Dampak Globalisasi Dan Integrasi Ekonomi Terhadap Daya Saing Ekspor Di ASEAN Dan Cina
-
Upload
liauwjorichard -
Category
Documents
-
view
12 -
download
3
description
Transcript of Dampak Globalisasi Dan Integrasi Ekonomi Terhadap Daya Saing Ekspor Di ASEAN Dan Cina
-
Ekonomi Bisnis di Asia
Dampak Globalisasi dan Integrasi
Ekonomi Terhadap Daya Saing Ekspor
Indonesia di ASEAN dan Cina
Johannes Richard Liamri 3121004
Fakultas Bisnis & Ekonomika
Universitas Surabaya
2014/2015
-
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, globalisasi dan integrasi sudah menjadi topik yang sangat sering dibicarakan
oleh banyak kalangan, secara khusus globalisasi dan integrasi ekonomi yang terjadi saat ini.
Globalisasi dan integrasi ekonomi memiliki kaitan yang erat. Secara harfiah kata integrasi
dapat diartikan sebagai penggabungan. Menurut Tinbergen, integrasi ekonomi merupakan
penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan
menghapuskan semua pembatasan-pembatasan (barriers) yang dibuat terhadap
bekerjanya perdagangan bebas dan dengan jalan mengintroduksi semua bentuk-bentuk
kerja sama dan unifikasi. Integrasi dapat dipakai sebagai alat untuk mengakses pasar yang
lebih besar, menstimulasi pertumbuhan ekonomi sebagai upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan nasional.
Integrasi ekonomi memiliki prinsip dan mekanisme yang sama dengan perdagangan bebas.
Secara teoritis, integrasi ekonomi mengacu pada suatu kebijakan komersial atau kebijakan
perdagangan yang secara diskriminatif menurunkan atau menghapuskan hambatan-
hambatan perdagangan hanya di antara negara-negara anggota yang sepakat akan
membentuk suatu integrasi ekonomi. Semua bentuk hambatan perdagangan baik tarif
maupun non tarif sengaja diturunkan atau bahkan dihapuskan di antara negara anggota.
Sedangkan bagi negara-negara yang bukan anggota, maka pemberlakuan tarif dan non tarif
tergantung dari kebijakan negara masing-masing. Dalam integrasi ekonomi terjadi
perlakuan diskriminatif antara negara-negara anggota dengan negara-negara di luar
anggota dalam melakukan perdagangan, sehingga dapat memberikan dampak kreasi dan
dampak diversi bagi negara-negara anggota (Salvatore, 1997). Krugman (1991)
memperkenalkan suatu anggapan bahwa secara alami blok perdagangan didasarkan pada
pendekatan geografis yang dapat memberikan efisiensi dan meningkatkan kesejahteraan
bagi anggotanya.
globalisasi merupakan suatu jaringan kerja global yang mempersatukan masyarakat
dimana mereka sebelumnya berpencar dan terisolasi yang nantinya akan saling memiliki
ketergantungan dan mampu mewujudkan persatuan dunia. Ini merupakan pengertian
globalisasi secara umum. Sedangkan Ekonom Takis Fotopoulos mendefinisikan "globalisasi
ekonomi" sebagai pembebasan dan deregulasi pasar komoditas, modal, dan tenaga kerja
yang berujung pada globalisasi neoliberal masa kini. Ia memakai istilah "globalisasi politik"
untuk menyebut kemunculan kaum elit transnasional dan hilangnya negara bangsa.
"Globalisasi budaya" digunakan untuk menyebut homogenisasi budaya dunia. Istilah
lainnya adalah "globalisasi ideologi", "globalisasi teknologi", dan "globalisasi sosial".
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Takis_Fotopoulos&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Neoliberalhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Negara_bangsa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Globalisasi_budaya&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Teknologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Sosial -
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa hubungan globalisasi dan integrasi ekonomi dengan perdagangan internasional atau
bebas?
2. Bagaimana dampak globalisasi dan integrasi ekonomi pada daya saing ekspor Indonesia?
-
BAB 2
LANDASAN TEORITIS
2.1 Definisi Globalisasi dan Integrasi Ekonomi
Globalisasi dewasa ini telah menjadi fenomena. Salah satunya adalah globalisasi
ekonomi. Globalisasi adalah suatu proses di mana semakin banyak negara yang terlibat
langsung dalam kegiatan ekonomi global. Globalisasi juga berarti suatu proses
perkembangan yang dapat meningkatkan hubungan saling ketergantungan ekonomi
dan juga mempertajam persaingan antar negara, tidak hanya dalam perdagangan
internasional, tetapi juga dalam investasi, keuangan dan produksi. Ekonom Takis
Fotopoulos mendefinisikan "globalisasi ekonomi" sebagai pembebasan dan deregulasi
pasar komoditas, modal, dan tenaga kerja yang berujung pada globalisasi neo
liberal masa kini. Jadi, globalisasi ekonomi dapat dikatakan sebagai proses penyatuan
negara-negara dalam suatu hubungan ekonomi yang memberikan dampak yang baik
bagi negara yang mengikutinya.
Globalisasi ekonomi juga dapat dijelaskan secara makro dan mikro :
A. Arti globalisasi secara makro
Teori yang didasarkan atas asumsi perdagangan bebas/pasar bebas di seluruh
dunia, tanpa adanya hambatan baik dalam bentuk tarif atau non tarif.
B. Arti globalisasi secara mikro
Sebuah inisiatif bisnis yang didasarkan atas kepercayaan bahwa dunia telah menjadi
sedemikian homogen seiring dengan makin mengaburnya perbedaan nyata antar
pasar domestik
Sedangkan integrasi menurut Machlup (Jovanovic 2006) menggambarkan penyatuan
atau kombinasi beberapa perusahaan dalam suatu industri baik secara vertikal maupun
horizontal (konteks organisasi). Konsep dasarnya adalah bahwa manfaat ekonomi yang
diperoleh lebih besar dari biaya atau risiko yang dihadapi tanpa integrasi. Secara teoritis,
integrasi ekonomi mengacu pada suatu kebijakan komersial atau kebijakan
perdagangan yang secara diskriminatif menurunkan atau menghapuskan hambatan-
hambatan perdagangan hanya di antara negara-negara anggota yang sepakat akan
membentuk suatu integrasi ekonomi. Semua bentuk hambatan perdagangan baik tarif
maupun non tarif sengaja diturunkan atau bahkan dihapuskan di antara negara anggota.
2.2 Dampak Globalisasi
Dalam tingkat global yang optimal, arus produk dan faktor-faktor produksi lintas negara
atau regional akan selancar lintas kota dalam suatu negara atau desa di dalam suatu
kecamatan. Banyak barang yang tidak lagi mencantumkan bendera dari negara asal
pembuat barang tersebut, melainkan logo perusahaan yang membuatnya. Ini
merupakan salah satu dampak dari globalisasi yang paling mudah untuk diketahui.
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Takis_Fotopoulos&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Takis_Fotopoulos&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Neoliberalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Neoliberal -
Semakin ekonomi dunia berpadu, semakin kurang penting ekonomi negara-negara dan
semakin penting kontribusi ekonomi dari individu dan perusahaan individual. Di bidang
pariwisata pun akan meningkat juga sehingga mampu membuka lapangan kerja dan
juga menjadi ajang promosi produk-produk suatu negara. Itu merupakan beberapa
dampak positif dari globalisasi, namun globalisasi juga memiliki dampak negatif. Ketika
suatu negara memasuki ekonomi global, maka kedaulatan pemerintahannya akan
semakin hilang yang disebabkan oleh komunikasi dan transportasi yang semakin
canggih dan murah, lalu lintas devisa yang semakin bebas, dan ekonomi negara yang
semakin terbuka yang menyebabkan negara kompetitor mengetahui informasi
ekonomi suatu negara.
2.3 Faktor-Faktor Pendorong Globalisasi
Globalisasi tidak terjadi begitu saja, melainkan ada faktor-faktor yang menyebabkannya
terjadi, ada beberapa faktor, yaitu :
a. Kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang menghasilkan alat-alat
komunikasi dan transportasi yang semakin canggih, aman dan murah
b. Semakin terbukanya sistem perekonomian dari negara-negara di dunia, baik dalam
perdagangan, produksi, maupun investasi/keuangan
c. Liberasi keuangan internasional yang dimulai pada tahun 1960, semakin cepat
dengan runtuhnya sistem Bretton Woods dalam penentuan nilai tukar awal tahun
1970an dan berkembangnya nilai tukar dari sejumlah mata uang utama selain US
dolar
d. Selain itu, didorong juga oleh tiga kekuatan yaitu :
Deregulasi sektor keuangan
Perkembangan yang pesat di sektor keuangan itu sendiri (derivatif dan opsi)
Kemajuan teknologi serta komunikasi
e. Adanya penurunan hambatan perdagangan dan investasi
2.4 Bentuk dan Tujuan Integrasi Ekonomi
Integrasi ekonomi terbentuk karena adanya tujuan yang ingin dicapai oleh negara-
negara, yaitu untuk meningkatkan perdagangan dan kerja sama dalam bidang ekonomi,
dan secara khusus untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan baik tarif
maupun non tarif. Integrasi ekonomi sendiri juga memiliki beberapa bentuk integrasi,
yaitu :
Bentuk integrasi ekonomi regional yang tidak mengikat (sukarela) untuk
meningkatkan perdagangan (PTA/Preferential Trading Arrangement). Sebagai
contoh adalah APEC (Asia - Pacific Economic Cooperation).
Bentuk integrasi ekonomi resmi dengan berbagai kesepakatan yang sifatnya
mengikat. Sebagai contoh yaitu ASEAN (Association of South East Asian Nations)
dan Uni Eropa.
-
Beberapa bentuk PTA yang hanya melibatkan 2-3 negara yang bertetangga yang
bersepakat dalam perdagangan bebas namun tidak sampai pada kesamaan dalam
pabean (Custom union/CU). Adapun derajat integrasi tertinggi adalah UE (Uni Eropa)
dengan skor 3,3 dan yang paling rendah adalah ASEAN/AFTA dengan skor 0,8. Derajat
integrasi ASEAN rendah disebabkan oleh karena adanya keraguan akan manfaat
integrasi dari negara-negara anggota.
2.5 Tahapan Integrasi Ekonomi
Integrasi ekonomi memiliki tahap-tahap yang harus diikuti sampai pada tahap di mana
negara-negara telah berintegrasi.
Preferency Trade Arrangement (TPA) - merupakan Blok perdagangan yang memberikan keistimewaan untuk produk-produk tertentu dari Negara dengan
melakukan pengurangan tarif namun tidak menghilangkannya sama sekali atau
merupakan kelompok yang memberikan keringanan terhadap jenis produk tertentu
kepada Negara anggota, dilaksanakan dengan cara mengurangi tarif.
Contohnya : India Afganistan, India Maurtius, NAFTA
The Generalized System Of Preferences ( GSP ) - merupakan suatu sistem preferensi dalam bentuk penurunan atau pembebasan tarif bea masuk yang di
berikan oleh Negara-negara maju kepada produk-produk tertentu yang berasal dari
Negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) yang memenuhi syarat.
Tujuannya adalah membantu pembangunan Negara berkembang antara lain
dengan peningkatan pendapatan devisa melalui ekspor dan mempercepat
industrialisasi.
Free Trade Area ( FTA ) - Tiap Negara anggota bersepakat menghilangkan tarif
perdagangan dan hambatan yang bersifat kuantitatif lainnya, namun masing-
masing Negara itu masih berhak untuk menetapkan aturannya sendiri dalam tarif
terhadap Negara-negara non-anggota menurut ketentuan di masing-masing
Negara. Setiap Negara anggota bebas menentukan tarifnya terhadap arus
perdagangan internasional dari Negara-negara bukan anggota. Tujuan dari FTA
adalah untuk menurunkan hambatan perdagangan sehingga volume perdagangan
meningkat karena spesialisasi, pembagian kerja, dan yang terpenting melalui teori
komparatif. Secara singkat,menurut teori ini dalam pasar bebas yang seimbang,
setiap sumber produksi cenderung untuk berspesialisasi dalam aktivitas dimana
terjadi keunggulan komparatif.
Contohnya : Malaysia ( kesepakatan FTA lain dengan ASEAN )
Custom Union (CU) - Dua Negara atau lebih dikatakan membentuk CU apabila mereka sepakat menghilangkan semua kewajiban impor atau hambatan-hambatan
-
perdagangan dalam bentuk tarif maupun non tarif terhadap semua barang dan jasa
yang diperdagangkan di antara sesama mereka; sedangkan terhadap Negara-
negara non-anggota juga akan diberlakukan ketentuan yang sama. Tujuan pendirian
Custom Union ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dan mendekatkan hubungan
diplomatik ( politik dan budaya ) di antara Negara anggota. Contohnya : Zollverein,
satu organisasi pada abad 19 di bentuk oleh beberapa Negara bagian Jerman.
Single Integrated Market ( Common Market ) - Satu pasar tunggal bersama di sini dimaksudkan adalah semacam blok dagang yang merupakan gabungan dari
custom union dengan kebijaksanaan bersama terhadap produk dan pergerakan
yang bebas atas faktor produksi (modal dan tenaga kerja) dan wirausaha. Tujuan
agar terjadi pergerakan bebas dari modal, tenaga kerja, barang, dan jasa di antara
negara-negara anggota adalah memudahkan bagi mereka untuk mencapai efisiensi
ekonomi yang lebih tinggi.
Contoh : Pembentukan pasar tunggal Uni Eropa yang di mulai pada tahun 1987
dengan target selesai pada 31 Desember 1992. Kebijakan yang tertera dalam UE
antara lain, menghapus pengawasan di daerah perbatasan, persyaratan kualifikasi
keahlian, agar diterima dan dilaksanakan di semua pasar negara anggota,
pemberlakuan standar tunggal untuk harmonisasi produk.
Economic and Monetary Union - Merupakan satu blok dagang seperti pasar tunggal dengan kesatuan moneter untuk semua Negara anggota. Bentuk ini harus
dibedakan dari hanya menerapkan mata uang bersama seperti yang dilakukan
oleh Latin Monetary Union pada tahun 1980-an yang tidak diikuti oleh adanya
pasar tunggal. Contohnya : Uni Eropa, ada pasar tunggalnya dan memakai satu
kesatuan moneter( Euro )
Total Economic Integration ( TEI ) - Kondisi ini terwujud apabila telah terjadinya penyatuan kebijakan makroekonomi maupun social dan memfungsikan suatu
badan atau lembaga yang bersifat dengan kewenangan yang
cukup luas dan sangat mengikat semua negara anggotanya. Contohnya : Uni Eropa
salah satu contoh yang baik mengenai integrasi ekonomi penuh.
2.6 Keuntungan dan Kerugian Integrasi Ekonomi
Terbentuknya integrasi ekonomi tidak dapat disangkal akan menimbulkan keuntungan
dan kerugian bagi negara-negara anggota itu sendiri. Keuntungan yang didapat dari
integrasi antara lain adalah :
Meningkatnya kompetisi aktual dan potensial di antara pelaku pasar, baik pelaku
pasar yang berasal dari suatu negara, dalam sekelompok negara-negara, maupun
pelaku pasar di luar kedua kelompok tersebut. Kompetisi di antara pelaku pasar
-
tersebut diharapkan akan mendorong harga barang dan jasa yang sama lebih
rendah, meningkatkan variasi kualitas dan pilihan yang lebih luas bagi kawasan yang
berintegrasi.
Desain produk, metode pelayanan, sistem produksi dan distribusi serta aspek lain
menjadi tantangan bagi pelaku pasar saat ini dan di masa depan.
Tercapainya ekonomi melalui pasar yang lebih luas yang akan mendorong
peningkatan efisiensi perusahaan melalui berkurangnya biaya produksi.
Sedangkan kerugian yang dihadapi negara-negara yang ikut dalam integrasi ekonomi, yaitu:
Integrasi ekonomi internasional membatasi kewenangan suatu negara untuk
menggunakan kebijakan fiskal, keuangan dan moneter untuk mempengaruhi kinerja
ekonomi dalam negeri. Hilangnya kedaulatan negara merupakan biaya atau
pengorbanan terbesar yang diberikan oleh masing-masing negara yang berintegrasi
dalam satu kawasan.
2.7 APEC
Awalnya APEC merupakan forum dialog terbuka untuk memfasilitasi pertumbuhan
ekonomi, kerja sama, perdagangan, dan investasi di wilayah Asia Pasifik 1989 di
Canberra Australia dihadiri 12 negara Asia Pasifik. APEC merupakan satu-satunya
pengelompokan antar pemerintah di dunia yang bekerja atas dasar komitmen tidak
terikat, diskusi terbuka dan saling menghormati pandangan-pandangan dari semua
negara partisipan. APEC tidak mempunyai perjanjian-perjanjian yang mengandung
kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh negara anggota.
APEC memiliki tujuan utama yaitu untuk lebih mendorong pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan dan memperkuat komunitas Asia Pasifik. Saat ini, APEC
memiliki 22 anggota, kebanyakan adalah negara yang memiliki garis pantai ke Samudra
Pasifik. Meskipun begitu, kriteria keanggotaan yaitu setiap anggota adalah lebih kepada
ekonomi terpisah, dibandingkan dengan negara terpisah. Sebagai hasilnya, dalam
menyebut anggotanya, APEC menggunakan istilah ekonomi anggota, bukan negara
anggota.
Kunci utama untuk mencapai Visi dari APEC adalah kesepakatan di Bogor pada 15
November 1994 yakni mengenai liberalisasi perdagangan dan investasi di Asia Pasifik
tahun 2010 untuk ekonomi maju dan 2020 untuk ekonomi yang sedang berkembang.
2.8 ASEAN dan AFTA
ASEAN dibentuk pada tahun 1967 dengan 6 anggota sebagai pemrakarsa AFTA (Brunei,
Malaysia, Indonesia, Filipina, Singapura, Thailand). Kemudian, pada tahun 1995,
anggota ASEAN bertambah tiga negara yaitu Laos, Myanmar dan Kamboja. ASEAN
http://id.wikipedia.org/wiki/Samudra_Pasifikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Samudra_Pasifik -
meliputi wilayah daratan seluas 4.46 juta km atau setara dengan 3% total luas daratan
di Bumi, dan memiliki populasi yang mendekati angka 600 juta orang atau setara
dengan 8.8% total populasi dunia. Luas wilayah laut ASEAN tiga kali lipat dari luas
wilayah daratan. Pada tahun 2010, kombinasi nominal GDP ASEAN telah tumbuh hingga
1,8 Triliun Dolar AS. Jika ASEAN adalah sebuah entitas tunggal, maka ASEAN akan duduk
sebagai ekonomi terbesar kesembilan setelah Amerika Serikat, Cina, Jepang, Jerman,
Perancis, Brazil, Inggris, dan Italia. ASEAN tidak berarti terhadap peningkatan volume
perdagangan karena produk yang dihasilkan sama sehingga terjadi persaingan yang
lebih ketat.
Sedangkan AFTA dibentuk dalam KTT ASEAN ke 4 di Singapura (deklarasi Singapura
1992) dengan tujuan untuk menciptakan pasar bersama. Dihasilkan dua dokumen
penting :
1. Kerangka persetujuan peningkatan kerja sama ekonomi ASEAN
2. Persetujuan dasar tentang tarif preferensi efektif bersama (CEPT) yang merupakan
kesepakatan ASEAN untuk mewujudkan AFTA melalui proses penurunan tarif
secara bertahap sesuai skema CEPT sebagai mekanisme utamanya.
AFTA sendiri memiliki dua tujuan. Tujuan pertama adalah untuk meningkatkan daya
saing ASEAN sebagai basis produksi dalam pasar dunia melalui penghapusan bea dan
halangan non-bea dalam ASEAN. Tujuan yang kedua adalah untuk menarik investasi asing langsung (Foreign Direct Invesment) ke ASEAN.
2.9 MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)
Kalimat Satu Identitas menjadi visi dan
komitmen bersama yang hendak diwujudkan oleh ASEAN pada tahun 2020. Ini
merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh negara-negara ASEAN. Namun,
ada beberapa tahapan awal yang harus diwujudkan terlebih dahulu untuk
merealisasikan target atau sasaran bersama Masyarakat Asean tersebut, di antaranya
adalah melalui penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)
pada tahun 2015.
MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam
artian adanya sistem perdagangan bebas antara Negara-negara ASEAN. Indonesia dan
sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). Pada KTT di Kuala
Lumpur pada Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN memutuskan untuk mengubah
ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif dengan
perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-
ekonomi.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bumi -
Masyarakat Ekonomi Asean dengan sasarannya yang mengintegrasikan ekonomi
regional Asia Tenggara menggambarkan karakteristik utama dalam bentuk pasar
tunggal dan basis produksi, kawasan ekonomi yang sangat kompetitif, kawasan
pengembangan ekonomi yang merata atau seimbang, dan kawasan yang terintegrasi
sepenuhnya menjadi ekonomi global. Sebagai pasar tunggal kawasan terpadu Asean
dengan luas sekitar 4,47 juta km persegi yang didiami oleh lebih dari 600 juta jiwa dari
10 negara anggota ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan memacu daya saing
ekonomi kawasan Asean yang diindikasikan melalui terjadinya arus bebas (free flow) :
barang, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal.
-
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Perdagangan Bebas Regional
Dewasa ini, perdagangan bebas regional menjadi topik yang hangat untuk dibicarakan.
Perdagangan bebas banyak memberikan dampak kepada suatu negara. Dampak dari
perdagangan bebas adalah seperti mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara,
pemerataan pendapatan masyarakat, menopang stabilitas ekonomi, dan masih banyak
dampak yang diberikan melalui perdagangan bebas. Dari sisi teknologi, perdagangan bebas
juga memberikan dampak, yaitu mendorong kemajuan IPTEK sehingga dapat membantu dalam memproduksi barang lebih banyak dengan waktu yang lebih singkat.
Perkembangan perdagangan internasional mengarah pada bentuk perdagangan yang lebih
bebas yang disertai dengan berbagai bentuk kerja sama bilateral, regional dan multilateral.
Salah satu tujuan dari perdagangan bebas adalah berupaya untuk mengurangi atau
menghilangkan hambatan perdagangan. Hambatan perdagangan yang dihilangkan baik tarif
ataupun non tarif. Liberalisasi perdagangan dunia tidak hanya memberikan dampak kepada
suatu negara, melainkan memberikan implikasi atau dampak yang lebih besar yaitu dampak
terhadap pertumbuhan ekonomi dunia. Nilai perdagangan dunia tumbuh dua kali lipat dari
pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil dunia (Krueger, 1999).
3.2 Indonesia di Antara AFTA dan ACFTA
Para kepala negara dan pemerintahan ASEAN telah setuju untuk membentuk ASEAN Free
Trade Area atau AFTA pada bulan Januari 1992. Tujuan dari AFTA adalah menghilangkan
batasan tarif diantara negara-negara Asia Tenggara dengan visi mengintegrasikan ekonomi
ASEAN ke dalam satu dasar produksi dan menciptakan pasar regional, yang akan ditempuh
melalui penghapusan tarif intra-regional dan batasan non-tarif. ASEAN Free Trade Area atau
AFTA dianggap sebagai wujud integrasi ekonomi ASEAN. AFTA mulai diimplementasikan sejak
Januari 1993. Daftar pengurangan tarif untuk AFTA dibuat dibawah skema CEPT (Common
Effective Preferential Tariff/ Tarif Umum Efektif Yang Dipilih) dan daftar penurunan tarif untuk
ASEAN-6 lebih maju dibandingkan negara-negara CMLV (Kamboja, Myanmar, Laos, dan
Vietnam). Dibawah skema CEPT, semua produk dikategorikan dalam 5 kelompok: Produk
Inklusif/Inclusion List (IL), Produk Sensitif/Sensitive List (SL), Produk Sangat Sensitif/Highly
Sensitive List (HSL), Produk Eksklusif Sementara/Temporary Exclusion List (TEL), and Daftar
Pengecualian Umum/General Exception List (GEL)
Untuk Indonesia, jumlah batasan tarif yang dimasukkan dalam skema CEPT sebanyak 11.153
buah dimana 98.9%-nya atau 11.028 batasan tarif dimasukkan ke dalam Inclusion List. Sisanya
termasuk dalam General Exclusion List dan Sensitive List.
3.3 ASEAN-Cina FTA
Dibulan November 2004, dalam acara 10th ASEAN Summit di Vientiane, Laos, para menteri
-
Tabel II.2 Modalitas dari Penurunan Tarif Normal-Track untuk ASEAN
perekonomian negara-negara ASEAN dan Cina menandatangani Perjanjian Perdagangan
Barang/Agreement on Trade in Goods (TIG) dari Kerangka Perjanjian Kerjasama Ekonomi
Komprehensif (Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation) antara Cina
dan ASEAN.
Perjanjian ini dikenal sebagai ASEAN-Cina Free Trade Agreement (ACFTA) yang telah diterapkan
efektif mulai 1 Juli 2005. Dalam perjanjian ini, batasan tarif dibawah modalitas penurunan tarif
diklasifikasikan dalam 3 kelompok: early harvest program, normal track, dan sensitive track.
Tarif yang termasuk dalam Normal Track telah diturunkan secara bertahap dan dieliminasi
berdasarkan daftar berikut (ASEAN-6 dan Cina).
Namun penurunan tarif dari kelompok Sensitive Tracks akan mulai diimplementasikan pada
tahun 2012, dan akan mengalami penurunan sebesar 0-5% tidak lewat dari tanggal 1 Januari
2018. Selanjutnya tarif dari produk di bawah High Sensitive List tidak akan melebihi 50% dimulai
pada tahun 2015.
Grafik di atas memperlihatkan bahwa weighted-average tariff telah mengalami penurunan baik
di pasar ASEAN-6 dan Cina. Tampak defisit pada neraca perdagangan dari ASEAN-6 dengan
Cina cenderung meningkat, yang mengindikasikan bahwa impor dari ASEAN-6 naik secara
cepat dibandingkan volume ekspor ke pasar Cina. Disisi lain, neraca perdagangan total antara
Indonesia cenderung surplus. Namun hal ini tidak berlaku bagi neraca perdagangan non-migas
antara Indonesia dengan Cina dimana neraca perdagangan ini mulai mengalami defisit sejak
tahun 2005. Sehingga dapat dikatakan perdagangan Indonesia dengan Cina mengalami surplus
dikarenakan adanya surplus dalam jumlah besar dalam perdagangan minyak dan gas dari
Indonesia ke Cina.
3.4 Dampak Globalisasi dan Integrasi Terhadap Daya Saing Ekspor Indonesia
Sebelum implementasi AFTA di tahun 1992, kontribusi Indonesia pada ekspor ASEAN-6 ke
ASEAN-6 berkisar pada angka 12.7%. Kemudian angka ini berkurang di tahun 1995 namun
kembali naik hingga saat ini. Saat ini hampir seluruh komoditas dan produk ekspor Indonesia
mengalami kenaikan atau stabil di pangsa pasar. Ini menunjukkan bahwa produk Indonesia
X = Applied MFN ACFTA Preferential Tariff Rate
(Not Later than 1 Januari) Tariff Rate
2005*
2007* 2009 2010
X > 20% 20 12 5 0
15% < x < 20% 15 8 5 0
10% < x < 15% 10 8 5 0
5% < x < 10% 5 5 0 0
x < 5% Standsill 0 0
-
Tabel II.5 Pangsa Pasar dari Produk Ekspor Indonesia di ASEAN
Tabel II.6 Indeks Intensitas Ekspor dari negara-negara ASEAN di Pasar ASEAN
cukup kompetitif di pasar ASEAN.
Namun ada beberapa produk yang mengalami lonjakan turun di pasar, yakni bahan kimia,
tekstil, bahan kulit, mesin dan alat-alat elektronik. Kompetitor utama dari produk-produk
tersebut adalah Malaysia untuk bahan kimia, Singapura untuk mesin/alat elektronik, Thailand
untuk tekstil dan Vietnam untuk tekstil dan produk kulit.
Di Tabel II.6 dapat dilihat bahwa indeks intensitas ekspor negara-negara ASEAN meningkat
terutama di tahun 2000-an dengan sedikit penurunan di tahun 1995. Indeks Intensitas Ekspor
Indonesia telah mengalami peningkatan di mana ini berarti AFTA telah membantu Indonesia
untuk mengekspor lebih banyak ke negara-negara ASEAN, sehingga intensitas ekspor Indonesia
terus menerus meningkat. Negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Singapura dan Thailand
juga terus mengalami peningkatan indeks intensitas ekspor. Sehingga dapat dikatakan bahwa
AFTA telah memperbaiki laju perdagangan antar negara di region ini.
Produk Pangsa Pasar
1992 1995 2005 2006 2007 2008
Total 12,7% 8,8% 10,1% 10,1% 10,8% 11,6%
Minyak hew ani/nabati 30,5% 24,2% 48,9% 51,1% 53,7% 57,5%
Pangsa Produk makanan 15,0% 13,2% 16,8% 18,4% 18,2% 20,2%
Alas kaki 15,9% 11,5% 28,0% 28,3% 24,6% 21,5%
Pasar Logam 2,8% 3,3% 24,3% 23,6% 23,4% 25,3%
Yang Meningkat Transportasi 7,0% 14,4% 12,4% 15,6% 14,0% 17,1%
Plastik dan karet 6,5% 8,1% 9,2% 9,6% 10,3% 10,8%
Produk kayu 20,1% 19,1% 23,6% 24,3% 23,1% 22,7%
Pangsa Sayuran 17,3% 15,0% 13,4% 12,1% 10,4% 8,1%
Produk mineral 19,5% 13,4% 9,8% 10,5% 12,1% 12,1% Pasar
Lain-lain 6,9% 21,0% 6,7% 9,0% 9,8% 8,4%
Yang Produk hew ani 18,4% 18,7% 18,3% 17,5% 19,0% 22,3%
Stabil Batu/kaca 20,1% 20,1% 16,4% 22,6% 20,9% 19,1%
Pangsa Bahan kimia 13,2% 9,7% 9,5% 9,3% 13,8% 9,9%
Mesin/elektrik 14,2% 8,8% 6,8% 5,7% 5,5% 6,0%
Pasar Yang Produk kulit 20,2% 9,2% 10,7% 16,0% 13,3% 8,7% Turun Tekstil 55,7% 21,3% 25,2% 22,7% 22,1% 19,9%
Reporter 1992 1995 2005 2006 2007 2008
ASEAN 4,05 3,67 4,66 4,63 4,67 4,56
Indonesia 2,71 2,14 3,40 3,40 3,62 3,54
Malaysia 6,02 4,14 4,80 4,84 4,76 4,61 Singapura 4,53 4,55 5,77 5,72 5,87 5,71
Thailand 2,73 2,97 4,05 3,87 3,95 4,04
Vietnam 3,98 2,97 3,26 3,09 3,09 2,91
-
Setelah berlakunya FTA ASEAN-Cina, struktur ekspor Indonesia ke Cina sedikit mengalami
perubahan. Sebelum ACFTA, kayu dan produk kayu (HS-44) merupakan salah satu 10 besar
komoditas ekspor Indonesia ke Cina, dimana pangsanya mencakup 7.2% dari total ekspor ke
Cina. Namun setelah ACFTA, komoditas ini digantikan posisinya oleh bijih, terak dan abu (HS-
26). Selain itu, pangsa dari bahan bakar mineral, minyak dan produknya (HS-27) dan lemak
dan minyak hewani dan nabati (HS-15) juga meningkat dari 26.1% dan 12.8% di tahun 2004 menjadi 39.2% dan 18.2%.
Alasan utamanya adalah karena beberapa tahun kebelakang Cina mengimpor lebih banyak
bahan mentah industri akibat meningkatnya aktivitas industri dan produksi. Alasan ini juga
diperkuat dengan kebijakan Cina yang meningkatkan volume impor bijih,terak dan abu dan
juga barang-barang besi dan logam. Sehingga Indonesia, sebagai salah satu pemasok utama
produk-produk tambang, juga mengalami peningkatan volume ekspor untuk produk ini.
Sumber: Database UNCOMTRADE (dihitung oleh penulis)
Tabel II.8 menunjukkan pangsa pasar Indonesia di Cina berdasarkan kategori produk. Pembagi
pada pangsa ini adalah total ekspor ASEAN-6+Vietnam ke pasar Cina. Dari data diatas dapat
dilihat bahwa pangsa ekspor Indonesia ke Cina cenderung stabil dengan sedikit peningkatan di
tahun 2008. Beberapa produk Indonesia mampu membuka pasar di Cina setelah berlakunya
ACFTA di tahun 2005. Produk-produk tersebut adalah minyak dan lemak hewani nabati, produk
makanan, alas kaki, logam, produk mineral, plastik dan karet, dan juga produk kulit.
Tabel II.7 10 Besar Komodi ta s Ekspor Indones ia ke Cina (2004 and 2008)
2004 Pangsa 2008 Pangsa
27 Bahan bakar mineral, minyak dan produk turunann ya 26,1% 27 Bahan bakar mineral, minyak dan produk turunann ya 39,2% 15 Minyak/lemak hew ani/nabati 12,8% 15 Minyak/lemak hew ani/nabati 18,2% 29 Kimia organik 12,3% 40 Karet dan produk karet 7,7% 44 Kayu dan produk kayu 7,2% 46 Jerami 6,4% 46 Jerami 5,7% 26 Bijih, terak dan abu, 5,6% 40 Karet dan produk karet 5,5% 29 Kimia organic 2,9% 47 Bubur kayu dan produk serat 4,3% 73 Produk besi/baja, 2,7% 84 Reaktor nuklir, boiler, mesin lain 4,2% 84 Reaktor nuklir, boiler, mesin lain 2,4% 83 Produk logam lainnya 2,7% 83 Produk logam lainnya 2,2% 73 Produk besi/baja, 2,6% 47 Bubur kayu dan produk serat 1,7%
Pangsa Total Ekspor to Cina 83,4% Pangsa Total Ekspor ke China 89,01%
-
Tabel II.8 Pangsa Pasar Ekspor Indonesia ke Cina (2005-2008)
Dapat disimak pula bahwa produk yang mengalami kenaikan pangsa pasar pada umumnya
adalah produk berbasis sumber daya alam, yang diklasifikasikan sebagai produk pertanian dan
pertambangan, kecuali alas kaki. Produk manufaktur seperti: kayu, tekstil, dan mesin/alat-alat
elektronik mengalami penurunan pangsa pasar. Hal ini disebabkan karena produk-produk ini
tidak dapat bersaing dengan produk-produk lokal Cina atau negara ASEAN lainnya.
Pesaing utama Indonesia untuk produk bahan kimia, mesin/elektronik, produk kayu dan tekstil
di pasar Cina adalah Thailand yang pangsa pasarnya juga mengalami kenaikan setelah
diberlakukannya ACFTA. Dan juga Vietnam merupakan pemasok yang cukup kuat untuk produk
kayu dan tekstil ke pasar Cina, yang pangsa pasarnya juga melonjak naik dibawah kerangka
kerja ACFTA. Namun produk-produk mesin/elektronik dan kimia Vietnam tidak cukup mampu
bersaing di pasar Cina.
Indeks Intensitas Ekspor negara-negara ASEAN di pasar Cina cenderung meningkat (Tabel II.9),
dan di saat yang sama indeks intensitas ekspor Cina ke ASEAN juga turut meningkat. Indeks
Intensitas Ekspor untuk semua negara di semua tahun selalu lebih dari 1, yang menunjukkan
bahwa laju perdagangan antara negara-negara ASEAN ke Cina, dan sebaliknya, lebih besar dari
perkiraan dengan memperhatikan tingkat kepentingan dari perdagangan regional ini. Ini
berarti bahwa implementasi ACFTA mampu meningkatkan intensitas perdagangan antara
negara-negara yang berpartisipasi dan secara umum memperbaiki laju perdagangan antara
negara-negara di region ini.
Produk
Pangsa Pasar
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Total 22,2% 20,4% 20,8% 19,8% 19,6% 22,4%
Minyak hew ani/nabati 24,7% 29,6% 36,4% 39,6% 34,1% 34,7%
Pangsa Produk makanan 5,4% 5,2% 7,7% 5,5% 7,1% 6,9%
Pasar Alas kaki 20,5% 21,7% 24,3% 21,0% 29,4% 31,4%
Yang Logam 16,9% 14,3% 21,4% 22,4% 14,7% 16,4%
Meningkat Produk Mineral 22,9% 21,1% 38,5% 39,7% 40,9% 38,1%
Plastik dan karet 6,3% 8,1% 8,1% 9,9% 10,0% 10,1%
Produk Kulit 4,1% 6,5% 14,3% 20,7% 17,3% 17,9%
Lainnya 1,5% 2,2% 2,3% 2,8% 3,3% 3,0%
Pangsa Pasar Sayuran 4,4% 4,9% 4,5% 3,5% 4,5% 6,7%
Yang Stabil Transportasi 4,3% 6,6% 8,2% 8,8% 7,2% 2,5%
Produk hew ani 25,5% 26,8% 21,5% 17,5% 9,0% 18,1%
Pangsa Bahan kimia 18,2% 19,3% 19,1% 16,5% 16,1% 14,3% Mesin/elektrik 1,6% 1,7% 1,2% 1,2% 1,3% 1,5%
Pasar
Yang Batuk/kaca 15,2% 20,7% 14,8% 10,7% 8,3% 4,9%
Turun Produk kayu 59,1% 53,2% 49,6% 50,4% 46,4% 53,0%
Tekstil 31,7% 25,2% 20,9% 22,6% 22,7% 22,6%
-
Tabel II.9 Indeks Intensitas Ekspor negara-negara ASEAN dan Cina
Reporter Partner 2003 2004 2005 2006 2007 2008
ASEAN Cina 1,31 1,35 1,42 1,46 1,49 1,45
Indonesia Cina 1,24 1,20 1,38 1,39 1,38 1,37
Malaysia Cina 1,30 1,24 1,17 1,22 1,42 1,54
Singapura Cina 1,26 1,44 1,52 1,64 1,57 1,48
Thailand Cina 1,42 1,37 1,46 1,52 1,58 1,48
Vietnam Cina 1,87 2,04 1,76 1,37 1,22 1,16
Reporter Partner 2003 2004 2005 2006 2007 2008
China ASEAN 1,31 1,34 1,34 1,37 1,43 1,43
-
BAB 4
KESIMPULAN & SARAN
Secara keseluruhan, daya saing ekspor Indonesia sudah baik. Jika dilihat dari tahun 1992
sampai pada tahun 2008, indeks intensitas ekspor Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini
tidak lepas dari dampak globalisasi serta integrasi ekonomi yang terjadi, salah satunya dari
implementasi AFTA yang telah dilakukan pada tahun 1992. Integrasi dan globalisasi
menyebabkan berkurangnya hambatan sehingga Indonesia dapat lebih lagi meningkatkan daya
saing ekspornya, secara khusus dalam makalah ini terhadap ASEAN dan Cina.
Di pasar Cina, Indonesia berhasil merebut pasar hanya untuk produk plastik dan karet, produk
mineral dan alas kaki. Produk-produk yang berada dalam kondisi lagging opportunity, adalah
minyak dan lemak hewani dan nabati, dan produk makanan, yang berarti Indonesia masih
dapat melakukan perbaikan-perbaikan untuk mengoptimalkan kesempatan ini, di mana tingkat
pertumbuhan ekspor untuk produk ini, masih di bawah permintaan pasar. Kebanyakan produk
ekspor Indonesia di pasar Cina dikategorikan sebagai leading retreat dan lagging retreat. Pada
kasus ACFTA, Indonesia masih dapat meningkatkan performa ekspornya di pasar Cina. Inilah
pengaruh dari globalisasi dan integrasi ekonomi
-
DAFTAR PUSTAKA
http://indaharitonang-fakultaspertanianunpad.blogspot.com/2013/06/integrasi-ekonomi.html
http://www.seputarpengetahuan.com/2014/10/5-pengertian-globalisasi-menurut-para.html
http://disaera.blogspot.com/2012/06/dampak-positif-dan-negatif-globalisasi.html
http://www.academia.edu/5380468/TUGAS_EKONOMI_INTERNASIONA1
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerja_Sama_Ekonomi_Asia_Pasifik
http://id.wikipedia.org/wiki/Kawasan_Perdagangan_Bebas_ASEAN
https://www.academia.edu/9060383/masyarakat_ekonomi_ASEAN_2015_MEA_2015_
http://id.scribd.com/doc/94531242/Perdagangan-Bebas-Regional-Dan-Daya-Saing-Ekspor-
Indonesia#scribd
http://fitriarakhman.blogspot.com/2014/04/dampak-perdagangan-bebas-asean-terhadap.html
http://indaharitonang-fakultaspertanianunpad.blogspot.com/2013/06/integrasi-ekonomi.htmlhttp://www.seputarpengetahuan.com/2014/10/5-pengertian-globalisasi-menurut-para.htmlhttp://disaera.blogspot.com/2012/06/dampak-positif-dan-negatif-globalisasi.htmlhttp://www.academia.edu/5380468/TUGAS_EKONOMI_INTERNASIONA1http://id.wikipedia.org/wiki/Kerja_Sama_Ekonomi_Asia_Pasifikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kawasan_Perdagangan_Bebas_ASEANhttps://www.academia.edu/9060383/masyarakat_ekonomi_ASEAN_2015_MEA_2015_http://id.scribd.com/doc/94531242/Perdagangan-Bebas-Regional-Dan-Daya-Saing-Ekspor-Indonesia#scribdhttp://id.scribd.com/doc/94531242/Perdagangan-Bebas-Regional-Dan-Daya-Saing-Ekspor-Indonesia#scribdhttp://fitriarakhman.blogspot.com/2014/04/dampak-perdagangan-bebas-asean-terhadap.html