DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK...
Transcript of DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI ANAK...
DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI EMOSI
ANAK
(Studi Kasus Pada Remaja Kelas VIII yang Menjadi Korban Perceraian)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Haris Yuliaji
NIM: 121114064
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
“Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” (Matius 7:8)
“Jangan kuatir akan hari esok, karena TUHAN yang mengatur hidupmu”
“Masa-masa sulit akan menjadi masa-masa indah, ketika hati kita tetap tinggal dalam hati Tuhan.”
“Tak Masalah seberapa sering kau jatuh, yang terpenting adalah seberapa cepat kau bangkit.”
(Arsene Wenger)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yang Maha Esa dan Bunda Maria yang senantiasa mengasihi dan memberikan anugerah terindah dalam hidup saya..
Kedua orang tuaku Margiono dan Marti yang senantiasa mendoakan, memberi dukungan dan semangat
baik secara moril maupun materil.
Tidak lupa terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Kakakku Ony Ginanjar
dan Kepada Adik saya Dyah Palupi Tri Setyowati
,
dan teman-teman kepeters:
Tole, Ervin, Alvita, Rubi, Dida, Haris, Martin, Afika, Ryan, Efi, Cangyan, Angga Ditya
Kepada teman-teman BK 2012 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu beserta seluruh dosen BK
Sanata dharma
Kepada dosen pembimbing yang dengan sabar selalu membantu proses skripsi dan memberi pengarahan
Kepada SMP 2 Ungaran yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian
Almamater tercinta Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP KONDISI
KEMATANGAN EMOSI ANAK
(Studi kasus pada remaja kelas VIII yang menjadi korban perceraian)
Haris Yuli Aji
Universitas Sanata Dharma 2018
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mendapatkan gambaran kondisi
emosi anak yang menjadi korban perceraian orangtua. (2) apa dampak
perceraian orangtua yang akan terjadi pada anak.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Subjek
penelitian ini adalah anak kelas delapan sekolah menengah pertama yang
menjadi korban perceraian orangtuanya. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, analisis data meliputi
reduksi data dan pengkodean. Validitasi data penelitian menggunakan
trianggulasi dimana peneliti melakukan wawancara dengan beberapa dari
subyek.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dampak peceraian orangtua
terhadap kondisi emosi anak dapat berdampak negatif. Dampak negatif
banyak ditampakan oleh ekspresi emosi yang berlebihan, tidak terkontrol, rasa
frustasi menghadapi masa depan serta tidak mampu bersikap rasional.
Kata Kunci : Kondisi Kematangan Emosi, Perceraian, Dampak
Perceraian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE IMPACT OF A DIVORCE TO CHILDREN’S EMOTIONAL
MATURITY
(A Case Study on VIII graders with divorced parents)
Haris Yuli Aji
Sanata Dharma University
2018
This research was aimed at: (1) finding the description of emotional
maturity of children with divorced parents. (2) finding the impact of divorce
to children.
This research used the qualitative research method. The subjects were
the junior high school eighth graders with divorced parents. Data collecting
method used in this research was interview. Data analysis included data
reduction and coding. Research data validation used triangulation where the
researcher interview some of the subjects.
Research result showed that divorce could give negative impacts to
children’s emotional condition. Negative impacts were often manifested by
excessive and uncontrolled emotional expression, frustration in facing the
future and inability to act rationally.
Keyword: Emotional Maturity Condition, Divorce, Divorce Impact.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat dan
rahmat-Nya sehingga, penulisan tugas akhir dengan judul “Dampak Perceraian
Orangtua terhadap Kondisi Kematangan Emosi Anak” dapat terselesaikan dengan
baik dan lancar.
Selama penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang
ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung setiap proses yang
penulis jalani. Oleh karenanya, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling.
3. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling dan juga selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
mendampingi dengan penuh kesabaran, telaten, selalu memberikan
saran, motivasi, petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
4. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling
atas bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh studi.
5. Mas Moko atas pelayanan yang diberikan dengan ramah dan sabar
selama penulis menempuh studi di Program Studi Bimbingan dan
Konseling.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................. vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ......................................................................................................... xi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ........................................................................................... 7
C. Fokus Penelitian ............................................................................................ 7
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8
F. Batasan Istilah ................................................................................................ 9
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 10
A. Emosi.............................................................................................................. 10
1. Pengertian Emosi ..................................................................................... 10
2. Pengertian Kematangan Emosi ................................................................ 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3. Ciri-Ciri Emosi pada Remaja ................................................................... 13
4. Ciri-Ciri Kematangan Emosi .................................................................... 15
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi..........................20
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi..........................21
B. Perceraian Orangtua ....................................................................................... 22
1. Pengertian Perceraian ............................................................................... 22
2. Faktor-Faktor Penyebab Percerain ........................................................... 24
3. Dampak Perceraian Terhadap Kondisi Kematangan Emosi Anak .......... 28
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 34
A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 35
C. Subjek Penelitian ............................................................................................ 35
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 35
E. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 38
F. Keabsahan Data .............................................................................................. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................... 41
A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................... 41
B. Sajian Data Penelitian .................................................................................... 42
C. Hasil Penelitian...............................................................................................43
D. Pembahasan....................................................................................................56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 61
A. Kesimpulan .................................................................................................... 61
B. Implikasi Bagi Pelaksana Layanan BK di Sekolah ........................................ 61
C. Keterbatasan Peneliti ...................................................................................... 63
D. Saran...............................................................................................................63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 64
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Panduan Wawancara ....................................................................... 36
Tabel 2 Agenda Pelaksanaan Wawancara.................................................... 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Koding ................................................................................. 66
Lampiran 2. Verbatim .............................................................................. 75
Lampiran 3.Surat Perizinan Penelitian ..................................................... 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah/kasus,
fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Remaja cenderung memiliki emosi yang tidak stabil yang muncul
dalam berbagai bentuk. Pada fase ini perilaku remaja menjadi sulit diduga
dan menjadi lebih tidak terkontrol. Bentuk-bentuk emosi yang nampak
dalam masa remaja antara lain marah, malu, takut cemas, cemburu, iri hati,
gembira, sedih dan rasa ingin tahu. Remaja yang mampu mengendalikan
emosinya dapat mendatangkan kebahagian, namun remaja yang belum
mampu mengeontrol emosinya dapat berakibat kurangnya pengendalian
diri yang baik. Hal ini dapat mengakibatkan remaja dalam menghadapi
masalahnya merasa tidak aman,tidak senang, khawatir, dan kesepian.
Remaja memiliki emosi yang cenderung labil, hal ini dikarenakan
perubahan emosi selama masa awal remaja biasanya terjadi lebih cepat.
Remaja yang mampu menguasai emosi dapat membuat remaja sanggup
menggontrol emosi dalam banyak situasi. Penguasaan emosi yang baik
dapat mendatangkan kebahagian yang biasa disebut kematangan emosi.
Kematangan emosi dapat diartikan sebagai kemampuan individu
untuk mengadakan tanggapan-tanggapan emosi secara matang dan mampu
mengontrol serta mengendalikan emosinya sehingga menunjukan suatu
kesiapan dalam bertindak. Orang yang emosinya matang mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
mengadakan penyesuaian antara yang diinginkan dan kenyataan yang ia
hadapi. Menurut walgito (2004 : 45) bahwa ada beberapa tanda yang
menunjukan individu yang mengalami kematangan emosi antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Orang yang telah matang emosinya dapat menerima baik
keadaan dirinya maupun keadaan orang lain seperti apa
adanya, sesuai dengan keadaan obyektifnya.
2. Orang yang matang emosinya pada umumnya tidak bersifat
implusif. Ia akan merespon stimulus dengan cara berpikir
baik, dapat mengtur pikirannya, untuk memberikan
tanggapan terhadap stimulus yang mengenainya.
3. Orang yang telah matang emosinya dapat mengontrol
emosinya dengan baik, dapat mengontrol ekpresi emosinya.
Walaupu seseorang dalam keadaan marah, tetapi
kemarahan itu tidak ditampakan keluar, dapat mengatur
kapan kemarahan itu perlu dimanifestasikan.
4. Karena orang yang telah matang emosinya dapat berpikir
secara obyektif maka orang yang telah matang emosinya
akan bersifat sabar, penuh pengertian, dan pada umumnya
cukup mempunyai toleransi yang baik.
5. Orang yang telah matang emosinya akan mempunyai
tanggung jawab yang baik, dapat berdiri sendiri, tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
mudah mengalami frustasi, dan akan menghadapi masalah
dengan penuh pengertian.
Remaja cenderung memiliki emosi yang labil, hal ini dikarenakan
perubahan emosi selama masa awal remaja biasanya terjadi lebih cepat.
Masa remaja mempunyai energi yang besar, perkembangan emosi yang
belum stabil seperti marah, takut, bangga, rasa malu, cemas, cemburu, iri
hati, rasa sedih, kasih sayang, rasa ingin tahu, cinta dan benci, sedangkan
pengendalian diri pada masa remaja belum terbentuk secara sempurna.
Remaja yang memiliki kebiasaan menguasai emosi dapat membuat remaja
sanggup mengontrol emosi dalam banyak situasi. Penguasaan emosi yang
baik menjadikan remaja dapat mengendalikan emosinya sehingga dapat
mendatangkan kebahagian yang biasa disebut kematangan emosi.
Walgito (2004) berpendapat bahwa antara kematangan emosi dan
pikiran akan saling berkaitan. Apabila seseorang telah matang emosinya
dan dapat mengendalikan emosinya, maka ia akan mampu berpikir secara
matang. Remaja yang emosinya matang akan memberikan reaksi
emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau ke suasana
hati yang lain.
Untuk membentuk kematangan emosi anak yang baik ada beberapa
faktor yang menentukan antara lain membimbing anak di lingkungan
sekolah agar emosinya terjaga stabil. Remaja yang usianya berkisar 13-18
tahun masih dalam posisi awal, dimana remaja masih banyak mengalami
masalah, baik masalah fisik maupun psikologis. Secara fisik remaja belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
siap bekerja, tetapi pada anak tertentu pekerjaan pada usia ini merupakan
suatu keterpaksaan, karena secara psikologis remaja belum siap mental,
belum dapat secara penuh tanggung jawab, masih sangat emosional dan
belum mandiri.
Mengendalikan emosi itu perlu, karena emosi mempunyai
kemampuan untuk mengkomunikasin diri kepada orang lain, supaya
pergaulan sehari-hari dapat berjalan dengan lancar dan dapat mengikuti
kehidupan yang tentram. Kematangan emosi adalah kesanggupan individu
untuk mengahadapi tekanan berat dalam kondisi yang tetap baik.
Kematangan emosi anak yang baik dapat terbentuk karena beberapa
faktor, salah satunya faktor yang mempengaruhi yaitu dalam hubungannya
dengan orangtua atau keluarga. Keluarga merupakan tempat yang pertama
dan utama bagi anak, karena keluarga merupakan tempat anak untuk
menghabiskan sebagian besar waktu dalam kehidupannya. Keluarga pada
awalnya terbentuk karena adanya perkawinan. Dalam sebuah hubungan
tidak jarang menimbulkan harapan-harapan yang tidak realistik baik di
pihak suami ataupun istri. Hal ini tidak menutup kemungkinan perkawinan
tersebut dapat mengalami kehancuran atau perceraian.
Perceraian dapat diartikan sebagai berakhirnya hubungan suami
istri karena ketidak cocokan antara keduanya dan diputuskan oleh hukum.
Perceraian merupakan peralihan besar dalam penyesuaian dengan keadaan,
anak akan mengalami reaksi emosi dan perilaku karena kehilangan salah
satu orangtuanya. Anak akan membutuhkan dukungan, kepekaan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
kasih sayang yang lebih besar untuk membantu mengatasi kehilangan
yang dialaminya selama masa sulit ini. Hubungan yang tidak rukun
dengan orangtua akan lebih banyak menimbulkan kemarahan dan
kecemburuan sehingga emosi ini akan cenderung menguasai kehidupan
anak.
Tingginya jumlah perceraian di Indonesia menjadi tolak ukur
banyaknya anak-anak yang menjadi korban perceraian. Menurut Sindo
Weekly Magazine selama periode 2005 hingga 2010 terjadi peningkatan
hingga 70%. Tingkat perceraian sejak 2005 terus meningkat diatas 10%
setiap tahunnya. Pada tahun 2010, terjadi 285.184 perceraian di seluruh
Indonesia. Penyebabnya adalah akibat faktor ketidakharmonisan, tidak ada
tanggung jawab, dan masalah ekonomi. Tingginya angka perceraian ini,
secara tidak langsung menunjukan banyaknya anak-anak korban
perceraian.
Berbagai macam kepedihan dirasakan anak korban perceraian
seperti terluka, bingung, marah, dan tidak aman. Sering pula mereka
berkhayal akan rujuknya kedua orangtua mereka. Realitanya diduga
banyak anak dari keluarga yang bercerai memiliki sikap bandel, nakal,
pesimis, penakut, dan tidak konsentrasi dalam menerima pelajaran di
sekolah serta tidak percaya diri sehingga dalam bersosialisasi tidak dapat
berjalan dengan baik. Oleh karena itu keluarga merupakan bagian
terpenting dalam pembentukan kematangan emosi anak. hubungan yang
baik dalam keluarga dapat memberikan rasa aman dan percaya diri pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
anak sehingga anak dapat menjalankan tugas perkembangan masa
remajanya dengan baik. Hubungan keluarga yang utuh di asumsikan
memberikan pengaruh yang besar terhadap kematangan emosi anak dalam
menghadapi berbagai macam kesulitan dalam bergaul dengan orang lain di
luar rumah.
Sebagian besar anak-anak korban perceraian cenderung tidak dapat
mengontrol emosi dari orangtua mereka yang sudah bercerai,
mengakibatkan keinginan untuk melampiaskan rasa frustasi mereka
dengan melakukan hal-hal yang berlawanan dengan peraturan misalnya
saja memberontak dan sebagainya. Anak menjadi merasa kurang
diperhatikan, misalnya di sekolah anak sering membolos, bertengkar
dengan teman sebayanya, jarang pulang ke rumah, sering melanggar
peraturan sekolah seperti ke sekolah terlambat, merokok di lingkungan
sekolah, namun masih ada siswa yang berasal dari keluarga yang tidak
utuh atau korban perceraian, tetapi dia mampu hidup mandiri, aktif di
organisasi sekolah, bahkan memiliki prestasi yang baik di bidang
akademiknya. Anak tersebut merasa bahwa walaupun orangtua mereka
telah bercerai, namun ia tidak boleh patah semangat ataupun terpuruk
kehidupannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin mengambil
penelitian dengan judul “Dampak Perceraian Terhadap Kondisi
Kematangan Emosi Anak”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
B. Identifikasi Masalah
Melihat dari latar belakang masalah terkait dengan dampak perceraian
terhadap kondisi emosi anak. maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Adanya dampak negatif yang diperoleh anak dengan bercerainya
orangtuanya.
2. Ketidakmampuan anak mengendalikan emosinya karena orangtuanya
yang bercerai.
3. Adanya perilaku yang menyimpang dari anak karena faktor perceraian
orangtuanya
C. Pembatasan Masalah
Melihat berbagai bentuk permasalahan yang muncul dalam latar belakang
perlu dilakukannya penelitian mengapa banyak terjadi kasus perceraian di
Indonesia. Sebuah penelitian studi kasus yang bertujuan untuk
mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang
khususnya dalam hal kondisi emosi anak yang orangtuanya bercerai.
D. Rumusan masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan
kondisi emosi remaja terhadap orangtuanya yang bercerai terdapat
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran kondisi emosi anak korban perceraian
orangtua sebelum terjadi perceraian ?
2. Bagaimanakah gambaran kondisi emosi anak korban perceraian
orangtua setelah terjadi perceraian ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
3. Apa dampak yang akan didapatkan anak yang menjadi korban
perceraian orangtua ?.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mendapatkan gambaran kondisi emosi anak korban perceraian
orangtua sebelum terjadinya perceraian.
2. Mendapatkan gambaran kondisi emosi anak korban perceraian
orangtua setelah terjadinya perceraian.
3. Mendeskripsikan dampak perceraian orangtua terhadap kematangan
emosi anak
F. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap muncul beberapa
manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Memberikan sumbangan pengetahuan, khususnya dalam hal
kondisi emosi anak yang menjadi korban perceraian, sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian
yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan oleh guru
bimbingan dan konseling untuk membantu anak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
mengalami gangguan pengendalian emosi, terutama pada anak
yang orangtuanya bercerai.
b. Penulis memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru
mengenai kondisi emosi anak yang orangtuanya bercerai.
c. Penuis mendapat kesempatan pembelajaran dan mengalami
praktik langsung melakukan prosedur penelitian dan
pengembangan secara imiah.
G. Batasan Istilah
1. Emosi
Emosi merupakan perasaan atau afeksi yang melibatkan kombinasi
antara gejolak fisiologis seperti denyut jantung yang cepat dan perilaku
yang tampak seperti senyuman atau ringisan.
2. Kematangan Emosi
Orang yang telah matang emosinya pada umumnya mampu
mengontrol dan mengarahkan emosi, dapat menerima diri sendiri, dan
orang lain apa adanya. Orang yang sudah matang emosinya mampu
menyikapi masalah secara positif, tidak egois, dapat mengontrol
lingkungan dan mempunyai pandangan hidup.
3. Perceraian Orangtua
Perceraian merupakan berakhirnya hubungan suami istri karena
ketidakcocokan antara keduanya dan diputuskan oleh hukum. Faktor-
faktor penyebab perceraian antara lain adalah adanya perbedaan
prinsip antara suami dan istri, kekerasan dalam rumah tangga, tekanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
kebutuhan ekonomi, kematian, perselingkuhan, dan ketidakharmonisan
dalam rumah tangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi uraian mengenai pengertian emosi, ciri-ciri emosi pada
remaja, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi, pengertian
perceraian, faktor-faktor yang dapat menyebabkan perceaian.
A. Emosi
1. Pengertian Emosi
Emosi mempunyai peran penting dalam kehidupan, karena emosi
mempunyai pengaruh terhadap penyesuaian pribadi dan sosial seseorang.
Emosi merupakan suatu bentuk komunikasi, karena dalam emosi terjadi
perubahan mimik wajah dan fisik yang menyertai emosi, seseorang dapat
mengungkapkan perasaan yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan, serta mendorong interaksi sosial. Melalui emosi seseorang
dapat mengubah perilaku agar dapat menyesuaikan diri dari tuntutan dan
aturan yang ada.
Menurut Sarlito Wirawan (dalam Yusuf, 2009) emosi merupakan
setiap keadaan pada diri seseorang yang di sertai warna afektif baik pada
tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas. Sedangkan menurut Crow
dan Crow (dalam Sunarto, 2006) mendefinisikan emosi adalah
pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu
tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang
tampak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa emosi
merupakan perasaan atau afeksi yang melibatkan kombinasi antara gejolak
fisiologis seperti denyut jantung yang cepat dan perilaku yang tampak
seperti senyuman atau ringisan.
2. Penegertian Kematangan Emosi
Menurut Walgito (2004) kematangan emosi dapat diartikan sebagai
kemampuan individu untuk mengadakan tanggapan-tanggapan emosi
secara matang dan mampu mengontrol serta mengendaikan emosinya
sehingga menunjukan suatu kesiapan dalam bertindak. Orang yang
emosinya matang mampu mengadakan penyesuaian antara yang di
inginkan dan kenyataan yang dihadapi. Kematangan emosi dan pikiran
akan saling kait mengkait. Seseorang dikatakan matang emosinya apabila
telah dapat mengendalikan emosinya, maka individu akan berpikir secara
matang, berpikir secara baik, dan berpikir secara objectif. Remaja yang
emosinya matang akan memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak
berubah-ubah dari satu emosi ke suasana hati lain.
Seseorang yang telah mencapai kematangan emosi mampu
berorientasi pada lingkungan serta mampu meredam emosinya dalam
menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya dan dapat menerima
kritik dan saran dari orang lainserta dapat bertanggung jawab dan mampu
beradaptasi dengan ingkungan yang baru untuk mencapai tujuan-tujuan
diharapkan dalam menjalani hidup bermasyarakat. Chaplin (2006)
mengatakan bahwa kematangan emosi adalah suatu keadaan atau kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosional dan oleh
karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan pola
emosional yang pantas bagi anak-anak. istilah kematangan atau
kedewasaan seringkali membawa implikasi adanya kontrol emosi. selain
itu menurut Hamalik kematangan emosi adalah suatu istilah yang relatif,
menunjukan tingkatan terhadap keadaan psikologi dan emosi, pada setiap
bagian dari jenjang kehidupan, dimana seseorang telah untuk menemukan
dan mampu menggunakan sumber-sumber yang tersedia pada dirinya
dalam proses pertumbuhan.
Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan
yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi
oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan
keluarga dan kelompok teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut cukup
kondusif, dalam arti kondisinya di warnai oleh hubungan yang harmonis,
saling mempercayai, saling menghargai, dan penuh tanggung jawab, maka
remaja cenderung dapat mencapai kematangam emosionalnya. Sebaliknya,
apabila kurang di persiapkan untuk memahami peran-perannya dan kurang
mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua atau pengakuan
teman sebaya, mereka cenderung akan mengalami kecemesan, perasaan
tertekan atau ketidaknyamanan emosional.
Menurut Syamsu Yusuf (2009 :197) dalam menghadapi
ketidaknyamanan emosional tersebut, tidak sedkit remaja yang
mereaksinya secara depensif, sebagai upaya untuk melindungi kelemahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dirinya. Reaksinya itu tampil dalam tingkah laku malasuai seperti, agresif,
melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi dan senang mengganggu dan
melarikan diri dari kenyataan, melamun, pendiam, senang menyendiri, dan
meminum-minuman keras dan obat-obat terlarang.
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kematangan emosi secara umum adalah suatu keadaan dimana seseorang
dapat berpikir secara realitis, objektif dan dapat mengendalikan emosinya.
Seseorang yang telah matang emosinyaakan dapat menyelesaikan
masalahnya dengan baik, stabil, dan tenang secara emosional. Tercapainya
kematangan emosi ditandai dengan dapat menghadapi kenyataan seperti
yang sesungguhnya terjadi, mau menerima keadaan orang lain
sebagaimana adanya, dapat menyalurkan emosinya dengan lebih baik dan
rasional, serta dapat mengontrol emosinya dan ekspresi emosinya secara
tepat dan wajar.
3. Ciri-Ciri Emosi pada Remaja
Masa remaja biasanya dianggap ketika anak secara seksual menjadi
matang. Remaja sering berusaha mengatasi ketakutan yang muncul dari
persoalan kehidupan. Dengan bertambahnya umur menyebabkan
terjadinya perubahan emosi.
Menurut Biehler (dalam Sunarto dan Hartono, 2006) membagi ciri-
ciri emosional pada remaja menjadi dua, yaitu usia 12-15 tahun dan 15-18
tahun. Ciri-ciri emosional remaja usia 12-15 tahun:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
a. Pada usia ini seorang siswa cenderung banyak murung dan
tidak dapat diterka.
b. Siswa mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi
kekurangan dalam hal rasa percaya diri.
c. Ledakan-ledakan kemarahan mungkin bisa terjadi.
d. Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan
pendapatnya sendiri yang di sebabkan kurangnya rasa percaya
diri.
Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun:
a. Pemberontakan remaja merupakan pernyataan-pernytaan atau
ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak
ke dewasa.
b. Karena bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaja yang
mengalami konflik dengn orangtua mereka.
c. Siswa pada usia ini sering melamun, memikirkan masa depan
Menurut Yusuf (2009) emosi sebagi suatu peristiwa psikologi yang
mengandung ciri-ciri yaitu: lebih besifat subjektif daripada peristiwa
psikologi lannya seperti pengamatan dan berpikir, bersifat fluktuatif atau
tidak tetap dan banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan
panca indera.
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
emosi pada remaja antara lain yaitu cenderung banyak murung, emosi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
yang meledak-ledak, melampiaskan emosi dengan pemberontakan, tidak
mempunyai toleransi terhadap orang lain dan merasa dirinya paling benar.
4. Ciri-Ciri Kematangan Emosi
Ciri-ciri kematangan emosi merupakan hal yang dapat dilihat,
sehingga mampu untuk membedakan seseorang yang matang emosinya
dan tidak matang emosinya. Walgito (2004) mengatakan bahwa bila
seseorang telah matang emosinya, telah dapat mengendalikan emosinya,
maka akan dapat berpikir secara matang, berpikir secara baikdan berpikir
secara obyektif.seperti yang diungkapkan Walgito (2004) menjelaskan ada
beberapa ciri-ciri kematangan emosi, yaitu:
a. Orang yang telah matang emosinya dapat menerima baik
keadaan dirinya maupun keadaan orang lain seperti apa
adanya, sesuai dengan keadaan obyektifnya.
b. Orang yang matang emosinya pada umumnya tidak bersifat
impulsif. Ia akan merespon stimulus dengan cara berpikir baik,
dapat mengatur pikirannya, untuk memberikan tanggapan
terhadap stimulus yang mengenainya.
c. Orang yang telah matang emosinya dapat mengontrol
emosinya dengan baik, dapat mengontrol ekspresi emosinya.
Walaupun seseorang dalam keadaan marah, tetapi kemarahan
itu tidak ditampakan keluar.
d. Orang yang telah matang emosinya dapat berpikir secara
obyektif, maka orang yang telah matang emosinya akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
bersifat sabar, penug pengertian, dan pada umumnya cukup
mempunyai toleransi yang baik.
e. Orang yang telah matang emosinya akan mempunyai tanggung
jawab yang baik, dapat berdiri sendiri, tidak mudah mengalami
frustasi, dan akan menghadapi masalah dengan penuh
pengertian.
Menurut Syamsu Yusuf (2009 : 197) remaja yang dalam proses
perkembangannya berada dalam iklim yang kondusif, cenderung akan
memperoleh perkembangan emosinya secara matang (terutama pada masa
remaja akhir). Kematangan emosi ini ditandai oleh cinta kasih, simpati,
senang menolong orang lain, respek, ramah dan dapat mengendalikan
emosi, tidak mudah tersinggung, tidak agresif, bersikap optimis, dan tidak
pesimis, dan dapat menghadapi situasi frustasi secara wajar.
Seseorang disebut matang emosionalnya jika ia telah mampu
belajar melatih seni penggunaan emosi sedemikian rupa sehingga akan
dapat membantu semua aspek kehidupan, keluarga, relasi sosial, dan
kesesuaian dirinya dengan dunia secara umum, dalam kaitannya dengan
kehidupan keluarga, kematangan emosi mengajari individu tentang cara
memainkan peran secara tepat diiringi cinta dan efisiensi, meredam
perselisihan dan pertengkaran serta membuat anggota keluarga menjadi
bahagia, membuat indvidu bersikap tegas bila memang hal itu dibutuhkan
atau mengabaikan sesuatu yang memang harus diabaikan. Kematangan
emosi juga mengajari bagaimana bergaul dengan orang lain secara efisien,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
bijaksana, lemah lembut dan penuh pengertian, membuat individu menjadi
patuh, bisa dipercaya dan luwes sehingga individu itu terbuka terhadap
pengalaman-pengalaman baru, bersedia terlibat dan siap mendamaikan
sesutau konfik yang sedang dan akan terjadi Maurus (2003 : 58-59).
Menurut Sutardjo (2004) lebih menunjukan ciri pokok kematangan
emosional seseorang dalam tiga kategori, yaitu mereka yang memiliki
kedisiplinan diri, determinasi diri dan kemandirian. Seseorang yang
memiliki disiplin diri adalah mereka yang dapat mengatur diri, hidupnya
teratur, menaati hukuman dan peraturan, sedang seseorang yang memiliki
determinasi diri adalah orang yang mampu membuat keputusan dalam
memecahkan suau masalah dan meakukan apa yang telah diputuskannya
itu. Sementara orang yang mandiri adalha orang yang tidak banyak
menggantungkan diri pada bimbingan dan kendali orang lain melainkan
lebih mendasarkan diri pada kemampuan, kemauan dan kekuatannya
sendiri.
Menurut Goleman (dalam Desmita, 2007) kecerdasan emosiona
atas lima komponen penting, yaitu:
a. Mengenali Emosi Diri
Goleman menyebutkan bahwa mengenali emosi diri sendiri
merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu
perasaan itu terjadi dari waktu ke waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
b. Mengelola Emosi
Goleman mengatakan bahwa kemampuan individu dalam
mengatur perasaannya, menenangkan dirinya, melepaskan diri dari
kemurungan, dan kebingungan sehingga emosi yang merisaukan
tetap terkendali, mengelola emosi berarti menangani perasaan agar
perasaan dapat terungkap dengan tepat. Kemampuan mengelola
emosi ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri,
melepaskan kecemasan, kemurungan, atau keteringgungan dan
akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit
dari perasaan-perasaan yang menekan.
c. Memotivasi Diri
Memotivasi diri yaitu memotivasi yang positif seperti
ditunjukan oleh kondisi rasa semangat, kumpulan perasaan
antusias, ketekunan, dan keyakinan diri merupakan hal mutlak
untuk memunculkan prestasi.
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Goleman menyebutkan bahwa mengenal emosi orang lain
atau empati di bangun berdasarkan pada kesadaran diri,
kemampuan untuk mengenali apa yang dirasakan oleh orang lain
dalam kehidupan. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka
ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang
yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri
tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
e. Membina Hubungan dengan Orang Lain
Pada masa anak-anak, teman sebaya merupakan lingkungan
sosial yang paling diminati. Hurlock (1980) menyebutkan bahwa
masa akhir kanak-kanak sering disebut sebagai usia berkelompok
karena di tandai dengan adanya minat terhadap aktifitas teman-
teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima
sebagai anggota suatu kelompok dan tidak puas apabila tidak
bersama teman-temanya.
Menurut Maslow ( dalam Dariyo 2003 : 125) bahwa individu yang
mengalami kematangan emosi memperlihatkan beberapa ciri-ciri yaitu: tak
ada sindrom atau gangguan psikoneurotik seperti rasa takut, khawtir dan
cemas yang tidak beralasan. Mampu memandang hidup dan kehidupan
pribadinya secara positif yaitu memiliki insting atau pemahaman dan
penerimaan yang baik. Mempunyai spontanitas, mampu bertingkah laku
yang wajar dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan yang
berlangsung. Mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi secara
objektif. Tidak tergantung pada orang lain secara berlebihan.
Berdasarkan ciri-ciri dari para ahli diatas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa ciri-ciri kematangan emosi yaitu orang yang telah
matang emosinya pada umumnya mampu mengontrol dan mengarahkan
emosi, dapat menerima diri sendiri, dan orang lain apa adanya, mampu
menyikapi masalah secara positif, tidak egois, dapat mengontrol
lingkungan dan mempunyai pandangan hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
5. Faktor-Fator yang Memengaruhi Kematangan Emosi
Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi terlihat pada
perubahan tingkah laku. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan emosi menurut Soeparwoto (2004 : 76-78) adalah sebgai
berikut:
a. Perubahan jasmani, perubahan segi meliputi pertumbuhan cepat dari
badan. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas pada
bagian-bagian tertentu yang mengakibatkan postur tubuh atau jasmani
tidak seimbang.
b. Perubahan dalam hubungannya dengan orangtua, sikap orangtua dalam
menddik anak, misalnya secara otoriter, memanjakan anak, sikap acuh
tak acuh, penuh kasih sayang. Sikap-sikap tersebut dapat menyebabkan
ketegangan dan keitdaktegangan yang semuanya berpengaruh terhadap
perkembangan mental remaja termasuk perkembangan emosi
c. Perubahan dalam hubungannya dengan teman-teman, pada usia kurang
lebih 17-18 tahun, biasanya remaja mulai jatuh cinta dengan teman
lawan jenis atau dengan kenakalan-kenakalan lain. Gejala seperti ini
sehat, tetapi kemungkinan terjadinya konflik juga ada. Gangguan
emosional yang mendalam dapat terjadi akibat cinta yang tidak
terbalas atau karena pemutusan hubungan dari satu pihak, hal ini akan
mendatangkan kecemasan bagi orangtua dan bagi diri sendiri.
d. Perubahan pandangan luar, pandangan luar dapat menyebabkan
konflik yang di sebabkan karena sikap dunia luar terhadap remaja tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
konsisten, dan dunia luar masih mempunyai nila-nilai yang berbeda
untuk remaja laki-laki dan perempuan.
e. Perubahan dalam hubungannya dengan sekolah, remaja sering
terbentur nilai-nilai yang tidak dapat diterima atau bertentangan
dengan nilai-nilai yang menarik bagi remaja, maka timbulah idealisme
untuk mengubah lingkungannya.
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi
Walgito (2004) mengatakan bahwa kematangan emosi berkaitan
dengan unsur individu. Salah satu ciri kedewasaan seseorang dilihat dari
segi psikologis ialah bila seseorang telah dapat mengendalikan emosinya,
dan dengan demikian dapat berpikir secara baik, dapat menempatkan
persoalan sesuai dengan keadaan obyektif.
Rogers (1981) menguraikan beberapa faktor yang mempengaruhi
kematangan emosi yaitu:
a. Keluarga
Pengalaman dengan keluarga memengaruhi perkembangan emosi
seseorang dan menumbuhkan perasaan kesepian, ketakutan, dan
kecemasan akan perpisahan.
b. Jenis Kelamin
Perempuan lebih matang emosinya daripada laki-laki. Peneliti
Barkeley menunjukan bahwa perilaku perempuan terganggu pada
awal masa remaja, barangkali karena budaya permisif pada
perempuan yang mengakibatkan perempuan cepat emosi, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
lebih cepat stabil dibandingkan laki-laki dan perempuan lebih
dapat mengekspresikan emosinya daripada laki-laki.
c. Televisi
Televisi memberikan gambaran yang membingungkan antara yang
nyata dan tidak nyata. Efeknya sangat besar terutama film-film
keras sehingga mengakibatkan munculnya agresi.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa faktor yang
memengaruhi kematangan emosi antara lain usia, keluarga, lingkungan,
jenis kelamin, media televisi, pengalaman serta individu itu sendiri.
B. Perceraian Orangtua
1. Pengertian Perceraian
Keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama bagi anak. selain
itu keluarga juga merupakan pondasi primer bagi perkembangan anak,
karena keluarga merupakan tempat anak untuk menghabiskan sebagian
besar waktu dalam kehidupanya. Keluarga pada awalnya terbentuk karena
adanya perkawinan. Perkawinan merupakan proses dimana manusia dari
berbagai perbedaan dan berusaha untuk mengintegrasikan dirinya untuk
membangun kebersamaan dalam rumah tangga. dalam sebuah hubungan
tidak jarang menimbulkan harapan-harapan yang tidak realistik baik di
pihak suami maupun istri. Namun ketika harapan-harapan yang tidak
realistik ini dihadapkan dengan realistis kehidupan sehari-hari sebagai
suami istri, maka tidak jarang hal-hal yang dianggap sepele kemudian dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
menimbulkan kekecewaan, seperti sikap egois, mudah marah, keras kepala
dan lain-lain.
Akibat kondisi ini maka sering timbul pertengkaran yang pada
akhirnya membuat mereka merasa bahwa perkawinan mereka tidak seperti
yang diharapkan dan merasa kecewa. Untuk mengatasi rasa kecewa tersebut
suami istri harus mengadakan negoisasi, jika negoisasi berhasil maka
hubungan suami istri akan membaik, sebaliknya jika suami istri tidak
menegoisasikan maka tidak menutup kemungkinan perkawinan tersebut
mengalami kehancuran atau perceraian.
Perceraian adalah cerai hidup antara pasangan suami istri sebagai
akibat dari kegagalan mereka menjalankan peran masing-masing, dalam hal
ini perceraian dilihat sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan
dimana pasangan suami istri kemudian hidup berpisah dan secara resmi
diakui oleh hukum yang berlaku Erna Karim (dalam Ihromi, 2004).
Menurut Agoes Dariyo (2008) perceraian merupakan peristiwa yang
sebenarnya tidak direncanakan dan dikehendaki kedua individu yang sama-
sama terikat dalam perkawinan. Perceraian merupakan terputusnya keluarga
karena saah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk saling
meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai
suami istri. Selain itu menurut Yusuf (2004) perceraian orangtua adalah
keadaan keluarga yang tidak harmonis, tidak stabi atau berantakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perceraian
merupakan berakhirnya hubungan suami istri karena ketidakcocokan antara
keduanya dan diputuskan oleh hukum.
2. Faktor-Faktor Penyebab Perceraian
Setiyanto (2005) menyebutkan ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan perceraian, yaitu sudah tidak ada kecocokan, adanya faktor
orang ketiga, sudah tidak adanya komunikasi. Sedangkan menurut Dariyo
(2008) menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadi
perceraian suami istri diantaranya sebagai berikut:
a. Masalah Keperawanan (virginity)
Bagi seorang individu laki-laki yang menganggap
keperawanan sebagai sesuatu yang penting, kemungkinan masalah
keperawanan akan mengganggu proses perjalanan kehidupan
perkawinan, tetapi bagi laki-laki yang tidak mempermasalahkan
tentang keperawanan, kehidupan perkawinan akan dapat
dipertahankan dengan baik. Kenyataan disebagian besar
masyarakat wilayah Indonesia masih menjunjung tinggi dan
menghargai keperawanan seorang wanita. Karena itu, faktor
keperawanan danggap sebagai sesuatu yang suci bagi wanita yang
akan memasuki pernikahan. Itulah sebabnya, keperawanan menjadi
faktor yang mempengaruhi kehidupan perkawinan seseorang.
b. Ketidaksetiaan salah satu pasangan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Keberadaan orang ketiga memang akan mengganggu
kehidupan perkawinan, bila dantara keduanya tidak ditemukan
kata sepakat untuk menyelesaikan dan saling memaafkan, akhirnya
perceraianlah jalan terbaik untuk mengakhiri hubungan pernikahan
itu.
c. Tekanan kebutuhan ekonomi keluarga
Sudah seajarnya, seorang suami bertanggung jawab
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Ituah sebabnya, seorang
istri berhak menuntut supaya suami dapat memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga. Bagi mereka yang terkena PHK, hal itu
dirasakan amat berat. Untuk menyelesaikan masalah itu
kemungkinan seorang istri menuntut cerai dari suaminya.
d. Tidak mempunyai keturunan
Kemungkinan karena tidak mempunyai keturunan
walaupun menjalin hubungan pernikahan bertahun-tahun dan
berupaya kemana-mana untuk mengusahakannya, namun tetap saja
gagal. Guna menyelesaikan masalah keturunan ini mereka sepakat
mengakhiri pernikahan itu dengan bercerai dan masing-masing
menentukan nasib sendiri.
e. Salah satu dari pasangan hidup meninggal dunia
Setelah meninggal dunia dari salah satu pasangan hidup,
secara otomatis keduanya bercerai. Apakah kematian tersebut
disebabkan faktor sengaja (bunuh diri) ataupun tidak sengaja (mati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dalam kecelakaan, sakit atau terkena bencana alam) tetap
mempengaruhi terjadinya perpisahan (perceraian) suami istri.
f. Perbedaan prinsip, ideologi atau agama
setelah memasuki jenjang pernikahan dan kemudian
memiliki keturunan, akhirnya mereka baru sadar adanya
perbedaan-perbedaan itu. Masalah mulai timbul mengenai
penentuan anak harus mengikuti aliran agama dari puihak siapa,
apakah ikut ayah atau ibunya. Rupanya hal itu tidak dapat
diselesaikan dengan baik sehingga perceraianlah jalan terakhir bagi
mereka.
Menurut Dodi Ahmad Fauzi (2006), ada beberapa faktor-faktor
penyebab perceraian antara lain sebagai berikut:
a. Ketidak harmonisan dalam rumah tangga
Alasan diatas adalah alasan yang paling kerap dikemukakan
oleh pasangan suami istri yang akan bercerai. Ketidakharmonisan
bisa disebabkan oleh berbagai hal antara lain, krisis keuangan,
krisis akhlak, dan adanya orang ketiga. Dengan kata lain, istilah
keharmonisan adalah terlalu umum sehingga memerlukan
perincian yang lebih mendetail.
b. Krisis moral dan akhlak
Selain ketidakharmonisan dalam rumah tangga, perceraian
juga sering memperoleh landasan berupa krisis moral dan akhlak
yang dapat dilalaikannya tanggung jawab baik oleh suami maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
istri, poligami yang tidak sehat, penganiayaan, pelecahan dan
keburukan perilaku lainnya yang dilakukan baik oleh suami
maupun istri misal mabuk, berzinah, terlibat tindak kriminal,
bahkan utang piutang.
c. Perzinahan
Di samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan
terjadinya perceraian adalah perzinahan, yaitu hubungan sexsual di
luar nikah yang dilakukan baik oleh suami maupun istri
d. Penikahan tanpa cinta
Alasan lainnya yang kerap dikemukakanoleh suami istri,
untuk mengakhiri sebuah perkawinan adalah bahwa perkawinan
mereka telah berlangsung tanpa dilandasi adanya cinta. Untuk
mengatasi kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa cinta,
pasangan harus merefleksi diri untuk memahami masalah
sebenarnya, juga harus berupaya untuk menciba menciptakan
kerjasama dalam menghasilkan keputusan yang terbaik.
e. Adanya masalah-masalah dalam perkawinan
Dalam sebuah perkawinan pasti tidak akan lepas dari yang
namanya masalah. Masalah dalam perkawinan itu merupakan suatu hal yang
biasa, tapi percekcokan yang berlarut-larut dan tidak dapat didamaikan lagi
secara otomatis akan disusul dengan pisah ranjang.
Dari beberapa faktor-faktor para ahli diatas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa faktor-faktor penyebab perceraian antara lain yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
adanya perbedaan prinsip antara suami dan istri, kekerasan dalam rumah
tangga, tekanan kebutuhan ekonomi, kematian, perselingkuhan, dan
ketidakharmonisan dalam rumah tangga.
3. Dampak Perceraian Terhadap Kondisi Kematangan Emosi Anak
Perceraian memang tidak hanya menimbulkan gangguan emosional
bagi pasangan yang bercerai tetapi juga anak-anak akan terkena dampaknya.
Dampak perceraian terhadap anak lebih berat dibanding pada orang tua.
Terkadang anak akan merasa terperangkap di tengah-tengah saat orang tua
bercerai. Rasa marah, taku, cemas akan perpisahan, sedih dan malu
merupakan reaksi-reaksi bagi kebanyakan anak dari dampak perceraian.
Perceraian yang terjadi pada suatu keluarga memberikan dampak yang
mempengruhi jiwa dan kondisi anak. anak yang mengalami hambatan dalam
pemenuhannya terkait rasa cinta dan memiliki orangtua harus menghadapi
kenyataan bahwa orangtuanya telah bercerai. Anak mendapat gambaran
buruk tentang kehidupan berkeluarga. Dalam perasaan anak, perceraian
adalah suatu kekurangan yang memalukan. Perceraian hampir selalu
membuat anak bersedih, pemarah dan lemah jiwanya. Anak merasa terasing
diantara masyarakat yang kebanyakan terdiri atas keluarga yang bersatu.
Perceraian yang berarti keterpisahan antara ibu, ayah dan anak-anak
apapun penyebabnya, bisa memberi dampak buruk bagi anak. karena sebuah
keluarga tidak lagi utuh, dan umumnya yang terjadi adalah ibu bersama
anak-anak di satu pihak, dan ayah yang hidup sendiri. Akibatnya, anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
kehilangan salah satu tokoh identifikasi mereka. Hal ini tentunya menuntut
penyesuaian diri lagi setelah anak mampu mengatasi kesulitan menghadapi
perceraiaan orang tuanya (Musbikin,2008).
Umumnya sikap anak-anak terhadap perceraian adalah kaget shock
dan menghindari kenyataan bahwa perpecahan keluarga tak terjadi pad
dirinya. Banyak yang merasa cemas dan takut, ada pula yang marah dan
uring-uringan dan juga membangkang. Tetapi ada pula berusaha keras untuk
menyatukan kembali kedua orangtuanya. Meskipun reaksi ini bervariasi
umumnya, Robert Weiss dalam bukunya Martial Separation (dalam
Musbikin, 2008) menyebutkan bahwa reaksi emosional anak sangatlah
tergantung pada pemahaman anak tentang perkawinan orangtuanya, usia
anak, tempramen anak, serta sikap dan perilaku orangtua terhadap anak.
Menurut Dariyo (2008) anak-anak yang ditinggalkan orangtuanya
yang bercerai juga merasakan dampak negatif. Mereka mengalami
kebingungan harus ikut kepada siapa. Mereka tidak dapat melakukan proses
identifikasi pada orangtua. Akibatnya, tidak ada contoh positif yang bisa di
tiru. Secara tidak langsung mereka mempunyai pandangan negatif terhadap
pernikahan. Namun yang jelas perceraian orangtua akan mendatangkan
perasaan traumatis bagi anak.
Sama halnya seperi Dariyo, menurut Gunarsa (2002) perceraian
merupakan suatu penderitaan, suatu pengalaman traumatis bagi anak. anak
memperoleh banyak tekanan, dalam arti suasana rumah yang kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
harmonis, kehilangan ayah. Juga lingkungan yang mengharuskannya
mengadakan penyesuaian diri dan perubahan-perubahan penyesuaian diri.
Karena tekanan dan keadaan lingkungan yang mengharuskannya
mengadakan penyesuaian lingkungan sebagai akibat perceraian kedua
orangtuanya, menyebabkan anak merasa dirinya tidak aman, dipandang
berbeda oleh masyarakat, mengalami diskriminasi sosial dari
lingkungannya, meras tidak mempunyai tempat hangat dan aman di dunia
ini dan tidak mempunyai kepercayaan diri. Padahal, anak pada masa sekolah
adalah anak yang merasa takut diejek, takut tercela, takut kehilangan
miliknya, takut akan penyakit dan takut akan gagal di sekolah. Anak pada
masa ini memiliki motivasi yang tinggi terhadap karya dan kerjasama
diantara teman-temannya. Karena rasa tidak aman yang menyelubungi
dirinya, pada anak tumbuh perasaan inferiority terhadap kemampuan dan
kedudukannya. Ia merasa rendah diri, ia menjadi takut untuk meluaskan
pergaulannya dengan teman-temannya. Semua ini akan mempengaruhi
prestasi belajar anak di sekolah.
Perceraian merupakan peralihan besar dalam penyesuaian dengan
keadaan, anak akan mengalami reaksi emosi dan perilaku karena kehilangan
salah satu orangtuanya. Anak akan membutuhkan dukungan, kepekaan dan
kasih sayang yang lebih besar untuk mengatasi kehilangan yang dialaminya
selama masa sulit ini. Realitanya diduga banyak anak dari keluarga yang
bercerai memiliki sikap bandel, nakal, pesimis, penakut, dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
konsentrasi dalam menerima pelajaran di sekolah serta tidak percaya diri
sehingga dalam bersosialisasi tidak dapat berjalan dengan baik.
Menurut Willis (2011) anak korban perceraian akan mengaami krisis
kepribadian, sehingga perilakunya sering salah suai. Mereka mengalami
gangguan emosional dan neurotik. Kasus keluarga broken home ini sering di
temui di sekolah, seperti anak menjadi malas belajar, menyendiri, agresif,
memboos dan suka menentang guru. Sedangkan menurut hasil penelitian
Heteringthon (dalam Save, 2002) peristiwa perceraian itu menimbulkan
ketidakstabilan emosi, mengalami rasa cemas, tertekan dan sering marah-
marah. Perceraian juga setidaknya dapat menimbulkan kekacauan jiwa
meski mungkin tidak terlalu jauh. Peran keluarga yang dijalankan dan
dibebani kepada satu orang saja akan menjadi jauh lebih sulit jika
dibandingkan oleh dua orang. Keadaan yang tidak menentu ini cenderung
membuat anak memilih tinggal di rumah baru, ingin hidup menyendiri,
menjauhi temannya. Perasaannya sering diliputi kecemasan dan rasa aman
pun terancam.
Menurut Hurlock (dalam Yusuf, 2004) dampak remaja korban
perceraian orangtua, antara lain:
a. Mudah emosi (sensitif)
b. Kurang konsentrasi belajar
c. Tidak perduli lingkungan dan sesamanya
d. Tidak tahu sopan santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
e. Tidak tahu etika bermasyarakat
f. Senang mencari perhatian orang lain
g. Ingin menang sendiri
h. Susah diatur
i. Suka melawan orangtua
j. Tidak memiliki tujuan hidup
k. Kurang memiliki daya juang
l. Berperilaku nakal
m. Mengalami depresi
n. Kecenderungan terhadap obat-obatan terlarang
Menurut Lesley (dalam Ihromi, 2004) mengemukakan bahwa
anak-anak yang orangtuanya bercerai sering hidup menderita, khususnya
dalam hal keuangan serta secara emosional kehilangan rasa aman. Selain itu
Gardner juga menambahkan bahwa kepergian salah satu orangtua
meninggalkan anak dikarenakan orangtua sudah tidak menyayangi mereka
lagi. Berbagai macam kepedihan dirasakan anak seperti terluka, bingung,
marah, dan tidak aman.sering pula mereka berkhayal akan rujuknya kedua
orangtua mereka. Anak akan merasakan kepedihan yang luar biasa dan
sangat mendalam. Tidak jarang anak malah akan menyalahkan dirinya
sendiri serta menganggap bahwa mereka lah penyebab perceraian kedua
orangtuanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Landis (dalam Ihromi, 2004 : 161) menyatakan bahwa dampak lain dari
perceraian adalah meningkatnya perasaan dekat anak dengan ibunya serta
menurunnya jarak emosional anak dengan ayahnya, disamping anak menjadi
inferior terhadap anak yang lain. Sedangkan menurut Gardner (dalam Ihromi,
2004 : 162) menyatakan bahwa anak merasakan kepedihan luar biasa dan
mendalam sehingga anak sering menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab
perceraian orangtuanya dan kepergian orangtuanya itu dinilai sebagai tanda tidak
menyayangi mereka.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat dicermati bahwa perceraian
orangtua akan memberikan dampak pada perkembangan kehidupan anak terutama
dalam pembentukan emosionalnya. Anak yang orangtuanya bercerai mempunyai
problem emosionalnya sendiri. ia merupakan korban dari dua orangtua yang
dipecahkan melalui perceraian, jalan hidupnya telah direnggut. Anak dari
orangtua yang bercerai cenderung dibesarkan dalam kondisi sosial yang kurang
sehat daripada anak-anak dalam rumah tangga normal. Namun kondisi kehidupan
keluarga akan menentukan bagaimana anak menjalani hidup selanjutnya dan tidak
jarang anak dari keluarga yang bercerai mempunyai sifat nakal, kurang percaya
diri sehingga dalam dia bersosialisasi tidak berjalan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini memaparkan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek
dan obyek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data dan teknik analisis
data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif studi kasus. Penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi
obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai adalah sebagai instrumen
kunci metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam,
suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya,
data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak
Sugiyono (2012).
Penelitian studi kasus adalah suatu metode untuk menyelidiki atau
mempelajari sesuatu kejadian mengenai perseorangan (riwayat hidup) Bimo
Walgito (2004). Studi kasus adalah studi atau analisa komprehensif dengan
menggunakan berbagai teknik. Bahan dan alat mengenai gejala, ciri-ciri,
karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang, baik
individu maupun kelompok.
Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus terkait dengan
judul Kondisi Emosi Anak Terhadap Perceraian Orangtuanya, karena metode
deskriptif kualitatif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya.
B. Tempat dan Waktu Peneitian
Penelitian ini dilakukan pada remaja di daerah Ungaran. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Januari 2018.
C. Subjek Penelitian
1. Subjek pertama
Nama : X (nama disamarkan)
Pekerjaan : Pelajar
Tempat Tinggal : Beji Ponndok Babadan Baru, Ungaran
Umur : 13 tahun
Tinggal Bersama : Nenek
Jumlah Saudara : 1
Pekerjaan Orangtua : Swasta
D. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan waawancara sebagai teknik
dalam pengumpulan data.
1. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu, Esterberg (dalam Sugiyono 2010). Wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
dari respondendan informan yang lebih mendalam dan jumlah respondennya
sedikit atau kecil.
Penelitian ini menggunakan wawancara secara terstruktur dan tidak
terstruktur. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah menetapkan
kepada siapa wawancara ini akan dilakukan, menyiapkan pokok-pokok yang
akan dibicarakan, menulis hasil wawancara ke dalam catatan lapangan, dan
mengidentifikasi tindak lanjut wawancara yang telah diperoleh (Sugiyono,
2010). Hasil wawancara akan dirubah dalam bentuk verbatim dengan cara
menuliskan setiap kata per kata percakapan dalam wawancara. Peneliti telah
menyiapkan panduan wawancara terstruktur
Tabel.1
Panduan Wawancara
No Pertanyaan Penelitian Item Pertanyaan
1.
Bagaimana Gambaran
Kondisi Emosi Anak korban
peceraian sebelum
terjadinya perceraian
orangtua ?
1. Sejak kapan orangtua kamu
bercerai ?
2. Apakah kamu tahu penyebab
orangtua kamu bercerai ?
3. Bagaimana perasaanmu saat
keluargamu masih utuh ?
4. Bagaimana perasaanmu saat
mengetahui orangtuamu
memutuskan untuk bercerai ?
5. Apakah teman-temanmu
mengetahui keadaaan keluargamu
?
6. Bagaimana perasaan kamu apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
2.
3.
Bagaimana Gambaran
Kondisi Emosi Anak korban
peceraian setelah terjadinya
perceraian orangtua ?
Apa dampak yang akan
didapatkan anak yang
menjadi korban perceraian
orangtuanya ?
ada teman yang mengetahui
keadaan keluargamu ?
7. Bagaimana sikapmu jika ada yang
mengejek atau memusuhi kamu ?
8. Bagaimana sikapmu ketika kamu
bertemu orang yang lebih tua ?
9. Apabila ada teman yang berbuat
kesalahan apa yang kamu coba
lakukan ?
10. Apa yang kamu lakukan jika
kamu sedang marah atau sedih ?
11. Apabila sedang memunyai
masalah tindakan apa yang kamu
lakukan untuk memecahkan
masalah tersebut ?
12. Apabila ada teman yang berbeda
pendapat dengan mu bagaimana
perasaanmu ?
13. Ketika ada teman yang suka
mengkritik dan dan tidak suka
dengan kamu, bagaimana kamu
menanggapinya ?
14. Jika kamu marah bagaimana
tindakanmu untuk dapat
menenangkan diri ?
15. apa yang kamu rasakan sekarang
saat kamu di tunjuk oleh guru
untuk maju ke depan kelas ?
16. Apa yang kamu lakukan saat jam
istirahat sekolah ?
17. Bagaimana hubunganmu dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
teman-teman di sekolah ?
18. jika kamu melihat temanmu
mendapat nilai yang lebih baik
daripada kamu bagaimana
perasaanmu ?
19. Apakah kamu pernah terlibat
pertengkarang di sekolah ?
20. Ketika kamu mengalami konflik
dengan teman bagaimana usaha
yang akan kamu lakukan ?
21. Apakah kamu kesulitan dalam
menghadapi pelajaran di sekolah
mas ?
.
E. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen (Moelong, 2009) analisis data sebagai proses
yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk
memberikan bantuan pada tema dan hipotesis kerja itu. Menurut Moelong
(2009) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu
pada konsep Milles & Huberman (dalam Sugiyono, 2010), aktivitas dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
analisis data, yaitu datareduction, data display, dan conclusion
drawing/verification.
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Data yang
diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat
secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti di lapangan, maka jumlah
data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Meruduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.
2. Penyajian Data (Display Data)
Data ini sudah berupa rangkuman, uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3. Penarikan Kesimpulan dan verifikasi (Conclusion Drawing and
Verification)
Kesimpulan awal biasanya bersifat sementara, dan akan berubah jika
dalam perjalanannya tidk ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan diawal didukung dengan bukti-bukti yag valid dan konsisten
saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan
demikian kesimpulan mungkin bisa menjawab rumusan masalah yang di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
rumuskan sejak awal. Tetapi mungkin juga tidak karena seperti telah di
kemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian
kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas atau gelap
sehingga stelah diteliti menjadi jelas.
F. Keabsahan Data
Dalam menguji keabsahan atau validitas data yang didapat sehingga
benar-benar sesuai dengan tujuan dan maksud penelitian, maka peneliti
menggunakan teknik trianggulasi (Moelong, 2007). Adapun trianggulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi dengan sumber yaitu
pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dapat dilakukan ke
masyarakat, teman observan, dan orangtua observan. Data dari ketiga sumber
tersebut, tidak bisa di rata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi
dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan
mana yang spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis
oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu keimpulan selanjutnya diminta
kesepakatan dengan tiga sumber tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pelaksana penelitian, sajian data penelitian, temuan hasil
penelitian, dan paparan data.
A. Pelaksanaan Penelitian
Deskripsi data berisi tentang hasil keseluruhan dari pelaksanaan penelitian,
dan informasi-informasi yang diperoleh di lapangan sebagai hasil. Informasi
diperoleh dari subjek dan pihak-pihak yang terkait. Berkaitan dengan kode etik
penelitian, maka nama subjek dalam penelitian ini merupakan nama samaran agar
identitas peneliti subjek yang terkait tidak diketahui.
Tabel 2
Agenda Pelaksanaan wawancara
Nama Waktu Penelitian Tempat Penelitian
Nanda (nama samaran) Jumat, 5 Januari 2018
Pukul 14.00
Rumah Penulis
Teman Sebaya Jumat, 12 Januari 2018
Pukul 15.00
Rumah Penulis
Guru BK Sabtu, 13 Januari 2018
Pukul 09.00
Sekolah
Nanda Jumat, 19 Januari 2018
Pukul 15.00
Rumah Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
B. Sajian Data Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Tempat penelitian di laksanakan di SMP 2 Ungaran, kecamatan Ungaran Kab.
Semarang.
2. Deskripsi Subjek Penelitian
Nama : X (nama disamarkan)
Usia : 13 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pendidikan : SMP
Alamat Rumah : Perum Babadan, Jl. Maospati Raya
Penampilan fisik : Kulit coklat sawo matang, badan kurus
Hobi : Fudsal
Sumber Informasi : Subjek
3. Latar Belakang Keluarga
a. Susunan Anggota Keluarga
1) Nama Ayah : Riski
Pekerjaan : Swasta
Umur : 29 tahun
Hobi : Mancing
Agama : Islam
2) Nama Ibu : Dinda
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Umur : 28 tahun
Hobi : memasak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Agama : Islam
b. Pertumbuhan jasmani dan riwayat kesehatan
Nanda tidak memiliki penyakit khusus, ia tumbuh dengan sehat dan
pertumbuhan fisiknya kurus namun cukup tinggi. Nanda mengatakan
jarang sakit.
c. Perkembangan kognitif
Nanda memulai pendidikan dari TK lalu melanjutkan sekolah ke SD tanpa
mengalami kesulitan sampai tamat. Lalu Nanda mulai melanjutkan sekolah
dan mendaftar di SMP 2 Ungaran.
d. Perkembangan sosial
Nanda lebih suka mengurung diri di rumah dan tidak bergaul dengan teman
sebayanya di rumah. Nanda jarang terlihat bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya.
e. Ciri-ciri kepribadian
Nanda termasuk orang yang pasif dan jarang menunjukan sikap bergaul
dengan teman-temannya.
C. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diperoleh dari hasi wawancara kepada subyek
penelitian tentang bagaimana gambaran kondisi emosi anak yang menjadi korban
kasus perceraian orangtuanya.
1. Gambaran Kondisi Emosi Anak Korban Perceraian Sebelum
Terjadinya Perceraian
Di Indonesia kasus perceraian bukanlah hal yang baru. Banyak sekali
kasus perceraian yang terjadi dengan berbagai ragam konflik yang dialami
didalam keluarga. Banyak faktor yang melatar belakangi alasan terjadinya
perceraian orangtua, peneliti mencoba menanyakan kepada subyek apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
yang melatar belakangi terjadinya perceraian orangtuanya. Hal ini nampak
pada beberapa pernyataan subyek yaitu:
“saya tidak begitu mengerti mas, yang saya tahu orangtua saya
sering sekali bertengkar ketika di rumah mas. Terkadang
meributkan tentang biaya sekolah mas” (N, SBP, 1)
Alasan yang melatarbelakangi terjadinya perceraian orangtua subyek
karena adanya faktor kekerasan yang terjadi didalam rumah tangga. salah
satu faktornya adalah permasalahan ekonomi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari subyek utama, dari pernyataan subyek utama tersebut
orangtua sering bertengkar dirumah mempermasalahkan tentang biaya
sekolah yang dikemukakan oleh subyek utama. Hal itu dikuatkan oleh
pernyataan Erna Karim bahwa Perceraian adalah cerai hidup antara
pasangan suami istri sebagai akibat dari kegagalan mereka menjalankan
peran masing-masing, dalam hal ini perceraian dilihat sebagai akhir dari
suatu ketidakstabilan perkawinan dimana pasangan suami istri kemudian
hidup berpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku (dalam
Ihromi, 2004).
Setelah terjadinya perceraian orangtua, subyek menjadi kurang terbuka
terhadap orang lain menyangkut perceraian orangtuanya termasuk kepada
guru di sekolah dan juga teman-temannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
yang disampaikan oleh guru pembimbing subyek.
“Selama 1 tahun menjadi guru pembimbingnya dia orangnya
tertutup mas, jadi menyangkut masalah kedua orangtuanya yang
bercerai dia tidak mau menceritakannya.”( GR, SBP, 1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Menurut Agoes Dariyo (2008) perceraian merupakan peristiwa yang
sebenarnya tidak direncanakan dan dikehendaki kedua individu yang sama-
sama terikat dalam perkawinan. Perceraian merupakan terputusnya keluarga
karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk saling
meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai
suami istri. Subyek menjadi kurang terbuka terhadap permasalahan
perceraian orangtuanya, karena itu bukan sesuatu yang dikehendaki oleh
orangtua maupun oleh subyek. Sehingga subyek merasa orangtuanya gagal
menjalankan kewajibannya sebagai orangtua yang utuh.
Lalu peneliti menanyakan bagaimana perasaan subyek ketika
orangtuanya masih bersatu sebelum memutuskan bercerai. Hal ini nampak
pada beberapa pernyataan responden yaitu:
“Saya merasa bahagia mas tinggal di rumah, saat saya pulang
sekolah ada ibu yang sudah menyambut saya. Saya juga suka
menunggu ayah saya pulang kerja mas karena biasanya membawa
makanan. Saya merasa senang sekali ketika ayah dan ibu saya
masih berada di rumah dan meihat televisi bersama mas.”( N,
SBP, 2)
“Dia orangnya ceria mas sebelum kedua orangtuanya bercerai,
setahu saya nanda tidak pernah murung berlarut-larut sebelum
orangtua nya bercerai mas.” (TS, SBP, 1)
“Dia itu sebenarnya anak yang ceria mas, sebelum orangtuanya
bercerai dia jarang sekali menunjukan sikap yang murung. Dia
juga memiliki empati yang tinggi sebelumnya.” (GR, SBP, 1)
Kondisi emosi dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya : mengenali
emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri dan mengenali emosi
orang lain. Subyek cukup mengenali emosi yang terjadi dalam dirinya.
Apabila subyek sedang mempunyai masalah subyek berusaha untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
menyelesaikannya. Walaupun subyek pendiam tetapi subyek termasuk
anak periang dan ceria. Pada tahap mengelola emosi diri, subyek dapat
mengelola emosinya dengan baik subyek tidak mudah terpancing
emosinya ketika ada teman yang mengejeknya. Hal ini nampak pada
pernyataan subyek yaitu :
“Ketika saya memiliki masalah Sebisa saya menyelesaikannya
sendiri dulu mas, kalau tidak bisa biasanya saya meminta bantuan
nenek saya untuk membantu menyelesaikannya” (N, SBP, 3)
“Ketika ada orang yang mengejek saya, saya sih cuek aja mas,
saya tidak suka menanggapi jika ada teman yang mengejek saya”
(N, SBP, 4)
Pada tahap memotivasi diri, menurut pengakuan teman subyek. Subyek
memiliki semangat belajar yang tinggi dalam mengikuti pelajaran di
sekolah. Bahkan subyek pernah mendapat ranking sepuluh besar di
kelasnya.hal ini nampak pada pernyataan teman subyek sebagai berikut :
“Sebelum orangtuanya bercerai dia itu orangnya semangat sekali
mas dalam mengikuti pelajaran di sekolah, bahkan dia pernah
mendapat ranking 10 besar di kelasnya mas” (TS, SBP, 3)
Pada proses mengenali emosi orang lain, subyek berusaha untuk bisa
berempati dengan orang lain. Subyek berusaha untuk menghibur temannya
yang sedang bersedih ketika mengalami masalah. Pernyataan ini juga di
dukung oleh guru bimbingan dan konseling subyek sebagai berikut :
“Dia itu sebenarnya anak yang ceria mas, sebelum orangtuanya
bercerai dia jarang sekali menunjukan sikap yang murung. Dia
juga memiliki empati yang tinggi sebelumnya, karena dia mau
menghibur temannya yang sedang bersedih” (GR, SBP, 1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Menurut Walgito (2004) kematangan emosi dapat diartikan sebagai
kemampuan individu untuk mengadakan tanggapan-tanggapan emosi
secara matang dan mampu mengontrol serta mengendaikan emosinya
sehingga menunjukan suatu kesiapan dalam bertindak. Orang yang
emosinya matang mampu mengadakan penyesuaian antara yang di
inginkan dan kenyataan yang dihadapi. Kematangan emosi dan pikiran
akan saling kait mengkait. Seseorang dikatakan matang emosinya apabila
telah dapat mengendalikan emosinya, maka individu akan berpikir secara
matang, berpikir secara baik, dan berpikir secara objectif. Remaja yang
emosinya matang akan memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak
berubah-ubah dari satu emosi ke suasana hati lain.
Seseorang yang telah mencapai kematangan emosi mampu
berorientasi pada lingkungan serta mampu meredam emosinya dalam
menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya dan dapat menerima
kritik dan saran dari orang lainserta dapat bertanggung jawab dan mampu
beradaptasi dengan ingkungan yang baru untuk mencapai tujuan-tujuan
diharapkan dalam menjalani hidup bermasyarakat. Chaplin (2006)
mengatakan bahwa kematangan emosi adalah suatu keadaan atau kondisi
mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosional dan oleh
karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan pola
emosional yang pantas bagi anak-anak. istilah kematangan atau
kedewasaan seringkali membawa implikasi adanya kontrol emosi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
2. Gambaran Kondisi Emosi Anak Setelah Orangtuanya Memutuskan
Untuk Bercerai
Subyek merupakan anak pertama, ekspresi emosi subyek tampak kacau
semenjak orangtuanya memutuskan untuk bercerai. Seperti dicerminkan
oleh rasa takut, tidak berani memandang, selalu merunduk, tidak berani
bicara kalau tidak didesak untuk bicara, dan penuh rasa curiga. Kondisi
traumatis yang muncul pada diri subyek akibat perceraian orangtua
mengakibatkan subyek mengalami gangguan dalam beraktivitas
menjalankan kehidupan sehari-hari dalam kehidupannya.
Kondisi emosi pada tahap mengenali emosi, sikap pendiam lebih
mendominasi perilaku subyek sehari-hari di sekolah. Subyek mengenali
emosi yang terjadi dalam dirinya akan tetapi tidak ada keinginan untuk
mngubahnya. Seperti contohnya pada saat subyek di ejek oleh teman-
temannya subyek hanya diam saja. Subyek terlalu larut dalam
perasaannya, sehingga mengakibatkan kesedihan yang selalu mendominasi
sikap subyek. Hal ini nampak pada pernyataan subyek sebagai berikut :
“Saya sangat sedih sekali mas waktu ibu saya mengatakan akan
bercerai dengan ayah saya. Saya sampai tidak tahu harus berbuat
apa saat itu mas” (N, SP, 1)
“Saya malu mas, jujur saya sampai tidak mau bertemu lama-lama
kalau sedang bersama dengan teman-teman mas. Karena saya
merasa tidak nyaman kalau ada yang membicarakan tentang
keluarga mas (N, SP, 2)
“Saya sih cuek aja mas, saya malas menanggapi jika ada teman
yang mengejek saya.” (N, SP, 3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Pada tahap mengelola emosi, subyek kurang sekali dalam mengelola
emosi bahkan kecenderungannya tidak mampu mengelola emosi dengan
baik. Teman subyek mengetakan bahwwa subyek sering terlihat
menyendri. Hal ini nampak pada pernyataan teman subyek sebagai
berikut:
“Iya mas ada, N menjadi berubah, N menjadi lebih suka
menyendiri dan sering murung” (TS, SP, 1)
“Sekarang N lebih suka diam kalau ada yang mengejeknya
semenjak orangtuanya bercerai, N sampai menangis kalau ada
yang menyinggung tentang keluarganya.” (TS, SP, 2)
Pada tahap membina hubungan dengan orang lain, subyek merupakan
anak yang sangat pasif, baik di rumah maupun di sekolahnya subyek selalu
menunjukan sikap diamnya tanpa ekspresi apapun kecuali murung.
Subyek hanya bisa memperhatikan saja keberadaan teman-temannya pada
saat jam istirahat. Subyek tidak bisa bersosialisasi dengan teman-
temannya, subyek kurang bisa menjaga hubungan baik dengan teman-
temannya. Dalam berteman subyek lebih berhati-hati, memilih-milih
teman apa yang benar-benar cocok sesuai menurutnya. Hal ini nampak
pada pernyataan guru bimbingan dan konseling subyek sebagai berikut :
“Iya ada mas, perubahannya sangat terlihat jelas. Sekarang
anaknya menjadi tertutup dengan orang lain” (GR, SP, 1)
“Semenjak orangtuanya bercerai dia menjadi lebih pendiam mas,
yang saya tahu dari teman-temannya kalau ada yang
menyinggungnya tentang keluarganya, dia lebih memilih diam”
(GR, SP, 2)
Menurut Biehler (dalam Sunarto dan Hartono, 2006) membagi ciri-
ciri emosional pada remaja menjadi dua, yaitu usia 12-15 tahun dan 15-18
tahun. Ciri-ciri emosional remaja usia 12-15 tahun:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
e. Pada usia ini seorang siswa cenderung banyak murung dan
tidak dapat diterka.
f. Siswa mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi
kekurangan dalam hal rasa percaya diri.
g. Ledakan-ledakan kemarahan mungkin bisa terjadi.
h. Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan
pendapatnya sendiri yang di sebabkan kurangnya rasa percaya
diri.
Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun:
d. Pemberontakan remaja merupakan pernyataan-pernytaan atau
ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak
ke dewasa.
e. Karena bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaja yang
mengalami konflik dengn orangtua mereka.
f. Siswa pada usia ini sering melamun, memikirkan masa depan
Menurut Goleman (dalam Desmita, 2007) kecerdasan emosiona
atas lima komponen penting, yaitu:
f. Mengenali Emosi Diri
Goleman menyebutkan bahwa mengenali emosi diri sendiri
merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu
perasaan itu terjadi dari waktu ke waktu.
g. Mengelola Emosi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Goleman mengatakan bahwa kemampuan individu dalam
mengatur perasaannya, menenangkan dirinya, melepaskan diri dari
kemurungan, dan kebingungan sehingga emosi yang merisaukan
tetap terkendali, mengelola emosi berarti menangani perasaan agar
perasaan dapat terungkap dengan tepat. Kemampuan mengelola
emosi ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri,
melepaskan kecemasan, kemurungan, atau keteringgungan dan
akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit
dari perasaan-perasaan yang menekan.
h. Memotivasi Diri
Memotivasi diri yaitu memotivasi yang positif seperti
ditunjukan oleh kondisi rasa semangat, kumpulan perasaan
antusias, ketekunan, dan keyakinan diri merupakan hal mutlak
untuk memunculkan prestasi.
i. Mengenali Emosi Orang Lain
Goleman menyebutkan bahwa mengenal emosi orang lain
atau empati di bangun berdasarkan pada kesadaran diri,
kemampuan untuk mengenali apa yang dirasakan oleh orang lain
dalam kehidupan. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka
ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang
yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri
tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
3. Dampak Yang Akan Terjadi Pada Anak Terhadap Kasus Pereraian
Orangtuanya
Subyek menunjukan perasaan inferior ketika berhadapan dengan orang
lain, yang di cerminkan dari sikap dan perilakunya dalam berhubungan
dengan teman-teman sebaya dan lingkungan sosialnya. Subyek mengalami
kesulitan dalam beradaptasi, tidak bisa menyesuaikan diri dalam
lingkungan sosialnya dan kegagalan dalam menjalin hubungan dengan
teman-teman sebayanya. Proses adaptasi yang dilakukan anak mengalami
masalah. Subyek akhirnya menarik diri, baik pergaulan di sekolah maupun
di lingkungan rumahnya. Subyek menjadi minder dan malu untuk bergaul
dengan teman-temannya karena berasal dari keluarga yang broken home.
Tentunya ini juga mengakibatkan subyek tidak memiliki keeriaan seperti
anak-anak lain yang eusian dengannya. Ha ini nampak pada pernyataan
teman subyek dan di dukung pernyataan dari guru bimbingan dan
konseling subyek, sebagai berikut :
“Sepertinya iya mas, karena di rumah dia juga menjadi jarang
keluar rumah mas” (TS, DP, 3)
“Dia sekarang menjadi susah bergaul mas, lebih menutup diri dan
tidak mau aktif keluar rumah mas. Mungkin dia malu mas kalau
ada yang menanyakan tentang ayahnya” (TS, DP, 4)
Iya mas, saat ini dirinya mengalami kesulitan dalam beradaptasi
dan menyesuaikan diri dalam lingkungan sosialnya. Dirinya
menjadi malu bergaul dengan teman-temannya karena
keluarganya sudah tidak utuh (GR, DP, 1)
Terjadinya ketidak berfungsian keuarga menyebabkan subyek kehilangan
perhatian, kasih sayang dan semangat hidupnya, secara tidak langsung
subyek yang duduk di bangku sekolah menjadi malas mengerjakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
aktifitas kesehariannya, sehingga dapat mengganggu konsentrasi belajar
anak yang berakibat pada prestasi subyek di sekolah yang cenderung
menjadi tidak menonjol. Hal ini juga didukung pernyataan teman subyek
dan guru bimbingan dan konseling subyek, sebagai berikut :
“Saat ini dia lebih suka diam mas, memang dia rajin
mengumpukan tugasnya mas tetapi kalau ada yang dia tidak
mengerti dia lebih suka diam, jadi sekarang prestasinya di kelas
biasa-biasa aja mas” (TS, DP, 2)
“sekarang prestasinya menuru drastis semenjak orangtuanya
bercerai mas. Anaknya sekarang lebih suka diam dan pasif selama
di kelas, jadi prestasinya sekarang tidak begitu menonjol” (GR,
DP, 2)
Perceraian yang dirasakan anak merupakan tekanan batin yang sangat
menyakitkan, karena pada umumnya setiap anak menginginkan hidup dalam
keluarga yang utuh, adanya kehadiran orangtua di sepanjang perjalanan
kehidupannya. Anak yang orangtuanya bercerai mengalami hidup yang
tidak sehat secara mental dan tidak bahagia. Anak merasakan kepedihan
yang luar biasa dan sangat mendalam. Menurut Gunarsa (2002 : 166)
perceraian merupakan suatu penderitaan, suatu pengalaman traumatis bagi
anak. berbagai kepedihan dirasakan anak seperti terluka, bingung, marah,
dan merasa tidak aman. Orangtua seyogyanya dapat memahami betapa
berartinya kehadiran mereka di masa-masa anak sedang mengalami
pertumbuhan. Kondsi traumatis yang muncul pada diri anak akibat
perceraian orangtua mengakibatkan anak-anak mengalami gangguan dalam
beraktivitas menjalankan kehidupan sehari-hari, kesulitan beradaptasi, tidak
bisa menyesuaikan diri dalam lingkungan sosialnya dan kegagalan dalam
menjalin hubungan dengan teman-teman sebayanya. Proses adaptasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dilakukan anak mengalami masalah. Anak akan menarik diri, baik di
pergaulan di sekolah maupun pergaulan di lingkungan rumahnya. Anak
menjadi minder dan malu untuk bergaul dengan teman-temannya karena
berasal dari keluarga broken home yang tentunya ini pula mengakibatkan
anak tidak memiliki kecerian seperti anak-anak lain yang seusia dengannya.
Menurut Dariyo (2008) anak-anak yang ditinggalkan orangtuanya
yang bercerai juga merasakan dampak negatif. Mereka mengalami
kebingungan harus ikut kepada siapa. Mereka tidak dapat melakukan proses
identifikasi pada orangtua. Akibatnya, tidak ada contoh positif yang bisa di
tiru. Secara tidak langsung mereka mempunyai pandangan negatif terhadap
pernikahan. Namun yang jelas perceraian orangtua akan mendatangkan
perasaan traumatis bagi anak.
Sama halnya seperi Dariyo, menurut Gunarsa (2002) perceraian
merupakan suatu penderitaan, suatu pengalaman traumatis bagi anak. anak
memperoleh banyak tekanan, dalam arti suasana rumah yang kurang
harmonis, kehilangan ayah. Juga lingkungan yang mengharuskannya
mengadakan penyesuaian diri dan perubahan-perubahan penyesuaian diri.
Karena tekanan dan keadaan lingkungan yang mengharuskannya
mengadakan penyesuaian lingkungan sebagai akibat perceraian kedua
orangtuanya, menyebabkan anak merasa dirinya tidak aman, dipandang
berbeda oleh masyarakat, mengalami diskriminasi sosial dari
lingkungannya, meras tidak mempunyai tempat hangat dan aman di dunia
ini dan tidak mempunyai kepercayaan diri. Padahal, anak pada masa sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
adalah anak yang merasa takut diejek, takut tercela, takut kehilangan
miliknya, takut akan penyakit dan takut akan gagal di sekolah. Anak pada
masa ini memiliki motivasi yang tinggi terhadap karya dan kerjasama
diantara teman-temannya. Karena rasa tidak aman yang menyelubungi
dirinya, pada anak tumbuh perasaan inferiority terhadap kemampuan dan
kedudukannya. Ia merasa rendah diri, ia menjadi takut untuk meluaskan
pergaulannya dengan teman-temannya. Semua ini akan mempengaruhi
prestasi belajar anak di sekolah.
Menurut Hurlock (dalam Yusuf, 2004) dampak remaja korban
perceraian orangtua, antara lain:
o. Mudah emosi (sensitif)
p. Kurang konsentrasi belajar
q. Tidak perduli lingkungan dan sesamanya
r. Tidak tahu sopan santun
s. Tidak tahu etika bermasyarakat
t. Senang mencari perhatian orang lain
u. Ingin menang sendiri
v. Susah diatur
w. Suka melawan orangtua
x. Tidak memiliki tujuan hidup
y. Kurang memiliki daya juang
z. Berperilaku nakal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
D. Pembahasan
dalam Pembahasan ini akan dipaparkan mengenai hasil wawancara yang
telah dilakukan peneliti terhadap subyek yang orangtuanya bercerai. Subyek belum
mengalami kematangan emosi, terlihat dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh
subyek seperti cenderung belum mampu untuk menerima keadaan diri maupun
orang lain, tidak mampu berpikir obyektif, cenderung tidak bisa mengontrol emosi
dan mengarahkan emosinya, belum dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, dan
masih bergantung pada orang lain sehingga menyebabkan subyek menjadi tidak
mandiri. Untuk lebih jelasnya pembahasan mengenai subyek dapat diihat
berdasarkan aspek-aspek di bawah ini:
1. Lingkungan Keluarga
Pada hakikatnya, keluarga merupakan wadah pertama dan utama
bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Di dalam keluarga, anak
akan mendapatkan pendidikan pertama mengenai berbagai tatanan
kehidupan yang ada di masyarakat. Keluargalah yang mengenalkan
anak akan aturan agama, etika sopan santun, aturan bermasyarakat, dan
aturan-aturan tidak tertulis lainnya yang di harapkan dapat menjadi
landasan kepribadian anak dalam menghadapi lingkungan. Keluarga
juga akan yang menjadi motivator terbesar yang tiada henti saat anak
membutuhkan dukungan dalam menjalani kehidupan.
Dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan unit terkecil dalam
masyaarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang didalamnya
merupakan suatu kesatuan yang memiliki ikatan yang tak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
dipisahkan dimana orangtua menjadi teladan bagi anak-anak
sedangkan anak merupakan cermin dari keberadaan keluarga kemudian
keluarga memiliki peran yang sangat penting untuk tumbuh
kembangnya anak baik jasmani maupun rohani
Melihat dari hasil penelitian terhadap subyek , ketidakmatangan
emosi subyek bersumber pada tidak terpenuhinya kebutuhan akan
kasih sayang dari orangtua. Subyek merasakan kesedihan yang
mendalam setelah kedua orangtuanya tidak bersama lagi. Ayah dan ibu
subyek tidak memperhatikan perkembangan kehidupan anak baik segi
akademik sekolah ataupun kesehatan anak karena subyek tinggal
dengan neneknya. Perasaan tidak diperhatikan tanpa kasih sayang
orangtua inilah yang menjadi penyebab utama subyek merasa malu
dan tertekan jika ada teman yang menanyakan keadaan keluarganya.
Kebutuhan dasar dalam hidup manusia itu sendiri menurut Glasser
dalam Nelson (2011 :282) ada lima, kelima kebutuhan dasar tersebut
meliputi kelangsungan hidup, cinta dan rasa memiliki, kekuasaan,
kebebasan, dan kesenangan. Subyek sendiri merasa kehilangan cinta
dan rasa memiliki orangtua yang membuat hidup subyek menjadi
tertekan.
2. Perkembangan Emosi Anak
Ekspresi emosi subyek tampak kacau yang dicerminkan oleh rasa
takut, tidak berani memandang, selalu merunduk, wajahnya cemberut,
tidak berani bicara dan penuh rasa curiga. Hubungannya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
ibunya tampak baik-baik saja walaupun tidak tinggal bersama,
sedangkan dengan ayahnya tampak tidak terlalu baik.
3. Perkembangan Sosial Anak
Diketahui gambaran kondisi subyek setelah orangtuanya tidak
bersama lagi yaitu merasa tertekan dan menjadi sulit untuk bergaul
dengan teman-temannya. Begitu pula di lingkungan sekitar rumah,
subyek lebih senang mengurung diri dirumah, jarang bergaul dengan
teman sebaya dilingkungannya.
Disisi lain subyek juga menunjukan perasaan berbeda ketika
berhadapan dengan orang lain, yang dcerminkan dari sikap dan
perilakunya dalam berhubungan dengan teman sebaya dan lingkungan
sosialnya. Subyek hampir jarang bergaul dengan masyarakat
lingkungannya, termasuk dengan teman sebayanya di lingkungan
tempat tinggalnya ditampakan oleh rasa minder dan malu yang
berlebihan sehingga ketika berhadapan dengan orang lain selalu
merundukan kepala, tidak berani menatap wajah orang lain dan tampak
ada rasa takut untuk mengungkapkan sesuatu.
4. Perkembangan Perilaku Anak
Subyek tidak memiliki keberanian dan kemampuan untuk
memecahkan persoalan yang dihadapi secara matang dan rasional,
melainkan lebih banyak mereaksi persoalan hidupnya dengan reaksi
emosi yang bersikap negatif, yaitu dengan ekpresi emosi yang tidak
tekontrol terutama ketika berkomunikasi dengan ayahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
kecenderungan bergantung pada keuarga pihak ibunya cukup tinggi
sehingga kelihatan subyek tidak mampu menerima kenyataan hidup
yang dihadapi dan lebih banyak berprasangka buruk terhadap orang
lain yang tidak dekat dengannya. Hal ini memperlihatkan subyek
belum menunjukan kematangan emosinya, atau bahkan mengalami
kekacauan emosi.
5. Prestasi Belajar Anak
Di sekolah prestasi subyek dapat dikatakan pas-pasan sehingga
tidak terlalu menonjolkan dibandingkan teman sekelasnya yang lain.
Subyek sangat pasif apabila berada di kelas. Apabila ada yang tidak
dimengerti oleh subyek, subyek tidak berani untuk bertanya kepada
temannya maupun kepada guru. Subyek lebih banyak diam dan hanya
mendengarkan selama pelajaran berlangsung.
J. Maurus (2003 : 58) memberikan rambu-rambu fenomenal yang
menunjukan kematangan emosional seseorang yaitu, kemampuannya
memainkan peran dalam meredam perselisihan, cara bergaul yang
efisien, bijaksana, lemah lembut, penuh pengertian, dan percaya diri.
Dengan memperhatikan rambu-rambu fenomenal tersebut maka
tampak jelas bahwa subyek ini belum menunjukan kematangan
emosinya. Hal ini ditunjukan subyek beerpihak kepada salah satu
orangtuanya dan tumbuh rasa takut dan benci terhadap orangtuanya
yang lain. Begitu juga cara bergaul di masyarakat lingkungannya,
belum tampak fenomena yang menunjukan kematangan emosionalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
karena tidak adanya rasa percaya diri dalam berhubungan dengan
oranglain.
Jika menyimak pandangan Sutardjo (2004 : 25) yang menyatakan
bahwa kematangan emosional seseorang itu dicerminkan oleh
kedisiplinan diri, tanggung jawab dan kemandirian, maka berdasar hsil
wawancara dengan subyek menunjukan bahwa subyek justru
mengalami kekacauan emosional. Subyek tampak kehilangan identitas
diri, terutama berkatan dengan harga diri, kepercayaan diri, tanggung
jawab, ketekunan dan kemandiriannya. Hilangnya harga diri ini
ditunjukan oleh ketidak mampuan berkata, bersikap, berfikir, dan
bertindak secara wajar. Sedang hilangnya kepercayaan diri subyek
banyak ditunjukan oleh rendahnya keyakinan diri, seperti rasa pesimis,
tidak mampu mengahadapi masa depannya, rasa takut dan minder
dalam pergaulan dengan teman sebayanya maupun dengan masyarakat
lingkungannya. Relaitas demikian menunjukan bahw subyek
mengalami kekacauan emosi akibat perceraian orangtuanya sehingga
kondisi emosinya justru jauh dari kematangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
bahwa :
1. Gambaran kodisi emosi siswa anak korban perceraian sebelum terjadi
perceraian menunjukan bahwa subyek lebih menunjukan perilaku
positif seperti memiliki semangat yang tinggi, ceria dan mudah
bergaul.
2. Gambaran kondisi emosi anak setelah orangtuanya bercerai menunjuan
bahwa subyek masih belum dapat mengenali emosi, subyek seperti
tidak memiliki semangat dalam belajar, kurang memiliki kepekaan
terhadap apa yang dirasakan orang lain, seolah-olah acuh dengan
keadaan sekitarnya.
3. Damapak perceraian orangtua terhadap kondisi emosi anak dapat
berdampak negatif. Dampak negatif banyak ditampakan oleh ekspresi
emosi yang berlebihan, tidak terkontrol, rasa frustasi menghadapi masa
depan serta tidak mampu bersikap rasional.
B. Implikasi bagi Pelaksana Layanan Bimbingan dan Konseling Di
Sekolah
Bimbingan dan konseling di Indonesia semakin dikembangkan
terutama di sekolah lanjutan karena jenjang tersebut terdiri dari kaum
remaja yang masih rawan dalam perkembangannya, mudah terpengaruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
dan merupakan usia potensial untuk mengembangkan seluruh aspek
kepribadian. Dengan kondisi psikologi remaja yang masih sangat labil
sewaktu-waktu dapat goyah, serta munculnya sifat pemberontakan pada
diri remaja sehingga mereka dapat berbuat apa saja yang mereka inginkan
Tindakan menyimpang yang dilakukan remaja merupakan bagian
dari gejolak jiwa remaja yang salah arah. Hal ini terjadi pada remaja
disebabkan karena anak memiiki energi yang berlebihan, sehingga
menyebabkan remaja kurang berminat dalam mengikuti pelajaran di kelas.
Secara psikologis kondisi mental anak remaja sangatlah labil, sehingga
dalam tingkah laku remaja adalah masa pencarian identitas diri yang
belum menampakan sosok yang utuh.
Tujuan layanan bimbingan dan konseling di sekolah pada
prisnsipnya membantu siswa untuk mengembangkan potensinya seoptimal
mungkin. Layanan dan bimbingan konseling di berikan kepada siswa yang
mengalami masalah. Perilaku siswa di sekolah maupun di lingkungan luar
di pengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu faktor internal maupun
eksternal. Implikasinya bagi petugas layanan bimbingan dan konseling di
sekolah adalah hendaknya para petugas layanan bimbingan dan konseling
di sekolah mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal tersebut
dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
Dalam membantu siswa, seyogyanya petugas layanan bimbingan dan
konseling di sekolah memperhatikan latar belakang kehidupan keluarga
dan segala potensi yang dimilikinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
C. Keterbatasan Peneliti
Metode pengumpulan data yang dilakukan menggunakan teknik
wawancara yang tidak menutup kemungkinan kurangnya keterbukaan
subyek dan kejujuran subyek dalam menceritakan masalahnya.
D. Saran
1. Untuk guru pembimbing di sekolah, diharapkan untuk benar-benar
memainkan perannya sebagai orangtua kedua bagi siswa di sekolah.
Terutama siswa yang memiliki latar belakang keluarga bercerai.
Sehingga dapat menjadi inspirator utuk menjadikan siswa tersebut
berprestasi.
2. Untuk anak koraban perceraian, diharapkan agar dapat menyalurkan
dan mengungkapkan emosinya secara tepat dan perilaku yang positif.
Seperti dengan mengikuti berbagai aktivitas ekstrakulikuler yang dapat
meningkatkan penyesuaian sosial siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin, J. P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Dagu, Save M. 2002. Psikologi Kelurga. Jakarta : Rineka Cipta.
Dariyo, Agoes. 2008. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta : Grasindo
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Dodi Ahmad Fauzi, 2006, “Perceraian Siapa Takut”, Restu Agung, Anggota
IKAPI, Jakarta
Goleman, Daniel. 2003. Kecerdasan Emosional. Alih Bahasa: T. Hermaya.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ihromi, T. O. 2004. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia.
Maurus, J. 2003. How to win Personality Effidency (Alih Bahasa Warton).
Yogyakarta/Pustaka Belajar
Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Musbikin, Imam. 2008. Mengatasi Anak-Anak Bermasalah. Yogyakarta: Mitra
Pustaka.
Setiyanto. 2005. Orang Tua Ideal Dari Perspektif Anak. Jakarta : Grasindo.
Singgih, D dan Yulia, S. D . 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta : Gunung Mulia.
Soeparwoto. 2007. Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT UNNES PRESS.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
CV. Alfabeta.
Sunarto, dan A. Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyono.(2010).. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
CV. Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Andi
Offset
Willis, Sofyan S. 2011. Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung:
Alfabeta.
Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Yusuf Syamsu, 2004, “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja”. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
KODING
Pertanyaan Jawaban Kode
Bagaimana gambaran
kondisi emosi anak
sebelum orangtuanya
bercerai ?
saya tidak begitu
mengerti mas, yang saya
tahu orangtua saya sering
sekali bertengkar ketika
di rumah mas. Terkadang
meributkan tentang biaya
sekolah mas
N, SBP, 1
Saya merasa bahagia mas
tinggal di rumah, saat
saya pulang sekolah ada
ibu yang sudah
menyambut saya. Saya
juga suka menunggu ayah
saya pulang kerja mas
karena biasanya
membawa makanan. Saya
merasa senang sekali
ketika ayah dan ibu saya
masih berada di rumah
dan meihat televisi
N, SBP, 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
bersama mas
Ketika saya memiliki
masalah Sebisa saya
menyelesaikannya sendiri
dulu mas, kalau tidak bisa
biasanya saya meminta
bantuan nenek saya untuk
membantu
menyelesaikannya
Ketika ada orang yang
mengejek saya, saya sih
cuek aja mas, saya tidak
suka menanggapi jika ada
teman yang mengejek
saya
N, SBP, 3
N, SBP, 4
Dia orangnya ceria mas
sebelum kedua
orangtuanya bercerai, N
juga mudah bersosialisasi
dengan orang lain.
TS, SBP, 1
Gak pernah mas, dia
orangnya santai sebelum
orangtuanya bercerai, dan
TS, SBP, 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
tidak pernah menangis
apabila ada yang
mengejeknya.
Sebelum orangtuanya
bercerai dia itu orangnya
semangat sekali mas
dalam mengikuti
pelajaran di sekolah,
bahkan dia pernah
mendapat ranking 10
besar di kelasnya mas.
TS, SBP, 3
Dia itu sebenarnya anak
yang ceria mas, sebelum
orangtuanya bercerai dia
jarang sekali menunjukan
sikap yang murung. Dia
juga memiliki empati
yang tinggi sebelumnya,
karena dia mau
menghibur temannya
yang sedang bersedih.
GR, SBP, 1
saya itu tahu dia mampu
mengontrol emosinya
GR, SBP, 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
dengan baik. sebelum
kejadian orangtuanya
bercerai kalau ada
temannya yang mengejek
atau bercanda dengannya,
dia tidak pernah
sekalipun sampai
menangis, paling-paing
hanya membalasnya
dengan tersenyum mas
Prestasi N cukup bagus,
dia pernah mendapat
rankng 10 besar di
kelasnya,
GR, SBP, 3
Bagaimana gambaran
kondisi emosi anak
setelah orangtuanya
bercerai ?
Saya sangat sedih sekali
mas waktu ibu saya
mengatakan akan
bercerai dengan ayah
saya. Saya sampai tidak
tahu harus berbuat apa
saat itu mas.
N, SP, 1
Saya malu mas, jujur
saya sampai tidak mau
N, SP, 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
bertemu lama-lama kalau
sedang bersama dengan
teman-teman mas.
Karena saya merasa tidak
nyaman kalau ada yang
membicarakan tentang
keluarga mas
Saya sih cuek aja mas,
saya malas menanggapi
jika ada teman yang
mengejek saya.
N, SP, 3
Sebisa saya mencoba
membantu teman saya
kalau teman saya berbuat
kesalahan mas
N, SP, 4
Iya mas ada, N menjadi
berubah, N menjadi lebih
suka menyendiri dan
sering murung.
TS, SP, 1
Sekarang N lebih suka
diam kalau ada yang
mengejeknya semenjak
orangtuanya bercerai, N
TS, SP, 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
sampai menangis kalau
ada yang menyinggung
tentang keluarganya.
Iya ada mas,
perubahannya sangat
terlihat jelas. Sekarang
anaknya menjadi tertutup
dengan orang lain
GR, SP, 1
Semenjak orangtuanya
bercerai dia menjadi lebih
pendiam mas, yang saya
tahu dari teman-
temannya kalau ada yang
menyinggungnya tentang
keluarganya, dia lebih
memilih diam.
GR, SP, 2
Apa dampak yang terjadi
pada anak terhadap kasus
perceraian orangtuanya ?
Saya malu mas, jujur
saya sampai tidak mau
bertemu lama-lama kalau
sedang bersama teman-
teman mas.
N, DP, 1
Cuma saya lebih suka
menyendiri sekarang
N, DP, 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
daripada ikut ngumpul
bersama teman-teman.
N menjadi lebih senang
menyendiri mas, saat jam
istirahat dia lebih suka
menghabiskan waktu di
kelas mas.
TS, DP, 1
Saat ini dia lebih suka
diam mas, memang dia
rajin mengumpukan
tugasnya mas tetapi kalau
ada yang dia tidak
mengerti dia lebih suka
diam, jadi sekarang
prestasinya di kelas
biasa-biasa aja mas.
TS, DP, 2
Sepertinya iya mas,
karena di rumah dia juga
menjadi jarang keluar
rumah mas.
TS, DP, 3
Dia sekarang menjadi
susah bergaul mas, lebih
menutup diri dan tidak
TS, DP, 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
mau aktif keluar rumah
mas. Mungkin dia malu
mas kalau ada yang
menanyakan tentang
ayahnya.
Iya mas, saat ini dirinya
mengalami kesulitan
dalam beradaptasi dan
menyesuaikan diri dalam
lingkungan sosialnya.
Dirinya menjadi malu
bergaul dengan teman-
temannya karena
keluarganya sudah tidak
utuh.
GR, DP, 1
tetapi sekarang
prestasinya menuru
drastis semenjak
orangtuanya bercerai
mas. Anaknya sekarang
lebih suka diam dan pasif
selama di kelas, jadi
prestasinya sekarang
GR, DP, 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
tidak begitu menonjol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Hasil Wawancara Penelitian
Hasil Wawancara dengan Subjek
Peneliti : Sejak kapan orangtua kamu bercerai ?
Subjek : sejak saya SMP kelas 1 mas
Peneliti : Apakah kamu tahu penyebab orangtua kamu bercerai ?
Subjek : Saya kurang tahu mas, yang saya tahu orangtua saya sering
bertengkar sampai akhirnya memutuskan untuk bercerai mas.
Peneliti : Bagaimana perasaanmu saat keluargamu masih utuh ?
Suubjek : Saya merasa bahagia mas tinggal di rumah, saat saya pulang
sekolah ada ibu yang sudah menyambut saya. Saya juga suka
menunggu ayah saya pulang kerja mas karena biasanya
membawa makanan. Saya merasa senang sekali ketika ayah
dan ibu saya masih berada di rumah dan meihat televisi
bersama mas.
Peneliti : Bagaimana perasaan kamu saat mengetahui orangtuamu
memutuskan untuk bercerai ?
Subjek : Saya sangat sedih sekali mas waktu ibu saya mengatakan akan
bercerai dengan ayah saya. Saya sampai tidak tahu harus
berbuat apa saat itu mas.
Peneliti : Apakah teman-temanmu mengetahui keadaan keluargamu ?
Subjek : Mereka tahu mas keadaan keluarga saya yang sekarang.
Peneliti : Bagaimana perasaan kamu apabila ada teman yang mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
keadaan keluarga kamu ?
Subjek : Saya malu mas, jujur saya sampai tidak mau bertemu lama-
lama kalau sedang bersama dengan teman-teman mas. Karena
saya merasa tidak nyaman kalau ada yang membicarakan
tentang keluarga mas
Peneliti : Jadi seperti itu, kamu merasa kurang nyaman ya kalau sedang
bersama teman-temanu ?
Subjek : Iya mas
Peneliti : Lalu, apa yang kamu rasakan sekarang saat kamu di tunjuk
oleh guru untuk maju ke depan kelas ?
Subjek : Sebenarnya saya malas, tapi ya mau gimana lagi, kalau di
suruh maju ya saya maju mas.
Peneliti : Lalu Apa yang kamu lakukan saat jam istirahat sekolah ?
Subjek : Saya lebih suka menunggu bel masuk didalam kelas mas,
sambil membaca komik biasanya mas
Peneliti : Bagaimana hubunganmu dengan teman-teman di sekolah ?
Subjek : Baik-baik saja mas, Cuma saya lebih suka menyendiri sekarang
daripada ikut ngumpul bersama teman-teman.
Peneliti : Bagaimana sikapmu jika ada yang mengejek atau memusuhi
kamu ?
Subjek : Saya sih cuek aja mas, saya malas menanggapi jika ada teman
yang mengejek saya.
Peneliti : Bagaimana sikapmu ketika kamu bertemu orang yang lebih tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
?
Subjek : Ya saya bersikap hormat mas, sopan kalau bertemu orang yang
lebih tua dari saya.
Peneliti : Lalu, jika kamu melihat temanmu mendapat nilai yang lebih
baik daripada kamu bagaimana perasaanmu ?
Subjek : Seneng sih mas, tapi iri juga kenapa nilai saya bisa jauh dari
teman-teman saya.
Peneliti : Apabila ada teman yang berbuat kesalahan apa yang kamu
coba lakukan ?
Subjek : Sebisa saya mencoba membantu teman saya kalau teman saya
berbuat kesalahan mas
Peneliti : Apa yang kamu lakukan jika kamu sedang marah atau sedih ?
Subjek : Saya lebih suka diam mas, lebih suka berdiam diri dalam
kamar dan mendengarkan mp3 mas
Peneliti : Apabila sedang memunyai masalah tindakan apa yang kamu
lakukan untuk memecahkan masalah tersebut ?
Subjek : Sebisa saya menyelesaikannya sendiri dulu mas kalau tidak
bisa biasanya saya meminta bantuan nenek saya untuk
membantu menyelesaikannya
Peneliti : Apakah kamu pernah terlibat pertengkarang di sekolah ?
Subjek : Belum pernah mas.
Peneliti : Apabila ada teman yang berbeda pendapat dengan mu
bagaimana perasaanmu ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Subjek : Biasa aja mas, malas berdebat kalau berbeda pendapat mas
lebih mending saya yang ngalah mas.
Peneliti : Ketika ada teman yang suka mengkritik dan dan tidak suka
dengan kamu, bagaimana kamu menanggapinya ?
Subjek : Saya diamkan saja mas, biarin dia mau ngomong apa saya juga
tidak mau menanggapi
Peneliti : Jika kamu marah bagaimana tindakanmu untuk dapat
menenangkan diri ?
Subjek : Saya biasanya langsung beli cokelat dan makan cokelat yang
banyak mas.
Peneliti : Ketika kamu mengalami konflik dengan teman bagaimana
usaha yang akan kamu lakukan ?
Subjek : Saya berusaha bicara baik-baik dengan orangnya mas, karena
saya cinta damai.
Peneliti : Apakah kamu kesulitan dalam menghadapi pelajaran di sekolah
mas ?
Subjek : Tidak mas, saya tidak terlalu mengalami kesulitan dalam
menghadapi pelajaran di sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Hasil Wawancara dengan Teman Subjek
Peneliti : Bagaimana pertemanan hubungan kamu dengan subjek di
sekolah ?
Teman subjek : Saya dan N berteman dengan baik mas, karena di sekolah saya
satu kelas dengan N dan dirumah saya sering bermain bersama
N.
Peneliti : Bagaimana sikap dan perilaku subyek selama di sekolah
sebelum kedua orangtuanya bercerai ?
Teman Subjek : Dia orangnya ceria mas sebelum kedua orangtuanya bercerai,
N juga mudah bersosialisasi dengan orang lain.
Peneliti : Apakah ada perubahan saat ini setelah orangtua N bercerai ?
Teman Subjek : Iya mas ada, N menjadi berubah, N menjadi lebih pendiam dan
sering murung.
Peneliti : Bagaimana sikap dan perilaku N sekarang di sekolah ?
Teman Subjek : N menjadi lebih senang menyendiri mas, saat jam istirahat dia
lebih suka menghabiskan waktu di kelas mas.
Peneliti : Apakah N anak yang termasuk nakal ?
Teman Subjek : Tidak mas, dia termasuk orang yang baik kepada teman-
temannya
Peneliti : Pernahkah N marah saat ada yang mengejeknya ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Temen Subjek : Sekarang N lebih suka diam kalau ada yang mengejeknya
semenjak orangtuanya bercerai, N sampai menangis kalau ada
yang menyinggung tentang keluarganya.
Peneliti : Apakah sebelum orangtuanya bercerai N juga sering menangis
apabila di ejek temannya ?
Teman Subjek : Gak pernah mas, dia orangnya santai sebelum orangtuanya
bercerai, dan tidak pernah menangis apabila ada yang
mengejeknya.
Peneliti : Apakah N anak yang pintar dan memiliki semangat dalam
mengikuti pelajaran ?
Teman subjek : Sebelum orangtuanya bercerai dia itu orangnya semangat sekali
mas dalam mengikuti pelajaran di sekolah, bahkan dia pernah
mendapat ranking 10 besar di kelasnya mas.
Peneliti : Lalu, bagaimana N sekarang dalam mengikuti pelajaran di
kelas ?
Teman Subjek : Saat ini dia lebih suka diam mas, memang dia rajin
mengumpukan tugasnya mas tetapi kalau ada yang dia tidak
mengerti dia lebih suka diam, jadi sekarang prestasinya di kelas
biasa-biasa aja mas.
Peneliti : Apakah N pernah bercerita langsung tentang keluarganya
kepada kamu ?
Teman Subjek : Tidak pernah mas, saya tahu karena kita tinggal satu
perumahan dan dekat dengan rumah N mas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Peneliti : Apakah N menjadi minder dengan keadaannya saat ini ?
Teman Subjek : Sepertinya iya mas, karena di rumah dia juga menjadi jarang
keluar rumah mas.
Peneliti : Bagaimana hubungan sosial N dengan teman-temannya saat ini
?
Teman Subjek : Dia sekarang menjadi susah bergaul mas, lebih menutup diri
dan tidak mau aktif keluar rumah mas. Mungkin dia malu mas
kalau ada yang menanyakan tentang ayahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Hasil Wawancara dengan Guru Konselor
Peneliti : Bagaimana subyek menceritakan masalahnya tentang kedua
orangtuanya yang bercerai ?
Guru Konselor : Selama 1 tahun menjadi guru pembimbingnya dia orangnya
tertutup mas, jadi menyangkut masalah kedua orangtuanya
yang bercerai dia tidak mau menceritakannya.
Peneliti : Bagaimana sikap dan perilaku subyek sebelum orangtuanya
bercerai ?
Guru Konselor : Dia itu sebenarnya anak yang ceria mas, sebelum orangtuanya
bercerai dia jarang sekali menunjukan sikap yang murung. Dia
juga memiliki empati yang tinggi sebelumnya.
Peneliti : Lalu, bagaimana sikap dan perilaku subyek sekarang ? apakah
ada perubahan setelah orangtuanya bercerai ?
Guru Konselor : Iya ada mas, perubahannya sangat terlihat jelas. Sekarang
anaknya menjadi tertutup dengan orang lain. Berbeda sekali
dengan sikapnya sebelum orangtuanya bercerai.
Peneliti : Pernahkah subyek marah saat ada temannya yang mengolok-
olok dirinya ?
Guru Konselor : Semenjak orangtuanya bercerai dia menjadi lebih pendiam
mas, yang saya tahu dari teman-temannya kalau ada yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
menyinggungnya tentang keluarganya, dia lebih memilih diam.
Pernah dia mengekspresikanya hanya dengan diam dan
menangis.
Peneliti : Menurut pengamatan ibu apakah subyek sudah mampu
mengontrol emosinya ?
Guru Konselor : Selama saya menjadi guru pembimbingnya, saya itu tahu dia
mampu mengontrol emosinya dengan baik. sebelum kejadian
orangtuanya bercerai kalau ada temannya yang mengejek atau
bercanda dengannya, dia tidak pernah sekalipun sampai
menangis, paling-paing hanya membalasnya dengan tersenyum
mas. Sekarang sudah berbeda mas semenjak orangtuanya
bercerai dia menjadi mudah tersinggung dan kurang mampu
mengendalikan emosinya apabila ada yang menyinggung
tentang keluarganya.
Peneliti : Apakah subyek minder dengan keadaannya saat ini ?
Guru Konselor : Iya mas, saat ini dirinya mengalami kesulitan dalam
beradaptasi dan menyesuaikan diri dalam lingkungan sosialnya.
Dirinya menjadi malu bergaul dengan teman-temannya karena
keluarganya sudah tidak utuh.
Peneliti : Bagaimana prestasi subyek di sekolah sebelum orangtuanya
bercerai pak ?
Guru Konselor : Prestasi N cukup bagus, dia pernah mendapat rankng 10 besar
di kelasnya, tetapi sekarang prestasinya menuru drastis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
semenjak orangtuanya bercerai mas. Anaknya sekarang lebih
suka diam dan pasif selama di kelas, jadi prestasinya sekarang
tidak begitu menonjol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI