DAMPAK PERISTIWA PELEDAKAN BOM JW MARRIOTT …/Dampak... · dampak peristiwa peledakan bom jw...

84
DAMPAK PERISTIWA PELEDAKAN BOM JW MARRIOTT DAN RITZ-CARLTON TANGGAL 17 JULI 2009 PADA HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Kasus Pada Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : OKA SASTIAN YUDHANAGARA NIM. F. 0206018 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of DAMPAK PERISTIWA PELEDAKAN BOM JW MARRIOTT …/Dampak... · dampak peristiwa peledakan bom jw...

DAMPAK PERISTIWA PELEDAKAN BOM JW MARRIOTT

DAN RITZ-CARLTON TANGGAL 17 JULI 2009 PADA

HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

(Studi Kasus Pada Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia)

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

OKA SASTIAN YUDHANAGARA

NIM. F. 0206018

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

ABSTRAK

DAMPAK PERISTIWA PELEDAKAN BOM JW MARRIOTT DAN RITZ-

CARLTON TANGGAL 17 JULI 2009 PADA HARGA SAHAM DI BURSA EFEK

INDONESIA

(Studi Kasus Pada Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Oka Sastian Yudhanagara

F 0206018

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh dampak peristiwa peledakan bom

Jw Marriott dan Ritz-Carlton tanggal 17 juli 2009 pada harga saham di Bursa Efek

Indonesia. Penelitian ini menggunakan tiga hipotesis untuk mengkonstruksi model

dalam studi ini. Hipotesis tersebut yaitu adanya abnormal return yang diperoleh para

investor dengan adanya peristiwa peledakan bom (HA1), adanya perbedaan abnormal

return mean sebelum dan sesudah peristiwa (HA2), dan adanya perbedaan rata-rata

trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa (HA3).

Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang terdaftar dalam LQ 45 di Bursa

Efek Indonesia selama periode peristiwa. Pengambilan sampel menggunakan teknik

purposive sampling agar ukuran sampel yang diambil dapat mewakili seluruh populasi.

Selanjutnya dilakukan uji normalitas untuk memastikan bahwa data layak untuk

pengujian hipotesis. Untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan dilakukan

pengujian Paired Sample T-test.

Hasil pengujian yang dilakukan menjelaskan bahwa para investor memperoleh

abnormal return dengan adanya peristiwa peledakan bom. Hasil ini mendukung HA1.

Selain itu hasil pengujian yang dilakukan juga menjelaskan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan pada abnormal return mean dan rata-rata trading volume

activity sebelum dan sesudah peristiwa, sehingga HA2 dan HA3 tidak didukung. Hasil

pengujian ini memberikan pemahaman tentang upaya yang dapat dilakukan oleh

investor untuk memperoleh abnormal return yaitu dengan menjual saham di sesi

pertama perdagangan saham pada hari kedua setelah peristiwa peledakan bom. Dalam

pembahasannya juga dijelaskan implikasi secara teoritis, metodologis dan peluang

untuk penelitian lanjutan.

Kata kunci: abnormal return, trading volume activity, event study, dan peledakan

bom.

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

DAMPAK PERISTIWA PELEDAKAN BOM JW MARRIOTT DAN RITZ-

CARLTON TANGGAL 17 JULI 2009 PADA HARGA SAHAM DI BURSA EFEK

INDONESIA

(Studi Kasus Pada Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Surakarta, 5 April 2010

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing

Bambang Hadi Nugroho, SE, M.Si.

NIP. 195905081986011001

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen.

Surakarta, 3 Mei 2010

Tim Penguji Skripsi :

1. Dra. Endang Suhari, M.Si. sebagai Ketua Penguji

NIP. 196103171986012002

2. Bambang Hadi Nugroho, S.E., M.Si. sebagai Pembimbing

NIP. 195905081986011001

3. Deny Dwi Hartomo, S.E., M.Sc., sebagai Anggota Penguji

NIP. 198312102008121002

MOTTO

Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat

menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati suoaya

menetapi kesabaran. (Q.S. Al ‘ashr).

Bersemangatlah atas apa yang bermanfaat bagimu, minta tolonglah kepada

Allah, dan jangan merasa lemah. (H.R. Muslim).

Usahakanlah segala sesuatu dengan maksimal, sungguh takdir itu ada di

ujung usaha, hanya mereka yang lemah yang berhenti ketika berhadapan

dengan kegagalan, dan bagi mereka yang kuat kegagalan adalah sebuah

pengingat untuk terus berusaha. (Ustadz M. Izzudin Al-Hafidz)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan Penuh Perjuangan Dan Penuh Rasa Syukur

Akhirnya Karya Kecil Ini Berhasil Penulis Selesaikan.

Karya ini penulis persembahkan untuk :

Allah SWT sebagai penguasa segala sesuatu.

Suri Tauladanku Rasulullah Muhammad SAW.

Buat Seluruh Keluargaku Yang Ada Di Banjarnegara

(Bunda, Bapak (alm), Kakak-kakakku)

Dan

Buat Seluruh Keluarga Baruku Yang Ada Di FE UNS,

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan kemudahan-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul

“DAMPAK PERISTIWA PELEDAKAN BOM JW MARRIOTT DAN RITZ-

CARLTON TANGGAL 17 JULI 2009 PADA HARGA SAHAM DI BURSA EFEK

INDONESIA (Studi Kasus Pada Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia)“.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari

bantuan berbagai pihak, baik berupa moral maupun material. Oleh karena itu dengan

segala kerendahan hati penulis menyampaikan ungkapan terima kasih yang tulus

kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret.

2. Dra. Endang Suhari, M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

UNS dan Reza Rahardian, SE., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi UNS.

3. Bambang Hadinugroho, SE, M.Si., selaku pembimbing skripsi yang di sela–sela

kesibukannya telah memberikan bimbingan dan arahan sejak awal hingga akhir

penulisan skripsi ini.

4. Drs. Imam Mahdi selaku pembimbing akademik yang telah memberikan arahan

dan bantuan selama berada di Fakultas Ekonomi UNS selaku pembimbing

akademik

5. Drs. Lilik Dwi Sunardiyanto, M. Si, selaku pembimbing magang yang telah

memberikan bimbingan selama proses Kuliah Magang Manajerial

6. Bapak dan Ibu Staf pengajar Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan bimbingan

selama penulis menempuh studi.

7. Staff dan karyawan Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan kenyamanan dan

kemudahan selama penulis menempuh proses studi.

8. Teman-teman Manajemen angkatan 2006, yang telah memberikan bantuan,

semngat, dan doa.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan ke depan. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat kepada penulis dan semua yang membacanya.

Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu baik selama masa

perkuliahan maupun penyusunan skripsi ini semoga mendapatkan balasan dari Allah

SWT, amin……..

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 5 April 2010

Penulis

Oka Sastian Yudhanagara

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………….. i

ABSTRAK……………………………………………………………………………..... ii

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………………... iii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………….. iv

HALAMAN MOTTO…………………………………………………………………… v

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………………… vi

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………... vii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. x

DAFTAR TABEL……………………………………………………………………….. xi

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………. xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………. 1

B. Perumusan masalah……………………………………………………. 6

C. Tujuan Penelitian………………………………………………………. 6

D. Manfaat Penelitian……………………………………………………... 7

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka…………..…………………………………………... 8

1. Saham…………………………………………………………….... 8

2. Indeks Harga Saham………………………………………………. 12

3. Informasi di Pasar Modal dan Efisiensi Pasar…………………….. 14

4. Aktivitas Volume Perdagangan………………………………….... 17

5. Return dan Abnormal Return………………………….…………… 17

6. Event Study………...............................................………………… 18

B. Penelitian terdahulu……………………………………………………. 20

C. Kerangka Pemikiran……………………………………….…………… 23

D. Hipotesis……………………………………………………..………… 24

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………………….. 28

B. Metode Pengumpulan dan Sumber Data…..………………………….. 31

C. Alat Analisis Dan Metode Pengujian …………………………………. 32

BAB IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data………… 39

B. Pengujian Normalitas Data ………………………………….………… 47

C. Pengujian Hipotesis Penelitian ………………………………………… 49

D. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………………...… 58

BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan………………………………………………….……...…. 69

B. Keterbatasan Penelitian……………………………………………….. 71

C. Implikasi…………………………………………..………….…….…. 72

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..………… 73

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1 Dampak Pengeboman Terhadap Perekonomian Indonesia………….……….. 5

3.1 Periode Waktu Penelitian Di Bursa Efek Indonesia………………….……… 30

4.1 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 1 (Berdasarkan Perusahaan LQ 45)……… 40

4.2 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 1 (Berdasarkan Hari Pengamatan)……….. 41

4.3 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 2 (Berdasarkan Perusahaan LQ 45)........... 42

4.4 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 2 (Berdasarkan Hari Pengamatan)………. 43

4.5 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 3 (Berdasarkan Perusahaan LQ 45)……... 45

4.6 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 3 (Berdasarkan Hari Pengamatan)……… 46

4.7 Hasil Uji Normalitas Data Dengan Uji Kolmogorov – Smirnov

(Berdasarkan Perusahaan LQ 45)………………………………………….. 48

4.8 Hasil Uji Normalitas Data Dengan Uji Kolmogorov – Smirnov

(Berdasarkan Hari Pengamatan)……………………………………………. 48

4.9 Abnormal Return Mean (Berdasarkan Perusahaan LQ 45)………………… 51

4.10 Abnormal Return Mean (Berdasarkan Hari Pengamatan)………………….. 52

4.11 Hasil Uji Perbedaan Abnormal Return Mean 5 Hari Sesudah

Dan 5 Hari Sebelum Peristiwa (Berdasarkan Perusahaan LQ 45)………….. 54

4.12 Hasil Uji Perbedaan Abnormal Return Mean 5 Hari Sesudah

Dan 5 Hari Sebelum Peristiwa (Berdasarkan Hari Pengamatan)…………… 55

4.13 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Aktivitas Volume Perdagangan Di BEI

Sebelum Dan Sesudah Peristiwa (Berdasarkan Perusahaan LQ 45)….......... 56

4.14 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Aktivitas Volume Perdagangan Di BEI

Sebelum Dan Sesudah Peristiwa (Berdasarkan Hari Pengamatan)…………. 57

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1 Kerangka Pemikiran……………………………………………………....... 24

3.1 Periode Waktu Penelitian Di Bursa Efek Indonesia………………………. 30

4.1 Abnormal Return Mean (Berdasarkan Hari Pengamatan)………………… 53

4.2 Rata-Rata Aktivitas Volume Perdagangan Di BEI

(Berdasarkan Hari Pengamatan)………………………………………….. 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada masa sekarang ini setiap kegiatan ekonomi selalu diliputi oleh

ketidakpastian, demikian halnya dengan kegiatan investasi di pasar modal. Mengingat

pasar modal modal memiliki tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi dibandingkan

lembaga pendanaan lainnya, maka para investor memerlukan informasi yang dapat

diandalkan dan tepat waktu untuk mengurangi ketidakpastian tersebut.

Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dalam

pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan pemilihan

portofolio investasi yang paling menguntungkan dengan risiko tertentu. Informasi dapat

mengurangi ketidakpastian yang terjadi sehingga keputusan yang diambil diharapkan

akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan

akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan

informasi yang tersedia, maka kondisi pasar yang seperti ini disebut pasar efisien

(Jogiyanto, 2003).

Dalam pasar modal banyak sekali informasi yang dapat diperoleh, yaitu berupa

informasi tentang kondisi lingkungan mikro dan kondisi lingkungan makro. Kondisi

lingkungan mikro meliputi : kinerja perusahaan, pembagian dividend dan sebagainya.

Sedangkan lingkungan makro meliputi : keadaan politik, kondisi ekonomi, kebijakan

moneter dan sebagainya.

Di dalam lingkungan makro, kondisi politik suatu negara sangat mempengaruhi

investor untuk berinvestasi, semakin stabil kondisi politik dan keamanan suatu negara

serta perkembangan perekonomian yang dinamis maka investor akan tertarik

menanamkan modalnya termasuk membeli saham dan pada saatnya harga saham akan

cenderung mengalami kenaikan. Sebaliknya apabila keadaan keamanan dan politik serta

perekonomian tidak stabil, maka investor akan keluar dan akibatnya harga saham bisa

mengalami penurunan, seperti yang terjadi pada Jumat, 7 Juli 2009, pukul 07.45, dua

buah bom meledak dalam waktu yang hampir bersamaan di Hotel JW Marriott dan

Hotel Ritz-Carlton yang terletak berdekatan di kawasan bisnis Mega Kuningan, Jakarta.

Selain itu, dampak terjadinya peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-

Carlton adalah melemahnya nilai tukar rupiah sebesar 90 poin, dari Rp 10.890 per dolar

AS (16/7) menjadi Rp 10.180 per dolar AS (17/7), (Warta Ekonomi, 27 Juli 2009).

Melemahnya nilai tukar disebabkan oleh faktor sentimen negatif pelaku pasar dalam

menyikapi peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton dan faktor

regional. Hal ini disebabkan pasar modal yang merupakan suatu instrumen ekonomi

sangat mudah terpengaruh oleh peristiwa-peristiwa baik yang merupakan peristiwa

ekonomi maupun nonekonomi.

Peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton memiliki arti yang

sangat berbeda dengan peledakan yang lainnya karena kali ini yang menjadi sasaran

adalah dua hotel bintang lima bertaraf internasional yang biasa menjadi langganan para

pelaku bisnis asing dan juga pengeboman ini mengakibatkan batalnya ajang akbar yang

sangat dinantikan para penggemar sepak bola di Tanah Air, yaitu kedatangan klub sepak

bola kenamaan asal Inggris Manchester United untuk bertanding melawan tim nasional

Indonesia. Peristiwa peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton yang

terjadi pada tanggal 17 Juli 2009 di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton,

merupakan salah satu peristiwa politik besar yang berdampak secara langsung pada

kondisi ekonomi. Peristiwa peledakan bom yang terjadi pada tanggal 17 Juli 2009

mengakibatkan tewasnya 9 orang dan 55 orang luka-luka. Kondisi tersebut

memungkinkan investor mengurangi ataupun sama sekali tidak membeli saham di pasar

modal. Mereka khawatir bahwa keuntungan yang akan mereka terima nanti justru akan

berkurang atau justru tidak memperoleh keuntungan sama sekali (rugi). Hal ini seperti

dikemukakan oleh Mutamimah, Siyamtinah dan Nurhayatie (1998) bahwa adanya

peristiwa politik yang mengancam stabilitas suatu Negara, seperti pemilihan umum,

pergantian kepala negara, ataupun berbagai kerusuhan politik, cenderung mendapat

respon negatif dari para pelaku pasar.

Even Study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu

peristiwa. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu

peristiwa. Jika peristiwa mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi

pada waktu berita tentang peristiwa tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar

ditunjukkan dengan adanya perubahan harga menggunakan return dari sekuritas

bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan abnormal return kepada investor.

Sebaliknya, peristiwa yang tidak mengandung informasi tidak akan memberikan

abnormal return kepada investor (Jogiyanto, 2000).

Penelitian yang dilakukan oleh Mansur, Cochran dan Froiro (1989) mengenai

reaksi pasar modal pada saham-saham perusahaan penerbangan Amerika Serikat

terhadap event pelarangan terbang (grounding) pesawat-pesawat DC-10. Penelitian

dilakukan dengan menggunakan event period selama 30 hari bursa dengan event date

pada tanggal 6 Juni 1979 (tanggal pengumuman grounding). Hasilnya adalah saham-

saham perusahaan penerbangan yang menggunakan pesawat-pesawat DC-10 di News

York Stock Exchange dengan cepat mencerminkan informasi buruk tersebut (return

pemilik saham menjadi turun akibat event tersebut).

Selain itu, event study lain yang tidak terkait langsung dengan aktivitas ekonomi

adalah event study mengenai reaksi pasar modal Amerika Serikat (New York Stock

Exchange) terhadap bocornya reaktor nuklir di Chernobyl, Uni Sovyet yang dilakukan

oleh Kalra, Henderson Jr., dan Raines (1993). Mereka menemukan reaksi harga yang

negatif (karena event-nya tergolong bad news) terhadap peristiwa itu pada saham

perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang listed di NYSE yang menggunakan

sumber tenaga nuklir dalam proses produksinya.

Berdasarkan data dampak pengeboman terhadap perekonomian dari Badan Pusat

Statistik (BPS), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan Citibank,

tampaknya kepercayaan dan ekspektasi masyarakat dan investor terhadap

perekonomian Indonesia menunjukkan tren positif atau semakin kuat terhadap ancaman

bom dan terorisme.

TABEL 1.1

DAMPAK PENGEBOMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA No. Bom Tanggal Korban

Jiwa Pertumbuhan Ekonomi*

Investasi (PMA dan PMDN)**

IHSG (%)***

Nilai Tukar

(%)***

Recovery (hari)

IHSG***

Recovery (hari)

Rupiah*** 1. Bom BEJ 12/10/2000 15 korban

jiwa 4,92% (2000) 4% (2001)

PMA -64% PMDN -96%

-1.98 -2.2 206 2

2. Bom Bali 2002

12/10/2002 203 orang tewas

4% (2001) 3.5% (2002)

PMA -+77% PMDN -2%

-10.38 -3.7 24 38

3. Bom JW Marriott

5/8/2003 12 orang tewas 150 orang luka

3.5% (2002) 4.1% (2003)

PMA --16% PMDN +26%

-3.06 -1.5 3 14

4. Bom Kedubes Australia

9/9/2004 9 orang tewas

4.1% (2003) 5.13% (2004)

PMA -+95% PMDN +99%

-0.82 0 2 -

5. Bom Bali II 1/10/2005 23 orang tewas

5.13% (2004) 5.6% (2005)

PMA -33% PMDN -33%

0.38 0 - -

*Data diolah dari BPS **Data diolah dari BKPM ***Citibank

Berdasarkan kondisi dan alasan tersebut, peneliti berupaya melakukan penelitian

event study mengenai “Dampak Peristiwa Peledakan Bom Jw Marriott Dan Ritz-

Carlton Tanggal 17 Juli 2009 Pada Harga Saham di Bursa Efek Indonesia”.

Penelitian ini mencoba menguji kandungan informasi dari suatu peristiwa keamanan

dan politik terhadap aktivitas di pasar modal, khususnya di Bursa Efek, atau dengan

kata lain hendak mengamati reaksi pasar modal terhadap event berupa peristiwa

keamanan dan politik berskala nasional.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi pokok permasalahan dalam

penelitian ini adalah :

1. Apakah para investor memperoleh

abnormal return dengan adanya peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan

Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009?

2. Apakah ada perbedaan antara abnormal

return mean di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa peledakan

bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009?

3. Apakah ada perbedaan antara rata-rata

aktivitas volume perdagangan di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah

peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli

2009?

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ada tidaknya abnormal

return yang diperoleh para investor dengan adanya peristiwa peledakan bom Hotel

JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

abnormal return mean di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa

peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

rata-rata aktivitas volume perdagangan di Bursa Efek Indonesia sebelum dan

sesudah peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal

17 Juli 2009.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak,

antara lain :

1. Kalangan akademis dan dunia penelitian.

Menambah referensi dan meningkatkan pemahaman mengenai penelitian event

study khususnya yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap pasar modal di

Indonesia

2. Pemerintah.

Menyajikan suatu pemikiran terhadap pemerintah khususnya kebijaksanaan-

kebijksanaan yang akan diambil yang mempunyai pengaruh negatif terhadap indeks

harga saham secara umum.

3. Kalangan investor individu atau

perusahaan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan ataupun pricing strategy

kepada para investor dalam melakukan investasi di suatu negara tertentu sehingga

investor akan lebih berhati-hati dalam mengambil kebijakan investasi mereka.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Saham

a) Pengertian Saham

Saham merupakan tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan

usaha dalam suatu perusahaan. Menurut Widoadmojo (1996: 43), selembar

saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa kertas tersebut adalah

pemilik (berapapun porsinya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas

tersebut, sesuai investor untuk memiliki saham yaitu kemampuannya

memberikan keuntungan yang berupa dividend dan capital gain.

b) Jenis-jenis Saham

Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham

(stock). Saham dapat dibedakan dalam beberapa jenis (Jogiyanto, 2000: 67) :

1) Saham preferen : merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan

antara obligasi dan saham biasa seperti bond yang membayarkan bunga atas

pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa dividen

preferen.

Beberapa karakteristik saham preferen adalah sebagai berikut :

a. Hak preferen terhadap dividen, adalah hak untuk menerima dividen

terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa.

b. Hak preferen pada waktu likuidasi, adalah hak saham preferen untuk

mendapatkan terlebih dahulu aktiva perusahaan dibandingkan dengan

saham biasa pada saat terjadi likuidasi.

Macam-macam preferen adalah :

a. Convertible preferred stock, adalah untuk

menarik minat investor yang menyukai saham biasa, beberapa saham

preferen menambah bentuk di alamnya yang memungkinkan

pemegangnya untuk menukar saham ini dengan saham biasa dengan

rasio penukaran yang sudah ditentukan.

b. Callable preferred stock, adalah

memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli

kembali saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu di masa

mendatang dengan nilai yang tertentu. Harga tebusan ini biasanya lebih

tinggi dari nominal sahamnya.

c. Floating atau adjustable-rate preferred stock, adalah tidak membayar

dividen secara tetap, tetapi tingkat dividen yang dibayar tergantung dari

tingkat return dari sekuritas treasury bill. Saham preferen ini cukup

popular sebagai investasi jangka pendek untuk investor yang

mempunyai kelebihan kas.

2) Saham biasa : jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja,

saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang

saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen

untuk menjalankan operasi perusahaan. Setiap pemegang saham

memperoleh sertifikat sebagai tanda pemilikian pada perusahaan. Pada

setiap sertifikat saham tercantum nama, alamat dan hak suara pemegang

saham. Sebagai suatu sura berharga mengandung perikatan hukum formal;

yang setiap penerbitnya dijamin oleh Undang-Undang. Untuk Indonesia

berupa Undang-Undang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Pasar Modal,

beserta aturan pelaksanaannya.

Beberap hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa adalah :

a. Hak kontrol, adalah hak pemegang saham biasa untuk memilih pimpinan

perusahaan.

b. Hak menerima pembagian keuntungan, adalah hak pemegang saham

biasa untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan.

c. Hak preemptive, adalah hak untuk mendapatkan persentase kepemilikan

yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham

untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham dan

melindungi harga saham lama dari kemelorotan nilai.

3) Saham treasury : saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan

dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan

sebagai treasury yang nantinya dapat dijual kembali.

c) Harga Saham

Semakin tinggi harga saham berarti semakin tinggi pula kekayaan

pemegang saham. Harga saham dapat dibedakan menjadi beberapa macam

(Widoadmojo, 1996 : 45), yaitu :

1) Harga nominal : merupakan nillai yang ditetapkan oleh emiten, untuk

menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya.

2) Harga perdana : merupakan harga sebelum saham tersebut dicatatkan di

bursa efek, setelah bernegosiasi dengan penjamin emisi (underwriter), akan

dijual kepada masayarakat. Setelah itu penjamin emisi segera membuka

counter untuk melakukan penjuaan saham emiten.

3) Harga pasar : adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang

lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatat di bursa baik bursa

utama maupun OTC. Dalam transaksi ini tidak lagi melibatklan emiten dan

penjamin emisi.

2. Indeks Harga Saham

a) Pengertian Indeks Harga Saham

Pengambilan keputusan membutuhkan data historis mengenai berbagai

kejadian di masa yang lalu. Keputusan investor memilih suatu saham sebagai

obyek investasinya membutuhkan data historis terhadap pergerakan saham yang

beredar di bursa, baik secara individual, kelompok, maupun gabungan.

Mengingat transaksi investor saham terjadi pada setiap saham dengan variasi

permasalahan yang sangat rumit dan berbeda-beda, pergerakan harga saham

memerlukan identifikasi dan penyajian informasi yang bersifat spesifik. Ribuan

kejadian dan fakta historis tersebut harus dapat disajikan dengan sistem tertentu

agar dapat menghasilkan suatu informasi yang sederhana, konsisten dan mudah

ditafsirkan oleh para pelaku pasar modal. Informasi yang sederhana namun dapat

mewakili suatu kondisi tertentu akan mewujudkan peta permasalahan yang

disimbolkan oleh tanda-tanda angka ataupun peristilahan tertentu. Berdasarkan

peta permasalahan inilah para investor dapat membayangkan maupun

memprediksi situasi yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Sistem pemetaan kejadian historis tersebut menyangkut sejumlah fakta

maupun besaran tertentu yang menggambarkan perubahan-perubahan harga

saham di masa lalu. Bentuk informasi historis yang dipandang tepat untuk

menggambarkan pergerakan harga saham di masa lalu adalah suatu indeks harga

saham yang memberikan diskripsi harga-harga saham pada suatu saat tertentu

maupun dalam periodisasi terentu pula. Indeks harga saham tersebut merupakan

catatan terhadap perubahan-perubahan maupun pergerakan harga saham sejak

mulai pertama kali beredar sampai pada suatu saat tertentu (Sunariyah,

2000:124).

Metodologi pencatatan dan penyajian informasi berdasarkan angka indeks

tersebut dapat dikembangkan dengan berbagai variasi, sesuai dengan tujuannya

masing-masing. Oleh karena itu dikenal indeks harga saham sejenis, indeks

harga saham individual, indeks harga saham gabungan dan lain-lainnya.

Berbagai penyajian informasi indeks tersebut bersifat spesifik agar investor

dapat memanfaatkannya dalam strategi investasi di bursa saham.

b) Jenis-jenis Indeks Harga Saham.

Indeks harga saham mempunyai variasi bentuk yang berbeda-beda sesuai

dengan tujuan penyajiannya, yaitu : (Sunariyah, 2000:125).

1) Indeks harga saham individual, menggambarkan suatu rangkaian informasi

historis mengenai pergerakan harga saham, sampai pada tanggal tertentu.

Biasanya pergerakan harga saham disajikan tiap hari, berdasarkan harga

penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk

periode tertentu, yang dalam hal ini mencerminkan suatu nilai yang

berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham di bursa efek.

2) Indeks harga saham gabungan, menggambarkan suatu rangkaian informasi

historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai pada tanggal

tertentu. Biasanya pergerakan harga saham tersebut disajikan setiap hari,

berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut

disajikan untuk periode tertentu. Indeks harga saham gabungan

mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu

saham gabungan di bursa efek. Maksud dari gabungan itu sendiri adalah

kinerja saham yang tercatat di bursa tersebut.

3. Informasi di Pasar Modal dan Efisiensi Pasar

Informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan relevan

mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengarui harga efek pada

bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang

berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut (Undang-Undang Pasar Modal

No. 8 Tahun 1995). Sedangkan Beaver (1989), mendefiniskan informasi sebagai

suatu perubahan ekspaktasian tentang hasil suatu peristiwa.

Kecepatan reaksi antara suatu kejadian dengan pengaruhnya terhadap harga

saham di bursa tergantung pada kekuatan efisiensi suatu bursa. Semakin efisien

suatu pasar, maka semakin cepat pula informasi tersebut terefleksi dalam harga

saham (Suryawijaya dan Setiawan, 1998). Efisiensi pasar merupakan hubungan

antara harga-harga sekuritas dengan informasi dan suatu pasar sekuritas dikatakan

efisien jika harga-harga sekuritas menceerminkan secara penuh informasi yang

tersedia di pasar (Fama, 1991).

West dalam Husnan (1994) membedakan pasar modal efisien menjadi 2

bentuk, yaitu internal efficiency dan external efficiency, yaitu :

a) Internal efficiency adalah pasar modal yang diorganisir dengan baik, di mana

harga-harga sekuritas tidak hanya mencerminkan tingkat harga yang benar,

tetapi juga meyediakan berbagai jasa yang diperlukan oleh pembeli dan penjual

dengan biaya serendah mungkin.

b) External efficiency adalah pasar modal yang berada dalam keadaan

kesinambungan, sehingga keputusan perdagangan saham yang berdasarkan

arus informasi yang tersedia di pasar tidak memberikan tingkat expected return

di tingkat expected equilibrium return.

Efisiensi eksternal ini sesuai dengan pengertian efisiensi mikro pasar modal,

yaitu suatu kondisi seberapa jauh pasar modal efisien secara informasional.

Kondisi-kodisi yang harus dipenuhi dalam pasar modal efisien, antara lain

tidak ada biaya transaksi dalam perdagangan sekuritas, semua informasi tersedia

secara gratis bagi semua partisipan pasar, tersedia banyak pembeli dan penjual yang

siap mengakses informasi, serta tidak ada kerjasama antar penawar dalam

melakukan transaksi tersebut.

Berdasarkan jenis informasi yang digunakan Fama (dalam Elton dan Gruner,

1995) mendefinisikan 3 (tiga) bentuk efisiensi pasar modal yaitu :

a) Weak-form efficiency (efisiensi bentuk lemah), yaitu suatu keadaan di mana

harga-harga mencerminkan semua informasi yang ada pada catatan di waktu

yang lalu. Dalam kondisi ini, harga yang terjadi adalah harga yang wajar dan

tidak ada seseorang pemodal atau sekelompok pemodal yang dapat

memperoleh keuntungan di atas normal (abnormal return).

b) Semi-form efficiency (efisiensi bentuk setengah kuat), yaitu suatu kondisi di

mana harga-harga yang terjadi tidak hanya mencerminkan harga-harga di

waktu yang lalu, tetapi juga mencerminkan semua informasi yang

dipublikasikan. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa pengumuman

earning dan pengumuman dividend, pemecahan saham, merger dan

sebagainya. Dalam kondisi ini, harga yang terjadi adalah harga wajar dan tidak

ada seseorang pemodal atau sekelompok pemodal yang dapat memperoleh

keuntungan di atas normal (abnormal return), karena dalam kondisi efisien,

semua pemodal mampu mengakses informasi secara cepat dan benar. Untuk

mengetahui apakah pasar modal berada dalam bentuk setengah kuat, maka

perlu dicari abnormal return.

c) Strong-form efficiency (efisiensi bentuk kuat), yaitu harga saham tidak hanya

mencerminkan informasi yang dipublikasikan, akan tetapi juga mencerminkan

informasi yang tidak dipublikasikan, yang dikenal dengan insider information.

Disebut insider information karena yang mempunyai informasi tersebut adalah

pihak yang ada dalam perusahaan. Pasar modal dapat menjadi efisien secara

informasional, apabila benar-benar pendukungnya tersedia. Foster (1986)

menjelaskan beberapa faktor yang dapat menentukan agar pasar modal efisien

bisa dicapai, antara lain tingkat persaingan, kualitas dan kuantitas informasi

yang diterbitkan oleh emiten/ perusahaan.

4. Aktivitas Volume Perdagangan.

Aktivitas volume perdagangan merupakan suatu instrument yang dapat

digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter

pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar. Ditinjau dari fungsinya, maka

dapat dikatakan bahwa aktivitas volume perdagangan merupakan suatu variasi dari

event study. Perbedaan dari keduanya adalah pada parameter yang digunakan untuk

mengukur reaksi pasar terhadap suatu event. Perubahan volume perdagangan di

pasar modal menunjukkan aktivitas perdagangan saham di bursa dan

mencerminkan keputusan investasi investor.

Penelitian yang dilakukan Asri dan Setiawan (1998), menguji reaksi pasar

terhadap peristiwa 27 Juli. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terjadi

perbedaaan yang signifikan antara rata-rata volume perdagangan saham sebelum

dan sesudah peristiwa.

5. Return dan Abnormal Return.

Return merupakan hasil yang diperoleh dari Investasi. Return dapat berupa

return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi

yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi merupakan

return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return

realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari

perusahaan. Return historis ini juga penting sebagai dasar penentuan return yang

diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan

return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.

Abnormal return (return tidak normal) atau excess return merupakan

kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return

normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor).

Dengan demikian abnormal return adalah selisih antara retur sesungguhanya yang

terjadi dengan return ekspektasi (Joguiyanto, 2000:415). Abnormal return dicari

dengan menggunakan model indeks tunggal. Model indeks tunggal didasarkan pada

pengamatan bahwa harga dari sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga

pasar (Jogiyanto, 2000:203). Secara khusus dapat diamati bahwa kebanyakan

saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik.

6. Event Study

Event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu

peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman (Jogiyanto,

2000). Jika pengumuman mengandung informasi, maka pasar diharapkan akan

bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima pasar. Reaksi pasar

ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini

dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau

dengan menggunakan abnormal return.

Event study merupakan investigasi empiris terhadap hubungan antar harga

sekuritas dan peristiwa ekonomi (Strong dalam Barbara, 2001). Sedangkan

pendapat lain mengatakan bahwa event study adalah penyelidikan empiris terhadap

hubungan antara harga-harga sekuritas dengan kejadian-kejadian ekonomi (Brown

dan Warner, 1985:3).

Event study bertujuan untuk mengukur hubungan antara suatu peristiwa yang

mempengaruhi surat berharga dan return dari surat berharga tersebut (Kritzman,

1994:17) dan menaksir apakah ada abnormal atau excess return earned yang

diperoleh pemegang saham dari adanya peristiwa tertentu, seperti pengumuman

laba, pengumuman merger, stock split (Peterson, 1989:6).

Event study mempunyai sejarah yang panjang. Penelitian tentang event study

telah diaplikasikan pada berbagai peristiwa, seperti merger dan akusisi,

pengumuman laba, masalah utang atau modal baru, dan pengumuman variabel-

variabel makro ekonomi sepeti defisit perdagangan (MacKinlay, 1997:13).

Penelitian ini menggunakan peristiwa pemecahan saham pertama kali dilakukan

oleh Fama, Fischer, Jensen dan Moll (1969) yang meneliti 940 pemecahan saham

yang terdaftar di New York Stock Exchange pada periode antara 1927-1959, hasil

penelitian menunjukkan bahwa ada abnormal return pada periode sebelum

pengumuman pemecahan saham, namun tidak ditemukan abnormal return pada

hari pengumuman dan periode setelah pengumuman.

Walaupun event study memiliki jangkauan yang luas, namun sebagian besar

dari penelitan-penelitian yang ada hanya meneliti hubungan antara harga saham

dengan peristiwa ekonomi, baru pada sekitar dua dekade terakhir ini banyak

dilakukan event study terhadap peristiwa-peristiwa di luar masalah-masalah

ekonomi.

Seiring dengan perkembangan pasar modal, penelitian event study yang

mengambil peristiwa selain pemecahan saham, pengumuman dividen, merger dan

akusisi, dan perubahan Undang-Undang perpajakan atau peristiwa-peristiwa

ekonomi lainnya, telah pula dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tentang

event study yang mengambil peristiwa di luar masalah ekonomi telah dilakukan

beberapa peneliti mengenai masalah politik dan masalah lingkungan yang pernah

terjadi baik di dalam maupun di luar negeri.

B. PENELITIAN TERDAHULU

Seiring dengan perkembangan pasar modal, penelitian event study yang

mengambil peristiwa di luar masalah ekonomi telah dilakukan oleh beberapa peneliti,

seperti penelitian yang dilakukan oleh Mansur, Cochran dan Froiro (1989) mengenai

reaksi pasar modal pada saham-saham perusahaan penerbangan Amerika Serikat

terhadap event pelarangan terbang (grounding) pesawat-pesawat DC-10. Penelitian

dilakukan dengan menggunakan event period selama 30 hari bursa dengan event date

pada tanggal 6 Juni 1979 (tanggal pengumuman grounding). Hasilnya adalah saham-

saham perusahaan penerbangan yang menggunakan pesawat-pesawat DC-10 di News

York Stock Exchange dengan cepat mencerminkan informasi buruk tersebut (return

pemilik saham menjadi turun akibat event tersebut).

Selain itu, event study lain yang tidak terkait langsung dengan aktivitas ekonomi

adalah event study mengenai reaksi pasar modal Amerika Serikat (New York Stock

Exchange) terhadap bocornya reaktor nuklir di Chernobyl, Uni Sovyet yang dilakukan

oleh Kalra, Henderson Jr., dan Raines (1993). Mereka menemukan reaksi harga yang

negatif (karena event-nya tergolong bad news) terhadap peristiwa itu pada saham

perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang listed di NYSE yang menggunakan

sumber tenaga nuklir dalam proses produksinya.

Suryawijaya (1996), dalam jurnalnya di Kelola No. 11 Edisi VII Tahun 1996

menulis dengan judul U.S. Multinasional Stock Price Reaction to host Country’s

Govermnetal Change: The Case of Prima Minister Takashita’s Resignation

menyimpulkan bahwa abnormal return negatif terjadi tujuh hari setelah peristiwa itu.

Event yang dipilih adalah pengumuman rencana pengunduran diri Perdana Menteri

Jepang, Noburu Tajeshita, yang diberitakan oleh Wall Street Journal pada tanggal 25

April 1989. Studi ini melibatkan 62 perusahaan multinasional Amerika Serikat yang

mempunyai subsidiary di Jepang pada saat berita tersebut diumumkan. Namun, pada

aktivitas harian perusahaan Internasional mempunyai dampak positif pada kumulatif

abnormal return.

Suryawijaya dan Setiawan (1998), dalam jurnalnya di Kelola No. 18/VII/1998,

menulis dengan judul Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam

Negeri (Even Study pada Peristiwa 27 Juli 1996) menyimpulkan bahwa pasar modal

Indonesia (dalam hal ini Bursa Efek Jakarta) bereaksi terhadap peristiwa di luar

kegiatan ekonomi yang memiliki skala nasional. Peristiwa 27 Juli 1996 yang merupakan

peristiwa murni politik dipandang para pelaku pasar memiliki dampak ekonomis, yang

sebelumnya sama sekali tidak diduga oleh pelaku pasar. Reaksi negatif terjadi secara

spontan pada event date.

Soebagiyo dan Prasetyowati (2003), meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi

Indeks Harga Saham di Indonesia. Hasil penelitian tersebut jika terjadi perubahan setiap

variabel yaitu inflasi, suku bunga, kurs valuta asing, jumlah uang beredar, indeks harga

saham gabungan bulan sebelumnya sebesar satu persen, maka indeks harga saham

gabungan akan cenderung berubah positif, hal ini karena arah parameter nilai

penyesuaian positif kurang dari 1 (satu).

Selain penelitian di atas terdapat penelitian lain mengenai event study yang

meliputi tentang hubungan event study dengan pasar modal yakni penelitian yang

dilakukan oleh Cahyani Handadari (2004) tentang peristiwa peledakan bom Bali tanggal

12 Oktober 2002. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi reaksi harga

saham yang negatif sebagai akibat dari event tersebut.

Haryono (2005) menganalisa Reaksi Harga Saham di Bursa Efek Jakarta terhadap

peristiwa Bencana Tsunami Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara

tanggal 26 Desember 2004. Dengan menggunakan sampel saham yang termasuk

kategori LQ45. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa tidak ada perbedaan harga

saham yang signifikan antara sebelum dan sesudah peristiwa. Namun, terdapat

perbedaan trading volume activity, yaitu TVA saham sebelum peristiwa lebih kecil dari

pada sesudah peristiwa.

Sasono (2005), meneliti Reaksi Harga Saham di Bursa Efek Jakarta dengan

adanya Peristiwa Pemilihan Presiden Tahun 2004. Hasil dengan sampel 45 saham

perusahaan yang diambil dari 9 sektor industri/ ekonomi. Hasil penelitian tersebut

membuktikan tidak adanya abnormal return saham dan trading volume activity yang

signifikan selama periode sebelum peristiwa yaitu pada pekan -5 serta selama periode

sesudah peristiwa yaitu pada pekan +5.

Pada penelitian tersebut di atas, para peneliti ingin mengetahui pengaruh beberapa

variabel internal dan eksternal perusahaan terhadap harga dan pendapatan saham. Hasil

penelitian sebagian besar menyimpulkan variabel-variabel internal mempunyai

pengaruh dominan walaupun obyek dan periode penelitiannya berbeda.

C. KERANGKA PEMIKIRAN.

Untuk mempermudah arah dari penyusunan penelitian ini serta mempermudah

dalam penganalisaan masalah yang dihadapi, maka diperlukan suatu kerangka

pemikiran yang akan memberikan gambaran tahap-tahap penelitian untuk mencapai

suatu kesimpulan. Sekaran (dalam Sugiyono, 2004:47) mengemukakan bahwa kerangka

berpikir merupakan model konseptual tentang teori berhubungan dengan berbagai faktor

yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka pemikiran yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

GAMBAR 2.1

KERANGKA PEMIKIRAN

Sebelum

Peristiwa

PERISTIWA

PELEDAKAN BOM JW

MARRIOTT DAN RITZ-

CARLTON TANGGAL 17

JULI 2009

Sesudah

Peristiwa

Abnormal

Return

Perbedaan

Volume

Perdagangan

D. HIPOTESIS

1. Hubungan antara Peristiwa Penting Nasional dengan Abnormal Return.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa peristiwa penting nasional

mempengaruhi abnormal return. Penelitian yang dilakukan oleh Mansur, Cochran

dan Froiro (1989) mengenai reaksi pasar modal pada saham-saham perusahaan

penerbangan Amerika Serikat terhadap event pelarangan terbang (grounding)

pesawat-pesawat DC-10 dan didapatkan hasil bahwa saham-saham perusahaan

penerbangan yang menggunakan pesawat-pesawat DC-10 di News York Stock

Exchange dengan cepat mencerminkan informasi buruk tersebut (return pemilik

saham menjadi turun akibat event tersebut). Suryawijaya dan Setiawan (1998),

dalam jurnalnya di Kelola No. 18/VII/1998, menulis dengan judul Reaksi Pasar

Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri (Even Study pada

Peristiwa 27 Juli 1996) menyimpulkan bahwa pasar modal Indonesia (dalam hal ini

Bursa Efek Jakarta) bereaksi terhadap peristiwa di luar kegiatan ekonomi yang

memiliki skala nasional. Peristiwa 27 Juli 1996 yang merupakan peristiwa murni

politik dipandang para pelaku pasar memiliki dampak ekonomis, yang sebelumnya

sama sekali tidak diduga oleh pelaku pasar. Reaksi negatif terjadi secara spontan

pada event date. Mengadaptasi dari penelitian-penelitian tersebut, maka dapat

diajukan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis 1: Para investor memperoleh abnormal return dengan adanya peristiwa

peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17

Juli 2009.

2. Hubungan antara Peristiwa Penting Nasional dengan Abnormal Return Mean.

Bukti penelitian yang menggambarkan hubungan antara peristiwa penting

nasional dengan abnormal return mean. Contohnya, Penelitian yang dilakukan

Suryawijaya dan Setiawan (1998), dalam jurnalnya di Kelola No. 18/VII/1998, menulis

dengan judul Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri (Even

Study pada Peristiwa 27 Juli 1996) menyimpulkan bahwa pasar modal Indonesia (dalam

hal ini Bursa Efek Jakarta) bereaksi terhadap peristiwa di luar kegiatan ekonomi yang

memiliki skala nasional. Peristiwa 27 Juli 1996 yang merupakan peristiwa murni politik

dipandang para pelaku pasar memiliki dampak ekonomis, yang sebelumnya sama sekali

tidak diduga oleh pelaku pasar. Dari hasil analisa uji beda dua rata-rata yang dilakukan,

tampak bahwa variabel harga saham (yang dicerminkan oleh rata-rata return yang

diterima oleh investor) secara cepat menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi,

sehingga secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar rata-rata return

sebelum dan sesudah peristiwa. Selain itu, Haryono (2005) membuktikan bahwa tidak ada

perbedaan harga saham yang signifikan antara sebelum dan sesudah peristiwa Bencana

Tsunami Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara tanggal 26 Desember

2004.Maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis 2: Terdapat perbedaan abnormal return mean sebelum dan sesudah

peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton

tanggal 17 Juli 2009.

3. Hubungan antara Peristiwa Penting Nasional dengan rata-rata aktivitas volume

perdagangan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Morse (1981) yang menggunakan

penghitungan selisih antara actual trading volume dengan expected trading volume

(dengan single index market) untuk melihat adanya abnormal trading volume akibat event

pengumuman laba perusahaan (laporan keuangan), serta Abdelsalam dan Safin (1991)

yang menggunakan TVA untuk menguji efisiensi pasar bentuk lemah di pasar modal Arab

Saudi. Di Indonesia, Haryono (2005) membuktikan terdapat perbedaan trading volume

activity, yaitu TVA saham sebelum peristiwa lebih kecil dari pada sesudah persitiwa.

Mengadaptasi dari penelitian-penelitian tersebut, maka dapat diajukan hipotesis sebagai

berikut:

Hipotesis 3: Terdapat perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan di Bursa

Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa peledakan bom Hotel

JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. RUANG LINGKUP PENELITIAN

a) Peristiwa yang Diteliti

Penelitian mengenai reaksi harga saham Bursa Efek Indonesia terhadap

peristiwa peledakan bom di Indonesia merupakan penelitian event study. Event

study adalah suatu pengamatan mengenai pergerakan harga saham di pasar modal

untuk mengetahui apakah ada abnormal return yang diperoleh pemegang saham

akibat dari suatu peristiwa tertentu (Peterson dan Suyatno, 2001). Penelitian event

study dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui reaksi pasar terhadap suatu

event (kejadian), yaitu peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-

Carlton di Indonesia tanggal 17 Juli 2009.

Kriteria utama pemilihan peristiwa yang diteliti adalah peristiwa dalam negeri

yang diduga berpengaruh terhadap perdagangan di pasar modal. Peristiwa

peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton di Indonesia merupakan

salah satu peristiwa yang diduga berpengaruh terhadap perdagangan di pasar

modal. Alasan dipilihnya peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel

Ritz-Carlton di Indonesia tanggal 17 Juli 2009 adalah karena peristiwa tersebut

merupakan :

1) Peritiwa dalam negeri yang menjadi pusat perhatian nasional bahkan dunia

internasional.

2) Peristiwa ini terjadi setelah pengumuman hasil Pemilu Presiden dan wakil

Presiden 2009.

3) Peristiwa peledakan bom ini menyerang dua hotel bintang lima bertaraf

internasional yang menjadi langganan para pelaku bisnis asing. Bahkan,

pengeboman ini mengakibatkan batalnya kedatangan klub sepak bola

Manchester United yang akan bertanding melawan tim nasional Indonesia.

b) Periode pengamatan

Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 hari sebelum

peristiwa (10 Juli 2009 – 16 Juli 2009), 1 hari tanggal peristiwa (17 Juli 2009) dan

5 hari setelah peristiwa (21 Juli 2009 – 27 Juli 2009). Pendekatan yang digunakan

dalam menganalisis abnormal return pada penelitian ini menggunakan Model

Disesuaikan Pasar (Market-Adjusted model). Model ini menganggap bahwa

penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah indeks pasar

pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunkan

periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang

diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar (Jogiyanto, 2003, p. 445). Maka

periode waktu yang digunakan adalah:

GAMBAR 3.1

T-5 T0 T+5

PERIODE WAKTU PENELITIAN DI BURSA EFEK INDONESIA

c) Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh saham biasa yang listed di Bursa

Efek Indonesia bulan Juli 2009. Jumlah emiten yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia hingga Juli 2009 adalah 406 perusahaan.

Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam pengambilan

sampelnya, yaitu pengambilan sampel dari suatu populasi dengan tujuan tertentu

(Emory & Cooper, 1995). Tujuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah agar

ukuran sampel yang diambil dapat mewakili seluruh populasi.

Sedangkan sampel yang digunakan adalah saham dari perusahaan yang

terdaftar dalam LQ 45 di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan. Alasan

digunakannya saham tersebut didasarkan data 45 saham dalam indeks LQ 45

dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia pada bulan Februari

2009 sampai dengan Juli 2009. Dengan kapitalisasi pasar yang paling besar yang

diraih 45 saham tersebut, maka saham-saham tersebut merupakan saham yang aktif

diperdagangkan di bursa (bukan saham tidur) serta merupakan saham-saham yang

tergolong likuid. Dengan demikian, maka menurut peneliti sampel yang diambil

dapat mewakili populasi pasar secara keseluruhan.

B. METODE PENGUMPULAN DAN SUMBER DATA

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dipergunakan untuk

mendapatkan informasi yang kemudian dikumpulkan sebagai penelitian. Sumber data

dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh

dari sumber lain untuk tujuan lain. Data dikumpulkan dari hasil peninjauan terhadap

sumber-sumber data secara langsung dari website www.jsx.co.id, www.idx.co.id, JSX

Monthly Statistics, ICMD, Pojok BEJ dan publikasi lain yang memuat informasi yang

relevan dalam penelitian ini. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a) Nama saham harian atau perusahaan yang menjadi sampel.

b) Harga saham harian untuk tiap-tiap jenis saham pada periode pengamatan.

c) Indeks harga saham gabungan harian pada periode pengamatan.

d) Indeks LQ 45 pada periode pengamatan.

e) Volume perdagangan saham harian selama periode pengamatan.

f) Jumlah saham beredar pada periode pengamatan.

C. ALAT ANALISIS DAN METODE

PENGUJIAN.

1. Uji Normalitas

Salah satu asumsi penggunaan statistik parametrik adalah adanya asumsi

normalitas data (Ghozali, 2006), dalam artian uji normalitas ini bertujuan untuk

menguji kenormalan data dalam suatu model regresi, variabel pengganggu atau

residual dari regresi tersebut terdistribusi normal atau tidak. Jika asumsi ini

dipenuhi, maka nilai residual dari analisis akan berdistribusi normal.

Dengan demikian salah satu pengamatan untuk mendeteksi normalitas data

adalah dengan mengamati nilai residual dari regresi yang dilakukan (Ghozali,

2006), cara lainnya adalah dengan melihat distribusi masing-masing variabel yang

diujikan. Walaupun normalitas suatu variabel tidak selalu diperlukan dalam

analisis, akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik ketika semua variabel dalam

keadaan berdistribusi normal (Ghozali, 2006).

Beberapa metode pengujian normalitas data yang berkembang cukup

beragam, antara lain dapat dengan menghitung nilai skewness dan kurtosis,

menggunakan uji kolmogrov-smirnov, uji normalitas dengan menggunakan grafik

ataupun uji normalitas dengan menggunakan uji Jaque-Bera (J-B test). Pada

penelitian ini pendekatan yang digunakan penulis, sesuai dengan alat bantu SPSS

for Windows versi 16.0, maka digunakan uji kolmogorov-smirnov untuk

mengetahui masing-masing variabel terdistribusi normal atau tidak.

Langkah yang dilakukan adalah dengan menguji masing-masing variabel

dengan Uji kolmogorov smirnov, sedangkan kriteria pengujiannya adalah bila nilai

signifikansi hitung lebih besar dari alfa (0,05) maka data berdistribusi normal,

namun ketika nilai signifikansi hitung lebih kecil dari alfa (0,05) maka dapat

dinyatakan data tidak berdistribusi normal.

Apabila pada hasil uji normalitas pada salah satu variabel tidak menunjukkan

hasil normal, maka untuk variabel yang tidak normal tersebut, saat melakukan uji

berpasangan tidak menggunakan Paired Sample T-test, tetapi menggunakan uji

Wilcoxon. Uji Wilcoxon pada hakikatnya sama dengan uji Paired Sample T-test

tetapi dengan prasyarat yang lebih longgar, yaitu mampu digunakan baik untuk tipe

data ordinal maupun skala, dan tidak mensyaratkan distribusi tertentu.

2. Teknik Pengujian Hipotesis

Hipotesis 1 akan diuji dengan menggunakan metode event study yang

menganlisis rekasi pasar terhadap informasi melalui parameter abnormal return

menganalisis reaksi pasar terhadap informasi melalui parameter abnormal return

yang diterima para investor.

Hipotesis 2 akan diuji dengan menggunakan pendekatan uji perbedaaan mean

yaitu Paired Sample T-test. Paired Sample T-test digunakan untuk menguji

perbedaan abnormal return saham 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah peristiwa

peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009.

Hipotesis 3 akan diuji dengan menggunakan formula yang dikemukakan oleh

Foster (1986) tentang aktivitas volume perdagangan saham i pada periode t,

selanjutnya Hipotesis 3 ini akan diuji dengan Paired Sample T-test untuk

menghitung aktivitas volume perdagangan sebelum dan sesudah peristiwa

peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009.

Berikut adalah langkah-langkah pengujian hipotesis 1, hipotesis 2 dan

hipotesis 3 :

a) Pengujian Hipotesis 1

Pengujian hipotesis 1 ini menggunakan metode event study dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

1) Menghitung Return Sesungguhnya Tiap-

tiap Saham.

Keterangan :

Rit = return sesungguhnya saham i hari ke-t

Pit = harga penutupan saham i hari ke-t

Pit-t = harga penutupan saham i hari ke-t-1

2) Menghitung Return Ekspektasian.

Model disesuaikan pasar (market-adjusted model) menganggap bahwa

penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return

indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka

tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model

estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan

return indeks pasar.

Keterangan :

Rmt = return pasar periode t

LQ-45t = indeks LQ-45 harian untuk periode t

LQ-45t-1 = indeks LQ-45 harian untuk periode t-1

3) Menghitung Abnormal return

Abnormal Return saham selama periode kejadian didefinisikan sebagai

selisih antara return sesungguhnya dengan return ekspektasian.

Return dari saham i pada hari ke-t adalah :

Keterangan :

RTNit = return tidak normal saham i pada hari ke-t

Rit = return sesungguhnya untuk saham i pada hari ke-t

E(Rit) = return ekspektasian untuk saham i pada hari ke-t

4) Melakukan Pengujian Signifikansi Abnormal Return di Periode

Peristiwa. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan T-test yang

dilakukan dengan cara standardisasi nilai abnormal return (Jogiyanto,

2000).

Abnormal return mean untuk hari ke-t dihitung sebagai berikut :

Keterangan :

RRTNt = rata-rata return tidak normal pada hari ke-t

RTNi,t = return tidak normal untuk sekuritas ke-i pada hari ke-t

K = jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman peristiwa

Menghitung kesalahan estimasi dengan rumus :

Keterangan :

KSEi = kesalahan standar estimasi untuk sekuritas ke-t

RTNi,t = return tidak normal sekuritas ke-i untuk hari ke-t selama periode

peristiwa

= rata-rata return tidak normal sekuritas ke-i selama periode

estimasi

K = jumlah sekuritas yang terpengaruh peristiwa

Nilai t-hitung untuk masing-masing abnormal return sekuritas ke-i hari

ke-t, dihitung dengan rumus :

Keterangan :

RRTNt = rata-rata return tidak normal untuk hari ke-t di periode

peristiwa

tt = t hitung untuk hari ke-t di periode peristiwa

k = jumlah sekuritas

b) Pengujian Hipotesis 2

Menguji perbedaan Abnormal Return Mean seluruh saham yang dijadikan

sampel lima hari sebelum dan lima hari sesudah peristiwa dengan

menggunakan Paired Sample T-test.

c) Pengujian Hipotesis 3

1) Untuk menghitung aktivitas volume perdagangan saham i pada

periode t, digunakan formula Foster (1986) sebagai berikut :

Selanjutnya untuk menghitung rata-rata aktivitas volume perdagangan

sebelum dan sesudah peristiwa digunakan rumus :

Dan

Menghitung deviasi standar rata-rata aktivitas volume perdagangan

sebelum dan sesudah peristiwa menggunakan rumus :

Dan

2) Menguji Perbedaan Rata-Rata Aktivitas Volume Perdagangan

seluruh saham yang dijadikan sampel lima hari sebelum dan lima hari

sesudah peristiwa dengan menggunakan Paired Sample T-test.

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peristiwa peledakan bom Jw

Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009 terhadap harga saham dan aktivitas

volume perdagangan. Indikator yang digunakan adalah abnormal return dan trading

volume activity yang diamati selama sebelas hari periode pengamatan di sekitar

peristiwa peledakan bom, yaitu pada t-5, t0 dan t+5. Dalam bab ini akan disajikan analisis

terhadap data penelitian dan pengujian hipotesis yang dimulai dari deskripsi data

variabel penelitian, uji normalitas data, uji hipotesis penelitian serta pembahasan hasil

penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Excel 2007 dan

uji normalitas data maupun uji-T untuk uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan

program SPSS For Windows versi 16.0.

A. DESKRIPSI DATA

1. Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 1

a. Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45

Gambaran secara deskriptif mengenai data T-hitung dari masing-masing

perusahaan LQ 45 dapat dilihat pada tabel 4.1. Berikut adalah tabel statistik

deskriptif uji hipotesis 1 :

TABEL 4.1

STATISTIK DESKRIPTIF UJI HIPOTESIS 1

(BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

T_hitung_PERUSAHAAN 45 -2.71038 1.52532 -7.2434889E-2 .86360923

Valid N (listwise) 45

Sumber : lampiran output

Pada tabel 4.1 diatas, uji hipotesis 1 terdiri dari 1 variabel yaitu variabel

T-hitung dari masing-masing perusahaan, dengan total data yang digunakan

adalah sebanyak 45 perusahaan. Perusahaan dengan T-hitung terendah adalah

PT Jasa Marga Tbk. (JSMR) yaitu sebesar -2.71038, sedangkan perusahaan

dengan T-hitung tertinggi adalah PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) yaitu sebesar

1.52532. Rata-rata T-hitung dari 45 perusahaan adalah sebesar -0.072434889

dan standar deviasinya 0.86360923.

b. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan

Gambaran secara deskriptif mengenai T-hitung dari masing-masing hari

pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.2. Berikut adalah tabel statistik deskriptif

uji hipotesis 1 :

TABEL 4.2

STATISTIK DESKRIPTIF UJI HIPOTESIS 1

(BERDASARKAN HARI PENGAMATAN)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

T_hitung_HARI 11 -1.93039 2.53700 -1.2016420E-1 1.28404819

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

T_hitung_HARI 11 -1.93039 2.53700 -1.2016420E-1 1.28404819

Valid N (listwise) 11

Sumber : lampiran output

Pada tabel 4.2 diatas, uji hipotesis 1 terdiri dari 1 variabel yaitu variabel

T-hitung dari masing-masing hari pengamatan, dengan total data yang

digunakan adalah sebanyak 11 hari pengamatan. Hari pengamatan dengan T-

hitung terendah adalah pada hari terjadinya peristiwa yaitu sebesar -1.93039,

sedangkan hari pengamatan dengan T-hitung tertinggi adalah pada hari

pertama sesudah peristiwa yaitu 2.53700. Rata-rata T-hitung dari 11 hari

pengamatan adalah sebesar -0.1201642 dan standar deviasinya 1.28404819.

2. Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 2

a. Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45

Gambaran secara deskriptif mengenai data abnormal return mean 5 hari

sebelum peristiwa dan abnormal return mean 5 hari sesudah peristiwa

peledakan bom dari masing-masing perusahaan LQ 45 dapat dilihat pada tabel

4.3. Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 2 :

TABEL 4.3

STATISTIK DESKRIPTIF UJI HIPOTESIS 2

(BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

RRTN_SEBELUM 45 -.02273 .03009 -1.3500000E-3 .01122003

RRTN_SESUDAH 45 -.02612 .02773 .0027631 .01029846

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

RRTN_SEBELUM 45 -.02273 .03009 -1.3500000E-3 .01122003

RRTN_SESUDAH 45 -.02612 .02773 .0027631 .01029846

Valid N (listwise) 45

Sumber : lampiran output

Pada tabel 4.3 diatas, uji hipotesis 2 terdiri dari 2 variabel yaitu variabel

Abnormal Return Mean 5 hari sebelum peristiwa dan variabel Abnormal

Return Mean 5 hari sesudah peristiwa, dengan total data yang digunakan

adalah sebanyak 45 perusahaan. Perusahaan dengan Abnormal Return Mean 5

hari sebelum peristiwa terendah adalah PT Indika Energy Tbk. (INDY) yaitu

sebesar -0.02273, sedangkan perusahaan dengan Abnormal Return Mean 5

hari sebelum peristiwa tertinggi adalah PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk.

(INTP) yaitu sebesar 0.03009. Rata-rata Abnormal Return Mean 5 hari

sebelum peristiwa dari 45 perusahaan adalah sebesar -0.00135 dan standar

deviasinya 0.01122003.

Selanjutnya untuk variabel Abnormal Return Mean 5 hari sesudah

peristiwa, dapat dinyatakan bahwa perusahaan dengan Abnormal Return Mean

5 hari sesudah peristiwa terendah adalah PT Bank International Indonesia Tbk.

(BNII) yaitu sebesar -0.02612, sedangkan perusahaan dengan Abnormal Return

Mean 5 hari sesudah peristiwa tertinggi adalah PT Charoen Pokphand

Indonesia Tbk. (CPIN) yaitu sebesar 0.02773. Rata-rata Abnormal Return

Mean 5 hari sesudah peristiwa dari 45 perusahaan adalah sebesar -0.0027631

dan standar deviasinya 0.01029846.

c. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan

Gambaran secara deskriptif mengenai data abnormal return mean 5 hari

sebelum peristiwa dan abnormal return mean 5 hari sesudah peristiwa

peledakan bom dari masing-masing hari pengamatan dapat dilihat pada tabel

4.4. Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 2 :

TABEL 4.4

STATISTIK DESKRIPTIF UJI HIPOTESIS 2

(BERDASARKAN HARI PENGAMATAN)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

RRTN_SEBELUM 5 -3.4200000E-3 .0000500 -1.348000000E-3 .0014520227

RRTN_SESUDAH 5 -4.1400000E-3 .0127700 .002762000 .0063976730

Valid N (listwise) 5

Sumber : lampiran output

Pada tabel 4.4 diatas, uji hipotesis 2 terdiri dari 2 variabel yaitu variabel

Abnormal Return Mean 5 hari sebelum peristiwa dan variabel Abnormal

Return Mean 5 hari sesudah peristiwa, dengan total data yang digunakan

adalah sebanyak 5 hari pengamatan. Hari pengamatan dengan Abnormal

Return Mean 5 hari sebelum peristiwa terendah adalah pada hari keempat

sebelum peristiwa yaitu sebesar -0.00342, sedangkan hari pengamatan dengan

Abnormal Return Mean 5 hari sebelum peristiwa tertinggi adalah pada hari

ketiga sebelum peristiwa yaitu 0.00005. Rata-rata Abnormal Return Mean 5

hari sebelum peristiwa dari 5 hari pengamatan adalah sebesar -0.001348 dan

standar deviasinya 0.0014520227.

Selanjutnya untuk variabel Abnormal Return Mean 5 hari sesudah

peristiwa, dapat dinyatakan bahwa hari dengan Abnormal Return Mean 5 hari

sesudah peristiwa terendah adalah pada hari keempat sesudah peristiwa yaitu

sebesar -0.00414, sedangkan hari dengan Abnormal Return Mean 5 hari

sesudah peristiwa tertinggi adalah pada hari pertama sesudah peristiwa yaitu

0.0127. Rata-rata Abnormal Return Mean 5 hari sesudah peristiwa dari 5 hari

pengamatan adalah sebesar 0.002762 dan standar deviasinya 0.0063976730.

3. Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 3

a. Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45

Gambaran secara deskriptif mengenai data trading volume activity mean

5 hari sebelum peristiwa dan trading volume activity mean 5 hari sesudah

peristiwa peledakan bom dari masing-masing perusahaan LQ 45 dapat dilihat

pada tabel 4.5. Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 3 :

TABEL 4.5

STATISTIK DESKRIPTIF UJI HIPOTESIS 3

(BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

RTVA_SEBELUM 45 .00003 .02172 .0026062 .00366175

RTVA_SESUDAH 45 .00003 .01623 .0027340 .00319296

Valid N (listwise) 45

Sumber : lampiran output

Pada tabel 4.5 diatas, uji hipotesis 3 terdiri dari 2 variabel yaitu variabel

trading volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa dan variabel trading

volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa, dengan total data yang

digunakan adalah sebanyak 45 perusahaan. Perusahaan dengan trading volume

activity mean 5 hari sebelum peristiwa terendah adalah PT Bank CIMB Niaga

Tbk. (BNGA) yaitu sebesar 0.00003, sedangkan perusahaan dengan trading

volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa tertinggi adalah PT Bakrie

Sumatra Plantations Tbk. (UNSP) yaitu sebesar 0.02172. Rata-rata trading

volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa dari 45 perusahaan adalah

sebesar 0.0026062 dan standar deviasinya 0.00366175.

Selanjutnya untuk variabel trading volume activity mean 5 hari sesudah

peristiwa, dapat dinyatakan bahwa perusahaan dengan trading volume activity

mean 5 hari sesudah peristiwa terendah adalah PT Bank CIMB Niaga Tbk.

(BNGA) yaitu sebesar 0.00003, sedangkan perusahaan dengan trading volume

activity mean 5 hari sesudah peristiwa tertinggi adalah PT Bakrie Sumatra

Plantations Tbk. (UNSP) yaitu sebesar 0.01623. Rata-rata trading volume

activity mean 5 hari sesudah peristiwa dari 45 perusahaan adalah sebesar -

0.0027340 dan standar deviasinya 0.00319296.

b. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan

Gambaran secara deskriptif mengenai data trading volume activity mean

5 hari sebelum peristiwa dan trading volume activity mean 5 hari sesudah

peristiwa peledakan bom dari masing-masing hari pengamatan dapat dilihat

pada tabel 4.6. Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 3 :

TABEL 4.6

STATISTIK DESKRIPTIF UJI HIPOTESIS 3

(BERDASARKAN HARI PENGAMATAN)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

RTVA_SEBELUM 5 .0018328 .0035809 .002606600 .0008470902

RTVA_SESUDAH 5 .0021177 .0035595 .002733680 .0005331034

Valid N (listwise) 5

Sumber : lampiran output

Pada tabel 4.6 diatas, uji hipotesis 3 terdiri dari 2 variabel yaitu variabel

trading volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa dan variabel trading

volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa, dengan total data yang

digunakan adalah sebanyak 5 hari pengamatan. Hari pengamatan dengan

trading volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa terendah adalah pada

hari ketiga sebelum peristiwa yaitu sebesar 0.0018328, sedangkan hari

pengamatan dengan rasio trading volume activity mean 5 hari sebelum

peristiwa tertinggi adalah pada hari kedua sebelum peristiwa yaitu 0.0035809.

Rata-rata trading volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa dari 5 hari

pengamatan adalah sebesar 0.0026066 dan standar deviasinya 0.0008470902

Untuk variabel trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa,

dapat dinyatakan bahwa hari pengamatan dengan trading volume activity mean

5 hari sesudah peristiwa terendah adalah pada hari kelima sesudah peristiwa

yaitu sebesar 0.0021177, sedangkan hari pengamatan dengan trading volume

activity mean 5 hari sesudah peristiwa tertinggi adalah pada hari pertama

sesudah peristiwa yaitu 0.0035509. Rata-rata trading volume activity mean 5

hari sesudah peristiwa dari 5 hari pengamatan adalah sebesar 0.00273368 dan

standar deviasinya 0.0005331034.

B. PENGUJIAN NORMALITAS DATA

Dalam penelitian ini uji yang digunakan untuk melihat normalitas data adalah uji

Kolmogorov-Smirnov. Jika signifikansi hitung (p-value) lebih besar dari 0,05 maka

dinyatakan data berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan

uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut :

a. Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45

TABEL 4.7

HASIL UJI NORMALITAS DATA DENGAN UJI KOLMOGOROV - SMIRNOV

(BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)

No Variabel N Kolmogorov

Smirnov test

Asymp. Sign

(two tailed) Keterangan

1 T_hitung_ PERUSAHAAN 45 0.586 0.882 Normal

2 RRTN_SEBELUM 45 1.044 0.226 Normal

3 RRTN_SESUDAH 45 0.551 0.921 Normal

4 RTVA_SEBELUM 45 1.638 0.009 Tidak Normal

5 RTVA_SESUDAH 45 1.669 0.008 Tidak Normal

Sumber : data diolah

Dari hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov terhadap 5 variabel di atas, diperoleh hasil terdapat masalah

ketidaknormalan data sebanyak 2 variabel, yaitu pada variabel RTVA SEBELUM

dan RTVA SESUDAH. Selanjutnya untuk data variabel yang tidak normal, maka

untuk uji hipotesis 2 tidak menggunakan Paired Sample T-test, tetapi menggunakan

uji Wilcoxon.

b. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan

TABEL 4.8

HASIL UJI NORMALITAS DATA DENGAN UJI KOLMOGOROV - SMIRNOV

(BERDASARKAN HARI PENGAMATAN)

No Variabel N Kolmogorov

Smirnov test

Asymp. Sign

(two tailed) Keterangan

1 T_hitung_WAKTU 11 0.612 0.848 Normal

2 RRTN_SEBELUM 5 0.511 0.956 Normal

3 RRTN_SESUDAH 5 0.461 0.984 Normal

4 RTVA_SEBELUM 5 0.68 0.744 Normal

5 RTVA_SESUDAH 5 0.573 0.898 Normal

Sumber : data diolah

Dari hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov terhadap 5 variabel di atas, diperoleh hasil bahwa semua variabel

berdistribusi secara normal atau tidak terdapat terdapat masalah ketidaknormalan.

C. PENGUJIAN HIPOTESIS PENELITIAN

1. Uji Hipotesis 1

a. Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45

Penghitungan pertama dari Hipotesis alternatif yang pertama pada

penelitian ini menguji ada tidaknya abnormal return yang diperoleh investor

dengan adanya peristiwa peledakan bom Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal

17 Juli 2009 dari masing-masing perusahaan LQ 45. Pengujian terhadap

adanya abnormal return yang diakibatkan oleh “Peristiwa peledakan bom Jw

Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009” bagi investor pada Bursa efek

Indonesia, dilakukan dengan membandingkan (mencari selisih) antara hasil

yang diperoleh investor (actual return) dengan hasil yang diharapkan investor

(expected return).

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui terdapat Abnormal Return tetapi

hanya pada satu perusahaan saja, yaitu Jasa Marga Tbk. (JSMG). Sedangkan

pada keempat puluh empat perusahaan lainnya tidak terdapat Abnormal Return.

Pada Lampiran 15, dapat dilihat bahwa ada 17 perusahaan yang mengalami

penurunan rata-rata Abnormal Return, yaitu AKRA, ASII, BBNI, BDMN,

BISI, BMRI, BNGA, BYAN, CTRA, ELSA, ISAT, ITMG, SGRO, SMCB,

TLKM, UNSP, dengan jumlah penurunan sebesar 0.2304. Sedangkan 29

perusahaan lainnya mengalami kenaikan dengan jumlah kenaikan sebesar

0.4155. Sehingga bisa dikatakan peristiwa ini menyebabkan kenaikan rata-rata

Abnormal Return.

TABEL 4.9

ABNORMAL RETURN MEAN

(BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)

No. Nama

Perusahaan Mean Std. Deviation t Keterangan

1 AALI 0.00034 0.0327596 0.03479 Tidak Signifikan

2 ADRO 0.00208 0.0176859 0.39057 Tidak Signifikan

3 AKRA -0.00331 0.0310883 -0.35342 Tidak Signifikan

4 ANTM 0.00256 0.0260100 0.32678 Tidak Signifikan

5 ASII -0.00063 0.0228707 -0.09070 Tidak Signifikan

6 BBCA -0.00311 0.0178708 -0.57701 Tidak Signifikan

7 BBNI -0.00419 0.0131240 -1.05933 Tidak Signifikan

8 BBRI -0.00834 0.0278873 -0.99187 Tidak Signifikan

9 BDMN -0.00135 0.0269274 -0.16572 Tidak Signifikan

10 BISI -0.00352 0.0205190 -0.56940 Tidak Signifikan

11 BLTA -0.00659 0.0167236 -1.30693 Tidak Signifikan

12 BMRI 0.00225 0.0211606 0.35266 Tidak Signifikan

13 BNGA -0.00287 0.0174308 -0.54643 Tidak Signifikan

14 BNII 0.00170 0.0404249 0.13933 Tidak Signifikan

15 BRPT -0.00415 0.0162486 -0.84802 Tidak Signifikan

16 BYAN -0.00639 0.0215137 -0.98482 Tidak Signifikan

17 CPIN 0.01005 0.0293820 1.13444 Tidak Signifikan

18 CTRA -0.00452 0.0150228 -0.99729 Tidak Signifikan

19 ELSA -0.00397 0.0249099 -0.52907 Tidak Signifikan

20 INCO 0.00486 0.0254396 0.63385 Tidak Signifikan

21 INDF 0.01001 0.0281997 1.17719 Tidak Signifikan

22 INDY -0.00504 0.0340564 -0.49056 Tidak Signifikan

23 INKP -0.00355 0.0161812 -0.72727 Tidak Signifikan

24 INTP 0.01097 0.0366609 0.99210 Tidak Signifikan

25 ISAT -0.00310 0.0233342 -0.44114 Tidak Signifikan

26 ITMG 0.00615 0.0256136 0.79682 Tidak Signifikan

27 JSMR -0.00854 0.0104535 -2.71038 Signifikan

28 KLBF 0.00808 0.0175750 1.52532 Tidak Signifikan

29 LPKR -0.00057 0.0125768 -0.14936 Tidak Signifikan

30 LSIP 0.00926 0.0280306 1.09566 Tidak Signifikan

31 MEDC -0.00041 0.0176833 -0.07656 Tidak Signifikan

32 MIRA 0.00641 0.0239826 0.88633 Tidak Signifikan

33 PGAS -0.00575 0.0198087 -0.96198 Tidak Signifikan

34 PNBN -0.00178 0.0155171 -0.38065 Tidak Signifikan

35 PTBA 0.00553 0.0196684 0.93189 Tidak Signifikan

36 SGRO -0.00737 0.0269271 -0.90833 Tidak Signifikan

37 SMCB 0.00810 0.0255444 1.05121 Tidak Signifikan

38 SMGR 0.00124 0.0239447 0.17138 Tidak Signifikan

39 TBLA -0.00409 0.0138482 -0.97933 Tidak Signifikan

40 TINS 0.00132 0.0223989 0.19491 Tidak Signifikan

41 TLKM 0.00187 0.0177132 0.35099 Tidak Signifikan

42 UNSP 0.00197 0.0385568 0.16977 Tidak Signifikan

43 UNTR 0.00463 0.0139974 1.09598 Tidak Signifikan

44 UNVR 0.00831 0.0333613 0.82587 Tidak Signifikan

45 WIKA -0.00310 0.0148742 -0.69184 Tidak Signifikan

T-tabel = 2.228

Sumber : data diolah

b. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan

Penghitungan kedua dari Hipotesis alternatif yang pertama diajukan

untuk menguji ada tidaknya abnormal return yang diperoleh investor dengan

adanya peristiwa peledakan bom Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli

2009 dari masing-masing hari pengamatan. Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji

hipotesis 1, dari hasil penghitungan diketahui terdapat Abnormal Return pada

satu hari setelah peristiwa. Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat terjadi

penurunan harga saham pada hari peristiwa dan pada hari berikutnya terjadi

kenaikan harga saham secara signifikan. Setelah itu, terjadi kecenderungan

penurunan hingga hari keempat.

TABEL 4.10

ABNORMAL RETURN MEAN

(BERDASARKAN HARI PENGAMATAN)

HARI RRTNt KSE t-hitung Keterangan Kesimpulan

-5 -0.00156 0.0032998 -0.4736453 Tidak Signifikan Terdapat nilai yang

signifikan pada t+1

atau 1 hari setelah

peristiwa peledakan

bom.

-4 -0.00342 0.0031972 -1.0702787 Tidak Signifikan

-3 0.00005 0.0029059 0.0178866 Tidak Signifikan

-2 -0.00184 0.0041899 -0.4400688 Tidak Signifikan

-1 0.00003 0.0035590 0.0074174 Tidak Signifikan

0 -0.00427 0.0022111 -1.9303944 Tidak Signifikan

1 0.01277 0.0050332 2.5370033 Signifikan

2 0.00428 0.0030185 1.4180242 Tidak Signifikan

3 0.00166 0.0036515 0.4548855 Tidak Signifikan

4 -0.00414 0.0025386 -1.6300436 Tidak Signifikan

5 -0.00076 0.0035590 -0.2125924 Tidak Signifikan

T-tabel : 2.015

Sumber : data diolah

Sumber : Print Out Excel

GAMBAR 4.1

ABNORMAL RETURN MEAN

(BERDASARKAN HARI PENGAMATAN)

2. Uji Hipotesis 2

a. Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45

Penghitungan pertama dari Hipotesis alternatif kedua pada penelitian ini

menguji tentang perbedaan antara rata-rata abnormal return sebelum dan

sesudah peristiwa peledakan bom Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17

Juli 2009 dari masing-masing perusahaan LQ 45. Periode penelitian adalah

selama 10 hari (event period), yakni 5 hari sebelum peristiwa dan 5 hari

sesudah peristiwa. Uji statistik rata-rata abnormal return adalah sebagai

berikut:

TABEL 4.11

HASIL UJI PERBEDAAN ABNORMAL RETURN MEAN 5 HARI SESUDAH

DAN 5 HARI SEBELUM PERISTIWA

(BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)

SEBELUM SESUDAH KESIMPULAN

Mean -0.0013500 Mean 0.0027631 Tidak terdapat perbedaan

yang signifikan. Standar Deviasi 0.0112200 Standar Deviasi 0.0102985

T-hitung : -1.546 T-tabel : 2.015 Probabilitas : 0.129 Tingkat Signifikansi : 5%

Sumber : data diolah

Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan antara rata-rata abnormal return sebelum peristiwa dengan

rata-rata abnormal return sesudah peristiwa. Hal ini ditunjukkan dengan T-

hitung (1.546) lebih kecil dari pada T-tabel (2.015).

b. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan

Penghitungan kedua dari Hipotesis alternatif kedua pada penelitian ini

menguji perbedaan antara rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah

peristiwa peledakan bom Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009

dari masing-masing hari pengamatan. Periode penelitian adalah selama 10 hari

(event period), yakni 5 hari sebelum peristiwa dan 5 hari sesudah peristiwa. Uji

statistik rata-rata abnormal return adalah sebagai berikut:

TABEL 4.12

HASIL UJI PERBEDAAN ABNORMAL RETURN MEAN 5 HARI SESUDAH

DAN 5 HARI SEBELUM PERISTIWA

(BERDASARKAN HARI PENGAMATAN)

SEBELUM SESUDAH KESIMPULAN

Mean -0.001348 Mean 0.002762 Tidak terdapat

Standar Deviasi 0.001452 Standar Deviasi 0.006398 perbedaan yang

signifikan. T-hitung : -1.338

T-tabel : 2.776

Probabilitas : 0.252

Tingkat Signifikansi : 5%

Sumber : data diolah

Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan antara rata-rata abnormal return sebelum peristiwa dengan

rata-rata abnormal return sesudah peristiwa. Hal ini ditunjukkan dengan T-

hitung (1.338) lebih kecil dari pada T-tabel (2.776).

3. Uji Hipotesis 3

a. Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45

Penghitungan pertama dari Hipotesis alternatif ketiga pada penelitian ini

menguji adanya perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan (trading

volume activity) pada periode sebelum dan sesudah peristiwa peledakan bom

Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009 dari masing-masing

perusahaan LQ 45. Penghitungan TVA dilakukan dengan membandingkan

jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam satu periode tertentu

dengan keseluruhan jumlah saham beredar perusahaan tersebut pada kurun

waktu yang sama. Uji statistik (Wilcoxon) rata-rata Trading Volume Activity

disajikan dalam Tabel 4.10.

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara rata-rata TVA sebelum peristiwa dengan rata-rata TVA

sesudah peristiwa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Asymp Sig. (0.070) lebih

besar dari pada (0.025).

Pada Gambar 4.3, dapat diketahui bahwa ada 16 perusahaan yang

mengalami penurunan rata-rata Trading Volume Activity, yaitu AKRA, ASII,

BBNI, BDMN, BISI, BMRI, BNGA, BYAN, CTRA, ELSA, ISAT, ITMG,

SGRO, SMCB, TLKM, UNSP, dengan jumlah penurunan sebesar 0.01353.

Sedangkan 29 perusahaan lainnya mengalami kenaikan, dengan jumlah

kenaikan sebesar 0.019246.

TABEL 4.13

HASIL UJI PERBEDAAN RATA-RATA AKTIVITAS VOLUME

PERDAGANGAN DI BEI SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA

(BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)

Test Statisticsb

RTVA_SESUDAH - RTVA_SEBELUM

Z -1.809a

Asymp. Sig. (2-tailed) .070

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Sumber : lampiran output

b. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan

Penghitungan kedua dari Hipotesis alternatif ketiga pada penelitian ini

menguji adanya perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan (trading

volume activity) pada periode sebelum dan sesudah peristiwa peledakan bom

Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009 dari masing-masing hari

pengamatan kejadian. Uji statistik (Paired Sample T-test) rata-rata Trading

Volume Activity disajikan dalam Tabel 4.11.

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara rata-rata TVA sebelum peristiwa dengan rata-rata TVA

sesudah peristiwa. Hal ini ditunjukkan dengan T-hitung (0.238) lebih kecil dari

pada T-tabel (2.776).

Pada Gambar 4.4 rata-rata Trading Volume Activity sebelum peristiwa

mengalami kenaikan dan pada satu hari sebelum peristiwa mengalami

penurunan. Satu hari setelah kejadian rata-rata TVA mengalami kenaikan dan

pada hari berikutnya cenderung menurun hingga hari kelima.

TABEL 4.14

HASIL UJI PERBEDAAN RATA-RATA AKTIVITAS VOLUME

PERDAGANGAN DI BEI SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA

(BERDASARKAN HARI PENGAMATAN)

SEBELUM SESUDAH KESIMPULAN

Mean 0.0026066 Mean 0.00273368 Tidak terdapat perbedaan

yang signifikan. Standar Deviasi 0.00084709 Standar Deviasi 0.0005331

T-hitung : -0.238

T-tabel : 2.776

Probabilitas : 0.824

Tingkat Signifikansi : 5%

Sumber : data diolah

Sumber : Print Out Excel

GAMBAR 4.2

RATA-RATA AKTIVITAS VOLUME PERDAGANGAN DI BEI

(BERDASARKAN HARI PENGAMATAN)

D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Temuan 1 (Hasil dari uji Hipotesis 1)

HA1 : Para investor memperoleh abnormal return dengan adanya peristiwa

peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli

2009.

a. Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45

Berdasarkan Tabel 4.9, dapat diketahui terdapat Abnormal Return tetapi

hanya pada satu perusahaan saja, yaitu Jasa Marga Tbk. (JSMG) dengan arah

negatif, yaitu sebesar -2.71038. Sedangkan pada keempat puluh empat

perusahaan lainnya tidak terdapat Abnormal Return.

Pada Gambar 4.1, dapat diketahui bahwa ada 17 perusahaan yang

mengalami penurunan rata-rata Trading Volume Activity, yaitu AKRA, ASII,

BBNI, BDMN, BISI, BMRI, BNGA, BYAN, CTRA, ELSA, ISAT, ITMG,

SGRO, SMCB, TLKM, UNSP, dengan jumlah penurunan sebesar 0.2304.

Sedangkan 29 perusahaan lainnya mengalami kenaikan rata-rata Trading

Volume Activity, yaitu AALI, ADRO, ANTM, BBCA, BBRI, BLTA, BNII,

BRPT, CPIN, INCO, INDF, INDY, INKP, INTP, JSMR, KLBF, LPKR, LSIP,

MEDC, MIRA, PGAS, PNBN, PTBA, SMGR, TBLA, TINS, UNTR, UNVR,

WIKA, dengan jumlah kenaikan sebesar 0.4155. Sehingga bisa dikatakan

peristiwa ini menyebabkan kenaikan rata-rata Abnormal Return Mean.

b. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan

Tabel 4.10 menyajikan hasil T-hitung untuk seluruh sampel selama 11

hari pengamatan. Berdasarkan Tabel 4.10 tersebut, terlihat secara statistik

bahwa pada hari terjadinya peristiwa peledakan bom para investor di Bursa

mengalami penurunan pada T-hitung hingga mencapai nilai T-hitung terendah

selama 11 hari pengamatan, yaitu sebesar 2.537. Namun, pada hari Senin

terjadi peningkatan yang signifikan pada T-hitung. Hal ini dikarenakan pada

hari Senin, para investor sudah bisa memproses segala informasi mengenai

peristiwa secara keseluruhan. Selain itu, dengan dasar fundamental yang kuat

yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan, membuat para investor tetap

optimis dengan kemampuan kinerja perusahaan dan hal ini dibuktikan dengan

pasar segera memberi tanggapan positif. Hari berikutnya, harga saham terus

mengalami penurunan hingga hari keempat, hal ini dikarenakan Pemerintah

menyatakan bahwa kondisi telah sepenuhnya terkendali dan pelaku peledakan

akan segera ditangkap dan diadili. Dengan pulihnya kondisi keamanan dalam

negeri maka pergerakan harga saham kembali stabil.

Dari Gambar 4.2 di atas terlihat bahwa tiga hari sebelum peristiwa

terdapat peningkatan return yang diperoleh investor. Kemudian mengalami

penurunan pada hari berikutnya. Hari pertama sebelum peristiwa, Abnormal

Return yang diterima investor meningkat lagi, lalu terjadi penurunan pada hari

terjadinya peristiwa peledakan bom (hari Jumat) dan merupakan nilai

abnormal return mean terendah selama hari pengamatan. Pada hari pertama

sesudah peristiwa (hari Senin) terjadi peningkatan yang signifikan dan pada

hari kedua sesudah peristiwa terus mengalami penurunan hingga hari keempat

dan selanjutnya pada hari kelima sesudah peristiwa terjadi peningkatan sebesar.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulka bahwa Ha1 diterima,

karena berdasarkan T-hitung dari hasil pengujian tersebut terdapat abnormal

return mean yang diakibatkan peristiwa peledakan bom di Jw Marriott Dan

Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009.

Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mansur, Cochran

dan Froiro (1989) mengenai reaksi pasar modal pada saham-saham perusahaan

penerbangan Amerika Serikat terhadap event pelarangan terbang (grounding)

pesawat-pesawat DC-10. Hasilnya adalah saham-saham perusahaan penerbangan

yang menggunakan pesawat-pesawat DC-10 di News York Stock Exchange dengan

cepat mencerminkan informasi buruk tersebut (return pemilik saham menjadi turun

akibat event tersebut).

Hasil ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Suryawijaya dan

Setiawan (1998), dalam jurnalnya di Kelola No. 18/VII/1998, bahwa peristiwa

murni politik dipandang para pelaku pasar memiliki dampak ekonomis, yang

sebelumnya sama sekali tidak diduga oleh pelaku pasar. Reaksi negatif terjadi

secara spontan pada event date.

2. Temuan 2 (Hasil dari Uji Hipotesis 2)

HA2 : Terdapat perbedaan abnormal return mean sebelum dan sesudah peristiwa

peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli

2009.

a. Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45

Berdasarkan analisis yang dirangkum dalam Tabel 4.11, diperoleh hasil

bahwa abnormal return mean 5 hari sebelum peristiwa adalah sebesar -

0.00135 dengan deviasi standar sebesar 0.01122003, sedangkan abnormal

return mean 5 hari sesudah peristiwa adalah sebesar 0.0027631 dengan

standar deviasi 0.01029846 dan probabilitas yang dihasilkan sebesar 0,129

pada tingkat signifikasi 5%. Dengan demikian terdapat perbedaan mean

sebesar 0.0041131. Berdasarkan T-hitung dan probabilitas yang diperoleh

dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa abnormal return mean

saham sebelum peristiwa tidak berbeda secara signifikan dengan abnormal

return mean saham sesudah peristiwa. Hal ini dapat diketahui dengan melihat

nilai t-hitung (-1,546) yang lebih kecil dari t-tabel (2.015) dan nilai

probabilitasnya (0,129) yang lebih besar dari 0,05.

b. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan

Berdasarkan analisis yang dirangkum dalam Tabel 4.12, diperoleh hasil

bahwa abnormal return mean 5 hari sebelum peristiwa adalah sebesar -

0.001348 dengan deviasi standar sebesar 0.001452, sedangakn abnormal

return mean 5 hari sesudah peristiwa adalah sebesar 0.002762 dengan standar

deviasi 0.006398 dan probabilitas yang dihasilkan sebesar 0,252 pada tingkat

signifikasi 5%. Dengan demikian terdapat perbedaan mean sebesar 0.00411.

Berdasarkan T-hitung dan probabilitas yang diperoleh dari pengujian tersebut

dapat disimpulkan bahwa abnormal return mean saham sebelum peristiwa

tidak berbeda secara signifikan dengan abnormal return mean saham sesudah

peristiwa. Hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai t-hitung (-1.338) yang

lebih kecil dari t-tabel (2.771) dan nilai probabilitasnya (0.252) yang lebih

besar dari 0,05. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa

Ha2 ditolak, karena tidak ada perbedaan yang signifikan antara abnormal

return mean sebelum dan sesudah peristiwa. Hal tersebut disebabkan karena

pasar secara umum bereaksi netral terhadap adanya peristiwa bom di kawasan

Kuningan Jakarta. Perilaku harga saham yang dicerminkan oleh rata-rata

return yang diterima investor adalah tidak berbeda secara stastitik. Respon

pasar secara keseluruhan cenderung normal seperti biasanya karena

menganggap bahwa peristiwa tersebut sudah biasa terjadi sebelumnya. Isu

bom yang sering terdengar menimbulkan persepsi yang biasa pada para

investor sehingga tidak begitu mendapat respon lebih dari pasar modal

Indonesia. Walaupun peristiwa ini sangat tidak diduga oleh investor,

tampaknya kepercayaan dan ekspektasi masyarakat dan investor terhadap

perekonomian Indonesia tetap menunjukkan tren positif. Informasi positif ini

tercermin dalam pergerakan harga saham di pasar modal.

Penelitian ini mempunyai kesamaan hasil dengan penelitian yang dilakukan

oleh Suryawijaya dan Setiawan (1998), bahwa dari hasil analisa uji beda dua rata-

rata yang dilakukan, tampak bahwa variabel harga saham (yang dicerminkan oleh

rata-rata return yang diterima oleh investor) secara cepat menyesuaikan dengan

perkembangan yang terjadi, sehingga secara statistik tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antar rata-rata return sebelum dan sesudah peristiwa.

Hasil ini juga mendukung peneletian yang dilakukan oleh Nugrahini (2001),

dan Umar dan Putu (2002) bahwa peristiwa politik dan keamanan yang berskala

nasional tidak menghasilkan perbedaan rata-rata abnormal return yang signifikan

antara sebelum dan sesudah peristiwa.

3. Temuan 3 (Hasil dari Uji Hipotesis 3)

HA3 : Terdapat perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan di Bursa Efek

Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott

dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009.

a. Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45

Dari tabel 4.13, dapat dilihat bahwa nilai Asymp Sig. (0.070) lebih besar

dari pada (0.025). Berdasarkan nilai Asymp Sig. yang diperoleh dari

pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata aktivitas volume

perdagangan saham 5 hari sebelum peristiwa peledakan bom di Jw Marriott

Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009 dari masing-masing perusahaan LQ

45 tidak berbeda secara signifikan dengan rata-rata aktivitas volume

perdagangan saham 5 hari sesudah peristiwa.

Pada Gambar 4.3, dapat diketahui bahwa ada 17 perusahaan yang

mengalami penurunan rata-rata Trading Volume Activity, yaitu ASII, BBCA,

BBNI, BBRI, BDMN, BNGA, BNII, BYAN, CTRA, INTP, JSMR, LSIP,

PGAS, SMCB, SMGR, TBLA, UNTR dengan jumlah penurunan sebesar

0.2304. Sedangkan 28 perusahaan lainnya mengalami kenaikan dengan

jumlah kenaikan sebesar 0.4155. Sehingga bisa dikatakan peristiwa ini

menyebabkan kenaikan rata-rata Trading Volume Activity, walaupun

kenaikannya tidak signifikan.

b. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan

Dari tabel 4.14, tampak bahwa rata-rata aktivitas volume perdagangan

sebelum peristiwa adalah 0.0026066 dengan deviasi standar sebesar

0.00084709, sedangkan rata-rata aktivitas volume perdagangan sesudah

peristiwa adalah sebesar 0.00273368 dengan deviasi standar 0.0005331 dan

probabilitas yang dihasilkan sebesar 0,824 sehingga dari perhitungan tersebut

terbukti bahwa perbedaan tersebut secara statistik signifikan. Hal ini terjadi

karena nilai t-hitung (-0.238) yang lebih kecil dari t-tabel (2.015) dan nilai

probabilitasnya (0.824) yang lebih besar dari 0,05. Berdasarkan nilai T-

hitung dan probabilitas yang diperoleh dari pengujian tersebut dapat

disimpulkan bahwa rata-rata aktivitas volume perdagangan saham 5 hari

sebelum peristiwa peledakan bom di Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal

17 Juli 2009 secara signifikan tidak berbeda dengan rata-rata aktivitas volume

perdagangan saham 5 hari sesudah peristiwa. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa Ha3 ditolak, karena tidak ada perbedaan yang signifikan

antara rata-rata aktivitas volume perdagangan sesudah peristiwa dan rata-rata

aktivitas volume perdagangan sebelum peristiwa. Artinya peristiwa bom

Kuningan tidak berpengaruh signifikan pada perbedaan rata-rata volume

perdagangan pada rentang waktu pengamatan. Investor lebih bisa mengenali

pasar yang ada sehingga tidak terjadi panic selling akibat adanya peristiwa

ledakan bom tersebut. Anggapan investor, peristiwa bom Kuningan akan

identik dengan peristiwa bom lain sebelumnya dimana hanya berdampak pada

fluktuasi harga saham dalam waktu dekat saja.

Aktivitas perdagangan di hari pertama sesudah peristiwa diwarnai oleh

meningkatnya rata-rata aktivitas volume perdagangan, sentimen negatif

peledakan bom di Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009

merupakan trauma bagi investor akibat kondisi keamanan yang dinilai

menghilangkan rasa aman bagi investor untuk berinvestasi. Sebab kondisi

yang tidak kondusif memiliki risiko yang tinggi. Pada Grafik 4.4

menunjukkan adanya penurunan rata-rata aktivitas volume perdagangan pada

periode setelah peristiwa dari pada rata-rata aktivitas volume perdagangan

sebelum peristiwa.

Penurunan volume perdagangan saham ini dapat mempunyai arti ganda

apabila volume perdagangan menurun akibat penurunan permintaan

(demand), maka dapat diartikan peristiwa peledakan bom di Jw Marriott Dan

Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009 adalah peristiwa politik yang negatif di

mata para pelaku pasar. Sebaliknya, jika penurunan volume perdaganagan ini

lebih dipicu oleh penurunan penjualan (supply) saham, maka dapat

disimpulkan bahwa pelaku pasar mengartikan peristiwa tersebut sebagai

peristiwa yang unfavorable (bad news). Secara statistik dapat dikatakan

bahwa penurunan volume perdagangan mengindikasikan bahwa event

peledakan bom di Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009 sebagai

bad news dan dianggap sebagai sinyal negatif.

Akibat negatif dari peledakan bom di Jw Marriott Dan Ritz-Carlton

Tanggal 17 Juli 2009, pada hari kejadian, IHSG ditutup 2106.353 atau

melemah 11.596 dari hari sebelumnya (Kamis). Pada hari pertama sesudah

peristiwa (21 Juli 2009) terjadi aksi jual investor, yang mengakibatkan

meningkatnnya IHSG pada posisi tertinggi (2146.554) bila dibandingkan

dengan hari-hari sebelumnya serta meningkatnya indeks LQ 45 pada posisi

tertinggi (419.432) bila dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya, (JSX

Monthly Statistic, 2009).

Di lain pihak, para investor yang berpandangan positif terhadap

terjadinya peristiwa tersebut segera membeli saham-saham yang dijual

tersebut, sehingga terjadi transaksi perdagangan yang mengakibatkan

aktivitas volume perdagangan sesudah peristiwa jauh lebih besar daripada

volume perdagangan sebelum peristiwa.

Akibat aksi beli tersebut, IHSG ditutup melemah pada hari kedua

sesudah peristiwa sebesar 2125.615 turun dari hari sebelumnya, oleh karena

itu tampak bahwa pada hari kedua sesudah peristiwa, reaksi pasar modal

Indonesia menjadi positif.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan

Suryawijaya dan Setiawan (1998), bahwa terdapat perbedaan rata-rata trading

volume activity yang signifikan antara sebelum dan sesudah “Peristiwa 27 Juli

1996” menyebabkan kekhawatiran investor yang kemudian melakukan banyak

transaksi untuk mengamankan transaksi pasca peristiwa.

Namun, penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Sasono (2005),

bahwa tidak adanya perbedaan abnormal return saham dan trading volume activity

yang signifikan selama periode sebelum peristiwa yaitu pada pekan -5 serta selama

periode sesudah peristiwa yaitu pada pekan +5 dari Peristiwa Pemilihan Presiden

Tahun 2004.

BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI

Pada bab ini disajikan kesimpulan yang berkaitan dengan hasil penelitian yang

telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Dari kesimpulan yang ada, kemudian

diberikan saran sehubungan dengan permasalahan yang telah dikemukakan, sehingga

dapat disajikan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkaitan.

A. KESIMPULAN

Berdasar hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dipaparkan pada

bab sebelumnya, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Peristiwa peledakan bom di Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009

memberikan abnormal return bagi investor, yaitu pada satu hari setelah peristiwa.

Hal ini dikarenakan pada saat terjadinya peledakan bom di Jw Marriott Dan Ritz-

Carlton terjadi pada hari Jumat bersamaan dengan hari penutupan di Bursa Efek

Indonesia, sehingga pada hari tersebut para investor belum bisa mendapatkan

informasi peristiwa secara lengkap. Semua informasi baru bisa diproses secara

keseluruhan oleh para investor pada hari Senin (satu hari setelah kejadian). Selain

itu, dengan dasar fundamental yang kuat yang dimiliki oleh masing-masing

perusahaan, membuat para investor tetap optimis dengan kemampuan kinerja

perusahaan dan hal ini dibuktikan dengan pasar segera memberi tanggapan positif

yang menyebabkan peningkatan abnormal return mean yang cukup tajam.

2. Analisis abnormal return 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah peristiwa menunjukkan

bahwa secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara abnormal return

mean 5 hari sebelum peristiwa dengan abnormal return mean 5 hari sesudah

peristiwa. Artinya secara keseluruhan peristiwa Kuningan tidak membawa dampak

signifikan pada perubahan return investor selama periode pengamatan. Hal tersebut

disebabkan karena pasar secara umum bereaksi netral terhadap adanya peristiwa

bom di kawasan Kuningan Jakarta. Perilaku harga saham yang dicerminkan oleh

rata-rata return yang diterima investor adalah tidak berbeda secara stastitik. Respon

pasar secara keseluruhan cenderung normal seperti biasanya karena menganggap

bahwa peristiwa tersebut sudah biasa terjadi sebelumnya. Isu bom yang sering

terdengar menimbulkan persepsi yang biasa pada para investor sehingga tidak

begitu mendapat respon lebih dari pasar modal Indonesia.

3. Analisis aktivitas volume perdagangan di BEJ menunjukkan bahwa secara statistik

tidak ada perbedaan yang signifikan antara aktivitas volume perdagangan rata-rata 5

hari sebelum peristiwa dengan 5 hari sesudah peristiwa. Artinya peristiwa bom

Kuningan tidak berpengaruh signifikan pada perbedaan rata-rata volume

perdagangan pada rentang waktu pengamatan. Investor lebih bisa mengenali pasar

yang ada sehingga tidak terjadi panic selling akibat adanya peristiwa ledakan bom

tersebut. Anggapan investor, peristiwa bom Kuningan akan identik dengan

peristiwa bom lain sebelumnya dimana hanya berdampak pada fluktuasi harga

saham dalam waktu dekat saja.

B. KETERBATASAN PENELITIAN

Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian baik terkait

keterbatasan teknis maupun keterbatasan dalam pengembangan alur penelitian, dari

keterbatasan yang ada selanjutnya disertakan pula masukan untuk penelitian mendatang,

berikut adalah penjelasannya :

1. Dalam penelitian ini, indeks yang digunakan adalah indeks LQ 45. Hasil penelitian

akan lebih akurat jika penelitian berikutnya menggunakan Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG).

2. Analisis perbedaan abnormal return menggunakan model disesuaikan pasar

(Market–adjusted Model), model ini menganggap bahwa penduga yang terbaik

untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat

tersebut. Sehingga tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk

model estimasi. Bagi penelitian berikutnya dapat menggunakan Mean-adjusted

Model atau Market Model yang kemungkinan akan memperoleh hasil yang

berbeda..

3. Dalam penelitian ini abnormal return dirata-rata, sehingga pada kemungkinan nilai

negatif dan positif saling menghilangkan. Oleh karena itu untuk penelitian yang

akan datang dapat menggunakan indicator SRV (Security Return Variability),

sehingga semua nilai akan positif.

C. IMPLIKASI

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah diungkapkan

diatas, implikasi untuk pihak terkait adalah sebagai berikut :

Bagi investor dalam menentukan keputusan investasinya di pasar modal, terkait dengan

kondisi keamanan dan kondisi politik yaitu peristiwa peledakan bom, maka untuk

memperoleh abnormal return dari peristiwa tersebut, sebaiknya investor menjual

sahamnya di sesi pertama perdagangan saham pada hari kedua setelah peristiwa. Hal ini

dikarenakan terjadi kenaikan abnormal return yang signifikan pada satu hari setelah

peristiwa dan pada hari berikutnya abnormal return terus mengalami penurunan,

sehingga di sesi pertama perdagangan saham pada hari kedua setelah peristiwa

merupakan saat yang tepat untuk menjual saham sebelum harga saham mengalami

penurunan.

DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal, R., 1980. Investment Performance of U.S.-based Multinational Companies:

Comments and a Perspective on International Diversification of Real Assets.

Journal of International Business Studies, Spring/Summer, pp. 98-104.

Asquith, P., 1983. Merger Bids, Uncertainty and Stockholder Returns. Journal of

Financial Economics, pp. 51-83.

Barret, W.B., et al, 1987. The Adjusment of Stock Price to Completely Unanticapated

Events. Financial Review, Vol. 22, pp. 297-330.

Beavar, W.H., 1989. The Information Content of Annual Earning Announ Cemant.

Empirical Research in Accounting: Supplement to Journal of Accounting

Research (6): 67-92.

Brigham, Houston, 2003. Fundamentals of Financial Management. New York: Mc

Graw Hill.

Fama, Eugene F., 1991. Efficient Capital Market 11. Journal of Finance (Desember);

1575-1671.

Fama, Eugene F., Lawrence Fischer, Michael Jensen, dan Richard Moll, 1969. The

Adjusment of Stock Price to New Information. International Economic Review

(10): 1-21.

Ferdinand, A., 2002. Structural Equation Modelling dalam Penelitian Manajemen.

Semarang : BP UNDIP.

Foster, George, 1986. Financial Statement Analysis. Second Edition. Prentice Hall:

New Jersey.

Garrison, Ray H., Norren, Eric W., Brewer, Peter C., 2007. Managerial Accounting.

Jakarta: Salemba Empat.

Ghozali, I, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, Damodar, 1999. Basic Econometric. Third Edition. Mc Graw-Hill

International Editions Singapore.

Handadari, Cahyaning, 2003. Reaksi Harga Saham di Bursa efek Jakarta terhadap

Peledakan Bom di Bali tanggal 12 Oktober 2002. Tesis Mahasiswa Program

Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tidak Dipublikasikan.

Haryono, Putut, 2005. Reaksi Harga Saham di Bursa Efek Jakarta terhadap Peristiwa

Bencana Tsunami Nagroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara tanggal

26 desember 2004. Tesis Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister

Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak Dipublikasikan.

Husnan, Suad, 1994. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta:

UPP AMP YKPN, Edisi Kedua.

Kalra, Rajiv, Glenn V, Henderson Jr, dan Gary A Raines, 1993. Effect of the Chernobyl

Nuclear Accident on Utility Share Price. Quarterly Journal or Business and

Economic, Spring. Vol. 32 No. 2 Hal: 52-71.

Kritzman, Mark P, 1994. What Practitioners Need to Know About Event Studies.

Financial Analyst Journal, Edisi: November-Desember Hal: 17-20.

MacKinlay, A. Craig, 1997. Event Studies in Economics and Finance. Journal of

Economic Literature, Vol. XXXV. Edisi: Maret Hal: 13-19.

Mansur, Iqbal, Stephen J. Cochran, dan Gregory L. Froiro, 1989. The Relationship

between the Equity Return Levels of Airline Companies and Unanticipated

Events: The Case of the 1979 DC-10 Grounding. Logistic and Transportation

Review, Desenber 1989, h. 355-365.

Marston, Felicia, 1996. Difference in Information and Common Stock return :

Estimation Risk or Unequal Distribution of Information?. The Financial Review.

Edisi November Hal : 831-856.

Mutamimah, Suyamtinah, dan Nurhayatie Tatiek, 1998. Reaksi Harga Saham Terhadap

Pengumuman Pergantian Kepimimpinan Soeharto. Jurnal Bisnis Strategi, Vol.

4/Tahun II/ Desember 1999.

Petersen, Pamela P., 1989. Event Studies; Review of Issues and Methodology.

Quarterly Journal of Business and economics, Summer. Vol. 28 No. 3, Hal: 36-

66.

Poncowati, Srikandi D., 2005. Reaksi Pasar Modal Indonesia terhadap Pemilihan

Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahap II di Indonesia tanggal 20 September

2004. Tesis Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister Manajemen

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak Dipublikasikan.

Sasono, 2005. Reaksi Harga Saham di Bursa Efek Jakarta dengan Adanya Peristiwa

Pemilihan Presiden Tahuun 2004. Tesis Mahasiswa Program Pasca Sarjana

Magister Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak

Dipublikasikan.

Sekaran, U., 2003. Research Methods for Bussiness. New York: John Wiley & Sons,

Inc.

Soebagiyo, Daryono dan Endah H. Prsetyowati, 2003. Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Indeks Harga Saham di Indonesia. Jurnal Ekonomi

Pembangunan Vol. 4 Tahun 2003.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Sunariyah, 2000. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP AMP

YKPN, Edisi Kedua.

Suryawijaya, Marwan A., 1996. U.S. Multinasional Stock Price Reaction to host

Country’s Govermnetal Change: The Case of Prima Minister Takashita’s

Resignation. Kelola No. 11/VII/1996, Hal: 126-153.

Suryawijaya, Marwan A., dan Setiawan, Faizal A., 1998. Reaksi Pasar Modal Indonesia

Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri (Even Study pada Peristiwa 27 Juli

1996). Kelola No. 18/VII/1998, Hal: 137-153.

Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995.

Bombing to Economy: Learning Experience. Warta Ekonomi Edisi 27 Juli 2009.

Widoadmojo, Sawidji, 1996. Teknik Memetik Keuntungan di Bursa Efek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Wild, John J., Subramanyam, K.R., Halsey, Robert F., 2005. Financial Statement

Analysis. Jakarta: Salemba Empat.