DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ......

93
DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI (Kasus: Pengambilalihan Lahan dan Konversi Tanaman Komoditi) RIZKI BUDI UTAMI SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ......

Page 1: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP

KESEJAHTERAAN PETANI

(Kasus: Pengambilalihan Lahan dan Konversi Tanaman Komoditi)

RIZKI BUDI UTAMI

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,
Page 3: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Perubahan

Pranata Sosial terhadap Kesejahteraan Petani (Kasus: Pengambilalihan Lahan dan

Konversi Tanaman Komoditi) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Rizki Budi Utami

NIM I34090122

Page 4: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,
Page 5: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,
Page 6: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

ABSTRAK

RIZKI BUDI UTAMI. Dampak Perubahan Pranata Sosial terhadap Kesejahteraan

Petani (Kasus: Pengambilalihan Lahan dan Konversi Tanaman Komoditi).

Dibimbing oleh ENDRIATMO SOETARTO.

Kasus pengambilalihan lahan pertanian menyebabkan berbagai masalah

bagi masyarakat di sekitar lahan, khusunya petani. Saat ini pengambilalihan lahan

pertanian biasanya dilakukan oleh perusahaan perkebunan yang bertujuan untuk

mengonversi komoditi yang ada pada lahan tersebut. Konversi tanaman komoditi

telah menyebabkan perubahan pranata sosial pertanian Desa Kumpay. Terdapat

perbedaan yang cukup jelas pada pranata usaha tani nanas dengan kelapa sawit.

Jika pranata pertanian nanas banyak menyerap tenaga kerja, maka pranata

pertanian kelapa sawit tidak menyerap banyak tenaga kerja. Perubahan pranata

tersebut membuat hampir seluruh petani penggarap menjadi pihak yang tersingkir.

Tak hanya petani penggarap saja, istri, anak-anak kecil, dan bandar nanas juga

menjadi pihak yang tersingkir. Hal tersebut menyebabkan pihak yang tersingkir

mengubah sistem mata pencaharian yang dilakoninya. Perubahan sistem mata

pencaharian yang terdiri dari kesempatan bekerja dan pola pekerjaan, secara

langsung akan mengubah tingkat kesejahteraan rumah tangga petani penggarap.

Tak hanya itu saja, perubahan pranata sosial pertanian diduga telah mempengaruhi

perubahan hubungan antar warga.

Kata kunci: pengambilalihan, lahan, konversi, komoditi, pranata, kesejahteraan

ABSTRACT

RIZKI BUDI UTAMI. Impact of Social Institutions Changes to Farmers Welfare

(Case: Land Acquisition and Conversion Crop Commodities) Supervised by

ENDRIATMO SOETARTO.

Case of agricultural land acquisition caused many problems for the people

around the area, especially farmers. Currently, land acquisition is usually done by

plantation company that aims to convert the existing commodities on that land.

Commodity crop conversion has change agricultural social institution in Kumpay

Village. There is a clear difference between pinapple farming and palm tree

farming. If the pinnaple institution absorb many labors, then palm tree institution

not absorb many labors. The change of institution made the most of landless

farmers become eliminated. Not only landless farmers, their wife, their children,

and pinnaple collectors also eliminated. That matter caused their had to changed

their livelihood system. The changes of livelihood system consist of the changes

of work opportunity and employement patterns. That changes directly change

landless farmer household. Furthermore, the change of agricultural social

institution had affected the change of relationship between citizens.

Keywords: acquisition, land, conversion, commodity, instituition, welfare

Page 7: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,
Page 8: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP

KESEJAHTERAAN PETANI

(Kasus: Pengambilalihan Lahan dan Konversi Tanaman Komoditi)

RIZKI BUDI UTAMI

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 9: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,
Page 10: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

Judul Skripsi : Dampak Perubahan Pranata Sosial terhadap Kesejahteraan Petani

(Kasus: Pengambilalihan Lahan dan Konversi Tanaman Komoditi)

Nama : Rizki Budi Utami

NIM : I34090122

Disetujui oleh

Prof Dr Endriatmo Soetarto, MA

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 11: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah

agraria, dengan judul Dampak Perubahan Pranata Sosial terhadap Kesejahteraan

Petani (Kasus: Pengambilalihan Lahan dan Konversi Tanaman Komoditi).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Endriatmo Soetarto,

MA selaku pembimbing skripsi, Bapak Dr Ir Saharuddin, MSi selaku dosen

penguji utama, dan Bapak Ir Sutisna Riyanto, MS selaku dosen penguji

perwakilan departemen SKPM. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan

kepada Bapak Memed Humaedin dari Lembaga Swadaya Masyarakat Himpunan

Petani Nanas, Ibu Deni Sutarni, seluruh masyarakat Kumpay, dan seluruh

perangkat Desa Kumpay yang telah membantu penulis selama pengumpulan data.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak (Rian dan

Rini), adik (Dini), Irfan Nugraha, serta sahabat (Kiki, Lili, Eby, Yeny, dan

Wawa). Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman SKPM

46 dan seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan karya ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

Rizki Budi Utami

Page 12: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

v

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Pranata Sosial Sistem Usaha Tani 5

Gambaran Umum Kesejahteraan Petani 6

Konsep Kesejahteraan 6

Kondisi Kesejahteraan Petani 8

Konversi Tanaman Komoditi 8

Konsep Konversi Tanaman Komoditi 8

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Konversi Tanaman

Komoditi 9

Perubahan Pranata Sosial pada Konversi Tanaman Komoditi 11

Dampak Perubahan Pranata Sosial Pertanian Bagi Kesejahteraan Petani 12

Kerangka Pemikiran 14

Hipotesis Penelitian 16

Definisi Konseptual 16

Definisi Operasional 16

METODE PENELITIAN 21

Desain Penelitian 21

Lokasi dan Waktu Penelitian 21

Teknik Pengambilan Informan dan Responden 22

Teknik Pengumpulan Data 23

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 23

DESA KUMPAY: DAHULU DAN SEKARANG 24

Page 13: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

vi

Kondisi Desa Kumpay Sebelum Terjadinya Peristiwa Pembabatan 25

Kondisi Desa Kumpay Setalah Terjadinya Peristiwa Pembabatan 26

Arti Penting Lahan Garapan dan Usaha Tani Nanas Madu Bagi Masyarakat 27

DINAMIKA SENGKETA LAHAN: SEJARAH KEPEMILIKAN DAN

PENGUASAAN LAHAN HINGGA KONVERSI TANAMAN KOMODITI 29

Sejarah Panjang Kepemilikan, Penguasaan, dan Garapan Lahan Eks-HGU

PT. Nagasawit 29

Program Kelapa Sawit Masuk Jawa: Kebijakan Sepihak PT. Nagasawit 32

Aksi-Reaksi Petani Penggarap 32

DUA SISI PRANATA SOSIAL PERTANIAN DESA KUMPAY:

PRANATA NANAS DAN PRANATA KELAPA SAWIT 37

Pranata Sosial Pertanian Komoditi Nanas: Pranata yang Merangkul Banyak

Pihak 37

Pranata Sosial Pertanian Komoditi Sawit: Pranata yang „Menyingkirkan‟

Banyak Pihak 38

DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL PERTANIAN TERHADAP

KESEJAHTERAAN PETANI 41

Perubahan Hubungan Antar Warga: Konsekuensi yang Terbentuk Akibat

Perubahan Pranata Sosial Pertanian dan Sistem Mata Pencaharian 41

Perubahan Sistem Mata Pencaharian: Perubahan Langsung Akibat

Perubahan Pranata Sosial Pertanian 43

Perubahan Kesempatan Kerja Pertanian dan Non-Pertanian 43

Pola Pekerjaan Sebelum dan Sesudah Konversi Tanaman Komoditi 47

Berubahnya Tingkat Kesejahteraan Akibat Perubahan Pranata Sosial

Pertanian 48

SIMPULAN DAN SARAN 53

Simpulan 53

Saran 54

DAFTAR PUSTAKA 55

LAMPIRAN 57

Page 14: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

vii

DAFTAR TABEL

1. Tabel tabulasi silang antara variabel sistem mata pencaharian dengan

tingkat kesejahteraan responden

52

DAFTAR GAMBAR

1. Model NESP (Nested Spheres of Poverty) 7

2. Kerangka pemikiran penelitian 15

3. Proporsi Penduduk Laki-laki dan Perempuan Desa Kumpay 26

4. Tugu nanas Subang 27

5. Surat perjanjian penggarapan lahan antara petani dengan PT. Nagasawit 33

6. Kronologi kasus sengketa lahan eks-HGU PT. Nagasawit 37

7. Kesempatan kerja pertanian dan non-pertanian sebelum konversi tanaman

komoditi

46

8. Kesempatan kerja pertanian dan non-pertanian setelah konversi tanaman

komoditi

47

9. Pola pekerjaan responden sebelum dan sesudah konversi tanaman

komoditi

49

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Desa Kumpay, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, Jawa

Barat

58

2. Jadwal kegiatan penelitian 2013 59

3. Kerangka sampel petani penggarap lahan eks-HGU PT. Nagasawit 60

4. Kuesioner penelitian 64

5. Panduan pertanyaan wawancara mendalam responden dan informan 68

6. Hasil perhitungan PASW statistics 18. variabel perubahan sistem mata

pencaharian dengan tingkat kesejahteraan

69

7. Dokumentasi penelitian 72

8. Curahan hati petani penggarap 76

Page 15: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,
Page 16: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lahan memiliki definisi sebagai suatu hamparan yang terdapat di

permukaan bumi secara vertikal yang mencakup berbagai komponen, seperti

udara, tanah, air, batuan, vegetasi, serta berbagai aktivitas manusia pada masa lalu

atau masa kini (Kodoatie dan Syarief 2010). Berdasarkan definisi tersebut, lahan

merupakan sumber daya alam yang dimanfaatkan oleh setiap makhluk hidup

terutama manusia untuk beraktivitas memenuhi kebutuhan hidupnya. Banyak

bentuk pemanfaatan lahan yang dilakukan manusia dalam rangka pemenuhan

kebutuhan hidup, salah satunya adalah pemanfaatan lahan untuk kegiatan

pertanian. Pertanian yang dimaksud disini adalah pertanian dalam arti luas, seperti

yang dituliskan oleh Krisnamurthi (2006), pertanian adalah kegiatan yang

mencakup pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, dan

perikanan.

Saat ini Indonesia memiliki jumlah lahan pertanian seluas 70 juta hektar

pada tahun 20111. Lahan pertanian tersebut mencakup lahan untuk pertanian

pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Melihat besarnya

luas lahan pertanian di Indonesia, maka dapat dibayangkan banyak sekali orang

yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian. Menggantungkan hidup

pada lahan pertanian tidak hanya dilakukan oleh petani, tetapi juga orang yang

tidak disebut sebagai petani, seperti pemberi pinjaman modal, tengkulak, pembeli

hasil pertanian, penyedia saprotan, dan sebagainya. Selain itu, hasil lahan

pertanian pun sangat dibutuhkan oleh banyak orang di belahan dunia manapun

sebagai bahan untuk menunjang kehidupan mereka, yang salah satunya adalah

sebagai bahan makanan. Pernyataan tersebut memberikan sebuah gagasan bahwa

pertanian mengalir di dalam setiap darah manusia, karena tidak ada satupun

manusia di dunia ini yang tidak makan makanan yang berasal dari hasil pertanian.

Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya

petani pemilik, petani pengelola, buruh tani, pihak pemberi modal, pihak penjual

saprotan (sarana produksi pertanian), pihak pembeli hasil pertanian, dan

sebagainya. Hubungan antar aktor-aktor tersebut membentuk sebuah mekanisme

yang tercipta seiring berjalannya waktu. Mekanisme itu dapat dikatakan sebagai

sistem usaha tani. Kata sistem merujuk pada rangkaian kegiatan yang berkaitan

dengan pertanian. Di dalam sebuah sistem usaha tani, terdapat aturan-aturan, pola,

nilai, dan tata cara yang mengatur antar aktor bagaimana mereka harus bertingkah

laku atau melakukan perbuatan. Aturan, pola, nilai, dan tata cara tersebut dapat

dikatakan sebagai sebuah pranata sosial atau kelembagaan. Pranata sosial

mengatur bagaimana antar aktor atau pihak yang terkait dalam sistem tersebut

berinteraksi satu dengan lainnya. Tanpa adanya pranata sosial sebuah

ketidakteraturan akan terjadi yang menyebabkan sendi-sendi kehidupan lainnya

akan terganggu.

Lahan pertanian selain memiliki seperengkat pranata juga memiliki beragam

permasalahan yang melanda. Saat ini lahan pertanian diancam oleh maraknya

kasus perampasan tanah yang dilakukan oleh berbagai pihak yang merasa

1 http://multimedia.deptan.go.id/vidiscript/news/, diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 23.15.

Page 17: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

2

memiliki hak atas tanah tersebut. Perampasan tanah atau yang biasa disebut

sebagai land grabbing biasanya terjadi pada tanah yang menjadi kemelut di antara

dua pihak atau lebih. Para pihak perampas tanah melakukan kegiatan perampasan

atas dasar tujuan yang dianggap menguntungkan bagi dirinya. Tujuan perampasan

tanah ini adalah untuk mengonversi lahan-lahan dari suatu fungsi ke fungsi

lainnya. Ada 2 bentuk konversi lahan yang dilakukan oleh perampas lahan.

Pengonversian lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian dapat dikatakan

sebagai konversi lahan yang bersifat permanen. Sedangkan konversi lahan

pertanian menjadi bentuk lahan pertanian lain disebut sebagai konversi yang

sifatnya sementara. Konversi yang bersifat sementara terjadi jika pemilik lahan

atau penggarap lahan pertanian mengganti komoditi yang diusahakan pada lahan

tersebut. Berdasarkan pernyataan tersebut, selanjutnya konversi lahan yang

bersifat sementara dapat dikatakan sebagai konversi tanaman komoditi.

Satu hal yang harus kita ketahui mengenai pranata atau kelembagaan adalah

jika terjadi sedikit saja gangguan atau perubahan kecil pada kehidupan yang

mengandung pranata, maka akan mengubah pranata tersebut. Pergantian tanaman

komoditi pada kasus konversi tanaman komoditi dapat menciptakan pranata baru.

Hal tersebut secara otomatis akan terjadi karena pranata baru akan kembali

menciptakan kondisi keseimbangan yang harmonis. Pranata yang berubah ini

dapat berupa pranata pada ketenagakerjaan, peraturan pemilik dan pengelola

lahan, dan lain-lain.

Fungsi pranata adalah mengatur kehidupan manusia dalam setiap kegiatan

sehingga tercipta kehidupan yang harmonis. Ketika pranata mengalami

perubahan, maka akan menimbulkan efek domino pada kehidupan seseorang.

Dikatakan efek domino karena pranata akan mengubah tatanan kehidupan

seseorang yang telah terbentuk sejak ia lahir hingga saat pranata tersebut

mengalami perubahan. Jika perubahan pranata sistem usaha tani ini

menguntungkan, maka perubahan yang terjadi adalah perubahan positif, dan

sebaliknya. Pada seseorang yang terlibat dan menggantungkan hidupnya pada

lahan pertanian, terutama petani, perubahan pranata pertanian dapat mengubah

pola pekerjaan yang dilakukannya, keadaan keluarganya, kondisi sosial dengan

pelaku usaha pertanian, dan sebagainya. Pada akhirnya, perubahan-perubahan

tatanan kehidupan tersebut akan berdampak pada kesejahteraan petani. Terdapat

dua kemungkinan perubahan kesejahteraan akibat berubahnya pranata, yakni

ksejahteraan dapat meningkat atau kesejahteraan menurun.

Latar belakang yang dituliskan sebelumnya terjadi di Desa Kumpay,

Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Di desa ini telah terjadi

konversi tanaman komoditi dari tanaman nanas ke tanaman kelapa sawit.

Pergantian komoditi ini bermula dari adanya klaim PT. Nagasawit2 (bukan nama

sebenarnya) atas lahan yang telah bertahun-tahun diusahakan oleh masyarakat

Kumpay. Kasus perebutan hak atas tanah ini berakhir ketika PT. Nagasawit

membabat habis seluruh kebun nanas milik warga dan menggantinya dengan

kelapa sawit. Pergantian tanaman ini membuat adanya pranata-pranata pertanian

baru yang berlaku yang pada akhirnya membuat hampir seluruh petani nanas

kehilangan mata pencaharian. Pihak-pihak yang tersingkir ini secara perlahan-

lahan mengalami perubahan dalam kehidupannya, salah satunya adalah perubahan

2 Penggunaan nama samaran dilakukan agar pihak tersebut tidak merasa dirugikan atau

dicemarkan nama baiknya.

Page 18: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

3

sistem mata pencaharian yang mereka lakukan. Perubahan-perubahan tersebut

berdampak pada perubahan kesejahteraan yang dirasakan oleh para pihak yang

tersingkir. Oleh karena itu, sangat diperlukan penelitian untuk mengetahui

bagaimana perubahan pranata pertanian akibat konversi tanaman komoditi,

bagaimana dampak perubahan pranata pertanian pada kehidupan petani selaku

aktor utama pertanian, dan bagaimana dampaknya terhadap kesejahteraan yang

mereka rasakan pada saat ini.

Perumusan Masalah

Sebagaimana telah dipaparkan pada latar belakang bahwa pranata sosial

merupakan hal yang ada dalam setiap interaksi kehidupan. Salah satu kegiatan

manusia yang memiliki pranata yang khas adalah kegiatan pertanian. Pranata

dalam kegiatan pertanian dapat berupa aturan tentang sistem kepemilikan lahan,

hubungan antara pemilik lahan dengan penggarap, hubungan antara petani dengan

lembaga pemberi bantuan modal, penjual saprotan, dan pemerintah, serta

penggunaan tenaga kerja, dan sebagainya.

Perubahan pranata sosial dalam sebuah sistem kehidupan dapat dipengaruhi

dari dalam atau luar sistem yang menjadi tempat pranata tersebut berada. Faktor

perubahan pranata sosial yang berasal dari dalam berupa perubahan dalam

interaksi individu-individu yang terlibat di dalam pranata tersebut. Sedangkan

faktor luar berupa intervensi atau campur tangan pihak luar sistem dimana pranata

berada, misalnya pemerintah, swasta, atau Lembaga Swadaya Masyarakat.

Dengan berubahnya pranata sosial atau kelembagaan, maka akan mengubah aspek

lain dalam kehidupan pelaku pranata, seperti pola pekerjaan, kesempatan kerja,

dan hubungan antar masyarakat. Perubahan tatanan kehidupan tersebut pada

akhirnya akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan. Terdapat dua kemungkinan

perubahan kesejahteraan yang diakibatkan oleh berubahnya pranata sosial, yaitu

kesejahteraan dapat meningkat atau kesejahteraan dapat menurun.

Berdasarkan pemaparan di atas, diperlukan sebuah pengkajian lebih

mendalam mengenai dampak perubahan pranata sosial pada sistem pertanian yang

diakibatkan oleh perubahan jenis tanaman yang diusahakan bagi kesejahteraan

petani. Untuk mengetahui permasalahan umum tersebut dirumuskan sejumlah

pertanyaan permasalahan yang lebih spesifik, yaitu:

1. Bagaimana masuknya komoditi baru mengubah bentuk-bentuk pranata sosial

pertanian di masyarakat?

2. Bagaimana dampak pranata pertanian baru terhadap kehidupan petani

penggarap yang berupa pola pekerjaan, kesempatan bekerja, dan hubungan

antar warga?

3. Bagaimana dampak perubahan pranata sosial bagi kesejahteraan petani?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji permasalahan umum yang telah

dipaparkan di atas, yaitu mengkaji dampak perubahan pranata sosial pertanian

Page 19: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

4

yang diakibatkan perubahan tanaman komoditi bagi kesejahteraan petani.

Kemudian, tujuan lainnya adalah menjawab pertanyaan permasalahan, yakni:

1. Menganalisis bentuk-bentuk pranata sosial sistem usaha tani yang mengalami

perubahan pada konversi tanaman komoditi.

2. Menganalisis perubahan pada pola pekerjaan, kesempatan bekerja, dan

hubungan antar warga akibat pranata pertanian baru.

3. Menganalisis dampak perubahan pranata sosial bagi kesejahteraan petani.

Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini dapat ditujukan kepada 3 pihak, antara lain:

1. Akademisi. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi dan

kajian untuk penelitian selanjutnya. Selain itu diharapkan pula dapat

menambah khasanah dalam kajian ilmu pengetahuan agraria dan pranata sosial.

2. Pemerintah. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan

pertimbangan bagi pemerintah dalam menyusun dan mengambil kebijakan

mengenai peraturan pemanfaatan lahan, serta membuat solusi dari

permasalahan konversi tanaman komoditi sehingga tercipta keadilan sosial bagi

seluruh pihak yang terkait.

3. Masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan masyarakat mengenai dampak konversi tanaman komoditi bagi

pranata sosial dan kesejahteraan. Selain itu diharapkan hasil penelitian ini

dapat digunakan masyarakat Kumpay sebagai tambahan bukti dalam

memperjuangkan hak-hak mereka.

Page 20: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

TINJAUAN PUSTAKA

Pranata Sosial Sistem Usaha Tani

Pertanian merupakan sektor kegiatan manusia terbesar di Indonesia. Hal

tersebut tidak mengherankan karena Indonesia mendapatkan julukan negara

agraris akibat besarnya kegiatan yang bergerak di bidang pertanian. Dengan luas

lahan pertanian yang besar, dapat dibayangkan bahwa banyak sekali individu-

individu yang terkait dengan sektor pertanian dan menggantungkan hidupnya

pada sektor ini.

Sektor pertanian merupakan sebuah sektor yang terdiri dari tiga bagian yang

saling terintegrasi, yaitu bagian hilir, tengah, dan hulu. Setiap bagian tersebut

memiliki aktor-aktor yang berperan dalam menjalankan bagian tersebut. Ketiga

bagian tersebut harus berjalan secara sinkron layaknya sebuah sistem agar terjadi

keseimbangan. Salah satu aktor penting yang berada pada bagian hulu dan sangat

berperan di dalam sektor pertanian adalah petani.

AGRA (2010) menyebutkan dalam tulisannya bahwa kaum tani adalah

orang-orang yang bergantung pada pengolahan tanah dalam kehidupannya yang

berasal dari bercocok tanam, perkebunan, perladangan menetap atau berpindah,

memungut hasil hutan, meramu, serta berburu. Lebih lanjut AGRA

menyimpulkan bahwa yang termasuk kaum tani menurut pengertian di atas adalah

kaum tani (peasantry) atau yang biasa disebut sebagai petani tak bertanah atau

petani yang memiliki lahan sempit (petani gurem), masyarakat adat atau

masyarakat minoritas, dan nelayan. Hampir sama dengan AGRA, Wolf dalam

Landsberger dan Alexandrov (1981) mendefinisikan petani sebagai “penduduk

yang secara eksistensial terlibat dalam cocok-tanam dan membuat keputusan yang

otonom tentang proses cocok tanam”.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pertanian merupakan sebuah

sektor kegiatan manusia. Pernyataan tersebut dapat berarti semua kegiatan

manusia yang berada dalam bidang pertanian dapat dikatakan sebagai usaha tani.

Usaha tani memiliki pengertian sebagai sistem yang kompleks yang terdiri atas

tanah, tumbuhan, hewan, peralatan, tenaga kerja, input lain, serta pengaruh

lingkungan yang pengelolaannya dilakukan oleh seseorang yang disebut petani

sesuai dengan kemampuan dan aspirasinya (CGIAR dalam Reijntjes et al. 1992).

Usaha tani adalah sebuah kegiatan yang selalu terkait dengan budaya dan

sejarah (Reijntjes et al. 1992). Seiring dengan berjalannya waktu, akan tercipta

sebuah bentuk kebudayaan baru meliputi nilai-nilai, norma, dan aturan yang

terkait dengan usaha tani tersebut. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Reintjes et

al. (1992) yang menyatakan bahwa pertanian merupakan hasil interaksi antar

manusia dengan sumber daya alam setempat dimana nilai-nilai, pengetahuan,

keterampilan, teknologi, dan institusi yang dimiliki oleh masyarakat setempat

mempengaruhi jenis budaya pertanian yang telah ada dan terus berkembang.

Dalam sebuah usaha tani, tentunya terdapat mekanisme yang mengatur

bagaimana usaha tani berjalan. Mekanisme yang mengatur tersebut selanjutnya

dapat dikatakan sistem usaha tani. Menurut Sutanto (2002), “sistem usaha tani

berhubungan dengan aktivitas produksi tanaman dengan spektrum yang luas”.

Sedangkan, Shaner et al. dalam Reijntjes et al. (1992) menyatakan sistem usaha

Page 21: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

6

tani merupakan susunan khusus dari kegiatan usaha tani yang dikelola

berdasarkan kemampuan lingkungan fisik, biologis, sosioekonomi, yang sesuai

dengan tujuan, kemampuan, dan sumber daya yang dimiliki petani. Pertanian

yang dimaksudkan bukan hanya pertanian padi, tetapi juga perkebunan,

perikanan, peternakan, perladangan, dan lain-lain yang termasuk ke dalam lingkup

kegiatan pertanian. Di dalam sebuah sistem usaha tani, terdapat aturan-aturan,

pola, nilai, dan tata cara yang mengatur antar aktor terkait bagaimana mereka

harus bertingkah laku atau melakukan perbuatan. Aturan, pola, nilai, dan tata cara

tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah pranata atau kelembagaan. Pranata sosial

mengatur bagaimana antar aktor atau pihak yang terkait dalam sistem tersebut

berinteraksi satu dengan lainnya. Tanpa adanya pranata sebuah ketidakteraturan

akan terjadi yang menyebabkan sendi-sendi kehidupan lainnya akan terganggu.

Pranata atau kelembagaan memiliki pengertian sebagai kompleks atau

sistem peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai-nilai penting (Polak

dalam Basrowi 2005). Sedangkan, kelembagaan atau pranata menurut

Koentjaraningrat dalam Rahardjo (2004) berarti sistem tata kelakuan dan

hubungan yang bepusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks

kebutuhan khusus pada kehidupan masyarakat. Berdasarkan dua pengertian di

atas, maka kelembagaan dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan yang

berlaku di masyarakat yang berfungsi mengatur tata kelakukan dan hubungan

dalam masyarakat. Kelembagaan dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu lembaga kemasyarakatan sebagai peraturan dan kelembagaan masyarakat

yang sungguh-sungguh berlaku (Soekanto dalam Basrowi 2005). Kelembagaan

masyarakat sebagai peraturan terjadi ketika norma tersebut mengatasi dan

mengatur perilaku masyarakat. Sedangkan, maksud dari lembaga masyarakat yang

sungguh-sungguh berlaku adalah jika norma tersebut sepenuhnya membantu

pelaksanaan dalam pola kemasyarakatan.

Pranata dalam sistem usaha tani yang dapat diidentifikasi, antara lain: 1)

bagaimana sistem kepemilikan atas suatu lahan; 2) bagaimana hubungan antar

aktor di dalam sebuah lahan, seperti hubungan antara pemilik lahan dengan

penggarap; 3) bagaimana sistem pembayaran yang diterima pemilik lahan dan

penggarap; 4) bagaimana tahapan usaha tani tersebut beserta aturannya mulai dari

penanaman hingga pasca panen; 5) bagaimana penggunaan tenaga kerja serta

aturannya yang mencakup jam kerja dan pembayaran pada setiap tahapan usaha

tani tersebut. Setiap bentuk pranata sosial tersebut terbentuk akibat adanya

kesepakatan bersama atau terbentuk secara alami melalui proses panjang

perjalanan waktu tergantung pada kondisi lingkungan fisik, sosial, dan budaya di

daerah pranata tersebut berada.

Gambaran Umum Kesejahteraan Petani

Konsep Kesejahteraan

Kesejahteraan adalah konsep yang sampai saat ini memiliki banyak

perbedaan definisi. Konsep kesejahteraan dapat dilihat dari berbagai dimensi,

seperti ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya. Inti dari konsep kesejahteraan

adalah kondisi terpenuhinya setiap aspek hidup manusia entah itu moril atau

materiil. Dalam pasal 1 yang tercantum dalam Undang-Undang Republik

Page 22: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

7

Indonesia Nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, dinyatakan bahwa

yang dimaksud dengan kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya

kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan

mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Untuk mengukur seberapa tinggi tingkat kesejahteraan suatu individu,

diperlukan berbagai indikator dari berbagai dimensi. Sama seperti definisi dari

konsep kesejahteraan, sebuah indikator yang menyatakan apakah individu

sejahtera atau tidak, juga memiliki berbagai versi dari banyak ahli. Badan Pusat

Statistik (BPS) menyatakan untuk mengetahui kesejahteraan seseorang, maka ada

6 hal yang dapat mengindikasikan, antara lain kependudukan, kesehatan dan gizi,

pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan

lingkungan, serta sosial dan budaya (BPS 2006).

Berbeda dengan BPS, CIFOR (2007) menyatakan ada sebuah model yang

menjelaskan mengenai bagaimana melihat konsep kesejahteraan. NESP (Nested

Spheres of Poverty) menjelaskan bahwa kesejahteraan dipengaruhi oleh berbagai

lingkungan beserta aspek kehidupan yang ada di dalamnya. Dalam gambar di

bawah ini dijelaskan, lingkaran inti yang berada di tengah dinamakan sebagai

kesejahteraan subjektif. Kesejahteraan ini merupakan kesejahteraan yang sifatnya

sangat individu dan emosional. Dikatakan seperti itu karena kesejahteraan ini

tidak memiliki nilai standar yang konstan. Kesejahteraan ini berubah-ubah sesuai

dengan suasana hati dan lingkungan individu tersebut. Dengan kata lain,

kesejahteraan ini secara garis besar dipengaruhi oleh kesehatan, kekayaan materi,

dan pengetahuan. Lingkungan konteks yang meliputi lingkungan alam, ekonomi,

sosial, dan politik secara langsung mempengaruhi kesehatan, kekayaan materi,

dan pengetahuan yang akhirnya secara tidak langsung mempengaruhi

kesejahteraan subjektif. Sedangkan, lingkungan konteks dipengaruhi oleh

prasarana dan layanan. Penjelasan di atas, dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Model NESP (Nested Spheres of Poverty)

Sumber: CIFOR (2007)

Page 23: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

8

Kondisi Kesejahteraan Petani

Petani berdasarkan besaran skala usahanya dapat dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu petani yang berusaha tani skala kecil dan petani yang berusaha tani

skala besar. Petani skala besar ini biasanya memiliki lahan besar yang didukung

dengan sarana produksi yang modern, tenaga kerja yang banyak, dan berorientasi

profit. Petani yang memiliki usaha tani kecil memiliki ciri-ciri berusaha tani di

lingkungan yang tekanan penduduk lokalnya mengalami peningkatan, memiliki

sumber daya yang terbatas, produksi subsisten, dan kurang mendapatkan

pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya (Soekartawi et al 1989).

Sedangkan, menurut BPLPP yang dikutip oleh Soekartawi et al (1989),

menyatakan petani kecil adalah petani yang berpendapatan rendah (kurang dari

240 kg beras/kapita/tahun), memiliki lahan sempit (0.25 hektar di Jawa dan 0.5

hektar di luar jawa), kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas, dan

memiliki pengetahuan yang terbatas dan kurag dinamis.

Melihat perbedaan kedua jenis petani di atas, terlihat bahwa petani kecil

identik dengan kemiskinan dan kesengsaraan. Dibandingkan dengan petani besar,

petani kecil-lah yang biasanya identik dengan tingkat kesejahteraan yang rendah.

Hal tersebut seperti yang dituliskan oleh Nasution (2005).

”Kesejahteraan rakyat yang bekerja di sektor pertanian kini sungguh

memprihatinkan, terutama mereka yang posisinya sebagai buruh tani

dan petani berlahan sempit (petani gurem dan petani dengan lahan

kurang dari satu hektar). Petani berlahan sempit dan buruh tani adalah

kelompok yang paling mempresentasikan kondisi ekonomi petani

seluruhnya, sebab sebagian besar petani-petani Indonesia berasal dari

kelompok ini.”

Menurut data Biro Pusat Statistik 2003 dalam Nasution (2005), buruh tani

merupakan profesi yang pendapatannya paling rendah jika dibandingkan dengan

profesi yang ada di sektor pertanian lainnya. Bahkan pendapatan rata-rata buruh

tani dan petani yang memiliki lahan sempit setiap tahunnya mengalami

penurunan. Lebih lanjut, Nasution (2005) berpendapat bahwa masalah

kesejahteraan petani tidak hanya berhubungan dengan luas lahan yang

dimilikinya, namun juga bisa berhubungan dengan persoalan lain yang memiliki

pengaruh besar terhadap pendapatan petani. Kesejahteraan tidak hanya selalu

berkaitan dengan pendapatan tetapi juga dapat berkaitan dengan rasa aman.

Kesejahteraan adalah hal yang berupa aspek yang menangani kebutuhan fisik dan

batin serta menciptakan rasa nyaman, puas, adil, dan bahagia.3

Konversi Tanaman Komoditi

Konsep Konversi Tanaman Komoditi

Konversi lahan adalah berubahnya penggunaan suatu lahan ke penggunaan

lainnya (Ruswandi 2005). Dengan kata lain dapat dikatakan konversi lahan adalah

berubahnya alih fungsi suatu lahan. Seiring dengan dinamika kehidupan

3 Perkataan Prof Dr Endriatmo Soetarto, MA. ketika bimbingan Studi Pustaka tanggal 14

Desember 2012

Page 24: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

9

masyarakat, seperti adanya kebijakan, jumlah penduduk, mobilitas penduduk, dan

sebagainya, maka alih fungsi lahan dapat dikatakan sebagai hal yang biasa atau

wajar bila terjadi. Alih fungsi lahan akan menjadi masalah apabila tindakan alih

fungsi lahan berdampak negatif bagi lingkungan sekitar lahan tersebut (Utomo

1992).

Utomo (1992) menyebutkan bahwa alih fungsi lahan dapat bersifat

permanen dan sementara. Alih fungsi lahan permanen terjadi ketika lahan

pertanian seperti sawah dimanfaatkan untuk sektor non-pertanian, seperti

perumahan atau industri. Sedangkan alih fungsi lahan yang sifatnya sementara

misalnya lahan pertanian sawah yang diubah menjadi perkebunan. Tidak jauh

berbeda dengan Utomo, Harini dalam Hamdan (2012) membedakan perubahan

penggunaan lahan menjadi empat, yaitu perubahan dari suatu jenis pertanian ke

pertanian lainnya, perubahan dari lahan pertanian ke non-pertanian, perubahan

dari penggunaan non-pertanian menjadi lahan pertanian, dan perubahan non-

pertanian ke bentuk non-pertanian lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka

dapat dikatakan bahwa konversi tanaman komoditi memiliki definisi sebagai

berubahnya suatu jenis komoditi pada suatu lahan ke komoditi lainnya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Konversi Tanaman Komoditi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi dari kata faktor adalah

hal, keadaan, atau peristiwa yang menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya

sesuatu. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi konversi tanaman komoditi adalah setiap hal, keadaan, atau

peristiwa yang menyebabkan terjadinya konversi tanaman komoditi. Banyak

tulisan yang membahas mengenai apa saja faktor yang menyebabkan konversi

tanaman komoditi yang terjadi di wilayah Indonesia. Setiap tulisan tersebut

memiliki perbedaan dalam menunjukkan faktor penyebab suatu alih fungsi lahan.

Perbedaan tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan wilayah penelitian yang

memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Artinya, faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya konversi tanaman komoditi tergantung pada kondisi

sosial, geografi, fisik daerah tempat terjadinya peristiwa konversi lahan. Faktor-

faktor tersebut ada yang semakin menguatkan motivasi petani untuk mengambil

keputusan alih fungsi lahan sehingga meningkatkan laju alih fungsi lahan, namun

ada yang menurunkan laju alih fungsi lahan.

Astuti et al. (2011) dalam penelitiannya menemukan ada 14 faktor yang

menyebabkan petani melakukan alih fungsi komoditi di lahannya menjadi

tanaman kelapa sawit. Keempat belas faktor tersebut mereka bagi ke dalam tiga

aspek, yaitu aspek ekonomis, aspek lingkungan, dan aspek teknis. Aspek

ekonomis memiliki 5 faktor penyebab, antara lain harga jual tanaman pangan

yang rendah khususnya pada saat panen, panen sawit dilakukan kontinyu setiap 2

minggu, keuntungan berkebun sawit lebih tinggi, harga sawit lebih terjamin atau

stabil, dan biaya pemeliharaan tanaman sawit lebih rendah. Aspek lingkungan

memiliki 5 faktor penyebab, yaitu kecocokan lahan untuk kebun sawit, ancaman

hama dan penyakit pada tanaman pangan, kondisi irigasi tidak mendukung, posisi

tawar petani sawit lebih tinggi, dan tenaga kerja kebun sawit lebih sedikit.

Sedangkan, aspek teknis terdiri atas 4 faktor penyebab, antara lain tanaman sawit

berumur panjang, proses pasca panen tanaman pangan lebih sulit, teknik budidaya

sawit lebih mudah, dan kesulitan pengadaan pupuk untuk tanaman pangan.

Page 25: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

10

Sedangkan dalam penelitiannya di wilayah Bandung Utara pada tahun 2007,

Ruswandi et al. (2007) menemukan sedikitnya 5 faktor yang berpengaruh nyata

dengan laju konversi lahan yang terjadi di wilayah tersebut. Kelima faktor

tersebut merupakan faktor yang dapat menurunkan laju konversi lahan maupun

meningkatkan laju konversi lahan. Kelima faktor tersebut adalah kepadatan petani

pemilik pada tahun 1992, kepadatan petani penggarap atau buruh pada tahun

1992, jumlah masyarakat miskin, luas lahan guntai4, serta jarak lahan dengan kota

atau kecamatan.

Selanjutnya, Sihaloho et al. (2007) menemukan bahwa terdapat 5 faktor

yang menyebabkan terjadinya konversi pada lahan pertanian, antara lain

meningkatnya jumlah penduduk, keterdesakan ekonomi yang dialami warga,

investasi dari pihak swasta, adanya intervensi dari pemerintah mengenai kebijakan

agraria, serta faktor luar dimana yang dimaksud dengan faktor ini adalah warga

yang “ikut-ikutan” untuk menjual tanahnya.

Berbeda dengan Sihaloho, Hamdan (2012) membagi faktor penyebab

konversi tanaman padi ke kelapa sawit ke dalam dua faktor, yaitu faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari kondisi

keluarga petani dan usaha tani sawah. Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah

luas sawah yang dimiliki, pengalaman dalam usaha tani padi, dan tingkat

ketersediaan tenaga kerja. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari kondisi

dari luar yang mempengaruhi pengelolan lahan sawah. Yang termasuk ke dalam

faktor ini adalah permasalahan pada irigasi, sarana produksi pupuk, tingkat resiko

usaha tani padi, pengetahuan petani mengenai peraturan konversi lahan pangan,

dan harga tandan buah segar kelapa sawit. Selanjutnya, Hamdan mengkategorikan

faktor-faktor tersebut ke dalam dua faktor, yaitu faktor pendorong (pull factor)

dan faktor penarik (push factor). Menurutnya, faktor pendorong biasanya

memiliki konotasi negatif karena hal tersebut menunjukkan adanya kekurangan

pada sektor pertanian dan wilayah pedesaan. Sedangkan faktor penarik biasanya

memiliki arti yang positif karena hal tersebut menujukkan bahwa tanaman

perkebunan lebih menguntungkan daripada tanaman pangan. Harga tandan buah

segar (TBS) sawit menjadi satu-satunya faktor pendorong yang berpengaruh nyata

terhadap konversi tanaman komoditi di wilayah tersebut. Sedangkan, masalah

pada sarana irigasi, tingkat kegagalan usaha tani, ketersediaan tenaga kerja,

ketersediaan pupuk, jumlah pengalaman petani dalam berusaha tani sawah, serta

pengetahuan mengenai peraturan konversi lahan pangan menjadi faktor penarik

bagi petani.

Konversi lahan pada umumnya banyak terjadi di lahan sawah. Kondisi

tersebut dapat dijelaskan oleh empat alasan berikut. Pertama, wilayah

agroekosistem yang didominasi oleh sawah lebih padat penduduknya jika

dibandingkan dengan agroekosistem lahan kering, sehingga permintaan untuk

tanah menjadi tinggi karena tekanan penduduk. Kedua, banyak di antara daerah

persawahan yang lokasinya dekat dengan kota. Ketiga, daerah persawahan lebih

baik dari segi infrastrukturnya dibandingkan lahan kering. Keempat,

pembangunan pemukiman dan industri membutuhkan wilayah yang bertopografi

agar berlangsung dengan cepat. Namun, di wilayah yang bertopografi datar seperti

Pulau Jawa, sebagian besar lahannya adalah lahan sawah.

4 Lahan guntai adalah lahan yang dimiliki oleh orang yang bukan bertempat tinggal di desa tempat

lahan tersebut berada.

Page 26: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

11

Selain berbagai faktor yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu

penyebab konversi tanaman komoditi yang saat ini marak terjadi adalah land

grabbing atau perampasan lahan. Land grabbing adalah kegiatan pengambilalihan

hak dan akses atas suatu lahan oleh pihak yang memiliki „kekuatan‟ yang lebih

besar dari pihak-pihak yang dianggap „lemah‟. Praktek land grabbing yang saat

ini sedang marak terjadi biasanya dilakukan oleh pihak perkebunan besar, entah

itu negeri atau swasta. Perusahaan tersebut melakukan pengambilalihan lahan

dengan tujuan untuk mengganti komoditi yang ada dengan komoditi perdagangan

internasional, seperti kelapa sawit, coklat, kopi, teh, dan sebagainya. Hal tersebut

seperti yang diungkapkan oleh AGRA (2012), permasalah land grabbing atau

perampasan tanah yang dilakukan kaum pemilik modal banyak telah membuat

petani harus menyerahkan lahan yang dimilikinya atau mengganti komoditi yang

diusahakannya. Akibatnya petani menjadi buruh sendiri di lahan pertanian

mereka.

Perubahan Pranata Sosial pada Konversi Tanaman Komoditi

Seiring dengan perubahan waktu, kelembagaan dapat berubah. Sifat

kelembagaan yang dinamis dan rentan akan perubahan ini disebabkan karena nilai

dan budaya dalam masyarakat yang berubah (Yustika 2006). Yustika (2006)

menjelaskan bahwa perubahan kelembagaan dapat diartikan sebagai terjadinya

sebuah kondisi dimana berubahnya prinsip regulasi, organisasi, perilaku, dan

pola-pola interaksi. Perubahan kelembagaan merupakan sebuah proses yang

berlangsung secara terus-menerus yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas

interaksi antar pihak yang terkait, dimana berubahnya kelembagaan mendorong

perubahan mengenai kondisi-kondisi awal yang kemudian dibuatlah penyesuaian

yang baru, sehingga terciptalah keadaan baru yang memiliki keseimbangan

dinamis (Yustika 2006). Proses perubahan kelembagaan ada yang terjadi secara

bertahap, namun ada pula yang berlangsung secara cepat tergantung dari respon

individu atas kondisi perubahan yang dialaminya (Yustika 2006). Terdapat empat

sumber yang dapat diidentifikasi yang menyebabkan terjadinya berubahnya suatu

pranata, antara lain rekaya sosial, kelangkaan (dapat berupa kelangkaan sumber

daya atau aturan main), oportunisme, dan perubahan kebijakan (Yustika 2006).

Setiap sistem usaha tani memiliki aturan main, tata kelola, pranata atau

kelembaagaan yang mengaturnya. Pranata tersebut berbeda-beda tergantung

wilayah, keadaan masyarakatnya, dan jenis komoditi yang diusahakan. Ketika

suatu komoditi yang diusahakan di suatu lahan mengalami perubahan ke komoditi

lain, hal tersebut tentu saja membuat pranata sosial atau kelembagaan yang telah

ada sejak lama berubah. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan pada sistem

kepemilikan lahan, sistem pola tanam, sistem hubungan pemilik dan buruh, sistem

bagi hasil, atau sistem penggunaan tenaga. Perubahan-perubahan pada

kelembagaan sistem usaha tani akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Pada proyek perkebunan tebu di KPH Tangen terdapat sistem bagi hasil yang

ditetapkan di antara pihak-pihak yang terlibat. Ketika petani tersebut tidak

mengikuti proyek perkebunan tebu, mereka memperoleh pendapatan langsung

dari hasil usaha taninya yang dijual kepada pedagang tanpa harus berbagi

dengan pihak lain. Setelah mereka menanam tebu, pendapatan yang diterima

Page 27: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

12

mereka adalah 65% dari rendemen tebu yang dihasilkan oleh mereka (Wiyono

2002).

2. Penelitian Hamdan (2012) mengungkapkan bahwa adanya perbedaan pada pola

tanam, curahan tenaga kerja yang digunakan, sistem bagi hasil perbandingan

tenaga kerja laki-laki dan perempuan, penggunaan faktor produksi, dan

penerimaan yang didapat petani ketika mereka berusaha tani padi ke usaha tani

kelapa sawit. Sebagai contoh, usaha tani padi lebih banyak menggunakan

tenaga kerja baik itu dari tenaga kerja dari keluarga maupun tenaga kerja dari

luar, sedangkan pada usaha tani kelapa sawit penggunaan tenaga kerja lebih

sedikit dan lebih menggunakan tenaga kerja yang berasal dari keluarga saja.

Contoh lainnya, pada tanaman padi masih digunakan sistem bagi hasil,

sedangkan usaha tani kelapa sawit pembayaran dilakukan dengan sistem upah.

3. Dassir (2010) menemukan bahwa terdapat perubahan pola hubungan antara

pemilik lahan dengan pengelola lahan atau buruh tani pada petani yang

mengusahakan monokultur kemiri dengan petani yang mengkonversi kemiri

menjadi coklat.

4. Perubahan kelembagaan pada usaha tani padi ke coklat juga terjadi di

Komunitas Bolapapu, Sulawesi Tengah. Jika pada usaha tani pengambilan

keputusan dan pengerjaan tugas banyak dilakukan oleh kaum wanita, kecuali

pekerjaan yang memang membutuhkan tenaga laki-laki, seperti

menyemprotkan pestisida pada tanaman. Jauh berbeda dengan usaha tani

coklat, semua keputusan dibuat oleh laki-laki, wanita pada usaha tani coklat

sedikit sekali peranannya (Savitri 2007).

Dampak Perubahan Pranata Sosial Pertanian Bagi Kesejahteraan Petani

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, peralihan suatu jenis komoditi

sudah pasti terdapat pranata yang berubah. Berubahnya pranata kelembagaan pada

sistem usaha tani tentu saja akan berdampak bagi pihak-pihak yang terkait di

dalamnya. Petani adalah pihak yang langsung terkena dampak dari perubahan

pranata kelembagaan akibat beralihnya jenis komoditi yang diusahakannya.

Dampak dapat mempengaruhi berbagai hal, yang salah satunya adalah

kesejahteraan petani.

Perubahan pranata kelembagaan pada konversi tanaman komoditi dapat

menyebabkan dua kemungkinan bagi kesejahteraan petani. Perubahan pranata

kelembagaan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan petani atau menurunkan

kesejahteraan petani. Berikut ini dipaparkan beberapa kasus konversi tanaman

komoditi yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani.

1. Penelitian di Kabupaten Kampar, Rokan Hulu, dan Kabupaten Pelalawan,

Provinsi Riau menemukan bahwa pengembangan perkebunan kelapa sawit

dapat memperluas kesempatan bekerja dan menambah lapangan pekerjaan

sehingga masyarakat dapat menambah pemasukan pendapatannya.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa komoditi kelapa sawit memiliki

tingkat pendapatan per tahun tertinggi dibandingkan komoditi palawija dan

karet. Pada tahun 2005, tingkat pendapatan rata-rata petani kelapa sawit per

tahun sebesar 18 juta rupiah, sedangkan petani karet sebesar Rp11 856

Page 28: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

13

000/tahun, dan petani palawija sebesar Rp4 320 000/tahun (Syahza dan

Khaswarina 2007).

2. Di Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu,

komoditi kelapa sawit lebih menjanjikan secara ekonomis dibandingkan

komoditi padi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan nilai land rent tanaman

kelapa sawit yang lebih besar daripada padi. Perbedaan nilai land rent ini

didapatkan dari penghitungan pada penggunaan input produksi, curahan tenaga

kerja, dan pemasukan. Perbedaan nilai land rent ini menunjukkan bahwa antara

usaha tani padi dan kelapa sawit terdapat perbedaan kelembagaan yang

berlaku, seperti pola tanam, proporsi tenaga kerja laki-laki dan perempuan, dan

sistem bagi hasil. (Hamdan 2012).

3. Penelitian Muh. Dassir (2010) di wilayah Camba, Kabupaten Maros, Provinsi

Sulawesi Selatan menemukan bahwa penduduk di kedua desa penelitian yang

saat ini tidak lagi menerapkan sistem pola wanatani kemiri monokultur.

Mereka mengonversi sistem pola tani monokultur kemiri dengan pola tani

coklat dan kemiri karena pendapatan yang diterima petani yang menerapkan

pola tani coklat kemiri lebih besar daripada yang masih menerapkan

monokulutur kemiri. Pendapatan yang diterima petani yang menerapkan pola

coklat-kemiri mencapai 20 kali lipat dari petani yang menerapkan pola

monokultur kemiri.

Untuk kasus konversi tanaman komoditi yang menurunkan kesejahteraan

petani akan dipaparkan berikut ini.

1. Berdasarkan penelitian tentang konversi lahan yang terjadi di wilayah Bandung

Utara diketahui bahwa konversi lahan berpengaruh nyata terhadap penurunan

kesejahteraan petani. Semakin luas lahan petani yang terkonversi, maka akan

semakin tinggi peluang penurunan kesejahteraan petani. Jika sebanyak 1% dari

lahan petani dikonversi, maka akan terjadi penurunan tingkat kesejahteraan

sebesar 1 077 kali jika dibandingkan tidak melakukan konversi. Konversi lahan

pada awalnya memang meningkatkan kesejahteraan petani, namun untuk

beberapa lama kemudian kesejahteraan petani akan menurun. Uang hasil

penjualan lahan telah habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup

petani (Ruswandi et al. 2007).

2. Berdasarkan data, selama periode 2004 sampai 2010, perampasan tanah di

sektor perkebunan menyengsarakan lebih dari 11.4 juta kaum tani. Sedangkan,

perampasan sektor pertanian membuat 175 000 jiwa kaum tani menderita dan

tersingkir dari tanah pertaniannya (AGRA 2012).

3. Kesejahteraan petani yang melaksanakan program pemerintah Kabupaten

Sragen untuk menanami lahan mereka dengan tebu menurun. Menurunnya

kesejahteraan petani diakibatkan sistem bagi hasil yang dibuat oleh pihak-

pihak yang terkait dalam program tersebut tidak menguntungkan petani

(Wiyono 2002).

Berdasarkan contoh kasus-kasus di atas, terlihat bahwa perubahan

kelembagaan pada sistem usaha tani tidak selalu meningkatkan kesejahteraan

petani. Peningkatan kesejahteraan petani disebabkan perubahan kelembagaan

tersebut menguntungkan petani. Sedangkan penurunan kesejahteraan petani

disebabkan karena kelembagaan yang berubah tersebut tidak terlalu berpihak pada

petani. Misalnya saja pada komoditi A tenaga kerja perempuan masih digunakan.

Namun, pada komoditi B tenaga kerja perempuan tidak lagi digunakan. Hal

Page 29: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

14

tersebut tentu saja dapat mengurangi pendapatan rumah tangga seorang petani

karena istrinya tidak lagi bekerja sebagai tenaga kerja di sektor pertanian.

Kerangka Pemikiran

Masalah land grabbing (perampasan lahan) mulai marak terjadi pada lahan-

lahan pertanian di Indonesia. Masalah perampasan lahan ini biasanya berujung

pada pengambilalihan lahan oleh pihak yang memiliki „kekuatan‟ yang lebih

besar, misalnya perusahaan perkebunan. Tujuan perusahaan perkebunan

melakukan pengambilalihan lahan adalah mengonversi lahan pertanian yang ada

menjadi bentukan lahan pertanian lainnya, dengan kata lain mengganti komoditi.

Perubahan komoditi atau yang dapat dikatakan konversi tanaman komoditi, telah

menyebabkan perubahan pranata sosial pertanian yang telah ada. Pranata sosial

yang teridentifikasi mengalami perubahan adalah penguasaan lahan, penggunaan

tenaga kerja, dan sisten panen. Perubahan pranata pertanian ini tentu saja harus

diadaptasi oleh petani yang terkait pada lahan tersebut.

Perubahan pranata sosial pertanian menyebabkan perubahan pada kehidupan

petani yang pada ujungnya akan menyebabkan perubahan pada tingkat

kesejahteraan. Perubahan tersebut berupa perubahan pada sistem mata

pencaharian yang terdiri dari pola pekerjaan dan kesempatan bekerja, serta

perubahan hubungan antar warga. Perubahan sistem mata pencaharian

menyebabkan secara langsung perubahan tingkat kesejahteraan, secara moril dan

materiil. Selain itu, perubahan sistem mata pencaharian juga memiliki andil dalam

perubahan hubungan antar warga. Hubungan yang terjadi adalah hubungan satu

arah yang dijelaskan secara kualitatif. Perubahan hubungan antar warga juga

menyebabkan perubahan tingkat kesejahteraan, namun kesejahteraan yang

dirasakan warga adalah kesejahteraan moril.

Secara garis besar, kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 2.

Page 30: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

15

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian

Keterangan

: Menyebabkan

: Hubungan 1 arah, secara

kualitatif

: Dijelaskan secara deskriptif

: Hubungan kuantitatif

: Hubungan kualitatif

Perubahan Hubungan

Sosial

Hubungan antar

warga

Perubahan Tingkat

Kesejahteraan

Kesejahteraan Moril

Konversi Tanaman Komoditi

(Komoditi Nanas ke Kelapa Sawit)

Pengambilalihan Lahan

n

Perubahan Pranata

Sosial Pertanian

Nanas dan Kelapa

Sawit

1. Penguasaan lahan

2. Penggunaan

tenaga kerja

3. Sistem panen

Perubahan Tingkat

Kesejahteraan

1. Kesejahteraan

Moril

2. Kesejahteraan

Materiil

Perubahan Sistem

Mata Pencaharian

1. Perubahan

kesempatan kerja

2. Perubahan pola

pekerjaan

Page 31: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

16

Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini terbagi menjadi dua berdasarkan jenis metode

penelitiannya, yaitu hipotesis untuk metode kualitatif dan hipotesis untuk metode

kuantitatif. Adapun hipotesis untuk metode kualitatif adalah:

1. Konversi tanaman komoditi menyebabkan perubahan pranata sosial pertanian.

2. Perubahan pranata sosial pertanian dan perubahan sistem mata pencaharian

menyebabkan perubahan pada hubungan antar warga.

3. Perubahan hubungan antar warga menyebabkan perubahan tingkat

kesejahteraan secara moril.

Sedangkan hipotesis untuk metode kuantitatif adalah ada hubungan positif

antara perubahan sistem mata pencaharian dengan tingkat kesejahteraan.

Definisi Konseptual

1. Pengambilalihan lahan adalah berubahnya kepemilikan atau kepenguasaan atas

suatu lahan dari pihak satu ke pihak lainnya yang dilakukan secara paksa.

2. Konversi tanaman komoditi adalah perubahan jenis tanaman komoditi yang

diusahakan pada suatu lahan.

3. Pranata sosial sistem pertanian adalah peraturan dan tata cara yang terdapat

pada sistem usaha tani yang mengatur bagaimana hubungan antar aktor-aktor

usaha pertanian. Pranata sosial pertanian meliputi pranata sosial yang mengatur

penguasaan lahan, penggunaan tenaga kerja, dan sistem panen.

4. Tingkat kesejahteraan adalah kondisi dimana kebutuhan materiil dan moril

terpenuhi.

Definisi Operasional

1. Perubahan pranata sosial pada sistem pertanian adalah berubahnya tata cara,

aturan, atau kebiasaan yang dilakukan aktor-aktor sistem pertanian. Perubahan

pranata sosial diteliti dengan metode kualitatif yang meliputi:

a) Pranata pada penguasaan lahan adalah aturan yang mengatur bagaimana

lahan tersebut dikuasai oleh seseorang.

b) Pranata pada penggunaan tenaga kerja adalah aturan yang mengatur

bagaimana penggunaan tenaga kerja pada sistem pertanian, yang meliputi

penggunaan tenaga kerja pada setiap tahapan pertanian, peranan setiap

tenaga kerja, hubungan kerja antara pemilik lahan dengan penggarap atau

buruh tani, dan sistem pembayaran tenaga kerja.

c) Pranata pada sistem panen adalah aturan yang mengatur bagaimana sistem

panen atas komoditi yang diusahakan.

2. Perubahan sistem mata pencaharian adalah perbedaan pada kesempatan kerja

dan pola pekerjaan petani saat sebelum dan sesudah terjadinya konversi

tanaman komoditi. Perubahan ini diukur dengan metode penelitian kuantitatif.

a) Kesempatan kerja adalah berubahnya peluang yang dimiliki oleh seseorang

untuk mendapatkan pekerjaan pada saat ini dibandingkan dengan sebelum

terjadinya konversi tanaman komoditi. Kesempatan kerja dibedakan

menjadi dua, yakni kesempatan kerja di sektor pertanian dan kesempatan

Page 32: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

17

kerja di sektor non-pertanian. Untuk mengetahui seberapa besar perubahan

pada masing-masing jenis kesempatan kerja tersebut, maka digunakan:

i. Perubahan kesempatan kerja di sektor pertanian adalah persepsi rumah

tangga terhadap peluangnya untuk memperoleh pekerjaan di sektor

pertanian setelah adanya konversi tanaman komoditi. Kesempatan kerja

di sektor pertanian diukur dari kesempatan kerja paling mudah sampai

kesempatan kerja paling sulit saat ini dibandingkan sebelum terjadinya

konversi tanaman komoditi.

Sangat sulit: tidak ada lagi kesempatan kerja, skor 1.

Sulit: pekerjaan sedikit dan terbatas (misal hanya sebagai buruh tani),

skor 2.

Netral: sama saja (tidak ada perubahan kesempatan kerja), skor 3.

Mudah: pekerjaan agak terbuka luas, skor 4.

Sangat mudah: pekerjaan di sektor pertanian lebih besar dibandingkan

dengan pekerjaan di sektor non-pertanian, skor 5.

ii. Perubahan kesempatan kerja di sektor non-pertanian adalah persepsi

rumah tangga terhadap peluangnya untuk memperoleh pekerjaan di

sektor non-pertanian setelah adanya konversi tanaman komoditi.

Kesempatan kerja di sektor non-pertanian diukur dari kesempatan kerja

paling mudah sampai paling sulit saat ini dibandingkan sebelum

terjadinya konversi tanaman komoditi.

Sangat sulit: tidak ada lagi kesempatan kerja, skor 1.

Sulit: pekerjaan sedikit dan terbatas, skor 2.

Netral: sama saja (tidak ada perubahan kesempatan kerja), skor 3.

Mudah: pekerjaan agak terbuka luas, skor 4.

Sangat mudah: pekerjaan di sektor non-pertanian lebih besar

dibandingkan dengan pekerjaan di sektor pertanian, skor 5.

b) Perubahan pola pekerjaan adalah perbedaan kesibukan atau kegiatan

responden yang dilakukan setiap hari untuk mencari nafkah akibat konversi

tanaman komoditi. Pola pekerjaan diukur dari perubahan pekerjaan dari

yang berada paling di luar sektor pertanian sampai pekerjaan yang termasuk

paling sektor pertanian pada saat ini.

i. Sangat buruk: dari petani penggarap menjadi pengangguran atau bekerja

serabutan, skor 1.

ii. Buruk: dari petani penggarap menjadi pekerja di sektor non-pertanian

sebagai buruh, kuli bangunan, tukang ojek, pedagang keliling, dan

sebagainya yang merupakan pekerjaan yang tidak menghasilkan gaji

tetap, skor 2.

iii. Sedang: dari petani penggarap bekerja di sektor non-pertanian yang

mendapatkan gaji tetap per bulan, skor 3.

iv. Baik: tetap bekerja sebagai petani penggarap atau buruh tani, skor 4

v. Sangat baik: saat ini bekerja di sektor pertanian dan non-pertanian, skor

5.

3. Perubahan pada hubungan sosial adalah perbedaan pada interaksi sosial

seseorang saat ini dengan dahulu. Perubahan hubungan sosial terdiri dari

perubahan hubungan antar warga. Perubahan pada hubungan antar warga

adalah perbedaan interaksi antara warga yang satu dengan warga yang lainnya

setelah adanya konversi tanaman komoditi dibandingkan sebelum terjadinya

Page 33: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

18

konversi tanaman komoditi. Perubahan hubungan antar warga diteliti secara

kualitatif.

4. Perubahan tingkat kesejahteraan adalah perbedaan pada ukuran seberapa tinggi

atau rendah aspek-aspek kesejahteraan yang dirasakan responden. Tingkat

kesejahteraan yang dirasakan responden dikategorikan secara dua, yakni

kesejahteraan moril dan kesejahteraan materiil. Perubahan tingkat

kesejahteraan diteliti secara kuantitatif.

a) Kesejahteraan moril adalah perasaan aman dan nyaman yang dirasakan oleh

responden atas kehidupan yang sekarang dibandingkan sebelum terjadinya

konversi tanaman komoditi. Kesejahteraan moril dinyatakan oleh persepsi

responden mengenai seberapa besar rasa aman atas pekerjaan termasuk

pendapatan yang dihasilkan dari suatu pekerjaan yang dijalani serta persepsi

responden mengenai rasa nyaman akan hubungannya dengan orang-orang

disekitarnya.

i. Persepsi rasa aman pekerjaan adalah rasa aman yang dirasakan atas

pekerjaan beserta pendapatan yang dihasilkan oleh pekerjaan tersebut,

yang diukur dengan tingkat mulai dari paling aman hingga paling tidak

aman.

Sangat aman: semua pekerjaan yang dilakukan responden pada saat

ini sangat memberikan keamanan finansial untuk kehidupannya, skor

5.

Aman: semua pekerjaan yang dilakukan responden pada saat ini dirasa

cukup aman untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saat ini dan di

masa yang akan datang, skor 4.

Netral: semua pekerjaan yang dilakukan responden pada saat ini

dirasa sama amannya dengan pekerjaan sebelum konversi tanaman

komoditi, skor 3.

Tidak aman: semua pekerjaan yang dilakukan responden pada saat ini

dirasa kurang aman untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saat ini dan

di masa yang akan datang, skor 2.

Sangat tidak aman: semua pekerjaan yang dilakukan responden pada

saat ini dirasa sangat tidak aman, skor 1.

ii. Persepsi rasa nyaman hubungan adalah rasa nyaman yang dirasakan atas

hubungan responden dengan orang-orang disekitarnya, baik itu dalam

berinteraksi, bekerja sama, hingga tolong-menolong saat ini

dibandingkan dengan sebelum konversi tanaman komoditi.

Sangat nyaman: saya merasa sangat mudah untuk berinteraksi, bekerja

sama, meminta tolong dan menolong dengan warga lain, skor 5.

Nyaman: saya merasa cukup mudah untuk untuk berinteraksi, bekerja

sama, meminta tolong dan menolong dengan warga lain, skor 4.

Netral: kenyamanan akan berinteraksi, bekerja sama, dan tolong-

menolong dengan warga Kumpay yang lain sama saja dengan sebelum

terjadinya konversi tanaman komoditi, skor 3.

Tidak nyaman: saya merasa tidak nyaman ketika harus berinteraksi

dengan warga lain di Kumpay, skor 2.

Sangat tidak nyaman: saya merasa sangat tidak nyaman ketika harus

berinteraksi dengan yang lain dan merasa curiga dengan warga

lainnya , skor 1.

Page 34: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

19

b) Kesejahteraan materiil adalah kesejahteraan yang diukur berdasarkan nilai-

nilai ekonomi dan keberadaan benda fisik yang berharga, yaitu pendapatan

dan kepemilikan aset.

i. Pendapatan adalah jumlah seluruh pemasukan yang diterima rumah

tangga atas setiap pekerjaan yang dilakukannya saat ini dibandingkan

sebelum terjadinya konversi tanaman komoditi. Pendapatan dibagi ke

dalam 5 kategori dari yang sangat rendah hingga sangat tinggi dengan

indikator yang ditentukan secara partisipatif menurut perspektif lokal.

Sangat rendah: tidak memiliki penghasilan, skor 1.

Rendah: memiliki penghasilan yang tidak tentu, skor 2.

Sedang: memiliki penghasilan 15 ribu rupiah dalam beberapa hari

sekali secara rutin, skor 3.

Tinggi: memiliki penghasilan lebih dari sama dengan 30 ribu rupiah

dalam beberapa hari sekali secara rutin atau setiap hari, skor 4.

Sangat tinggi: memiliki penghasilan tetap dengan gaji di atas 1 juta

rupiah, skor 5.

ii. Kepemilikan aset adalah jumlah seluruh barang berharga yang dimiliki

atau dikuasai rumah tangga yang terdiri dari kepemilikan lahan pertanian,

penguasaan lahan pertanian, hewan ternak, dan kendaraan bermotor pada

saat ini dibandingkan sebelum terjadinya konversi tanaman komoditi.

Kepemilikan lahan pertanian adalah jumlah lahan pertanian yang

dimiliki oleh setiap rumah tangga setelah terjadinya konversi tanaman

komoditi dibandingkan dengan sebelum terjadinya konversi tanaman

komoditi. Luas lahan pertanian diukur dari kepemilikan luas lahan

pertanian yang paling sempit sampai paling luas dengan indikator

yang ditentukan secara partisipatif menurut perspektif lokal.

Tidak punya lahan: skor 1

Lahan sempit: 50 bata5, skor 2

Sedang: 51 bata – 100 bata, skor 3

Lahan luas: 101 bata – 150 bata, skor 4

Lahan sangat luas: 151 bata, skor 5

Penguasaan lahan adalah perubahan status lahan yang dikuasai oleh

rumah tangga akibat konversi tanaman komoditi. Status ini diukur dari

yang status paling rendah hingga paling tinggi.

Sangat rendah: tidak punya lahan, skor 1

Rendah: tumpang sari, skor 2

Sedang: buruh tani atau bagi hasil, skor 3

Tinggi: sewa, skor 4

Sangat tinggi: milik, skor 5

Kepemilikan barang-barang berharga seperti ternak dan kendaraan

bermotor diukur berdasarkan banyaknya jenis ternak dan kendaraan

bermotor yang dimiliki oleh rumah tangga yang ditentukan secara

partisipatif menurut perspektif lokal.

Ternak: sangat rendah (tidak memiliki, skor 1); rendah (hanya

memiliki ayam kampung, skor 2); sedang (hanya memiliki

5 1 bata = 14 m

2

Page 35: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

20

kambing atau domba, skor 3); tinggi (hanya memiliki sapi atau

kerbau, skor 4); dan sangat tinggi (memiliki semua jenis hewan

ternak atau lebih dari satu jenis, skor 5).

Kendaraan bermotor: sangat rendah (tidak memiliki, skor 1);

rendah (memiliki motor sebanyak 1 buah, skor 2); sedang

(memiliki motor lebih dari 1, skor 3); tinggi (memiliki mobil, skor

4); sangat tinggi (memiliki mobil lebih dari 1 atau memiliki mobil

dan motor, skor 5).

Page 36: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian eksplanatori karena penelitian

ini berusaha menjelaskan hubungan kausal antara berbagai variabel yang ada di

dalamnya melalui uji hipotesa (Singarimbun 1989). Variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah perubahan pranata sosial pertanian

komoditi nanas ke kelapa sawit, perubahan hubungan antar warga, perubahan

sistem mata pencaharian, dan perubahan tingkat kesejahteraan petani. Variabel-

variabel tersebut kemudian dibedakan menjadi 3, yaitu variabel independen,

variabel dependen, dan variabel antara. Variabel perubahan pranata sosial

pertanian komoditi nanas ke kelapa sawit adalah variabel independen karena

mempengaruhi variabel di dalamnya. Variabel perubahan hubungan antar warga

dan tingkat kesejahteraan menjadi variabel dependen karena berubah setelah

mendapatkan pengaruh dari variabel independen (variabel perubahan pranata

sosial pertanian komoditi nanas ke kelapa sawit). Sedangkan variabel antara

adalah variabel perubahan sistem mata pencaharian, karena menjadi variabel yang

mengubungkan antara variabel perubahan pranata sosial pertanian komoditi nanas

ke kelapa sawit dengan perubahan tingkat kesejahteraan. Dengan kata lain,

variabel perubahan pranata sosial pertanian komoditi nanas ke kelapa sawit

memiliki pengaruh tidak langsung dengan perubahan tingkat kesejahteraan.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui pranata

pertanian yang mengalami perubahan akibat konversi tanaman komoditi, dampak

perubahan pranata pertanian terhadap hubungan antar warga, hubungan antara

perubahan sistem mata pencaharian dengan hubungan antar warga, serta dampak

perubahan hubungan antar warga dengan kesejahteraan secara moril. Adapun

metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui perubahan sistem mata

pencaharian penggarap dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan yang dirasakan.

Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam metode kuantitatif adalah

kuesioner yang telah disusun sedemikan rupa sehingga dapat memperoleh

informasi yang dibutuhkan dari responden. Sedangkan instrumen untuk metode

kualitatif adalah wawanacara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi terkait.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Desa Kumpay, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa

Barat dipilih menjadi lokasi bagi penelitian ini. Selain karena di desa ini telah

terjadi kasus konversi tanaman komoditi, ada 2 alasan penting yang menjadi dasar

dalam pemilihan lokasi. Pertama, komoditi yang dikonversi merupakan komoditi

yang menjadi ciri khas dari Kota Subang, sehingga menjadi komoditi yang telah

membudaya bagi masyarakat setempat. Komoditi yang telah membudaya tersebut

tentu saja telah menciptakan berbagai pranata sosial pertanian yang khas. Oleh

Page 37: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

22

karena itu, dapat dibayangkan bahwa jika komoditi yang membudaya tersebut

diganti menjadi komoditi lain, maka akan berdampak bagi kehidupan petani

nanas. Kedua, kasus konversi tanaman komoditi yang terjadi, yakni tahun 2007

belum terlalu lama dari waktu dilakukannya penelitian. Dengan kata lain, kasus

tersebut masih hangat untuk diungkap, sehingga masyarakat masih mengingat

bagaimana kondisi sebelum terjadinya konversi tanaman komoditi. Kegiatan

penelitian ini berlangsung dari bulan Februari hingga Juni 2013 yang meliputi

kegiatan penyusunan proposal penelitian, kolokium untuk memaparkan proposal

penelitian, studi lapangan, penyusunan dan penulisan laporan, ujian skripsi, dan

perbaikan laporan penelitian. Kegiatan dan waktu penelitian ini dapat dilihat pada

Lampiran 2.

Teknik Pengambilan Informan dan Responden

Sumber data pada penelitian ini menggunakan informasi yang berasal dari

responden dan informan sebagai subyek penelitian. Informan merupakan pihak

yang dianggap penting karena dapat memberikan keterangan mengenai dirinya

sendiri, keluarga, pihak lain, atau lingkungannya. Informan pada penelitian ini

adalah petugas kecamatan, aparatur desa, ketua LSM HPN (Himpunan Petani

Nanas), tokoh masyarakat setempat, dan mantan mandor lahan kelapa sawit di

lahan sengketa. Informan-informan tersebut dianggap mengetahui dengan jelas

mengenai kasus konversi tanaman komoditi yang terjadi di desa lokasi penelitian.

Tidak diikutkannya PT. Nagasawit sebagai salah satu informan dalam penelitian

ini adalah karena sulitnya menemui pihak PT. Nagasawit. Perusahaan perkebunan

ini dapat dikatakan tertutup ketika ditanyakan mengenai masalah sengketa lahan

yang berujung pada konversi tanaman komoditi.

Unit analisa dalam penelitian ini adalah rumah tangga petani korban

sengketa lahan. Sedangkan unit observasi adalah kepala rumah tangga petani, atau

dengan kata lain kepala rumah tangga petani dianggap sebagai responden yang

akan diwawancarai dan diberikan kuesioner karena jawabannya dianggap dapat

mewakili kondisi rumah tangganya. Alasan pemilihan unit analisa ini karena

kesejahteraan erat kaitannya dengan kondisi rumah tangga. Sebanyak 30 rumah

tangga petani diambil dari seluruh populasi. Sebenarnya terdapat sekitar 700

orang penggarap, namun kerangka sampling yang ada hanya berjumlah 435 orang

saja. Kerangka sampling pun hanya dimiliki oleh LSM HPN, bukan kantor Desa

Kumpay. Penetapan jumlah responden sebanyak 30 rumah tangga disebabkan

jumlah tersebut telah memenuhi kurva sebaran normal penelitian, sehingga

dianggap mewakili seluruh populasi. Pemilihan responden ini dilakukan dengan

menggunakan metode simple random sampling karena populasi penelitian ini

dianggap homogen atau dengan kata lain, berbagai karakteristik pada responden

seperti umur, luas lahan yang dulu digarap, lama pengalaman menjadi petani, dan

sebagainya dianggap tidak mempengaruhi hasil penelitian. Pengambilan

responden dengan metode simple random sampling melalui aplikasi Excell 2007.

Page 38: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

23

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer

didapatkan langsung melalui observasi di lapangan serta kuesioner dan

wawancara mendalam yang ditanyakan langsung kepada responden. Data

sekunder diperoleh dari kantor desa, kantor kecamatan, dan kantor LSM HPN atas

dokumen-dokumen yang terkait penelitian ini, seperti dokumen tentang luas lahan

yang dikonversikan, sejarah penguasaan lahan, jumlah petani yang menggarap

lahan tersebut, dan sebagainya. Data sekunder juga diperoleh melalui berbagai

literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian

ini, yaitu buku, laporan hasil penelitian, artikel, dan sebagainya.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Terdapat dua data yang akan diolah dan dianalisis, yaitu data kualitatif dan

data kuantitatif. Analisis data secara kualitatif dilakukan secara tiga tahap, yaitu

reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Proses reduksi data dimulai dari

proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil

wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Pereduksian data bertujuan

untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang

tidak perlu. Penyajian data merupakan tahap setelah reduksi yang berupa

menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-

kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan. Terakhir adalah tahap

verifikasi yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada

tahap reduksi.

Analisis data kuantitatif menggunakan aplikasi Microsoft Excell 2007 dan

PASW Statistics 18. Aplikasi Microsoft Excell 2007 berfungsi untuk membuat

tabel frekuensi, grafik, dan diagram untuk melihat data awal responden untuk

masing-masing variabel secara tunggal. Sedangkan, PASW Statistics 18 digunakan

untuk membantu dalam uji statitistik yang menggunakan tabulasi silang dan Rank

Spearman. Taraf nyata yang digunakan dalam pengolahan data kuantitatif adalah

99% atau nilai sebesar 1%. Sedangkan, untuk mengetahui kuat atau lemahnya

korelasi antara dua variabel yang diuji, maka digunakan pendapat Sarwono (2009)

yang membagi kuat dan lemahnya hasil perhitungan uji statistik ke dalam 6

kriteria, yaitu:

1. Nilai hitung sebesar 0: tidak ada ada korelasi

2. Nilai hitung sebesar > 00.25: korelasi sangat lemah

3. Nilai hitung sebesar > 0.250. 5: korelasi cukup

4. Nilai hitung sebesar > 0.50.75: korelasi kuat

5. Nilai hitung sebesar > 0.750.99: korelasi sangat kuat

6. Nilai hitung sebesar 1: korelasi sempurna

Page 39: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

DESA KUMPAY: DAHULU DAN SEKARANG

Kumpay adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Jalancagak,

Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas sebesar 729

hektar, yang mayoritas penggunaan lahan terbesar adalah lahan perkebunan, yaitu

sebesar 49.2% dari total luas desa atau sebesar 359 368 hektar. Desa Kumpay

berbatasan dengan Desa Cirangkong pada sebelah utara, Desa Kasomalang Kulon

di sebelah selatan, Desa Bojong Loa disebelah timur, dan Desa Tambak Mekar di

sebelah barat. Desa ini terletak tak jauh dari jalan raya yang menjadi terkenal

menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin ke Bandung dan Purwakarta, yakni

Jalan raya Jalancagak. Selain itu, secara langsung Desa Kumpay dilintasi oleh

jalan yang menjadi alternatif pengguna jalan yang ingin menuju ke daerah

Sumedang. Dengan dilintasi oleh kedua jalan yang penting ini, maka dapat

dikatakan masyarakat Kumpay memiliki mobilitas yang tinggi. Hal tersebut

menyebabkan masyarakat desa sudah pasti memiliki dinamika yang tinggi.

Desa Kumpay memiliki jumlah penduduk sebesar 3 821 jiwa dengan

proporsi jumlah penduduk perempuan dan laki-laki dapat dilihat pada Gambar 3.

Mayoritas masyarakat Kumpay bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani

sebesar 20% dari jumlah populasi atau 793 jiwa. Sisanya tersebar pada pekerjaan

di sektor non-pertanian, seperti pedagang keliling, pensiunan PNS, pembantu

rumah tangga, pengusaha kecil dan menengah, karyawan swasta, dan sebagainya.

Mengenai masalah pendidikan, mayoritas warga Kumpay memiliki

pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD). Hal ini disebabkan mayoritas penduduk

Kumpay adalah warga yang telah berumur di atas usia 30 tahun atau generasi tua,

dimana pada zaman dahulu Desa Kumpay memiliki fasilitas pendidikan yang

terbatas dan kondisi kesejahteraan yang kurang memungkinkan untuk bersekolah.

Namun saat ini, Desa Kumpay dapat dikatakan memiliki fasilitas pendidik yang

baik. Di desa ini terdapat fasilitas Pendidikan Anak Usia Dasar (PAUD), Taman

Kanak-kanak (TK), dan Sekolah Dasar (2 buah). Selain itu, fasilitas jalan desa

juga dikatakan memiliki kondisi yang baik, sehingga memudahkan warga desa

untuk melakukan mobilisasi.

Gambar 3 Proporsi Penduduk Laki-laki dan Perempuan Desa Kumpay

Page 40: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

25

Kondisi Desa Kumpay Sebelum Terjadinya Peristiwa Pembabatan

Tahun 1998 hingga tahun 2007 merupakan tahun-tahun terbaik bagi Desa

Kumpay dan masyarakatnya. Pada rentang tahun tersebut, masyarakat Kumpay

banyak yang menjadi petani penggarap pada lahan yang disebut masyarakat

sebagai lahan ex-HGU PT. Nagasawit. Puncak kejayaan untuk masyarakat

Kumpay, khusunya petani penggarap adalah tahun 2003 hingga tahun 2007.

Tahun 1998 hingga tahun 2003 masyarakat merasa sejahtera karena memiliki

lahan garapan yang artinya mereka memiliki pekerjaan dan pemasukan tetap.

Sedangkan ketika tahun 2003 hingga 2007, Kumpay benar-benar mencapai masa

keemasannya dimana mayoritas petani penggarap menanam tanaman nanas yang

membuat tanaman nanas menjadi tanaman khas daerah Subang dengan bukti

dibangunnya tugu nanas yang letaknya tak jauh dari jalan raya Jalancagak.

Gambar 4 Tugu nanas Subang

Majunya perekonomian desa dan masyarakat dibuktikan dengan kondisi

fisik dari bangunan-bangunan rumah masyarakat desa, khususnya yang menjadi

petani penggarap, serta berbagai kepemilikan barang-barang berharga yang

dimiliki. Hal tersebut seperti yang diceritakan oleh seorang informan, yakni

Bapak MH bahwa “pas lagi masih pada garap nanas petani makmur semua. Itu

sekarang rumah-rumah keliatan bagus ya sisa-sisa dari jaman dulu. Rumah

bagus teh saksi dari kejayaan petani. Dulu juga mobil-mobil diparkir sepanjang

jalan yang di depan sini.”. Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak KR, “jaman

masih garap lahan PT (PT. Nagasawit-red) setiap rumah minimal punya motor,

ada yang punya mobil tiga. Rumah juga pada dibangun bagus, ditingkat.”

Sebelum terjadinya konversi tanaman komoditi atau yang disebut oleh

masyarakat setempat sebagai peristiwa pembabadan, masyarakat merasakan apa

yang dinamakan kesejahteraan. Selain kesejahteraan fisik yang dirasakan, dalam

artian kepemilikan barang-barang berharga dan fasilitas yang bagus, masyarakat

juga merasakan kesejahteraan yang dirasakan secara batin. Perasaan yang

dirasakan oleh masyarakat ini disebabkan perasaan aman dan nyaman yang

dirasakan oleh masyarakat atas hidupnya. Ketika menjadi petani penggarap,

Page 41: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

26

mereka merasakan keamanan dari segi pekerjaan termasuk penghasilan yang

didapatkan. Selain itu, sebelum peristiwa pembabadan, keluarga penggarap nanas

sering melakukan jalan-jalan untuk melepaskan penat. Kehidupan bermasyarakat

juga rukun dan aman, terjalin kehidupan yang harmonis antar sesama.

Bukti lain yang menunjukkan betapa sejahtera masyarakat Kumpay adalah

banyaknya warung-warung kecil yang dibuka yang terlihat sepanjang jalan

ataupun yang berada di dalam (di dalam gang-gang). Akibat adanya pendapatan

lebih yang dapat disisihkan, maka banyak warga yang membuka usaha warung

kelontong atau warung makan untuk tambahan pemasukan sehari-hari.

“Dulu mah banyak warung yang buka di rumah-rumah. Sepanjang jalan ini

aja udah ga keitung warung yang buka.” –Ibu ON

Kondisi Desa Kumpay Setalah Terjadinya Peristiwa Pembabatan

Pada pertengahan tahun 2007, merupakan titik balik bagi Desa Kumpay

terutama masyarakat yang menjadi petani penggarap pada lahan eks-HGU PT.

Nagasawit. Saat itu terjadi peristiwa yang tidak akan pernah dilupakan oleh

masyakarat, yakni peristiwa yang disebut oleh masyarakat Kumpay sebagai

peristiwa pembabadan. Ujung dari peristiwa ini adalah bergantinya komoditi pada

lahan tersebut yang sebelumnya nanas menjadi kelapa sawit.

Setelah peristiwa pembabatan dan bergantinya komoditi di atas lahan

tersebut, kehidupan masyarakat mengalami perubahan besar-besaran. Komoditi

kelapa sawit yang diharapkan meningkatkan kualitas kehidupan penggarap karena

nilai ekonomis yang lebih tinggi dari nanas, ternyata malah membuat hampir

seluruh penggarap kehilangan pekerjaan sebagai petani. Petani penggarap dan

keluarganya menjadi satu-satunya pihak yang tersingkir dalam usaha tani di lahan

sengketa tersebut. Dampak dari hal tersebut adalah berubahnya kehidupan

masyarakat, khususnya warga yang menjadi petani Perlahan tapi pasti kehidupan

petani penggarap mengalami perubahan ke arah yang negatif. Kehilangan lahan

garapan dan mata pencaharian membuat tatanan kehidupan yang semula harmonis

menjadi hilang.

“Kalo mau ketemu bapak-bapak pagi-pagi mah banyakan ada. Orang

sekarang bapak-bapaknya pada ongkang-ongkang kaki. Ongkang-ongkang kaki

bukan berarti duit dateng sendiri. Maksudnya teh pada jadi pengangguran ga tau

mau kerja apa lagi.” –Bapak MH

Saat ini jelas terlihat bagaimana perubahan dan dampak dari peristiwa

pembabatan pada desa dan masyarakat Kumpay. Rumah-rumah yang terlihat

bagus dari luar adalah saksi bisu atas kejayaan yang pernah dirasakan. Rumah-

rumah penggarap memang bagus terlihat dari luar, tetapi ketika masuk ke

dalamnya, maka jelas bagaimana sengsaranya kehidupan penggarap mereka saat

ini. Rumah-rumah tersebut sudah rusak disana-sini, bukti bahwa mereka tidak lagi

memiliki dana untuk memperbaiki rumah. Pada beberapa rumah terlihat bekas

garasi mobil yang kini tidak ada isinya lagi. Begitupun dengan kandang-kandang

ternak yang letaknya tak jauh dari rumah, kini sepi tanpa adanya suara-suara

Page 42: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

27

binatang ternak. Garasi dan kandang adalah sisa-sisa kejayaan yang kini diterima

oleh petani penggarap. Selain itu, saat ini banyak warung-warung kecil yang

gulung tikar akibat ketiadaan modal dari pemilik yang dahulunya adalah

penggarap.

”Kalo liat-liat di rumah warga bisa keliatan kan kalo ada yang punya

garasi tapi ga punya mobil. Ada yang punya kandang kambing tapi ga ada

kambingnya. Semua udah dijual sama petani. Apalagi pas masa transisi dari abis

pembabatan. Itu keadaan bener-bener susah. Petani banyak yang bingung mesti

jual apa lagi.” –Bapak DD

“Udah keliatan sekarang mah, warung-warung pada hampir-hampir

bangkrut. Ga ada yang beli, siapa lagi yang mau beli. Kalo dulu mah pada suka

nongkrong di warung kalo abis pada cape mikul nanas.” –Bapak KK

Di Desa Kumpay sendiri saat ini yang sering terlihat adalah banyaknya laki-

laki atau bapak-bapak yang sering nongkrong-nongkrong di pinggir jalan. Selain

itu, setelah peristiwa pembabatan, mulai bermunculan pos-pos tukang ojek.

Menurut warga setempat, petani penggarap banyak yang kini beralih menjadi

tukang ojek. Hal lain yang dapat ditemui adalah banyaknya kuli bangunan yang

sedang bekerja. Menurut warga, mereka adalah mantan petani penggarap yang

kehilangan lahan garapannya.

“Yang jadi tukang ojek sama kuli bangunan emang banyak. Tapi kan

karena saking banyaknya yang jadi tukang ojek juga susah, banyak saingan.

Ditambah lagi yang jadi penumpang juga jarang.” –Bapak SN

“Saya emang jadi kuli bangunan. Tapi ya kan ga tiap hari orang-orang

bangun rumah. Jarang-jarang aja, itu aja kalo ada yang ngajak.” –Bapak OC

Arti Penting Lahan Garapan dan Usaha Tani Nanas Madu Bagi Masyarakat

Bekerja menjadi petani adalah anugerah besar bagi seluruh petani penggarap

di Desa Kumpay. Meskipun lahan yang digarap bukan lahan milik mereka, namun

mereka merasa sangat bahagia pada saat itu. Dengan mengelola sebuah lahan

garapan, petani bisa menghidupi keluarganya, mengajak jalan-jalan keluarganya,

menyekolahkan anaknya, dan membahagiakan keluarganya. Menggarap lahan

menjadi hal yang patut disyukuri karena saat itu di antara mereka jarang yang

memiliki lahan.

Ketika menerima keputusan bahwa masyarakat Kumpay dapat

memanfaatkan lahan tidur HGU PT. Nagasawit, mereka sangat senang.

Sayangnya tidak semua warga mendapatkan kesempatan untuk menggarap lahan

tersebut. Hal tersebut disebabkan saat itu tidak ada peraturan yang mengatur luas

lahan yang dapat digarap. Istilah “siapa cepat dia dapat” berlaku pada waktu itu.

Masyarakat yang memiliki tenaga kerja keluarga yang banyak dan modal yang

banyak sehingga dapat memberi upah orang untuk bekerja, maka dapat dipastikan

memiliki luas lahan garapan yang besar. Luas lahan garap yang digarap

Page 43: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

28

masyarakat beragam, ada yang mendapatkan garapan sangat luas hingga mecapai

1 hektar, hingga dapat dikatakan sedikit 2 patok6 atau sekitar 50 bata. Akan tetapi

hal tersebut tidak lantas membuat warga yang tidak mendapatkan lahan menjadi

kecewa. Mereka terkadang bekerja menjadi buruh tani pada lahan garapan.

Mengetahui fakta tersebut, terlihat betapa pentingnya memiliki hak untuk

menggarap lahan bagi masyarakat Kumpay.

“Pas punya lahan garapan hidup teh rasanya udah tenang, damai gitu.

Rasanya menjanjikan aja ngegarap lahan.” –Bapak KR

“Emang sih rasanya gimana gitu ga kebagian lahan garapan. Sirik aja

neng. Tapi ga apa-apa lah, saya masih bisa kerja juga di lahan garapan punya

orang yang dapet.” –Bapak TH

Subang menjadi daerah yang terkenal akan nanasnya. Nanas yang

dihasilkan pun berbeda dengan nanas dari daerah lain. Nanas Subang dikenal oleh

banyak konsumen dengan rasanya yang manis dibandingkan dengan nanas pada

umunya. Karena rasannya yang khas itulah nanas Subang kadang disebut sebagai

nanas madu atau si madu oleh masyarakat Kumpay. Mengetahui betapa

terkenalnya nanas Subang, dapat dibayangkan nilai ekonomis yang tinggi dan

pendapatan yang dapat dihasilkan oleh petani nanas. Oleh karena itu, dapat

dikatakan nanas madu juga memiliki arti penting tidak hanya pada kehidupan

petani penggarap, namun juga bandar nanas, penjual nanas, anak-anak kecil,

bahkan masyarakat desa.

“Makan nanas udah kaya hiburan aja buat saya ama keluarga”. –Bapak

HM

“Ganas (nanas-red) madu ini cuma ada di Subang aja. Ga bisa ditanem di

daerah lain rasanya ga bakal manis kaya ditanem disini. Malah ada kepercayaan

kalo kita beli ganas madu terus dibawa pulang keluar Subang rasanya udah

kurang enak lah. Maksudnya beda kalo makan di Subang. Itu keistimewaan si

madu.” –Bapak SN

“Dulu kalo bapak abis panen nanas suka ada yang dibawa pulang, terus

kita semua pada ngumpul makan si madu bareng-bareng. Seneng banget kaya

gitu juga. Rasanya kan enak yah. Tapi coba sekarang sedih saya mah. Kalo lagi

kepengan si madu nyarinya mesti susah terus kan kalo beli di pedagang juga

harganya mahal, mending uang buat makan nasi.” –Ibu DI, putri Bapak DD

6 1 patok = 25 bata, 1 bata = 14 m

2

Page 44: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

DINAMIKA SENGKETA LAHAN: SEJARAH KEPEMILIKAN

DAN PENGUASAAN LAHAN HINGGA KONVERSI

TANAMAN KOMODITI

Sejarah Panjang Kepemilikan, Penguasaan, dan Garapan Lahan Eks-HGU

PT. Nagasawit*

Di dalam kehidupan manusia, sebidang lahan selalu terkait dengan setiap

tindak tanduk tingkah laku manusia. Lahan adalah tempat bagi semua manusia

untuk memulai, menjalani, dan mengakhiri kehidupannya. Atas kodrat tersebut

lahan selalu dibutuhkan oleh setiap manusia. Kebutuhan akan lahan berbanding

lurus dengan peningkatan penduduk. Pernyataan tersebut memiliki makna bahwa

saat ini seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan

lahan semakin meningkat. Namun, permasalahannya terletak pada lahan

merupakan sumber daya yang sulit untuk diperbaharui. Keterbatasan jumlah lahan

membuat manusia harus berusaha keras untuk mendapatkan hak atas sebidang

lahan. Tak jarang usaha keras tersebut berujung pada konflik antar sesama

manusia. Melihat betapa pentingnya lahan, maka diperlukan kaidah-kaidah yang

mengatur hubungan antar manusia dengan tanah dan manusia dengan manusia di

atas sebuah tanah. Kaidah-kaidah tersebut dapat memberikan penjelasan mengenai

masalah kepemilikan dan penguasaan lahan.

Berbicara mengenai siapakah yang memiliki dan menguasai sebuah lahan,

maka harus ditelusuri dahulu bagaimanakah sejarah panjang dari lahan tersebut.

Terlebih jika lahan yang dibicarakan adalah lahan sengketa, seperti yang terdapat

di Desa Kumpay, Subang. Di desa ini, terjadi kasus sengketa lahan pertanian

antara masyarakat dengan PT. Nagasawit. Sengketa lahan ini memperebutkan hak

penguasaan atas sebuah lahan seluas 300 hektar. Dengan mengetahui sejarah

lahan ini, kita juga akan mengetahui siapakah pihak yang memiliki hak atas tanah

ini.

Tanah sengketa seluas 300 hektar yang terdapat di Desa Kumpay, atau

yang biasa disebut oleh masyarakat setempat sebagai tanah eks-HGU PT.

Nagasawit, awalnya termasuk ke dalam tanah eigendom verponding. Tanah

eigendom verponding adalah tanah yang pada saat masa penjajahan Belanda

merupakan tanah milik pribumi yang digunakan untuk perkebunan kolonial7.

Klaim atas tanah verponding ini dibuktikan dengan adanya surat-surat

kepemilikan atas nama Nyi Mas Enjteh, yang ditetapkan oleh Pengadilan Negeri

Subang No. 16-17-18 dan 21/PDT-P/2006.

Pada tahun 1978, karena tanah ini belum jelas asal-usul kepemilikannya,

maka oleh pemerintah Indonesia tanah ini di Hak Guna Usaha-kan kepada PTP 10

yang saat ini bernama PT. Nagasawit. Tanah yang diberikan HGU kepada PT.

Nagasawit seluas 1,911 hektar. Pemberian HGU dilakukan demi keperluan

perkebunan teh. Pada saat yang sama, yakni awal-awal masa pemberian HGU,

* Bukan nama sebenarnya. Nama samaran digunakan agar tidak ada pihak yang merasa

dicemarkan nama baiknya. 7 Hasil wawancara dengan ketua LSM Himpunan Petani Nanas, Bapak MH.

Page 45: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

30

pihak PT. Nagasawit telah menelantarkan lahan tersebut sebesar 30% tanpa

alasan yang jelas.

Tahun demi tahun berlalu, penelantaran lahan tersebut oleh PT. Nagasawit

semakin menjadi. Akibat dari penelantaran, lahan-lahan tersebut menjadi semak

belukar yang dihuni oleh binatang-binatang liar, seperti babi hutan, ular, dan lain-

lain. Semenjak tahun 1978, memang terdapat segelintir orang yang telah mencoba

memanfaatkan lahan tersebut. Namun jumlahnya hanya sedikit dan dapat dihitung

dengan jari.

“Dulu ibu mesti menebas semak belukar, kadang ketemu sama babi hutan,

ular, buat buka lahan buat ditanemin jagung. Ga banyak palingan orang yang

garap. Satu dua oranglah.” –Ibu NH, warga pertama yang membuka lahan

terlantar

Hingga pada tahun 1998, ketika krisis moneter melanda bangsa Indonesia,

atas inisiatif beberapa warga, maka lahan yang ditelantarkan tersebut diajukan

agar menjadi garapan warga setempat. Mereka mengajukan permohonan

pemanfaatan lahan kepada Bupati Subang dengan diketahui oleh Kepala Desa

Kumpay, dengan nomor surat 02/AM/UM/98. Kemudian, surat tersebut

ditanggapi oleh Bupati Subang dengan cara melanjutkan surat tersebut atau

menyurati direksi PT. Nagasawit dengan nomor surat 593/1047/Tapem tanggal 4

Juli 1998. Selanjutnya, direksi PT. Nagasawit menerima baik itikad masyarakat

dengan menerbitkan 3 buah surat, yakni surat tentang pemanfaatan lahan tidur

(No. SB/D. IV/2642/VII/1998), pinjam pakai untuk tanaman semusim (No. SB/D.

III/4169/X/1999), dan penggarapan tanah perkebunan Tambaksari dan adanya

PBB dan kompensasi yang harus dibayar oleh penggarap (No. D.

IV/TAS/212/VII/98). Setelah penerbitan surat tersebut, kemudian dibuatlah surat

perjanjian antara PT. Nagasawit dengan masing-masing ketua kelompok tani.

Setelah surat tersebut diterima mulailah warga Kumpay menggarap lahan

tersebut. Petani yang menggarap pada saat itu sekitar 700 kepala keluarga. Awal

mula penggarapan tersebut, petani menanaminya dengan tanaman semusim sesuai

perjanjian, seperti kacang tanah, padi, jagung, singkong, ubi, dan sebagainya.

Petani pun membayar uang PBB dan kompensasi atau yang disebut petani uang

sewa lahan yang berkisar antara Rp30 hingga Rp50.4 per meter persegi per tahun.

Page 46: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

31

Gambar 5 Surat perjanjian penggarapan lahan antara petani dengan

PT. Nagasawit

Pada tahun 2000, PT. Nagasawit mengajukan perpanjangan Hak Guna

Usaha lahan tersebut kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN). Kemudian, pada

tahun 2001 BPN menyatakan bahwa tidak ada masa perpanjangan Hak Guna

Usaha lahan tersebut. Pada saat itu PT. Nagasawit tidak melakukan upaya-upaya

hukum untuk memperpanjang masa HGU lahan tersebut. PT. Nagasawit seperti

menerima keputusan BPN.

Waktu pun berlalu, hingga sampai pada tahun 2003, dimana resmi PT.

Nagasawit tidak lagi memiliki hak atas tanah tersebut. Berdasarkan fakta tersebut,

maka petani penggarap pun mulai berhenti membayar uang sewa lahan kepada

PT. Nagasawit, karena dengan berakhirnya HGU yang dimiliki PT. Nagasawit,

maka berakhir pula perjanjian petani dengan PT. Nagasawit. Kemudian, pada saat

yang sama penggarap pun mulai mengganti komoditinya menjadi tanaman

tahunan. Tanaman tahunan tersebut adalah nanas, pisang, dan kayu olahan.

Namun, mayoritas tanaman yang ditanam adalah nanas. Pemilihan nanas adalah

karena nilai jual nanas lebih tinggi daripada tanaman lainnya. Akibat hal tersebut

adalah Kecamatan Jalancagak terkenal sebagai penghasil nanas terbesar di

Subang, dan Subang terkenal sebagai daerah asli penghasil nanas madu. Bukti

dari hal ini adalah dengan dibangunnya tugu nanas yang letaknya berada di

simpangan Jalan raya Jalancagak.

Page 47: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

32

Program Kelapa Sawit Masuk Jawa: Kebijakan Sepihak PT. Nagasawit

Kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan yang sedang “naik daun” di

dunia. Tanaman yang biasa disebut sebagai raja tanaman karena

ketidaktoleransiannya terhadap tanaman lain yang hidup didekatnya, memiliki

nilai ekonomis yang tinggi. Melihat potensi itu Indonesia sebagai negara tropis

terus mengembangkan perkebunan kelapa sawit. Saat ini banyak perusahaan-

perusahaan perkebunan entah itu negeri maupun swasta berlomba-lomba

mengembangkan usaha kelapa sawit. Akibatnya, para perusahaan tersebut terus

mencari lahan-lahan yang sesuai untuk usaha perkebunan kelapa sawit. Salah satu

perusahaan tersebut adalah PT. Nagasawit yang memiliki program pengembangan

kelapa sawit di Pulau Jawa. Lahan yang diincar oleh PT. Nagasawit ini salah

satunya berada di Desa Kumpay, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang,

Jawa Barat.

Waktu silih berganti, kehidupan petani penggarap Desa Kumpay mulai

harmonis. Kesejahteraan mereka mulai terlihat dan mereka memiliki kehidupan

yang stabil. Kemudian, pada tahun 2007 tersiar kabar bahwa PT. Nagasawit akan

menanami lahan tersebut dengan tanaman kelapa sawit. Kabar tersebut menjadi

nyata, setelah pada tanggal 17 Febuari 2007, Camat Jalancagak menerima sebuah

surat dari PT. Nagasawit mengenai rencana perusahaan perkebunan yang akan

menanami kelapa sawit pada lahan yang digarap oleh petani, dan meminta camat

melakukan sosialisasi kepada penggarap. Tanpa diduga pihak kecamatan pun

seperti memberikan restu kepada PT. Nagasawit dengan mengeluarkan surat

instruksi kepada seluruh desa di Kecamatan Jalancagak, untuk melaksanakan

sosialisasi tersebut, dengan nomor surat SB/TAS. 148/II/2007.

Petani penggarap pun tidak mengetahui apa alasan PT. Nagasawit

melakukan hal tersebut. Fakta yang diketahui oleh penggarap adalah PT.

Nagasawit tidak lagi memiliki HGU atas lahan tersebut, yang artinya PT.

Nagasawit tidak memiliki hak untuk menanami lahan tersebut. Namun,

pertanyaan para penggarap hilang seiring dengan tindakan pembabatan yang

dilakukan oleh PT. Nagasawit.

Aksi-Reaksi Petani Penggarap

Suatu pagi di bulan Juli 2007, tepatnya tanggal 16 Juli 2007, menjadi saat

yang tidak akan pernah dilupakan oleh petani penggarap lahan sengketa atau lahan

eks-HGU PT. Nagasawit. Mereka ingat pada tanggal itu adalah tanggal

dimulainya kemunduran dalam hidup mereka. Masih jelas dalam ingatan mereka

bagaimana pihak PT. Nagasawit melakukan pembabatan. Pada saat itu PT.

Nagasawit memberikan perintah kepada mandor kebun dan beberapa karyawan

untuk membabat habis lahan yang digarap petani. Kedatangan karyawan PT.

Nagasawit tidak sendiri, mereka dibekali oleh ratusan orang anggota keamanan

yang bersenjata lengkap.

“Masih inget saya mah pas lagi di lahan tiba-tiba dateng aja itu orang-

orang PT (PT. Nagasawit-red) sama tentara. Dateng tiba-tiba langsung ngerusak

taneman ganas (nanas-red) milik warga.” –Bapak DD

Page 48: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

33

Aksi pembabatan yang dilakukan pihak PT. Nagasawit membuat

masyarakat sedih sekaligus geram. Pasalnya, tanaman-tanaman nanas tersebut

dalam waktu beberapa bulan lagi akan dipanen. Para penggarap telah

membayangkan keuntungan yang akan mereka terima karena waktu panen yang

dinanti bertepatan dengan bulan puasa. Selain itu, pembabatan dilakukan tanpa

adanya pemberitahuan secara langsung kepada penggarap. Sikap PT. Nagasawit

yang dinilai arogan oleh penggarap ini sangat disayangkan oleh penggarap.

Menurut mereka, seharusnya PT. Nagasawit mengajak mereka musyawarah

terlebih dahulu.

“Ga ada sama sekali orang PT (PT. Nagasawit-red) yang ngasih tau

langsung ke kita masalah pembabatan. Orang desa juga ga ada yang dateng

ngasih tau. Tiba-tiba langsung main babat aja. Kalo mau sosialisasi seharusnya

jangan ke desa, langsung ke petani! Ini mah jangankan sosialisasi, musyawarah

pun ga ada.” –Bapak MH

Masyarakat tidak hanya diam menjadi saksi bisu atas aksi pembabatan yang

dilakukan orang-orang PT. Nagasawit. Mereka melakukan perlawanan dengan

seluruh kemampuan mereka. Mereka berusaha menghadang petugas PTPN dan

keamanan. Mereka dengan berani menghadang alat-alat berat yang digunakan

petugas, seperti bulldozer. Namun, perlawanan mereka berujung pada

kekecewaan. Meskipun petani penggarap secara jumlah lebih banyak daripada

orang-orang yang diperintahkan PT. Nagasawit, mereka mengalami kekalahan.

Hal tersebut disebabkan pihak keamanan yang menyertai karyawan PT.

Nagasawit, membawa persenjataan. Bahkan beberapa petani ada yang

mendapatkan tindakan penganiayaan oleh pihak keamanan tersebut. Ujung dari

perlawanan mereka adalah habisnya seluruh tanaman nanas yang ditanam oleh

petani penggarap.

Sikap petani yang akhirnya pasrah menerima kenyataan lahan mereka

dibabat, bukan berarti menerima. Para petani penggarap ini tetap tidak bisa

menerima perlakuan pihak PT. Nagasawit. Mereka tidak habis pikir mengapa

PTPN tidak memikirkan nasib mereka. Padahal mereka mengaku selalu

membayar uang sewa lahan kepada PT. Nagasawit. Seperti yang diungkapkan

oleh Bapak AB.

“Yah jangankan sosialisasi, uang ganti rugi aja kita ga dapet. Udah abis-

abisan pokona mah.” –Bapak AB

“Sakit hatinya kita mah ya itu neng orang PT (PT. Nagasawit-red)

langsung main babat aja. Padahal kita udah bilang ke tukang-tukang jangan

dibabat dulu tungguin sampe panen. Ini mah bentar lagi mau dipanen tetep aja

tega dibabat. Terus pas mau kita ambil bibit sama sisa-sisa buahnya juga udah

pada ga ada. Yang disisainnya cuma bonggol nanas sama sampah-sampah.” –Bu

EH

Pada awalnya, masyarakat sebenarnya ingin melawan PT. Nagasawit

dengan jalan kekerasan. Petani penggarap berpikir hanya itulah yang dapat

mereka lakukan. Dalam kondisi yang genting tersebut munculah sosok opinion

Page 49: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

34

leader dalam masyarakat. Sosok opinion leader ini bukanlah pemimpin desa.

Beliau juga sama seperti yang lainnya, yakni seorang petani penggarap. Beliau

juga tidak mengenyam pendidikan bangku kuliah. Modal beliau adalah berani

mengutarakan apa yang ada di isi hatinya dan isi hati petani penggarap. Akhirnya,

dengan ide beliau dan beberapa orang, terbentuklah sebuah Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak petani

penggarap. LSM ini kemudian diberi nama Himpunan Petani Nanas (HPN).

Secara garis besar, kronologi peristiwa sengketa lahan eks-HGU PT.

Nagasawit beserta sejarah kepemilikan dan penggarapan lahan dapat dilihat pada

Gambar 6.

Page 50: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

35

PT. Nagasawit mendapatkan Hak

Guna Usaha lahan untuk kebun

Tambaksari dan kebun Ciater

1978

30% dari lahan HGU telah

ditelantarkan

Krisis moneter: warga Kumpay

dengan diwakili beberapa orang

mengajukan permohonan

menggarap lahan yang

ditelantarkan

1998

Surat dari direksi PT. Nagasawit

mengenai perjanjian penggarapan

lahan HGU PT. Nagasawit dengan

petani

Permohonan dikabulkan oleh pihak

PT. Nagasawit

PT. Nagasawit mengajukan

perpanjangan lahan HGU kepada

Badan Pertanahan Nasional

2000

Permohonan perpanjangan lahan

ditolak oleh BPN

PT. Nagasawit mengirimkan surat

kepada Camat Jalancagak

mengenai penanaman kelapa sawit

di atas lahan yang digarap

masyarakat dengan menyebutkan

izin dari Bupati Subang

2007

PT. Nagasawit secara bertahap

membabat habis tanaman nanas di

atas lahan garapan kemudian

ditanami dengan kelapa sawit

JuliDesember 2007

Gambar 6 Kronologi kasus sengketa

lahan eks-HGU PT. Nagasawit

Page 51: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,
Page 52: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

DUA SISI PRANATA SOSIAL PERTANIAN DESA KUMPAY:

PRANATA NANAS DAN PRANATA KELAPA SAWIT

Salah satu bentuk kegiatan manusia yang memiliki pranata yang khas dan

mungkin saja memiliki perbedaan antara daerah yang satu dengan yang lain

adalah pranata pada kegiatan pertanian. Pranata ini mengatur setiap aktor-aktor

yang berkaitan pada lahan pertanian tersebut. Hal tersebut berlaku pada kegiatan

usaha tani yang dilakukan pada lahan sengketa di Desa Kumpay atau yang dapat

disebut sebagai lahan eks HGU PT. Nagasawit.

Seperti yang telah disebutkan di awal, jika dalam kehidupan yang memiliki

pranata di dalamnya mengalami perubahan, meskipun hanya satu aspek saja,

makan akan mengubah pranata tersebut. Setiap kegiatan manusia memiliki

pranata yang khas yang fungsinya sebagai peraturan. Segala bentuk peraturan,

baik itu tertulis maupun tidak tertulis dapat dikatakan sebagai pranata. Inti dari

pranata adalah peraturan yang mengatur kebiasan manusia untuk melakukan

kegiatan dan berhubungan satu dengan yang lainnya.

Tujuan dari permasalahan sengketa lahan yang terjadi di Kumpay adalah

mengganti tanaman warga menjadi kelapa sawit. Mayoritas komoditi yang

ditanam oleh warga pada lahan tersebut adalah tanaman nanas. Bergantinya

komoditi, yakni dari nanas ke kelapa sawit menyebabkan perubahan pranata

pertanian yang harus dijalani oleh setiap aktor yang terlibat dalam lahan tersebut.

Hal tersebut disebabkan sistem berusaha tani tanaman nanas dan kelapa sawit

memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut akan dijabarkan melalui dua subbab,

yakni pranata ketika nanas dan kelapa sawit.

Pranata Sosial Pertanian Komoditi Nanas: Pranata yang Merangkul Banyak

Pihak

Subang, merupakan sebuah daerah yang terkenal akan komoditi nanas.

Nanas Subang biasa disebut oleh masyarakat sebagai nanas madu atau “si madu”.

Nanas madu ini dapat dikatakan sebagai tanaman endemik karena hanya tumbuh

di daerah Subang yang daerah produksi terbanyak berada di Jalancagak. Hal ini

diperkuat oleh pernyataan bapak SH.

“Nanas subang atau disebut orang sini si madu mah udah terkenal banget.

Cuma bisa tumbuh disini aja neng. Kalo ini nanas ditanem di daerah lain rasanya

ga bisa manis dan enak kaya gini. Gara-gara dulu saking terkenalnya nanas dari

Subang disini sampe dibikin tugu nanas.” –Bapak DD

Tak jauh berbeda dengan usaha tani tanaman lainnya, kegiatan usaha tani

nanas terdiri dari 4 kegiatan utama, yaitu pembibitan, penanaman, pemeliharaan,

dan panen. Untuk kegiatan pembibitan, biasanya hanya dilakukan oleh penggarap

sendiri. Untuk kegiatan penanaman, penggarap biasanya mempekerjakan petani

laki-laki penggarap lainnya. Sedangkan, kegiatan peran perempuan, atau istri

penggarap, terlihat pada kegiatan pemeliharaan. Mereka membantu suami-suami

mereka atau bekerja pada lahan garapan orang lain. Para perempuan ini biasanya

Page 53: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

38

mencabut rumput yang tumbuh atau ngored jika disebut oleh masyarakat Kumpay

dan merapikan jalur tumbuh tanaman nanas agar tetap lurus.

Saat panen adalah saat bagi seorang penggarap dapat mempekerjakan anak-

anak kecil untuk mengangkut hasil panen mereka. Tak hanya sampai itu saja, saat

panen seorang penggarap dapat menjadi bandar nanas. Bandar nanas adalah

seseorang yang membeli nanas-nanas milik petani penggarap untuk kemudian ia

jual kepada pedagang-pedangan buah besar atau kecil. Seorang penggarap dapat

menjadi bandar nanas jika ia memiliki banyak modal uang dan jejaring yang luas.

Kepemilikan jejaring bertujuan agar banyak petani penggarap yang mau menjual

nanas hasil produksinya kepada dirinya. Bandar nanas akan mempekerjakan

penggarap lainnya sebagai kuli pikul nanas ke truk atau mobil milik mereka atau

kuli timbang.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pranata pertanian

nanas di Desa Kumpay lebih mengatur pada penggunaan tenaga kerja. Upah yang

diberikan untuk pekerja yang terlibat dalam usaha tani nanas berbeda, sesuai

dengan usia. Orang dewasa yang bekerja sebagai buruh tani, kuli pikul atau kuli

timbang (saat panen) akan diberikan upah sebesar Rp15 000/hari. Anak-anak akan

diberikan upah sebesar Rp5 000 atas jasanya membantu penggarap mengangkut

hasil panen mereka.

Penggunaan tenaga kerja dapat digolongkan menjadi tenaga kerja keluarga

dan non-keluarga. Ada petani yang hanya mempekerjakan keluarga mereka, ada

yang mempekerjakan keluarga dan non-keluarga, dan ada yang tidak

mempekerjakan keluarga namun mempekerjakan non-keluarga. Alasan perbedaan

tersebut disebabkan beberapa faktor, seperti luas lahan yang digarap tidak terlalu

besar dan tidak terdapatnya anggota keluarga untuk dipekerjakan. Alasan kedua

seperti yang terjadi pada keluarga Bapak MH dan Bapak AI.

“Oh ibu mah ga suka bantu-bantuin bapak dulu. Ibu kan kerja jadi guru

soalnya. Kan istri-istri yang bantuin suaminya di kebon yang ga ada kerjaan aja

di rumah.” –Ibu DN, istri Bapak MH

“Biarpun lahan saya kecil, 50 bata, tetep aja suka minta tolong penggarap

lain buat bantuin. istri jaga warung di rumah” –Bapak AI

“Kalo tani nanas, banyak yang bisa bantu. Misalnya bapak jadi bandar

nanas. Terus ibu bantu ngored di kebon sendiri sama orang. Ngored di kebon

orang juga dibayar. Terus anak bapak yang kecil juga kadang suka bantu-bantu

petani naik-naikin nanas ke truk-truk bandar, dikasih upah juga.” –Bapak OC

Pranata Sosial Pertanian Komoditi Sawit: Pranata yang ‘Menyingkirkan’

Banyak Pihak

Bergantinya tanaman pada lahan sengketa, membuat para aktor pertanian

yang terkait dengan lahan tersebut harus menyesuaikan diri. Penyesuaian diri

yang dilakukan oleh mereka sesuai dengan pranata pertanian tanaman kelapa

sawit. Celakanya, kelembagaan pertanian untuk komoditi sawit sangat berbeda

180 derajat dengan kelembagaan pertanian komoditi nanas. Ibarat dua sisi mata

Page 54: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

39

uang, pranata sosial pertanian kedua komoditi ini sangat berbeda. Jika pada

komoditi nanas kelembagaan pertaniannya dapat menyerap banyak tenaga kerja,

maka kelembagaan pada kelapa sawit tidak terlalu banyak menyerap tenaga kerja.

Permasalahan tersebut dapat terjadi karena tanaman kelapa sawit adalah tipe

tanaman yang dapat tumbuh besar tanpa perlunya perhatian khusus seperti nanas.

Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kelapa sawit setelah ditanam hanya untuk

memberikan obat-obatan dan panen saja. Sesuai dengan pernyataan informan

Bapak AM dan Bapak DI.

“Ya bayangin aja gimana ga banyak petani yang kesingkir. Sekarang gini,

kelapa sawit itu kan ga butuh penanganan yang macem-macem, terus

pemeliharaannya juga ga kaya nanas, jadi dari dua hektar itu aja palingan cuma

butuh dua sampe empat orang.” –Bapak AM

“Sawit itu tanaman yang ga butuh macem-macem. Tinggal tanem aja biarin

bisa tumbuh. Palingan cuma perlu dikasih obat. Makanya ga heran ga butuh

banyak petani. Orang Kumpay sini yang kerja di sawit paling di bawah 10

orangan. Kerjaan mereka ke kebon tiap hari ngecek ngasih obat sama kalo lagi

panen.” –Bapak DI

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dibayangkan dari seluruh lahan yang

diambil alih oleh PT. Nagasawit, maka jumlah buruh tani yang dipakai hanya

sedikit. Selain itu, memang tanaman kelapa sawit tidak membutuhkan perlakuan

dan pemeliharaan khusus. Tanaman ini ketika baru ditanam tinggal dibiarkan saja

hingga berumur 5 tahun untuk masa panen pertama. Padahal, pada awal masa-

masa pembabatan, kepada pemerintah PT. Nagasawit menyatakan bahwa

perkebunan kelapa sawit yang akan dibangun pada akhirnya akan menguntungkan

bagi masyarakat sekitar. Menguntungkan karena dapat menyerap tenaga kerja dan

tenaga kerja yang digunakan hanya warga desa di sekitar lahan tersebut. Pada

kenyataannya, omongan tersebut hanya bualan belaka, warga tidak mendapatkan

kesempatan bekerja menjadi buruh sawit. Orang-orang yang mendapatkan

pekerjaan menjadi buruh sawit hanyalah segelintir orang. Orang yang bisa

mendapatkan pekerjaan menjadi buruh sawit adalah saudara atau kenalan dekat

dari orang yang bekerja di PT. Nagasawit. Permasalahan tersebut didukung oleh

pernyataan beberapa orang warga.

“Ah itu mah bohong aja neng. Sampe sekarang mana katanya kita bisa

tetep ngegarap lahan. Yang bisa kerja ya paling itu saudara-saudaranya orang

PT (PT. Nagasawit-red)”. –Bapak CR

“Udah kaya kompeni lah PT itu. Pilih-pilih orang yang bisa kerja. Yang

bisa kerja di kelapa sawit cuma saudaranya aja.” –Bapak SN

Melihat berbagai pernyataan warga, dapat disimpulkan konversi tanaman

komoditi telah mengubah pranata pertanian yang ada. Perubahan ini menyebabkan

banyak pihak yang tersingkir dari lahan garapan tersebut. Mereka tersingkir dan

kehilangan mata pencahariannya. Petani laki-laki, istri-istri petani, buruh tani,

anak-anak, dan bandar nanas kehilangan sumber pendapatannya.

Page 55: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,
Page 56: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL PERTANIAN

TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI

Pranata sosial pertanian baru yang kini berlaku di atas lahan garapan eks-

HGU PT. Nagasawit telah membuat banyak pihak tersingkir. Petani penggarap,

istri petani, buruh tani, bandar nanas, anak-anak telah kehilangan sumber

pendapatannya. Kondisi baru yang harus dihadapi oleh mereka yang tersingkir

secara perlahan tapi pasti telah mengubah kehidupan mereka. Layaknya efek

domino, perubahan pranata akan mengubah kehidupan seseorang. Perubahan pada

kehidupan akan berujung pada perubahan tingkat kesejahteraan yang dirasakan

oleh mereka yang tersingkir. Kesejahteraan adalah hal penting dalam kehidupan

seseorang atau dapat dikatakan kondisi yang harus dimiliki oleh seseorang.

Kesejahteraan yang dibicarakan di sini bukan hanya kesejahteraan yang dirasakan

secara materi, namun juga kesejahteraan yang dirasakan secara moril atau batin.

Dampak dari perubahan pranata sosial pertanian ini telah menyebabkan

ratusan orang kehilangan mata pencahariannya. Keadaan tersebut membuat

penggarap berusaha mencari pekerjaan lain. Tidak hanya hal itu saja, perubahan-

perubahan yang terjadi juga secara langsung mengubah kesempatan bekerja

masyarakat baik itu di sektor pertanian maupun non-pertanian. Akibat perubahan

dalam sistem mata pencaharian di Desa Kumpay, maka tingkat kesejahteran

masyarakat Kumpay, khususnya petani penggarap dan keluarganya mengalami

perubahan. Selain mengubah sistem mata pencaharian yang berujung pada

perubahan tingkat kesejahteraan, perubahan pranata sosial pertanian juga

menyebabkan hubungan antar warga mengalami perubahan.

Perubahan Hubungan Antar Warga: Konsekuensi yang Terbentuk Akibat

Perubahan Pranata Sosial Pertanian dan Sistem Mata Pencaharian

Pranata usaha tani nanas telah membuat kehidupan harmonis tercipta di

dalam masyarakat. Telah dijelaskan dalam bab sebelumnya bahwa petani

penggarap dapat bekerja menjadi buruh tani di lahan garapan petani lainnya. Hal

tersebut juga berlaku bagi istri penggarap yang bekerja sebagai buruh tani, tidak

hanya bekerja di lahan garapan suaminya, namun juga bekerja di lahan garapan

milik orang lain. Tak hanya itu saja, penggarap yang menjadi bandar nanas juga

memiliki banyak hubungan baik kepada petani penggarap. Hal tersebut membuat

terciptanya kondisi kenyamanan dalam berhubungan dengan terciptanya jejaring-

jejaring kerja. Gotong royong pun menjadi hal yang biasa dilakukan antara

sesama penggarap ketika mereka membutuhkan sesuatu yang harus dikerjakan

bersama-sama, seperti perbaikan jalan menuju lahan garapan.

Selain jejaring kerja dan gotong royong, hal lain yang terbentuk adalah

kepercayaan. Saat itu seorang bandar nanas, yang merupakan seseorang yang

dianggap memiliki kemampuan ekonomi lebih, menjadi seseorang yang dapat

diandalkan untuk memberikan hutang bagi para penggarap. Bandar nanas dapat

memberikan pinjaman bagi mereka yang memiliki kebutuhan mendesak, seperti

untuk modal, uang sekolah, kesehatan, atau renovasi rumah. Saat itu bandar nanas

tidak merasa takut untuk memberikan pinjaman karena meyakini bahwa petani

Page 57: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

42

penggarap yang meminjam akan mengembalikan uang mereka. Keyakinan itu

didapat karena bandar nanas mengetahui bahwa seorang penggarap akan mampu

mengembalikan karena pekerjaan usaha tani nanas menjanjikan secara finansial.

Bandar nanas mengetahui dengan pasti penggarap akan mengembalikan uang

pinjaman dengan uang yang didapat dari hasil panen.

Namun, kemudahan untuk meminjam dan memberi pinjaman tidak lagi

terasa saat ini. Beberapa orang responden mengakui saat ini mereka sulit

memberikan pinjaman atau meminjam sejumlah uang. Pengakuan tersebut

diungkapkan responden yang merupakan mantan penggarap yang juga menjadi

bandar nanas, Bapak SN. Bapak SN menyatakan bahwa meskipun ia saat ini dapat

dikatakan memiliki uang yang lebih daripada yang lain, namun ia tidak berani

memberikan pinjaman karena tidak percaya yang meminjam akan membayar

hutangnya. Keadaan tersebut terasa masuk akal karena ketidakpercayaan itu

tumbuh akibat mereka sama-sama mengetahui bahwa kini mereka tidak memiliki

pekerjaan tetap. Tidak memiliki pekerjaan berarti tidak ada jaminan bagi mereka

dapat melunasi pinjaman dengan lancar seperti dulu. Alasan lain adalah mereka

menyadari bahwa sesama mereka, tetangga-tetangga mereka juga sama-sama

susah akibat tidak lagi menjadi penggarap. Hilangnya kepercayaan antar warga

yang telah dijelaskan tersebut lebih disebabkan oleh perubahan sistem mata

pencaharian yang telah terjadi di masyarakat.

“Sekarang mah mau cari pinjeman ke tetangga aja susah. Ya gimana lagi?

Pada ga percaya bisa ngelunasin utang. Orang kerjaan aja juga gitu ga jelas.

Lagian sama-sama tau aja semua penggarap disini pada susah juga.” –Pak DD.

“Kalo dulu saya suka minjemin uang ke penggarap, tapi sekarang mah

susah saya minjeminnya. Ke orang-orang tertentu aja yang saya percaya.

Takutnya mah pada ga bisa balikin. Kalo dulu kan percaya soalnya mereka pada

kerja. Lagian sekarang juga kita sama-sama susah sengsara, yang suka ngasih

pinjeman juga mending buat kebutuhan sehari-hari.” –Bapak SN

Selain rasa ketidakpercayaan yang cenderung memudar, hal lain yang dapat

terindikasi adalah munculnya rasa saling curiga antar warga. Kecurigaan ini

terbentuk seiring dengan munculnya kasus-kasus warga yang kehilangan benda-

benda berharga di rumahnya. Walaupun yang kehilangan tidak menuduh secara

langsung, namun ada indikasi di antara mereka curiga bahwa ada warga di dalam

desa yang melakukannya. Mereka menduga bahwa masalah kriminalitas ini ada

kaitannya dengan kondisi kesejahteraan warga yang terus menurun setelah

peristiwa pembabatan.

“Sekarang suka banyak warga yang ngelapor keilangan barang. Suka ada

yang mikir itu kerjaan orang dalem sini. Itulah akibat hilangnya pendapatan,

kasus kriminalitas jadi muncul. Orang yang ngambil mungkin butuh uang buat

kebutuhan hidup.” –Bapak MH

Kecemburuan sosial juga menjadi hal yang terindikasi selanjutnya.

Kecemburuan sosial ini terjadi di antara penggarap yang tersingkir dengan

penggarap yang kini masih bekerja menjadi buruh kelapa sawit. Mereka

Page 58: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

43

menganggap bahwa penggarap yang kini bekerja untuk PT. Nagasawit sama saja

mengkhianati Kumpay. Kecemburuan jelas terjadi disini karena tidak semua

penggarap mendapatkan pekerjaan di lahan kelapa sawit. Hanya segelintir orang

saja yang dianggap memiliki hubungan kerabat dengan karyawan PT. Nagasawit

yang dapat bekerja.

“Suka sebel liat orang yang berangkat ke lahan sawit. Mereka mah enak

bisa kerja. Lah yang lain bapak-bapaknya cuma jadi pengangguran.” –Pak YT

.

“Itu mah KKN orang yang masih kerja sama PT. Yang kerja juga pasti

punya sodara disana. Harusnya mah orang PT bisa adil kalo mau kasih kerjaan

juga kasih ke semua orang. Sakit hati kalo inget itu mah.” –Bapak AI

Dari semua perubahan-perubahan hubungan sosial masyarakat tersebut,

yang paling terasa perubahannya adalah adanya ketidakselarasan hubungan antara

LSM pejuang nasib penggarap dengan pemerintah desa. Ketidakselarasan ini

terasa dengan berbedanya keterangan mengenai informasi yang disampaikan oleh

LSM dengan pemerintah desa. Kondisi ini menyebabkan penggarap yang dekat

dengan lingkungan pemerintah desa menjadi seperti kurang menyukai keberadaan

LSM. Begitu pun sebaliknya dengan penggarap yang dekat dengan lingkungan

LSM.

Kondisi perubahan hubungan antar warga telah membuat warga merasa

tidak bahagia. Hal tersebut dapat terjadi karena mereka tidak lagi memiliki

hubungan yang harmonis dengan warga lain. Antar warga saling curiga, saling

cemburu, hingga terpecah menjadi 2 kubu merupakan hal yang tidak diinginkan

oleh warga Kumpay. Keadaan tersebut membuat mereka menjadi tidak nyaman

jika harus berinteraksi satu dengan yang lainnya. Hal itulah yang membuat

mereka tidak sejahtera secara moril. Kesejahteraan moril yang dibahas pada

bagian ini adalah kesejahteraan yang dirasakan secara moril yang berkaitan

dengan interaksi sosial antar manusia.

Perubahan Sistem Mata Pencaharian: Perubahan Langsung Akibat

Perubahan Pranata Sosial Pertanian

Dampak sistem mata pencaharian adalah perubahan yang terjadi pada sistem

mata pencaharian responden, yakni petani penggarap lahan eks-HGU PT.

Nagasawit. Dampak sistem mata pencaharian dikategorikan menjadi dua, yakni

perubahan pada kesempatan kerja dan perubahan pada pola pekerjaan. Berikut

akan disajikan hasil dari analisis data dari masing-masing ukuran variabel.

Perubahan Kesempatan Kerja Pertanian dan Non-Pertanian

Dampak pada kesempatan kerja dapat didefinisikan sebagai perubahan yang

terjadi pada kesempatan responden untuk bekerja di wilayah Kumpay saat ini

dibandingkan dengan saat sebelum terjadinya konversi tanaman komoditi.

Kesempatan kerja ini berupa kesempatan kerja di bidang pertanian dan non-

pertanian. Ukuran yang digunakan adalah persepsi dari masing-masing responden

mengenai kesempatan kerja. Variabel ini terdiri dari satu pertanyaan dengan 5

Page 59: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

44

pilihan jawaban yaitu, sangat sulit, sulit, netral (tidak sulit dan tidak mudah),

mudah, dan sangat mudah mengenai kesempatan bekerja di sektor pertanian dan

non-pertanian. Secara lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.

Berdasarkan hasil pengumpulan dan olah data, diketahui bahwa terjadi

perbedaan kesempatan kerja pada saat ini dibandingkan saat sebelum terjadinya

konversi tanaman komoditi, baik itu pada bidang pertanian dan non-pertanian.

Untuk mengetahui perbedaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8.

Gambar 7 Kesempatan kerja pertanian dan non-pertanian sebelum

konversi tanaman komoditi

Pada Gambar 7, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan responden

menganggap mencari pekerjaan di bidang pertanian sebelum konversi tanaman

komoditi sangat mudah. Hal tersebut ditunjukan pada gambar bahwa sebanyak 30

responden atau seluruhnya kompak menjawab pekerjaan di bidang pertanian saat

itu mudah didapat atau dicari. Pada kesempatan pekerjaan di sektor non-pertanian,

mayoritas responden menjawab netral atau menganggap tidak sulit dan tidak

mudah dalam mencari pekerjaan sektor non-pertanian. Responden yang menjawab

pada pilihan jawaban netral sebanyak 19 orang atau sekitar 63.33% dari jumlah

responden. Sedangkan sisanya, yakni sebanyak 10 orang responden menjawab

mudah dan 1 orang menjawab sangat mudah. Hal yang dapat disimpulkan dari

gambar tersebut adalah pada saat sebelum konversi tanaman komoditi, responden

menganggap kesempatan untuk bekerja di sektor pertanian termasuk ke dalam

kategori yang mudah. Sedangkan mendapatkan pekerjaan di sektor non-pertanian

saat itu dianggap biasa-biasa aja, tidak mudah namun tidak sulit juga.

“Dulu mah kerja di pertanian gampang nyarinya. Masyarakat Kumpay sini

kan hampir semuanya ngegarap. Yang ga dapet lahan garapan juga bisa jadi

Page 60: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

45

buruh. Waktu itu juga masih banyak masyarakat yang punya lahan pertanian

selain lahan garapan.” –Ibu RH

“Dulu bapak kan kerja juga jadi kuli bangunan. Dulu mah ga kaya

sekarang banyak saingan. Dulu kan warga pada makmur jadi banyak yang

benerin atau bikin rumah jadi untung juga jadi kuli bangunan. Ga kaya sekarang

jadi kuli bangunan juga percuma udah jarang orang Kumpay sini yang bangun

rumah. Teu boga duit (tidak punya uang-red). –Bapak OC

Gambar 8 Kesempatan kerja pertanian dan non-pertanian setelah konversi

tanaman komoditi

Pada gambar di atas, diketahui bahwa persepsi responden dalam mencari

pekerjaan di bidang pertanian setelah terjadinya konversi tanaman komoditi

sangat sulit. Ditunjukan pada gambar, sebanyak 26 responden atau lebih dari

setengah dari jumlah seluruh responden memberikan jawaban sangat sulit.

Sedangkan sisanya yakni sebanyak 3 orang menjawab netral dan 1 orang

menjawab sulit. Sementara itu, ketika ditanyakan mengenai kesempatan kerja di

sektor non-pertanian, jawaban terbanyak yang dipilih adalah sangat sulit. Sisanya

sebanyak 9 orang menjawab netral dan 8 orang menjawab sulit. Berdasarkan

gambar tersebut diketahui bahwa menurut sebagian besar responden, saat ini

mencari pekerjaan di bidang pertanian dan non-pertanian termasuk ke dalam

kategori sulit.

“Kerjaan jadi apa aja jaman sekarang mah susah. Liat aja sepanjang jalan

sini pos-pos tukang ojek sepi. Mau cari kerja dimana lagi, pabrik ga ada, apa-apa

ga ada.” –Bapak SO

Page 61: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

46

“Kadang kerja jadi kuli bangunan, buruh, ngambil rumput, ga tentu. Apa

aja dikerjain. Kerja serabutan lah. Tapi tetep aja namanya juga serabutan ga

tentu tiap hari kerja. Kadang minggu ini kerja, kadang minggu depan ga kerja.” –

Bapak OC.

“Suami sekarang mah mancing aja neng. Ga ada kerjaan. Mau kerja jadi

petani juga ga punya lahan ibu mah. Kalo mau kerja di lahan punya orang aja

susah. Jarang-jarang ada yang nyuruh buat buburuh. Ga tentu gitu neng.” –Ibu

KT

“Sekarang kerjaan orang-orang yang dulu jadi penggarap ga tentu. Banyak

yang ga kerja. Yang masih kerja jadi petani atau buruh tani mah paling satu dua

orang, bisa diitung pake jari. Yang bisa kerja jadi petani atau buruh gitu

palingan orang yang punya lahan atau punya saudara atau tetangga deketnya

masih punya lahan (lahan pertanian-red).” –Pak PD

“Jangankan kerja jadi petani? Cari rumput buat makan ternak aja susah

sekarang mah. Kudu jauh kesana cari rumput. Kalo cari di bekas lahan garapan

pada ga doyan ternaknya. Udah dikasih obat tanahnya sama pihak sana. Jadi

ternak teh kurang suka.” –Bapak LL

Jika kedua gambar tersebut dibandingkan, maka terlihat bahwa terdapat

perbedaan yang terlihat jelas. Jika pada sebelum konversi tanaman komoditi

mencari pekerjaan di sektor pertanian termasuk ke dalam kategori mudah.

Sementara itu menurut mayoritas responden menyatakan kesempatan bekerja di

luar pertanian adalah netral, namun kondisi tersebut tidak berlaku dengan keadaan

saat ini. Kesempatan bekerja luar pertanian yang dahulu dikatakan netral, kini

mayoritas responden menjawab sangat sulit. Masalah tersebut juga terjadi pada

kesempatan kerja di sektor pertanian. Setelah konversi terjadi, mayoritas

responden menganggap mencari pekerjaan di kedua sektor tersebut menjadi sulit.

Orang-orang yang tersingkir dari lahan garapan mau tidak mau harus mencari

pekerjaan lain, entah itu di sektor pertanian atau non-pertanian. Celakanya, saat

ini sektor pertanian menyerap tenaga kerja yang sedikit. Sempitnya lahan

pertanian yang dimiliki atau dikuasai masyarakat Kumpay saat ini menjadi faktor

yang berperan penting dalam menciptakan kondisi ini. Ketika sektor pertanian

tidak ada lagi, maka sektor non-pertanian menjadi pilihan satu-satunya.

Sedangkan ketika mereka ingin mencari pekerjaan di sektor non-pertanian,

mereka juga mengalami kesulitan karena ragam pekerjaan non-pertanian yang

sedikit ditambah banyaknya para pesaing. Minimnya keahlian maupun

pengetahuan yang dimiliki oleh responden juga menjadi hambatan dalam sulitnya

mencari pekerjaan di luar pertanian.

“Yah sekarang mah mau kerja apa. Mau kerja jadi petani lahan udah

diambil, terus mau garap lahan orang juga ga ada. Jarang disini mah warga

yang masih punya lahan pertanian. Mau kerja jadi tukang ojek misalnya, motor

butut gini siapa yang mau naikin.” –Bapak KN

Page 62: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

47

Pola Pekerjaan Sebelum dan Sesudah Konversi Tanaman Komoditi

Dampak pada pola pekerjaan dapat didefinisikan sebagai perubahan dari

pekerjaan-pekerjaan yang kini dilakukan oleh para responden. Semenjak konversi

tanaman komoditi, semua responden tidak lagi bekerja sebagai petani penggarap.

Di antara mereka memang masih ada yang bekerja di bidang pertanian, misalnya

sebagai petani pemilik atau buruh tani. Namun kebanyakan responden bekerja di

luar sektor pertanian, misalnya sebagai kuli bangunan, tukang ojek, peternak,

pedagang, dan lain-lain. Bahkan di antara mereka ada yang kini tidak bekerja atau

menganggur. Perubahan pola pekerjaan responden dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Pola pekerjaan responden sebelum dan sesudah konversi tanaman

komoditi

Sebelum konversi tanaman komoditi, seluruh responden bekerja sebagai

petani penggarap. Sebanyak 1 orang dari responden pada saat itu juga bekerja di

luar sektor pertanian, seperti yang dilakukan oleh Bapak SN, selain sebagai

peternak, beliau juga merupakan pedagang nanas. Di antara responden juga ada

yang mencari penghasilan tambahan dengan menjadi buruh tani di lahan garapan

milik orang lain. Kenyataan tersebut berbanding terbalik dengan sesudah konversi

tanaman komoditi. Pola pekerjaan masyarakat berubah secara drastis. Hal tersebut

ditandai dengan menurunnya jumlah responden yang bekerja sebagai petani atau

buruh tani. Jumlah responden yang bekerja di sektor pertanian kini hanya tersisa 5

orang saja. Mayoritas pekerjaan responden saat ini adalah sebagai pekerja di

sektor pertanian yang tidak menghasilkan gaji tetap. Pekerjaan yang termasuk ke

dalam kategori ini misalnya tukang ojek, kuli bangunan, pedagang, dan

sebagainya. Semua pekerjaan tersebut memberikan pemasukan bagi responden

Page 63: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

48

setiap hari atau beberapa hari sekali secara rutin, namun dengan jumlah yang tidak

tetap. Responden yang termasuk ke dalam kategori ini berjumlah 14 orang.

Berdasarkan hal tersebut, pekerjaan dalam kategori ini menjadi mayoritas

pekerjaan dari responden saat ini. Selanjutnya, sebanyak 8 orang dari responden

saat ini tidak bekerja atau bekerja serabutan. Responden dikatakan bekerja

serabutan apabila ia tidak memiliki pekerjaan rutin yang dilakukan setelah

konversi tanaman komoditi. Kondisi ini seperti yang dialami oleh Bapak KN,

dimana terkadang ia bekerja sebagai buruh ngored atau pencabut rumput. Jika

pekerjaan sebagai buruh ngored tidak ada, maka beliau akan bekerja sebagai

tukang perbaikan jalan umum8. Kemudian, sisa responden sebanyak 2 orang

bekerja di sektor non-pertanian yang menghasilkan gaji tetap.

Berdasarkan Gambar 9, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara pola pekerjaan responden sebelum dan sesudah konversi

tanaman komoditi. Dahulu seluruh responden hanya bekerja di sektor pertanian,

yakni sebagai petani penggarap, dan hanya sedikit yang juga bekerja di sektor

non-pertanian. Saat ini pola pekerjaan responden menjadi beragam. Responden

yang saat ini masih bekerja di sektor pertanian disebabkan masih memiliki lahan

pertanian atau berkerabat dekat dengan orang yang memiliki lahan pertanian.

Sedangkan, sisanya tidak memiliki atau menguasai lahan pertanian. Hal tersebut

membuat mereka tidak tahu harus bekerja sebagai apa atau memilih pekerjaan

apapun dengan prinsip „asal bisa menghasilkan uang‟.

“Kalo lagi ga ada kerjaan disuruh-suruh orang gitu ya nungguin jalanan

yang rusak aja. Suka ada yang ngasih sumbangan, sebagian buat benerin jalan,

sebagian buat upah saya benerin itu jalan.” –Bapak KN.

“Mau kerja di luar bidang pertanian juga susah. Jadi tukang ojek juga

sedikit penghasilannya. Ga seberapalah. Udah jarang yang ngojek. Kan biasanya

udah pada punya motor.” –Bapak SO.

Berubahnya Tingkat Kesejahteraan Akibat Perubahan Pranata Sosial

Pertanian

Kehidupan sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan. Pada umumnya

kesejahteraan dijadikan oleh manusia sebagai tujuan atau pencapaian hidup

mereka. Beragam cara dilakukan oleh manusia agar mencapai kesejahteraan

secara hakiki, yaitu kesejahteraan moril dan materiil. Dibutuhkan waktu panjang

agar kehidupan yang sejahtera dapat tercapai. Kesejahteraan yang dirasakan dapat

ditentukan dari mata pencaharian yang mereka lakukan. Mata pencaharian

menentukan jumlah penerimaan yang akan mereka dapatkan. Selain itu, jenis

mata pencaharian juga menentukan jaminan keamanan dalam kehidupan mereka,

sehingga mereka dapat merasakan kesejahteraan moril.

Seperti yang telah sering disebutkan di atas, konversi tanaman komoditi

pada akhirnya akan menyebabkan perubahan kesejahteraan. Awal dari perjalanan

8 Maksud pekerjaan ini adalah responden berdiri di tengah jalan umum yang rusak, kemudian

meminta sumbangan kepada pengguna jalan, lalu memperbaiki jalan. Sebagian dari uang

sumbangan tersebut digunakan responden sebagai upah memperbaiki jalan.

Page 64: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

49

tersebut adalah permasalahan perampasan lahan karena klaim PT. Nagasawit atas

lahan yang telah bertahun-tahun digarap 700 petani Kumpay. Kemudian,

sengketa lahan tersebut berujung pada kekalahan para penggarap yang ditandai

dengan pengambilalihan lahan dan ditanami oleh kelapa sawit. Kelapa sawit

tanaman yang diharapkan dapat menjadi sumber penghidupan baru, ternyata tidak

banyak menyerap tenaga kerja. Akibatnya petani penggarap yang berjumlah

ratusan itu pun tersingkir dan mencari beragam pekerjaan baru. Namun pekerjaan

baru itu tidak menjanjikan untuk kehidupan mereka. Sehingga pada akhirnya,

tingkat kesejahteraan penggarap berubah.

Untuk mengetahui hubungan antara perubahan sistem mata pencaharian

dengan tingkat kesejahteraan, dilakukan secara 7 tahap. Tahap pertama sampai

ketiga adalah tahapan pada variabel perubahan sistem mata pencaharian. Tahap

pertama adalah menjumlahkan skor pertanyaan kesempatan kerja di sektor

pertanian dan non-pertanian sesudah terjadinya konversi tanaman komoditi.

Kemudian, skor tersebut kembali dijumlahkan dengan pertanyaan pola pekerjaan

responden saat ini. Jika ketiga pertanyaan tersebut dijumlahkan maka akan

didapatkan skor tertinggi sebesar 15 dan terendah sebesar 3. Tahap kedua adalah

mengkategorikan skor dari penjumlahan ketiga pertanyaan tersebut menjadi 3

kategori, yakni negatif (skor 6), netral (skor 711), dan tinggi (skor 12). Yang

dimaksud netral apabila perubahan sistem mata pencaharian tidak negatif dan

tidak positif. Tahap ketiga adalah menentukan responden yang termasuk ke dalam

tiga kategori tersebut berdasarkan jawaban yang mereka pilih.

Tahap keempat sampai keenam adalah tahapan pada variabel tingkat

kesejahteraan. Tahap ini secara garis besar seperti pada tahapan variabel

perubahan sistem mata pencaharian. Tahap keempat menjumlahkan skor

pertanyaan kesejahteraan moril responden sesudah konversi, yang terdiri dari 2

pertanyaan, dan pertanyaan kesejahteraan materiil responden sesudah konversi,

yang terdiri dari 5 pertanyaan. Dari ketujuh pertanyaan tersebut didapatkan skor

tertinggi sebesar 35 dan terendah sebesar 7. Tahap kelima adalah

mengkategorikan skor tertinggi-terendah menjadi 3 kategori, yaitu rendah,

sedang, dan tinggi. Dikatakan rendah apabila skor 16, sedang apabila skor

1725, dan tinggi apabila skor 26. Tahap keenam adalah menentukan responden

yang termasuk ke dalam tiga kategori tersebut berdasarkan jawaban yang mereka

pilih. Tahap terakhir atau tahap ketujuh merupakan tahap penghitungan hubungan

antara variabel sistem mata pencaharian dengan tingkat kesejahteraan melalui

aplikasi PASW statistics 18. dengan uji statistik Rank Spearman. Namun, sebelum

penghitungan dilakukan, dibuat tabel tabulasi silang untuk melihat korelasi kedua

variabel tersebut. Tabel tabulasi silang dapat dilihat dalam Tabel 1.

Page 65: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

50

Tabel 1 Tabel tabulasi silang antara variabel sistem mata pencaharian dengan

tingkat kesejahteraan responden

Tingkat kesejahteraan Total

Rendah Sedang

Perubahan sistem

mata pencaharian

Negatif 17 2 19

Netral 4 7 11

Total 21 9 30

Tabel tabulasi silang antara kedua variabel menunjukkan bahwa mayoritas

responden berada dalam kategori perubahan sistem mata pencaharian negatif dan

tingkat kesejahteraan rendah. Selanjutnya jumlah terbanyak dari responden

terletak pada perubahan sistem mata pencaharian sedang dan kesejahteraan

sedang. Tidak ada dari responden yang berada pada kategori tinggi pada variabel

sistem mata mencaharian maupun tingkat kesejahteraan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara perubahan sistem mata pencaharian

dengan tingkat kesejahteraan. Alasannya adalah responden yang masuk ke dalam

kategori perubahan negatif, maka kesejahteraannya akan rendah.

Pada tabel juga terdapat responden yang berada pada kategori negatif untuk

variabel perubahan sistem mata pencaharian, namun tingkat kesejahteraannya

sedang. Hal tersebut dapat disebabkan karena sebelum terjadinya konversi

tanaman komoditi, responden memiliki lahan garapan yang cukup luas, sehingga

memiliki penghasilan, tabungan, aset yang lebih banyak, atau kesejahteraan moril

yang dirasakan tidak terlalu buruk. Hal tersebut menyebabkan saat ini

kesejahteraan responden berada dalam kategori sedang. Sedangkan, ada

responden yang perubahan sistem mata pencahariannya termasuk ke dalam

kategori sedang, namun kesejahteraannya rendah. Banyak faktor yang

menyebabkan hal tersebut, seperti lahan garapan yang dimilikinya dahulu tidak

luas, sehingga saat ini aset-asetnya banyak yang dijual, memiliki jumlah

tanggungan yang banyak, atau kesejahteraan moril yang dirasakan dapat

dikatakan buruk.

“Ini Pak HD mah masih kaya dia. Dulu tanahnya luas jadi bisa kebeli

mobil 3, motor, terus ternak kambing sama sapinya juga banyak. Kalo kaya gitu

jadi bisa buat tabungan buat sekarang-sekarang, tapi ga tau kalo nanti.

Banyakan dijual juga buat memenuhi kebutuhan sehari-hari.” –Bapak LL

Hasil korelasi yang dapat dilihat dari tabulasi silang di atas sejalan dengan

hasil korelasi uji statistik Rank Spearman. Hasil uji statistik Rank Spearman

menyatakan bahwa nilai korelasi yang didapat sebesar 0.737. Nilai tersebut

menyatakan bahwa terdapat korelasi yang kuat. Hal tersebut disebabkan karena

nilai hitung berada pada kategori 0.50.75. Dijelaskan dalam Sarwono (2009),

jika nilai hitung berada dalam kategori > 0.50.75 artinya adanya korelasi yang

kuat antar variabel. Korelasi tersebut merupakan korelasi searah dengan

ditunjukan oleh nilai hitung yang positif. Searah memiliki makna bahwa jika

Page 66: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

51

variabel A rendah, maka variabel B juga rendah, begitupun sebaliknya.

Selanjutnya mengenai masalah signifikansi korelasi antar variabel, variabel

perubahan sistem mata pencaharian dengan tingkat kesejahteraan dikatakan

signifikan. Hal tersebut dijelaskan dengan nilai signifikan sebesar 0.00 yang

berarti kurang dari 0.01. Nilai 0.01 didapat karena tingkat ketepatan sebesar 99%

yang berarti kesalahan pengambilan sampel sebesar 1% atau 0.01.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel

perubahan sistem mata pencaharian dengan tingkat kesejahteraan memiliki

korelasi yang kuat, searah, dan signifikan. Dengan kata lain hipotesis penelitian

untuk metode kuantitatif diterima, semakin negatif perubahan sistem mata

pencaharian, maka semakin negatif tingkat kesejahteraan. Hasil penghitungan

dengan aplikasi PASW statistics 18. secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 5.

Page 67: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,
Page 68: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Konversi tanaman komoditi adalah bergantinya suatu komoditi yang

diusahakan di atas sebuah lahan pertanian. Pergantian komoditi ini disebabkan

karena komoditi baru dinilai lebih menguntungkan. Hal inilah yang terjadi di Desa

Kumpay, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Di desa ini

terjadi konversi tanaman komoditi secara besar-besaran dari nanas ke kelapa

sawit. Awal mula kasus tersebut adalah adanya klaim dari sebuah perusahaan

perkebunan atas suatu lahan yang telah lama digarap warga setempat, yang

berujung pada pengambilalihan lahan oleh perusahaan perkebunan tersebut.

Kemudian, akibat komoditi yang berubah, maka secara otomatis pranata pertanian

pun berubah.

Pranata pertanian komoditi yang baru, yakni kelapa sawit ternyata tidak

menyerap tenaga kerja yang banyak, tidak seperti pranata usaha tani nanas.

Akibatnya, ratusan orang kehilangan pekerjaan sebagai petani penggarap. Tidak

sampai itu saja, istri petani yang bekerja membantu suaminya, anak-anak kecil,

dan bandar nanas juga terkena dampaknya. Masalah tersebut membuat kehidupan

penggarap dan keluarganya mengalami perubahan. Perubahan tersebut berupa

perubahan pada sistem mata pencaharian. Perubahan pada sistem mata

pencaharian meliputi perubahan pada kesempatan bekerja di sektor pertanian dan

non-pertanian serta perubahan pada pola pekerjaan yang dilakukan oleh

penggarap.

Berdasarkan hasil pengambilan data, diketahui bahwa persepsi responden

mengenai kesempatan bekerja di sektor pertanian dan non-pertanian, sebelum dan

sesudah konversi tanaman komoditi berbeda. Sebelum konversi tanaman

komoditi, mencari pekerjaan di kedua sektor tersebut termasuk ke dalam kategori

mudah dicari. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan kondisi saat ini,

dimana responden menganggap mencari pekerjaan di kedua sektor terebut susah.

Pola pekerjaan responden pun sangat berbeda antara sebelum dan sesudah

konversi tanaman komoditi. Saat sebelum, seluruh responden bekerja di sektor

pertanian sebagai penggarap. Namun, saat ini seluruh responden memiliki pola

pekerjaan yang menyebar ke dalam 5 kategori pola pekerjaan, dimana mayoritas

responden berada pada kategori pekerja sektor non-pertanian yang tidak

menghasilkan gaji tetap.

Perubahan sistem mata pencaharian secara langsung mempengaruhi tingkat

kesejahteraan yang dirasakan mereka, dimana kesejahteraan yang dimaksud

adalah kesejahteraan secara moril dan materiil. Pengaruh tersebut dibuktikan

dengan nilai hasil uji statistik sebesar 0.737 (nilai signifikan sebesar 0.00 dengan

nilai alpha 1%) yang menyatakan terdapat korelasi yang kuat, searah, dan

signifikan antara perubahan sistem mata pencaharian dengan tingkat

kesejahteraan.

Tidak hanya perubahan sistem mata pencaharian saja yang berubah akibat

perubahan pranata sosial pertanian, hubungan sosial di dalam masyarakat pun

mengalami perubahan. Perubahan hubungan tidak hanya disebabkan oleh

konversi tanaman komoditi, namun juga disebabkan oleh perubahan sistem mata

Page 69: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

54

pencaharian. Meskipun perubahan tersebut masih terasa samar, namun sudah

dapat terindikasi. Perubahan hubungan antar warga yang terindikasi adalah

memudarnya tingkat kepercayaan dan gotong royong, munculnya rasa curiga dan

kecemburuan sosial, dan adanya ketidakselarasan hubungan antara dua pihak

penting di Desa Kumpay yang telah menyebabkan masyarakat terbagi ke dalam

dua kubu. Perubahan hubungan antar warga juga telah menyebabkan perubahan

pada tingkat kesejahteraan moril yang berkaitan dengan kesejahteraan dalam

berinteraksi sosial.

Saran

Beberapa saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:

1. Agar pemerintah lebih peka terhadap nasib rakyat terutama petani. Diharapkan

pemerintah daerah atau pusat turun langsung ke Desa Kumpay untuk melihat

kondisi sebenarnya yang terjadi di masyarakat. Selain itu, pemerintah

diharapkan menjadi penengah antara PT. Nagasawit dengan petani penggarap,

dan membuat kebijakan yang win-win solution di antar kedua pihak yang

bersengketa

2. Bagi pemerintah desa dan Lembaga Swadaya (LSM) Masyarakat Himpunan

Petani Nanas, agar saling bekerja sama demi memperjuangkan hak-hak

penggarap.

3. Perlu adanya tinjauan ulang atas kepemilikan lahan sengketa eks-HGU PT.

Nagasawit.

Page 70: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

55

DAFTAR PUSTAKA

[UU] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang

Kesejahteraan Sosial

Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA). 2010. Perampasan tanah sebab,

bentuk dan akibatnya bagi kaum tani. [Internet]. [diunduh 31 Oktober

2012]. Dapat diunduh dari: http://farmlandgrab.org/wp-

content/uploads/2010/09/Risalah-ttg-Perampasan-Tanah_24-Sept-2010.doc

Astuti UP, Wibawa W, Ishak A. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi alih

fungsi lahan pangan menjadi kelapa sawit di Bengkulu: kasus petani di Desa

Kungkai Baru. Prosiding: Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi

dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian. [Internet]. [25

Oktober 2012]. Dapat diunduh dari:

http://repository.unib.ac.id/128/1/16Alih%20%20Fungsi%20%20Lahan%20

%20_UNIB_.pdf

Badan Pusat Statistik (BPS). 2006. Statistik kesejahteraan rakyat 2006. Jakarta

[ID]: BPS.

Basrowi. 2005. Pengantar sosiologi. Bogor [ID]: Ghalia Indonesia.

Center for International Forestry Research (CIFOR) 2007. Menuju kesejahteraan

dalam masyarakat hutan: buku panduan untuk pemerintah daerah. CIFOR,

Bogor, Indonesia.

Dassir M. 2010. Sistem penguasaan lahan dan pendapatan petani pada Wanatani

Kemiri di Kecamatan Camba Kabupaten Maros. Perennial. 06(2): 90-98.

Hamdan. 2012. Ekonomi konversi lahan sawah menjadi kebun kelapa sawit di

Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu. [thesis].

Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Kodoatie RJ, Sjarief R. 2010. Tata ruang air. Yogyakarta [ID]: Andi Publisher.

Krisnamurthi B. 2006. Revitalisasi pertanian dan dialog peradaban. Jakarta [ID]:

Kompas.

Landsberger HA, Alexandrov YG. 1981. Pergolakan petani dan perubahan sosial.

Jakarta [ID]: Yayasan Ilmu-ilmu Sosial.

Nasution M. 2005. Pengelolaan perkebunan untuk kesejahteraan rakyat. Widjaya

AH, Dwiastuti F, Ubaydillah M, Bubun, Dewina O, Kadarsyah E, Nurdin

AA, editor. Membangun Indonesia. Bogor [ID]: IPB Press.

Rahardjo. 2004. Pengantar sosiologi pedesaan dan pertanian. Yogyakarta [ID]:

Gadjah Mada University Press.

Reijntjes C, Haverkort B, Waters-Bayer A. 1992. Pertanian masa depan.

Pengantar untuk pertanian berkelanjutan dengan input luar rendah. Sukoco

Y, penerjemah. Yogyakarta [ID]: Kanisius. Terjemahan dari: An

introduction to low-external-input and sustainable agriculture.

Page 71: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

56

Ruswandi A. 2005. Dampak konversi lahan pertanian terhadap perubahan

kesejahteraan petani dan perkembangan wilayah [tesis]. Bogor [ID]: Institut

Pertanian Bogor.

Ruswandi A, Rustiadi E, Mudikjo K. 2007. Dampak konversi lahan pertanian

terhadap kesejahteraan petani dan perkembangan wilayah: studi kasus di

Daerah Bandung Utara. Agro Ekonomi, 25 (2): 207-219.

Savitri LA. 2007. Uncover the concealed link: gender & ethnicity-divided local

knowledge on the agro-ecosystem of a forest margin. A case study of

Kulawi and Palolo local Knowledge in Central Sulawesi, Indonesia.

[inaugural-dissertation].

Serikat Petani Indonesia (SPI). 2010. Hentikan kebijakan liberalisasi dan

Korporatisasi Pertanian. [Internet]. [diunduh 1 Januari 2013]. Dapat diunduh

dari: http://www.spi.or.id/wp-content/uploads/2010/12/2010-12-16-Catatan-

Akhir-Tahun-2010.pdf

Sihaloho M, Dharmawan AH, Rusli S. 2007. Konversi lahan pertanian dan

perubahan struktur agraria (studi kasus di Kelurahan Mulyaharja,

Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat). Sodality. 01: 253-269.

Singarimbun M. 1989. Metode dan proses penelitian. Dalam: Singarimbun M dan

Effendi S, editor. Metode penelitian survai. Jakarta [ID]: LP3ES. Hal. 3-15.

Soekartawi, Soehardjo A, Dillon JL, Hardaker JB. 1989. Ilmu usaha tani dan

penelitian pengembangan petani kecil. Jakarta [ID]: UI Press.

Sutanto R. 2002. Penerapan pertanian organik: pemasyarakatan dan

pengembangannya. Yogyakarta [ID]: Kanisius.

Syahza A, Khaswarina S. 2007. Pembangunan perkebunan kelapa sawit dan

kesejahteraan petani di Daerah Riau. Sorot. [Internet]. [dikutip tanggal 1

Desember 2012]. 1 (2). Dapat diunduh dari:

http://almasdi.unri.ac.id/artikel_pdf/PEMBANGUNAN%20PERKEBUNA

N%20KELAPA%20SAWIT%20DAN%20KESEJAHTERAAN%20PETA

NI%20DI%20DAERAH%20RIAU.pdf

Utomo M. 1992. Alih fungsi lahan dan tinjauan analitis. Utomo M, Rifai E,

Thahar A, editor. Bandar Lampung [ID]: Universitas Lampung. 61 hal.

Wiyono. 2002. Tanam tebu di hutan siapa diuntungkan? Serasah. 03(27): 5-7.

Yustika AE. 2006. Teori perubahan kelembagaan. Wahyuni S, Setyorini Y,

Basuki I, editor. Ekonomi kelembagaan definisi, teori, dan strategi. Malang

[ID]: Bayumedia Publishing.

Page 72: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

57

LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta Desa Kumpay, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, Jawa

Barat

Page 73: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

58

Lampiran 2 Jadwal kegiatan penelitian 2013

Kegiatan

Bulan

Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan

proposal

penelitian

Kolokium

Studi

lapangan

Penyusunan

dan

penulisan

laporan

Ujian

Perbaikan

laporan

penelitian

Page 74: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

59

Lampiran 3 Kerangka sampel petani penggarap lahan eks-HGU PT. Nagasawit

1 Tarmun 40 Dedi 79 Nina

2 Imi 41 Inuk 80 Ayum Suyana

3 Titi Maryati 42 Sapri Supriyadi 81 Unnan Al Uhnan

4 Karti 43 Rusim 82 Entin Rohaetin

5 Ani 44 UT 83 Entes

6 Encun 45 Sudin 84 Ade Namin

7 Usan Tarno 46 Ruhita 85 Encum

8 Kardi 47 Inik 86 E. Maryamah

9 Rahman 48 Taryana 87 Juhria

10 Darlan Garling 49 Udis 88 E. Karmin

11 Suryana 50 Ade Herli 89 Kusmayati

12 Epon Rukisah 51 Yati 90 Eros

13 Sakri 52 U. Aminin 91 Warnan

14 Uman 53 OC 92 Eni

15 Warsa 54 KR 93 AR

16 Iyep Jana 55 Wartini 94 Sahum

17 Karmi 56 Ukar 95 Endang Masum

18 Cahya 57 Damin 96 Ani Tamad

19 Elan 58 Sulmi 97 Dedeng Hermawan

20 Sukarni 59 Iri Irawan 98 Mahdin

21 Mansur 60 Ade Mahmud 99 Cahyan

22 Edes 61 Dayeng 100 AS

23 Karsi 62 Entin 101 Amah

24 Muncis 63 Feri Farid 102 HD

25 Jojon 64 Maman 103 Cicih Sunarsih

26 Amud 65 Asib 104 Nehab

27 Uhmi 66 Ujang Hatim 105 Udi

28 Warlin 67 Endi 106 Karwati

29 Sahwar 68 Katma 107 Ali

30 Arna 69 Herman 108 Adib

31 Tati Rohayati 70 Jeri Ismail 109 Deblo

32 Sarkim 71 ON 110 H. Suhlan

33 Eem 72 Cahya 111 Warsih

34 PD 73 Wawa Hermawan 112 U. Sahdi

35 Wahli 74 Jumin 113 Dayeng

36 Darmin 75 Jaja 114 Aceng Rusib

37 Nadi 76 Unen 115 Kudin

38 Itang Suherman 77 Rahmat 116 Encid

39 Yeni 78 Eem 117 Taryudin

Page 75: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

60

118 Darpit 159 Aceng Sutisna 200 Ade

119 Bandi 160 Erwi 201 Ata

120 Ocih 161 Waryan 202 Catur Agustin

121 Saepudin 162 Kusman 203 Tasib

122 Sarnim 163 Eem 204 Arsim

123 Rahadiah FB 164 Catim 205 Jeri

124 AI 165 Aar Artesih 206 Kasno

125 Wati 166 Samad 207 Oman S

126 YT 167 Darmi 208 Ameh

127 Enes 168 Oom 209 Anih

128 Ruhni 169 Jajang Suhanda 210 Oda

129 Yani Rahma 170 Entin Al Ecin 211 Ooy Hayati

130 Euis Herina 171 M. Dahlan 212 Emur

131 Empir 172 Wasdi 213 Enung Rohaeni

132 Cucu 173 Iti 214 Walsid

133 Wasni 174 Kono 215 Amat

134 SO 175 Ade 216 Endang

135 Tohar 176 Dadang 217 Eulis

136 Tomo 177 Durinih binti Jaiq 218 Enar

137 Hendra Abdullah 178 Walsih 219 Umik

138 Eros Rosita 179 Umah 220 Momon

139 Cahyono 180 Apen Apendi 221 Nani

140 Mulyati 181 EH 222 Sukrawan

141 Didi 182 Kamad Tamad 223 Anan

142 RO 183 Euis Rohmayati 224 Ny Tarsih

143 Arin 184 Karmid 225 Heri Suherman

144 Tali 185 Ade Taryana 226 Casmita

145 Otong Sahrudin 186 Samli 227 Alsi

146 Aah 187 Isah 228 Neli Nurlelah

147 Mat Kosim 188 Rosim 229 Suta

148 Neni Suhaeni 189 Ny. Emi 230 AB

149 Imas 190 Agus Suryana 231 Warnengsing

150 Dodo 191 Acah 232 Dudi Setiadi

151 Kurdi 192 Dedeh 233 Warga

152 Didi Kurnia 193 Ade Suherman 234 Kenda Ruhita

153 Kahmar 194 Otong 235 US

154 Awa 195 Acit 236 Nuhari

155 Jumi Juariah 196 Iis Sumiyati 237 Kokom

156 Rohmat 197 KM 238 Aep Suparman

157 KK 198 Uul 239 Ursih

158 Rian 199 Tarsih Tarsim 240 Samir

Page 76: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

61

241 Ruswati 282 Warya 323 Heri

242 Ara Suryana 283 Iis 324 Samsu

243 Udin 284 Entis 325 Karman

244 Asim 285 Aat 326 U. Maman

245 Asep Koswara 286 Eti 327 Wacih

246 Atin Nurmayatin 287 Rahman 328 Sukur

247 Karsiah 288 Ocin 329 Ento

248 Akub 289 Sumiati 330 Nati

249 Yayan 290 Udin Saepudin 331 Icah Ruskanah

250 Isar 291 Memed H 332 Udung

251 Rukayah 292 Esih 333 AS

252 Uju 293 Mahri 334 DD

253 Edi 294 Amat 335 Suyaha

254 Eja 295 Rahmat 336 Wahyu

255 Emen 296 Ujang Feri 337 Aisah

256 U. Rahmat 297 Suti 338 Enen/Warya

257 SP 298 Kuswanto 339 Amin Sutisna

258 Asud 299 Ruhenda 340 Rohaeti

259 Ade 300 Tati Rahmawati 341 Dedi Junaedi

260 Kamad Sutaha 301 TH 342 Marlan

261 Dasim 302 Kaceng Sahudin 343 Sahna

262 Wahyu 303 NT 344 Sukendi

263 CR 304 Iis Nurjanah 345 Endi

264 Hayat 305 Uartini 346 Sarya

265 Talim 306 Elah 347 Sunarto

266 Wawan 307 Suhmi 348 Entam

267 Ama 308 Deni Sutarni 349 Ane

268 Edah Yuyu 309 Sahar 350 Uhman

269 Abang 310 Adun 351 Neng Gita

270 Teti Rohayamah 311 Andi 352 Asib

271 Karlin 312 UM 353 Tarsum

272 Sudin S. 313 M. Toyib 354 Aop Sopandi

273 Suwangsih 314 Kanda 355 Cicih

274 Tarman P 315 Yayat 356 Uu Rusnadi

275 Cicih 316 Aen 357 Emen

276 Ali Hidayat 317 SN 358 Wati Setiawati

277 Kotim 318 Ma Emin 359 Supriati

278 Uneb 319 Uli 360 U. Cahya

279 Erum 320 Asep Ramdan 361 Dadang

280 Siti Rohmah 321 Tarya 362 LL

281 Mira Apriliati 322 Muksin 363 Sarman

Page 77: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

62

364 Dayeng 405 Titi Runeti

365 CH 406 Ahnen

366 Ruhana 407 Sakman

367 Ruhnib 408 Ayah

368 Ujang Yayat 409 Rohim

369 Kanim 410 Oneng Suryati

370 Didin 411 Ny Aminah

371 Edah 412 Ipin

372 Anah 413 Rukayah

373 Emuh 414 Udi

374 Yuyu 415 Kasmar

375 Pepen 416 Arum N

376 Tasih 417 SD

377 Entas 418 Wasim

378 Wati 419 Omih

379 NH 420 Rustam

380 Atang Rustandi 421 Isum Sumiati

381 Osar 422 Rukarman

382 Nahari 423 Rosita

383 Ucok 424 Kamah

384 Eni 425 Ahmad Cardo

385 Marlis 426 Aris Mulyani

386 Rahudi 427 Karsih

387 Carwita 428 AA

388 Sar'an 429 Suhandi

389 Urfi 430 Dede Supriatna

390 Wawan 431 Icah

391 Keris 432 Warsita Rohyana

392 Dasir 433 Aman Rusmanto

393 Darsiti 434 Sasmita

394 Anah 435 Dahyar

395 Saud

396 Irma Yuliwai

397 Adar

398 Oci

399 Kariman

400 Icin

401 Edeh

402 Kirno

403 Karnengsih

404 HS Furqon

Page 78: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

63

Lampiran 4 Kuesioner penelitian

KUESIONER

DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL PERTANIAN PADA

KONVERSI TANAMAN KOMODITI TERHADAP KESEJAHTERAAN

PETANI DESA KUMPAY-SUBANG

Peneliti bernama Rizki Budi Utami, merupakan mahasiswi Departemen Sains

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut

Pertanian Bogor. Saat ini sedang menyelesaikan skripsi sebagai syarat kelulusan

studi. Peneliti berharap Bapak/Ibu/Saudara/i menjawab kuesioner ini dengan

lengkap dan jujur. Identitas dan jawaban dijamin kerahasiannya dan semata-mata

hanya akan digunakan untuk kepentingan penulisan skripsi. Terima kasih atas

bantuan dan partisipasi Bapak/Ibu/ Saudara/i untuk menjawab kuesioner ini.

1. IDENTITAS RESPONDEN

Nama

Jenis Kelamin

Umur

Alamat

Pendidikan Terakhir ( ) SD

( ) SMP

( ) SMA

( ) Universitas

Luas lahan garapan nanas yang

dimiliki di lahan eks-HGU

Pekerjaan Sebelum Terjadinya

Konversi Tanaman Komoditi

Pekerjaan Setelah Terjadinya Konversi

Tanaman Komoditi

Nomor Responden

Tanggal Survei

Tanggal Entri Data

Page 79: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

64

2. DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL PERTANIAN

2.1. Kesempatan Kerja

Bagaimana kesempatan kerja pada saat sebelum dan sesudah konversi tanaman

komoditi?

Sebelum Konversi Tanaman Komoditi Sesudah Konversi Tanaman Komoditi

A. Sangat sulit A. Sangat sulit

B. Sulit B. Sulit

C. Netral C. Netral

D. Mudah D. Mudah

E. Sangat Mudah E. Sangat Mudah

2.2. Pola Pekerjaan

Apa sajakah pekerjaan yang Anda lakukan pada saat ini (setelah terjadinya

konversi tanaman komoditi)?

A. Tidak bekerja apa-apa/ bekerja serabutan

B. Bekerja di sektor non-pertanian, sebagai buruh, kuli bangunan, tukang ojeg,

warung

C. Bekerja di sektor non-pertanian yang bergaji tetap per bulan.

D. Tetap bekerja sebagai petani atau buruh tani

E. Bekerja di sektor pertanian dan non-pertanian

3. TINGKAT KESEJAHTERAAN

3.1. Kesejahteraan Moril

a) Tingkat Keamanan Pekerjaan

Bagaimana tingkat keamanan finansial/ekonomi yang Anda rasakan atas

pekerjaan yang Anda miliki saat ini dan sebelum terjadinya konversi tanaman

komoditi?

Sebelum Konversi Tanaman Komoditi Sesudah Konversi Tanaman Komoditi

A. Sangat tidak aman A. Sangat tidak aman

B. Tidak aman B. Tidak aman

C. Netral C. Netral

D. Aman D. Aman

E. Sangat aman E. Sangat aman

b) Tingkat Kenyamanan Hubungan Sosial

Bagaimana tingkat kenyamanan Anda dalam berhubungan sosial dengan warga

yang lainnya saat ini dan sebelum terjadinya konversi tanaman komoditi?

Sebelum Konversi Tanaman Komoditi Sesudah Konversi Tanaman Komoditi

A. Sangat tidak nyaman A. Sangat tidak nyaman

B. Tidak nyaman B. Tidak nyaman

C. Netral C. Netral

D. Nyaman D. Nyaman

E. Sangat nyaman E. Sangat nyaman

Page 80: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

65

3.2. Kesejahteraan Materiil

a) Tingkat pendapatan

Usaha Tani On Farm (Jika responden masih bekerja sebagai petani)

Hasil Panen

No. Jenis Tanaman yang Diproduksi per

Tahun Hasil Panen (kg x @Rp)

1

2

3

Jumlah Rp

Biaya Produksi

1 Bibit

2 Pupuk

3 Pestisida

4 Sewa alsintan

5 Upah tenaga kerja

Jumlah Rp

Lainnya

1 Dikonsumsi sendiri

2 Disimpan untuk bibit

Jumlah Rp

Sisa hasil panen untuk dijual Rp

Sisa hasil panen-jumlah pengeluaran Rp

Usaha Tani Off Farm (Jika responden bekerja dalam lingkup pertanian

namun tidak menguasai lahan/bekerja sebagai buruh tani)

No. Pekerjaan Jumlah hasil bersih (Rp)

Perbulan Pertahun

1

2

3

Total hasil bersih satu tahun terakhir

Usaha Tani Non-Farm (Jika responden bekerja di luar bidang pertanian)

No. Pekerjaan Jumlah hasil bersih (Rp)

Perbulan Pertahun

1

2

3

Total hasil bersih satu tahun terakhir

Page 81: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

66

b) Kepemilikan aset

Kepemilikan lahan pertanian

Berapakah jumlah luas lahan pertanian yang Anda miliki, sebelum dan

sesudah terjadinya konversi tanaman komoditi?

Sebelum Konversi Tanaman Komoditi Sesudah Konversi Tanaman Komoditi

A. 0 bata A. 0 bata

B. < 50 bata B. < 50 bata

C. 50-100 bata C. 50-100 bata

D. 100-150 bata D. 100-150 bata

E. >150 bata E. >150 bata

Penguasaan lahan pertanian

Apakah pada saat ini Anda masih menguasai lahan pertanian? Jika ya,

apakah statusnya?

A. Tidak punya lahan

B. Tumpang sari

C. Bagi hasil

D. Sewa

E. Milik

Kepemilikan barang-barang berharga

No. Aset Sebelum Konversi Setelah Konversi

1 Kendaraan

1. Sepeda (… buah)

2. Motor (… buah)

3. Mobil (… buah)

4. Tidak punya

1. Sepeda(... buah)

2. Motor (… buah)

3. Mobil (… buah)

4. Tidak punya

2 Hewan Ternak 1. Tidak

2. Ada

1. Tidak

2. Ada

Page 82: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

67

Lampiran 5 Panduan pertanyaan wawancara mendalam responden dan

informan

Panduan Pertanyaan Wawancara Mendalam untuk Responden

1. Apakah terdapat peraturan-peraturan pada sistem usaha tani nanas yang

berkenaan dengan hal-hal berikut:

a) Sistem kepemilikan lahan

b) Hubungan antara pemilik lahan dengan penggarap

c) Sistem pembayaran antara pemilik lahan dengan penggarap

d) Hubungan antara pemilik lahan dengan penerima hasil panen

e) Sistem pembayaran antara pemilik lahan dengan penerima hasil panen

f) Hubungan serta sistem yang berlaku antara pemilik lahan dengan lembaga

penyedia modal atau saprotan pertanian

g) Peraturan dalam setiap tahapan penanaman mulai dari awal hingga pasca

panen

h) Peraturan penggunaan tenaga kerja dalam setiap tahapan

2. Jika ada pranata sosial di antara kedelapan hal di atas, bagaiamana dan seperti

apakah pranata yang ada?

3. Apakah diantara pranata-pranata sosial tersebut ada yang mengalami

perubahan setelah lahan ini ditanami kelapa sawit?

4. Jika iya, bagaimana bentuk pranata sosial baru tersebut?

5. Bagaimana perasaan bapak/ibu mengenai pranata sosial yang baru tersebut?

6. Apakah bapak/ibu menjalankan pranata sosial baru tersebut dengan senang hati

atau terpaksa?

7. Apakah bapak/ibu merasakan adanya perubahan pada kesejahteraan setelah

terbentuknya pranata baru tersebut?

8. Apakah perubahan kesejahteraan yang dirasakan tersebut makin membaik atau

menurun?

9. Bagaimanakah hubungan antar warga sebelum dan sesudah terjadinya konversi

tanaman komoditi?

Panduan Pertanyaan Wawancara Mendalam untuk Informan

1. Bagaimana sejarah kepemilikan lahan di wilayah ini?

2. Bagaimana kronologis sebenarnya dari kejadian berubahnya tanaman nanas

menjadi kelapa sawit?

3. Apakah ada hambatan atau konflik yang dilakukan petani penggarap nanas atas

kebijakan yang dilakukan untuk menanam kelapa sawit?

4. Apakah Bapak/Ibu melihat adanya perubahan sosial-ekonomi setelah

dilaksanakannya program tersebut?

Page 83: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

68

Lampiran 6 Hasil perhitungan PASW statistics 18. variabel perubahan sistem

mata pencaharian dengan tingkat kesejahteraan

CROSSTABS

/TABLES=SMP BY TK

/FORMAT=AVALUE TABLES

/CELLS=COUNT EXPECTED

/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Notes

Output Created 31-Mei-2013 09:56:21

Comments

Input Data C:\Users\user\Documents\spss1.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working

Data File

30

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are

treated as missing.

Cases Used Statistics for each table are based on

all the cases with valid data in the

specified range(s) for all variables in

each table.

Syntax CROSSTABS

/TABLES=SMP BY TK

/FORMAT=AVALUE TABLES

/CELLS=COUNT EXPECTED

/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 00:00:00,000

Elapsed Time 00:00:00,010

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762

[DataSet1] C:\Users\user\Documents\spss1.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sistem Mata Pencaharian *

Tingkat Kesejahteraan

30 100,0% 0 ,0% 30 100,0%

Page 84: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

69

Sistem Mata Pencaharian * Tingkat Kesejahteraan Crosstabulation

Tingkat Kesejahteraan

Total Rendah Sedang

Sistem Mata Pencaharian negatif Count 21 1 22

Expected Count 16,9 5,1 22,0

netral Count 2 6 8

Expected Count 6,1 1,9 8,0

Total Count 23 7 30

Expected Count 23,0 7,0 30,0

NONPAR CORR

/VARIABLES=SMP TK

/PRINT=SPEARMAN ONETAIL NOSIG

/MISSING=PAIRWISE.

Nonparametric Correlations

Notes

Output Created 31-Mei-2013 09:56:43

Comments

Input Data C:\Users\user\Documents\spss1.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 30

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as

missing.

Cases Used Statistics for each pair of variables are based on

all the cases with valid data for that pair.

Syntax NONPAR CORR

/VARIABLES=SMP TK

/PRINT=SPEARMAN ONETAIL NOSIG

/MISSING=PAIRWISE.

Resources Processor Time 00:00:00,016

Elapsed Time 00:00:00,010

Number of Cases Allowed 174762 casesa

a. Based on availability of workspace memory

Page 85: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

70

[DataSet1] C:\Users\user\Documents\spss1.sav

Correlations

Sistem Mata

Pencaharian

Tingkat

Kesejahteraan

Spearman's rho Sistem Mata Pencaharian Correlation Coefficient 1,000 ,737**

Sig. (1-tailed) . ,000

N 30 30

Tingkat Kesejahteraan Correlation Coefficient ,737**

1,000

Sig. (1-tailed) ,000 .

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Page 86: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

71

Lampiran 7 Dokumentasi penelitian

Batas Desa Kumpay dengan Desa

Tambakmekar

Kebun kelapa sawit di lahan eks-HGU

Salah satu kebun nanas yang masih dimiliki

oleh warga

Kelapa sawit yang telah dipanen

Buah kelapa sawit

Pedagang nanas di Jalan Raya Jalancagak

Page 87: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

72

Kandang kambing yang kini kosong Kondisi rumah salah satu responden

Kegiatan wawancara dengan responden dan informan

Page 88: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

73

Pemandangan yang kini ditemui di Kumpay, banyak warga

yang menjadi kuli bangunan

Kondisi lahan eks-HGU saat masih digarap warga

Page 89: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

74

Kondisi lahan garapan dan tanaman nanas penggarap sesaat setelah

terjadinya peristiwa pembabatan

Kondisi Danau Kumpay-Desa Kumpay yang kering (6 tahun setelah tanaman sawit ditanam)

Page 90: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

75

Yang bertanda tangan di bawah ini saya TH alamat RT 7/RW 8, menyatakan bahwa paska pembabadan pohon nanas yang siap panen. Saya jadi nganggur dan jadi banyak hutang. Untuk menghidupi keluarga saya sampai melakukan pekerjaan yang tidak semestinya yaitu memperbaiki jalan berlubang di desa saya untuk minta belas kasihan dari pengendara yang lewat. Yang intinya daripada saya melakukan pekerjaan yang melanggar hukum seperti merampok, mencuri, menipu, terpaksa saya melakukan pekerjaan yang tadi. Entah apalagi pekerjaan yang saya lakukan setelah pekerjaan tersebut selesai

Yang bertanda tangan di bawah ini Nama: OS Alamat: Desa Kumpay, RT 04.02 menyatakan Saya seorang bandar ganas (nanas-red) sekaligus petani di lahan garapan eks-HGU PT Tambaksari. Dulu saya merasa sejahtera anak bisa saya sekolahkan ke SMA. Setelah garapan dibabat saya jadi nganggur dan sekarang coba buka warung kecil-kecilan di rumah. Tapi ngerasa susah menghidupi keluarga buat bayar SPP anak dan makan. Warung sepi karena banyak yang ngutang mungkin karena sama garapan mereka dibabat. Dan saya ampir (hampir-red) bangkrut sampe saya ngutang sama agen. Tak terpikir kalo garapan ditanami sawit masa depan kami semua bagaimana?

Yang bertandatangan di bawah ini, sayah bernama RM umur 48 tahun alamat Desa

Kumpay. MENYATAKAN

Setelah pembabadan ganas di garapan sayah oleh PT (perusahaan perkebunan-

red) Tambaksari - sayah jadi tidak memiliki penghasilan sampey istri sayah minta cerey (cerai-red) karna saya tidak ada kerjaan.

Anak sayah tidak bisa melanjutkan sekolah. Sayah minta keadilan supaya garapan ek-

hageu (HGU-red) digarap kembali oleh saya.

Kumpay, 02-02-2008

Nama saya AB, alamat RT 02 RW 01 Desa Kumpay. Istri saya sampai meninggal gara-gara kebun nanas yang mau dipanen dibabad oleh pihak PT karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya dan saya sekarang jadi susah. Untuk kelangsungan hidup saya karena mata pencaharian saya ilang mohon garapan saya dikembalikan lagi.

Lampiran 8 Curahan hati petani penggarap

MEREKA YANG TERSINGKIR

“Bagian ini merupakan kumpulan surat-surat yang ditulis oleh petani

penggarap yang beisi jeritan hati yang mereka rasakan setelah terjadinya

peristiwa pembabatan. Surat-surat ini menceritakan bagaimana kehidupan saat

ini yang mereka jalani, bagaimana sengsaranya mereka saat ini. Surat ini

kembali ditulis dengan penyuntingan seperlunya dan nama penulis surat yang

disamarkan agar identitas penulis surat terjamin kerahasiaannya.”

Page 91: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

76

Surat Pernyataan Yang bertanda tangan di bawah ini Nama: TG Alamat: Kumpay/RT 05/02 Dengan ini menyatakan sebenar-benarnya bahwa: Dulu saya bisa mencukupi keluarga dengan hasil kerja saya itu walaupun tidak besar jumlahnya tapi saya bisa membahagiakan keluarga. Tapi setelah tanah garapan dibabad saya nganggur buat makan ampir tidak cukup, tambah lagi utang di warung, banyak anak saya sekola belum utang motor nunggak. Saya mohon sama pihak yang peduli untuk bisa membantu masalah kami.

Nama AS, alamat Kumpay RT 14/RW 1 menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dulu saya bisa keridit (kredit-red) motor hasil dari buruh tani di tanah garapan. Tapi setelah garapannya dibabad oleh PT mata pencaharian saya jadi hilang sampay (sampai-red) motor disita oleh pihak deler (dealer-red) bulan Januari 2008.

Yang bertanda tangan di bawah ini, nama DI RT14/04 Desa Kumpay. Sekarang telah ada pembabadan nanas saya jadi nganggur. Punya motor juga sudah diambil oleh bang (bank-red). Listrik tida (tidak-red) kebayar. Boro2 membayar listrik untuk makan juga susah. Anak sekola juga susah bayarnya. Dagang juga saya sudah bangkrut engga ada yang bayar. Tanggungan saya banyak semuanya 7 orang. Sekian pernyataan dari saya. Terima kasih

Surat pernyataan Yang bertanda tangan di bwah ini saya Nama: SD Umur: 48 Alamat: Kumpay RT 8/2 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dulu sewaktu saya garah tanah PT bisa menyicil mobil dari hasil panen ganas dan dari hasil angutan nanas. Tapi sekarang serelah garapan dibabad mobil saya banyak yang nganggur. Sungguh saya mohon supaya garapan dikembalikan lagi pada penggarap. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun.

Surat pernyataan Yang bertanda tangan di bwah ini saya Nama: AN Alamat: Kumpay RT 3/2 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya mempunya garapan sebanyak 6 patok sekarang dibabad ditambah kuli pikul nanas. Sekarang tidak punya lagi apa-apa. Sedangkan keluarga saya sebanyak 6 orang. Penghasilan saya Cuma dari kuli pikul itupun kalau ada. Maka saya mohon kepada semua pihak agar garapan kembali. Supaya saya bisa menghidupi keluarga saya.Ibu saya sakit sudah lama 9 tahun. Saya sudah tidak bisa apa-apa. Saya mohon garapan kembali.

Yang bertanda tangan di bawah ini Nama EH, alamat Kumpay RT 17 RW 04. Menyatakan bahwa saya pernah tidak bisa membeli beras. Sedangkan saya status janda beranak dua. Dulu sebelum lahan garapan di babad oleh PT yang tidak punya moral, penghianat masih mending saya bisa bekerja garap dan bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sekarang ekonomi saya terpuruk drastis, sampai listrik pun tidak pernah terbayar hampir diputus. Jajan anak pun sudah beruntung ada yang belas kasihan. Untuk itu tolong kepada pemerintah agar garapan yang dulu pernah membangkitkan ekonomi bisa digarap kembali. Demikian surat ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada paksaan dari siapapun.

Page 92: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

77

Yang bertanda tangan di bawah ini nama ND alamat Kumpay RT 7/02. Menyatakan bahwa sesungguhnya saya sering tidak makan nasi dan makan rebus singkong. Karena sesudah garapan di babad ku urang pete saya jadi tidak garap, kuli muat dan pikul di bandar-bandar nanas. Saya jadi nganggur dan tidak punya uang untuk beli beras. Rantaran kitu baliken garapan supaya abdi bisa kuli. (Yang bertanda tangan di bawah ini nama ND alamat Kumpay RT 7/02. Menyatakan bahwa sesungguhnya saya sering tidak makan nasi dan makan rebus singkong. Karena sesudah garapan di babad oleh orang PT saya jadi tidak garap, kuli muat dan pikul di bandar-bandar nanas. Saya jadi nganggur dan tidak punya uang untuk beli beras. Lantaran itu kembalikan garapan supaya saya bisa kuli.)

Saya SM alamat Kumpay RT 07.02 Menyatakan

Bahwa pada pembabadan pohon nanas yang siap panen bulan 11-2007 saya jadi susah banyak utang. Jualan jadi suah modalnya abis sampai saya nganggur. Sedangkan saya punya beban anak 3 yang masih sekolah. Jualan tidak punya modal dan nanasnya juga susah. Tani engga punya garapan. Sekarang saya jadi kuli nyangkul selagi ada yang mengulikannya (menyuruh kuli nyangkul-red). Entah bagaimana buat kedepannya.

Saya anak dari DH ingin menceritakan bahwa gara-gara bapa saya kehilangan kerjaan jadi penggarap, ibu saya sampai minta cerai dan kawin dengan mandor sawit di desa lain. Bapa saya sakit-sakitan sekarang kena struk (stroke-red). Buat makan saya juga

susah. Rumah dulu bagus sekarang jadi jelek ga punya duit buat benerin.

SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama AN, alamat Desa Kumpay RT 03/RW 01, pekerjaan buruh tani/penggarap Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya sudah sakit empat taun sakit kaki. Sampai saat ini saya bisa mengobati dari hasil pertanian dari tanah EX-HGU PT. Tetapi saya tidak bisa berobat lagi setelah PTP membabad lahan garapannya. Jangankan untuk berobat, buat makan sekeluarga saja kami susah. Kami mohon ada

yang peduli terhadap nasib kai sekeluarga

Page 93: DAMPAK PERUBAHAN PRANATA SOSIAL TERHADAP … · SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. ... Sebidang lahan pertanian dapat melibatkan beberapa aktor, diantaranya petani pemilik,

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan dari pasangan Ayah Suharyanto dan Ibu Umi Rudatinah pada

tanggal 16 Oktober 1991 di Jakarta. Penulis merupakan anak ketiga dari empat

bersaudara. Pendidikan formal yang pernah dijalani penulis antara lain Taman Kanak-

kanak Edelweis (1996-1997), SD Negeri 02 Ciriung Cibinong (1997-2003), SMP Negeri

1 Cibinong (2003-2006), dan SMA Negeri 3 Bogor (2006-2009). Pada tahun 2009,

penulis diterima sebagai mahasiswi di Institut Pertanian Bogor (IPB) di Departemen

Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswi di IPB, penulis pernah menjadi asisten praktikum pada

Mata Kuliah Dasar-dasar Komunikasi. Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan sosial

bersama Gerakan Cinta Anak Tani (GCAT) dalam divisi pembinaan. Penulis juga pernah

mengikuti kegiatan kepanitiaan berupa Masa Perkenalan Departemen (MPD) Departemen

Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat 2011, Communication Day 2010,

Pekan Ekologi Manusia (PEM) 2011, dan Himasiera Olah Talenta (H.O.T) 2012.