DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL … · DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL...
Transcript of DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL … · DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL...
DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA TBK TERHADAP MASYARAKAT LOKAL (Studi kasus di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat)
ADJI SATRIO UTOMO
I34060323
DEPARTEMEN SAINS
KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ABSTRACT
ADJI SATRIO UTOMO. Impact of Implementation Program Corporate Social
Responsibility PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk to Local Community
(Supervised by: RILUS A. KINSENG).
This research aims to investigate impacts of Corporate Social
Responsibility (CSR) programs of PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk to local
Community. This research was conducted in Nambo Village, Subdistrict of
Klapanunggal, Province of West Java. The subject of this research is the village
government, local community, and the corporate.
This study investigated kinds of CSR program, impacts of CSR progam,
and factors that influence impacts of CSR program of PT. Indocement. The
method of this research is using purposive sampling technique to decide the
sample. In this research, one key informant and twenty respondents were
interviewed.
The conclusion of this research are impacts of CSR programs of PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk influenced by internal factor (corporate
perception about CSR, corporate motivation about CSR, CSR implementation
strategy, and community development strategy) and external factor
(characteristic, requirements, and community perception).
Keywords : Impact, CSR, Local Community, PT. Indocement
RINGKASAN
ADJI SATRIO UTOMO. DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. TERHADAP MASYARAKAT LOKAL. Studi kasus di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Dibawah bimbingan Rilus A. Kinseng).
Corporate Social Responsibility (CSR) akhir-akhir ini sedang menjadi
bahan pembicaraan yang cukup hangat oleh banyak pakar dan perusahaan yang
concern terhadap CSR, bahkan juga dari kalangan masyarakat sebagai salah satu
stakeholder dari perusahaan pelaku CSR. Banyak pakar CSR yang berpendapat
bahwa kegiatan CSR sudah tidak dapat lagi terpisahkan dari perusahaan-
perusahaan besar. Karena dengan melaksanakan CSR, perusahaan akan
mendapatkan kepercayaan penuh dari para stakeholders dan memperoleh
keuntungan.
PT. Indocement merupakan salah satu perusahaan yang melaksanakan
CSR. PT. Indocement dijadikan tempat penelitian karena prestasi yang telah
diperoleh terkait CSR yaitu CSR Award 2008 dan Peringkat Emas PROPER 2009.
Program CSR PT. Indocement dilaksanakan di dua belas desa binaan, salah
satunya adalah Desa Nambo. Desa Nambo dijadikan tempat penelitian karena
adanya pola kemitraan yang baik dengan PT. Indocement. Hal ini didasarkan atas
persepsi positif masyarakat terhadap program-program CSR PT. Indocement dan
tidak pernah terjadi konflik antara perusahaan dengan masyarakat Nambo. Selain
itu, faktor jarak Desa Nambo yang berada pada ring dua (jarak menengah dari PT.
Indocement) memungkinkan adanya penilaian objektif terhadap program CSR PT.
Indocement, dibandingkan dengan desa dengan jarak yang terjauh dan yang
terdekat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami jenis program
CSR PT. Indocement, dampak program CSR PT. Indocement terhadap
masyarakat lokal serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan
program CSR terhadap masyarakat lokal. Metode penelitian yang digunakan
adalah purposive (menentukan secara sengaja) untuk menentukan informan dan
responden penelitian dengan kriteria yaitu orang yang mengikuti, melaksanakan
dan atau menerima program CSR PT. Indocement. Informan kunci dalam
penelitian ini yaitu CSR Department Head, sedangkan responden dalam penelitian
ini adalah CD Section Head, SDP Section Head, Kordinator CSR Desa Nambo,
Ketua LPM Desa Nambo, serta enam belas orang warga Desa Nambo sebagai
penerima program CSR PT. Indocement. Warga Desa Nambo yang menerima
program CSR PT. Indocement terdiri dari anggota kelompok peternak Hidayah
Alam yang berjumlah sebelas orang, pelaksana dan atau penerima manfaat
program CD lima aspek (empat orang), dan penerima program SDP (satu orang).
Jenis-jenis program CSR PT. Indocement yang selama ini dijalankan di
dua belas desa binaan mengacu pada kegiatan Community Development (CD) lima
aspek (pendidikan, ekonomi, kesehatan, keamanan, sosial, budaya, dan agama)
dan Sustainable Development Project (SDP). Program yang dilaksanakan dalam
lima aspek ini seperti pembangunan infrastruktur, pemberian beasiswa, bantuan
sosial hari besar agama, dan pelatihan-pelatihan (pelatihan beternak ayam petelur,
pelatihan LINMAS, dan lain-lain). Kegiatan yang dilaksanakan dalam Sustainable
Development Project lebih memperhatikan keberlanjutan proyek, seperti biogas,
pengolahan sampah, bengkel terpadu, dan lain-lain.
Dampak dari program CSR PT. Indocement yang dirasakan oleh warga
Desa Nambo adalah perubahan tingkat pengetahuan, tingkat kesehatan, dan
berkurangnya jumlah pengangguran. Karena mereka (penerima program)
berpendapat bahwa program tersebut bermanfaat baik dalam meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berusaha, serta meningkatkan
penghasilan. Namun, dampak yang dirasakan hanya sedikit dan lebih besar
kepada penerima program. Hal ini didasarkan oleh data jumlah pengangguran
yang berkurang dari program CSR (ayam petelur) hanya lima belas orang (terdiri
dari 11 peternak, 3 karyawan ternak, dan 1 distributor) dari 3657 orang
pengangguran di Desa Nambo.
Perubahan sosial yang terjadi akibat program CSR PT. Indocement secara
keseluruhan relatif kecil dan terbatas. Hal ini dikarenakan program CSR yang
dilaksanakan belum berdampak besar bagi masyarakat Desa Nambo, seperti
jumlah pengangguran hanya berkurang lima belas orang dari program ternak
ayam petelur. Perubahan sosial yang terjadi karena sejak awal direncanakan,
seperti pelaksanaan social mapping yaitu dengan pemetaan dan survey langsung
kebutuhan masyarakat ke tempat pelaksanaan CSR.
Faktor internal PT. Indocement yang mempengaruhi dalam proses
pelaksanaan CSR-nya adalah cara pandang perusahaan yang memandang CSR as
a commitment, visi dan misi CSR yang fokus pada keberlanjutan, perencanaan
dari manajemen yang baik (melakukan social mapping), divisi CSR yang
terkoordinasi dengan baik (divisi CD lima aspek dan divisi SDP), dan alokasi
dana CSR yang tersedia setiap tahunnya. Faktor eksternal (masyarakat) yang
mempengaruhi proses pelaksanaan CSR PT. Indocement adalah karakteristik dan
kebutuhan masyarakat. Selain itu, persepsi warga dan sikap pemerintah terhadap
program juga akan mempengaruhi pelaksanaan program CSR PT. Indocement.
DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA TBK TERHADAP MASYARAKAT LOKAL (Studi kasus di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat)
Oleh
Adji Satrio Utomo
I34060323
SKRIPSI
Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS
KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Adji Satrio Utomo
NIM : I34060323
Mayor : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul Skripsi : Dampak Pelaksanaan Program Corporate Social
Responsibility (CSR) PT. Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk. Terhadap Masyarakat Lokal
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA
NIP. 19590506 198703 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS
NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus: __________________
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG
BERJUDUL “DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA TBK. TERHADAP MASYARAKAT LOKAL” BELUM
PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN
TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN
MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA
MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA
SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG
PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN
KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM
NASKAH.
Bogor, 2 Februari 2010
Adji Satrio Utomo
I34060323
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Adji Satrio Utomo yang dilahirkan pada tanggal 23
September 1988 di Bekasi. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak H. Soebardono dan Ibu Hj. Yetti Rosmiati. Pendidikan yang
pertama kali ditempuh adalah Taman Kanak-kanak Jayasari Bekasi pada tahun
1993-1994. Kemudian penulis melanjutkan di Sekolah Dasar Negeri Panca Motor
1 Bekasi pada tahun 1994-2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 5
Bekasi pada tahun 2000-2003, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 4 Bekasi
pada tahun 2003-2006.
Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI (Undangan Saringan Masuk IPB) dan memilih Mayor Sains Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat. Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis
selain kuliah juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, khususnya menjadi Ketua
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia tahun 2009. Penulis juga
menjadi Asisten M.K. Dasar-Dasar Komunikasi selama dua semester, yaitu
semester enam dan semester tujuh. Selain itu, berkat ijin Allah SWT, penulis juga
dapat mengukir prestasi lainnya yaitu menjadi lulusan pertama (3.5 tahun) dari
program akselerasi KPM.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Judul yang dipilih dalam skripsi ini ialah Dampak Pelaksanaan Program
Corporate Social Responsibility (CSR) oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk Terhadap Masyarakat Lokal.
Penelitian ini bertujuan untuk [1] mengetahui jenis program CSR PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, [2] menganalisis dampak program CSR, dan
[3] menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan program
CSR PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi proses pembelajaran bagi peneliti dalam memahami fenomena sosial
yang terjadi di lapangan serta dapat menjadi masukan bagi perusahaan terkait
kegiatan CSR.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi akademisi sebagai tambahan
literatur tentang CSR. Selain itu, semoga skripsi ini dapat menjadi masukan bagi
perusahaan dalam melaksanakan CSR.
Bogor, 2 Februari 2010
Adji Satrio Utomo
xi
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan nikmat-Nya, penulisan skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya dan Insya Allah memuaskan. Selama penelitian dan penulisan skripsi
ini, penulis mendapatkan banyak dukungan moril maupun materiil dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA selaku dosen pembimbing atas bimbingan,
arahan, dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ir. Fredian Tonny, MS sebagai dosen penguji utama.
3. Martua Sihaloho, SP, MSi sebagai dosen penguji perwakilan departemen.
4. Ibu Via, Ibu Lia, Pak Toto, Pak Bambang, Pak Yadi, Pak Romy, dan
seluruh karyawan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang telah
membantu peneliti dalam kelengkapan data.
5. Pak Nurohim dan seluruh warga Desa Nambo yang telah membantu
peneliti dalam kelengkapan data.
6. Papah, Mamah, Ka Didit, Ka Adi, Ka Uul, dan keponakanku tersayang
Algi yang selalu mencurahkan kasih sayang, perhatian, dan dukungannya.
Terima kasih atas doanya.
7. Annisa Rahmawati, yang senantiasa memberikan semangat, perhatian, ide-
ide, dan dukungannya dalam pembuatan skripsi ini.
8. Sahabatku Icha, Ega, Azis, Cecep, Hendra, Untung, Ogi, Kapten, Adha,
Bedhil, Arif, Bayu, Ipung, dan Andris.
9. Seluruh staf pengajar KPM yang telah memberikan ilmu dan berbagi
pengalaman.
10. KPM’ers, angkatan 43-45. Semoga semangat dan sukses selalu mengiringi
kita semua. Amin.
11. Rekan-rekan BEM FEMA Kabinet HEROIC, terima kasih atas
kerjasamanya.
Semoga kita semua dapat meraih kesuksesan di dunia dan bahagia di akhirat. Amin.
xii
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI .......................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................. xv DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah ............................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 3 1.4. Kegunaan Penelitian .............................................................. 3
BAB II PENDEKATAN TEORITIS .................................................. 4
2.1. Tinjauan Pustaka ................................................................... 4 2.1.1. Konsep Corporate Social Responsibility ................... 4 2.1.2. Pandangan Perusahaan Terhadap CSR ....................... 5 2.1.3. Motivasi Perusahaan dalam Pelaksanaan CSR ........... 7 2.1.4. Strategi Pelaksanaan CSR .......................................... 8
2.1.5. Strategi Pengembangan Masyarakat ........................... 10 2.1.6. Konsep Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat .... 11 2.1.7. Tingkat Partisipasi Masyarakat ................................... 11 2.1.8. Konsep Pembangunan Berkelanjutan ......................... 13 2.1.9. Perubahan Sosial dan Kebudayaan ............................. 14 2.1.10 Dampak Program CSR Terhadap Masyarakat Lokal .. 16
2.2. Kerangka Pemikiran .............................................................. 18 2.3. Hipotesis Pengarah ............................................................... 19 2.4. Definisi Konseptual .............................................................. 19
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................... 22 3.1. Pendekatan Penelitian ........................................................... 22 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 22 3.3. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ........................... 23 3.4. Teknik Pemilihan Informan dan Responden ......................... 23 3.5. Teknik Analisis Data ............................................................. 23
BAB IV GAMBARAN UMUM PT. INDOCEMENT DAN DESA NAMBO ....................................................................... 24
4.1. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ................................. 24 4.1.1. Sejarah PT. Indocement dan Peristiwa Penting ........... 24 4.1.2. Visi, Misi, dan Motto PT. Indocement ........................ 28 4.1.3. CSR Department .......................................................... 28
4.2. Desa Binaan PT. Indocement ................................................ 31 4.3. Desa Nambo .......................................................................... 33
4.3.1. Kondisi Geografis ........................................................ 33 4.3.2. Kondisi Demografis ..................................................... 33
xiii
4.4. Ikhtisar .................................................................................. 34 BAB V JENIS PROGRAM CSR PT. INDOCEMENT .................... 36
5.1. CD Program Lima Aspek ...................................................... 37 5.1.1. Pendidikan .................................................................... 37 5.1.2. Ekonomi ...................................................................... 37 5.1.3. Kesehatan .................................................................... 38 5.1.4. Sosial, Budaya, Agama................................................. 38 5.1.5. Keamanan ..................................................................... 39
5.2. Sustainable Development Project (SDP) .............................. 39 5.2.1. Proyek Tanaman Jarak Pagar ...................................... 39 5.2.2. Proyek Pengolahan Sampah ........................................ 40 5.2.3. Ulat Sutera ................................................................... 41 5.2.4. Biogas ........................................................................... 41 5.2.5. Bengkel Terpadu .......................................................... 42 5.2.6. Peternakan .................................................................... 42 5.2.7. Usaha Mikro ................................................................. 42
5.3. Ikhtisar ................................................................................... 43
BAB VI DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CSR PT. INDOCEMENT TERHADAP MASYARAKAT
DESA NAMBO .................................................................... 44 6.1. Program Peternak Ayam Petelur dan Program UMKM ........ 44
6.1.1. Latar Belakang Program .............................................. 44 6.1.2. Pelaksanaan Program ................................................... 45 6.1.3. Dampak Pelaksanaan Program .................................... 49
6.2. Program Pemberian Makanan Tambahan ............................. 53 6.2.1. Latar Belakang Program ............................................. 53
6.2.2. Pelaksanaan Program ................................................... 54 6.2.3. Dampak Pelaksanaan Program ................................... 55
6.3. Program Betonisasi Jalan Dusun II ........................................ 55 6.3.1. Latar Belakang Program .............................................. 55 6.3.2. Pelaksanaan Program ................................................... 57 6.3.3. Dampak Pelaksanaan Program .................................... 58
6.4. Pelatihan LINMAS ............................................................... 59 6.4.1. Latar Belakang Program .............................................. 59 6.4.2. Pelaksanaan Program ................................................... 60 6.4.3. Dampak Pelaksanaan Program .................................... 61
6.5. Program Biogas ..................................................................... 61 6.5.1. Latar Belakang Program .............................................. 61 6.5.2. Pelaksanaan Program ................................................... 62 6.5.3. Dampak Pelaksanaan Program .................................... 64
6.6. Analisis Dampak Pelaksanaan Program CSR PT. Indocement Terhadap Masyarakat Desa Nambo ............. 64 6.7. CSR dan CD: Diskusi Teoritis ............................................... 69 6.8. Ikhtisar ................................................................................... 73
xiv
BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PELAKSANAAN PROGRAM CSR
PT. INDOCEMENT ........................................................... 75 7.1. Faktor Internal (Perusahaan) .................................................. 75
7.1.1. Pandangan PT. Indocement dalam Pelaksanaan CSR . 75 7.1.2. Motivasi PT. Indocement dalam Pelaksanaan CSR .... 78 7.1.3. Strategi Pelaksanaan CSR PT. Indocement ................. 78 7.1.4. Strategi Pengembangan Masyarakat PT. Indocement .. 81 7.1.5. Keberlanjutan Proyek PT. Indocement......................... 82
7.2. Faktor Eksternal (Masyarakat) ............................................... 83 7.2.1. Karakteristik dan Kebutuhan Masyarakat .................... 83
7.2.2. Persepsi Masyarakat dan Pemerintah Desa Terhadap Program ....................................................... 83 7.3. Ikhtisar .......................................................................... 85
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN .......................................... 86
8.1. Kesimpulan ........................................................................... 86 8.2. Saran ...................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 90 LAMPIRAN ........................................................................................... 92
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman Teks
Tabel 1. Metamorfosis CSR ................................................................ 5 Tabel 2. Tingkat Partisipasi Masyarakat ............................................. 12 Tabel 3. Luas Wilayah dan Populasi dua belas Desa Binaan PT Indocement Tahun 2009 ..................................... 32 Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Binaan PT. Indocement Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Orang Yang Bekerja Tahun 2009 .......................................................................... 32 Tabel 5. Jarak Kantor Desa Nambo ke Pusat Pemerintahan ............... 33 Tabel 6. Pemanfaatan Lahan di Desa Nambo Tahun 2009 ................ 33 Tabel 7. Jumlah Penduduk Usia Produktif, Orang Bekerja, dan Pengangguran di Desa Nambo Tahun 2009 ........................ 34 Tabel 8. Realisasi Program CSR PT. Indocement di Desa Nambo .... 57 Tabel 9. Analisis Dampak Pelaksanaan Program CSR PT. Indocement Terhadap Masyarakat Desa Nambo Tahun 2009 ................. 69
xvi
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman
Teks
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ............................................................ 19 Gambar 2. Struktur Organisasi Departemen CSR PT. Indocement Tahun 2009 ....................................................................... 30 Gambar 3. Kandang Ayam Petelur Milik Bapak Emad ....................... 47 Gambar 4. Instalasi Biogas Feses Sapi ................................................. 64 Gambar 5. Pandangan PT. Indocement tentang CSR .......................... 76 Gambar 6. Flow CSR Program PT. Indocement .................................. 79 Gambar 7. Peserta BILIKOM .............................................................. 80
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman
Teks
Lampiran 1. Jumlah Penduduk Desa Nambo November Tahun 2009 . 93 Lampiran 2. Data Demografi Pendidikan Desa Nambo Tahun 2009 . 94 Lampiran 3. Demografi Ekonomi Desa Nambo Tahun 2009 .............. 94 Lampiran 4. Demografi Kesehatan Desa Nambo Tahun 2009 ............ 95 Lampiran 5. Demografi Sosial, Budaya, Agama Desa Nambo Tahun 2009 ...................................................................... 95 Lampiran 6. Profil Anggota Kelompok Peternak Hidayah Alam ........ 96 Lampiran 7. Matriks Alokasi Waktu Penelitian .................................... 98 Lampiran 8. Panduan Pertanyaan Kualitatif ......................................... 99 Lampiran 9. Matriks Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data ..... 102 Lampiran 10. Catatan Harian Penelitian ................................................. 105
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perusahaan (BUMN maupun swasta) memiliki peranan sosial yang sangat
penting dan strategis dalam memberikan kontribusi dan dorongan yang kuat bagi
pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan faktor lingkungan
hidup dalam proses pembangunan sebuah negara. Perusahaan juga mempunyai
peran sosial terkait pemanfaatan sumber daya alam guna menghasilkan manfaat
bagi masyarakat, sehingga perusahaan wajib melakukan CSR. Pada dasarnya,
konsep CSR berasal dari istilah 3P yang dikemukakan oleh John Elkington dalam
Wibisono (2007) yakni mengenai pengintegrasian konsep 3P, yaitu keuntungan,
lingkungan, dan masyarakat (profit, planet, people) dalam kegiatan perusahaan
yang berkelanjutan. Hopkins (2004)1 berpendapat bahwa CSR berhubungan
dengan upaya perusahaan memperlakukan stakeholder dari perusahaan secara etis
atau bertanggung jawab. Etis atau bertanggung jawab berarti memperlakukan
stakeholder dengan hormat sebagai masyarakat beradab.
Pelaksanaan setiap kegiatan perusahaan saat ini tidak lagi hanya
difokuskan pada keuntungan materi semata, namun juga telah meliputi aspek
keberlanjutan lingkungan hidup seperti dalam konsep triple bottom line (profit,
people, planet) yang merupakan kunci dari pelaksanaan konsep pembangunan
yang berkelanjutan berbasis pengembangan masyarakat yang pada akhirnya juga
akan berpengaruh pada image perusahaan di mata para stakeholders. Saat ini,
banyak perusahaan yang terus mencanangkan program CSR sebagai ujung tombak
perusahaan. Hal ini terbukti dari komitmen perusahaan untuk bergandengan
tangan dengan pemerintah dalam pembangunan masyarakat yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari anggaran CSR yang
hanya Rp0.8 miliar di tahun 2002 menjadi Rp4.9 miliar di tahun 2006. Dalam
kurun waktu empat tahun, dari tahun 2002-2006 ada peningkatan komitmen
penganggaran sekitar 550 persen. Peningkatan anggaran CSR tersebut meningkat
tajam pada tahun 2005-2006. Anggaran sebesar Rp1.3 miliar di tahun 2005 telah
1 Disampaikan pada konferensi International Labour Office di Geneva, 2004 dalam
jurnal ilmiah Sutisning, Volume 1, Tahun 1, Mei 2007, hal. 21-28.
2
menjadi Rp4.9 miliar pada tahun 2006. Artinya dalam kurun waktu tersebut telah
terjadi peningkatan anggaran sebesar 360 persen2.
Menurut Wibisono (2007), implementasi program-program Corporate
Social Responsibility sangat bergantung pada cara setiap perusahaan memandang
makna atau motivasi perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan. Kenyataannya, terdapat perusahaan yang hanya melihat program-
program Corporate Social Responsibility dari perspektif ekonomi, sehingga
kegiatan tersebut dimaknai sebagai program-program yang hanya menghabiskan
dana perusahaan saja. Namun, ada juga perusahaan yang memandang program-
program Corporate Social Responsibility dengan perspektif goodwill yang
memaknai setiap kegiatan berorientasi masyarakat yang didanai perusahaan
sebagai program yang mampu menarik dan menumbuhkan simpati dari
shareholders, investor, masyarakat luas, dan pihak-pihak lain yang terkait dalam
kegiatan bisnis perusahaan tersebut.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (selanjutnya disebut PT.
Indocement) merupakan salah satu perusahaan semen terbesar di Indonesia, yang
jika didasarkan atas data prestasi yang telah diraih, maka dapat dikatakan telah
melaksanakan CSR dengan baik. Prestasi yang telah didapatkan oleh PT.
Indocement yaitu CSR Awards 2008 (Penghargaan Terbaik Satu untuk Kategori
Pimpinan Perusahaan (Bapak Kuky Permana) Tipe Perorangan, dan Penghargaan
Emas dan Penghargaan Terbaik Satu untuk Sektor Industri dan Manufaktur
Bidang Sosial dan Lingkungan). Prestasi terbaru yang diraih oleh PT. Indocement
pada bulan oktober 2009 adalah Peringkat Emas PROPER dari KLH yang dinilai
telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan, dan telah
melakukan upaya 3R (Reuse, Recycle, Recovery), menerapkan sistem pengelolaan
lingkungan yang berkesinambungan, serta melakukan upaya-upaya yang berguna
bagi kepentingan masyarakat dalam jangka panjang.
PT. Indocement melaksanakan program CSR di dua belas desa binaan,
salah satunya adalah Desa Nambo yang memiliki relasi dengan PT. Indocement
dalam kerangka CSR. Hal ini dikarenakan PT. Indocement mendirikan
infrastruktur dan memanfaatkan sumberdaya alam (Quary C) dari Desa Nambo,
2 Bakdi Soemanto. 2007. Sustainable Corporation. Gresik: PT. Semen Gresik Tbk.
3
sehingga masyarakat Desa Nambo berhak untuk mendapatkan manfaat dari
perusahaan (pemberdayaan masyarakat). Oleh karena itu, penulis merasa penting
untuk menganalisis dampak pelaksanaan program CSR PT. Indocement terhadap
masyarakat lokal (Desa Nambo).
1.2. Perumusan Masalah PT. Indocement termasuk perusahaan yang telah melaksanakan CSR
dengan baik jika didasarkan atas prestasi yang diraihnya. PT. Indocement
melaksanakan CSR di dua belas desa binaan. Pelaksanaan CSR PT. Indocement
tersebut memiliki dampak terhadap masyarakat lokal, seperti yang dirasakan
warga Desa Nambo. Proses pelaksanaan CSR PT. Indocement dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah faktor internal yang berasal dari perusahaan,
dan faktor eksternal yang berasal dari masyarakat sebagai penerima program CSR.
Berdasarkan hal ini, penulis merasa penting untuk mengetahui dan menganalisis:
1. Apa saja jenis program CSR PT. Indocement?
2. Bagaimana dampak program CSR PT. Indocement terhadap masyarakat
lokal?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pelaksanaan program
CSR PT. Indocement terhadap masyarakat lokal?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami:
1. Jenis program CSR PT. Indocement;
2. Dampak program CSR PT. Indocement terhadap masyarakat lokal; dan
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan program CSR
terhadap masyarakat lokal.
1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya untuk kalangan akademisi yang terkait dengan CSR maupun untuk
menambah literatur khususnya tentang dampak program CSR. Penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan terkait program CSR yang
sedang berjalan maupun yang sedang dalam perencanaan.
BAB II PENDEKATAN TEORITIS
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Corporate Social Responsibility Pada dasarnya, konsep CSR berasal dari istilah 3P yang dikemukakan oleh
John Elkington dalam Wibisono (2007) yakni mengenai pengintegrasian konsep
3P (profit, planet, people) dalam kegiatan perusahaan yang berkelanjutan. Kotler
& Lee (2005) dalam Mulyadi (2007) menyebutkan definisi CSR sebagai bentuk
tanggung jawab sosial dan komitmen perusahaan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui penerapan praktek bisnis yang baik serta
melalui pemberian sumbangan sumberdaya yang dimiliki perusahaan.
Definisi mengenai konsep CSR ini juga dikemukakan dalam World
Business Council on Sustainable Development seperti dikutip oleh Pambudi
(2006) dalam Mulyadi (2007), yakni sebagai sebuah komitmen dari bisnis atau
perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan
keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Menurut Hopkins (2004)3,
CSR berhubungan dengan upaya perusahaan memperlakukan stakeholder dari
perusahaan secara etis atau bertanggung jawab. Etis atau bertanggung jawab
berarti memperlakukan stakeholder dengan hormat sebagai masyarakat beradab.
International Organization for Standardization (ISO) sebagai induk
organisasi standarisasi internasional berhasil menghasilkan panduan dan
standardisasi untuk tanggung jawab sosial pada bulan September tahun 2004,
yang diberi nama ISO 26000: Guidance Standard on Social Responsibility. ISO
26000 menjadi standar pedoman untuk penerapan CSR. ISO 26000 mengartikan
CSR sebagai tanggung jawab suatu organisasi yang atas dampak dari keputusan
dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku yang
transparan dan etis. Di dalam ISO 26000, CSR mencakup tujuh isu pokok, yaitu:
1. Pengembangan masyarakat;
2. Konsumen;
3. Praktek kegiatan institusi yang sehat;
3 Loc.cit.
5
4. Lingkungan;
5. Ketenagakerjaan;
6. Hak Asasi Manusia; dan
7. Organisasi Kepemerintahan4.
Good Corporate Citizenship dalam pelaksanaannya berfokus pada
kontribusi suatu perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
mengalami metamorfosis, dari yang bersifat charity menjadi aktivitas yang lebih
menekankan pada penciptaan kemandirian masyarakat, yakni program
pemberdayaan (Ambadar, 2008). Metamorfosis kontribusi perusahaan tersebut
diungkapkan oleh Za’im Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008), yaitu dapat dilihat
dalam Tabel 1.
Tabel 1. Metamorfosis CSR
Paradigma Charity Philantropy Good Corporate Citizenship (GCC)
Motivasi Agama, tradisi, adaptasi
Norma, etika dan hukum universal
Pencerahan diri dan rekonsiliasi dengan ketertiban sosial
Misi Mengatasi masalah setempat
Mencari dan mengatasi akar masalah
Memberikan kontribusi terhadap masyarakat
Pengelolaan Jangka pendek, mengatasi masalah sesaat
Terencana, terorganisasi, dan terprogram
Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan
Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/dana pribadi/profesionalitas
Keterlibatan baik dana maupun sumberdaya lain
Penerima Manfaat Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas dan perusahaan
Kontribusi Hibah sosial Hibah pembangunan Hibah (sosial dan pembangunan serta keterlibatan sosial)
Inspirasi Kewajiban Kepentingan bersama Sumber : Za’im Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008)
2.1.2. Pandangan Perusahaan Terhadap CSR Wibisono (2007) menjelaskan bahwa terdapat tiga model cara pandang
perusahaan terhadap CSR, yaitu:
1. Sekedar basa-basi dan keterpaksaan, yaitu pelaksanaan CSR karena faktor
eksternal (external driven). Pemenuhan tanggung jawab lebih karena
4 Sumber: www.csrindonesia.net. Diakses tanggal 4 Februari 2010 pukul 12.05 WIB.
6
keterpaksaan akibat tuntutan daripada kesukarelaan. CSR
diimplementasikan sebagai upaya dalam konteks public relation yang
diliputi kemauan meraih kesempatan untuk melakukan publikasi positif
dan untuk meningkatkan citra perusahaan yang didasarkan bukan atas
regulasi CSR dari pemerintah;
2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance), didasarkan atas
adanya regulasi, hukum, dan aturan yang memaksanya. Kewajiban
perusahaan melaksanakan CSR adalah karena adanya market driven
(dorongan pasar/masyarakat dan lingkungan setempat). Pandangan lain
yang sanggup memaksa perusahaan untuk mempraktekkan CSR adalah
adanya penghargaan-penghargaan (reward) yang diberikan oleh segenap
institusi atau lembaga. Misalnya CSR Award baik yang regional maupun
global; dan
3. Beyond compliance atau compliance plus, yakni CSR diimplementasikan
karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driven).
Perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar
kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya,
melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Penelitian Mulyadi (2007) menjelaskan bahwa pelaksanaan CSR oleh PT.
Telkom masih memandang CSR sekedar basa-basi, karena pelaksanaan CSR
mereka bertujuan untuk menunjang keberhasilan perusahaan, memperoleh citra
yang baik di mata masyarakat, serta untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Selain itu, terdapat juga kenyataan yang terjadi di lapangan mengenai
program CSR PT. Telkom ini, yaitu mereka hanya bergerak pada lingkup
community service yang hanya bertujuan untuk menyelesaikan masalah sesaat dan
untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek. Hal ini menyebabkan tidak terjadinya
proses kemandirian dari masyarakat penerima program CSR PT. Telkom ini
akibat masyarakat tidak mempunyai akses yang lebih luas terhadap program CSR
PT. Telkom ini.
Penelitian Herlin (2008) mempunyai fakta yang berbeda. Menurut Herlin
(2008), PT. Antam Tbk memandang CSR yang dilaksanakannya sebagai upaya
untuk memenuhi kewajiban (compliance). Hal ini didasarkan atas penerapan CSR
7
yang dilakukan oleh PT. Antam Tbk sesuai dengan ketentuan dari pemerintah
yaitu Keputusan Menteri BUMN No 236/MBU/2003 berupa PKBL (Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan). PT. Antam Tbk ini juga mempunyai komitmen
penuh untuk menyejahterakan masyarakat. Salah satu bentuk kegiatan CSR PT.
Antam Tbk ini selain program kemitraan adalah bantuan dana dalam
pembangunan jalan, pelatihan pembukuan keuangan bagi mitra binaan, sunatan
masal yang dilakukan setiap tahun, serta bentuk kerja sama dan bantuan kepada
suatu yayasan yang terletak di sekitar kantor pusat Antam. Berdasarkan kegiatan-
kegiatan tersebut diatas, CSR PT. Antam Tbk selain karena kewajiban/kebijakan
dari pemerintah dalam KEPMEN BUMN, juga merupakan dorongan tulus dari
dalam (internal driven) atau beyond compliance.
2.1.3. Motivasi Perusahaan dalam Pelaksanaan CSR Motivasi perusahaan terkait CSR adalah sejumlah alasan dari pelaksanaan
kegiatan CSR, diantaranya yaitu feedback yang baik dari para stakeholder untuk
keberlanjutan kegiatan perusahaan. Menurut Susanta (2007), ada beberapa
motivasi perusahaan terkait dengan pelaksanaan CSR, diantaranya sebagai
berikut:
1. Menciptakan brand image dan brand reputation. Image atau reputasi dari
sebuah merek, baik merek produk maupun perusahaan, menjadi semakin
relevan pada masa sekarang, dimana pembelian produk oleh konsumen
semakin dipengaruhi oleh reputasi merek produk maupun perusahaan
pembuat;
2. Mengatasi krisis manajemen. Peningkatan partisipasi aktif masyarakat
dalam kegiatan CSR dapat menciptakan komunitas-komunitas yang bisa
membantu perusahaan mengatasi krisis;
3. Meningkatkan motivasi karyawan dan menarik karyawan berkualitas.
Kualitas perusahaan di bidang CSR dapat menimbulkan dampak positif
di dalam seperti meningkatkan kebanggaan karyawan. Melibatkan
karyawan dalam kegiatan CSR juga dapat meningkatkan kualitas moral
karyawan dan bahkan menarik karyawan berkualitas untuk masuk ke
dalam perusahaan; dan
8
4. Menciptakan inovasi. Perusahaan tidak dapat bertahan tanpa adanya
inovasi. Seringkali inovasi didapatkan dari hubungan yang dibangun oleh
perusahaan dengan masyarakat sekitar melalui aktivitas CSR.
Pemberdayaan masyarakat juga merupakan inovasi yang dapat diciptakan
untuk memperoleh sumber daya yang lebih murah dan efisien.
Penelitian Aprilianti (2009) menjelaskan bahwa motivasi pelaksanaan
CSR PT. Antam Pongkor adalah menciptakan brand image dan brand reputation.
Hal ini dikarenakan pelaksanaan program CSR yang dilakukan oleh PT. Antam
Pongkor dipandang oleh sebagian besar masyarakat semata-mata hanya memberi
bantuan karitatif, yaitu setelah bantuan dana disalurkan, hampir tidak ada bantuan
teknis dari PT. Antam ini. Pelaksanaan CSR PT. Antam Pongkor ini ternyata juga
tidak mempunyai staf tetap yang bertugas mendampingi masyarakat desa (sebagai
pelaksana pengembangan masyarakat profesional). Hal ini mengakibatkan
kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh PT. Antam tersebut
tidak banyak meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat hanya sebagai
penerima (recipient) bantuan yang tidak pernah diberdayakan secara individu
maupun sebagai komunitas.
Penelitian Setianingrum (2007) menjelaskan fakta yang berbeda. Menurut
Setianingrum (2007), PT. ISM Bogasari Flour Mills dalam menerapkan CSR telah
menerapkan prinsip partisipasi dan berbasis pemberdayaan. Bahkan konsep CSR
tersebut telah melekat pada kebijakan perusahaan yang merupakan pedoman dari
setiap insan Bogasari dalam menjalankan misi guna meraih visi bersama,
sedangkan CD dianggap sebagai bagian dari aktivitas CSR Bogasari. Hal ini
menjadikan motivasi PT. ISM Bogasari dapat digolongkan dalam kegiatan
menciptakan inovasi.
2.1.4. Strategi Pelaksanaan CSR Mulyadi (2007) menjelaskan bahwa terdapat empat model strategi
pelaksanaan kedermawanan sebagai upaya tanggung jawab sosial perusahaan
kepada masyarakat dan lingkungan, yaitu:
1. Perusahaan terlibat langsung dan menyelenggarakan sendiri kegiatan
sosialnya tanpa perantara atau bantuan pihak lain, misalnya melalui
9
corporate secretary, public affair, hubungan masyarakat, atau manager
community development;
2. Perusahaan menyelenggarakan bantuan melalui yayasan atau organisasi
sosial yang umumnya sering diterapkan di negara maju;
3. Perusahaan bermitra dengan pihak lain yang dinilai kompeten untuk
menyelenggarakan program kedermawanan misalnya dengan LSM,
universitas, dan media massa; dan
4. Perusahaan membentuk atau bergabung dalam satu konsorsium di mana
perusahaan tersebut ikut serta dalam mendirikan, menjadi anggota, atau
mendukung suatu lembaga sosial yang dilakukan untuk tujuan sosial
tertentu.
Penelitian Sihaloho (2007) menjelaskan bahwa strategi pelaksanaan CSR
PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari adalah bermitra
dengan masyarakat. Namun, kemitraan yang terjalin hanya pada tataran semi-
productive, yang bersifat kepentingan jangka pendek dan belum atau tidak
menimbulkan sense of belonging antara perusahaan dengan mitranya. Hal ini
terjadi karena masyarakat masih dianggap sebagai obyek program, sehingga
menimbulkan kurangnya kepercayaan dan ketidaktaatan mitra pada aturan yang
telah disepakati.
Penelitian Febriana (2008) menjelaskan fakta yang berbeda. Menurut
Febriana (2008), strategi pelaksanaan CSR yang diterapkan oleh PT. Indosat
adalah terlibat langsung dan menyelenggarakan sendiri kegiatan CSR-nya.
Namun, strategi ini hanya sampai pada bentuk partisipasi konsultatif, yaitu
masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi tentang permasalahan dan
kebutuhannya, sedangkan pihak perusahaan hanya mendengarkan, menganalisa
masalah, dan pemecahannya. Hal ini menyebabkan belum adanya peluang untuk
pembuatan keputusan bersama antara perusahaan dan masyarakat, serta
perusahaan pun tidak ada keharusan untuk menindaklanjuti pandangan
masyarakat.
10
2.1.5. Strategi Pengembangan Masyarakat Pengembangan masyarakat (PM) merupakan gerakan yang dirancang
untuk meningkatkan taraf hidup komunitas secara keseluruhan dengan partisipasi
aktif dan inisiatif dari komunitas (Brokensha dan Hodge, 1969 dalam Nasdian
2006). Chin dan Benne (1961) dalam Nasdian (2006) memperkenalkan tiga
strategi pengembangan masyarakat bagi perubahan dan asumsi-asumsi yang
melandasinya. Pilihan strategi tersebut yaitu:
1. Rational-empirical adalah strategi PM yang didasarkan atas pandangan
yang optimistik karena strategi ini mempunyai asumsi dasar bahwa
manusia mampu menggunakan pikiran logisnya atau akalnya sehingga
mereka akan bertindak secara rasional;
2. Normative-reeducative adalah strategi PM yang menekankan pada
bagaimana klien memahami permasalahan pembaruan seperti perubahan
sikap, keterampilan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia,
sehingga lebih menekankan pada proses pendidikan dibandingkan hasil
perubahan itu sendiri; dan
3. Power-coersive adalah strategi PM yang cenderung memaksakan
kehendak dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan keadaan
serta situasi yang sebenarnya dimana program itu akan dilaksanakan,
sedangkan objek utama dari program itu sendiri sama sekali tidak
dilibatkan baik dalam proses perencanaan maupun pelaksanaannya.
Pelaksanaan CSR tidak terlepas dari konsep pengembangan masyarakat.
Seperti yang dijelaskan dalam World Business Council on Sustainable
Development seperti dikutip oleh Mulyadi (2007), yakni CSR sebagai sebuah
komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi
terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan
kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas.
Penelitian Mulyadi (2007) menjelaskan bahwa strategi pengembangan
masyarakat yang dilakukan PT. Telkom dalam pelaksanaan CSR adalah power-
coersive, karena masyarakat penerima bantuan program CSR melalui PKBL ini
tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Proses-proses tersebut dilaksanakan sepenuhnya oleh
11
perusahaan dengan alasan semua proses tersebut telah tercantum dalam kebijakan
perusahaan, sehingga masyarakat tidak mempunyai akses untuk turut serta dalam
pengelolaan program.
2.1.6. Konsep Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat Penerapan program CSR oleh perusahaan sering kali tidak menjadikan
masyarakat sebagai faktor utama yang menentukan keberhasilan program. Peran
serta masyarakat pun dibatasi hanya pada tahap pelaksanaan saja, sehingga
masyarakat tidak dapat berdaya dan tidak berkembang daya kreatifnya. Akhirnya,
partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki “kesadaran kritis”
(Nasdian, 2006). Payne (1979) dalam Nasdian (2006) menjelaskan bahwa
pemberdayaan ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya (kuasa) untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait
dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam
melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa
percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer
daya dari lingkungannya.
Nasdian (2006) menjelaskan bahwa partisipasi adalah proses aktif, inisiatif
diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka
sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme)
dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Pengertian ini melihat
keterlibatan masyarakat mulai dari tahap pembuatan keputusan, penerapan
keputusan, penikmatan hasil, dan evaluasi (Cohen dan Uphoff, 1980 dalam
Nasdian, 2006). Melihat berbagai pendapat yang ada mengenai pemberdayaan dan
partisipasi di tingkat komunitas dapat dikatakan dua konsep yang erat kaitannya
(Nasdian, 2006). Pendapat ini sejalan dengan Craig dan Mayo (1995) dalam
Nasdian (2006), yaitu “empowerment is road to participation”.
2.1.7. Tingkat Partisipasi Masyarakat Arnstein (1969) dalam Wazdy (2009) menjelaskan terdapat delapan
tangga partisipasi masyarakat yang kemudian dikenal dengan tipologi Arnstein,
seperti terlihat dalam Tabel 2.
12
Tabel 2. Tingkat Partisipasi Masyarakat 8 Citizen control Degree of citizen power 7 Delegated power 6 Partnership 5 Placation Degree of tokenism
4 Consultation 3 Information 2 Therapy Non participation 1 Manipulation
Sumber: Arnstein (1969) dalam Wazdy (2009)
Manipulation bisa diartikan tidak ada komunikasi apalagi dialog; therapy
berarti ada komunikasi namun masih bersifat terbatas, inisiatif dari pemerintah
dan hanya satu arah; information menyiratkan bahwa komunikasi sudah banyak
terjadi tetapi masih bersifat satu arah; consultation bermakna bahwa komunikasi
telah berjalan dua arah; placation berarti bahwa komunikasi telah berjalan baik
dan sudah ada negosiasi antara masyarakat danpemerintah, masyarakat dapat
memberi saran tetapi tidak memiliki kewenangan menentukan keputusan
(partisipasi semu); partnership berarti suatu kondisi pemerintah dan masyarakat
merupakan mitra sejajar; delegated power berarti bahwa pemerintah memberikan
kewenangan kepada masyarakat untuk mengurus sendiri beberapa keperluannya;
dan citizen control berarti bahwa masyarakat menguasai kebijakan publik mulai
dari perumusan, implementasi hingga evaluasi dan kontrol.
Manipulation dan therapy dikategorikan sebagai non participation;
information, consultation, dan placation dikategorikan sebagai tingkat tokenism
(pertanda) yaitu tingkat peran serta di mana masyarakat di dengar dan
berpendapat, tetapi tidak ada jaminan bahwa pandangan mereka akan
dipertimbangkan oleh pemegang kekuasaan. Peran serta pada tingkat ini memiliki
kemungkinan yang sangat kecil menghasilkan perubahan dalam masyarakat;
partnership, delegated power, dan citizen control dikategorikan dalam tingkat
kekuasaan masyarakat dalam mempengaruhi dan proses pengambilan keputusan
(Arnstein, 1969 dalam Wazdy, 2009).
13
2.1.8. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainability Development) Menurut Jaya (2004)5, pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan
yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan
generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Untuk mencapai tujuan
tersebut dibutuhkan strategi pelaksanaannya, diantaranya ada empat hal yang
perlu diperhatikan yaitu pemerataan, partisipasi, keanekaragaman, integrasi, dan
perspektif jangka panjang yang diikuti pendekatan secara ideal. Pembangunan
berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan yaitu keberlanjutan ekologis,
ekonomi, sosial budaya, politik, serta pertahanan dan keamanan. Sementara itu,
menurut Emil Salim (1990)6, pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan untuk memenuhi kebutuhan dan
aspirasi manusia. Pembangunan yang berkelanjutan pada hakekatnya ditujukan
untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun
masa mendatang.
Sebagaimana hasil KTT Bumi (Earth Summit) di Rio de Janerio, Brasil,
pada tahun 1992, yang menegaskan mengenai konsep pembangunan berkelanjutan
(sustainability development) sebagai suatu hal yang bukan hanya menjadi
kewajiban negara, namun juga harus diperhatikan oleh kalangan korporasi.
Konsep pembangunan berkelanjutan menuntut korporasi dalam menjalankan
usahanya untuk turut memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
1. Ketersediaan dana;
2. Misi lingkungan;
3. Tanggung jawab sosial;
4. Terimplementasi dalam kebijakan (masyarakat, korporat, dan pemerintah);
5. Mempunyai nilai keuntungan/manfaat)7.
Penelitian Aprilianti (2009) menjelaskan bahwa pelaksanaan CSR PT.
Antam Tbk belum memperhatikan konsep keberlanjutan. Hal ini didasarkan atas
sasaran program CSR yaitu masyarakat, hanya dijadikan sebagai penerima
(recipient) bantuan yang tidak pernah diberdayakan secara individu maupun
5 Askar Jaya 2004, ‘Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).’
www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/askar_jaya.pdf. Halaman 1. Diakses tanggal l8 Desember 2009 pukul 13.32 WIB.
6 Loc.cit. 7 Sumber: www.csrindonesia.net. Diakses tanggal 4 Februari 2010 pukul 12.05 WIB.
14
sebagai komunitas. Febriana (2008) dalam penelitiannya berpendapat bahwa
pelaksanaan CSR PT. Indosat belum memperhatikan konsep keberlanjutan. Hal
ini didasarkan atas pelaksanaan CSR PT. Indosat hanya berbentuk partisipasi
konsultatif, yaitu masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi tentang
permasalahan dan kebutuhannya, sedangkan perusahaan hanya mendengarkan,
menganalisa masalah, dan pemecahannya. Hal ini mengakibatkan belum adanya
peluang untuk pembuatan keputusan antara perusahaan dan masyarakat, serta
perusahaan tidak ada keharusan untuk menindaklanjuti pandangan masyarakat.
2.1.9. Perubahan Sosial dan Kebudayaan Soemardjan (1962) menyatakan bahwa konsep perubahan sosial mencakup
bermacam-macam perubahan di dalam lembaga-lembaga masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap, dan pola tingkah laku
antar kelompok di dalam masyarakat. Teori dan konsep perubahan sosial ini dapat
dibedakan dari perubahan kultural, seperti halnya konsep masyarakat bisa
dibedakan dengan kebudayaan. Perubahan kebudayaan diartikan sebagai
keseluruhan kompleks yang mencakup ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
modal, hukum, adat, dan tiap kemauan serta kebiasaan lainnya, yang didapatkan
oleh manusia sebagai anggota masyarakat, maka setiap perubahan pada salah satu
bagian dari keseluruhan kultural mempunyai satu segi persamaan, yaitu keduanya
menyangkut suatu adaptasi atau perbaikan dalam cara masyarakat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya (Soemardjan, 1962).
Soekanto (1990) menjelaskan bahwa perubahan sosial dan kebudayaan
terkait dengan penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu
masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Perubahan kebudayaan dalam
skala kecil seperti perubahan model pakaian, dapat terjadi tanpa mempengaruhi
lembaga-lembaga kemasyarakatan/sistem sosial. Sebaliknya sulit dibayangkan
terjadi perubahan sosial tanpa didahului suatu perubahan kebudayaan. Lembaga-
lembaga kemasyarakatan seperti keluarga, perkawinan, atau negara, tidak akan
mengalami perubahan jika tidak didahului perubahan fundamental di dalam
kebudayaan.
Soekanto (1990) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan sosial terdiri atas faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal.
15
Faktor-faktor internal yakni kondisi atau perkembangan yang terjadi dalam
lingkungan masyarakat yang bersangkutan yang mendorong perubahan sosial.
Faktor-faktor ini mencakup:
1. Faktor demografis (kependudukan), yaitu semua perkembangan yang
berkaitan dengan aspek demografis atau kependudukan, yang mencakup
jumlah, kepadatan, dan mobilitas penduduk;
2. Faktor adanya penemuan-penemuan baru, yaitu adanya penemuan di
kalangan atau oleh warga masyarakat berkaitan dengan suatu alat atau cara
yang selanjutnya diterima penggunaannya secara luas oleh masyarakat,
dan karena itu mempengaruhi perkembangan kehidupan sosial mereka;
dan
3. Konflik internal dalam masyarakat, yaitu pertentangan yang timbul di
kalangan warga atau kelompok-kelompok masyarakat sebagai akibat
adanya perbedaan kepentingan atau perbedaan persepsi yang
dipertahankan oleh masing-masing kelompok.
Faktor-faktor eksternal yaitu kondisi atau perkembangan yang terjadi di
luar lingkungan masyarakat yang bersangkutan, tetapi secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi perubahan sosial dalam masyarakat yang
bersangkutan. Dalam faktor eksternal, yang terpenting diantaranya adalah
pengaruh lingkungan alam, pengaruh unsur kebudayaan maupun aktualisasi, dan
dapat berupa adanya peperangan yang mengakibatkan terjadinya penaklukan
suatu masyarakat atau bangsa oleh bangsa lain, yang selanjutnya memaksakan
terjadinya perubahan sosial terutama di kalangan bangsa yang kalah perang
(Soekanto, 1990).
Soekanto (1990) menjelaskan bahwa menurut skala pengaruhnya terhadap
kehidupan masyarakat, perubahan sosial memiliki dampak yang luas dan dalam
terhadap kehidupan masyarakat secara keseluruhan dan ada pula perubahan sosial
yang berskala kecil dalam arti pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat secara
keseluruhan relatif kecil dan terbatas. Menurut proses terjadinya, Soekanto (1990)
menjelaskan bahwa terdapat perubahan sosial yang memang dari semula
direncanakan dan dikehendaki (intended change), yaitu proses yang berupa
perintah dan larangan untuk menetralisasikan suatu keadaan krisis dengan suatu
16
akomodasi (khususnya arbitrasi) untuk melegalisasikan hilangnya keadaan yang
tidak dikehendaki, misalnya dalam bentuk program-program pembangunan sosial.
Namun ada pula yang tidak dikehendaki terjadinya atau tidak direncanakan
(unintended change). Soemardjan (1962) menjelaskan unintended change adalah
perubahan yang tidak disengaja, sehingga perubahan-perubahan itu juga tidak
dapat diduga lebih dahulu. Banyak perubahan sosial yang membingungkan
masyarakat, bahkan ditentang oleh banyak orang.
2.1.10. Dampak Program CSR Terhadap Masyarakat Lokal8 Komitmen PT. Riaupulp dalam melaksanakan CSR telah dilakukan sejak
tahun 1999 sampai sekarang. Keberpihakan Riaupulp terhadap CSR mendapatkan
penghargaan dari Menko Kesra berupa Social Empowerment Award tahun 2007.
Komitmen Riaupulp untuk menciptakan masyarakat yang berdaya terlihat melalui
kegiatan-kegiatan CSR-nya. Kegiatan CSR Riaupulp meliputi Community
Empowerment, Care Services (Program Kesehatan Masyarakat dan Pendidikan),
Basic Social Walfare, dan Local Economics and Community Based Business
Development. Salah satu dari program Care Services adalah program pengurangan
angka kematian balita. Program ini merupakan program yang terintegrasi dalam
program kesehatan masyarakat, yang terdiri dari program preventif dan program
kuratif dan telah dijalankan di sekitar 200 desa sekitar daerah operasional
perusahaan yang masih belum terjangkau oleh pemerintah. mengenai usaha
Riaupulp dalam mengurangi angka kematian balita.
Program kuratif diterapkan setiap tahunnya dalam bentuk imunisasi
kepada balita dan anak serta medical check untuk kesehatan ibu hamil. Dengan
adanya program ini, masyarakat semakin mengerti langkah-langkah dan usaha
untuk mendapatkan kehidupan yang lebih sehat. Dalam Program preventifnya,
Riaupulp juga telah bekerjasama dengan UNICEF dalam usaha mencegah
terjadinya Flu Burung, yang telah diikuti oleh sekitar 60 orang dari 104 desa di
sekitar operasional.
Program CSR dalam bidang pendidikan juga dilaksanakan oleh Riaupulp,
seperti program taman bacaan yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas
8 Sumber: http://fotodeka.wordpress.com/2009/01/07. Diakses tanggal 4 Februari 2010 pukul 20.45 WIB.
17
anak-anak. Program taman bacaan ini telah dibangun 100 buah di seluruh Riau,
dengan tiap-tiap taman bacaan mempunyai 200 buah judul buku. Untuk
memaksimalkan pemberdayaan ini, Riaupulp juga merekrut guru/pendidik untuk
bekerja pada taman bacaan ini.
Program pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi juga
dilaksanakan oleh Riaupulp, seperti program pertanian terpadu yang telah
membinan 3.700 petani. Selain itu, Riaupulp juga melakukan kerja sama dengan
kalangan perbankan untuk pinjaman modal kepada mitra binanya. Menurut data
Riaupulp, kredit yang telah dikeluarkan untuk mitra bina adalah Rp1.1 miliar dan
dari program UMKM ini, telah menghasilkan 85 wirausahawan lokal yang
mempekerjakan 1.303 tenaga kerja.
Kaltim Prima Coal (KPC) juga merupakan salah satu perusahaan yang
berkomitmen dalam melaksanakan CSR. Hal ini ditunjukkan perusahaan dalam
mengalokasikan dana US$5 juta setiap tahun bagi aksi corporate social
responsibility (CSR). CSR KPC terdiri dari tujuh program untuk masyarakat
sekitar lokasi usahanya, yaitu pengembangan agribisnis, kesehatan dan sanitasi,
pendidikan dan pelatihan, pembangunan infrastruktur, pengembangan usaha kecil
dan menengah (UKM), pelestarian alam dan budaya, serta penguatan kapasitas
masyarat dan pemerintah. Program-program pemberdayaan masyarakat PT KPC
tersebut diarahkan kepada pengembangan sumber daya alam (SDA) yang
terbarukan serta diselaraskan dengan program pemerintah Kabupaten Kutai
Timur.
Program agribisnis yang telah dilaksanakan KPC adalah membangun 300
hektar untuk penanaman kakao. Masyarakat setempat diberikan bibit, pupuk
sampai kepada pelatihan mengenai penanaman itu. Selain itu, program agribisnis
ini juga membuat kolam udang untuk masyarakat di Desa Muara Bengalon dan
membangun perkebunan pisang dan peternakan ayam di Kampung Kabo. KPC
juga memberikan kredit mikro kepada masyarakat Bengalon dengan total
peminjam tak kurang dari 700 orang. Pembangunan infrastruktur yang telah
dilakukan adalah program irigasi, pembangunan jalan, dan lapangan sepakbola.
18
2.2. Kerangka Pemikiran Pada dasarnya, konsep CSR berasal dari istilah 3P yang dikemukakan oleh
John Elkington dalam Wibisono (2007) yakni mengenai pengintegrasian konsep
3P (profit, planet, peolple) dalam kegiatan perusahaan yang berkelanjutan. Hal ini
terkait dengan jenis program CSR yang dilaksanakan, dampak dari pelaksanaan
program CSR tersebut terhadap masyarakat lokal, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pelaksanaan program CSR tersebut.
PT. Indocement dalam pelaksanaan CSR-nya dipengaruhi oleh adanya
anggaran khusus tiap tahun, socio demography mapping analize and review, dan
upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan faktor-faktor tersebut
PT. Indocement melaksanakan jenis program CSR seperti community development
(CD) lima aspek yang terdiri dari aspek pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial,
budaya, agama, dan keamanan; dan sustainable development project (SDP) yang
akan berdampak terhadap masyarakat lokal. Dampak program CSR dipengaruhi
oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi motivasi
perusahaan melaksanakan CSR (menciptakan brand image, mengatasi krisis
manajemen, memotivasi karyawan, dan menciptakan inovasi), cara pandang
perusahaan tentang CSR (sekedar basa-basi, compliance, beyond compliance),
strategi pelaksanaan CSR (melaksanakan sendiri CSR-nya, bermira dengan pihak
berkompeten, bantuan yayasan, bergabung dalam konsorsium), dan strategi
pengembangan masyarakat (rational empirical, normative reeducaive, power
coercive). Strategi pengembangan masyarakat ini akan berdampak terhadap
masyarakat lokal, karena terkait prinsip pemberdayaan dan partisipasi. Selain itu,
dampak program CSR ini juga dipengaruhi oleh aspek keberlanjutan proyek dan
proses pelaksanaan CSR.
Faktor eksternal yang mempengaruhi proses pelaksanaan program CSR
diantaranya adalah persepsi masyarakat terhadap program dan perusahaan, serta
karakteristik dan kebutuhan masyarakat. Sikap warga dan pemerintah desa
terhadap program dan perusahaan juga mempengaruhi keberhasilan program CSR.
Gambaran alur pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
19
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keterangan: Mempengaruhi
2.3. Hipotesis Pengarah 1. Program CSR yang dilaksankan oleh PT. Indocement diduga telah
berdampak besar terhadap masyarakat lokal;
2. Program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Indocement diduga telah
memberdayakan masyarakat.
3. Implementasi program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Indocement
diduga dipengaruhi oleh faktor internal (berasal dari perusahaan, yaitu
motivasi CSR, cara pandang CSR, strategi pelaksanaan CSR, strategi
pengembangan masyarakat, dan keberlanjutan program) dan faktor
eksternal (berasal dari kondisi masyarakat, yaitu karakteristik, kebutuhan,
persepsi, dan sikap pemerintah desa terhadap program).
2.4. Definisi Konseptual 1. Cara pandang perusahaan tentang CSR adalah segala bentuk pemikiran
hasil informasi (baik dari dalam maupun dari luar perusahaan) yang
didapatkan oleh pihak-pihak yang terkait, yang akan mempengaruhi
keputusan perusahaan untuk melaksanakan kegiatan CSR atau tidak, yang
terdiri dari:
a. External driven adalah pandangan perusahaan mengenai CSR
dipraktekkan karena faktor eksternal;
b. Compliance adalah pandangan perusahaan mengenai CSR sebagai
Faktor Internal • Motivasi perusahaan
tentang CSR • Cara Pandang Perusahaan
tentang CSR • Strategi Pelaksanaan CSR • Strategi Pengembangan
Masyarakat • Keberlanjutan Program
Jenis program CSR
PT. INDOCEMENT
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pelaksanaan program CSR
Dampak Program CSR terhadap masyarakat lokal Faktor Eksternal
• Karakteristik dan kebutuhan masyarakat
• Persepsi masyarakat terhadap program
• Sikap pemerintah desa terhadap program
20
upaya untuk memenuhi kewajiban berdasarkan regulasi maupun
hukum terkait;
c. Beyond Compliance adalah pandangan perusahaan mengenai CSR
yang diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari
dalam (internal driver).
2. Motivasi perusahaan terkait CSR adalah sejumlah alasan dari pelaksanaan
kegiatan CSR, diantaranya yaitu feedback yang baik dari para stakeholder
demi keberlanjutan kegiatan perusahaan.
3. Pengembangan masyarakat (PM) adalah kegiatan yang dirancang dan
diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat dalam mencapai kondisi
kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan sekaligus sebagai upaya
pemberdayaan untuk mendukung kesejahteraan dan kemandirian
komunitas hingga pada generasi berikutnya.
4. Strategi pengembangan masyarakat adalah teknik atau tindakan pilihan
yang telah terprogram dalam rangka mengembangkan masyarakat, yang
terdiri dari:
a. Rational-empirical adalah strategi PM yang didasarkan atas
pandangan yang optimistik karena strategi ini mempunyai asumsi
dasar bahwa manusia mampu menggunakan pikiran logisnya atau
rasional;
b. Normative-reeducative adalah strategi PM yang menekankan pada
bagaimana klien memahami permasalahan pembaruan seperti
perubahan sikap, keterampilan, dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan manusia, sehingga lebih menekankan pada proses pendidikan
dibandingkan hasil perubahan itu sendiri; dan
c. Power-coersive adalah strategi PM yang cenderung memaksakan
kehendak dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan
keadaan serta situasi yang sebenarnya di mana program itu akan
dilaksanakan, sedangkan objek utama dari program itu sendiri sama
sekali tidak dilibatkan baik dalam proses perencanaan maupun
pelaksanaannya.
21
5. Strategi pelaksanaan CSR adalah teknik atau tindakan pilihan yang telah
terprogram dalam rangka melaksanakan CSR, yang terdiri dari:
a. Keterlibatan adalah perusahaan terlibat langsung dan
menyelenggarakan sendiri kegiatan sosialnya tanpa perantara
atau bantuan pihak lain, misalnya melalui corporate secretary, public
affair, hubungan masyarakat, atau manager community
development;
b. Melalui yayasan atau organisasi adalah perusahaan menyelenggarakan
bantuan melalui yayasan atau organisasi sosial yang umumnya sering
diterapkan di negara maju;
c. Perusahaan bermitra dengan pihak lain yang dinilai kompeten untuk
menyelenggarakan program kedermawanan misalnya dengan LSM,
universitas, dan media massa; dan
d. Perusahaan membentuk atau bergabung dalam satu konsorsium,
dimana perusahaan tersebut ikut serta dalam mendirikan, menjadi
anggota, atau mendukung suatu lembaga sosial yang dilakukan untuk
tujuan sosial tertentu.
6. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi
kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang didukung oleh data
kuantitatif. Penelitian kualitatif digunakan untuk menganalisis dan memahami
dampak program CSR terhadap masyarakat lokal. Dampak yang dimaksud adalah
perubahan yang terjadi akibat pelaksanaan CSR, sehingga perubahan-perubahan
yang tidak terkait dengan CSR tidak akan diteliti. Data kuantitatif digunakan
untuk melengkapi dan memperkuat informasi yang didapatkan dari informan dan
responden.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu
menyoroti beberapa kasus dengan melakukan wawancara, observasi dan analisis
dokumen. Metode studi kasus yang digunakan adalah bersifat deskriptif. Artinya
penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan dampak program CSR PT. Indocement
yang dirasakan oleh masyarakat Desa Nambo dan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pelaksanaan program CSR tersebut berdasarkan hasil
analisis peneliti di lapang dan catatan harian peneliti.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Indocement yang beralamat di Jalan Mayor
Oking Jayaatmaja, Citeureup, Bogor dan Desa Nambo Kecamatan Klapanunggal
Kabupaten Bogor yang merupakan salah satu desa binaan PT. Indocement.
Penelitian dilaksanakan tanggal 18 November hingga 24 Desember 2009.
Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive). PT.
Indocement dipilih menjadi kasus penelitian karena meraih CSR Award 2008
kategori sosial-lingkungan dan Peringkat Emas PROPER 2009. Desa Nambo
dijadikan tempat penelitian karena memiliki relasi dengan perusahaan dalam
kerangka CSR. Hal ini dikarenakan PT. Indocement mendirikan infrastruktur dan
memanfaatkan sumberdaya alam (Quary C) dari Desa Nambo, sehingga
masyarakat Desa Nambo berhak untuk mendapatkan manfaat dari perusahaan
(pemberdayaan masyarakat).
23
3.3. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pendekatan kualitatif.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam. Data
sekunder yang dikumpulkan merupakan dokumen-dokumen yang terkait dengan
data-data jenis program CSR yang dilaksanakan PT. Indocement. Untuk
menghindari adanya distorsi pesan dan untuk melengkapi informasi, maka setiap
selesai melakukan wawancara mendalam dengan informan dan responden, peneliti
menuliskan kembali hasil wawancara dalam bentuk catatan harian.
3.4. Teknik Pemilihan Informan dan Responden Peneliti menggunakan teknik purposive (menentukan secara sengaja)
untuk menentukan informan dan responden penelitian dengan kriteria yaitu orang
yang mengikuti, melaksanakan, dan atau menerima program CSR PT.
Indocement. Informan kunci dalam penelitian ini yaitu CSR Department Head,
sedangkan responden dalam penelitian ini adalah CD Section Head, SDP Section
Head, Koordinator CSR Desa Nambo, Ketua LPM Desa Nambo, serta enam belas
orang warga Desa Nambo sebagai penerima program CSR PT. Indocement.
Warga Desa Nambo yang menerima program CSR PT. Indocement terdiri dari
anggota kelompok peternak Hidayah Alam yang berjumlah sebelas orang,
pelaksana dan atau penerima manfaat program CD lima aspek (empat orang), dan
penerima program SDP (satu orang). Nama informan dan responden disamarkan
untuk menjaga kerahasiaan identitas.
3.5. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari pendekatan kualitatif diolah melalui tiga tahap
analisis data kualitatif, yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Sugiyono (2008) mendefinisikan tahap-tahap analisis data sebagai
berikut:
1. Reduksi data: merangkum, memilih, memfokuskan pada hal-hal penting;
2. Penyajian data: menyajikan data dalam bentuk uraian singkat; dan
3. Penarikan kesimpulan yang menghasilkan temuan baru atas obyek
penelitian.
BAB IV GAMBARAN UMUM PT. INDOCEMENT DAN DESA NAMBO
4.1. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Unit Citeureup 4.1.1. Sejarah Perusahaan dan Peristiwa Penting9
PT. Indocement adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia
yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu, termasuk produk semen
khusus. PT. Indocement didirikan pada tahun 1985 dan dioperasikan secara
terpadu dengan total kapasitas produksi terpasang sebesar 17.1 juta ton semen per
tahun.
PT. Indocement saat ini mengoperasikan dua belas pabrik, sembilan di
antaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon,
Jawa Barat; dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Sejak tahun 2005,
PT. Indocement telah melakukan diversifikasi produk dengan meluncurkan Semen
Komposit Portland (Portland Composite Cement/PCC). PT. Indocement juga
memproduksi berbagai jenis semen lainnya, yaitu Semen Ordinary Portland Tipe
I, Tipe II dan Tipe V, serta Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement) dan Semen
Putih. Sampai saat ini, PT. Indocement merupakan satu-satunya produsen Semen
Putih di Indonesia. Produk-produk PT. Indocement tersebut dipasarkan dengan
merek dagang ‘Tiga Roda’.
Pada tahun 2001, HeidelbergCement Group, salah satu produsen semen
terkemuka di dunia yang berpusat di Jerman dan beroperasi di lima puluh negara,
menjadi pemegang saham mayoritas PT. Indocement. Sejak itu, PT. Indocement
bertekad untuk memulihkan kondisi keuangan yang sehat seperti sebelum
terjadinya krisis keuangan di Asia. Untuk mencapai hal tersebut, dan dengan
dukungan HeidelbergCement Group, PT. Indocement kembali memfokuskan
kegiatannya pada bisnis inti sebagai produsen semen, beton siap-pakai dan
agregat. Sejak tahun 2006 hingga saat ini, PT. Indocement telah berhasil mencapai
kondisi keuangan yang sehat.
Pada tahun 2007, PT. Indocement menyelesaikan proyek modifikasi
Pabrik ke-8 di Citeureup, yang memberikan tambahan kapasitas produksi
terpasang sebesar 600.000 ton semen per tahun. Hal ini memungkinkan PT.
9 Sumber: CSR Department File, 2009, setelah ditulis kembali oleh peneliti.
25
Indocement meningkatkan volume penjualan secara signifikan pada 2008 untuk
memenuhi permintaan pasar yang meningkat. Sebagai bagian dari program
tanggung jawab sosial perusahaan, PT. Indocement berhasil mengembangkan
lebih dari 170 hektar perkebunan jarak (Jatropha Curcas) pada lahan bekas
penambangan batu kapur. PT. Indocement juga berhasil memprakarsai proyek
pengolahan sampah rumah tangga dalam skala kecil untuk masyarakat di sekitar
Pabrik Citeureup dan Cirebon. Sampah yang diproses dapat digunakan sebagai
bahan bakar biomassa yang menghasilkan energi pada proses produksi, dan juga
menghasilkan kompos.
Saham PT. Indocement tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan nilai
kapitalisasi sebesar Rp16.934 miliar pada akhir tahun 2008. Per tanggal 31
Desember 2008, jumlah karyawan PT. Indocement adalah 6.179 orang. PT.
Indocement telah mengalami beberapa tahap perubahan dari tahun ke tahun.
Tahun-tahun penting perubahan PT. Indocement adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1985, PT. Indocement didirikan melalui penggabungan usaha enam
perusahaan yang terdiri dari delapan pabrik semen;
2. Tahun 1989, PT. Indocement menjadi perusahaan publik dan mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Indonesia;
3. Tahun 1991, PT. Indocement mengakuisisi Pabrik ke-9 di Palimanan,
Cirebon, Jawa Barat, dengan kapasitas produksi terpasang 1.3 juta ton
semen per tahun; penyelesaian pembangunan terminal semen Surabaya;
dan memulai usaha Beton Siap-Pakai;
4. Tahun 1996, Pabrik ke-10 di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, selesai
dibangun dengan kapasitas produksi terpasang 1.3 juta ton semen per
tahun;
5. Tahun 1999, Pabrik ke-11 di Citeureup, Bogor, Jawa Barat, selesai
dibangun dengan kapasitas produksi terpasang 2.6 juta ton semen per
tahun;
6. Tahun 2000, pengambilalihan PT. Indo Kodeco Cement (Pabrik ke-12)
melalui penggabungan usaha dengan kapasitas produksi terpasang 2.6 juta
ton semen per tahun;
26
7. Tahun 2001, HeidelbergCement Group menjadi pemegang saham
mayoritas melalui anak perusahaannya, Kimmeridge Enterprise Pte. Ltd;
8. Tahun 2003, Kimmeridge Enterprise Pte. Ltd. mengalihkan kepemilikan
sahamnya di PT. Indocement kepada HC PT. Indocement GmbH;
9. Tahun 2005, meluncurkan produk PCC ke pasar Indonesia; penggabungan
usaha antara HC PT. Indocement GmbH dengan HeidelbergCement
South-East Asia GmbH, di mana yang disebutkan terakhir menjadi
pemegang saham langsung PT. Indocement;
10. Tahun 2006, melakukan pembiayaan kembali untuk menggantikan Master
Facilities Agreement yang berlaku efektif sejak Desember 2000;
HeidelbergCement South-East Asia GmbH melakukan penggabungan
usaha dengan HeidelbergCement AG, yang menguasai 65.14 persen
kepemilikan saham di PT. Indocement;
11. Tahun 2007, modifikasi Pabrik ke-8 di Citeureup yang menambah
kapasitas produksi terpasang sebesar 600.000 ton semen per tahun;
membeli 51 persen saham PT Gunung Tua Mandiri, sebuah perusahaan
tambang agregat yang terletak di Rumpin, Jawa Barat;
12. Tanggal 4 Maret 2008, PT. Indocement menerima penghargaan dari
Forum Wartawan Harian Bogor;
13. Tanggal 16 Maret 2008, PT. Indocement menerima Emisi Reduksi yang
Disertifikasi (Certified Emission Reduction/CER) untuk pertama kalinya
dalam kerangka Mekanisme Pembangunan Bersih untuk proyek
penggunaan bahan bakar alternatif;
14. Bulan Juni 2008, PT. Indocement menerima pembayaran pertama atas
penjualan CER ke Prototype Carbon Fund-Perusahaan Afiliasi dari World
Bank;
15. Tanggal 12 Juni 2008, PT. Indocement menerima IMAC Award
(Indonesia’s Most Admired Companies) Award untuk ketiga kalinya,
sebagai “The Best Performance Company Image” untuk kategori industri
semen di Indonesia dari Frontier Consulting Group dan majalah Business
Week;
27
16. Tanggal 31 Juli 2008, PT. Indocement menerima Penghargaan Program
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) untuk periode 2006-
2007, dengan meraih peringkat Hijau untuk Pabrik Citeureup dan Biru
untuk Pabrik Cirebon;
17. Tanggal 4 Agustus 2008, PT. Indocement menerima penghargaan sebagai
“Seven Best Managed Companies in Indonesia 2008”, dari majalah
Finance Asia, Hongkong;
18. Tanggal 6 Agustus 2008, Semen “Tiga Roda” meraih “Top Brand Award
2008” dari Frontier Consulting Group dan majalah Marketing;
19. Tanggal 11 September 2008, PT. Indocement menerima “The Value of
Creator Award” untuk kedua kalinya, dari majalah SWA dan Stern
Steward & Co. Management Consultant;
20. Tanggal 5 November 2008, PT. Indocement menerima penghargaan
sebagai “5 Terbaik dalam Pelaporan Keuangan Indonesia 2008” untuk
kategori industri manufaktur, yang diberikan oleh Fakultas Ekonomi –
Universitas Indonesia bekerjasama dengan Bapepam-LK dan lembaga
lainnya;
21. Tanggal 11-13 November 2008, Dua Gugus Kendali Mutu (“GKM”) PT.
Indocement berhasil meraih medali emas (dengan nilai tertinggi) dan
medali “Prime Gold” (medali peringkat tertinggi yang baru pertama kali
diberikan kepada GKM di Indonesia) dalam Konvensi Mutu Indonesia
2008;
22. Tanggal 19 November 2008, PT. Indocement untuk pertama kalinya
menyelenggarakan “PT. Indocement Awards”, suatu kompetisi
penganugerahan berskala nasional;
23. Tanggal 26 November 2008, PT. Indocement menerima Anugerah
Business Review dari majalah Business Review;
24. Tanggal 28 November 2008, Dalam rangka restrukturisasi internal,
HeidelbergCement AG (Jerman)-pemegang saham utama PT. Indocement
- mengalihkan seluruh sahamnya di PT. Indocement kepada Birchwood
Omnia Limited (Inggris), yang dimiliki 100 persen oleh
HeidelbergCement Group;
28
25. Tanggal 23 Februari 2009, PT. Indocement berhasil meraih tiga
penghargaan pada “Indonesia CSR Awards 2008” yaitu: Penghargaan
Emas dan Penghargaan Terbaik Pertama untuk sektor industri dan
manufaktur dalam kategori bidang sosial dan lingkungan; dan
26. Tanggal 15 Oktober 2009, PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk meraih
peringkat Emas dari hasil penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) kurun waktu 2008-2009 yang
dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). PT. Indocement
dengan pabrik yang berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat menjadi
satu-satunya yang berperingkat Emas dari 627 perusahaan yang dinilai
PROPER oleh KLH.
4.1.2. Visi, Misi, dan Moto PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk10 Aktivitas PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk selalu dilakukan dengan
landasan visi dan misi yang dimiliki oleh perusahaan. Visi PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk adalah menjadikan perusahaan sebagai pemimpin pasar
semen dalam negeri yang berkualitas. Sementara itu, misinya adalah kami
berkecimpung dalam bisnis penyediaan papan, bahan bangunan dan jasa terkait
yang bermutu dengan harga kompetitif dan tetap memerhatikan pembangunan
berkelanjutan.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk juga memiliki motto perusahaan
yang dapat dilihat selalu tertera di setiap sudut lokasi perusahaan. Moto PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tersebut adalah turut membangun kehidupan
bermutu (better shelter for a better life).
Visi, misi, dan moto perusahaan tersebut selalu dijadikan pijakan bagi
setiap karyawan perusahaan dari berbagai tingkatan dalam menjalankan aktivitas
perusahaan ini.
4.1.3. Corporate Social Responsibility Department (CSR Department) Peraturan pemerintah mengenai Undang-Undang PT. Indocement Terbatas
(UU PT) Pasal 74 ayat 1 Tahun 2007 yang merupakan perubahan atas UU tentang
10 Loc.cit.
29
PT. Indocement Terbatas No.1 Tahun 1995 menyebutkan bahwa setiap PT.
Indocement yang menjalankan kegiatan usaha yang berkaitan dengan pengelolaan
sumber daya alam diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan tanggung jawab
sosial dan lingkungan dengan aturan yang disebutkan dalam ayat-ayat berikutnya.
Berdasarkan peraturan tersebut, maka kewajiban PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk sebagai salah satu produsen terbesar di Indonesia juga wajib
melakukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Oleh karena itu, PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki suatu bagian dari organisasi
perusahaan yang dikhususkan untuk menangani segala kegiatan yang terkait
dengan kewajibannya sebagai perusahaan ekstraktif tersebut. Bagian yang khusus
menangani kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan adalah Corporate Social
Responsibility Department (CSR Department). CSR Department berada di bawah
divisi Corporate Human Resources Development yang merupakan bagian dari
perusahaan yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan meningkatkan
hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat yang berada di
lingkungan sekitar perusahaan.
Misi CSR PT. Indocement adalah menjalankan seluruh kegiatan usaha
dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome community)
dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan (environment friendly) dengan
tetap memperhatikan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan (sustainable
development). Visi CSR PT. Indocement adalah membangun kepentingan
perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunitas, khususnya
komunitas lokal di mana perusahaan beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang
harmonis.
Ranah kerja CSR Department berdasarkan visi dan misi tersebut adalah
sebagai departemen yang menghubungkan antara perusahaan dengan masyarakat
dilandasi dengan dasar pengembangan masyarakat dengan salah satu kewajiban
yang harus dilakukan adalah memberi pendidikan kepada warga masyarakat
sekitar mengenai hak dan kewajiban yang dimiliki oleh masing-masing pihak.
Selain itu, CSR Department memiliki tugas utama yakni menjalankan proyek
CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan. CSR Department selalu
melaksanakan proyek-proyek CSR dengan landasan konsep triple bottom line,
30
yakni konsep yang menggambarkan kewajiban perusahaan yang harus
bertanggung jawab terhadap keseimbangan aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Pelaksanaan gagasan-gagasan tanggung jawab sosial perusahaan oleh
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk bertujuan untuk memberikan mata
pencaharian, perhatian dan perlindungan yang layak bagi masyarakat dan
lingkungannya untuk memastikan keberlangsungan pertumbuhan serta
kesejahteraan bagi generasi berikutnya (CSR Department file, 2009).
Pelaksanaan kegiatan CSR oleh perusahaan ini juga terinspirasi oleh
tujuan pembangunan milenium (Millenium Development Goals) yang dicetuskan
oleh PBB pada tahun 2000, selain didasarkan pada konsep triple bottom line. PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk juga memiliki kerangka lima aspek
pembangunan berkelanjutan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan program
CSR oleh perusahaan ini. Kerangka lima aspek tersebut terdiri dari bidang
pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial-budaya-agama, dan keamanan.
Skema dari struktur organisasi CSR Department yang berada di unit
Citereup dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Struktur Organisasi Departemen CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Unit Citeureup Tahun 2009
Sumber: Intranet Departemen CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
CSR Organization Chart Citeureup Unit
CSR Department Head
CD Section Head SDP Section Head
CD Officer
Jr. CD Officer
CD Coordinators
Jr. Data Analyist
SDP Officer
Project Leader
31
CSR Department Head bertugas untuk mengkoordinasikan seluruh
program CD dan SDP di tiap section. SDP Section terdiri dari SDP officer
(berperan dalam pelaksanaan proyek yang berkelanjutan, seperti bengkel dan
peternakan) dan Jr. Data Analist (berperan dalam pengumpulan dan analisis data
SDP). Comdev Section terdiri dari CD Officer (berperan dalam pelaksanaan
program lima aspek, yaitu pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial, budaya,
agama, dan keamanan), Jr. CD Officer (berperan dalam pengumpulan dan analisis
data), dan CD Coordinator (berperan dalam pengawasan pelaksanaan program di
desa setiap harinya).
Informasi dalam CSR Department File tahun 2009 yang berjudul Sekilas
PT. Indocement, menjelaskan bahwa kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan
yang dilaksanakan oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berhasil mencapai
suatu terobosan baru dalam dunia usaha pada tahun 2007, yakni ketika perusahaan
ini berhasil menyelaraskan kepentingan konservasi lingkungan dengan sumber
bahan bakar alternatif dan pembangunan komunitas. Aktivitas tanggung jawab
sosial yang dilakukan oleh perusahaan terpusat pada empat proyek yang berbeda,
antara lain bertujuan untuk memberikan peluang kerja pada wilayah dengan
kesempatan kerja yang langka, menawarkan pendapatan bagi orang yang tidak
memiliki penghasilan, mengubah pola pikir masyarakat tentang kebersihan dan
sanitasi di dalam dan sekitar desa mereka, dan membuka peluang untuk
menggalang keterlibatan dan pengembangan masyarakat pada kegiatan yang
memiliki nilai ekonomis dan memberi manfaat sosial yang berkelanjutan dalam
jangka panjang.
4.2. Desa Binaan PT. Indocement11 PT. Indocement memiliki dua belas desa binaan dalam pelaksanaan CSR-
nya yaitu Desa Gunung Putri, Citeureup, Puspanegara, Lulut, Leuwi Karet,
Nambo, Bantarjati, Tarikolot, Gunung Sari, Pasir Mukti, Tajur, dan Hambalang.
Penentuan dua belas desa binaan ini didasarkan pada kedekatan geografis letak
PT. Indocement dengan desa, asas manfaat (PT. Indocement menggunakan
potensi desa sebagai bahan baku operasional perusahaan), dan desa yang dilewati
11 Loc.cit.
32
jalur conveyor. Semua desa binaan PT. Indocement ini mendapatkan program-
program yang disesuaikan dengan potensi desanya. Dalam pelaksanaan program-
program CSR-nya, PT. Indocement memperhatikan potensi desa terkait, seperti
jumlah penduduk terkait dengan jumlah pengangguran/angkatan kerja yang ada
dan luas wilayahnya. Luas wilayah dan populasi dua belas desa binaan PT.
Indocement dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Luas Wilayah dan Populasi Dua Belas Desa Binaan PT. Indocement Tahun 2009
No Desa Luas wilayah (hektar) Populasi (jiwa) 1 Citeureup 311 16.532 2 Tarikolot 252 11.301 3 Tajur 563 10.340 4 Hambalang 4270 10.644 5 Puspanegara 115 18.804 6 Gunung Sari 374,7 12.190 7 Pasir Mukti 194.211 8.055 8 Bantar Jati 1.198,4 7.121 9 Nambo 1.014,4 8.890 10 Lulut 1.396,1 12.902 11 Leuwikaret 2.651 6.154 12 Gunung Putri 308.915 14.159
Total 515.271,5 137.092 Sumber: CD Profile for media 2009
Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan serta jumlah total penduduk yang
bekerja di desa binaan PT. Indocement dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Binaan PT. Indocement Menurut Jenis
Kelamin dan Jumlah Orang Yang Bekerja Tahun 2009 No Desa Binaan Jumlah laki-
laki Jumlah perempuan
Jumlah orang yang bekerja
1 Bantarjati 3604 3517 2292 2 Citeureup 8747 7785 7227 3 Gunung Putri 7173 6986 3800 4 Gunungsari 6189 6001 4028 5 Hambalang 5464 5180 2004 6 Leuwikaret 3222 2932 396 7 Lulut 6732 6170 3867 8 Nambo 4537 4353 4842 9 Pasir Mukti 3830 4225 1950
10 Puspanegara 9577 9227 8720 11 Tajur 5544 4796 0 12 Tarikolot 6177 5124 1968
Total 70796 66296 41094 Sumber Data : SSCD File 2009
33
4.3. Desa Nambo 4.3.1. Kondisi Geografis12
Desa Nambo merupakan salah satu desa binaan PT. Indocement di
Wilayah Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor, memiliki luas: 1.014,35
hektar, yang terbagi menjadi dua Dusun, delapan Rukun Wilayah (RW) dan
delapan belas Rukun Tetangga (RT) yang berbatasan dengan:
1. Sebelah utara : Desa Tanjung Udik (Kecamatan Gunungputri)
2. Sebelah timur : Desa Kembangkuning
3. Sebelah selatan : Desa Lulut (Kecamatan Klapanunggal)
4. Sebelah barat : Desa Bantarjati
Jarak kantor desa ke pusat pemerintahan cukup dekat, karena letak kantor
Desa Nambo yang dekat dengan jalan besar, seperti yang terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jarak Kantor Desa ke Pusat Pemerintahan Jarak Kantor ke Km
Ibu Kota Kecamatan 6 Ibu Kota Kabupaten 16 Ibu Kota Provinsi 182 Ibu Kota Negara 54
Sumber: Data Demografi Desa Nambo Tahun 2009
Pemanfaatan lahan di Desa Nambo sebagian besar digunakan untuk ladang,
perumahan, dan sawah, seperti terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Pemanfaatan Lahan di Desa Nambo Tahun 2009 No. Kegunaan dan Pemanfaatan Tanah Luas (hektar)
1 Perumahan 340 2 Sawah 150 3 Ladang/huma 700
Sumber : Data Demografi Desa Nambo Tahun 2009
4.3.2. Kondisi Demografis Jumlah penduduk Desa Nambo tahun 2009 tercatat sebanyak 8.843 orang
(Lampiran 1). Jumlah penduduk Desa Nambo yang telah berpendidikan tinggi
hanya sedikit, yaitu 3 orang lulusan perguruan tinggi, 62 orang lulusan SMA, 123
orang lulusan SLTP, dan 162 orang lulusan SD (Lampiran 2). Pada umumnya,
12 Sumber : Data Demografi Desa Nambo Tahun 2009
34
mata pencaharian masyarakat Desa Nambo bergerak dalam usaha industri kecil
sebanyak lima unit dan usaha pertanian/peternakan/perikanan 552 unit. Berikut
data demografi ekonomi Desa Nambo 2009 (Lampiran 3).
Jumlah pengangguran di Desa Nambo cukup banyak. Hal ini tidak terlepas
dari minimnya jumlah lapangan pekerjaan yang ada di Desa Nambo. Berikut
adalah data jumlah penduduk usia produktif dan orang bekerja Desa Nambo pada
Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah penduduk usia produktif, orang bekerja, dan jumlah pengangguran di Desa Nambo tahun 2009
No RW Jumlah Usia Produktif (18-50 tahun)
Jumlah Orang Bekerja
Jumlah Pengangguran (orang)
1 01 705 471 234 2 02 1097 439 558 3 03 798 79 719 4 04 851 340 511 5 05 939 376 563 6 06 775 310 465 7 07 473 189 284 8 08 538 215 323 Jumlah 6176 2419 3657
Sumber : Data Demografi Desa Nambo Tahun 2009
Tingkat kesehatan yang terdapat di Desa Nambo cukup tinggi. Hal ini
terlihat dari tidak adanya balita yang mengalami gizi buruk dari total jumlah balita
1053 orang (Lampiran 4). Fasilitas sosial, budaya, dan agama serta fasilitas
olahraga di Desa Nambo dapat dikatakan cukup banyak, seperti jumlah masjid
sebanyak 19 buah, jumlah lapangan voli sebanyak 4 buah, dan jumlah LINMAS
sebanyak 34 orang (Lampiran 5).
4.4. Ikhtisar PT. Indocement merupakan sebuah perusahaan semen besar yang
mempunyai konsep triple bottom line (ekonomi, sosial, dan lingkungan) dan
konsep lima aspek (ekonomi, pendidikan, keamanan, kesehatan, dan sosial,
budaya, serta agama) yang sangat baik. Hal ini didasarkan oleh keberhasilan yang
diraih oleh perusahaan ini tidak hanya dalam hal memperoleh
keuntungan/produktivitas yang tinggi, tetapi juga meraih berbagai penghargaan
35
yang terkait dengan kepedulian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Salah
satu penghargaan yang terbaru adalah PT. Indocement meraih Penghargaan Emas
dalam PROPER (Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup) dari Kementrian Lingkungan Hidup tanggal 15 Oktober 2009.
Program pemberdayaan masyarakat telah dilakukan oleh PT. Indocement
di seluruh Desa binaan mereka yang berjumlah dua belas desa binaan.
Pelaksanaan CSR PT. Indocement dilaksanakan oleh departemen khusus, yaitu
Departemen CSR. Desa Nambo merupakan salah satu desa binaan PT.
Indocement yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 8.843 orang. Namun, dari
jumlah total penduduk tersebut, terdapat 3.657 orang yang masih menganggur.
Masalah pengangguran ini terkait tingkat pendidikan yang masih rendah di Desa
Nambo. Menurut data kependudukan Desa Nambo tahun 2009, tercatat hanya 3
orang lulusan Universitas, 62 orang lulusan SLTA, 123 lulusan SLTP, dan 162
orang lulusan SD.
BAB V JENIS PROGRAM CSR
PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA
Program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Indocement didasarkan atas
hasil survey kebutuhan masyarakat di lapang, socio demography mapping analize
and review yaitu dengan pemetaan dan survey langsung ke tempat pelaksanaan
CSR, dan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang sudah dianggarkan
tiap tahunnya. Program-program CSR PT. Indocement yang selama ini dijalankan
di dua belas desa binaan mengacu pada kegiatan lima aspek (The Five Pillars) dan
sustainable development project.13 Menurut Pak SUH, konsep lima aspek
(pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, agama, dan keamanan) telah
dilaksanakan PT. Indocement sejak tahun 2001 di bawah divisi security. Kegiatan
yang dilaksanakan dalam lima aspek ini masih sebatas charity. Akhirnya, pada
akhir tahun 2008 kegiatan CSR PT. Indocement ditambah dengan Sustainable
Development Project yang lebih mengutamakan keberlanjutan proyek CSR.
Program CD lima aspek ini dilaksanakan secara merata di dua belas desa
binaan. Setiap aspeknya memiliki penanggung jawab dari masing-masing staf
Departemen CSR yang akan saling berkoordinasi dengan CD Section Head, yaitu
Ibu LID. Masing-masing program di tiap aspek saling berkaitan, misalnya
program pelatihan peternak ayam petelur yang awalnya termasuk aspek
pendidikan. Namun, setelah program peternak ayam petelur ini disertai dengan
program UMKM dan bekerja sama dengan Bank Mandiri, maka program ini
beralih kepada aspek ekonomi.
Program SDP ini tidak dilaksanakan secara merata di dua belas desa
binaan terkait kebutuhan masyarakat dan potensi desa tempat pelaksanaan
program. Masing-masing dari program ini juga memiliki penanggung jawab dari
staf Departemen CSR yang akan saling berkoordinasi dengan SDP Section Head,
yaitu Pak AYB. Program SDP ini juga berkaitan dengan CD lima aspek, seperti
Program Peternak Ayam Petelur pada aspek pendidikan dan ekonomi14.
13 CSR Department File, 2009. 14 Hasil wawancara dengan Pak SHT pada tanggal 10 Desember 2009, pukul 13.30-14.00
WIB.
37
5.1. Community Development (CD) Program Lima Aspek Community Development (CD) program terdiri dari konsep lima aspek
yang saling berkaitan programnya, yaitu pendidikan, kesehatan, keamanan, sosial,
budaya, agama, dan ekonomi. Program CSR konsep lima aspek ini telah
dijalankan secara merata dan seragam oleh PT. Indocement di dua belas desa
binaan.
5.1.1. Pendidikan Semua program pendidikan PT. Indocement ditujukan untuk
meningkatkan indeks pembangunan manusia di desa-desa binaan sekitar wilayah
operasi PT. Indocement. Program-program tersebut meliputi pembangunan dan
renovasi gedung-gedung sekolah (SD, SMP, dan SMA) yang berupa yayasan PT.
Indocement dan berjumlah masing-masing satu sekolah di tiap desa binaan dan
beasiswa Yasmen dengan rincian dua belas orang anak berprestasi dari tiap
angkatan pada tingkat SLTA. Di samping itu, PT. Indocement melalui Yayasan
PT. Indocement juga menyelenggarakan pendidikan formal dengan memilki dan
mengelola dua buah SLTP dan satu buah SMA di Bogor, satu Kelompok Bermain
(Play Group), satu Taman Kanak-kanak, satu SLTP dan satu SMA di Tarjun,
Kotabaru, Kalimantan Selatan.
PT. Indocement juga memberikan pembagian dana anak asuh (SD dan
SLTP/MTs, SMU kelas 1, 2, 3) sebanyak tiga puluh orang, pelatihan lele yang
diikuti oleh delapan belas orang dari dua belas desa binaan, pelatihan OMETRIC
(otomotif, mesin, dan elektrik) yang diikuti oleh empat orang pada tahun 2009,
dan pelatihan peternak ayam petelur yang diikuti oleh 22 orang dari dua belas
desa binaan. PT. Indocement juga memberikan bantuan seragam sekolah, seperti
seragam, tas, sepatu, buku, pensil, pulpen, dan tempat pensil kepada 240 anak di
dua belas desa binaan.
5.1.2. Ekonomi PT. Indocement mencoba memberdayakan masyarakat sekitar operasi PT.
Indocement dengan membangun usaha kecil dan menengah, yang disesuaikan
dengan potensi yang ada di desa-desa binaan tersebut. Usaha-usaha pemberdayaan
itu mencakup serangkaian pelatihan, bimbingan dan arahan tentang bagaimana
38
mengembangkan bisnis mereka itu serta bantuan modal usaha, sehingga banyak
diantara mereka telah menjadi unggulan di bidangnya masing-masing, seperti
peternakan ayam.
Program peternakan ayam merupakan salah satu program yang
mendapatkan bantuan modal bergulir dari PT. Indocement. Peternak yang telah
mendapatkan modal bergulir ini berjumlah enam orang dari Desa Nambo, yaitu
Bapak SAN, GUM, SAL, SUL, AMN, dan Pak ROH, di mana masing-masing
orang mendapatkan seratus ekor ayam Arab senilai Rp5.000.000,00 dan
seluruhnya berhasil mengembalikan pinjaman. Jika pengajuan pinjaman modal
melebihi lima juta rupiah, maka PT. Indocement akan memfasilitasi pinjaman
dengan Bank Mandiri.
5.1.3. Kesehatan PT. Indocement bekerja sama dengan Puskesmas milik pemerintah,
mengelola Puskesmas keliling guna memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat sekitar wilayah operasi PT. Indocement. Puskesmas keliling ini
beroperasi minimal satu kali dalam satu bulan di tiap desa binaan.
PT. Indocement juga membangun fasilitas-fasilitas kesehatan seperti
puskesmas pembantu yang didirikan masing-masing satu buah di tiap desa binaan.
Selain itu, PT. Indocement juga melakukan operasi katarak sejumlah lima belas
orang dari dua belas desa binaan dan operasi khitanan sejumlah tiga puluh orang
dari dua belas desa binaan secara gratis, bekerja sama dengan dokter dari dinas
kesehatan.
5.1.4. Sosial, Budaya, Agama, Olahraga PT. Indocement membangun berbagai infrastruktur, seperti betonisasi
jalan lingkungan yang dilakukan di tiap desa binaan dan masjid sejumlah satu
buah di desa-desa binaan sekitar operasi PT. Indocement. PT. Indocement juga
memberikan pembinaan kepada generasi muda melalui pemberian bantuan dana
untuk kegiatan olah raga sejumlah dua juta rupiah untuk tiap desa binaan,
pembinaan sepak bola untuk mengikuti kompetisi, dan memelihara budaya lokal,
seperti tarian Degung dan Reog. Selain itu, PT. Indocement juga memberikan
bantuan dana untuk pelaksanaan kegiatan Isra Mi’raj di tiap desa binaan.
39
5.1.5. Keamanan PT. Indocement menggalang kerja sama dengan masyarakat untuk
memelihara suasana aman melalui pembinaan LINMAS. Hal itu dilaksanakan
dengan memberikan pelatihan-pelatihan keamanan kepada masyarakat atau
petugas LINMAS dengan perwakilan dua orang dari tiap RT di dua belas desa
binaan, memberikan seragam kepada petugas LINMAS, menyediakan fasilitas-
fasilitas pendukung dan peralatan, seperti pos keamanan lingkungan dan seragam
petugas keamanan lokal. Selain itu, PT. Indocement juga melakukan rapat
koordinasi minimal tiga bulan sekali untuk membahas keamanan di tiap desa
binaan.
5.2. Sustainable Development Project (SDP) Sustainable Development Project (SDP) merupakan program CSR PT.
Indocement yang terkait dengan proyek besar dan berkelanjutan. Berbeda dengan
program CD lima aspek, SDP ini tidak dilaksanakan secara merata di dua belas
desa binaan PT. Indocement. Hal ini didasarkan atas analisis kebutuhan
masyarakat dan potensi desa tempat program akan dilaksanakan.
5.2.1. Proyek Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas Linn Project) PT. Indocement dalam proyek ini melakukan konservasi lahan bekas
penambangan batu kapur yang berlokasi di Citeureup, Cirebon, dan Tarjun,
menjadi perkebunan seluas 30 hektar yang ditanami dengan lebih dari 75000
pohon jarak yang kaya akan kandungan minyak. Proyek ini dilakukan dengan
bermitra dengan Institut Pertanian Bogor. Selama tahun 2008, Indocement
menanam lebih dari 90000 bibit di tiga lokasi pabriknya, memperluas total lahan
perkebunan pohon jarak yang ditanami sehingga menjadi lebih dari 170 hektar
pada akhir tahun 2008. Proyek ini telah memadukan usaha konservasi lingkungan
dengan program pembangunan masyarakat. Perkebunan tersebut telah
merehabilitasi sebagian dari areal bekas penambangan perusahaan. Hasil
panennya diharapkan mengurangi biaya bahan bakar, karena biji-biji jarak itu
dipakai sebagai bahan bakar alternatif dalam proses pembakaran.
40
5.2.2. Proyek Pengolahan Sampah (Waste-to-Energy Project) Proyek ini membantu kebersihan lingkungan dengan memanfaatkan
sampah skala rumah tangga yang dikelola dan diolah menghasilkan biomasa dan
kompos yang dilaksanakan di Desa Puspanegara, Citeureup. Biomassa
dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif bagi perusahaan dan kompos
digunakan sebagai pupuk organik untuk kebun jarak pagar. Proyek pengolahan
sampah menjadi energi ini bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dan Unit
Pelayanan Kebersihan Kecamatan. Hasil dari program ini masyarakat sekitar
terbantu kebersihan lingkungannya, pemberdayaan masyarakat, hasil biomassa
dan kompos mempunyai nilai ekonomis yang sekarang dijual di PT. Indocement.
Pengelolaan sampah rumah tangga ini diselenggarakan bersama Kepala
Desa dan masyarakat sekitar pabrik untuk mengetahui manfaat pengolahan
sampah tersebut. Mereka tidak hanya memperoleh lingkungan yang bersih dan
sehat, tetapi juga mendapatkan manfaat ekonomis dengan mengumpulkan dan
mengolah sampah rumah tangga mereka secara benar. Pengolahan ini
menghasilkan biomassa digunakan sebagai bahan bakar alternatif, sedangkan
kompos digunakan sebagai pupuk organik. Semua hasil pengolahan sampah
mempumyai nilai ekonomis. Manfaat lebih besar yang terkait dengan proyek
pengolahan limbah ini yaitu respon positif masyarakat atas inisiatif dan yang lebih
penting lagi, kesadaran yang lebih tinggi akan nilai suatu lingkungan yang bersih
dan sehat di sekeliling tempat tinggal mereka. Hal ini terlihat dari jumlah warga
yang mengikuti program ini, dengan rincian Unit Pelayanan Kebersihan (UPK)
Puspanegara melayani 22 RT tersebar di Karang Asem Barat, Puspanegara,
Citeureup dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1672 KK. UPK
mampu menyerap tenaga kerja enam belas orang berasal dari Citeureup,
Puspanegara.
PT Indocement Tunggal Prakarsa telah memiliki dua fasilitas
pengumpulan dan pengolahan sampah rumah tangga yang didirikan di Citeureup
dan Cirebon hingga saat ini. Setiap hari, kedua fasilitas tersebut memproduksi
hingga 1.7 ton sampah yang dikonversi sebagai biomassa dan kompos. Meskipun
jumlah bahan bakar yang berasal dari biomassa tak berarti bila dibandingkan
dengan energi total yang dibutuhkan perusahaan, namun ada manfaat lebih besar
41
yang terkait dengan proyek pengolahan limbah ini yaitu respon positif masyarakat
atas inisiatif dan yang lebih penting lagi, kesadaran yang lebih tinggi akan nilai
suatu lingkungan yang bersih dan sehat di sekeliling tempat tinggal mereka.
5.2.3. Ulat Sutera Proyek Penelitian dan Produksi Kokon Ulat Sutera dari pakan daun jarak
berkerjasama dengan Environmental Biology Network, IPB. Tujuan proyek
pengembangan masyarakat ini yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri,
dengan antara lain mengembangkan budidaya ulat sutra yang dapat menghasilkan
kokon sebagai bahan baku pembuatan kain tenun.
Proyek ini salah satunya bertujuan untuk memanfaatkan kembali daun
jarak yang telah ditanam untuk dijadikan pakan ulat sutera. Beberapa bulan yang
lalu, proyek ini menemui kegagalan karena ternyata ulat sutera yang diberi makan
dari daun jarak mati, sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut terkait pakan ulat
sutera ini.
5.2.4. Biogas PT. Indocement saat ini telah membantu masyarakat dua belas desa
binaaan berupa pemanfaatan energi yang dihasilkan dari kotoran sapi yang diubah
menjadi biogas. Dengan syarat masyarakat mempunyai ternak sapi minimal tiga
ekor. Proyek ini bertujuan membantu masyarakat yang terkena dampak dari harga
BBM naik yang mengakibatkan daya beli masyarakat berkurang. Semua proyek
ini bertujuan untuk pengembangan, peningkatan kualitas hidup, dan kemandirian
masyarakat di dua belas desa binaan. Tujuan program ini antara lain:
1. Mendorong masyarakat berpartisipasi dalam pola hidup sehat, karena jika
kotoran sapi tidak dikumpulkan, maka berpotensi menyebabkan penyakit;
2. Mendorong masyarakat berpartisipasi dalam isu pemanasan global, karena
kotoran sapi juga menyebarkan gas CH4, yang merupakan salah satu gas
rumah kaca dan mempunyai GWP (Global Warming Potential) 21 kali gas
CO2. Dengan demikian memberikan kontribusi positif terhadap
lingkungan;
3. Menghemat pemakaian bahan bakar minyak tanah; dan
4. Memberikan keuntungan ekonomis kepada masyarakat.
42
Biogas sudah terpasang sembilan unit di Desa Bantarjati, Nambo, Tajur,
Pasirmukti, Hambalang, Ginung Sari, Leuwikaret masing-masing satu unit dan
Desa Lulut dua unit.
5.2.5. Bengkel Terpadu Proyek Bengkel Terpadu merupakan satu unit usaha terpadu dan sekaligus
sebagai pusat pelatihan yang diperuntukkan bagi masyarakat, khususnya pemuda
di sekitar lingkungan Pabrik Citeureup. Proyek ini dilaksanakan dalam rangka
pemberdayaan ekonomi masyarakat yang diharapkan mampu menciptakan unit
usaha baru di lingkungan tersebut. Jumlah tenaga kerja yang terlibat sebanyak
sembilan orang terdiri dari kepala bengkel, administrasi, montir, dan satpam yang
berasal dari Desa Lulut, Bantarjati dan Hambalang.
5.2.6. Peternakan Salah satu program pembangunan berkelanjutan dari PT. Indocement
Pabrik Citeureup adalah Peternakan Domba (Pembibitan Domba dan Inkubator
Peternak) yang berlokasi di Desa Hambalang Kecamatan Citeureup, Bogor, yang
saat ini sudah mulai beroperasi.
PT. Indocement Pabrik Citeureup dalam program ini bekerjasama dengan
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB). Peternakan diisi oleh domba
yang didatangkan dari Garut, Jawa Barat pada tanggal 21 Juni 2009 lalu,
sebanyak seratus ekor indukan dan sepuluh ekor pejantan. Proses selanjutnya,
dimulai dengan kegiatan penggemukan dan pengawinan domba, dan dari beberapa
induk sudah melahirkan tujuh anak domba. Jumlah tenaga kerja yang terlibat
sebanyak tiga orang peternak dan satu orang Koordinator Peternak, dibantu oleh
dua orang tenaga ahli dari Fakultas Peternakan IPB.
5.2.7. Mendukung usaha mikro untuk menghasilkan produk kelas dunia PT. Indocement bekerja sama dengan produsen bola sepak terkemuka
yang secara rutin mengekspor bola untuk kompetisi internasional seperti Piala
Dunia, dan menghimpun kelompok masyarakat usia kerja yang sebelumnya
menganggur, untuk menjadi penjahit bola sepak, sementara produsen bola
memberikan pelatihan dan pesanan untuk menjahit bola kulit buatan tangan.
43
5.3. Ikhtisar PT. Indocement dalam menjalankan program CSR di dua belas desa
binaan mempunyai dua jenis program, yaitu CD program lima aspek (pendidikan,
ekonomi, kesehatan, sosial, budaya, agama, dan keamanan) sejak tahun 1985 yang
dilaksanakan secara merata di dua belas desa binaan dan SDP (Sustainable
Development Project) yang dilaksanakan sesuai dengan potensi desa sejak tahun
2008. Program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Indocement didasarkan atas hasil
survey kebutuhan masyarakat di lapang, socio demography mapping analize and
review, dan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang sudah
dianggarkan tiap tahunnya.
Program CD lima aspek dan SDP masing-masing memiliki penanggung
jawab program. Hal ini dikarenakan program ini dapat saling berkaitan, seperti
program peternak ayam petelur yang awalnya merupakan program SDP
(pemberdayaan ekonomi), berkembang menjadi program CD aspek pendidikan
yaitu setelah adanya pelatihan dan aspek ekonomi yaitu setelah adanya program
UMKM.
BAB VI DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CSR
PT. INDOCEMENT TERHADAP MASYARAKAT DESA NAMBO
Masyarakat Desa Nambo sebagai desa binaan PT. Indocement telah
merasakan program CSR PT. Indocement baik dari program CD lima aspek
maupun program SDP. Dari pelaksanaan program CD lima aspek PT. Indocement
di Desa Nambo, dapat dilihat jenis-jenis program yang telah dilaksanakan di Desa
Nambo. Sebagian besar program CSR yang dilaksanakan di Desa Nambo adalah
pembangunan infrastruktur seperti betonisasi jalan, pengaspalan jalan,
pembangunan atau renovasi masjid dan musholla, dan renovasi makam.
Pada bab ini, dijelaskan dampak pelaksanaan program CSR yang
dilaksanakan oleh PT. Indocement di Desa Nambo, yaitu program CD lima aspek
(pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial, budaya, agama, dan keamanan) yang
seragam dilaksanakan di dua belas desa binaan dan sustainable development
project (SDP). Setiap program pada lima aspek mempunyai jenis program yang
banyak, sehingga peneliti hanya membahas program yang dilaksanakan di Desa
Nambo. Program pendidikan dan ekonomi yang dibahas yaitu pelatihan ternak
ayam petelur dan program UMKM untuk ternak ayam petelur ini, program
kesehatan yang dibahas adalah PMT (Pemberian Makanan Tambahan), program
sosial, budaya, dan agama yang dibahas adalah berupa pembangunan infrastruktur
betonisasi jalan Dusun II. Program keamanan yang dibahas adalah pelatihan
LINMAS (Perlindungan Masyarakat) dan program SDP yang dibahas di Desa
Nambo adalah program biogas.
6.1. Dampak Program CSR pada Bidang Pendidikan dan Ekonomi: Program Peternak Ayam Petelur dan Program UMKM
6.1.1. Latar Belakang Program Sejarah program peternak ayam petelur di Desa Nambo ini berawal dari
Pak ROH. Pak ROH (32 tahun) merupakan seorang sarjana Manajemen lulusan
Universitas Ibnu Khaldun yang mengikuti pelatihan ternak ayam Buras di Ciawi
pada tahun 2002. Pelatihan ini diikutinya setelah mendapatkan informasi dari
koran dan untuk mengisi waktu luangnya yang kosong karena masih menganggur
45
setelah lulus kuliah. Setelah mengikuti pelatihan tersebut, Pak ROH membeli 200
ekor ayam kampung pada tahun 2002 pada temannya di Cilodong. Namun,
ternaknya kemudian mati sebanyak 46 ekor. Karena melihat ternaknya mati dan
tidak juga bertelur, atas saran dari temannya di Cilodong, sisa ayam kampungnya
ditukar dengan lima puluh ekor ayam Arab yang merupakan ayam petelur.
Kegiatan usaha beternak ayam petelur ini, sementara ditinggalkan oleh Pak
ROH karena menikah tahun 2002 dan ayamnya diberikan kepada kakaknya di
Desa Nambo. Ternyata setelah ayamnya dipindah dan dipelihara di rumah
kakaknya yang bernama Pak EMD, ayam Arab ini langsung bertelur banyak.
Akhirnya pada tahun 2004, setelah pertemuan dalam BILIKOM (Bina
Lingkungan Komunikasi) antara PT. Indocement dengan warga Desa Nambo, Pak
ROH mengajukan pinjaman modal berupa seratus ekor Ayam Arab senilai lima
juta rupiah kepada PT. Indocement, yang saat itu masih diwakili oleh Pak SUH.
Sistem pengembalian pinjaman tersebut yaitu sekitar Rp500.000,00 setiap
bulannya. Setelah melihat potensi dari usaha ternak ayam petelur yang dilakukan
oleh Pak ROH dan keberhasilan Pak ROH untuk mengembalikan pinjaman dari
PT. Indocement, maka PT. Indocement bersama masyarakat Desa Nambo
berdiskusi dalam forum BILIKOM (Bina Lingkungan Komunikasi) yang secara
rutin dilakukan empat kali dalam setahun di semua desa binaan yang berjumlah
dua belas desa. Hasilnya disepakati untuk melaksanakan program pelatihan ternak
ayam petelur ini. Program pelatihan ini setelah mendapatkan modal dari PT.
Indocement dan Bank Mandiri, kemudian disebut program UMKM.
6.1.2. Pelaksanaan Program Pelaksanaan program ini diawali dengan diskusi dalam forum BILIKOM
dan melakukan social mapping yaitu pemetaan dan survey yang dilakukan oleh
Departemen CSR PT. Indocement untuk mengetahui demografi, kondisi, dan
kebutuhan masyarakat Desa Nambo. Hasilnya adalah masih banyaknya warga
desa usia produktif yang menjadi pengangguran, yaitu 3657 orang (berdasarkan
data demografi Desa Nambo tahun 2009). Berdasarkan social maping Desa
Nambo dan potensi Desa Nambo berupa kemauan besar masyarakatnya untuk
berusaha (modal bergulir) serta tersedianya lahan, maka PT. Indocement
46
merancang program peternak ayam petelur di Desa Nambo.
Program CSR pelatihan peternak ayam petelur ini awalnya dibawah
koordinasi sustainable development project section, CSR Department PT.
Indocement. Saat ini, program peternak ayam petelur ini berada di bawah
koordinasi CD Section yang berdampak pada aspek pendidikan, seperti yang
diinformasikan oleh Pak ROH.
“ Program peternak ayam petelur ini termasuk pada aspek pendidikan dikarenakan oleh program peternak ayam petelur ini meliputi kegiatan pelatihan yang diadakan oleh PT. Indocement di kantor Desa Nambo dan SMI (Sekolah Magang Indocement) untuk dua belas desa binaan.”
Pada aspek pendidikan, program ini bertujuan untuk meningkatkan indeks
pembangunan manusia di Desa Nambo, yaitu dengan meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan masyarakat, serta merubah pola pikir masyarakat untuk dapat
menciptakan lapangan kerja sendiri dengan berusaha. Tujuan ini direalisasikan
dengan pelatihan yang diadakan PT. Indocement pada tahun 2004 di kantor Desa
Nambo diikuti oleh dua puluh orang warga Desa Nambo dengan pelatih/tutor dari
dosen peternakan IPB. Pelatihan yang kedua dilaksanakan oleh PT. Indocement
pada tahun 2009 di Sekolah Magang Indocement dengan jumlah peserta 22 orang
yang mewakili dua belas desa binaan dengan narasumber yaitu Pak ROH (Ketua
LPM Desa Nambo dan Ketua kelompok ternak Hidayah Alam). Materi pelatihan
yang diberikan kepada masyarakat yaitu cara pembuatan pakan, pembuatan
kandang, jamu ayam, dan vaksinasi.
Masyarakat Desa Nambo yang berusaha ternak ayam petelur ini semuanya
tergabung dalam kelompok ternak Hidayah Alam yang diketuai oleh Bapak ROH,
dan beranggotakan sepuluh orang lainnya, yaitu Pak EMN, MAS, JAM, NAN,
AMN, EMD, SAD, ARN, OJN, dan Pak SAL. Saat ini, pekerjaan Bapak ROH
adalah Ketua LPM Desa Nambo, Pak EMN bekerja serabutan mengolah limbah,
Pak MAS bekerja sebagai kuli supir, Pak JAM bekerja di Holcim, Pak NAN
sebagai kuli bangunan, Pak AMN sebagai pemasar Baitul Mal, Pak EMD sebagai
karyawan Metro, Pak SAD sebagai kontraktor, Pak ARN sebagai petani, Pak OJN
sebagai petani, dan Pak SAL sebagai karyawan pabrik beton. Profil lengkap
kelompok ternak Hidayah alam ini dapat dilihat pada Lampiran 6. Namun,
47
kelompok peternak ini kegiatannya tidak seperti kelompok pada umumnya yang
sering bertemu dan berdiskusi merencanakan sesuatu, seperti yang diinformasikan
oleh Pak EMD (35 tahun) yang memiliki 500 ekor ayam.
“Kelompok peternak ini tidak pernah mengadakan pertemuan rutin untuk merencanakan usaha bersama selanjutnya. Tetapi yang dilakukan oleh tiap anggota hanya bertemu Pak Rohim secara langsung di rumahnya dan tidak menentu jadwalnya, biasanya satu minggu satu kali. Karena hanya untuk berkonsultasi tentang usaha ternaknya itu.”
Kelompok Peternak Hidayah Alam ini dibentuk oleh Pak ROH pada tahun
2002 untuk membentuk jaringan pemasaran dan kerja sama antar peternak, serta
untuk mengembangkan usaha ternak ayam petelur setiap anggotanya. Untuk
menjadi anggota kelompok peternak ini tidak dikenakan biaya administrasi apa
pun. Usaha ternak ayam petelur di Desa Nambo dapat terlaksana sampai sekarang
atas peran Pak ROH yang juga merupakan Ketua LPM (Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat) Desa Nambo. Berikut merupakan gambar kandang ayam milik salah
satu peternak (Pak EMD) pada Gambar 3.
Gambar 3. Kandang Ayam Petelur Milik Bapak EMD
Hasil dari pelatihan yang telah dilaksanakan oleh PT. Indocement, Pak
ROH melihat adanya keseriusan, kemauan, dan potensi dari lima orang peserta
pelatihan tersebut, yaitu Pak SAN, GUM, SAL, SUL, dan Pak AMN. Kemudian
Pak ROH menjelaskan kepada lima orang tersebut tentang peluang untuk
mengajukan pinjaman modal ayam kepada PT. Indocement. Akhirnya kelima
48
orang tersebut menerima masing-masing seratus ekor ayam Arab senilai
Rp5.000.000,00 dari PT. Indocement pada tahun 2006 untuk periode
pengembalian pinjaman pada bulan Februari 2006 sampai bulan Januari 2007.
Atas bimbingan Pak ROH, kelima orang tersebut dapat mengembalikan
pinjamannya tepat waktu.
Berusaha ayam petelur, harus memiliki perhitungan yang matang antara
pengeluaran dan penghasilannya. Seperti yang diungkapkan oleh Pak EMN (32
tahun) yang telah memiliki 500 ekor ayam:
“ Untuk mendapatkan 100 ekor ayam Arab yang siap bertelur yaitu yang
berusia empat-lima bulan, dibutuhkan modal lima juta rupiah, karena satu ekornya berharga Rp50.000,00. Dan dari 100 ekor ayam Arab itu, yang produktif untuk bertelur setiap harinya hanya sekitar 70 persen. Maka didapatkan minimal tujuh puluh ekor ayam Arab yang bertelur menghasilkan tujuh puluh butir telur. Harga tiap telurnya Rp1.000,00, sedangkan untuk biaya pakan 100 ekor ayam Arab yaitu 8 kg pakan, dengan harga tiap kg pakannya Rp4.000,00.”
Hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan bersih per hari
adalah penjualan telur (Rp70.000,00) – biaya pakan (Rp32.000,00) – biaya lain-
lain (vitamin dan obat =Rp8.000,00) = Rp30.000,00 per hari. Pendapatan bersih
per bulannya adalah Rp900.000,00 untuk 100 ekor ayam Arab.
Program peternak ayam petelur ini juga berdampak pada aspek ekonomi
setelah adanya program UMKM yang berada di bawah koordinasi CD Section,
seperti yang diinformasikan oleh Pak ROH selaku Ketua LPM Desa Nambo.
“ Program peternak ayam petelur ini termasuk pada aspek ekonomi
karena peternak ayam petelur ini dapat mengajukan pinjaman modal ke PT. Indocement dalam program UMKM yang bekerja sama dengan Bank Mandiri.”
Pendapat yang sama diinformasikan oleh Ibu LID (CD Section Head) tentang
program ternak ayam petelur yang berdampak pada aspek ekonomi.
“ Program ternak ayam petelur ini tergolong dalam aspek ekonomi yaitu
program UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Hal ini dikarenakan adanya bantuan modal dengan sistem pinjaman dari PT. Indocement berdasarkan survey langsung berdasarkan demografi masyarakat. Program ini juga bekerjasama dengan PKBL Bank Mandiri sejak periode Agustus-Desember tahun 2008, di mana pinjaman dengan
49
nilai kurang dari lima juta rupiah dan jangka waktu pengembalian kurang dari satu tahun, akan diberikan pinjaman oleh CD Section CSR Department. Sementara itu, untuk pinjaman dengan nilai lebih dari lima juta rupiah dan jangka waktu pengembalian lebih dari satu tahun, akan diberikan pinjaman oleh Bank Mandiri.”
PT. Indocement dalam program UMKM ini, memberikan insentif modal
untuk beternak telur berupa 100 ekor ayam Arab kepada Pak ROH sebagai Ketua
LPM Desa Nambo pada tahun 2004. Usaha beternak telur ini terus berkembang
dan telah menarik minat tetangga Pak ROH. Hal ini mengakibatkan pada tahun
2006, PT. Indocement kembali memberikan bantuan modal ayam, seperti yang
yang diinformasikan oleh Bapak SUH yaitu
“PT. Indocement kembali memberikan 500 ekor ayam Arab kepada lima
orang warga Desa Nambo, yaitu Bapak SAN, GUM, SAL, SUL, dan AMN, di mana masing-masing orang mendapatkan 100 ekor ayam Arab senilai Rp5.000.000,00 dengan sistem pengembalian selama satu tahun (periode Februari 2006-Januari 2007). Ya, pembayaran setiap bulannya sekitar Rp500.000,00.”
Sejak adanya program PKBL Bank Mandiri ini, tercatat pada Januari 2009 telah
ada dua warga Desa Nambo yang telah menerima pinjaman, yaitu Bapak ROH
sebesar dua puluh juta rupiah dan Bapak EMD sebesar lima juta rupiah.
6.1.3. Dampak Pelaksanaan Program Pelatihan ternak ayam petelur ini diakui oleh masyarakat Desa Nambo
yang tergabung dalam kelompok peternak Hidayah Alam memiliki dampak positif
seperti yang diinformasikan Pak MAS (43 tahun) yang memiliki 400 ekor ayam.
“Program pelatihan peternak ayam petelur ini telah berdampak pada
meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang ayam petelur, sehingga masyarakat dapat berusaha ternak ayam petelur, dan pada akhirnya masyarakat dapat mandiri secara ekonomi.”
Peternak ayam Hidayah Alam ini tidak semuanya merasakan dampak secara
langsung dari CSR PT. Indocement. Peternak yang langsung menerima program
CSR sebanyak enam orang, yaitu Pak ROH, Pak SAL, Pak SAN, GUM, SUL, dan
Pak AMN. Peternak lainnya mengikuti usaha dari Pak ROH sebanyak lima orang,
yaitu Pak EMD, SAD, EMN, OJN, MAS, JAM, NAN, dan Pak ARN.
50
Dampak dari program pelatihan ternak ayam petelur ini secara langsung
adalah memberikan pengetahuan tentang cara pembuatan pakan ayam, pembuatan
kandang, jamu ayam, dan vaksinasi kepada para peserta pelatihan sebanyak 25
orang Desa Nambo. Dampak dari program ini dapat dirasakan oleh peserta
pelatihan dari berbagai level masyarakat, mulai dari masyarakat biasa (di luar
pemerintahan desa yang bekerja sebagai petani atau buruh) hingga pemerintah
desa (Pak ROH-Ketua LPM Desa Nambo). Pola pikir peserta pelatihan juga
mengalami inovasi dengan memikirkan untuk berusaha ayam petelur setelah
mengikuti pelatihan, seperti yang dilakukan masyarakat yang tergabung dalam
kelompok ternak Hidayah Alam.
Persepsi para peserta pelatihan terhadap program CSR PT. Indocement
adalah positif. Seperti yang diutarakan oleh Pak OJN (45 tahun) yang merupakan
seorang petani dan peternak ayam petelur (sejumlah 125 ekor) berikut ini.
“PT. Indocement telah banyak memberikan bantuan kepada Desa Nambo,
sehingga ketika ada program seperti pelatihan dari PT. Indocement, tingkat partisipasi warga untuk mengikuti program tinggi. Ketika mereka mempunyai waktu untuk mengikuti program, maka mereka akan ikut. Saya rasa, ini merupakan timbal balik juga dari masyarakat kepada PT. Indocement. Tidak pernah terjadinya konflik antara masyarakat dengan perusahaan, menjadikan masyarakat menilai objektif terhadap program CSR perusahaan.”
Dampak ekonomi dari program UMKM untuk peternak ayam petelur
terhadap masyarakat Desa Nambo adalah terciptanya lapangan kerja baru bagi
masyarakat yaitu berusaha ternak ayam petelur ini. Lapangan kerja baru ini
berdampak pada menurunnya angka pengangguran di desa, yaitu sebanyak lima
belas orang dari total pengangguran 3657 orang dengan rincian sebelas orang
peternak ayam petelur, tiga orang karyawan peternak, dan seorang
pemasar/distributor. Selain itu, penghasilan warga yang beternak ayam petelur ini
juga meningkat dari usaha ayam petelur ini, seperti diutarakan oleh Pak ARN (60
tahun) yang memiliki ayam sebanyak tiga puluh ekor.
“Penghasilan para peternak tidak hanya dari menjual telur ayam saja,
tetapi juga dengan menjual kotoran ayamnya untuk dijadikan pupuk yang dihargai Rp5.000,00 per karungnya. Rata-rata dalam seminggu (tergantung jumlah ayam) dapat dihasilkan satu karung kotoran. Maka dalam satu bulan kami bisa mendapat tambahan penghasilan sekitar
51
Rp20.000,00. Di sisi lain, dengan harga pupuk yang lebih murah dan berkualitas ini juga dapat menguntungkan para petani, sehingga pendapatan petani pun dapat meningkat.”
Kendala secara umum yang dialami oleh anggota kelompok peternak
Hidayah Alam ini adalah modal untuk mengembangkan usahanya. Dalam hal
pemasaran, hampir semua peternak Hidayah Alam memasarkan telur ke agen
jamu di Pasar Cileungsi dan ada juga yang memasarkan telur melalui Pak ROH.
Sebagaian besar peternak telah mengetahui dari Pak ROH, bahwa terdapat
peluang untuk meminjam modal dari PT. Indocement dan program UMKM dari
PKBL Bank Mandiri. Namun, anggapan bahwa mereka adalah orang bodoh
membuat mereka takut untuk meminjam modal, karena khawatir tidak dapat
mengembalikannya. Seperti yang diinformasikan oleh Pak NAN (46 tahun) yang
memiliki 180 ekor ayam.
“ Masalah saya untuk beternak ayam petelur ini adalah modal. Saya tahu
ada peluang untuk meminjam modal ke PT. Indocement. Tapi, karena saya orang bodoh, SD saja tidak lulus, maka saya takut untuk meminjam. Takut tidak bisa mengembalikannya. Saat pinjam modal memang pegang banyak uang, tetapi besok sudah bingung lagi mau mengembalikan pinjaman seperti apa.”
Usaha beternak ayam petelur ini turut mempengaruhi pola pikir dan pola
hidup dari para peternak ayam petelur yang awalnya hanya bekerja sebagai petani
maupun buruh dan rata-rata berpendidikan tingkat SLTP. Seperti yang
diinformasikan oleh Pak SAD (36 tahun) yang memiliki 190 ekor ayam.
“Pemikiran saya saat ini, ketika mendapatkan hasil lebih dari usaha
beternak, lebih baik digunakan untuk membeli ayam pitik (DOC) lagi atau untuk biaya sekolah anak daripada ditabung. Karena yang namanya beternak ayam resikonya besar dan tak terduga seperti ayam yang mati atau tidak bertelur. Berbeda ketika saya bekerja di Kandang Roda yang sudah pasti penghasilannya setiap bulan.”
Pendapat yang sama diinformasikan oleh Pak AMN (30 tahun) yang memiliki
ayam 80 ekor, seperti berikut ini.
“Usaha beternak ayam itu harus dijadikan sampingan, jangan menjadi
usaha pokok. Karena usaha ayam itu tidak tentu untung dan ruginya. Ya kalau ayam mati dan tidak bertelur pasti hitungannya jadi rugi. Kalau hitungan bersih untuk beternak telur memang untung. Sejak beternak, Saya lebih memilih untuk investasi dengan membelikan ayam.”
52
Perubahan pola pikir peternak di atas dapat dikatakan positif karena
dengan melakukan investasi berupa pembelian bibit ayam, dapat menjaga
keberlanjutan usaha dan tidak bergantung kepada pihak manapun. Namun, seiring
dengan ketidakpastian keuntungan yang diperoleh dari usaha ayam petelur ini
seperti ayam yang mati atau tidak bertelur, maka mayoritas peternak yang
mengalami kerugian mulai mencari pekerjaan yang lebih pasti seperti bekerja di
pabrik. Hal ini mengakibatkan mayoritas dari usaha ternak mereka terlantar atau
diurus oleh istrinya. Tetapi tidak ada yang meninggalkan usaha ternak ini
walaupun mengalami kerugian. Seperti yang diinformasikan oleh Pak JAM (46
tahun) yang merupakan seorang karyawan Holcim dan mempunyai 60 ekor ayam.
“Usaha ayam ini telah menghidupi banyak orang, tidak hanya keluarga
saya tetapi seluruh peternak. Selain itu, usaha ayam ini juga dapat dijadikan sampingan dan tambahan penghasilan.”
Mayoritas dari peternak ayam petelur Hidayah Alam ini sudah berusaha
secara mandiri atau tidak bergantung dengan pihak manapun. Seperti yang
diinformasikan oleh Pak SAL (48 tahun) yang memiliki ayam 50 ekor dan pernah
mengajukan pinjaman kepada PT. Indocement.
“ Ketergantungan itu muncul ketika kami ingin memulai usaha ini, yaitu
dengan mengajukan pinjaman modal berupa ayam kepada PT. Indocement. Setelah berhasil mengembalikan pinjaman dan memperoleh keuntungan, maka kami memilih untuk memutarkan keuntungan tersebut sebagai investasi dengan membelikan ayam kembali, sehingga keuntungan yang diperoleh akan semakin besar.”
Dampak program UMKM PT. Indocement terhadap penerima program
(enam orang peternak) adalah bantuan modal awal untuk beternak dan modal
untuk mengembangkan usaha ternaknya. Program ini tidak menimbulkan
ketergantungan masyarakat terhadap perusahaan, karena walaupun perusahaan
memberikan modal untuk berusaha, peternak yang meminjam modal harus
berpikir cara untuk mengembalikannya, yaitu dengan melakukan investasi atau
memutar kembali modal mereka. Tidak pernah terjadinya konflik antara
masyarakat dengan perusahaan, menjadikan masyarakat menilai objektif terhadap
program CSR perusahaan. Dampak dari program ini dapat dirasakan oleh berbagai
level masyarakat, mulai dari masyarakat biasa (di luar pemerintahan desa yang
53
bekerja sebagai petani dan buruh) hingga pemerintah desa (Pak ROH-Ketua LPM
Desa Nambo). Hal ini terlihat pada peternak ayam petelur yang berasal dari
berbagai kalangan, seperti Pak SAD yang merupakan pengangguran, Pak JAM
yang merupakan karyawan PT. Holcim, dan Pak ROH sebagai Ketua LPM.
6.2. Dampak Program CSR pada Bidang Kesehatan: Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
6.2.1. Latar Belakang Program Salah satu bidang pelaksanaan kegiatan CSR yang menjadi sasaran PT.
Indocement adalah bidang kesehatan. Secara umum, program CSR PT.
Indocement di bidang kesehatan merupakan bentuk partisipasi perusahaan dalam
program pemerintah yakni membangun manusia Indonesia yang sehat, sedangkan
tujuan khusus dari pelaksanaan program CSR di bidang ini adalah untuk
memberikan sarana dan prasarana serta fasilitas kesehatan sebagai usaha
peningkatan kesehatan masyarakat desa binaan. PT. Indocement melihat bahwa
kesehatan masyarakat merupakan salah satu aspek penting yang harus
diperhatikan agar dapat meningkatkan kualitas SDM yang potensial15.
Program kesehatan ini menjadi fokus dari PT. Indocement atas dasar
kebutuhan dari sebagian besar desa binaannya yang berjumlah dua belas desa
akan pelayanan kesehatan. Jarak yang jauh dari desa menuju ke puskesmas
terdekat menjadi faktor pentingnya fasilitas/bantuan kesehatan di desa binaan.
Pelaksanaan program CSR PT. Indocement dalam bidang kesehatan,
diantaranya adalah pembangunan sarana fisik kesehatan seperti posyandu,
pemberian makanan tambahan, dan fasilitas air bersih. Pembangunan posyandu
dilakukan di Desa Gunungputri dan Pasirmukti, sedangkan pembangunan fasilitas
air bersih di Desa Citeureup dan Pasirmukti. Program Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) setiap satu bulan sekali yang dilaksanakan PT. Indocement di
dua belas desa binaannya merupakan wujud nyata perusahaan untuk memberantas
gizi buruk yang dialami oleh sebagian besar balita.
15 Op.cit.
54
6.2.2. Pelaksanaan Program Salah satu program CSR dalam bidang kesehatan yang dilaksanakan di
Desa Nambo adalah program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi para
balita yang hidup di desa ini. Program ini dilaksanakan berdasarkan analisis
kebutuhan masyarakat Desa Nambo, khususnya anak-anak yang berusia di bawah
lima tahun yang membutuhkan tambahan makanan bergizi untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi mereka. Seperti halnya program CSR PT. Indocement di bidang
lain, pelaksanaan program PMT ini juga diawali dengan social mapping yakni
kegiatan pemetaan dan survey yang dilakukan oleh staf Departemen CSR
khususnya kondisi para balita yang ada di Desa Nambo. Hasil pemetaan tersebut
akan menunjukkan seberapa banyak balita yang dinilai membutuhkan program
PMT ini. Hasil ini akan disesuaikan dengan permintaan masyarakat desa
mengenai kebutuhan PMT bagi para balita dalam forum BILIKOM.
Pelaksanaan program PMT di Desa Nambo ini dilakukan (mulai tahun
2006) sebanyak satu kali dalam sebulan oleh staf Community Development
Program Section dari Departemen CSR PT. Indocement dan dibantu oleh kader-
kader posyandu Desa Nambo. Para kader posyandu bertugas untuk
mendistribusikan makanan-makanan tambahan dari PT. Indocement kepada para
balita. Jenis makanan tambahan yang biasanya diberikan dalam program ini
adalah susu, biskuit dan bubur untuk bayi. Menurut Ibu ACH (36 tahun) yang
merupakan staf pemerintah Desa Nambo dan juga merupakan salah seorang kader
Posyandu Desa Nambo, program PMT ini sangat berguna untuk meningkatkan
kesehatan dan kecerdasan balita.
“Program PMT ini sangat baik untuk meningkatkan kesehatan dan kecerdasan balita, karena makanan yang diberikan kepada bayi berupa susu dan biskuit.”
Berdasarkan data demografi Desa Nambo Tahun 2009, dapat diketahui bahwa dari
jumlah total balita Desa Nambo, yakni sebanyak 1053 jiwa, tidak ada satu orang
pun yang mengalami gizi buruk. Data ini mendukung pernyataan yang
dikemukakan oleh Ibu ACH diatas bahwa program pemberian makanan tambahan
oleh PT. Indocement ini memang sangat berguna bagi peningkatan kualitas gizi
dan kesehatan balita Desa Nambo.
55
6.2.3. Dampak Pelaksanaan Program Pelaksanaan program pemberian PMT di Desa Nambo ini memberikan
dampak positif bagi masyarakat. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
dampak positif pelaksanaan program PMT di desa ini adalah peningkatan kualitas
gizi dan kesehatan balita Desa Nambo. Berdasarkan data demografi Desa Nambo
dari akhir tahun 2007 sampai akhir tahun 2009, sejak diadakan program PMT ini
tidak ada satupun balita di Desa Nambo yang mengalami gizi buruk. Hal ini
diasumsikan bahwa program PMT yang bergizi serta pengecekan kondisi para
balita yang dilakukan bersamaan dengan pemberian makanan tambahan tersebut
dapat mencegah terjadinya gizi buruk pada balita. Selain itu, tingginya minat dan
motivasi yang dimiliki oleh kaum ibu Desa Nambo untuk membawa balita ke
posyandu juga mempengaruhi dampak program ini. Seperti yang diutarakan oleh
Ibu EV (34 tahun) yang memiliki balita bernama GNA (berusia 4 tahun) berikut
ini.
“Kemauan ibu-ibu untuk membawa bayinya ke posyandu sangat tinggi. Karena mereka sudah sadar bahwa kesehatan bayi itu sangat penting untuk dijaga. Selain itu, pemberian makanan tambahan secara gratis dari PT. Indocement ini juga mempengaruhi kemauan ibu-ibu untuk membawa bayinya ke posyandu.”
Oleh karena itu, masyarakat Desa Nambo sangat mengharapkan program PMT ini
dapat terus dilakukan agar kesehatan para balita di desa ini dapat terjamin.
Selain memiliki dampak positif, program pemberian makanan tambahan
bagi para balita ini berpeluang menimbulkan dampak negatif, jika pada masa yang
akan datang pelaksanaan program PMT ini tidak dilaksanakan kembali atau tidak
disertai dengan penyuluhan tentang pentingnya kesehatan gizi balita. Peluang
ketergantungan masyarakat kepada perusahaan terkait pemberian makanan bergizi
secara gratis akan muncul jika perusahaan tidak memikirkan konsep keberlanjutan
dari program ini (hanya dilaksanakan untuk jangka pendek).
6.3. Dampak Program CSR pada Bidang Sosial, Budaya, Agama: Betonisasi Jalan Dusun II
6.3.1. Latar Belakang Program Pada dua sub-bab sebelumnya, penulis telah membahas beberapa program
CSR oleh PT. Indocement yang termasuk dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan
kesehatan. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, ketiga bidang ini
56
termasuk dalam ranah kerja Community Development Program Section
Departemen CSR PT. Indocement. Dalam sub-bab berikut ini, penulis membahas
salah satu program CSR PT. Indocement yang termasuk dalam bidang sosial,
budaya, dan agama (selanjutnya disebut sosbudag), yang juga merupakan salah
satu ranah kerja Community Development Program Section.
Pelaksanaan program CSR di bidang sosial, budaya, dan agama
(sosbudag) oleh PT Indocement memiliki fungsi sebagai wadah bagi perusahaan
untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas sosbudag masyarakat desa binaan
perusahaan. Program-program CSR dalam bidang sosbudag antara lain bertujuan
untuk16:
1. Melakukan pembangunan infrastruktur di dua belas desa binaan;
2. Menunjang kesejateraan hidup masyarakat;
3. Menggali potensi sumberdaya manusia dan mengarahkannya kearah yang
positif; dan
4. Berpartisipasi dalam bidang kerohanian masyarakat dua belas desa binaan
untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Realisasi program CSR PT Indoecement di Desa Nambo sebagian besar
merupakan kegiatan pembangunan infrastruktur sarana desa, seperti pengaspalan
dan betonisasi jalan, rehabilitasi musholla, dan pembangunan masjid. Ketua LPM
Desa Nambo, Bapak ROH, mengatakan bahwa program pembangunan
infrastruktur yang paling besar yang dilaksanakan di Desa Nambo adalah
betonisasi jalan Dusun II Desa Nambo yang telah selesai dilaksanakan pada tahun
2006. Menurut beliau, kegiatan betonisasi jalan Dusun II ini dilaksanakan karena
masyarakat merasa bahwa kegiatan ini memang memberikan manfaat dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, yaitu akses menuju jalan besar keluar desa. Karena
sebelum adanya program ini, akses masyarakat berupa jalan menuju keluar desa
masih tidak layak, berupa jalan yang masih rusak dan tergenang air. Realisasi
program CSR PT. Indocement di Desa Nambo dapat dilihat pada Tabel 8.
16 Loc.cit
57
Tabel 8. Realisasi program CSR PT. Indocement di Desa Nambo No. Kegiatan Program Tahun
1. Betonisasi Jalan Dusun II & Dusun III Kp Walahir Rt.07/04 dan RT.09/05 (220 X 2 X 0.1 ) Sosbudag 2008
2. Betonisasi Jalan Dusun II & Dusun III Kp Walahir Rt.07/04 dan RT.09/05 (220 X 2 X 0.1 m) Sosbudag 2008
3. Pengaspalan Jalan Dusun II - III Desa Nambo (400 X 2,5 m) Sosbudag 2008 4. Fasilitas MCK Kp Lengkong Desa Nambo Kesehatan 2007
5. Pengkerasan & Pengaspalan Jalan Nambo Induk (RT 17) Desa Nambo Sosbudag 2007
6. Rehab Musholla Nurul Hidayah Kp Walahir Rt.10/05 Desa Nambo Sosbudag 2007
7. Betonisasi jalan Dusun II Sosbudag 2006 8. Rehab Masjid Al-Hikmah Sosbudag 2006 9. Rehab Masjid Al-Istiqomah Sosbudag 2006
10. Turap makam Nambo dusun IV ( longsor ) Sosbudag 2009 11. Masjid H. Sulaiman 10 X 10 m Sosbudag 2009 Sumber : CSR Department File 2009
6.3.2. Pelaksanaan Program Pelaksanaan program betonisasi jalan Dusun II diawali dengan adanya
kegiatan Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (MUSRENBANGDES)
antara pihak pemerintah desa dan pihak PT. Indocement. Seperti halnya yang
diutarakan oleh Pak JAJ (35 tahun) yang merupakan Kepala Urusan Ekonomi dan
Pembangunan Desa Nambo sekaligus pelaksana program.
“Program betonisasi jalan ini, diawali dengan MUSRENBANGDES
antara masyarakat dengan PT. Indocement. Masyarakat mengajukan program berdasarkan hak sosial dan kebutuhan. Perusahaan menganalisa apakah kebutuhan ini pantas dijadikan skala prioritas. Setelah terjadi sinkronisasi program dan perusahaan telah menetapkan skala prioritas untuk program ini, maka program baru dapat dilaksanakan.”
Program ini dilaksanakan sesuai dengan instruksi dan koordinasi antar pemerintah
desa, serta transparan kepada masyarakat, agar ketika terjadi pengaduan dari
masyarakat terdapat bukti. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan
oleh Pak JAJ.
“Setiap program/bantuan dari perusahaan ke desa, pasti melalui kantor
desa. Secara struktural, LPM yang akan mengkordinasikannya dengan saya, BPD, dan tokoh masyarakat, agar terdapat legalitas.”
58
Pelaksanaan program betonisasi jalan Dusun II ini sepanjang 220 x 2 x 0.1
m). Sikap dari pihak pemerintah desa memperlihatkan dukungan mereka terhadap
pelaksanaan program dari PT Indocement. Menurut Pak JAJ, sikap ini pantas
karena telah didasarkan pada kepentingan bersama masyarakat desa, seperti yang
diungkapkan beliau pada pernyataan berikut ini.
“Pemerintah desa akan mendukung setiap program/bantuan perusahaan
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Karena memang hal tersebut merupakan hak-hak sosial kami. Berbeda, ketika ada hak pribadi yang harus kami perjuangkan kepada perusahaan, maka kami akan memperjuangkannya. Tapi tidak selamanya kami bergantung pada perusahaan. Jika perusahaan memiliki itikad baik untuk membantu, maka kami terima. Jika tidak, kami tidak akan memaksa. Secara komunikasi memang kami saling bergantung, tetapi secara materi belum tentu kami saling bergantung.”
Keterangan dari Pak JAJ tersebut memperlihatkan ketegasan pemerintah
desa dalam menyikapi berbagai macam pelaksanaan kegiatan CSR oleh
perusahaan. Pemerintah Desa Nambo tidak menginginkan masyarakatnya selalu
bergantung pada bantuan-bantuan dari pihak perusahaan, sehingga bisa
dikendalikan begitu saja oleh perusahaan. Namun pemerintah desa juga tidak akan
menampik pelaksanaan program-program CSR di desa, selama kegiatan tersebut
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat desa.
6.3.3. Dampak Pelaksanaan Program Pelaksanaan program betonisasi jalan Dusun II di Desa Nambo ini
memberikan dampak yang positif bagi masyarakat desa. Dampak positif yang
dirasakan masyarakat dengan pelaksanaan program ini adalah masyarakat dapat
memiliki akses menuju jalan umum yang lebih mudah dan cepat, sehingga mudah
untuk melakukan distribusi ekonomi, seperti yang dirasakan oleh peternak ayam
petelur dalam menjual telurnya ke agen jamu di pasar. Dampak positif
pelaksanaan program ini juga terkait dengan persepsi positif warga terhadap
program CSR PT. Indocement. Seperti yang diutarakan oleh Pak Rohim berikut
ini.
“PT. Indocement telah banyak memberikan bantuan kepada Desa Nambo, sehingga ketika ada program seperti pelatihan dari PT. Indocement, tingkat partisipasi warga untuk mengikuti program tinggi. Ketika mereka mempunyai waktu untuk mengikuti program, maka
59
mereka akan ikut. Saya rasa, ini merupakan timbal balik juga dari masyarakat kepada PT. Indocement. Tidak pernah terjadinya konflik antara masyarakat dengan perusahaan, menjadikan masyarakat menilai objektif terhadap program CSR perusahaan.”
Pelaksanaan program ini selain menimbulkan dampak positif yang
dirasakan oleh masyarakat Desa Nambo, juga menimbulkan dampak negatif.
Dampak negatif ini dirasakan oleh masyarakat desa yang tanahnya digunakan
untuk kepentingan kegiatan betonisasi jalan ini. Pada awalnya, tanah yang
digunakan untuk kegiatan betonisasi jalan ini menembus areal pemakaman milik
warga RT 06 sehingga terdapat beberapa warga yang merasa keberatan jika
tanahnya digunakan untuk umum. Untuk menyelesaikan masalah ini, pihak
pemerintah desa berupaya memberikan pengertian pada masyarakat yang
berkeberatan bahwa apabila mereka mau mengizinkan lahan milik pribadinya
untuk kepentingan umum, maka manfaat sosial yang diperoleh masyarakat Desa
Nambo akan lebih besar. Atas dukungan yang diberikan oleh pemerintah desa
tersebut, maka warga pemilik tanah pribadi (pemakaman) akhirnya mau
menyepakati pelaksanaan program ini bersama pihak-pihak lainnya yang terkait.
6.4. Dampak Program CSR pada Bidang Keamanan: Pelatihan LINMAS 6.4.1. Latar Belakang Program
Pilar terakhir dari pelaksanaan program CSR oleh Community
Development Program Section adalah pilar keamanan. Pelaksanaan program CSR
di bidang ini bertujuan untuk menjalin hubungan yang baik dengan aparat
keamanan di dua belas desa binaan agar tercipta keamanan bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar perusahaan. Program CSR yang ternasuk dalam pilar ini adalah
pelatihan LIMNAS (Perlindungan Masyarakat) yang diperuntukkan khusus bagi
para aparat keamanan yang berasal dari dua belas desa binaan PT Indocement.
Program ini didasarkan atas sinkronisasi kebutuhan antara perusahaan dan
Desa Nambo, yaitu dalam hal menjaga keamanan lingkungan masyarakat desa dan
perusahaan. Hal ini dikarenakan Desa Nambo merupakan desa yang termasuk
Quary C (daerah pertambangan PT. Indocement), sehingga menjaga keamanan
secara swadaya juga perlu ditingkatkan terkait dengan timbal balik kepentingan
perusahaan dan desa. Seperti halnya yang disampaikan oleh Bapak YAD bahwa:
60
“Pelatihan LINMAS bagi para hansip di desa binaan ini dilakukan untuk menjaga keamanan lingkungan kedua belah pihak, baik masyarakat maupun perusahaan. Karena bagaimana pun juga Indocement tetap merupakan bagian dari masyarakat. Apalagi lokasi perusahaan memang berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat. Indocement tidak bisa sepenuhnya menjamin keamanaan perusahaan tanpa adanya bantuan dari pihak masyarakat yang merupakan warga lokal disini. Oleh karena itu, kita berinisiatif untuk melakukan kerjasama dalam hal keamanan bersama warga masyarakat di dua belas desa binaan.”
Pelaksanaan program CSR di bidang keamanan ini diharapkan dapat membangun
rasa saling mempercayai antara perusahaan dengan masyarakat dua belas desa
binaan, sehingga keamanan kegiatan operasional perusahaan dan kelangsungan
hidup masyarakat desa dapat berlangsung dengan tertib dan aman.
6.4.2. Pelaksanaan Program Pelaksanaan program CSR dalam bidang keamanan yang berupa pelatihan
LINMAS ini terdiri dari materi pengenalan dan pencegahan kriminal (pencurian
di areal Indocement) dan latihan fisik (baris-berbaris). LINMAS yang terdiri dari
dua orang setiap RT akan melakukan kordinasi dengan PT. Indocement dan dua
belas desa binaan dalam Rapat Kordinasi Satuan Tugas (SATGAS) setiap tiga
bulan satu kali. Dalam rapat ini, terdiri dari pemaparan laporan catatan kriminal
dan situasi keamanan masing-masing desa. Menurut Ketua SATGAS Desa
Nambo, Bapak NAS (52 tahun), selama ini belum ada catatan kriminal yang
tergolong kasus berat yang dilakukan oleh warga desa Nambo yang berkaitan
dengan hubungan antara warga masyarakat dengan pihak Indocement. Hal ini
diutarakan oleh beliau berikut ini:
“Alhamdulillah, warga desa Nambo mah tidak ada yang macam-macam
ke Indocement. Selama ini, kami bisa hidup berdampingan dengan perusahaan. Setiap rapat LINMAS, saya hampir tidak pernah mencatat adanya tindak kriminal yang dilakukan oleh warga desa. Karena kita juga mengadakan kegiatan hansip keliling desa setiap hari. Paling-paling yang ada mah maling ayam di rumah warga”
Pelaksanaan kegiatan pelatihan LINMAS ini dilakukan dengan kerjasama antara
CSR Department dan Security Division PT. Indocement. Security Divison sebagai
penanggung jawab keamanaan perusahaan mengadakan kegiatan pelatihan
LINMAS ini juga bekerjasama dengan aparat kepolisian wilayah setempat,
61
sedangkan pihak CSR Department yang mengatur pertemuan antara pihak
perusahaan dan masyarakat untuk melakukan kegiatan pelatihan LINMAS.
6.4.3. Dampak Pelaksanaan Program Dampak yang dirasakan oleh peserta pelatihan LINMAS ini adalah
meningkatnya motivasi aparat keamanan desa dalam melakukan kegiatan
penjagaan dan perlindungan terhadap masyarkat desa. Hal ini didasarkan atas
partisipasi peserta pelatihan LINMAS yang tinggi terhadap program (mengikuti
awal pelatihan hingga rapat triwulan). Ibu EV (34 tahun), salah satu warga Desa
Nambo yang bekerja sebagai ibu rumah tangga berpendapat bahwa setelah adanya
program pelatihan LINMAS bagi aparat kemanan desa, kegiatan ronda yang
dilakukan aparat desa semakin rutin dilakukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
beliau berikut ini:
“Hansip disini pada semangat setelah ikut program pelatihan LINMAS.
Mereka dikasih baju, sepatu, dan alat-alat keamanan lain. Udah gitu jadwal hansipnya jadi rutin sekali sehari. Maling ayam juga jadi jarang, alhamdulillah, Mas.”
Reaksi positif yang ditunjukkan masyarakat terhadap program pelatihan
LINMAS ini merupakan bentuk penghargaan masyarakat terhadap kontribusi dan
upaya Indocement untuk meningkatkan kesejahteraan masyrakat melalui program-
program CSR-nya. Seperti yang diutarakan oleh Pak NAS (56 tahun) yang
merupakan Ketua SATGAS Desa Nambo.
“Menjaga keamanan desa sekaligus keamanan peralatan Indocement
Kami laksanakan dengan senang hati. Hal ini dikarenakan oleh toleransi yang selama ini ditunjukkan Indocement kepada warga Desa Nambo.”
6.5. Dampak Program Sustainable Develompent Project (SDP): Biogas 6.5.1. Latar Belakang Program
PT. Indocement membagi pelaksanaan program CSR menjadi dua section,
yakni Community Development Section dan Sustainable Development Project
Section. Pelaksanaan program CSR yang dilakukan oleh Community Development
Section terdiri dari lima pilar, dimana masing-masing penjelasan mengenai latar
belakang, pelaksanaan, dan dampaknya di Desa Nambo telah dipaparkan dalam
62
beberapa sub-bab sebelumnya. Pelaksanaan program CSR yang dilakukan oleh
Sustainable Development Project Section terdiri dari beberapa proyek,
diantaranya proyek pengolahan sampah, tanaman jarak pagar, proyek penelitian
dan produksi kokon ulat sutera, dan lain-lain. Program SDP ini tidak dilaksanakan
secara merata di dua belas desa binaan terkait kebutuhan masyarakat dan potensi
desa tempat pelaksanaan program. Pelaksanaan proyek SDP yang dilakukan di
Desa Nambo adalah proyek biogas.
Proyek biogas merupakan inisiatif perusahaan untuk membantu warga
mengatasi kenaikan harga BBM yang menyebabkan menurunnya daya beli
masyarakat. Proyek ini berupa pemanfaatan energi yang dihasilkan dari kotoran
sapi yang diubah menjadi energi biogas dan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Tujuan pelaksanaan proyek biogas ini antara lain:
1. Mendorong masyarakat berpartisipasi dalam pola hidup sehat, karena jika
kotoran sapi tidak dikumpulkan, maka berpotensi menyebabkan penyakit;
2. Mendorong masyarakat berpartisipasi dalam isu pemanasan global, karena
kotoran sapi juga menyebarkan gas CH4, yang merupakan salah satu gas
rumah kaca dan mempunyai GWP (Global Warming Potential) 21 kali gas
CO2. Dengan demikian memberikan kontribusi positif terhadap
lingkungan;
3. Menghemat pemakaian bahan bakar minyak tanah; dan
4. Memberikan keuntungan ekonomis kepada masyarakat.
Bapak YAD, Koordinator Desa Nambo, menegaskan bahwa pelaksanaan program
ini didasarkan pada kepedulian perusahaan terhadap krisis energi yang dihadapi
masyarakat.
“Biogas ini diusulkan perusahaan untuk mengurangi ketergantungan
warga terhadap penggunaan minyak tanah untuk menyalakan kompor, padahal kita tahu sendiri bahwa harga minyak tanah semakin lama semakin mahal. Oleh karena itu, pelaksanaan proyek biogas ini diharapkan dapat menjadi alternatif masyarakat untuk mengurangi anggaran belanja rumah tangga, khususnya dalam penggunaan minyak tanah.”
6.5.2. Pelaksanaan Program Program ini merupakan percontohan kompor biogas dengan pemanfaatan
kotoran sapi (minimal mempunyai tiga ekor sapi), sehingga program ini diberikan
63
hanya kepada Ibu NAM (33 tahun) di RT 07 RW 04 pada tahun 2007 karena
beliau mempunyai lima ekor sapi, yang dipilih secara sengaja karena saat itu
pihak Indocement sedang melakukan betonisasi jalan lingkungan yang melalui
rumahnya. Setelah melihat adanya peluang dan terjadinya sinkronisasi kebutuhan
Ibu NAM dan PT. Indocement, maka akhirnya dilaksanakan program biogas ini.
Ibu NAM mempunyai tiga orang anak, yang pertama sudah lulus SMA,
yang kedua masih sekolah di SD dan yang paling kecil masih balita. Ibu NAM
merupakan seorang ibu rumah tangga, sedangkan suaminya adalah seorang buruh
tani. Penerima kompor biogas ini dalam pelaksanaannya harus mau berpartisipasi
pada awal program, seperti mengeluarkan biaya untuk menggali tanah di bawah
kandang sapi, yang digunakan untuk menampung kotoran sapi dalam tabung yang
akan disalurkan melalui selang ke kompor biogas. Biaya yang dikeluarkan
menurut Ibu NAM sebesar Rp500.000,00.Menurut informasi yang didapatkan dari
Ibu NAM, kompor biogas ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu
“Sejak memakai kompor gas ini, yah kelebihannya tidak usah memakai
kayu bakar lagi yang harus Saya cari jauh-jauh ke gunung dan tidak usah mengeluarkan biaya untuk membeli minyak tanah lagi. Selain itu juga untuk memasak cepat sekali, api tidak berbau, dan berwarna biru. Kelemahannya yaitu ketika mengurus kotoran sapi untuk dapat masuk ke tabung selang biogas ini. Karena dalam satu hari dibutuhkan kotoran sapi sebanyak lima Kilogram dan hanya menghasilkan nyala api selama empat jam. ”
Gambaran mengenai mekanisme kerja dari biogas dijelaskan oleh Ibu NAM
sebagai berikut:
“Kotoran sapi yang dimasukkan ke dalam tabung, yang telah tersedia dibawah kandang sapi. Pengisian tabung dilakukan setiap hari yaitu sebanyak lima Kilogram kotoran sapi. Karena kurang dari jumlah itu tidak bisa menghasilkan api. Kotoran lima Kilogram tersebut akan diolah melaui tabung tersebut secara otomatis, tugas Saya mah hanya memastikan tabung penuh lima Kilogram kotoran sapi. Setelah itu gas mengalir melalui selang yang disalurkan menuju kompor di dalam rumah saya. Kotoran sapi sebanyak lima Kilogram itu hanya menghasilkan api selama empat jam saja.”
64
Gambar 4. Instalasi Biogas Feses Sapi
6.5.3. Dampak Pelaksanaan Program
Dampak yang dirasakan oleh Ibu Namih dan keluarga dari program ini
adalah berkurangnya pengeluaran Ibu NAM, seperti untuk membeli minyak tanah
maupun kayu bakar untuk memasak. Selain itu, Ibu NAM juga memperoleh
pengetahuan tentang pengolahan kotoran sapi menjadi biogas dengan kualitas api
yang bagus. Namun, kompor biogas ini memiliki harga yang mahal, yaitu sekitar
lima juta rupiah17, sehingga hanya dapat dirasakan oleh level masyarakat tertentu.
Selain itu, masyarakat yang ingin menggunakan kompor biogas ini juga harus
mempunyai minimal tiga ekor sapi.
6.6. Analisis Dampak Pelaksanaan Program CSR PT. Indocement Terhadap Masyarakat Desa Nambo Perubahan sosial yang terjadi di Desa Nambo sebagai dampak program
CSR PT. Indocement adalah bertambahnya ilmu pengetahuan dan pola
pikir/kemauan untuk berusaha masyarakat penerima program (11 orang). Hal ini
dikarenakan program CSR tersebut telah “memancing” pemikiran dan keinginan
masyarakat untuk dapat berusaha dan menghasilkan pendapatan, seperti program
peternak ayam petelur yang telah mengurangi pengangguran sebanyak lima belas
orang. Selain itu, perubahan sosial yang terjadi adalah adanya peningkatan
pengetahuan dan gizi balita, motivasi LINMAS yang meningkat untuk menjaga
keamanan desa, dan aktivitas ekonomi masyarakat ke luar desa yang meningkat,
17 Hasil wawancara dengan Pak ROH, tanggal 10 Desember 2009 pukul 10.00-11.00
WIB .
65
seperti distribusi hasil ternak ke pasar yang lebih mudah karena adanya betonisasi
jalan.
Perubahan sosial yang terjadi di Desa Nambo jika dilihat dari teori
perubahan sosial menurut Soekanto (1990), maka perubahan sosial yang terjadi di
Desa Nambo sebagai dampak program CSR PT. Indocement adalah perubahan
yang direncanakan (intended change). Hal ini terlihat dalam proses perencanaan
program CSR yang direncanakan oleh PT. Indocement dan masyarakat dalam
forum BILIKOM atau MUSRENBANGDES. Selanjutnya, jika dilihat dari
sumber penyebabnya, perubahan sosial di Desa Nambo ini disebabkan oleh faktor
eksternal, yaitu hadirnya PT. Indocement yang melaksanakan program CSR di
Desa Nambo. Program CSR dilaksanakan PT. Indocement karena perusahaan
memanfaatkan potensi Desa Nambo sebagai sumber tambang. Salah satu program
CSR yang menyebabkan perubahan sosial adalah program peternak ayam petelur
yang menjadikan para peternak mempunyai pola pikir untuk berusaha dengan
memanfaatkan modal bergulir. Perusahaan juga membangun jalan sebagai akses
mengambil bahan tambang sekaligus juga membuka akses ekonomi bagi
masyarakat.
Perubahan sosial di Desa Nambo ini disebabkan oleh program CSR PT.
Indocement, baik program CSR yang bersifat charity, philantropy, maupun
program CSR yang bersifat GCC. Menurut teori Zaim Saidi (2003) dalam
Ambadar (2008), program CSR perusahaan dapat dikatakan bersifat:
a. Good Corporate Citizenship (GCC), jika program tersebut tidak hanya
berupa kegiatan hibah pembangunan perusahaan (bantuan sosial), tetapi
juga pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat;
b. Philantropy, jika program tersebut hanya berupa peningkatan partisipasi
masyarakat tanpa menciptakan pemberdayaan bagi masyarakat, seperti
kegiatan swadaya masyarakat dalam pembangunan jalan; dan
c. Charity, jika program tersebut hanya memberikan sumbangan sosial.
Dilihat dari bentuk pelaksanaannya, program ternak ayam petelur dapat
dikatakan bersifat GCC karena bentuk kegiatannya yang menciptakan
pemberdayaan (berupa pelatihan ternak) dan partisipasi aktif (masyarakat yang
mengikuti pelatihan sebanyak 20 orang). Hal ini sejalan dengan Ibu LID, bahwa:
66
“Program ternak ayam petelur ini memang dilaksanakan untuk dapat meningkatkan pengetahuan warga sekaligus menanamkan sikap untuk berusaha ternak sebagai salah satu alternatif pekerjaan.”
Pendapat yang sama diutarakan oleh Pak ROH sebagai salah satu tokoh desa, bahwa:
“ program ternak ayam petelur ini selain menambah pengetahuan juga
menjadi alternatif pekerjaan bagi warga yang menganggur.” Program UMKM juga dapat dikatakan bersifat GCC karena bentuk
kegiatannya yang menciptakan pemberdayaan (berupa bantuan modal bergulir)
dan partisipasi aktif (masyarakat meminjam modal). Hal ini sejalan dengan Ibu
LID, bahwa:
“program UMKM ini memang dilaksanakan untuk dapat membantu
warga dalam memulai atau mengembangkan usahanya.”
Pendapat yang sama diutarakan oleh Pak ROH sebagai salah satu tokoh desa,
bahwa:
“program UMKM ini sangat membantu bagi warga yang mempunyai kemauan berusaha tinggi tetapi tidak memiliki modal.”
Program LINMAS juga dapat dikatakan bersifat GCC karena bentuk
kegiatannya yang menciptakan pemberdayaan (berupa pelatihan LINMAS) dan
partisipasi aktif (masyarakat yang mengikuti pelatihan sebanyak dua orang setiap
RT). Hal ini sejalan dengan Ibu LID, bahwa:
“program LINMAS ini memang dilaksanakan untuk dapat
meningkatkan motivasi LINMAS dan menciptakan keamanan desa, termasuk infrastruktur perusahaan di desa.”
Pendapat yang sama diutarakan oleh Pak NAS sebagai Ketua SATGAS Desa
Nambo, bahwa:
“Menjaga keamanan desa sekaligus keamanan peralatan Indocement
Kami laksanakan dengan senang hati. Hal ini dikarenakan oleh toleransi yang selama ini ditunjukkan Indocement kepada warga Desa Nambo.”
Program betonisasi jalan Dusun II dapat dikatakan bersifat philantropy
karena perusahaan hanya meningkatkan swadaya masyarakat tanpa adanya
67
pemberdayaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Pak JAJ bahwa:
“PT. Indocement hanya memberikan bantuan bahan baku, bukan berupa
dana. Sedangkan tenaga kerjanya berasal dari swadaya masyarakat.”
Ibu LID selaku CD Section Head berpendapat bahwa:
“Program betonisasi jalan ini memang program untuk meningkatkan
swadaya masyarakat, sedangkan Indocement hanya memberikan bantuan bahan baku saja, seperi semen, pasir, dan kami tidak memberi bantuan dalam bentuk uang.”
Program biogas dapat dikatakan bersifat charity karena program ini hanya
berupa sumbangan sosial (perlengkapan biogas) dan hanya dapat diterima oleh
warga yang memiliki minimal tiga ekor sapi, sehingga tidak dapat menciptakan
pemberdayaan masyarakat dan tidak meningkatkan partisipasi masyarakat. Hal ini
sesuai dengan yang diutarakan oleh Pak YAD bahwa:
“Biogas ini memang dibagikan secara gratis, tetapi tidak kepada semua
warga, melainkan hanya kepada warga yang mempunyai minimal tiga ekor sapi. Karena biogas ini merupakan percontohan, maka warga lain yang ingin memiliki kompor biogas harus dapat membeli sendiri. Harganya sekitar lima juta rupiah.”
Pendapat yang sama diutarakan oleh Ibu NAM sebagai penerima program, bahwa:
“Biogas ini memang saya dapatkan secara gratis, tetapi untuk
pelaksanaannya saya harus mengeluarkan biaya sendiri sebesar Rp500.000,00. Padahal tetangga saya juga mau menggunakan biogas ini, tetapi karena harga yang mahal, mereka tidak sanggup menggunakannya.”
Program PMT ini dapat digolongkan sebagai program CSR yang bersifat
charity karena hanya berupa pemberian bantuan dana perusahaan sebagai hibah
sosial kepada masyarakat. Pelaksanaan program CSR yang bersifat charity ini
merupakan suatu bentuk pelaksanaan kewajiban perusahaan kepada masyarakat
desa binaan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan di daerah setempat.
Hal ini diutarakan oleh Ibu ACH bahwa:
68
“Program PMT ini diberikan secara gratis kepada balita di Desa Nambo setiap satu bulan sekali. Harapan saya program ini dapat terus berjalan, karena banyak ibu-ibu yang selalu berharap kepada PMT gratis ini untuk gizi balitanya.”
Pendapat yang sama diutarakan oleh Ibu LID bahwa:
“Program PMT ini merupakan komitmen perusahaan untuk
meningkatkan kesehatan balita di Desa Nambo. Pada pelaksanaannya perusahaan memberikan hanya bantuan makanan bergizi setiap satu bulan sekali.”
Secara umum, pelaksanaan program CSR yang dilaksanakan oleh PT.
Indocement di Desa Nambo tergolong pada isu lingkungan dan isu pengembangan
masyarakat. Isu lingkungan terlihat dari upaya PT. Indocement memberikan
“kompensasi” kepada masyarakat, karena perusahaan melakukan pemanfaatan
terhadap sumber daya alam di Desa Nambo, yaitu pendirian infrastruktur dan
Quary C (areal tambang). Pelaksanaan CSR di Desa Nambo ini diharapkan oleh
perusahaan dapat menciptakan hubungan yang harmonis dan timbal balik antara
perusahaan dan masyarakat.
Isu pengembangan masyarakat terlihat dari upaya PT. Indocement dalam
pelaksanaan CSR-nya tidak hanya sekedar berupa bantuan sosial saja (program
PMT), melainkan juga merancang suatu program pemberdayaan dan peningkatan
partisipasi aktif masyarakat Desa Nambo melalui program ternak ayam petelur.
Hasil dari program ini, masyarakat menerima pengetahuan tentang usaha ternak
ayam dan diberikan pinjaman modal serta dihubungkan dengan Bank Mandiri
untuk mengembangkan usaha ternaknya, sehingga masyarakat menjadi mandiri.
Hasil analisis peneliti berdasarkan pendapat pihak masyarakat dan pihak
perusahaan terkait dampak program CSR dapat dilihat pada Tabel 9.
69
Tabel 9. Analisis Dampak Pelaksanaan Program CSR PT. Indocement Terhadap Masyarakat Desa Nambo
No Nama Program CSR PT. Indocement
Kegiatan Motif CSR Dampak Pelaksanaan Program CSR terhadap Desa Nambo
1. Pelatihan Peternak Ayam Petelur
Pelatihan yang diikuti partisipasi masyarakat (20 orang)
GCC Peningkatan pengetahuan warga peserta pelatihan (25 orang) tentang ayam petelur meningkat dan munculnya keinginan warga untuk beternak ayam
2. UMKM Pemberian modal bergulir yang diikuti partisipasi para peternak (6 orang)
GCC Masyarakat mulai beternak dengan bantuan modal awal dan dapat mengembangkan usaha ternaknya
3. PMT Pemberian makanan tambahan bergizi secara gratis
Charity Pendidikan gizi dan kesehatan balita meningkat
4. Betonisasi Jalan Dusun II
Pembangunan jalan Philantropy Akses ekonomi masyarakat meningkat, seperti lancarnya distribusi produk telur ayam
5. Pelatihan LINMAS
Pemberian perlengkapan LINMAS dan pelatihan yang diikuti partisipasi masyarakat (2 orang/RT)
GCC Motivasi LINMAS meningkat, sehingga keamanan desa terjamin
6. Biogas Pemberian peralatan biogas (kompor dan instalasinya)
Charity Penerima program dapat mengurangi pengeluaran akibat pembelian minyak tanah atau kayu bakar untuk memasak
Sumber: Hasil Analisis Peneliti di Lokasi Penelitian
6.7. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Community Development (CD): Diskusi Teoritis Cara pandang CSR dan CD sebagai suatu diskusi teoritis dapat dilihat dari
dua aspek, yaitu:
1. CSR dan CD sebagai suatu program; dan
2. CSR dan CD sebagai suatu konsep sains dan ilmu pengetahuan.
Sebagai suatu program, CSR dan CD hanya mempunyai fokus bagaimana
tujuan dari program tersebut terealisasi, tanpa mengaitkan dengan masalah
pemberdayaan dan partisipasi masyarakat. Sementara itu, CSR dan CD sebagai
suatu konsep sains tidak hanya menyangkut masalah program saja, tetapi juga
menyangkut masalah pemberdayaan dan partisipasi masyarakat. Sebagai contoh,
70
penerapan program CSR oleh perusahaan mungkin tidak menjadikan masyarakat
sebagai faktor utama yang menentukan keberhasilan program. Peran serta
masyarakat pun dibatasi hanya pada tahap pelaksanaan saja, sehingga masyarakat
tidak dapat berdaya dan tidak berkembang daya kreatifnya. Akhirnya, partisipasi
menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki “kesadaran kritis” (Nasdian, 2006).
Padahal, seharusnya program CSR yang dilaksanakan harus menciptakan
pemberdayaan masyarakat, yaitu membantu masyarakat memperoleh daya (kuasa)
untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang
terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan
sosial dalam melakukan tindakan, sehingga masyarakat dapat mandiri.
Partisipasi aktif dari masyarakat juga merupakan fokus kajian CSR dan
CD sebagai konsep sains. Partisipasi aktif sebagai dampak program CSR yang
dimaksud adalah menciptakan suatu proses aktif dan inisiatif yang diambil oleh
warga komunitas sendiri, serta keterlibatan masyarakat mulai dari tahap
pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan hasil, dan evaluasi.
Partisipasi aktif yang dimaksud menurut tipologi Arnstein bukan hanya sekedar
placation yaitu pendapat masyarakat hanya didengar, tetapi keputusan akhir tetap
pada perusahaan, melainkan lebih kepada partnership atau bahkan citizen power
dimana masyarakat mempunyai peranan penting dalam program, baik sebagai
penerima program maupun sebagai pelaksana dan faktor utama penentu
keberhasilan program CSR perusahaan. Partisipasi aktif masyarakat dan
pemberdayaan ini erat kaitannya dengan CSR dan CD sebagai suatu konsep sains.
Pendapat ini sejalan dengan Craig dan Mayo (1995) dalam Nasdian (2006), yaitu
“empowerment is road to participation”.
Perusahaan yang dalam pelaksanaan CSR-nya berlandaskan pada prinsip
CSR dan CD sebagai suatu konsep sains akan memiliki dampak yang
berkelanjutan terhadap masyarakat lokal. Sebagai contoh, hal ini terlihat pada
perusahaan Riaupulp dan KPC. Dalam pelaksanaan CSR-nya Riaupulp
memperhatikan dua aspek utama yaitu pemberdayaan dan partisipasi aktif
masyarakat, yaitu pada program pertanian terpadu yang telah membina 3.700
petani. Hasil dari pembinaan ini kemudian dihubungkan oleh perusahaan dengan
perbankan sehingga mendapatkan bantuan kredit sebesar Rp1.1 miliar. Selain itu,
71
program UMKM yang telah dilaksanakan oleh Riaupulp telah berhasil melahirkan
85 wirausahawan lokal yang telah menyerap 1.303 tenaga kerja. Hal yang sama
juga dilakukan oleh KPC dalam program CSR-nya. KPC melakukan program
agribisnis dengan membangun 300 hektar untuk penanaman kakao. Masyarakat
setempat diberikan bibit, pupuk sampai kepada pelatihan mengenai penanaman,
sehingga masyarakat mampu melanjutkan kegiatan ini secara mandiri.
Cara pandang CSR dan CD PT. Indocement dalam pelaksanaan CSR-nya
di Desa Nambo dapat dianalisis dari dua aspek, yaitu:
1. Proses penyusunan program CSR; dan
2. Keberlanjutan program.
Hasil penelitian terhadap program CSR PT. Indocement di Desa Nambo
menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan program CSR-nya, PT. Indocement
melakukan social mapping terlebih dahulu, yaitu melakukan pemetaan sosial
terkait kependudukan dan kebutuhan masyarakat penerima program CSR. Hal ini
dilakukan oleh PT. Indocement agar program yang dilaksanakan dapat tepat guna,
tepat sasaran, dan efektif. Setelah itu, perusahaan juga melaksanakan kegiatan
Bina Lingkungan Komunikasi (BILIKOM) yang merupakan sebuah forum
pertemuan antara pihak perusahaan dengan tokoh dan pemerintah desa untuk
membahas kebutuhan utama warga sekaligus perencanaan program atau
Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (MUSRENBANGDES). Salah satu
hasil dari BILIKOM ini adalah lahirnya program ternak ayam petelur. Hal ini
sejalan dengan pendapat dari Pak ROH sebagai Ketua LPM Desa Nambo yaitu:
“Program ternak ayam petelur ini tidak dilaksanakan secara tiba-tiba oleh
Indocement. Perusahaan melakukan semacam survey kebutuhan kepada masyarakat Desa Nambo dan mencari informasi tentang data kependudukan serta potensi SDM dan SDA-nya. Setelah itu, tahun 2004 semua data yang mereka dapatkan didiskusikan kembali bersama pemerintah desa dan tokoh masyarakat dalam BILIKOM. Pada waktu itu, temuan yang perusahaan dapatkan adalah adanya lahan, pengetahuan warga tentang ternak ayam, dan jumlah pengangguran yang banyak, sehingga kami sepakat untuk melahirkan program ternak ayam petelur ini, dengan harapan dapat mengurangi pengangguran.”
Pendapat yang sama diutarakan oleh Pak Yad sebagai Koordinator CSR Desa
Nambo yaitu:
72
“PT. Indocement dalam pelaksanaan CSR-nya mempunyai beberapa tahapan, yaitu social mapping, BILIKOM, pengawasan, dan evaluasi program. Pelaksanaan CSR di Desa Nambo juga berdasarkan atas tahapan-tahapan tersebut. Kebutuhan masyarakat didiskusikan oleh perusahaan dan masyarakat dalam BILIKOM, setelah itu perusahaan akan menganalisis kebutuhan warga berdasarkan hasil social mapping. Setelah itu, kebutuhan yang dirasakan penting bagi masyarakat dan realistis untuk dilaksanakan, maka program itu akan dilaksanakan perusahaan. Sedangkan program yang menurut perusahaan tidak terlalu mendesak bagi pemenuhan kebutuhan warga, akan didiskusikan dan diambil keputusannya oleh pihak direksi perusahaan. Ya karena ini kembali lagi pada masalah pendanaan. ”
Menurut hasil analisis peneliti di lapangan dan menurut pendapat dari Pak YAD
diatas, tingkat partisipasi menurut tipologi Arnstein yang terjadi adalah placation,
yaitu masyarakat mempunyai kebebasan untuk berpendapat dan perusahaan juga
menampung aspirasi mereka, namun masyarakat tidak mempunyai kewenangan
untuk memutuskan program yang akan dilaksanakan. Kewenangan dalam
pengambilan keputusan pelaksanaan program tetap berada pada direksi, karena
terkait dengan pendanaan program. Cara pandang CSR dan CD PT. Indocement juga dapat dilihat dari aspek
keberlanjutan program. Menurut hasil analisis peneliti dan pendapat warga Desa
Nambo pada sub-bab dampak pelaksanaan pada tiap-tiap program, pelaksanaan
program CSR PT. Indocement jika dikaitkan dengan konsep keberlanjutan
program adalah sebagai berikut:
1. Program ternak ayam petelur
Konsep yang diterapkan dalam pelaksanaan program ini dapat dikatakan
berprinsip keberlanjutan, karena masyarakat penerima program
mendapatkan tambahan pengetahuan tentang cara beternak ayam petelur.
2. Program UMKM
Konsep program ini dapat dikatakan sustainable karena program ini
memberikan bantuan pinjaman modal untuk memulai maupun
mengembangkan usaha warga.
3. Program betonisasi jalan Dusun II
Program ini juga dapat dikatakan sustainable karena telah mendukung
aktivitas ekonomi masyarakat, seperti contoh para peternak yang dapat
memasarkan telurnya ke luar desa.
73
4. Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Program ini dapat dikatakan sustainable jika direncanakan dalam jangka
waktu yang panjang. PT. Indocement telah merencanakan program ini
selama lima tahun. Dampak dari program ini sudah pasti sustainable
karena dapat meningkatkan gizi dan kesehatan anak.
5. Program pelatihan LINMAS
Konsep program ini yang berupa pelatihan dan koordinasi setiap tiga bulan
sekali juga dapat dikatakan sustainable, karena dapat meningkatkan
motivasi LINMAS sehingga keamanan desa dan aset perusahaan di desa
terjamin.
6. Program Biogas
Program ini dapat dikatakan tidak sustainable, karena mensyaratkan
kepada penerima program untuk memiliki minimal tiga ekor sapi.
Hasil analisis peneliti dari proses penyusunan program CSR dan konsep
keberlanjutan program, maka cara pandang CSR dan CD PT. Indocement dapat
dikatakan sebagai suatu konsep sains. Hal ini dikarenakan program-program CSR
di Desa Nambo mayoritas mengutamakan pemberdayaan, partisipasi aktif
masyarakat, dan juga memperhatikan keberlanjutan program. Hal ini dibuktikan
dengan adanya social mapping dan diskusi dalam BILIKOM atau
MUSRENBANGDES dalam perencanaan program CSR.
6.8. Ikhtisar Program CSR PT. Indocement mempunyai dampak terhadap masyarakat
Desa Nambo, seperti program pemberian makanan tambahan yang telah
meningkatkan gizi balita, program betonisasi jalan yang berdampak pada
kemudahan aktivitas ekonomi masyarakat ke luar desa, seperti distribusi hasil
ternak, dan program pelatihan LINMAS yang berdampak pada meningkatnya
motivasi LINMAS dalam menjaga keamanan desa. Selain itu, program UMKM
juga mempermudah masyarakat untuk melakukan pinjaman modal memulai usaha
atau mengembangkan usaha dan program biogas juga yang dapat mengurangi
beban masyarakat akibat meningkatnya harga BBM. Sementara itu, program
ternak ayam petelur juga dapat mengurangi pengangguran, namun relatif kecil
74
yaitu sebanyak lima belas orang dari total 3657 orang. Perubahan sosial yang
terjadi di Desa Nambo akibat program CSR PT. Indocement termasuk program
yang dikehendaki (intended change). Hal ini didasarkan atas proses perencanaan
program CSR yang direncanakan oleh PT. Indocement bersama warga dalam
BILIKOM. Sementara itu, faktor penyebab perubahan sosial di Desa Nambo
adalah faktor eksternal, yaitu hadirnya perusahaan di desa dengan program CSR-
nya.
Pelaksanaan program CSR PT. Indocement terbagi menjadi tiga motif,
yaitu GCC, philantropy, dan charity. Program CSR PT. Indocement yang dapat
digolongkan sebagai motif GCC adalah program CSR yang telah memperhatikan
aspek pemberdayaan dan partisipasi masyarakat. Program CSR di Desa Nambo
yang termasuk motif GCC adalah program ternak ayam petelur, pelatihan
LINMAS, dan program UMKM.
Program CSR dapat dikatakan philantropy jika hanya dapat meningkatkan
partisipasi masyarakat tanpa mampu memberdayakan masyarakat. Program yang
termasuk motif ini adalah program betonisasi jalan Dusun II dan program biogas.
Program CSR dapat dikatakan bermotif charity jika hanya memberikan bantuan
sosial kepada masyarakat (PMT). Berdasarkan program-program CSR tersebut,
pelaksanaan program CSR PT. Indocement tergolong dalam isu lingkungan dan
isu pengembangan masyarakat.
BAB VII FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
PELAKSANAAN PROGRAM CSR PT. INDOCEMENT
7.1. Faktor Internal (Perusahaan) 7.1.1. Pandangan PT. Indocement dalam Pelaksanaan CSR18
Filosofi CSR PT. Indocement adalah “sebagai badan usaha yang
berwawasan lingkungan, PT. Indocement memiliki tanggung-jawab sosial dalam
membantu meningkatkan kualitas kesejahteraan komunitas sehingga komunitas
dapat turut merasakan manfaat kehadiran perusahaan.” Berdasarkan filosofi
tersebut, menurut Ibu DNV selaku CSR Department Head :
“PT. Indocement memandang CSR “as a commitment”. Pernyataan ini
didasarkan atas konsep yang dijadikan prinsip pelaksanaan CSR PT. Indocement ini, yaitu konsep sustain yakni menciptakan mutual understanding antara masyarakat dan PT. Indocement, living harmony antara masyarakat dan PT. Indocement, dan sense of belonging terhadap perusahaan PT. Indocement, serta tentunya menciptakan benefit bagi PT. Indocement dan masyarakat. Selain itu, PT. Indocement juga telah menganggarkan dana khusus setiap tahunnya dan melakukan socio demography mapping analize and review untuk melaksanakan program CSR.”
Selain memandang CSR sebagai sebuah komitmen, PT. Indocement juga
memandang CSR sebagai sebuah strategi (untuk mencapai tujuan dalam visi dan
misi), sebuah program, dan sebuah komunikasi dengan masyarakat maupun
stakeholders lainnya.
Misi CSR PT. Indocement adalah menjalankan seluruh kegiatan usaha
dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome community)
dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan (environment friendly) dengan
tetap memperhatikan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan (sustainable
development). Visi CSR PT. Indocement adalah membangun kepentingan
perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunitas, khususnya
komunitas lokal di mana perusahaan beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang
harmonis. Selain visi dan misi CSR yang memperhatikan konsep berkelanjutan,
PT. Indocement juga memiliki perencanaan CSR dari manajemen yang baik
18 Disampaikan oleh CSR Department Head, Ibu DNV, dalam pembekalan kuliah kerja
profesi, tanggal 5 Mei 2009 dan terdapat juga dalam CSR Department File 2009.
76
(melakukan social mapping), divisi CSR yang terkoordinasi dengan baik (divisi
CD lima aspek dan divisi SDP), dan alokasi dana CSR yang tersedia setiap
tahunnya.
Visi dan misi CSR ini kemudian akan menghasilkan five years strategic
planning yang terdiri dari community development (CD) lima aspek (aspek
pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial, ekonomi, budaya, dan keamanan) dan
sustainable development project (SDP). Lima aspek program CD ini merupakan
corporate objective yang dalam pelaksanaannya bersifat bottom up yakni dengan
metode social mapping. Pelaksanaan program SDP didukung dengan socio
demography mapping, yakni untuk proyek pembangunan berkelanjutan (Gambar
5).
Gambar 5 . Pandangan PT. Indocement tentang CSR
Sumber: CSR Department File 2009
CSR as a commitment
Mission Statement
5 years strategic planning
Sustainable Development Project (SDP):
1. Jatropha 2. Waste Energy 3. Peternakan 4. Local Purchase 5. Local Amployee 6. UMKM
CD 5 aspek: 1. Pendidikan 2. Ekonomi 3. Kesehatan 4. Sosial, budaya, dan agama 5. Keamanan
Visi dan Misi CSR
77
Penentuan program CSR untuk dua belas desa binaan (Desa Gunung Putri,
Citeureup, Puspanegara, Lulut, Leuwi Karet, Nambo, Bantarjati, Tarikolot,
Gunung Sari, Pasir Mukti, Tajur, dan Hambalang) terlebih dahulu dilakukan
pemetaan sosial untuk mendapatkan data yang akurat tentang gambaran
masyarakat desa binaan, sehingga kemudian bisa ditentukan prioritas program
yang akan dilaksanakan agar program lebih tepat sasaran dan tepat guna sesuai
dengan kebutuhan masyarakat binaan. Pemetaan sosial ini dilakukan oleh pihak
ketiga (independen) yaitu IPB yang menghasilkan data mengenai: 1) basis data
sosio demografi terkait kependudukan, pendidikan, dan kesehatan, 2) kebutuhan
bantuan pendidikan, kesehatan, sosial, budaya, agama, dan lain-lain, 3) potensi
desa bidang usaha mikro dan menengah, 4) perilaku masyarakat binaan yang lebih
memilih bekerja di perusahaan daripada berusaha mandiri, 5) tingkat persepsi
komunitas atas kegiatan CSR perusahaan.
PT. Indocement juga meyakini CSR yang benar adalah yang sesuai
dengan konsep triple bottom lines dan bukan lagi filantropis. Memang terkadang
filantropis diperlukan karena ada aspek-aspek tertentu yang perlu diberikan, tetapi
hal ini tidak membenarkan dilakukannya filantropi secara terus menerus. Dengan
alasan ini, PT. Indocement dalam melaksanakan CSR dapat dikategorikan
kedalam beyond compliance, karena CSR yang dilakukan oleh PT. Indocement
tidak hanya berdasarkan kewajiban atas dampak operasional perusahaan yang
ditimbulkan serta hukum yang mendasarinya, melainkan juga didasarkan atas
komitmen yang tulus untuk memberikan atau memaksimalkan manfaat positif
kepada stakeholders diluar dampak operasional perusahaan.
Konsep triple bottom lines dapat terwujud berdasarkan pandangan
perusahaan diatas, yakni terciptanya masyarakat yang mandiri dan tidak
tergantung pada perusahaan, perusahaan memberikan kontribusi dalam menjaga
kelestarian dan mencegah kerusakan lingkungan, serta perusahaan juga
mendapatkan keuntungan dan manfaat dalam usahanya. Konsep inilah yang
terlihat dari program CSR pelatihan ternak ayam petelur di Desa Nambo, yaitu
terciptanya kemandirian masyarakat dalam berusaha, menjaga kelestarian
lingkungan (kotoran yang dijadikan pupuk yang lebih ramah lingkungan),
sehingga pada akhirnya berdampak pada image perusahaan yang baik.
78
7.1.2. Motivasi PT. Indocement dalam Pelaksanaan CSR Motivasi perusahaan terkait CSR adalah sejumlah alasan dari pelaksanaan
kegiatan CSR, diantaranya yaitu feedback yang baik dari para stakeholder demi
keberlanjutan kegiatan perusahaan. Keuntungan yang dicapai oleh perusahaan
seharusnya tidak lagi hanya keuntungan finansial tetapi juga hal-hal yang bersifat
non finansial. Menurut teori Susanta (2007), motivasi PT. Indocement dalam
pelaksanaan CSR tergolong dalam menciptakan inovasi. Perusahaan tidak dapat
bertahan tanpa adanya inovasi. Seringkali inovasi didapatkan dari hubungan yang
dibangun oleh perusahaan dengan masyarakat sekitar melalui aktivitas CSR.
Pendayagunaan masyarakat juga merupakan inovasi yang dapat diciptakan untuk
memperoleh sumber daya yang lebih murah dan efisien. Hal ini yang telah
dilakukan oleh PT. Indocement, seperti jatropha, biogas, dan program-program
SDP PT. Indocement lainnya.
Program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Indocement juga sudah fokus
pada bagaimana mewariskan program-program kepada generasi mendatang untuk
menjamin keberlanjutan hidup generasi mendatang. Seperti yang diinformasikan
oleh Ibu Via berikut ini:
“Motivasi PT. Indocement dalam pelaksanaan program CSR bertujuan
untuk melakukan pembangunan hardware (pembangunan infrastruktur seperti jalan dan jembatan) dan pembangunan software (pengetahuan dan keterampilan masyarakat). Sehingga menciptakan kemandirian masyarakat (community self-wellbeing) dalam upaya peningkatan ekonomi lokal dan mewariskannya kepada generasi mendatang demi keberlanjutan hidup.”
7.1.3. Strategi Pelaksanaan CSR PT. Indocement19 Pelaksanaan CSR PT. Indocement memiliki berbagai tahapan yang telah
dirumuskan sebelumnya dalam flow CSR program (Gambar 7), seperti yang
diinformasikan oleh Ibu Via berikut ini:
“Hal pertama yang menjadi prioritas pelaksanaan CSR ini adalah melakukan analisis kebutuhan masyarakat yang dihasilkan dari rencana pembangunan desa (renbangdes) dan Bina Lingkungan Komunikasi (BILIKOM) dan disesuaikan dengan kebijakan CSR PT. Indocement, yaitu berdasarkan objective CSR/social mapping. Setelah analisis kebutuhan ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat, selanjutnya
19 Loc.cit.
79
diturunkan menjadi rencana tahunan program CSR yang akan direalisasi dan dilakukan pemantauan dan evaluasi dalam forum BILIKOM.” Strategi yang dilakukan oleh PT. Indocement untuk melaksanakan CSR
menurut teori Mulyadi (2007) tergolong perusahaan bermitra dengan pihak lain
yang dinilai kompeten (tokoh desa dan aparat pemerintah tingkat desa atau LPM),
seperti pada program pelatihan ternak ayam petelur, biogas, betonisasi jalan
Dusun II, UMKM, pelatihan LINMAS, dan program PMT. Seluruh program
tersebut dilaksanakan perusahaan dengan bermitra dengan Ketua LPM Desa
Nambo hingga ibu-ibu kader Posyandu dalam program PMT. Perencanaan
program ini melalui BILIKOM yang berfungsi sebagai sarana dari PT.
Indocement untuk berkomunikasi dengan masyarakat desa binaan sekaligus
mensosialisasikan program CSR yang akan dilaksanakan serta menyesuaikannya
dengan kebutuhan masyarakat yang mendesak. BILIKOM diadakan empat kali
dalam periode satu tahun, yakni setiap tiga bulan sekali.
Agenda utama yang dibahas dalam BILIKOM adalah progress program
pengembangan masyarakat, yaitu membahas lima aspek (kesehatan, ekonomi,
pendidikan, sosial, budaya, agama, dan keamanan), infrastruktur, UKM, dan
Rapat Kordinasi Satuan Tugas, serta perencanaan program berikutnya yang
memungkinkan dengan disesuaikan pada potensi desa.
Gambar 6. Flow CSR Program PT. Indocement
Sumber: CSR Department File 2009
Kebutuhan Masyarakat
Pemantauan dan Evaluasi
Realisasi Program
Rencana Tahunan Program CSR
- Objective CSR/Strategic
Planning - Social Mapping
Kebijakan CSR PT. INDOCEMENT
Analisis Kebutuhan - Renbangdes - BILIKOM
80
BILIKOM ini dihadiri oleh para tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh
agama, pendatang, pihak PT. Indocement (Community Development Officer,
security, dan kegiatan), Badan Pengawas Desa (BPD), kepala desa, kepala dusun,
Lembaga Pengembangan Masyarakat (LPM), kader PKK, dan ketua RT/RW
(Gambar 7).
Hasil dari pertemuan dalam BILIKOM ini akan menghasilkan program-
program CSR yang diselaraskan dengan potensi alam setempat dan konsep
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dengan tiga dasar
utama kepentingan (Triple Bottom Lines), yakni memelihara lingkungan,
memberikan manfaat bagi masyarakat lokal, dan menjaga pertumbuhan
perusahaan.
Strategi pelaksanaan CSR PT. Indocement adalah melakukan social
mapping, analisis minat dan kebutuhan warga, serta pemantauan, yang
dimusyawarahkan dalam forum BILIKOM dengan tokoh masyarakat, sehingga
berdampak tepat pada kebutuhan masyarakat. Pelaksanaan program pelatihan
ternak ayam petelur di Desa Nambo ini merupakan salah satu program yang
dilaksanakan berdasarkan strategi pelaksanaan CSR oleh PT. Indocement.
Gambar 7. Peserta BILIKOM Sumber: CSR Department File 2009
- BPD - Musbangdes
Masyarakat: - Tokoh Masyarakat
- Tokoh Pemuda - Tokoh Agama
- Pendatang
Pemerintahan: - Kades - Kadus - BPD - LPM
PT. Indocement: - Community
development Officer
- Security - kegiatan
BILIKOM
81
7.1.4. Strategi Pengembangan Masyarakat PT. Indocement PT. Indocement dalam pelaksanaan CSR-nya memegang prinsip
pengembangan masyarakat. Hal ini dikarenakan oleh program CSR yang
dilaksanakan tidak hanya berupa philantropy/charity saja, melainkan
memperhatikan juga aspek kemandirian masyarakatnya. Dalam pelaksanaan
program CSR-nya, PT. Indocement selalu melihat terlebih dahulu minat dan
kebutuhan masyarakat serta prioritas perusahaan, sehingga partisipasi dan inisiatif
warga untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka dapat beriringan dengan
program CSR PT. Indocement.
Menurut Chin dan Benne (1961) dalam Nasdian (2003), pengembangan
masyarakat (PM) harus dilakukan dengan strategi yang tepat, sehingga komunitas
dapat mandiri. Berdasarkan teori Chin dan Benne (1961) dalam Nasdian (2003)
tentang strategi pengembangan masyarakat, maka strategi pengembangan
masyarakat yang dilaksanakan PT. Indocement dalam pelaksanaan CSR-nya
termasuk strategi normative-reeducative (strategi PM yang menekankan pada
bagaimana klien memahami permasalahan pembaruan seperti perubahan sikap,
skill, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia, sehingga lebih
menekankan pada proses pendidikan dibandingkan hasil perubahan itu sendiri).
Strategi pengembangan masyarakat ini dapat dilihat dalam program CSR
pelatihan ternak ayam petelur di Desa Nambo. Dalam program CSR ini, PT.
Indocement lebih menekankan pada aspek perubahan sikap untuk dapat hidup
mandiri dan pengetahuan untuk dapat mengembangkan diri, seperti berusaha. Para
peternak ayam petelur Desa Nambo telah merasakan perubahan dalam hidup
mereka, seperti bertambahnya aspek pengetahuan mereka tentang beternak ayam
petelur sehingga mendorong mereka untuk berusaha ayam petelur, yang pada
akhirnya dapat memandirikan ekonomi mereka dan meningkatkan kesejahteraan
hidup mereka. Strategi pengembangan masyarakat ini juga dapat dilihat pada
program biogas, pelatihan LINMAS, program UMKM, program PMT, dan
program betonisasi jalan. Hal ini dikarenakan dari setiap program tersebut lebih
menekankan pembaruan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dari masyarakat
penerima program, serta tidak ada unsur paksaan dalam pelaksanaannya.
82
7.1.5. Keberlanjutan Program CSR PT. Indocement PT. Indocement dalam melaksanakan program CSR-nya dapat dikatakan
berkelanjutan karena program yang dibuat merupakan komitmen bersama dari
segenap unsur yang ada di dalam perusahaan itu sendiri. Selain itu, program CSR
ini juga merupakan komitmen dan dukungan dari karyawan dan masyarakat,
sehingga program-program tersebut bukan hanya akan menjadi program
“penebusan dosa” dari pemegang saham belaka, tetapi dapat meningkatkan
kesejahteraan baik karyawan, masyarakat, maupun perusahaan sendiri. Dengan
melibatkan karyawan secara intensif, maka nilai dari program-program tersebut
akan memberikan arti tersendiri yang sangat besar bagi perusahaan dan
masyarakat. Perusahaan telah menjadikan program CSR sebagai program yang
berkelanjutan, seperti yang diutarakan oleh Ibu DNV berikut ini.
“PT. Indocement memandang CSR “as a commitment”. Pernyataan ini didasarkan atas konsep yang dijadikan prinsip pelaksanaan CSR PT. Indocement ini, yaitu konsep sustain yakni menciptakan mutual understanding antara masyarakat dan PT. Indocement, living harmony antara masyarakat dan PT. Indocement, dan sense of belonging terhadap perusahaan PT. Indocement, serta tentunya menciptakan benefit bagi PT. Indocement dan masyarakat. Selain itu, PT. Indocement juga telah menganggarkan dana khusus setiap tahunnya dan melakukan socio demography mapping analize and review untuk melaksanakan program CSR.”
Komitmen perusahaan untuk melaksanakan program CSR yang
berkelanjutan juga terlihat dari adanya departemen khusus yaitu departemen CSR
yang mempunyai tugas untuk melaksanakan program CSR di dua belas desa
binaan. Seperti informasi yang diutarakan Ibu DNV di atas, program CSR juga
merupakan program yang akan terus dilaksanakan oleh PT. Indocement, karena
menguntungkan bagi perusahaan. Hal ini juga dibuktikan oleh perusahaan yang
menganggarkan dana dua persen dari keuntungan perusahaan tiap tahunnya.
Program-program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Indocement sesuai dengan
rencana strategis perusahaan yang dibuat setiap lima tahun sekali.
83
7.2. Faktor Eksternal (masyarakat) 7.2.1. Karakteristik dan Kebutuhan Masyarakat Program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Indocement tidak terlepas dari
karakteristik masyarakat sasaran program CSR. Oleh sebab itu, dalam setiap
perencanaan progam CSR-nya, PT. Indocement terlebih dahulu melaksanakan
social mapping terkait dengan potensi dan kebutuhan desa, seperti ketersediaan
lahan, akses usaha, hingga pada kondisi tingkat pendidikan masyarakat serta
jumlah penganggurannya. Hal ini dilakukan agar program CSR tersebut sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat.
Jumlah anak sekolah SD di Desa Nambo adalah 1347 anak, sedangkan
jumlah anak sekolah SLTP di Desa Nambo adalah 150 anak. Berdasarkan
karakteristik warga tersebut, PT. Indocement memberikan bantuan berupa
seragam sekolah, seperti seragam, tas, sepatu, buku, pensil, pulpen, dan tempat
pensil. Selain itu, PT. Indocement juga memberikan beasiswa sebesar
Rp200.000,00 setiap bulan kepada anak SMP dan SMA di Desa Nambo.
Menurut hasil analisis dapat diketahui bahwa faktor pendidikan dapat
mempengaruhi proses pelaksanaan program CSR ini, seperti keberanian dari
peternak yang berpendidikan tinggi (Pak ROH yang merupakan seorang sarjana)
untuk mengajukan pinjaman modal untuk pengembangan usaha kepada PT.
Indocement dan Bank Mandiri. Hanya warga yang berpendidikan tinggi inilah
yang berpikir optimis untuk memajukan usahanya dengan mengajukan pinjaman
dan perhitungan yang matang untuk mengembalikannya. Berdasarkan data di
lapangan, hanya enam dari sebelas peternak yang berani mengajukan pinjaman
modal kepada perusahaan. Hal ini dikarenakan mayoritas peternak mempunyai
tingkatan pendidikan hanya sampai SMP.
7.2.2. Persepsi Masyarakat dan Pemerintah Desa Terhadap Program Pola kemitraan yang terjalin antara masyarakat dengan PT. Indocement
adalah pola kemitraan yang baik. Hal ini didasarkan atas persepsi positif
masyarakat terhadap program-program CSR PT. Indocement dan tidak pernah
terjadi konflik antara perusahaan dengan masyarakat Nambo. Persepsi warga Desa
Nambo terhadap program CSR PT. Indocement, khususnya para penerima
program adalah persepsi positif, karena mereka (penerima program) berpendapat
84
bahwa program tersebut bermanfaat baik dalam meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan berusaha.
Perbedaan persepsi masyarakat Desa Nambo terhadap perusahaan dan
program CSR-nya dipengaruhi oleh dampak yang dirasakan oleh masyarakat. Hal
ini dapat dipahami karena mereka menganggap bahwa semua lapisan masyarakat
Desa Nambo berhak mendapatkan manfaat secara langsung dari keberadaan
perusahaan yang mengambil manfaat dari desa mereka. Seperti yang diungkapkan
oleh Bapak END sebagai Kepala Desa Nambo.
“Desa Nambo merupakan salah satu desa binaan PT. Indocement. Perusahaan juga mengambil bahan baku dari Desa Nambo. Oleh karena itu, sangat wajar jika seluruh warga Desa Nambo menuntut kontribusi yang lebih dari perusahaan kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Saat ini, memang program CSR Indocement telah dirasakan oleh perwakilan tiap lapisan masyarakat. Yang jadi masalah adalah manfaat dari program CSR ini belum dirasakan merata oleh seluruh masyarakat. Maka wajar lah de, kalau persepsi warga terhadap perusahaan ada yang positif dan negatif.”
Penerima program CSR ini dirasakan oleh tiap lapisan masyarakat seperti
program peternak ayam petelur yang dirasakan dari mulai petani hingga
pemerintah desa. Hal ini dikarenakan adanya kordinasi yang baik antara
pemerintah desa dengan tokoh masyarakat.
Sikap dari pemerintah Desa Nambo adalah mendukung program dari
perusahaan. Menurut Pak JAJ (Kepala Urusan Ekonomi dan Pembangunan Desa
Nambo) memang seperti itu yang harus dilakukan.
“Pemerintah desa akan mendukung setiap program/bantuan perusahaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Karena memang hal tersebut merupakan hak-hak sosial kami. Berbeda, ketika ada hak pribadi yang harus Kami perjuangkan kepada perusahaan, maka Kami akan memperjuangkannya.”
Sikap dari pemerintah desa ini yang menjadikan masyarakat Desa Nambo tidak
bergantung kepada perusahaan. Seperti yang diinformasikan oleh Pak JAJ.
“Kami tidak ada ketergantungan dengan perusahaan. Jika perusahaan memiliki itikad baik untuk membantu, maka Kami terima. Jika tidak, Kami tidak akan memaksa. Secara komunikasi memang Kami saling bergantung, tetapi secara materi belum tentu kami saling bergantung.”
85
Hasil analisis peneliti menjelaskan bahwa persepsi positif masyarakat
(penerima program) dapat memperlancar proses pelaksanaan program CSR.
Sebagai contoh, hal ini terbukti dari peserta pelatihan ternak ayam petelur yang
mempunyai persepsi positif terhadap program, sehingga program berjalan dengan
lancar dan meningkatkan pengetahuan warga.
7.3. Ikhtisar Pandangan PT. Indocement terhadap CSR adalah beyond compliance.
Program CSR PT. Indocement dilaksanakan karena dorongan yang tulus dan
kesadaran bahwa kegiatan perusahaan tidak hanya mementingkan aspek ekonomi
saja, melainkan juga fokus terhadap aspek sosial dan ekonomi. Selain itu, PT.
Indocement juga memandang CSR as a commitment, karena perusahaan telah
memiliki anggaran khusus setiap tahunnya dalam pelaksanaan CSR.
Motivasi PT. Indocement terhadap CSR adalah menciptakan inovasi. Hal
ini dibuktikan dengan program-program CSR yang mementingkan aspek
pemberdayaan dan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat. Hal ini dibuktikan
dengan program-program yang berupa pelatihan serta peningkatan pengetahuan
warga. Strategi pelaksanaan CSR PT. Indocement tergolong bermitra dengan
pihak yang berkompeten, seperti dengan LPM Desa Nambo dalam pelaksanaan
CSR-nya.
Strategi pengembangan masyarakat yang dilaksanakan PT. Indocement di
Desa Nambo tergolong normative-reeducative. Hal ini didasarkan atas program-
program CSR PT. Indocement telah dapat merubah sikap dan pendidikan warga,
seperti pada program ternak ayam petelur. PT. Indocement dalam pelaksanaan
program CSR-nya juga memperhatikan konsep keberlanjutan, karena menjalankan
dua aspek yaitu pemberdayaan dan partisipasi aktif masyarakat.
Program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Indocement tidak terlepas dari
karakteristik masyarakat sasaran program CSR. Oleh sebab itu, PT. Indocement
dalam setiap perencanaan program CSR terlebih dahulu melaksanakan social
mapping terkait dengan potensi dan kebutuhan desa, seperti ketersediaan lahan,
akses usaha, hingga pada kondisi tingkat pendidikan masyarakat serta jumlah
penganggurannya.
BAB VIII PENUTUP
8.1. Kesimpulan
Jenis-jenis program CSR PT. Indocement yang dilaksanakan di desa
binaan (kasus Desa Nambo) adalah kegiatan CD lima aspek (pendidikan,
ekonomi, kesehatan, keamanan, sosial, budaya, dan agama) dan Sustainable
Development Project. Program yang dilaksanakan dalam lima aspek ini bersifat
charity (program PMT), bersifat philantropy (program betonisasi jalan Dusun II),
dan bersifat GCC (program pelatihan ternak ayam petelur, UMKM, dan pelatihan
LINMAS). Program yang dilaksanakan dalam Sustainable Development Project
bersifat charity (program biogas), karena hanya berupa bantuan sosial.
Dampak dari program CSR PT. Indocement yang dirasakan oleh warga
Desa Nambo (khususnya penerima program) adalah meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan berusaha, serta meningkatkan penghasilan.
Namun, dampak yang dirasakan hanya sedikit dan lebih besar kepada penerima
program. Hal ini didasarkan oleh data jumlah pengangguran yang berkurang dari
program CSR hanya lima belas orang dari 3657 orang total pengangguran.
Penerima program CSR ini dapat dirasakan oleh setiap lapisan masyarakat
Desa Nambo. Hal ini didasarkan atas penerima program berasal dari masyarakat
biasa hingga elit desa, seperti program ayam petelur yang dirasakan oleh
masyarakat biasa yang mengganggur (Pak SAD) dan dirasakan juga dampaknya
oleh elit desa (Pak ROH sebagai Ketua LPM desa). Hanya dampak program-
program lain seperti PMT, betonisasi, dan pelatihan LINMAS yang dirasakan
merata oleh masyarakat. Hal yang berbeda hanya terjadi pada program biogas,
yaitu penerima program ini hanya satu orang. Hal ini dikarenakan program biogas
ini merupakan program percontohan di Desa Nambo. Dampak dari program CSR
yang dirasakan oleh setiap lapisan masyarakat ini dikarenakan adanya kordinasi
yang baik antara pemerintah desa dengan tokoh masyarakat. Sikap dari
pemerintah Desa Nambo (Kepala Desa Nambo) adalah mendukung program dari
perusahaan dengan tetap memegang prinsip untuk tidak bergantung kepada
perusahaan.
87
Perubahan sosial yang terjadi akibat keberadaan PT. Indocement secara
keseluruhan relatif kecil dan terbatas. Hal ini dikarenakan program CSR yang
dilaksanakan belum berdampak besar yaitu hanya mengurangi lima belas orang
pengangguran dari total 3657 orang. Perubahan sosial sebagai dampak CSR yang
terjadi adalah direncanakan (intended change), seperti pelaksanaan social
mapping yaitu dengan pemetaan dan survey langsung kebutuhan masyarakat ke
tempat pelaksanaan CSR.
Faktor internal PT. Indocement yang mempengaruhi proses pelaksanaan
CSR-nya adalah cara pandang perusahaan yang memandang beyond compliance
dan CSR as a commitment, visi dan misi CSR yang fokus pada keberlanjutan,
perencanaan dari manajemen yang baik (melakukan social mapping), divisi CSR
yang terkoordinasi dengan baik (divisi CD lima aspek dan divisi SDP), dan
alokasi dana CSR yang tersedia setiap tahunnya. Pada kasus Desa Nambo,
motivasi/sifat pelaksanaan program CSR PT. Indocement adalah charity (sekedar
bantuan sosial yang bersifat kewajiban) untuk program PMT dan biogas. Program
CSR ini juga bersifat philanthropy (kepentingan bersama perusahaan dan
masyarakat) seperti betonisasi jalan.
PT. Indocement juga telah melakukan program CSR yang bersifat Good
Corporate Citizenship (GCC), karena tidak hanya berupa kegiatan hibah
pembangunan perusahaan (bantuan sosial), tetapi juga pemberdayaan masyarakat
dan menciptakan partisipasi aktif masyarakat. Hal ini didasarkan atas beberapa
tahapan dari program yang menimbulkan kemandirian dan kesadaran masyarakat,
seperti pelatihan ternak ayam petelur, program UMKM, dan pelatihan LINMAS.
Strategi pelaksanaan CSR PT. Indocement adalah perusahaan bermitra
dengan pihak lain yang dinilai kompeten (tokoh desa dan aparat pemerintah
tingkat desa atau LPM) untuk menyelenggarakan program kedermawanan melalui
BILIKOM yang berfungsi sebagai sarana dari PT. Indocement untuk
berkomunikasi dengan masyarakat desa binaan sekaligus mensosialisasikan
program CSR yang akan dilaksanakan serta menyesuaikannya dengan kebutuhan
masyarakat yang mendesak.
Strategi pengembangan masyarakat yang dilaksanakan PT. Indocement
adalah strategi normative-reeducative. Strategi pengembangan masyarakat ini
88
dapat dilihat dalam program CSR pelatihan ternak ayam petelur di Desa Nambo.
Dalam program CSR ini, PT. Indocement lebih menekankan pada aspek
perubahan sikap untuk dapat hidup mandiri dan pengetahuan untuk dapat
mengembangkan diri, seperti berusaha. Para peternak ayam petelur Desa Nambo
telah merasakan perubahan dalam hidup mereka, seperti bertambahnya aspek
pengetahuan mereka tentang beternak ayam petelur sehingga mendorong mereka
untuk berusaha ayam petelur, yang pada akhirnya dapat memandirikan ekonomi
mereka dan meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Strategi pengembangan
masyarakat ini juga dapat dilihat pada program biogas, pelatihan LINMAS,
program UMKM, program PMT, dan program betonisasi jalan. Hal ini
dikarenakan dari setiap program tersebut lebih menekankan pembaruan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan dari masyarakat penerima program, serta tidak ada
unsur paksaan dalam pelaksanaannya. Faktor eksternal yang mempengaruhi
proses pelaksanaan CSR PT. Indocement adalah karakteristik dan kebutuhan
masyarakat, serta persepsi masyarakat terhadap perusahaan dan program CSR.
8.2. Saran PT. Indocement telah cukup berhasil melaksanakan program CSR di
seluruh desa binaannya yang berjumlah dua belas desa. Namun, dampak yang
dirasakan oleh masyarakat Desa Nambo masih belum merata, karena dampak
program CSR PT. Indocement belum merata dirasakan oleh seluruh masyarakat
Desa Nambo. Oleh karena itu, peneliti ingin memberikan beberapa saran untuk
perusahaan dan masyarakat desa penerima program, serta pemerintah desa, yaitu:
1. Program ternak ayam petelur memang berhasil mengurangi pengangguran
tetapi dalam jumlah yang sedikit. Oleh karena itu, sebaiknya terdapat
alternatif program lain yang lebih produktif, seperti membina petani untuk
menjadi wirausahawan lokal dan menghubungkannya dengan mitra kerja.
Karena mayoritas penduduk Desa Nambo bekerja sebagai petani ataupun
buruh kasar;
2. Program-program pelatihan PT. Indocement lebih ditingkatkan lagi,
seperti pelatihan menjahit, pelatihan komputer, pelatihan budidaya
tanaman, dan pelatihan lainnya yang dapat menciptakan masyarakat yang
kompetitif;
89
3. Program CSR PT. Indocement sebaiknya lebih difokuskan untuk
menurunkan jumlah pengangguran, yaitu melalui kerja sama dengan pihak
perbankan yang dapat memberikan bantuan modal awal sekaligus modal
untuk pengembangan usaha;
4. Pembangunan infrastruktur desa dalam menunjang aktivitas warga, seperti
sarana air bersih, penerangan, puskesmas, dan Sekolah Menengah Atas
(SMA), masih perlu dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA Ambadar, Jackie. 2008. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam praktik di
Indonesia. Wujud Kepedulian Dunia Usaha. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Aprilianti, Lusi. 2008. “Analisis Pengimplementasian Corporate Social
Responsibility oleh PT Antam Tbk UBPE Pongkor dalam Pengembangan Komunitas (Studi Kasus: Kampung Bantar Karet, Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)”. Skripsi. Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Febriana, Yohana Desi. 2008. “Partisipasi Masyarakat dalam Program Corporate
Social Responsibility “Kampung Siaga Indosat” (Studi Kasus: RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan)”. Skripsi. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Herlin, Fauziah. 2008. “Analisis Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate
Social Responsibility/CSR) Sebagai Upaya Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus Pengembangan Perekonomian Lokal Melalui Program Kemitraan PT Antam Tbk di Tanjung Barat, Jakarta)”. Skripsi. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Mulyadi, Devi. 2007. “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility) dalam Usaha Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, Jalan Raya Gatot Subroto Kav. 52 Jakarta)”. Skripsi. Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Murdianto. 1998. “Dampak Industrialisasi Terhadap Perubahan Mata Pencaharian
Migran di Daerah Tujuan (Studi Kasus di Dua Desa di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat)”. Tesis. Program Pasca Sarjana, Program Studi Sosiologi Pedesaan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Nasdian, Fredian Tonny. 2006. Pengembangan Masyarakat (Community
Development. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Setianingrum, Ingelia Putri. 2007. “Analisis Community Development Sebagai
Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Kasus PT ISM Bogasari Flour Mills, Jalan Raya Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara)”. Skripsi. Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sihaloho, Jasman. 2007. “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Modal Sosial
(studi kasus PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari,
91
Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung”. Skripsi. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Soekanto, Soerjono. 2002. Sociologi Suatu Pengantar. Ed. BAru, Cet. 34. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada. Soemardjan, Selo. 1962. Perubahan Sosial di Yogyakarta. Jakarta: Komunitas
Bambu. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Susanta, PJ Rahmat. Corporate Social Responsibility : Peran dan Strategi
Perusahaan. Jurnal ilmiah Sutisning, Volume 1, Tahun 1, Mei 2007, hal. 21-28. Jakarta: PIRAC.
Wahyuni, E.S. 2004. Pedoman Teknis Menulis Skripsi. Bogor: Jurusan Ilmu-Ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Wazdy, Salim. Memahami Partisipasi Kebijakan Publik. Dalam http://
pcnukebumen.wordpress.com. Diakses tanggal 4 Februari 2010 pukul 10.00 WIB.
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social
Responsibility). Gresik: Fascho Publishing.
LAMPIRAN
93
Lampiran 1. Tabel Jumlah Penduduk Desa Nambo November Tahun 2009 No RW RT JUMLAH JML.PENDUDUK
AWAL LAHIR MATI DATANG PINDAH JML.PENDUDUK
AKHIR KK L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 RW 01
1 161 247 237 484 1 248 237 485 2 271 496 447 973 4 1 500 478 978
2 RW 02
3 150 238 241 479 1 238 240 478 4 187 345 321 666 345 321 666
3 RW 03
5 dua belas7
211 235 446 211 235 446
6 146 227 246 473 2 225 246 471 4 RW
04 7 207 337 321 658 337 321 658 8 183 292 278 570 1 292 279 571
5 RW 05
9 188 299 285 584 299 285 584 10 209 363 342 705 1 363 343 706
6 RW 06
11 155 269 248 517 1 2 270 246 516 dua
belas 173 294 283 577 294 283 577
7 RW 07
13 25 46 37 83 46 37 83 14 58 106 92 198 3 2 103 90 193 15 105 148 152 300 1 1 147 153 300 16 76 130 106 236 1 dua
belas9 106 235
8 RW 08
17 dua belas6
214 204 418 214 204 418
18 138 253 227 480 1 1 1 1 252 226 478 JUMLAH 2685 4515 4332 8847 6 5 4 4 4 4513 4330 8843
Sumber : Data Demografi Desa Nambo Tahun 2009
94
Lampiran 2. Tabel Data Demografi Pendidikan Desa Nambo Tahun 2009 Data Demografi Pendidikan Desa NamboTahun 2009
Keterangan RW1 RW2 RW3 RW4 RW5 RW6 RW7 RW8 Total Jml anak sekolah SD usia 7-12 Th 180 168 173 179 171 162 163 151 1347
Jml anak sekolah SLTP usia 13-15 Th 21 20 19 16 15 19 17 23 150
Jml anak usia 7-12 Th tidak sekolah SD 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jml anak usia 13-15 Th tidak sekolah SLTP 2 3 2 3 3 2 3 2 20
Jml lulusan SD 25 25 25 17 17 18 20 15 162 Jml lulusan SLTP 15 17 20 16 16 9 11 19 123 Jml lulusan SLTA 7 8 9 8 8 8 7 7 62 Jml lulusan PT 1 1 1 0 0 0 0 0 3 Jml tidak lulus SD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jml tidak lulus SMP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jml Guru SD Swasta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jml Guru SD Negeri 1 1 0 0 0 0 0 0 2 Jml Guru SLTP Swasta 2 0 0 0 0 0 0 0 2 Jml Guru SLTP Negeri 0 0 1 0 0 0 0 0 1 Jml SD Negeri 0 0 1 0 1 0 0 1 3 Sumber : Data Demografi Desa Nambo Tahun 2009
Lampiran 3. Tabel Demografi Ekonomi Desa Nambo Tahun 2009
Data Demografi Ekonomi Desa NamboTahun 2009 Keterangan RW1 RW2 RW3 RW4 RW5 RW6 RW7 RW8 TotalJml Industri Kecil 399 325 261 379 370 412 251 255 2652 Jml Usaha Pertanian 744 592 441 626 659 567 435 466 4530 Jml Kontraktor 711 569 476 590 639 535 392 426 4338 Jml PNS 705 1097 798 851 939 775 473 538 6176 Jml Jasa Buruh 471 439 79 340 376 310 189 215 2419 Jml Perdagangan 1455 1161 917 1216 1298 1102 827 892 8868 Jml Pengerajin 234 658 719 511 563 465 284 323 3757 Jml Karyawan swasta 355 375 350 - 370 353 360 301 2464 Jml Usia Produktif 0 0 0 - 0 0 0 0 0 Jml Tenaga Skill 97 50 53 - 30 20 50 45 345 Jml Tenaga Unskill 0 0 0 - 0 0 0 0 0 Jml Pemilik Mobil 5 6 3 - 3 2 4 6 29 Jml Pemilik Sepeda Motor 225 150 130 - 148 165 101 102 1021 Jml Pemilik TV 299 244 166 - 278 309 188 191 1675 Jml Tinggal Di Rumah sendiri 319 260 209 - 322 371 238 230 1949 Jml Tinggal Di Rumah Sewa 50 50 30 - 25 15 5 5 180 Jml Tinggal Di Rumah Orang Tua 38 15 22 - 23 26 8 15 147
Jml Penerima BLT 49 44 99 - 64 77 97 59 489 Sumber : Data Demografi Desa Nambo Tahun 2009
95
Lampiran 4. Tabel Demografi Kesehatan Desa Nambo Tahun 2009 Data Demografi Kesehatan Desa NamboTahun 2009
Keterangan RW1 RW2 RW3 RW4 RW5 RW6 RW7 RW8 TotalJml Kelahiran 30 30 25 25 30 25 35 31 231 Jml Balita 155 145 97 135 148 126 164 136 1106 Jml Bidan Desa 0 0 0 0 0 0 1 0 1
Jml Puskesmas 0 0 0 0 1 0 0 0 1
Jml Klinik 1 0 1 0 0 0 0 0 2 Jml Dokter praktek 1 0 1 0 0 0 0 0 2
Jml Posyandu 1 1 2 1 2 1 1 2 11 Jml KK Yang Ada MCK 398 349 276 377 369 346 190 327 2632
Jml Penderita DBD 1 1 0 0 0 0 0 0 2
Sumber : Data Demografi Desa Nambo Tahun 2009
Lampiran 5. Tabel Demografi Sosial, Budaya, Agama, dan Olahraga Desa Nambo Tahun 2009
Data Demografi Sosbudag dan Olahraga Desa NamboTahun 2009 Keterangan RW1 RW2 RW3 RW4 RW5 RW6 RW7 RW8 TotalJml Sarana Ibadah 3 2 1 2 3 3 3 2 19 Jml Panjang Jalan Desa 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 8000
Jml Panjang Saluran Air 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 8000
Jml Lap Bola 0 0 0 0 1 0 0 0 1 Jml Lap Volley 1 1 0 0 0 0 0 0 2 Jml Lap Bulutangkis 2 1 1 0 0 0 0 0 4 Jml Tokoh Agama 4 2 2 4 3 3 3 4 25 Jml Linmas 4 6 4 4 5 2 4 5 34 Jml Babinsa Kamtimas 1 0 0 0 0 0 0 0 1
Jml Orang Cacat 2 1 5 11 4 4 1 1 29 Jml Pos Kamling 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Jml Sarana Ibadah 3 2 1 2 3 3 3 2 19 Jml Panjang Jalan Desa 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 8000
Sumber : Data Demografi Desa Nambo Tahun 2009
96
Lampiran 6. Tabel Profil Anggota Kelompok Peternak Hidayah Alam Desa Nambo
No Nama Umur (tahun)
Alamat Pekerjaan Jumlah Ayam Arab (ekor) sekarang
Awal mula beternak (tahun)
Modal beternak
Pengurus ternak
Jumlah tanggungan keluarga
Dampak Beternak Ayam Petelur
1 ROH 32 RT 09 RW 05
Ketua LPM Desa Nambo
1500 2002 -Pinjaman PT. Indocement sebanyak 100 ekor -Pinjaman Bank Mandiri sekitar 15 juta rupiah
Karyawan sebanyak 3 orang
2 orang (istri dan 1 anak berusia 4 tahun)
Istri dapat membuka warung kecil dan mencukupi kehidupan sehari-hari, serta membuka usaha baru untuk tetangga
2 EMN 32 RT 08 RW 04
Wakil Ketua BPD Nambo, kerja serabutan, mengolah limbah
500 2006 -Membeli 600 ekor melalui Pak ROH -Pinjaman Bank Mandiri 7 juta rupiah
Karyawan 1 orang
2 orang (istri dan 1 anak berusia 7 tahun)
Hasil petani meningkat dari kotoran ternak, tetangga ikut beternak (Pak JAM, MAS, NAN), biaya sekolah anak terbantu
3 MAS 43 RT 08 RW 04
Kuli supir 400 2009 Modal sendiri (membeli ayam pitik 800 ekor), hanya 400 ekor yang bertelur
Sendiri 3 orang (istri, 2 orang anak usia 5 tahun dan 20 tahun)
Mencukupi kebutuhan sehari-hari, membantu biaya kuliah anaknya
4 JAM 40 RT 08 RW 04
Karyawan Holcim
60 2009 Modal sendiri (membeli ayam melalui Pak ROH)
Istri 4 orang (istri, 3 orang anak)
Tambahan pendapatan
5 NAN 46 RT 08 RW 04
Kuli Bangunan
180 2006 Modal sendiri (membeli 100 ekor
Karyawan 1 orang
4 orang (istri, 3 orang anak
Tambahan pendapatan
97
Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak ROH sebagai Ketua Kelompok Ternak
ayam melalui Pak ROH)
usia 21 tahun, 17 tahun, dan 1 tahun)
6 AMN 30 RT 04 RW 03
Pemasaran Baitul Mal wa Tanmil (BMT)
80 2006 Modal sendiri (membeli ayam melalui Pak ROH)
Istri 4 orang (Istri dan 3 anak, yang paling kecil TK
Tambahan pendapatan dan tambahan biaya sekolah anak
7 EMD 35 RT 09 RW 05
Karyawan Metro
500 2003 Pinjaman dari PT. Indocement 150 ekor
Istri 3 orang (istri dan 2 orang anak usia 17 tahun dan 8 tahun)
Tambahan pendapatan dan membantu biaya sekolah anaknya
8 SAD 36 RT 11 RW 06
Sebelumnya kontraktor PT. Syfa
190 2008 Modal sendiri (membeli 200 ekor ayam melalui Pak ROH)
Sendiri 2 orang (istri dan anak berusia dua belas tahun)
Tambahan pendapatan dan membantu biaya sekolah anaknya
9 ARN 60 RT 09 RW 05
Petani 30 2002 Modal sendiri (membeli 30 ekor ayam melalui Pak ROH)
Sendiri 4 orang (istri dan 3 anaknya yang sudah menikah)
Tambahan pendapatan
10 OJN 45 RT 09 RW 05
Sebelumnya petani
dua belas5
2002 Modal sendiri (membeli 400 ekor ayam)
Sendiri 6 orang (istri,anak 3 dan cucu 2 orang)
Tambahan pendapatan pokok
11 SAL 48 RT 10 RW 05
Karyawan Pabrik Beton
50 2002 Pinjaman PT. Indocement 100 ekor
Istri 3 orang Tambahan pendapatan dan biaya sekolah anak
98
Lampiran 7. Matriks Alokasi Waktu Penelitian
No.
Kegiatan Juni 2009
Juli-Agustus 2009
November-Januari 2009
Februari 2010
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I Proposal dan Kolokium
1. Penyusunan Draft
2. Konsultasi Proposal
3. Orientasi Lapangan
4. Kolokium
II Studi Lapangan
1. Pengumpulan Data
2. Analisis Data
III Penulisan Laporan
1. Analisis Lanjutan
2. Penyusunan Draft
3. Konsultasi Draft
IV Ujian Skripsi
1. Ujian
2. Perbaikan Skripsi
99
Lampiran 8. Panduan Pertanyaan
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DEPARTEMENT
Hari/tanggal wawancara :
Lokasi wawancara :
Nama dan umur informan :
Jabatan :
Pertanyaan Penelitian:
1. Bagaimana sejarah perusahaan mulai melaksanakan CSR? Kapan mulai
mengimplementasikan CSR?
2. Apa definisi CSR menurut PT. Indocement?
3. Apakah Visi dan Misi PT. Indocement dalam pelaksanaan program CSR?
4. Bagaimana pandangan perusahaan terhadap CSR?
5. Bagaimana posisi struktural CSR dalam perusahaan? Berada dibawah apa?
Dan terdiri dari berapa orang bagian CSR? Mengapa?
6. Bagaimana motivasi perusahaan dalam pelaksanaan CSR?
7. Apa saja jenis program CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan?
8. Apa strategi yang dipilih perusahaan dalam proses pengembangan masyarakat
serta dalam pelaksanaan CSR?
9. Bagaimana mekanisme survey dalam melaksanakan CSR disuatu tempat?
Berapa lama? Dibantu oleh siapa?
10. Cara apa saja yang biasa digunakan dalam mencari kebutuhan masyarakat?
Kendala apa saja yang dialami saat hendak melaksanakan CSR di suatu
tempat?
11. Apakah terdapat anggaran khusus untuk pelaksanaan program CSR dari PT.
Indocement setiap tahunnya?
12. Program apa saja yang pernah dilakukan oleh perusahaan? Kapan? Apa
namanya? Apa saja bentuk programnya? Di mana dan siapa sasarannya?
13. Apakah program yang dijalankan telah sesuai dengan tujuan perusahaan
sebelumnya?
14. Apakah ada pihak yang membantu/bermitra dalam pelaksanaan CSR?
100
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM KEPALA DESA/TOKOH MASYARAKAT/KELOMPOK TERNAK
Hari/tanggal wawancara :
Lokasi wawancara :
Nama dan umur informan :
Bekerja di perusahaan : Ya / Tidak
Pertanyaan Penelitian:
1. Apa saja permasalahan desa terkait dengan demografinya?(informasi, modal,
dan pekerjaan)
2. Apakah Bapak/Ibu mengenal PT. Indocement? Siapa yang Bapak/Ibu kenal
dari PT. Indocement dan jabatannya apa?
3. Kapan PT. Indocement mulai beroperasi di desa ini?apakah pihak PT.
Indocement langsung menghadap ke tokoh masyarakat?
4. Apakah PT. Indocement memberitahu akan melaksanakan CSR di daerah
tersebut?
5. Darimana Bapak/Ibu tahu tentang program CSR PT. Indocement?
6. Program CSR PT. Indocement apa saja yang Bapak/Ibu ketahui?
7. Bagaimana mekanisme PT. Indocement melakukan survey kebutuhan warga?
Bertanya ke siapa?
8. Apakah kebutuhan utama yang diperlukan warga dapat terpenuhi dari program
CSR PT. Indocement?
9. Program CSR apa saja yang dilaksanakan oleh PT. Indocement? Sudahkan
sesuai dengan kebutuhan warga?
10. Apakah terdapat perubahan tingkat kemandirian masyarakat sebelum dan
setelah dijalankan program CSR PT. Indocement?
11. Adakah kendala saat pelaksanaan CSR PT. Indocement? Apa sajakah dan
mengapa?
12. Apakah Bapak/Ibu tahu tentang forum BILIKOM (Bina Lingkungan
Informasi)?
13. Darimana Bapak/Ibu tahu adanya BILIKOM tersebut?
14. Apa saja manfaat dari BILIKOM tersebut bagi warga?
15. Apa dampak yang Anda rasakan dari program CSR ini?
101
16. Siapa yang mengajak Anda untuk mengikuti program?
17. Apakah program ini memperbaiki pola hidup dan pola pikir Anda?
18. Sejauhmana ketergantungan usaha Anda terhadap PT. Indocement?
19. Apa harapan Bapak/Ibu terhadap program CSR PT. Indocement?
102
Lampiran 9. Matriks Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data
No Tujuan
Variabel
Data yang dibutuhkan Sumber Data Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
1. Profil PT. Indocement
1. Bidang usaha PT. Indocement 2. Prestasi dan visi-misi
1. Sejarah didirikannya PT. Indocement
2. Bidang-bidang usaha PT. Indocement
3. Prestasi PT. Indocement 4. Visi-Misi
1. Data Sekunder: data dari CSR PT. Indocement
2. Data Primer: Staf CSR PT. Indocement
1. Studi literatur/analisis arsip/dokumen PT. Indocement
2. Wawancara
1. Analisa deskriptif
2. Mengetahui pandangan dan motivasi CSR PT. Indocement
1. Pandangan perusahaan: 1. External driven,
environmental driven, reputation driven
2. Compliance 3. Internal driven
2. Motivasi CSR
perusahaan
1. Pandangan perusahaan tersebut dalam menjalankan CSR
2. Motivasi perusahaan dalam melaksanakan CSR
1. Data Sekunder: data dari PT. Indocement
2. Data Primer: Staf CSR PT. Indocement
1. Studi literatur/analisis dokumen
2. Wawancara
1. Analisa deskriptif
3. Mengetahui strategi pelaksanaan CSR dan pengembangan masyarakat PT. Indocement
1. Model strategi pelaksanaan CSR PT. Indocement: 1. Perusahaan
terlibat langsung
2. Melalui
1. Bagaimana model implementasi CSR PT. Indocement
2. Strategi pengembangan masyarakat PT. Indocement
1. Data Sekunder: laporan CSR dari PT. Indocement
2. Data
1. Studi literatur 2. Wawancara
1. Pengumpulan data
2. Analisa deskriptif
103
yayasan/organisasi sosial
3. Bermitra dengan pihak lain
4. Membentuk atau bergabung dalam suatu konsorsium
2. Bentuk strategi pengembangan masyarakat: 1.rational-empirical, 2.normative-reeducative,
3. power-coersive
Primer: Staf PT. Indocement, observasi lapang, masyarakat sasaran program dan instansi terkait
4. Gambaran umum Desa Nambo, kabupaten Bogor,Jawa Barat
1. Lokasi Desa Nambo: Letak kelurahan, batas-batas kelurahan, luas kelurahan 2. Kondisi demografi
1. Sejarah dan konteks lokasi secara geografis
2. Struktur sosial masyarakat 3. Jumlah penduduk 4. Mata pencaharian 5. Kondisi tingkat pendidikan
1. Data Sekunder: laporan CSR dari PT. Indocement, data pemerintah setempat dan data instansi terkait
2. Data Primer: Pegawai PT. Indocement, observasi
1. Studi literatur 2. Wawancara
1. Penyajian data 2. Analisis data
104
lapang, masyarakat sasaran program dan instansi terkait
5. Mengetahui dan mengkaji sejauh mana dampak pelaksanaan CSR PT Indocement beserta faktor-faktor yang mempengaruhi dampak program CSR tersebut.
1. Dampak program CSR terhadap masyarakat lokal
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi dampak program CSR
1. Dampak program CSR terhadap masyarakat lokal
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi dampak program CSR
1. Data Sekunder: laporan CSR dari PT. Indocement,
2. Data Primer: Staf PT. Indocement, observasi lapang
1. Studi literatur 2. Wawancara
mendalam
1. Pengumpulan data
2. Analisis data
105
Lampiran 10. Catatan Harian Penelitian
1. Hari/Tanggal : Jumat, 4 Desember 2009 Pukul : 08.00-16.00 WIB Tempat : Kantor Desa Nambo dan Rumah Bpk Nurohim Nara Sumber : Bpk ROH Pekerjaan : Ketua LPM Desa Nambo dan Peternak
Hasil Wawancara : Sejarah Program Ternak Ayam Petelur Sejarah program peternak ayam petelur di Desa Nambo ini berawal dari
Pak ROH (32 tahun) yang merupakan seorang sarjana manajemen lulusan
Universitas Ibnu Khaldun yang mengikuti pelatihan ternak ayam Buras di Ciawi
pada tahun 2002. Pelatihan ini diikutinya setelah mendapatkan informasi dari
koran dan untuk mengisi waktu luangnya yang kosong karena masih menganggur
setelah lulus kuliah. Setelah mengikuti pelatihan tersebut, Pak Rohim membeli
200 ekor ayam kampung pada tahun 2002 pada teman/gurunya di Cilodong.
Namun, ternaknya kemudian mati sebanyak 46 ekor. Karena melihat ternaknya
mati dan tidak juga bertelur, atas saran dari temannya di Cilodong, sisa ayam
kampungnya ditukar dengan 50 ekor ayam Arab yang merupakan ayam petelur.
Kegiatan usaha beternak ayam petelur ini, sementara ditinggalkan oleh
Pak ROH karena menikah tahun 2002 dan ayamnya diberikan kepada kakaknya di
Desa Nambo. Ternyata setelah ayamnya dipindah dan dipelihara di rumah
kakaknya yang bernama Pak EMD, ayam Arab ini langsung bertelur banyak.
Akhirnya pada tahun 2004, setelah pertemuan dalam BILIKOM (Bina
Lingkungan Komunikasi) antara PT. Indocement dengan warga Desa Nambo, Pak
ROH mengajukan pinjaman modal berupa 100 ekor Ayam Arab senilai lima juta
rupiah kepada PT. Indocement, yang saat itu masih diwakili oleh Pak SHT.
Sedangkan untuk sistem pengembalian pinjaman tersebut yaitu sekitar Rp.500.000
setiap bulannya. Setelah melihat potensi dari usaha ternak ayam petelur yang
dilakukan oleh Pak ROH dan keberhasilan Pak ROH untuk mengembalikan
pinjaman dari PT. Indocement, maka PT. Indocement bersama masyarakat Desa
Nambo berdiskusi dalam forum BILIKOM (Bina Lingkungan Komunikasi) yang
secara rutin dilakukan empat kali dalam setahun di semua desa binaan yang
berjumlah dua belas desa. Hasilnya disepakati untuk melaksanakan program
pelatihan ternak ayam petelur ini.
106
2. Hari/Tanggal : Selasa, 8 Desember 2009 Pukul : 18.30-20.00 WIB Tempat : Housing PT. Indocement, Citeureup, Bogor Nara Sumber : Ibu DNV Pekerjaan : CSR Department Head Hasil Wawancara : CSR PT. Indocement
PT. Indocement memandang CSR “as a commitment”. Pernyataan ini
didasarkan atas konsep yang dijadikan prinsip pelaksanaan CSR PT. Indocement
ini, yaitu konsep sustain yakni menciptakan mutual understanding antara
masayarakat dan PT. Indocement, living harmony antara masyarakat dan PT.
Indocement, dan sense of belonging terhadap perusahaan PT. Indocement, serta
tentunya menciptakan benefit bagi PT. Indocement dan masyarakat. Selain itu,
PT. Indocement juga telah menganggarkan dana khusus setiap tahunnya dan
melakukan socio demography mapping analize and review untuk melaksanakan
program CSR.
Motivasi PT. Indocement dalam pelaksanaan program CSR bertujuan
untuk melakukan pembangunan hardware (pembangunan infrastruktur seperti
jalan dan jembatan) dan pembangunan software (pengetahuan dan keterampilan
masyarakat). Sehingga menciptakan kemandirian masyarakat (community self-
wellbeing) dalam upaya peningkatan ekonomi lokal dan mewariskannya kepada
generasi mendatang demi keberlanjutan hidup.”
Program CSR selain didiskusikan dalam forum BILIKOM, juga diawali
dengan adanya social mapping yaitu pemetaan dan survey yang dilakukan oleh
Departemen CSR PT. Indocement untuk mengetahui demografi, kondisi, dan
kebutuhan masyarakat Desa Nambo. Hasilnya adalah masih banyaknya warga
desa usia produktif yang menjadi pengangguran, yaitu 3657 orang (berdasarkan
data demografi Desa Nambo tahun 2009). Berdasarkan social maping Desa
Nambo dan potensi Desa Nambo berupa kemauan besar masyarakatnya untuk
berusaha (modal bergulir) serta tersedianya lahan, maka PT. Indocement
merancang program peternak ayam petelur di Desa Nambo.
107
3. Hari/Tanggal : Kamis, 10 Desember 2009 Pukul : 13.30-15.00 WIB Tempat : Departemen CSR, PT. Indocement, Citeureup, Bogor Nara Sumber : Bpk SHT Pekerjaan : SDP Section Head (sampai 2008) Hasil Wawancara : Sejarah dan Dampak Program Ternak Ayam Petelur
Program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Indocement didasarkan atas
hasil survey kebutuhan masyarakat di lapang, socio demography mapping analize
and review yaitu dengan pemetaan dan survey langsung ke tempat pelaksanaan
CSR, dan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang sudah dianggarkan
tiap tahunnya. Program-program CSR PT. Indocement yang selama ini dijalankan
di dua belas desa binaan mengacu pada kegiatan lima aspek (The Five Pillars) dan
sustainable development project. Menurut Pak SHT (head of SDP Section-sampai
tahun 2008), konsep lima aspek (pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya,
agama, dan keamanan) telah dilaksanakan PT. Indocement sejak tahun 2001 di
bawah divisi security. Kegiatan yang dilaksanakan dalam lima aspek ini masih
sebatas charity. Akhirnya, pada akhir tahun 2008 kegiatan CSR PT. Indocement
ditambah dengan Sustainable Development Project yang lebih mengutamakan
keberlanjutan proyek CSR.
Program CD lima aspek ini dilaksanakan secara merata di dua belas desa
binaan. Setiap aspeknya memiliki penanggung jawab dari masing-masing staf
Departemen CSR yang akan saling berkoordinasi dengan CD Section Head, yaitu
Ibu LID. Masing-masing program di tiap aspek saling berkaitan, misalnya
program pelatihan peternak ayam petelur yang awalnya termasuk aspek
pendidikan. Namun, setelah program peternak ayam petelur ini disertai dengan
program UMKM dan bekerja sama dengan Bank Mandiri, maka program ini
beralih kepada aspek ekonomi.
PT. Indocement dalam program UMKM ini, memberikan insentif modal
untuk beternak telur berupa 100 ekor ayam Arab kepada Pak ROH sebagai ketua
LPM Desa Nambo pada tahun 2004. Usaha beternak telur ini terus berkembang
dan telah menarik minat tetangga Pak ROH. Hal ini mengakibatkan pada tahun
2006, menurut data yang diberikan oleh Pak SHT selaku SDP Section Head (yang
akan pensiun pada bulan April 2010) PT. Indocement kembali memberikan 500
ekor ayam Arab kepada lima orang, yaitu Bapak SAN, GUM, SAL, SUL, dan
108
AMN, di mana masing-masing orang mendapatkan 100 ekor ayam Arab senilai
Rp5.000.000,00 dengan sistem pengembalian selama satu tahun (periode Februari
2006-Januari 2007). Ya, pembayaran setiap bulannya sekitar Rp500.000,00.
Sejak adanya program PKBL Bank Mandiri ini, menurut Pak SHT tercatat pada
Januari 2009 telah ada dua warga Desa Nambo yang telah menerima pinjaman,
yaitu Bapak ROH sebesar dua puluh juta rupiah dan Bapak EMD sebesar lima juta
rupiah.
Dampak ekonomi yang terjadi terhadap masyarakat Desa Nambo dari
adanya program ternak ayam petelur, yaitu terciptanya lapangan kerja baru bagi
masyarakat yaitu berusaha ternak ayam petelur ini. Lapangan kerja baru ini
berdampak pada menurunnya angka pengangguran di desa, yaitu sebanyak 15
orang dari total pengangguran 3657 orang dengan rincian 11 orang peternak ayam
petelur, 3 orang karyawan peternak, dan 1 orang pemasar/distributor. Selain itu,
penghasilan warga yang beternak ayam petelur ini yaitu sejumlah dua belas orang
juga meningkat dari usaha ayam petelur ini, yaitu dengan menjual kotoran
ayamnya untuk dijadikan pupuk yang dihargai Rp5.000,00 per karungnya. Rata-
rata dalam seminggu (tergantung jumlah ayam) dapat dihasilkan satu karung
kotoran. Dalam satu bulan bisa mendapat tambahan penghasilan sekitar
Rp20.000,00. Di sisi lain, dengan harga pupuk yang lebih murah dan berkualitas
ini dapat menguntungkan para petani, sehingga pendapatan petani pun dapat
meningkat.
4. Hari/Tanggal : Jumat, 11 Desember 2009 Pukul : 09.00-15.00 WIB Tempat : Rumah Bpk ROH Nara Sumber : Bpk Nurohim Pekerjaan : Ketua Kelompok Peternak Hidayah Alam Hasil Wawancara : Dampak Program Ternak Ayam Petelur Pada aspek pendidikan, program ini bertujuan untuk meningkatkan indeks
pembangunan manusia di Desa Nambo, yaitu dengan meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan masyarakat, serta merubah pola pikir masyarakat untuk dapat
menciptakan lapangan kerja sendiri dengan berusaha. Tujuan ini direalisasikan
dengan pelatihan yang diadakan PT. Indocement pada tahun 2004 di kantor Desa
Nambo diikuti oleh 20 orang warga Desa Nambo dengan pelatih/tutor dari dosen
109
peternakan IPB. Pelatihan yang ke dua dilaksanakan oleh PT. Indocement pada
tahun 2009 di Sekolah Magang Indocement dengan jumlah peserta 22 orang yang
mewakili dua belas desa binaan dengan narasumber yaitu Pak ROH (Ketua LPM
Desa Nambo dan Ketua kelompok ternak Hidayah Alam). Materi pelatihan yang
diberikan kepada masyarakat yaitu cara pembuatan pakan, pembuatan kandang,
jamu ayam, dan vaksinasi.
Dampak dari program pelatihan ternak ayam petelur ini secara langsung
adalah memberikan pengetahuan tentang cara pembuatan pakan ayam, pembuatan
kandang, jamu ayam, dan vaksinasi kepada para peserta pelatihan sebanyak 25
orang Desa Nambo. Dampak dari program ini dapat dirasakan oleh peserta
pelatihan dari berbagai level masyarakat, mulai dari masyarakat biasa (di luar
pemerintahan desa yang bekerja sebagai petani atau buruh) hingga pemerintah
desa (Pak ROH-Ketua LPM Desa Nambo). Pola pikir peserta pelatihan juga
mengalami inovasi dengan memikirkan untuk berusaha ayam petelur setelah
mengikuti pelatihan, seperti yang dilakukan masyarakat yang tergabung dalam
kelompok ternak Hidayah Alam.
5. Hari/Tanggal : Rabu, 16 Desember 2009 Pukul : 09.00-14.00 WIB Tempat : Rumah Peternak, Desa Nambo Nara Sumber : Bpk NAN Pekerjaan : Peternak Ayam Hasil Wawancara : Kelompok Ternak Hidayah Alam
Masyarakat Desa Nambo yang berusaha ternak ayam petelur ini semuanya
tergabung dalam kelompok ternak Hidayah Alam, dengan ketua kelompok Bapak
ROH dan beranggotakan 10 orang lainnya, yaitu Pak EMN, MAS, JAM, NAN,
AMN, EMD, SAD, ARN, OJN, dan Pak SAL.
Kelompok Peternak Hidayah Alam ini dibentuk oleh Pak ROH pada tahun
2002 untuk membentuk jaringan pemasaran dan kerja sama antar peternak, serta
untuk mengembangkan usaha ternak ayam petelur setiap anggotanya. Untuk
menjadi anggota kelompok peternak ini tidak dikenakan biaya administrasi apa
pun. Usaha ternak ayam petelur di Desa Nambo dapat terlaksana sampai sekarang
atas peran Pak ROH yang juga merupakan Ketua LPM (Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat) Desa Nambo.
110
Hasil dari pelatihan yang telah dilaksanakan oleh PT. Indocement, Pak
ROH melihat adanya keseriusan, kemauan, dan potensi dari lima orang peserta
pelatihan tersebut, yaitu Pak SAN, GUM, SAL, SUL, dan Pak AMN. Kemudian
Pak ROH menjelaskan kepada lima orang tersebut tentang peluang untuk
mengajukan pinjaman modal ayam kepada PT. Indocement. Akhirnya kelima
orang tersebut menerima masing-masing 100 ekor ayam Arab senilai
Rp5.000.000,00 dari PT. Indocement pada tahun 2006 untuk periode
pengembalian pinjaman pada bulan Februari 2006-Januari 2007. Atas bimbingan
Pak ROH, kelima orang tersebut dapat mengembalikan pinjamannya tepat waktu.
Kendala secara umum yang dialami oleh anggota kelompok peternak
Hidayah Alam ini adalah modal untuk mengembangkan usahanya. Dalam hal
pemasaran, hampir semua peternak Hidayah Alam memasarkan telur ke agen
jamu di Pasar Cileungsi dan ada juga yang memasarkan telur melalui Pak ROH.
Sebagaian besar peternak telah mengetahui dari Pak ROH, bahwa terdapat
peluang untuk meminjam modal dari PT. Indocement dan program UMKM dari
PKBL Bank Mandiri. Namun, anggapan bahwa mereka adalah orang “bodoh”
membuat mereka takut untuk meminjam modal, karena khawatir tidak dapat
mengembalikannya. Seperti yang diinformasikan oleh Pak NAN yang merupakan
anggota kelompok peternak Hidayah Alam yaitu masalah saya untuk beternak
ayam petelur ini adalah modal. Saya tahu ada peluang untuk meminjam modal ke
PT. Indocement. Tapi, karena saya orang bodoh, SD saja tidak lulus, maka saya
takut untuk meminjam. Takut tidak bisa mengembalikannya. Saat pinjam modal
memang pegang banyak uang, tetapi besok sudah bingung lagi mau
mengembalikan pinjaman seperti apa.
6. Hari/Tanggal : Kamis, 17 Desember 2009 Pukul : 09.00-14.00 WIB Tempat : Rumah Peternak Hidayah Alam, Desa Nambo Nara Sumber : Bpk EMD dan Ibu EV Pekerjaan : Peternak Hidayah Alam Hasil Wawancara : Dampak Program Peternak Ayam Petelur
Usaha beternak ayam petelur ini setidaknya ikut mempengaruhi pola pikir
dan pola hidup dari para peternak ayam petelur yang awalnya hanya bekerja
sebagai petani maupun buruh (sekarang sudah banyak yang bekerja di pabrik,
111
sehingga ternak mereka terlantar) dan rata-rata berpendidikan tingkat SLTP.
Seperti yang diinformasikan oleh Pak EMD yaitu pemikiran Saya saat ini, ketika
mendapatkan hasil lebih dari usaha beternak, lebih baik digunakan untuk membeli
ayam pitik (DOC) lagi atau untuk biaya sekolah anak dari pada ditabung. Karena
yang namanya beternak ayam resikonya besar dan tak terduga seperti ayam yang
mati atau tidak bertelur. Berbeda ketika saya bekerja di Kandang Roda yang sudah
pasti penghasilannya setiap bulan.
Pendapat yang sama diinformasikan oleh Ibu EV yang merupakan istri
dari Pak ROH (ketua kelompok ternak Hidayah Alam), yaitu usaha beternak ayam
itu harus dijadikan sampingan, jangan menjadi usaha pokok. Karena usaha ayam
itu tidak tentu untung dan ruginya. Ya kalau ayam mati dan tidak bertelur pasti
hitungannya jadi rugi. Kalau hitungan bersih untuk beternak telur memang
untung. Sejak beternak, Saya lebih memilih untuk tidak menabung, tetapi lebih ke
investasi dengan membelikan ayam dan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Perubahan pola pikir peternak di atas dapat dikatakan positif karena
dengan melakukan investasi berupa pembelian bibit ayam, dapat menjaga
keberlanjutan usaha dan tidak bergantung kepada pihak manapun. Namun, seiring
dengan ketidakpastian keuntungan yang diperoleh dari usaha ayam petelur ini
(ayam mati atau tidak bertelur) sehingga rugi dan mayoritas peternak telah
mendapatkan pekerjaan yang lebih pasti (bekerja di pabrik), mayoritas dari usaha
ternak mereka terlantar atau diurus oleh istrinya. Tetapi tidak ada yang
meninggalkan usaha ternak ini walaupun mengalami kerugian. Karena menurut
mereka usaha ayam ini telah menghidupi banyak orang, tidak hanya keluarga
mereka sendiri. Selain itu, mereka juga berpendapat bahwa usaha ayam ini dapat
dijadikan sampingan dan tambahan penghasilan mereka.
7. Hari/Tanggal : Senin, 21 Desember 2009 Pukul : 13.30-15.00 WIB Tempat : Departemen CSR, PT. Indocement, Citeureup, Bogor Nara Sumber : Ibu LID Pekerjaan : CD Section Head Hasil Wawancara : Program Ternak Ayam Petelur
Saat ini, program peternak ayam petelur ini berada di bawah koordinasi CD Section yang berdampak pada aspek ekonomi, seperti yang diinformasikan oleh Ibu LID (CD Section Head) tentang program ternak ayam petelur yang
112
berdampak pada aspek ekonomi. Program ternak ayam petelur ini tergolong dalam aspek ekonomi yaitu program UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Hal ini dikarenakan adanya bantuan modal dengan sistem pinjaman dari PT. Indocement berdasarkan survey langsung berdasarkan demografi masyarakat. Program ini juga bekerjasama dengan PKBL Bank Mandiri sejak periode Agustus-Desember tahun 2008, di mana pinjaman dengan nilai kurang dari 5 juta rupiah dan jangka waktu pengembalian kurang dari 1 tahun, akan diberikan pinjaman oleh CD Section CSR Department. Sedangkan untuk pinjaman dengan nilai lebih dari 5 juta rupiah dan jangka waktu pengembalian lebih dari 1 tahun, akan diberikan pinjaman oleh Bank Mandiri.
8. Hari/Tanggal : Kamis, 24 Desember 2009 Pukul : 09.00-15.00 WIB Tempat : Desa Nambo Nara Sumber dan Pekerjaan : - Ibu ACH (Kader Posyandu), Bpk JAJ (Pemerintah
Desa Nambo), Pak NAS (Ketua Satgas Nambo), Ibu NAM (Ibu Rumah Tangga), Bpk END (Kepala Desa Nambo).
Hasil Wawancara: Dampak Program CD (PMT, Betonisasi Jalan, Pelatihan Linmas) dan SDP (Biogas), serta persepsi masyarakat.
Program PMT yang dilaksanakan satu bulan sekali ini menurut Ibu ACH
(kader posyandu) sangat baik untuk meningkatkan kesehatan dan kecerdasan bayi.
Program PMT ini sangat baik untuk meningkatkan kesehatan dan kecerdasan bayi,
karena makanan yang diberikan kepada bayi berupa susu dan biskuit.
Dampak dari program ini yang dirasakan oleh masyarakat Nambo adalah
dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif yang dirasakan sudah pasti
meningkatnya gizi dari bayi. Dari total 1053 balita, tidak ada satu pun yang
mengalami gizi buruk. Hal ini dikarenakan oleh kegiatan posyandu yang rutin
dilaksanakan minimal satu bulan satu kali dan ditambah dengan pemberian
makanan bergizi ini. Selain itu, kemauan ibu-ibu untuk membawa balita ke
posyandu juga mempengaruhi dampak program ini. Seperti yang diutarakan oleh
Ibu ACH (kader posyandu) yaitu kemauan ibu-ibu untuk membawa bayinya ke
posyandu sangat tinggi. Karena kebanyakan dari mereka menganggap kesehatan
bayi itu sangat penting untuk dijaga. Selain itu, pemberian makanan tambahan
secara gratis dari PT. Indocement ini juga mempengaruhi kemauan ibu-ibu untuk
membawa bayinya ke posyandu.
Program betonisasi jalan dusun II ini diawali dari adanya Musyawarah
113
Rencana Pembangunan Desa (MUSRENBANGDES) dengan PT. Indocement,
seperti diinformasikan oleh Pak JAJ (35 tahun) yang merupakan Kepala Urusan
Ekonomi dan Pembangunan Desa Nambo sekaligus pelaksana program. Program
betonisasi jalan ini, diawali dengan MUSRENBANGDES antara masyarakat
dengan PT. Indocement. Masyarakat mengajukan program berdasarkan hak sosial
dan kebutuhan. Perusahaan menganalisa apakah kebutuhan ini pantas dijadikan
skala prioritas. Setelah terjadi sinkronisasi program dan perusahaan telah
menetapkan skala prioritas untuk program ini, maka program baru dapat
dilaksanakan.
Program ini dilaksanakan sesuai dengan instruksi dan koordinasi antar
pemerintah desa, serta transparan kepada masyarakat, agar ketika terjadi
pengaduan dari masyarakat terdapat bukti. Seperti diinformasikan Pak JAJ yaitu
setiap program/bantuan dari perusahaan ke desa, pasti melalui kantor desa. Secara
struktural, LPM yang akan mengkordinasikannya dengan Saya, BPD, dan tokoh
masyarakat, agar dapat dikomunikasikan kepada masyarakat dan terdapat legalitas
dalam pelaksanaannya.
Dampak negatif dirasakan oleh masyarakat yang mempunyai tanah
pemakaman yang ditembus oleh betonisasi jalan ini di RT 06. Namun, atas
dukungan dan pengertian yang diberikan oleh pemerintah desa kepada masyarakat
terkait bahwa dengan mengijinkan pembangunan jalan ini, manfaat sosial yang
dihasilkan lebih besar. Sehingga dapat dicapai kesepakatan bersama untuk
melanjutkan program ini.
Sikap dari pemerintah desa tersebut terlihat mendukung program dari
perusahaan. Namun, menurut Pak JAJ memang seperti itu yang harus dilakukan.
Pemerintah desa akan mendukung setiap program/bantuan perusahaan yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Karena memang hal tersebut merupakan hak-hak
sosial kami. Berbeda, ketika ada hak pribadi yang harus Kami perjuangkan kepada
perusahaan, maka Kami akan memperjuangkannya.
Sikap dari pemerintah desa ini yang menjadikan masyarakat Desa Nambo
tidak bergantung kepada perusahaan. Seperti yang diinformasikan oleh Pak JAJ.
Kami tidak ada ketergantungan dengan perusahaan. Jika perusahaan memiliki
itikad baik untuk membantu, maka Kami terima. Jika tidak, Kami tidak akan
114
memaksa. Secara komunikasi memang Kami saling bergantung, tetapi secara
materi belum tentu kami saling bergantung.
Program pelatihan LINMAS ini didasarkan atas sinkronisasi kebutuhan
antara perusahaan dan Desa Nambo, yaitu keamanan. Hal ini dikarenakan Desa
Nambo merupakan desa yang termasuk Quary C (daerah pertambangan PT.
Indocement), sehingga menjaga keamanan secara swadaya juga perlu ditingkatkan
terkait dengan timbal balik kepentingan perusahaan dan desa.
Pelatihan LINMAS ini terdiri dari materi pengenalan dan pencegahan
kriminal (pencurian di areal Indocement) dan latihan fisik (baris-berbaris).
LINMAS yang terdiri dari dua orang setiap RT akan melakukan kordinasi dengan
PT. Indocement dan dua belas desa binaan dalam Rapat Kordinasi SATGAS
setiap tiga bulan satu kali. Dalam rapat ini, terdiri dari pemaparan laporan catatan
criminal dan situasi keamanan masing-masing desa. Dalam pelaksanaannya,
LINMAS ini berada di bawah Security Division PT. Indocement dan berkordinasi
dengan CSR Department yaitu Pak YAD selaku kordinator desa.
Dampak yang dirasakan oleh peserta pelatihan LINMAS ini adalah
sepenuhnya positif. Hal ini didasarkan atas partisipasi peserta pelatihan LINMAS
yang tinggi terhadap program (mengikuti awal pelatihan hingga rapat triwulan)
dan terkait dengan persepsi positif warga terhadap program CSR PT. Indocement.
Seperti yang diutarakan oleh Pak NAS (56 tahun) yang merupakan Ketua Satuan
Tugas (SATGAS) Desa Nambo. Menjaga keamanan desa sekaligus keamanan
peralatan Indocement Kami laksanakan dengan senang hati. hal ini dikarenakan
oleh toleransi yang selama ini ditunjukkan Indocement kepada warga Desa
Nambo. Penerima manfaat program ini juga merata mulai dari pemerintah desa
hingga perwakilan tiap RT. Menurut informasi yang didapatkan dari Ibu NAM,
kompor biogas ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu sejak memakai
kompor gas ini, yah kelebihannya tidak usah memakai kayu bakar lagi yang harus
saya cari jauh-jauh ke gunung dan tidak usah mengeluarkan biaya untuk membeli
minyak tanah lagi. Selain itu juga untuk memasak cepat sekali, bau api tidak bau,
dan berwarna biru. Sedangkan kelemahannya yaitu ketika mengurus kotoran sapi
untuk dapat masuk ke tabung selang biogas ini. Karena dalam satu hari
115
dibutuhkan kotoran sapi sebanyak lima kilogram dan hanya menghasilkan nyala
api selama empat jam. Dengan adanya program ini, setidaknya pengeluaran Ibu
NAM sedikit berkurang, seperti untuk membeli minyak tanah maupun kayu bakar
untuk memasak.
Dampak yang dirasakan oleh Ibu NAM dan keluarga dari program ini
adalah dampak positif dan negatif. Dampak positif dirasakan karena menerima
pengetahuan tentang pengolahan kotoran sapi menjadi biogas dengan kualitas api
yang bagus, mengurangi pengeluaran untuk kayu bakar dan minyak tanah.
Dampak negatif dari program ini adalah program ini masih sebatas percontohan,
padahal terdapat juga masyarakat Nambo yang memiliki sapi namun kesulitan
membeli kompor biogas karena harganya yang mahal, yaitu sekitar lima juta
rupiah. Pada akhirnya dapat menciptakan ketergantungan masyarakat kepada
perusahaan berupa penyediaan kompor biogas ini. Dampak dari program ini hanya
dapat dirasakan oleh level masyarakat tertentu, yaitu masyarakat yang mempunyai
minimal tiga ekor sapi.
Berdasarkan penjelasan di atas, perbedaan persepsi masyarakat Desa
Nambo terhadap perusahaan dan program CSR-nya dipengaruhi oleh dampak
langsung atau tidak langsung yang dirasakan oleh masyarakat. Hal ini dapat
dipahami karena mereka menganggap bahwa semua lapisan masyarakat Desa
Nambo berhak mendapatkan manfaat secara langsung dari keberadaan perusahaan
yang mengambil manfaat dari desa mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak
END sebagai Kepala Desa Nambo yaitu Desa Nambo merupakan salah satu desa
binaan PT. Indocement. Perusahaan juga mengambil bahan baku dari Desa
Nambo. Oleh karena itu, sangat wajar jika seluruh warga Desa Nambo menuntut
kontribusi yang lebih dari perusahaan kepada peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Saat ini, memang program CSR Indocement telah dirasakan oleh
perwakilan tiap lapisan masyarakat. Yang jadi masalah adalah manfaat dari
program CSR ini belum dirasakan merata oleh seluruh masyarakat. Maka wajar
lah de, kalau persepsi warga terhadap perusahaan ada yang positif dan negatif.