Dari anual report yang dikeluarkan oleh MMC (Mahkota ... Web viewDalam hal pasien merasa puas akan...
Click here to load reader
Transcript of Dari anual report yang dikeluarkan oleh MMC (Mahkota ... Web viewDalam hal pasien merasa puas akan...
DIFERENSIASI PELAYANAN KANTOR PERWAKILAN MENOPANG DAYA SAING
Oleh: Johannes1
Tanggal 10 Februari 2013, Drs. Awaluddin, Kepala Perwakilan MMC (Mahkota Medical Center) di Jambi menyampaikan undangan Patient Gathering yang sekaligus juga dihadiri oleh bidang pemasaran dari MMC Malaka. Trend pasien dari Jambi yang terus meningkat ke MMC bersamaan dengan peningkatan jumlah Rumah Sakit dan tuntutan peningkatan pelayanan baik di Jakarta maupun di Jambi khususnya oleh Rumah Sakit Swasta. Menghadapi hal ini, penyiapan Kantor Perwakilan MMC (KPM) menjadi pilihan guna mendekatkan pelayanan kepada pasien dan calon pasien. Dalam hal seperti ini muncul kekuatiran, bila fungsi pelayanan non medis tidak terdiferensiasi dan dikomunikasikan dengan baik, fungsi dan peran KPM membangun daya saing akan mengalami kesulitan. Fungsi pelayanan KPM ini sendiri dihadapkan kepada kampanye perbaikan pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk di Jambi dimana kebanyakan rumah sakit swasta siap menerima pasien yang terdaftar pada JKN.
1. Performa MMC Perwakilan Jambi
MMC menjadi sangat dikenal oleh kalangan masyarakat di Jambi untuk
memperoleh pelayanan kesehatan, hal ini tidak terlepas dari peran KPM yang sampai
saat ini jumlahnya mencapai 16 lokasi di Indonesia dimana salah satunya
berkedudukan di Jambi. Fungsi umum KPM sesungguhnya mendekatkan MMC
kesemua pasien dan calon pasien di wilayah masing-masing sehingga walau
berjauhan pasien merasa dekat. Tidak seperti daerah lain yang mempunyai
Penerbangan langsung ke Melaka dimana MMC berkedudukan, masyarakat di Jambi
harus bertukar kendaraan menuju Melaka yang membutuhkan perjalanan sampai 12
jam. Untuk masyarakat yang berpendapatan rendah, biasanya mereka menggunakan
kapal laut (ferry) yang berangkat dari Kuala Tungkal. Sepertinya masyarakat sudah
semakin terbiasa menuju Melaka, diketahui dengan kata-kata yang mereka gunakan
“kata nyebrang”, yang diartikan sebagai keberangkatan mereka ke Melaka. Sebagai
KP tantangan pelayanan beranekaragam menghadang pelayanan karena maraknya
peningkatan jumlah Rumah Sakit dan ditirunya model pelayanan KP MMC oleh
sebagian Rumah Sakit.
Dari Manual Report yang dikeluarkan oleh MMC, diketahui bahwa proporsi
pasien yang berasal dari Indonesia mencapai 25% setiap tahunnya. Sementara itu,
jumlah pasien dari Jambi mencapai 600 orang setiap bulannya. Angka ini harus
digarisbahawi karena ada sebagian pasien yang telah terbiasa ke MMC tidak selalu
1 Dosen Program Magister Manajemen, Program Pascasarjana Universitas Jambi
1
melapor KP bilamana berpergian ke MMC. Angka 25 % dinilai juga terlalu rendah,
karena adanya fakta bahwa MMC sebenarnya “dipenuhi” oleh warga dari Indonesia,
dari 16 KP yang tersebar di Indonesia. Ada kecurigaan bahwa MMC ingin menjaga
imaje bahwa jumlah pasien dari Malaysia lebih dominan menjadi pelanggan
dibanding dengan pasien dari Indonesia. Hal ini beralasan karena pemilik saham
MMC adalah warga Negara Singapura bagaimanapun harus menyatakan diri lebih
melayani warga Malaysia termasuk Melaka dari pada warga asing. Keberadaan KPM
bukan hanya di Indonesia, akan tetapi juga didapat di Malaysia (2 KP), Cambodia (1
KP) dan Myanmar (1 KP). Kecurigaan seperti di atas beralasan karena standar
pelayanan kesehatan di Malaysia sangat intensif. Penduduk miskin Malaysia hanya
membayar 5 ringgit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan menyeluruh bila berobat
ke Rumah Sakit pemerintah. Semetara kalau mereka berobat ke rumah sakit swasta
hal ini tidak berlaku, mereka akan membayar penuh, kecuali bila ditopang oleh
tersedianya asuransi kesehatan yang sesuai. Artinya warga Malaysia yang berobat ke
MMC adalah pegawai swasta dan pendatang (foreigner). Artinya laporan jumlah
pasien dari Indonesia 25 persen terlalu rendah dibanding dengan fakta lapangan
menurut kasat mata jumlah pasien Indonesia sehari-hari demikian besar. Ada alasan
politis untuk melaporkan angka yang sesungguhnya.
KPM Jambi termasuk kepada empat perwakilan yang tergolong mayor di antara
16 perwakilan lainnya di Indonesia. Empat perwakilam mayor ini yaitu Jambi,
Palembang, Riau, Jakarta Utara dan Bandung. Namun harus digaris bawahi bahwa
Jambi satu-satunya perwakilan yang tidak mempunyai penerbangan langsung ke
Melaka. Sementara kategori wilayah mayor lainnya mempunyai jalur penerbangan
langsung baik melalui laut maupun udara. Kedepan, MMC meyakini bahwa
pemanfaatan KP menjadi bagian penting dalam membangun daya saing, sehingga
akan dikembangkan KP yang melayani 3 produk sekaligus yang meliputi: 1) chek up,
2) traveling, dan 3) penyiapan administrasi ke MMC. Dengan demikian, sistem
pelayanan kesehatan yang dibangun antara MMC dan KPM lebih terdiferensiasi lagi
yaitu bahwa pasien yang membutuhkan pelayanan sebatas chekup cukup dilayani di
KP dan akan dilakukan pemitraan dengan para dokter lokal di Jambi. Kecuali bagi
mereka yang menginginkan pelayanan kesehatan untuk operasi misalnya, pasien
dilayani di MMC Melaka. Pelayanan demikian ditambahkan lagi produk untuk
traveling dimana bagi masyarakat yang berkeinginan berwisata ke Malaysia, KP
dapat memberikan fasilitas.
2
2. Peran dan fungsi KPM
Peran KPM dalam membangun daya saing MMC melalui kegiatan yang
beragam dan inovatif, sangat ditentukan oleh kelincahan dan inovasi kepala KPM.
Prinsipnya mereka dapat dianggap sebagai satu lembaga dengan jasa-jasa beragam
baik yang tertulis maupun tidak. Fungsi KP dalam kelembagaan pemasaran adalah
perantara yang yang dapat menerapkan pull and push strategy agar pasien dan calon
pasien dapat mengambil tindakan pelayanan medis di MMC.
Adapun jenis pelayanan mereka yang tertulis meliputi informasi : 1)
appointment dan jadwal cuti dokter, 2) estimasi biaya operasi, 3) paket medical
chekup, 4) konsultsi hasil diagnosa di Indonesia, 5) jalur perjalanan Jambi-Melaka,
6) booking hotel di Melaka, 7) booking ticketing pesawat (mambantu), 8) pembutan
pasport (membantu), 9) transfer biaya pengobatan (membantu), 10) booking taxi di
bandara KL & Melaka, 11) Booking ambulans di bandara KL & Melaka, 12) konsul
dokter via telphone (patient control), 13) Menyediakan tenaga pendamping jika
diperlukan dan 14) dan lain-lain.
Pengembangan pelayanan juga dilakukan bersama dengan MMC. Pada waktu
yang telah ditentukan, MMC mengirimkan dokter spesialis ke Jambi dan
memberikan konsultasi Cuma-Cuma kepada sejumlah pasien dan calon pasien.
Konsultasi demikian dilakukan untuk menunjukkan keterkaitan MMC dengan KP di
mata calon pasien bahwa KP dalam menjalankan tugasnya adalah perwakilan yang
terpercaya.
Dari berbagai poin yang disebutkan di atas, ada peran tertentu yang dinilai oleh
para pasien di Indonesia yang sangat membantu mereka dalam memutuskan apakah
akah berobat ke Melaka atau tidak. 1) kepastian informasi tentang berkomunikasi
dengan dokter tentang pertemuan yang akan dibuat dan 2) model pembayaran jasa
pelayanan seandainya terjadi masalah di Melaka bahwa pasien tidak mempunyai dana
yang cukup ketika tindakan telah dilakukan. Dalam kaitan ini, prinsip pelayanan yang
dilakukan adalah bahwa selagi ada jaminan keuangan yang disiapkan oleh pasien
ataupun keluarganya, maka perwakilan Jambi lebih mengutamakan tindakan kepada
pasien dari pada penundaan. Peran ini kedepan akan semakin beragam dan
membutuhkan inovasi karena beragamnya pasien atau adanya segmentasi pasien yang
berbeda.
Kepala KP Jambi, Awaluddin membedakan dua segmentasi pelelangan yaitu 1)
pasien yang peduli dengan tindakan dan jenis pelayanan dan sangat
3
mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan bahkan mereka ini termasuk pencari
diskon, dan 2) pasein yang tidak begitu peduli dengan ragam tindakan kesehatan dan
mempunyai uang, mereka lebih peduli kepada kepastian tindakan. Kedua segmentasi
ini pada akhirnya membuat perwakilan berhati-hati dalam memilih tindakan dan
rekomendasi.
Khususnya dalam pertimbangan biaya, perwakilan Jambi tidak memungut biaya
apapun. Untuk kepastian ini di pintu masuk tertulis bahwa seluruh pelayanan
dilakukan secara gratis. Hal ini dperlukan untuk membantah pendapat yang
mempersepsikan perwakilan sebagai agen pelayanan. Agen pelayanan dalam persepsi
umum adalah lembaga yang mendapat keuntungan karena adanya pelanggan yang
dilayani, sehingga wajar kalau perwakilan memperoleh pendapatan karena mereka
mendatangkan pasien. Sehingga, ada kecurigaan bahwa bila pasien Melaka berobat
melalui perwakilan, biaya yang dikenakan akan lebih tinggi.
Padahal, kecurigaan terakhir tidak tepat untuk mereka, karena staf KP adalah
karyawan dari MMC Malaka, mereka menjadi staf, memperoleh bonus tahunan dan
mendapat perlakuan sebagai karyawan lain yang bekerja di MMC Melaka.
Penyampaian pelayanan bagaimanapun harus selalu dikembangkan. KP
memperkenalkan model pelayanan yang relatif baru dikenal dengan query. KP dalam
hal berhadapan dengan kondisi query, yaitu pasien yang telah mendapat pelayanan
terlebih dahulu di Jambi, akan tetapi ingin melanjuti pelayanan di MMC. Untuk kasus
seperti ini, KPM mengirimkan seluruh hasil pemeriksaan secara online dengan
terlebih dahulu discan. Dari hasil pemeriksaan ini kemudian dokter akan menentukan
jenis tindakan apa yang mungkin dipilihkan untuknya, walau harus dicatat bahwa
pasien pada akhirnya akan melalui pemeriksaan ulang sesampainya di Melaka. Cara
ini di satu sisi mempercepat pelayanan kepada pasien, akan tetapi di sisi lain membina
hubungan antara pasien dengan dokter sesegera mungkin sehingga pasien merasa
aman telah mendapat penanganan walau dia masih berada di Indonesia. Untuk
perlakuan query, KPM tidak mengenakan biaya walau diketahui bahwa jumlah pasien
dengan status seperti ini bertambah akhir-akhir ini dari Jambi.
Fungsi demikian bagaimanapun terintegrasi dengan proposisi nilai yang
dikembangkan oleh MMC dimana pasien dilayani dengan cara “berkehidmatan”
sehingga perlu diterjemahkan dalam satu model pelayanan. Kemudahan yang
mendorong pasien dan calon pasien untuk menikmati jasa MMC secara utuh adalah
bagian penting yang senantiasa harus dikembangkan.
4
3. Mengembangkan Jasa Pelayanan Kesehatan
Mujiono pada Tanggal 30 Maret 2013 memilih pelayanan yang diberikan oleh
KP Jambi, beliau tinggal di Lahat di wilayah Provinsi Sumatera Selatan. KP Jambi
ditemukannya melalui pelayanan Web yang diberikan oleh MMC. Dari hasil
pemeriksaan Rumah Sakit Bina Waluyo di Jakarta, dinyatakan bahwa beliau
menderita Jantung koroner di dua titik penyempitan. Di jakarta diketahui bahwa
jumlah biaya yang dibutuhkan untuk operasi Jantung koroner yang dialaminya adalah
Rp.70 juta di luar biaya obat, bisa dikatakan belum all in. Melalui bantuan
Awaluddin, setelah berkomunikasi dengan dokter di Melaka dipastikan bahwa
biayanya setelah dirupiahkan tidak lebih dari 69 juta, akan tetapi telah all in. All in
dalam konteks ini adalah biaya operasi, kamar, dan pengobatan untuk satu kali setelah
operasi.
Persepsi biaya lebih murah di MMC Melaka sangat umum ditemui, dibanding
dengan Rumah Sakit yang setara di Jakarta. Bahkan dibanding dengan Rumah Sakit
di Jambi sekalipun untuk Rumah Sakit swasta biaya yang dikenakan oleh MMC
Malaka dinilai masih lebih murah. Walau harus dibedakan dalam pemahaman akan
persepsi biaya yang lebih murah, karena ketika pasien memperoleh kepuasan biaya
untuk mencari dan memperoleh pelayanan “hampir” tidak diperhitungkan lagi.
Melainkan, hanya memperhitungkan biaya yang dibayarkan ke MMC. Persepsi
seperti ini akan berkembang terus menerus manakala pelanggan menggunakan
pendekatan persepsi, yang lebih dikenal sebagai pavue perceive pricing. Salah satu
penentu value based pricing dari penjelasan Awaluddin adalah kepastian akan
pertemuan dokter yang akan melakukan tindakan.
Adapun penegasan jasa yang ditawarkan oleh MMC sebagai keseluruhan adalah
bahwa pelayanan kesehatan mereka dilakukan dalam satu proses kenikmatan. Ini
dapat dianggap sebagai value proposition, dimana KP juga harus mengartikulasinya
dalam satu pelayanan dimana mereka berada di garda depan. Value proposition ini
terus mengalami perubahan, pada tahun 2013 misalnya mereka menyebut bahwa
MMC adalah pioneer in medical tourism.
Tidak mengherankan, kalau kepastian bertemu dengan dokter seorang calon
pasien menjadi faktor penentu bagi seorang pasien untuk segera berangkat ke MMC.
Praktik-praktik seperti ini akan terus berkembang, karena atribut pelayanan dari sisi
konsumen senantiasa akan berkembang. Konsumen di suatu saat mungkin tak
5
menyebutkan apa yang dia inginkan, akan tetapi setelah dia mendapat pelayanan baru
menyadari kalau hal demikian adalah hal yang dicari dalam pelayanan kesehatan.
Perwakilan Jambi secara serius mempertimbangkan kelangkaan pelayanan
kesehatan yang terjadi di pasar domestik, sehingga secara sederhana pelayanan
perwakilan didasarkan kepada kelangkaan tersebut. Salah satu kelangkaan khususnya
dalam kaitannya dengan dokter ahli (spesialis) pasien di Jambi merasakan betul
“susahnya” berhubungan dengan dokter ahli. Rujukan pelayanan kesehatan ke Jakarta
misalnya selalu disertai dengan referensi dari dokter di Jambi ke dokter tertentu di
Jakarta sehingga dipasatkan mendapat prioritas pelayanan. Bahkan ketika memiliki
referensi pasien tahu itu tidak menjadi jaminan kalau calon pasien akan mendapat
pelayanan. Mengetahui hal ini, perwakilan menjadi “lembaga” yang memastikan
bahwa pasien dapat berbincang dengan dokter di Melaka atau mendapat kepastian
pelayanan sebelum mereka berangkat ke Melaka.
Hal demikian dapat tejadi karena model pelayanan dokter dilakukan sepenuhnya
di MMC. Guna menopang pelayanan dokter yang maksimal, semua dokter memasang
kesiapannya melayani, bahkan dalam keadaan yang dianggap gawat seorang dokter
siap dalam 1x24 Jam. Sampai kepada dokter sedang cuti dapat diketahui dari KP
sehingga seorang pasien harus menyesuaikan diri bilamana harus ke MMC.
Jasa kesehatan sebagaimana jasa lainnya adalah sesuatu yang sangat dinamis
dengan demikian harus disertai oleh adanya rancangan strategi. MMC yang telah
menetapkan value proposition haruslah diterjemahkan kedalam aksi yang dapat
memberikan kepuasan kepada pelanggan. Isu utama yang mewarnai pelayanan
kesehatan harus dijawab dan arah pelayanan juga harus dipenuhi, demikian juga
rumusan tindakan yang harus dilakukan. Diferensiasi bagaimanapun harus dilakukan
untuk membedakan produk KP dan MMC atas produk Rumah Sakit yang lain.
Kemudahan pelayanan bisa jadi menjadi modus dalam diferensiasi, akan tetapi dalam
hal pelayanan kesehatan, konsultasi menjadi sangat penting. Peran KP adalah
memberikan pelayanan lebih awal bukan karena kompetensi formal seorang kepala
KP, akan tetapi lebih kepada kemampuannya memahami masalah dan solusi yang
ditawarkan kepada pelanggan.
KP bagaimanapun ujung tombak dalam mendeferensiasi pelayanan, bahkan
diluar tugas pokok yang dicantumkan di atas. Dalam hal pembayaran misalnya, KP
melakukan inovasi dengan kesiapannya untuk melunasi biaya yang dibutuhkan oleh
seroang pasien terlebih dahulu yang selanjutnya menerima pelunasan dari pasien
6
ataupun keluarga pasien. Hal ini dimungkinkan karena adanya saling percaya antara
kepala KP dengan si pasien. Masih berkaitan dengan ini, untuk pasien yang akan
melakukan pembelian obat ulang, KP dapat memesankan obat yang dibutuhkan
sekaligus memintakan nasihat kepada dokter terlebih dahulu untuk memperoleh
persetujuan.
Kehadiran KP sesungguhnya lebih kepada penyediaan jasa sebelum tindakan
medis dilakukan di rumah sakit. Akan tetapi, sebagaimana pada praktik bisnis KP
mempunyai pesaing di tingkat lokal. Dengan demikian, kepala KP harus merancang
pengembangan jasa pelayanan yang akan diterapkan. Urutan pengembangan jasa
mulai dari penemuan kebutuhan harus diikuti dengan pendefenisiannya sehingga
dapat dirancang apa yang dibutuhkan. Selanjutnya pengembangan jasa pelayanan
yang telah dilakukan haruslah diikuti dengan kegiatan pengiriman kepada pelanggan
secara utuh. pengembangan jasa yang demikian tetap berada pada satu sifat yang
dinamsi dimana pelelangan selalu meminta yang lebih.
4. Inovasi dan Hubungan Yang Langgen
Selalu saja ada kegagalan dalam pelayanan, baik yang disampaikan dalam
bentuk pengaduan maupun karena diketahui oleh perwakilan secara tak sengaja.
Dalam hal pasien merasa puas akan adanya pelayanan di Melaka, pasien bahkan ada
yang memberikan sejumlah uang sebagai tanda terima kasih. Praktik seperti ini jelas
ditolak KPM. Dalam hal pasien mengalami kegagalan dalam pelayanan, perwakilan
menghubungi bahkan mengunjungi rumah pasien perihal yang menyebabkan
kegagalan pelayanan guna “menyembuhkan” rasa kecewa.
Hubungan yang langgeng didasarkan kepada fakta bahwa kepercayaan akan
menjadi dasar membangun hubungan tidak saja dengan doker tapi kepada KPM.
Model kantor perwakilan rumah sakit sepertinya menjadi “mainstream” dimana
pasien mendapatkan gerbang pelayanan . KPM sebagai bagian daripada saluran
mempunyai pertemuan tahunan guna mendiskusikan hal-hal yang dinilai penting
sebagai guna menciptakan nilai kepada rumah sakit .
Dalam pendekatan hubungan dikenal customization yang diartikan sebagai
upaya menyiapkan pelayanan yang sesuai kepada pelelangan yang dapat dilakukan
melalui berbagai media. Akan tetapi dalam pendekatan hubungan, pasien harus
dipersonalisasi yang diartikan bahwa KP harus membina hubungan jangka panjang.
Hal ini akan memberikan presfektif yang lebih baik yang menyatakan bahwa nilai
7
yang diperoleh pelelangan lahir dari hubungan dan interaksi antara pasien dengan
KP. Bila hal ini terealisir maka seorang pasien akan berfungsi sebagai pemasar
dimana keberadaaannya menjadi mitra bagi KP.
5. Tantangan Di Era Modern
Di era perekonomian Global dimana AFTA akan dilaksanakan, MMC dan KP
mempertimbangkannya dalam satu kerangka pelayanan kepada pelelangan khususnya
yang datang dari luar negeri termasuk Jambi. Di Era AFTA, investasi luar yang
akan terjadi di Jambi tidak akan terhalangi dan investor akan berinvestasi negara
lain sepanjang hal itu mendatangkan keuntungan baik pada jangka pendek maupun
jangka panjang. Demikian juga dengan sumberdaya (resource), tidak harus berasal
dari perusahaan akan tetapi dapat berasal dari luar perusahaan. MMC telah merancang
mengembangkan KP menyiapkan tiga produk sekaligus. Produk dimaksud adalah
pelayanan chekup, tour dan registrasi pasien yang akan dilayani di MMC. Pelayanan
chekup diperuntukkan kepada mereka tanpa harus disertai dengan tindakan dokter,
dan pelayanan tour diperuntukkan untuk mereka yang akan mendapat jasa transportasi
baik darat, laut hingga udara. Sementara itu pelayanan registrasi utamanya adalah
pelayanan kepada pasien yang akan berangkat ke Melaka untuk mendapat pelayanan
kesehatan atau tindakan.
Chekup akan menjadi produk baru, karena bisa dilakukan di KPM dan
dirancang bahwa pekerjaan ini dilakukan oleh dokter lokal. Dengan cara ini, pasien
akan lebih siap berangkat ke MMC di satu sisi, atau di sisi lain pasien dapat
memutuskan apakah diperlukan berobat ke Malaka atau tidak sesuai dengan hasil
chekup. Seperti apakah diferensiasi pelayanan di KPM guna membangun daya
saing terutama di era APEC dan perbaikan pelayanan kesehatan di Indonesia
umumnya dan di Jambi khususnya?
8
Pertanyaan pengarah
1) Buatlah pandangan umum anda terhadap kasus yang anda pelajari.
2) Jelaskan dengan 3-4 hal yang sedang terjadi pada kasus di atas.
3) Seberapa penting peran kantor perwakilan bagi rumah sakit MMC Malaka,
dan peran pemasaran apa yang dimainkannya.
4) Bagaimana peran kantor perwakilan dalam membentuk nilai bagi rumah sakit
secara keseluruhan.
5) Dalam kaitnanya dengan era perdagangan bebas bagaimanakah persaingan
rumah sakit didalam negeri.
6) Setelah diberlakukannnya BPJS kesehatan dan Kartu Indonesia Sehat
bagaimana pendapatmu akan preferensi berobat ke luar negeri?
7) Adakah kendala ke depan yang dihadapi khususnya dalam erda perdagangan
bebas di Asean.
9