DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK...

102
DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK (Studi Kasus Pada Remaja Kelas VIII yang Menjadi Korban Perceraian) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Oleh: Haris Yuliaji NIM: 121114064 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK...

Page 1: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI

ANAK

(Studi Kasus Pada Remaja Kelas VIII yang Menjadi Korban Perceraian)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Haris Yuliaji

NIM: 121114064

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

iv

HALAMAN MOTTO

“Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” (Matius 7:8)

“Jangan kuatir akan hari esok, karena TUHAN yang mengatur hidupmu”

“Masa-masa sulit akan menjadi masa-masa indah, ketika hati kita tetap tinggal dalam hati Tuhan.”

“Tak Masalah seberapa sering kau jatuh, yang terpenting adalah seberapa cepat kau bangkit.”

(Arsene Wenger)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Tuhan Yang Maha Esa dan Bunda Maria yang senantiasa mengasihi dan memberikan anugerah terindah dalam hidup saya..

Kedua orang tuaku Margiono dan Marti yang senantiasa mendoakan, memberi dukungan dan semangat

baik secara moril maupun materil.

Tidak lupa terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Kakakku Ony Ginanjar

dan Kepada Adik saya Dyah Palupi Tri Setyowati

,

dan teman-teman kepeters:

Tole, Ervin, Alvita, Rubi, Dida, Haris, Martin, Afika, Ryan, Efi, Cangyan, Angga Ditya

Kepada teman-teman BK 2012 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu beserta seluruh dosen BK

Sanata dharma

Kepada dosen pembimbing yang dengan sabar selalu membantu proses skripsi dan memberi pengarahan

Kepada SMP 2 Ungaran yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian

Almamater tercinta Universitas Sanata Dharma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

viii

ABSTRAK

DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI

KEMATANGAN EMOSI ANAK

(Studi kasus pada remaja kelas VIII yang menjadi korban perceraian)

Haris Yuli Aji

Universitas Sanata Dharma 2018

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mendapatkan gambaran kondisi

emosi anak yang menjadi korban perceraian orangtua. (2) apa dampak

perceraian orangtua yang akan terjadi pada anak.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Subjek

penelitian ini adalah anak kelas delapan sekolah menengah pertama yang

menjadi korban perceraian orangtuanya. Metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, analisis data meliputi

reduksi data dan pengkodean. Validitasi data penelitian menggunakan

trianggulasi dimana peneliti melakukan wawancara dengan beberapa dari

subyek.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dampak peceraian orangtua

terhadap kondisi emosi anak dapat berdampak negatif. Dampak negatif

banyak ditampakan oleh ekspresi emosi yang berlebihan, tidak terkontrol, rasa

frustasi menghadapi masa depan serta tidak mampu bersikap rasional.

Kata Kunci : Kondisi Kematangan Emosi, Perceraian, Dampak

Perceraian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

ix

ABSTRACT

THE IMPACT OF A DIVORCE TO CHILDREN’S EMOTIONAL

MATURITY

(A Case Study on VIII graders with divorced parents)

Haris Yuli Aji

Sanata Dharma University

2018

This research was aimed at: (1) finding the description of emotional

maturity of children with divorced parents. (2) finding the impact of divorce

to children.

This research used the qualitative research method. The subjects were

the junior high school eighth graders with divorced parents. Data collecting

method used in this research was interview. Data analysis included data

reduction and coding. Research data validation used triangulation where the

researcher interview some of the subjects.

Research result showed that divorce could give negative impacts to

children’s emotional condition. Negative impacts were often manifested by

excessive and uncontrolled emotional expression, frustration in facing the

future and inability to act rationally.

Keyword: Emotional Maturity Condition, Divorce, Divorce Impact.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat dan

rahmat-Nya sehingga, penulisan tugas akhir dengan judul “Dampak Perceraian

Orangtua terhadap Kondisi Kematangan Emosi Anak” dapat terselesaikan dengan

baik dan lancar.

Selama penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang

ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung setiap proses yang

penulis jalani. Oleh karenanya, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling.

3. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling dan juga selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu

mendampingi dengan penuh kesabaran, telaten, selalu memberikan

saran, motivasi, petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

4. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling

atas bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh studi.

5. Mas Moko atas pelayanan yang diberikan dengan ramah dan sabar

selama penulis menempuh studi di Program Studi Bimbingan dan

Konseling.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................. vii

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

ABSTRACT ......................................................................................................... xi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Rumusan masalah ........................................................................................... 7

C. Fokus Penelitian ............................................................................................ 7

D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7

E. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8

F. Batasan Istilah ................................................................................................ 9

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 10

A. Emosi.............................................................................................................. 10

1. Pengertian Emosi ..................................................................................... 10

2. Pengertian Kematangan Emosi ................................................................ 11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

xiii

3. Ciri-Ciri Emosi pada Remaja ................................................................... 13

4. Ciri-Ciri Kematangan Emosi .................................................................... 15

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi..........................20

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi..........................21

B. Perceraian Orangtua ....................................................................................... 22

1. Pengertian Perceraian ............................................................................... 22

2. Faktor-Faktor Penyebab Percerain ........................................................... 24

3. Dampak Perceraian Terhadap Kondisi Kematangan Emosi Anak .......... 28

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 34

A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 34

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 35

C. Subjek Penelitian ............................................................................................ 35

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 35

E. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 38

F. Keabsahan Data .............................................................................................. 40

BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................... 41

A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................... 41

B. Sajian Data Penelitian .................................................................................... 42

C. Hasil Penelitian...............................................................................................43

D. Pembahasan....................................................................................................56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 61

A. Kesimpulan .................................................................................................... 61

B. Implikasi Bagi Pelaksana Layanan BK di Sekolah ........................................ 61

C. Keterbatasan Peneliti ...................................................................................... 63

D. Saran...............................................................................................................63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

xiv

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 64

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Panduan Wawancara ....................................................................... 36

Tabel 2 Agenda Pelaksanaan Wawancara.................................................... 41

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Koding ................................................................................. 66

Lampiran 2. Verbatim .............................................................................. 75

Lampiran 3.Surat Perizinan Penelitian ..................................................... 85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Dalam bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah/kasus,

fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Remaja cenderung memiliki emosi yang tidak stabil yang muncul

dalam berbagai bentuk. Pada fase ini perilaku remaja menjadi sulit diduga

dan menjadi lebih tidak terkontrol. Bentuk-bentuk emosi yang nampak

dalam masa remaja antara lain marah, malu, takut cemas, cemburu, iri hati,

gembira, sedih dan rasa ingin tahu. Remaja yang mampu mengendalikan

emosinya dapat mendatangkan kebahagian, namun remaja yang belum

mampu mengeontrol emosinya dapat berakibat kurangnya pengendalian

diri yang baik. Hal ini dapat mengakibatkan remaja dalam menghadapi

masalahnya merasa tidak aman,tidak senang, khawatir, dan kesepian.

Remaja memiliki emosi yang cenderung labil, hal ini dikarenakan

perubahan emosi selama masa awal remaja biasanya terjadi lebih cepat.

Remaja yang mampu menguasai emosi dapat membuat remaja sanggup

menggontrol emosi dalam banyak situasi. Penguasaan emosi yang baik

dapat mendatangkan kebahagian yang biasa disebut kematangan emosi.

Kematangan emosi dapat diartikan sebagai kemampuan individu

untuk mengadakan tanggapan-tanggapan emosi secara matang dan mampu

mengontrol serta mengendalikan emosinya sehingga menunjukan suatu

kesiapan dalam bertindak. Orang yang emosinya matang mampu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

2

mengadakan penyesuaian antara yang diinginkan dan kenyataan yang ia

hadapi. Menurut walgito (2004 : 45) bahwa ada beberapa tanda yang

menunjukan individu yang mengalami kematangan emosi antara lain

adalah sebagai berikut:

1. Orang yang telah matang emosinya dapat menerima baik

keadaan dirinya maupun keadaan orang lain seperti apa

adanya, sesuai dengan keadaan obyektifnya.

2. Orang yang matang emosinya pada umumnya tidak bersifat

implusif. Ia akan merespon stimulus dengan cara berpikir

baik, dapat mengtur pikirannya, untuk memberikan

tanggapan terhadap stimulus yang mengenainya.

3. Orang yang telah matang emosinya dapat mengontrol

emosinya dengan baik, dapat mengontrol ekpresi emosinya.

Walaupu seseorang dalam keadaan marah, tetapi

kemarahan itu tidak ditampakan keluar, dapat mengatur

kapan kemarahan itu perlu dimanifestasikan.

4. Karena orang yang telah matang emosinya dapat berpikir

secara obyektif maka orang yang telah matang emosinya

akan bersifat sabar, penuh pengertian, dan pada umumnya

cukup mempunyai toleransi yang baik.

5. Orang yang telah matang emosinya akan mempunyai

tanggung jawab yang baik, dapat berdiri sendiri, tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

3

mudah mengalami frustasi, dan akan menghadapi masalah

dengan penuh pengertian.

Remaja cenderung memiliki emosi yang labil, hal ini dikarenakan

perubahan emosi selama masa awal remaja biasanya terjadi lebih cepat.

Masa remaja mempunyai energi yang besar, perkembangan emosi yang

belum stabil seperti marah, takut, bangga, rasa malu, cemas, cemburu, iri

hati, rasa sedih, kasih sayang, rasa ingin tahu, cinta dan benci, sedangkan

pengendalian diri pada masa remaja belum terbentuk secara sempurna.

Remaja yang memiliki kebiasaan menguasai emosi dapat membuat remaja

sanggup mengontrol emosi dalam banyak situasi. Penguasaan emosi yang

baik menjadikan remaja dapat mengendalikan emosinya sehingga dapat

mendatangkan kebahagian yang biasa disebut kematangan emosi.

Walgito (2004) berpendapat bahwa antara kematangan emosi dan

pikiran akan saling berkaitan. Apabila seseorang telah matang emosinya

dan dapat mengendalikan emosinya, maka ia akan mampu berpikir secara

matang. Remaja yang emosinya matang akan memberikan reaksi

emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau ke suasana

hati yang lain.

Untuk membentuk kematangan emosi anak yang baik ada beberapa

faktor yang menentukan antara lain membimbing anak di lingkungan

sekolah agar emosinya terjaga stabil. Remaja yang usianya berkisar 13-18

tahun masih dalam posisi awal, dimana remaja masih banyak mengalami

masalah, baik masalah fisik maupun psikologis. Secara fisik remaja belum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

4

siap bekerja, tetapi pada anak tertentu pekerjaan pada usia ini merupakan

suatu keterpaksaan, karena secara psikologis remaja belum siap mental,

belum dapat secara penuh tanggung jawab, masih sangat emosional dan

belum mandiri.

Mengendalikan emosi itu perlu, karena emosi mempunyai

kemampuan untuk mengkomunikasin diri kepada orang lain, supaya

pergaulan sehari-hari dapat berjalan dengan lancar dan dapat mengikuti

kehidupan yang tentram. Kematangan emosi adalah kesanggupan individu

untuk mengahadapi tekanan berat dalam kondisi yang tetap baik.

Kematangan emosi anak yang baik dapat terbentuk karena beberapa

faktor, salah satunya faktor yang mempengaruhi yaitu dalam hubungannya

dengan orangtua atau keluarga. Keluarga merupakan tempat yang pertama

dan utama bagi anak, karena keluarga merupakan tempat anak untuk

menghabiskan sebagian besar waktu dalam kehidupannya. Keluarga pada

awalnya terbentuk karena adanya perkawinan. Dalam sebuah hubungan

tidak jarang menimbulkan harapan-harapan yang tidak realistik baik di

pihak suami ataupun istri. Hal ini tidak menutup kemungkinan perkawinan

tersebut dapat mengalami kehancuran atau perceraian.

Perceraian dapat diartikan sebagai berakhirnya hubungan suami

istri karena ketidak cocokan antara keduanya dan diputuskan oleh hukum.

Perceraian merupakan peralihan besar dalam penyesuaian dengan keadaan,

anak akan mengalami reaksi emosi dan perilaku karena kehilangan salah

satu orangtuanya. Anak akan membutuhkan dukungan, kepekaan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

5

kasih sayang yang lebih besar untuk membantu mengatasi kehilangan

yang dialaminya selama masa sulit ini. Hubungan yang tidak rukun

dengan orangtua akan lebih banyak menimbulkan kemarahan dan

kecemburuan sehingga emosi ini akan cenderung menguasai kehidupan

anak.

Tingginya jumlah perceraian di Indonesia menjadi tolak ukur

banyaknya anak-anak yang menjadi korban perceraian. Menurut Sindo

Weekly Magazine selama periode 2005 hingga 2010 terjadi peningkatan

hingga 70%. Tingkat perceraian sejak 2005 terus meningkat diatas 10%

setiap tahunnya. Pada tahun 2010, terjadi 285.184 perceraian di seluruh

Indonesia. Penyebabnya adalah akibat faktor ketidakharmonisan, tidak ada

tanggung jawab, dan masalah ekonomi. Tingginya angka perceraian ini,

secara tidak langsung menunjukan banyaknya anak-anak korban

perceraian.

Berbagai macam kepedihan dirasakan anak korban perceraian

seperti terluka, bingung, marah, dan tidak aman. Sering pula mereka

berkhayal akan rujuknya kedua orangtua mereka. Realitanya diduga

banyak anak dari keluarga yang bercerai memiliki sikap bandel, nakal,

pesimis, penakut, dan tidak konsentrasi dalam menerima pelajaran di

sekolah serta tidak percaya diri sehingga dalam bersosialisasi tidak dapat

berjalan dengan baik. Oleh karena itu keluarga merupakan bagian

terpenting dalam pembentukan kematangan emosi anak. hubungan yang

baik dalam keluarga dapat memberikan rasa aman dan percaya diri pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

6

anak sehingga anak dapat menjalankan tugas perkembangan masa

remajanya dengan baik. Hubungan keluarga yang utuh di asumsikan

memberikan pengaruh yang besar terhadap kematangan emosi anak dalam

menghadapi berbagai macam kesulitan dalam bergaul dengan orang lain di

luar rumah.

Sebagian besar anak-anak korban perceraian cenderung tidak dapat

mengontrol emosi dari orangtua mereka yang sudah bercerai,

mengakibatkan keinginan untuk melampiaskan rasa frustasi mereka

dengan melakukan hal-hal yang berlawanan dengan peraturan misalnya

saja memberontak dan sebagainya. Anak menjadi merasa kurang

diperhatikan, misalnya di sekolah anak sering membolos, bertengkar

dengan teman sebayanya, jarang pulang ke rumah, sering melanggar

peraturan sekolah seperti ke sekolah terlambat, merokok di lingkungan

sekolah, namun masih ada siswa yang berasal dari keluarga yang tidak

utuh atau korban perceraian, tetapi dia mampu hidup mandiri, aktif di

organisasi sekolah, bahkan memiliki prestasi yang baik di bidang

akademiknya. Anak tersebut merasa bahwa walaupun orangtua mereka

telah bercerai, namun ia tidak boleh patah semangat ataupun terpuruk

kehidupannya.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin mengambil

penelitian dengan judul “Dampak Perceraian Terhadap Kondisi

Kematangan Emosi Anak”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

7

B. Identifikasi Masalah

Melihat dari latar belakang masalah terkait dengan dampak perceraian

terhadap kondisi emosi anak. maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Adanya dampak negatif yang diperoleh anak dengan bercerainya

orangtuanya.

2. Ketidakmampuan anak mengendalikan emosinya karena orangtuanya

yang bercerai.

3. Adanya perilaku yang menyimpang dari anak karena faktor perceraian

orangtuanya

C. Pembatasan Masalah

Melihat berbagai bentuk permasalahan yang muncul dalam latar belakang

perlu dilakukannya penelitian mengapa banyak terjadi kasus perceraian di

Indonesia. Sebuah penelitian studi kasus yang bertujuan untuk

mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang

khususnya dalam hal kondisi emosi anak yang orangtuanya bercerai.

D. Rumusan masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan

kondisi emosi remaja terhadap orangtuanya yang bercerai terdapat

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran kondisi emosi anak korban perceraian

orangtua sebelum terjadi perceraian ?

2. Bagaimanakah gambaran kondisi emosi anak korban perceraian

orangtua setelah terjadi perceraian ?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

8

3. Apa dampak yang akan didapatkan anak yang menjadi korban

perceraian orangtua ?.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mendapatkan gambaran kondisi emosi anak korban perceraian

orangtua sebelum terjadinya perceraian.

2. Mendapatkan gambaran kondisi emosi anak korban perceraian

orangtua setelah terjadinya perceraian.

3. Mendeskripsikan dampak perceraian orangtua terhadap kematangan

emosi anak

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap muncul beberapa

manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Memberikan sumbangan pengetahuan, khususnya dalam hal

kondisi emosi anak yang menjadi korban perceraian, sehingga dapat

dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian

yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan oleh guru

bimbingan dan konseling untuk membantu anak yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

9

mengalami gangguan pengendalian emosi, terutama pada anak

yang orangtuanya bercerai.

b. Penulis memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru

mengenai kondisi emosi anak yang orangtuanya bercerai.

c. Penuis mendapat kesempatan pembelajaran dan mengalami

praktik langsung melakukan prosedur penelitian dan

pengembangan secara imiah.

G. Batasan Istilah

1. Emosi

Emosi merupakan perasaan atau afeksi yang melibatkan kombinasi

antara gejolak fisiologis seperti denyut jantung yang cepat dan perilaku

yang tampak seperti senyuman atau ringisan.

2. Kematangan Emosi

Orang yang telah matang emosinya pada umumnya mampu

mengontrol dan mengarahkan emosi, dapat menerima diri sendiri, dan

orang lain apa adanya. Orang yang sudah matang emosinya mampu

menyikapi masalah secara positif, tidak egois, dapat mengontrol

lingkungan dan mempunyai pandangan hidup.

3. Perceraian Orangtua

Perceraian merupakan berakhirnya hubungan suami istri karena

ketidakcocokan antara keduanya dan diputuskan oleh hukum. Faktor-

faktor penyebab perceraian antara lain adalah adanya perbedaan

prinsip antara suami dan istri, kekerasan dalam rumah tangga, tekanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

10

kebutuhan ekonomi, kematian, perselingkuhan, dan ketidakharmonisan

dalam rumah tangga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian mengenai pengertian emosi, ciri-ciri emosi pada

remaja, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi, pengertian

perceraian, faktor-faktor yang dapat menyebabkan perceaian.

A. Emosi

1. Pengertian Emosi

Emosi mempunyai peran penting dalam kehidupan, karena emosi

mempunyai pengaruh terhadap penyesuaian pribadi dan sosial seseorang.

Emosi merupakan suatu bentuk komunikasi, karena dalam emosi terjadi

perubahan mimik wajah dan fisik yang menyertai emosi, seseorang dapat

mengungkapkan perasaan yang menyenangkan maupun tidak

menyenangkan, serta mendorong interaksi sosial. Melalui emosi seseorang

dapat mengubah perilaku agar dapat menyesuaikan diri dari tuntutan dan

aturan yang ada.

Menurut Sarlito Wirawan (dalam Yusuf, 2009) emosi merupakan

setiap keadaan pada diri seseorang yang di sertai warna afektif baik pada

tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas. Sedangkan menurut Crow

dan Crow (dalam Sunarto, 2006) mendefinisikan emosi adalah

pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu

tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang

tampak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

12

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa emosi

merupakan perasaan atau afeksi yang melibatkan kombinasi antara gejolak

fisiologis seperti denyut jantung yang cepat dan perilaku yang tampak

seperti senyuman atau ringisan.

2. Penegertian Kematangan Emosi

Menurut Walgito (2004) kematangan emosi dapat diartikan sebagai

kemampuan individu untuk mengadakan tanggapan-tanggapan emosi

secara matang dan mampu mengontrol serta mengendaikan emosinya

sehingga menunjukan suatu kesiapan dalam bertindak. Orang yang

emosinya matang mampu mengadakan penyesuaian antara yang di

inginkan dan kenyataan yang dihadapi. Kematangan emosi dan pikiran

akan saling kait mengkait. Seseorang dikatakan matang emosinya apabila

telah dapat mengendalikan emosinya, maka individu akan berpikir secara

matang, berpikir secara baik, dan berpikir secara objectif. Remaja yang

emosinya matang akan memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak

berubah-ubah dari satu emosi ke suasana hati lain.

Seseorang yang telah mencapai kematangan emosi mampu

berorientasi pada lingkungan serta mampu meredam emosinya dalam

menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya dan dapat menerima

kritik dan saran dari orang lainserta dapat bertanggung jawab dan mampu

beradaptasi dengan ingkungan yang baru untuk mencapai tujuan-tujuan

diharapkan dalam menjalani hidup bermasyarakat. Chaplin (2006)

mengatakan bahwa kematangan emosi adalah suatu keadaan atau kondisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

13

mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosional dan oleh

karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan pola

emosional yang pantas bagi anak-anak. istilah kematangan atau

kedewasaan seringkali membawa implikasi adanya kontrol emosi. selain

itu menurut Hamalik kematangan emosi adalah suatu istilah yang relatif,

menunjukan tingkatan terhadap keadaan psikologi dan emosi, pada setiap

bagian dari jenjang kehidupan, dimana seseorang telah untuk menemukan

dan mampu menggunakan sumber-sumber yang tersedia pada dirinya

dalam proses pertumbuhan.

Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan

yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi

oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan

keluarga dan kelompok teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut cukup

kondusif, dalam arti kondisinya di warnai oleh hubungan yang harmonis,

saling mempercayai, saling menghargai, dan penuh tanggung jawab, maka

remaja cenderung dapat mencapai kematangam emosionalnya. Sebaliknya,

apabila kurang di persiapkan untuk memahami peran-perannya dan kurang

mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua atau pengakuan

teman sebaya, mereka cenderung akan mengalami kecemesan, perasaan

tertekan atau ketidaknyamanan emosional.

Menurut Syamsu Yusuf (2009 :197) dalam menghadapi

ketidaknyamanan emosional tersebut, tidak sedkit remaja yang

mereaksinya secara depensif, sebagai upaya untuk melindungi kelemahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

14

dirinya. Reaksinya itu tampil dalam tingkah laku malasuai seperti, agresif,

melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi dan senang mengganggu dan

melarikan diri dari kenyataan, melamun, pendiam, senang menyendiri, dan

meminum-minuman keras dan obat-obat terlarang.

Berdasarkan uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

kematangan emosi secara umum adalah suatu keadaan dimana seseorang

dapat berpikir secara realitis, objektif dan dapat mengendalikan emosinya.

Seseorang yang telah matang emosinyaakan dapat menyelesaikan

masalahnya dengan baik, stabil, dan tenang secara emosional. Tercapainya

kematangan emosi ditandai dengan dapat menghadapi kenyataan seperti

yang sesungguhnya terjadi, mau menerima keadaan orang lain

sebagaimana adanya, dapat menyalurkan emosinya dengan lebih baik dan

rasional, serta dapat mengontrol emosinya dan ekspresi emosinya secara

tepat dan wajar.

3. Ciri-Ciri Emosi pada Remaja

Masa remaja biasanya dianggap ketika anak secara seksual menjadi

matang. Remaja sering berusaha mengatasi ketakutan yang muncul dari

persoalan kehidupan. Dengan bertambahnya umur menyebabkan

terjadinya perubahan emosi.

Menurut Biehler (dalam Sunarto dan Hartono, 2006) membagi ciri-

ciri emosional pada remaja menjadi dua, yaitu usia 12-15 tahun dan 15-18

tahun. Ciri-ciri emosional remaja usia 12-15 tahun:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

15

a. Pada usia ini seorang siswa cenderung banyak murung dan

tidak dapat diterka.

b. Siswa mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi

kekurangan dalam hal rasa percaya diri.

c. Ledakan-ledakan kemarahan mungkin bisa terjadi.

d. Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan

pendapatnya sendiri yang di sebabkan kurangnya rasa percaya

diri.

Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun:

a. Pemberontakan remaja merupakan pernyataan-pernytaan atau

ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak

ke dewasa.

b. Karena bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaja yang

mengalami konflik dengn orangtua mereka.

c. Siswa pada usia ini sering melamun, memikirkan masa depan

Menurut Yusuf (2009) emosi sebagi suatu peristiwa psikologi yang

mengandung ciri-ciri yaitu: lebih besifat subjektif daripada peristiwa

psikologi lannya seperti pengamatan dan berpikir, bersifat fluktuatif atau

tidak tetap dan banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan

panca indera.

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

emosi pada remaja antara lain yaitu cenderung banyak murung, emosi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

16

yang meledak-ledak, melampiaskan emosi dengan pemberontakan, tidak

mempunyai toleransi terhadap orang lain dan merasa dirinya paling benar.

4. Ciri-Ciri Kematangan Emosi

Ciri-ciri kematangan emosi merupakan hal yang dapat dilihat,

sehingga mampu untuk membedakan seseorang yang matang emosinya

dan tidak matang emosinya. Walgito (2004) mengatakan bahwa bila

seseorang telah matang emosinya, telah dapat mengendalikan emosinya,

maka akan dapat berpikir secara matang, berpikir secara baikdan berpikir

secara obyektif.seperti yang diungkapkan Walgito (2004) menjelaskan ada

beberapa ciri-ciri kematangan emosi, yaitu:

a. Orang yang telah matang emosinya dapat menerima baik

keadaan dirinya maupun keadaan orang lain seperti apa

adanya, sesuai dengan keadaan obyektifnya.

b. Orang yang matang emosinya pada umumnya tidak bersifat

impulsif. Ia akan merespon stimulus dengan cara berpikir baik,

dapat mengatur pikirannya, untuk memberikan tanggapan

terhadap stimulus yang mengenainya.

c. Orang yang telah matang emosinya dapat mengontrol

emosinya dengan baik, dapat mengontrol ekspresi emosinya.

Walaupun seseorang dalam keadaan marah, tetapi kemarahan

itu tidak ditampakan keluar.

d. Orang yang telah matang emosinya dapat berpikir secara

obyektif, maka orang yang telah matang emosinya akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

17

bersifat sabar, penug pengertian, dan pada umumnya cukup

mempunyai toleransi yang baik.

e. Orang yang telah matang emosinya akan mempunyai tanggung

jawab yang baik, dapat berdiri sendiri, tidak mudah mengalami

frustasi, dan akan menghadapi masalah dengan penuh

pengertian.

Menurut Syamsu Yusuf (2009 : 197) remaja yang dalam proses

perkembangannya berada dalam iklim yang kondusif, cenderung akan

memperoleh perkembangan emosinya secara matang (terutama pada masa

remaja akhir). Kematangan emosi ini ditandai oleh cinta kasih, simpati,

senang menolong orang lain, respek, ramah dan dapat mengendalikan

emosi, tidak mudah tersinggung, tidak agresif, bersikap optimis, dan tidak

pesimis, dan dapat menghadapi situasi frustasi secara wajar.

Seseorang disebut matang emosionalnya jika ia telah mampu

belajar melatih seni penggunaan emosi sedemikian rupa sehingga akan

dapat membantu semua aspek kehidupan, keluarga, relasi sosial, dan

kesesuaian dirinya dengan dunia secara umum, dalam kaitannya dengan

kehidupan keluarga, kematangan emosi mengajari individu tentang cara

memainkan peran secara tepat diiringi cinta dan efisiensi, meredam

perselisihan dan pertengkaran serta membuat anggota keluarga menjadi

bahagia, membuat indvidu bersikap tegas bila memang hal itu dibutuhkan

atau mengabaikan sesuatu yang memang harus diabaikan. Kematangan

emosi juga mengajari bagaimana bergaul dengan orang lain secara efisien,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

18

bijaksana, lemah lembut dan penuh pengertian, membuat individu menjadi

patuh, bisa dipercaya dan luwes sehingga individu itu terbuka terhadap

pengalaman-pengalaman baru, bersedia terlibat dan siap mendamaikan

sesutau konfik yang sedang dan akan terjadi Maurus (2003 : 58-59).

Menurut Sutardjo (2004) lebih menunjukan ciri pokok kematangan

emosional seseorang dalam tiga kategori, yaitu mereka yang memiliki

kedisiplinan diri, determinasi diri dan kemandirian. Seseorang yang

memiliki disiplin diri adalah mereka yang dapat mengatur diri, hidupnya

teratur, menaati hukuman dan peraturan, sedang seseorang yang memiliki

determinasi diri adalah orang yang mampu membuat keputusan dalam

memecahkan suau masalah dan meakukan apa yang telah diputuskannya

itu. Sementara orang yang mandiri adalha orang yang tidak banyak

menggantungkan diri pada bimbingan dan kendali orang lain melainkan

lebih mendasarkan diri pada kemampuan, kemauan dan kekuatannya

sendiri.

Menurut Goleman (dalam Desmita, 2007) kecerdasan emosiona

atas lima komponen penting, yaitu:

a. Mengenali Emosi Diri

Goleman menyebutkan bahwa mengenali emosi diri sendiri

merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu

perasaan itu terjadi dari waktu ke waktu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

19

b. Mengelola Emosi

Goleman mengatakan bahwa kemampuan individu dalam

mengatur perasaannya, menenangkan dirinya, melepaskan diri dari

kemurungan, dan kebingungan sehingga emosi yang merisaukan

tetap terkendali, mengelola emosi berarti menangani perasaan agar

perasaan dapat terungkap dengan tepat. Kemampuan mengelola

emosi ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri,

melepaskan kecemasan, kemurungan, atau keteringgungan dan

akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit

dari perasaan-perasaan yang menekan.

c. Memotivasi Diri

Memotivasi diri yaitu memotivasi yang positif seperti

ditunjukan oleh kondisi rasa semangat, kumpulan perasaan

antusias, ketekunan, dan keyakinan diri merupakan hal mutlak

untuk memunculkan prestasi.

d. Mengenali Emosi Orang Lain

Goleman menyebutkan bahwa mengenal emosi orang lain

atau empati di bangun berdasarkan pada kesadaran diri,

kemampuan untuk mengenali apa yang dirasakan oleh orang lain

dalam kehidupan. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka

ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang

yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri

tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

20

e. Membina Hubungan dengan Orang Lain

Pada masa anak-anak, teman sebaya merupakan lingkungan

sosial yang paling diminati. Hurlock (1980) menyebutkan bahwa

masa akhir kanak-kanak sering disebut sebagai usia berkelompok

karena di tandai dengan adanya minat terhadap aktifitas teman-

teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima

sebagai anggota suatu kelompok dan tidak puas apabila tidak

bersama teman-temanya.

Menurut Maslow ( dalam Dariyo 2003 : 125) bahwa individu yang

mengalami kematangan emosi memperlihatkan beberapa ciri-ciri yaitu: tak

ada sindrom atau gangguan psikoneurotik seperti rasa takut, khawtir dan

cemas yang tidak beralasan. Mampu memandang hidup dan kehidupan

pribadinya secara positif yaitu memiliki insting atau pemahaman dan

penerimaan yang baik. Mempunyai spontanitas, mampu bertingkah laku

yang wajar dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan yang

berlangsung. Mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi secara

objektif. Tidak tergantung pada orang lain secara berlebihan.

Berdasarkan ciri-ciri dari para ahli diatas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa ciri-ciri kematangan emosi yaitu orang yang telah

matang emosinya pada umumnya mampu mengontrol dan mengarahkan

emosi, dapat menerima diri sendiri, dan orang lain apa adanya, mampu

menyikapi masalah secara positif, tidak egois, dapat mengontrol

lingkungan dan mempunyai pandangan hidup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

21

5. Faktor-Fator yang Memengaruhi Kematangan Emosi

Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi terlihat pada

perubahan tingkah laku. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan emosi menurut Soeparwoto (2004 : 76-78) adalah sebgai

berikut:

a. Perubahan jasmani, perubahan segi meliputi pertumbuhan cepat dari

badan. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas pada

bagian-bagian tertentu yang mengakibatkan postur tubuh atau jasmani

tidak seimbang.

b. Perubahan dalam hubungannya dengan orangtua, sikap orangtua dalam

menddik anak, misalnya secara otoriter, memanjakan anak, sikap acuh

tak acuh, penuh kasih sayang. Sikap-sikap tersebut dapat menyebabkan

ketegangan dan keitdaktegangan yang semuanya berpengaruh terhadap

perkembangan mental remaja termasuk perkembangan emosi

c. Perubahan dalam hubungannya dengan teman-teman, pada usia kurang

lebih 17-18 tahun, biasanya remaja mulai jatuh cinta dengan teman

lawan jenis atau dengan kenakalan-kenakalan lain. Gejala seperti ini

sehat, tetapi kemungkinan terjadinya konflik juga ada. Gangguan

emosional yang mendalam dapat terjadi akibat cinta yang tidak

terbalas atau karena pemutusan hubungan dari satu pihak, hal ini akan

mendatangkan kecemasan bagi orangtua dan bagi diri sendiri.

d. Perubahan pandangan luar, pandangan luar dapat menyebabkan

konflik yang di sebabkan karena sikap dunia luar terhadap remaja tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

22

konsisten, dan dunia luar masih mempunyai nila-nilai yang berbeda

untuk remaja laki-laki dan perempuan.

e. Perubahan dalam hubungannya dengan sekolah, remaja sering

terbentur nilai-nilai yang tidak dapat diterima atau bertentangan

dengan nilai-nilai yang menarik bagi remaja, maka timbulah idealisme

untuk mengubah lingkungannya.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi

Walgito (2004) mengatakan bahwa kematangan emosi berkaitan

dengan unsur individu. Salah satu ciri kedewasaan seseorang dilihat dari

segi psikologis ialah bila seseorang telah dapat mengendalikan emosinya,

dan dengan demikian dapat berpikir secara baik, dapat menempatkan

persoalan sesuai dengan keadaan obyektif.

Rogers (1981) menguraikan beberapa faktor yang mempengaruhi

kematangan emosi yaitu:

a. Keluarga

Pengalaman dengan keluarga memengaruhi perkembangan emosi

seseorang dan menumbuhkan perasaan kesepian, ketakutan, dan

kecemasan akan perpisahan.

b. Jenis Kelamin

Perempuan lebih matang emosinya daripada laki-laki. Peneliti

Barkeley menunjukan bahwa perilaku perempuan terganggu pada

awal masa remaja, barangkali karena budaya permisif pada

perempuan yang mengakibatkan perempuan cepat emosi, tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

23

lebih cepat stabil dibandingkan laki-laki dan perempuan lebih

dapat mengekspresikan emosinya daripada laki-laki.

c. Televisi

Televisi memberikan gambaran yang membingungkan antara yang

nyata dan tidak nyata. Efeknya sangat besar terutama film-film

keras sehingga mengakibatkan munculnya agresi.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa faktor yang

memengaruhi kematangan emosi antara lain usia, keluarga, lingkungan,

jenis kelamin, media televisi, pengalaman serta individu itu sendiri.

B. Perceraian Orangtua

1. Pengertian Perceraian

Keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama bagi anak. selain

itu keluarga juga merupakan pondasi primer bagi perkembangan anak,

karena keluarga merupakan tempat anak untuk menghabiskan sebagian

besar waktu dalam kehidupanya. Keluarga pada awalnya terbentuk karena

adanya perkawinan. Perkawinan merupakan proses dimana manusia dari

berbagai perbedaan dan berusaha untuk mengintegrasikan dirinya untuk

membangun kebersamaan dalam rumah tangga. dalam sebuah hubungan

tidak jarang menimbulkan harapan-harapan yang tidak realistik baik di

pihak suami maupun istri. Namun ketika harapan-harapan yang tidak

realistik ini dihadapkan dengan realistis kehidupan sehari-hari sebagai

suami istri, maka tidak jarang hal-hal yang dianggap sepele kemudian dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

24

menimbulkan kekecewaan, seperti sikap egois, mudah marah, keras kepala

dan lain-lain.

Akibat kondisi ini maka sering timbul pertengkaran yang pada

akhirnya membuat mereka merasa bahwa perkawinan mereka tidak seperti

yang diharapkan dan merasa kecewa. Untuk mengatasi rasa kecewa tersebut

suami istri harus mengadakan negoisasi, jika negoisasi berhasil maka

hubungan suami istri akan membaik, sebaliknya jika suami istri tidak

menegoisasikan maka tidak menutup kemungkinan perkawinan tersebut

mengalami kehancuran atau perceraian.

Perceraian adalah cerai hidup antara pasangan suami istri sebagai

akibat dari kegagalan mereka menjalankan peran masing-masing, dalam hal

ini perceraian dilihat sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan

dimana pasangan suami istri kemudian hidup berpisah dan secara resmi

diakui oleh hukum yang berlaku Erna Karim (dalam Ihromi, 2004).

Menurut Agoes Dariyo (2008) perceraian merupakan peristiwa yang

sebenarnya tidak direncanakan dan dikehendaki kedua individu yang sama-

sama terikat dalam perkawinan. Perceraian merupakan terputusnya keluarga

karena saah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk saling

meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai

suami istri. Selain itu menurut Yusuf (2004) perceraian orangtua adalah

keadaan keluarga yang tidak harmonis, tidak stabi atau berantakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

25

Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perceraian

merupakan berakhirnya hubungan suami istri karena ketidakcocokan antara

keduanya dan diputuskan oleh hukum.

2. Faktor-Faktor Penyebab Perceraian

Setiyanto (2005) menyebutkan ada beberapa hal yang dapat

menyebabkan perceraian, yaitu sudah tidak ada kecocokan, adanya faktor

orang ketiga, sudah tidak adanya komunikasi. Sedangkan menurut Dariyo

(2008) menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadi

perceraian suami istri diantaranya sebagai berikut:

a. Masalah Keperawanan (virginity)

Bagi seorang individu laki-laki yang menganggap

keperawanan sebagai sesuatu yang penting, kemungkinan masalah

keperawanan akan mengganggu proses perjalanan kehidupan

perkawinan, tetapi bagi laki-laki yang tidak mempermasalahkan

tentang keperawanan, kehidupan perkawinan akan dapat

dipertahankan dengan baik. Kenyataan disebagian besar

masyarakat wilayah Indonesia masih menjunjung tinggi dan

menghargai keperawanan seorang wanita. Karena itu, faktor

keperawanan danggap sebagai sesuatu yang suci bagi wanita yang

akan memasuki pernikahan. Itulah sebabnya, keperawanan menjadi

faktor yang mempengaruhi kehidupan perkawinan seseorang.

b. Ketidaksetiaan salah satu pasangan hidup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

26

Keberadaan orang ketiga memang akan mengganggu

kehidupan perkawinan, bila dantara keduanya tidak ditemukan

kata sepakat untuk menyelesaikan dan saling memaafkan, akhirnya

perceraianlah jalan terbaik untuk mengakhiri hubungan pernikahan

itu.

c. Tekanan kebutuhan ekonomi keluarga

Sudah seajarnya, seorang suami bertanggung jawab

memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Ituah sebabnya, seorang

istri berhak menuntut supaya suami dapat memenuhi kebutuhan

ekonomi keluarga. Bagi mereka yang terkena PHK, hal itu

dirasakan amat berat. Untuk menyelesaikan masalah itu

kemungkinan seorang istri menuntut cerai dari suaminya.

d. Tidak mempunyai keturunan

Kemungkinan karena tidak mempunyai keturunan

walaupun menjalin hubungan pernikahan bertahun-tahun dan

berupaya kemana-mana untuk mengusahakannya, namun tetap saja

gagal. Guna menyelesaikan masalah keturunan ini mereka sepakat

mengakhiri pernikahan itu dengan bercerai dan masing-masing

menentukan nasib sendiri.

e. Salah satu dari pasangan hidup meninggal dunia

Setelah meninggal dunia dari salah satu pasangan hidup,

secara otomatis keduanya bercerai. Apakah kematian tersebut

disebabkan faktor sengaja (bunuh diri) ataupun tidak sengaja (mati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

27

dalam kecelakaan, sakit atau terkena bencana alam) tetap

mempengaruhi terjadinya perpisahan (perceraian) suami istri.

f. Perbedaan prinsip, ideologi atau agama

setelah memasuki jenjang pernikahan dan kemudian

memiliki keturunan, akhirnya mereka baru sadar adanya

perbedaan-perbedaan itu. Masalah mulai timbul mengenai

penentuan anak harus mengikuti aliran agama dari puihak siapa,

apakah ikut ayah atau ibunya. Rupanya hal itu tidak dapat

diselesaikan dengan baik sehingga perceraianlah jalan terakhir bagi

mereka.

Menurut Dodi Ahmad Fauzi (2006), ada beberapa faktor-faktor

penyebab perceraian antara lain sebagai berikut:

a. Ketidak harmonisan dalam rumah tangga

Alasan diatas adalah alasan yang paling kerap dikemukakan

oleh pasangan suami istri yang akan bercerai. Ketidakharmonisan

bisa disebabkan oleh berbagai hal antara lain, krisis keuangan,

krisis akhlak, dan adanya orang ketiga. Dengan kata lain, istilah

keharmonisan adalah terlalu umum sehingga memerlukan

perincian yang lebih mendetail.

b. Krisis moral dan akhlak

Selain ketidakharmonisan dalam rumah tangga, perceraian

juga sering memperoleh landasan berupa krisis moral dan akhlak

yang dapat dilalaikannya tanggung jawab baik oleh suami maupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

28

istri, poligami yang tidak sehat, penganiayaan, pelecahan dan

keburukan perilaku lainnya yang dilakukan baik oleh suami

maupun istri misal mabuk, berzinah, terlibat tindak kriminal,

bahkan utang piutang.

c. Perzinahan

Di samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan

terjadinya perceraian adalah perzinahan, yaitu hubungan sexsual di

luar nikah yang dilakukan baik oleh suami maupun istri

d. Penikahan tanpa cinta

Alasan lainnya yang kerap dikemukakanoleh suami istri,

untuk mengakhiri sebuah perkawinan adalah bahwa perkawinan

mereka telah berlangsung tanpa dilandasi adanya cinta. Untuk

mengatasi kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa cinta,

pasangan harus merefleksi diri untuk memahami masalah

sebenarnya, juga harus berupaya untuk menciba menciptakan

kerjasama dalam menghasilkan keputusan yang terbaik.

e. Adanya masalah-masalah dalam perkawinan

Dalam sebuah perkawinan pasti tidak akan lepas dari yang

namanya masalah. Masalah dalam perkawinan itu merupakan suatu hal yang

biasa, tapi percekcokan yang berlarut-larut dan tidak dapat didamaikan lagi

secara otomatis akan disusul dengan pisah ranjang.

Dari beberapa faktor-faktor para ahli diatas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa faktor-faktor penyebab perceraian antara lain yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

29

adanya perbedaan prinsip antara suami dan istri, kekerasan dalam rumah

tangga, tekanan kebutuhan ekonomi, kematian, perselingkuhan, dan

ketidakharmonisan dalam rumah tangga.

3. Dampak Perceraian Terhadap Kondisi Kematangan Emosi Anak

Perceraian memang tidak hanya menimbulkan gangguan emosional

bagi pasangan yang bercerai tetapi juga anak-anak akan terkena dampaknya.

Dampak perceraian terhadap anak lebih berat dibanding pada orang tua.

Terkadang anak akan merasa terperangkap di tengah-tengah saat orang tua

bercerai. Rasa marah, taku, cemas akan perpisahan, sedih dan malu

merupakan reaksi-reaksi bagi kebanyakan anak dari dampak perceraian.

Perceraian yang terjadi pada suatu keluarga memberikan dampak yang

mempengruhi jiwa dan kondisi anak. anak yang mengalami hambatan dalam

pemenuhannya terkait rasa cinta dan memiliki orangtua harus menghadapi

kenyataan bahwa orangtuanya telah bercerai. Anak mendapat gambaran

buruk tentang kehidupan berkeluarga. Dalam perasaan anak, perceraian

adalah suatu kekurangan yang memalukan. Perceraian hampir selalu

membuat anak bersedih, pemarah dan lemah jiwanya. Anak merasa terasing

diantara masyarakat yang kebanyakan terdiri atas keluarga yang bersatu.

Perceraian yang berarti keterpisahan antara ibu, ayah dan anak-anak

apapun penyebabnya, bisa memberi dampak buruk bagi anak. karena sebuah

keluarga tidak lagi utuh, dan umumnya yang terjadi adalah ibu bersama

anak-anak di satu pihak, dan ayah yang hidup sendiri. Akibatnya, anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

30

kehilangan salah satu tokoh identifikasi mereka. Hal ini tentunya menuntut

penyesuaian diri lagi setelah anak mampu mengatasi kesulitan menghadapi

perceraiaan orang tuanya (Musbikin,2008).

Umumnya sikap anak-anak terhadap perceraian adalah kaget shock

dan menghindari kenyataan bahwa perpecahan keluarga tak terjadi pad

dirinya. Banyak yang merasa cemas dan takut, ada pula yang marah dan

uring-uringan dan juga membangkang. Tetapi ada pula berusaha keras untuk

menyatukan kembali kedua orangtuanya. Meskipun reaksi ini bervariasi

umumnya, Robert Weiss dalam bukunya Martial Separation (dalam

Musbikin, 2008) menyebutkan bahwa reaksi emosional anak sangatlah

tergantung pada pemahaman anak tentang perkawinan orangtuanya, usia

anak, tempramen anak, serta sikap dan perilaku orangtua terhadap anak.

Menurut Dariyo (2008) anak-anak yang ditinggalkan orangtuanya

yang bercerai juga merasakan dampak negatif. Mereka mengalami

kebingungan harus ikut kepada siapa. Mereka tidak dapat melakukan proses

identifikasi pada orangtua. Akibatnya, tidak ada contoh positif yang bisa di

tiru. Secara tidak langsung mereka mempunyai pandangan negatif terhadap

pernikahan. Namun yang jelas perceraian orangtua akan mendatangkan

perasaan traumatis bagi anak.

Sama halnya seperi Dariyo, menurut Gunarsa (2002) perceraian

merupakan suatu penderitaan, suatu pengalaman traumatis bagi anak. anak

memperoleh banyak tekanan, dalam arti suasana rumah yang kurang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

31

harmonis, kehilangan ayah. Juga lingkungan yang mengharuskannya

mengadakan penyesuaian diri dan perubahan-perubahan penyesuaian diri.

Karena tekanan dan keadaan lingkungan yang mengharuskannya

mengadakan penyesuaian lingkungan sebagai akibat perceraian kedua

orangtuanya, menyebabkan anak merasa dirinya tidak aman, dipandang

berbeda oleh masyarakat, mengalami diskriminasi sosial dari

lingkungannya, meras tidak mempunyai tempat hangat dan aman di dunia

ini dan tidak mempunyai kepercayaan diri. Padahal, anak pada masa sekolah

adalah anak yang merasa takut diejek, takut tercela, takut kehilangan

miliknya, takut akan penyakit dan takut akan gagal di sekolah. Anak pada

masa ini memiliki motivasi yang tinggi terhadap karya dan kerjasama

diantara teman-temannya. Karena rasa tidak aman yang menyelubungi

dirinya, pada anak tumbuh perasaan inferiority terhadap kemampuan dan

kedudukannya. Ia merasa rendah diri, ia menjadi takut untuk meluaskan

pergaulannya dengan teman-temannya. Semua ini akan mempengaruhi

prestasi belajar anak di sekolah.

Perceraian merupakan peralihan besar dalam penyesuaian dengan

keadaan, anak akan mengalami reaksi emosi dan perilaku karena kehilangan

salah satu orangtuanya. Anak akan membutuhkan dukungan, kepekaan dan

kasih sayang yang lebih besar untuk mengatasi kehilangan yang dialaminya

selama masa sulit ini. Realitanya diduga banyak anak dari keluarga yang

bercerai memiliki sikap bandel, nakal, pesimis, penakut, dan tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

32

konsentrasi dalam menerima pelajaran di sekolah serta tidak percaya diri

sehingga dalam bersosialisasi tidak dapat berjalan dengan baik.

Menurut Willis (2011) anak korban perceraian akan mengaami krisis

kepribadian, sehingga perilakunya sering salah suai. Mereka mengalami

gangguan emosional dan neurotik. Kasus keluarga broken home ini sering di

temui di sekolah, seperti anak menjadi malas belajar, menyendiri, agresif,

memboos dan suka menentang guru. Sedangkan menurut hasil penelitian

Heteringthon (dalam Save, 2002) peristiwa perceraian itu menimbulkan

ketidakstabilan emosi, mengalami rasa cemas, tertekan dan sering marah-

marah. Perceraian juga setidaknya dapat menimbulkan kekacauan jiwa

meski mungkin tidak terlalu jauh. Peran keluarga yang dijalankan dan

dibebani kepada satu orang saja akan menjadi jauh lebih sulit jika

dibandingkan oleh dua orang. Keadaan yang tidak menentu ini cenderung

membuat anak memilih tinggal di rumah baru, ingin hidup menyendiri,

menjauhi temannya. Perasaannya sering diliputi kecemasan dan rasa aman

pun terancam.

Menurut Hurlock (dalam Yusuf, 2004) dampak remaja korban

perceraian orangtua, antara lain:

a. Mudah emosi (sensitif)

b. Kurang konsentrasi belajar

c. Tidak perduli lingkungan dan sesamanya

d. Tidak tahu sopan santun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

33

e. Tidak tahu etika bermasyarakat

f. Senang mencari perhatian orang lain

g. Ingin menang sendiri

h. Susah diatur

i. Suka melawan orangtua

j. Tidak memiliki tujuan hidup

k. Kurang memiliki daya juang

l. Berperilaku nakal

m. Mengalami depresi

n. Kecenderungan terhadap obat-obatan terlarang

Menurut Lesley (dalam Ihromi, 2004) mengemukakan bahwa

anak-anak yang orangtuanya bercerai sering hidup menderita, khususnya

dalam hal keuangan serta secara emosional kehilangan rasa aman. Selain itu

Gardner juga menambahkan bahwa kepergian salah satu orangtua

meninggalkan anak dikarenakan orangtua sudah tidak menyayangi mereka

lagi. Berbagai macam kepedihan dirasakan anak seperti terluka, bingung,

marah, dan tidak aman.sering pula mereka berkhayal akan rujuknya kedua

orangtua mereka. Anak akan merasakan kepedihan yang luar biasa dan

sangat mendalam. Tidak jarang anak malah akan menyalahkan dirinya

sendiri serta menganggap bahwa mereka lah penyebab perceraian kedua

orangtuanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

34

Landis (dalam Ihromi, 2004 : 161) menyatakan bahwa dampak lain dari

perceraian adalah meningkatnya perasaan dekat anak dengan ibunya serta

menurunnya jarak emosional anak dengan ayahnya, disamping anak menjadi

inferior terhadap anak yang lain. Sedangkan menurut Gardner (dalam Ihromi,

2004 : 162) menyatakan bahwa anak merasakan kepedihan luar biasa dan

mendalam sehingga anak sering menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab

perceraian orangtuanya dan kepergian orangtuanya itu dinilai sebagai tanda tidak

menyayangi mereka.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat dicermati bahwa perceraian

orangtua akan memberikan dampak pada perkembangan kehidupan anak terutama

dalam pembentukan emosionalnya. Anak yang orangtuanya bercerai mempunyai

problem emosionalnya sendiri. ia merupakan korban dari dua orangtua yang

dipecahkan melalui perceraian, jalan hidupnya telah direnggut. Anak dari

orangtua yang bercerai cenderung dibesarkan dalam kondisi sosial yang kurang

sehat daripada anak-anak dalam rumah tangga normal. Namun kondisi kehidupan

keluarga akan menentukan bagaimana anak menjalani hidup selanjutnya dan tidak

jarang anak dari keluarga yang bercerai mempunyai sifat nakal, kurang percaya

diri sehingga dalam dia bersosialisasi tidak berjalan baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

35

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek

dan obyek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data dan teknik analisis

data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif studi kasus. Penelitian

kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi

obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai adalah sebagai instrumen

kunci metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam,

suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya,

data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak

Sugiyono (2012).

Penelitian studi kasus adalah suatu metode untuk menyelidiki atau

mempelajari sesuatu kejadian mengenai perseorangan (riwayat hidup) Bimo

Walgito (2004). Studi kasus adalah studi atau analisa komprehensif dengan

menggunakan berbagai teknik. Bahan dan alat mengenai gejala, ciri-ciri,

karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang, baik

individu maupun kelompok.

Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus terkait dengan

judul Kondisi Emosi Anak Terhadap Perceraian Orangtuanya, karena metode

deskriptif kualitatif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

36

penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya.

B. Tempat dan Waktu Peneitian

Penelitian ini dilakukan pada remaja di daerah Ungaran. Penelitian

dilaksanakan pada bulan Januari 2018.

C. Subjek Penelitian

1. Subjek pertama

Nama : X (nama disamarkan)

Pekerjaan : Pelajar

Tempat Tinggal : Beji Ponndok Babadan Baru, Ungaran

Umur : 13 tahun

Tinggal Bersama : Nenek

Jumlah Saudara : 1

Pekerjaan Orangtua : Swasta

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan waawancara sebagai teknik

dalam pengumpulan data.

1. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu

topik tertentu, Esterberg (dalam Sugiyono 2010). Wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

37

dari respondendan informan yang lebih mendalam dan jumlah respondennya

sedikit atau kecil.

Penelitian ini menggunakan wawancara secara terstruktur dan tidak

terstruktur. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah menetapkan

kepada siapa wawancara ini akan dilakukan, menyiapkan pokok-pokok yang

akan dibicarakan, menulis hasil wawancara ke dalam catatan lapangan, dan

mengidentifikasi tindak lanjut wawancara yang telah diperoleh (Sugiyono,

2010). Hasil wawancara akan dirubah dalam bentuk verbatim dengan cara

menuliskan setiap kata per kata percakapan dalam wawancara. Peneliti telah

menyiapkan panduan wawancara terstruktur

Tabel.1

Panduan Wawancara

No Pertanyaan Penelitian Item Pertanyaan

1.

Bagaimana Gambaran

Kondisi Emosi Anak korban

peceraian sebelum

terjadinya perceraian

orangtua ?

1. Sejak kapan orangtua kamu

bercerai ?

2. Apakah kamu tahu penyebab

orangtua kamu bercerai ?

3. Bagaimana perasaanmu saat

keluargamu masih utuh ?

4. Bagaimana perasaanmu saat

mengetahui orangtuamu

memutuskan untuk bercerai ?

5. Apakah teman-temanmu

mengetahui keadaaan keluargamu

?

6. Bagaimana perasaan kamu apabila

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

38

2.

3.

Bagaimana Gambaran

Kondisi Emosi Anak korban

peceraian setelah terjadinya

perceraian orangtua ?

Apa dampak yang akan

didapatkan anak yang

menjadi korban perceraian

orangtuanya ?

ada teman yang mengetahui

keadaan keluargamu ?

7. Bagaimana sikapmu jika ada yang

mengejek atau memusuhi kamu ?

8. Bagaimana sikapmu ketika kamu

bertemu orang yang lebih tua ?

9. Apabila ada teman yang berbuat

kesalahan apa yang kamu coba

lakukan ?

10. Apa yang kamu lakukan jika

kamu sedang marah atau sedih ?

11. Apabila sedang memunyai

masalah tindakan apa yang kamu

lakukan untuk memecahkan

masalah tersebut ?

12. Apabila ada teman yang berbeda

pendapat dengan mu bagaimana

perasaanmu ?

13. Ketika ada teman yang suka

mengkritik dan dan tidak suka

dengan kamu, bagaimana kamu

menanggapinya ?

14. Jika kamu marah bagaimana

tindakanmu untuk dapat

menenangkan diri ?

15. apa yang kamu rasakan sekarang

saat kamu di tunjuk oleh guru

untuk maju ke depan kelas ?

16. Apa yang kamu lakukan saat jam

istirahat sekolah ?

17. Bagaimana hubunganmu dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

39

teman-teman di sekolah ?

18. jika kamu melihat temanmu

mendapat nilai yang lebih baik

daripada kamu bagaimana

perasaanmu ?

19. Apakah kamu pernah terlibat

pertengkarang di sekolah ?

20. Ketika kamu mengalami konflik

dengan teman bagaimana usaha

yang akan kamu lakukan ?

21. Apakah kamu kesulitan dalam

menghadapi pelajaran di sekolah

mas ?

.

E. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen (Moelong, 2009) analisis data sebagai proses

yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan

hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk

memberikan bantuan pada tema dan hipotesis kerja itu. Menurut Moelong

(2009) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga

dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu

pada konsep Milles & Huberman (dalam Sugiyono, 2010), aktivitas dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

40

analisis data, yaitu datareduction, data display, dan conclusion

drawing/verification.

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan

kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Data yang

diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat

secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti di lapangan, maka jumlah

data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Meruduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

2. Penyajian Data (Display Data)

Data ini sudah berupa rangkuman, uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan Kesimpulan dan verifikasi (Conclusion Drawing and

Verification)

Kesimpulan awal biasanya bersifat sementara, dan akan berubah jika

dalam perjalanannya tidk ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan diawal didukung dengan bukti-bukti yag valid dan konsisten

saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan

yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan

demikian kesimpulan mungkin bisa menjawab rumusan masalah yang di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

41

rumuskan sejak awal. Tetapi mungkin juga tidak karena seperti telah di

kemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian

kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas atau gelap

sehingga stelah diteliti menjadi jelas.

F. Keabsahan Data

Dalam menguji keabsahan atau validitas data yang didapat sehingga

benar-benar sesuai dengan tujuan dan maksud penelitian, maka peneliti

menggunakan teknik trianggulasi (Moelong, 2007). Adapun trianggulasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi dengan sumber yaitu

pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dapat dilakukan ke

masyarakat, teman observan, dan orangtua observan. Data dari ketiga sumber

tersebut, tidak bisa di rata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi

dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan

mana yang spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis

oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu keimpulan selanjutnya diminta

kesepakatan dengan tiga sumber tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pelaksana penelitian, sajian data penelitian, temuan hasil

penelitian, dan paparan data.

A. Pelaksanaan Penelitian

Deskripsi data berisi tentang hasil keseluruhan dari pelaksanaan penelitian,

dan informasi-informasi yang diperoleh di lapangan sebagai hasil. Informasi

diperoleh dari subjek dan pihak-pihak yang terkait. Berkaitan dengan kode etik

penelitian, maka nama subjek dalam penelitian ini merupakan nama samaran agar

identitas peneliti subjek yang terkait tidak diketahui.

Tabel 2

Agenda Pelaksanaan wawancara

Nama Waktu Penelitian Tempat Penelitian

Nanda (nama samaran) Jumat, 5 Januari 2018

Pukul 14.00

Rumah Penulis

Teman Sebaya Jumat, 12 Januari 2018

Pukul 15.00

Rumah Penulis

Guru BK Sabtu, 13 Januari 2018

Pukul 09.00

Sekolah

Nanda Jumat, 19 Januari 2018

Pukul 15.00

Rumah Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

43

B. Sajian Data Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Tempat penelitian di laksanakan di SMP 2 Ungaran, kecamatan Ungaran Kab.

Semarang.

2. Deskripsi Subjek Penelitian

Nama : X (nama disamarkan)

Usia : 13 tahun

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pendidikan : SMP

Alamat Rumah : Perum Babadan, Jl. Maospati Raya

Penampilan fisik : Kulit coklat sawo matang, badan kurus

Hobi : Fudsal

Sumber Informasi : Subjek

3. Latar Belakang Keluarga

a. Susunan Anggota Keluarga

1) Nama Ayah : Riski

Pekerjaan : Swasta

Umur : 29 tahun

Hobi : Mancing

Agama : Islam

2) Nama Ibu : Dinda

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Umur : 28 tahun

Hobi : memasak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

44

Agama : Islam

b. Pertumbuhan jasmani dan riwayat kesehatan

Nanda tidak memiliki penyakit khusus, ia tumbuh dengan sehat dan

pertumbuhan fisiknya kurus namun cukup tinggi. Nanda mengatakan

jarang sakit.

c. Perkembangan kognitif

Nanda memulai pendidikan dari TK lalu melanjutkan sekolah ke SD tanpa

mengalami kesulitan sampai tamat. Lalu Nanda mulai melanjutkan sekolah

dan mendaftar di SMP 2 Ungaran.

d. Perkembangan sosial

Nanda lebih suka mengurung diri di rumah dan tidak bergaul dengan teman

sebayanya di rumah. Nanda jarang terlihat bersosialisasi dengan

lingkungan sekitarnya.

e. Ciri-ciri kepribadian

Nanda termasuk orang yang pasif dan jarang menunjukan sikap bergaul

dengan teman-temannya.

C. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diperoleh dari hasi wawancara kepada subyek

penelitian tentang bagaimana gambaran kondisi emosi anak yang menjadi korban

kasus perceraian orangtuanya.

1. Gambaran Kondisi Emosi Anak Korban Perceraian Sebelum

Terjadinya Perceraian

Di Indonesia kasus perceraian bukanlah hal yang baru. Banyak sekali

kasus perceraian yang terjadi dengan berbagai ragam konflik yang dialami

didalam keluarga. Banyak faktor yang melatar belakangi alasan terjadinya

perceraian orangtua, peneliti mencoba menanyakan kepada subyek apa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

45

yang melatar belakangi terjadinya perceraian orangtuanya. Hal ini nampak

pada beberapa pernyataan subyek yaitu:

“saya tidak begitu mengerti mas, yang saya tahu orangtua saya

sering sekali bertengkar ketika di rumah mas. Terkadang

meributkan tentang biaya sekolah mas” (N, SBP, 1)

Alasan yang melatarbelakangi terjadinya perceraian orangtua subyek

karena adanya faktor kekerasan yang terjadi didalam rumah tangga. salah

satu faktornya adalah permasalahan ekonomi. Hal ini sesuai dengan

pernyataan dari subyek utama, dari pernyataan subyek utama tersebut

orangtua sering bertengkar dirumah mempermasalahkan tentang biaya

sekolah yang dikemukakan oleh subyek utama. Hal itu dikuatkan oleh

pernyataan Erna Karim bahwa Perceraian adalah cerai hidup antara

pasangan suami istri sebagai akibat dari kegagalan mereka menjalankan

peran masing-masing, dalam hal ini perceraian dilihat sebagai akhir dari

suatu ketidakstabilan perkawinan dimana pasangan suami istri kemudian

hidup berpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku (dalam

Ihromi, 2004).

Setelah terjadinya perceraian orangtua, subyek menjadi kurang terbuka

terhadap orang lain menyangkut perceraian orangtuanya termasuk kepada

guru di sekolah dan juga teman-temannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan

yang disampaikan oleh guru pembimbing subyek.

“Selama 1 tahun menjadi guru pembimbingnya dia orangnya

tertutup mas, jadi menyangkut masalah kedua orangtuanya yang

bercerai dia tidak mau menceritakannya.”( GR, SBP, 1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

46

Menurut Agoes Dariyo (2008) perceraian merupakan peristiwa yang

sebenarnya tidak direncanakan dan dikehendaki kedua individu yang sama-

sama terikat dalam perkawinan. Perceraian merupakan terputusnya keluarga

karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk saling

meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai

suami istri. Subyek menjadi kurang terbuka terhadap permasalahan

perceraian orangtuanya, karena itu bukan sesuatu yang dikehendaki oleh

orangtua maupun oleh subyek. Sehingga subyek merasa orangtuanya gagal

menjalankan kewajibannya sebagai orangtua yang utuh.

Lalu peneliti menanyakan bagaimana perasaan subyek ketika

orangtuanya masih bersatu sebelum memutuskan bercerai. Hal ini nampak

pada beberapa pernyataan responden yaitu:

“Saya merasa bahagia mas tinggal di rumah, saat saya pulang

sekolah ada ibu yang sudah menyambut saya. Saya juga suka

menunggu ayah saya pulang kerja mas karena biasanya membawa

makanan. Saya merasa senang sekali ketika ayah dan ibu saya

masih berada di rumah dan meihat televisi bersama mas.”( N,

SBP, 2)

“Dia orangnya ceria mas sebelum kedua orangtuanya bercerai,

setahu saya nanda tidak pernah murung berlarut-larut sebelum

orangtua nya bercerai mas.” (TS, SBP, 1)

“Dia itu sebenarnya anak yang ceria mas, sebelum orangtuanya

bercerai dia jarang sekali menunjukan sikap yang murung. Dia

juga memiliki empati yang tinggi sebelumnya.” (GR, SBP, 1)

Kondisi emosi dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya : mengenali

emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri dan mengenali emosi

orang lain. Subyek cukup mengenali emosi yang terjadi dalam dirinya.

Apabila subyek sedang mempunyai masalah subyek berusaha untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

47

menyelesaikannya. Walaupun subyek pendiam tetapi subyek termasuk

anak periang dan ceria. Pada tahap mengelola emosi diri, subyek dapat

mengelola emosinya dengan baik subyek tidak mudah terpancing

emosinya ketika ada teman yang mengejeknya. Hal ini nampak pada

pernyataan subyek yaitu :

“Ketika saya memiliki masalah Sebisa saya menyelesaikannya

sendiri dulu mas, kalau tidak bisa biasanya saya meminta bantuan

nenek saya untuk membantu menyelesaikannya” (N, SBP, 3)

“Ketika ada orang yang mengejek saya, saya sih cuek aja mas,

saya tidak suka menanggapi jika ada teman yang mengejek saya”

(N, SBP, 4)

Pada tahap memotivasi diri, menurut pengakuan teman subyek. Subyek

memiliki semangat belajar yang tinggi dalam mengikuti pelajaran di

sekolah. Bahkan subyek pernah mendapat ranking sepuluh besar di

kelasnya.hal ini nampak pada pernyataan teman subyek sebagai berikut :

“Sebelum orangtuanya bercerai dia itu orangnya semangat sekali

mas dalam mengikuti pelajaran di sekolah, bahkan dia pernah

mendapat ranking 10 besar di kelasnya mas” (TS, SBP, 3)

Pada proses mengenali emosi orang lain, subyek berusaha untuk bisa

berempati dengan orang lain. Subyek berusaha untuk menghibur temannya

yang sedang bersedih ketika mengalami masalah. Pernyataan ini juga di

dukung oleh guru bimbingan dan konseling subyek sebagai berikut :

“Dia itu sebenarnya anak yang ceria mas, sebelum orangtuanya

bercerai dia jarang sekali menunjukan sikap yang murung. Dia

juga memiliki empati yang tinggi sebelumnya, karena dia mau

menghibur temannya yang sedang bersedih” (GR, SBP, 1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

48

Menurut Walgito (2004) kematangan emosi dapat diartikan sebagai

kemampuan individu untuk mengadakan tanggapan-tanggapan emosi

secara matang dan mampu mengontrol serta mengendaikan emosinya

sehingga menunjukan suatu kesiapan dalam bertindak. Orang yang

emosinya matang mampu mengadakan penyesuaian antara yang di

inginkan dan kenyataan yang dihadapi. Kematangan emosi dan pikiran

akan saling kait mengkait. Seseorang dikatakan matang emosinya apabila

telah dapat mengendalikan emosinya, maka individu akan berpikir secara

matang, berpikir secara baik, dan berpikir secara objectif. Remaja yang

emosinya matang akan memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak

berubah-ubah dari satu emosi ke suasana hati lain.

Seseorang yang telah mencapai kematangan emosi mampu

berorientasi pada lingkungan serta mampu meredam emosinya dalam

menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya dan dapat menerima

kritik dan saran dari orang lainserta dapat bertanggung jawab dan mampu

beradaptasi dengan ingkungan yang baru untuk mencapai tujuan-tujuan

diharapkan dalam menjalani hidup bermasyarakat. Chaplin (2006)

mengatakan bahwa kematangan emosi adalah suatu keadaan atau kondisi

mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosional dan oleh

karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan pola

emosional yang pantas bagi anak-anak. istilah kematangan atau

kedewasaan seringkali membawa implikasi adanya kontrol emosi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

49

2. Gambaran Kondisi Emosi Anak Setelah Orangtuanya Memutuskan

Untuk Bercerai

Subyek merupakan anak pertama, ekspresi emosi subyek tampak kacau

semenjak orangtuanya memutuskan untuk bercerai. Seperti dicerminkan

oleh rasa takut, tidak berani memandang, selalu merunduk, tidak berani

bicara kalau tidak didesak untuk bicara, dan penuh rasa curiga. Kondisi

traumatis yang muncul pada diri subyek akibat perceraian orangtua

mengakibatkan subyek mengalami gangguan dalam beraktivitas

menjalankan kehidupan sehari-hari dalam kehidupannya.

Kondisi emosi pada tahap mengenali emosi, sikap pendiam lebih

mendominasi perilaku subyek sehari-hari di sekolah. Subyek mengenali

emosi yang terjadi dalam dirinya akan tetapi tidak ada keinginan untuk

mngubahnya. Seperti contohnya pada saat subyek di ejek oleh teman-

temannya subyek hanya diam saja. Subyek terlalu larut dalam

perasaannya, sehingga mengakibatkan kesedihan yang selalu mendominasi

sikap subyek. Hal ini nampak pada pernyataan subyek sebagai berikut :

“Saya sangat sedih sekali mas waktu ibu saya mengatakan akan

bercerai dengan ayah saya. Saya sampai tidak tahu harus berbuat

apa saat itu mas” (N, SP, 1)

“Saya malu mas, jujur saya sampai tidak mau bertemu lama-lama

kalau sedang bersama dengan teman-teman mas. Karena saya

merasa tidak nyaman kalau ada yang membicarakan tentang

keluarga mas (N, SP, 2)

“Saya sih cuek aja mas, saya malas menanggapi jika ada teman

yang mengejek saya.” (N, SP, 3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

50

Pada tahap mengelola emosi, subyek kurang sekali dalam mengelola

emosi bahkan kecenderungannya tidak mampu mengelola emosi dengan

baik. Teman subyek mengetakan bahwwa subyek sering terlihat

menyendri. Hal ini nampak pada pernyataan teman subyek sebagai

berikut:

“Iya mas ada, N menjadi berubah, N menjadi lebih suka

menyendiri dan sering murung” (TS, SP, 1)

“Sekarang N lebih suka diam kalau ada yang mengejeknya

semenjak orangtuanya bercerai, N sampai menangis kalau ada

yang menyinggung tentang keluarganya.” (TS, SP, 2)

Pada tahap membina hubungan dengan orang lain, subyek merupakan

anak yang sangat pasif, baik di rumah maupun di sekolahnya subyek selalu

menunjukan sikap diamnya tanpa ekspresi apapun kecuali murung.

Subyek hanya bisa memperhatikan saja keberadaan teman-temannya pada

saat jam istirahat. Subyek tidak bisa bersosialisasi dengan teman-

temannya, subyek kurang bisa menjaga hubungan baik dengan teman-

temannya. Dalam berteman subyek lebih berhati-hati, memilih-milih

teman apa yang benar-benar cocok sesuai menurutnya. Hal ini nampak

pada pernyataan guru bimbingan dan konseling subyek sebagai berikut :

“Iya ada mas, perubahannya sangat terlihat jelas. Sekarang

anaknya menjadi tertutup dengan orang lain” (GR, SP, 1)

“Semenjak orangtuanya bercerai dia menjadi lebih pendiam mas,

yang saya tahu dari teman-temannya kalau ada yang

menyinggungnya tentang keluarganya, dia lebih memilih diam”

(GR, SP, 2)

Menurut Biehler (dalam Sunarto dan Hartono, 2006) membagi ciri-

ciri emosional pada remaja menjadi dua, yaitu usia 12-15 tahun dan 15-18

tahun. Ciri-ciri emosional remaja usia 12-15 tahun:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

51

e. Pada usia ini seorang siswa cenderung banyak murung dan

tidak dapat diterka.

f. Siswa mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi

kekurangan dalam hal rasa percaya diri.

g. Ledakan-ledakan kemarahan mungkin bisa terjadi.

h. Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan

pendapatnya sendiri yang di sebabkan kurangnya rasa percaya

diri.

Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun:

d. Pemberontakan remaja merupakan pernyataan-pernytaan atau

ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak

ke dewasa.

e. Karena bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaja yang

mengalami konflik dengn orangtua mereka.

f. Siswa pada usia ini sering melamun, memikirkan masa depan

Menurut Goleman (dalam Desmita, 2007) kecerdasan emosiona

atas lima komponen penting, yaitu:

f. Mengenali Emosi Diri

Goleman menyebutkan bahwa mengenali emosi diri sendiri

merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu

perasaan itu terjadi dari waktu ke waktu.

g. Mengelola Emosi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

52

Goleman mengatakan bahwa kemampuan individu dalam

mengatur perasaannya, menenangkan dirinya, melepaskan diri dari

kemurungan, dan kebingungan sehingga emosi yang merisaukan

tetap terkendali, mengelola emosi berarti menangani perasaan agar

perasaan dapat terungkap dengan tepat. Kemampuan mengelola

emosi ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri,

melepaskan kecemasan, kemurungan, atau keteringgungan dan

akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit

dari perasaan-perasaan yang menekan.

h. Memotivasi Diri

Memotivasi diri yaitu memotivasi yang positif seperti

ditunjukan oleh kondisi rasa semangat, kumpulan perasaan

antusias, ketekunan, dan keyakinan diri merupakan hal mutlak

untuk memunculkan prestasi.

i. Mengenali Emosi Orang Lain

Goleman menyebutkan bahwa mengenal emosi orang lain

atau empati di bangun berdasarkan pada kesadaran diri,

kemampuan untuk mengenali apa yang dirasakan oleh orang lain

dalam kehidupan. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka

ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang

yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri

tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

53

3. Dampak Yang Akan Terjadi Pada Anak Terhadap Kasus Pereraian

Orangtuanya

Subyek menunjukan perasaan inferior ketika berhadapan dengan orang

lain, yang di cerminkan dari sikap dan perilakunya dalam berhubungan

dengan teman-teman sebaya dan lingkungan sosialnya. Subyek mengalami

kesulitan dalam beradaptasi, tidak bisa menyesuaikan diri dalam

lingkungan sosialnya dan kegagalan dalam menjalin hubungan dengan

teman-teman sebayanya. Proses adaptasi yang dilakukan anak mengalami

masalah. Subyek akhirnya menarik diri, baik pergaulan di sekolah maupun

di lingkungan rumahnya. Subyek menjadi minder dan malu untuk bergaul

dengan teman-temannya karena berasal dari keluarga yang broken home.

Tentunya ini juga mengakibatkan subyek tidak memiliki keeriaan seperti

anak-anak lain yang eusian dengannya. Ha ini nampak pada pernyataan

teman subyek dan di dukung pernyataan dari guru bimbingan dan

konseling subyek, sebagai berikut :

“Sepertinya iya mas, karena di rumah dia juga menjadi jarang

keluar rumah mas” (TS, DP, 3)

“Dia sekarang menjadi susah bergaul mas, lebih menutup diri dan

tidak mau aktif keluar rumah mas. Mungkin dia malu mas kalau

ada yang menanyakan tentang ayahnya” (TS, DP, 4)

Iya mas, saat ini dirinya mengalami kesulitan dalam beradaptasi

dan menyesuaikan diri dalam lingkungan sosialnya. Dirinya

menjadi malu bergaul dengan teman-temannya karena

keluarganya sudah tidak utuh (GR, DP, 1)

Terjadinya ketidak berfungsian keuarga menyebabkan subyek kehilangan

perhatian, kasih sayang dan semangat hidupnya, secara tidak langsung

subyek yang duduk di bangku sekolah menjadi malas mengerjakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

54

aktifitas kesehariannya, sehingga dapat mengganggu konsentrasi belajar

anak yang berakibat pada prestasi subyek di sekolah yang cenderung

menjadi tidak menonjol. Hal ini juga didukung pernyataan teman subyek

dan guru bimbingan dan konseling subyek, sebagai berikut :

“Saat ini dia lebih suka diam mas, memang dia rajin

mengumpukan tugasnya mas tetapi kalau ada yang dia tidak

mengerti dia lebih suka diam, jadi sekarang prestasinya di kelas

biasa-biasa aja mas” (TS, DP, 2)

“sekarang prestasinya menuru drastis semenjak orangtuanya

bercerai mas. Anaknya sekarang lebih suka diam dan pasif selama

di kelas, jadi prestasinya sekarang tidak begitu menonjol” (GR,

DP, 2)

Perceraian yang dirasakan anak merupakan tekanan batin yang sangat

menyakitkan, karena pada umumnya setiap anak menginginkan hidup dalam

keluarga yang utuh, adanya kehadiran orangtua di sepanjang perjalanan

kehidupannya. Anak yang orangtuanya bercerai mengalami hidup yang

tidak sehat secara mental dan tidak bahagia. Anak merasakan kepedihan

yang luar biasa dan sangat mendalam. Menurut Gunarsa (2002 : 166)

perceraian merupakan suatu penderitaan, suatu pengalaman traumatis bagi

anak. berbagai kepedihan dirasakan anak seperti terluka, bingung, marah,

dan merasa tidak aman. Orangtua seyogyanya dapat memahami betapa

berartinya kehadiran mereka di masa-masa anak sedang mengalami

pertumbuhan. Kondsi traumatis yang muncul pada diri anak akibat

perceraian orangtua mengakibatkan anak-anak mengalami gangguan dalam

beraktivitas menjalankan kehidupan sehari-hari, kesulitan beradaptasi, tidak

bisa menyesuaikan diri dalam lingkungan sosialnya dan kegagalan dalam

menjalin hubungan dengan teman-teman sebayanya. Proses adaptasi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

55

dilakukan anak mengalami masalah. Anak akan menarik diri, baik di

pergaulan di sekolah maupun pergaulan di lingkungan rumahnya. Anak

menjadi minder dan malu untuk bergaul dengan teman-temannya karena

berasal dari keluarga broken home yang tentunya ini pula mengakibatkan

anak tidak memiliki kecerian seperti anak-anak lain yang seusia dengannya.

Menurut Dariyo (2008) anak-anak yang ditinggalkan orangtuanya

yang bercerai juga merasakan dampak negatif. Mereka mengalami

kebingungan harus ikut kepada siapa. Mereka tidak dapat melakukan proses

identifikasi pada orangtua. Akibatnya, tidak ada contoh positif yang bisa di

tiru. Secara tidak langsung mereka mempunyai pandangan negatif terhadap

pernikahan. Namun yang jelas perceraian orangtua akan mendatangkan

perasaan traumatis bagi anak.

Sama halnya seperi Dariyo, menurut Gunarsa (2002) perceraian

merupakan suatu penderitaan, suatu pengalaman traumatis bagi anak. anak

memperoleh banyak tekanan, dalam arti suasana rumah yang kurang

harmonis, kehilangan ayah. Juga lingkungan yang mengharuskannya

mengadakan penyesuaian diri dan perubahan-perubahan penyesuaian diri.

Karena tekanan dan keadaan lingkungan yang mengharuskannya

mengadakan penyesuaian lingkungan sebagai akibat perceraian kedua

orangtuanya, menyebabkan anak merasa dirinya tidak aman, dipandang

berbeda oleh masyarakat, mengalami diskriminasi sosial dari

lingkungannya, meras tidak mempunyai tempat hangat dan aman di dunia

ini dan tidak mempunyai kepercayaan diri. Padahal, anak pada masa sekolah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

56

adalah anak yang merasa takut diejek, takut tercela, takut kehilangan

miliknya, takut akan penyakit dan takut akan gagal di sekolah. Anak pada

masa ini memiliki motivasi yang tinggi terhadap karya dan kerjasama

diantara teman-temannya. Karena rasa tidak aman yang menyelubungi

dirinya, pada anak tumbuh perasaan inferiority terhadap kemampuan dan

kedudukannya. Ia merasa rendah diri, ia menjadi takut untuk meluaskan

pergaulannya dengan teman-temannya. Semua ini akan mempengaruhi

prestasi belajar anak di sekolah.

Menurut Hurlock (dalam Yusuf, 2004) dampak remaja korban

perceraian orangtua, antara lain:

o. Mudah emosi (sensitif)

p. Kurang konsentrasi belajar

q. Tidak perduli lingkungan dan sesamanya

r. Tidak tahu sopan santun

s. Tidak tahu etika bermasyarakat

t. Senang mencari perhatian orang lain

u. Ingin menang sendiri

v. Susah diatur

w. Suka melawan orangtua

x. Tidak memiliki tujuan hidup

y. Kurang memiliki daya juang

z. Berperilaku nakal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

57

D. Pembahasan

dalam Pembahasan ini akan dipaparkan mengenai hasil wawancara yang

telah dilakukan peneliti terhadap subyek yang orangtuanya bercerai. Subyek belum

mengalami kematangan emosi, terlihat dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh

subyek seperti cenderung belum mampu untuk menerima keadaan diri maupun

orang lain, tidak mampu berpikir obyektif, cenderung tidak bisa mengontrol emosi

dan mengarahkan emosinya, belum dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, dan

masih bergantung pada orang lain sehingga menyebabkan subyek menjadi tidak

mandiri. Untuk lebih jelasnya pembahasan mengenai subyek dapat diihat

berdasarkan aspek-aspek di bawah ini:

1. Lingkungan Keluarga

Pada hakikatnya, keluarga merupakan wadah pertama dan utama

bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Di dalam keluarga, anak

akan mendapatkan pendidikan pertama mengenai berbagai tatanan

kehidupan yang ada di masyarakat. Keluargalah yang mengenalkan

anak akan aturan agama, etika sopan santun, aturan bermasyarakat, dan

aturan-aturan tidak tertulis lainnya yang di harapkan dapat menjadi

landasan kepribadian anak dalam menghadapi lingkungan. Keluarga

juga akan yang menjadi motivator terbesar yang tiada henti saat anak

membutuhkan dukungan dalam menjalani kehidupan.

Dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan unit terkecil dalam

masyaarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang didalamnya

merupakan suatu kesatuan yang memiliki ikatan yang tak dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

58

dipisahkan dimana orangtua menjadi teladan bagi anak-anak

sedangkan anak merupakan cermin dari keberadaan keluarga kemudian

keluarga memiliki peran yang sangat penting untuk tumbuh

kembangnya anak baik jasmani maupun rohani

Melihat dari hasil penelitian terhadap subyek , ketidakmatangan

emosi subyek bersumber pada tidak terpenuhinya kebutuhan akan

kasih sayang dari orangtua. Subyek merasakan kesedihan yang

mendalam setelah kedua orangtuanya tidak bersama lagi. Ayah dan ibu

subyek tidak memperhatikan perkembangan kehidupan anak baik segi

akademik sekolah ataupun kesehatan anak karena subyek tinggal

dengan neneknya. Perasaan tidak diperhatikan tanpa kasih sayang

orangtua inilah yang menjadi penyebab utama subyek merasa malu

dan tertekan jika ada teman yang menanyakan keadaan keluarganya.

Kebutuhan dasar dalam hidup manusia itu sendiri menurut Glasser

dalam Nelson (2011 :282) ada lima, kelima kebutuhan dasar tersebut

meliputi kelangsungan hidup, cinta dan rasa memiliki, kekuasaan,

kebebasan, dan kesenangan. Subyek sendiri merasa kehilangan cinta

dan rasa memiliki orangtua yang membuat hidup subyek menjadi

tertekan.

2. Perkembangan Emosi Anak

Ekspresi emosi subyek tampak kacau yang dicerminkan oleh rasa

takut, tidak berani memandang, selalu merunduk, wajahnya cemberut,

tidak berani bicara dan penuh rasa curiga. Hubungannya dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

59

ibunya tampak baik-baik saja walaupun tidak tinggal bersama,

sedangkan dengan ayahnya tampak tidak terlalu baik.

3. Perkembangan Sosial Anak

Diketahui gambaran kondisi subyek setelah orangtuanya tidak

bersama lagi yaitu merasa tertekan dan menjadi sulit untuk bergaul

dengan teman-temannya. Begitu pula di lingkungan sekitar rumah,

subyek lebih senang mengurung diri dirumah, jarang bergaul dengan

teman sebaya dilingkungannya.

Disisi lain subyek juga menunjukan perasaan berbeda ketika

berhadapan dengan orang lain, yang dcerminkan dari sikap dan

perilakunya dalam berhubungan dengan teman sebaya dan lingkungan

sosialnya. Subyek hampir jarang bergaul dengan masyarakat

lingkungannya, termasuk dengan teman sebayanya di lingkungan

tempat tinggalnya ditampakan oleh rasa minder dan malu yang

berlebihan sehingga ketika berhadapan dengan orang lain selalu

merundukan kepala, tidak berani menatap wajah orang lain dan tampak

ada rasa takut untuk mengungkapkan sesuatu.

4. Perkembangan Perilaku Anak

Subyek tidak memiliki keberanian dan kemampuan untuk

memecahkan persoalan yang dihadapi secara matang dan rasional,

melainkan lebih banyak mereaksi persoalan hidupnya dengan reaksi

emosi yang bersikap negatif, yaitu dengan ekpresi emosi yang tidak

tekontrol terutama ketika berkomunikasi dengan ayahnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

60

kecenderungan bergantung pada keuarga pihak ibunya cukup tinggi

sehingga kelihatan subyek tidak mampu menerima kenyataan hidup

yang dihadapi dan lebih banyak berprasangka buruk terhadap orang

lain yang tidak dekat dengannya. Hal ini memperlihatkan subyek

belum menunjukan kematangan emosinya, atau bahkan mengalami

kekacauan emosi.

5. Prestasi Belajar Anak

Di sekolah prestasi subyek dapat dikatakan pas-pasan sehingga

tidak terlalu menonjolkan dibandingkan teman sekelasnya yang lain.

Subyek sangat pasif apabila berada di kelas. Apabila ada yang tidak

dimengerti oleh subyek, subyek tidak berani untuk bertanya kepada

temannya maupun kepada guru. Subyek lebih banyak diam dan hanya

mendengarkan selama pelajaran berlangsung.

J. Maurus (2003 : 58) memberikan rambu-rambu fenomenal yang

menunjukan kematangan emosional seseorang yaitu, kemampuannya

memainkan peran dalam meredam perselisihan, cara bergaul yang

efisien, bijaksana, lemah lembut, penuh pengertian, dan percaya diri.

Dengan memperhatikan rambu-rambu fenomenal tersebut maka

tampak jelas bahwa subyek ini belum menunjukan kematangan

emosinya. Hal ini ditunjukan subyek beerpihak kepada salah satu

orangtuanya dan tumbuh rasa takut dan benci terhadap orangtuanya

yang lain. Begitu juga cara bergaul di masyarakat lingkungannya,

belum tampak fenomena yang menunjukan kematangan emosionalnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

61

karena tidak adanya rasa percaya diri dalam berhubungan dengan

oranglain.

Jika menyimak pandangan Sutardjo (2004 : 25) yang menyatakan

bahwa kematangan emosional seseorang itu dicerminkan oleh

kedisiplinan diri, tanggung jawab dan kemandirian, maka berdasar hsil

wawancara dengan subyek menunjukan bahwa subyek justru

mengalami kekacauan emosional. Subyek tampak kehilangan identitas

diri, terutama berkatan dengan harga diri, kepercayaan diri, tanggung

jawab, ketekunan dan kemandiriannya. Hilangnya harga diri ini

ditunjukan oleh ketidak mampuan berkata, bersikap, berfikir, dan

bertindak secara wajar. Sedang hilangnya kepercayaan diri subyek

banyak ditunjukan oleh rendahnya keyakinan diri, seperti rasa pesimis,

tidak mampu mengahadapi masa depannya, rasa takut dan minder

dalam pergaulan dengan teman sebayanya maupun dengan masyarakat

lingkungannya. Relaitas demikian menunjukan bahw subyek

mengalami kekacauan emosi akibat perceraian orangtuanya sehingga

kondisi emosinya justru jauh dari kematangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan

bahwa :

1. Gambaran kodisi emosi siswa anak korban perceraian sebelum terjadi

perceraian menunjukan bahwa subyek lebih menunjukan perilaku

positif seperti memiliki semangat yang tinggi, ceria dan mudah

bergaul.

2. Gambaran kondisi emosi anak setelah orangtuanya bercerai menunjuan

bahwa subyek masih belum dapat mengenali emosi, subyek seperti

tidak memiliki semangat dalam belajar, kurang memiliki kepekaan

terhadap apa yang dirasakan orang lain, seolah-olah acuh dengan

keadaan sekitarnya.

3. Damapak perceraian orangtua terhadap kondisi emosi anak dapat

berdampak negatif. Dampak negatif banyak ditampakan oleh ekspresi

emosi yang berlebihan, tidak terkontrol, rasa frustasi menghadapi masa

depan serta tidak mampu bersikap rasional.

B. Implikasi bagi Pelaksana Layanan Bimbingan dan Konseling Di

Sekolah

Bimbingan dan konseling di Indonesia semakin dikembangkan

terutama di sekolah lanjutan karena jenjang tersebut terdiri dari kaum

remaja yang masih rawan dalam perkembangannya, mudah terpengaruh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

63

dan merupakan usia potensial untuk mengembangkan seluruh aspek

kepribadian. Dengan kondisi psikologi remaja yang masih sangat labil

sewaktu-waktu dapat goyah, serta munculnya sifat pemberontakan pada

diri remaja sehingga mereka dapat berbuat apa saja yang mereka inginkan

Tindakan menyimpang yang dilakukan remaja merupakan bagian

dari gejolak jiwa remaja yang salah arah. Hal ini terjadi pada remaja

disebabkan karena anak memiiki energi yang berlebihan, sehingga

menyebabkan remaja kurang berminat dalam mengikuti pelajaran di kelas.

Secara psikologis kondisi mental anak remaja sangatlah labil, sehingga

dalam tingkah laku remaja adalah masa pencarian identitas diri yang

belum menampakan sosok yang utuh.

Tujuan layanan bimbingan dan konseling di sekolah pada

prisnsipnya membantu siswa untuk mengembangkan potensinya seoptimal

mungkin. Layanan dan bimbingan konseling di berikan kepada siswa yang

mengalami masalah. Perilaku siswa di sekolah maupun di lingkungan luar

di pengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu faktor internal maupun

eksternal. Implikasinya bagi petugas layanan bimbingan dan konseling di

sekolah adalah hendaknya para petugas layanan bimbingan dan konseling

di sekolah mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal tersebut

dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa.

Dalam membantu siswa, seyogyanya petugas layanan bimbingan dan

konseling di sekolah memperhatikan latar belakang kehidupan keluarga

dan segala potensi yang dimilikinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

64

C. Keterbatasan Peneliti

Metode pengumpulan data yang dilakukan menggunakan teknik

wawancara yang tidak menutup kemungkinan kurangnya keterbukaan

subyek dan kejujuran subyek dalam menceritakan masalahnya.

D. Saran

1. Untuk guru pembimbing di sekolah, diharapkan untuk benar-benar

memainkan perannya sebagai orangtua kedua bagi siswa di sekolah.

Terutama siswa yang memiliki latar belakang keluarga bercerai.

Sehingga dapat menjadi inspirator utuk menjadikan siswa tersebut

berprestasi.

2. Untuk anak koraban perceraian, diharapkan agar dapat menyalurkan

dan mengungkapkan emosinya secara tepat dan perilaku yang positif.

Seperti dengan mengikuti berbagai aktivitas ekstrakulikuler yang dapat

meningkatkan penyesuaian sosial siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

65

DAFTAR PUSTAKA

Chaplin, J. P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Dagu, Save M. 2002. Psikologi Kelurga. Jakarta : Rineka Cipta.

Dariyo, Agoes. 2008. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta : Grasindo

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Dodi Ahmad Fauzi, 2006, “Perceraian Siapa Takut”, Restu Agung, Anggota

IKAPI, Jakarta

Goleman, Daniel. 2003. Kecerdasan Emosional. Alih Bahasa: T. Hermaya.

Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Ihromi, T. O. 2004. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta : Yayasan Obor

Indonesia.

Maurus, J. 2003. How to win Personality Effidency (Alih Bahasa Warton).

Yogyakarta/Pustaka Belajar

Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Musbikin, Imam. 2008. Mengatasi Anak-Anak Bermasalah. Yogyakarta: Mitra

Pustaka.

Setiyanto. 2005. Orang Tua Ideal Dari Perspektif Anak. Jakarta : Grasindo.

Singgih, D dan Yulia, S. D . 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Jakarta : Gunung Mulia.

Soeparwoto. 2007. Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT UNNES PRESS.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

CV. Alfabeta.

Sunarto, dan A. Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sugiyono.(2010).. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

CV. Alfabeta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

66

Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Andi

Offset

Willis, Sofyan S. 2011. Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung:

Alfabeta.

Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Yusuf Syamsu, 2004, “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja”. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

67

KODING

Pertanyaan Jawaban Kode

Bagaimana gambaran

kondisi emosi anak

sebelum orangtuanya

bercerai ?

saya tidak begitu

mengerti mas, yang saya

tahu orangtua saya sering

sekali bertengkar ketika

di rumah mas. Terkadang

meributkan tentang biaya

sekolah mas

N, SBP, 1

Saya merasa bahagia mas

tinggal di rumah, saat

saya pulang sekolah ada

ibu yang sudah

menyambut saya. Saya

juga suka menunggu ayah

saya pulang kerja mas

karena biasanya

membawa makanan. Saya

merasa senang sekali

ketika ayah dan ibu saya

masih berada di rumah

dan meihat televisi

N, SBP, 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

68

bersama mas

Ketika saya memiliki

masalah Sebisa saya

menyelesaikannya sendiri

dulu mas, kalau tidak bisa

biasanya saya meminta

bantuan nenek saya untuk

membantu

menyelesaikannya

Ketika ada orang yang

mengejek saya, saya sih

cuek aja mas, saya tidak

suka menanggapi jika ada

teman yang mengejek

saya

N, SBP, 3

N, SBP, 4

Dia orangnya ceria mas

sebelum kedua

orangtuanya bercerai, N

juga mudah bersosialisasi

dengan orang lain.

TS, SBP, 1

Gak pernah mas, dia

orangnya santai sebelum

orangtuanya bercerai, dan

TS, SBP, 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

69

tidak pernah menangis

apabila ada yang

mengejeknya.

Sebelum orangtuanya

bercerai dia itu orangnya

semangat sekali mas

dalam mengikuti

pelajaran di sekolah,

bahkan dia pernah

mendapat ranking 10

besar di kelasnya mas.

TS, SBP, 3

Dia itu sebenarnya anak

yang ceria mas, sebelum

orangtuanya bercerai dia

jarang sekali menunjukan

sikap yang murung. Dia

juga memiliki empati

yang tinggi sebelumnya,

karena dia mau

menghibur temannya

yang sedang bersedih.

GR, SBP, 1

saya itu tahu dia mampu

mengontrol emosinya

GR, SBP, 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

70

dengan baik. sebelum

kejadian orangtuanya

bercerai kalau ada

temannya yang mengejek

atau bercanda dengannya,

dia tidak pernah

sekalipun sampai

menangis, paling-paing

hanya membalasnya

dengan tersenyum mas

Prestasi N cukup bagus,

dia pernah mendapat

rankng 10 besar di

kelasnya,

GR, SBP, 3

Bagaimana gambaran

kondisi emosi anak

setelah orangtuanya

bercerai ?

Saya sangat sedih sekali

mas waktu ibu saya

mengatakan akan

bercerai dengan ayah

saya. Saya sampai tidak

tahu harus berbuat apa

saat itu mas.

N, SP, 1

Saya malu mas, jujur

saya sampai tidak mau

N, SP, 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

71

bertemu lama-lama kalau

sedang bersama dengan

teman-teman mas.

Karena saya merasa tidak

nyaman kalau ada yang

membicarakan tentang

keluarga mas

Saya sih cuek aja mas,

saya malas menanggapi

jika ada teman yang

mengejek saya.

N, SP, 3

Sebisa saya mencoba

membantu teman saya

kalau teman saya berbuat

kesalahan mas

N, SP, 4

Iya mas ada, N menjadi

berubah, N menjadi lebih

suka menyendiri dan

sering murung.

TS, SP, 1

Sekarang N lebih suka

diam kalau ada yang

mengejeknya semenjak

orangtuanya bercerai, N

TS, SP, 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

72

sampai menangis kalau

ada yang menyinggung

tentang keluarganya.

Iya ada mas,

perubahannya sangat

terlihat jelas. Sekarang

anaknya menjadi tertutup

dengan orang lain

GR, SP, 1

Semenjak orangtuanya

bercerai dia menjadi lebih

pendiam mas, yang saya

tahu dari teman-

temannya kalau ada yang

menyinggungnya tentang

keluarganya, dia lebih

memilih diam.

GR, SP, 2

Apa dampak yang terjadi

pada anak terhadap kasus

perceraian orangtuanya ?

Saya malu mas, jujur

saya sampai tidak mau

bertemu lama-lama kalau

sedang bersama teman-

teman mas.

N, DP, 1

Cuma saya lebih suka

menyendiri sekarang

N, DP, 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

73

daripada ikut ngumpul

bersama teman-teman.

N menjadi lebih senang

menyendiri mas, saat jam

istirahat dia lebih suka

menghabiskan waktu di

kelas mas.

TS, DP, 1

Saat ini dia lebih suka

diam mas, memang dia

rajin mengumpukan

tugasnya mas tetapi kalau

ada yang dia tidak

mengerti dia lebih suka

diam, jadi sekarang

prestasinya di kelas

biasa-biasa aja mas.

TS, DP, 2

Sepertinya iya mas,

karena di rumah dia juga

menjadi jarang keluar

rumah mas.

TS, DP, 3

Dia sekarang menjadi

susah bergaul mas, lebih

menutup diri dan tidak

TS, DP, 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

74

mau aktif keluar rumah

mas. Mungkin dia malu

mas kalau ada yang

menanyakan tentang

ayahnya.

Iya mas, saat ini dirinya

mengalami kesulitan

dalam beradaptasi dan

menyesuaikan diri dalam

lingkungan sosialnya.

Dirinya menjadi malu

bergaul dengan teman-

temannya karena

keluarganya sudah tidak

utuh.

GR, DP, 1

tetapi sekarang

prestasinya menuru

drastis semenjak

orangtuanya bercerai

mas. Anaknya sekarang

lebih suka diam dan pasif

selama di kelas, jadi

prestasinya sekarang

GR, DP, 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

75

tidak begitu menonjol.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

76

Hasil Wawancara Penelitian

Hasil Wawancara dengan Subjek

Peneliti : Sejak kapan orangtua kamu bercerai ?

Subjek : sejak saya SMP kelas 1 mas

Peneliti : Apakah kamu tahu penyebab orangtua kamu bercerai ?

Subjek : Saya kurang tahu mas, yang saya tahu orangtua saya sering

bertengkar sampai akhirnya memutuskan untuk bercerai mas.

Peneliti : Bagaimana perasaanmu saat keluargamu masih utuh ?

Suubjek : Saya merasa bahagia mas tinggal di rumah, saat saya pulang

sekolah ada ibu yang sudah menyambut saya. Saya juga suka

menunggu ayah saya pulang kerja mas karena biasanya

membawa makanan. Saya merasa senang sekali ketika ayah

dan ibu saya masih berada di rumah dan meihat televisi

bersama mas.

Peneliti : Bagaimana perasaan kamu saat mengetahui orangtuamu

memutuskan untuk bercerai ?

Subjek : Saya sangat sedih sekali mas waktu ibu saya mengatakan akan

bercerai dengan ayah saya. Saya sampai tidak tahu harus

berbuat apa saat itu mas.

Peneliti : Apakah teman-temanmu mengetahui keadaan keluargamu ?

Subjek : Mereka tahu mas keadaan keluarga saya yang sekarang.

Peneliti : Bagaimana perasaan kamu apabila ada teman yang mengetahui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

77

keadaan keluarga kamu ?

Subjek : Saya malu mas, jujur saya sampai tidak mau bertemu lama-

lama kalau sedang bersama dengan teman-teman mas. Karena

saya merasa tidak nyaman kalau ada yang membicarakan

tentang keluarga mas

Peneliti : Jadi seperti itu, kamu merasa kurang nyaman ya kalau sedang

bersama teman-temanu ?

Subjek : Iya mas

Peneliti : Lalu, apa yang kamu rasakan sekarang saat kamu di tunjuk

oleh guru untuk maju ke depan kelas ?

Subjek : Sebenarnya saya malas, tapi ya mau gimana lagi, kalau di

suruh maju ya saya maju mas.

Peneliti : Lalu Apa yang kamu lakukan saat jam istirahat sekolah ?

Subjek : Saya lebih suka menunggu bel masuk didalam kelas mas,

sambil membaca komik biasanya mas

Peneliti : Bagaimana hubunganmu dengan teman-teman di sekolah ?

Subjek : Baik-baik saja mas, Cuma saya lebih suka menyendiri sekarang

daripada ikut ngumpul bersama teman-teman.

Peneliti : Bagaimana sikapmu jika ada yang mengejek atau memusuhi

kamu ?

Subjek : Saya sih cuek aja mas, saya malas menanggapi jika ada teman

yang mengejek saya.

Peneliti : Bagaimana sikapmu ketika kamu bertemu orang yang lebih tua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

78

?

Subjek : Ya saya bersikap hormat mas, sopan kalau bertemu orang yang

lebih tua dari saya.

Peneliti : Lalu, jika kamu melihat temanmu mendapat nilai yang lebih

baik daripada kamu bagaimana perasaanmu ?

Subjek : Seneng sih mas, tapi iri juga kenapa nilai saya bisa jauh dari

teman-teman saya.

Peneliti : Apabila ada teman yang berbuat kesalahan apa yang kamu

coba lakukan ?

Subjek : Sebisa saya mencoba membantu teman saya kalau teman saya

berbuat kesalahan mas

Peneliti : Apa yang kamu lakukan jika kamu sedang marah atau sedih ?

Subjek : Saya lebih suka diam mas, lebih suka berdiam diri dalam

kamar dan mendengarkan mp3 mas

Peneliti : Apabila sedang memunyai masalah tindakan apa yang kamu

lakukan untuk memecahkan masalah tersebut ?

Subjek : Sebisa saya menyelesaikannya sendiri dulu mas kalau tidak

bisa biasanya saya meminta bantuan nenek saya untuk

membantu menyelesaikannya

Peneliti : Apakah kamu pernah terlibat pertengkarang di sekolah ?

Subjek : Belum pernah mas.

Peneliti : Apabila ada teman yang berbeda pendapat dengan mu

bagaimana perasaanmu ?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

79

Subjek : Biasa aja mas, malas berdebat kalau berbeda pendapat mas

lebih mending saya yang ngalah mas.

Peneliti : Ketika ada teman yang suka mengkritik dan dan tidak suka

dengan kamu, bagaimana kamu menanggapinya ?

Subjek : Saya diamkan saja mas, biarin dia mau ngomong apa saya juga

tidak mau menanggapi

Peneliti : Jika kamu marah bagaimana tindakanmu untuk dapat

menenangkan diri ?

Subjek : Saya biasanya langsung beli cokelat dan makan cokelat yang

banyak mas.

Peneliti : Ketika kamu mengalami konflik dengan teman bagaimana

usaha yang akan kamu lakukan ?

Subjek : Saya berusaha bicara baik-baik dengan orangnya mas, karena

saya cinta damai.

Peneliti : Apakah kamu kesulitan dalam menghadapi pelajaran di sekolah

mas ?

Subjek : Tidak mas, saya tidak terlalu mengalami kesulitan dalam

menghadapi pelajaran di sekolah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

80

Hasil Wawancara dengan Teman Subjek

Peneliti : Bagaimana pertemanan hubungan kamu dengan subjek di

sekolah ?

Teman subjek : Saya dan N berteman dengan baik mas, karena di sekolah saya

satu kelas dengan N dan dirumah saya sering bermain bersama

N.

Peneliti : Bagaimana sikap dan perilaku subyek selama di sekolah

sebelum kedua orangtuanya bercerai ?

Teman Subjek : Dia orangnya ceria mas sebelum kedua orangtuanya bercerai,

N juga mudah bersosialisasi dengan orang lain.

Peneliti : Apakah ada perubahan saat ini setelah orangtua N bercerai ?

Teman Subjek : Iya mas ada, N menjadi berubah, N menjadi lebih pendiam dan

sering murung.

Peneliti : Bagaimana sikap dan perilaku N sekarang di sekolah ?

Teman Subjek : N menjadi lebih senang menyendiri mas, saat jam istirahat dia

lebih suka menghabiskan waktu di kelas mas.

Peneliti : Apakah N anak yang termasuk nakal ?

Teman Subjek : Tidak mas, dia termasuk orang yang baik kepada teman-

temannya

Peneliti : Pernahkah N marah saat ada yang mengejeknya ?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

81

Temen Subjek : Sekarang N lebih suka diam kalau ada yang mengejeknya

semenjak orangtuanya bercerai, N sampai menangis kalau ada

yang menyinggung tentang keluarganya.

Peneliti : Apakah sebelum orangtuanya bercerai N juga sering menangis

apabila di ejek temannya ?

Teman Subjek : Gak pernah mas, dia orangnya santai sebelum orangtuanya

bercerai, dan tidak pernah menangis apabila ada yang

mengejeknya.

Peneliti : Apakah N anak yang pintar dan memiliki semangat dalam

mengikuti pelajaran ?

Teman subjek : Sebelum orangtuanya bercerai dia itu orangnya semangat sekali

mas dalam mengikuti pelajaran di sekolah, bahkan dia pernah

mendapat ranking 10 besar di kelasnya mas.

Peneliti : Lalu, bagaimana N sekarang dalam mengikuti pelajaran di

kelas ?

Teman Subjek : Saat ini dia lebih suka diam mas, memang dia rajin

mengumpukan tugasnya mas tetapi kalau ada yang dia tidak

mengerti dia lebih suka diam, jadi sekarang prestasinya di kelas

biasa-biasa aja mas.

Peneliti : Apakah N pernah bercerita langsung tentang keluarganya

kepada kamu ?

Teman Subjek : Tidak pernah mas, saya tahu karena kita tinggal satu

perumahan dan dekat dengan rumah N mas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

82

Peneliti : Apakah N menjadi minder dengan keadaannya saat ini ?

Teman Subjek : Sepertinya iya mas, karena di rumah dia juga menjadi jarang

keluar rumah mas.

Peneliti : Bagaimana hubungan sosial N dengan teman-temannya saat ini

?

Teman Subjek : Dia sekarang menjadi susah bergaul mas, lebih menutup diri

dan tidak mau aktif keluar rumah mas. Mungkin dia malu mas

kalau ada yang menanyakan tentang ayahnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

83

Hasil Wawancara dengan Guru Konselor

Peneliti : Bagaimana subyek menceritakan masalahnya tentang kedua

orangtuanya yang bercerai ?

Guru Konselor : Selama 1 tahun menjadi guru pembimbingnya dia orangnya

tertutup mas, jadi menyangkut masalah kedua orangtuanya

yang bercerai dia tidak mau menceritakannya.

Peneliti : Bagaimana sikap dan perilaku subyek sebelum orangtuanya

bercerai ?

Guru Konselor : Dia itu sebenarnya anak yang ceria mas, sebelum orangtuanya

bercerai dia jarang sekali menunjukan sikap yang murung. Dia

juga memiliki empati yang tinggi sebelumnya.

Peneliti : Lalu, bagaimana sikap dan perilaku subyek sekarang ? apakah

ada perubahan setelah orangtuanya bercerai ?

Guru Konselor : Iya ada mas, perubahannya sangat terlihat jelas. Sekarang

anaknya menjadi tertutup dengan orang lain. Berbeda sekali

dengan sikapnya sebelum orangtuanya bercerai.

Peneliti : Pernahkah subyek marah saat ada temannya yang mengolok-

olok dirinya ?

Guru Konselor : Semenjak orangtuanya bercerai dia menjadi lebih pendiam

mas, yang saya tahu dari teman-temannya kalau ada yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

84

menyinggungnya tentang keluarganya, dia lebih memilih diam.

Pernah dia mengekspresikanya hanya dengan diam dan

menangis.

Peneliti : Menurut pengamatan ibu apakah subyek sudah mampu

mengontrol emosinya ?

Guru Konselor : Selama saya menjadi guru pembimbingnya, saya itu tahu dia

mampu mengontrol emosinya dengan baik. sebelum kejadian

orangtuanya bercerai kalau ada temannya yang mengejek atau

bercanda dengannya, dia tidak pernah sekalipun sampai

menangis, paling-paing hanya membalasnya dengan tersenyum

mas. Sekarang sudah berbeda mas semenjak orangtuanya

bercerai dia menjadi mudah tersinggung dan kurang mampu

mengendalikan emosinya apabila ada yang menyinggung

tentang keluarganya.

Peneliti : Apakah subyek minder dengan keadaannya saat ini ?

Guru Konselor : Iya mas, saat ini dirinya mengalami kesulitan dalam

beradaptasi dan menyesuaikan diri dalam lingkungan sosialnya.

Dirinya menjadi malu bergaul dengan teman-temannya karena

keluarganya sudah tidak utuh.

Peneliti : Bagaimana prestasi subyek di sekolah sebelum orangtuanya

bercerai pak ?

Guru Konselor : Prestasi N cukup bagus, dia pernah mendapat rankng 10 besar

di kelasnya, tetapi sekarang prestasinya menuru drastis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

85

semenjak orangtuanya bercerai mas. Anaknya sekarang lebih

suka diam dan pasif selama di kelas, jadi prestasinya sekarang

tidak begitu menonjol.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK ...repository.usd.ac.id/31088/2/121114064_full.pdf · DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI KEMATANGAN EMOSI ANAK (Studi

86

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI