Dasar Hukum

15
DASAR HUKUM Peraturan perundang-undangan yang memerintahkan dan memberi kewenangan penyelenggaraan JKN terbentang luas, mulai dari UUD NRI 1945 hingga Peraturan Menteri dan Lembaga. Pemerintah telah mengundangkan 22 Peraturan Perundang-Undangan yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan program JKN dan tata kelola BPJS Kesehatan. 1.1 UUD NRI 1945 UUD NRI 1945 mengamanatkan bahwa setiap penduduk berhak atas jaminan sosial dan pelayanan kesehatan yang sama. Hal ini tercermin pada Pasal 28H dan Pasal 34. Pasal 28H Ayat (1): Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Ayat (2): Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakukan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. Ayat (3): Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Pasal 34 Ayat (1): Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Ayat (2): Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

description

EHK

Transcript of Dasar Hukum

DASAR HUKUMPeraturan perundang-undangan yang memerintahkan dan memberi kewenangan penyelenggaraan JKN terbentang luas, mulai dari UUD NRI 1945 hinggaPeraturan Menteri dan Lembaga. Pemerintah telah mengundangkan 22 Peraturan Perundang-Undangan yang menjadi dasar hukum penyelenggaraanprogram JKN dan tata kelola BPJS Kesehatan.1.1 UUD NRI 1945UUD NRI 1945 mengamanatkan bahwa setiap penduduk berhak atas jaminan sosial dan pelayanan kesehatan yang sama. Hal ini tercermin pada Pasal 28Hdan Pasal 34.Pasal 28HAyat (1): Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dansehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.Ayat (2): Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakukan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yangsama guna mencapai persamaan dan keadilan.Ayat (3): Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yangbermartabat.Pasal 34Ayat (1): Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.Ayat (2): Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidakmampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.Ayat (3): Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.1.2 UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM)Jaminan sosial dan pelayanan kesehatan adalah hak asasi manusia. Pasal 41 ayat (1): Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkanuntuk hidup layak serta untuk perkembangan pribadinya secara utuh. Yang dimaksud dengan berhak atas jaminan sosial adalah bahwa setiap warganegara mendapat jaminan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kemampuan negara.1.3 UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN)UU SJSN menetapkan asuransi sosial dan ekuitas sebagai prinsip penyelenggaraan JKN. Kedua prinsip dilaksanakan dengan menetapkan kepesertaanwajib dan penahapan implementasinya, iuran sesuai dengan besaran pendapatan, manfaat JKN sesuai dengan kebutuhan medis, serta tata kelola danaamanah Peserta oleh badan penyelenggara nirlaba dengan mengedepankan kehati-hatian, akuntabilitas efisiensi dan efektifitas.1.4 UU No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS)UU BPJS mengatur proses transformasi badan penyelenggara jaminan sosial dari badan usaha milik negara (BUMN) ke badan hukum publik otonomnirlaba (BPJS). Perubahan-perubahan kelembagaan tersebut mencakup perubahan dasar hukum, bentuk badan hukum, organ, tata kerja, lingkungan,tanggung jawab, hubungan kelembagaan, serta mekanisme pengawasan dan pertanggungjawaban.1.5 Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2012 Tentang Penerima Bantuan Iuran JaminanKesehatan (PP PBIJK)PP PBIJK mengatur tatacara pengelolaan subsidi iuran jaminan kesehatan bagi Penerima Bantuan Iuran. PP PBIJK memuat ketentuan-ketentuan yangmengatur penetapan kriteria dan tatacara pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu, penetapan PBIJK, pendaftaran PBIJK, pendanaannya,pengelolaan data PBI, serta peran serta masyarakat.1.6 Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 2013PP No. 86 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara Dan Setiap Orang, SelainPemberi Kerja, Pekerja, Dan Penerima Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial. Peraturan ini mengatur ruang lingkup sanksi administratif,tata cara pengenaannya kepada pemberi kerja dan perorangan, serta tata cara pengawasan dan pemeriksaan kepatuhan peserta dalam penyelenggaraanprogram jaminan sosial.1.7 Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan (PerPres JK)10/19/2014 Dasar Hukum, Peraturan Terkait, Program Pemerintah, dan Rujukan Internasional JKNPerPres JK mengatur peserta dan kepesertaan JKN, pendaftaran, iuran dan tatakelola iuran, manfaat JKN, koordinasi manfaat, penyelenggaraan pelayanan,fasilitas kesehatan, kendali mutu dan kendali biaya, penanganan keluhan, dan penanganan sengketa.1.8 Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 Tentang Perubahan Peraturan Presiden No. 12Tahun 2013 (Perpres Perubahan Perpres JK)Perpres Perubahan PerPres JK mengatur tentang:1. Perubahan ketentuan peserta JKN dan penerima manfaat JKN.2. Rincian penahapan kepesertaan wajib JKN.3. Penambahan ketentuan iuran JKN dan tata cara pengelolaan iuran JKN.4. Perubahan batasan hak ruang perawatan inap di rumah sakit5. Penambahan dua manfaat yang tidak dijamin oleh JKN.6. Penambahan ketentuan koordinasi manfaat antara JKN dengan program jaminan kecelakaan kerja dan program jaminan kecelakaan lalu lintas wajib,7. Perubahan ketentuan pelayanan obat, alat medis habis pakai, dan alat kesehatan,8. Perubahan ketentuan pemberian kompensasi bagi daerah yang belum memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat,9. Perubahan prosedur pembayaran fasilitas kesehatan,10. Perubahan ketentuan kendali mutu dan kendali biaya.1.9 Peraturan Presiden No. 107 Tahun 2013Peraturan Presiden No. 107 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan Tertentu Berkaitan Dengan Kegiatan Operasional Kementerian Pertahanan, TentaraNasional Indonesia, Dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.PerPres ini mengatur jenis pelayanan kesehatan bagi Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik Indonesiayang tidak didanai oleh JKN. Pelayanan kesehatan tersebut diselenggarakan di fasilitas kesehatan milik Kementerian Pertahanan dan Kepolisian RI, sertadidanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.1.10 Peraturan Menteri Kesehatan No. 69 Tahun 2013Peraturan Menteri Kesehatan No. 69 Tahun 2013 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Dan FasilitasKesehatan Tingkat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan (Permenkes Standar Tarif Pelayanan Kesehatan). Permenkes inimengatur tarif bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Standar tarif memuat tarif INA-CBGs, tarif kapitasi, dantarif non-kapitasi.1.11 Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional (Permenkes Pelayanan Kesehatan JKN).Permenkes ini mengatur tata cara penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh program JKN, tata cara kerjasama fasilitas kesehatan dengan BPJS Kesehatan,sistem pembayaran fasilitas kesehatan, sistem kendali mutu dan kendali biaya, pelaporan dan kajian pemanfaatan pelayanan (utilization review), sertaperaturan peralihan bagi pemberlakuan ketentuan-ketentuan wajib di fasilitas kesehatan.1.12 Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2014Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan (PerBPJS Penyelenggaraan JK). Peraturan BPJS Kesehatantersebut mengatur tatacara pendaftaran dan pemutahiran data Peserta JKN, identitas Peserta JKN, tata cara pembayaran iuran, tata cara pengenaan sanksiadmnistratif, tata cara penggunaan hasil penilaian teknologi kesehatan, prosedur pelayanan kesehatan, prosedur pelayanan gawat darurat, tata carapenerapan sistem kendali mutu pelayanan JKN.1.13 Keputusan Menteri Kesehatan No. 328/2013Keputusan Menteri Kesehatan No. 328 Tahun 2013 Tentang Formularium Nasional mengatur daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan harus tersedia difasilitas kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan JKN. Peraturan ini mengatur pula pelayanan obat di luar Formularium Nasional, tata cara pemutahiranFormularium Nasional, serta tata cara pembinaan dan pengawasan pelaksanaannya.1.14 Keputusan Menteri Kesehatan No. 455/2013Keputusan Menteri Kesehatan No. 455 Tahun 2013 Tentang Asosiasi Fasilitas Kesehatan (KMK Asosiasi Faskes) menetapkan Asosiasi Fasilitas Kesehatanyang diberi kewenangan untuk bernegosiasi tarif pelayanan dengan BPJS Kesehatan.1.15 Peraturan Menteri Keuangan No. 205 Tahun 2013Peraturan Menteri Keuangan No. 205 Tahun 2013 mengatur tata cara penyediaan, pencairan, dan pertanggungjawaban dana iuran jaminan kesehatanpenerima penghasilan dari pemerintah.1.16 Peraturan Menteri Keuangan No. 206 Tahun 2013Peraturan Menteri Keuangan No. 205 Tahun 2013 mengatur tata cara penyediaan, pencairan, dan pertanggungjawaban dana iuran jaminan kesehatanpenerima bantuan iuran.1.17 Surat Edaran Menteri Kesehatan No. 31/2014Surat Edaran Menkes No. 31/2014 Tentang Pelaksanaan Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan FasilitasKesehatan Tingkat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan JKN, bertujuan untuk memperjelas dan melengkapi ketentuan standar tarif yang diatur dalam10/19/2014 Dasar Hukum, Peraturan Terkait, Program Pemerintah, dan Rujukan Internasional JKNPeraturan Menteri Kesehatan No. 69 Tahun 2013.1.18 Surat Edaran Menteri Kesehatan No. 32/2014Surat Edaran Menkes No. 32/2014 Tentang Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan TingkatLanjutan Dalam Penyelenggaraan JKN, bertujuan untuk memperjelas penyelenggaraan JKN agar berjalan dengan efektif dan efisien dalam pemberianpelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.1.19 Peraturan Pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS yang Mengatur Tata Kelola BPJSKesehatanUU SJSN dan UU BPJS mendelegasikan berbagai ketentuan kelembagaan BPJS untuk diatur dalam Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden.Peraturan tersebut adalah:1. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2013 Tentang Modal Awal BPJS Kesehatan2. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahunn 2013 Tentang Hubungan Antar Lembaga BPJS3. Peraturan Pemerintah No. 87 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan,4. Peraturan Pemerintah No. 88 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Bagi Anggota Dewan Pengawas Dan Anggota DireksiBadan Penyelenggara Jaminan Sosial,5. Peraturan Presiden No. 108 Tahun 2013 Tentang Bentuk dan Isi Laporan Pengelolaan Program Jaminan Sosial.6. Peraturan Presiden No. 110 Tahun 2013 Tentang Gaji Atau Upah Dan Manfaat Tambahan Lainnya Serta Insentif Bagi Anggota Dewan PengawasDan Anggota Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.Yang belum dibahas:1. Perpres 109 tentang penahapan kepesertaan,2. SE 50/2014 tentang harga obat rujuk balik dan paket pelayanan CAPD3. Perpres 109 tentang Penahapan Kepesertaan2. PERATURAN TERKAITPeraturan terkait adalah perundang-undangan yang memiliki keterkaitan materi dalam mengatur penyelenggaraan SJSN dan JKN adalah:1. UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan2. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit3. UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran4. UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah5. Paket UU Pengelolaan Keuangan Negaraa. UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negarab. UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negarac. UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.d. UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.e. Paket UU Penyelesaian Sengketaa. UU No. 30 Tahun 1999 Tentang Abritase dan Alternatif Penyelesaian Sengketab. UU No. 8 tahun 1981 Tentang Kitab UU Hukum Acara Pidanac. HIR3. PROGRAM PEMERINTAHPenyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional menjadi program prioritas Pemerintah, yaitu Program Kementerian Kesehatan dan Program Dewan JaminanSosial Nasional.3.1 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.03.01/60/I/2010 Tentang Rencana StrategisKementerian Kesehatan RI Tahun 2010-2014[H1]Lima strategi utama untuk pencapaian tema prioritas pembangunan kesehatan, yaitu:1. Program kesehatan masyarakat, yang mencakup pelaksanaan program kesehatan preventif terpadu dengan pemberian imunisasi dasar kepada balita,penyediaan akses sumber air bersih, perluasan akses terhadap sanitasi dasar berkualitas, penurunan tingkat kematian ibu saat melahirkan dan tingkatkematian bayi2. Peningkatan jangkauan dan kualitas Program Keluarga Berencana3. Ketersediaan dan Kualitas Sarana Kesehatan4. Pemberlakuan Daftar Obat Esensial Nasional sebagai dasar pengadaan obat nasional dan pembatasan harga obat generik berlogo pada 2010.5. Penerapan asuransi kesehatan nasional bagi seluruh masyarakat miskin pada tahun 2011 dan perluasannya secara bertahap pada tahun 2012-2014.3.2 Peta Jalan Jaminan Kesehatan 2014-2019Peta Jalan Jaminan Kesehatan 2014-2019 merupakan pegangan bagi semua pihak untuk memahami dan mempersiapkan diri berperan aktif mempersiapkanberdirinya BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014 dan mencapai cakupan universal satu jaminan kesehatan untuk seluruh penduduk Indonesia pada tahun10/19/2014 Dasar Hukum, Peraturan Terkait, Program Pemerintah, dan Rujukan Internasional JKN4. RUJUKAN INTERNASIONAL4.1 Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (HAM) PBB Tahun 1948Deklarasi Universal tentang HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa Tahun 1948 Pasal 25 ayat 1 menetapkan bahwa,Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan,pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan, serta pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit,cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya.4.2 Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 (C.102)Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952, The Social Security (Minimum Standards) Convention, 1952 (C. 102), mengatur standar minimum penyelenggaraanprogram jaminan sosial di suatu negara.4.3 Konvensi ILO No. 130 Tahun 1969 (C.130)Konvensi ILO No. 130 Tahun 1969 tentang Pelayanan Kesehatan dan Santunan Sakit (Medical Care and Sickness Benefits Convension), 1969 (C.130),mengatur prinsip-prinsip perlindungan kesehatan. Konvensi 130 menentukan cakupan minimal kepesertaan, manfaat dasar, dan fasilitas kesehatan.4.4 Rekomendasi ILO No. 202 Tahun 2012 (R.202)Rekomendasi ILO No. 202 Tahun 2012 tentang batasan dasar nasional program perlindungan sosial (National Floors of Social Protection).4.5 Resolusi WHA ke-58 Tahun 2005 on Sustainable Financing, Universal Health Coverage,and Social Health InsuranceResolusi World Health Assembly ke-58 tahun 2005 merekomendasikan kepada seluruh negara-negara anggota untuk membangun sistem pembiayaankesehatan yang berkelanjutan guna menjamin pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk.

sitasi : http://www.jamkesindonesia.comMekanisme :1. Pengertian Asuransi Kesehatan Sosial (Jaminan Kesehatan Nasional-JKN) Sebelum membahas pengertian asuransi kesehatan sosial, beberapa pengertian yang patut diketahui terkait dengan asuransi tersebut adalah: Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas risiko sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU SJSN No.40 tahun 2004). Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah tata cara penyelenggaraan program Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

Dengan demikian, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak.17 Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Kelebihan sistem asuransi sosial di banding kan dengan asuransi komersial antara lain: Asuransi SosialAsuransi Komersial

1. Kepesertaan bersifat wajib (untuk semua penduduk) * *Kepesertaan bersifat sukarela

2. Non Profit Profit

3. Manfaat komprehensifManfaat sesuai dengan premi yang dibayarkan

1. Lembaga Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) JKN diselenggarakan oleh BPJS yang merupakan badan hukum publik milik Negara yang bersifat non profit dan bertanggung jawab kepada Presiden. BPJS terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi. Dewan Pengawas terdiri atas 7 (tujuh) orang anggota: 2 (dua) orang unsur Pemerintah, 2(dua) orang unsur Pekerja, 2 (dua) orang unsur Pemberi Kerja, 1 (satu) orang unsur Tokoh Masyarakat. Dewan Pengawas tersebut diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Direksi terdiri atas paling sedikit 5 (lima) orang anggota yang berasal dari unsur profesional. Direksi sebagaimana dimaksud diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. A. Fungsi, Tugas, dan Wewenang Dewan Pengawas

Dalam melaksanakan pekerjaannya, Dewan Pengawas mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pelaksanaan tugas BPJS dengan uraian sebagai berikut: 1) Fungsi Dewan Pengawas adalah melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas BPJS. 2) Dewan Pengawas bertugas untuk: a. melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan BPJS dan kinerja Direksi; b. melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan Dana Jaminan Sosial oleh Direksi; c. memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada Direksi mengenai kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan BPJS; dan d. menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan Jaminan Sosial sebagai bagian dari laporan BPJS kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN.

3) Dewan Pengawas berwenang untuk: a. menetapkan rencana kerja anggaran tahunan BPJS; b. mendapatkan dan/atau meminta laporan dari Direksi; c. mengakses data dan informasi mengenai penyelenggaraan BPJS; d. melakukan penelaahan terhadap data dan informasi mengenai penyelenggaraan BPJS; dan e. memberikan saran dan rekomendasi kepada Presiden mengenai kinerja Direksi. B. Fungsi, Tugas, dan Wewenang Direksi Dalam menyelenggarakan JKN, Direksi BPJS mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang sebagai berikut:1) Direksi berfungsi melaksanakan penyelenggaraan kegiatan operasional BPJS yang menjamin Peserta untuk mendapatkan Manfaat sesuai dengan haknya. 2) Direksi bertugas untuk: melaksanakan pengelolaan BPJS yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi; mewakili BPJS di dalam dan di luar pengadilan; dan menjamin tersedianya fasilitas dan akses bagi Dewan Pengawas untuk melaksanakan fungsinya. 3) Direksi berwenang untuk: a. melaksanakan wewenang BPJS; b. menetapkan struktur organisasi beserta tugas pokok dan fungsi, tata kerja organisasi, dan sistem kepegawaian; c. menyelenggarakan manajemen kepegawaian BPJS termasuk mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan pegawai BPJS serta menetapkan penghasilan pegawai BPJS;

d. mengusulkan kepada Presiden penghasilan bagi Dewan Pengawas dan Direksi; e. menetapkan ketentuan dan tata cara pengadaan barang dan jasa dalam rangka penyelenggaraan tugas BPJS dengan memperhatikan prinsip transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas; f. melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS paling banyak Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) dengan persetujuan Dewan Pengawas; g. melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) sampai dengan Rp500.000.000.000 (lima ratus miliar rupiah) dengan persetujuan Presiden; dan

h. melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari Rp500.000.000.000 (lima ratus miliar rupiah) dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang Direksi diatur dengan Peraturan Direksi. Persyaratan untuk menjadi Dewan Pengawas dan Dewan Direksi diatur dalam UU Nomor 24 tahun 2011.III. PELAYANAN 1. Jenis Pelayanan

Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN, yaitu berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan ambulans (manfaat non medis). Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. 1. Prosedur Pelayanan

Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama. Bila Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas Kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan medis. 3. Kompensasi Pelayanan Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi, yang dapat berupa: penggantian uang tunai, pengiriman tenaga kesehatan atau penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai hanya digunakan untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi. 4. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta yang memenuhi persyaratan melalui proses kredensialing dan rekredensialing. IV. MANFAAT JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis. Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan: a. Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat. b. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan HepatitisB (DPTHB), Polio, dan Campak. c. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. d. Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu. Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada manfaat yang tidak dijamin meliputi: a. Tidak sesuai prosedur; b. Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS; c. Pelayanan bertujuan kosmetik; d. General checkup, pengobatan alternatif; e. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi; f. Pelayanan kesehatan pada saat bencana ; dan g. Pasien Bunuh Diri /Penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa diri sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba.