Darah Hewan
-
Upload
dbullier-annisa-muliahati -
Category
Documents
-
view
31 -
download
0
Transcript of Darah Hewan
![Page 1: Darah Hewan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9d85550346d033adfbd8/html5/thumbnails/1.jpg)
TINJAUAN PUSTAKA
Serum Darah Hewan
Apabila darah menggumpal di dalam suatu tabung reaksi, terbentuklah suatu
massa padat yang berwarna merah. Akan tetapi bila di biarkan agak lama, gumpalan
itu akan berkontraksi dan menghasilkan cairan kuning supernatan yang dinamakan
serum. Pada intinya serum adalah plasma dikurangi fibrinogen dan faktor-faktor
penggumpalan darah, serum darah hewan terdiri dari air sebanyak 92% dan zat-zat
lain sebanyak 8% (Frandson, 1981).
Plasma adalah bagian dari darah, merupakan suatu larutan yang luar biasa
mengandung banyak sekali ion, molekul anorganik dan molekul organik yang sedang
diangkut ke berbagai bagian tubuh atau membantu transport zat-zat lain. Plasma
adalah darah di tambah fibrinogen, plasma mengandung gas, glukosa, lemak, subtansi
non protein, nitrogen, enzim, hormon, vitamin, dan pigmen. Protein plasma terdiri
dari 90% air dan 10% zat padat. Bahan padat ini terdiri dari 7% protein yang meliputi
antibodi, phospolipida cholesterol, glukosa, enzim sedangkan bahan anorganik bukan
protein terdiri dari P, Na, Ca, K, Mg, Fe, dan HC03 (Ganong, 2003).
Menurut Dukes (1955), komposisi serum darah hewan sangat kompleks dan
dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu (1) air, (2) oksigen, karbondioksida, dan
nitrogen (3) protein, lesitin, albumin, dan fibrinogen (4) laktosa, piruvat (5) lipida,
lesitin, kolesterol. Selain itu juga mengandung hormon pertumbuhan. Hormon
pertumbuhan yang terkandung dalam serum darah disebabkan karena darah dipompa
![Page 2: Darah Hewan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9d85550346d033adfbd8/html5/thumbnails/2.jpg)
oleh jantung, menyerap sari-sari makanan dari dinding usus halus, beredar ke seluruh
tubuh kemudian masuk ke dalam ginjal dan akhirnya kembali ke jantung lagi. Zat-zat
yang tidak dibutuhkan oleh tubuh hewan akan di saring oleh ginjal, salah satu filtrat
adalah urine. Pada serum juga terdapat bermacam-macam protein dan mineral yang
merupakan sumber unsur hara makro dan mikro untuk tanaman. Kandungan protein
atau mineral di dalam serum darah dari berbagai hewan berlainan baik kualitas
dan kuantitasnya, karena hal ini di pengaruhi oleh macam pakan hewannya. Adapun
kandungan unsur hara yang dimiliki dalam komponen serum darah sapi antara lain
(mg/100gr) yaitu N = 0,0084; P = 0,1000; K = 0,0098; C-Organik = 3,2760; Bahan
Organik = 56,4800; Kadar Air = 93,9590 dan komponen serum darah ayam antara
lain yaitu N = 0,0058; P = 0,2000; K = 0,0145; C-Organik = 5,3040; Bahan Organik
= 9,1400, dan Kadar Air = 89,930% (Dukes dalam Rahayu, 2002).
Karbohidrat tersusun dari C, H, dan O mulai dari bentuk gula sederhana
sampai selulosa. Lemak merupakan gliserida dan asam lemak seperti butirat, stearat,
oleat dan lain-lain. Lignin yang juga ditemukan dalam jaringan tua juga tersusun dari
C, H, dan O dalam bentuk struktur lingkaran. Protein merupakan senyawa paling
kompleks yang tersusun dari C, H, O, N, P, S, Fe dan beberapa unsur lainnya.
Sumber dan komposisi bahan organik yang telah dikemukakan sangat menentukan
kecepatan dekomposisi dan senyawa yang dihasilkannya. Berdasarkan kecepatan
reaksi dekomposisi, bahan organik dapat dikelompokkan menjadi senyawa yang
cepat dan yang lambat sekali didekomposisikan. Hemi selulosa merupakan senyawa
yang berada di antara cepat dan lambat didekomposisikan. Bahan organik yang cepat
didekomposisikan adalah ; gula, zat pati, dan protein sederhana, protein kasar, hemi
![Page 3: Darah Hewan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9d85550346d033adfbd8/html5/thumbnails/3.jpg)
selulosa, dan bahan organik lambat sekali didekomposisikan adalah ; hemi selulosa,
selulosa, lignin, lemak, waks, dan lain-lain (Hakim, dkk, 1986).
Serum darah juga merupakan zat pengatur tumbuh yang dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas tanaman adenium. Karena dalam kandungan serum, salah satu
hara yang terkandung di dalam serum adalah terdapat protein.
Menurut Guyton (1997), bahwa di dalam protein serum darah hewan terdapat 3
kandungan protein utama yaitu albumin, globulin dan fibrinogen. Prinsip dasar
albumin memberikan tekanan osmotik larutan, mencegah tekanan osmotik plasma
berkurang dari pembuluh kapiler. Unsur globulin di dalamnya terdapat enzim plasma
yang berperan terhadap kekebalan dan menghadapi serangan organisme pengganggu
(Guyton,1997).
Evaluasi mineral pakan pada ternak atas dasar kandungan mineral dalam
darah. Darah sebagai jaringan pengangkut terbesar, kadang-kadang digunakan pada
sejumlah eksperimen. Ketentuannya, Ca dan P anorganik ditentukan dalam serum
darah; Mg, Na, dan unsur mikro ditentukan dalam darah keseluruhan maupun
serumnya (Abun, 2007).
Pupuk organik cair yang diperoleh dari urine mengandung hormon auksin
cukup tinggi sehingga baik untuk pupuk sumber zat tumbuh. Serum darah ternak dari
tempat-tempat pemotongan hewan dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi bagi
tanaman (Anonim, 2009).
Walaupun hormon sudah populer, namun masih banyak yang belum
mengetahui apakah sebenarnya hormon itu, bahan atau organ apa yang
menghasilkannya, juga peranan atau pengaruhnya bagi ternak atau tanaman. Sejarah
![Page 4: Darah Hewan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9d85550346d033adfbd8/html5/thumbnails/4.jpg)
penelitian berjalan terus dan terbukalah tabir, bahwa manusia dan hewan memiliki
kelenjar-kelenjar yang fungsinya sama. Akhirnya ditemukan pula, bahwa tumbuhan
pun mempunyai hormon sendiri, dalam perkembangan selanjutnya lalu dikenal
hormon hewani dan hormon nabati (Rismunandar, 1999).
Plasma dan serum menurut Marshall, dan Halnan (1946) bagian darah yang
merupakan cairan yang berwarna kekuningan yang jelas terlihat sewaktu sel-sel darah
mengendap di dasar tabung. Selanjutnya dijelaskan bahwa volume serum darah dan
plasma darah hewan berkisar 35 % - 50 % dari volume darah keseluruhan, tergantung
dari jenis hewannya. Tetapi volume serum darah hewan lebih dari 50 % dari volume
darah keseluruhan. Untuk memperoleh serum darah dan plasma darah dapat
dilakukan dengan cara darah hewan segar dipusingkan dengan kecepatan 3000 kali
per menit, selama 30 menit, kemudian serum darah dan plasma darah dapat
dipisahkan dari endapan darahnya. darah bila disentrifus akan terpisah menjadi dua
fraksi yang berbeda, yaitu elemen-elemen seluler, yang terdiri dari eritrosit, leukosit,
trombosit atau keping darah, plasma dan serum yang mengandung air 91 % - 92 %,
protein 7 %, elektrolit, glukosa, enzim, dan hormon. Plasma dan serum darah hewan
mengandung 92 % air dan 8 protein, lemak, karbohidrat, garam-garam, minyak, dan
bermacam-macam hasil metabolisme (Marshall, dan Halnan, 1946).
Kini hormon didefenisikan sebagai suatu substansi organik fisiologik yang
dibebaskan oleh sel-sel hidup dari suatu daerah terbatas pada organisme yang
berdifusi atau diangkut kesuatu lokasi dalam organisme yang sama dimana ia
menyebabkan penyesuaian yang cenderung untuk mengintegrasikan bagian-bagian
dan fungsi-fungsi komponen-komponen organisme. Mengenai mekanisme kerja
![Page 5: Darah Hewan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9d85550346d033adfbd8/html5/thumbnails/5.jpg)
hormon dalam darah pada hewan atau pun tanaman belum dapat diberikan suatu
penjelasan yang gamblang. Perlu disadari bahwa suatu hormon dapat bekerja melalui
beberapa mekanisme yang berbeda, oleh karena itu tidak ada satu mekanisme yang
dapat menerangkan semua kegiatan suatu hormon. Beberapa mekanisme kegiatan
hormon telah dikemukakan. Ditemukan bahwa sejumlah hormon yang berbeda-beda
bekerja pada pengangkutan aktif melalui dinding sel dalam darah. Hal ini telah
diperlihatkan misalnya untuk insulin dalam hal pengangkutan glukosa kedalam sel
dalam darah dan untuk hormon STH (somatotropik) dalam pengangkutan asam-asam
amino. Hormon ini adalah suatu hormon penting dilihat dari kerja morfogenetiknya
dimana pertumbuhan organisme secara keseluruhan mencerminkan kerja hormon ini
(Toelihere, 1981).
Apabila darah menggumpal di dalam suatu tabung reaksi, terbentuklah suatu
massa padat yang berwarna merah. Akan tetapi bila dibiarkan agak lama, gumpalan
itu akan berkontraksi dan menghasilkan cairan kuning supernatan yang dinamakan
serum. Pada intinya, serum adalah plasma darah dikurangi fibrinogen dan faktor-
faktor penggumpalan darah (Frandson, 1981).
Dalam tubuh hewan dan tanaman terjadi proses yang sama untuk
mempertahankan hidupnya. Proses ini disebut metabolisme, yang mengubah zat
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi atau panas. Hewan dan tanaman
dalam gerak pertumbuhannya bergantung pada faktor ektern dan intern, pada tanaman
yang lebih tampak adalah faktor ekstern yakni sinar matahari, suhu udara, air dan
kelembaban udara. Timbul pertanyaan apakah ada faktor intern yang ikut berperan
dalam kelangsungan pertumbuhan vegetatif tanaman. Pembentukan hormon auksin
![Page 6: Darah Hewan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9d85550346d033adfbd8/html5/thumbnails/6.jpg)
dalam tubuh tanaman khususnya dalam titik tumbuh, merupakan suatu proses
bikimiawi. Dengan kata lain hormon auksin adalah sejenis bahan organik yang dapat
mengatur segala bentuk gejala pertumbuhan tanaman dan dapat aktif di luar titik
tumbuhnya dalam jumlah yang sedikit. Namun sudah lama diketehui, bahwa hormon
auksin merupakan sejenis zat protein berbahan baku asam amino (Rismunandar,1999).
Perkataan hormon, yang berarti penggerak atau perangsang, meliputi
pengertian setiap jenis hormon pada hakikatnya mempunyai daya membangun,
merangsang, menstimulasi bagian-bagian tubuh tertentu, hormon berfungsi pila
sebagai unsur dalam metabolisme zat karbohidrat dan lainnya. Hormon adalah sejenis
bahan organik, dan dapat pula digolongkan dalam jenis-jenis zat protein
(Rismunandar, 1999).
Di dalam darah, serum (bahasa Inggris: blood serum) adalah komponen yang
bukan berupa sel darah, juga bukan faktor koagulasi; serum adalah plasma darah
tanpa fibrinogen, (bahasa Latin: serum) berarti bagian tetap cair. Serum terdiri dari
semua protein (yang tidak digunakan untuk pembekuan darah) termasuk cairan
elektrolit, antibodi, antigen, hormon, dan semua substansi exogenous. Rumusan
umum yaitu: serum = plasma - fibrinogen - protein faktor koagulasi. Studi yang
mempelajari serum disebut serologi. Serum digunakan dalam berbagai uji diagnostik
termasuk untuk menentukan golongan darah. Serum protein (bahasa Inggris: globular
protein, spheroprotein) merupakan salah satu dari tiga jenis protein di dalam tubuh
yang terbentuk dari asam amino berupa larutan koloidal di dalam plasma darah.
Protein (bahasa Yunani: proteios) berarti utama (bahasa Inggris: first rank). Serum
protein tidak mengandung fibrin (bukan merupakan fibrous protein) sehingga dapat
![Page 7: Darah Hewan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9d85550346d033adfbd8/html5/thumbnails/7.jpg)
terlarut. Total serum protein dalam darah sekitar 7,2 - 8 g/dl atau sekitar 7% dari
volume darah keseluruhan dengan berbagai kegunaan: Sirkulasi molekul lipida,
hormon, vitamin dan zat besi; Enzim, komponen komplemen, protease inhibitor dan
kinin precursor; dan regulasi aktivitas, fungsional non seluler dalam sistem kekebalan
(Wales, 2010).
Menurut Suyono, dkk (1994) plasma mengandung beberapa senyawa kimia,
yaitu air, gas, protein, glukosa, lemak, substansi non protein, nitrogen, enzim,
hormon, vitamin, dan pigmen. Protein plasma terdiri dari 90 % air dan 10 % zat
padat. Bahan padat ini terdiri dari 7 % berbagai macam protein dan 0,9 % bahan
organik, selebihnya adalah bahan anorganik bukan protein. Bahan padat organik
terdiri dari 7 % protein yang meliputi antibodi, fosfolipid kolesterol glukosa, enzim
dan hormon, sedangkan bahan anorganik bukan protein terdiri dari Na, Ca, K, Mg, P,
J, Fe, Cu, dan HCO3. Komposisi pada plasma dan serum darah hewan adalah sangat
kompleks. Komposisi plasma dan serum darah hewan menjadi 8 bagian, yaitu : air,
gas (oksigen, karbondioksida, nitrogen), protein (albumin, globulin, fibrinogen),
glukosa, laktosa, piruvat, lipida (lemak, lecitin, kolesterol), substansi nitrogen non
protein, substansi anorganik (natrium, potasium, kalsium, magnesium, besi, Cl, sulfat,
mangan, kobalt, seng, iodin, dan lain-lain), enzim, hormon, vitamin-vitamin, pigmen,
dan lain-lain (Suyono, dkk, 1994).
Salah satu hormon yang terkandung dalam serum darah hewan adalah
merupakan hormon pertumbuhan. Darah dipompa oleh jantung, menyerap sari-sari
makan dari dinding usus halus, beredar keseluruh tubuh, kemudian masuk ke dalam
ginjal dan akhirnya kembali lagi ke jantung. Zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh
![Page 8: Darah Hewan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9d85550346d033adfbd8/html5/thumbnails/8.jpg)
hewan akan disaring oleh ginjal. Salah satu filtrat oleh ginjal adalah urin. Urin
ternyata merupakan suatu substansi yang mengandung auksin yang merupakan
hormon pertumbuhan pada tanaman. Menurut Supriyadi, dan Gatot ( 1985 ) urin
mengandung senyawa-senyawa auksin, sitokinin, dan gibberellin, yang merupakan
filtrat dari darah oleh ginjal. Urin hewan, terutama sehabis makan makanan yang
berasal dari tumbuhan, mengandung zat pengatur tumbuh. Karena urin mengandung
hormon pertumbuhan, sedangkan urin itu sendiri merupakan filtrat dari darah oleh
ginjal, maka dapat disimpulkan bahwa dalam serum darah hewan juga mengandung
hormon pertumbuhan (Supriyadi, dan Gatot, 1985).
Zat-zat selain air yang menyusun komponen 8% dari plasma dalam serum
darah dapat dibagi berdasarkan berat molekulnya. Yang berat molekulnya melebihi
50.000 gram/molekul adalah protein, yang merupakan 7/8 dari fraksi plasma (7
gram/100 ml). yang berat molekulnya kurang dari 50.000 meliputi glukosa, lipid,
asam amino, hormon, NaCl dan elektrolit lainnya, garam-garam mineral anorganik,
produk buangan metabolik, seperti urea, asam urat dan kretinin. Ini semua sebanyak
1/8 bagian plasma (Frandson, 1981).
Plasma darah merupakan cair darahan yang didapat dengan membuat darah
tidak beku dan sel darah tersentrifugasi yang terdiri dari 90% air, 7-8% protein, dan
di dalam plasma terkandung pula beberapa komponen lain seperti garam-garam,
karbohidrat, lipid, dan asam amino. Karena dinding kapiler permiabel bagi air dan
elektrolit maka plasma darah selalu ada dalam pertukaran zat dengan cairan
interstisial dan dalam waktu 1 menit sekitar 70% cairan plasma bertukaran dengan
cairan interstisial. Serum darah adalah cairan bening yang memisah setelah darah
![Page 9: Darah Hewan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9d85550346d033adfbd8/html5/thumbnails/9.jpg)
dibekukan, protein dalam plasma memiliki konsentrasi sekitar 1 mmol/L dengan
bantuan elektroforesis dapat dipisahkan menjadi fraksi albumin serta fraksi globulin.
Sekitar 56% protein plasma merupakan fraksi albumin, 4% adalah 1-globulin, 2-
globulin sebanyak 10%, globulin 12%, dan 18% dari jumlah protein plasma
merupakan globulin yang diperlukan untuk berbagai fungsi biologik dan mempunyai
fungsi transpor khusus untuk kelompok 1- globulin yaitu transkobalamin yang
mengangkut vitamin B12 dan transkortin yang mengangkut kortisol dan bertanggung
jawab untuk transpor besi bervalensi tiga dalam plasma. Sementara itu, globulin
merupakan glikoprotein yang pada pemisahan elektroforesis bergerak paling lambat
karena peran sertanya pada reaksi imun, maka globulin disebut juga imunoglobin
(IgG). Protein plasma juga mempunyai peran yang penting dalam pengaturan
distribusi air antara plasma dan ruang interstisial, karena sebagai protein ia tidak
dapat melewati dinding kapiler. Dengan demikian, tekanan osmotik koloidnya akan
menahan air dalam sirkulasi darah dan peran yang terbesar dilakukan albumin (± 80%)
juga mempunyai arti yang besar untuk ikatan protein (Anonim, 2010).
Darah hewan setelah dipisahkan dengan sentriuge terdapat bagian atas
merupakan serum berwarna kekunung-kuningan (30-50%), dan bagian bawah
merupakan sel darah merah. Komponen serum darah terdiri atas protein, fibrinogen,
albumin, alfa-globulin, beta-globulin, gamma-globulin, lemak, gula, asam amino,
urea, dan garam (Rahayu, 2002).
Protein plasma dalam serum darah hewan terdiri dari dua jenis utama,
albumin dan globulin. Jenis-jenis tersebut adalah alfa-1, alfa-2, beta-2, dan gamma.
Alfa- dan beta-globulin disintesis dalam hati. Gamma-globulin disintesis oleh sel
![Page 10: Darah Hewan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9d85550346d033adfbd8/html5/thumbnails/10.jpg)
plasma dan limfosit pada saat sel-sel ini dirangsang oleh antigen. Fibrinogen adalah
suatu beta-1 globulin yang disintesis di dalam hati. Albumin adalah protein yang
melimpah di dalam plasma, yang merupakan protein utama yang dihasilkan oleh hati.
Fungsi protein plasma dalam serum darah hewan yaitu pertama sebagai fungsi
angkutan yakni banyaknya zat-zat plasma yang tidak larut di dalam air, tetapi apabila
terikat dalam protein plasma menjadi terlarut dan karenanya mudah diangkut di
dalam plasma, fungsi kedua imunitas yakni fraksi gamma globulin dari protein
plasma terkait dengan imunitas dan resistensi terhadap penyakit. Ketiga fungsi
sebagai bufer, protein plasma membantu mencegah terjadinya perubahan-perubahan
besar dalam pH (derajat keasaman atau kebasaan) darah, dan yang terakhir yaitu
fungsi mempertahankan tekanan osmotik, hal ini terjadi karena tekanan osmotik
tergantung pada jumlah partikel-partikel yang aktif secara osmotis di dalam larutan,
dan bukannya massa dari partikel dan jumlah protein dengan berat molekul rendah
sangat banyak dibandingkan dengan jumlah protein dengan berat molekul yang tinggi
(Frandson, 1981).
Hormon dan enzim efektif dalam darah jumlahnya kecil dan tidak ikut
dikonsumsi oleh banyak proses-proses metabolik hewan yang dipengaruhi atau
diinisiasinya. Tetapi kemiripannya hanya sampai disitu. Enzim-enzim hampir selalu
merupakan protein, sedangkan hormon bisa merupakan protein, peptida yang lebih
pendek, asam-asam amino tunggal dan turunannya. Enzim bisa disintesis dalam
sebuah sel untuk berfungsi disana atau mungkin disekresikan kebagian eksterior
melalui proses-proses transport aktif dan bahkan seluruh bagian tubuh hewan, dimana
hormon tersebut mungkin memberikan efek-efeknya pada sejumlah jaringan target
![Page 11: Darah Hewan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9d85550346d033adfbd8/html5/thumbnails/11.jpg)
yang berbeda. Enzim umumnya sangat spesifik, mengkatalis suatu reaksi tunggal atau
jenis reaksi tunggal. Hormon memiliki jaringan-jaringan yang berbeda dalam
organisme yang sama. Hal itu biasanya tidak terjadi pada enzim. Hormon memainkan
peranan kunci dalam mempertahankan kadarnya sendirin melalui umpan balik negatif
yang melibatkan hormon-hormon tropik dan faktor-faktor pelepas dari hipotalamus,
hal ini tidak terjadi pada enzim (Fried, dan Hademenos, 2009).
Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit
Tanaman cabai rawit mempunyai daya adaptasi luas terhadap lingkungan
tumbuh di daerah subtropis dan tropis. Di Indonesia, tanaman cabai rawit dapat
dibudidayakan di dataran rendah (0-200 m dpl) sampai dataran tinggi (> 700 m dpl).
Tanaman cabai rawit dapat tumbuh optimal pada daerah yang mempunyai kisaran
suhu udara antara 180 C-270 C. Tanaman cabai rawit tidak menghendaki kelembapan
dan curah hujan yang tinggi serta iklim yang basah, karena pada keadaan tersebut
tanaman akan mudah terserang penyakit. Kelembapan udara yang baik bagi
pertumbuhan tanaman cabai rawit adalah berkisar antara 50%-80% dengan curah
hujan 600 mm- 1.250 mm (Rukmana, 2002).
Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman. Oleh karena ini, tanah harus subur
dan kaya akan bahan organik. Derajat keasaman tanahnya (pH tanah) antara 6,0-7,0,
tetapi akan lebih baik kalau pH tanahnya 6,5. Tanah harus bertekstur remah atau
gembur. Walaupun demikian cabai masih dapat di tanam di tanah lempung (berat),
tanah agak liat, tanah merah, maupun tanah hitam. Tanah yang demikian harus diolah
terlebih dulu sebelum ditanami (Setiadi, 2004).
![Page 12: Darah Hewan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9d85550346d033adfbd8/html5/thumbnails/12.jpg)
Karakteristik Ultisol
Dari semua jenis tanah yang ada di Indonesia, tanah podsolik merah kuning
atau Ultisol merupakan yang terluas penyebarannya, kira-kira 30% dari luas daratan
Indonesia. Luas penyebaran jenis tanah ini (dari luas masing-masing pulau),
Sumatera (43,5%), Kalimantan (29,9%), Sulawesi (10,3%), dan Irian Jaya (23,0%)
(Hakim, dkk, 1986).
Tingkat pelapukan dan pembentukan Ultisol berjalan lebih cepat pada daerah-
daerah yang beriklim humid dengan suhu tinggi dan curah hujan tinggi (seperti
halnya Indonesia). Ini berarti Ultisol merupakan tanah yang telah mengalami
pencucian sangat intensif. Hal ini menyebabkan tanah Ultisol mempunyai kejenuhan
basa-basa rendah (kurang dari 355 pada standar pH 8,2) dan kadar mineral lapuknya
sangat rendah. Karena itu Ultisol ini miskin secara kimia dan secara fisik dengan
adanya horison B argilik membatasi pertumbuhan dan penetrasi akar tanaman. Selain
itu Ultisol juga mempunyai kendala kemasaman tanah, kejenuhan Al tinggi, kapasitas
tukar kation rendah (kurang dari 24 me. Per 100 gram tanah), kandungan nitrogen
rendah, kandungan fosfor dan kalium rendah serta sangat peka terhadap erosi
(Munir, 1995).
Proses pembentukan tanah di Indonesia yang beriklim humid berjalan lebih
cepat daripada di daerah iklim lain karena gerakan air ke bawah yang terus menerus,
suhu tinggi dan banyaknya organisme atau biomassa di dalam tanah. Pencucian yang
intensif terhadap basa-basa merupakan prasyarat terbentuknya Ultisol. Pencucian
![Page 13: Darah Hewan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9d85550346d033adfbd8/html5/thumbnails/13.jpg)
berjalan sangat lanjut sehingga tanah bereaksi masam dan kejenuhan basa rendah
sampai lapisan bawah tanah (Hardjowigeno, 1985).
Tanah Ultisol memiliki ciri reaksi tanah sangat masam (pH 4,1-4,8).
Kandungan bahan organik lapisan atas yang tipis (8-12 cm) umumnya rendah sampai
sedang. Rasio C/N tergolong rendah (5-10). Kandungan P-potensial yang rendah dan
K-potensial yang bervariasi sangat rendah sampai rendah, baik lapisan atas maupun
lapisan bawah. Jumlah basa-basa tukar yang rendah, kandungan K-dd hanya berkisar
0-0,1 me/100g tanah di semua lapisan termasuk rendah, dapat disimpulkan potensi
kesuburan alami tanah Ultisol sangat rendah sampai rendah (Subagyo, dkk, 2000).
Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa
berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses
dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi. Pada tanah Ultisol yang
mempunyai horizon kandik, kesuburan alaminya hanya bergantung pada bahan
organik di lapisan atas. Dominasi kaolinit pada tanah ini tidak memberi kontribusi
pada kapasitas tukar kation tanah, sehingga kapasitas tukar kation hanya bergantung
pada kandungan bahan organik dan fraksi liat. Oleh karena itu, peningkatan
produktivitas tanah Ultisol dapat dilakukan melalui perbaikan tanah (ameliorasi),
pemupukan, dan pemberian bahan organik (Prasetyo, dan Suriadikarta, 2006).
Tekstur tanah Ultisol bervariasi, berkisar dari pasiran (sandy) sampai dengan
lempungan (clayey). Fraksi lempung tanah ini umumnya didominasi oleh mineral
silikat tipe 1:1 serta oksida dan hidroksida Fe dan Al, sehingga fraksi lempung
tergolong beraktivitas rendah dan daya memegang lengas juga rendah. Karena
umumnya memiliki kandungan bahan organik rendah dan fraksi lempungnya
![Page 14: Darah Hewan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9d85550346d033adfbd8/html5/thumbnails/14.jpg)
beraktivitas rendah maka kapasitas tukar kation tanah (KTK) tanah Podsolik juga
rendah, sehingga relatif kurang kuat memegang hara tanaman dan karenanya unsur
hara mudah tercuci. Tanah Podsolik atau Ultisol termasuk tanah bermuatan
terubahkan (variable charge), sehingga nilai KTK dapat berubah bergantung nilai pH-
nya, peningkatan pH akan diikuti oleh peningkatan KTK, lebih mampu mengikat hara
K dan tidak mudah tercuci (Madjid, 2009).