Dari Botswana Menjadi Indonesia · 2019. 12. 31. · miliki bentang alam paling ber - golak di bumi...

1
K O M P A S , S E L A S A , 3 1 D E S E M BE R 2019 10 Sains, Lingkungan&Kesehatan KILAS IPTEK Antisipasi Bahaya Musim Kemarau 2020 sejak Dini Selain mewaspadai bencana hidrometeorolo- gis, semua pihak diminta memanfaatkan musim hujan untuk mengantisipasi dampak musim kemarau tahun 2020. Meski kemarau tahun depan diprediksi normal, mitigasi ben- cana kekeringan atau kebakaran hutan dan lahan perlu disiapkan sejak dini. Kepala Ba- dan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, Senin (30/12/2019), di Jakarta, merekomendasikan agar semua pihak memanfaatkan musim hu- jan demi meminimalkan dampak kemarau mendatang. Ia mengimbau agar kapasitas em- bung, waduk, dan kolam retensi untuk pe- nyimpanan cadangan air dimaksimalkan. ”Hal ini bisa dilakukan pada puncak musim hu- jan,” ujarnya dalam diskusi Refleksi Bencana Tahun 2019 dan Proyeksi Bencana 2020 yang diadakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, kemarin. Pihak BMKG mempredik- si, kondisi El Nino netral hingga Juni 2020. Selain itu, tak ada indikasi fenomena anomali signifikan suhu muka air laut di Samudra Hindia, tepatnya di barat daya Sumatera dan sebelah timur Afrika yang memengaruhi musim kemarau di Indonesia. Suhu muka air laut perairan Indonesia sampai Juni 2020 diperkirakan normal, bahkan menghangat. Musim kemarau diperkirakan terjadi pada April hingga Oktober 2020. (FRD) Dari Botswana Menjadi Indonesia Berbagai penelitian terbaru mengukuhkan pengetahuan bahwa seluruh manusia di dunia memiliki leluhur sama dari Afrika. Indonesia menjadi salah satu tujuan utama migrasi dan pusat pembauran manusia sejak zaman purba. Ahmad Arif informasi nenek moyang pe- rempuan kita. Berbeda dengan sistem genetika DNA inti yang mengikuti hukum Mendel, mtDNA hanya diwariskan seca- ra maternal (garis ibu). Dengan memutar balik jam biologis itu, semua manusia modern diketahui mewarisi gen mtDNA dari grup populasi ”L”. Cabang ”L” dibagi jadi dua sub- kelompok, yakni ”L1” hingga ”L6” dan ”L0”. Dengan mem- bandingkan cabang-cabang L, bisa diketahui tiap orang yang hidup hari ini merupakan ketu- runan perempuan ”L0” yang hidup di sekitar Delta Okavango 200.000 tahun lalu. ”Temuan kami memperbaiki pohon evolusi manusia pa- ling awal,” kata Eva Chan dari Garvan In- stitute of Medical Re- search yang memim- pin analisis filogene- tika. Kajian multidisip- lin ini membangun konstruksi perubahan ekosis- tem yang memicu kemunculan, migrasi, dan penyebaran nenek moyang kita ke berbagai belah- an dunia. Setelah muncul 200.000 tahun lalu lalu ber- kembang di lingkungan ekologi subur, 130.000 tahun lalu iklim di sekitar Delta Okavango me- ngering. Hal itu memicu migrasi ne- nek moyang kita dalam tiga kelompok: satu kelompok me- nyebar ke timur laut 130.000 tahun lalu dan yang lain pergi pada migrasi kedua ke barat daya 110.000 tahun lalu. Popu- lasi ketiga tetap berada di kam- pung awal sampai kini, yang mtDNA-nya ditemukan Hayes dan tim dan dikelompokkan se- bagai ”L0” itu. Berbeda dengan migran ti- mur laut, penjelajah yang ke barat daya lebih berkembang dan populasinya tumbuh pesat. Kelompok yang berjalan ke arah barat itu kemungkinan menjelajah ke berbagai penjuru dunia hingga tiba di Nusan- tara. Posisi Nusantara Jejak awal para migran Afri- ka di Nusantara ini ditemukan para peneliti Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan tim in- ternasional di Leang Bulu’ Si- pong 4, satu dari ratusan goa di Karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. Jejak itu berupa lukis- an di dinding goa yang meng- gambarkan seekor anoa diburu sekelompok figur setengah ma- nusia dan setengah hewan de- ngan tombak dan tali. Dengan menganalisis lapisan bebatuan disebut popcorn yang membentuk lukisan di goa, tim peneliti memastikan lukisan itu telah dibuat lebih dari 44.000 tahun lalu. Itu menjadikannya sebagai lukisan goa tertua di dunia. Hasil kajian ini dipubli- kasikan di jurnal Nature pada 11 Desember 2019. Sebelumnya, ribuan lukisan prasejarah yang dibuat dalam rentang 40.000 tahun lalu hing- ga 3.500 tahun lalu juga dite- mukan di kawasan karst Sang- kulirang-Mangkalihat, Kali- mantan Timur. Temuan itu di- publikasikan di jurnal Nature pada November 2018. Jejak lukisan goa, yang me- lengkapi temuan fosil dan ting- galan arkeologis lain di berbagai wilayah ini, menunjukkan pen- tingnya posisi Indonesia dalam sejarah migrasi dan evolusi ma- nusia modern di luar Afrika. Iklim tropis dan keberlimpahan sumber daya pangan telah men- jadikan Nusantara sebagai daya tarik manusia sejak awal. Bahkan, jauh sebelum keda- tangan manusia modern, Nu- santara dihuni beragam manu- sia purba. Hasil kajian para pe- neliti Lembaga Molekuler Eijk- man dan tim internasional yang dipublikasikan di jurnal inter- nasional Cell Press pada April 2019 menunjukkan, Nusantara menjadi lokus pembauran le- luhur manusia modern dengan manusia purba yang paling in- tensif. Kesimpulan itu didapatkan setelah ditemukan data bahwa orang Papua (dan Papua Niugi- ni) yang hidup saat ini memiliki komposisi gen manusia purba Denisovan yang tertinggi di du- nia, yaitu 3-5 persen. Neander- thal, Denisovan , dan Sapiens awalnya berasal dari leluhur yang sama dan tinggal di Afrika hingga sekitar 800.000 tahun lalu, dan masing-masing lalu terpisah pohon evolusinya. Ne- anderthal dan Denisovan lebih dulu keluar dari Afrika dan menjelajah ke berbagai belahan dunia. Studi tim dari University of Adelaide’s Australian Centre for Ancient DNA (ACAD), yang di- publikasikan di Proceedings of the National Academy of Sci- ences (PNAS) edisi Juli 2019, menguatkan pentingnya Nu- santara sebagai tempat pemba- uran manusia modern dan ma- nusia purba. Riset berhasil me- metakan lokasi ”peristiwa pem- bauran” dengan menganalisis komposisi gen archaic (purba) dalam genom manusia di ber- bagai belahan dunia. Teranyar, kajian dari Yan Ri- zal dari Departemen Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) dan tim internasional yang dipublikasikan di jurnal Nature pada 18 Desember 2019 memberi peluang baru ke- mungkinan pembauran lebih purba lagi. Kajian itu menemu- kan, manusia purba pertama yang berjalan tegak, Homo erec- tus bertahan di Ngandong, Ka- bupaten Blora, Jawa Tengah, hingga 117.000-108.000 tahun lalu. Itu menunjukkan Pulau Jawa di masa lalu memiliki daya dukung amat baik bagi kehi- dupan Homo erectus yang awal- nya berevolusi di Afrika sekitar 1,8 juta tahun lalu. Berbagai temuan ilmiah itu menunjukkan, Nusantara telah menjadi tempat menarik keda- tangan manusia sejak jutaan tahun lalu hingga era sejarah modern, sebelum terbentuknya sekat-sekat negara. Meski me- miliki bentang alam paling ber- golak di bumi ini, dengan 127 gunung api dan dikepung zona gempa, negeri ini diberkahi ke- limpahan sumber daya alam untuk mendukung kehidupan. Migrasi leluhur yang datang bergelombang dan lalu saling berbaur itu telah membentuk negeri ini dengan keragaman budaya dan narasi tentang asal- usul. Selain kekayaan megabio- diversitas, keragaman budaya inilah berkah terbesar negeri ini. Karena itu, kita semestinya tak perlu emosi dengan pernya- taan penyanyi Agnes Monica yang mengaku tidak berdarah Indonesia, tetapi berdarah Jer- man, Jepang, dan China. Kare- na kebangsaan Indonesia tak bisa dilihat hanya dari darah dan keturunan, tetapi juga ke- lahiran dan beragam faktor lain. Apalagi pada dasarnya kita se- mua merupakan pendatang dan berdarah campuran dengan akar sama: dari Afrika. T ahun 2019 ditandai se- jumlah penemuan pen- ting di bidang genetika populasi dan arkeologi yang mempertegas asal-usul manu- sia dari Afrika dengan lebih spesifik di sekitar Botswana saat ini. Namun, di Indonesia, yang menjadi lokus penting pemba- uran manusia sejak zaman pur- ba, perdebatan tentang asal- usul yang didominasi konstruk- si sosial-politik tentang identi- tas masih jauh dari usai. Dengan menganalisis DNA mitokondria 1.200 orang di Af- rika dan memban- dingkannya dengan bank gen manusia di dunia, para peneliti menemukan kam- pung halaman manu- sia pertama, yakni area subur-paleo Makgadikgadi- Okava- ngo, di Afrika bagian selatan, sekitar Bots- wana saat ini. Antro- polog Vanessa Hayes dari Gar- van Institute of Medical Re- search dan University of Sydney yang memimpin studi menye- but, ”Setiap orang kini bisa di- lacak DNA mitokondrianya pa- da manusia di kampung per- tama ini.” Kajian yang dipublikasikan di jurnal Nature edisi Oktober 2019 ini mengukuhkan teori ”Out of Africa” bahwa seluruh manusia modern (Homo sapi- ens) yang hidup di bumi saat ini memiliki moyang dari Afrika. Dengan demikian, teori ”mul- tiregional” yang menyebut po- pulasi manusia berasal dari be- berapa lokasi berbeda makin meredup. Keberadaan DNA mitokon- dria (mtDNA), yang bisa dite- mukan di tiap organisme ibarat kapsul waktu yang menyimpan LAPORAN AKHIR TAHUN KOMPAS/AHMAD ARIF Penduduk Kampung Somnak, Distrik Joutu, Kabupaten Asmat, Papua, masih mempertahankan pola hidup sebagai pemburu dan peramu, Kamis (15/10/2019). Orang Papua memiliki DNA Denisovan tertinggi, yaitu 3-5 persen. Bauran DNA dengan manusia purba ini diperoleh saat nenek moyang mereka bermigrasi dari Afrika menuju Nusantara puluhan ribu tahun lalu. ANTARA/M AGUNG RAJASA Petugas memeriksa pesawat udara nirawak (PUNA) jenis medium altitude long endurance (MALE) sebelum diperlihatkan untuk pengenalan perdana di hanggar PT Dirgantara Indonesia (Persero), Bandung, Jawa Barat, Senin (30/12/2019). Prototipe PUNA MALE ini mampu terbang 24-30 jam dengan ketinggian jelajah 3.000-6.000 meter.

Transcript of Dari Botswana Menjadi Indonesia · 2019. 12. 31. · miliki bentang alam paling ber - golak di bumi...

  • K O M P A S , S E L A S A , 3 1 D E S E M B E R 2 0 1 9

    10 Sains, Lingkungan&Ke s e h at a n

    K I L A S I P T E K

    Antisipasi Bahaya Musim Kemarau 2020 sejak Dini

    Selain mewaspadai bencana hidrometeorolo-gis, semua pihak diminta memanfaatkanmusim hujan untuk mengantisipasi dampakmusim kemarau tahun 2020. Meski kemarautahun depan diprediksi normal, mitigasi ben-cana kekeringan atau kebakaran hutan danlahan perlu disiapkan sejak dini. Kepala Ba-dan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika(BMKG) Dwikorita Karnawati, Senin(30/12/2019), di Jakarta, merekomendasikanagar semua pihak memanfaatkan musim hu-jan demi meminimalkan dampak kemaraumendatang. Ia mengimbau agar kapasitas em-bung, waduk, dan kolam retensi untuk pe-nyimpanan cadangan air dimaksimalkan. ”Hal

    ini bisa dilakukan pada puncak musim hu-jan,” ujarnya dalam diskusi Refleksi BencanaTahun 2019 dan Proyeksi Bencana 2020 yangdiadakan Badan Nasional PenanggulanganBencana, kemarin. Pihak BMKG mempredik-si, kondisi El Nino netral hingga Juni 2020.Selain itu, tak ada indikasi fenomena anomalisignifikan suhu muka air laut di SamudraHindia, tepatnya di barat daya Sumatera dansebelah timur Afrika yang memengaruhimusim kemarau di Indonesia. Suhu muka airlaut perairan Indonesia sampai Juni 2020diperkirakan normal, bahkan menghangat.Musim kemarau diperkirakan terjadi padaApril hingga Oktober 2020. (FRD)

    Dari Botswana Menjadi IndonesiaBerbagai penelitian terbaru mengukuhkan pengetahuan bahwa seluruh manusia di dunia memiliki leluhur sama dari

    Afrika. Indonesia menjadi salah satu tujuan utama migrasi dan pusat pembauran manusia sejak zaman purba.

    Ahmad Arif informasi nenek moyang pe-rempuan kita. Berbeda dengansistem genetika DNA inti yangmengikuti hukum Mendel,mtDNA hanya diwariskan seca-ra maternal (garis ibu).

    Dengan memutar balik jambiologis itu, semua manusiamodern diketahui mewarisi genmtDNA dari grup populasi ”L”.Cabang ”L” dibagi jadi dua sub-kelompok, yakni ”L1” hingga”L6” dan ”L0”. Dengan mem-bandingkan cabang-cabang L,bisa diketahui tiap orang yanghidup hari ini merupakan ketu-runan perempuan ”L0” yanghidup di sekitar Delta Okavango

    200.000 tahun lalu.”Temuan kami

    memperbaiki pohonevolusi manusia pa-ling awal,” kata EvaChan dari Garvan In-stitute of Medical Re-search yang memim-pin analisis filogene-tika.

    Kajian multidisip-lin ini membangun

    konstruksi perubahan ekosis-tem yang memicu kemunculan,migrasi, dan penyebaran nenekmoyang kita ke berbagai belah-an dunia. Setelah muncul200.000 tahun lalu lalu ber-kembang di lingkungan ekologisubur, 130.000 tahun lalu iklimdi sekitar Delta Okavango me-ng ering.

    Hal itu memicu migrasi ne-nek moyang kita dalam tigakelompok: satu kelompok me-nyebar ke timur laut 130.000tahun lalu dan yang lain pergipada migrasi kedua ke baratdaya 110.000 tahun lalu. Popu-lasi ketiga tetap berada di kam-pung awal sampai kini, yangmtDNA-nya ditemukan Hayesdan tim dan dikelompokkan se-bagai ”L0” itu.

    Berbeda dengan migran ti-mur laut, penjelajah yang ke

    barat daya lebih berkembangdan populasinya tumbuh pesat.Kelompok yang berjalan kearah barat itu kemungkinanmenjelajah ke berbagai penjurudunia hingga tiba di Nusan-tara.

    Posisi NusantaraJejak awal para migran Afri-

    ka di Nusantara ini ditemukanpara peneliti Pusat PenelitianArkeologi Nasional dan tim in-ternasional di Leang Bulu’ Si -pong 4, satu dari ratusan goa di

    Karst Maros-Pangkep, SulawesiSelatan. Jejak itu berupa lukis-an di dinding goa yang meng-gambarkan seekor anoa diburusekelompok figur setengah ma-nusia dan setengah hewan de-ngan tombak dan tali.

    Dengan menganalisis lapisanbebatuan disebut popcorn yangmembentuk lukisan di goa, timpeneliti memastikan lukisan itutelah dibuat lebih dari 44.000tahun lalu. Itu menjadikannyasebagai lukisan goa tertua didunia. Hasil kajian ini dipubli-

    kasikan di jurnal Na t u re pada 11Desember 2019.

    Sebelumnya, ribuan lukisanprasejarah yang dibuat dalamrentang 40.000 tahun lalu hing-ga 3.500 tahun lalu juga dite-mukan di kawasan karst Sang-kulirang-Mangkalihat, Kali-mantan Timur. Temuan itu di-publikasikan di jurnal Na t u repada November 2018.

    Jejak lukisan goa, yang me-lengkapi temuan fosil dan ting-galan arkeologis lain di berbagaiwilayah ini, menunjukkan pen-

    tingnya posisi Indonesia dalamsejarah migrasi dan evolusi ma-nusia modern di luar Afrika.Iklim tropis dan keberlimpahansumber daya pangan telah men-jadikan Nusantara sebagai dayatarik manusia sejak awal.

    Bahkan, jauh sebelum keda-tangan manusia modern, Nu-santara dihuni beragam manu-sia purba. Hasil kajian para pe-neliti Lembaga Molekuler Eijk-man dan tim internasional yangdipublikasikan di jurnal inter-nasional Cell Press pada April2019 menunjukkan, Nusantaramenjadi lokus pembauran le-luhur manusia modern denganmanusia purba yang paling in-tensif.

    Kesimpulan itu didapatkansetelah ditemukan data bahwaorang Papua (dan Papua Niugi-ni) yang hidup saat ini memilikikomposisi gen manusia purbaD e n i s ova n yang tertinggi di du-nia, yaitu 3-5 persen. Neander -thal, D e n i s ova n , dan Sapiensawalnya berasal dari leluhuryang sama dan tinggal di Afrikahingga sekitar 800.000 tahunlalu, dan masing-masing laluterpisah pohon evolusinya. Ne -anderthal dan D e n i s ova n lebihdulu keluar dari Afrika danmenjelajah ke berbagai belahandunia.

    Studi tim dari University ofAdelaide’s Australian Centre forAncient DNA (ACAD), yang di-publikasikan di Proceedings ofthe National Academy of Sci-ences (PNAS) edisi Juli 2019,menguatkan pentingnya Nu-santara sebagai tempat pemba-uran manusia modern dan ma-nusia purba. Riset berhasil me-metakan lokasi ”peristiwa pem-bauran” dengan menganalisiskomposisi gen a rc h a i c (purba)dalam genom manusia di ber-bagai belahan dunia.

    Teranyar, kajian dari Yan Ri-zal dari Departemen Geologi

    Institut Teknologi Bandung(ITB) dan tim internasionalyang dipublikasikan di jurnalNa t u re pada 18 Desember 2019memberi peluang baru ke-mungkinan pembauran lebihpurba lagi. Kajian itu menemu-kan, manusia purba pertamayang berjalan tegak, Homo erec-tus bertahan di Ngandong, Ka-bupaten Blora, Jawa Tengah,hingga 117.000-108.000 tahunlalu. Itu menunjukkan PulauJawa di masa lalu memiliki dayadukung amat baik bagi kehi-dupan Homo erectus yang awal-nya berevolusi di Afrika sekitar1,8 juta tahun lalu.

    Berbagai temuan ilmiah itumenunjukkan, Nusantara telahmenjadi tempat menarik keda-tangan manusia sejak jutaantahun lalu hingga era sejarahmodern, sebelum terbentuknyasekat-sekat negara. Meski me-miliki bentang alam paling ber-golak di bumi ini, dengan 127gunung api dan dikepung zonagempa, negeri ini diberkahi ke-limpahan sumber daya alamuntuk mendukung kehidupan.

    Migrasi leluhur yang datangbergelombang dan lalu salingberbaur itu telah membentuknegeri ini dengan keragamanbudaya dan narasi tentang asal-usul. Selain kekayaan megabio-diversitas, keragaman budayainilah berkah terbesar negeriini.

    Karena itu, kita semestinyatak perlu emosi dengan pernya-taan penyanyi Agnes Monicayang mengaku tidak berdarahIndonesia, tetapi berdarah Jer-man, Jepang, dan China. Kare-na kebangsaan Indonesia takbisa dilihat hanya dari darahdan keturunan, tetapi juga ke-lahiran dan beragam faktor lain.Apalagi pada dasarnya kita se-mua merupakan pendatang danberdarah campuran denganakar sama: dari Afrika.

    Tahun 2019 ditandai se-jumlah penemuan pen-ting di bidang genetikapopulasi dan arkeologi yangmempertegas asal-usul manu-sia dari Afrika dengan lebihspesifik di sekitar Botswana saatini. Namun, di Indonesia, yangmenjadi lokus penting pemba-uran manusia sejak zaman pur-ba, perdebatan tentang asal-usul yang didominasi konstruk-si sosial-politik tentang identi-tas masih jauh dari usai.

    Dengan menganalisis DNAmitokondria 1.200 orang di Af-rika dan memban-dingkannya denganbank gen manusia didunia, para penelitimenemukan kam-pung halaman manu-sia pertama, yakniarea subur-paleoMakgadikgadi- Okava-ngo, di Afrika bagianselatan, sekitar Bots-wana saat ini. Antro-polog Vanessa Hayes dari Gar-van Institute of Medical Re-search dan University of Sydneyyang memimpin studi menye-but, ”Setiap orang kini bisa di-lacak DNA mitokondrianya pa-da manusia di kampung per-tama ini.”

    Kajian yang dipublikasikan dijurnal Na t u re edisi Oktober2019 ini mengukuhkan teori”Out of Africa” bahwa seluruhmanusia modern (Homo sapi-ens) yang hidup di bumi saat ini memiliki moyang dari Afrika.Dengan demikian, teori ”mul -tiregional” yang menyebut po-pulasi manusia berasal dari be-berapa lokasi berbeda makinm e r e d u p.

    Keberadaan DNA mitokon-dria (mtDNA), yang bisa dite-mukan di tiap organisme ibaratkapsul waktu yang menyimpan

    LAPORANAKHIRTAHUN

    KOMPAS/AHMAD ARIF

    Penduduk Kampung Somnak, Distrik Joutu, Kabupaten Asmat, Papua, masih mempertahankanpola hidup sebagai pemburu dan peramu, Kamis (15/10/2019). Orang Papua memiliki DNAD e n i s ova n tertinggi, yaitu 3-5 persen. Bauran DNA dengan manusia purba ini diperoleh saat nenekmoyang mereka bermigrasi dari Afrika menuju Nusantara puluhan ribu tahun lalu.

    ANTARA/M AGUNG RAJASA

    Petugas m e m e r i k sapesawat udara nirawa k(PUNA) jenis mediumaltitude long endurance(MALE) sebelumdiperlihatkan untukpeng enalan perdana dihanggar PT DirgantaraIndonesia (Persero),Bandung, Jawa Barat,Senin (30/12/2019).Prototipe PUNA MALEini mampu terbang24-30 jam denganketinggian jelajah3.000-6.000 meter.

    10 Nasional (Left) - 19KO311210