DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR...

21
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 83 DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR PETANI DAN NILAI TUKAR USAHA PERTANIAN Valeriana Darwis 1 , Mohamad Maulana 1 , Rika R. Rachmawati 1 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jln. Tentara Pelajar No. 3B, Bogor 16111 Korespondensi penulis: [email protected] PENDAHULUAN Sejak awal berkembangnya pandemi Covid-19 di Indonesia pada bulan Maret 2020, sudah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi laju penularannya. Kebijakan ini diperlukan karena virus corona menyebabkan dampak negatif tidak hanya pada kesehatan, tetapi juga sektor ekonomi. Hal ini terlihat pada laporan Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Agustus 2020 yang menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia -5,32% pada kuartal II-2020 (BPS 2020a). Sebelumnya, pada kuartal I-2020, dilaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh sebesar 2,97%, turun signifikan dari pertumbuhan sebesar 5,02% pada periode yang sama tahun 2019 (BPS 2020b). Menurut BPS (2020a), sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 15,46% terhadap struktur pertumbuhan PDB nasional pada triwulan II-2020. Nilai kontribusi ini meningkat dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu sebesar 13,57%. Pertumbuhan positif sektor pertanian pada masa pandemi tentu memberikan harapan akan kelangsungan produksi pangan di Indonesia. Namun, saat ini cukup sulit bagi Indonesia untuk mengembangkan sektor pertanian, termasuk memberdayakan petani sebagai penopang utama sektor ini, dikarenakan berbagai faktor yang ada. Pandemi Covid-19 menyebabkan hasil panen tidak dapat terserap secara maksimal di pasaran karena menurunnya pendapatan 1 Kontributor utama

Transcript of DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR...

Page 1: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 83

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP

NILAI TUKAR PETANI DAN NILAI TUKAR

USAHA PERTANIAN

Valeriana Darwis1, Mohamad Maulana1, Rika R. Rachmawati1

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Jln. Tentara Pelajar No. 3B, Bogor 16111

Korespondensi penulis: [email protected]

PENDAHULUAN

Sejak awal berkembangnya pandemi Covid-19 di Indonesia pada

bulan Maret 2020, sudah banyak usaha yang dilakukan oleh

pemerintah dalam mengatasi laju penularannya. Kebijakan ini

diperlukan karena virus corona menyebabkan dampak negatif tidak

hanya pada kesehatan, tetapi juga sektor ekonomi. Hal ini terlihat pada

laporan Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Agustus 2020 yang

menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia -5,32% pada

kuartal II-2020 (BPS 2020a). Sebelumnya, pada kuartal I-2020,

dilaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh

sebesar 2,97%, turun signifikan dari pertumbuhan sebesar 5,02% pada

periode yang sama tahun 2019 (BPS 2020b).

Menurut BPS (2020a), sektor pertanian memberikan kontribusi

sebesar 15,46% terhadap struktur pertumbuhan PDB nasional pada

triwulan II-2020. Nilai kontribusi ini meningkat dibanding periode

yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu sebesar 13,57%.

Pertumbuhan positif sektor pertanian pada masa pandemi tentu

memberikan harapan akan kelangsungan produksi pangan di

Indonesia. Namun, saat ini cukup sulit bagi Indonesia untuk

mengembangkan sektor pertanian, termasuk memberdayakan petani

sebagai penopang utama sektor ini, dikarenakan berbagai faktor yang

ada. Pandemi Covid-19 menyebabkan hasil panen tidak dapat terserap

secara maksimal di pasaran karena menurunnya pendapatan

1 Kontributor utama

Page 2: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Usaha Pertanian

masyarakat ataupun karena kebijakan Pembatasan Sosial Berskala

Besar (PSBB). Penerapan kebijakan pembatasan ruang gerak secara

langsung memengaruhi sektor pertanian, khususnya dalam hal

stabilisasi harga komoditas, gangguan rantai pasok input dan

produksi, mengancam kesehatan petani, dan terganggunya produksi

karena kekurangan tenaga kerja (Saefudin 2020).

Pandemi Covid-19 berdampak pada terhambatnya aktivitas

beberapa sektor sehingga menyebabkan berkurangnya pendapatan

dan tenaga kerja. Hal ini berimplikasi melemahkan daya beli dan

konsumsi masyarakat. Selain itu, kebijakan PSBB juga turut

memengaruhi kelancaran distribusi komoditas pangan antarkota,

antarprovinsi, dan antarpulau. Walaupun pangan dikecualikan dari

penerapan PSBB, adanya pemeriksaan di pos-pos yang berada di pos

pemeriksaan tertentu berdampak pada kelancaran lalu lintas.

Badan Pusat Statistik menyebutkan turunnya nilai tukar petani

(NTP) pada masa pandemi ini dibarengi dengan adanya perubahan

indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar -0,07% pada bulan Mei

2020. Hal ini disebabkan oleh turunnya indeks pada kelompok

makanan, minuman, dan tembakau (Ulya 2020). Di sisi lain, pandemi

Covid-19 mengakibatkan terjadinya penurunan NTP karena turunnya

harga komoditas pertanian. Rendahnya NTP menyebabkan penurunan

insentif petani untuk melakukan penanaman di musim selanjutnya (Al

Faqir 2020). Terbatasnya permintaan karena mobilitas berkurang dan

masyarakat sedang menderita ekonominya menyebabkan penurunan

harga komoditas pertanian. Survei terbatas yang dilakukan Yayasan

Odesa Indonesia (Yusuf et al. 2020) di pasar-pasar utama Jawa Barat

(misalnya di Pasar Gede Bage) menunjukkan bahwa sekitar 50%

pedagang produk-produk pertanian sudah pulang kampung karena

mengalami kerugian. Hanya sedikit yang masih bertahan

mengandalkan keuntungan Rp20.000 sampai Rp30.000 per hari.

Pandemi Covid-19 berdampak pada jadwal operasional pasar yang

biasanya 24 jam, kini dibatasi hanya 10 jam, dari jam 4 sore sampai

dengan jam 2 pagi. Sebelum terjadinya pandemi Covid-19, harga cabai

merah keriting berada di kisaran Rp40.000 hingga Rp50.000 per

kilogram. Namun, selama pandemi Covid-19 turun drastis menjadi

Page 3: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 85

Rp10.000 per kilogram. Harga cabai turun menjadi Rp10.000 per

kilogram di tingkat petani karena tengkulak yang mematok harganya.

Sebagian petani terpaksa menjual ke tengkulak karena lokasi pasar

yang jauh dari desa dan khawatir merugi lebih besar (Hidayat 2020).

Pandemi Covid-19 sampai sekarang belum menunjukkan kepastian

kapan berakhir. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah belum

mencabut restriksi sosial karena khawatir akan terjadi lagi kenaikan

jumlah kasus yang terkena Covid-19. Kondisi ini menyebabkan NTP

dan nilai tukar usaha pertanian (NTUP) akan semakin menurun.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tulisan ini bertujuan untuk

melihat dampak pandemi Covid-19 terhadap NTP dan NTUP di

Indonesia. Secara detail, kajian singkat ini akan menjawab pertanyaan

berikut. (1) Berapakah penurunan nilai NTP dan NTUP subsektor

tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternakan

akibat pandemi Covid-19? (2) Bagaimanakah pengaruh perubahan

harga produsen dan konsumen komoditas utama terhadap penurunan

NTP dan NTUP akibat pandemi Covid-19?

METODE

Kajian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bahan

tulisannya diperoleh melalui tinjauan (review) pustaka dengan

menggali dan menelaah data dan informasi yang diperoleh dari

berbagai sumber, seperti data BPS dan Kementerian Pertanian. Selain

itu, kajian juga menggunakan informasi yang relevan dari berbagai

hasil kajian yang diterbitkan dalam berbagai publikasi, seperti buku,

jurnal, prosiding, dan publikasi lainnya, termasuk media cetak dan

media elektronik. Kajian lebih menekankan pada NTP dan NTUP. Nilai

tukar petani merupakan rasio indeks harga seluruh barang yang dijual

(hasil usaha tani) terhadap indeks harga seluruh barang yang dibeli

(barang konsumsi maupun input usaha tani) rumah tangga petani,

sementara NTUP merupakan perbandingan indeks harga seluruh

barang yang dijual (hasil usaha tani) terhadap indeks harga faktor

produksi yang dibayar oleh petani. Penghitungan NTP didasarkan

pada pemikiran bahwa sebagai agen ekonomi yang memproduksi hasil

Page 4: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

86 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Usaha Pertanian

pertanian dan kemudian menjual hasilnya, petani juga merupakan

konsumen yang membeli barang dan jasa untuk kebutuhan hidupnya

sehari-hari dan juga mengeluarkan biaya produksi dalam usahanya

untuk memproduksi hasil pertanian. Sementara itu, NTUP

menunjukkan insentif berusaha tani (Simatupang 2018).

Badan Pusat Statistik mendefinisikan NTP sebagai perbandingan

antara indeks harga yang diterima petani (IT) dengan indeks harga

yang dibayar petani (IB) yang dinyatakan dalam persen. Indeks harga

yang diterima petani (IT) mengukur rata-rata perubahan harga dalam

suatu periode dari suatu paket jenis barang hasil produksi pertanian

pada tingkat harga produsen di petani dengan tahun dasar 2018 (BPS

2020c). Badan Pusat Statistik mempublikasikan IT, IB, NTP, dan NTUP

bulanan tahun 2019 dengan tahun dasar 2012, sementara tahun 2020

dipublikasikan dengan tahun dasar 2018 sehingga perlu dilakukan

penyesuaian tahun 2019 menjadi tahun dasar 2018. Metode

perhitungannya adalah dengan membandingkan 100 (tahun dasar 2018

= 100) dengan nilai pada tahun 2018. Rata-rata setahun hasil

perbandingannya dikalikan dengan nilai tiap bulan pada tahun 2019

sehingga nilai pada tahun 2019 memiliki tahun dasar 2018. Namun

demikian, cara menyamakan tahun dasar ini masih terkendala lonjakan

nilai pada bulan Desember 2019 ke Januari 2020.

Indeks harga yang dibayar petani (IB) mengukur rata-rata

perubahan harga dalam suatu periode dari suatu paket jenis barang

dan jasa biaya produksi dan penambahan barang modal serta

konsumsi rumah tangga di daerah perdesaan dengan dasar suatu

periode tertentu. Dengan kata lain, IB adalah agregasi dari paket-paket

jenis barang dan jasa biaya produksi dan penambahan barang modal

(IF) dan paket barang dan jasa konsumsi rumah tangga (IK) di daerah

perdesaan dengan dasar suatu periode tertentu (Simatupang 1992;

Simatupang dan Isdiyoso 1992; Maulana 2004; Simatupang dan

Maulana 2008).

Perhitungan bilangan indeks dilakukan dengan dengan metode

Laspeyres, yaitu

NTP = (IT/IB) x 100% .................................................................................... (1)

Page 5: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 87

dengan IB adalah indeks agregasi (IK, IF).

Selain NTP, BPS juga menerbitkan data NTUP yang dihitung

sebagai rasio indeks harga yang diterima dengan indeks harga faktor

produksi yang dibayar, yaitu

NTUP = (IT/IF) x 100% ................................................................................. (2)

Dalam kajian ini, pengertian nilai NTP dan NTUP adalah sebagai

berikut.

1. NTP, NTUP > 100, berarti NTP semakin membaik. Harga yang

diterima mengalami kenaikan yang lebih cepat daripada harga yang

dibayarkan terhadap tahun dasar atau ketika harga yang diterima

mengalami penurunan yang lebih lambat daripada harga yang

dibayarkan terhadap tahun dasar. Sementara, NTUP menunjukkan

insentif berusaha tani yang semakin tinggi.

2. NTP, NTUP = 100, berarti NTP tidak berubah, rasio harga yang

diterima oleh petani sama dengan harga yang dibayar petani

terhadap tahun dasar. Namun setelah itu tidak terjadi lagi, dalam

bulan ke bulan, tahun ke tahun NTP = 100. Jadi, jika NTP = 100, itu

jarang terjadi, maka definisi NTP akan lebih bagus jika kita

membandingkan bulan dan/atau tahun tertentu dibandingkan

dengan bulan dan/atau tahun sebelumnya. NTUP tidak memberi-

kan insentif kepada petani dalam berusaha tani. Bisa saja NTP = 100

jika bulan atau tahun sebelumnya NTP < 100. Jadi, bagus atau

tidaknya NTP itu relatif tergantung perbandingan bulan atau tahun

sebelumnya.

3. NTP, NTUP < 100, berarti NTP semakin memburuk. Harga yang

dibayar mengalami kenaikan yang lebih cepat daripada harga yang

diterima terhadap tahun dasar atau ketika harga yang dibayar

mengalami penurunan yang lebih lambat daripada harga yang

diterima terhadap tahun dasar. Sementara, NTUP tidak

menunjukkan insentif berusaha atau malah merugi.

Dari rumus perhitungan tersebut, jelas NTP tidak berhubungan

langsung dengan kesejahteraan karena pendapatan selain dari laba

usaha pertanian tidak tertangkap oleh NTP dan faktor konversi daya

beli, juga mencakup biaya produksi, tidak merefleksikan daya beli

barang konsumsi akhir. NTP hanyalah bagian dari indikator

Page 6: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

88 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Usaha Pertanian

kesejahteraan petani. Perbaikan kesejahteraan petani ditentukan oleh

dua faktor, yaitu (1) volume produksi dan (2) perbandingan antara

output dan input (efisiensi dan efektivitas input membuat petani

sejahtera karena profit marginnya menjadi lebih tinggi). NTP menjadi

indikasi awal bahwa ada perbaikan dalam benefit-cost.

Nilai tukar usaha pertanian menggambarkan insentif harga usaha

pertanian. Indeks harga yang diterima petani mencakup padi dan

palawija; hortikultura, yaitu sayur-sayuran, buah-buahan, dan

tanaman obat; peternakan, yaitu ternak besar dan kecil, unggas dan

hasil ternak; perkebunan, yaitu tanaman perkebunan rakyat. Indeks

harga yang dibayar petani mencakup indeks konsumsi rumah tangga,

yaitu bahan makanan, makanan jadi, perumahan, sandang, kesehatan,

pendidikan, rekreasi dan olahraga, transportasi, dan indeks biaya

produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) (bibit, obat-obatan,

pupuk, transportasi, sewa lahan, pajak, penambahan barang modal,

upah buruh tani).

Perkembangan NTP dan NTUP difokuskan pada subsektor

tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Data yang

digunakan adalah data NTP dan NTUP bulanan yang diterbitkan

Badan Pusat Statistik, dan disajikan sepanjang 2019 hingga

pertengahan tahun 2020 untuk memperoleh dampak wabah Covid-19

terhadap NTP dan NTUP. Untuk menjelaskan NTP dan NTUP yang

terjadi selama pandemi Covid-19, disajikan perkembangan harga

konsumen untuk komoditas yang mewakili subsektor dan produknya

dikonsumsi masyarakat. Produk tersebut adalah beras, bawang merah,

cabai merah, gula pasir, daging ayam, dan daging sapi. Data dan

informasi yang dikumpulkan dianalisis mempergunakan analisis des-

kriptif sederhana, rata-rata, dan ditampilkan dalam bentuk tabel-tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Subsektor Tanaman Pangan

Nilai tukar petani subsektor tanaman pangan periode Januari‒Juli

2019 menurun, namun selanjutnya meningkat lagi hingga Desember

2019 (Gambar 1). Pada periode Januari‒Juli 2019, NTP rata-rata adalah

Page 7: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 89

sebesar 101,88, sementara periode Agustus‒Desember 2020 naik

menjadi 104,05. Pada tahun 2020, pola perkembangan NTP subsektor

tanaman pangan serupa dengan pola NTP tahun 2019 hingga Juni 2020.

Namun setelah itu, kecenderungannya tetap menurun dan tidak

menunjukkan kenaikan kembali seperti tahun 2019. Hal ini

menunjukkan bahwa hingga pertengahan tahun 2020 pandemi Covid-

19 tidak berdampak berat terhadap NTP subsektor tanaman pangan.

Kecenderungan menurunnya NTP subsektor tanaman pangan

disebabkan menurunkan indeks terima (IT) dan meningkatnya indeks

bayar (IB) (Gambar 1). Menurunnya indeks terima disebabkan

kecenderungan menurunnya harga gabah yang memiliki bobot

penentu indeks harga terima sebesar 87%. Selain itu, bulan Februari,

Maret, dan April adalah masa panen padi musim hujan (MH) ketika

umumnya harga GKP mencapai titik terendah.

Indeks bayar meningkat karena dampak wabah Covid-19 yang

menurunkan pasokan barang-barang konsumsi dan input produksi

karena banyaknya pembatasan wilayah yang mengganggu distribusi.

Setelah pemerintah mengumumkan kasus Covid-19 pertama di

Indonesia pada awal Maret 2020, indeks bayar turun drastis dan terus

menurun hingga Juli 2020 sehingga NTP secara konsisten juga

menurun.

Pola yang relatif sama terjadi pada perkembangan NTUP. Pada

tahun 2020, NTUP konsisten turun selama periode Januari‒Juli 2020.

Pola ini serupa dengan periode yang sama pada saat kondisi normal

tahun 2019, namun tahun 2020 lebih tinggi nilainya. Hal ini berarti

insentif bagi petani tanaman pangan dalam berusaha tani, utamanya

padi dan palawija, menurun selama pandemi Covid-19. Harga gabah

dan palawija terus menurun akibat pasokan melimpah karena panen

raya, namun permintaan berkurang karena pembatasan sosial dan

distribusi terganggu.

Subsektor Hortikultura

Nilai tukar petani subsektor hortikultura sepanjang tahun 2019

cenderung meningkat setelah sempat menurun pada Februari 2019

karena harga produk hortikultura yang semakin meningkat.

Page 8: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

90 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Usaha Pertanian

Su

mb

er: B

PS

(20

20d

)

Gam

bar

1. P

erk

emb

ang

an N

TP

dan

NT

UP

su

bse

kto

r ta

nam

an p

ang

an b

ula

nan

, Jan

uar

i 20

19‒J

uli

202

0 (2

018

= 10

0)

Page 9: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 91

Pada masa pandemi Covid-19 periode Januari hingga Juli 2020, NTP

konsisten menurun (Gambar 2). Walaupun sempat membaik di Januari

2020, NTP pada bulan-bulan sesudahnya terus menurun hingga Juli

2020.

Meningkatnya NTP hortikultura selama tahun 2019 disebabkan

meningkatnya indeks terima dan juga indeks bayar, dan bahkan sejak

April 2019 indeks terima lebih baik dari indeks bayar. Keadaan yang

berbeda dapat dilihat antara indeks terima dan indeks bayar selama

Januari–Juli 2020, masa pandemi Covid-19. Indeks terima turun selama

periode Januari–Juli 2020 karena wabah Covid-19 yang ditandai dengan

dampak turunnya harga produk hortikultura akibat turunnya permin-

taan akibat dihentikannya operasional hotel, restoran, dan katering

(horeka). Sementara, indeks bayar cenderung meningkat akibat me-

ningkatnya harga-harga barang konsumsi dan harga input hortikultura.

Insentif berusaha tani komoditas hortikultura sepanjang tahun 2019

memang bermasalah terkait rendahnya NTUP hortikultura selama

Januari‒April 2019. Nilai tukar usaha pertanian hortikultura Januari‒

April 2019 berada di bawah 100. Harga faktor produksi terus

meningkat, sementara harga produk hortikultura cenderung stagnan.

Menghadapi dampak wabah Covid-19 selama tahun 2020, NTUP yang

sempat mencapai 105,5 pada bulan Januari 2020, secara konsisten

menurun hingga pada bulan Juli 2020 NTUP berada pada nilai 99,8.

Karena produksi tidak terganggu sementara pemasaran produk

hortikultura yang menghadapi masalah di samping permintaan yang

menurun, terjadi kelebihan pasokan sehingga harga produk

hortikultura konsisten menurun. Di sisi lain, harga barang konsumsi

dan harga faktor produksi justru meningkat. Insentif berusaha tani

menurun sebagai dampak wabah Covid-19.

Subsektor Perkebunan

Nilai tukar petani subsektor perkebunan berada di bawah 100

sepanjang tahun 2019 (Gambar 3). Keadaan sebelum wabah Covid-19

ini terjadi karena indeks bayar lebih rendah dibandingkan dengan

indeks terima. Keadaan ini berlanjut hingga bulan April 2020 sehingga

Page 10: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

92 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Usaha Pertanian

Su

mb

er: B

PS

(20

20d

)

Gam

bar

2. P

erk

emb

ang

an N

TP

dan

NT

UP

ho

rtik

ult

ura

bu

lan

an,

Jan

uar

i 20

19‒J

uli

202

0 (2

018

= 10

0)

Page 11: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 93

NTP tetap meningkat dan berada di atas 100, walaupun cenderung

menurun secara konsisten di tengah munculnya dampak Covid-19 di

Indonesia.

Menurut Yoyok (2020), mampu bertahannya NTP di atas 100 bisa

terjadi karena beberapa faktor, yaitu (i) aktivitas budi daya komoditas

perkebunan masih tetap berjalan di tengah pandemi Covid-19 karena

perkebunan rakyat lokasinya terpisah-pisah tidak terkonsentrasi

sehingga tidak ada kerumunan pekerja kebun dalam jumlah yang

banyak; (ii) kegiatan budi daya tetap berlangsung sehingga

produktivitas dan mutu produk perkebunan tetap terjaga; dan (iii)

produk perkebunan yang berhubungan dengan kebutuhan pokok

masyarakat (misalnya gula pasir) boleh beroperasi sesuai dengan

regulasi. Sepanjang bulan Mei hingga Juni 2020, indeks bayar berada

di atas indeks terima dan NTP perkebunan rakyat menurun di bawah

100. Kenaikan NTP terjadi pada bulan Juli 2020 sehingga nilai NTP

berada di atas 100.

Besaran insentif berusaha tani bagi petani perkebunan mengikuti

pola NTP subsektor perkebunan rakyat. Saat kondisi normal sebelum

pandemi Covid-19, petani perkebunan kecil tidak mendapatkan

insentif (NTUP < 100) karena harga produk perkebunan menurun

sepanjang 2019, namun sebaliknya untuk harga barang konsumsi dan

harga faktor produksi usaha tani perkebunan rakyat.

Subsektor Peternakan

Pada kondisi normal sebelum wabah Covid-19, rata-rata NTP

subsektor peternakan periode Januari hingga Juli 2019 adalah 100,24.

Dampak wabah Covid-19 pada periode Januari–Juli 2020

menyebabkan NTP subsektor peternakan menurun menjadi rata-rata

97,96 (Gambar 4). Menurunnya NTP subsektor peternakan selama

pandemi Covid-19 disebabkan menurunnya indeks terima, sementara

indeks bayar cenderung tetap. Rata-rata indeks terima pada periode

Januari–Juli 2020 adalah 103,89. Rata-rata indeks bayar pada periode

yang sama adalah 106,06.

Page 12: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

94 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Usaha Pertanian

Su

mb

er: B

PS

(20

20d

)

Gam

bar

3. P

erk

emb

ang

an N

TP

dan

NT

UP

per

keb

un

an r

aky

at b

ula

nan

, Jan

uar

i 20

19‒J

uli

202

0 (2

018

= 10

0)

Page 13: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 95

Su

mb

er: B

PS

(20

20d

)

Gam

bar

4. P

erk

emb

ang

an N

TP

dan

NT

UP

pet

ern

akan

bu

lan

an, J

anu

ari

2019

‒Ju

li 2

020

(201

8 =

100)

Page 14: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

96 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Usaha Pertanian

NTUP pada periode normal sebelum pandemi Covid-19, yaitu

bulan Januari–Juli 2019, rata-rata mencapai 99,49. Memasuki masa

wabah Covid-19, pada periode Januari–Juli 2020, NTUP subsektor

peternakan menurun menjadi 97,90. Hal ini menunjukkan insentif

berusaha ternak rata-rata semakin turun. Menurut Benyamin (2020),

penyebab penurunan usaha peternakan dalam masa pandemi karena

menurunnya permintaan. Kendati harga ayam di pasaran tinggi, harga

di tingkat petani relatif rendah. Akibatnya, keuntungan yang diperoleh

tidak sebanding dengan ongkos produksi yang dikeluarkan sehingga

peternak kecil dan menengah memilih tidak beroperasi dulu.

Menurunnya kesejahteraan petani subsektor peternakan

disebabkan tingginya harga bibit sapi penggemukan, turunnya nilai

tukar rupiah terhadap dolar karena bibit sapi umumnya diimpor,

turunnya daya beli secara signifikan, meningkatnya biaya

operasional karena meningkatnya harga bahan baku pakan, dan

terhambatnya tata niaga serta logistik karena penerapan lockdown di

beberapa daerah di Australia. Pada awal pandemi, industri sapi

potong mengalami kesulitan, baik dalam hal pengadaan sarana

produksi peternakan, khususnya bakalan dan pakan, kenaikan biaya

distribusi, dan penurunan omzet karena berkurangnya kegiatan yang

membutuhkan banyak daging. Selain itu, pandemi juga berdampak

negatif terhadap industri sapi potong dikarenakan menurunnya daya

beli masyarakat.

NTP dan NTUP Umum

Nilai tukar petani bulanan sepanjang tahun 2019 saat normal

sebelum pandemi Covid-19 terus meningkat dengan rata-rata NTP

sebesar 100,73. Meningkatnya NTP disebabkan rata-rata indeks

terima yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata indeks bayar

sepanjang tahun 2019. Rata-rata indeks terima periode Januari–

Desember adalah 103,62, sementara rata-rata indeks bayar mencapai

102,86 (Gambar 5). Hal yang sama juga terjadi pada NTUP yang pada

tahun 2019 terus meningkat. Rata-rata NTUP periode Januari–

Desember 2019 adalah sebesar 100,58.

Page 15: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 97

Pandemi Covid-19 berdampak pada fluktuasi harga produk

pertanian, input usaha tani, dan barang konsumsi. Harga komoditas

pertanian pada masa pandemi Covid-19 mengalami fluktuasi setiap

bulannya. Hal ini direpresentasikan dari harga produsen dan harga

konsumen dari beberapa komoditas pertanian yang sering

dikonsumsi masyarakat tiap hari. Berfluktuasinya harga jual

menyebabkan margin antara harga produsen dan harga konsumen

menjadi tidak tetap. Menurut Sunarti dan Khomsan (2006),

kesejahteraan petani bisa terealisasi melalui pendapatan mereka yang

meningkat, menurunnya kegagalan panen, produktivitas meningkat,

dan harga jual produk tinggi.

Harga gabah kering giling (GKG) dalam masa pandemi rata-rata

Rp5.619/kg, sementara harga beras rata-rata di tingkat konsumen bisa

mencapai Rp10.987/kg (Gambar 6). Dengan menggunakan konversi

dari gabah ke beras sebesar 64%, maka harga beras adalah Rp8.780/kg.

Artinya, harga jual di tingkat konsumen lebih tinggi senilai Rp2.207/kg.

Margin yang tinggi juga terjadi pada komoditas bawang merah

dan cabai merah, dengan margin masing-masing sebesar 98% dan

142%. Hal yang sama juga terjadi pada harga daging sapi dan daging

ayam. Harga produsen untuk daging ayam sebesar Rp17.500/kg,

sementara harga di tingkat konsumen rata-rata sebesar Rp31.871/kg.

Artinya, ada margin sebesar Rp14.371/kg atau 82%. Untuk daging

sapi, persentase margin antara harga produsen dan harga konsumen

sebesar 37% atau senilai Rp32.633/kg. Harga gula pasir di tingkat konsumen rata-rata sebesar

Rp15.578/kg, sementara HPP gula pasir sebesar Rp9.100/kg. Bagi

petani, penentuan HPP ini masih belum bisa mencukupi kebutuhan

usaha tani. Oleh karena itu, perlu direvisi menjadi Rp12.000/kg

Sebelum usulan revisi tersebut disetujui, terjadi wabah Covid-19 yang

menyebabkan biaya pokok produksi menjadi naik. Oleh karena itu,

melalui petani melalui Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia

(APTRI) mengusulkan HPP gula di tingkat petani untuk tahun ini

naik menjadi Rp14.000/kg (Timorria 2020).

Page 16: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

98 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Usaha Pertanian

Su

mb

er: B

PS

(20

20d

)

Gam

bar

5. P

erk

emb

ang

an N

TP

dan

NT

UP

um

um

bu

lan

an, J

anu

ari

2019

‒Ju

li 2

020

(201

8 =

100)

Page 17: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 99

Su

mb

er:

(Pu

sdat

in 2

020)

Gam

bar

6. P

erk

emb

ang

an h

arg

a k

on

sum

en k

om

od

itas

per

tan

ian

, Mar

et‒A

gu

stu

s 20

20

(Rp

/kg

)

Page 18: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

100 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Usaha Pertanian

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Nilai tukar petani tidak dapat digunakan sebagai ukuran

kesejahteraan petani karena merupakan perbandingan indeks harga

komoditas pertanian (tidak termasuk nonpertanian) dengan indeks

harga seluruh barang konsumsi dan faktor produksi. Nilai tukar

usaha pertanian adalah perbandingan indeks harga produk pertanian

dengan indeks harga faktor produksi produk pertanian. Secara

eksplisit, NTUP merupakan insentif harga berusaha tani.

Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang berbeda terhadap

NTP dan NTUP setiap subsektor dalam periode pandemi bulan

Januari‒Juli 2020 dibandingkan periode normal Januari‒Juli 2019. Pada

periode pandemi, NTP subsektor tanaman pangan turun 0,13,

sementara NTUP naik 1,11. Untuk subsektor hortikultura, NTP dan

NTUP naik masing-masing 2,06 dan 2,64. Untuk subsektor perkebunan

rakyat, NTP dan NTUP naik 4,45 dan 5,70. Untuk subsektor

peternakan, NTP dan NTUP turun sebesar 2,28 dan 2,04 poin. Secara

umum, selama wabah Covid-19 periode Januari‒Juli 2020, NTP dan

NTUP umum meningkat berturut-turut sebesar 1,07 dan 2,07 poin.

Wabah Covid-19 berdampak terhadap NTP dan NTUP.

Menurunnya NTP selama pandemi Covid-19 disebabkan

menurunnya harga produk pertanian karena kelebihan pasokan dan

menurunnya permintaan akibat gangguan distribusi yang dipicu oleh

pembatasan mobilisasi pelaku ekonomi dan barang konsumsi di

berbagai wilayah. Selain itu, rendahnya daya beli akibat banyak

masyarakat yang berkurang penghasilannya selama pandemi Covid-

19 juga memengaruhi turunnya NTP. Nilai tukar petani berbanding

lurus dengan inflasi pangan, yang biasanya terjadi pada bulan

Januari. Pandemi Covid-19 menurunkan insentif berusaha tani.

NTUP hingga pertengahan tahun 2020 cenderung terus menurun

karena harga komoditas pertanian cenderung menurun selain

beberapa komoditas utama seperti padi memasuki masa panen raya.

Sebaliknya, harga faktor produksi semakin meningkat.

Page 19: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 101

Saran

Pandemi Covid-19 belum berakhir dan tidak tahu sampai kapan

akan berakhirnya, sementara kebutuhan akan pangan yang

dihasilkan oleh pertanian tetap. Meskipun sektor pertanian dari nilai

tukar dan usaha pertanian tidak berdampak besar, kebijakan untuk

mempertahankan produksi tetap diperlukan. Beberapa kebijakan itu,

antara lain, jaminan pasokan dalam mendapatkan input produksi dan

mekanisasi alat pertanian perlu ditingkatkan dalam mengatasi

keterbatasan tenaga kerja akibat adanya pembatasan ruang gerak.

Untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan memperpendek tata

niaga serta margin keuntungan, diperlukan dukungan fasilitas dan

kebijakan dalam pemasaran secara daring. Kebijakan tersebut dapat

dilakukan dengan cara membangun sendiri perusahaan start-up di

bawah Kementan atau membuat kerja sama dengan start-up lainnya

yang sudah eksis.

DAFTAR PUSTAKA

Al Faqir A. 2020. Pukulan corona pada sektor pertanian masih bakal berlanjut

hingga tahun depan [Internet]. [diunduh 2020 Sep 20]. Tersedia dari:

https://www.merdeka.com/uang/pukulan-corona-pada-sektor-pertanian-

masih-bakal-berlanjut-hingga-tahun-depan.html

[BPS] Badan Pusat Statistik [Internet]. 2020a Agu 5. Berita resmi statistik:

ekonomi Indonesia triwulan II 2020 turun 5,32 persen [Internet]. [diunduh

2020 Agu 24]. Tersedia dari: https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/

08/05/1737/-ekonomi-indonesia-triwulan-ii-2020-turun-5-32-persen.html

[BPS] Badan Pusat Statistik [Internet]. 2020b Mei 5. Berita resmi statistik:

ekonomi Indonesia triwulan I 2020 tumbuh 2,97 persen [Internet].

[diunduh 2020 Agu 24]. Tersedia dari: https://www.bps.go.id/

pressrelease/2020/05/05/1736/ekonomi-indonesia-triwulan-i-2020-

tumbuh-2-97-persen.html

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2020c Okt 1. Berita resmi statistik: nilai tukar

petani (NTP) September 2020 sebesar 101,66 atau naik 0,99 persen

[Internet]. [diunduh 2020 Okt 1]. Tersedia dari: https://www.bps.go.id/

pressrelease/2020/10/01/1707/nilai-tukar-petani--ntp--september-2020-

sebesar-101-66-atau-naik-0-99-persen.html

Page 20: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

102 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Usaha Pertanian

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2020d. NTP (nilai tukar petani) menurut

subsektor 2019 [Internet]. [diunduh 2020 Okt 1]. Tersedia dari:

https://www.bps.go.id/indicator/22/13/1/ntp-nilai-tukar-petani-menurut-

subsektor.html

Benyamin MY. 2020. Petani & peternak terdampak corona, presiden setuju

BUMN pangan jadi 'offtaker' [Internet]. [diunduh 2020 Ags 24]. Tersedia

dari: https://ekonomi.bisnis.com/read/20200422/99/1230766/petani-peter

nak-terdampak-corona-presiden-setuju-bumn-pangan-jadi-offtaker

Hidayat R. 2020. Nasib buram petani dan peternak di tengah pandemi

COVID-19 [Internet]. [diunduh 2020 Okt 10]. Tersedia dari: https://tirto.id/

nasib-buram-petani-dan-peternak-di-tengah-pandemi-covid-19-eNpo

Maulana M. 2004. Peranan luas lahan, intensitas pertanaman dan

produktivitas sebagai sumber pertumbuhan padi sawah di Indonesia

1980–2001. J Agro Ekon. 2(1):74-95.

[Pusdatin Kementan] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Kementerian Pertanian. 2020. Newsletter Pusdatin. 17(5). Jakarta (ID):

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementerian Pertanian.

Saefudin. 2020. Covid-19: Peluang dan dampak terhadap sektor pertanian

[Internet]. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan;

[diunduh 2020 Ags 20]. Tersedia dari: http://perkebunan.

litbang.pertanian.go.id/covid-19-peluang-dan-dampak-terhadap-sektor-

pertanian/

Simatupang P. 1992. Pertumbuhan ekonomi dan nilai tukar barter sektor

pertanian. J Agro Ekon. 11(1):33-48.

Simatupang P. 2018. Konsep, pengukuran dan makna nilai tukar petani.

Dalam: Sudaryanto T, Syahyuti, Suryani E, Ariningsih E, editors. Ragam

pemikiran menjawab isu aktual pertanian. Jakarta (ID): IAARD Press. p.

269-288.

Simatupang P, Isdiyoso B. 1992. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap

nilai tukar sektor pertanian: landasan teoritis dan bukti empiris. Ekon

Keuangan Indones. 40(1):33-48.

Simatupang P, Maulana M. 2008. Kaji ulang konsep dan perkembangan nilai

tukar petani tahun 2003-2006. J Ekon Pembang. 14(2):218-246.

Sunarti E, Khomsan A. 2006. Kesejahteraan keluarga petani mengapa sulit

diwujudkan? Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Page 21: DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/05-BBRC-2020-II-1-4-VDS.pdf1 Kontributor utama. 84 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai Tukar

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 103

Timorria IF. 2020. Petani tebu revisi usulan kenaikan HPP gula [Internet].

[diunduh 2020 Sep 20]. Tersedia dari: https://ekonomi.bisnis.com/

read/20200424/12/1232268/petani-tebu-revisi-usulan-kenaikan-hpp-gula

Ulya FN. 2020. Melihat tingkat daya beli petani di tengah pandemi Covid-19

[Internet]. [diunduh 2020 Okt 10]. Tersedia dari: https://

money.kompas.com/read/2020/05/04/173100426/melihat-tingkat-daya-

beli-petani-di-tengah-pandemi-covid-19?page=all

Yoyok. 2020. Pra panen perkebunan bertahan dalam kondisi pandemi Covid-

19 [Internet]. [diunduh 2020 Sep 20]. Tersedia dari:

https://www.sketsaonline.com/pra-panen-perkebunan-bertahan-dalam-

kondisi-pandemi-covid-19/.

Yusuf AA, Suganda T, Hermanto, Mansur FH. 2020. Strategi ekonomi sektor

pertanian di tengah pandemi Covid-19. Perspektif 2030 SGDs Center

Policy Brief No. 2/2020 [Internet]. Bandung (ID): Center for Sustainable

Development Goals Studies.