Dasar Dasar Akida Islam
Transcript of Dasar Dasar Akida Islam
TUGAS AKHIR
PENGANTAR PENDIDIKAN
NAMA : M . JAGAD BAITULLAH
KELAS : I B
JURUSAN : Bahasa dan Sastra Indonesia
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN( STKIP)
MUHAMMADIYAH PAGARALAM
TAHUN 2012-2013
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena atas rahmat dan
hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Pendidikan Islam, dengan judul Dasar-Dasar Akidah Islam.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi kita,
yaitu Nabi Muhammad saw. yang telah membawa kita dari alam kebodohan
menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat sekaran ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
HARAPAN BAKTI
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i
KATA PENGANTAR ...................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................1
1.3 Tujuan ........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2
2.1. Dasar Aqidah islam...............................................................................2
2.2 Dasar-dasar Akidah Islam....................................................................10
2.3 . Tujuan akidah islam...............................................................................13
2.4. Hubugan Iman, Islam Dan Ikhsan........................................................14
2.5 Sebab-Sebab Penyimpangan dari Akidah yang Benar......................16
2.7 Kedudukan Akidah yang Benar...........................................................21
2.8 Tujuan Aqidah Islami ..........................................................................23
BAB III PENUTUP ........................................................................................26
3.1 Kesimpulan ................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu [- �ْع�ِق�ُد�- َي َع�ِق�ُد�
[َع�ِق�ُد artinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian. Sedangkan Aqidah
menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan
diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat
digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain
disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati
membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang
menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah
adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang
bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai
sumber keyakinan yang mengikat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dapat
dirumusakan sebagai berikut :
1. Jelaskan apakah yang Dasar Aqidah islam ?
2. Jelaskan Dasar-dasar Akidah Islam ?
3. Apakah Tujuan akidah islam ?
4. Bagaimanakah Hubugan Iman, Islam Dan Ikhsan ?
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini untuk emahami dasar aqidah islam, serta
tujuan dari aqidah islam dan untuk memenuhi tugas mata kuliah AIK I
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Dasar Aqidah islam
Akidah menurut bahasa adalah berasal dari kata Al-’aqdu yang berarti
ikatan, At-Tausiku yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, Al-
Ihkamu artinya mengukuhkan/ menetapkan, dan Ar-Robtu biquwwah yang berarti
meningkat yang kuat.
Menurut istilah, akidah islam adalah ajaran tentang kepercayaan yang
teguh terhadap ajaran yang meliputi kemaha Esaan Allah SWT (tauhid) dan segala
ajaranya, yang tercakup kedalam rukun iman yang enam, yaitu iman kepada Allah
SWT, iman kepada malaikat,iman kepada kitab, iman kepada rasul, iman kepeda
hari kiamat, dan iman kepada qohdo dan qodhar.
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa dasar akidah islam adalah rukun
iman yang enam. Yaitu: iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada
rasul, iman kepada kitab, iman kepada hari kiamat, iman kepada Qodho (takdir
baik) dan Qodhar (takdir buruk)
1. Beriman kepada Allah SWT
Akidah yang mendasar adalah beriman kepada Allah, beriman kepada
Allah berarti keyakinan teguh akan wujud Allah, bahwasanya dia adalah Rabb dan
pemilik segala sesuatu, hanya Dia sang pencipta dan hanya dia yang berhak
disembah (diibadahi) tidak ada sekutu baginya.ungkapan pada kata tauhi,
(laailaahaillallah), pada kata ilah, tidak hanya mengandung kataTuhan, akan tetapi
2
juga mengandung makna”yang ditaati”. Oleh karenanya berakidah tauhid tidak
hanya mengakui adanya Allah yang Esa, yang menciptakan segala sesuatu, akan
tetapi harus juga taat kepada apa yang diperintahkan dan apa yang dilarangnya.
Tauhid adalah ajaran yang dibawak oleh para Nabi mulai Nabi Adam As sampai
pada nabi Muhammad Saw. Ajaran yang dibawa nabi semuanya adalah ajaran
tauhid, yaitu agar semua manusia agar menyembah kepada Allah dengan tidak
mempersekutukanya.Dialam ini tidak ada yang panatas dijadikan sebagai tuhan
selain Allah. alQur’an menegaskan bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa
orang yang mempersekutukanNya;
Artinya; Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia
mengampuni dosa selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendakinya. Barang
siapa yang mempersekutukan Allah maka sesungguhnya ia telah berbuat dosa
yang besar.(Q.S An-Nisa; 48)
Allah adalah tuhan sekalian alam hanya Allahlah yang Esa, tidak pernah
mempunyai anak dan tidak pernah beranak, serta tidak ada sesuatu apapun yang
sama dengan dia, sebagaimana ditegaskan dala Qur’an Surat Al-Iklhas;
3
Artinya; Katakanlah Dialah Allah yang maha Esa. Allah SWT tuhan yang
bergantung pada tiap-tiap sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
Dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan dia (Q.S al-Ikhlass; 1-4).
Jika diantara langiot dan bumi ini ada tuhan selain Allah maka keduanya
antara langit dan bumi ini akan hancur binasa.
2. Beriman kepada para malaikat
Malaikat adalah mahluk ghoib ciptaan Allah yang di ciptakan dari cahaya,
mereka dianugrahkan sifat kepatuhan, dan selalu taat kepada Allah atas apa yang
telah Allah perintahkan kepadanya, oleh karena itu malaikat tidak pernah durhaka
atas apa yang telah aAllah perintahkan kepadanya.
Allah berfirman;
Artinya; ”malaikat itu tidak mendurhakai Allahterhadap apa yang diperintahkan
4
kepadanya dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Q.S; At-
tahrim: 6)
Beriman kepada malaikat cukup dnagan hal-hal sebagai berikut;
a) Beriman dan mempercayai akan wujudya(keberadaan) mereka.
b) Beriman dan mempercayai para malaikat yang telah diajarkan namanya kepada
kita, yaitu 10 malaikat. Sedangkan para malaikat yang kita tidak mengetahui
namanya, maka kita hanya mengimani secara menyeluruh.
c) Beriman kepada sifat-sifat malaikat, misalnya ketika malaikat jibril
menyampaikan wahyu kepada Nabi, malaikat itu dengan izin Allah bisa berubah-
rubah.
d) Beriman dan mempercayai tugas-tugas yang nereka lakukan. Seperti
menyampaikan wahyu, mencatat amal baik dan buruk manusia, menanyai mayat
dalam kubur, menjaga pintu neraka, menjaga pintu surga, menyabut nyawa dan
meniup terompet sangkakala, dan lain sebagainya.
3. Beriman kepada kitab-kitab Allah
Beriman kitab kepada kitab-kitab Allah SWT adalah meyakini dengan
sebenar-benarnya bahwa Allah SWT memiliki kitab-kitab yang diturunkan-Nya
kepada para nabi dan rasul-Nya; yang benar-benar merupakan kalam
(firman,ucapan)-Nya.Kitab-kitab itu adlah cahaya dan petunjuk dari Allah
SWT.Hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT:
5
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman,tetaplah beriman kepada Allah SWT,
rasul-Nya dan kitab-Nya yang diturunkan kepada rasul-Nya,serta kitab-kitab yang
diturunkan kepada nabi sebelumnya.barang siapa yang ingkar terhadap Allah,
malaikat-malaikatNya, kitab-kitabny, rasul-rasulNya, dan hari akhir, maka
sesungguhnya orang itu telah tersesat sangat jauh. (Q.S An-nisa;136)
Alqur’an merupakan kitab penyempurna dari kitab sebelumnya, seluruh
kitab yang dahulu semuanya tergabung dalam kitab alqur’an. Alqur’an adalah
kalam Allah yang diturunkan, bukan makhluk, akan tetapi berasal dari Allah dan
akan kembali kepadanya.
Beriman kepada kitab Allah SWT mengandung empat unsur, yaitu:
a) mengimani kepada kitab-kitab itu benar-benar diturunkan dari Allah.
b) Mengimani kitab-kitab yang sudah kita kenali, seperti Al-Qur’an, taurad, injil,
dan zabur.
c) Membenarkan berita yang ada didalam alqur’an dan kitab-kitab yang terdahulu
yang tidak bertentangan dengan Alqur’an.
6
d) Tunduk dan mengerjakan apa yang diperintahgkan didalam alquran dan apa
yang dilarang oleh alqur’an, karena perintah bdan larangan yang ada didalam
alqur’an itu adalah perintah dan larangan Allah SWT.
4. Beriman kepadapara nabi dan Rasul
Rasul adalahsetiap orang yang mendapat wahyu agama dan mendapat
perintah untuk menyampaikanya. Nabi yang pertama adalah Adam As, dan yang
terahir adalah nabi Muhammad Saw.
Allah SWT beer firman;
Artinya; hatakanlah hai orang-orang mukmin. Kami beriman kepada Allah SWT
dan apa yang diturunkan kepada kami dan apayang ditrurunkan kepada Ibrahim,
Ismail, Ishak, yaqub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dab
Isa serta apa yng diberikan kepada nabi-nabi dari tuhannya. Kami yidak
membedakan seorangpun diantara merekadan kami hanya tunduk dan patuh
kepada-Nya.(QS. Al-Baqarah; 136)
7
Allah SWT selalu mengutus nabi dan rasuluntuk membimbing mereka pada
jalanyaatau yang meneruskan ajaran nabi dan rasul yang diturunkan
sebelumya.para rasul Allah SWT adalah manusia biasa, akan tetapi dia adalah
manusia terbaik dan pilihan Allah. Para nabi dan rasul mendapat derajat nabi dan
rasul bukan dengan usaha mereka akan tetapi Allahlah yang mengangkat derajat
mereka.
Beriman kepada nabi dan rasul meliputi hal-hal sebagai berikut;
a) mempercayai bahwa kerasulan mereka adalah benar, dan barang siapa yang
menginkari salah satu dari mereka berarti orang tersebut mengingkari seluruh nabi
dan rasul.
b) Membenarkan berita-berita yang sahih tentang mereka
c) Mengamalkan ajaran (syariat) rasul yang terahir dari mereka, yaitu rasul yang
diutus kepada setiap umat manusia, yaitu nabi Muhammad Saw.
5. Beriman Kepada Hari Kiamat
Hari kiamat adalah hari dimana Allah SWT menghancurkan manusia
danseluruh ciptaanya dan membangkitkan manusia kembali untuk dihisab dan
diberi balasan. Sesudah terjadinya hari kiamat, maka ditetapkan golongan ahli
surga dan ahli neraka. Allah SWT berfirman;
8
Artinya; maka apabila sekali sangkakala ditiup, dan diangkatlah bumi dan
gunung-gunung, lalu keduanya dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada
hari itu terjadilah kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit
menjadi lemah. (QS. Al-Haqqah; 13-16)
Makna beriman kepada hari kiamat adalah percaya dan membenarkan
dengan keyakinan yang pasti akan datangnya dan beramal salah untuk
menghadapinya.
Beriman kepada hari kiamat meliputi empat hal yaitu;
a) Beriman dan mempercayai akah adanya kebangkitan sesudah kematian.
b) Percaya akan adanya balasan atas semua perbuatan, sebagaimana Allah
jelaskan dalam Qur’an surat Al-Zalzalah ayat 7-8;
c) Beriman dan mempercayai akan adanya surga dan neraka.
d) Beriman kepada sesudah terjadsinya kematian, yaitupertanyaan malaikat
sesudah sesorang dikubur dan azab kubur.
6. Beriman Kepada Takdir (Qada Dan Qadar) Takdir adalah ketetapan Allah
terhadap alam semesta, pencatatan dan kehendaknya, dan penciptaan dari segala
sesuatu tersebut. Allah SWT berfirman;
9
Artinya; tiada bencanapun yang menimpa bumi dan (tidak pula) dirimu sendiri
melainkan sudah tertulis dalam (lauhul mahfuz) sebelum kami ciptakanya.
Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah SWT. (QS. Al-Hadid;
22)
Beriman kepada takdir adalah percaya dan menyakini seyakin-
yakinyabahwa Allah SWt telah mengetahu apa yang sedang dan akan terjadi.
Setiap apa yang terjadi di langit dan bumi ini semuanya tidak pernah terlepas dari
catatanya, termasuk segala perbuatan baik dan buruk manusia.
Oleh karena itu orang-orang yang beriman kepada qada dan qadar mereka
merasakan ketentraman dan kedamaian jiwa.
2.2 Dasar-dasar Akidah Islam
Dasar dari akidah Islam adalah al-Qur’an dan Hadits. Al-Qur’an dan
Hadits/Sunnah Rasul merupakan dua perkara yang diwariskan kepada umat Islam
oleh Nabi Muhamad SAW, untuk dijadikan pedoman hidup umat Islam dalam
kehidupan sehari-hari, dalam segala tingkah laku dan perbuatan.
Adapun penjelasan dari masing-masing dasar aqidah Islam tersebut adalah
sebagai berikut;
1. Al-Qur’an
Al-Qur'an adalah firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril. Al-Qur’an merupakan dasar
pokok akidah Islam yang paling utama. Al-Qur’an menjelaskan tentang segala hal
yang ada di alam semesta ini, dari yang jelas sampai hal yang ghaib termasuk
masalah-masalah yang berkaitan dengan ajaran pokok tentang keyakinan dan
10
keimanan. Sedangkan dasar-dasar akidah yang harus diimani oleh setiap muslim
di antaranya QS an-Nisa/4 : 136
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-
Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang
Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”. (QS. An- Nisa / 4 :136)
2. Al-Hadits
Hadits adalah segala ucapan, perbuatan dan takrir (sikap diam) Nabi
Muhammad SAW. Dalam agama Islam, ditegaskan bahwa hadits adalah hukum
Islam kedua setelah Al-Qur'an, baik sebagai sumber hukum dalam akidah ataupun
dalam segala persoalan hidup manusia. Hadits memiliki fungsi sebagai pedoman
yang menjelaskan masalah-masalah yang ditetapkan di dalam al-Qur’an yang
masih bersifat umum.
Setidaknya ada dua alasan bahwa Hadits merupakan pedoman akidah
Islam, yaitu :
11
a. Hadits yang bersumber dari Nabi Muhamad SAW, tidaklah semata-mata
keluar dari hawa nafsu. Akan tetapi semata-mata berasal dari wahyu Allah SWT
Sebagaimana ditegaskan QS. an-Najm/53 :3-5.
Artinya :
“Dan tidaklah mengucapkan dari hawa nafsu. Tetapi yang diucapkan tidak lain
hanya dari wahyu yang diwahyukan. Yang diajarkan kepadanya oleh Jibril yang
sangat kuat”. ( QS. An Najm/53 : 3 – 5 ).
Ayat tersebut berisi peringatan keras kepada orang-orang yang masih
meragukan kebenaran Islam yang beliau sampaikan. Dengan adanya ayat tersebut,
manusia diharapkan untuk memercayai dengan sepenuh hati bahwa apa-apa yang
diucapkan oleh Rasulullah SAW benar-benar berasal dari Allah SWT, bahwa
Rasulullah SAW memiliki sifat shidiq (benar).
b. Allah SWT telah memberi petunjuk kepada manusia agar mengakui
kebenaran yang disampaikan Rasulullah SAW. Sebagaimana firman-Nya dalam
Q.S. Al-Hasyr/59: 7 yang artinya:
“…apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa
yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”
Apa-apa yang disampaikan Rasulullah SAW. kepada manusia adalah
petunjuk hidup dari Allah SWT. Termasuk akidah Islam. Oleh karena itu, setiap
12
setiap orang yang mengaku beriman kepada Rasul wajib mengikuti akidah yang
diajarkan Rasulullah SAW.
c. Banyak Hadits yang menjelaskan maksud beberapa ayat Al-qur'an yang masih
bersifat global, termasuk masalah akidah Islam. Contohnya Allah swt
berfirman sebagai berikut:
Artinya:“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun …” (Q.S. An-Nisa'/4: 36)
Ayat diatas berisi perintah untuk menyembah Allah saja dan larangan
menyekutukan Dia dengan apa pun, tetapi tidak dijelaskan bagaimana cara
menyembah Allah dan bagaimana pula sikap yang tidak tergolong
mempersekutukan Dia.
Tata cara menyembah Allah dan bentuk-bentuk perbuatan menyekutukan
Allah dapat dipahami melalui hadits Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu,
hadits dapat memperjelas maksud ayat Al-Qur'an.
Di dalam hadits disebutkan bahwa bentuk-bentuk menyekutukan Allah, antara
lain memuja patung, minta tolong kepada roh nenek moyang, dan membuat sesaji
untuk jin dan setan.
2.3. Tujuan akidah islam
Dengan adanya pondasi akidah islam seperti yang telah dipaparkan diatas,tujuan
yang dicapai adalah;
1. Melluruskan dan mengikhglaskan niat dan ibadah kepada Allah SWT. Karena
dia adalah pencipta yang tidak ada sekutu baginya, tujuan dari ibadah hanya
diperuntukan kepada Nya.
13
2. Membebaskan akal dan pikiran dari kosongnya hati.
3. Ketenangan jiwa dan pikiran.
4. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada
Allah SWT. Dasar dari ibadah ini dalah adalah mengimani para rasul mengikuti
jalan merekan yang lurus.
5. Bersungguh-sungguh dalam beramal baik dengan mengharapbalasan dari Allah
SWT, serta menjauhi perbuatan dosa karena takut akan balasanya.
6. Mencintai umat yang kuat serta menjalin rasa kesatuan yang kuat sesama umat,
dan berjuang menegkkan agama Allah.
7. Meraih kebahagiaan dunia dan akherat dengan beramal sholeh demi meraih
pahala dan kemuliaan.
2.4. Hubugan Iman, Islam Dan Ikhsan
Iman, islam, dan ikhsan merupakan suatu bagian yang tidak bisa di
pisahkan antara satu dengan lainya. Hal ini dijelaskan dalam hadis Nabi yang
diriwayatkan ole imam muslim yaitu
Artinya: Dari Umar r.a. beliau berkata ” pada suatu hari ketika kami duduk
didekat Rasulullah SAW tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian
sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Pada dirinya tidak tampak bekas dari
perjalalan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya.
Kemudian dia duduk dihadapan Nabi, lalu menempelkan kedua lututnya kelutut
Nabidan meletakkan kedua tanganya diatas kedua pahanya kemudian berkata;
”wahai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang Islam, Rasulullah menjawab,
14
islam yaitu hendaklah kamu mengucapkan tidak ada tuhan yang patut disembah
kecuali Allah, dan sesungguhnya muhammad adalah ututsan Allah, hendaklah
kamu mendirikan sholat, membayar zakat, menunaikan puasa dibulan ramadhan
dan mengerjakan haji jika kamu orang yang mampu, orang itu berkata engkau
benar, kami heran dia yang bertanya dan dia pula yang membenarkan. Lalu
terangkanlah kepadaku tentang iman. Rasulullah menjawab; hendaklah kamu
beriman kepada Allah, keppada malaikat Nya, kitab-kitab Nya, rasul-rasul Nya,
hari akhir, dan hendaklah kamu beriman kepada qada dan qadar, orang tadi
berkata engkau benar, lalu orang itu bertanya lagi; lalu terangkanlah kepadaku
tentang ikhsan, beliau menjawab, hendaklah engkau beribadah seolah-olah engkau
melihatnya, namun jika engkau tidak dapat beribadah seolah-olah melihatnya,
sesungguhnya Ia melihat engkau, orang itu berkata lagi, beritahukanlah kepada
kami tentang hari kiamat, beliau menjawab, orang yang ditanya tidak lebih tahu
dari orang yang bertanya, orang itu kemudian berkata lagi; beritahukanlah
kepadaku tanda-tandanya, beliau menjawab, apabila budak melahirkan tuanya,
dan orang-orang baduwi yang bertelanjang kaki, yang miskin lagi mengembala
domba berlomba-lomba dalam mendirikan bangunan, kemudian orang itu pergi,
dedang aku tetap tinggal beberapa saat lamanya, lalu nabi bersabda, ”wahai Umar!
Tahukah engkau siapa orang y6ang bertanya itu, aku menjawab, Allah dan
Rasulnyalah yang lebih tahu, lalu beliau bersabda; ”dia adalah Malaikat Jibril
yang yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.” (HR. Muslim)
Dari hadis diatas, menunjukan bahwa iman, islam, dan ikhsan, yang semuanya
15
disebut ad-din/ agama yang mencakup 3 tingkatan, islam, iman dan ikhsan.
1. Tingkatan islam, yaitu mencakup rukun iman yang lima.
2. Tingkatan iman yaitu mencakup rukun iman yang lima
3. Ikhsan adalah sikap menyembah kepada Tuhanya dengan penuh mengharap dan
keinginan, seolah olah engkau melihatnya, dan inilah derajat ikhsan yang
sempurna, akan tetapi jikAa kita tidak dapat beribadah seakan-akan engkau
melihatnya, maka ibadah kita merasa takut dan cemas akan siksanya, jadi
tingkatan ikhsan mencakup perkara lahir dan batin,
Dari uraian diatas jelas perbedaan antara islam, iman, dan ikhsan yaitu islam adal
perihal ibadah (jasmaniah), iman prihal tentang keyakinan (rohaniah), dan ikhsan
yaitu mencakup kedua-duanya (lahir maupun batin)
2.5 Sebab-Sebab Penyimpangan dari Akidah yang Benar
Penyimpangan dari akidah yang benar adalah sumber petaka dan bencana.
Seseorang yang tidak mempunyai akidah yang benar maka sangat rawan termakan
oleh berbagai macam keraguan dan kerancuan pemikiran, sampai-sampai apabila
mereka telah berputus asa maka mereka pun mengakhiri hidupnya dengan cara
yang sangat mengenaskan yaitu dengan bunuh diri. Sebagaimana pernah kita
dengar ada remaja atau pemuda yang gantung diri gara-gara diputus pacarnya.
Begitu pula sebuah masyarakat yang tidak dibangun di atas fondasi akidah
yang benar akan sangat rawan terbius berbagai kotoran pemikiran materialisme
(segala-galanya diukur dengan materi), sehingga apabila mereka diajak untuk
menghadiri pengajian-pengajian yang membahas ilmu agama mereka pun malas
karena menurut mereka hal itu tidak bisa menghasilkan keuntungan materi.
16
Jadilah mereka budak-budak dunia, shalat pun mereka tinggalkan, masjid-masjid
pun sepi seolah-olah kampung di mana masjid itu berada bukan kampungnya
umat Islam. Alangkah memprihatinkan, wallaahul musta’aan (disadur dari At
Tauhid Li Shaffil Awwal Al ‘Aali, hal. 12)
Oleh karena peranannya yang sangat penting ini maka kita juga harus mengetahui
sebab-sebab penyimpangan dari akidah yang benar. Di antara penyebab itu
adalah:
1. Bodoh terhadap prinsip-prinsip akidah yang benar. Hal ini bisa terjadi
karena sikap tidak mau mempelajarinya, tidak mau mengajarkannya, atau
karena begitu sedikitnya perhatian yang dicurahkan untuknya. Ini
mengakibatkan tumbuhnya sebuah generasi yang tidak memahami akidah
yang benar dan tidak mengerti perkara-perkara yang bertentangan
dengannya, sehingga yang benar dianggap batil dan yang batil pun
dianggap benar. Hal ini sebagaimana pernah disinggung oleh Umar bin
Khaththab radhiyallahu ‘anhu, “Jalinan agama Islam itu akan terurai
satu persatu, apabila di kalangan umat Islam tumbuh sebuah generasi
yang tidak mengerti hakikat jahiliyah.”
2. Ta’ashshub (fanatik) kepada nenek moyang dan tetap mempertahankannya
meskipun hal itu termasuk kebatilan, dan meninggalkan semua ajaran yang
bertentangan dengan ajaran nenek moyang walaupun hal itu termasuk
kebenaran. Keadaan ini seperti keadaan orang-orang kafir yang dikisahkan
Allah di dalam ayat-Nya, “Dan apabila dikatakan kepada mereka:
17
‘Ikutilah wahyu yang diturunkan Tuhan kepada kalian!’ Mereka justru
mengatakan, ‘Tidak, tetapi kami tetap akan mengikuti apa yang kami
dapatkan dari nenek-nenek moyang kami’ (Allah katakan) Apakah mereka
akan tetap mengikutinya meskipun nenek moyang mereka itu tidak
memiliki pemahaman sedikit pun dan juga tidak mendapatkan hidayah?”
(QS. Al Baqarah: 170)
3. Taklid buta (mengikuti tanpa landasan dalil). Hal ini terjadi dengan
mengambil pendapat-pendapat orang dalam permasalahan akidah tanpa
mengetahui landasan dalil dan kebenarannya. Inilah kenyataan yang
menimpa sekian banyak kelompok-kelompok sempalan seperti kaum
Jahmiyah, Mu’tazilah dan lain sebagainya. Mereka mengikuti saja
perkataan tokoh-tokoh sebelum mereka padahal mereka itu sesat. Maka
mereka juga ikut-ikutan menjadi tersesat, jauh dari pemahaman akidah
yang benar.
4. Berlebih-lebihan dalam menghormati para wali dan orang-orang saleh.
Mereka mengangkatnya melebihi kedudukannya sebagai manusia. Hal ini
benar-benar terjadi hingga ada di antara mereka yang meyakini bahwa
tokoh yang dikaguminya bisa mengetahui perkara gaib, padahal ilmu gaib
hanya Allah yang mengetahuinya. Ada juga di antara mereka yang
berkeyakinan bahwa wali yang sudah mati bisa mendatangkan manfaat,
melancarkan rezeki dan bisa juga menolak bala dan musibah. Jadilah
kubur-kubur wali ramai dikunjungi orang untuk meminta-minta berbagai
hajat mereka. Mereka beralasan hal itu mereka lakukan karena mereka
18
merasa sebagai orang-orang yang banyak dosanya, sehingga tidak pantas
menghadap Allah sendirian. Karena itulah mereka menjadikan wali-wali
yang telah mati itu sebagai perantara. Padahal perbuatan semacam ini
jelas-jelas dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau
bersabda, “Allah melaknat kaum Yahudi dan Nasrani karena mereka
menjadikan kubur-kubur Nabi mereka sebagai tempat ibadah.” (HR.
Bukhari). Beliau memperingatkan umat agar tidak melakukan
sebagaimana apa yang mereka lakukan Kalau kubur nabi-nabi saja tidak
boleh lalu bagaimana lagi dengan kubur orang selain Nabi ?
5. Lalai dari merenungkan ayat-ayat Allah, baik ayat kauniyah maupun
qur’aniyah. Ini terjadi karena terlalu mengagumi perkembangan
kebudayaan materialistik yang digembar-gemborkan orang barat. Sampai-
sampai masyarakat mengira bahwa kemajuan itu diukur dengan sejauh
mana kita bisa meniru gaya hidup mereka. Mereka menyangka
kecanggihan dan kekayaan materi adalah ukuran kehebatan, sampai-
sampai mereka terheran-heran atas kecerdasan mereka. Mereka lupa akan
kekuasaan dan keluasan ilmu Allah yang telah menciptakan mereka dan
memudahkan berbagai perkara untuk mencapai kemajuan fisik semacam
itu. Ini sebagaimana perkataan Qarun yang menyombongkan dirinya di
hadapan manusia, “Sesungguhnya aku mendapatkan hartaku ini hanya
karena pengetahuan yang kumiliki.” (QS. Al Qashash: 78). Padahal apa
yang bisa dicapai oleh manusia itu tidaklah seberapa apabila dibandingkan
kebesaran alam semesta yang diciptakan Allah Ta’ala. Allah berfirman
19
yang artinya, “Allah lah yang menciptakan kamu dan perbuatanmu.” (QS.
Ash Shaffaat: 96)
6. Kebanyakan rumah tangga telah kehilangan bimbingan agama yang benar.
Padahal peranan orang tua sebagai pembina putra-putrinya sangatlah
besar. Hal ini sebagaimana telah digariskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang
tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR.
Bukhari). Kita dapatkan anak-anak telah besar di bawah asuhan sebuah
mesin yang disebut televisi. Mereka tiru busana artis idola, padahal busana
sebagian mereka itu ketat, tipis dan menonjolkan aurat yang harusnya
ditutupi. Setelah itu mereka pun lalai dari membaca Al Qur’an,
merenungkan makna-maknanya dan malas menuntut ilmu agama.
7. Kebanyakan media informasi dan penyiaran melalaikan tugas penting
yang mereka emban. Sebagian besar siaran dan acara yang mereka
tampilkan tidak memperhatikan aturan agama. Ini menimbulkan fasilitas-
fasilitas itu berubah menjadi sarana perusak dan penghancur generasi umat
Islam. Acara dan rubrik yang mereka suguhkan sedikit sekali
menyuguhkan bimbingan akhlak mulia dan ajaran untuk menanamkan
akidah yang benar. Hal itu muncul dalam bentuk siaran, bacaan maupun
tayangan yang merusak. Sehingga hal ini menghasilkan tumbuhnya
generasi penerus yang sangat asing dari ajaran Islam dan justru menjadi
antek kebudayaan musuh-musuh Islam. Mereka berpikir dengan cara pikir
aneh, mereka agungkan akalnya yang cupet, dan mereka jadikan dalil-dalil
20
Al Qur’an dan Hadits menuruti kemauan berpikir mereka. Mereka
mengaku Islam akan tetapi menghancurkan Islam dari dalam. (disadur
dengan penambahan dari At Tauhid li Shaffil Awwal Al ‘Aali, hal. 12-13).
2.6 Kedudukan Akidah yang Benar
Akidah yang benar merupakan landasan tegaknya agama dan kunci
diterimanya amalan. Hal ini sebagaimana ditetapkan oleh Allah Ta’ala di dalam
firman-Nya:
“Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya
hendaklah dia beramal shalih dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun
dengan-Nya dalam beribadah kepada-Nya.” (QS. Al Kahfi: 110)
Allah ta’ala juga berfirman,
21
“Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu:
Sungguh, apabila kamu berbuat syirik pasti akan terhapus seluruh amalmu dan
kamu benar-benar akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS. Az
Zumar: 65)
Ayat-ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa amalan tidak akan diterima apabila
tercampuri dengan kesyirikan. Oleh sebab itulah para Rasul sangat
memperhatikan perbaikan akidah sebagai prioritas pertama dakwah mereka. Inilah
dakwah pertama yang diserukan oleh para Rasul kepada kaum mereka;
menyembah kepada Allah saja dan meninggalkan penyembahan kepada selain-
Nya.
Hal ini telah diberitakan oleh Allah di dalam firman-Nya:
“Dan sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang Rasul yang
menyerukan ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut (sesembahan selain Allah)’”
(QS. An Nahl: 36)
Bahkan setiap Rasul mengajak kepada kaumnya dengan seruan yang serupa yaitu,
“Wahai kaumku, sembahlah Allah. Tiada sesembahan (yang benar) bagi kalian
22
selain Dia.” (lihat QS. Al A’raaf: 59, 65, 73 dan 85). Inilah seruan yang
diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib dan seluruh Nabi-Nabi kepada
kaum mereka.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menetap di Mekkah sesudah beliau diutus
sebagai Rasul selama 13 tahun mengajak orang-orang supaya mau bertauhid
(mengesakan Allah dalam beribadah) dan demi memperbaiki akidah. Hal itu
dikarenakan akidah adalah fondasi tegaknya bangunan agama. Para dai penyeru
kebaikan telah menempuh jalan sebagaimana jalannya para nabi dan Rasul dari
jaman ke jaman. Mereka selalu memulai dakwah dengan ajaran tauhid dan
perbaikan akidah kemudian sesudah itu mereka menyampaikan berbagai
permasalahan agama yang lainnya (lihat At Tauhid Li Shaffil Awwal Al ‘Aali, hal.
9-10).
2.7 Tujuan Aqidah Islami
Akidah Islam mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang
teguh, yaitu :
1. Untuk mengihlaskan niat dan ibadah kepada AllahI semata. Karena Dia
adalah pencipta yang tidak ada sekutu bagiNya, maka tujuan dari ibadah
haruslah diperuntukkan hanya kepadaNya.
2. Membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari
kosongnya hati dari akidah. Karena orang yang hatinya kosong dari
akidah ini, adakalanya kosong hatinya dari setiap akidah serta menyembah
23
materi yang dapat di indera saja dan adakalanya terjatuh pada berbagai
kesesatan akidah dan khurafat.
3. Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak goncang
dalam pikiran. Karena akidah ini akan menghubungkan orang mukmin
dengan Penciptanya lalu rela bahwa Dia sebagai Tuhan yang mengatur,
Hakim yang membuat tasyri'. Oleh karena itu hatinya menerima takdir-
Nya, dadanya lapang untuk menyerah lalu tidak mencari pengganti yang
lain
4. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah
kepada Allah dan bermuamalah dengan orang lain. Karena diantara dasar
akidah ini adalah mengimani para Rasul, dengan mengikuti jalan mereka
yang lurus dalam tujuan dan perbuatan.
5. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak menghilangkan
kesempatan beramal baik, kecuali digunakannya dengan mengharap
pahala. Serta tidak melihat tempat dosa kecuali menjauhinya dengan rasa
takut dari siksa. Karena diantara dasar akidah ini adalah mengimani
kebangkitan serta balasan terhadap seluruh perbuatan.
"Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (sesuai) dengan
yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan." (QS. Al An'am : 132). Nabi Muhammad SAW juga
menghimbau untuk tujuan ini dalam sabdanya :
"Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah
24
daripada orang mukmin yang lemah. Dan pada masing-masing terdapat
kebaikan. Bersemangatlah terhadap sesuatu yang berguna bagimu serta
mohonlah pertolongan dari Allah dan janganlah lemah. Jika engkau
ditimpa sesuatu, maka jaganlah engkau katakan : seandainya aku kerjakan
begini dan begitu. Akan tetapi katakanlah : itu takdir Allah dan apa yang
Dia kehendaki dia lakukan. Sesungguhnya mengada-ada itu membuka
perbuatan setan." ( HR. Muslim)
6. Menciptakan umat yang kuat yang mengerahkan segala yang mahal
maupun yang murah untuk menegakkan agamanya serta memperkuat
tiang penyanggahnya tanpa peduli apa yang akan terjadi untuk menempuh
jalan itu. "Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-
ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.
Mereka itulah orang –rang yang benar." (QS. Al Hujurat : 15),
7. Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperbaiki individu-
individu maupun kelompok-kelompok serta meraih pahala dan kemuliaan.
"Barangsiapa yang mengerjakan amal baik, baik lelaki maupun wanita
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan balasan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang paling baik dari apa yang
telah mereka kerjakan." (QS. An Nahl 97) Inilah sebagian dari tujuan
akidah Islam, Kami mengharap agar Allah merealisasikannya kepada
Kami dan seluruh umat Islam.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akidah islam adalah keyakinan yang kuat dan kokoh. akidah islam adalah
ajaran tentang kepercayaan yang teguh terhadap ajaran yang meliputi kemaha
Esaan Allah SWT (tauhid) dan segala ajaranya, yang tercakup kedalam rukun
iman yang enam, yaitu iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat,iman
kepada kitab, iman kepada rasul, iman kepeda hari kiamat, dan iman kepada
qohdo dan qodhar.
26
DAFTAR PUSTAKA
Imam Nawawi, 1992. 40 Hadist Pilihan Terjemah Hadist Arba’in Annawawiyah,
Husaini Bandung.Husaini; Bandung
Junaidi Hidayat, KTSP 2008, akidah akhlak Mts kelas 1, Erlangga; Bandung
Departemen agama, 2004 Akidah Akhlak Mda Kelas IV
Al-Ally, 2000; Al-Qur”An Terjemahan,Diponegoro, Bandung
Diposkan oleh akhmad mukhsin di 21.38
27