau Portland, dekat Dorset, Inggris. Semen Portland pertama kali diproduksi

    di pabrik oleh David Saylor di Coplay Pennsylvania, Amerika Serikat pada tahun

    1875. sejak itu, semen portland berkembang dan terus sampai sekarang.

    Indonesia telah memiliki banyak pabrik semen portland modern dengan

    mutu internasional. Pabrik yang tersebar di Sumatera, Jawa dan Sulawesi ituantara lain:

    a) Pabrik semen Indarung yang memproduksi Semen Padang

    di Padang, Sumatera Barat serta pabrik semen Baturaja yang

    memproduksi semen Tiga Gajah, keduanya terletak di Sumatera.

    b) Pabrik Semen gresik, Smen Cibinong, Semen Tiga Roda,

    dan Semen Nusantara di Jawa.

    c) Pabrik Semen Tonasa di Sulawesi.

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 1

  • 7/29/2019 dasar semen

    2/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    1.2 JENIS SEMEN

    Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

    a) Semen non Hidrolik

    Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam

    air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non-

    hidrolik adalah kapur.

    Kapur dihasilkan oleh proses kimia dan mekanis di alam. Kapur

    telah digunakan selama berabad abad lamanya sebagai bahan adukan

    dan plesteran untuk bangunan. Hal tersebut terlihat pada piramida

    piramida di Mesir yang dibangun 4500 tahun sebelum masehi. Kapur

    digunakan sebagai bahan pengikat selama zaman Romawi dan Yunani.

    Orang orang Romawai menggunakan beton untuk membangun

    Colloseum dan Parthenon, dengan cara mencampur kapur dengan abu

    gunung yang mereka peroleh didekat Pozzuoli, Italia dan mereka

    namakan Pozzolan.

    Pondasi jlan pada zaman Romawai, termasuk jalan ia Appia,

    merupakan tanah yang distabilkan dengan kapur. Kini kapur digunakan

    dalam bidang pertanian, industri kimia, industri karet, industri kayu,

    industri farmasi, industri baja, industri gula, dan industri semen.

    Jenis kapur yang baik adalah kapur putih, yaitu yang mengandung

    kalsium oksida yang tinggi ketika masih berbentuk kapur tohor (belum

    berhubungan dengan air) dan akan mengandung banyak kalsium

    hidroksida ketika telah berhubungan dengan air. Kapur tersebut

    dihasilkan denga membakar batu kapur atau kalsium karbonat bersama

    beserta bahan bahan pengotornya, yaitu magnesium, silikat, besi, alkali,

    alumina, dan belerang. Proses pembakaran dilaksanakan dalam tungku

    tanur tinggi yang berbentuk vertikal atau tungku putar pada suhu (800

    1200) 0C. Kalsium karbonat terurai menjadi kalsium oksida dan karbon

    dioksida dengan reaksi kimia sebagai berikut.

    CaCO3 CaO + CO2

    Kalsium oksida yang terbentuk disebut kapur tohor, dan jika

    berhubungan dengan air akan menjadi kalsium hidroksida serta panas.

    Reaksi kimianya adalah:

    CaO + H2O Ca(OH)2 + panas

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 2

  • 7/29/2019 dasar semen

    3/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    Proses ini dinamakan proses mematikan kapur (slaking) dan

    hasilnya, yaitu kalsium hidroksida, sering disebut sebagai kapur mati.

    Kecepatan berlangsungnya reaksi terutama bergantung pada kemurnian

    kapur; makin tinggi kemurnian kapur yang bersangkutan makin besar

    daya reaksinya terhadap air. Kapur mati dapat dibedakan menjadi tiga

    kelompok, yaitu 1). Dapat dimatikan dengan cepat, 2). Dapat dimatikan

    dengan agak lambat, dan 3). Dapat dimatikan dengan lambat.

    Kapur mati didapatkan dengan menambahkan air secukupnya

    (sekitar sepertiga dari berat kapur tohor). Dempul kapur diperoleh dengan

    menambahkan air yang berlebihan pada kapur tohor. Pengikatan kapur

    terjadi akibat kehilangan air akibat penyerapan oleh bata atau akibat

    penguapan. Proses pengerasan berlangsung akibat reaksi

    karbondioksida dari udara dengan kapur mati. Reaksinya adalah sebagai

    berikut.

    Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O

    Dari reaksi kimia diatas terlihat bahwa akan terbentuk kembali

    kristal kristal kalsium karbonat, yang mengikat massa heterogen itu

    menjadi massa padat. Proses pengerasan ini berjalan lambat dan dapat

    berlangsung bertahun tahun sebelum mencapai kekuatan yang penuh.

    Agar dapat berlangsung , diperlukan aliran udara bebas untuk persediaan

    karbondioksida yang dapat menembus bagian terdalam dari adukan

    sehingga proses pengerasan dapat berlangsung menyeluruh.

    Kapur putih ini cocok untuk menjernihkan plesteran langit langit,

    untuk mengapur kamar kamar yang tidak penting dan garasi, atau untuk

    membasmi kutu kutu dalam kandang. Jika digunakan sebagai bahan

    tambah campuran beton, kapur putih akan menambah kekenyalan dan

    memperbaiki sifat pengerjaan beton. Dengan menggunakan campuran

    1:3, kapur putih dapat memperbaiki permukaan beton yang tidak

    mengandung pori pori. Kapur putih merupakan komponen utama dan

    bata yang terbuat dari pasir dan kapur. Kekuatan kapur sebagai bahan

    pengikat hanya dapat mencapai sepertiga kekuatan semen portland.

    b) Semen Hidrolik

    Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan

    mengeras di dalam air. Contoh semen hidrolik antara lain kapur hidrolik,

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 3

  • 7/29/2019 dasar semen

    4/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    semen pozollan, semen terak, semen alam, semen portland, semen,

    portland-pozollan, semen portland terak tanur tinggi, semen alumina dan

    semen expansif. Contoh lainnya adalah semen portland putih, semen

    warna, dan semen semen untuk keperluan khusus.

    Kapur Hidrolik

    Bahan

    Sebagian besar (65-75)% bahan kapur hidrolik terbuat dari batu gamping, yaitu

    kalsium karbonat beserta bahan pengikutnya berupa silika, alumina, magnesia

    dan oksida besi.

    Cara Pembuatan

    Kapur hidrolik dibuat dengan cara membakar batu kapur yang mengandung silika

    dan lempung sampai menjadi klinker dan mengandung cukup kapur dan silikat

    untuk menghasilkan kapur hidrolik. Klinker yang dihasilkan haruss mengandung

    cukup kapur bebas sehingga massa klinker itu dapat menghasilkan kapur tohor

    setelah berhubungan dengan air.

    Bila kadar alumina dan silika dalam batu kapur bertambah, maka panas yang

    terjadi berkurang dan pada suatu saat reaksi antara air dan kapur tersebut

    berhenti. Pada suhu tinggi, alumina dan silika berpadu dengan kalsium oksida,

    kalsium silikat, dan alumina yang tidak mudah bergabung dengan air bila beradadalam bentuk gumpalan-gumpalan. Oleh karena itu, kapur tohor ditambahkan

    pada saat pemberian air, sehingga gumpalan-gumpalan yang besar terpecah-

    pecah menjadi serbuk halus akibat pengembangan kapur tohor.

    Produksi Kapur di Indonesia

    Bahan mentah yang biasa dipakai sebagai pozollan yang terdapat diIndonesia

    umumnya berupa teras bahan, misalnya batu apung yang dihasilkan dari magma

    gunung berapi yang mati.

    Tanur untuk pembuatan kapur hidrolik ini bervariasi bentuknya, mulai dari yang

    sederhana sampai yang berbentuk cerobong vertikal (silo). Karena tidak adanya

    kontrol yang baik selama pembuatan kapur ini, kapur yang dihasilkan seringkali

    memiliki kadar air yang cukup tinggi sehingga segera menyerap karbondioksida

    dari udara dan membentuk kembali kalsium karbonat. Di daerah Padalarang

    akan terlihat tungku-tungku vertikal pengolahan batu kapur yang hasilnya lebih

    baik. Bahan pembakar tungku menggunakan kayu bakar ataupun batubara. Hasil

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 4

  • 7/29/2019 dasar semen

    5/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    pembakaran kapur yang baik dapat dilihat dari hasil kapur tohor yang ringan,

    kering dan berbentuk halus.

    Secara sederhana, kapur hidrolik dapat dihasilkan dengan menghamparkan

    beberapa kilogram kapur tohor dan kemudian memercikan air secukupnya. Jika

    dilaksanakan dengan baik dan seksama, akan didapatkan kapur mati yang baik.

    Jika dikehendaki hasil yang besar, sekitar 10-50 ton, hal itu perlu dilakukan di

    dalam pabrik atau industri pengolahan batu kapur. Secara sederhana, proses

    pembakaran kapur dapat dilihat pada Gambar 2.1.

    Sifat Sifat Kapur Hidrolik

    Kapur hidrolik memperlihatkan sifat hidroliknya, namun tidak cocok untuk

    bangunan-bangunan di dalam air, karena membutuhkan udara yang cukup untuk

    mengeras. Sifat umum dari kapur adalah sebagai berikut:

    a. Kekuatannya rendahb. Beratjenis rata-rata 1000 kg/m3.

    c. Bersifat hidrolik

    d. Tidak menunjukkan pelapukan

    e. Dapat terbawa arus.

    Perawatan kapur hidrolik dimulai setelah 1 (satu) jam dan diakhiri setelah 15

    (lima belas) jam. Pengunaannya antara lain untuk adukan tembok, lapisan

    bawah plesteran, plesteran akhir, bahan pencampur semen dan sebagai bahan

    tambah jika beton akan diekspos.

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 5

  • 7/29/2019 dasar semen

    6/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    Gambar 2.1Proses Pembuatan Kapur Hidrolik

    Semen Pozollan

    Pozollan adalah sejenis bahan yang mengandung silisium ataualuminium, yang

    tidak mempunyai sifat penyemenan. Butirannya halus dan dapat bereaksi

    dengan kalsium hidroksida pada suhu ruang serta membentuk senyawa-

    senyawa yang mempunyai sifat-sifat semen.

    Semen pozollan adalah bahan ikat yang mengandung silika amorf, yang apabila

    dicampur dengan kapur akan membentuk benda padat yang keras. Bahan yang

    mengandung pozollan adalah teras, semen merah, abu terbang, dan bubukan

    terak tanur tinggi (SK.SNI T-15-1990-03:2).Teras alam dapat dibagi menjadi:

    Batu apung, obsidian, scoria, tuff, santorin, dan teras yang dihasilkan dari

    batuan vulkanik.

    Teras yang mengandung silika amorf halus yang tersebar dalam jumlah

    banyak dan dapat bereaksi dengan kapur Jika dibubuhl air serta

    membentuk silikat yang mempunyai sifat hidrolik.

    Teras buatan, meliputi abu batu, abu terbang (fly-ash) dari hasil residu

    PLTU dan hasil tambahan dari pengolahan bijih bauksit. Teras buatan mi

    dibuat dengan pembakaran batuan vulkanik dan kemudian menggilingnya.

    Semen teras meliputi semua bahan semen yang dibuat dengan

    menggunakan teras dan kapur tohor. yang tidak membutuhkan

    pembakaran. Teras buatan ini digunakan sebagai bahan tambah dan

    digunakan pada bangunan yang tidak memerlukan persyaratan konstmksi

    yang khusus, tetapi menggunakan banyak bahan semen.

    Semen Terak

    Semen terak adalah semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari suatu

    campuran seragam serta kuat dari terak tanur kapur tinggi dan kapur tohor.

    Sekitar 60 %beratnya berasal terak tanur tinggi. Campuranini biasanya tidak

    dibakar. Jenis semen terak ada dua, yaitu:

    Bahan yang dapat digunakan sebagai kombmasi portland cement dalam

    pembuatan beton dan sebagai kombinasi kapur dalam pembuatan adukan

    tembok.

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 6

  • 7/29/2019 dasar semen

    7/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    Bahan yang mengandung bahan pembantu berupa udara, yang digunakan

    seperti halnya jenis pertama.

    Terak tanur tinggi adalah suatu bahan non-metalik, yang sebagian besar terdiri

    dari silikat, alumina silikat, kalsium dan senyawa basa lainnya, yang terbentuk

    dalam keadaan cair bersama-sama dengan besi di dalam tanur tinggi.

    Semen terak dibuat melalui proses tertentu yakni penggilingan, yang

    menyebabkan terak itu bersifat hidrolik, sekaligus berkurang jumlah sulfatnya

    yang dapat merusak. Terak tersebut kemudian dikeringkan dan ditambahi kapur

    tohor dengan perbandingan tertentu. Seluruh bahan kemudian dicampur dan

    dihaluskan kembali menjadi butiran yang halus.

    Semen terak tidak begitu penting dalam struktur beton, tetapi cukupmenguntungkan jika digunakan untuk pekerjaan yang besar yang tidak begitu

    mementingkan aspek kekuatan. Karena kadar alkali yang rendah semen terak

    tidak memperlihatkan noda-noda oleh kadar alkali sehingga dapat digunakan

    untuk pekerjaan yang khusus.

    Semen Alam

    Semen alam dihasilkan melalui pembakaran batu kapur yang mengandung

    lempung pada suhu lebih rendah dari suhu pengerasan. Hasil pembakaran

    kemudian digiling menjadi serbuk halus. Kadar silika, alumina dan oksida besi

    pada serbuk cukup untuk membuatnya bergabung dengan kalsium oksida

    sehingga membentuk senyawa kalsium silikat dan aluminat yang dapat dianggap

    mempunyai sifat hidrolik.

    Semen alam dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1). Semen alam yang

    digunakan bersama-sama dengan portland cement dalam suatu konstruksi, dan

    2). Semen alam yang telah dibubuhi bahan pembantu, yaitu udara, yangfungsinya sama dengan jenis pertama.

    Cara Pembuatan

    Semen alam dibuat dengan cara membakar lempung batu kapur yang memilik

    kadar lempung 13-35, kadar silika 10-20, kadar alumina 10-20, serta kadar

    oksida besi 10-20. Setelah dibakar, kapur tersebut dibasahi dengan air untuk

    mematikan kapur dan menghilangkan kapur bebas. Hasil pembekuannya disebut

    klinker. Klinker tersebut

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 7

  • 7/29/2019 dasar semen

    8/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    Kemudian digiling menjadi butiran yang berbentuk halus. Semen alam yang

    dihasilkan biasanya mempunyai komposisi sebagai berikut:

    - SiO2 22 - 29 %

    -CaO 31-57 %

    -MgO 1.5-2.2 %

    -Fe2 O3 1.5-3.2 %

    - Al2 O3 5.2 - 8.8 %

    Semen alam tidak boleh digunakan di tempat yang langsung terekspos

    perubahan cuaca, tetapi dapat digunakan dalam adukan beton untuk konstruksi

    yang tidak memerlukan kekuatan tinggi.

    Semen Portland

    Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam

    pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen portland didefinisikan

    sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri

    dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk

    kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan

    bahan utamanya.

    Semen portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SII. 0013-

    81 atau Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, dan harus memenuhi

    persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut (PB.1989:3.2-8).

    Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam

    pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan

    menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi

    mortar yang jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran

    beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (concrete).

    Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan

    rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan. Pemilihan tipe semen ini

    kelihatannya mudah dilakukan karena semen dapat langsung diambil dari

    sumbemya (pabrik). Hal itu hanya benar jika standar deviasi yang ditemui kecil,

    sehingga semen yang berasal beberapa sumber langsung dapat digunakan.

    Akan tetapi, jika standar deviasi hasil uji kekuatan semen besar, hal tersebut

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 8

  • 7/29/2019 dasar semen

    9/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    akan menjadi masalah. Saat ini banyak tipe semen yang ada di pasaran

    sehingga kemungkinan variasi kekuatan semennya pun besar (ACI 318-89:2-1).

    Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk

    suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir

    agregat. Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10 %, namun

    karena fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi

    penting.

    Proses Pembuatan Semen Portland

    Semen portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang komposisi

    utamanya adalah kalsium dan aluminium silikat. Penambahan air pada mineral

    ini menghasilkan suatu pasta yang jika mengering akan mempunyai kekuatan

    seperti batu. Berat jenis yang dihasilkan berkisar antara 3.12 dan 3.16 dan berat

    volume sekitar 1500 kg/cm3 (Nawy, 1985:9). Bahan utama pembentuk semen

    portland adalah kapur (CaO), silika (SiO3), alumina (Al2O3), sedikit magnesia

    (MgO), dan terkadang sedikit alkali. Untuk mengontrol komposisinya, terkadang

    ditambahkan oksida besi, sedangkan gipsum (CaSO4.H2O) ditambahkan untuk

    mengatur waktu ikat semen.

    Klinker dibuat dari batu kapur (CaCO3), tanah liat dan bahan dasar berkadar besi.

    Bahan kapur di Indonesia tersedia melimpah. Kebanyakan pabrik semen

    dibangun di dekat gunung kapur.

    Pembuatan semen portland dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu:

    1. Penambangan di quarry

    2. Pemecahan di crushing plant

    3. Penggilingan (blending)

    4. Pencampuran bahan-bahan

    5. Pembakaran (ciln)

    6. Penggilingan kembali hasil pembakaran,

    7. Penambahan bahan tambah (gipsum)

    8. Pengikatan (packing plant)

    Proses pembuatan semen portland dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses

    basah dan proses kering.

    Proses Basah

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 9

  • 7/29/2019 dasar semen

    10/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    Pada proses basah, sebelum dibakar bahan dicampur dengan air (slurry) dan

    digiling hingga berupa bubur halus. Proses basah umumnya dilakukan jika yang

    diolah merupakan bahan-bahan lunak seperti kapur dan lempung.

    Bubur halus yang dihasilkan selanjutnya dimasukan dalam sebuah pengering

    (oven) berbentuk silinder yang dipasang miring (ciln). Suhu ciln ini sedikit demi

    sedikit dinaikkan dan diputar dengan kecepatan tertentu. Bahan akan mengalami

    perubahan sedikit demi sedikit akibat naiknya suhu dan akibat terjadinya sliding

    di dalam ciln. Pada suhu 100 0C air mulai menguap; pada suhu 850 0C

    karbondioksida dilepaskan. Pada suhu sekitar 1400 0C, berlangsung permulaan

    perpaduan di daerah pembakaran, dimana akan terbentuk klinker yang terdiri

    dari senyawa kalsium silikat dan kalsium aluminat. Klinker tersebut selanjutnya

    didinginkan, kemudian dihaluskan menjadi butir halus dan ditambah dengan

    bahan gipsum sekitar 1%-5%.

    Proses Kering

    Proses kering biasanya digunakan untuk jenis batuan yang lebih keras misalnya

    untuk batu kapur jenis shale. Pada proses ini bahan dicampur dan digiling dalam

    keadaan kering menjadi bubuk kasar. Selanjutnya, bahan tersebut dimasukkan

    ke dalam ciln dan proses selanjutnya sama dengan proses basah. Lihat Gambar

    2.2. (Gideon,1994:146).

    Gambar 2.2Proses Pembuatan Semen

    Dalam fabrikasi akhir, semen portland digiling dalam kilang peluru

    (kogelmoles/ciln) hingga halus dan ditambahl beberapa bahan tambahan,

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 10

  • 7/29/2019 dasar semen

    11/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    termasuk gipsum. Jenis semen yang diproduksi pabrik disesuaikan dengan

    kebutuhan. Bagan alir dan proses fabrikasi semen portland dipabrik dapat dilihat

    pada Gambar 2.3. Secara ringkas, proses pembuatan semen portland dapat

    dijelaskan sebagai berikut (Nawy, 1985:9).

    1. Bahan baku yang berasal dari tambang (quarry) berupa campuran CaO

    SiO2, dan Al2O3 digiling (blended) bersama-sama beberapa bahan tambah

    lainnya, baik dalam proses basah maupun dalam proses kering.

    2. Hasil campuran tersebut dituangkan ke ujung atas ciln yang diletakan

    agak miring.

    3. Selama ciln berputar dan dipanaskan, bahan tersebut mengalir dengan

    lambat dari ujung atas ke ujung bawah.

    4. Temperatur dalam ciln dinaikkan secara perlahan hingga mencapai

    temperatur klinker (clincer temperature) dimana difusi awal terjadi.

    Temperatur mi dipertahankan sampai campuran membentuk butiran semen

    portland pada suhu 1400 0C (2700 0F). Butiran yang dihasilkan disebut

    sebagai klinker(clincer) dan memiliki diameter antara 1.5-50 mm.

    5. Klinker tersebut kemudian didinginkan dalam clinker storage dan

    selanjutnya dihancurkan menjadi butiran-butiran yang halus.

    6. Bahan tambah, yakni sedikit gipsum (sekitar 1%-5%) ditambahkan untukmengontrol waktu ikat semen, yakni waktu pengerasan semen di lapangan.

    7. Hasil yang diperoleh kemudian disimpan pada

    sebuah cement silo untuk penggunaan yang kecil, yakni kebutuhan

    masyarakat. Pengolahan selanjutnya adalah pengepakan dalam packing

    plant. Untuk kebutuhan pekerjaan besar, pndistribusian semen dapat

    dilakukan menggunakan capsule truck.

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 11

  • 7/29/2019 dasar semen

    12/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    Gambar 2.3 Bagan Alir Proses Pabrikasi Semen

    Sifat Dan Karakteristik Semen Portland

    Semen yang satu dapat dibedakan dengan semen lainnya berdasarkan susunan

    kimianya maupun kehalusan butimya. Perbandingan bahan-bahan utama

    penyusun semen portland adalah kapur (CaO) sekitar 60%-65%, silika (SiO2)

    sekitar 20%-25%, dan oksida besi serta alumina (Fe2O3 dan Al2O3) sekitar 7%-

    12%. Sifat-sifat semen portland dapat iibedakan menjadi dua, yaitu sifat fisika

    dan sifat kimia.

    Sifat-sifat fisika semen meliputi kehalusan butir, waktu pengikatan, kekalan,

    kekuatan tekan, pengikatan semu, panas hidrasi, dan hilang pijar. Berikut ini

    adalah penjelasan untuk masing-masing sifat.

    1. Kehalusan Butir

    Kehalusan butir semen mempengaruhi proses hidrasi. Waktu pengikatan (setting

    time) menjadi semakin lama jika butir semen lebih kasar. Kehalusan

    penggilingan butir semen dinamakan penampang spesifik, yaitu luas butir

    permukaan semen. Jika permukaan penampang semen lebih besar, semen akan

    memperbesar bidang kontak dengan air. Semakin halus butiran semen, proses

    hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan awal tinggi dan kekuatan akhir

    akan berkurang.

    Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya bleeding atau

    naiknya air ke permukaan, tetapi menambah kecenderungan beton untuk

    menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut. Menurut

    ASTM, butir semen yang lewat ayakan No.200 harus lebih dari 78%. Untuk

    mengukur kehalusan butir semen digunakan "Turbidimeter" dari Wagner atau

    "Air Permeability"dari Blaine.

    2. Kepadatan (density)

    Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3.15 Mg/m3. Pada

    kenyataannya, berat jenis semen yang diproduksi berkisar antara 3.05 Mg/m3

    sampai 3.25 Mg/m3

    . Variasi ini akan berpengaruh pada proporsi campuran

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 12

  • 7/29/2019 dasar semen

    13/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    semen dalam campuran. Pengujian berat jenis dapat dilakukan menggunakan Le

    Cliatelier Flaskmenurut standar ASTM C-188.

    3. Konsistensi

    Konsistensi semen portland lebih banyak pengaruhnya pada saat pencampuran

    awal, yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai pada saat beton mengeras.

    Konsistensi yang terjadi bergantung pada rasio antara semen dan air serta

    aspek-aspek bahan semen seperti kehalusan dan kecepatan hidrasi. Konsistensi

    mortar bergantung pada konsistensi semen dan agregate pencampurya.

    4. Waktu Pengikatan

    Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras, terhitung dari

    mulai bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta semen cukup

    kaku untuk menahan tekanan. Waktu ikat semen dibedakan menjadi dua: 1).

    waktu ikat awal (initial setting time) yaitu waktu dari pencampuran semen dengan

    air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat keplastisan, 2). waktu ikatan

    akhir (final setting time) yaitu waktu antara terbentuknya pasta semen hingga

    beton mengeras. Pada semen portland initial setting time berkisar 1.0 - 2.0 jam,

    tetapi tidak boleh kurang dan 1.0 jam, sedangkan final setting time tidak boleh

    lebih dari 8.0 jam.

    Waktu ikatan awal sangat penting pada kontrol pekerjaan beton. Untuk kasus-

    kasus tertentu, diperlukan initial setting time lebih dan 2.0 jam agar waktu

    terjadinya ikatan awal lebih panjang. Waktu yang panjang ini diperlukan untuk

    transportasi (hauling), penuangan (dumping/pouring) , pemadatan (vibrating) dan

    penyelesaiannya (finishing). Proses ikatan ini disertai perubahan temperatur

    yang dimulai terjadi sejak ikatan awal dan mencapai puncaknya pada waktu

    berakhimya ikatan akhir. Waktu ikatan akan memendek karena naiknya

    temperatur sebesar 30 0C atau lebih. Waktu ikatan ini sangat dipengaruhi oleh

    jumlah air yang dipakai dan oleh lingkungan sekitamya.

    Pengikatan semu diukur dengan alat "Vicat"atau "Gillmore". Pengikatan semu

    untuk prosentase penetrasi akhir minimum pada semua jenis semen adalah

    50%.

    5. Panas Hidrasi

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 13

  • 7/29/2019 dasar semen

    14/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan air,

    dinyatakan dalam kalori/gram. Jumlah panas yang dibentuk antara lain

    bergantung pada jenis semen yang dipakai dan kehalusan butir semen. Dalam

    pelaksanaan, perkembangan panas ini dapat mengakibatkan masalah yakni

    timbulnya retakan pada saat pendinginan. Pada beberapa struktur beton,

    terutama pada struktur beton mutu tinggi, retakan ini tidak diinginkan. Oleh

    karena itu perlu dilakukan pendinginan melalui perawatan (curing) pada saat

    pelaksanaan.

    Panas hidrasi naik sesuai dengan nilai temperatur pada saat hidrasi terjadi.

    Untuk semen biasa, panas hidrasi bervariasi mulai 37 kalori/gram pada

    temperatur sekitar 5 0C hingga 80 kalori/gram pada temperatur 40 0C. Semua

    jenis semen umumnya telah membebaskan sekitar 50% panas totalnya pada

    satu hingga tiga hari pertama 70% pada hari ketujuh, serta 83-91% setelah 6

    bulan. Laju perubahan panas ini bergantung pada komposisi semen.

    Perkembangan panas hidrasi untuk berbagai jenis semen pada suhu 21 0C

    ditunjukkan pada Tabel.2.1.

    Tabel 2.1Perkembangan Panas Hidrasi Semen Portland pada Suhu 21 0C

    6. Perubahan Volume (Kekalan)

    Kekalan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran yang

    menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan campurannya dan

    kemampuan untuk mempertahankan volume setelah pengikatan terjadi. Ketidak

    kekalan semen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah kapur bebas yang

    pembakarannya tidak sempurna serta magnesia yang terdapat dalam campuran

    tersebut. Kapur bebas itu mengikat air dan kemudian menimbulkan gaya-gaya

    expansi. Alat uji untuk menentukan nilai kekalan semen portland adalah

    "Autoclave Expansion of Portland Cement"cara ASTM C-151, atau cara Inggris,

    BS, "Expansion by Le Chatellier".

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 14

    Jenis Semen PortlandHari

    1 2 3 7 28 90

    Tipe I 33 53 61 80 96 104Tipe II - - - 58 75 -Tipe III 53 67 75 92 101 107Tipe IV - - 41 50 66 75

    Tipe V - - - 45 50 -

  • 7/29/2019 dasar semen

    15/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    Sifat-sifat semen portland sangat dipengaruhi oleh susunan ikatan oksida-oksida

    serta bahan-bahan pengotor lainnya. Semen yang digunakan untuk membangun

    suatu struktur hams mempunyai kualitas tertentu agar dapat berfungsi secara

    efektif. Pemeriksaan secara berkala perlu dilakukan, baik pada saat pemrosesan,

    saat menjadi bubuk semen maupun setelah menjadi pasta semen. Pemeriksaan

    semen atau pengujian semen hams dilakukan sesuai dengan standar mutu.

    Standar yang paling umum dianut di dunia adalah Standar ASTM, "American

    Society for Testing and Material" C-150 dan British Standar (BS-12). Di

    Indonesia, kita menggunakan Standar Industri Indonesia, (SII-0013-81) yang

    mengadopsi ASTM C-150-80. SU kini telah diperbarui menjadi SNI.

    7. Kekuatan Tekan

    Kekuatan tekan semen diuji dengan cara membuat mortar yang kemudian

    ditekan sampai hancur. Contoh semen yang akan diuji dicampur dengan pasir

    silika dengan perbandingan tertentu, kemudian dibentuk menjadi kubus-kubus

    berukuran 5x5x5 cm.

    Setelah berumur 3, 7, 14 dan 28 hari dan mengalami perawatan dengan

    perendaman, benda uji tersebut diuji kekuatan tekannya. Perkembangan

    kekuatan tekan untuk. mortar dan beton yang menggunakan berbagai jenis

    semen dapat dilihat pada Gambar 2.4 dan 2.5.

    Gambar 2.4Perkembangan Kekuatan Tekan Mortar untuk Berbagai Tipe

    Portland Cement

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 15

  • 7/29/2019 dasar semen

    16/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    Gambar 2.5Perkembangan Kekuatan Tekan Beton untuk Berbagai Tipe

    Portland Cement dengan FAS 0.49

    Sifat dan Karakteristik Kimia Semen Portland

    Senyawa Kimia

    Secara garis besar, ada 4 (empat) senyawa kimia utama yang menyusun semen

    portland, yaitu:

    1. Trikalsium Silikat (3CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C3S.

    2. Dikalsium Silikat (2CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C2S.

    3. Trikalsium Aluminat (3CaO. AL2O3) yang di singkat menjadi C3A.

    4. Tertrakalsium aluminoferrit (4CaO. AL2O3.Fe2O3)

    yang disingkat menjadi C4AF.

    Senyawa tersebut menjadi kristal-kristal yang saling mengikat/mengunci ketika

    menjadi klinker. Komposisi C3S dan C2S adalah 70%-80% dari berat semen dan

    merupakan bagian yang paling dominan memberikan sifat semen(Cokrodimuldjo, 1992). Semen dan air saling bereaksi. Persenyawaan ini

    dinamakan proses hidrasi, dan hasilnya dinamakan hidrasi semen. Senyawa C3S

    jika terkena air akan cepat bereaksi dan menghasilkan panas. Panas tersebut

    akan mempengaruhi kecepatan mengeras sebelum hari ke-14. Senyawa C2S

    lebih lambat bereaksi dengan air dan hanya berpengaruh terhadap semen

    setelah umur 7 hari. C2S memberikan ketahanan terhadap serangan kimia

    (chemical attack) dan mempengaruhi susut terhadap pengaruh panas akibat

    lingkungan.

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 16

  • 7/29/2019 dasar semen

    17/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    Kedua senyawa utama tadi membutuhkan air sekitar 21%-24% dari beratnya

    untuk bereaksi. Senyawa C3S membebaskan kalsium hidroksida hampir tiga kali

    dari yang dibebaskan oleh C2S. Jika kandungan C3S lebih banyak maka akan

    terbentuk semen dengan kekuatan tekan awal yang tinggi dan panas hidrasi

    yang tinggi, sebaliknya jika kandungan C2S lebih banyak maka akan terbentuk

    semen dengan kekuatan tekan awal yang rendah dan ketahanan terhadap

    serangan kimia yang tinggi.

    Senyawa ketiga, C3A, bereaksi secara exothermic dan beraksi sangat cepat,

    memberikan kekuatan awal yang sangat cepat pada 24 jam pertama. C3A

    bereaksi dengan air yang jumlahnya sekitar 40% dari beratnya. Karena

    persentasinya dalam semen yang kecil (sekitar 10%), maka pengaruhnya pada

    jumlah air untuk reaksi menjadi kecil. Unsur ini sangat berpengamh pada nilai

    panas hidrasi tertinggi, baik pada saat awal maupun pada saat pengerasan

    berikutnya yang sangat panjang. Semen yang mengandung unsur C3A lebih dari

    10% tidak akan tahan terhadap serangan sulfat.

    Prinsip dasar pemilihan semen yang akan digunakan sebagai bahan campuran

    beton yang tahan terhadap serangan sulfat adalah berapa banyak kandungan

    senyawa C3A-nya. Semen yang tahan sulfat harus memiliki kandungan C3A tidak

    lebih dari 5%. Semen yang kandungan C3A-nya tinggi, jika terkena sulfat yangterdapat pada air atau tanah akan mengeluarkan C3A yang bereaksi dengan

    sulfat dan mengambang sehingga mengakibatkan retak-retak pada betonnya

    (Cokrodimuldjo, 1992).

    Untuk struktur drainase yang kandungan sulfatnya lebih tinggi dari normal, harus

    digunakan bahan campuran beton yang tahan terhadap serangan sulfat. Semen

    yang akan digunakan harus memiliki kandungan C3A sekitar 0.10%-0.20% (ACI

    318-83:2-7). Semen portland Tipe II biasanya mengandung C3A lebih kecil dari

    8% (ASTM C-150). Untuk struktur yang benar-benar akan terekspos serangan

    sulfat, sebaiknya digunakan semen Tipe V, dimana kandungan C3A

    maksimumnya sekitar 5% (ACI.318-83:2-7).

    Senyawa keempat, yakni C4AF, kurang begitu besar pengaruhnya terhadap

    kekerasan semen atau beton sehingga kontribusinya dalam peningkatan

    kekuatan kecil. Komposisi kandungan senyawa yang dibutuhkan dalam semen

    portland menurut standar ASTM C-150 dapat dilihat pada Tabel 2.2.

    Tabel 2.2Karakteristik Senyawa Penyusun Semen Portland

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 17

  • 7/29/2019 dasar semen

    18/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    Dari uraian di atas nampak bahwa perbedaan persentasi senyawa kimia akan

    menyebabkan perbedaan sifat semen. Kandungan senyawa yang terdapat dalam

    semen akan membentuk karakter dan jenis semen. Peraturan Beton 1989

    (SKBI.1.4.53.1989) dalam ulasannya di halaman 1, membagi semen portland

    menjadi lima jenis (SK.SNI T-15-1990-03-.2) yaitu:

    1. Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan

    persyaratan khusus sepertijenis-jenis lainnya.

    2. Tipe II, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan

    terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

    3. Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan

    awal yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan terjadi.

    4. Tipe IV, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas

    hidrasi yang rendah.

    5. Tipe V, Semen portland yang dalam penggunaaimya memerlukan

    ketahanan yang tinggi terhadap sulfat.

    Komposisi kimia dari kelima jenis semen tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3.(Nawy,1985:ll).

    Tabel 2.3Prosentasi Komposisi Semen portland

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 18

    Nilai

    TrikalsiumSilikat

    DikalsiumSilikat

    Trikalsium Tetrakalsium

    3CaO.SiO2 2CaO.SiCO2 Aluminat Aluminofferit

    Atau Atau 3CaO.Al2O3 4CaO.Al2O3Fe2O3.

    C3S C2S Atau Atau C4AFC3A

    Penyemenan

    Kecepatan

    Baik

    Sedang

    Baik

    Lambat

    Buruk

    Cepat

    Buruk

    Lambat

    Reaksi

    PelepasanPanas

    Sedang Sedikit Banyak Sedikit

    Hidrasi

  • 7/29/2019 dasar semen

    19/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    Dalam SII 0013-1981 dan Ulasan PB 1989, semen Tipe I digunakan untuk

    bangunan-bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus. Semen

    Tipe II yang memiliki kadar C3A tidak lebih dari 8% digunakan untuk konstruksi

    bangunan dan beton yang terns menerns berhubungan dengan air kotor atau air

    tanah atau untuk pondasi yang tertanam di dalam tanah yang mengandung air

    agresif (garam-garam sutfat) dan saluran air buangan atau bangunan yang

    berhubungan langsung dengan rawa. Semen Tipe III, memiliki kadar C 3A serta

    C3S yang tinggi dan butirannya digiling sangat halus, sehingga cepat mengalamiproses hidrasi. Semen jenis ini dipergunakan pada daerah yang bertemperatur

    rendah, terutama pada daerah yang mempunyai muslin dingin (winter season).

    Semen Tipe IV mempunyai panas hidrasi yang rendah, kadar C3S-nya dibatasi

    maksimum sekitar 35% dan kadar C3A-nya maksimum 5%. Semen tipe ini

    digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang besar dan masif, umpamanya untuk

    pekerjaan bendung, pondasi berukuran besar atau pekerjaan besar lainnya.

    Semen Tipe V digunakan untuk bangunan yang berhubungan dengan air laut, air

    buangan industri, bangunan yang terkena pengaruh gas atau uap kimia yang

    agresif serta untuk bangunan yang berhubungan dengan air tanah yang

    mengandung sulfat dalam prosentase yang tinggi. Total alkali yang terkandung

    dalam semen dalam campuran beton harus dibatasi sekitar 0.5%-0.6% (Stanton,

    1940).

    Sifat Kimia

    Sifat kimia semen meliputi kesegaran semen, sisa yang tak larut dan yang paling

    utama adalah komposisi syarat yang diberikan.

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 19

    Komposisi Dalam Persen %Karakteristik Umum

    C3S C2S C3A C4AF CaSO4 CaO MgQ

    Tipe I, Normal 49 25 12 8 2.9 0.8 2.4 Semen untuk semua

    Tujuan

    Tipe II, Modifikasi 46 29 6 12 2.8 0.6 3Relatif sedikit pelepasan

    panas, digunakan untuk

    struktur besar

    Tipe III, Kekuatan

    Awal Tinggi56 15 12 8 3.9 1.4 2.6

    Mencapai kekuatan awalyang tinggi pada umur 3

    hari

    Tipe IV, Panas

    Hidrasi Rendah30 46 5 13 2,9 0.3 2.7

    Dipakai pada bendunganbeton

    Tipe V, Tahan Sulfat 43 36 4 12 2.7 0.4 1.6

    Dipakai pada saluran danstruktur yang diekspose

    terhadap sulfat.

  • 7/29/2019 dasar semen

    20/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    1. Kesegaran Semen

    Pengujian kehilangan berat akibat pembakaran (loss of ignition) dilakukan pada

    semen dengan suhu 900-1000 0C. Kehilangan berat ini terjadi karena

    kelembaban yang menyebabkan prehidrasi dan karbonisasi dalam bentuk kapur

    bebas atau magnesium yang menguap.

    Kelembaban ini disebabkan oleh atmosfir yang mengandung air, juga karena

    karbondioksida yang terserap di atmostir. Kehilangan berat dari semen ini

    merupakan ukuran dari kesegaran semen. Pemeriksaan kesegaran semen

    dilakukan dengan cara mengambil satu gram semen dan menempatkannya

    dalam platina bertemperatur 900-1000 0C, selama 15 menit. Dalam keadaan

    normal, akan terjadi kehilangan berat sekitar 2 (batas maksimum sekitar 4).

    2. Sisa Yang Tak Larut (Insoluble Residue)

    Sisa bahan yang tak habis bereaksi adalah sisa bahan tak aktif yang terdapat

    pada semen. Semakin sedikit sisa bahan ini, semakin baik kualitas semen.

    Jumlah maksimum sisa tak larut yang dipersyaratkan adalah 0.85%.

    Pemeriksaan bahan yang tak larut dapat dilakukan dengan mengaduk satu gram

    semen dalam 40 ml air yang kemudian ditambahi dengan 10 ml HCL pekat.

    Campuran tersebut selanjutnya dididihkan selama 10 menit dan volumenya

    dibuat tetap. Jika terbentuk gumpalan, gumpalan tersebut harus dipecah dan

    larutan disaring dengan kertas filter. Sisa yang tak larut disaring dan dicuci

    dengan larutan Na2CO3+H2O+HCL, kemudian dicuci dengan air. Untuk

    memperoleh sisa yang tak larut, kertas filter dikeringkan lalu dibakar dan

    ditimbang.

    3. Panas Hidrasi Semen

    Seperti, yang telah. .diuraikan, hidrasi terjadi jika semen bersentuhan dengan air.

    Proses hidrasi terjadi dengan, arah kedalam dan keluar. Maksudnya, hasil hidrasi

    mengendap di bagian luar, semen yang bagian dalamnya belum terhidrasi

    secara bertahap akan terhidrasi sehingga volumenya mengecil (susut): Reaksi ini

    berlangsung lambat (sekitar 2 - 8 jam) sebelum mengalami percepatan setelah

    kulit permukaan pecah.

    Pada tahap berikutnya akan terbentuk pasta semen yang terdiri dari gel

    (tobermorite).dan sisa semen yang tidak bereaksi, seperti kalsium Ca(OH)2, air

    dan senyawa yang lainnya. Kristalin senyawa tersebut membentuk suatu

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 20

  • 7/29/2019 dasar semen

    21/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    rangkaian tiga dimensi yang saling melekat secara acak, dan sedikit demi sedikit

    mengisi ruangan yang ditempati air, lalu membeku dan mengeras sehingga

    mempunyai kekuatan tertentu, Selama proses hidrasi berlangsung, akan keluar

    panas yang dinamakan panas hidrasi. Pasta semen yang telah mengeras

    memiliki strukfur berpori dengan ukuran yang sangat kecil, dan bervariasi

    ukurannya sekitar 4 x 107 mm; Setelah hidrasi berlangsung, endapan pada

    permukaan butiran semen akan menyebabkan difusi air ke bagian dalam yang

    belum terhidrasi semakin sulit sehingga proses hidrasi menjadi lambat. Proses ini

    dapat mencapai umur 50 tahun dalam peningkatan kekuatan beton.

    4. Kekuatan Pasta Semen dan Faktor Air Semen (FAS)

    Banyaknya air yang dipakai selama proses hidrasi akan mempengarnhi

    karakteristik kekuatan beton jadi. Pada dasarnya jumlah air yang dibutuhkan

    untuk proses hidrasi tersebut adalah sekitar 25 dari berat semen. Jika air yang

    digunakan kurang dari 25, maka kelecakan atau kemudahan dalam pengerjaan

    tidak akan tercapai.

    Beton yang memiliki workability didefmisikan sebagai beton yang dapat dengan

    mudah dikerjakan atau dituangkan (poured) ke dalam cetakan (forms, molds)

    dan dapat dengan mudah dibentuk (Ilsley Hewes, 1942:224). Identifikasi dari

    kemudahan pekerjaan ini adalah nilai konsistensi dari beton segar. Hal ini secara

    khusus akan dibahas pada Bab 13. Kekuatan beton akan turun jika air yang

    ditambahkan ke dalam campuran semakin banyak. Karena itu penambahan air

    harus dilakukan sedikit demi sedikit sampai nilai maksium yang tercantum dalam

    rencana tercapai.

    Faktor air semen (FAS) atau water cement ratio (wcr) atau w/c adalah indikator

    yang penting dalam perancangan campuran beton. Faktor air semen adalah

    berat air dibagi dengan berat semen, yang dituliskan sebagai:

    FAS = berat air/berat semen

    FAS yang rendah menyebabkan air yang berada di antara bagian-bagian semen

    sedikit dan jarak antara butiran-butiran semen menjadi pendek. Akibatnya,

    massa semen lebih menunjukan keterkaitannya (kekuatan awal lebih

    berpengaruh). Batuan semen mencapai kepadatan yang tinggi dan kekuatan

    tekannya menjadi lebih tinggi (normal ratio sekitar 0.25-0.65) %.

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 21

  • 7/29/2019 dasar semen

    22/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    Duff dan Abrams (1919) meneliti hubungan antara faktor air semen dengankekuatan beton pada umur 28 hari dengan uji silinder. Jika faktor air semen

    semakin besar, kekuatan tekan akan menurun, seperti disajikan di Gambar 2.6.

    Gambar 2.6Hubungan antara kekuatan tekan beton umur 7 hari dengan faktor

    air semen menggunakan semen yang cepat mengeras

    Gambar 2.6 menunjukkan peningkatan kekuatan beton yang ekstrem pada FAS

    0.5 sampai 1.10. Hubungan antara variasi kuat tekan selama masa umur 28 hari

    untuk beberapa FAS ditunjukkan pada Gambar 2.7.

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 22

  • 7/29/2019 dasar semen

    23/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    Gambar 2.7 Hubungan antara faktor air semen dengan kekuatan beton selama

    masa perkembangannya

    Dari Gambar 2.6 dan gambar 2.7 terlihat bahwa pada nilai FAS 0.4, semen telah

    terhidrasi dengan baik dan mempunyai kekuatan tekan yang tinggi pada umur 28

    hari. Jika diberi tambahan air, pori-porinya akan bertambah banyak. Akibatnya

    beton lebih banyak berpori dan kekuatannya akan menurun.

    Syarat Mutu Semen Portland

    Semen portland yang digunakan untuk konstruksi sipil harus memenuhi syarat

    mutu yang telah ditetapkan. Di Indonesia, syarat mutu yang dipergunakan adalah

    SII.0013-81, "Mutu dan Cara Uji Semen Portland". Syarat mutu yang ditetapkan

    oleh SII ini diadopsi dari syarat mutu ASTM C-150.

    Syarat mutu semen portland, SII.0013-81 (ASTM.C-150)

    Tabel 2.4Syarat Kimia

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 23

    URAIANJenisSemen

    I II III IV V

    MgO,%,maksimum 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0

    SO3,%,maksimum

    C3A 8.0% 3.0 3.0 3.5 2.3 2.3

    C3A 8.0% 3.5 - 4.5 - -

    Hilang pijar, % maksimum 3.0 3.0 3.0 2.5 3.0Bagian tak larut, % maksimum 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5

    Alkali sebagai Na2O, %maksimum*)

    0.6 0.6 0.6 0.6 0.6

    C3S, % maksimum**) - - - 35 -

    C2S, % maksimum**) - - - 40 -

    C3A, % maksimum**) - 8 15 7 5

    C3AF+2C3A, atau C4AF+C2F, - - - - 20++)

    % maksimum**)

    C3S+C3A, % maksimum - 58+) -

  • 7/29/2019 dasar semen

    24/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    Keterangan:

    +) Nilai ini berlaku bila disyaratkan panas hidrasi sedang bag! semen yang sedang diuji; pengujian panas

    hidrasi tidak diperiksa.

    ++) Syarat ini tidak berlaku apabila nilai pemuaian karena sulfat yang terdapat pada syarat fisika diikutkan.

    *) Hanya berlaku apabila digunakan dengan agregat beton yang reaktif terhadap alkali.*) Apabila perbandingan antara % Al2O3 dan % Fe2O3 lebih dari 0.64 maka perbandingan C3S, C2S, C3A dan

    C4AF adalah sebagai berikut:

    C3S = 3CaO.SiO2

    = (4.071x%CaO) (7.600x%SiO2) (6.718x%Al2O3) (1.430x%Fe2O3) (2.852xSO3)

    C2S = 2CaO.SiO2 = (2.867x%SiO2) - (0.7544x%C3S)

    C3A = 3CaO. Al2O3 = (2.650x%Al2O3) - (1.692x%Fe2O3)

    C4AF = 4CaO.Al2O3.Fe2O3 = 3.043x%Fe2O3

    Apabila perbandingan Al2O3 dan Fe2O3 kurang dari 0.64 perbandingannya adalah:

    C4AF+C2F = 4CaO.Al2O3.Fe2O3 + 2CaO. Fe2O3

    Sehingga perhitungan C4AF+C2F dan C3Smenjadi:

    C4AF+C2F = 2.100x% Al2O3+1.702x% Fe2O3

    C3S = (4.071x%CaO) - (7.600x%SiO2) - (4.479x% Al2O3) (2.859x% Fe2O3) - (2.852xSO3)

    Dalam komposisi ini tidak terdapat C3A dalam semen, sedangkan C2S dapat dihitung seperti rumus di atas.

    Tabel 2.5Syarat Fisika

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 24

  • 7/29/2019 dasar semen

    25/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    *) Bila pemuaian karena sulfat disyaratkan; syarat ini berlaku sebagai ganti dari

    nilai batas kadar

    C3A dan C4AF+2C3A;seperti yang disyaratkan di syarat kimia.

    Standar Pengujian

    Tabel 2.6Standar Pengujian Sifat Fisika Menurut ASTM

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 25

    No. UraianTipe Semen

    I II III IV V

    1

    Kehalusan

    Sisa diatas ayakan 0,09 mm, % 10 10 10 10 10

    MaksimumDengan alat Vicat Blainey 2800 2800 2800 2800 2800

    2

    Waktu Pengikatan (setting time),

    Menggunakan alat "Vicat"

    Awal, menit minimum 45 45 45 45 45

    Akhir, jam maksimum 8 8 8 8 8

    Waktu Pengikatan (setting time),

    menggunakan "Gillmore"

    Awal, menit minimum 60 60 60 60 60

    Akhir, jam maksimum 10 10 10 10 10

    3

    Kekalan; Pemuaian dalam 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80

    autoclave, maksimum

    4

    Kekuatan tekan: - - - - -

    1 hari kg/cm2, minimum - - 125 - -

    1 + 2 hari kg/cm2, minimum 125 100 250 - 85

    1 + 6 hari kg/cm2, minimum 200 175 - 70 150

    1 +27 hari kg/cm2, minimum - - - 175 210

    5Pengikatan semu (false set) 50 50 50 50 50

    Penetrasi akhir, % minimum

    6

    Panas hidrasi - - - - -

    7 hari, cal/g, maksimum - 70 - 60 -

    28 hari, cal/g, maksimum - 80 - 70 -

    7Pemuaian karena sulfat - - - - 0,45*)14 hari, %maksimum

  • 7/29/2019 dasar semen

    26/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    Semen Portland Pozollan

    Semen portland pozollan adalah campuran semen portland dan bahan-bahan

    yang bersifat pozollan seperti terak tanur tinggi dan hasil residu PLTU. Semen

    jenis ini biasanya digunakan untuk beton yang diekspos terhadap sulfat. Menurut

    (SK.SNI T-15-1990-03:2), semen portland-pozollan dihasilkan dengan

    mencampurkan bahan semen portland dan pozollan (15-40% dari berat totalcampuran), dengan kandungan SiO2 + Al2 O3 + Fe2 O3 dalam pozollan minimum

    70% (SK.SNIT-1991-03:2).

    Suatu konstruksi sipil yang menggunakan semen portland pozollan sebagai

    bahan ikat harus memenuhi standar SII 0132 "Mutu dan Cara Uji Semen

    Portland Pozollan atau syarat ASTM C.595-82, yaitu "Spesification for Blend

    Hydraulic Cement. (SKBI.l. 4.53:4).

    Abu terbang (fly ash) atau bahan pozollan lainnya yang dipakai sebagai bahan

    campuran tambahan hams memenuhi "Spesification for Fly Ash and Raw or

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 26

    Sifat Fisika ASTM Test

    Kehalusan Butir(fineness)

    - Air Permeability- Turbidimeter

    - Sieving

    C.204C.115

    C.I 84 (No. 100 and 200, dry)

    C.786(No.50,100,200,wet)

    C.430 (No.325, wet)

    Kepadatan (density) C.I 88

    Konsistensi (concislency)

    - Water requirement

    - Konsistensi normalC.I 09

    C.I 87

    Pengikatan (setting lime)- Time of Set

    - False Set

    C.266 (Gillmore)C.191 (Vicat)

    C.807 (Vicat Modifikasi)

    C.451

    Panas Hidrasi C.186

    Perubahan Volume C.157

    Kekuatan C.109

    Keawetan (Durability)

    - Air Content

    - Reaksi Alkali

    - Siilfnte expansion

    C.185

    C.227 (menggunakan Pyrex glass)

    C.452 (untuk semen portland)

  • 7/29/2019 dasar semen

    27/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    Calcined Natural Pozollan for Use as a Mineral Admixture in Portland Cement"

    (ASTM C.618).

    Semen Putih

    Semen putih adalah semen portland yang kadar oksida besinya rendah, kurang

    dari 0.5%. Bahan baku yang digunakan harus kapur mumi, lempung putih yang

    tidak mengandung oksida besi dan pasir silika. Semen putih digunakan untuk

    membuat star ubin/keramik dan benda yang, lebih banyak nilai seninya, tetapi

    biasanya tidak digunakan untuk bangunan struktur. Semen putih telah diproduksi

    secara massal di pabrik.

    Semen Alumina

    Semen alumina dihasilkan melalui pembakaran batu kapur dan bauksit yang

    telah digiling halus pada temperatur 1600 0C. Hasil pembakaran tersebut

    berbentuk klinker dan selanjutnya dihaluskan hingga menyerupai bubuk. Jadilah

    semen alumina yang berwama abu-abu.

    Semen alumina mempunyai kekuatan tekan awal yang tinggi, tahan terhadap

    serangan asam dan garam-garam sulfat dan tahan api. Akan tetapi, jika

    dipergunakan pada suhu lebih dari 29 0C, kekuatannya berangsur-angsur akan

    berkurang. Oleh karena itu, jenis semen ini hanya dapat dipergunakan untuk

    negara yang mempunyai musim dingin.

    1.3 PENYIMPANAN SEMEN

    Agar semen tetap memenuhi syarat meskipun disimpan dalam waktu lama, cara

    penyimpanan semen perlu diperhatikan (PB, 1989:13). Semen harus terbebas

    dari bahan kotoran dari luar. Semen dalam kantong harus disimpan dalam

    gudang tertutup, terhindar dari basah dan lembab, dan tidak tercampur dengan

    bahan lain. Semen dari jenis yang berbeda harus dikelompokan sedemikian rupa

    untuk mencegah kemungkinan tertukarnya jenis semen yang satu dengan yang

    lainnya. Urutan penyimpanan harus diatur sehingga semen yang lebih dahulu

    masuk gudang terpakai lebih dahulu.

    Semen curah harus disimpan di dalam silo yang terbuat dari baja atau beton dan

    harus terhindar dari kemungkinan tercampur dengan bahan lainnya. Apabila

    semen telah disimpan terlalu lama, perlu dibuktikan dulu bahwa semen tersebut

    memenuhi syarat sebelum dipakai.

    Teknologi Bahan KonstruksiIr. Alizar, MT.

    Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

    12 27

  • 7/29/2019 dasar semen

    28/28

    Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Mercu Buana

    Untuk menghindari pecahnya kantong semen, tinggi maksimum timbunan zak

    semen adalah 2 meter atau sekitar 10 zak. Jarak bebas antara bidang dinding

    dan semen sekitar 50 cm, sedangkan jarak bebas antara lantai dan semen

    sekitar 30 cm.

    LATIHAN:

    1. Jelaskan deskripsi dari semen

    2. Sebutkanjenis-jenis semen hidrolik dan non-hidrolik!

    3. Jelaskan proses pembuatan kapur hidrolik di Indonesia!

    4. Apa yang dimaksud dengan pozollan? Apa saja yang dapat

    dikelompokkan sebagai pozollan?

    5. Bagaimana proses pembuatan a), semen terak, b). semen alam dan c).

    semen portland?

    6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan proses basah dan proses kering

    dalam pembuatan semen portland!

    7. Jelaskan sifat dan karakteristik semen portland, baik sifat kimia maupun

    fisika!

    8. Jelaskan komposisi kimia dan kegunaan dari lima tipe semen portland!

    9. Sebutkan dan Jelaskan empat unsur kimia utama penyusun semen

    portland!

    10. Jelaskan perkembangan kekuatan tekan (sampai dengan umur 28 hari)

    beton yang menggunakan lima jenis semen portland dengan FAS 0.49!

    11. Sebutkan dan Jelaskan syarat mutu semen portland sebagai campuran

    beton!

    12. Bagaimanakah cara penyimpanan semen portland?