STUDI PERBANDINGAN PERATURAN CORPORATE SOCIAL ...
Transcript of STUDI PERBANDINGAN PERATURAN CORPORATE SOCIAL ...
65Universitas Indonesia
STUDI PERBANDINGAN PERATURAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DI NEGARA INDONESIA DENGAN
NEGARA AUSTRALIA, DAN INGGRIS.
Sheila Mirah Tiara
Wenny Setiawati
Program Studi Ilmu Hukum, Kekhususan Hukum tentang Hubungan Negara dan
Masyarakat, Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Abstrak
Skripsi ini membahas mengenai Pengaturan tentang Corporate Social Responsibility di Negara Indonesia, Australia, dan Inggris. Mencoba menelaah Corporate Social Responsibility di setiap negara Indonesia, Australia dan Inggris dari segi Regulasi yang mengatur, aparat yang melaksanakan, efektifitas dari peraturan tersebut, panduan pelaksana atas peraturan yang telah dibuat, peran masyarakat dalam pelaksanaan peraturan tersebut, serta yang terakhir sanksi yang diberikan bila para pelaku usaha tidak melaksanakan Corporate Social Responsibility. Atas hasil penelitian ini terdapat kesimpulan yang dapat diambil yaitu setelah menjabarkan dari masing-masing Negara, apakah peraturan yang telah di terapkan di Negara Australia dan Inggris dapat di terapkan di Indonesia. Ini bertujuan agar Indonesia dapat lebih baik lagi dalam menerapkan Corporate Social Responsibility di Indonesia, karena ini sangat penting bagi Negara Indonesia. Dan apakah penerapan nya efektif bagi Negara Indonesia, dengan melihat peraturan yang terdapat di Australia dan Inggris, Negara Indonesia dapat mencontoh hal-hal yang sudah berjalan dengan efektif di ke dua Negara tersebut, dengan mencocokan sistem yang di anut di Negara di Indonesia. Kata Kunci : Corporate Social Responsibility, Tanggung Jawab Perusahaan.
Abstract
This thesis discusses about regulations on Corporate Social Responsibility in Indonesia, Australia and United Kingdom. The discusses focused on some problems, such as the regulations, the officials who have duty to carrying out, the effectiveness of the regulations, the implementation guide, the role of the community and the sanction if Corporate Social Responsibility the businesses do not implemented. This study focused on comparative study method. The data retrieval methods focus on the study of literature. The results concluded that Australia and United Kingdom have better Corporate Social Responsibility system, either the regulations and the implementations. Indonesia can use the Australia and United Kingdom Corporate Social Responsibility system as the pattern for a better Corporate Social Responsibility system.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
Keywords: Corporate Social Responsibility, Company Responsibility PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bisnis yang baik (good business) bukan saja bisnis yang menghasilkan
keuntungan. Namun bisnis yang baik adalah bisnis yang tumbuh secara moral.
Justru harus lebih ditekankan, arti moralnya merupakan salah satu arti terpenting
bagi kata “baik”. Perilaku yang baik-juga dalam konteks bisnis-merupakan
perilaku yang sesuai dengan norma-norma moral, sedangkan perilaku yang buruk
bertentangan atau menyimpang dari norma-norma moral. Suatu perbuatan dapat
dinilai baik menurut arti terdalam justru kalau memenuhi standar etis itu.1 Standar
yang bersifat etis ini diberi sebutan dengan Etika Bisnis, Etika Bisnis menurut
Bertens adalah pemikiran atau refleksi kritis tentang moralitas dalam kegiatan
ekonomi dan bisnis.2 Bisnis memang seharusnya dinilai dari sudut pandang moral,
sama seperti kegiatan manusia lainnya juga dinilai dari sudut pandang moral.3
Adapun arti dari Etika bisnis itu sendiri adalah merupakan tuntunan
perilaku bagi dunia usaha untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Demi
kepentingan perusahaan dalam hal melakukan investasi dan menciptakan
pertumbuhan maka perusahaan perlu memastikan bahwa manajemen bertindak
yang terbaik untuk kepentingan perusahaan. Perusahaan dapat diarahkan dan
dikontrol hingga sedemikian rupa, sehingga tidak menyebabkan timbulnya
kerugian bagi suatu perusahaan, Kepastian seperti itu diberikan dengan adanya
sistem tata kelola perusahaan yang baik.4 Good Corporate Governance adalah
1 K.Bertens, “Pengantar Etika Bisnis” (Yogyakarta: Kanisius , 2000). Hlm.22
2 Ibid., hlm 23.
3 Keraf, “Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya” (Yogyakarta: Kanisius, 1998). Hlm.59.
4 Ibid., hlm 59.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
unsur penting didalam suatu perusahaan, pada dasarnya perusahaan memiliki
tanggung jawab dan kewajiban untuk memajukan kualitas hidup rakyat yang
tinggal di sekitar perusahaan itu berdiri, serta untuk menghormatinya dan
melindungi HAM yang diakui dalam hukum internasional dan nasional. Dalam
memenuhi unsur GCG dalam perusahaan tersebut, dikenal dengan adanya konsep
Tanggung Jawab Sosial yang dilakukan oleh perusahaan untuk masyarakat
sekitar.
Dalam pengembangan konsep Tanggung Jawab Sosial, diharapkan setiap
perusahaan tidak hanya bertanggung jawab karena adanya paksaan dan hanya
berusaha mencapai batas atau ketentuan yang diwajibkan, namun dengan sukarela
akan berbuat lebih daripada yang diwajibkan (beyond compliance). Apabila
banyak pihak, termasuk perusahaan belum memahami Tanggung Jawab Sosial
sebagai etika berbisnis, artinya yang dibutuhkan adalah fokus pada penegakan
aturan yang berlaku bagi operasional perusahaan (akuntabilitas/tanggung gugat).
Pengawasan oleh pemerintah dan unsur masyarakat madani lain akan mendorong
semakin banyak perusahaan mengikuti peraturan dan menuju dijadikannya TJS
sebagai etika berbisnis, sehingga betul-betul bertanggung jawab dan bahkan
melakukan lebih dari sekedar kewajiban.5 Satu hal yang menarik adalah bahwa
seringkali kepatuhan pada hukum dicantumkan sebagai salah satu prinsip
Tanggung Jawab Sosial. Kenyataan bahwa diperlukan penegasan seperti ini,
menunjukan bahwa banyak pihak belum bertanggung jawab, karena itu
seyogyanya semua pihak harus mematuhi peraturan yang berlaku. Dengan adanya
CSR ini menjadi alat yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan di Indonesia, sehingga CSR tidak disalahgunakan
sebagai marketing gimmick untuk melakukan corporate greenwash atas
pengelabuan citra perusahaan.6 Pengaturan CSR tercantum dalam Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan Undang-undang
5Godwin Limberg, Ramses Iwan, Moira Moelino, Yayan Indriatmoko, Agus Mulyana, dan Nugroho Adi Utomo, “Bukan Hanya Laba Prinsip-prinsip Bagi Peusahaan Untuk Melaksanakan Tanggung Jawab Sosial” (Jakarta: SMK Grafika Desa Putera, 2009). Hlm.4.
6 W.Junardy, “CSR Bukanlah Gimmic Marketing”, Gatra ( 13 November 2006): 81.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Menurut Pasal 74 UU No.
40/2007 bahwa setiap perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggungjawab
sosial dan lingkungan. Jika tidak dilaksanakan maka perseroan tersebut akan
dikenai sanksi sesuai dengan UU yang berlaku.7 Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka penulis sangat tertarik untuk meneliti permasalahan diatas
berdasarkan sudut pandang hukum terkait Corporate Social Responsibility dan
menuangkannya dalam penulisan hukum dengan judul: “Studi Perbandingan
Peraturan Corporate Social Responsibility di Negara Indonesia dengan
Negara Australia, dan Inggris”
B. Permasalahan
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pengaturan CSR Di Indonesia, Australia, dan Inggris?
2. Bagaimana Model Pengaturan CSR yang Efektif Penerapannya Bagi
Indonesia, Sistem Mandatory atau Voluntary yang tepat untuk Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Pengaturan CSR di Indonesia, Australia, Inggris.
2. Untuk mengetahui Sistem Mandatory atau Voluntary yang tepat bagi
Negara Indonesia, Dengan melihat Peraturan CSR di Australia, Inggris.
TINJAUAN TEORITIS
Perusahaan atau istilah Inggrisnya enterprise terdiri dari satu atau lebih
unit-unit usaha yang disebut pabrik atau bedrijf (bahasa Belanda). Pengertian
perusahaan disini maksudnya suatu lembaga yang di organisasikan dan dijalankan
untuk menyediakan barang atau jasa untuk masyarakat dengan motif atau insentif
keuntungan. Selain sebagai suatu lembaga perusahaan juga merupakan suatu
wadah yang di organisasikan, didirikan dan diterima dalam tata kehidupan
7 Ratna Artha Windari, “Pengaturan Kewajiban CSR Pada Perusahaan Perseroan Terbatas
Serta Bentuk-bentuk Kegiatannya Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007,” (Tesis Magister Universitas Udayana, Denpasar, 2012), hlm. 1.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
masyarakat. Para pengusaha harus berani menanggung resiko. Artinya, sebagai
tujuan bersama dari setiap perusahaan adalah berusaha memperoleh laba
berdasarkan rentabilitas. Oleh karena itu, dalam berupaya mencapai laba tersebut
harus berani menanggulangi risiko (artinya risiko rugi). Atas dasar itu, perusahaan
dapat memperoleh keuntungan dapat pula menderita kerugian. Hal ini tidak
berlaku dalam lembaga-lembaga lain yang operasinya ditujukan untuk
kepentingan umun dan bukan untuk memperoleh laba. Dalam ekonomi
perusahaan dibedakan antara pengertian perusahaan dan unit usaha. Unit barang-
barang yang disebut juga pabrik bertanggung jawab terhadap hasil barang-barang.
Selain itu, perusahaan lebih menitikberatkan pada semua pengelolaan usaha,
termasuk keuangan, produksi, dan pemasaran.8
Istilah perusahaan untuk pertama kalinya terdapat dalam pasal 6 Kitab
Undang-undang Hukum Dagang (Selanjutnya akan disebut sebagai KUHD) yang
mengatur mengenai penyelenggaraan pencatatan yang wajib dilakukan oleh setiap
orang yang menjalankan perusahaan, meskipun demikian, KUH Dagang tidak
memuat penafsiran otentik mengenai arti perusahaan.9 Mengenai definisi
perusahaan dapat kita temukan juga didalam undang-undang Nomor 3 Tahun
1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (UU Wajib Daftar Perusahaan). Namun
sebelum membahas pengertian perusahan menurut UU Wajib Daftar Perusahaan,
terlebih dahulu akan diuraikan pengertian perusahaan menurut para ahli hukum.
Menurut Molengraaff, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan
secara terus menerus, bertindak ke luar untuk memperoleh penghasilan, dengan
cara memperdagangkan atau menyerahkan barang atau mengadakan perjanjian
perdagangan.10 Rumusan yang dikemukakan oleh Molengraaff tersebut hanya
meliputi jenis usaha dan tidak meliputi perusahaan sebagai badan usaha.11
Sedangkan menurut Polak, suatu usaha untuk dapat dimasukkan dalam pengertian
8 Yayat M. Herujito, Dasar-dasar Manajemen (Jakarta: Grasindo, 2001), 281.
9 Chidir Ali, Badan hukum (Jakarta: Alumni, 1987) 79.
10 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002) 7.
11Ibid., 8.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
perusahaan harus mengadakan pembukuan, yaitu perhitungan mengenai laba dan
rugi.12Menurut rumusan Pasal 1 huruf (b) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982
tentang Wajib Daftar Perusahaan, dikemukakan bahwa: “Perusahaan adalah setiap
bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-
menerus yang didirikan , bekerja sertã berkedudukan dalam wilayah Negara
Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba”.
Etika merupakan penilaian terhadap baik atau buruknya bagi perilaku
manusia. Etika mencari perilaku manusia yang manakah yang baik, artinya etika
merupakan suatu penilaian terhadap perilaku yang paling baik dilakukan manusia.
Penilaian ini bersifat sebuah keharusan, hal ini berbeda dengan moral yang tidak
merupakan sebuah keharusan. Moral hanya merupakan penilaian yang hanya
terbatas pada pengetahuan yang dihasilkan dari tenaga manusianya. Bisnis adalah
kegiatan manusia dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menghasilkan dan
mendistribusikan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan dan keinginan
masyarakat.13 Bisnis adalah kegitan dalm mencari kentungan. Bisnis menitik
beratkan suatu kegitan yang menghasilkan sesuatu yang bernilai secara ekonomis.
Etika bisnis merupakan salah satu dari bagian dari prinsip etika yang diterapkan
dalam dunia bisnis.14 Etika bisnis merupakan suatu aplikasi dalam mempelajari
kebijakan pelaku bisnis dalam kegiatan bisnis yang dilakukan pelaku bisnis. Atau
dengan kata lain etika bisnis adalah kegiatan pelaku bisnis. Pelaku bisnis
mencakup karyawan, konsumen dan masyarakat sekitar tempat bisnis tersebut
beroperasi. Dalam kerangka konsep etika bisns terdapat pengertian tentang etika
perusahaan, etika kerja, dan etika perorangan yang menyangkut hubungan-
hubungan sosial antara perusahaan, karyawan, dan lingkungannya.15Etika bisnis
12 Chidir Ali, Op.Cit., 105.
13 Erni R. Ernawan, Op. Cit, hlm. 7.
14 A.B Susanto, Reputation-Driven Corporate Social Responsibility, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009, hlm. 10
15Ibid, hlm 11.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
pada hakikatnya merupakan kajian moralitas atau kesadaran moral yang berfokus
pada penerapan standar-standar moral dalam usaha bisnis.16
Sejarah keberadaan Corporate Social Responsibility (CSR) sebenarnya
telah ada sejalan dengan perkembangan aktivitas bisnis (perdagangan) itu sendiri,
meskipun pada saat itu tidak terdapat konsep baku mengenai hal tersebut.
Pemikiran mengenai konsep CSR kuno telah dicetuskan ketika zaman Raja
Hammurabi, dalam Kode Hammurabi sekitar tahun 1700 Sebelum Masehi, telah
memberlakukan sanksi bagi para pengusaha yang lalai dalam menjaga
kenyamanan warga atau menyebabkan kematian bagi pelanggannya. Pada zaman
itu setiap pengusaha ditekankan untuk menanggung suatu tanggung jawab sosial,
tidak hanya karena adanya ketentuan hukum, namun karena kesadaran moral.17
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dimana dalam
penulisan ini pengolahan data pada pokoknya merupakan kegiatan untuk
mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis yang mengacu
kepada norma hukum yang terdapat dalam peraturan-peraturan perundang-
undangan yang ada.18 Penelitian ini menekankan kepada Penelitian merupakan
suatu kegiatan ilmiah yaitu usaha untuk menganalisa serta mengadakan konstruksi
secara metodologis, sistematis dan konsisten.19 Metode penelitian merupakan
persyaratan yang penting untuk menjawab permasalahan yang timbul dari latar
belakang masalah yang berfungsi untuk mengarahkan penelitian.20 Penulisan
16 Manuel G. Velasquez, diterjemahkan oleh Ana Purwaningsih, Kurnianto, dan Totok
Budi Santoso, Op. Cit, hlm. 9-11
17 J.J. Asongu, Strategic Corporate Social Responsibility in Practice, (Greenview Publishing Company, 2007), hal 29
18 Sri Mamudji et. al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum (Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 68.
19 Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI-Press, 1986), hlm.3.
20Ibid., hlm.13.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
penelitian ini memerlukan serangkaian kegiatan guna memperoleh jawaban atas
pokok permasalahan yang timbul.
PEMBAHASAN
A. Bagaimana Pengaturan CSR Di Indonesia, Australia, dan Inggris
1. Regulasi Corporate Social Responsibility
Indonesia
a. UU Dasar 1945;
b. UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas;
c. UU No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
d. UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi;
e. UU No. 19 Tahun 2003 Badan Usaha Milik Negara;
f. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan;
g. UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.
h. UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
i. UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
Australia
a. Corporation Act 2001;
b. Australian Stock Exchange (AXS);
c. The Minerals Council of Australia (MCA) Prinsiples;
d. Triple Bottom Line Reporting in Australia: A Guide to Reporting against
Enviromental Indicator;
e. The prime Minister’s Business Community Partnership.
Inggris
a. Charities Act 2006
b. 2000 Amandement to the Pensions Act
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
2. Aparat Pelaksana Corporate Social Responsibility
Indonesia
Dalam setiap melaksanakan usahanya, perusahaan umumnya
menghasilkan eksternalitas, baik yang bersifat negatif maupun positif.21
Perusahaan sendiri tidak memiliki insentif untuk mengurangi dampak
eksternalitas negatif, karena perusahaan yang menganggung biaya untuk
mengurangi dampak tersebut seperti memasang alat penyaring udara kotor
untuk mengurangi adanya polusi udara, kemudian manfaat yang dihasilkan
menjadikan udara yang lebih bersih dilingkungan pabrik, yang kemudian
dirasakan pula oleh pihak lain yaitu masyarakat sekitar pabrik dan bukan
perusahaan tersebut. Peran pemerintah dalam hal pelaksanaan CSR adalah
dengan membuat aturan yang mendorong atau mewajibkan perusahaan untuk
mengurangi dampak eksternalitas yang negatif tersebut, seperti membuat
aturan baku standar kualitas udara disekitar pabrik atau dengan membebankan
pajak ke perusahaan sebesar pengaruh eksternalitas, dan dari penerimaan
pajak tersebut pemerintah menggunakannya untuk mengurangi polusi di
daerah tersebut.22
Australia
Aparat pelaksana yang melaksanakan Corporate Social Responsibility
di Australia adalah Pemerintahan Australia, kebijakan Perdana Menteri
mengenai insiatif CSR di Australia, tentang Kerjasama Bisnis Dengan
Masyarakat. Kebijakan ini dimulai pada tahun 1988 yang dikenal dengan
(Meja Bundar Perusahaan) kerjasama ini Kerjasama ini merupakan bentuk
suatu kelompok masyarakat Australia yang terkemuka atau pengusaha-
pengusaha yang berasal dari sektor masyarakat dan bisnis. Kemudian mereka
21 Eksternalitas yang bersifat positif misalnya adalah pembangunan jalan oleh perusahaan disekitar pabrik, yang juga memberikan manfaat bagi masyarakat yang tinggal disekitar lingkungan pabrik. Eksternalitas yang bersifat negatif misalnya adalah polusi berupa pencemaran udara atau sungai dari proses produksi di sekitar lingkungan pabrik.
22 Sidharta Gautama, “Evaluasi Infrastruktur Pendukung Pelaporan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan di Indonesia” http://www.csrindonesia.com/data/articlesother/20071121152745-a.pdf, diunduh 21 May 2013.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
diberi tugas untuk mengembangkan kerjasama bisnis dengan masyarakat, hal
ini dimaksudkan untuk menangkis isu yang berkaitan bahwa perusahaan
hanya bersifat filantropis.23
Inggris
Pemerintah menggunakan kriteria performa ekonomi untuk
menentukan apakah performa ekonomi perusahaan dapat ditingkatkan dengan
memperluas lingkup kelompok yang memperhatikan kepentingan direksi
dalampengambilan keputusan. Pemerintah, dengan demikian, melihat
selubung ekonomis dengan bertolak dari focus terhadap pemegang saham
eksklusif dengan kunci dari pemilik modal itu sendiri, seperti karyawan,
penyuplai dan masyarakat setempat.
3. Panduan Pelaksana Corporate Social Responsibility
Indonesia
Hal yang menarik dari UU ini adalah diwajibkannya semua
perseroan untuk melaporkan pelaksanan CSR di laporan tahunan, adanya
pelaporan tersebut adalah merupakan pencerminan dari perlunya
akuntabilitas perseroan atas pelaksaan kegiatan CSR, sehingga para
stakholders dapat menilai pelaksanaan kegiatas tersebut. Dengan adanya
transparasi dan akuntabilitas, tujuan akhir yang diharapkan adalah bahwa
perseroan dengan kesadaran sendiri akan melaksanakan kegiatasn CSR.
Laporan CSR juga harus menggambarkan pelaksanaan CSR yang
sesungguhnya terjadi, dengan ini laporan CSR berguna dan dapat
diandalkan oleh para stakeholders dalam mengevaluasi kinerja CSR
perusahaan tersebut. Untuk memastikan laopran CSR sesuai dan dapat
dijadikan pedomanmaka diperlukan standart laporan dan pengungkapan
CSR yang dapat dijadikan acuan dalam pembentukan laporan CSR.
23Ibid., hlm. 86.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
Australia
Panduan Pelaksanaan Corporate Social Responsibility di Australia
yaitu semua bidang perusahaan yang melaksanakan CSR. Terdapat dalam
peraturan mengenai perusahaan di Australia (Corporation Act 2001)
khusus section 1013 DA bahwa Undang-undang memaksakan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban pemberian pensiun, asuransi jiwa serta
pengaturan dana untuk memperlihatkan tingkat seberapa mereka
memperhatikan lingkungan, sosial dan tenaga kerja dan standar Etika
didalam memutuskan investasi.
Inggris
Dalam lingkungan politik, badan perindustrian seperti Business in
the Community (BitC, UK) berusaha keras untuk meningkatkan kesadaran
para anggotanya akan dampak perusahaan terhadap masyarakat lokal.
Sepanjang tahun lalu, BitC telah menjalankan dua inisiatif untuk
membantu para anggota meningkatkan performa sosialnya tersebut. Kedua
inisiatif ini meliputi indeks pertanggungjawaban perusahaan dan inisiatif
laporan dampak kegiatan perusahaan. Indeks pertanggungjawaban
perusahaan merupakan suatu proses sistematik yang mampu mengadakan
perbandingan performa dan proses manajemen satu perusahaan dengan
lainnya. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan tersebut bisa
meningkatkan performa mereka dalam persaingan usahanya. Sedangkan,
laporan dampak kegiatan perusahaan adalah suatu kerangka bagi
perusahaan untuk mengukur dan melaporkan pertanggungjawaban praktik
bisnis mereka terhadap pasar, lingkungan, tempat kerja, masyarakat dan
hak asasi manusia. Kedua inisiatif ini dihimbau untuk dilaksanakan secara
sukarela.24
24Ibid., hlm. 2.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
4. Peran Masyarakat Corporate Social Responsibility
Indonesia
Pelaksanaan CSR di Indonesia membutuhkan adanya peran
masyarakat Indonesia, kesadaran masyarakat untuk mendorong dan
menekan perusahaan agar perusahaan tersebut melaksanakan CSR dan
melaporkan secara berkala hasil laporan CSR dari setiap perusahaan. Jika
masyarakat secara bersama memberikan penaliti kepada perusahaan yan
tidak melaksanakan CSR ataupun tidak memberikan laporan CSR
sehingga dapat mengurangi labanya, maka perusahaan dapat termotivasi
dengan adanya penaliti yang diberikan masyarakat ini.
Ausralia
Seperti yang telah dijelaskan oleh penulis pada bagian aparat
pelaksanaan CSR di Australia, bahwa Peran masyarakat dalam
pelaksanaan Corporate Social Responsibility di Australia adalah dengan
ikutnya sektor masyarakat berpartisipasi dengan menjalin kerjasama bisnis
dengan pemerintah pusat. Sehingga masyarakat juga dilibatkan dalam hal
pelaksanaan CSR yang terdapat di Australia.25
Inggris
Perusahaan di Inggris tidak lepas dari pengamatan publik yaitu
masyarakat dan negara, dikarenakan pada setiap perusahaan di Inggris
harus bersifat transparan dalam setiap praktik bisnisnya. Dengan adanya
sifat yang transparan ini masyarakat mengetahui setiap kegiatan
perusahaan, apa saja yang dilakukan perusahaan, apakah perusahaan
tersebut sudah berjalan sesuai dengan fungsinya, dan bagaimana tanggung
jawab perusahaan tersebut terhadap dampak yang ditimbulkan oleh
perusahaaan tersebut kepada masyarakat, sehingga masyarakat Inggris
25 Rosita Candra Kirana, “Studi Perbandingan Pengaturan Tentag Corporate Social
Responsibility di Beberapa Negara Dalam Perwujudan Prinsip Good Corporate Governance,” (Tesis Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2009), hlm. 88.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
dapat mengetahui kinerja dari perusahaan tersebut, bila nantinya terjadi
dampak yang merugikan masyarakat, sehingga bagi perusahaan itu sendiri
dapat secara transparan meberi laporannya secara transparan. Yang artinya
di negara Inggris peran masyarakat sangat berpengaruh dalam setiap
pergerakan bisnis di perusahaan.26
5. Efektivitas Pelaksanaan Corporate Social Responsibility
Indonesia
Efektivitas kegiatan CSR yang terdapat di Indonesia bervarisi dan
teragantung pada pengelolaannya, para stakeholders menuntut adanya
akuntabilitas perusahaan atas kegiatan CSR yang dilaksanakannya, dengan
adanya akuntabilitas menjadi semakin penting dengan melihat adanya
informasi asimestri antara para stakeholders dan manajemen perusahaan
tersebut, Informasi yang dimiliki stakeholders terbatas pada informasi
publik atau informasi yang disampaikan ke mereka, sedangkan manajemen
perusahaan memiliki informasi yang lengkap mengenai perusahaan.
Australia
Terdapat sejumlah petunjuk pelaporan mengenai CSR, terutama
untuk Perusahaan yang terdapat di Australia. Di tahun 2003, the
Department of the Environment and Heritage mengembangkan sebuah
panduan untuk pelaporan lingkungan publik, yang diberi judul ‘Triple
Bottom Line Reporting in Australia: A Guide to Reporting against
Environmental Indicators’. The Department of Family and Community
Services di tahun 2004 yang saat itu dimunculkan sebagai pedoman draft
untuk membantu perusahaan di dalam melaporkan pengaruh sosial
perusahaan mereka. Keduanya panduan ini didasarkan pada international
Global Reporting Initiative guidelines.27
26Ibid., hlm. 17.
27 Enviroment Australia, Triple Bottom Line Reporting in Australia: A Guide to Reporting against Environmental Indicators, (Australia: Department of the Enviroment and Heritage, 2003), hlm. 65.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
Ada beberapa indeks di Australia yang terkenal dimana indeks
tersebut menunjukkan kinerja perusahaan dalam menerapkan CSR.
Pertama, The Age Sydney Morning Herald’s Good Reputation Index (GRI)
mengukur kinerja dari 100 besar perusahaan-perusahaan di Australia yang
berkaitan dengan menggunakan istilah corporate governance, kinerja
pasar, manajemen dan etika, hubungan dengan karyawan dan masyarakat,
serta dampak terhadap lingkungan. GRI mengelompokkan 100 besar
perusahaan di Australia (yang terpilih dari Business Review Weekly
majalah tahunan yang terdapat daftar 1000 perusahaan besar) menurut
reputasi mereka. Rangking tersebut dikompilasi dengan pendapat-
pendapat yang relevan dari stakeholders untuk masing-masing kategori.28
Kedua, suatu rating indikator penting di Australia yaitu RepuTex’s Social
Responsibility Rating. RepuTex’s merupakan lembaga riset independen,
yang merangking 100 perusahaan yang paling besar di Australia dan
dikategorikan dalam empat bidang dari CSR, yaitu : corporate governance,
dampak lingkungan, sosial dampak dan praktek kerja. Indeks lain adalah
Australian Sustainable Asset Management (SAM) index (AuSSI).
Diluncurkan tahun 2005, SAM mengundang perusahaan yang masuk
dalam daftar perusahaan top di Australia untuk berpartisipasi dalam
‘corporate sustainability assessment’ . Terakhir, di tahun 2004 St Ethics
Centre melanchingkan Corporate Responsibly Index (CRI), melakukan
penilaian terhadap perusahan-perusahaan yang dinilai dari partisipasi
mereka terkait kinerja mereka yang non-financial.29
Inggris
Di UK, pertentangan antara kesukarelaan dengan paksaan kini
berada pada tahap yang kritis. Pemerintah di satu sisi telah menunjuk
28 Rosita Candra Kirana, “Studi Perbandingan Pengaturan Tentag Corporate Social Responsibility di Beberapa Negara Dalam Perwujudan Prinsip Good Corporate Governance,” (Tesis Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2009), hlm. 88.
29Ibid., hlm. 88.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
seorang menteri untuk melaksanakan bidang Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan, namun di sisi lain Pemerintah juga harus bertindak sebagai
‘pemberi jalan’ bagi produktivitas dan inovasi bisnis. Permasalahan
kebijakan di bidang sosial dan lingkungan telah ditangani melalui
penetapan standar minimal dalam peraturan hukum. Penggunaan ‘sentuhan
kecil’ tersebut dapat dilihat dalam peraturan perundang-undangan seperti
Pensions Act 1995 dan proposal pembaruan UU Perusahaan Inggris (UK
Company Law). Dari beberapa hal yang diusulkan untuk diperbaharui,
misalnya para direktur selain bertindak untuk kepentingan para pemegang
saham, juga harus memperhitungkan kepentingan-kepentingan pelanggan,
karyawan, penyuplai, serta dampak bagi masyarakat setempat dan
lingkungan alam; dimana pada laporan tahunan yang harus dibuatnya,
hubungan antara para pemegang saham serta dampak terhadap lingkungan
dan masyarakat harus dicantumkan.30 Dalam teorinya dari korporasi
modern di memperdebatkan bahwa pemerintah punya peran untuk
memainkan terhadap promosi dan meningkatkan CSR.31
6. Sanksi yang diberikan bila tidak melaksanakan Corporate Social Responsibility
Indonesia
Jika suatu perusahaan tidak menghasilkan laporan CSR, belum
tentu stakeholders termotivasi memberikan sanksi, dan kalaupun ada yang
memberi sanksi dampaknya , tidak langsung dan tidak signifikan
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
Australia
Sanksi Moral
Inggris
30 Centre For The Study of Regulated Industried, “Corporate Social Responsibility A
Role In Government Policy and Regulation? Research Report 16”, (United Kingdom: Centre For The Study of Regulated Industried, 2003), hlm. 1.
31Ibid., hlm. 7.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
Terdapat ketentuan pidana bahwa sanksi yang diberikan bila tidak
melaksanakan Corporate Social Responsibility di Inggris
B. Sistem Mandatory atau Voluntary yang Tepat Bagi Peraturan CSR Di
Indonesia
Pengaturan CSR di setiap Negara tentunya membutuhkan pengawasan
dari masyarakat terhadap pelaku usaha, disini penulis membahas dimulai dari
peraturan CSR di Negara Indonesia, Australia, dan Inggris. Kemudian
membahas mengenai aparat pelaksana CSR di Negara-negara tersebut, lalu
membahas pula tentang panduan pelaksanaan CSR di setiap Negara, dan
efektivitas pelaksanaan dari peraturan CSR tesebut. Dan yang terakhir sanksi
apa yang akan di berikan bila para pelaku usaha tidak menjalan CSR di
perusahaannya tersebut. Pengaturan CSR di Indonesia juga dipengaruhi oleh
teori hukum responsif.32
Dari sini kita sebagai bangsa Indonesia dapat mencontoh dari Negara
yang telah maju dalam hal CSR seperti Australia dan Inggris, dan menerapkan
nya dalam Negara Indonesia agara kedepannya menjadi Negara kita dapat
menjalankan CSR dengan efektif, sehingga menurut penulis system
Mandatory lah yang tepat bagi Indonesia dalam melaksanakan CSR dengan
melihat sistem yang tepat untu Indonesia.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan terhadap permasalahan dalam penelitian ini, dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Tentang Pengaturan CSR Di Indonesia, Australia, dan Inggris
Setiap negara pasti memiliki peraturan yang berbeda-beda, mengenai
Corporate Social Responsibility (CSR) seperti di Indonesia, Australia, dan
Inggris. Bahkan dalam pengaturan CSR ditingkat internasional masih ada yang
berupa guidelines atau standart dan sifat dari pedoman tersebut hanya sukarela,
32Ibid., hlm. 194.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
tidak ada hukum yang mengatur secara mengikat. Pentingnya peraturan CSR bagi
suatu Negara, karena melihat kondisi perusahaan yang terdapat dalam Negara
harus bertanggung jawab terhadap sosial dan lingkungan mereka. Peraturan CSR
di Indonesia sudah mulai terlihat bergerak kearah yang lebih baik, awalnya CSR
di Indonesia bersifat sukarela, hingga sampai dikeluarkannya UU No.40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan setiap perusahaan untuk
melaksanakan CSR, walaupun kenyataannya masih banyak perusahaan yang tidak
melaksanakan CSR.33 Penulis membahas Negara lain yaitu Australia dan Inggris,
di Australia pelaksanaan CSR nya masih bersifat sukarela sedangkan Inggris
pelaksanaannya sudah bersifat wajib. Disini kesadaran pelaku usaha dan
pengawasan dari masyarakat sangat dibutuhkan, terkait dengan CSR sangat
ditekankan dan didukung oleh pemerintah, lembaga independen CSR dan
stakeholder. Dalam peraturan yang terkait dengan penerapan Corporate Social
Responsibility, tidak akan terlepas dari 2 teori yaitu Teori legitimasi dan Teori
Stakeholder. Teori legitimasi maupun teori stakeholder merupakan latar belakang
dari suatu perusahaan untuk menerapakan CSR, salah satu nya sebagai strategi
bisnisnya. Kedua teori tersebut lebih mendasari perusahaan melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat dimana perusahaan itu
menjalankan kegiatannya. Hal tersebut diatur dalam Undang-undang maupun
Guideline atau Standart yang mengharuskan perusahaan untuk membuat laporan
keuangan yang memenuhi Triple Bottom Line sebagai pertanggung jawaban
terhadap lingkungan dan sosial masyarakat.34 Dasar dari pelaksanaan tanggung
jawab sosial perusahaan adalah untuk menunjukan kepada masyarakat aktivitas
sosial yang dilakukan oleh perusahaan dan pengaruhnya terhadap masyarakat.
Pengaturan yang diterapkan di negara Indonesia, Australia, dan Inggris yang
terbentuknya pun tidak terlepas dari adanya teori Legitimasi dan Teori
Stakeholder. Dikarenakan perusahaan membutuhkan sebuah legitimasi dari
33 Rosita Candra Kirana, “Studi Perbandingan Pengaturan Tentag Corporate Social
Responsibility di Beberapa Negara Dalam Perwujudan Prinsip Good Corporate Governance,” (Tesis Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2009), hlm. 193.
34Ibid., hlm. 193.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
stakeholder yang ada dan stakeholder membutuhkan perusahaan untuk melakukan
pengungkapan CSR sebagai upaya memenuhi harapan stakeholder.35
2. Sistem Mandatory atau Voluntary yang Tepat Bagi Peraturan CSR Di
Indonesia
Pengaturan CSR di setiap Negara tentunya membutuhkan pengawasan dari
masyarakat terhadap pelaku usaha, disini penulis membahas dimulai dari
peraturan CSR di Negara Indonesia, Australia, dan Inggris. Kemudian membahas
mengenai aparat pelaksana CSR di Negara-negara tersebut, lalu membahas pula
tentang panduan pelaksanaan CSR di setiap Negara, dan efektivitas pelaksanaan
dari peraturan CSR tesebut. Dan yang terakhir sanksi apa yang akan di berikan
bila para pelaku usaha tidak menjalan CSR di perusahaannya tersebut. Pengaturan
CSR di Indonesia juga dipengaruhi oleh teori hukum responsif.36 Hal tersebut
dikarenakan terbentuknya UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
merupakan wujud respon pemerintah terhadap permasalahan-permasalahan yang
dialami stakeholder sebagai akibat berdirinya perusahaan-perusahaan besar di
Indonesia. Melihat fenomena yang terjadi di Indonesia maka pemerintah
mengakomodir hal tersebut dalam Pasal 74 UU No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. Itikad baik dari pemerintah tersebut ternyata belum didukung
dengan perangkat- perangkat hukum yang ada sehingga ada beberapa hambatan
dalam pelaksanaan pengaturan CSR di Indonesia, antara lain : subyek yang diatur
dalam UU PT tersebut masih bersifat terbatas yaitu hanya perusahaan sumber
daya alam, belum jelas adanya pengaturan mengenai perhitungan anggaaran
sebagai biaya perseroan yang memperhatikan aspek kepatutan dan kewajaran,
sanksi yang belum dijelaskan secara rinci melainkan diserahkan pada ketentuan
perundang-undangan, Peraturan Pemerintah seperti yang ditentukan dalam pasal
74 ayat (4) UU PT di atas untuk mengatur lebih lanjut tentang pelaksanaan dan
standar pelaporan CSR belum dikeluarkan.37 Kemudian tidak hanya pasal 74 ayat
(4) yang mengatur mengenai CSR, terdapat beberapa peraturan di Indonesia yang
35Ibid., hlm. 194.
36Ibid., hlm. 194.
37Ibid., hlm. 194.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
mengatur diantaranya UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkunan
hidup, UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, UU No. 25 Tahun
2007 penanaman modal, kemudian masih ada beberapa peraturan lagi. Serta di
Australia dan Inggris pun mengatur mengenai CSR, dari sini kita dapat
mencontoh dan mengaplikasikan peraturan dari negara Australia dan Inggris
untuk kelangsungan CSR di Indonesia. Diharapkan faktor-faktor yang menjadi
hambatan tersebut mampu diselesaikan oleh pemerintah. Dikarenakan hal tersebut
merupakan komitmen pemerintah dalam menjalankan prinsip yang ada dalam
Good Corporate Governance, yaitu : Tranparansi, akuntabilitas, responsibility,
Independensi, dan Kesetaraan dan Kewajaran. Terutama prinsip responsibility
yang sangat berkaitan dengan penerapan CSR. Dengan komitmen melaksanakan
CSR maka diharapkan akan terwujud program-program yang berkelanjutan
(Sustainable Program) yang jelas dari pemerintah dan perusahaan terkait
pelaksanaan CSR. Penulis telah memaparkan peraturan mengenai CSR yang
berada di Australia, Inggris. Dari sini kita sebagai bangsa Indonesia dapat
mencontoh dari Negara yang telah maju dalam hal CSR seperti Australia dan
Inggris, dan menerapkan nya dalam Negara Indonesia agara kedepannya menjadi
Negara kita dapat menjalankan CSR dengan efektif, sehingga menurut penulis
system Mandatory lah yang tepat bagi Indonesia dalam melaksanakan CSR
dengan melihat sistem yang tepat untu Indonesia.
2. Saran
Melihat aturan CSR di Inggris Australia, maka untuk Negara Indonesia
diperlukan nya badan yang mengatur mengenai CSR. Yang bertugas membuat
standarisasi CSR di Indonesia, kemudian mengawasi para pelaku usaha dalam
melaksanakan aturan-aturan CSR di Indonesia, dan memberikan penilaian tehadap
perusahaan yang menjalankan CSR, seperti memberikan nilai pada perusahaan
sebagai contoh perusahaan pada zona merah, kuning, hijau dan hitam. Kemudian
memberikan adanya kesatuan pengaturan terkait Corporate Social Responsibility
ditingkat internasional dan memperjelas pengaturan di tingkat nasional khususnya
Indonesia yang dibentuk oleh pemerintah dan pembuat undang- undang agar
kewajiban dan hak dari pelaku usaha terhadap stakeholder terperinci dengan jelas.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
Pengaturan yang perlu diperjelas yaitu memuat subyek Corporate Social
Responsibility yang tidak hanya perusahaan dalam bidang sumber daya alam akan
tetapi seluruh bidang perusahaan, sanksi bagi pengusaha yang tidak melaksanakan
Corporate Social Responsibility dan pemberian reward dalam bentuk pengurangan
pajak atau insentif pajak bagi pelaku usaha yang melaksanakan Corporate Social
Responsibility dengan optimal. Adanya program-program Corporate Social
Responsibility dari pemerintah yang merespon terhadap kebutuhan stakeholder
dan bersifat sustainable development sehingga dapat dijadikan pedoman bagi
pelaku usaha dalam pelaksanaan Corporate Social Responsibility sebagai
perwujudan prinsip-prinsip Good Corporate Governance untuk mencapai keadilan
dan kesejahteraan sosial bagi seluruh komponen bangsa Indonesia.38
KEPUSTAKAAN
Buku Buku dan Jurnal Bertens, K. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius. 2000.
Branson, D. M. Corporate Governance "Reform" and the New Crporate Social
Responsibility. Pittsburgh: University of Pittsburgh. 2001.
Brown, & Deegan. The Public Disclosure Of Enviromental Performance Information A
Dual Test Of Media Agenda Setting Theory And Legitimacy Theory. Accounting
& Business Risset. 1998.
Candra Kirana, Rosita. “Studi Perbandingan Pengaturan Tentag Corporate
Social Responsibility di Beberapa Negara Dalam Perwujudan Prinsip
Good Corporate Governance.” Tesis Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret. Surakarta. 2009. Chadir, A. Badan Hukum. Jakarta: Alumni. 1978.
Centre For The Study of Regulated Industried, “Corporate Social Responsibility
A Role In Government Policy and Regulation? Research Report 16”.
38Ibid., hlm. 195.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
United Kingdom: Centre For The Study of Regulated Industried. 2003.
Department of Communications, Information, Technology and the Arts,
Australian Government Department of Industry Tourism and Resources.
Praktek Unggulan Program Pembangunan yang Berkelanjutan untuk
Industri Pertambangan. Australia: Department of Communications,
Information, Technology and the Arts. 2007.
Department of the Enviroment and Heritage, Enviroment Australia. Triple Bottom
Line Reporting in Australia: A Guide to Reporting against Environmental
Indicators. Australia: Department of the Enviroment and Heritage. 2003.
Department for International Development, “DFID and Corporate Social
Resposibility”. United Kingdom: Department for International
Development. 2013.
Djalil, S. Konteks Teoritis dan Praktis Corporate Social Responsibility. Jurnal Reformasi
Ekonomi. 2003.
Emirzon, J. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance: Paradigma Baru Dalam
Praktik Bisnis Indonesia. Yogyakarta: Genta Press. 2007.
Ernawan, E. R. Business Ethics: Etika Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. 2007.
Hasan Asy’ari, “Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Sebagai
Modal Sosial Pada PT. Newmont.” Tesis Universitas Diponegoro.
Semarang, 2009.
Hadi Soesastro. Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah
Abad Terkahir,. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2005.
Hadi, N. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Erlangga. 2009.
Hadi, N. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011.
Herujito, Y. M. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Grasindo. 2001
Inggris, H. D. Corporate Social Responsibility in Australia: A Review. Social Science
Research Network . 2006.
Irwansyah. Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan di Bidang Investasi. Jurnal
Penelitian Hukum. 2011.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
Januardy, W. CSR Bukanlah Gimmic Marketing. Gatra. 2006.
Kartini, D. Coorporate Social Responsibility: Transformasi Konsep Sustainability
Management dan Implementasi di Indonesia. Bandung: Refika Aditama. 2009.
Keraf, S. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius. 1998.
Keraf, A. S. Etika Bisnis Membangun Citra Bisnis Sebagai Profesi Luhur. Yogyakarta:
Kanisius. 1993.
Maheka, A. Bagaimana Mendirikan dan Mengelola Bisnis Secara Baik dan Aman.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2008.
Mamudji, S., & Simatupang, D. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Depok: Badan
Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia. 2005.
Marzuki, P. M. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana. 2005
Muhammad, A. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. 2001.
Mullerat, R. Corporate Social Responsibility: The Corporate Governance of the 21st
Century. United Kingdom: Kluwer Law International. 2011.
Oktavani, R. M. Fenomenologi Implementasi Corporate Social Responsibility sebagai
Realita Strategi Perusahaan. Dinamika Keuangan dan Perbankan. 2011.
Pratama, G. W. Resiko Hukum dan Bisnis Perusahaan tanpa CSR. Jakarta: Forum
Sahabat. 2009.
Raharjo, H. Hukum Perusahaan. Yogyakarta: Pustaka Yustisia. 2009.
Rahman, R. Corporate Social Responsibility: Antara Teori dan Kenyataan. Jakarta:
Media Pressindo. 2009.
Rudito, B., Budimanta, A., & Prasetijo, A. Social Responsibility of Business. Jakara:
Indonesia Center for Sustainable Development. 2004.
Soedarsono, Y. S. Kamus Istilah Proyek. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2001.
Soekanto, S. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press. 1986.
Suharto, E. Tanggung Jawab Perusahaan: Apa itu dan Apa Manfaatnya Bagi
Perusahaan. Jakarta: CSR Inti Pesan Jkt. 2013.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
Sulistiyo, B. Wangi Sebelum Ada Peraturan. Gatra. 2006.
Sutedi, A. Good Coporate Governance. Yogyakarta: Sinar Grafika. 2011.
Susanto, A. B. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Erlangga. 2009.
Susanto, A. Reputation-Driven Corporate Social Reponsibiity. Jakarta: Erlangga. 2009.
Stephen and Anthony. The New Corporate Law . Sosial Science Research Network. 2006.
Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia (ketiga ed.). Jakarta. 2003.
Untung, H. B. (2008). Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika.
Velazquez, M. G. Etika Bisnis: Konsep dan Kasus (ke-5 ed.). (A. Purwaningsih,
Kurnianto, & T. Santoso, Trans.) Yogyakarta: Andi. 2005.
Wibowo, S. Petunjuk Mendirikan Usaha Kecil. Jakarta : Penebar Swadaya. 2007.
Wibisono, Y. Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility. Gresik:
Fascho Publishing. 2007.
Wicaksono, F. S. Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris Perseroan
Terbatas (PT). Jakarta: Visimedia. 2009.
Windari, R. A. Pengaturan Kewajiban CSR Pada Perusahaan Perseroan Terbatas Serta
Bentuk-bentuk Kegiatannya Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007.
Tesis, Magister Universitas Udayana, Denpasar. 2012.
Peraturan Perundang-Undangan Indonesia. Undang-undang Ketenagakerjaan, UU No.13 Tahun 2003, LN No. 39 Tahun
2003, TLN No. 4279.
Indonesia. Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 23 Tahun 1997, LN
No. 68, TLN No. 68.
Indonesia. Undang-undang Perlindungan Konsumen, UU No.8 Tahun 1999, LN No. 42
Tahun 1999.
Indonesia. Undang-undang Penanaman Modal, UU No.25 Tahun 2007, LN No. 67 Tahun
2007.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
Indonesia. Undang-undang Perseroan Terbatas, UU No.40 Tahun 2007, LN No. 106
Tahun 2007.
Indonesia. Undang-undang Usaha Mikeo, Kecil, dan Menengah, UU No.20 Tahun 2008,
LN No. 93 Tahun 2008.
Putusan Pengadilan Mahkamah Konstitusi. Putusan Nomor 53/PUU-VI/2008, Perkara Permohonan Pengujian
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas terhadap
UUD 1945. Pertimbangan Mahkamah Mengenai Konstitusional Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas , 91. 2009. (2009, April 15).
Internet Ayankkalink. Corporate Social Responsibility.
http://www.studymode.com/essays/Corporate-‐Social-‐Responsibility-‐Csr-‐
631760.htm. Diunduh Mei 21, 2013.
Baker, M. (n.d.). Corporate Social Responsibility: What Does It Mean.
http://www.mallenbaker.net/. Diunduh Februari 25, 2013.
Brass. History of Corporate Social Responsibility and Sustainability. www.brass.cf.ac.uk:
www.brass.cf.ac.uk/upload/History_L3.pdf. Diunduh Februari 25, 2013.
Budimanta. Corporate Social Responsibility: Realita dan Perkembangan. Megawati
Institute. http://www.megawati-‐institute.org/pemikiran/corporate-‐social-‐
responsibility-‐realita-‐dan-‐perkembangan.html. Diunduh 25 Februari 2013.
CSR Jawa Timur. Sejarah CSR. http://csrjatim.org/2/data/sejarah-csr.pdf.
Diunduh 4 Juni 2012.
CSR Review Online. Regulasi Dalam CSR. www.csrreview-‐online.com. Diunduh 15 Mei
2013.
Gautama. Evaluasi Infrastruktur Pendukung Pelaporan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan di Indonesia. http://www.csrindonesia.com:
http://www.csrindonesia.com/data/articlesother/20071121152745-‐a.pdf.
Diunduh May 21, 2013.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.
Implementasi CSR Untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin.
http://lateralbandung.wordpress.com/2007/08/22implementasi-‐csr-‐untuk-‐
pemberdayaan-‐masyarakatmiskin/.
Sunardjo. Sejarah Perkembangan Alternatif Pendekatan Comdev di Indonesia.
Http://www.create.or.id/?module=articles&action=detail&id=11. Diunduh 15
Mei 2013.
Jombang. Sejarah CSR. www.csrpkbljombang.org:
www.csrpkbljombang.org/tentang/sejarah-‐csr/. Diunduh 15 Mei 2013.
Madani. Good Corporate Governance. Retrieved from http://www.madani-ri: madani-
ri.com/madani/?p=3556 . Diunduh 25 Februari 2013.
Riau. Perlukah Peraturan Daerah Tentang CSR Dibuat?. http://jdih.riau.go.id:
http://jdih.riau.go.id/index.php/informasi-‐/101-‐perlukah-‐peraturan-‐daerah-‐
tentang-‐csr-‐corporate-‐social-‐responsibility-‐dibuat-‐. Diunduh 5 Juni 2013.
Riau. Perlukah Peraturan Daerah tentang CSR Dibuat.
http://jdih.riau.go.id/index.php/informasi-‐/101-‐perlukah-‐peraturan-‐daerah-‐
tentang-‐csr-‐corporate-‐social-‐responsibility-‐dibuat-‐. Diunduh Juni 5, 2013.
Sutarto. Good Corporate Governance (GCG): Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Pemberdayaan UMKM. www.diskopjatim.go.id. Diunduh Februari 25, 2013.
Studi perbandingan..., Sheila Mirah Tiara, FH UI, 2013.