DAMPAK PROGRAM P2WKSS TERHADAP KESEJAHTERAAN …
Transcript of DAMPAK PROGRAM P2WKSS TERHADAP KESEJAHTERAAN …
DAMPAK PROGRAM P2WKSS TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA
MISKIN DI KELURAHAN KEPARAKAN, KECAMATAN MERGANGSAN,
KOTA YOGYAKARTA
The Impact of The P2WKSS Program on The Welfare of The Poor Families in
Keparakan Village, Mergangsan Sub-District, Yogyakarta City
Oleh: Heskiela Adhi Wibowo dan Fransisca Winarni, M.Si, Universitas Negeri Yogyakarta,
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kesejahteraan meliputi pemerataan dan peningkatan pendapatan,
peningkatan kualitas pendidikan, dan peningkatan kualitas kesehatan pada keluarga miskin di Kelurahan
Keparakan. Penelitian ini untuk menilai dampak yang ditimbulkan dari Program Peningkatan Peranan Wanita
Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS) di Kelurahan Keparakan, Kecamatan Mergangsan, Kota
Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan penelitian evaluasi melalui pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dampak yang ditimbulkan dari Program P2WKSS di Kelurahan
Keparakan tidak meningkatkan kesejahteraan, khusunya pada indikator peningkatan pendapatan dan indikator
pendidikan. Pertama, dalam indikator peningkatan pendapatan terdapat perubahan status dari yang sebelumnya
serabutan menjadi berwirausaha. Namun pendapatan yang diperoleh masih rendah, terbukti dengan penghasilan
yang diperoleh dibawah UMR Kota Yogyakarta. Kedua, peningkatan kualitas pendidikan terlihat pada dimilikinya
kemampuan untuk mengaplikasikan pelatihan-pelatihan dan penyuluhan-penyuluhan. Sehingga peserta program
memiliki keterampilan untuk berwirausaha. Namun, peningkatan keterampilan tersebut tidak diikuti dengan
meningkatnya kesadaran akan pentingnya pendidikan formal. Mayoritas peserta tetap berpendidikan SMP atau
tidak mengalami perubahan dari sebelum adanya program. Untuk indikator kesehatan, kesejahteraan sudah
tercapai. Kesejahteraan tercipta karena peserta telah mendapat fasilitas kesehatan yang baik dan peserta sendiri
telah mampu untuk mengakses fasilitas tersebut. Selain itu,telah timbul peningkatan kesadaran untuk hidup sehat
dengan kegiatan rutin berupa jumat bersih di Kelurahan Keparakan dengan kelompok Program P2WKSS sebagai
penggeraknya.
Kata Kunci: Dampak Program, Kesejahteraan, dan P2WKSS.
Abstract
This research aimed to determine the condition of the welfare of equited and increased in revenue, improvement in
quality of education, and improvement in quality of health care of the poor families in Keparakan Village. This
research also to assess the impact of the Improvement of Women role towards Healthy and Prosperous Families
Program (P2WKSS) in Keparakan Village, Mergangsan Sub-District, Yogyakarta City. This research used
evaluation research through qualitative approach with descriptive method. This research showed that the impact of
The P2WKSS Program in Keparakan Village did not increase the welfare, particularly to increase of revenue and
education indicators. The First, the increased of revenue indicator, there was a change of status from working odd
jobs to being an entrepreneur. However, the income earned was still low, that was proven by the income earned
under the Regional Minimum Wage (UMR) of the Yogyakarta City. The second, the increased education indicator,
the improvement of quality of education could be seen from the abilities to apply trainings and counseling. So, the
program participants had the skills for entrepreneurship. However, the improvement of this skills was not followed
by an increase in awareness of the importance of formal education. The majority of the participants still of
education as Junior High School or did not change the existence of the program. As for the health care indicator,
the welfare has been reached. The welfare created for participants because they have received good health
facilities and the participants have been able to access the facility. Moreover, there has been an increased
awareness for healthy life with routine activities “Jumat Bersih” in Keparakan Village with P2WKSS Program
group as the proponent.
Keywords: The impact of program, Welfare, and P2WKSS.
263
Dampak Program P2WKSS (Heskiela Adhi Wibowo dan Fransisca Winarni, M.Si)
PENDAHULUAN
Kesejahteraan dipandang sebagai kondisi
tercukupinya kebutuhan dasar hidup, seperti
makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Bahkan
menurut Edi Suharto (2009:3) Kesejahteraan
Sosial diartikan sebagai kondisi sejahtera, yaitu
sebagai keadaan terpenuhinya segala bentuk
kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat
mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan,
pendidikan dan perawatan kesehatan.
Sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, yang menjadi dasar
bagi pembentukan negara Indonesia, disebutkan
bahwa salah satu tugas Pemerintah Negara
Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan
umum. Serta Undang-Undang Nomor 11 tahun
2009 tentang Kesejahteraan Sosial, dijelaskan
bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas dan
kelangsungan hidup warga negara.
Dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, saat ini pemerintah memiliki
berbagai program yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan. Salah satu Program
yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah yaitu
Program Peningkatan Peranan Wanita Menuju
Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS). Program
P2WKSS merupakan salah satu program
peningkatan peranan wanita dalam pembangunan,
yang berupaya untuk mengembangkan sumber
daya manusia dan sumber daya alam dan
lingkungan untuk mewujudkan dan
mengembangkan keluarga sehat, sejahtera dan
bahagia dalam rangka pembangunan masyarakat
desa/kelurahan, dengan perempuan sebagai
penggeraknya, yang berada di bawah naungan
Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Republik Indonesia
sesuai dengan Keputusan Menteri Pemberdayaan
Perempuan Republik Indonesia No.41 Tahun
2007 tentang Pedoman Umum Revitalisasi
Program Terpadu P2WKSS sedangkan pedoman
pelaksanaan di tingkat daerah termuat dalam
PERMENDAGRI No. 26 tahun 2009 tentang
pedoman pelaksanaan P2WKSS di daerah.
Sasaran dari program P2WKSS adalah keluarga
miskin di desa/kelurahan dengan perempuan
sebagai penggerak utama. Oleh sebab itulah,
diharapkan Program P2WKSS dapat menambah
jumlah angkatan kerja wanita di Indonesia.
Salah satu wilayah yang telah melaksanakan
program P2WKSS adalah Kelurahan Keparakan,
Kecamatan Mergangsan, Kota Yogakarta.
Menurut data Disdukcapil Kota Yogyakarta, pada
tahun 2011 sebelum adanya Program P2WKSS,
terdapat 1628 perempuan yang hanya berprofesi
sebagai ibu rumah tangga, 796 perempuan yang
belum/tidak bekerja, dan 116 perempuan hanya
berprofesi sebagai buruh harian lepas tanpa
penghasilan yang tetap di setiap bulannya.
Kondisi lain di Kelurahan Keparakan terkait
dengan kesejahteraan kaum perempuan dapat
dilihat dari tingkat pendidikannya. Tingkat
pendidikan kaum perempuan di Kelurahan
Keparakan dapat dibilang rendah, hanya 20,1%
atau 1098 penduduk perempuan yang mampu
melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi dari
total 5441 penduduk perempuan yang ada di
kelurahan Keparakan.
264
Dampak Program P2WKSS (Heskiela Adhi Wibowo dan Fransisca Winarni, M.Si)
Dalam PERMENDAGRI No. 26 tahun 2009
tentang pedoman pelaksanaan P2WKSS di
daerah, tertulis bahwa pelaksanaan Program
P2WKSS di tingkat daerah dilaksanakan dengan
memberdayakan masyarakat. Subejo dan
Supriyanto (2004) dalam Totok Mardikanto dan
Poerwoko Soebito (2015:43) menjelaskan bahwa
pemberdayaan masyarakat sebagai upaya yang
disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal
dalam merencanakan, merumuskan dan
mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki
melalui colective action dan networking sehingga
pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan
kemandirian secara ekonomi, ekologi dan sosial.
Dalam pelaksanaannya di Kelurahan
Keparakan telah banyak kegiatan pemberdayaan
yang dijalankan baik itu kegiatan fisik maupun
non fisik. Kegiatan fisik seperti pemanfaatan
pekarangan rumah untuk menanam sayur dan
TOGA. Kegiatan non fisik dalam bentuk
penyuluhan, sosialisasi dan pelatihan, seperti
pelatihan rajut, pelatihan membuat aneka
masakan, serta berbagai penyuluhan tentang
kesehatan. Namun masih terdapat kegiatan-
kegiatan pemberdayaan yang tidak sesuai dengan
kondisi lingkungan di Kelurahan Keparakan,
seperti yang diungkapkan oleh Ketua Program
P2WKSS di Kelurahan Keparakan, dalam
kegiatan penyuluhan pemanfaatan tanah
pekarangan yang ada di Kelurahan Keparakan,
telah disediakan sebanyak 2500 bibit terong,
cabe, dan sawi oleh Kantor Pemberdayaan
Masyarakat dan Perempuan (KPMP) Kota
Yogyakarta. Tetapi banyak warga yang tidak
memiliki lahan untuk menanam sayur. Walaupun
telah dilakukan inovasi media penanaman dengan
mengunakan pot namun sayuran yang diharapkan
bisa tumbuh dan dapat digunakan sebagai
penghasilan tambahan menjadi gagal panen.
Pada tahun 2015, Pelaksanaan Program
P2WKSS Kelurahan Keparakan mendapat
predikat terbaik dari lima desa dan kelurahan
yang dievaluasi oleh Pemerintah Daerah DIY,
namun belum terlihat hasil positif dari adanya
pelaksanaan Program P2WKSS dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di
Kelurahan Keparakan. Seperti yang terlihat dari
jumlah masyarakat miskin yang ada saat ini di
Kelurahan Keparakan, jumlah KK keluarga
miskin yang ada justru bertambah bila
dibandingkan sebelum adanya Program
P2WKSS. Berdasarkan penuturan Kepala Dinas
Sosial Kota Yogyakarta, Hadi Muhtar, pada
Tahun 2017 Kelurahan Keparakan menjadi
Kelurahan penerima KMS terbanyak di Kota
Yogyakarta dengan jumlah 839 KK keluarga
miskin
http://www.harianjogja.com/baca/2017/01/19/pen
didikan-jogja-jumlah-penerima-kms-2017-kota-
jogja-turun-akankah-ada-komplain-785793/
Diakses pada 23 Januari 2017 pukul 15.34 WIB).
Untuk mengukur dampak suatu program
pemberdayaan diperlukan kegiatan evaluasi.
Desain penelitian evaluasi single program before-
after, yaitu menunjukkan bahwa evaluasi
dilakukan dengan membandingkan kondisi
sebelum dan sesudah dari kelompok sasaran
tanpa menggunakan kelompok pembanding.
(Dwiyanto Indiahono, 2009:146). Metode single
265
Dampak Program P2WKSS (Heskiela Adhi Wibowo dan Fransisca Winarni, M.Si)
program before-after akan dilakukan dengan cara
membandingkan kondisi sebelum dan sesudah
dari kelompok sasaran tanpa menggunakan
kelompok pembanding, sehingga dapat
membantu peneliti untuk mengetahui bagaimana
dampak Program P2WKSS terhadap
kesejahteraan keluarga miskin di Kelurahan
Keparakan.
Dalam menilai kesejahteran, penelitian ini
menggunakan 3 indikator kesejahteraan menurut
Undang-Undang nomor 11 tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial yang mejelaskan bahwa ada
beberapa kriteria dalam menilai kesejahteraan
diantaranya adalah dilihat dari pemerataan
pendapatan masyarakat, tingkat pendidikan
masyarakat, serta keterjangkauan sarana dan
prasarana kesehatan. Indikator diatas dipilih
sebagai ukuran dalam menilai kesejahteraan
keluarga miskin di dalam penelitian ini karena
merupakan kriteria minimal tercapainya
kesejahteraan. Indikator ini juga sesuai dengan
tujuan khusus yang ingin dicapai dalam
pelaksanaan Program P2WKSS seperti yang
tertuang dalam Keputusan Menteri Pemberdayaan
Perempuan Republik Indonesia No. 41 Tahun
2007 tentang Pedoman Umum Revitalisasi
Program Terpadu P2WKSS.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi
dengan model evaluasi yang digunakan adalah
model single program before-after. Metode
single program before-after dilakukan dengan
cara membandingkan kondisi sebelum dan
sesudah dari kelompok sasaran tanpa
menggunakan kelompok pembanding, sehingga
dapat membantu peneliti untuk mengetahui
bagaimana dampak dampak Program P2WKSS
terhadap kesejahteraan keluarga miskin di
Kelurahan Keparakan.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan
Keparakan, Kecamatan Mergangasan, Kota
Yogyakarta. Waktu kegiatan penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2017
sampai dengan 28 Mei 2017.
Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah Ketua Seksi
Perlindungan Kelompok Rentan Dinas PMPA
Kota Yogyakarta, Kepala Seksi Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan Keparakan, Ketua program
P2WKSS di Kelurahan Keparakan, Sekretaris
program P2WKSS di Kelurahan Keparakan dan 3
Peserta program P2WKSS di Kelurahan
Keparakan.
Sumber Data dan Instrumen Penelitian
Adapun sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi sumber data primer dan
sumber data sekunder. Data Primer merupakan
data yang diperoleh langsung dari lapangan.
Sedangkan sumber sekunder yakni data berupa
sumber tertulis yang merupakan kategori sumber
data kedua sebagai bahan tambahan penguat data.
Sumber data diperoleh dari berbagai buku, jurnal,
tesis, skripsi, sumber internet dan laporan
kegiatan yang terkait dengan penelitian ini.
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti
itu sendiri dibantu dengan pedoman wawancara,
266
Dampak Program P2WKSS (Heskiela Adhi Wibowo dan Fransisca Winarni, M.Si)
pedoman observasi serta dokumentasi yang di
diperoleh dari data sekunder.
Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara. Dalam penelitian ini,
wawancara dilakukan secara langsung
dengan cara mendatangi subjek penelitian
dan menanyakan pertanyaan yang terkait
dengan permasalahan dalam penelitian ini.
2. Observasi. Observasi dilakukan dengan cara
mengamati kegiatan yang terkait dengan
Program P2WKSS di Kelurahan Keparakan.
Dengan teknik observasi ini juga akan
menunjukkan fakta yang dapat diamati
langsung oleh peneliti dalam pelaksanaan
program P2WKSS di Kelurahan Keparakan.
3. Dokumentasi, yaitu merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Teknik ini
digunakan untuk menggali data tentang
program P2WKSS di Kelurahan Keparakan.
Peneliti mencari dan mendokumentasikan
data-data yang diperoleh selama proses
penelitian. Selain melalui pengumpulan
dokumen, peneliti juga mengumpulkan data
sendiri dengan dokumentasi melalui foto-foto
yang diambil selama proses observasi
pelaksanaan Program P2WKSS di Kelurahan
Keparakan.
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data dan
Teknik Analilis Data
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi
sumber untuk memeriksa keabsahan data. Peneliti
membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informan yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda. Sedangkan
teknik analisis data yang digunakan adalah teknik
analisis model interaktif Milles dan Huberman
(Sugiyono, 2011:246). Teknik ini meliputi
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Permasalahan kesejahteraan merupakan
prioritas program pemerintah pusat maupun
daerah untuk menanggulangi keberadaannya.
Mohammad Hatta dalam Sri Edi Swasono (2005)
menyatakan bahwa kesejahteraan sosial di
Indonesia berdasarkan pada paham “demokrasi
ekonomi” yang bertumpu pada kemakmuran
masyarakat bukan kemakmuran bagi seseorang.
Dimana dalam konteks demokrasi ekonomi,
kesejahteraan sosial berdasar pada „hak sosial
rakyat‟, yaitu tiap-tiap warga negara berhak akan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Dari titik tolak ini, jelas bahwa
penghidupan yang layak adalah hasil dari
pemberdayaan rakyat agar mampu bekerja dan
memperoleh pekerjaan.
Salah satu Program yang telah dibuat dan
dijalankan oleh Pemerintah adalah Program
P2WKSS. P2WKSS adalah program peningkatan
peran perempuan yang mempergunakan pola
pendekatan lintas bidang pembangunan, secara
terkoordinasi, dengan upaya yang diarahkan
untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga guna
mencapai tingkat hidup yang berkualitas.
Dalam pelaksanaannya di Kelurahan
Keparakan, Program P2WKSS memiliki sasaran
berupa perempuan yang kurang mampu tetapi
memiliki kemauan untuk membuat suatu usaha,
267
Dampak Program P2WKSS (Heskiela Adhi Wibowo dan Fransisca Winarni, M.Si)
selain itu juga bagi perempuan yang telah
memiliki usaha tetapi ingin mengembangkan
usahanya juga dapat bergabung sebagai anggota
Program P2WKSS. Sampai saat ini total terdapat
33 peserta program dengan tidak ada satupun
peserta yang mengundurkan diri.
Terdapat 3 tahapan kegiatan untuk
memudahkan pelaksanaannya, yaitu Kelompok
Kegiatan Dasar (KKD), Kelompok Kegiatan
Lanjutan (KKL), dan Kelompok Kegiatan
Pendukung (KKP). Dalam tahap KKD meliputi:
Tabel 1. Data Kegiatan KKD Program P2WKSS
di Keurahan Keparakan
Sumber: Diolah dari Buku Kegiatan P2WKSS
di Kelurahan Keparakan
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa KKD
meliputi perencanaan kelompok Program
P2WKSS, berbagai penyuluhan, sosialisasi, dan
pelatihan. Sedangkan dalam tahap KKL selain
untuk melanjutkan sebagian kegiatan yang sudah
dilaksanakan pada Program KKD, juga meliputi:
Tabel 2. Data Kegiatan KKL Program P2WKSS
di Kelurahan Keparakan No. Program Kerja Jenis kegiatan
1 Peningkatan pendapatan
keluarga
Pelatihan pembuatan kue kering dan pelatihan
membatik.
2 Pemantapan pelayanan kesehatan
Penyuluhan PHBS dan Sosialisasi tentang imunisasi.
3 Peningkatan
pengetahuan dan keterampilan
Pelatihan pranguktiloyo,
Sosialisasi pemanfaatan sampah mandiri, dan Pelatihan pembuatan
komposter.
4 Perluasan kesempatan kerja dan
berusaha
Penyuluhan di bidang perkoperasian, Penyuluhan tentang manajamen usaha
kecil, dan Pemberian SIUP.
5 Peningkatan pengetahuan
dan keterampilan
dalam lingkup pembinaan anak dan keluarga
Sosialisasi mobil lembaga kesejahteraan keluarga,
Penyuluhan tentang UU Perkawinan, Sosialiasi
KDRT, Sosialisasi gerakan sayang ibu.
Sumber: Diolah dari Buku Kegiatan P2WKSS
di Kelurahan Keparakan
Berdasarkan pada tabel diatas, terlihat bahwa
KKL meliputi berbagai program peningkatan,
pemantapan dan perluasan dari kegiatan KKD.
Sedangkan dalam tahap KKP, dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 3. Data Kegiatan KKP Program P2WKSS di Kelurahan Keparakan
No. Program Kerja Jenis kegiatan
1 Pemantauan dan Evaluasi
Evaluasi setelah pelaksanaan di setiap kegiatan
Evaluasi secara periodik
setiap 1 tahun sekali
Evaluasi setiap 3 tahun sekali
2 Kegiatan yang
berkelanjutan
Sosialisasi pencegahan
HIV/AIDS dan Jamkesda
Pembinaan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
Tindak lanjut seluruh
aktivitas kelompok
Pembentukan kelompok sadar gender
Pembentukan kampung sayur
Kegiatan Jumat Bersih
Sumber: Diolah dari Buku Kegiatan P2WKSS
di Kelurahan Keparakan
No. Program
Kerja
Jenis kegiatan
1 Penyusunan
rencana
kerja
Penyusunan rencana kerja
dan pembinaan administrasi
P2WKSS
2 Sosialisasi
dan
Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan,
reproduksi wanita, KB,
NKKBS, dan penyakit
menular dan DBD
Penyuluhan pemanfaatan
tanah pekarangan untuk
menanam TOGA
Sosialisasi penghematan air
bersih
Sosialisasi gizi seimbang
untuk ibu hamil
3 Pelatihan Pelatihan memasak aneka
makanan krispy
Pelatihan pengelolaan
keuangan
Pelatihan membuat olahan
ikan
Pelatihan membuat bros
268
Dampak Program P2WKSS (Heskiela Adhi Wibowo dan Fransisca Winarni, M.Si)
Berdasarkan tabel diatas, kegiatan yang
dilaksanakan bertujuan menciptakan kondisi
lingkungan sosial budaya serta meningkatkan
motivasi membangun dari masyarakat dan
meningkatkan peran perempuan dalam
pembangunan bangsa secara keseluruhan. Dalam
pelaksanaannya KKP berisi kegiatan pemantauan
dan evaluasi, dan kegiatan yang berkelanjutan,
dan tindak lanjut seluruh aktivitas kelompok.
Pada penelitian ini, kriteria dalam menilai
kesejahteraan dapat dilihat melalui indikator
kesejahteraan menurut Undang-Undang nomor 11
tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, yaitu
dilihat dari pemerataan dan peningkatan
pendapatan, kualitas pendidikan, dan kualitas
kesehatan.
Pemerataan dan Peningkatan Pendapatan
Tabel 4. Daftar peserta tahun 2013 dan pendapatan
rata-rata perbulan sebelum dan sesudah mengikuti program P2WKSS
No Nama Peserta Pendapatan rata-rata/bulan
Sebelum Sesudah
1 Nanik Jangkung Rp400.000 Rp600.000
2 Sri Wahyuni Rp200.000 Rp500.000
3 Andriani Rp700.000 Rp1.250.000
4 Nugraheni Fitri Rp500.000 Rp700.000
5 Samsunik Rp400.000 Rp700.000
6 Lastini S Rp500.000 Rp800.000
8 Dwi Nur W Rp600.000 Rp850.000
7 Rita Sudaryanto Rp500.000 Rp800.000
9 Herning Rp400.000 Rp600.000
10 Praptono Rp600.000 Rp600.000
11 Sri Asih Rp300.000 Rp600.000
12 Endang S Rp300.000 Rp600.000
13 Endang W Rp200.000 Rp700.000
14 Sri Widoningsih Rp400.000 Rp600.000
15 Wiwik Heru Rp300.000 Rp700.000
16 Hadori Rp400.000 Rp650.000
17 Gunarti Rp300.000 Rp450.000
18 Sri Mulyani Rp300.000 Rp400.000
19 Suparjo Rp600.000 Rp700.000
20 Sudarno Rp400.000 Rp600.000
Sumber: Diolah dari Buku catatan perkiraan ekonomi
warga peserta Program P2WKSS
di Kelurahan Keparakan
Tabel diatas merupakan data pendapatan bagi
peserta yang bergabung sejak awal program, baik
sebelum dan setelah adanya program P2WKSS,
mayoritas memiliki peningkatan pendapatan
sebesar 38%. Sedangkan untuk data pendapatan
bagi peserta yang mengikuti program sejak tahun
2014, dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 5. Daftar peserta tahun 2014 dan pendapatan rata-
rata perbulan sebelum dan sesudah mengikuti program P2WKSS
No Nama Peserta
Pendapatan rata-rata/bulan
Sebelum Sesudah
1 Mus Hari Rp300.000 Rp400.000
2 Ning K Rp400.000 Rp600.000
3 Tatik Tulo Rp400.000 Rp400.000
4 Tutik R.M Rp400.000 Rp400.000
5 Asih Rp300.000 Rp400.000
6 Siti Rp200.000 Rp600.000
Sumber: Diolah dari Buku catatan perkiraan ekonomi warga peserta Program P2WKSS
di Kelurahan Keparakan
Tabel diatas merupakan data pendapatan bagi
peserta yang bergabung pada tahun 2014. Setelah
adanya program, mereka mengalami peningkatan
pendapatan sebesar 28%. Sedangkan untuk data
pendapatan bagi peserta yang mengikuti program
sejak tahun 2015, dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 6. Daftar peserta tahun 2015 dan pendapatan
rata-rata perbulan sebelum dan sesudah mengikuti program P2WKSS
No Nama Peserta Pendapatan rata-rata/bulan
Sebelum Sesudah
1 Aning Rp300.000 Rp300.000
2 Suratman Rp300.000 Rp300.000
3 Lilis - -
4 Bambang - -
5 Sri Sunarti - -
6 Suyatini - -
7 Retno Dwi A - -
Sumber: Diolah dari Buku catatan perkiraan ekonomi warga peserta Program P2WKSS
di Kelurahan Keparakan
Tabel diatas merupakan data pendapatan bagi
peserta yang bergabung pada tahun 2015. Setelah
269
Dampak Program P2WKSS (Heskiela Adhi Wibowo dan Fransisca Winarni, M.Si)
adanya program P2WKSS pendapatan yang
mereka miliki tidak mengalami perubahan.
Terdapat beberapa peserta yang belum dapat
diketahui data pendapatan perbulannya karena
merupakan peserta baru yang belum terdata.
Pemerataan pendapatan merupakan aspek
yang penting dalam kesejahteraan sosial yang
didalamnya berhubungan dengan adanya
lapangan pekerjaan, peluang dan kondisi usaha,
serta faktor ekonomi lainnya. Kesempatan kerja
dan kesempatan berusaha diperlukan agar
masyarakat mampu memutar roda perekonomian
yang pada akhirnya mampu meningkatkan jumlah
pendapatan mereka.
Dilihat dari kondisi sebelum adanya Program
P2WKSS, mayoritas peserta merupakan ibu
rumah tangga dengan kegiatan seperti memasak,
mengurus anak dan membersihkan rumah. Salah
satu faktor yang melatar belakangi banyaknya
ibu-ibu yang bekerja serabutan dikarenakan tidak
adanya modal untuk memulai usaha. Selain faktor
modal juga kurang adanya pengembangan
keahlian dasar yang dimiliki oleh ibu-ibu di
Kelurahan Keparakan. Sementara beberapa telah
berwirausaha, khususnya berdagang. Sedangakan
rata-rata pendapatan dari peserta sebelum adanya
Program P2WKSS yaitu adalah Rp400.000.
Setelah adanya program, mulai terdapat
lapangan pekerjaan baru yang dibuat oleh
masing-masing peserta namun dengan skala yang
sangat kecil, dengan adanya pekerjaan tersebut
maka berpengaruh pula terhadap peningkatan
pendapatan. peserta program tidak ada yang
mengalami penurunan bahkan mayoritas terjadi
peningkatan pendapatan meskipun tidak terlalu
besar yaitu sebesar 35%. Pendapatan yang
diperoleh, hanya cukup sebagai penghasilan
tambahan saja karena dapat dilihat pendapatan
yang dimiliki tidak mencapai UMR kota Jogja
sebesar Rp1.452.500. Hal tersebut dikarenakan
usaha yang dimiliki oleh mayoritas peserta
program perlu mendapat pesanan terlebih dahulu
dari pembeli yang tidak setiap bulannya ada.
Serta kondisi dari tiap pesertanya sendiri yang
terlalu cepat puas dengan berpikiran bahwa yang
penting sudah memiliki pendapatan tambahan.
Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi peningkatan kesejahteraan secara
signifikan jika dilihat dari peningkatan dan
pemerataan pendapatan. Hal ini dibuktikan
dengan besaran jumlah peningkatan pendapatan
yang relatif kecil. Rata-rata bertambah 35 % dari
penghasilan sebelumnya dan pendapatan tersebut
juga masih di bawah UMR Kota Yogyakarta.
Peningkatan Kualitas Pendidikan
Kualitas pendidikan merupakan salah satu
aspek penting untuk melihat kesejahteraan.
Kualitas pendidikan di sini dalam arti jarak dan
nilai yang harus dibayarkan oleh masyarakat.
Pendidikan yang murah dan mudah diharapkan
masyarakat dapat dengan mudah mengakses
pendidikan setinggi-tingginya, sehingga kualitas
sumberdaya manusia dapat meningkat.
Kesejahteraan manusia dapat dilihat dari
kemampuan mereka untuk mengakses
pendidikan, serta mampu menggunakan
pendidikan itu untuk mendapatkan kebutuhan
hidupnya.
Melihat kondisi sebelum adanya program
P2WKSS di Kelurahan Keparakan, sudah
270
Dampak Program P2WKSS (Heskiela Adhi Wibowo dan Fransisca Winarni, M.Si)
terdapat sarana pendidikan berupa gedung
sekolah dari jenjang PAUD sampai jenjang SMA.
Namun bila dilihat dari kualitas SDM peserta
Program P2WKSS di Kelurahan Keparakan
masih terbilang rendah, salah satunya dapat
dilihat dari tingkat pendidikan formal yang telah
dienyam dan keterampilan yang dimiliki, seperti
yang terlihat dalam tabel 4 berikut:
Tabel 7. Daftar peserta tahun 2013, pendidikan dan ketrampilan yang dimiliki sebelum dan setelah
Program P2WKSS
Sumber: Diolah dari Buku warga peserta Program P2WKSS Kelurahan Keparakan
Tabel diatas berisi data pendidikan dan
keterampilan peserta yang bergabung sejak awal
program. Mayoritas peserta merupakan lulusan
pendidikan SMP dan rata-rata memiliki
keterampilan memasak. Sedangkan untuk data
pendidikan dan keterampilan bagi peserta yang
mengikuti program sejak tahun 2014, dapat
dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 8. Daftar peserta tahun 2014, pendidikan dan ketrampilan yang dimiliki sebelum dan setelah
program P2WKSS
Sumber: Diolah dari buku peserta Program P2WKSS
Kelurahan Keparakan
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa bagi
peserta yang mengikuti program sejak tahun
2014, mayoritas berpendidikan SMP dan rata-rata
memiliki keterampilan memasak. Sedangkan
untuk data pendidikan dan keterampilan bagi
peserta yang bergabung sejak tahun 2015, dapat
dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 9. Daftar peserta tahun 2015, Pendidikan dan
ketrampilan yang dimiliki sebelum dan setelah
program P2WKSS
Sumber: Diolah dari buku peserta Program P2WKSS
Kelurahan Keparakan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
mayoritas peserta yang bergabung pada tahun
2015 merupakan lulusan pendidikan SMP dan
semuanya memiliki keterampilan memasak.
No. Nama Peserta Pendidikan Ketrampilan
1 Nanik J DO 2 SMP Memasak
2 Sri Widiastuti SMP Memasak
3 Andriani SMP Kerajinan
4 Nugraheni F SMP Kerajinan
5 Samsunik SMP Memasak
6 Lastini S SMP Memasak
7 Rita S SMP Memasak
8 Dwi Nur W SMP Memasak
9 Herning SMP Memasak
10 Praptono SMP Memasak & Merias
11 Sri Asih - Memasak
12 Endang S SMP Memasak & Merias
13 Endang W SMP Memasak
14 Sri
Widoningsih
SMP Memasak
15 Wiwik Heru SMP Memasak
16 Hadori SMP Kerajinan
17 Gunarti SMP Memasak
18 Sri Mulyani SMP Memasak
19 Suparjo SMP Memasak
20 Sudarno SMP Memasak
No. Nama Peserta Pendidikan Ketrampilan
1 Mus Hari SMP Memasak
2 Ning K - Menjahit
3 Tatik Tulo SMP Memasak
4 Tutik R.M SMP Kerajinan
5 Asih SMP Memasak
6 Siti SMP Menjahit
No. Nama Peserta Pendidikan Ketrampilan
1 Aning SMP Memasak
2 Suratman SD Memasak
3 Lilis SMP Memasak
4 Bambang SMP Memasak
5 Sri Sunarti SD Memasak
6 Suyatini SD Memasak
7 Retno Dwi A SMP Memasak
271
Dampak Program P2WKSS (Heskiela Adhi Wibowo dan Fransisca Winarni, M.Si)
Bahkan terdapat peserta yang hanya
berpendidikan SD, yaitu sebanyak tiga orang.
Berdasarkan tabel 7, 8 dan 9 diatas dapat
diketahui bahwa kualitas SDM peserta Program
P2WKSS masih terbilang rendah. Hal tersebut
dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang telah
dienyam oleh mayoritas peserta adalah tingkat
pendidikan SMP. Dengan latar belakang
pendidikan seperti itu tentu sulit untuk
mendapatkan pekerjaan tetap di instansi-instansi
pemerintah ataupun swasta yang ada.
Bila dilihat dari pendidikan non formal dari
peserta, sebelum adanya Program P2WKSS
mayoritas telah memiliki berbagai macam
keterampilan seperti memasak, membuat snack,
ataupun kerajinan. Namun keterampilan tersebut
merupakan keterampilan yang dimiliki secara
otodidak ataupun diajarkan oleh kerabat, bukan
keterampilan yang diajarkan secara sistematis dan
terkoordinir oleh pelatih yang sudah
berpengalaman, sehingga ketrampilan tersebut
merupakan keterampilan yang sangat dasar.
Setelah adanya Program P2WKSS dengan
adanya pelatihan-pelatihan keterampilan seperti
pelatihan aneka masakan, membuat peserta
memiliki tambahan pengetahuan terkait cara
membuat masakan tersebut dan macam-macam
variasi makanan yang unik sehingga dapat
menarik minat pembeli. Dan dengan adanya
penyuluhan terkait manajemen katering
menjadikan peserta memahami bagaimana teknik
mengemas suatu produk agar lebih menarik dan
juga teknik-teknik dalam memasarkan suatu
produk.
Dapat disimpulkan setelah adanya Program
P2WKSS, terjadi peningkatan kualitas SDM
peserta karena peserta telah mampu
mengaplikasikan apa yang didapatnya dari
adanya pelatihan-pelatihan dan penyuluhan.
Namun masyarakat tersebut masih tidak memiliki
kesadaran untuk mengakses pendidikan hingga ke
jenjang yang lebih tinggi, dengan mayoritas
hanya berpendidikan SMP.
Peningkatan Kualitas Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu faktor untuk
mendapatkan pendidikan dan pendapatan.
Kesehatan harus ditempatkan sebagai hal yang
utama dilakukan oleh pemerintah. Masyarakat
yang sakit akan sulit untuk beraktifitas, sehingga
sulit pula untuk memperjuangkan kesejahteraan
dirinya. Jumlah dan jenis pelayanan kesehatan
harus mampu menjangkau dan dijangkau oleh
masyarakat, terutama mereka yang tergolong
miskin. Masyarakat yang membutuhkan layanan
kesehatan tidak dibatasi oleh jarak dan waktu.
Setiap saat mereka dapat mengakses layanan
kesehatan yang murah dan berkualitas.
Baik sebelum dan sesudah adanya Program
P2WKSS di Kelurahan Keparakan terdapat
posyandu sebanyak 13 buah. Sarana kesehatan
lain yaitu puskesmas hanya ada 1 di tingkat
kecamatan yang terletak di Kelurahan
Wirogunan. Walaupun berada di luar area
kelurahan Keparakan, namun jarak dengan
puskesmas cukup pendek hanya kurang dari 500
meter. Hal tersebut menunjukkan bahwa baik
sebelum maupun sesudah program P2WKSS di
Kelurahan Keparakan tingkat kesehatan
masyarakat telah difasilitasi cukup baik dengan
272
Dampak Program P2WKSS (Heskiela Adhi Wibowo dan Fransisca Winarni, M.Si)
adanya sarana kesehatan. Selain itu akses untuk
menjangkau sarana kesehatan tersebut cukup
dekat sehingga memudahkan masyarakat
Kelurahan Keparakan.
Terkait dengan kualitas fisik peserta program
P2WKSS di Kelurahan Keparakan, dengan
adanya berbagai penyuluhan dan sosialisasi
terkait kesehatan menghasilkan peningkatan
pemahaman masyarakat akan pentingnya
kesehatan, hal tersebut merubah pola hidup
masyarakat menjadi lebih sehat daripada
sebelumnya. Kegiatan lainnya adalah kelompok
program P2WKSS telah mampu menjadi
penggerak kegiatan Jumat Bersih di Kelurahan
Keparakan. Hal tersebut menunjukan peserta
program telah menyadari pentingnya kebersihan
lingkungan yang tentu akan berpengaruh kepada
kesehatan.
Dapat disimpulkan bahwa Program P2WKSS
memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan di
bidang kesehatan. Kesejahteraan itu tercipta
karena masyarakat mendapatkan fasilitas
kesehatan yang layak, selain itu masyarakat sudah
mampu mengaksesnya karena jarak yang tidak
jauh. Masyarakat mendapatkan keringan beban
karena adanya jaminan kesehatan. Masyarakat
juga mendapatkan ketenangan karena adanya
jaminan-jaminan kesehatan yang telah dimiliki,
mereka tidak merasa takut akan ketidak mampuan
dalam mengakses fasilitas kesehatan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
maka simpulan dari penelitian ini adalah:
1. Dilihat dari indikator pemerataan dan
peningkatan pendapatan, tidak terjadi
peningkatan kesejahteraan bila dilihat dari
kondisi pemerataan dan peningkatan
pendapatan. Perubahan yang menunjukkan
dampak terhadap pemerataan dan peningkatan
pendapatan terlihat pada perubahan status
bagi kelompok sasaran yang sebelumnya
bekerja serabutan menjadi wirusahawan,
dengan mayoritas berdagang, dan terdapat
perkembangan usaha yang dimiliki oleh
masing-masing peserta namun dengan skala
yang relatif kecil. Hal ini dibuktikan dengan
besaran jumlah peningkatan pendapatan yang
relatif kecil dengan rata-rata bertambah 35 %
dari penghasilan sebelumnya. Total
pendapatan tersebut masih di bawah UMR
Kota Yogyakarta sehingga belum cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2. Dalam indikator kualitas pendidikan, setelah
adanya Program P2WKSS terjadi peningkatan
kualitas SDM peserta karena peserta telah
mampu mengaplikasikan apa yang didapatnya
dari adanya pelatihan-pelatihan dan
penyuluhan dan juga berpengaruh kepada
pendapatan yang ia miliki. Hal tersebut
menunjukkan bahwa peserta program
menerima program dengan baik dan dapat
dikatakan bahwa perubahan tersebut
merupakan bentuk dari meningkatnya kualitas
SDM peserta. Namun peserta peserta program
masih tidak memiliki kesadaran untuk
mengakses pendidikan hingga ke jenjang
yang lebih tinggi, dengan mayoritas hanya
berpendidikan SMP. Hal tersebut
273
Dampak Program P2WKSS (Heskiela Adhi Wibowo dan Fransisca Winarni, M.Si)
menunjukkan bahwa program P2WKSS tidak
meningkatkan kualitas pendidikan formal
peserta program di Kelurahan Keparakan.
Sehingga dapat tercermin bahwasanya
kesejahteraan dari aspek pendidikan tidak
mengalami peningkatan secara signifikan.
3. Dilihat dari kualitas kesehatan, peserta telah
mendapat fasilitas kesehatan yang baik oleh
pemerintah dan peserta sendiri telah mampu
mengakses fasilitas tersebut dengan bantuan
jaminan-jaminan kesehatan yang mereka
miliki. Juga telah terjadi perubahan dari pola
pikir dari peserta program P2WKSS, mereka
telah mampu menjadi penggerak kegiatan
Jumat Bersih di Kelurahan Keparakan. Hal
tersebut menunjukan peserta program telah
menyadari pentingnya kebersihan lingkungan
yang tentu akan berpengaruh kepada
kesehatan. Sehingga mencerminkan
bahwasanya kesejahteraan dalam bidang
kesehatan sudah tercipta dengan baik, bahkan
cenderung mengalami peningkatan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
di atas penulis menyarankan:
1. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan pelatihan
yang diikuti dengan pemberian modal usaha
kepada peserta program agar terjadi
peningkatan pendapatan bagi peserta Program
P2WKSS.
2. Pemberian motivasi dan penyuluhan tentang
pentingnya pendidikan.
3. Pemerintah diharapkan semakin
mengintensifkan program-program
pemberdayaan masyarakat seperti ini, namun
pemerintah juga perlu menyesuaikan kegiatan
yang akan diterapkan dengan kondisi
lingkungan sasaran program, sehingga
program tersebut dapat berjalan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanto Indiahono. (2009). Kebijakan Publik
Berbasis Dynamic Policy Analisys.
Yogyakarta: Gava Media.
Edi Suharto. (2009). Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan
Pekerjaan Sosial. Bandung: Refika
Aditama.
Holy Kartika N.S. (2017). “Jumlah Penerima
KMS 2017 Kota Jogja Turun, Akankah
Ada Komplain”. Diambil dari
http://www.harianjogja.com/baca/2017/01
/19/pendidikan-jogja-jumlah-penerima-
kms-2017-kota-jogja-turun-akankah-ada-
komplain-785793/ pada 23 Januari 2017
pukul 15.34 WIB
Keputusan Menteri Pemberdayaan Perempuan
Republik Indonesia No. 41 Tahun 2007
tentang Pedoman Umum Revitalisasi
Program Terpadu P2WKSS.
Sri Edi Swasono. (2005). Indonesia dan Doktrin
Kesejahteraan Sosial dari Klasikal dan
Neoklasikal sampai The end of Laissez-
Faire. Jakarta: Perkumpulan Prakarsa.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Totok Mardikanto & Poerwoko Soebito. (2013).
Pemberdayaan Masyarakat dalam
Perspektif Kebijakan Publik. Bandung:
Alfabeta
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial
274
Dampak Program P2WKSS (Heskiela Adhi Wibowo dan Fransisca Winarni, M.Si)