DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI … · memberikan dampak terhadap sumberdaya alam dan...
Transcript of DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI … · memberikan dampak terhadap sumberdaya alam dan...
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI
MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DI KABUPATEN
TIMOR TENGAH SELATAN, NUSA TENGGARA TIMUR
ANGGA PRIMA SUKMA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI
MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DI KABUPATEN TIMOR
TENGAH SELATAN, NUSA TENGGARA TIMUR
Karya Ilmiah
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan
Pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
ANGGA PRIMA SUKMA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
RINGKASAN
ANGGA PRIMA SUKMA. Dampak Perubahan Iklim dan Strategi Adaptasi
Masyarakat Sekitar Hutan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara
Timur. Dibimbing oleh DIDIK SUHARJITO dan NIKEN
SAKUNTALADEWI
Perubahan iklim ditandai dengan adanya perubahan curah hujan, suhu,
musim hujan dan kemarau dalam jangka waktu yang lama. Perubahan ini
memberikan dampak terhadap sumberdaya alam dan kehidupan masyarakat.
Perhatian utama perubahan iklim adalah dampak negatif seperti banjir, tanah
longsor, erosi tanah, kekeringan, dan gagal panen yang menyebabkan kerentanan
masyarakat. Masyarakat ini harus beradaptasi dengan perubahan di lingkungan
sekitar mereka agar dapat bertahan hidup.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dari pemahaman
masyarakat terhadap perubahan iklim, mengidentifikasi dan mengklasifikasi
dampak perubahan iklim terhadap kehidupan masyarakat, serta untuk mempelajari
strategi adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim. Penelitian dilakukan di
Desa Nenas dan Desa Bena, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Propinsi Nusa
Tenggara Timur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat tidak
mengerti apa yang dimaksud dengan perubahan iklim. Apa yang masyarakat
pahami adalah bahwa ada perubahan musim (hujan dan kemarau) yang tidak
menentu. Perubahan musim yang tidak terduga memberikan kesulitan bagi
masyarakat untuk menjadwalkan waktu tanam. Musim yang ekstrim (baik musim
hujan dengan curah hujan tinggi dan kemarau panjang) memberikan dampak
negatif secara langsung dan tidak langsung, kepada masyarakat dan lingkungan
sekitarnya seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, ketersedian air yang terbatas,
dan akhirnya dapat menurunkan produksi pertanian. Dampak negatif lain dari
perubahan iklim adalah masalah kesehatan masyarakat, padang rumput dan semak
kering yang rentan kebakaran.
Masyarakat telah melakukan beberapa strategi untuk beradaptasi seperti
penanaman pohon untuk pengendalian banjir, penyesuaian pola tanam waktu
tanam, mengubah spesies tanaman pertanian, membangun sumur, dan dengan
bantuan dari Pemerintah Daerah untuk membangun saluran irigasi, serta
pembuatan bak penampung air bersih. Strategi adaptasi yang diimplementasikan
oleh masyarakat di desa penelitian sebagian besar merupakan adaptasi reaktif dan
antisipatif.
Kata kunci: perubahan iklim, dampak, strategi adaptasi
SUMMARY
ANGGA PRIMA SUKMA. Impacts of Climate Change and Forest Community
Adaptation Strategy in Southern Central Timor District, East Nusa Tenggara.
Supervised by DIDIK SUHARJITO and NIKEN SAKUNTALADEWI
Climate change is indicated by the change in precipitation, temperature,
rainy and dry seasons within a long period of time. This change gives impacts to
the natural resources and the lives of the communities. The main concern is the
negative impacts of the climate change, such as floods, landslides, soil erosion,
drought, and failure of food harvest that cause the vulnerability of the
communities. These communities have to adapt with the changes in their
surrounding environment in order for them to survive.
This research aimed to get pictures of the communities’ understanding of
climate change, identify and classify the impacts of climate change on the lives of
the communities, as well as to study their adaptation strategies to survive. The
research is conducted in Nenas and Bena Villages, Southern Central Timor
District, East Nusa Tenggara Province.
The results showed that most of the communities did not understand what
it meant by climate change. What they did understand was that there was an
uncertain changes in seasons (the rainy and dry seasons). This unpredictable
seasons gave difficulties for the communities to schedule the planting time. The
extreme weather (both the long period of wet season and the heavy rainfall) gave
negative impacts, directly and indirectly, to the communities and its surrounding
environment, such as flood, landslides, drought, limited water availability, and
ultimately decreased the agricultural productions. Other negative impacts of the
climate change were communities’ health problems, and dry grasslands and scrub
that were prone to fires.
The communities had done some strategies to adapt, such as tree planting
for flood control, adjustment of cropping pattern and planting time, changed the
agricultural species, built wells, and with the help of the local governments they
constructed irrigation and reservoir. Adaptation strategies implemented by the
communities in the research villages were mostly reactive and anticipative
adaptation.
Keywords: climate change, impact, and adaptation strategy
Judul Skripsi : Dampak Perubahan Iklim dan Strategi Adaptasi
Masyarakat Sekitar Hutan di Kabupaten Timor Tengah
Selatan, Nusa Tenggara Timur
Nama Mahasiswa : Angga Prima Sukma
NRP : E14070090
Menyetujui,
Komisi pembimbing
Ketua Anggota
Dr. Ir. Didik Suharjito, MS Dr. Ir. Niken Sakuntaladewi, MSc
NIP. 19630401 199403 1 001 NIP.19630305 198903 2 003
Mengetahui,
Ketua Departemen Manajemen Hutan
Fakultas Kehutanan
Dr. Ir. Didik Suharjito, MS
NIP. 19630401 199403 1 001
Tanggal lulus:
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Dampak
Perubahan Iklim dan Strategi Adaptasi Masyarakat Sekitar Hutan di Kabupaten
Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur adalah benar-benar karya saya
sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan
sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, April 2012
Angga Prima Sukma
E14070090
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Blora, Jawa Tengah pada tanggal 3 Agustus 1989
sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Sudiyono dan Suwarti.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis dimulai dari SDN Kepoh 2
dari tahun 1995 sampai dengan 2001, dilanjutkan SMPN 1 Randublatung yang
diselesaikan pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan studi ke SMAN 1
Randublatung dan diselesaikan pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis
lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB, kemudian
diterima sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan
organisasi dan kepanitiaan di kampus, antara lain adalah sebagai anggota Forest
Manajement Student Club (FMSC) tahun 2009-2010, anggota Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Sepak bola tahun 2007-2010, anggota UKM Futsal tahun
2007-2008, anggota dalam kepanitiaan E-GREEN tahun 2009. Selain di
organisasi, penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Silvikultur
pada tahun 2010 dan magang di Perum Perhutani KPH Ngawi pada tahun 2009.
Penulis pernah melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH)
jalur Kamojang-Sancang Barat, Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat dan KPH Cianjur, Jawa Barat serta Praktik Kerja
Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT. Indexim Utama, Kalimantan Tengah.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB,
penulis menyusun skripsi yang berjudul Dampak Perubahan Iklim dan Strategi
Adaptasi Masyarakat Sekitar Hutan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa
Tenggara Timur di bawah bimbingan Dr. Ir. Didik Suharjito, MS dan Dr. Ir.
Niken Sakuntaladewi, MSc.
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
karunia rahmat dan nikmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Dampak Perubahan Iklim dan Strategi
Adaptasi Masyarakat Sekitar Hutan di Kabupaten Timor Tengah Selatan,
Nusa Tenggara Timur. Tidak lupa shalawat serta salam selalu penulis
sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabatnya. Karya
ilmiah ini disusun sebagai syarat kelulusan memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dan strategi
adaptasi masyarakat sekitar hutan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa
Tenggara Timur terhadap perubahan iklim. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi masukan kepada pengambil kebijakan dalam mengantisipasi
dampak perubahan iklim dalam jangka panjang.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, masukan dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, April 2012
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan segala
kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
kepada Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan, Badan Litbang
Kehutanan yang telah membiayai semua penelitian ini sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Segala kelancaran dalam penyelesaian skripsi juga tidak terlepas
dari peran pihak-pihak yang selalu mendukung. Untuk itu, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Didik Suhardjito, MS selaku Pembimbing I dan Dr. Ir. Niken
Sakuntaladewi selaku Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan,
bimbingan, saran dan masukan sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan.
2. Bapak, Ibu dan kedua adik tercinta, serta seluruh keluarga yang telah
memberikan semangat, do’a, kasih sayangnya dan dukungan kepada penulis
dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
3. Ir. Oemijati Rachmatsjah, MS selaku penguji dan Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr
selaku ketua sidang atas masukan dan sarannya selama ujian komprehensif.
4. Pak Simon Sasi di Desa Nenas sekeluarga, Pak Ba’i di Desa Bena sekeluarga,
Kepala Dusun 3 Desa Benu, Pak Budi, Adit SVK’44 atas bantuannya selama
pengambilan data di NTT.
5. Teman-teman tercinta di wisma Combikita Dheni, Gofir, Si Po, Hariadi,
Novan, Bakri, Rio, Rinto, Bagus, Mas Fit, Mudo, Mas Andi atas doa dan
dukungannya.
6. Teman-teman MNH’44 dan khususnya Sukma, Dewanti, Santi atas bantuan,
semangat, dukungan dan kebersamaan kalian.
7. Teman-teman di FOSIMAPERA Blora terimakasih atas dukungan dan
doanya.
Bogor, April 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perubahan Iklim ................................................................................... 4
2.2 Strategi Adaptasi .................................................................................. 5
2.3 Masyarakat Sekitar Hutan ..................................................................... 6
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian .............................................................................. 8
3.2 Definisi Operasional ............................................................................. 9
3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................ 11
3.4 Bahan dan Alat ..................................................................................... 11
3.5 Metode Pengambilan Data .................................................................... 13
3.6 Data Yang Dikumpulkan ...................................................................... 13
3.7 Metode Pengolahan Data dan Analisis .................................................. 14
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis dan Topografi .......................................................... 15
4.2 Iklim ..................................................................................................... 16
4.3 Kondisi Demografi ............................................................................... 17
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pemahaman Masyarakat Sekitar Hutan Mengenai Perubahan Iklim ...... 19
5.2 Dampak Perubahan Musim Ekstrim ...................................................... 22
5.3 Strategi Adaptasi Masyarakat ............................................................... 28
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 36
6.2 Saran .................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 38
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Metode pengolahan dan analisis data ................................................... 14
2. Luas penggunaan lahan di Desa Nenas ................................................. 16
3. Jenis mata pencaharian di Desa Nenas dan Desa Bena ......................... 18
4. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Nenas dan Desa Bena ................ 18
5. Kalender musim sebelum tahun 1990, rentang tahun 1990 sampai
2009 serta pada tahun 2010 .................................................................. 20
6. Klasifikasi dampak langsung dan dampak turunan di Desa Nenas ........ 27
7. Klasifikasi dampak langsung dan dampak turunan di Desa Bena .......... 28
8. Klasifikasi adaptasi yang dilakukan masyarakat ................................... 34
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kerangka pemikiran ............................................................................. 11
2. Peta sebaran desa di Kecamatan Fatumnasi (lokasi penelitian: Desa
Nenas berwarna kuning) ...................................................................... 12
3. Peta sebaran desa di Kecamatan Amanuban Selatan (lokasi penelitian:
Desa Bena berwarna kuning) ............................................................... 12
4. Grafik rata-rata curah hujan Desa Nenas periode 2000-2010 ................ 21
5. Grafik rata-rata curah hujan Desa Bena periode 2000-2010 .................. 22
6. Mata pencaharian utama masyarakat Desa Nenas ................................. 23
7. Mata pencaharian utama masyarakat Desa Bena .................................. 24
8. Masyarakat Desa Bena yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air
bersih pada musim kemarau ................................................................. 26
9. Bangunan fisik sebagai solusi terhadap kekurangan air ........................ 29
10. Pembuatan sumur galian dan sumur sementara di sekitar sungai
sebagai upaya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air .................. 30
11. Pohon asam (kiri) sebagai salah satu alternatif untuk menambah
penghasilan keluarga saat musim kemarau dan buah asam yang siap
untuk dijual (kanan) ............................................................................. 33
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Kuesioner identitas responden .............................................................. 41
2. Daftar pertanyaan kuesioner ................................................................. 42
3. Dokumentasi di lapangan ..................................................................... 44
4. Data curah hujan bulanan Desa Nenas.................................................. 47
5. Data curah hujan bulanan Desa Bena ................................................... 48
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan iklim merupakan isu global yang disebabkan adanya perubahan
pada parameter iklim seperti suhu, curah hujan, kelembaban udara, angin, kondisi
awan, presipitasi maupun radiasi matahari (Aliadi et al. 2008). Salah satu
penyebab perubahan iklim yang terjadi adalah kejadian pemanasan global.
Pemanasan global terjadi akibat dari peningkatan efek rumah kaca yang
disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer
(Handoko et al. 2008). Meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK)
merupakan masalah penting yang harus diatasi melalui kegiatan mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim. Di sisi lain sumber penyerap GRK, yaitu hutan semakin
berkurang dari sisi kualitas dan luasnya (Indartik et al. 2009).
Hutan merupakan bagian penting dari usaha global untuk menghadapi
perubahan iklim. Hutan yang menyediakan beragam bahan baku dalam bentuk
makanan, jasa ekosistem, bahan bakar dan material, sangat diperlukan manusia di
masa depan dalam menghadapi perubahan iklim (Locatelli et al. 2009). Kondisi
hutan yang berkurang baik kualitas dan luasnya memberikan pengaruh terhadap
masyarakat di sekitarnya. Menurut Hilman (2007), perubahan iklim dapat
memberikan dampak serius terhadap kerusakan hutan seperti kebakaran, jika
hutan tidak dikelola dengan baik.
Dewasa ini dampak perubahan iklim memberikan pengaruh yang cukup
signifikan diberbagai sektor seperti kehutanan, pertanian, kesehatan, perikanan
dan sektor lainnya. Pada umumnya dampak negatif yang paling dirasakan di
sektor-sektor tersebut. Menurut Hilman (2007), Indonesia sudah rentan terhadap
risiko bencana alam, seperti banjir, longsor, erosi, badai tropis, kekeringan, dan
akan menghadapi risiko yang lebih besar lagi ke depan akibat perubahan iklim.
Wilayah Indonesia memiliki keragaman kondisi sumber daya alam dengan
tingkat kesejahteraan masyarakat yang berbeda sehingga rentan dan beresiko
terhadap perubahan iklim. Berbagai studi kasus tentang dampak dan strategi
adaptasi terhadap perubahan iklim sudah banyak dilakukan, seperti penelitian
2
yang dilakukan Kaimuddin (2000) tentang kajian dampak perubahan iklim dan
tataguna lahan terhadap keseimbangan air, Sakuntaladewi (2010), yang meneiliti
dampak perubahan musim dan strategi adaptasi pengelolaan, Ardia (2005)
dampak keragaman iklim El Nino Southern Oscillation (ENSO) terhadap
pengeluaran rumah tangga petani, dan Hilman (2007) mengenai rencana aksi
nasional dalam menghadapi perubahan iklim. Penelitian mengenai dampak
perubahan iklim masih menjadi permasalahan yang perlu dibahas. Oleh karena
itu, diperlukan penelitian mengenai dampak perubahan iklim dan strategi adaptasi
yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar hutan atau masyarakat lokal. Meskipun
sudah ada beberapa penelitian yang membahas dampak perubahan iklim namun
masih belum memberikan gambaran tentang dampak perubahan iklim yang
dirasakan oleh masyarakat sekitar hutan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka penelitian ini
mencoba menggali informasi mengenai dampak perubahan iklim dan kemampuan
adaptif masyarakat dalam mengembangkan strategi penanggulangan dari
fenomena perubahan iklim.
1.2 Perumusan Masalah
Perubahan iklim memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
kehidupan masyarakat dan lingkungan. Dampak langsung seperti musim yang
tidak menentu, banjir, longsor, erosi, kekeringan, gagal tanam dan gagal penen
sudah dirasakan masyarakat di daerah kering. Dampak-dampak negatif tersebut
mempengaruhi pola kehidupan masyarakat daerah kering seperti di Kabupaten
Timor Tengah Selatan. Respon masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim
adalah dengan melakukan adaptasi. Strategi adaptasi seperti pembuatan saluran
irigasi, pembuatan sumur untuk mengatasi kekeringan merupakan salah satu
contoh konkret yang dilakukan masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim.
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui pemahaman masyarakat terhadap perubahan iklim.
2. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi dampak perubahan iklim terhadap
kehidupan masyarakat.
3. Mempelajari strategi adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim.
3
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Memberikan informasi tentang adaptasi masyarakat di dalam hutan ataupun
sekitar hutan terhadap perubahan iklim dan musim ekstrim.
2. Mengatahui dampak perubahan musim ekstrim yang dirasakan masyarakat
daerah kering.
3. Sebagai masukan kepada pengambil kebijakan dalam mengantisipasi dampak
perubahan musim dalam jangka panjang.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perubahan Iklim
Perubahan iklim global sebagai implikasi dari pemanasan global telah
mengakibatkan ketidakstabilan atmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat
dengan permukaan bumi. Perubahan temperatur atmosfer menyebabkan kondisi
atmosfer kian tidak stabil dan menimbulkan terjadinya anomali-anomali terhadap
parameter cuaca yang berlangsung lama. Dalam jangka panjang anomali-anomali
parameter cuaca tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim.
Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim tersebut diantaranya
adalah: a) Meningkatnya frekuensi bencana alam/cuaca ekstrim seperti tanah
longsor, banjir, kekeringan, dan badai tropis b) Mengancam ketersediaan air c)
Mengakibatkan pergeseran musim dan perubahan pola hujan d) Menurunkan
produktivitas pertanian e) Peningkatan temperatur akan mengakibatkan kebakaran
hutan f) Mengancam biodiversitas dan keanekaragaman hayati (Susandi et al.
2008). Beberapa daerah tertentu di Indonesia sangat rentan terhadap berbagai
bahaya perubahan iklim antara lain seperti kekeringan, banjir, tanah longsor, dan
kenaikan permukaan air laut. Hal ini sangat signifikan pengaruhnya terhadap
kehidupan masyarakat dan keadaan sumberdaya alam (Lietmann 2009).
Pemanasan yang terjadi pada sistem iklim bumi merupakan hal yang jelas
terasa, seiring dengan banyaknya bukti dari pengamatan kenaikan temperatur
udara dan laut, pencairan salju dan es di berbagai tempat di dunia, dan naiknya
permukaan laut global. Pemanasan global dapat menyebabkan terjadi perubahan
yang signifikan dalam sistem fisik dan biologis. Perubahan seperti peningkatan
intensitas badai tropis, perubahan pola angin, mempengaruhi masa reproduksi
hewan dan tanaman, distribusi spesies dan ukuran populasi, frekuensi serangan
hama dan wabah penyakit. Selain itu, pemanasan global juga dapat mempengaruhi
berbagai ekosistem yang berlokasi tinggi dan ekosistem-ekosistem pantai (IPCC
2007). Perubahan iklim terjadi karena banyaknya CO2 di atmosfer. Keadaan ini
memberikan dampak terhadap ekosistem hutan dan kehidupan manusia, terutama
mereka yang berdomisili di negara berkembang yang kondisi sosial ekonominya
5
dan penghidupannya bergantung pada hutan. Hasil penelitian di berbagai negara
antara lain menunjukkan adanya perubahan fenologi dan produktivitas tumbuhan,
pergerakan spesies, jumlah populasi tumbuhan pohon, merebaknya serangga, dan
perubahan distribusi spesies (Ayres et al. 2009).
2.2 Strategi Adaptasi
Konsep-konsep kunci dalam kajian adaptasi sosial budaya adalah perilaku
adaptif (adaptive behavior), tindakan strategis (strategic action) dan strategi
adaptasi (adaptive strategy). Perilaku adapatif menunjukkan bentuk perilaku
menyesuaikan cara-cara pada tujuan, mencapai kepuasan, melakukan pilihan-
pilihan secara aktif maupun pasif. Tindakan strategis lebih spesifik menunjuk
pada perilaku aktif yang dirancang untuk mencapai tujuan. Sedangkan strategi
adaptasi menunjuk pada tindakan spesifik yang dipilih oleh individu dalam proses
pengambilan keputusan dengan suatu derajat keberhasilan yang dapat
diperkirakan (Bates 2001).
Indonesia sekarang ini sudah rentan terhadap risiko bencana alam, seperti
banjir, longsor, erosi, badai tropis, kekeringan, dan akan menghadapi risiko yang
lebih besar lagi ke depan akibat perubahan iklim. Apabila langkah-langkah
penanganan yang konkret tidak segera dilaksanakan, maka target-target
Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) untuk bidang-bidang
yang berkaitan dengan kemiskinan, kelaparan, dan kesehatan akan sulit dicapai.
Adapun kemungkinan target-target pembangunan yang telah tercapai selama
puluhan tahun ini juga terancam (Hilman 2007). Oleh karena itu, adaptasi
perubahan iklim harus diimplementasikan dalam kerangka pembangunan
berkelanjutan dengan mengintegrasikan aspek ekonomi, sosial, dan ekologi.
Agenda adaptasi perubahan iklim difokuskan pada area yang rentan
terhadap perubahan iklim, yakni sumber daya air, pertanian, perikanan, pesisir dan
laut, infrastruktur dan pemukiman, kesehatan, dan kehutanan. Berdasarkan tujuan
pembangunan, maka agenda adaptasi dalam strategi pembangunan perlu disusun
dalam rentang waktu yaitu:
1. Bersifat segera
Membangun kemampuan dan ketahanan dalam menghadapi anomali iklim
atau variabilitas iklim saat ini. Pertama dengan program pengurangan resiko
6
bencana terkait iklim melalui program penghutanan kembali, penghijauan
terutama di kawasan hutan atau lahan yang kritis, baik di hulu maupun di hilir
(kawasan pesisir) dengan keterlibatan masyarakat. Kedua peningkatan kesadaran
dan penyebarluasan informasi perubahan iklim dan informasi adaptasi pada
berbagai tingkat masyarakat terutama untuk masyarakat yang rentan sebagai
tindakan kesiapsiagaan dini dan peningkatan kesadaran tentang bencana iklim
yang semakin meningkat.
Selanjutnya dengan peningkatan kapasitas pengkajian ilmiah tentang
perubahan iklim dan dampaknya, upaya pengendaliannya serta mengembangkan
model proyeksi perubahan iklim jangka pendek, menengah dan panjang untuk
skala lokal atau regional. Peningkatan kapasitas untuk mengintegrasikan
perubahan iklim dengan mengutamakan adaptasi perubahan iklim kedalam
perencanaan, perancangan infrastruktur, pengelolaan konflik, dan pembagian
kawasan air tanah untuk institusi pengelolaan air. Pengarus-utamaan adaptasi
perubahan iklim kedalam kebijakan dan program di berbagai sektor (dengan fokus
pada penanggulangan bencana, pengelolaan sumberdaya air, pertanian, kesehatan
dan industri).
2. Jangka menengah dan panjang
Pengembangan sistem infrastruktur, tata-ruang, sektor-sektor yang tahan
dan tanggap terhadap perubahan iklim. Selain itu, program pengembangan
penataan kembali tata ruang wilayah pada kawasan pantai perlu dilakukan
(Hilman 2007).
2.3 Masyarakat Desa Hutan
Masyarakat desa hutan merupakan masyarakat yang dalam bersikap,
berpikir dan bertindak selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan
yang ada secara turun-temurun (Kepdirjen No.109/Kpts/V/1997). Sedangkan
pengertian masyarakat menurut Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2005 adalah
kumpulan orang yang mempunyai kepentingan sama yang tinggal di daerah
yuridiksi yang sama.
Masyarakat dalam pengertian sosiologi tidak dipandang sebagai suatu
kumpulan individu-individu semata. Masyarakat merupakan suatu pergaulan
7
hidup, oleh karena manusia hidup bersama. Seleksi masyarakat pengguna hutan
dapat dilakukan dengan memperhatikan 2 hal, yaitu pengertian tentang
masyarakat dan tipologi masyarakat. Masyarakat (community) adalah sekumpulan
orang yang mendiami suatu tempat tertentu, yang terikat dalam suatu norma, nilai
dan kebiasaan yang disepakati bersama oleh kelompok yang bersangkutan.
Tipologi masyarakat adalah pengelompokan masyarakat, baik berdasarkan sumber
mata pencaharian masyarakat (misalnya masyarakat petani, masyarakat
perkebunan, masyarakat nelayan, masyarakat hutan), maupun berdasarkan
wilayah tinggalnya (masyarakat desa atau rural community, dan masyarakat kota
(Afri et al. 2008).
8
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Dewasa ini, dampak perubahan iklim sudah dirasakan masyarakat di
beberapa daerah kering di Indonesia. Dampak perubahan iklim tersebut antara lain
seperti suhu bertambah panas, musim yang tidak menentu, kesulitan prediksi
tanam, dan perubahan arus laut. Menurut Aldrian et al. (2011), aktivitas manusia
yang melakukan pembakaran bahan bakar fosil, perubahan penggunaan lahan,
menyebabkan efek gas rumah kaca (CO2, CH4, N2O) semakin meningkat. Hal ini
berdampak pada peningkatan suhu global, pencairan lapisan es, kenaikan
permukaan laut, dan perubahan curah hujan. Perubahan tersebut mengakibatkan
dampak negatif berupa kebakaran hutan, kekeringan, kenaikan muka laut, puting
beliung, longsor, banjir, rusaknya infrastruktur, dan muncul penyakit.
Pengaruh negatif dari perubahan iklim sangat dirasakan masyarakat yang
hidupnya bergantung dengan sumberdaya alam seperti petani. Sebagian besar
masyarakat lokal (petani) tidak memahami mengenai perubahan iklim, namun
masyarakat selalu mengalami dampak negatif dari perubahan iklim. McKay
(2009), menyatakan bahwa dengan memahami pengaruh negatif perubahan iklim
dan dampaknya, petani dapat menyiapkan diri dan beradaptasi. Petani telah
menghadapi beragam kondisi iklim, namun beberapa strategi mungkin tidak lagi
berhasil karena cuaca yang semakin tidak menentu. Petani butuh tambahan
informasi yang dikomunikasikan secara efektif agar bisa beradaptasi terhadap
perubahan iklim. Menurut Susandi et al. (2008), dampak-dampak yang
ditimbulkan oleh perubahan iklim diantaranya adalah: a) Meningkatnya frekuensi
bencana alam/cuaca ekstrim seperti tanah longsor, banjir, kekeringan, dan badai
tropis b) Mengancam ketersediaan air c) Mengakibatkan pergeseran musim dan
perubahan pola hujan d) Menurunkan produktivitas pertanian e) Peningkatan
temperatur akan mengakibatkan kebakaran hutan.
Dampak perubahan iklim diklasifikasikan dalam dampak langsung dan
dampak turunan. Dampak langsung dimaksudkan sebagai dampak yang langsung
terjadi terhadap lingkungan dan dapat dilihat serta dirasakan. Sedangkan dampak
9
turunan merupakan akibat dari dampak terhadap lingkungan yang terjadi beberapa
waktu kemudian dan dapat dirasakan langsung baik bagi rumah tangga maupun
kelompok (Yayasan Pelangi Indonesia 2009).
Dampak perubahan iklim secara langsung dapat mempengaruhi
masyarakat sekitar hutan yang hidupnya bergantung dari sumberdaya alam.
Menurut IPCC (2007) komunitas yang paling miskin akan menjadi yang paling
rentan terhadap dampak dari perubahan iklim, sebab mereka akan sulit untuk
melakukan usaha untuk mencegah dan mengatasi dampak dari perubahan iklim
dengan kurangnya kemampuan.
Pengaruh perubahan iklim memaksa masyarakat beradaptasi dengan
tujuan untuk mengurangi dampak yang diakibatkan dari perubahan iklim.
Adaptasi adalah suatu penyesuaian dalam sistem manusia atau alam dalam
menanggapi rangsang iklim yang sebenarnya atau yang diperkirakan atau efeknya,
yang meringankan kerusakan atau mengeksploitasi kesempatan-kesempatan yang
meguntungkan (McCarthy et al. 2001).
Menurut Handoko et al. (2008), adaptasi pertanian yang dapat dilakukan
antara lain: peningkatan luas areal tanam, meningkatkan produktivitas makanan,
meningkatkan intensitas tanam, dan mengurangi tingkat konsumsi per kapita per
tahun. Aspek penting dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim adalah
bagaimana menemukan cara-cara adaptasi yang membutuhkan biaya terendah
sehingga dapat membantu masyarakat khusunya masyarakat miskin dalam
melakukan adaptasi yang dibutuhkan.
1.2 Definisi Operasional
a. Perubahan iklim merupakan perubahan pada komponen iklim, yaitu suhu,
curah hujan, kelembaban, angin dan awan (Aldrian et al. 2011). Beberapa
indikator perubahan iklim ditunjukkan dengan adanya perubahan curah
hujan, peningkatan suhu udara, dan perubahan musim (hujan dan kemarau)
yang tidak menentu. Adanya perubahan dari beberapa indikator tersebut
dapat memberikan dampak negatif terhadap sumberdaya alam dan
manusia.
b. Pemahaman masyarakat terhadap perubahan iklim berdasarkan pada
pemahaman mereka terhadap perubahan curah hujan, peningkatan suhu
10
udara, dan perubahan musim (hujan dan kemarau) yang dirasakan. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya indikator yang digunakan seperti kalender
musim (bulan basah dan bulan kering), kenaikan suhu udara, tanda-tanda
alam dan curah hujan bulanan.
c. Dampak negatif dari perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakat, maka dari itu masyarakat perlu beradaptasi dalam
upaya menguarangi dampak negatif yang ditimbulkan. Adaptasi yang
dilakukan masyarakat umumnya untuk menghadapi perubahan curah
hujan, peningkatan suhu udara, dan perubahan musim yang tidak menentu.
Bentuk adaptasi yang dipilih masyarakat berupa adaptasi reaktif dan
antisipatif. Adaptasi reaktif yang dilakukan berupa pembuatan bangunan
fisik (saluran irigasi, bak air berih, dan sumur galian), penanaman pohon
atau bambu disekitar aliran sungai. Sedangkan adaptasi antisipatif yang
dilakukan masyarakat berupa adanya larangan menebang pohon, larangan
untuk sistem bertani tebas tebang bakar, dan larangan untuk membakar
hutan. Secara keseluruhan sumber pendanaan adaptasi yang dilakukan
masyarakat beragam ada yang swadaya masyarakat, individu, dan bantuan
dari pemerintah atau pihak luar. Berdasarkan uraian di atas, alur kerangka
pemikiran dalam penelitian ini dapat disajikan dalam Gambar 1.
11
Gambar 1 Kerangka pemikiran.
3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011.
Pengambilan data dilakukan di Desa Nenas, Kecamatan Fatumnasi dan Desa
Bena, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Propinsi
Nusa Tenggara Timur.
3.4 Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang dipergunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Peta wilayah desa (Gambar 2 dan Gambar 3)
2. Alat tulis
3. Kuisioner
4. Kamera
Pemahaman masyarakat mengenai perubahan iklim
Perubahan Iklim
Perubahan curah hujan
Perubahan musim yang
tidak menentu
Peningkatan suhu udara
Dampak Langsung
Banjir
Longsor
Kebakaran hutan
Kekeringan
Dampak Turunan
Pendapatan
menurun
Produksi menurun
Strategi Adaptasi
Masyarakat
Adaptasi Reaktif Adaptasi Antisipatif
12
Gambar 2 Peta sebaran desa di Kecamatan Fatumnasi (lokasi
penelitian: Desa Nenas berwarna kuning).
Gambar 3 Peta sebaran desa di Kecamatan Amanuban Selatan
(lokasi penelitian: Desa Bena berwarna kuning).
Legenda : Batas wlayah
Legenda : Batas wlayah
Skala 1:164.000
13
3.5 Metode Pengambilan Data
Metode dalam pengambilan sampel dilakukan pemilihan secara purposive
sampling terhadap responden yang terkait dengan dampak perubahan iklim yaitu
masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Pemilihan sampel berdasarkan pada
masyarakat yang tinggal di hulu dan hilir DAS Noelmina. Jumlah responden yang
diambil sebanyak 30 orang dalam satu desa. Metode ini diambil dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang ada di lapangan seperti akses di lapangan,
waktu dan cuaca yang tersedia dalam pengumpulan data di lapangan.
Teknik pengambilan data yang dilakukan dalam kegiatan penelitian
dengan cara sebagai berikut:
1. Observasi, yaitu mengumpulkan data melalui pengamatan terhadap kegiatan
dan keadaan di daerah penelitian secara langsung.
2. Studi pustaka, sebagai keperluan untuk menunjang penelitian dengan
mempelajari literatur, laporan, skripsi penelitian, data instansi pemerintah
yang berhubungan dengan strategi adaptasi dan dampak terhadap perubahan
iklim.
3. Teknik wawancara terhadap tokoh-tokoh masyarakat dan perwakilan instansi
pemerintah terkait.
3.6 Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dengan metode wawancara dan observasi lapangan. Sedangkan
data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan studi literatur.
Data primer yang dikumpulkan meliputi:
a. Data identitas responden yaitu: nama, umur, pendidikan, pekerjaan.
b. Data kalender musim lokasi penelitian.
c. Data tentang dampak perubahan musim terhadap sumber daya
alam, sosial ekonomi masyarakat.
d. Data tentang strategi adaptasi yang dilakukan masyarakat terhadap
perubahan iklim.
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi:
a. Data mengenai tentang kondisi umum lokasi penelitian (letak, luas,
iklim, geografi dan topografi).
14
b. Data monografi desa di lokasi penelitian yang meliputi: jumlah
penduduk, pendidikan, mata pencaharian.
3.7 Metode Pengolahan Data dan Analisis
Data yang didapat diolah dengan tabulasi. Data kualitatif ditulis secara
deskriptif dengan menguraikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang
ditemukan. Hasil data yang sudah terkumpul diinterpretasikan dan dideskripsikan
dalam bentuk teks, gambar dan tabel untuk kemudian dibahas mengenai dampak
perubahan iklim terhadap lingkungan dan strategi adaptasi kehidupan masyarakat.
Tabel 1 Metode pengolahan dan analisis data
No Jenis Data Metode Pengolahan dan Analsis
1. Jenis-jenis dampak perubahan iklim terhadap lingkungan
hutan dan kehidupan
masyarakat
a. Klasifikasi jenis-jenis dampak terhadap kondisi sumberdaya hutan, sumberdaya
manusia dan kondisi lingkungan
pemukiman dan fasilitas umum b. Analisis deskriptif
2. Jenis adaptasi dan hambatan
masyarakat dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan
iklim
a. Klasifikasi bentuk adaptasi
b. Klasifikasi bentuk-bentuk adaptasi sesuai jenis sumber pendanaan
c. Klasifikasi kendala sosial dan ekonomi
beradaptasi
d. Analisis deskriptif
Sumber: Sylviani dan Sakuntaladewi (2010)
15
BAB IV
KONDISI UMUM
4.1 Kondisi Geografis dan Topografi
Desa Nenas merupakan salah satu desa di Kecamatan Fatumnasi yang
berada dekat dengan kawasan Cagar Alam Gunung Mutis. Desa ini berada pada
ketinggian 1200-1400 mdpl. Desa Nenas terletak di 09° 35,383´LS dan 124°
12,561´BT dengan luas wilayah sebesar 69,53 Km². Batas-batas wilayah Desa
Nenas secara administrasi adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Nuapin, Kecamatan Fatumnasi
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Fatumnasi, Kecamatan Fatumnasi
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bonleu, Kecamatan Miumafo Barat
d. Sebelah Barat berbatasan Desa Noebesi, Kecamatan Nunbena
Wilayah Desa Nenas secara umum berbukit-bukit dan dataran tinggi atau
pegunungan yang memiliki tingkat kemiringan cukup tinggi. Lahan yang ada di
Desa Nenas sebagian besar merupakan hutan lahan kering sekunder yang
ditumbuhi oleh semak-semak dan pohon cemara. Sawah-sawah masyarakat Desa
Nenas berada dekat dengan aliran sungai yang memiliki kelerengan cukup rendah.
Sedangkan kebun ataupun ladang-ladang masyarakat berada di bukit-bukit dengan
kelerengan yang cukup tinggi. Ladang masyarakat biasa ditanami dengan tanaman
sayuran seperti wortel, daun bawang, kacang tanah, bawang bombay, ubi jalar, ubi
kayu dan buah-buahan.
Berdasarkan tata guna lahan Desa Nenas, yang mendominasi wilayah desa
adalah hutan lahan kering sekunder dengan persentase mencapai 66,01 %.
Sedangkan tata guna lainnya seperti hutan lahan kering primer memiliki luas
mencapai 26,88 %, semak belukar 6,87 %, pertanian lahan kering 0,13 %, dan
pemukiman 0,10 %. Tata guna lahan Desa Nenas secara lengkap disajikan dalam
Tabel 2.
16
Tabel 2 Luas penggunaan lahan di Desa Nenas
No. Pengunaan Lahan Luas
(ha) (%)
1 Pemukiman 7 0,10
2 Pertanian lahan kering dan semak 9 0,13
3 Semak belukar 462 6,87
4 Hutan lahan kering primer 1.808 26,88
5 Hutan lahan kering sekunder 4.440 66,01
Total 6.726 100,00
Sumber: BPKH wilayah XIV Nusa Tenggara Timur (2006) dalam BPDAS Kupang (2010)
Desa Bena merupakan salah satu desa yang berada di ketinggian kurang
dari 500 m dpl. Desa Bena terletak di Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten
Timor Tengah Selatan. Luas wilayah Desa Bena sebesar 14 Km². Jarak desa dari
ibukota kabupaten adalah 59 Km. Batas-batas wilayah Desa Bena secara
administrasi adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Polo, Desa Batnun, Kecamatan
Amanuban Selatan
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Timor
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Oebelo, Kecamatan Amanuban Selatan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kupang
Secara umum wilayah di Desa Bena berupa dataran rendah. Penggunaan
lahan yang ada di Desa Bena meliputi persawahan, ladang dan savana untuk
penggembalaan ternak. Kondisi vegetasi di sekitar desa berupa semak, tumbuhan
duri, pohon asam serta tumbuhan lontar. Hasil hutan yang dapat dimanfaatkan
masyarakat seperti buah asam, buah, daun, nira dan kayu dari pohon lontar.
4.2 Iklim
Kondisi Desa Nenas berada di daerah yang cukup tinggi dengan curah
hujan mencapai 300 mm per bulan menyebabkan Desa Nenas mudah terkena erosi
dan longsor. Jumlah hujan basah yang ada di Desa Nenas berkisar 6-7 bulan. Suhu
rata-rata harian di Desa Nenas mencapai 25°C. Data curah hujan dalam 10 tahun
terakhir yang terhimpun di stasiun pengamatan yang berlokasi Kasetnana,
Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) secara lengkap tercantum dalam
17
Lampiran. Sedangkan Desa Bena memiliki curah hujan yang tidak begitu tinggi.
Musim kemarau atau kondisi bulan kering di Desa Bena lebih banyak dibanding
penghujan. Data BMKG dalam 10 tahun terakhir menunjukkan bulan kering rata-
rata mencapai 5 bulan. Musim kering tinggi dimulai pada bulan Juni hingga
Oktober. Hal tersebut membuat masyarakat Desa Bena kesulitan air saat musim
kemarau dan tidak jarang mereka harus berjalan 2 km-3 km untuk mendapatkan
air. Data rata-rata curah hujan Desa Bena yang berlokasi di stasiun Panite secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.3 Kondisi Demografi
Jumlah penduduk yang ada di Desa Nenas sebanyak 2.112 jiwa yang
terdiri dari laki-laki 998 jiwa dan perempuan 1.114 jiwa dengan jumlah Kepala
Keluarga (KK) sebanyak 446 KK. Sedangkan jumlah penduduk yang ada di Desa
Bena sebanyak 2.829 jiwa yang terdiri dari laki-laki 1.416 jiwa dan perempuan
1.413 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 767 KK (Data Monografi
Desa 2010).
Sebagian besar masyarakat Desa Nenas dan Desa Bena bermata
pencaharian sebagai petani baik petani lahan kering maupun lahan basah. Selain
itu mata pencaharian sebagai pengusaha kecil (kios, pedagang) di Desa Bena
cukup banyak, hal ini karena akses jalan yang sudah bagus. Berikut data mata
pencaharian masyarakat Desa Nenas dan Desa Bena disajikan pada Tabel 3.
18
Tabel 3 Jenis mata pencaharian di Desa Nenas dan Desa Bena
No. Mata Pencaharian Utama Jumlah (KK)
Desa Nenas Desa Bena
1 Petani 357 473
2 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 16 67
3 Dokter swasta 4 3
4 Pensiunan 4 13
5 Pengusah kecil/menengah (kios /
warung, pedagang ternak, penjual kain tenun)
7 46
6 Dukun terlatih 3 10
7 TNI/POLRI 9 1
8 Nelayan - 60
9 Lain-lain 46 94
Jumlah 446 767
Sumber: Data Monografi Desa Nenas (2010) dan Desa Bena (2009)
Pendidikan masyarakat di desa penelitian rata-rata tamat Sekolah Dasar
(SD). Tingkat pendidikan masyarakat di desa penelitian secara lengkap dapat
dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4 Tingkat pendidikan masyarakat Desa Nenas dan Desa Bena
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa)
Desa Nenas Desa Bena
1 Tidak tamat SD 85 100
2 SD/sederajat 1097 1376
3 SLTP/sederajat 542 985
4 SLTA/sederajat 361 274
5 Perguruan tinggi 27 94
Jumlah 2112 2829
Sumber: Data Monografi Desa Nenas (2010) dan Desa Bena (2009)
19
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pemahaman Masyarakat Sekitar Hutan Mengenai Perubahan Iklim
Perubahan iklim dirasakan oleh setiap responden, meskipun sebagian
besar responden belum mengerti istilah perubahan iklim itu. Tingkat pendidikan
masyarakat yang sebagian besar tamat Sekolah Dasar (SD) dan lokasi desa yang
terpencil menyebabkan istilah perubahan iklim belum dimengerti oleh
masyarakat. Masyarakat mengerti bahwa musim sudah berubah, mereka kesulitan
dalam memprediksi masa tanam dan suhu udara yang bertambah panas. Kondisi
tersebut sangat memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan dan
pertanian masyarakat.
Perubahan iklim yang terjadi telah mengakibatkan kerugian yang cukup
signifikan terhadap sebagian besar masyarakat petani di desa penelitian. Hal
tersebut sesuai dengan yang disampaikan Soebijoto (2009), bahwa perubahan
iklim telah merugikan sebagian besar masyarakat petani di Indonesia. Banyak
petani kesulitan menentukan musim tanam karena prediksi mereka terhadap
musim hujan sering meleset. Petani terkadang tidak menyangka jika musim hujan
berlangsung singkat. Bagi para petani rentang musim hujan mempengaruhi
pertimbangan memilih jenis tanaman yang akan ditanam. Perubahan rentang
waktu musim hujan dan curah hujan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan
hewan yang menjadi hama tanaman.
5.1.1 Penilaian responden terhadap curah hujan
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat Desa Nenas dan Desa
Bena menunjukkan bahwa terjadi peningkatan curah hujan rata-rata bulanan yang
paling tinggi pada tahun 2010. Pada tahun 2010 terjadi musim yang ekstrim, yakni
musim hujan berlangsung selama 10 bulan dengan intensitas hujan tinggi dimulai
pada bulan Oktober sampai dengan April. Pada tahun 2010 musim kemarau hanya
terjadi 2 bulan dan masih terdapat curah hujan dengan intensitas rendah. Berbeda
dengan tahun 1990 sampai dengan tahun 2009 curah hujan terjadi selama 7 bulan.
Sementara musim kemarau pada rentang tahun 1990-2009 hanya terjadi 5 bulan,
20
yang dimulai pada bulan Mei sampai dengan September. Musim kemarau yang
terjadi pada bulan Mei masih terdapat curah hujan rendah, namun pada bulan
selanjutnya tidak terdapat hujan. Sedangkan sebelum tahun 1990 curah hujan
terjadi selama 6 bulan.
Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya perubahan musim (hujan dan
kemarau) sehingga mengakibatkan kalender musim menjadi berubah. Hal ini
berdampak pada jadwal musim (musim tanam) masyarakat menjadi tidak
menentu. Kalender musim sebelum dan sesudah tahun 2010 disajikan lengkap
pada Tabel 5.
Tabel 5 Kalender musim sebelum tahun 1990, rentang tahun 1990 sampai 2009
serta pada tahun 2010
Tahun Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2010 xxx xxx xx xxx xx x x xx xx xxx xxx xxx
’90-‘09 xxx xxx xx xx x xx xxx xxx
< ’90 xxx xxx xx x xx xxx xxx
Keterangan : x : intensitas hujan rendah
xx : intensitas hujan sedang
xxx : intensitas hujan tinggi
Hasil dari kalender musim masyarakat tidak berbeda dengan data curah
hujan per bulan dan per tahun dari stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) Lasiana Kupang, yang menunjukkan bahwa telah terjadi
perubahan musim dengan curah hujan yang berbeda (lihat pada Gambar 4 dan
Gambar 5). Rata-rata curah hujan Desa Nenas pada periode 2000-2005 musim
kemarau mulai datang pada Juni, sedangkan periode 2006-2010 musim kemarau
mulai bulan Juli (lihat Gambar 4). Pada periode tahun 2000-2005 musim kemarau
terjadi selama 5, sedangkan periode 2006-2010 hanya terjadi selama 4 bulan.
Sedangkan musim hujan yang ekstrim terjadi pada tahun 2010 dengan intensitas
hujan tinggi yang terjadi di Desa Nenas dan Desa Bena. Pada tahun 2010 musim
hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi terjadi pada bulan Januari-Mei
dan bulan Oktober-Desember. Data hujan bulanan Desa Nenas secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 4.
Musim hujan
Musim kemarau
21
Gambar 4 Grafik rata-rata curah hujan Desa Nenas periode 2000-2010.
Perubahan musim yang tidak menentu juga dirasakan di Desa Bena.
Grafik rata-rata curah hujan bulanan periode tahun 2000-2005 di Panite
menunjukkan bahwa musim kemarau terjadi selama 5 bulan, sedangkan periode
2006-2010 terjadi selama 6 bulan. Sedangkan musim hujan pada periode tahun
2006-2010 terjadi pada bulan Desember sampai Mei (lihat Gambar 5). Hal ini
dapat dilihat pada data curah hujan bulanan tahun 2010 yang menunjukkan bahwa
terdapat curah hujan cukup tinggi sehingga terjadi musim hujan yang cukup lama
yakni selama 9 bulan (lihat lampiran 4). Perubahan musim hujan dan kemarau
yang tidak menentu tersebut sangat menyulitkan petani yang mengandalkan
tanaman musiman. Hal ini dapat dilihat pada musim kemarau tahun 2008 dan
2009 yang masing-masing terjadi selama 7 dan 8 bulan. Sedangkan musim
kemarau pada tahun 2010 terjadi hanya 3 bulan, hal ini menunjukkan bahwa
musim yang ada di Desa Bena sudah tidak menentu. Musim hujan maupun
kemarau yang tidak stabil dapat menyebabkan tanaman musiman mudah terserang
hama atau hasil tidak maksimal.
22
Gambar 5 Grafik rata-rata curah hujan Desa Bena periode 2000-2010.
5.1.2 Penentuan datangnya musim hujan dan kemarau
Para petani di desa penelitian sudah tidak lagi menggunakan kalender
musim dalam menentukan jadwal menanam. Mereka mulai menanam dengan
melakukan pengamatan secara langsung di lapangan. Masyarakat Desa Nenas atau
desa bagian hulu memiliki suatu kearifan lokal yang unik untuk menentukan
musim tanam yakni dengan mengamati tanda-tanda alam. Tanda alam tersebut
seperti suara ayam hutan yang berkokok pada sore hari, pohon mangga yang
mulai berbunga atau berbuah dan suara burung hujan (koloulan) yang digunakan
masyarakat untuk mengetahui musim hujan datang.
Tanda alam yang digunakan masyarakat Desa Bena atau desa bagian hilir
dalam menentukan musim hujan adalah dengan mempertimbangkan suara air laut.
Apabila suara air laut terdengar keras, maka hujan akan segera turun. Selain itu,
beberapa masyarakat ada yang melakukan perhitungan bulan atau rasi bintang
untuk menentukan waktu musim tanam.
5.2 Dampak Perubahan Musim Ekstrim
Perubahan musim yang ekstrim akan mempengaruhi ketersedian air untuk
kebutuhan hidup masyarakat dan pertanian. Ketersediaan air merupakan variabel
utama yang mempengaruhi petani untuk memutuskan jadwal tanam, jadwal panen
23
serta kegiatan lain dalam mengelola tanaman. Adanya keterbatasan air
menjadikan petani sangat tergantung pada curah hujan dalam menentukan jadwal
menanam (Ardia 2005). Kondisi perubahan musim yang tidak menentu tersebut
berdampak pada masyarakat petani sangat bergantung pada kondisi alam
sekitarnya. Dampak tersebut berpengaruh terhadap masyarakat Desa Nenas dan
Desa Bena yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Sebanyak 80 %
masyarakat Desa Nenas mata pencahariannya merupakan petani, baik lahan
kering maupun lahan basah. Sedangkan untuk mata pencaharian lain seperti
Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 3,59 %, pengusaha kecil 1,57 %, TNI atau
POLRI sebanyak 2,02 % serta lain-lain sebanyak 12,78 %.
Gambar 6 Mata pencaharian masyarakat Desa Nenas (2010) (data diolah).
Sedangkan di Desa Bena sebanyak 61,67 % masyarakatnya bermata pencaharian
sebagai petani. Adapun sumber mata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil
(PNS) mencapai 8,74 %, nelayan mencapai 7,82 %, pengusaha kecil 6 persen dan
lain-lain sebanyak 14,83 %.
24
Gambar 7 Mata pencaharian masyarakat Desa Bena (2010) (data diolah).
5.2.1 Dampak dari curah hujan yang tinggi
Dampak perubahan musim yang tidak menentu dan curah hujan tinggi
memberikan dampak terhadap sektor pertanian dan lingkungan. Selain itu keadaan
topografi yang berbukit dan cukup curam merupakan salah satu daerah yang
rawan terhadap dampak curah hujan yang tinggi. Hal ini akan menjadi rawan
bencana apabila kondisi tutupan lahannya yang sudah banyak terbuka atau beralih
fungsi lahannya. Kondisi ini dialami oleh masyarakat Desa Nenas yang berada di
hulu sungai Noelmina, yang memiliki topografi cukup curam. Lokasi ladang
masyarakat Desa Nenas yang berada dibukit-bukit dengan lahan yang cukup
terbuka menjadi rawan ketika curah hujan yang tinggi datang. Sektor yang paling
rentan terhadap dampak curah hujan yang tinggi adalah pertanian masyarakat
seperti gagal tanam jagung, ladang-ladang masyarakat mengalami longsor dan
area sawah yang terkikis karena banjir.
Curah hujan yang tinggi pada akhir tahun 2009 dan tahun 2010
menyebabkan sungai (nono) Kofi meluap sehingga beberapa sawah masyarakat
terkena banjir. Akibatnya banyak tanaman padi yang rusak sehingga hasil
produksi menurun. Dampak lain yang dirasakan akibat curah hujan yang tinggi
berupa longsor, petani gagal tanam jagung, dan ladang masyarakat mengalami
erosi. Selain itu curah hujan yang tinggi pada tahun 2010 juga memaksa petani
hanya mengandalkan hasil tanaman sayuran seperti wortel, daun bawang, ubi
kayu, buncis, kacang merah dan ubi jalar.
25
Curah hujan yang tinggi juga berpengaruh terhadap stok madu yang
dihasilkan petani madu. Apabila musim hujan cukup tinggi mereka tidak
memanen hasil madu di hutan karena banyak air yang tercampur dalam madu
sehingga menurunkan kualitas madu. Petani madu Desa Nenas memiliki jadwal
untuk memanen madu yakni pada bulan April, Mei dan Juni yang merupakan
bulan-bulan kering. Madu merupakan mata pencaharian sampingan bagi
masyarakat untuk menambah pengasilan mereka. Harga madu yang mencapai Rp
100.000,- sampai Rp 200.000,- per botol ukuran 1 liter menjadi alasan masyarakat
untuk mencari madu.
Hal yang sama juga di alami oleh masyarakat petani Desa Bena yang
merupaka desa bagian hilir Das Noelmina. Pada tahun 2010 sampai awal tahun
2011 mereka gagal menanam jagung dan hasil panen padi menurun karena curah
hujan yang tinggi. Selain itu, Desa Bena juga mengalami dampak banjir yang
menyababkan sebagian Dusun Tiga tergenang air. Kondisi topografi yang datar
dan berada di hilir sungai mengakibatkan rawan terhadap banjir apabila curah
hujan yang tinggi terjadi di wilayah ini. Kondisi lain yang dapat menyebabkan
banjir melanda Desa Bena adalah perubahan kondisi DAS oleh masyarakat seperti
pengelolaan agroekosistem lahan yang minim upaya konservasi, sistem ternak
lepas dengan minim pengawasan, dan kebiasaan membakar pada periode tertentu.
Banjir yang melanda Dusun Tiga mengakibatkan beberapa rumah-rumah
masyarakat, kandang ternak dan pekarangan tergenang oleh air. Selain itu,
menurut keterangan responden banjir yang terjadi pada April 2011 mengakibatnya
puluhan hektar sawah masyarakat Desa Bena terendam oleh air. Area persawahan
padi masyarakat yang sudah menguning rusak atau ambruk karena dihantam
banjir tersebut. Kondisi ini mengakibatkan hasil produksi tanaman berkurang
sampai 40% per hektar.
5.2.2 Dampak dari musim kemarau ekstrim
Pada saat musim kemarau masyarakat Desa Nenas tidak begitu kesulitan
untuk mendapatkan air untuk kebutuhan rumah tangga dikarenakan Desa Nenas
(daerah hulu) dikelilingi Cagar Alam Gunung Mutis. Keberadaan Cagar Alam ini
sangat membantu dalam menjaga sumber mata air saat musim kemarau. Dampak
musim kemarau ekstrim hanya dirasakan dalam pemeliharaan tanaman pertanian.
26
Menurut responden, mereka harus mengambil air dari sumber mata air dekat
gunung untuk keperluan pertanian. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan
oleh Suryatmojo (2006), yang menjelaskan bahwa peran hutan terhadap
pengendalian air salah satunya yakni dalam pengendalian aliran (hasil air).
Sampai saat ini masih dipercayai bahwa hutan yang baik mampu mengendalikan
daur air artinya hutan yang baik dapat menyimpan air selama musim hujan dan
melepaskannya di musim kemarau. Kepercayaan ini didasarkan atas masih
melekatnya dihati masyarakat bukti-bukti bahwa banyak sumber-sumber air dari
kawasan hutan yang baik tetap mengalir pada musim kemarau.
Hal ini berbeda dengan Desa Bena yang kondisi hutannya berupa hutan
lahan kering yang di dominasi oleh semak belukar dan pohon duri. Apabila
musim kemarau terjadi dalam kurun waktu 6 sampai 7 bulan dapat menyebabkan
sumber mata air kering, kekurangan air untuk pertanian dan kebutuhan rumah
tangga, serta rumput-rumput dan semak mengering. Akibatnya memberikan
dampak terhadap berkurangnya pakan ternak masyarakat dan rawan terjadi
kebakaran. Beberapa masyarakat di Desa Bena harus jalan berkilometer untuk
mendapatkan air. Masyarakat biasanya mengambil air di sumber mata air
menggunakan gerobak roda dua yang diisi dengan jerigen ukuran 5 liter. Satu
gerobak yang digunakan dapat memuat antara 20-28 jerigen.
Gambar 8 Masyarakat Desa Bena yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih
pada musim kemarau.
27
5.2.3 Klasifikasi Dampak Langsung dan Turunan
Tanda-tanda perubahan iklim terjadi secara perlahan dan terjadi secara
ekstrim serta menimbulkan dampak yang signifikan. Dampak yang ditimbulkan
diklasifikasikan ke dalam dampak langsung dan dampak turunan. Dampak
langsung dimaksudkan sebagai dampak yang langsung terjadi terhadap
lingkungan dan dapat dilihat serta dirasakan. Sedangkan dampak turunan
dimaksudkan sebagai akibat dari dampak terhadap lingkungan yang terjadi
beberapa waktu kemudian dan dapat dirasakan langsung. Jenis klasifikasi dampak
tersebut akan membedakan bagaimana strategi adaptasi yang digunakan (Yayasan
Pelangi Indonesia 2009). Berikut tabel klasifkasi dampak perubahan musim yang
terjadi di lokasi penelitian.
Tabel 6 Klasifikasi dampak langsung dan dampak turunan di Desa Nenas (hulu)
Fenomena Dampak
Langsung Turunan
Perubahan musim yang
tidak menentu
a. Banjir
1. Sawah sekitar sungai
rusak/terkikis banjir
2. Tanaman padi pada
rusak
b. Gagal tanam jagung c. Ladang masyarakat
terkena erosi sehingga
Kondisi tanaman sayuran rusak
d. Longsor
e. Kekurangan air untuk pertanian ladang
f. Tanaman, rumput dan
semak mengering
Curah hujan tinggi
mengakibatkan jalan
atau akses rusak
sehingga membuat jumlah frekuensi
pemasaran menurun
Curah hujan tinggi
mengakibatkan masyarakat tidak
memanen madu (hasil
hutan) sehingga menyebabkan stok madu
masyarakat untuk dijual
menurun
Dampak dari fenomena musim yang tidak menentu yang dialami
masyarakat Desa Nenas secara langsung pada diatas merupakan dampak dari
curah hujan yang tinggi dan musim kemarau yang pajang. Poin (a) sampai dengan
(d) pada dampak langsung merupakan beberapa dampak yang melanda ketika
curah hujan yang tinggi terjadi di Desa Nenas. Sedangkan poin (e-f) merupakan
dampak yang di alami masyarakat ketika musim kemarau yang panjang.
Sementara dampak turunan yang dialami masyarakat Desa Nenas merupakan
dampak yang dialami setelah terjadi curah hujan yang tinggi atau musim hujan.
28
Dampak dari fenomena musim yang tidak menentu yang dialami
masyarakat Desa Bena secara langsung dan turunan disajikan secara lengkap pada
Tabel 7.
Tabel 7 Klasifikasi dampak langsung dan dampak turunan Desa Bena (hilir)
Fenomena Dampak
Langsung Turunan
Perubahan musim yang
tidak menentu
a. Banjir menyebabkan
1. Sawah sekitar sungai
rusak/terkikis banjir, sehingga tanaman
padi rusak
2. Air menggenangi sebagian rumah
warga dan
pekarangan karena air hujan
3. Beberapa ternak
kecil hanyut
b. Kekurangan air untuk
pertanian
c. Frekuensi melaut nelayan menurun
d. Tanaman, semak menjadi
kering sehingga akan
rawan kebakaran e. Sumber mata air kering
a. Sawah rusak yang
berakibat pada produksi
menurun sehingga pendapatan petani
menjadi menurun
Akibat genangan air
masyarakat mudah terkena diare,
Muntaber, karena
pencemaran air akibat dari kotoran ternak
yang terendam air,
kesulitan air bersih
b. Pendapatan petani menurun
c. Pendapatan nelayan
menurun
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa masyarakat Desa Bena
mengalami dampak langsung seperti banjir, kekurangan air, frekuensi melaut
menurun, dan kekeringan. Dampak langsung pada poin (a) merupakan dampak
dari adanya curah hujan tinggi yang melanda Desa Bena. Hal ini memberikan
dampak turunan antara lain pendapatan petani menurun, masyarakat tekena
penyakit, dan kesulitan air bersih. Sedangkan poin (b-e) pada dampak langsung
merupakan dampak dari musim kemarau panjang.
5.3 Strategi Adaptasi Masyarakat
Upaya adaptasi terhadap perubahan iklim diharapkan fokus pada area yang
rentan terhadap perubahan iklim seperti sumber daya air, pertanian, perikanan,
infrastruktur, pemukiman, kesehatan, dan kehutanan. Program pengurangan resiko
bencana terkait iklim melalui program penghutanan kembali, penghijauan
terutama di kawasan hutan atau lahan yang kritis, baik di hulu maupun di hilir
29
(kawasan pesisir) dengan keterlibatan masyarakat sangat penting. Selain itu,
peningkatan kesadaran dan penyebarluasan informasi perubahan iklim dan
informasi adaptasi pada berbagai tingkat masyarakat terutama untuk masyarakat
yang rentan sebagai tindakan kesiapsiagaan dini dan peningkatan kesadaran
tentang bencana iklim yang semakin meningkat (Hilman 2007).
Secara naluri masyarakat baik di hulu (Desa Nenas) maupun di hilir (Desa
Bena) memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan musim yang
terjadi. Masyarakat berusaha untuk bertahan terhadap dampak yang ditimbulkan
dari fenomena perubahan musim. Hasil tanaman pertanian yang tidak maksimal
memaksa para petani untuk mengganti tanaman jagung dengan tanaman ubi kayu,
wortel, daun bawang, semangka, sayuran-sayuran, dan cabe. Hasil tanaman
pengganti akan dijual untuk menambah penghasilan hidup.
5.3.1 Strategi adaptasi terhadap kekurangan air
Masyarakat sudah merasakan bahwa ketersediaan air di desa mulai
berkurang pada saat musim kemarau panjang. Masyarakat kesulitan air untuk
kegiatan pertanian dan untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini membuat Pemerintah
Daerah mengambil tindakan untuk mengatasi keterbatasan air di musim kemarau.
Pemerintah Daerah membangun sarana bak penampung air dan saluran irigasi.
Pembangunan bak penampung air bersih berfungsi menampung air dari sumber
mata air yang dapat digunakan untuk kebutuhan hidup masyarakat ketika musim
kering. Sedangkan saluran irigasi difungsikan sebagai irigasi sawah petani ketika
musim kemarau datang, sehingga kegiatan pertanian tetap berjalan dengan baik.
Gambar 9 Bangunan fisik sebagai solusi terhadap kekurangan air.
30
Selain bantuan dari pemerintah tersebut, masyarakat juga membuat sumur
galian pada tempat yang memiliki sumber mata air dan di sekitar sungai.
Masyarakat di Desa Nenas membuat sumur di kaki-kaki gunung yang terdapat
sumber mata air. Sumur yang digali masyarakat memiliki kedalaman 5-10 meter.
Hal yang sama dilakukan masyarakat di Desa Bena, mereka membuat sumur
galian dengan kedalaman 10-15 meter. Terdapat 10 sumur dengan kedalaman
mencapai 15 meter di Desa Bena. Apabila musim kemarau panjang, hanya ada 8
sumur yang dapat dimanfaatkan. Sedangkan 2 sumur lainnya tidak dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat karena airnya berubah menjadi asin. Keadaan ini
memaksa masyarakat untuk mengambil air di sungai. Berdasarkan keterangan dari
responden ada 4 titik sungai di dekat desa yang sering dimanfaatkan oleh
masyarakat (lihat Gambar 10).
Gambar 10 Pembuatan sumur galian dan sumur sementara di sekitar sungai
sebagai upaya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air.
Masyarakat harus berjalan sejauh 1-2 kilometer untuk mencapai sumur
galian di sungai. Alat yang digunakan untuk mengambil air berupa jerigen-jerigen
kecil yang berukuran 5 liter. Masyarakat mengangkut jerigen tersebut dengan
menggunakan gerobak atau memanggul. Sumur galian di sekitar sungai yang
dibuat bersifat sementara dan digunakan pada saat musim kemarau saja. Kegiatan
ini dilakukan oleh semua masyarakat desa penelitian ketika musim kemarau
panjang.
Perubahan musim yang terjadi sangat mempengaruhi ketahanan pangan
masyarakat. Kondisi ini memaksa masyarakat beradaptasi untuk menyesuaikan
dengan perubahan musim, baik musim hujan maupun kemarau. Adapun inisiatif
31
dari masyarakat atau kelompok untuk melakukan strategi adaptasi masyarakat
agar keberadaan air tetap terjaga yakni dengan penanaman pohon beringin.
Menurut kepercayaan masyarakat desa pohon beringin dapat menyimpan air,
sehingga Pemerintah Desa menganjurkan untuk menanamnya di kebun-kebun
masyarakat. Program penanaman di Desa Bena misalnya mendapat bantuan dari
Balai Konservasi Sumber Daya Hutan (BKSDH) setempat berupa bibit tanaman
pohon untuk ditanam di pekarangan masyarakat. Kegiatan ini merupakan salah
satu upaya untuk menghijaukan desa agar masyarakat tidak kesulitan air ketika
musim kemarau.
5.3.2 Strategi adaptasi untuk menanggulangi banjir
Dampak banjir merupakan masalah yang cukup signifikan bagi masyarakat
dan lingkungan. Banjir yang terjadi di kedua desa penelitian mengakibatkan
sawah rusak dan rumah tergenang air. Sawah masyarakat yang berada dekat
dengan sungai mengalami dampak yang cukup parah. Adapun beberapa upaya
masyarakat untuk mengurangi dampak banjir berupa penanaman pohon bambu
disekitar sungai, pembuatan rumah panggung, dan pembuatan bangunan penahan
dari batu. Masyarakat Desa Nenas misalnya melakukan strategi adaptasi dengan
menanam pohon bambu disekitar sungai sebagai upaya untuk mengurangi laju air
sungai, sehingga apabila curah hujan tinggi air dapat ditahan oleh pohon bambu.
Selain itu, masyarakat Desa Nenas juga membuat bangunan penahan dari batu
yang berfungsi untuk menahan tanah agar tidak longsor. Sedangkan strategi
adaptasi masyarakat di Desa Bena untuk menanggulangi banjir, yakni dengan
meninggikan rumah atau pembuatan rumah panggung.
Upaya strategi adaptasi untuk menanggulangi banjir merupakan gerakan
yang dilakukan oleh masyarakat dan Pemerintah Desa. Adaptasi seperti
penanaman misalanya merupakan gerakan yang dilakukan oleh Pemerintah Desa
yang kemudian dilaksanakan oleh setiap masyarakat. Beberapa tahun terakhir
kegiatan ini berjalan dengan baik dan Pemerintah Desa setempat menetapkan
aturan agar masyarakat menjaga kondisi hutan serta memperketat larangan
menebang pohon di sekitar sungai. Sedangkan adaptasi yang dilakukan seperti
membuat rumah panggung dilakukan secara individu, selain itu ada beberapa
yang mendapat bantuan dari masyarakat lainnya. Dari urain diatas bahwa terlihat
32
peran Pemerintah Desa sangatlah penting dalam mengantisipasi dan
menanggulangi dampak dari perubahan iklim, sehingga masyarakat dapat
bertahan dalam menghadapi dampak perubahan iklim nantinya.
5.3.3 Strategi adaptasi untuk meningkatkan pendapatan
Perubahan musim yang tidak menentu mengakibatkan pendapatan petani
menurun. Hal ini mengakibatkan biaya yang dikeluarkan untuk pertanian lebih
tinggi daripada saat musim normal. Secara langsung kondisi ini memaksa petani
untuk menambah penghasilan selain dari hasil pertanian. Masyarakat Desa Bena
memanfaatkan buah asam dari hutan dan pohon lontar dari mulai batang, daun,
buah dan nira. Nira pohon lontar dimanfaatkan untuk membuat gula merah yang
akan dijual. Sedangkan masyarakat Desa Nenas memanfaatkan hasil hutan non
kayu seperti madu sebagai alternatif untuk meningkatkan pendapatan. Selain itu,
ketika hujan tinggi masyarakat petani Desa Nenas tidak menanam jagung
melainkan memanfaatkan hasil dari ubi kayu, ubi jalar, wortel serta daun bawang
untuk kebutuhan hidup. Mereka menjual hasil pertanian yang dapat diambil dari
ladang. Sementara itu, para ibu ada yang membuat kerupuk dari ubi kayu untuk
dijual dengan tujuan menambah penghasilan keluarga.
Pada saat musim kemarau tidak banyak petani di Desa Bena yang
menanam jagung, melainkan beberapa petani mengganti tanaman jagung dengan
semangka dan sayuran seperti kangkung darat, bayam, tomat serta cabe. Hal ini
dilakukan petani karena hasil yang cukup bagus pada saat musim kemarau. Selain
itu alasan petani memilih buah semangka karena harga jualnya yang lumayan
tinggi. Para petani Desa Bena mengganti tanaman jagung dengan semangka sejak
5 tahun terakhir. Kegiatan lain yang dilakukan masyarakat ketika musim kemarau
adalah pengambilan buah asam dari kebun dan hutan-hutan sekitar. Kegiatan ini
merupakan tradisi masyarakat Timor yang sudah sejak lama dilakukan masyarakat
(Gambar 11). Pengambilan buah asam dalam beberapa tahun terakhir sering
menjadi pilihan masyarakat untuk menambah pendapatan. Buah asam yang
diperolah dijual kepada para pengepul untuk menambah penghasilan.
33
Gambar 11 Pohon asam (kiri) sebagai salah satu alternatif untuk menambah penghasilan keluarga saat musim kemarau dan buah asam yang
siap untuk dijual (kanan).
5.3.4 Klasifikasi strategi adaptasi masyarakat
Adaptasi yang dilakukan di desa penelitian bersifat individu, kelompok
atau masyarakat. Adaptasi yang dilakukan secara responsif atau reaktif dan dalam
bentuk tertentu. Menurut McCarthy (2001), adaptasi reaktif adalah adaptasi yang
dilakukan setelah dampak perubahan iklim teramati. Sedangkan adaptasi
antisipasi atau proaktif dilakukan sebelum dampak perubahan iklim teramati.
Masyarakat beradaptasi dengan tujuan untuk mengurangi dampak dari perubahan
musim yang tidak menentu.
Bentuk adaptasi yang dilakukan secara individu (dengan dan tanpa
bantuan pemerintah) di Desa Bena seperti membangun rumah panggung untuk
mengatasi genangan air akibat dari banjir. Beberapa strategi adaptasi lain yang
secara swadaya dilakukan masyarakat Desa Nenas adalah menanam pohon
beringin dan bambu disekitar sungai. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya longsor. Pemerintah daerah memberikan bantuan untuk
kegiatan adaptasi guna penanggulangan dampak perubahan iklim skala tinggi.
Strategi adaptasi yang dilakukan masyarakat secara lengkap dapat dilihat pada
Tabel 8.
34
Tabel 8 Klasifikasi adaptasi yang dilakukan masyarakat
Fenomena Dampaknya Adaptasi Sumber
Pendanaan /
Para pelaku Reaktif Antisipatif
Perubahan
musim yang
tidak
menentu
a. Banjir
mengakibatkan
Sawah sekitar
sungai rusak, mengakibatkan
beberapa rumah
warga tergenang b. Longsor di
daerah yang
berbukit
a. Penanaman
bambu disekitar
sungai,
Pembuatan rumah
panggung
b. Pembuatan bangunan
penahan dari
batu
- Adanya
aturan
mengenai
larangan untuk
menebang
pohon asam dan
pohon
umur
panjang
a. Swadaya
masyarakat
Dan biaya
dari individu /
perorangan
b. Bantuan dari
PemDa
c. Ladang
masyarakat
mengalami erosi sehingga Kondisi
tanaman sayuran
rusak d. Kekurangan air
untuk pertanian
ladang yang
mengakibatkan pendapatan
menurun
e. Sumber mata air
kering
c. Masyarakat
mengadalkan
tanaman seperti ubi kayu,
wortel, ubi jalar
d. Pembuatan irigasi untuk
pertanian,
Mengganti
tanaman jagung dengan
semangka,
sayuran dan cabe
e. Pembuatan
sumur galian ataupun
pembuatan bak
untuk air bersih
dari sumber mata air
- Adanya
larangan
untuk membakar
hutan
- Larangan sistem
bertani
dengan
tebas tebang
bakar
-
c. Biaya
individu /
sendiri
d. Bantuan dari
pemerintah
setempat
Ada juga dengan
biaya
sendiri / individu
e. Bantuan
dari PemDa
Tabel di atas menunjukkan adaptasi yang dilakukan sangat bervariasi
antara lain berupa bangunan fisik (bronjong, pembuatan bak untuk menampung
air bersih, pembuatan rumah panggung dan irigasi pertanian), perubahan jenis
tanaman dari jagung menjadi wortel, program penanaman pohon beringin serta
bambu di sepanjang aliran sungai. Adaptasi ini merupakan adaptasi yang
dilakukan masyarakat setelah terjadi dampak perubahan iklim yang terjadi
(adaptasi reaktif).
35
Sedangkan adaptasi antisipatif yang dilakukan oleh masyarakat di kedua
desa yakni adanya larangan untuk menebang pohon asam, pohon yang umur
panjang, dan membakar hutan. Larangan ini berada dalam pengawasan lembaga
adat desa dan dalam beberapa tahun terakhir diberlakukan hukuman yang semakin
ketat bagi pihak yang melanggar. Sebagai contoh, apabila seseorang menebang 1
pohon akan mendapat denda sebesar 1 ternak babi dan uang senilai ± Rp
250.000,-. Selain itu ada larangan untuk sistem pertanian dengan tebas tebang
bakar yang diterapkan di Desa Nenas dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini
dilakukan karena sudah banyak area hutan di sekitar desa yang terbuka. Menurut
masyarakat kondisi ini mengakibatkan desa bertambah panas dan masyarakat
mulai kesulitan air untuk pertanian ladang.
Sumber pendanaan adaptasi yang dilakukan masyarakat beragam, ada
yang berasal dari individu, swadaya masyarakat dan bantuan Pemerintah Daerah.
Apabila dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim cukup besar, adaptasi
yang dilakukan masyarakat adalah dengan meminta bantuan dari Pemerintah
Daerah. Adaptasi yang cukup berhasil yakni penanaman pohon yang dilakukan
dengan swadaya masyarakat.
40
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa fenomena perubahan iklim tidak dipahami oleh semua
masyarakat desa penelitian. Masyarakat menyadari bahwa musim (hujan dan
kemarau) sudah berubah, sehingga menyebabkan masyarakat kesulitan dalam
prediksi tanam. Fenomena perubahan iklim yang dirasakan masyarakat
mengakibatkan dampak negatif, baik secara langsung maupun turunan terhadap
sumberdaya alam dan kehidupan masyarakat. Dampak negatif tersebut antara lain
petani gagal menanam jagung, sawah rusak karena banjir, ladang terkena longsor,
produksi tanaman menurun, masyarakat mudah terkena penyakit, ternak mati
terkena penyakit, frekuensi melaut nelayan berkurang, dan pendapatan menurun.
Masyarakat secara langsung maupun tidak langsung sudah melakukan
adaptasi terhadap perubahan iklim, baik dengan dan tanpa adanya bantuan dari
pemerintah. Masyarakat mempunyai kemampuan beradaptasi dengan berbagai
cara seperti penyesuaian waktu tanam dan pola tanam, mencari alternatif sumber
penghasilan dari hutan maupun mengganti jenis tanaman, pembutan bangunan
teknis (sumur galian, rumah panggung, bak penampungan air, saluran irigasi)
serta penanaman pohon. Strategi adaptasi masyarakat pada umumnya dilakukan
dengan merespon dampak yang terjadi dan dirasakan. Mereka melakukan adaptasi
untuk menanggulangi dampak perubahan musim tidak menentu dalam jangka
panjang.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat diberikan beberapa
saran, sebagai berikut:
1. Informasi tentang iklim, cuaca, potensi dampak perubahan iklim di harapakan
dapat mencapai sampai ke desa-desa, sehingga masyarakat akan lebih siap
untuk mengurangi resiko akibat dari perubahan iklim tersebut.
41
2. Bantuan dari Pemerintah Daerah seperti bangunan fisik (irigasi dan bak air
bersih), penanaman pohon di lahan terbuka yang dapat mengatasi masalah
utama yakni kekurangan air untuk pertanian dan kebutuhan sehari-hari perlu
ditingkatkan dan dengan program berkelanjutan agar lebih efektif dalam
penanganan perubahan iklim yang terjadi.
42
DAFTAR PUSTAKA
Aldrian E., Karmini M., Budiman. 2011. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim
di Indonesia. Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara, Kedeputian
Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG). Jakarta.
Aliadi A., Affianto A., Hanif F., Sudarsono D., Dewi SU., Hidayat R., Syaf R.,
Taher M., Azis MA., Rustanto., Rifai M., Berliani H., Manurung T. 2008.
Perubahan Iklim, Hutan dan REDD: Peluang atau Tantangan?. CSO
Network on Forestry Governance and Climate Change, The Partnership for
Governance Reform. Bogor.
Ardia AW. 2005. Dampak Keragaman Iklim El Nino Southern Oscillation
(ENSO) Terhadap Pengeluaran Rumah Tangga Petani di Propinsi Sulawesi
Tengah [disertasi]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian.
Awang SA., Widayanti WT., Himmah B., Astuti, A., Septiana RM., Solehudin. Novenanto A. 2008. Panduan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Desa
Hutan (LMDH). Montpellier, France: French Agricultural Research Centre
for International Development (CIRAD), Bogor, Indonesia: Center for
International Forestry Research (CIFOR), dan Yogyakarta, Indonesia:
PKHR Fakultas Kehutanan UGM.
www.cifor.org/lpf/docs/Panduan%20Pemberdayaan%20LMDH.pdf [10
November 2011]
Ayres M., Karnosky D., Thompson I. 2009. Forest Responses and Vulnerabilities
to Recent Climate Change dalam Adaptation of Forests and People to
Climate Change (Risto Seppala, Alexander Buck, Pia Katila, editor).
IUFRO World Series Volume 22.
www.iufro.org/download/file/6584/5019/02_Chapter_pdf. [10 November
2011]
Bates DG. 2001. (second edition). Human Adaptive Strategies: Ecology, Culture,
and Politics. Allyn and Bacon. Massachusetts.
BMKG. 2010. Data Curah Hujan Bulanan Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Lasiana. Kupang.
Handoko I., Sugiharto Y., dan Syaukat Y. 2008. Keterkaitan Perubahan Iklim dan
Produksi Pangan Strategis: Telaah Kebijakan Independen dalan Bidang
Perdagangan dan Pembangunan. Seameo Biotrop. Bogor.
Hilman M. 2007. Rencana Aksi Nasional Dalam Menghadapi Perubahan Iklim.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.
Indartik, Djaenudin D., Ginoga KL. 2009. Faktor Penentu Keberhasilan
Implementasi Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan:
Studi Kasus Riau. Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 6 No. 2
Juni 2009: 83-98.
43
IPPC. 2007. Impact, adaptation and vulnerability. Contribution of Working
Group II to the Fourth Assessement Report of the Environmental Panel on
Climate Change (IPCC). Cambridge University Press, Cambridge, UK.
973 p.
Lietmann J. 2009. Berinvestasi untuk Indonesia yang lebih Berkelanjutan:
Analisa Lingkungan Indonesia. Seri CEA, Kawasan Asia Timur dan
Pasifik. Washington DC. Bank Dunia.
Locatelli B., Kannined M., Brockhaus M., Carol JP., Colfer., Murdiyarso D.,
Santoso H. 2009. Menghadapi masa depan yang tak pasti: Bagaimana
Hutan dan manusia beradaptasi terhadapa perubahan iklim. Prespektif
Kehutanan no. 5. CIFOR. Indonesia.
McCarthy JJ., Canziani OF., Leary NA., Dokken DJ., White KS. 2001. Climate
Change 2001: Impact, Adaptation and Vulnerability. Cambridge
University Press. Cambridge, UK.
McKay B. 2009. Radio: Sarana Petani Bertukar Strategi Adaptasi. Salam. Jakarta.
Peraturan Pemerintah nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan.
www.dephut.go.id/files/6_07.pdf. [10 November 2011]
Soebijoto H. Selasa, 3 November 2009. Perubahan Iklim Rugikan Masyarakat
Petani. Jakarta. Kompas.com.. www.kompas.com [8 Oktober 2011]
Suryatmojo H. 07 December 2006. Peran Hutan Sebagai Penyedia Jasa
Lingkungan.Yogyakarta.
http://www.ksdh.ugm.ac.id/admin/PERAN%20HUTAN-JASLING.pdf
[30 Desember 2011]
Susandi A., Herlianti I., Tamamadin M., Nurlela I. 2008. Dampak Perubahan
Iklim Terhadap Ketinggian Muka Laut Di Wilayah Banjarmasin. Jurnal
Ekonomi Lingkungan Vol.12/No.2/2008.
Sylviani dan Sakuntaladewi N. 2010. Dampak Perubahan Musim Dan Strategi
Adaptasi Pengelolaan Dan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional
Baluran. Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 7/No. 3/2010:
155-177
Yayasan Pelangi Indonesia. 2009. Perubahan Iklim. Save Our Climate.
www.pelangi.or.id. [30 Desember 2011]
44
LAMPIRAN
41
Lampiran 1 Kuesioner identitas responden
KUESIONER PENELITIAN
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI
MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DI KABUPATEN TIMOR
TENGAH SELATAN, NUSA TENGGARA TIMUR
No. Responden :
Tanggal :
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur : tahun
3. Jenis kelamin : L/P
4. Pendidikan terakhir :
5. Alamat :
6. Jumlah Anggota Keluarga: Jiwa
7. Mata Pencaharian Kepala Keluarga
Sifat Pekerjaan Bidang Pekerjaan * Jenis Pekerjaan **
Pokok
Sambilan
Keterangan : *) Misalnya : tani, buruh tani, pedagang, pegawai negeri (PNS), dll.
**) Misalnya : pertanian tanaman pangan, pertanian perkebunan,
berdagang barang konsumsi (kelontong), warung makan/kedai, dll.
42
Lampiran 2 Daftar pertanyaan kuesioner
II. DAFTAR PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN
1. Kalender musim dan dampak perubahan iklim
a. Apakah sudah ada perubahan musim hujan dan kemarau? Bagaimana
bentuk perubahan musim tersebut? hujan bgaimana & kemarau
bgaimana?
b. Apakah pernah terjadi Musim ekstrim (hujan sepanjang
tahun/kemarau panjang)? Jelaskan (bentuk musim ekstrin, tahun
berapa, dan berapa lama)?
c. Bagaimana dampak perubahan musim/musim ekstrim
1. Terhadap SDA/lingkungan (kualitas air, terhadap tanah,
terhadap tanaman/hutan, luas areal penggembalaan?
2. Terhadap sosial ekonomi dan penghidupan masyarakat
(pertanian, makanan ternak , pendapatan, kesehatan dsb)
d. Seberapa Besar dampak perubahan iklim terhadap sumberdaya alam
dan sosial ekonomi masyarakat?
e. Tanda-tanda alam seperti apa saja yang masih dipercaya masyarakat
dalam menentukan datangnya musim hujan?
2. Jenis strategi adaptasi
a. Jenis adaptasi yang dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim?
Alasannya kenapa?
b. Mengapa bentuk adaptasi tersebut yang dipilih?
c. Darimana biaya adaptasi? Individu/keluarga, desa, pemda?
43
II. DAFTAR PERTANYAAN UNTUK INSTANSI TERKAIT
1. Data Desa
a. Monografi desa.
b. Peta desa.
c. Tata guna lahan yang ada di desa (luas sawah, ladang dll).
d. Apa aturan/larangan yang diterapkan dalam pemanfaatan sumberdaya
alam?
e. Sumber daya alam apa saja yang berpotensi untuk meningkatkan
kehidupan masyarakat?
f. Data iklim desa.
44
Lampiran 3 Dokumentasi di lapangan
Gambar 1 Kondisi hutan desa dengan vegetasi hutan yang masih terjaga
dengan baik di Desa Nenas (1200 m-1400 m dpl).
Gambar 2 Kondisi Hutan Desa dengan vegetasi berupa semak dan pohon-pohon
duri di sekitar Desa Bena ( kurang dari 500 m dpl).
45
Gambar 3 Salah satu sungai di Desa Bena pada musim kemarau.
Gambar 4 Masyarakat sangat mengalami kesulitan dalam mengolah lahan
pertanian ketika musim kemarau.
46
Gambar 5 Upaya masyarakat dalam menanggulangi longsor dengan
kegiatan penanaman Kaliandra di Desa Nenas.
47
Lampiran 4 DATA HUJAN BULANAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
Lokasi : Kesetnana
Lintang : 09o 51' 35" LS
No. Stasiun : 471e
Bujur
: 124o 15' 30" BT
Ketinggian : 882 m dpl
Kecamatan : Mollo Selatan
Curah hujan dalam satuan milimeter (mm)
Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jumlah
2000 284 307 469 512 376 52 0 0 0 156 283 125 2564
2001 509 135 686 130 0 62 0 0 57 245 317 225 2366
2002 814 387 306 289 30 0 0 0 84 0 222 390 2522
2003 230 289 353 69 0 0 0 0 0 157 266 1166 2530
2004 101 158 101 161 28 37 25 0 7 27 202 147 994
2005 93 248 35 34 29 64 195 10 12 7 47 95 869
2006 274 415 166 42 82 10 5 68 0 14 212 489 1777
2007 235 399 436 99 25 243 0 0 0 105 137 457 2136
2008 595 593 651 40 0 0 0 0 0 0 699 645 3223
2009 180 215 172 301 154 0 0 10 2 0 220 343 1597
2010 202 270 156 331 305 56 57 57 98 247 427 558 2764
JUMLAH 3517 3416 3531 2008 1029 524 282 145 260 958 3032 4640 23342
RATAAN 320 311 321 183 94 48 26 13 24 87 276 422 2122
Ket: Data curah hujan Desa Nenas
47
0
Lampiran 5 DATA HUJAN BULANAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
Lokasi : Panite
Lintang :
No. Stasiun :
Bujur
:
Ketinggian : 60 meter dpl
Kecamatan : Amanuban Selatan
Curah hujan dalam satuan milimeter (mm)
Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jumlah
2000 239 115 105 246 972 0 0 0 0 0 255 104 2036
2001 209 181 173 51 0 0 0 0 0 49 662 257 1582
2002 137 140 108 54 75 0 0 0 0 0 0 85 599
2003 202 212 342 69 0 0 0 0 0 157 266 435 1683
2004 260 476 440 130 28 27 0 0 0 0 70 142 1573
2005 186 150 238 190 66 8 0 0 0 30 2 80 950
2006 211 151 218 134 48 0 0 0 0 0 85 220 1067
2007 145 278 380 231 200 123 0 0 0 0 0 344 1701
2008 210 251 222 13 0 17 10 0 0 0 127 203 1053
2009 50 23 104 24 0 4 0 0 0 0 9 128 342
2010 124 110 25 255 209 5 43 114 68 155 45 381 1534
JUMLAH 1973 2087 2355 1397 1598 184 53 114 68 391 1521 2379 14120
RATAAN 179 190 214 127 145 17 5 10 6 36 138 216 1284
Ket: Data Curah hujan Desa Bena
48