(DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS...

56
JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) 2019 PANDUAN PRAKTIKUM LAPANGAN Disusun Oleh : Tim Pengampu Matakuliah Manajemen DAS

Transcript of (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS...

Page 1: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2015 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

I

MA

NA

JEM

EN

DA

ER

AH

AL

IRA

N S

UN

GA

I (D

AS

)

20

19

PA

ND

UA

N P

RA

KT

IKU

M L

AP

AN

GA

N

Disusun Oleh :

Tim Pengampu Matakuliah Manajemen DAS

Page 2: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

II

DAFTAR ISI

POS Materi Fieldtrip .......................................................................................................... iii

Jadwal Praktikum Lapangan ............................................................................................. iv

Denah 1. Menuju Lokasi Fieldtrip ...................................................................................... v

Denah 2. Letak Setiap Pos Fieldtrip .................................................................................. vi

Kata Pengantar …………………………………………………………………………………. vii

1. Pengukuran Debit Sungai .......................................................................................... 1

2. Analisis Kualitas Air ................................................................................................... 8

3. Biota Sungai .............................................................................................................. 12

4. Proses Perencanaan DAS mikro sebagai Basis Pengembangan Aksi

Managemen DAS ...................................................................................................... 14

5. Pemahaman Batas DAS ............................................................................................ 16

6. Pemahaman Komponen Ekosistem DAS .................................................................. 25

11. Memotret Permasalahan DAS ................................................................................... 26

12. Menyusun Profil Wilayah ........................................................................................... 28

13. Menyusun Rencana Aksi ........................................................................................... 30

14. Sistem Alami DAS dan Valuasi Lingkungan .............................................................. 35

Page 3: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

III

POS MATERI FIELDTRIP

MANAJEMEN DAS 2019

POS I

1. Pengukuran Debit dan Sedimen di Sungai (hal. 1) 2. Analisis Kualitas Air (hal. 8) 3. Biota Sungai (hal. 12)

Fasilitator: Ngadirin, Hidayat, Achmad Azhari Sidik, M. Rifqi Al Jauhary

POS II

4. Pemahaman Batas DAS (hal. 16) 5. Pemahaman Data Biofisik dengan pendekatan spatial sebagai basis Managemen DAS (hal. 16)

Fasilitator: Adithya Riefanto Suryoprojo, Nisfi Fariatul Ifadah

POS III

6. Issu Managemen di DAS (hal. 14) 7. Proses Perencanaan DAS Mikro sebagai basis Pengembangan Aksi Managemen DAS (hal.

14)

Fasilitator: Sifa’ul Janahtin, Refki Aulia Wiwaha

POS IV

8. Pemahaman Komponen ekosistem DAS (hal. 25) 9. Memotret Permasalahan DAS (hal. 26) 10. Menyusun Profil Wilayah (hal. 28) 11. Menyusun Rencana Aksi (hal. 30)

Fasilitator: Sifa’ul Janahtin, Refki Aulia Wiwaha

POS V

12. Presepsi dan Pengetahuan Stakeholders Terhadap Fungsi DAS (hal. 35) 13. Sistem Alami DAS dan Valuasi Lingkungan (hal. 35)

Fasilitator : 2 Narasumber dan 1 Asisten Aspek Sosek

Page 4: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

IV

JAD

WA

L P

RA

KT

IKU

M L

AP

AN

GA

N

Page 5: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

V

DENAH 1. MENUJU LOKASI FIELDTRIP

Page 6: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

VI

DENAH 2. LETAK SETIAP POS FIELDTRIP

Page 7: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

JURUSAN TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

VII

KATA PENGANTAR

Praktikum Lapangan ini merupakan kegiatan di lapangan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk mempraktekkan ilmu atau materi yang didapat di dalam kelas. Kejelasan akan sebuah materi dari sebuah mata kuliah menjadi sangat penting dipahami oleh setiap mahasiswa. Karena hal itu akan mempengaruhi hasil yang hendak dicapai dari materi itu sendiri. Oleh karenanya, perlu dilakukan adanya Praktikum Lapangan sebagai salah satu metode pembelajaran yang dianggap lebih efektif karena mahasiswa akan langsung menerapkan ilmu yang didapatkan di lapangan.

Praktikum Lapangan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) perlu dilakukan sehubungan dengan maraknya isu lingkungan tentang kuantitas dan kualitas air yang semakin tidak sehat dan tidak bersih. Untuk itu mahasiswa diharapkan dapat memahami komponen-komponen suatu DAS sehingga dapat mengetahui terjadinya permasalahan dan sumber masalahnya di suatu DAS.

Untuk itu praktikum ini ditujukan agar mahasiswa mampu meningkatkan pengetahuan dan keyakinannya melalui pengalaman sendiri (learning by doing) dalam “membaca” bentang alam, memahami komponen pengelolaan DAS, menjelaskan penyebab kerusakan, proses dan dampaknya serta dapat memahami pengetahuan dasar suatu perencanaan pengelolaan DAS untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi baik secara biofisik, sosial-ekonomi, kelembagaan.

Selamat menjalankan praktikum lapangan dan semoga bermanfaat.

Penyusun

Page 8: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

1

1. PENGUKURAN DEBIT DI SUNGAI

1.1. Latar Belakang

Debit sungai atau aliran sungai merupakan informasi yang sangat penting dalam pengelolaan sumberdaya air. Debit puncak yang terjadi saat musim hujan diperlukan untuk merancang bangunan pengendali banjir. Sementara debit aliran kecil diperlukan untuk perencanaan alokasi air untuk berbagai macam keperluan, terutama pada musim kemarau panjang. Debit aliran rata-rata tahunan dapat memberikan gambaran potensi sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai.

Debit aliran adalah laju aliran yang melewati suatu penampang sungai per satuan waktu dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt). Dalam laporan teknis debit aliran digambarkan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran adalah suatu perilaku debit sebagai respon terhadap pengubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS. Salah satu contoh berupa pengubahan penggunaan lahan hutan menjadi pertanian intensif.

Dalam acara praktikum pada bab 1 akan dikemukakan berbagai cara mengukur debit sungai. Secara garis besar pengukuran debit sungai dibedakan menjadi dua yaitu pengukuran debit sungai berukuran kecil/sedang dan pengukuran debit sungai berukuran besar (sungai-sungai diluar pulau Jawa). Namun dalam praktikum ini akan dilakukan pengukuran debit sungai berukuran kecil/sedang.

1.2. Tujuan

Mahasiswa memahami prinsip pengukuran debit disungai (lihat referensi panduan)

Mahasiswa dapat melaksanakan prosedur pengukuran debit sungai dengan alat Current Meter (Swoffer 2100)

Mahasiswa mampu mengukur debit dengan metode pelampung

1.3. Metode

1.3.1. Pengukuran Debit di Sungai dengan Current Meter (SWOFFER 2100)

A. Cara Pengoperasian

1. Lepas tutup pelindung sensor

Page 9: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2

2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping bodi sensor, jangan kencang-kencang hanya pas di leher as. Bila terlalu kencang dapat merusak as atau menyebabkan pecah.

3. Sambungkan kabel ke Swoffer Meter melalui SOCKET, rapatkan konektornya.

4. Putar switch pada Swoffer Meter ke posisi CALIBRATE. Display akan terbaca 186 (untuk unit FPS) atau 610 (untuk unit meter per detik). Pilih unit pengukuran FEET/METERS dengan cara merubah switch di dalam kotak batery.

5. Putar switch ke posisi COUNT. Putar propeler dan lihat bacaan pada display Swoffer Meter,

bacaan akan meningkat sesuai dengan banyaknya perputaran propeler (RPM). Terdapat 4 nilai bacaan pada LCD setiap putaran propeller.

Socket

CALIBRATE

Page 10: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

3

6. Putar switch ke posisi MINIMUM pilihan waktu pengukuran.

7. Tekan dan lepaskan tombol RESET ke posisi NOL pada display.

COUNT

Page 11: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

4

B. PENGUKURAN VELOSITAS

8. Keluarkan batang aluminium (Guide Rod) dari tabung penyimpan, sambung potongan batang aluminium sesuai kedalaman pengukuran (tiap batang panjangnya 1 m). Pasang kaki (FOOT) pada ujung salah satu batang dan sekrup.

9. Pasang slider dengan lubang untuk kabel menghadap ke atas, eratkan dengan memutar sekrup plastik pada bagian ujung slider.

10. Pasang sensor (SENSOR WAND) pada SLIDER dan kencangkan dengan sekrup yang ada di bagian samping dengan kunci L.

Page 12: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

5

11. Setel letak slider sesuai dengan kedalaman pengukuran (0,6 x kedalaman aliran) dari dasar aliran (FOOT), dengan cara naik dan turunkan slider kemudian dieratkan kembali.

12. Pasang tutup (TOP CAP & POINTER) di bagian atas batang pembantu (GUIDE ROT), arahkan POINTER searah dengan arah SENSOR + PROPELLER.

13. Masukkan SENSOR + PROPELLER ke dalam aliran air dan arahkan tegak lurus dengan arah aliran air.

14. Tekan tombol START, maka pengukuran akan mulai bekerja. 15. Kecepatan aliran air akan terbaca pada Swoffer Meter, data yang tercatat pada LCD

merupakan rata-rata hasil pengukuran sesuai dengan waktu pembacaan Waktu : Min = 1,5 detik

(Med) = 6,0 detik

Max = 30,0 detik

16. Untuk mengulangi bacaan, awali dengan tekan dan lepaskan tombol RESET agar bacaan kembali ke posisi NOL.

C. Perhitungan Rata-rata Velositas Secara Vertikal

Current meter mengukur kecepatan aliran (velositas) pada tiap titik di dalam segmen bidang penampang melintang aliran. Pengukuran debit memerlukan perhitungan rata-rata kecepatan aliran dari masing-masing titik pengukuran didalam masing-masing segmen. Kecepatan aliran rata-rata dalam segmen penampang melintang aliran secara tegak dapat didekati dengan membuat pengukuran pada berbagai kedalaman. Current meter tidak dapat digunakan mengukur pada titik dekat dasar aliran air, minimal harus berjarak 0,5 feet(15 cm). Berikut berbagai metode perhitungan debit rata-rata secara vertikal.

1. Vertical velocity curve method

Metode ini, dilakukan dalam satu seri pengukuran dimulai dari permukaan air sampai dasar aliran dengan interval kedalaman di antara 0,1 sampai 0,9 dari total kedalaman. Observasi selalu diambil pada 0,2; 0,6 dan 0,8 kedalaman aliran. Kemudian hasilnya di plot dalam kurva hubungan antara velositas dan prosen kedalaman, sehingga dapat dihasilkan koefisien standart velositas secara vertikal.

2. Two-Point method

Metode ini menggunakan pengukuran velositas pada 0,2 dan 0,8 kedalaman di bawah permukaan. Rata-rata dari dua pengukuran ini merupakan velositas rata-rata secara vertikal. Metode ini sering digunakan oleh US Geological Survey dan memberikan hasil yang akurat dan konsisten.

Page 13: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

6

Metode dua titik ini biasanya berada dalam kisaran 1% nilai rata-rata kebenaran rata-rata velositas secara vertikal.

3. Six-Tenths Depth Method

Metode ini memakai pendekatan bahwa pengukuran pada titik 0,6 kedalaman sebagai nilai rata-rata velositas secara vertikal. Ini sangat cocok bila digunakan pada aliran yang tinggi muka air (stage) nya cepat berubah dan pengukuran harus dilakukan dengan cepat.

4. Three-Point Method

Metode ini merupakan kombinasi antara metode dua titik (two-point method) dan 0,6 x kedalaman (six-tenths depth methods) dan menggunakan pengukuran velositas 0,2; 0,6 dan 0,8 kedalaman. Rata-rata velositas dihitung dengan rumus :

V rata-rata = (V 0,2 + V 0,8)/4 + (V 0,6)/2

Metode memberikan penekanan pada titik pengukuran 0,2 dan 0,8 kedalaman, cara ini biasanya hasilnya kurang reliabel.

5. Two-tenths Depth Method

Metode ini mengukur velositas pada titik 0,2 x kedalaman. Hasil pengukuran cara ini paling tidak reliabel dibandingkan metode two-point atau six-tenths depth methods. Tetapi digunakan pada situasi yang tidak memungkinkan untuk pengukuran 0,6 atau 0,8 x kedalaman.

6. Subsurface Velocity Method

Pengukuran dalam metode ini dilakukan acak di bawah permukaan air . Kedalaman pengukuran minimal 2 feet(0,61m) di bawah permukaan air. Metode ini ditrapkan bila kedalaman air tidak dapat ditentukan dengan tepat.

7. Surface Velocity Method

Pada kanal alami digunakan koefisien velositas 0,85 atau 0,86 untuk menghitung velositas rata-rata. Sedang pada kanal halus digunakan koefisien 0,90.

8. Five-Point Method

Observasi dilakukan pada titik 0,2; 0,6 dan 0,8 kedalaman di bawah permukaan air. Juga dilakukan observasi pada dekat permukaan air dan didasar aliran. Velositas rata-rata dihitung dengan rumus :

V rata-rata = 0,1(V permukaan + 3V 0,2 + 3V 0,6 + 2V 0,8 + V dasar)

9. Six-Point Method

Observasi dilakukan pada titik-titik 0,2; 0,4; 0,6 dan 0,8 kedalaman di bawah permukaan air, dan ditambah pula pengukuran pada dekat permukaan dan di dasar aliran. Velositas rata-rata dihitung dengan rumus :

V rata-rata = 0,1(V permukaan + 2V 0,2 + 2V 0,4 + 2V 0,6 + 2V 0,8 + Vdasar)

Page 14: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

7

Gambar 1. Titik lokasi pengukuran

1.3.2. Pengukuran Kecepatan Aliran dengan Metode Pelampung

Metode ini sangat sederhana dan lebih cocok digunakan untuk mengukur aliran yang kecil misalnya pada kanal saluran irigasi atau sungai kecil.

Alat dan Bahan:

Meteran

stick/tongkat

stopwatch

plampung (bola karet/prahu foam).

Cara Kerja :

a. Buat lintasan dengan jarak tertentu dan pasang tanda dengan stick.

b. Pada waktu (to) lepas plampung di bagian tengah arus air dan tepat pada titik awal.

c. Setelah plampung mencapai titik kedua dengan jarak yang ditentukan, catat waktu yang dibutuhkan (t1).

d. Kecepatan aliran air dapat dihitung dengan rumus : Jarak (m) dibagi Waktu (detik).

e. Debit aliran air dapat dihitung dengan : Kecepatan aliran (m/detik) dibagi dengan Luas penampang basah sungai (m2).

Page 15: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

8

2. ANALISIS KUALITAS AIR

2.1. Latar Belakang

Daerah aliran sungai memiliki dua fungsi utama yaitu fungsi hidrologis dan fungsi ekologis. Secara hidrologis, DAS berfungsi untuk menampung air hujan, menyimpan, dan melepaskannya dalam bentuk limpasan permukaan, air bawah permukaan, dan air bawah tanah yang dialirkan ke laut aatu danau melewati sungai; sedangkan secara ekologis berfungsi sebagai tempat terjadinya berbagai reaksi biokimia, dan sebagai tempat hidup atau habitat bagi hewan dan tumbuhan (Seyhan,1990). Pengelolaan DAS yang baik harus memenuhi kedua fungsi tersebut, hal ini mengingat bahwa air merupakan kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup manusia, hewan, dan tumbuhan.

Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat kondisi suatu DAS adalah kualitas air. Kualitas air sungai yang dihasilkan dari suatu fungsi hidrogis DAS harus memenuhi sistem penyediaan air bersih (sistem baku mutu air) bagi masyarakt setempat. Berbagai hal yang penting untuk diperhatikan dalam keperluan perencanaan sistem penyediaan air bersih bagi penduduk (manusia) adalah asal sumber air baku, kuantitas, kualitas dan kontinuitas sumber air baku tersebut. Dari segi kualitas perlu dilakukan pemeriksaan terhadap kandungan warna dan kekeruhan, bau dan rasa, zat besi, temperatur, pH dan electric conductivity. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi fisik air secara visual dan dengan mempergunakan peralatan pendeteksi, hubungannya dengan persyaratan/standar kualitas air yang dapat digunakan untuk air bersih.

Analisis kualitas air sungai adalah proses pengujian air sesuai parameter yang telah ditentukan di laboratorium, menggunakan metode uji yang telah ditetapkan untuk setiap parameter. Pemilihan parameter pengukuran tergantung pada peruntukan badan air (ekosistem, air minum, rekreasi, industri, pertanian) dan tujuan kajian.

Berikut ini contoh kondisi lingkungan dan parameter spesifik yang diukur :

a. Limbah organik yang terkandung dalam limbah rumah tangga, tempat pemotongan hewan, pengolahan makanan dan industri pertanian yang Sejenis perlu diukur BOD, COD, TOC, nitrogen organik terlarut, total phosphor dan total faecal coliform.

b. Hasil eutrofikasi nutrien yang memasuki air permukaan dari lahan pertanian perlu diukur NH3, NO3, NO2, total fosfor, total N, transparasi dan khlorophil a.

c. Pertanian dan irigasi dapat menghasilkan konsentrasi tinggi terhadap parameter tertentu seperti nitrat dan fosfat dari pemupukan, pestisida dan herbisida. Tingginya konsentrasi suatu pencemar dapat menyebabkan problem pada penggunaan air pertanian misalnya permeabilitas tanah dan tanaman dapat terganggu, ternak dapat keracunan, pengerjaan pertanian juga dapat menyebabkan erosi. Variabel yang dapat diukur terhadap air untuk pertanian misal TDS, TSS, Na, Ca, Mg, faecal coliform, pestisida, herbisida (tergantung dari aplikasi pertanian yang dimaksud yaitu memperhatikan pola pemakaian bahan kimia yang digunakan untuk pertanian di area pemantauan).

d. Effluen industri mungkin mengandung bahan kimia beracun organik atau anorganik atau keduanya, tergantung dari jenis industri (diperlukan data proses industri untuk menentukan parameter).

e. Pengasaman sungai atau air tanah dihasilkan dari transpor yang cukup panjang dari pencemar di atmosfir. Air buangan dari tambang batubara adalah asam kuat dan sering menimbulkan pengasaman badan air. Air yang menjadi asam harus dianalisis fraksi logam terlarutnya seperti Al,Cd,Cu,Fe, Mn, Zn, pH dan alkalinitas.

Page 16: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

9

Pertimbangan dalam pemilihan parameter juga memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku. Pemilihan parameter yang tepat akan sangat berguna sebagai bahan untuk teknik pengelolaan dan analisis data tingkat lanjut suatu perairan.

2.2. Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui cara pemeriksanaan kualitas air dari aspek fisisk cara sederhana 2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kualitas air. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan cara pemeriksaan kualitas air kepada masyarakat .

2.3. Metoda

Penjelasan tata cara pemeriksaan dan praktek

2.4. Bahan dan Alat

Botol sampel, sampel air, dan kertas saring, pH meter, EC meter, dan termonmeter.

2.5. Waktu

Waktu pelaksanaan 15 menit

2.6. Langkah-langkah

2.6.1. Pemeriksaan Warna dan Kekeruhan

a. Pemeriksanaan warna

Masukkan sample air kedalam botol

Saring sebagian air dengan kertas saring

Amati hasil penyaringan, secara umum dapat diklasifikasikan :

Hasil Penyaringan Warna

Jernih dan bersih (bening) Tidak berwarna

Kekuning-kuningan atau agak coklat Sedikit berwarna

Kuning Tua atau coklat Air berwarna

b. Pemeriksaan Kekeruhan Selanjutnya amati sisa sampel air yang terdapat dalam botol, klasifikasi kekeruhan secara umum :

Hasil Pengamatan Kekeruhan

Jernih dan bersih (bening) Kecil

Sedikit keruh tetapi masih dapat dilihat menembus botol

Sedang

Sangat keruh Tinggi

2.6.2. Pemeriksanaan Bau dan Rasa

a. Pemeriksanaan Kandungan Bau Pemeriksaan bau air adalah dengan menggunakan indra penciuman, klasifikasi bau secara umum dibandingakan dengan bau besi atau lumpur :

Tidak ada bau, artinya tidak berbau

Sedikit berbau besi/lumpur, artinya sedikit berbau

Page 17: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

10

Sangat berbau besi/lumpur, artinya berbau

b. Pemeriksaan Kandungan Rasa Pemeriksaan rasa air adalah dengan menggunakan indra perasa, klasifikasi rasa secara umum dibandingkan dengan rasa garam :

Hambar, artinya tidak ada rasa

Sedikit asin, artinya agak berasa

Sangat asin, artinya berasa

2.6.3. Kandungan Zat Besi (Fe)

Pemeriksaan kandungan zat Besi dalam air :

Ambil contoh air ± 1 liter

Aerasikan selama 1 menit dengan cara dituangkan dari 1 gelas ke gelas yang lain pada ketinggian yang cukup dan berulang-ulang

Tuangkan contoh tersebut kedalam gelas terbuka, tunggu selama 10 menit

Klasifikasikan contoh tersebut berdasarkan tabel dibawah ini :

Klasifikasi Kandungan Besi

Tidak ada gumpalan coklat, tidak ada/sedikit endapan coklat

Kecil

Banyak gumpalan coklat, sedikit endapan coklat tetapi tidak menutupi dasar bejana

Cukup

Banyak gumpalan coklat, lapisan tipis endapan menutupi seluruh dasar bejana

Tinggi

2.6.4. Pengukuran Temperatur

Masukkan termometer kedalam air baku pada lokasi tempat air keluar

Baca temperatur ketika masih didalam air, atau segera setelah termometer diangkat dari dalam air

Abaikan penggunaan air yang mempunyai suhu ≥ 45º C

2.6.5. Pengukuran pH

Pengukuran pH ditujukan untuk mengetahui derajat keasaman (acidity) atau derajat kebasahan (alkalinity). Besaran pH yang paling ideal untuk air baku adalah 6.5 – 8.5

Cara pengukuran pH air baku adalah dengan mencelupkan elektroda pH meter kedalan sampel air baku dan kemudian baca besaran angka yang yang dihasilkan.

2.6.6. Pengukuran Electric Conductivity (EC)

Electric conductivity atau daya hantar listrik (DHL) adalah petunjuk untuk salinitas air atau kandungan garam dalam air. Pengukuran EC dapat langsung dilakukan dengan mencelupkan elektroda EC meter langsung kedalam sample air dan kemudian baca besaran angka yang dihasilkannya.

Page 18: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

11

Catat semua hasil pengukuran kualitas air dilapangan meliputi warna, tingkat kekeruhan, bau&rasa, kandungan besi, temperatur, pH, dan daya hantar listrik. Bahas dan buat kesimpulan berkaitan dengan pengelolaan DAS Konto Hulu! Apakah dengan indikator kualitas air yang ada menunjukkan pengelolaan yang baik atau buruk? Jelaskan alasannya! Gunakan sebagai dasar dalam simulasi PRA guna mencapai tujuan pengelolaan DAS yang ideal!

Page 19: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

12

3. BIOTA SUNGAI

3.1. LATAR BELAKANG

DAS (Daerah Aliran Sungai) ialah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas di daratan (PERMENHUT nomor 39 tahaun 2009). Perubahan tata guna lahan pada Daerah Aliran Sungai akan mempengaruhi kondisi sungai dan anak-anak sungai yang ada baik dari kualitas dan kuantitas air sungai. Perubahan kualitas air sungai akibat masukan dari DAS menyebabkan perubahan komposisi makroinvertebrata yang hidup di sungai, sehingga organisme air ini dapat kita gunakan sebagai monitoring kondisi sungai dan mengetahui kondisi DAS.

3.2. TUJUAN

1. Mahasiswa dapat melakukan cara pengambilan sampel makroinvertebrata 2. Mahasiswa mampu mengetahui kondisi DAS dari jenis makroinvertebrata yang ditemukan

3.3. PROSEDUR PENGAMBILAN SAMPEL MAKROINVERTEBRATA

Menurut Sudaryanti (2003), prosedur pengambilan sampel makroinvertebrata dilakukan di perairan dangkal (untuk Jawa Timur kurang dari satu meter) yang memungkinkan peneliti untuk melakukan langsung pengambilan sampel di dalam sungai dengan menggunakan “wading suit”. Alat untuk pengambilan sampel menggunakan jala tangan terdiri atas pegangan dan sebuah jala yang telah diberi kerangka dimana tempat organisme dikumpulkan. Prosedur pengambilan sampel sebagai berikut : (a) Memegang tiang jala dengan arah melawan arus. (b) Mengaduk dasar perairan dengan dua kaki secara bersama-sama untuk melepaskan organisme

dari dasar perairan sehingga organisme akan masuk ke dalam jala. (c) Memeriksa di dalam jala, kalau ada batu dan ranting maka mencuci batu dan ranting di dalam jala. (d) Mengulangi pengambilan sampel di daerah “riffer” sepanjang 10 meter. (e) Mencuci organisme dengan air dan mengumpulkannya pada salah satu sudut jala dengan terus

menyiram air untuk memudahkan pengambilan sampel dari dalam jala. (f) Membalik jala ke arah luar untuk memindahkan sampel ke dalam wadah sampel. (g) Melakukan pengawetan dengan alkohol 96%.

3.4. LABELLING DAN IDENTIFIKASI SAMPEL MAKROINVERTEBRATA

Menurut Sudaryanti (2003) labelling dilakukan dengan cara menulis beberapa informasi pada kertas putih dengan pensil dan meletakannya dalam wadah sampel bukan di luar wadah sampel. Informasi yang tercantum dalam label adalah : (a) Tanggal pengumpulan (hari – bulan – tahun), penulisan tahun jangan disingkat. (b) Nama kolektor, nama sungai, nama fauna dan nama yang melakukan identifikasi. Identifikasi dilakukan dengan dengan menggunakan kunci-kunci identifikasi yang tersedia, yaitu Merritt dan Cummins (1978) untuk Diptera, Ephemeroptera dan Lepidoptera, de Zwart dan Trivedi (1995) untuk Tricoptera dan Quigley (1977) untuk Ephemeroptera, Plecoptera, dan Diptera. Setelah identifikasi dilakukan, langkah selanjutnya dengan menghitung makroinvertebrata yang didapatkan masing-masing famili dan diberi satuan individu/ 5 m2.

Page 20: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

13

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu. Jakarta. 9 hlm.

Sudaryanti, S. 2003. Petunjuk Teknis Bioassesment Pengambilan Contoh Makroinvertebrata dengan Jala Tangan. Laboratorium Ilmu-Ilmu Perairan Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.

Page 21: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

1

Lampiran: Makroinvertebrata Sebagai Indikator Perairan Sungai

Indikator Perairan Bersih

Heptageniidae Glossosomatidae Perlidae Philopotamidae Leptophlebiidae

Lepidostomatidae Nemouridae Perlodidae Cordulegastridae

Page 22: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2

Indikator Perairan Tercemar Ringan

Hydropsycidae Simulidae Sciomyzidae Psychodidae Planaridae

Tabanidae Tipulidae Elmidae Athericidae Lymnaeidae

Page 23: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

3

Physidae Thiaridae Valvatidae Grapsidae

Page 24: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

4

Indikator Perairan Tercemar Berat

Chironomidae Chironomidae (P) Chironomus Thummi Lumbriculidae

Branchiura Tubificidae Richardsonianidae

Page 25: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

14

4. PROSES PERENCANAAN DAS MIKRO SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN AKSI MANAGEMEN DAS

4.1. Latar Belakang

DAS memegang peran penting dalam menentukan tingkat kualitas lingkungan. DAS yang mempunyai sistem yang kompleks, baik dilihat dari kondisi biofisik dan pengaruh manusia menuntut suatu pengelolaan yang menyeluruh baik dari segi pengelola (yang berkepentingan) maupun dari segi biofisiknya. Pengelola yang berkepentingan dengan DAS yang kemudian disebut dengan ”stakeholder” harus dapat diidentifikasi dan diuraikan kepentingannya terhadap DAS. Sementara itu, pengelolaan yang menyeluruh berdasarkan kondisi biofisik menyangkup konsep pengelolaan hulu dan hilir, perencanaan yang tidak lagi dihambat oleh batas-batas administrasi serta penekanan terhadap pentingnya hubungan antara komponen DAS satu dengan lainnya.

DAS sendiri yang tersusun dari banyak DAS mikro ibarat suatu puzzle yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi ada keterkaitan satu dengan lainnya. Oleh karenanya, proses perencanaan DAS tidak dapat lepas atau bahkan harus berbasis pada perencanaan DAS mikro.

4.2. Tujuan

1. Mahasiswa mampu menentukan batas DAS mikro. 2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kondisi biofisik DAS mikro 3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi stakeholder yang terkait dengan DAS mikro beserta

kepentingannya. 4. Mahasiswa mampu membuat poin-poin kegiatan pengelolaan DAS mikro yang

mengakomodir kepentingan semua stakeholder.

4.1. Metode

Pengamatan dan analisa di lapang.

4.2. Prosedur

1. Orientasi : Lihat ke sekeliling lokasi dan cobalah memperhatikan batas-batas DAS Mikro yang ada. Pertama, carilah sungai utama dan kemudian pandanglah sekeliling dari mana saja air permukaan bisa mengalir dan masuk ke sungai.

2. Buatlah transek memanjang dan melintang DAS Mikro (lihat contoh dalam referensi).

Informasi agak rinci yang perlu dimuat dalam sketsa transek adalah :

a) Tanah atau lahan : kemiringan, ketebalan tanah, batuan, sifat tanah, kesuburan dsb.

b) Penggunaan tanah : pertanian (jenis tanaman, manajemen), non-pertanian (pemukiman, lapangan, kolam, selokan, dsb)

c) Permasalahan yang kelihatan (longsor, erosi, genangan air, kekeringan, batuan, dsb)

Tujuan membuat transek ini adalah untuk mengenali POTENSI dan PERMASALAHAN serta KERAGAMAN yang ada dalam DAS Mikro ini. Tuliskan dalam laporan tentang ketiga hal tersebut !

3. Identifikasi siapa saja yang memiliki kepentingan-kepentingan terhadap segala sesuatu dalam DAS Mikro ini (stakeholder) dan uraikan apa peran masing-masing. Proses ini dinamakan ANALISIS STAKEHOLDER. Tuliskan dalam laporan : siapa saja stakeholder dari DAS Mikro ini dan bagaimana kepentingan masing-masing stakeholder kepada DAS.

Page 26: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

15

4. Uraikan dalam laporan : tindakan apa saja yang sebaiknya dilakukan untuk mengelola DAS Mikro ini supaya semua pihak memperoleh manfaat secara berkelanjutan !

Page 27: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

16

5. PEMAHAMAN BATAS DAS

5.1. Konsep DAS

DAS (Daerah Aliran Sungai), pada hakekatnya merupakan hamparan landsekap yang dibatasi oleh punggungan bentuk medan (topografi), sehingga setiap titik air yang jatuh akan mengalir melalui satu outlet (satu aliran).

Gambar 2. Kiri : Daerah Aliran Sungai (DAS); Kanan : Wilayah Sungai

Gambar 3. DAS Brantas Hulu

5.2. Batas Das

Batas DAS merupakan titik tertinggi dari suatu daerah dengan melihat ketinggian tempat yang diwakili oleh punggung-punggung bukit dan melihat arah aliran air berdasarkan pola alirannya.

Page 28: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

17

Penentuan Batas DAS di Peta RBI

a. Lihat garis-garis kontur yang ada di RBI,

b. Tentukan punggung dan lembah di RBI,

Punggung adalah titik tertinggi dan lembah adalah tempat aliran sungai.

c. Tentukan arah aliran sungai di RBI,

d. Cari punggung-punggung bukit yang ada di RBI,

e. Gabungan delineasi pada punggung bukit tersebut adalah batas DAS.

5.3. Kenampakan Batas Das Di Lapangan

Batas DAS dilapangan dapat dilihat dengan mencari titik tertinggi suatu bentang lahan dan melihat arah aliran air yang ada di lokasi tersebut dan termuara di satu tempat. Kemudian tentukan punggung-punggung bukitnya sebagai batas DAS.

5.4. Stratifikasi Das

Berdasarkan alur-alur/cabang sungai, dibedakan menjadi

(a) Sub DAS, yaitu cabang aliran sungai yang membentuk bagian wilayah DAS,

(b) Sub-sub DAS, yaitu ranting sungai yang membentuk bagian dari Sub-DAS.

lembah

punggung

Page 29: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

18

Gambar 4. Peta Sub DAS Brantas Hulu

5.5. Landform (Bentuklahan)

Definisi Landform :

Merupakan bentukan alam di permukaan bumi, khususnya di daratan, yang terjadi karena proses geomorfik tertentu dan melalui serangkaian evolusi tertentu pula, dan dapat dibedakan berdasarkan skalanya dari sub-kontinental (misalnya rangkaian pegunungan) sampai bagian dari lereng tunggal (Marsoedi, dkk, 1997).

Landform diklasifikasikan dalam 9 grup utama, yang dibagi lebih lanjut ke dalam sub grup dan kategori-kategori yang lebih rendah. Grup utama landform tersebut antara lain :

a. Grup Aluvial (Simbol : A) Merupakan landform muda yang terbentuk dari proses fluvial (aktivitas sungai), koluvial (gravitasi), atau gabungan dari proses fluvial-koluvial.

b. Grup Marin (Simbol : M) Terbentuk melalui proses marin, baik pengendapan maupun abrasi.

c. Grup Fluvio-Marin (Simbol : B) Terbentuk oleh gabungan dari proses fluvial dan marin.

d. Grup Gambut (Simbol : G) Terbentuk di daerah rawa dengan akumulasi bahan organik yang cukup tebal.

e. Grup Eolin (Simbol : E) Terbentuk dari proses pengendapan bahan halus (pasir, debu) yang terbawa angin.

Page 30: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

19

f. Grup Karst (Simbol : K) Didominasi oleh bahan batugamping keras dan masif, pada umumnya keadaan topografi daerah ini tidak teratur. Terbentuk melalui proses pelarutan bahan batuan penyusun dengan terjadinya antara lain : sungai di bawah tanah, gua-gua dengan stalaktit dan stalagmit, sinkhole, doline, uvala, polje, dan “tower karst”

g. Grup Volkanik (Simbol : V) Terbentuk karena aktivitas volkan/gunung berapi,. Dicirikan dengan adanya bentukan kerucut volkan, aliran lahar, lava, ataupun wilayah yang merupakan akumulasi bahan volkanik.

h. Grup Tektonik dan Struktural (Simbol : T) Terbentuk sebagai akibat dari proses tektonik (orogenesis dan epirogenesis), berupa proses angkatan, lipatan dan atau patahan.

i. Grup Aneka (Simbol : X) Merupakan bentukan alam atau hasil kegiatan manusia yang tidak termasuk dalam grup yang diuraikan di atas.

Page 31: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2015 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

20

Kondisi Landform di DAS Brantas Hulu

Berdasarkan kondisi batuan relief das brantas hulu termasuk dalam grup volkanik. Untuk memperjelas bentuk lahan di lokasi dilakukan interpretasi foto udara. Berdasarkan atas reliefnya, bentuk lahan di DAS Brantas Hulu dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu:

a. jalur pelembahan sempit (Ac) dan jalur aliran lahar (Al);

b. dataran (P);

c. perbukitan (H), dan

d. pegunungan (M).

Berdasarkan atas perbedaan batuan, dan lerengnya, setiap grup bentuk lahan tersebut dapat dibagi menjadi ratusan satuan bentuk lahan. Peta Bentuk lahan DAS Brantas Hulu disajikan pada Gambar 1.

Pengamatan Landform

1. Pembuatan landform (bentuklahan) sebelumnya

dilakukan di studio dengan melakukan interpretasi foto

udara untuk mangetahui proses geomorfologi yang terjadi

di daerah yang ditentukan. Berikutnya dilakukan

pembatasan(didelineasi / digambar) bentukan-bentukan

lahan yang didasarkan atas relief, tingkat torehan, dan

kemiringan lahan (lereng).

2. Hasil delineasi tersebut kemudian dilakukan

groundchek dilapangan untuk melihat kebenaran bentuk

lahan yang telah dibuat. Groundchek dilakukan dengan

melihat gejalan-gejala geomorfologi yang nampak di

lapangan dan disesuaikan dengan hasil interpretasi foto

udara.

Gambar 2.Mosaik FotoUdara (Ortophoto)

Gambar 1. Peta Bentuk Lahan DAS Brantas Hulu

Page 32: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

21

5.6. Relief

Definisi relief : Merupakan besarnya amplitudo (beda tinggi) permukaan bumi. Pembagian relief : Kondisi relief di DAS Brantas Hulu

DAS Brantas Hulu memiliki relief yang bervariasi dari dataran sampai bergunung. Dataran dijumpai pada dataran volkanik Gunung Arjuna dan Gunung Kawi dengan luas sekitar 1.262 ha. Relief berombak dijumpai pada dataran volkanik Gunung Arjuna dan Gunung Kawi dan dataran antar volkanik Gunung Anjasmara–Arjuna. Relief bergelombang dijumpai di kaki Gunung Arjuna, Anjasmara, Anjasmara, Kawi dan Panderman. Relief berbukit kecil dijumpai pada perbukitan terisolir yang ada di dataran volkanik Gunung Anjasmara. Relief berbukit dijumpai di kaki Gunung Arjuna, Gunung Welirang, Gunung Anjasmara, Gunung Kawi dan Gunung Panderman. Relief bergunung dijumpai di lereng dan puncak Gunung Arjuna, Gunung Welirang, Gunung Anjasmara, Gunung Kawi dan Gunung Panderman. Luasan relief DAS Brantas Hulu disajikan

pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas setiap kelas relief wilayah DAS Brantas Hulu

No Relief Luas

ha %

1 Datar 1.262,32 6,3

2 Berombak 3.203,50 16,0

3 Bergelombang 4.407,83 22,1

4 Berbukit 4.720,59 23,6

5 Bergunung 6.373,44 31,9

TOTAL 19.967,69 100,0

Catatan :

Identifikasi geomorfologi dan kondisi umum di lapang idealnya dilanjutkkan dengan melakukan deskripsi penampang tanahnya.

Bentuk Wilayah/Relief Lereng/Slope Beda tinggi

f- Datar/flat <1% <2 m

n- Agak datar/nearly flat 1 – 3% <2 m

u- Berombak/undulating 3 – 8% 2 – 10 m

r- Bergelombang/rolling 8 – 15% 10 – 50 m

o- Bergumuk/hummocky 15 – 30% <10 m

c- Berbukit kecil/hillocky 15 – 30% 10 – 50 m

h- Berbukit/hilly 15 – 30% 50 – 300 m

m- Bergunung/mountains >30% > 300 m

Page 33: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

22

5.7. Tugas :

1. Membaca Peta

a. Tentukan arah utara di lapang dan di peta

b. Tentukan posisi anda di peta

Lat – long (D M S ) LS BT

UTM (meter) T U

c. Lakukan pengecekan posisi di GPS

Lat – long (D M S ) LS BT

UTM (meter) T U

d. Berapa elevasi (ketinggian tempat) di lokasi : .............................................................

2. Amati arah aliran air di lapangan! Gambar sketsa

Page 34: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

23

3. Dimana batas DAS Brantas Hulu?

Gambarkan pada peta di bawah ini.

4. Tentukan relief di daerah anda berdiri!

5. Ukur derajat kemiringan masing-masing relief yang telah diidentifikasi dan amati tingkat

torehannya.

Page 35: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

24

6. Amati jenis batuan yang ada di lokasi, tentukan jenisnya.

7. Ada berapa macam penggunaan lahan di lokasi.

Page 36: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2015 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

25

6. PEMAHAMAN KOMPONEN EKOSISTEM DAS

6.1. Latar Belakang

Dalam hal kuantitas (jumlah), air mempunyai hukum kekekalan, dimana jumlah air tidak pernah berkurang. Permasalahannya adalah kualitas, keberadaan, dan peredaran air yang terus berubah menuju kondisi yang kurang mendukung kehidupan manusia. Sebenarnya, kondisi air merupakan hasil hidup manusia. Itu artinya masalah air adalah masalah manusia termasuk aktivitas kehidupannya.

Berbincang tentang air adalah proses kaji-urai tentang Sumber Daya Air, yang meliputi; (1) Sumber air dan peredarannya, (2) Pendayagunaan air, dan (3) Daya rusak air. Dalam hal ini kawasan dan obyek belajar tentang air sangatlah luas, mencakup kawasan hulu sampai kawasan hilir. Rantai hubungan antar kedua kawasan yang mempunyai keragaman biofisik lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat, juga termasuk politik kebijakan sangatlah kompleks.

Daerah tangkapan air merupakan salah satu pokok bahasan karena hal tersebut sangat berpengaruh pada ketersediaan, kemalaran, dan peredaran air. Pokok bahasan lain adalah hal-hal yang berhubungan dengan pendayagunaan air oleh masyarakat yang berpengaruh pada peredaran dan kualitas air. Berkembangnya sosial ekonomi masyarakat akan diikuti dengan semakin meningkatnya kebutuhan air sekaligus terjadi pencemaran air yang terus-menerus.

6.2. Tujuan

1. Membuat sket wilayah lengkap dengan unit-unit ekosistem yang ada di wilayah tersebut;

2. Menuliskan dengan lengkap komponen ekosistem yang ada di setiap mapping unit sket yang

dibuat;

3. Menyusun peran dan fungsi masing-masing komponen ekosistem serta interaksi antar

komponen dan dampaknya terhadap kelestarian DAS;

6.3. Alat dan Bahan

Kertas plano dan alat tulis

6.4. Metode

Pengamatan dan curah pendapat

6.5. Langkah-langkah

1. Mahasiswa di bagi kedalam kelompok-kelompok kecil 2. Setiap kelompok melakukan pengamatan pada mapping unit yang telah ditentukan 3. Masing-masing anggota kelompok kecil menggambarkan pada lembar lapangan tentang unsur-

unsur, peran/fungsi, hubungan dan interaksinya. Setelah selesai, didiskusikan dalam kelompok untuk kemudian membuat satu hasil pengamatan tiap kelompok

4. Presentasi tiap perwakilan kelompok dilanjutkan dengan diskusi 5. Semua anggota kelompok menyimpulkan semua hasil presentasi dan diskusi.

Page 37: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

26

7. MEMOTRET PERMASALAHAN DAS

7.1. Latar Belakang

“Potret bermakna seribu kata”, dengan satu gambar atau foto kita dapat mengenali dan menterjemahkan makna dari gambar/foto tersebut. Dengan menggunakan kamera, kita dapat menangkap sebuah keadaan, momen atau peristiwa yang menurut kita “menarik”. Apa yang muncul dan mengganggu pikiran kita , ketika melihat atau mengalami sebuah momen dapat segera divisualkan.

Potret sebenarnya bukan sekedar bagian dari dokumentasi tetapi lebih dari itu, potret berfungsi sebagai media untuk menjelaskan kesan dan pesan seseorang diungkapkan dan digunakan sebagai proses diskusi.

Proses diskusi untuk mendapatkan pemahaman dan pengambilan keputusan dengan menggunakan media potret dijalankan secara partisipatoris agar masyarakat lebih merasa memiliki. Proses ini juga dapat digunakan sebagai sarana evaluasi jangka panjang terhadap dampak yang muncul dari perubahan hasil kegiatan masyarakat itu sendiri.

Masalah diartikan sebagai suatu kondisi yang tidak kita inginkan, tetapi dalam memaknai masalah kita mesti bertanya pada diri kita sendiri, mengapa kita tidak mampu merubah kondisi yang tidak kita inginkan tersebut. Secara gampang kita sering menyebut kondisi yang menghambat aktivitas kita adalah masalah. Akan tetapi, bukan sedangkal itu kita menganggap kondisi itu sebuah masalah. Langkah-langkah yang perlu terus kita maknai adalah bagaimana kita membaca, mengurai, dan meletakkan secara sistimatis, sehingga kita bisa mendapatkan akar penyebab mengapa kondisi itu terjadi. Tahap selanjutnya adalah bagaimana kita terus mengasah kemampuan untuk menetapkan solusi yang jitu untuk merubah kondisi tersebut menjadi yang kita inginkan.

Kondisi di sekitar DAS yang terus memburuk dan berkurang kemampuannya dalam mendukung kehidupan, merupakan hasil dari perilaku kita yang melupakan proses hakiki perputaran alam, mengagung-agungkan kepraktisan, dan prilaku siap saji. Oleh karena itu, kita mesti tahu apa sebenarnya kesalahan kita, dan apa akar penyebab kondisi DAS yang “Sakit”. Dengan kearifan untuk berkaca akan apa yang kita lakukan selama ini, akan mempermudah kita untuk mencari solusi yang tepat dan mampu memecahkan masalah.

7.2. Tujuan

1. Mengidentifikasi semua permasalahan DAS yang dijumpai;

2. Menyusun keterkaitan antar masalah serta menyusun akar masalahnya;

3. Mengambil 1 potret (foto) yang menunjukkan salah 1 permasalahan yang diangkat;

4. Menuliskan maksud dari foto dan permasalahan yang diangkat;

7.3. Alat dan Bahan

Kamera, kertas, alat tulis

7.4. Metode

Terjun ke lapangan untuk pengambilan foto, diskusi kelompok

Page 38: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

27

7.5. Langkah-langkah

a. Pengantar (15 menit)

1. Mahasiswa mendiskusikan tentang hal-hal yang terkait dengan air dalam kehidupan sehari-hari. Hasil diskusi berupa foto yang bisa menggambarkan hal-hal yang dianggap penting secara pribadi

2. Tiap kelompok memegang satu kamera 3. Pengambilan foto dilakukan secara berurutan, 3 foto per kelompok. 4. Pengambilan foto (20 menit) 5. Pengambilan foto dilakukan di lapangan, secara bergiliran setiap kelompok mengambil

foto 3 kali 6. Apabila pengambilan foto sudah selesai, kelompok segera mencetak foto yang telah

diambil tersebut dengan ukuran 4-R

b. Presentasi foto (15 menit)

Setelah foto-foto dicetak, masing-masing kelompok memilih salah satu foto yang dianggap paling menarik untuk dipresentasikan

Secara bergiliran, masing-masing kelompok menjelaskan makna dari foto yang dipilih dalam forum diskusi. Masing-masing kelompok diberi waktu 3 menit untuk menjelaskan fotonya. Pertanyaan kunci untuk penjelasan foto, adalah:

- Foto tersebut tentang apa?

- Terjadi dimana?

- Mengapa foto itu diambil?

- Berapa banyak kondisi atau kejadian seperti itu di wilayah yang dikunjungi?

c. Analisa foto (10 menit)

1. Setiap kelompok memberikan penjelasan tentang makna dari 3 foto yang diambil.

2. Setelah memberikan penjelasan, masing-masing kelompok menggolong-golongkan foto-foto yang telah diberi penjelasan ke dalam penggolongan sebagai berikut:

- Terkait dengan kehidupan rumah tangga

- Terkait dengan pekerjaannya/mata pencaharian

- Terkait dengan kondisi lingkungan.

3. Foto yang telah digolongkan ditempel pada kertas plano

4. Setiap kelompok menganalisa foto-foto tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

- Apa yang menjadi penyebab dari permasalahan tersebut?

- Apa akibatnya bagi kehidupan? (kesehatan, kesuburan tanah, keragaman hayati (tanaman dan hewan), dll

5. Semua jawaban ditampung dan dituliskan di kertas. Jika ada pernyataan yang berbeda, dianggap sebagai pengkayaan. Namun, jika ada pernyataan yang berlawanan, tetap dicatat sebagai hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut.

6. Setiap kelompok juga melakukan diskusi pengkritisan tentang proses kegiatan ini.

Page 39: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

28

8. MENYUSUN PROFIL WILAYAH

8.1. Latar Belakang

Transek secara harfiah diterjemahkan sebagai kegiatan menelusuri wilayah. Transek lebih merupakan sebuah metode untuk mengambil informasi akan kondisi lingkungan tertentu dan menyusunnya menjadi sebuah bagan potongan wilayah.

Proses sintesa (kaji rangkai) dan analisa (kaji urai) merupakan fungsi utama dari kegiatan transek. Informasi yang didapatkan selama menelusuri wilayah dirangkai untuk mengetahui hubungan sebab-akibat. Proses selanjutnya adalah mengurai kembali rangkaian tersebut untuk dikaji faktor-faktor lain yang menyebabkan terjadinya kondisi tersebut.

8.2. Tujuan

1. Menyusun sebuah profil wilayah yang mencakup 1) kondisi biofisik lahan seperti lokasi dan

batas-batasnya, penggunaan lahan, topografi (kemiringan dan relief), tanah, dan sumber

daya alam lain yang ada di wilayah tersebut; 2) kondisi sosial ekonomi seperti kepemilikan

lahan, model pengelolaan lahan, kemampuan petani; 3) sarana dan prasarana penunjang

di wilayah tersebut.

2. Menyusun rencana-rencana pengembangan untuk mengatasi permasalahan di wilayah

tersebut dan sesuai dengan profil wilayah.

8.3. Alat dan Bahan

Kertas plano, spidol, krayon/spidol warna, lakban kertas, dan kertas A4, serta buku catatan.

8.4. Metode

Kunjungan lapangan (survei), diskusi kelompok kecil

8.5. Langkah-langkah :

A. Persiapan

1. Mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, dan dijelaskan proses yang akan dilakukan selama dalam penelusuran lapangan.

2. Setiap kelompok akan mengamati beberapa hal selama penelusuran lapangan, misalnya:

- Kondisi biofisik (Fakta)

- Kondisi kesuburan tanah

- Ancaman dan sumber ancaman

3. Masing-masing kelompok membuat rencana penelusuran lapangan yang meliputi rute, peralatan yang dibawa, dan lain-lain.

B. Pelaksanaan Penelusuran Lapangan

Semua anggota kelompok melakukan perjalanan dan mengamati keadaan di sepanjang perjalanan. Perjalanan dilakukan ke lokasi untuk mengambil data tentang beberapa unsur ekosistem air (hutan alami, industri, hutan produksi, pemukiman, lahan pertanian, perkebunan, sungai, dan perkotaan). Di setiap titik lokasi yang telah disepakati oleh kelompok, anggota kelompok menyebar ke daerah sekitar lokasi untuk mengambil data

Page 40: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

29

yang dianggap penting. Semua anggota kelompok membuat catatan-catatan tentang informasi yang diperoleh dan hasil diskusi di setiap lokasi.

C. Setelah Perjalanan

1. Masing-masing kelompok membuat bagan hasil penelusuran lapangan di setiap bagian lokasi yang sudah ditelusuri. Sebelumnya telah disepakati lambang atau simbol-simbol yang akan dipergunakan untuk menggambar bagan penelusuran lapangan. Simbol-simbol tersebut dicatat beserta artinya di sudut kertas dengan menggunakan spidol berwarna agar jelas dan menarik.

2. Apabila ada hal-hal lain yang belum jelas dari masing-masing kawasan, akan dilakukan klarifikasi.

3. Setiap kelompok membuat lembar deskripsi tentang profil wilayah.

4. Setelah selesai, setiap kelompok mempresentasikan hasil bagian penelusuran lapangan kepada kelompok lain.

Page 41: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

30

9. MENYUSUN RENCANA AKSI

9.1. Latar Belakang

Kawasan Daerah Aliran Sungai terdiri dari berbagai ekosistem yang saling berpengaruh. Permasalahan pada salah satu ekosistem DAS akan berdampak pada ekosistem yang lainnya. Permasalahan yang terjadi pada ekosistem suatu DAS perlu diketahui penyebab permasalahan atau ancamannya sehingga akan dapat dilakukan pengambilan keputusan untuk menurunkan ancaman yang terjadi. Ancaman suatu DAS dapat dilakukan analisa dengan memahami tekanan dan sumber ancaman. Tekanan adalah berbagai jenis degradasi dan perusakan yang menimpa suatu sasaran di suatu lokasi, sedangkan sumber ancaman adalah berbagai penyebab yang menyebabkan timbulnya berbagai tekanan tersebut. Sumber-sumber dan berbagai tekanan tersebut, secara bersama-sama menjadi ancaman terhadap biologis dari berbagai sasaran perlidungan. Apabila ancaman dan sumber ancaman tersebut diketahui, maka dapat disusun suatu rencana ke depan yang lebih baik dengan mengutamakan solusi berkelanjutan dengan suatu rencana aksi.

9.2. Tujuan

1. Memilih satu rencana kegiatan (dari rencana-rencana pengembangan yang disusun di

kegiatan 3) yang paling mendesak untuk dilakukan dalam upaya mengatasi permasalahan

di wilayah tersebut;

2. Menyusun perencanaan untuk implementasi rencana kegiatan tersebut meliputi nama

kegiatan, tujuan, kapan akan dilakukan, siapa pelaksananya, berapa wilayah yang akan

dilakukan kegiatan tersebut, berapa anggarannya, apa hasil yang diharapkan, apa

dampaknya, dan tuliskan tahapan pelaksanaan kegiatan tersebut.

9.3. Metode

Pengamatan lapangan, diskusi kelompok

9.4. Alat dan Bahan

Kertas plano, spidol besar

9.5. Langkah-langkah

1. Identifikasi Target 2. Setelah target didapatkan, maka dilakukan Identifikasi Ancaman 3. Identifikasi Sumber Ancaman 4. Analisa Situasi 5. Pilih Solusi Menurunkan Ancaman 6. Analisa Para Pihak 7. Menyusun Rencana Aksi Prioritas

Page 42: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

31

Resume Seluruh Tahapan Kegiatan di Pos 3

1. Peserta berkumpul di 1 lokasi;

2. Fasilitator lapangan menjelaskan mengenai kegiatan yang akan dilakukan di pos 3 serta

maksudnya (Alokasi waktu 10 menit)

3. Peserta membentuk kelompok kecil (sesuai dengan yang sudah ditetapkan) dan mendiskusikan

kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan kegiatan. Setiap peserta wajib mengerjakan

tugas sesuai yang ditulis di tujuan. (Alokasi Waktu 30 menit);

Hasil Kegiatan di Pos 3

1. Sket wilayah lengkap dengan mapping unit

2. Komponen ekosistem serta fungsinya di dalam sket tersebut

3. Daftar permasalahan DAS dan penyebabnya di wilayah tersebut

4. Gambar (foto) yang menunjukkan permasalahan yang ada di wilayah tersebut disertai dengan

penjelasan (LIHAT TUJUAN)

5. Profil Wilayah

6. Daftar rencana pengembangan untuk mengatasi permasalahan

7. Satu Rencana Aksi lengkap dengan Perencanaannya (LIHAT TUJUAN)

Page 43: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

32

Contoh Profil Wilayah dan Rencana Aksi

SUMBER DAYA ALAM

Desa Sutopati terletak di lereng Gunung Sumbing. Batas wilayah desa Sutopati : sebelah utara berbatasan dengan desa Sukomakmur, sebelah timur dengan kecamatan Kaliangrik, sebelah selatan dengan desa Sukorejo dan sebelah barat dengan kabupaten Wonosobo. Luas wilayah 999 ha terdiri dari sebagian kecil (5%) lahan sawah dan luas hutan negara kurang lebih 200 ha, PHBM seluas 150 ha dan hutan rakyat kurang lebih 75 ha.

Desa ini memiliki potensi wisata alam yaitu Curuk Silawe dan Wana Wisata (Bumi Perkemahan). Desa Sutopati memiliki 25 titik mata air yang dimanfaatkan untuk air bersih dan pengembangan pertanian. Meskipun pemanfaatannya berkembang, namun debit air cenderung berkurang sedangkan sisanya mengalir ke sungai Progo melalui sungai Tangsi.

SUMBER DAYA MANUSIA

Dari luas wilayah tersebut dibagi menjadi 13 dusun, 62 RT dan 17 RW. Jumlah penduduk 7.074 jiwa (laki-laki 3.523 jiwa, perempuan 3.551 jiwa) terdiri dari 1680 KK. Jumlah usia produktif (17-59 tahun) 4.210 jiwa, balita 913 jiwa, usia wajib belajar 9 tahun (7-12 tahun) 1.400 jiwa. Desa Sutopati adalah desa tertinggal khususnya pendidikan dari jumlah penduduk tersebut. Tamat perguruan tinggi 12 orang, SMA 35 orang, SMP 86 orang, SD 35 orang, mata pencaharian 95% petani, 5% buruh dan tukang tani.

SOSIAL

Kekuatan sosial desa Sutopait yang umumnya masih kuat terlihat dari kegiatan-kegiatan yang ada di seluruh 13 dusun. Kegiatan tersebut telah mempunyai aktivitas yang terjadwal dan terencana. Mulai dari gagasan sampai dengan musyawarah rembug dusun dan desa. Untuk menunjang pelayanan kesehatan masyarakat, dikembangkan 3 kelompok Posyandu di daerah ini. Selain itu, ada juga 7 kelompok olah raga.

Terdapat 93 kelompok pengajian, 29 kelompok kesenian tradisional, 20 kelompok sholawatan dan 12 kelompok tani. Desa Sukopati juga memiliki Kader Yandu sejumlah 39 orang. Sedangkan untuk pengelolaan Hutan Negara, 3 LMDH telah bekerjasama dengan masyarakat (3 kelompok PHBM) desa Sukopati.

MODAL FISIK

Hampir 90% pembangunan Wana Wisata/Bumi Perkemahan adalah swadaya murni masyarakat termasuk persediaan air bersih dan MCK/WC di Bumi Perkemahan masih sangat sederhana serta alami namun sudah bisa dilewati, walaupun pada musim penghujan sangat berbahaya. Sedangkan jalan secara umum menuju dusun-dusun dan sekolahan-sekolahan SD dan SMP sudah bisa dilalui kendaraan roda empat karena sebagian besar sudah mengalami perkerasan.

Mushala dan masjid dengan kondisi yang cukup terawat terdapat di setiap dusun. Desa ini juga memiliki tanah lapang sebagai pusat kegiatan olahraga. Untuk sarana pendidikan, telah tersedia 1 bangunan SD, 2 MI dan 1 SMP. Meskipun demikian, kondisi Balai Desa Sutopati cukup memprihatinkan.

Terkait dengan pemanfaatan air, 80% yang tersedia dimanfaatkan sebagai air bersih dan sisanya cukup tersedia untuk pertanian dan perikanan. Belum ada bangunan untuk irigasi, hanya terdapat sungai kecil (kalen) lami yang kondisinya cukup terawat.

PROFIL DESA SUTOPATI

Page 44: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

33

MODAL FINANSIAL

Sebagian besar masyarakat Sutopati bekerja sebagai petani lahan kering,s edangkan sisanya usaha lainnya, Pegawai Negeri Sipil (PNS), buruh, dagang dan pertukangan. Dari berbagai profesi tersebut terlihat bahwa sebagian besar penghasilan tidak menentu. Petani sangat susah mendapatkan penghasilan yang stabil sehingga pendapatan lebih kecil daripada pengeluaran, sehingga jika tidak dilakukan terobosan akan menambah beban bagi masyarakat. Belum ada bangunan untuk irigasi, hanya terdapat sungai kecil (kalen) alami yang kondisinya cukup terawat.

Kegiatan

Reboisasi Sumber Air Kasinan

Tujuan Kegiatan

1. Melindungi sumber air Kasinan 2. Mencegah terjadinya longsor dan banjir 3. Meremajakan kembali pohon-pohon yang sudah tua 4. Meningkatkan debit air dan kualitas airnya 5. Meningkatkan Kesejahteraan masyarakat

Target yang ingin di capai

1. Sumber air dan lingkungan di bawahnya menjadi lestari

2. Memberikan warisan generasi ke depan kualitas lingkungan yang lebih baik

3. Mewujudkan Kasinan sebagai wana wisata 4. Ekonomi masyarakat pengguna Sumber Kasinan menjadi lebih baik

Tempat kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan di Sumber air Kasinan, Parangwedi dan Parangmrico. Untuk tahap awal akan dilaksanakan di kanan kiri sumber Kasinan.

Waktu kegiatan

Kegiatan reboisasi kanan kiri sumber air Kasinan ini akan dilaksanakan pada hari Minggu, 11 Maret 2007

Pihak yang terlibat

1. Himpunan Pemakai Air Minum (HIPAM) Desa Sukamaju 2. Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) Desa Sukamaju 3. Karang Taruna Desa Sukamaju 4. Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Tani Desa

Sumber Anggaran

Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Perum Jasa Tirta I, dan Pemerintah Desa.

RENCANA AKSI

Page 45: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

34

Anggaran Desa

1. Konsumsi peserta reboisasi 125 org x Rp. 5.000 Rp. 625.000

2. Kebutuhan bibit

- bibit alpukat 500 btg 500 x Rp. 2.500 Rp. 1.250.000

- bibit suren 1000 btg 1.000 x Rp. 2.000 Rp. 2.000.000

- bibit eucalytus 500 btg 500 x Rp. 2.000 Rp. 1.000.000

3. Kebutuhan acir (tanda lubang) 2.000 x Rp. 100 Rp. 200.000

4. Biaya Gantas (penyiangan) 5 ha x Rp. 1.000.000 Rp. 5.000.000

5. Transportasi bibit 3 x angkut 3 x Rp. 75.000 Rp. 225.000

6. Papan nama 2 x Rp. 250.000 Rp. 500.000

7. Biaya Perawatan 3th x Rp. 400.000 Rp. 1.200.000

TOTAL Rp. 12.000.000

Page 46: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

35

10. SISTEM ALAMI DAS DAN VALUASI LINGKUNGAN

10.1. Latar Belakang

Kegiatan ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan beberapa hal yang terkait dengan kegiatan perekonomian dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berada di kawasan DAS. Materi pembelajaran untuk memberikan pemahaman tentang nilai ekonomi perubahan kualitas lingkungan diawali dengan pemahaman tentang materi analisis kegiatan sistem alami, yaitu dengan mengidentifikasi jenis penggunaan sumberdaya dan klasifikasi nilai ekonominya; serta metode valuasi.

10.2. Tujuan

a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mahasiswa akan adanya kegiatan ekonomi yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berada di kawasan DAS

b. Menumbuhkan ketrampilan mahasiswa dalam mengidentifikasi keterkaitan kegiatan antar kegiatan dan antar produk samping, residu maupun sisa buangan

c. Menumbuhkan ketrampilan mengidentifikasi output dan dampak suatu kegiatan menurut lokasi dari penerima (in-site dan off-site) pada sistem alami.

d. Meningkatkan pemahanam dan ketrampilan mengidentifikasi nilai guna dari sumberdaya alam dan lingkungan yang berada di kawasan DAS.

e. Meningkatkan pemahaman dan ketrampilan terhadap aplikasi metode valuasi pada system alami kawasan DAS.

10.3. Tahapan Kegiatan

Bekerjalah secara kelompok sesuai dengan pembagian kelompok pada waktu Praktikum Lapangan.

1. Diskusikan jawaban setiap soal latihan yang terdapat pada Modul 5 di perkuliahan kelas, selama saudara mengikuti praktikum lapangan ini.

2. Gunakan skema dan tabel yang terdapat pada Modul 5 sebagai dasar berkreasi untuk menjawab semua pertanyaan yang terdapat pada Tugas Kegiatan Belajar 1 hingga 4.

3. Untuk memperkaya pengetahuan mahasiwa tentang implementasi metode valuasi; Carilah aplikasi metode valuasi yang telah dilakukan oleh orang lain dari artikel, laporan penelitian dan bentuk yang lain. Substansi meliputi pengertian, kelebihan, kelemahan dan contoh aplikasi dari beberapa metode valuasi yang akan dijadikan sebagai acuan untuk menyelesaikan tugas kegiatan belajar 4. Hasil pencarian metode valuasi diserahkan dalam bentuk hard copy dan jangan lupa mencantumkan sumber referensi.

4. Kumpulkan jawaban latihan soal dalam bentuk hard copy pada dosen pengampu paling lambat 2 minggu setelah kegiatan pelaksanaan praktikum lapangan.

5. Mempersiapkan power point untuk Tes individu mahasiswa dari materi Modul 5. 6. Tes individu dilakukan kemudian.

Page 47: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

36

10.4. Skema dan Tabel dan tugas

Tugas kegiatan belajar 1

1. Secara kelompok, mahasiswa diminta untuk mengidentifikasi asset sumberdaya yang terkait dengan keberadaan biofisik DAS Mikro.

2. Setiap kelompok memilih salah satu asset sumberdaya alam secara spesifik (tidak boleh sama antar kelompok); dan dilanjutkan menyusun skema matarantai aliran bahan baku dengan kegiatan produksi dan konsumsi dari asset sumberdaya spesifik yang telah ditetapkan (dipilih) hingga menghasilkan residu, baik yang bisa didaur ulang maupun yang dilepas kembali ke lingkungan alam.

Sisa buangan

(Rd

p)

Gambar 1. Lingkungan dan Kegiatan Ekonomi (diadopsi dari Field &

Field, 2002)

Lingkungan Alam

Sisa buangan

(Rd

p)

Bahan Baku (M)

Produsenn

Konsumenn

Daur Ulang (Rrp)

Residu (Rp)

Residu

(Rp)

Daur Ulang (Rrp)

Lingkungan Alam

Page 48: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

37

Timbulnya Input

Sisa

Daur ulang

Penumpukan

Bentuk Bentuk Bentuk

Daur Padat Cair Gas

Ulang Daur Daur

Pengubahan Ulang Ulang

Pembuangan

Melalui melalui

Aliran permu- jatuhan

kaan & diba- dari

wah tanah angkasa

Gambar 2. Hubungan antar bentuk “residu” (diadopsi dari

Hufschmidt et al., 1996)

Padat

Padat

Gas Gas Gas

Cair

Cair

Cair

Cair

Kegiatan &

Pemanfaatan Produksi

Pengubahan:

Memisah &

Mengurangi

Volume

Pengubahan:

Pemisahan &

Oksidasi

Pengubahan:

Untuk

memisahkan

Tanah Air Angkasa

Padat

Page 49: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

38

Input Alami:

Sinar matahari,

Curah hujan, output lain

serangga

Input manajemen:

manusia dan energi

mesin, kimia, stok

kebun bibit

dampak

pd output

lain

Gambar 3. Tipe output dari pengelolaan kawasan hutan (diadopsi dari

Hufschmidt et al., 1996)

Kawasan

Pengelolaan

hutan

Air

Satwa

Liar

Mineral

Rekreasi Kegiatan produksi Kayu:

Pemupukan, penyemprotan,

penipisan, pembangunan

jalan, pemanenan

Output

Produk kayu:

kayu gergaji,

pulp, kayu

bakar

Residu:

Sediment,

potongan,

buangan

Page 50: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

39

off-site in-site

Off-site on-site

Penurunan energi listrik,

Air irigasi, kerusakan

banjir

Gambar 4. Dampak sistem alami pada kawasan pengelolaan lahan

(Hufschmidt et al., 1996)

Kawasan

pengelolaan

hutan

Tersuspensi

Sedimen

(Hilangnya

lapisan tanah)

Produk

& jasa

Aliran

Air

Input tambahan

(pupuk untuk

mengkompen

lapisan tanah

yg hilang)

Penumpukan

sedimen di

waduk

Peningkatan

kekeruhan

Penurunan

produktivi

-tas ikan

Penurunan

kapasitas

tampungan

Penurunan kapasitas

produksi disebabkan

oleh lapisan tanah

yg hilang

Page 51: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

40

Tabel 1. Tipologi kegiatan (proyek) yang mempunyai dampak pada system alami

Nomor Kategori

Deskripsi

I Kegiatan (proyek) yang terkait dengan manajemen sistem alami (misalnya: kawasan hutan, mata air, sungai bawah tanah, lahan peternakan) yang menghasilkan produk yang dikendaki.

II Kegiatan (proyek) tidak berpengaruh pada sistem alami pada lokasi proyek (in-site), namun berdampak pada sistem alami pada lokasi di luar proyek (off-site); misalnya pertambangan,

III Kegiatan (proyek) yang meniadakan sistem alami dan menggan-tikannya dengan alternative lain (sistem buatan manusia); misalnya waduk, yang menggenangi sistem alami.

IV Kegiatan (proyek) mengubah atau mengganti ekosistem di lokasi dengan system buatan melalui perubahan sistem alami; misal konversi lahan hutan menjadi lahan perkebunan.

Sumber: Hufschmidt et al. (1996)

Gambar 5. Keterkaitan permasalahan erosi Sistem Alami DAS

(Dwiastuti, 2010)

Pengelolaan lahan &

Spesifikasi Pola tanam

Produktivitas Lahan di

Sub-sistem hulu Produktivita

s Pertanian,

Perkebunan

& Hutan

Erosi Lahan

Kekeringan

lahan sawah di

wilayah hilir

Sedimentasi

Waduk

Volume Air

Efektif Waduk

Pembangkit

Listrik

Kegiatan

Industri &

Jasa

Penyediaan

Air Bersih

Kesehatan

Masyarakat

Kelestarian

Waduk

Dana Operasional

& Perawatan Kesejahteraan

Masyarakat

Page 52: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

41

Tugas kegiatan belajar 2

1. Secara kelompok, mahasiswa diminta untuk menetapkan suatu kegiatan (proyek) yang

ada (existing) pada sistem alami wilayah DAS mikro. Catatan: kegiatan yang ditetapkan

oleh satu kelompok tidak boleh sama dengan kelompok yang lain.

2. Mengidentifikasi input alami dan input manajemen yang digunakan pada suatu kegiatan

yang telah ditetapkan pada nomor 1 di atas.

3. Mengidentifikasi output (produk utama, produk samping, residu dan sisa buangan) dari

kegiatan yang telah ditetapkan pada nomor 1 di atas.

Gambar 6. Skema Pengelompokan Nilai Ekonomi pada Kekayaan Lingkungan (sumber : Manungsinghe, 1993)

Page 53: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

42

Tabel 2. Penjabaran Manfaat Sumberdaya Hutan

Jenis Nilai Pengertian Komponen

Nilai Guna Langsung (NGL)

Hasil yang dapat langsung dikonsumsi

(1). Hasil hutan berupa kayu, (2) hasil hutan non-kayu, (3) pakan ternak, dan (4) pangan bagi masyarakat

Nilai guna tidak langsung (NGTL)

Hasil yang dapat diambil manfaatnya secara tidak langsung dan manfaat fungsional (Tietenberg, 1994, menjelaskan nilai guna tidak langsung bisa juga meliputi sumberdaya dalam mendukung fungsi ekologi seperti habitat untuk ikan atau kehidupan liar

(1). Rekreasi, (2) kemampuan pohon untuk absorbs CO2 dan menghasilkan O2, (3) tempat berlindung dan berkem-bangbiak (habitat) satwa liar, (4) perlindungan tanah dan air, (5) pemandangan, (6) sekat bakar, (7) wind-break, (8) budaya/sejarah, (9) pendidikan/penelitian, (10) areal ritual keagamaan/ spiritual

Gambar 7. Diagram Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan (diadaptasi dari

Nugroho, 2001)

Nilai guna

langsung

Nilai guna tidak

langsung Nilai guna

opsi

Nilai warisan Nilai

Keberadaan

Sumber Daya hutan

Nilai guna Bukan nilai

gggggGguna

Sudut pandang

pembangunan

Sudut pandang

konservasi

Misal: penghasilan

dari kayu

Misal: rekreasi (dalam berbagi bentuk, fiksasi

Karbon)

Misal: rekreasi

pribadi di masa

datang

Misal:kebutuhan rekreasi dan perlindungan alam untuk

generasi masa datang

Misal: perlindungan keragam-an

hayati

Manfaat pembangunan total Manfaat konservasi total

Page 54: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

43

Nilai guna opsi (NGO)

Nilai/manfaat langsung & tidak langsung untuk konsumsi pada masa dating. Berkenaan dengan preferensi (WTP) terhadap konservasi sumberdaya hutan (SDH) untuk mengatasi keti-dakpastian masa dating

Meliputi nilai guna langsung dan tidak langsung

Nilai warisan Nilai warisan untuk generasi akan dating. Menyangkut willingness to pay (WTP) seseorang untuk menjaga SDH bagi kemanfaatan generasi akan datang

Tidak meliputi nilai guna saat ini bagi penilai, tetapi tetdiri dari nilai guna dan bukan nialai guna potensial bagi generasi akan datang

Nilai keberadaan Nilai/manfaat keberadaan SDH sebagai simpati manusia kepada makhluk hidup lain. Walaupun demikian teknik penilaian-nya tetap masih antoposentris

(1). Perlindungan keanekaragaman hayati, (2) sumber plama nutfah

Sumber: Nugroho, (2001)

Tabel 3. Penentuan Valuasi Ekonomi dari Barang dan Jasa

Tidak Terdistorsi Terdistorsi (dg. Intervensi pemerintah)

Pasar Bersaing Sempurna Harga pasar Harga bayangan

Bukan Pasar Bersaing Harga bayangan Harga bayangan

Tanpa kehadiran Pasar Pendekatan Revealed atau State Preference

Sumber : (Chutubtim, 2001)

Tugas kegiatan belajar 3

Identifikasi komponen nilai lingkungan dari kegiatan (proyek) yang telah ditetapkan pada Tugas Belajar 2 di atas dengan menggunakan skema Gambar 6 dan 7, serta Tabel 2.

Page 55: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

44

Tugas kegiatan belajar 4 1. Mahasiswa mengumpulkan artikel atau hasil penelitian tentang valuasi ekonomi

sumberdaya dan lingkungan dengan mencantumkan sumbernya.

2. Berdasarkan hasil studi pustaka (nomor 1) dan materi modul 5, mahasiswa diminta untuk

menetapkan metode valuasi yang relevan dengan tugas kegiatan 3 (idenifikasi jenis nilai

dan komponen valuasi) yang dilengkapi dengan:

a. argumentasi dasar pertimbangan suatu metode valuasi tertentu dipilih (bila ditinjau dari

segi manfaat)

b. deskripsi kelebihan serta kelemahan metode valuasi tersebut. Jenis data dan metode

mengumpulan data yang diperlukan untuk mengimplementasikan metode valuasi

tersebut.

Secara skematik keragaman metode valuasi disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Metode Valuasi Lingkungan

Travel Cost

Wage Differential

Property Value

Contingent

Valuation

Methode (CVM)

Effect on Production

(EOP) / Pendekatan

Produktivitas

Loss of Earning

(Human Capital

Approach)

Economic Valuation

Benefit-Based Valuation Cost-Based Valuation

Actual Market

Price

Surrogate Market

(Pasar Pengganti) Replacement Cost

Preventive Expenditure

Relocation Cost

Contingent Valuation

Methode (CVM)

Page 56: (DAS) 2019 PANGAN...PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2 2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16”. Sekrup ada disamping

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS 2019 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANAIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

45

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pertimbangan Penelitian Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, 2005. Investigasi Geologi Bersama Masyarakat untuk Penyelamatan Mata Air di DAS Brantas Hulu.

Widianto, Fahmudin Agus dan Didik Suprayogoo, 2001. PENGELOLAAN DAS MIKRO SECARA PARTISIPATIF Dalam rangka Program PIDRA.

Widianto, Suprayogo, D, Sudarto dan Lestariningsih I.D. 2008. Rapid Hydrological Appraisal Implementationat Upper Brantas Watershed, East Java. Trees in multi-Use Landscapes in Southeast Asia (TUL-SEA): A negotiation support toolbox for Integrated Natural Resource Management. World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia, The Federal Ministry for Economic Cooperation and Development (BMZ), Germany and Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.