DAMPAK AKTIVITAS PENAMBANGAN BATUBARA...
Transcript of DAMPAK AKTIVITAS PENAMBANGAN BATUBARA...
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 1
DAMPAK AKTIVITAS PENAMBANGAN BATUBARA TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI ENIM DI KECAMATAN LAWANG KIDUL,
KABUPATEN MUARA ENIM
Oleh :
F. Z. Ijazah, D. Rohmat*), Y. Malik *)
[email protected] , [email protected] , [email protected]
Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK Penelitian dilatarbelakangi aktivitas batubara makin marak terjadi yang berpengaruh pada penurunan
kualitas air. Tujuan penelitan: (1) Mengidentifikasi karakteristik geografis; (2) Menganalisis dampak
aktivitas tambang terhadap kulitas air dan kondisi sosial. Lokasi meliputi wilayah aliran Sungai Enim
termasuk kedalam kawasan tambang batubara. Metode penelitian: metode survey. Analisis secara
deskriptif dan uji korelasi antar variabel menggunkan koefisien jalur. Hasil penelitian: aktivitas
tambang menghasilkan limpasan air yang mengalir ke sungai memberikan dampak signifikan terhadap
perubahan kualitas air. Ratarata parameter meningkat saat musim kemarau (hulu/sebelum) dan saat
musim hujan (hilir/setelah). Namun, masih memenuhi baku mutu hanya saja indikator Phosfat masuk
ke dalam kreteria kelas IV. Sedangakan berdasarkan hasil analisanya kualitas air terhadap kondisi sosial
menunjukkan signifikan, namun pengaruh dalam variabel tidak sebesar pengaruh di luar variabel. Hasil
temuan direkomendasikan bahwasanya pemerintah dan pengelolah tambang perlu meningkatkan dalam
monitoring kualitas air, adanya sosialisasi kualitas air kepada stakeholder, dan bantuan yang diberikan
hendaknya dilakukan secara merata.
.
Kata Kunci : Aktivitas Tambang Batubara, Kualitas Air, Dampak Sosial
Abstract
The study is backdropped of coal activity that increasingly prevalent occurs that affects to degradation
of water quality. The purpose of research: (1) Identifying the geographic characteristics; (2) To analyze
the impact of mining activities on water-quality and social conditions. Location pervade of Enim River
area including into the coal mining area. Methods: a survey method. Descriptive analysis and
correlation test between variables using the path coefficient. Result: The mining activity produces water
runoff that flowing to the river and significantly give impact to water quality change. Average
parameter increasing during the dry season (upstream / before) and during the rainy season
(downstream / after). However, it still can comply quality standard, it is just indicator Phosfat fit into
the criteria class of IV. While based on the results of it’s analysis of the water quality toward social
conditions, it’s significantly show, but not as big influence in the variable influence of outside variables.
The finding is recommended that the government and the mining manager need to improve the
monitoring of water quality, existence socialisation of water quality to stakeholders and the assistance
that provided should be done evenly.
Keywords: Activity of Coal Mining, Water Quality, Sosial Effects
*) Penulis Penanggungjawab
2 | Ijazah, dkk
Dampak Aktivitas Penambangan Batubara Terhadap Kualitas Air Sungai Enim…
PENDAHULUAN
Dewasa ini, aktivitas batubara makin
marak terjadi, khususnya di sepanjang
Sungai Enim di Kecamatan Lawang Kidul,
Kabupaten Muara Enim. Pertambangan
tersebut melakukan pembuangan limbah air
cucian batubara yang bersifat asam akan ke
KPL, sebelum akhirnya masuk ke dalam
sungai alami yakni Sub Daerah Aliran
Sungai (DAS) Enim dan anak-anak Sungai
Enim. Sungai-sungai tersebut merupakan
sumber kehidupan bagi masyarakat yang
tinggal di sekitarnya.
Dampak limbah yang bersifat asam
ini, akan menurunkan pH perairan yang
menampung limbah tambang tersebut. Hal
ini sebagai peran dari unsur Fe yang
membentuk pirit. Menurut Connell dan
Miller (1995) dalam Novianti, Reza dkk.
(2012), akibat pelepasan buangan tambang
batu bara yang masih aktif, dan tingginya
kadar logam seperti Fe, Mn, Zn, Cu, Ni dan
terjadi urutan reaksi-reaksi oksidasi
sehingga terbentuk FeS2 yang potensial
menurunkan pH perairan.. Dengan adanya
limbah FeS2 yang masuk ke sungai
sehingga kondisi air seperti ini tidak lagi
layak untuk digunakan sebagai lahan
pertanian, serta cadangan air yang akan
dikonsumsi baik untuk keperluan mandi,
atau kebutuhan rumah tangga lainnya.
Jika permasalahan di daerah tambang
tidak tuntas diatasi maka tingkat
pencemaran limbah akan semakin
meningkat dan semakin luas, dengan
demikian perlu dilakukannya pengamatan
kualitas air pada sungai-sungai alami yang
menampung limbah asam tambang di
daerah tambang batubara ini khususnya
pada perairan alami Sungai Enim dan anak-
anaknya. Berdasarkan gambaran letak
lokasi Sungai Enim dengan adanya
pengaliran hasil buangan dari aktivitas
pertambangan dan panjangnya daerah
aliran sungai (DAS) yang melintasi
perkampungan di Kecamatan Lawang
Kidul, sehingga dapat membahayakan dan
berdampak negatif bagi manusia dan
lingkungannya. Maka penulis ingin
mengetahui dan memperoleh gambaran
dari kualitas Sungai Enim dan kehidupan
masyarakat yang berada di sepanjang aliran
Sungai Enim Kecamatan Lawang Kidul,
Kabupaten Muara Enim.
.
METODE
Lokasi penelitian ini meliputi wilayah
aliran Sungai Enim yang termasuk kedalam
kawasan tambang batubara di Kecamatan
Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim,
Provinsi Sumatera Selatan (Gambar 1.1).
Data yang dikumpulkan meliputi data
primer dan data sekunder. Data primer
berupa hasil wawancara yang mengambil
masingmasing sampel penduduk ke7 desa
di Kecamatan Lawang Kidul secara
purposive. Sedangkan data sekunder
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 3
meliputi data kondisi lingkungan, kualitas
air yang diambil dari BLH Kabupaten
Muara Enim Tahun 2014 serta kutipan dari
data tertulis penelitian terdahulu. Data hasil
terukur ditabulasikan dalam bentuk tabel
serta di gambarkan dalam bentuk peta,
grafik dan selanjutnya dianalisis secara
statistik dan deskriptif.
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 1.1
Peta Administrasi Kecamatan Lawang
Kidul
.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik geografis Sungai Enim
yang berada di kawasan penambangan
batubara Kecamatan Lawang Kidul,
Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan,
memiliki tipe iklim jenis A berdasarkan
klasifikasi Schmidt dan Ferguson. Tipe
iklim A tersebut menjelaskan kondisi
wilayah sekitar lokasi stasiun beriklim
Sangat Basah dengan didominasi oleh tipe
penggunaan lahan Semak Belukar dengan
total luas 11. 537,07 Ha atau 40,16 % dari
total daerah penelitian 28.726 Ha.
Pemukiman di daerah penelitian ini,
tergolong masih sangat kecil, sehingga
banyak lahan yang belum termafaatkan.
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 1.2
Peta Satuan Lahan Kecamatan Lawang
Kidul
Daerah penelitian didominasi oleh
jenis tanah podsolik merah kuning dengan
persentase sebesar 47.72%. Tanah Podsolik
Merah Kuning ini, mandungan bahan
organik pada lapisan olah (top soil) adalah
kurang dari 9 persen dan umumnya sekitar
5 persen. Kandungan unsur hara tanaman
seperti N, P, K, dan Ca umumnya rendah
dan reaksib tanah (pH) sangat rendah yaitu
antara 4-5,5. Jenis tanah ini terbentuk dari
formasi batuan kasai (Qtk) (Gambar 1.5.)
merupakan endapan gunung api (vulkanis),
fasies dataran yang berumur pliosen akhir
sampai plistosen awal.
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 1.3
4 | Ijazah, dkk
Dampak Aktivitas Penambangan Batubara Terhadap Kualitas Air Sungai Enim…
Peta Jenis Tanah Kecamatan Lawang
Kidul
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 1.4
Peta Geologi Kecamatan Lawang Kidul
Adapun kondisi Hidrogeologi pada
daerah penelitian mendominasi
Hidrogeologi akuifer kecenderungan
rendah (Gambar 1.5.) dengan bentuk
geomorfologi termasuk kedalam zone
dataran rendah berbukit (Gambar 1.6.).
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 1.5
Peta Hidrogeologi Kecamatan Lawang
Kidul
Keadaan topografi daerah aliran
Sungai Enim datar dan sedikit berbukit.
Daerah hulu memiliki bentuk berbukit
sedangkan bagian tengah dan hilir
berbentuk datar.. Titik muranya terletak di
Wilayah Kecamatan Muara Enim Dengan
memiliki tetinggian ± 25 mdpl sampai 500
mdpl dengan kemiringan berkisar ± 3
sampai 40%.
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 1.6
Peta Topografi Kecamatan Lawang Kidul
Kecamatan Lawang Kidul berdasarkan
data BPS Kabupaten Muara Enim 2014
yakni terdapat 6.521 Jiwa yang tersebar
kedalam tujuh desa. Desa Tegal Rejo
memiliki presentase jumlah penduduk
tertinggi (21%) dan ke-3 desa memiliki
jumlah penduduk relatif sama (16%) yaitu
Desa Tanjung Enim , Desa Tanjung Enim
Selatan, dan Desa Pasar Tanjung Enim .
Hal ini disebabkan karena desa-desa
tersebut berdekatan dengan aktivitas
pertambangan, sarana umum dan daerah
transmigran terbanyak dari ke-3 desa
lainnya (Desa Darmo, Desa Lingga, Desa
Keban Agung) yang dominan penduduk
asli.
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 5
Dampak Aktivitas Tambang Batubara Terhadap Kualitas Air Sungai Enim Di
Kecamatan Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim
Pengambilan data sekunder rata-rata kualitas air dengan indikator fisika (TSS dan TDS)
dan Kimia (pH, DO, BOD, COD, Minyak & Lemak, Ammonia, Besi, Mangan, Phosfat),
sebelum dan setelah dilakukan aktivitas tambang Batubara di Sungai Enim, Tahun 2014 dari
BLH Kab. Muara Enim.
Tabel 1.1.Sungai Enim Sebelum dan Setelah Melintasi Aktivitas Tambang Batubara
Parameter
Lokasi I Lokasi II
Selisih Persentase
(Sungai Sebelum Melintasi
Aktivitas Tambang Batubara)
(Sungai Setelah Melintasi
Aktivitas Tambang Batubara)
Lokasi Desa Tanjung Agung Hilir Sungai Enim
Koordinat (BT:103o48’10,6’’
LS:03o56’30,3’’)
(BT:103o47’17,9’’
LS:03o40’27,1’’)
Fisika
TSS 37,42 39,74 2,32 6%
TDS 23,14 51,61 28,47 123%
Kimia
pH (Lap) 7,61 7,17 -0,44 -6%
DOo 6,46 6,16 -0,3 -5%
BOD5 1,09 1,38 0,29 27%
COD 3,91 5,47 1,56 40%
Minyak & Lemak 0,77 0,77 0 0%
Ammonia 0,32 0,36 0,04 13%
Besi 0,24 0,2 -0,04 -17%
Mangan 0,05 0,03 -0,02 -40%
Phosfat 0,15 0,49 IV) -0,34 -227%
Sumber: Sumber: Data Penelitian (2015) IV) Kelas IV (PP No. 82 Tahun 2001)
Sempel TSS menunjukan adanya
peningkatan yang signifikan. Peningkatan
6% periode 2014 ini terjadi karena menurut
Fazria, Nora. dkk (2010) tingginya lipasan
air yang membawa tanah tererosi akibat
pemindahan material dari pembukaan lahan
tambang batubara sehingga dapat
menganggu penetrasi matahari dalam
sungai yang membawa dampak lanjutan
berupa gangguan peroses pytoplakton juga
akan terganggu akibat penetrasi cahaya
terhambat oleh partikel tersuspensi.
Menurut Huda (2009) yang dirujuk oleh
Agustira, R.dkk (2013) bahwasanya materi
yang tersuspensi mempunyai dampak
buruk terhadap kualitas air karena
mengurangi penetrasi matahari ke dalam
badan air, kekeruhan air meningkat yang
menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi
organisme produsen dikarenakan terjadinya
penurunan proses fotosintesis.
6 | Ijazah, dkk
Dampak Aktivitas Penambangan Batubara Terhadap Kualitas Air Sungai Enim…
Sempel TDS menunjukan adanya
peningkatan yang signifikan. Peningkatan
ini terjadi karena adanya aktivitas
penambangan batubara yang menghasilkan
air asam yang mengalir ke atas batuan yang
mengandung kalsit (CaCO3), seperti kapur,
kalsium (Ca2 +) dan karbonat (CO32− )
dan ion larut dalam air dan masuk ke aliran
sungai kemudian adanya kebakaran hutan/
membuka lahan baru, sehingga terjadi
peningkatan 123% periode 2014. Air
dengan TDS terlalu tinggi sering memiliki
rasa tidak enak dan/atau kesadahan air
tinggi dan dapat juga mengakibatkan efek
pencahar. Efek lain dari konentari tingginya
TDS juga mempengaruhi kejernihan air,
penurunan fotosintesis, penggabungan
senyawa beracun dan logam berat sehingga
menyebabkan peningkatan suhu air.
Sempel pH menunjukan adanya
penurunan yang signifikan. Penurunana ini
terjadi dimungkinkan adanya aktivitas
penambangan batubara yang menghasilkan
air limpasan. Menurut Fazria, Nora. dkk
(2010) penurunan pH terjadi karena
Timbulnya H2SO4 yang dapat
menimbulkan peningkatan derajat
keasaman pada air buangan tambang.
Perubahan keasaman pada air buangan,
baik ke arah alkali (pH naik) maupun ke
arah asam (pH menurun), akan sangat
menganggu kehidupan ikan dan hewan air
disekitarnya. Selain itu, air buangan yang
mempunyai pH rendah bersifat sangat
korosif terhadap baja dan sering
menyebabkan pengkaratan pada pipa-pipa
besi (Fardiaz, S. 1992).
Sempel DO menunjukan adanya
penurunan yang signifikan. Penurunan 5%
periode 2014ini terjadi dikarenakan lipasan
air dari tambang batubara yang membawa
endapan lumpur ke badan sungai
menjadikan TSS dan TDS naik dan
penurunan fotosintesis.
Sempel BOD dan COD menunjukan
adanya peningkatan yang signifikan.
Peningkatan ini terjadi dimungkinkan
karena ada limpasan air dari pemindahan
material batubara mengakibatkan
penurunan pH dan DO menyebabkan
pemakaian oksigen relatif tinggi untuk
proses biologis sehingga BOD dan COD
mengalami peningkatan 27% dan 40%
periode 2014. Menurut UNESCO,
WHO/UNEP (1992) dalam Warlina (2004
dalam Yuliastuti, E (2011) nilai COD pada
perairan yang tidak tercemar biasanya
kurang dari 20 mg/l. Hal ini jika di biarkan
terus menerus dan meniningkat dapat
menyebabkan biota air menjadi mati.
Sempel lemak dan minyak menunjukan
tidak adanya peningkatan maupun
penurunan.
Sempel Amoniak menunjukan adanya
peningkatan. Peningkatan ini terjadi
biasanya karena adanya pencemaran bahan
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 7
organic yang berasal dari pembongkaran
tanah penutup (top soil) dari aktivitas
pemindahan material pada tambang
batubara, bisa juga dari limbah domestic,
industri karet, dan limpasan pupuk
pertanian. Jika kenaikan Amoniak dalam
air terus diabaikan maka akan
menyebabkan kulit dan mata terbakar.
Sempel Besi menunjukan adanya
penurunan 17%. Menurut Eko (2009) besi
merupakan salah satu elemen yang dapat
ditemui hampir pada setiap tempat di bumi,
pada lapisan geologis dan semua badan air.
Pada umumnya besi berasal dari daerah di
mana lapisan humusnya (top soil) agak
tebal. Menurut Rahadi, B. dkk (2012) besi
umumnya tidak terdapat dalam keadaan
terlarut dalam ekosistem air. Kandungan Fe
dalam air yang melebihi ± 2 mg/L akan
meni mbulkan noda-noda pada peralatan,
bahan yang berwarna putih, dan dapat
menimbulkan bau selain itu konsentrasi
yang lebih besar dari 1 mg/L dapat
menyebabkan warna air kemerah-merahan,
memberi rasa yang tidak enak pada
minuman, dapat membentuk endapan pada
pipa-pipa logam.
Sempel Mangan menunjukan adanya
penurunan 40% hal ini terjadi karena
adanya treatmen limpasan air di kolam
penampungan lumpur dari tambang
sebelum dialirkan ke sungai. Menurut
Aditya, W. P (2015) mangan dapat
menimbulkan bau dan rasa pada minuman.
Konsentrasi Mangan yang lebih besar dari
0.5 mg/l, dapat menyebabkan rasa yang
aneh pada minum dan meninggalkan warna
coklatcoklatan pada pakaian cucian, dan
dapat juga menyebabkan kerusakan pada
hati.
Sempel Phosfat menunjukan adanya
peningkatan yang signifikan sebesar 227%.
Phosfat meningkat signifikan dan masuk ke
dalam kreteria Kelas IV. Hal ini terjadi
karena dipengaruhi oleh adanya masukan
limbah penduduk seperti buangan detergen
dari aktivitas mandi, cuci, kakus (MCK),
pertanian yang menggunakan pupuk NPK
dan aktivitas masyarakat lainnya. Menurut
Yogiarti, dkk (2014) kadar Phosfat yang
tinggi pada air dapat meningkatkan suatu
fenomena eutrofikasi (nutrein yang
berlebihan) pada air dan mengakibatkan
terganggunya keseimbangan ekosistem
dalam air. Sedangakan bahaya Phosfat bagi
manusia yaitu dapat menyebabkan
kerusakan pada ginjal dan bisa juga pada
hati. Diduga penyebab dari kerusakan-
kerusakan tersebut adalah masuknya
Phospat kedalam peredaran darah. Luka
bakar yang diakibatkan Phosfat terkenal
mematikan serta dapat mengakibatkan
tubuh keracunan. Jika masuk kedalam
tubuh, Phosfat menempel pada jaringan
otot dan terakumulasi pada hati dan ginjal,
mengakibatkan gagalnya fungsi organ vital
(Warlina, 2005 dalam Yogiarti, dkk 2014).
8 | Ijazah, dkk
Dampak Aktivitas Penambangan Batubara Terhadap Kualitas Air Sungai Enim…
Sumber: Data Penelitian (2015)
Gambar 1.7.
Aktivitas Mandi, Cuci, Kakus (MCK)
Dampak Kualitas Air Sungai Enim Yang Berada Di Sekitar Kawasan Tambang
Batubara Terhadap Kondisi Sosial Masyarakat Di Kecamatan Lawang Kidul
Kabupaten Muara Enim
Dampak kualitas air Sungai Enim
terhadap kondisi sosial masyarakat yang
berada disekitar kawasan tambang batubara
yaitu dilihat dari hasil responden mengenai
pengetahuan masyarakat 69% responden
menjawab mengetahui tentang air limpasan
dari tambang batubara, dilihat dari
penggunaan 52% menyatakan selalu
menggunakan air Sungai Enim untuk
kebutuhan, dilihat dari persepsi masyarakat
34% menyatakan baik mengenai kualitas
air limpasan olahan tambang batubara,
dilihat dari kesehatan masyarakat 72%
menyatakan keluhan terhadap penyakit
kulit sepeti terasa gatal-gatal, bintik-bintik
merah, nyerih, dan kulit bersisik, dan
dilihat dari persepsi mengenai dana bantuan
dari pengelolah tambang batubara 44%
menyatakan raguragu adanya bantuan
berupa penyediaan fasilitas air bersih untuk
masyarakat dan fasilitas layanan kesehatan
lainya. Sedangkan dilihat dari analisis Jalur
kualitas air Sungai Enim terhadap
kehidupan masyarakat tahapantahapannya
sebagai berikut:
Persamaan struktural yang
menggambarkan pengaruh X1, X2, X3, X4
terhadapY. Pengaruh variabel-variabel
tersebut akan terlihat jelas dengan
membandingkan nilai signifikan terhadap
taraf signifikan 5% (α = 0,05). Jika nilai
signifikan lebih kecil dari taraf signifikan
maka variabel tersebut berpengaruh
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 9
signifikan terhadap Y. Lebih jelasnya dapat
diliat pada Tabel 1.1
Tabel 1.1.
Koefisien Jalur Variabel Eksogen
Variabel Koefisien
Jalur thitung Sig. Fhitung Sig. R2
X1 -0,023 -0,183 0,855
3,508 0,013 0,203 X2 0,325 2,291 0,026
X3 -0,278 -2,258 0,028
X4 0,010 0,075 0,941
Sumber: Data Penelitian (2015)
Keterangan: * = signifikan pada taraf signifikan 5% (α =0,05)
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa nilai
signifikansi (0,013) lebih kecil dari taraf
signifikan (α =0,05). Hal ini berarti X1,
X2, X3, X4 secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Y. Selanjutnya,
pengujian secara parsial jika nilai
signifikansi masing-masing variabel lebih
kecil dari taraf signifikan (α =0,05) berarti
bahwa variabel tersebut secara parsial
berpangaruh signifikan terhadap Y.
Variabel X1dan X4 masing-masing tidak
berpengaruh signifikan terhadap Y
sedangkan X2 dan X3 masing-masing
berpengaruh signifikan terhadap Y.
Nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,203 berarti bahwa variabel
eksogen mempengaruhi variabel endogen
sebesar 20,3% dan sisanya 79,7%
dipengaruhi oleh variabel diluar model.
Berdasarkan nilai koefisein yang
diperoleh maka persamaan strukturalnya
sebagai berikut:
Y = -0,023X1 + 0,325X2 – 0,278X3 +
0,010X4 + 0,797ℰ (5.1)
Keterangan:
Y = Penggunaan air sungai
X1 = Pengetahuan masyarakat
mengenai air limpasan batubara
X2 = Persepsi masyarakat mengenai
limpasan
X3 = Keluhan kesehatan kulit
X4 = Persepsi masyarakat mengenai
bantuan
Berdasarkan koefisien jalur dan korelasi
antarvariabel maka akan membentuk
diagram yang ditampilkan pada Gambar
1.8. Gambar tersebut menunjukkan bahwa
nilai yang berada pada tanda panah timbal
balik merupakan nilai korelasi
antarvariabel sedangkan nilai pada tanda
panah searah merupakan koefisien regresi
dari setiap variabel bebas.
10 | Ijazah, dkk
Dampak Aktivitas Penambangan Batubara Terhadap Kualitas Air Sungai Enim…
Sumber: Data Penelitian (2015)
Gambar 1.8.
Diagram Jalur X1, X2, X3, X4 terhadap Y
Model struktural dengan enam
variabel eksogen diperbaiki dengan
dengan metode Trimming dengan
menghilangkan variabel-variabel yang
tidak signifikan (X1 dan X4). Metode
Trimming hanya menganalisis kembali
variabel yang signifikan (X2 dan X3).
Nilai koefisien jalur setelah melakukan
metode tersebut maka diperoleh pada
Tabel.1.2.
Tabel 1.2.
Koefisien Jalur Variabel Eksogen Setelah Trimming
Variabel Koefisien Jalur thitung Sig. Fhitung Sig. R2
X2 0,324 2,715 0,009 7,246 0,002 0,203
X3 -0,275 -2,308 0,025
Sumber: Data Penelitian (2015)
Keterangan: * = signifikan pada taraf 5%
Tabel 1.2 mmenunjukkan bahwa
secara simultan variabel X2, dan X3
berpengaruh signifikan terhadap Y karena
nilai signifikannya lebih kecil dari taraf
signifikan 5% (α=0,05). Secara parsial
masing-masing variabel (X2 dan X3)
berpengaruh signifikan terhadap Y.
Variabel eksogen berpengaruh 20,3%
terhadap variabel endogen sedangkan
sisanya 79,7% dipengaruhi variabel lain
diluar model. Persamaan struktural yang
terbentuk setelah trimming sebagai berikut:
Y = 0,324X2- 0,275 X3 + 0,797ℰ
Keterangan:
Y = Penggunaan air sungai
X2 = Persepsi masyarakat mengenai
limpasan batubara
X3 = Keluhan kesehatan kulit
Setelah melalui metode trimming maka
rangkaian hubungan antarvariabel berubah
X1
0,461
0,078
X3
X4
Y
0,797
0,010
-0,278
X2 0,325
-0,088
0,287
-0,088 -0,023
0,147
X1
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 11
dari Gambar 4.41. dengan menghilangkan
variabel X1 dan X4. Dihilangkannya kedua
variabel tersebut karena tidak berpengaruh
signifikan terhadap penggunaan air sungai.
Hubungan tersebut dilihat pada Gambar
1.9.
Sumber: Data Penelitian (2015)
Gambar 1.9.
Jalur X2, X3 terhadap Y
Pengaruh langsung dan tidak
langsung yaitu pengaruh persepsi
masyarakat mengenai limpasan batubara
(X2) terhadap penggunaan air sungai (Y),
dan pengaruh keluhan kesehatan kulit
(X3) terhadap penggunaan air sungai (Y).
Pengaruh persepsi masyarakat
mengenai limpasan batubara baik secara
langsung dan tidak langsung terhadap
penggunaan air sungai. Analisis ini secara
rinci ditampilkan pada Lampiran Analisis.
Hasil analisis tersebut secara ringkas
ditampilkan pada Tabel 4.25.
Tabel 1.3.
Pengaruh Persepsi Masyarakat Mengenai
Limpasan Batubara
Terhadap Penggunaan Air Sungai
Pengaruh X2 terhadap Y Besar Pengaruh
Secara Langsung 0,105
Tidak Langsung 0,011
Total Pengaruh 0,116
Sumber: Data Penelitian (2015)
Tabel 1.3. menunjukkan bahwa
persepsi masyarakat mengenai limpasan
batubara secara tidak langsung
berpengaruh sebesar 0,105 (10,5%) lebih
besar daripada secara langsung hanya
sebesar 0,011 (1,1%). Oleh karena itu total
pengaruh persepsi masyarakat mengenai
limpasan batubara terhadap penggunaan
air sungai 0,116 (11,6%).
Pengaruh keluhan kesehatan kulit
terhadap penggunaan air sungai. Pengaruh
secara langsung dan tidak langsung secara
ringkas dilihat Tabel 1.4.
Tabel 1.4.
Pengaruh Keluhan Kesehatan Kulit
Terhadap Penggunaan Air Sungai
Pengaruh X3 terhadap Y Besar Pengaruh
Secara Langsung 0,076
Tidak Langsung 0,011
Total Pengaruh 0,087
Sumber: Data Penelitian (2015)
Tabel 1.4. menunjukkan bahwa
pengaruh tidak langsung keluhan
kesehatan kulit terhadap penggunaan air
-0,125
X2
X3 Y
0,797 0,324
-0,275
12 | Ijazah, dkk
Dampak Aktivitas Penambangan Batubara Terhadap Kualitas Air Sungai Enim…
sungai sebesar 0,076 (7,6%) lebih besar
daripada pengaruh langsung hanya
mencapai 0,011 (1,1%). Total pengaruh
keluhan kesehatan kulit terhadap
penggunaan air Sungai Enim sebesar
0,087 (8,7%).
Berdasarkan penjelasan sebelumnya
maka pengaruh langsung dan tidak
langsung persepsi masyarakat mengenai
limpasan batubara dan keluhan kesehatan
kulit terhadap penggunaan air sungai.
Variabel – variabel tersebut ditampilkan
pada Tabel 1.5.
Tabel 1.5.
Pengaruh Persepsi Masyarakat Mengenai Limpasan Batubara dan Keluhan Kesehatan
Kulit Terhadap Penggunaan Air Sungai
Variabel Pengaruh
Total Langsung Tidak Langsung
Persepsi Masyarakat Mengenai
Limpasan Batubara (X2) 0,105 0,011 0,116
Keluhan Kesehatan Kulit (X3) 0,076 0,011 0,087
Total Pengaruh 0,181 0,022 0,203
Besar pengaruh variabel Residu 0,793
Sumber: Data Penelitian (2015)
Tabel 1.5. menunjukkan bahwa secara
langsung dari persepsi masyarakat
mengenai limpasan batubara lebih dominan
sebesar 0,105 (10,52%) sedangkan keluhan
masyarakat sebesar 0,076 (7,6%). Secara
tidak langsung kedua variabel tersebut
sama sebesar 0,011 (1,1%). Secara total
pengaruh persepsi masyarakat mengenai
limpasan batubara dan keluhan kesehatan
terhadap penggunaan air sungai masing-
masing 0,181 (18,1%) dan 0,022 (2,2%).
Total pengaruh secara keseluruhan variabel
mencapai 0,203 (20,3) sedangkan variabel
residu 0,797 (79,7%).
Dari uraian tersebut dapat diartikan
bahwa persepsi masyarakat mengenai
limpasan batubara dan keluhan kesehatan
kulit masyarakat berpengaruh signifikan
terhadap penggunaan air Sungai Enim.
KESIMPULAN
Air merupakan sumber vital bagi
kehidupan di bumi yang jumlahnya
melimpah. Namun, aktivitas penambangan
batubara makin marak terjadi, khususnya di
sepanjang Sungai Enim di Kecamatan
Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim
sehingga terjadi penurunan kualitas air
sungai.
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang
telah diuraikan pada bab sebelumnya maka
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 13
penelitian yang berjudul “Dampak
Aktivitas Penambangan Batubara
Terhadap Kualitas Air Sungai Enim” dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Karakteristik geografis Sungai Enim
yang berada di kawasan penambangan
batubara Kecamatan Lawang Kidul,
Kabupaten Muara Enim, Sumatera
Selatan, memiliki iklim sangat basah
(Klasifikasi Scmidth Ferguson) dan
termasuk ke dalam zone panas
(Junghuhn), didominasi oleh semak
belukar dengan jenis tanah podsolik
merah kuning yang terbentuk dari
formasi batuan kasai (Qtk) merupakan
endapan gunung api (vulkanis), fasies
dataran yang berumur pliosen akhir
sampai plistosen awal serta memiliki
kondisi akuifer kecenderungan rendah
dengan bentuk geomorfologi termasuk
kedalam zone dataran rendah berbukit.
2. Kondisi Kualitas air Sungai Enim
sebelum dilakukan penambangan.
Menujukkan ratarata parameter
mengalami peningkatan di musim
kemarau. Sebaliknya kondisi kualitas air
Sungai Enim setelah dilakukan
penambangan. Menujukkan ratarata
parameter mengalami peningkatan di
musim hujan. Sedangkan dampak
aktivitas tambang batubara terhadap
kualitas air Sungai Enim yakni limpasan
air tambang batubara yang mengalir ke
sungai dikatakan memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap perubahan
tingkat kualitas air. Dikarenakan dari
kriteria baku mutu sungai Enim sebelum
dan setelah aktivitas tambang batubara
memang menunjukkan baku mutu relatif
meningkat. Namun, masih memenuhi
baku mutu kualitas air hanya saja
indikator Phosfat meningkat signifikan
dan masuk ke dalam kreteria Kelas IV.
3. Dampak kualitas air Sungai Enim
terhadap kondisi sosial masyarakat yang
berada disekitar kawasan tambang
batubara yaitu berdasarkan hasil
analisanya kualitas air Sungai Enim
terhadap kondisi sosial masyarakat
menunjukkan signifikan, namun taraf
signifikan pengaruh dalam variabel
tidak sebesar pengaruh di luar variabel.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Fardiaz, S. (1992). Polusi Air dan Udara.
Yogyakarta: Kanisius.
Sumber Dokumen
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Muara Enim. (2014). Kabupaten
Muara Enim.
Sumber Jurnal
Agustira, R. dkk. (2013). Kajian
Karakteristik Kimia Air, Fisika
Air, dan Debit Sungai pada
Kawasan DAS Padang Akibat
Pembuangan Limbah Tapioka.
Jurnal. Diterbitkan online.
14 | Ijazah, dkk
Dampak Aktivitas Penambangan Batubara Terhadap Kualitas Air Sungai Enim…
http://download.portalgaruda.org/
article.php?article=110356&val=4
122
Novianti, Reza. dkk. (2012). Analisis
Status Kualitas Air AnakAnak
Sungai Singingi Sekitar Tambang
Batubara di Kuantan Singingi.
Jurnal. Diterbitkan online:
http://download.portalgaruda.org/ar
ticle.php?article=31887&val=2277
Rahadi, B. dkk. (2012). Penentuan Kualitas
Air Tanah Dangkal dan Arahan
Pengelolaan. Jurnal. Diterbitkan
online.
http://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/arti
cle/download/363/718
Yogiarti, dkk. (2014). Analisis Kadar
Fosfat Air Sungai di Desa Beng,
Gianyar dengan Metode
Spektrofotomeri UVVIS. Jurnal.
Diterbitkan online:
http://www.docs-
engine.com/pdf/2/fosfat-dalam-
air.html#
Makalah
Fazria, Nora. dkk. (2010). Dampak Air
Asam Tambang Terhadap Kualitas
Air Tanah Disekitar Area
Pertambangan. Makalah. Diakses
dari:
https://www.scribd.com/doc/46939
015/Dampak-Air-Asam-Tambang-
Terhadap-Kualitas-Air-Tanah-Di-
Sekitar-Area-an
Tugas Akhir
Yuliastuti, E. (2011). Kajian Kualitas Air
Sungai Ngringo Karanganyar
Dalam Upayah Pengendalian
Pencemaran. (Tesis). Diterbitkan
online:
https://core.ac.uk/download/files/3
79/11730710.pdf
Artikel
Aditya, W. P. (2015, 17 Mei). Air Tanah
Dangkal untuk Air Minum.
[Online]. Diakses dari:
http://dunia-
blajar.blogspot.co.id/2015/05/air-
tanah-dangkal-untuk-air-
minum.html
Eko. (2009, 16 April). Mengatasi Zat Besi
(Fe) Tinggi dalam Air. [Online].
Diakses dari:
https://advancebpp.wordpress.com