Aktor-aktor Internasional

download Aktor-aktor Internasional

of 17

description

HI

Transcript of Aktor-aktor Internasional

4.1. Aktor-Aktor yang Terlibat dalam Upaya Diplomasi Indonesia Soal Papua

Semenjak berakhirnya perang dingin, sistem perpolitikan dunia tidak hanya dipengaruhi oleh pemerintah antar negara, melainkan juga organisasi-organisasi internasional baik di level pemerintah maupun non-pemerintah. Keterlibatan organisasi-organisasi tersebut memberikan warna tersendiri bagi perpolitikan dunia. Dimana sebuah keputusan atau kebijakan dibuat tidak lagi hanya berdasarkan hubungan antar pemerintah dua negara, akan tetapi juga dipengaruhi oleh tindakan-tindakan yang dilakukan oleh aktor-aktor non pemerintah. Dinamika perpolitikan inilah yang kemudian juga dapat berpengaruh terhadap proses diplomasi yang dilakukan oleh Indonesia terkait permasalahan di Papua.

Permasalahan yang muncul di Papua saat ini bukan lagi merupakan kasus lokal atau nasional, tetapi telah berkembang menjadi kasus internasional yang melibatkan banyak pihak. Beragamnya aktor-aktor yang muncul dalam kasus Papua dikarenakan beragamnya dimensional permasalahan yang muncul. Indonesia tidak hanya menghadi permasalahan terkait status kedaulatan, akan tetapi juga permasalahan ekonomi, sosial, keamanan, dan budaya yang mana masing-masing diantara melibatkan berbagai macam kalangan dan salaing berkaitan. Disamping itu, permasalahan terkait HAM yang juga terjadi di Papua cukup menarik begitu banyak perhatian terutama dari lembaga-lembaga yang menyoroti permasalahan Hak Asasi Manusia.

Untuk dapat memahami posisi diplomatik Indonesia terkait kasus Papua, terlebih dahulu perlu dipetakan aktor-aktor yang terlibat di dalamnya. Agar lebih memudahkan proses pemetaan aktor, maka akan dikategorikan menjadi dua kubu yakni pihak-pihak yang pro-Indonesia dan pihak-pihak yang pro-Papua, yang akan dikategorikan lagi menjadi beberapa level.

Berikut beberapa aktor yang pro-Indonesia dalam isu Papua:

Level Negara:

1. Amerika Serikat

Amerika Serikat adalah negara yang memiliki hubungan bilateral yang sangat kompleks dengan Indonesia. Kerjasama yang tejalin diantara kedua negara hampir terjadi disemua sektor pemerintahan seperti ekonomi, politik, budaya, dan keamanan. Sebagaimana pada peristiwa KTT Asia Timur di Bali pada 2011 lalu, Indonesia dan Amerika mengesahkan kemitraan Milennium Comprehensive Partnership dalam bidang pembangunan ekonomi lingkungan. Dalam kerjasama tersebut, pemerintah Amerika Serikat memberikan bantuan senilai US$600 juta untuk pembangunan ekonomi lingkungan, kesehatan, dan peningkatan layanan publik di Indonesia. Besarnya kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia dan Amerika Serikat menyebabkan pemerintah Indonesia berusaha untuk terus melakukan pendekatan agar Amerika tetap mempertahankan dukungannya kepada Indonesia, terutama menyangkut permasalahan yang terjadi di Papua.

Terhadap isu di Papua, Amerika Serikat merupakan negara dikawasan Asia Pasifik yang sejak awal menunjukkan dukungannya terhadap kedaulatan dan integritas Republik Indonesia. Pada saat pelaksanaan Pepera di tahun 1969, Amerika Serikat mendukung kebijakan Indonesia untuk mengembalikan wilayah Papua kedalam kesatuan NKRI. Amerika Serikat juga bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pembangunan dan penegakan HAM di Papua yang mana selama ini menjadi sorotan publik internasional. Posisi Amerika Serikat dalam kasus Papua merupakan dukungan yang cukup signifikan bagi diplomasi Indonesia karena Amerika Serikat memiliki pengaruh yang kuat terhadap negara-negara dikawasan Asia Pasifik. Berdasarkan analisis kebijakan luar negeri Amerika, tampak jelas bahwa Amerika memberikan dukungan penuh terhadap tindakan Indonesia untuk melawan separatism yang terjadi di Papua.

Meski demikian, di satu pihak Amerika juga tampak menuntut Indonesia untuk menegakkan HAM dan membela hak-hak masyarakat Papua. Dibawah kepemimpinan Barrack Obama, Amerika Serikat menunjukkan perhatiannya terhadap permasalahan HAM yang terjadi di Papua. Menjalankan prinsipnya dalam penegakan HAM di dunia, Amerika Serikat menyuarakan agar pemerintah Indonesia mengakhiri kekerasan yang terjadi diwilayah Papua. Tindakan Amerika Serikat yang dapat disalah artikan sebagai bentuk dukungan terhadap Papua tersebut mampu memberikan dampak tersediri bagi kekuatan diplomasi Indonesia. Akan tetapi, pada tahun 2011, Menteri Pertahanan Amerika Serikat meyakinkan bahwa pemerintah AS tetap akan dengan tegas mendukung Indonesia dalam menanggulangi separatism di Papua.

2. Australia

Posisi Australia dalam kasus Papua dianggap salah satu aktor yang sangat penting bagi Indonesia. Selain karena memiliki lokasi geografis yang paling dekat dengan Indonesia, Australia juga memiliki pengaruh yang besar dikalangan negara-negara Pasifik Selatan. Kemudian Australia juga memiliki peran dalam pembangunan di Indonesia. Selain dalam bidang perdagangan dan investasi, Australia juga membantu Indonesia dalam mendanaan Otonomi Khusus di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya di Papua. Oleh karenanya, dukungan Australia sangat diperlukan bagi Indonesia baik dalam proses pembangunan maupun guna menghadapi kemungkinan-kemungkinan reaksi dari negara-negara di Pasifik Selatan yang banyak menaruh perhatian pada kasus Papua.

Terkait isu Papua, pihak dari Australia memang banyak memberikan respon baik dari organisasi atau LSM yang ada di Australia maupun pemerintah Australia sendiri. Jika dilihat pada pihak pemerintah, Australia telah menyatakan dukungannya terhadap kesatuan Republik Indonesia. Status ini kemudian diperkuat dengan ditanda-tanganinya Perjanjian Lombok yang menyatakan bahwa Australia tidak akan ikut campur dalam permasalah Papua. Kemudian, Australia juga memiliki kepentingan bisnis dibidang penambangan di Papua seperti Dominion Mining, BHP, Cudgen RZ, Cudgen RA serta memiliki sekitar 40% dari saham PT. Freeport di bursa New York. Dengan adanya ketergantungan yang cukup besar antara Indonesia dan Australia maka dapat dipastikan bahwa Australia akan berusaha menjaga hubungan baik dengan pemerintah Indonesia.

3. Negara-negara ASEAN

Sebagai salah satu dari organisasi regional ASEAN, dukungan negara-negara di Asia tenggara juga sangat dibutuhkan bagi Indonesia. Menyikapi permasalahan Papua, negara-negara ASEAN telah menyatakan secara resmi bahwa mereka mendukung kedaulatan dan kesatuan Negara Republik Indonesia, serta tidak akan ikut campur dalam persoalan domestik yang terjadi di Indonesia sebagaimana prinsip no interference negara-negara Asia Tenggara.

4. Negara-negara Uni Eropa

Meskipun tidak berkaitan secara langsung, dukungan negara-negara Uni Eropa mampu memberikan keuntungan yang besar bagi diplomasi Indonesia dalam lingkungan internasional. Pada isu Papua, negara-negara Uni Eropa menyatakan secara resmi bahwa mereka memberikan dukungan terhadap integrasi Papua kedalam wilayah Republik Indonesia. Negara-negara tersebut juga mendukung adanya pelaksanaan otonomi khusus dan usaha pemerintah Indonesia untuk mengatasi permasalahan HAM di Papua.

5. Negara Melanesian Sparhead Group:

Negara-negara Melanesia merupakan negara yang memiliki keterikatan cukup dekat dengan Papua. Hal ini dikarenakan mayoritas ras masyarakat Papua merupakan kelompok Melanesia. Oleh karena respon yang diberikan oleh negara-negara tersebut akan memberikan dampak yang besar bagi permasalahan yang sedang terjadi di Papua. Negara-negara Melanesia yang tergabung dalam organisasi sub regional bernama Melanesian Sparhead Group (MSG) terdiri dari negara-negara di rumpun Melanesia yakni Kep. Salomon, Republik Fiji, Vanuatu, Papua Nugini (PNG) dan perwakilan dari Front Pembebasan Rakyat Kanak di Kaledonia (FLNKS). Mayoritas negara-negara MSG menyatakan dukungannya terhadap NKRI. Hingga saat ini hanya ada satu negara yang belum memberikan dukungan yaitu Vanuatu.

6. Kiribati dan Samoa Barat

Kiribati dan Samoa Barat merupakan negara-negara yang turut tergabung dalam Forum Negara Pasifik Selatan yang juga memberikan dukungannya terhadap kesatuan NKRI. Meski demikian, posisi negara-negara ini cukup menghawatirkan karena kelompok-kelompok separatis di Papua terus-menerus membangun komunikasi guna mempengaruhi mereka agar mendukung kemerdekaan Papua.

Level Organisasi Internasional

Secara keseluruhan, organisasi-organisasi internasional seperti ASEAN, PBB dan lembaga-lembaga keuangan internasional (IMF, World Bank, ADB, IGGI, CGA) memberikan dukungannya kepada kesatuan NKRI. Sebagai sebuah organisasi internasional, lembaga-lembaga ini menghormati kedaulatan dan keabsahan teritori Republik Indonesia dan mendukung upaya Indonesia untuk memperjuangkan Papua sebagai bagian dari wilayah Indonesia.

Aktor-aktor berikutnya yang terlibat dalam permasalahan di Papua adalah kelompok-kelompok yang menyatakan dukungan mereka terhadap kemerdekaan Papua baik dari level negara maupun organisasi. Berikut pihak-pihak yang pro-Papua:

Level Negara

1. New Zealand (Selandia baru)Posisi Selandia Baru dalam isu Papua dapat dikatakan masih belum tegas. Berdasarkan penelitian dari LIPI di tahun 2006, pemerintah Selandia Baru mendukung keutuhan NKRI. Meskipun demikian, pihak pemerintah juga mendapatkan pengaruh yang besar dari salah satu partai politik yaitu Green Party yang mana partai ini secara terang-terangan dan intents untuk mendukung kemerdekaan Papua. Bahkan Green Party yang berpusatdi Wellington mengakui bahwa kemerdekaan Papua sudah terjadi pada tahun 1960 disaat bendera bintang kejora diresmikan oleh Belanda. Besarnya pengaruh yang diberikan oleh partai memunculkan persepsi bahwa pemerintah Selandia Baru pun mendukung adanya kemerdekaan Papua. Terlebih lagi, pemerintah, politisi dan masyarakat Selandia Baru menjunjung tinggi prinsip self-determination sebagaimana yang diaharapkan oleh rakyat Papua.

2. Vanuatu dan Nauru

Vanuatu dan Nauru merupakan negara Pasifik Selatan yang turut memberikan dukungan terhadap kemerdekaan Papua. Reaksi kedua negara ini didasari oleh pemahaman sejarah bahwa rakyat Papua merupakan ras Melanesia sebagaimana negara-negara Melanesia lainnya dan bukan bagian dari Indonesia yang umumnya merupakan ras Melayu. Disamping itu kedekatan secara geografis juga menjadi dasar dukungan kedua negara terhadap kemerdekaan Papua.

3. Negara Kepulauan Cook (Cook Island)Pada KTT Millenium PBB, pemerintah Cook Island menyatakan dukungannya terhadap kemerdekaan Papua. Meski demikian, pernyataan pemerintah Cook Island ini lebih didasari pada sikap yang diberikan oleh pemerintah New Zealand.

Level Organisasi

Pada level organisasi, pihak-pihak yang menyatakan dukungannya kepada kemerdekaan Papua sebagian besar berasal dari organisasi-organisasi yang mengkritisi mengenai penegakan Hak Asasi Manusia. Reaksi ini wajar bila terjadi jika menilik lebih dalam bahwa kasus tindak kekerasan yang terjadi di Papua mayoritas berkaitan erat dengan pelanggaran HAM. Perlakuan tidak adil, penindasan, dan penganiayaan yang disinyalir dilakukan oleh aparatur militer di Papua, telah menarik perhatian masyarakat Internasional yang dalam beberapa decade terakhir ini lebih menyoroti pada keadilan atas HAM. Beberapa organisasi-organisasi dan lembaga yang aktif menyuarakan dukungannya untuk kemerdekaan Papua adalah:

1. TAPOL (the Indonesian Human Rights Campaign)Tapol merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berkantor di Inggris. Lembaga ini mengkaji mengenai HAM, demokrasi dan perdamaian. Terhadap kasus Papua, TAPOL merupakan lembaga yang sangat aktif dalam memperjuangkan nasib rakyat Papua. Bahkan pada tahun 2001, lembaga ini memberikan surat permintaan kepada Komisi HAM PBB untuk menindak kasus pelanggaran HAM dan kekerasan yang terjadi di Papua oleh militer Indonesia.

2. Forum Asia

Merupakan organisasi regional HAM yang berada di Bangkok yang juga aktif menyoroti kasus-kasus HAM khususnya di Asia. Meskipun menjadikan kasus HAM di Papua sebagai salah satu pusat kajian, akan tetapi belum dinyatakan secara jelas posisi Forum Asia terkait isu Papua.

3. Caritas Australia/ The Catholic Agency for Overseas Aid and DevelopmentCaritas Australia merupakan lembaga masyarakat di Australia yang bergerak di bidang pembangunan kemanusian yang juga membantu sektor pendidikan dan keagamaan di Papua. Melalui pernyataan resminya, lembaga ini menyatakan secara tidak langsung dukungan mereka terhadap kemerdekaan Papua serta menyoroti permasalahan pelanggaran HAM di Papua.

4. ICMICA (Gerakan Intelektual Katholik untuk Intelektul & Hubungan Budaya)

Lembaga yang berpusat di Genewa, Swiss ini merupaakn asosiasi internasional dari kalangan intelektual Katholik yang juga mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat dan perdamaian. Dalam pertemuan Komisi HAM di PBB ICMICA menunjukkan secara tidak langsung dukungan mereka terhadap Papua dan menuntut tindakan tegas terkait kekerasan yang terjadi di wilayah tersebut.

5. Pan-African Coalition for the Liberation of West Papua (PACLWP)

PACLWP merupakan kelompok koalisi Pan-Afrika yang mendukung kebebasan untuk Papua Barat. Organisasi ini menuntut adanya hak penentuan nasib bagi rakyat Papua serta penegakan hukum terhadap kemanusiaan yang terjadi di Papua.

6. Organisasi Papua Merdeka di Luar Negeri

Organisasi Papua Merdeka merupakan kelompok yang sangat aktif dan gencar melakukan aksi untuk memperjuangkan kemerdekaan Papua. Tidak hanya di Indonesia, akan tetapi kelompok organisasi ini juga berada di beberapa tempat di luar negeri seperti di Belanda, Swedia, dan Papua Nugini. Keberadaan OPM di luar negeri dimaksudkan untuk menggalang dukungan dari masyarakat internasional untuk menuntut kemerdekaan dan keadilan di tanah Papua.

7. West Papua Action

West Papua Action merupakan lembaga yang bermarkas di Irlandia yang secara tegas mendukung dan memperjuangkan kemerdekaan rakyat Papua. Lembaga ini juga mencari dukungan internasional terhadap penindak lanjutan kasus HAM di Papua serta mengadakan pertemuan internasional di Jerman sebagai bentuk solidaritas atas Papua.

8. West Papua Action Network (Westpan)

Lembaga yang didirikan untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Papua dan berpusat di Kanada. Westpan juga melakukan lobi ditingkat internasional untuk melakukan pengkajian ulang terhadap keputusan Act of Free Choice yang terjadi di Papua. Kemudian Westpan juga enyoroti terkait pelanggaran HAM yang ada di Papua. Mereka juga menganggap bahwa program transmigrasi yang dilakukan pemerintah Indonesia di Papua justru menjadi ancaman bagi penduduk asli Papua sehingga memerlukan perhatian dari masyarakat internasional untuk menghentikannya.

9. International Parliamentarians for West Papua (IPWP)

Merupakan kelompok cross-party yang terdiri dari politisi-politisi dunia yang mendukung hak penentuan nasib sendiri bagi masyarakat Papua yang dibentuk di London, Inggris pada tahun 2008. IPWP awalnya dibangun oleh mantan pejuang kemerdekaan Papua Barat, Benny Wenda. Tujuan dari berdirinya IPWP adalah untuk mencari dukungan dan perhatian internasional terhadap perjuangan masyarakat di Papua Barat. 10. West Papua National Coalition for Liberation (WPNCL)

Merupakan koalisi politisi-politisi Papua Barat serta organisasi sipil yang mendukung perjuangan anti integrasi Papua. Koalisi ini berdiri pada tahun 2008 dan menjadi sayap organisasi politik bagi OPM. Berdirinya WPNCL ditujukan untuk memberitahu pada dunia internasional bahwa Papua Barat memiliki keinginan kuat untuk menentukan nasib mereka sendiri dan dapat menjadi negara merdeka.

Berdasarkan bentuk respon pemerintah Indonesia terhadap berbagai kelompok pro-kemerdekaan, dapat dilihat bahwa pemerintah Indonesia menempatkan beberapa kelompok sebagai pihak yang memainkan peran yang lebih strategis dibanding pihak lainnya. Pemetaan aktor tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Pemetaan Aktor pro-Kemerdekaan dalam Perspektif Indonesia

Kategori AktorMain ActorsMinor Actors

Aktor-aktorLevel Negara

Amerika

Kanada

Negara-negara Asia

Negara-negara Pasifik Selatan

Negara-negara Uni Eropa

Level Non-Negara

Organisasi Papua Merdeka (OPM)

PBB

ASEAN

Melanesian Sparhead Group (MSG)Level Non-Negara seperti Organisasi dan Lembaga Masyarakat

1. TAPOL (the Indonesian Human Rights Campaign)2. Forum Asia

3. Caritas Australia/ The Catholic Agency for Overseas Aid and Development4. ICMICA (Gerakan Intelektual Katholik untuk Intelektul & Hubungan Budaya)

5. Pan-African Coalition for the Liberation of West Papua (PACLWP)

6. West Papua Action

7. West Papua Action Network (Westpan)

8. International Parliamentarians for West Papua (IPWP)

9. West Papua National Coalition for Liberation (WPNCL)

Bentuk responUpaya-upaya diplomatik (lobbying, pengiriman nota diplomatik, kerjasama)Pasif (identifikasi kelompok dan aktivitas kampanye yang mereka lakukan)

Sumber: Diolah Penulis dari berbagai sumber.Tabel 3. Pemetaan Aktor dalam Upaya Diplomasi Indonesia Soal Papua

TahunUpaya Diplomasi

IndonesiaPosisi AktorTrack AktorKontribusi Aktor

1962Perjanjian New YorkPro-IndonesiaTrack 1:

Pemerintah Indonesia

(didukung AS, melalui PBB)Pemerintah Indonesia (era Soekarno):

Diplomasi melalui KMB dan PBB untuk menjamin diakuinya Papua sebagai bagian dari Indonesia

Amerika Serikat : AS merupakan negara yang memberikan usulan kepada PBB, Indonesia, dan Belanda untuk diadakan perundingan terkait hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) dimana pihak Belanda harus menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah Indonesia, salah satunya kekuasaan terhadap wilayah Papua Barat yang hendak dijadikan Belanda sebagai negara boneka.

PBB: PBB melalui badan pemerintahan sementara bernama UNTEA telah membantu proses penyerahan Papua sebagai bagian dari NKRI serta membantu pengawasan pemerintahan selama masa transisi dari pemerintahan Belanda ke Indonesia.

Kontra-IndonesiaNegara: BelandaDalam perjanjian ini pihak Pemerintah Belanda merupakan counter actor dari Indonesia yang mana pada saat itu Belanda tidak menyetujui adanya pemasukan wilayah Papua sebagai bagian dari NKRI

Ormas:

Kelompok Separatis PapuaMeskipun tidak terlibat secara langsung, kelompok separatis Papua memiliki peran dalam hasil perjanjian NewYork. Mereka adalah kelompok-kelompok yang tidak menyetujui hasil dari Perjanjian New York karena merasa Papua seharusnya menjadi negara merdeka sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Kerajaan Hindia Belanda kepada masyarakat.

1967-1991Kontrak Karya Pro-IndonesiaTrack 1: Pemerintah Indonesia

Pemerintah Indonesia: (era Soeharto)

Negosiasi perjanjian Kontrak Karya yang menjamin hak eksplorasi tambang AS di wilayah Mimika, Papua.Penandatanganan kontrak karya merupakan bentuk kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat terkait kasus Papua. Dengan terus diperpanjangnya masa operasi PT Freeport Indonesia di Papua, maka pemerintah Indonesia dapat secara tidak langsung menjamin posisi Amerika Serikat sebagai pendukung Indonesia dimana AS juga sangat bergantung pada keberlangsungan perusahaan tambang tersebut.

Disisi lain, AS juga dilibatkan dalam proses pengembangan Papua melalui program-program pembangunan masyarakat lokal yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia, yang mana hal ini dapat menunjukkan komitmen Indonesia untuk memajukan Papua sebagai bagian dari Indonesia.

1994East Asia Growth Area (EAGA): Pro-IndonesiaTrack 1: Pemerintah Indonesia

Negara yang terlibat:

Brunei Darussalam, Malaysia, FilipinaPemerintah Indonesia :

Mendorong kesepakatan regional dalam bentuk sebuah kerjasama ekonomi politik yang dikoordinasi dalam sebuah badan kerjasama dibidang ekonomi pariwisata dan ketahanan pangan bernama EAGA. Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan pembangunan di negara-negara anggota dimana dalam hal ini wilayah Indonesia meliputi Indonesia Bagian timur termasuk Provinsi Papua dan Papua Barat

1999UU No.45/1999 Tentang Pemekaran Irian BaratPro-IndonesiaTrack 1: Pemerintah Indonesia

Pemerintah Indonesia (era B.J. Habibie):

Presiden Indonesia mengesahakan undang-undang mengenai pemakaran Irian Barat dimana wilayah Irian kemudian dibagi menjadi beberapa provinsi sebagai bagian dari wilayah nasional NKRI.

Kontra-IndonesiaOrmas:

Kelompok Separatis Papua bernama Team 100Pada tahun 1999, beberapa anggota masyarakat Papua yang tergabung dalam Team 100 pergi ke Jakarta untuk menemui Presiden Indonesia yang pada saat itu dipimpin oleh B.J. Habibie untuk menuntut kemerdekaan Papua.

Pemerintah pada saat itu dinilai tidak adil terhadap nasib masyarakat Papua. Sebagai bentuk kekecewaan masyarakat, Team 100 menuntut adanya kemerdekaan bagi Papua sebagaimana keinginan masyarakat.

2001UU No.21/2001 Tentang Otonomi Khusus untuk Papua-Pro-IndonesiaTrack 1: Pemerintah Indonesia

(didukung oleh pemerintah daerah dan Majelis Rakyat Papua)Pemerintah Indonesia (era Abdurrahman Wahid):

Pemerintah kembali melakukan pendekatan lokal guna mengatasi permasalahan di Papua dengan mengesahkan pembentukan otonomi khusus bagi masyarakat Papua. Tujuannya adalah untuk lebih dapat menyalurkan aspirasi masyarakat sehingga dapat mengurangi tindakan separatism. Pemerintah Daerah Papua diberikan wewenang untuk mengatur daerah mereka sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Kontra-Indonesia Ormas:

Kelompok-kelompok separatis PapuaPembentukan otonomi daerah ini merupakan bentuk respon pemerintah terhadap protes dan tindakan-tindakan separatism yang dilakukan oleh kelompok-kelompok di Papua yang merasa belum puas dengan usaha pemerintah dalam membangun Papua sejak jaman kemerdekaan. Mereka terus menuntut untuk memerdekakan diri dari Indonesia dan membentuk negara mereka sendiri, negara Papua Merdeka.

2003Larangan bagi Media Asing untuk masuk ke Papua Pro-IndonesiaTrack 1: Pemerintah Indonesia

Track 1: Pemerintah Indonesia (era Megawati)Melarang media asing malakukan liputan ke Papua.Dalam hal ini masyarakat internasional menganggap bahwa pemerintah Indonesia melanggar hak pers dan terkesan menutup-nutupi apa yang terjadi di Papua. Meski demikian, pada tahun 2006 (SBY) perwakilan dari pemerintah Indonesia menyatakan bahwa tujuan dari pembatasan atau pelarangan tersebut adalah untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan akibat masih tingginya konflik militer di daerah tersebut.

Kontra IndonesiaMedia: Lembaga Pers nasional dan Internasional.Lembaga pers asing baik di dalam maupun luar negeri menuntut pemerintah Indonesia melalui media untuk membuka akses terhadap Papua yang telah dilakukan semenjak masuknya Papua sebagai bagian dari Indonesia.

Organisasi Intenasional-Organisasi dan LSM HAM di AustraliaOrganisasi-organisasi internasional terutama yang bergerak di bidang HAM di Australia banyak yang menyuarakan protes terkait respon pemerintah Indonesia dalam kasus Papua.

Organisasi-organisasi ini umumnya membentuk sebuah konferensi Internasional maupun menggunakan sarana media elektronik untuk memprotes tindakan pemerintah Indonesia yang telah tidak adil terhadap HAM di Papua dan hak bagi media untuk masuk ke Papua.

2005Local Government Support Program (LGSP) Pro-IndonesiaTrack 1: Pemerintah Indonesia

(didukung Amerika Serikat)Pemerintah Indonesia (era Megawati):

Mendapatkan bantuan luar negeri dari AS untuk mendukung pembangunan di daerah dengan potensi konflik seperti Aceh dan Papua.AS: Memberikan bantuan luar negeri untuk pengembangan Papua sebagai bagian dari wilayah Indonesia dengan cara memberikan bantuan dana untuk program pembangunan ekonomi masyarakat yang dilakukan pemerintah Indonesia di daerah-daerah di Papua.

2007Instruksi Kerja No.5/2007 tentang pembuatan Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) Pro-IndonesiaTrack 1: Pemerintah Indonesia

Pemerintah Indonesia (era SBY):

Pemerintah Indonesia berusaha untuk menunjukkan komitmennya dalam menanggulangi masalah konflik separatisme di Papua dengan melakukan pembenahan-pembenahan dalam negeri. Salah satunya adalah dengan membentuk lembaga percepatan pembangunan UP4B sebagai koordinator dan fasilitator yang membantu pemerintah untuk menciptakan Papua yang maju baik secara ekonomi maupun politik.

Kontra-IndonesiaOrmas:

Kelompok Separatisme PapuaKelompok separatisme terus melakukan protes kepada pemerintah untuk menuntut adanya keadilan dan pemenuhan hak-hak masyarakat Papua baik dengan menggalang dukungan di Indonesia maupun di luar negeri. Mereka tidak melihat UP4B sebagai sebuah solusi.

2008Perjanjian LombokPro-IndonesiaTrack 1: Pemerintah Indonesia

(Negara partner:

Australia)Pemerintah Indonesia (era SBY):

Membuat pemerintah Australia memberi pengakuan secara tertulis dan berkomitmen dalam mendukung secara penuh kedaulatan Indonesia dan membantu pencegahan tindakan separatisme di Papua.Australia:

Berdasarkan perjanjian ini dinyatakan bahwa pemerintah Australia mendukung secara penuh kedaulatan Indonesia dan tidak akan ikut campur dalam segala urusan menyangkut konflik di Papua.

Dengan adanya perjanjian ini maka pemerintah Indonesia dapat menjamin posisi Australia untuk mendukung Indonesia terkait isu Papua serta mempermudah usaha Indonesia untuk mendapatkan dukungan Negara lain dikawasan Melanesia dengan pengaruh Australia.

Kontra-IndonesiaLSM:

Organisasi HAM AustraliaPertentangan yang dihadapi oleh Indonesia umumnya berasal dari organisasi-organisasi HAM yang merasa pemerintah Indonesai telah melanggar hak-hak masyarakat sipil Papua. Mayoritas dari organisasi atau LSM HAM tersebut berada di Australia yang merupakan negara yang mengutamakan nilai-nilai HAM di masyarakat. Bentuk pertentangan yang diberikan pada umumnya berupa pemeberitaan di media sosial, protes, maupun bentuk kecaman yang disuarakan dalam forum Internasional. Akan tetapi yang patut disayangkan adalah pemerintah Indonesia Nampak terlalu tidak peduli selama pemerintah Australia tetap menyatakan dukungannya kepada Indonesia

2011Konferensi Perdamaian PapuaPro-IndonesiaTrack 1 & 5 (Research, Education, and Training): Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Pemerintah Indonesia (LIPI):Inisiasi forum dialog antara pemerintah Indonesia (Jakarta) dan masyarakat Papua. Walaupun LIPI adalah lembaga pemerintah, dalam dialog ini LIPI berusaha menunjukkan independensinya (terutama kepada masyarakat Papua)

Dibentuknya sebuah forum nasional yang melibatkan aktor-aktor dari Jakarta dan Papua dalam sebuah diplomatic forum.

Track 5 (Research, Education, and Training):

Lembaga Kerjasama Jakarta-Papua (LKJP)Menjadi forum komunikasi antara pihak-pihak terkait baik dari kalangan pemerintah maupun masyarakat untuk bersama-sama mengkaji dan mencari solusi terhadap kasus yang sedang terjadi di Papua.

Track 4 (Private Citizen): Muridan S, Widjojo (Alm.)Pak Muridan adalah seorang peneliti LIPI yang punya komitmen personal yang luar biasa dalam menjembatani komunikasi antara pemerintah Indonesia dengan masyarakat Papua. Beliau orang yang sangat berjasa dalam mewujudkan Dialog Jakarta-Papua.

Kontra-IndonesiaTrack 6 (Activism):

Gerakan SeparatisGerakan-gerakan separatis seperti Organisasi Papua Merdeka (OPM) banyak melakukan protes terhadap pemerintah serta mencari dukungan negara-negara tetangga untuk membantu jaringan mereka memperoleh kemerdekaan bagi Papua. OPM ini sudah tersebar tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara lain seperti Belanda, Inggris, Australia, dan Papua Nugini.

2011Milennium Comprehensive PartnershipPro-IndonesiaTrack 1: Pemerintah Indonesia

(didukungAmerika Serikat)Pemerintah Indonesia:

Mendapatkan komitmen dari AS untuk menyumbangkan dana sebesar US$600 juta atau sekitar Rp 5,4 Milyar untuk membantu peningkatan ekonomi lingkungan, kesehatan masyarakat, serta pelayanan publik di Indonesia. Salah satu tujuannya adalah meningkatkan pembangungan ekonomi berbasis lingkungan di Papua.

2013Protes kepada Inggris atas pembukaan kantor Organisasi Papua Merdeka di OxfordPro-IndonesiaTrack 1: Pemerintah Indonesia

(dukungan Pemerintah Inggris)

Pemerintah Indonesia:

Pada bulan April 2013 Pemerintah Indonesia memanggil Kedubes Inggris Mark Canning untuk meminta pertanggung jawaban pemerintah Inggris terkait peresmian Kantor OPM di Oxford Inggris oleh salah satu pejuang Papua Merdeka, Benny Wenda.

Terkait kasus pembukaan kantor OPM di Inggris, pemerintah Inggris menyatakan bahwa tindakan tersebut tidak merepresentasikan posisi Inggris terhadap Indonesia. Melalui kedutaan besar Inggris di Indonesia, pemerintah Inggris menyatakan bahwa pemerintah tetap mendukung kedaulatan Indonesia dan tetap melakukan kerjasama dengan Indonesia untuk mengatasi kasus separatisme serta membantu pembangunan di Papua.

Kontra-IndonesiaTrack 1:

Inggris- Walikota OxfordKeterlibatan pihak Inggris dalam kasus ini cukup menuai perdebatan karena adanya pengesahan oleh walikota Oxford pada proses peresmian kantor OPM di Inggris.

Keterlibatan walikota Oxford tersebut menunjukkan adanya dukungan internasional terhadap keberadaan Organisasi Papua Merdeka serta dukungan kepada kemerdekaan Papua. Meskipun hal ini disanggah oleh pemerintah Inggris, akan tetapi secara tidak langsung dapat menunjukkan kelemahan diplomasi Indonesia dalam kasus Papua.

Semi-Track 1 (informal parliamentarians):

International Parliamentarians for West Papua (IPWP)IPWP merupakan organisasi di Inggris yang memberikan dukungan terhadap kemerdekaan Papua. Organisasi yang beranggotakan beberapa kalangan dari parlemen Inggris ini banyak melakukan konferensi Internasional untuk mencari dukungan bagi Papua. IPWP juga merupakan organisasi yang membantu pendirian kantor OPM di Oxford dengan memberikan fasilitas serta akses kepada anggota OPM, Benny Wenda.

Track 6 (Activism):

Organisasi Papua MerdekaOPM melakukan tindakan provokatif dengan meresmikan kantor OPM di Oxford Inggris sebagai bentuk dari dukungan Internasional terhadap kemerdekaan Papua. Tindakan yang dilakukan oleh Menteri OPM Benny Wenda ini selanjutnya mendapat kecaman keras dari pemerintah Indonesia yang diikuti dengan pemanggilan kedubes Inggris oleh Menteri Luar Negeri Indonesia.

Sumber: Diolah Penulis dari berbagai sumber.

Catatan: Counter actors adalah aktor yang berada dalam posisi kontra dan menjadi alasan adanya upaya diplomasi dari pihak Indonesia. Elisabeth. 2006. hlm.43-44.

BBC News. Indonesia-AS sepakati Kerjasama US$600 juta. 18 November 2011. HYPERLINK "http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2011/11/111118_indonesiaobama.shtml"http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2011/11/111118_indonesiaobama.shtml diakses pada 25 Oktober 2014.

Brian Padden. US Officials Back Indonesian Stand Against Papua Independence. 24 Oktober 2011. HYPERLINK "http://www.voanews.com/english/news/asia/US-Officials-Back-Indonesian-Stand-Against-Papua-Independence-132526368.html"http://www.voanews.com/english/news/asia/US-Officials-Back-Indonesian-Stand-Against-Papua-Independence-132526368.html. Diakses pada 26 Oktober 2014.

Djafar. 2012. hlm.107-109.

Elisabeth.2006.hlm.47.

Elisabeth.2006.hlm.47.

Elisabeth.2006.hlm.47.

Melanesian Sparhead Group Secretariat. HYPERLINK "http://www.msgsec.info/index.php/members/brief-about-msg"http://www.msgsec.info/index.php/members/brief-about-msg

Elisabeth.2006.hlm.50.

Elisabeth.2006.hlm.50.

Djafar. 2012..hlm.107-109.

Elisabeth.2006.hlm.49.

Elisabeth.2006.hlm.49.

Elisabeth.2006.hlm.52.

Elisabeth.2006.hlm.53.

Elisabeth.2006.hlm.56.

IPWP, Parlementarians, HYPERLINK "http://ipwp.org/parlimanterians"http://ipwp.org/parlimanterians/, diakses pada 25 Oktober 2014.

Scoop New Zaeland, West Papua National Coalition for Liberation. HYPERLINK "http://www.scoop.co.nz/stories/WO0804/S00291.htm"http://www.scoop.co.nz/stories/WO0804/S00291.htm diakses pada 25 Oktober 2014.

BBC Indonesia. 18 November 2011. HYPERLINK "http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2011/11/111118_indonesiaobama.shtml" http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2011/11/111118_indonesiaobama.shtml (diaskes pada 26 Oktober 2014).