DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur...

108
DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT (Di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan) SKRIPSI Oleh FATMAWATI NUR HABIBA PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur...

Page 1: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO

TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

(Di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan)

SKRIPSI

Oleh

FATMAWATI NUR HABIBA

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO

TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

(Di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan)

SKRIPSI

Oleh

FATMAWATI NUR HABIBA

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 3: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO

TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

(Di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan)

Oleh:

FATMAWATI NUR HABIBA

105040101111173

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana

Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 4: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN
Page 5: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN
Page 6: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan

hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi

ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali dengan jelas ditujukan

rujukan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, Agustus 2017

Fatmawati Nur Habiba 105040101111173

Page 7: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 9 November 1992 sebagai

puteri ketiga dari tiga bersaudara keluarga Bapak Mohammad Sifat dan Ibu Nanik

Setyowati, hidup di Taman Surya Agung RT 04, RW 06, Kecamatan Taman

Kabupaten Sidoarjo.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Kedungturi 1 pada tahun

1998 hingga tahun 2004, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Ulul

Albab hingga pertengahan tahun 2007, kemudian penulis melanjutkan pendidikan

menengah atas di SMAN 6 Surabaya pada tahun 2007 hingga tahun 2010. Setelah

menyelesaikan jenjang pendidikan menengah atas, pada tahun 2010 pula penulis

terdaftar sebagai mahasiswa Strata-1 Program Studi Agribisnis, Fakultas

Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

Page 8: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

LEMBAR PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim...

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat yang

diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan segala

kekurangan dan kelebihannya.

Saya persembahkan karya sederhana ini kepada orang yang saya kasihi

dan sayangi,

Untuk Ibu dan Bapakku tersayang

Pada Ibu yang selalu ada disaat saya mengerjakan karya ini, yang rela cuti

dari pekerjaannya untuk mendampingi saya disaat saya sakit dan

membutuhkan support mental, dengan jerih payahnya memberikan saya

asupan gizi, menguatkan saya dengan segala kasih dan tutur katanya, tak

hentinya berdoa untuk kelancaran perjalanan saya dalam menyelesaikan

karya ini. Pada bapak yang selalu memberikan doa dan dukungannya, yang

secara diam-diam mulai mengikuti perjalanan saya dengan kerikil-kerikil

kecil di dalamnya, dan jerih payahnya selama ini. Memiliki orang tua

seperti kalian adalah berkah dan kebahagiaan yang luar biasa.

Untuk Kakakku tersayang

Untuk Dr. Nurul Massita, Sp. KFR yang tiada hentinya memotivasi saya

untuk menganut konsep “the power of now”, menguatkan saya dengan

caranya yang sederhana sehingga saya tegar, dengan jerih payahnya dalam

keadaan sakitpun bekerja dan memberikan support finansial selama ini, doa

yang dipanjatkannya, serta kupersembahkan untuk kakak iparku dan 2

keponakanku. Untuk Arief Noor Rakhman, SE kakak laki-laki yang selalu

mensupport dengan caranya, memberikan hadiah ketika saya mencapai

sesuatu, dan istrinya yang memberikan saya nasihat kecil, pandangan

tentang bagaimana saya bertindak dan keponakan ke 3 Saya. Mempunyai

keluarga seperti kalian adalah anugerah yang tidak ternilai meskipun

terkadang kita bersebrangan paham, tapi saling merindukan.

Dosen pembimbing Prof. Dr. Ir. Kliwon Hidayat, MS yang pada awal saya

membuat skripsi ini dibimbing beliau dengan segala bantuannya, saya

mengucapkan terima kasih banyak dan mohon maaf atas segala kekurangan

dan kesalahan yang saya perbuat. Seluruh dosen pengajar agribisnis,

terimakasih banyak atas semua ilmu, didikan, dan pengalaman yang teah

kalian berikan.

Kekasihku Dimas Mukti W, SP dengan segala drama di dalamnya mampu

menguatkan saya dalam keadaan apapun, kerja kerasnya untuk

menyenangkan saya dan keluarganya yang tiada hentinya memberikan

Page 9: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

semangat agar saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini, sehingga saya

merasa memiliki keluarga kedua yang tidak kalah supportivenya

Sahabat

Sahabatku sejak 10 tahun lalu yang selalu ada di dalam suka maupun duka,

thea yang dengan caranya sendiri mampu menenangkan saya, ada di saat

saya menangis, mudah-mudahan kebersamaan ini untuk selamanya, dan

terimakasih atas motivasi kalian semua, rere, ika, ajeng, karin, seren, yuan,

yusvani, vivi, vio, ririz, sahabat alice tour and travel, teman-teman kelas G

dan semua teman yang tidak saya sebutkan satu per satu, kalian adalah

motivator hingga akhir perjuangan ini, semoga kita dapat sukses bersama,

see you on top guys!

Terimakasih kepada semua pihak yang terkait yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu, semoga semua doa dan kebaikan yang kalian berikan

kembali kepada kalian.

“Ya Allah, jadikanlah Iman, Ilmu, dan Amalku Sebagai lentera jalan

hidupku keluarga dan saudara seimanku.”

Page 10: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

i

ABSTRAK

FATMAWATI NUR HABIBA. 105040101111173. Dampak Aktivitas

Pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Terhadap Perubahan Sosial

Ekonomi Masyarakat (Di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten

Pasuruan). Dibawah Bimbingan Wisynu Ari Gutama, SP., M.MA dan Mangku

Purnomo, SP., M. Si., Ph. D

Penelitian ini menganalisis tentang dampak pariwisata Taman Nasional

Bromo Tengger Semeru (TNBTS) terhadap perubahan sosial ekonomi

masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui realitas obyektif

ekowisata dengan melihat sosio-kultural masyarakat dan sosio-ekonomi

masyarakat petani khususnya di Desa Wonokitri, serta realitas subyektif individu

dalam keterlibatannya di dalam aktivitas wisata TNBTS dalam memanfaatkan

peluang usaha/kerja yang tersedia.

Penelitian ini menggambarkan keadaan sebenarnya yang terjadi pada

pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Desa Wonokitri meliputi,

peluang usaha dan kerja yang tersedia karena adanya kegiatan pariwisata,

perubahan sosial ekonomi petani, dan pengaruhnya pada aktivitas usahatani.

Peneliti menganalisis bagaimana petani memanfaatkan peluang usaha dan kerja

yang tersedia, menganalisis perubahan sosial ekonomi masyarakat baik dari segi

positif dan negatif, dan mengkaji sejauhmana keterkaitan antara kegiatan

pariwisata dengan usahatani.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus, menurut John

W. Creswell studi kasus adalah penelitian dimana peneliti menggali suatu

fenomena tertentu (kasus) dalam waktu dan kegiatan (program, even,

institusi/kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara terperinci dan

mendalam dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama

periode tertentu. Tipe studi kasus yang digunakan adalah tipe penelitian yang

bersifat deskriptif, untuk memahami implementasi aktivitas pariwisata TNBTS

terhadap perubahan struktur masyarakat. Analisa data dalam penelitian ini

menggunakan metode interaktif dengan mengumpulkan data langsung dari petani

di Desa Wonokitri dan metode deskriptif kualitatif yaitu penggambaran fakta-

fakta yang diperoleh di lapang dalam bentuk wacana/membuat eksplanasi melalui

interpretasi yang tepat dan sistematis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan pariwisata di Desa

Wonokitri telah mendorong terjadinya perubahan mata pencaharian masyarakat

dari sektor pertanian ke sektor pariwisata. Faktor yang melatarbelakangi mereka

untuk terlibat dalam sektor pariwisata pada umumnya karena mereka beranggapan

bahwa sektor ini lebih menguntungkan jika ditinjau secara ekonomi.

Berkembangnya pariwisata di Desa Wonokitri telah membawa perubahan-

perubahan yang cukup berarti bagi masyarakat, khususnya di bidang sosial, yaitu

pendidikan dan kekosmopolitanan petani. Dampak ekonomi yang dirasakan

adalah meningkatnya kesejahteraan masyarakat di Desa Wonokitri, khususnya

lapisan atas dan menengah. Manfaat ekonomi kurang dinikmati oleh petani

lapisan menengah kebawah karena pendapatan di sektor pariwisata hanya mampu

memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Namun perkembangan ecotourism tidak

Page 11: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

ii

berpengaruh pada eksistensi budaya suku Tengger. Atraksi adat dan budaya

Tengger menjadi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi TNBTS, terutama

pada saat dilaksanakan upacara adat. Selain itu keterlibatan petani dalam aktivitas

jasa wisata tidak berdampak secara signifikan terhadap alokasi pendapatan dan

perhatian terhadap kegiatan usahatani. Persentase sebesar 76,67 persen

menunjukkan bahwa tidak adanya dampak terhadap alokasi waktu dan pendapatan

terhadap usahatani dari adanya keterlibatan petani dalam aktivitas jasa wisata.

Page 12: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

iii

ABSTRACT

FATMAWATI NUR HABIBA. 105040101111173. Impact of Bromo Tengger

Semeru National Park Tourism Activities Toward Social Economic Change

Society (In Wonokitri Village, Sub Distrit of Tosari, Pasuruan District). Under

Guidance Wisynu Ari Gutama, SP., M.MA and Mangku Purnomo, SP., M. Si.,

Ph. D

This research analyzes about the impact of tourism of Bromo Tengger

Semeru National Park (BTSNP) to socio-economic change of society. The

purpose of this research is to find out the objective conditions of ecotourism by

observing socio-cultural society and socio-economic of farmer and subjective

conditions each Individuals in their involvement in taking business/work

opportunities that available due to tourism activities especially in Wonokitri

Village.

This research describes the actual situation that occurred in the tourism of

Bromo Tengger Semeru National Park in Wonokitri Village such as, business and

work opportunities that available due to tourism activities, socio-economic

changes of farmers, and the impact on farming activities. Researchers analyze

how farmers in taking business and work opportunities that available due to

tourism activity in BTSNP, analyze social and economic changes in both positive

and negative societies, and examine the linkages between tourism activities and

farming.

The research method used in this research is descriptive qualitative method

by using case study approach, according to John W. Creswell case study is

research where researcher dig a certain phenomenon (case) in time and activity

(program, event, institution/social group), collect detailed and in-depth

information using various data collection procedures over a period of time. The

type of case study used is descriptive type of research, to understand the

implementation of TNBTS tourism activities to changes in society structure. Data

analysis in this research use interactive method by collecting data directly from

farmer in Wonokitri Village and descriptive qualitative method to capture facts

obtained in location in the form of explanation through correct and systematic

interpretation.

The results showed that the development of tourism in Wonokitri Village

has stimulate the change of livelihood society from the agricultural sector to the

tourism sector. The factors behind their involvement in the tourism sector in

general because the tourism sector is more economically profitable. The

development of tourism in Wonokitri Village has brought significant changes for

the society, especially in education and the farmers' cosmopolite. The economic

impact has improved welfare of the society in Wonokitri Village, especially the

upper and middle class farmers, because they have enough capital to improve

farm. The economic benefits are less impact by middle-low farmers because the

income in the tourism sector is only able used for daily needs. Beside The

development of ecotourism has no effect on Tenggerese cultural existence.

Traditional and culture attractions of Tengger become a tourist attraction to visit

BTSNP, especially at the time of the ceremony held. Other than that farmers'

involvement in tourism activities has no significant impact on revenue and

Page 13: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

iv

attention allocation to farming activities. The result showed that there is no impact

on the allocation of time and income to farming from the farmers involvement in

the activities of tourism services.

Page 14: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkat, rahmat, dan

karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul

“Dampak Aktivitas Wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Terhadap

Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

salah satu syarat kelulusan di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

Penelitian skripsi ini berisi tentang dampak aktivitas pariwisata Taman

Nasional Bromo Tengger Semeru terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat.

Aktivitas Pariwsata di kawasan TNBTS memberikan dampak pada perubahan

matapencaharian bagi masyarakat di sekitar kawasan wisata di Desa Wonokitri

sebagai salah satu pintu masuk ke kawasan wisata TNBTS. Masyarakat di Desa

Wonokitri mayoritas bekerja pada sektor pertanian dan sektor pariwisata dipilih

sebagai pekerjaan sampingan untuk mereka tekuni. Penulis melakukan analisis

kulitatif dengan pendekatan studi kasus untuk mengetahui dampak positif dan

negatif apakah yang didapatkan masyarakat akibat adanya aktivitas pariwisata

TNBTS terhadap perubahan sosial, ekonomi dan aktivitas usahatani masyarakat.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang

membantu dalam penyusunan skripsi, diantaranya :

1. Wisynu Ari Gutama, SP., M.MA dan Mangku Purnomo, SP. MP. Ph.D selaku

dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan nasihat, dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini

2. Vi’in Ayu Pertiwi, SP., MP. dan Neza Fadia Rayesa, S. TP.,M.Sc. selaku dosen

penguji telah memberikan bimbingan dan arahan yang bermanfaat bagi penulis.

3. Orang tua, Keluarga, dan Sahabat yang tiada hentinya memberikan doa dan

dukungan kepada penulis.

Semoga penelitian skripsi ini, dapat bermaanfaat bagi para pembacanya

dan dapat menjadi referensi dalam penelitian lainnya di masa yang akan datang.

Malang, 2017

Penulis

Page 15: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

vii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN........................................................................................... iSUMMARY.............................................................................................. iiiKATA PENGANTAR ............................................................................. vRIWAYAT HIDUP ................................................................................. viDAFTAR ISI ............................................................................................ viiDAFTAR GAMBAR ............................................................................... xDAFTAR TABEL.................................................................................... xiDAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 7 1.4 Kegunaan Penelitian....................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu........................................................................ 9 2.2 Pariwisata ........................................................................................ 11

2.2.1 Pengertian Wisata dan Pariwisata .......................................... 112.2.2 Faktor Pendorong Pariwisata .................................................. 132.2.3 Manfaat dan Tujuan Pariwisata .............................................. 142.2.4 Jenis-jenis Obyek Wisata ....................................................... 172.2.5 Sarana dan Prasarana Pariwisata ............................................ 17

2.2.5.1 Sarana Pariwisata ............................................................. 182.2.5.2 Prasarana Pariwisata ......................................................... 18

2.2.6 Pariwisata dan Kesempatan Berusaha atau Kerja .................. 19 2.3 Wisatawan ....................................................................................... 21

2.3.1 Pengertian Wisatawan ............................................................ 212.3.2 Jenis-jenis Wisatawan ............................................................ 22

2.4 Fungsi dan Peranan Pemerintah dalam Pariwisata.......................... 22 2.5 Pengaruh Wisata Terhadap Aspek Sosial dan Ekonomi ................. 24

2.5.1 Aspek Sosial ........................................................................... 242.5.2 Aspek Ekonomi ...................................................................... 24

2.6 Dampak Pariwisata.......................................................................... 252.6.1 Dampak Positif ....................................................................... 262.6.2 Dampak Negatif ..................................................................... 27

2.7 Stratifikasi Sosial ............................................................................ 27 2.8 Penelitian Kualitatif ........................................................................ 28 2.9 Metode Studi Kasus ........................................................................ 30

Page 16: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

viii

III. KERANGKA TEORITIS 3.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 34 3.2 Batasan Masalah.............................................................................. 36 3.4 Defenisi Operasional ....................................................................... 36

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ............................................................................. 39 4.2 Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian............................ 41 4.3 Metode Penentuan Informan ........................................................... 42 4.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 43

4.5 Metode Analisis dan Keabsahan Data ............................................ 464.5.1 Teknik Analisis Data .............................................................. 464.5.2 Keabsahan Data ...................................................................... 48

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ................................................ 50 5.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif ......................................... 50 5.1.2 Kondisi Topografi ...................................................................... 51 5.1.3 Kondisi Hidrologi ...................................................................... 52 5.2 Keadaan Penduduk Daerah Penelitian ............................................. 52 5.2.1 Keadaan Penduduk Desa Wonokitri Berdasarkan Jenis

Kelamin ...................................................................................... 53 5.2.2 Keadaan Penduduk Desa Wonokitri Berdasarkan Kelompok

Umur........................................................................................... 53 5.2.3 Keadaan Penduduk Desa Wonokitri Berdasarkan Tingkat

Pendidikan .................................................................................. 54 5.2.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .................. 55 5.2.5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Keyakinan Agama ................. 55 5.3 Pembahasan Penelitian ...................................................................... 56

5.3.1 Karakteristik Responden ........................................................... 56 5.3.1.1Petani Sampel Menurut Golongan Umur.............................. 56

5.3.1.2 Petani Sampel Menurut Tingkat Pendidikan ....................... 57 5.3.1.3 Petani Sampel Menurut Luas Lahan Garapan...................... 57 5.3.1.4 Petani Sampel Menurut Pemilikan Hubungan Dengan Birowisata ............................................................................ 58

5.3.1.5 Profil Responden dan Indikator Lapisan Masyarakat Desa Wonokitri ............................................................................ 58

5.3.2 Bentuk Pemanfaatan Peluang Usaha dan Kerja ........................ 60 5.3.3 Dampak Pariwisata Terhadap Perubahan Sosial dan Ekonomi Masyarakat ................................................................................. 67 5.3.3.1 Perubahan Struktur Ekonomi ............................................... 67 5.3.3.2 Perubahan Struktur Sosial .................................................... 70 5.3.4 Dampak Perkembangan Kunjungan Wisatawan Terhadap Kegiatan Usaha Tani ..................................................................... 74

Page 17: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

ix

5.3.5 Tingkat Pendapatan Usaha dan Kerja Pariwisata .......................... 775.3.6 Potensi Obyek Wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Sebagai Atraksi Wisata ................................................................. 79VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 85 6.2 Saran.................................................................................................. 86DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 88LAMPIRAN................................................................................................ 90

Page 18: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ............................ 53

2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ...................... 53

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................... 54

4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ...................... 55

5. Petani Sampel Menurut Golongan Umur ....................................... 56

6. Petani Sampel Menurut Tingkat Pendidikan.................................. 57

7. Petani Sampel Menurut Luas Lahan Garapan ................................ 57

8. Petani Sampel Menurut Pemilikan Hubungan Dengan Biro

Wisata ............................................................................................. 58

9. Profil Responden Berdasarkan Lapisan Masyarakat ...................... 59

10. Dampak Kegiatan Jasa Wisata Terhadap Usahatani ...................... 75

11. Pendapatan Per Tahun dari Jasa Wisata ......................................... 78

Page 19: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Model Analisis Data Kualitatif (Miles dan Hubberman) ............... 33

2. Kerangka Pemikiran Dampak Aktivitas Pariwisata TNBTS

Terhadap PerubahanSosial Ekonomi Masyarakat .......................... 35

3. Model Analisis Data Kualitatif (Miles dan Hubberman) ............... 51

4. Lokasi Penelitian di Desa Wonokitri ............................................. 53

5. Presentase Responden yang Berusaha dan Bekerjadi Sektor

Pariwisata Menurut Jenis Kegiatan ................................................ 61

6. Upacara Kasada .............................................................................. 80

7. Upacara Karo .................................................................................. 81

8. Upacara Unan-Unan ....................................................................... 82

9. Upacara Mayu Desa ....................................................................... 83

Page 20: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri pariwisata menjadi salah satu industri terbesar di dunia. World

Travel and Tourism Council pada tahun 1998 menyebutkan bahwa sektor

pariwisata memiliki pertumbuhan yang cukup besar yaitu 4 persen per tahun dan

menyumbang sekitar 11,6 persen GDP dunia (Lienberg, 2002). Industri pariwisata

dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, mampu meningkatkan

pendapatan dan perekonomian serta dapat memberikan kontribusi yang besar pada

suatu negara. Hal inilah yang mendorong banyak negara tertarik untuk

mengembangkan pariwisata sebagai salah satu sektor pembangunan, terutama

bagi negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Sebagai salah satu

industri terbesar di dunia, perkembangan pariwisata diharapkan mampu

meningkatkan perekonomian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dimana dikembangkannya pariwisata tersebut. Selain itu pariwisata

dapat memberikan manfaat bagi pelestarian alam, budaya serta lingkungan dan

berkelanjutan.

Keberadaan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor andalan

pembangunan perekonomian nasional merupakan peran yang signifikan, jika

ditinjau dari perannya sebagai penghasil devisa negara. Secara nasional, sektor

pariwisata sejak awal tahun 1990an sudah dicanangkan menjadi sumber devisa

negara. Sektor pariwisata diharapkan negara sebagai sumber penghasilan lain di

luar migas, karena Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar untuk

dikembangkan. Pada tahun 1999, sektor pariwisata di Indonesia telah

menunjukkan menjadi penghasil devisa nomor satu untuk sektor non migas

dengan jumlah US$ 4,7 miliar dimana pencapaian tersebut berada di atas sektor

garment, tekstil dan hasil hutan atau kayu. Dalam perkembangannya pada tahun

2015 sektor pariwisata mampu menyumbang devisa sebesar US$ 11,7 miliar

sedangkan dalam tiga tahun terakhir semua sektor usaha mengalami penurunan

tetapi tidak bagi pariwisata (Kemenpar, 2015).

Sektor pariwisata di Indonesia pada tahun 2015 untuk kunjungan

wisatawan mancanegara (wisman) mencapai 8,80 juta atau meningkat 3,23%

Page 21: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

2

dibanding kunjungan wisman pada periode yang sama tahun sebelumnya, serta

menghasilkan devisa sebesar US$ 11,09 miliar tumbuh menjadi 7,20%

(Kemenpar, 2015). Langkah percepatan akselerasi pariwisata dilakukan antara

lain dengan mengembangkan 10 destinasi wisata prioritas, Bromo Tengger

Semeru merupakan salah satu destinasi prioritas yang dikembangkan. Badan Pusat

Statistik (BPS) mencatat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman)

pada Juli 2016 mencapai rekor tertinggi dalam kurun waktu satu bulan yakni

mencapai 1,03 juta kunjungan. Lonjakan jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara yang sebesar 17,68% jika dibandingkan dengan periode yang sama

pada tahun lalu disebabkan adanya kampanye intensif dari pemerintah dan juga

adanya atraksi destinasi wisata yang menjadi daya tarik wisata di Indonesia (BPS,

2016).

Berbagai kebijakan pengembangan sektor pariwisata telah banyak

ditempuh oleh pemerintah, diantaranya melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun

2009 Tentang Kepariwisataan Pasal 4, yang menjelaskan bahwa sektor pariwisata

merupakan pilar strategis dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Rencana

Pembangunan Nasional Jangka Pendek (RPJM) 2010-2014 juga menjelaskan

beberapa sasaran pembangunan pariwisata yaitu meningkatkan destinasi

pariwisata yang berdaya saing tinggi di pasar global, meningkatkan kesadaran,

dan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan, serta

mengembangkan usaha, industri dan investasi pariwisata.

Sebagai kelanjutan dari program pembangunan tersebut, maka disusun

Rencana Pembangunan Nasional Jangka Panjang (RPJP) 2009-2025 dengan

tujuan meningkatkan keunggulan banding dan keunggulan saing kepariwisataan

Indonesia dalam peta kepariwisataan regional maupun internasional, membangun

sektor pariwisata sebagai salah satu pilar utama pembangunan perekonomian

nasional yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta membangun

sektor pariwisata sebagai instrumen strategis dalam rangka penanggulangan

kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat di berbagai wilayah dan destinasi

pariwisata.

Tetapi pariwisata bukan hanya masalah ekonomi, melainkan juga masalah

sosial, budaya, politik dan seterusnya. Pariwisata adalah suatu sistem yang multi

Page 22: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

3

kompleks, dengan berbagai aspek yang saling terkait dan saling mempengaruhi

antar sesama. Dalam beberapa dasawarsa terakhir, pariwisata telah menjadi

sumber penggerak dinamika masyarakat dan menjadi salah satu prime mover

dalam perubahan sosial budaya (Pitana, 1999).

Pengembangan pariwisata pada daerah tujuan wisata diharapkan dapat

mampu memperhatikan kelestarian akan adat istiadat serta budaya lokal dan

mampu memberikan tambahan pendapatan pada masyarakat di daerah tujuan

wisata. Adanya pengembangan secara fisik serta arus keluar masuk wisatawan

sedikit banyak akan membawa pengaruh pada masyarakat lokal, sehingga

diperlukan perhatian sejak dini akan dampak pengembangan pariwisata di suatu

daerah tempat tujuan wisata guna mewujudkan pengembangan pariwisata yang

mampu menjaga kelestarian nilai budaya dan bermanfaat bagi masyarakat.

Pengembangan kawasan pegunungan untuk keperluan pariwisata di

Indonesia cenderung meningkat bersama dengan semakin digiatkannya bidang

kepariwisataan. Sektor pariwisata di kawasan pegunungan juga berpotensi untuk

meningkatkan kegiatan ekonomi lokal dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan

kesejahteraan masyarakat pegunungan serta pembangunan wilayah di daerah

wisata yang bersangkutan. Salah satu kawasan pegunungan di Indonesia yang

berpotensi sebagai objek wisata adalah Pegunungan Tengger Semeru.

Kawasan ini dihuni oleh masyarakat Tengger dengan beragam

keunikannya. Pada umumnya masyarakat mempunyai mata pencaharian sebagai

petani sayuran, karena daerahnya memang cocok untuk usahatani sayuran seperti

kubis, wortel, kentang, bawang daun dan lain sebagainya. Oleh karena itu, daerah

ini merupakan salah satu daerah supplier sayuran di Jawa Timur. Mayoritas (95%)

warga masyarakat suku Tengger hidup dari sektor pertanian dengan bercocok

tanam di kebun, ladang, dan lahan pertanian yang terdapat di lereng pegunungan

Bromo-Semeru dan sebagian kecil dari masyarakat (5%) berprofesi sebagai

pegawai negeri, buruh, dan pengusaha jasa. Para pemuda, sebagian besar

berprofesi sebagai sopir angkutan pedesaaan, sebagian menyediakan jasa

transportasi dan penyewaan kendaraan bagi wisatawan yang datang ke Gunung

Bromo, yaitu kendaraan jenis jeep, hard top dan kuda tunggang. Kendaraan-

kendaraan ini untuk mengarungi lautan pasir hingga mendekati kawasan Pura

Page 23: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

4

Luhur Poten dan kaldera Gunung Bromo. Beberapa orang memilih menjadi

pemandu wisata di Bromo, sedangkan para perempuan disamping bekerja di lahan

pertanian lereng gunung juga mencari kayu di hutan lereng pegunungan Bromo

dan Pananjakan, serta berdagang di kawasan wisata Taman Nasional Bromo

Tengger Semeru.

Masyarakat lokal pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani

sayuran karena kesuburan tanahnya yang tidak lepas dari 2 gunung yang masih

aktif yaitu Gunung Bromo dan Gunung Semeru. Hasil pertanian suku tengger

dijual keluar desanya dengan bantuan pengepul yang yang berasal dari

Probolinggo, Pasuruan dan kota besar lainnya karena hasil pertanian dari Suku

Tengger terkenal dengan kualitasnya yang tahan lama dibandingkan hasil

pertanian daerah lain.

Dengan adanya jenis pariwisata yang kemudian mendapatkan perhatian

dari pemerintah untuk dikembangkan di Indonesia saat ini adalah wisata alam,

wisata cagar alam, wisata yang memperhatikan konservasi alam yang kemudian

dikenal sebagai konsep ekowisata, dengan dikembangkannya ekowisata di

kawasan wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru khususnya di Desa

Wonokitri menumbuhkan banyak harapan bagi masyarakat untuk mendapatkan

pekerjaan tambahan di luar sektor pertanian.

Desa Wonokitri merupakan salah satu diantara delapan desa yang berada

di bawah pemerintahan Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan dan merupakan

salah satu pintu masuk untuk menuju kawasan pariwisata Taman Nasional Bromo

Tengger Semeru. Ramainya aktivitas pariwisata yang terjadi di desa ini yang

memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memanfaatkan peluang usaha dan

kerja yang dapat memberikan dampak pada perubahan sosial ekonomi masyarakat

sekitar khususnya petani sebagai mayoritas penduduk di desa Wonokitri. Hal ini

juga menumbuhkan cita-cita munculnya peluang meningkatkan pendidikan.

Pada penelitian di Desa Wonokitri ini peneliti menggunakan metode

analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus, metode ini telah

digunakan peneliti sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Darajat (2014) dalam

mengkaji proses terbentuknya partisipasi masyarakat lokal memilih untuk terlibat

dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan ekowisata dengan mengacu pada

Page 24: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

5

tiga dimensi strukturisasi Anthony Giddens. Selain itu analisis data deskriptif

dengan model interaktif menurut Miles dan Hubberman juga digunakan dalam

penelitan (Prasetia, 2015) untuk melihat partisipasi dan faktor pendorong

masyarakat dalam pengembangan ekowisata.

Berdasarkan uraian penelitian sebelumnya diketahui bahwa metode

analisis deskriptif kualitatif secara interaktif sebagian besar digunakan untuk

meneliti bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata.

Penelitian yang berkaitan dengan dampak pengembangan ekowisata masih belum

banyak dilakukan, sehingga penelitian ini menjadi menarik dilakukan dalam

menganalisis dampak yang terjadi akibat adanya aktivitas pariwisata TNBTS.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan

membuat eksplanasi secara sistematis mengenai pengembangan parwisata

TNBTS terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat, dan mengkaji

sejauhmana keterkaitan pengembangan pariwisata dengan aktivitas usahatani.

Kondisi pertanian untuk petani di Desa Wonokitri mengalami masalah

karena biaya usahatani semakin tinggi dan anomali iklim mebuat petani

mengalami kerugian. Jika hal ini terus berlanjut makan petani lapisan bawah akan

semakin sulit untuk mempertahankan usahataninya. Penelitian ini menjadi penting

untuk dilakukan karena konsep ekowisata yang memberikan manfaat

pemberdayaan sedang digiatkan untuk secara langsung maupun tidak langsung

meningkatkan kesejahteraan dan merupakan tulang punggung ekonomi

masyarakat sekitar objek wisata. Sehingga peneliti perlu meneliti perubahan yang

terjadi dalam keluarga petani akibat adanya kegiatan pariwisata di kawasan

TNBTS baik dampak positif maupun negatif dalam kehidupan sosial, ekonomi,

budaya, dan kegiatan usahatani masyarakat di Desa Wonokitri. Selain itu, analisis

ini penting dilaksanakan sebagai bahan pertimbangan petani dalam menghadapi

tantangan pertanian di masa yang akan datang. Dengan adanya teori tentang

kepariwisataan dalam perannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

peneliti berharap pariwisata mampu memberikan sumbangsi dalam kegiatan

usahatani dan kesejahteraan petani di Desa Wonokitri.

Page 25: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

6

1.2 Rumusan Masalah

Masyarakat di Desa Wonokitri mayoritas memiliki profesi sebagai petani,

dalam melakukan kegiatan usahatani terdapat kendala yang dialami masyarakat,

yaitu semakin tingginya modal untuk usahatani, tidak adanya lembaga yang dapat

memberi pinjaman modal, anomali iklim yang menyebabkan cuaca dan kondisi

alam yang tidak menentu sehingga mengakibatkan rusaknya hasil panen, dan

harga jual produk yang rendah. Seiring dengan kemajuan pariwisata Taman

Nasional Bromo Tengger Semeru berpengaruh terhadap perubahan

matapencaharian petani di Desa Wonokitri yang memanfaatkan peluang usaha dan

kerja di sekitar kawasan wisata sebagai pelaku usaha untuk mendapatkan

tambahan pendapatan di luar sektor pertanian.

Petani yang memiliki cukup modal memanfaatkan peluang usaha untuk

membuka bisnis home stay, transportasi lokal (jeep, menunggang kuda) dan

rumah makan. Sedangkan petani yang memiliki keterbatasan modal memilih

untuk menjadi pedagang asongan, penjual bunga, tukang ojek/kibir, dan

menyewakan jaket dan peralatan hangat sebagai pekerjaan sampingannya. Hal ini

selaras dengan salah satu prinsip ekowisata yaitu keberadaan ekowisata

memberikan manfaat dan pemberdayaan masyarakat yang tinggal di sekitar objek

wisata. Menurut Cochcran (1997) bahwa "dalam kondisi tertentu, wisata alam

dapat secara langsung dan tidak langsung bermanfaat bagi kesejahteraan ekonomi

rakyat”.

Pengembangan pariwisata di wilayah Taman Nasional Bromo Tengger

Semeru dapat mempengaruhi terjadinya perubahan sosial, ekonomi, dan budaya

yang terjadi di dalam masyarakat di Desa Wonokitri, yakni perubahan dari

masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih, peningkatan pendidikan,

peningkatan kesejahteraan merupakan salah satu dampak yang dirasakan dengan

ditandai dengan adanya kesempatan kerja dan usaha, perubahan pekerjaan dan

pendapatan, perubahan bangunan tempat tinggal, aspek lingkungan yaitu

perubahan tata guna lahan diakibatkan dari pariwisata yang berkembang pesat saat

ini. Hal ini dirasakan oleh masyarakat di Desa Wonokitri khususnya petani

lapisan menengah keatas sedangkan petani lapisan menengah kebawah tidak

banyak merasakan dampak ekonomi dari pengembangan ekowisata, karena tidak

Page 26: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

7

memiliki modal yang cukup, memiliki keterbatasan pendidikan dan pengetahuan

mengenai pariwisata, keterbatasan penguasaan bahasa yang berpengaruh terhadap

kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan sektor pariwisata sebagai pekerjaan

sampingan diluar sektor pertanian.

Pengembangan secara fisik serta arus keluar masuk wisatawan sedikit

banyak akan membawa pengaruh pada masyarakat lokal, sehingga diperlukan

perhatian sejak dini dari pihak terkait akan dampak pengembangan pariwisata di

suatu daerah tempat tujuan wisata guna mewujudkan pengembangan pariwisata

yang mampu memberikan dampak positif pada peningkatan pendapatan dan

kesejahteraaan bagi masyarakat sekitar objek wisata, mampu menjaga kelestarian

nilai budaya dan bermanfaat bagi petani. Analisis dampak pariwisata ini perlu

dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan perbaikan

usahatani di masa depan sebagai dampak dari pengembangan. Berdasarkan uraian

diatas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana dampak aktivitas pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger

Semeru terhadap peluang usaha dan kerja bagi masyarakat lokal?

2. Bagaimana dampak aktivitas pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger

Semeru terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat di Desa

Wonokitri?

3. Bagaimana dampak aktivitas pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger

Semeru terhadap kegiatan usahatani di Desa Wonokitri?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka

tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui, mengidentifikasi,

dan menganalisis:

1. Dampak aktivitas pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru terhadap

peluang usaha dan kerja bagi masyarakat lokal.

2. Dampak aktivitas pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru terhadap

perubahan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat di Desa Wonokitri.

3. Dampak aktivitas pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru terhadap

kegiatan usahatani di Desa Wonokitri.

Page 27: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

8

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah

dipaparkan, maka hasil penelitian mengenai dampak pariwisata Taman Nasional

Bromo Tengger Semeru terhadap masyarakat di Desa Wonokitri, Kecamatan

Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur di sekitar obyek wisata Bromo

diharapkan memberikan manfaat:

1. Bagi Pemerintah dan Lembaga Terkait

Sebagi bahan informasi, tambahan literatur, wawasan pengetahuan, dan

media evaluasi terutama bagi pihak-pihak yang bersangkutan baik pemerintah

dan lembaga dalam melakukan pengembangan dan pengelolaan pariwisata di

daerah pegunungan, sehingga kebijakan pengembangan pariwisata tidak hanya

untuk memperbesar perolehan devisa atau pendapatan daerah saja tapi juga

dapat meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Kawasan Taman

Nasional Bromo Tengger Semeru khususnya di Desa Wonokitri.

2. Bagi Kelembagaan Pertanian dan Petani

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah

wawasan dan pengetahuan tentang keadaan pertanian dan pariwisata di Desa

Wonokitri sehingga potensi sumber daya yang ada dapat dikembangkan dan

dipergunakan secara berkelanjutan.

3. Bagi Pihak Lain

Dalam hal ini adalah Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya sebagai sarana dalam penerapan ilmu

yang telah diperoleh selama di bangku perkuliahan terhadap masalah penelitian

yang timbul khususnya pada usahatani, sebagai tambahan informasi keilmuan

untuk menambah wawasan pengetahuan, pedoman dan dapat juga digunakan

sebagai pembanding untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya.

Page 28: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Telaah penelitian terdahulu berisi beberapa kajian dengan kesamaan objek,

variabel penelitian dan topik dengan penelitian ini, sehingga dapat dijadikan

bahan acuan dan pembanding dalam penelitian ini. Pada sub bab ini juga

dijelaskan beberapa perbedaan penelitian dengan penelitian sebelumnya.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dian (2011), Darajat (2014), dan

Megasari (2009) memiliki persamaan mendasar, yaitu alat analisis yang

digunakan dengan penelitian ini adalah penelitian dilakukan dengan metode

analisis deskriptif kualitatif. Dari ketiga penelitian tersebut perbedaannya terletak

pada tujuan dilakukannya penelitian, fokus penelitian, lokasi penelitan, masalah

pada daerah yang diteliti dan latar belakang masyarakat di lokasi penelitian.

Penjelasan lebih rinci tentang penelitian-penelitian tersebut diuraikan sebagai

berikut.

Penelitian yang dilakukan oleh Dian (2011) yang berjudul Dampak

Pariwisata Terhadap Peluang Usaha dan Kerja Luar Pertanian di Daerah Pesisir,

Kasus Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu

Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara sektor pertanian dan luar

pertanian di Pulau Pramuka ditunjukkan dengan meningkatnya permintaan

terhadap produk-produk di sektor perikanan yang ada di Pulau Pramuka terutama

sebagai bahan baku bagi beberapa usaha seperti rumah makan, perdagangan dan

jasa catering. Dari penelitian yang dilakukan di Pulau Pramuka dapat diperoleh

beberapa kesimpulan yaitu hadirnya sektor pariwisata di Pulau Pramuka telah

menciptakan peluang usaha dan kerja bagi penduduk di Pulau Pramuka. Usaha

tersebut diantaranya seperti homestay, rumah makan, pedagang, transportasi dan

jasa.

Persamaan penelitian Dian (2011) dengan penelitian ini adalah metode

analisis yang digunakan yaitu metode analisis deskriptif kualitatif menggunakan

konsep Miles dan Hubermas (1992), yaitu dengan melakukan tiga sub-proses

analisis meliputi reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan.

Page 29: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

10

Perbedaannya adalah penentuan responden menggunakan metode penarikan

responden secara acak berstrata berdasarkan jenis usaha, sedangkan penelitian ini

menentukan responden secara purposive (sengaja) yang dilakukan untuk memilih

responden berdasarkan unit usaha dan kerja dengan strata lapisan menengah ke

atas dan menengah kebawah.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Darajat (2014) bertujuan untuk

menganalisis Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan dan Pengembangan

Kawasan Ekowisata Taman Nasional Baluran, tujuan dari penelitian ini mencoba

menganalisis proses terbentuknya partisipasi masyarakat lokal, serta mengetahui

bentuk partisipasi masyarakat dalam pengengelolaan dan pengembangan kawasan

ekowisata di Taman Nasional Baluran. Penelitian ini menggunakan teori

strukturisasi Anthony Giddens dengan melihat praktik sosial pada pembentukan

desa wisata Wonorejo sebagai implementasi dari pengembangan rantai pariwisata

di kawasan ekowisata Taman Nasional Baluran.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

observasi dan wawancara serta penentuan informan adalah dengan menggunakan

teknik purposive. Melalui proses penelitian yang dilakukan, pembentukan desa

wisata lebih banyak menekankan pada partisipasi dengan melibatkan masyarakat

sehingga memperlihatkan adanya praktik sosial baru berupa perubahan kondisi

masyarakat yang awalnya masyarakat sebagai perambah hutan menjadi aktor

pariwisata.

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah

menggunakan logika penjodohan pola, logika seperti ini membandingkan pola

yang didasarkan atas data empirik dengan pola yang diprediksikan (atau dengan

beberapa prediksi alternatif). Jila kedua pola ini ada persamaan, hasilnya dapat

menguatkan validitas internal studi kasus yang bersangkutan. Kesamaan dengan

penelitian yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan teknik analisis studi

kasus, namun perbedaan pada penelitian ini yang digunakan adalah menggunakan

pendekatan studi kasus dengan pembuatan eksplanasi bukan penjodohan pola.

Pembuatan eksplanasi bertujuan untuk menganalisis studi kasus dengan cara

membuat suatu eksplanasi tentang kasus yang bersangkutan. Penelitian ini

Page 30: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

11

melibatkan pengumpulan data yang banyak karena peneliti mencoba untuk

membangungambaran yang mendalam dari suatu kasus. Untuk diperlukan suatu

analisis yang baik agar dapat menyusun suatu deskripsi yang terinci dari kasus

yang muncul. Peneliti mencoba untuk menggambarkan studi ini melalui teknik

seperti sebuah kronologi peristiwa-peristiwa utama yang kemudian diikuti oleh

suatu perspektif yang terinci tentang beberapa peristiwa.

Megasari (2009) menganalisis tentang konstruksi sosial masyarakat

Semeru terhadap ekowisata di TNGR. Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini

adalah untuk mengetahui realitas obyektif ekowisata dengan melihat sosio-

kultural masyarakat Semeru dan sosio-historis ekowisata di TNGR, serta realitas

subyektif individu dalam memaknai hutan, ekowisata, dan implementasi dari

pengetahuan masyarakat tentang ekowisata.

Peneliitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Peter L. Berger

untuk menganalisis konstruksi sosial masyarakat Semeru untuk memahami

implementasi pengetahuan ekowisata masyarakat Semeru terhadap pengembangan

ekowisata di TNGR. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah observasi, dokumen, serta wawancara dengan enam informan

utama dan lima informan pendukung.

Dari beberapa penelitian terdahulu terdapat persamaan mendasar, yaitu

alat analisis yang digunakan dengan penelitian ini adalah penelitian dilakukan

dengan metode analisis deskriptif kualitatif, perbedaannya adalah penelitian ini

menggunakan pendekatan studi kasus eksplanasi. Perbedaan antara penelitian ini

dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada tujuan dilakukannya

penelitian, fokus penelitian, lokasi penelitan, masalah pada daerah yang diteliti

dan latar belakang masyarakat di lokasi penelitian.

2.2 Pariwisata

2.2.1 Pengertian Wisata dan Pariwisata

Secara umum wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang

untuk sementara waktu yang diselenggarakan hanya dalam satu tempat dengan

suatu perencanaan atau bukan maksud untuk mencari nafkah di tempat yang

Page 31: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

12

dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan rekreasi dalam

memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Sedangkan, pariwisata merupakan

suatu perjalanan yang dilakukan seseorang baik individual ataupun kelompok dari

suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk business atau mencari

nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan

tersebut dalam rekreasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan yang

beraneka ragam (Yoeti, 1996).

Selanjutnya, Musanef (1995) mengartikan pariwisata sebagai suatu

perjalanan yang dilaksanakan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari

satu tempat ke tempat lain untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya

dan rekreasi, melihat dan menyaksikan atraksi wisata lain atau memenuhi

keinginan yang beranekaragam. Biasanya pariwisata mencakup keinginan tentang,

keseluruhan fenomena alam atau buatan manusia yang dimanfaatkan untuk

kepentingan masyarakat, dan kegiatan-kegiatan yang ditunjukan untuk memenuhi

wisatawan dalam melakukan aktifitas.

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan pengertian dari

pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan bersifat sementara dari suatu tempat

ke tempat lain dan bertujuan untuk kesenangan atau menikmati keindahan suatu

tenpat yang dikunjungi atau dengan kata lain pariwisata adalah industri yang

kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik-buruknya lingkungan.

Beberapa definisi terkait kepariwisataan menurut Undang-undang Republik

Indonesia No. 10/2009 dijelaskan sebagai berikut adalah:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

dikunjungi dalam waktu sementara.

2. Pariwisata adalah berbagai macam tempat kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

3. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

Sedangkan pariwisata menurut Wahab (1994), adalah suatu aktivitas

manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian

Page 32: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

13

diantara orang-orang dalam suata Negara itu sendiri atau diluar negeri, meliputi

pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan

yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia

memperoleh pekerjaan tetap.

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan pengertian dari

wisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan dalam jangka pendek dan hanya

dalam satu tempat saja. Sedangkan pariwisata adalah suatu perjalanan sementara

waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain untuk menikmati

perjalanan tersebut dalam rekreasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan atau

keinginan yang beraneka ragam.

2.2.2 Faktor Pendorong Pariwisata

Meningkatnya kesejahteraan penduduk dunia membuat perjalanan wisata

menjadi suatu kebutuhan utama bagi kehidupan modern dalam dua dekade ini.

Proses globalisasi telah menjadikan dunia tanpa batas (borderless) yang memberi

kemudahan bagi orang-orang untuk saling berkunjung sehingga mendorong

peningkatan kunjungan wisatawan di waktu yang akan datang Prof. Dr.

Dorodjatun Kuntjarajakti (mantan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia) dalam Yoeti (2008) mengatakan bahwa suatu hal yang perlu

diperhatikan pada permulaan abad-21 adalah sektor pariwisata. Hal ini karena

pada awal abad tersebut akan terjadi “Three T Revolution” yang mampu

mendorong pertumbuhan pariwisata, dimana 3T itu diartikan masing-masing

sebagai: Transportation, Telecommunication, dan Tourism atau Travel.

1. Transportation: Beberapa tahun mendatang, diprediksi bahwa kemajuan

teknologi transportasi akan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Industri

pesawat yang biasanya memproduksi pesawat dengan double decker akan

menghasilkan pesawat dengan triple decker sehingga kemampuan membawa

penumpang menjadi 900-1000 orang dengan kecepatan tinggi yang dapat

membuat jarak antara New York dan Biak ditempuh dalam waktu 3 jam saja.

Kemajuan transportasi yang pesat tersebut dapat mempermudah orang untuk

menempuh jarak jauh dengan waktu yang singkat.

2. Telecommunication: Munculnya teknologi komputer digital yang dapat diakses

ke rumah-rumah, kantor-kantor, dan bahkan di desa-desa serta munculnya one

Page 33: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

14

touched system membuat informasi lebih mudah diterima. Terjadinya direct

communication melalui satelit yang makin berkembang dimana semua

peristiwa dunia dapat segera diketahui sehingga kegiatan promosi pariwisata

akan lebih banyak menggunakan internet daripada sarana lainnya.

3. Tourism (Travel): Akibat dari kemajuan dua T di atas, maka akan terjadi “mass

tourism” dimana rombongan wisatawan dapat meningkat dengan jumlah sekali

datang 900-1000 orang. Akibatnya akan diperlukan paling sedikit delapan

bandara setaraf bandara Soekarno-Hatta di delapan daerah tujuan wisata seperti

Juanda, Ujung Pandang, Manado, Sepinggan, Polonia, Kataping, Biak dan

Ngurah Ray. Selain itu, diperlukan sistem pelayanan imigrasi dan bea-cukai

yang lebih profesional untuk melayani wisatawan global yang datang secara

bergelombang dalam waktu yang bersamaan. Perlunya biro perjalanan wisata

dan pramuwisata yang profesional, pelayanan industri perhotelan dan restoran

yang berkualitas, pelayanan pusat-pusat perbelanjaan serta toko-toko

cenderamata yang menarik. Hal lainnya adalah perlunya sumberdaya manusia

dan sistem pendidikan pariwisata yang profesional serta kebijakan pariwisata

secara terpadu untuk menciptakan kerjasama yang efektif dengan departemen-

departemen terkait.

2.2.3 Manfaat dan Tujuan Pariwisata

Wisata memberikan manfaat bagi setiap manusia, karena wisata tersebut

dapat melepas penat dalam aktifitas sehari-hari. Menurut Roslita (2000), beberapa

manfaat pariwisata yang utama ialah sebagai berikut:

1. Multiplier Effect (Efek Berganda)

Pengeluaran wisatawan di suatu daerah wisata (misalnya untuk makanan,

cinderamata) masuk ke dalam ekonomi lokal. Sekian persen dari nilai tersebut

kemudian dibelanjakan oleh yang menerimanya (penjual makanan) dalam

masyarakat misalnya untuk membeli pakaian yang didapat oleh penjual

pakaian kemudian dibelanjakan lagi, demikian selanjutnya. Semakin besar

pengeluaran wisatawan yang masuk dalam perekonomian lokal dan semakin

besar presentase yang dibelanjakan secara lokal, maka semakin besar manfaat

ekonominya. Semakin mandiri suatu masyarakat (tidak tergantung pada produk

dari luar wilayah), semakin besar efek bergandanya.

Page 34: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

15

2. Diversifikasi

Pariwisata dapat menciptakan diversifikasi produk, menjadikan ekonomi lokal

tidak hanya bergantung pada suatu sector utama, seperti pertanian,

pertambangan yang merupakan sektor-sektor yang sangat berfluktuatif.

3. Kesempatan kerja

Sektor pariwisata adalah industri yang padat karya dan menciptakan

kesempatan kerja yang besar bagi generasi muda yang baik pekerjaan part time

maupun full time.

4. Peningkatan Fasilitas bagi penduduk

Pertumbuhan sektor pariwisata menghasilkan penambahan dan perbaikan

fasilitas yang tidak hanya digunakan oleh wisatawan, tetapi juga oleh

penduduk.

5. Kesempatan Berusaha

Pariwisata juga menciptakan kesempatan bagi munculnya produk-produk baru,

fasilitas dan pelayanan dan pengembangan bisnis yang sudah ada.

6. Mempercepat Pengembangan Pemukiman

Kegiatan wanita mendorong tumbuhnya pemukiman penduduk yang akan

berusaha di sektor tersebut. Di banyak tempat pengunjung yang pertama-tama

melakukan perjalanan ke suatu daerah untuk liburannya, ada yang akhirnya

menjadi penduduk lokal.

7. Peningkatan Pelayanan Transportasi

Pariwisata juga dapat memacu pembangunan dan peningkatan pelyanan

transportasi dalam suatu wilayah.

8. Kesempatan Pendidikan

Sektor ini memberikan kesempatan yang makin luas kepada penduduk melalui

pengenalan pendidikan lanjutan dan kursus-kursus atau pelatihan khusus.

9. Preservasi Lingkungan

Pariwisata menggaris bawahi kebutuhan pengaturan yang tepat, melalui

kebijakan dan rencana yang efektif, untuk menjamin kelestarian lingkungan

suatu wilayah agar tetap terjaga.

10. Pengembangan Wawasan Sosial

Page 35: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

16

Interaksi sosial antar masyarakat dengan wisatawan domestik maupun

internasional akan memperluas wawasan.

11. Peningkatan Infrastruktur

Pembangunan proyek pariwisata yang baru seringkali menghasilkan

pembangunan infrastruktur baru maupun peningkatan kualitas yang sudah ada,

yang tentu saja memberikan manfaat bagi masyarakat.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009,

Kepariwisataan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi

pengangguran, melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya, memajukan

kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air,

memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan mempererat persahabatan antar

bangsa.

Tujuan pengembangan pariwisata, bukan hanya sekedar peningkatan

perolehan devisa bagi Negara, akan tetapi lebih jauh diharapkan adanya wisata

dapat berperan sebagai katalisator pembangunan (agent of development). Dilihat

dari sudut ekonomi, sedikitnya ada delapan keuntungan menurut Yoeti (1996),

dalam pengembangan wisata di Indonesia, yaitu peningkatan kesempatan

berusaha, kesempatan kerja, peningkatan penerimaan pajak, peningkatan

pendapatan nasional, percepatan proses pemerataan pendapatan, meningkatkan

nilai tambah produk hasil kebudayaan, memperluas pasar produk dalam negeri,

dan memberikan dampak multiplier effect dalam perekonomian sebagai akibat

pengeluaran wisatawan, para investor, maupun perdagangan luar negeri.

Sedangkan tujuan kepariwisataan menurut Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia pasal 3 yaitu untuk memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan,

dan meningkatkan mutu objek dan daya tarik wisata, memupuk rasa cinta tanah

air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa, memperluas dan memeratakan

kesempatan berusaha dan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan nasional

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, serta

mendorong pendayagunaan produksi nasional.

Page 36: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

17

2.2.4 Jenis-jenis Obyek Wisata

Di dalam dunia pariwisata, istilah obyek dan daya tarik wisata mempunyai

pengertian sebagai suatu kegiatan perjalanan yang dapat menjadi daya tarik bagi

seorang atau calon wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata

bersifat sementara. Obyek dan daya tarik wisata sebagaimana dimaksud dapat

berupa obyek wisata alam, budaya, dan sejarah, tata hidup dan sebagainya

memiliki daya tarik untuk dikunjungi atau menjadi sasaran bagi wisatawan (Yoeti,

1996).

Setiap daerah mempunyai bermacam-macam jenis pariwisata yang

dikembangkan sebagai kegiatan yang lama-kelamaan mempunyai ciri-ciri

tersendiri. Untuk kepentingan pengembangan atau perencanaan sektor dari

pariwisata itu sendiri, perlu pula dibedakan untuk jenis pariwisata yang ada, agar

dapat ditentukan kebijakan apa yang mendukung dalam pariwisata ini, sehingga

jenis pariwisata yang dikembangkan akan dapat terwujud dengan apa yang

diharapkan (Pendit, 1994).

Obyek dan daya tarik wisata disebut juga atraksi wisata. Atraksi wisata alam

misalnya gunung, pantai dan laut, flora dan fauna, gua, air terjun, serta hutan yang

indah. Atraksi wisata budaya misalnya arsitektur rumah tradisional di desa, situs

arkeologi, benda-benda seni kerajinan, ritual dan upacara budaya, festival budaya,

kegiatan dan kehidupan masyarakat sehari-hari, keramah-tamahan, makanan.

Atraksi buatan misalnya acara olahraga, berbelanja, pameran, konferensi, festival

musik.

2.2.5 Sarana dan Prasarana Pariwisata

Dalam pengembangan sektor pariwisata tentu tidak lepas dari upaya

pengembangan sarana dan prasarana wisata, karena keduanya selalu berhubungan

erat. Sarana dan prasarana kepariwisataan dapat diartikan sebagai semua bentuk

perusahaan yang dapat memberikan pelayanan kepada para wisatawan, tetapi

hidup dan kehidupan tidak selamanya tergantung kepada wisatawan (Yoeti,

1996).

Page 37: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

18

2.2.5.1 Sarana Pariwisata

Sarana wisata menurut Budhisantoso (1992), meliputi sarana pokok,

sarana pelengkap dan sarana penunjang. Untuk lebih jelasnya, dapat diuraikan

sebagai berikut:

a. Sarana pokok pariwisata

Sarana pokok wisata adalah fasilitas minimal yang harus terdapat pada suatu

daerah tujuan wisata. Pada dasarnya, perusahaan yang mengelola sarana ini

hidup dan kehidupannya sangat tergantung pada lalu lintas wisatawan. Adapun

yang termasuk dalam sarana pokok pariwisata ini seperti: sarana penghubung,

sarana angkutan wisata hotel dan jenis akomodasi lainnya.

b. Sarana pelengkap pariwisata

Sarana pelengkap pariwisata merupakan fasilitas-fasilitas yang dapat

melengkapi sarana pokok, sehingga fungsi sarana perlengkapan ini dapat

membuat wisatawan lebih lama tinggal di daerah tujuan atau tempat tinggal

yang dikunjungi. Adapun yang termasuk dalam sarana ini adalah sarana

olahraga dan lain sebagainya.

c. Sarana penunjang pariwisata

Sarana penunjang wisata diperlukan untuk menunjang sarana pokok dan sarana

pelengkap agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya ke tempat

yang dikunjungi. Adapun termasuk sarana ini misalnya bioskop dan lain

sebagainya

2.2.5.2 Prasarana Pariwisata

Prasarana merupakan semua fasilitas yang memproses perekonomian

berjalan lancar sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan manusia untuk

dapat memenuhi kebutuhannya (Yoeti, 1996). Sedangkan menurut Beding (1990),

sesuai dengan pengertian tersebut, prasarana wisata dapat disimpulkan sebagai

semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana wisata dapat hidup berkembang

dan memberikan kemudahan atau pelayanan yang baik bagi wisatawan.

Adapun yang termasuk dalam prasarana wisata adalah:

1. Prasarana ekonomi: termasuk didalamnya adalah angkutan, komunikasi, sistem

perbankan dan termasuk dalam kelompok utilitas. Misalnya listrik dan sumber

air.

Page 38: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

19

2. Prasarana sosial: sebagai penunjang kegiatan wisata adalah seperti pelayanan

kesehatan, petugas yang langsung melayani wisatawan, pramuwisata, faktor

keamanan, dan sebagainya.

Tersedianya sarana pokok, sarana pelengkap, sarana penunjang wisata

juga prasarana ekonomi, dan prasarana sosial yang memadai dalam bidang

pariwisata akan dapat memberikan daya tarik bagi para wisatawan dan juga

kemudahan bagi wisatawan yang berkunjung pada daerah tujuan wisata yang ada.

2.2.6 Pariwisata dan Kesempatan Berusaha atau Kerja

Industri pariwisata merupakan industri yang sifatnya menyerap kebutuhan

tenaga kerja, sehingga pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada

perluasan usaha dan kerja. Peluang usaha dan kerja lahir akibat adanya

permintaan wisatawan. Kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka

peluang bagi masyarakat untuk menjadi pengusaha hotel, warung, dagang dan

lain-lain. Freyer (1993) dalam Damanik dan Weber (2006) membagi industri

pariwisata dalam dua golongan utama yaitu :

1. Pelaku langsung : usaha wisata yang menawarkan jasa secara langsung kepada

wisatawan atau yang jasanya langsung dibutuhkan oleh wisatawan. Termasuk

dalam kategori ini adalah hotel atau penginapan, restoran, biro perjalanan,

pusat informasi wisata, atraksi hiburan dan lain-lain.

2. Pelaku tidak langsung : usaha yang mengkhususkan diri pada produk-produk

yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, misalnya usaha kerajinan

tangan, penerbit buku atau lembar panduan wisata, penjual roti, pertanian,

perternakan dan sebagainya.

Menurut BPS dalam Tando (1992), peluang usaha dan kerja dapat

dibedakan atas usaha formal dan informal. Usaha informal adalah usaha

tradisional yang lokasinya tidak tetap, tidak memakai bangunan dan jam kerja

yang tidak teratur, mencakup usaha sendiri dan usaha dengan bantuan keluarga.

Usaha formal merupakan usaha yang lokasinya tetap, menggunakan bangunan dan

jam kerja yang teratur serta mencakup usaha dengan buruh tetap atau karyawan.

Kegiatan informal merupakan kegiatan yang padat karya, tingkat produktifitas

rendah, pelanggan yang sedikit, tingkat pendidikan formal yang rendah,

Page 39: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

20

penggunaan teknologi menengah, sebagian pekerja keluarga, mudah keluar masuk

usaha, serta kurang dukungan dan pengakuan dari pemerintah.

BPS dalam Tando (1992) mengungkapkan bahwa penggunaan peluang

usaha dan kerja dipengaruhi oleh faktor individu yaitu pendidikan, jenis kelamin,

status perkawinan dan umur. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan

rendah akan menempati sektor informal sedangkan yang berpendidikan agak

tinggi cenderung memilih pekerjaan di sektor formal. Usaha formal pariwisata

umumnya membutuhkan tenaga kerja dan berhubungan dengan pelayanan

terhadap wisatawan (usaha penjualan jasa), sehingga sikap yang dibutuhkan

dalam usaha pariwisata umumnya dimiliki oleh perempuan.

Terdapat empat macam keterkaitan yang penting secara ekonomis

berkenaan dengan pengembangan industri pariwisata di suatu daerah yaitu

keterkaitan produksi, konsumsi, modal dan tenaga kerja (Sadono et al., 1992).

Keterkaitan produksi berlangsung dalam bentuk kerjasama pertukaran atau

pemasokan faktor input produksi antara usaha industri skala besar dan formal

dengan usaha-usaha masyarakat skala kecil. Jalinan ini terdapat pula pada aspek

permodalan, usaha ekonomi skala kecil didorong melalui permodalan dengan

skala usaha besar agar dapat tumbuh.

Industri pariwisata yang tumbuh nantinya akan memberikan efek

penyebarluasan penciptaan kesempatan kerja. Kunjungan wisatawan ke suatu

daerah tujuan wisata akan membelanjakan sebagian atau seluruh uang masyarakat

kepada produk atau jasa perdagangan yang ditawarkan masyarakat setempat.

Aliran uang ini sebagian akan diterima oleh tenaga kerja dan juga pengusaha yang

memasok barang dagangan di daerah tujuan wisata. Hal tersebut menunjukkan

bahwa pariwisata mampu menciptakan kesempatan kerja sekaligus menciptakan

peluang pendapatan.

Penggunaan peluang usaha di pariwisata juga telah menyebabkan adanya

peralihan pemilikan sumberdaya alam antara penduduk lokal dengan penduduk

desa lain yang terlihat pada usaha pendirian penginapan. Hasil penelitian Sadono

et al. (1992) menunjukkan bahwa adanya kunjungan wisata berdampak pada

penciptaan kesempatan usaha dan kerja serta penciptaan pendapatan bagi

masyarakat terutama masyarakat desa lapisan bawah di sekitar objek wisata.

Page 40: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

21

Usaha di sektor informal cukup beragam diantaranya adalah pengusaha makanan

atau minuman, penginapan, pedagang asongan dan usaha jasa seperti juru foto dan

WC umum, sedangkan usaha formal berupa hotel, rumah makan dan toko

cinderamata.

Pendapatan dari sektor pariwisata merupakan tambahan pendapatan yang

cukup berarti bagi masyarakat yang berusaha di sektor ini. Sebab masyarakat yang

terserap ke sektor pariwisata banyak yang bernafkah di sektor pertanian dengan

lahan yang dikuasai kurang dari 0,25 Ha. Penelitian juga menunjukkan bahwa

sektor pertanian mempunyai keterkaitan dengan sektor pariwisata. Sektor

pertanian menyediakan bahan baku untuk usaha rumah makan, pedagang sayuran,

dan disisi lain sektor pariwisata menyerap cukup banyak tenaga kerja dari

penduduk sekitar objek wisata yang berlatar belakang pertanian.

Munculnya pariwisata juga telah mendorong pembangunan sarana dan

prasarana untuk kegiatan pariwisata. Adanya peluang usaha dan kerja dalam

sektor pariwisata tidak terlepas dengan kebutuhan lokasi untuk berusaha. Tidak

jarang lokasi-lokasi yang dianggap strategis telah menjadi incaran bagi para

pemilik padat modal untuk dibeli dan digunakan untuk berusaha. Investor yang

masuk dapat saja menyingkirkan banyak usaha di sektor informal terutama

masyarakat yang terlebih dahulu berusaha di daerah tersebut.

2.3 Wisatawan

2.3.1 Pengertian Wisatawan

Menurut Undang-Undang Pariwisata no. 10 tahun 2009 menyatakan bahwa

wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok

orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan

pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam

jangka waktu sementara. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

Seseorang atau lebih yang melakukan perjalanan wisata serta melakukan

kegiatan yang terkait dengan wisata disebut wisatawan. Wisatawan warga Negara

Indonesia yang melakukan perjalanan wisata disebut Wisatawan Nusantara

(Wisnus). Wisatawan warga Negara asing yang melakukan perjalanan wisata

disebut Wisatawan Mancanegara (Wisman).

Page 41: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

22

2.3.2 Jenis-Jenis Wisatawan

Berdasarkan pengetahuan dan motivasinya dalam kegiatan wisatawan dapat

dibedakan menjadi dua kategori, yakni wisatawan biasa dan wisatawan eco-tourist

mempunyai motivasi mengunjungi destinasi wisata dengan maksud khusus.

Berdasarkan minatnya tersebut ecotourismt dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Hard core nature tourist, merupakan penelitian atau anggota paket tur atau

perjalanan yang memang didesain atau dirancang untuk pendidikan alam dan

penelitian.

2. Dedicated nature tourist, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan,

terutama untuk mengunjungi atau melihat kawasan-kawasan lindung. Selain

itu, mereka ingin mengetahui kehidupan lanskap dan kekayaan hayati serta

budaya lokal.

3. Mainstream nature tourist, yaitu wisatawan yang ingin mendapatkan

pengalaman yang lain daripada yang telah didapatkan sebelumnya.

4. Casual nature tourist, yaitu wisatawan yang menginginkan pengalaman

menikmati alam sebagai bagian dari perjalanan yang lebih besar.

2.4 Fungsi dan Peranan Pemerintah dalam Pariwisata

Dengan adanya konsep otonomi daerah yang asas desentralisasi

mengakibatkan kewenangan penuh daerah otonomi untuk melaksanakan

perintahnya sendiri dan bertanggung jawab penuh atas proses pembangunan

daerah. Pemerintah daerah dalam rangka pengembangan wisata mempunyai

fungsi dan peranan yang penting dan cukup besar untuk memanfaatkan seoptimal

mungkin potensi di daerah. Kebijakan merupakan perencanaan jangka panjang

yang mencakup tujuan pembangunan wisata dan cara atau prosedur pencapaian

tujuan tersebut yang dibuat dalam pernyataan-pernyataan formal seperti hukum

dan dokumen-dokumen resmi lainya. Kebijakan yang dibuat pemerintah

seharusnya sepenuhnya dijadikan panduan dan ditaati oleh para stakeholders.

Kebijakan-kebijakan yang harus dibuat dalam wisata adalah kebijakan yang

berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesempatan kerja, dan

hubungan politik terutama politik luar negeri bagi daerah tujuan wisata yang

mengandalkan wisatawan mancanegara. Umumnya kebijakan adanya wisata

Page 42: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

23

dimasukkan kedalam kebijakan ekonomi secara keseluruhan yang kebijakannya

mencakup struktur dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Kebijakan

ekonomi yang harus dibuat sehubungan dengan pembangunan wisata adalah

kebijakan mengenai ketenagakerjaan, penanaman modal dan keuangan, industri-

industri penting untuk mendukung kegiatan pariwisata dan perdagangan barang

dan jasa.

Fungsi pokok pemerintah menurut Pendit (1994), daerah di dalamnya

terdapat wisata adalah:

1. Sebagai pelaksana dan penanggung jawab penuh terhadap segala kegiatan

kepariwisataan dan pembangunan pariwisataan di daerahnya, serta hal-hal lain

yang berkaitan dengan urusan kepariwisataan.

2. Sebagai pelaksana dan penanggung jawab dari upaya pembangunan sektor

kepariwisataan yang ditugaskan oleh pemerintah pusat dan pemerintah tingkat

atasnya.

Dengan demikian, agar pemerintah daerah dapat melaksanakan fungsi dan

perannya secara optimal sebagaimana yang diharapkan, maka perlu adanya

dukungan atau kerjasama dengan badan atau organisasi lainnya yang berkaitan

langsung dengan sektor wisata tersebut, seperti Dinas Pariwisata Daerah

(Disparda), dimana tugas pokoknya adalah sebagai berikut:

1. Mengadakan penelitian, riset, merumuskan dan mengusulkan kebijakan

kepariwisataan pada tingkat kepala daerah, sehingga tercapai tujuan usaha yang

terkoordinir dan terarah menuju pengembangan kepariwisataan di daerah yang

bersangkutan secara menyeluruh.

2. Menggerakkan dan mendayagunakan seluruh potensi di daerah yang diarahkan

menuju pengembangan kepariwisataan di daerah yang bersangkutan.

3. Memberikan saran dan kebijaksanaan pengembangan kepariwisataan di daerah

kepada Gubernur Kepala Daerahnya.

4. Mengkoordinasikan pelaksanaan usaha-usaha pengembangan kepariwisataan

yang diselenggarakan bersama oleh pemerintah dan masyarakat di daerah yang

bersangkutan.

5. Ikut serta dalam kerjasama antar daerah dan mewakili daerahnya pada tingkat

pusat.

Page 43: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

24

Dengan demikian peran pemerintah daerah dalam sektor kepariwisataan

adalah bagaimana pemerintah daerah sanggup menyediakan infrastruktur

memperluas berbagai bentuk fasilitas, melakukan koordinasi antar aparatur

pemerintah dengan pihak-pihak yang terkait lainnya. Langkah-langkah tersebut

diatas merupakan suatu usaha dalam pengembangan wisata untuk menjadikan

wisata itu sendiri sebagai salah satu bentuk industri perdagangan jasa yang dapat

memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan daerah, keuntungan pihak

pengelola dan masyarakat setempat.

2.5 Pengaruh Wisata Terhadap Aspek Sosial dan Ekonomi

2.5.1 Aspek Sosial

Dalam buku Musanef (1995), dijelaskan dunia kepariwisataan sangat

berpengaruh terhadap perubahan sosial. Hal ini sangat dimungkinkan sebab wisata

secara tidak langsung terjadi interaksi dan transformasi budaya dari berbagai

pengunjung. Sedangkan menurut Soekanto (2000), mengemukakan bahwa

interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Oleh karena itu, tanpa

interaksi sosial tak akan mungkina ada kehidupan bersama. Interaksi sosial

merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara

orang perorangan atau antara kelompok-kelompok manusia. Apabila dua orang

bertemu interaksi sosial dimulai pada saat itu mereka saling menegur, berjabat

tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktifitas-aktifitas

semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial.

2.5.2 Aspek Ekonomi

Dalam buku Tarungmingkeng (1994), perbedaan tingkat sosial ekonomi

masyarakat nelayan sejak dahulu sampai sekarang secara turun-menurun tidak

mengalami perubahan. Wisata merupakan fenomena kemasyarakatam yang

menyangkut manusia, masyarakat, kelompok organisasi, kebudayaan, dan

sebagainya yang merupakan objek kajian sosiologi. Namun demikian kajian

sosiologi belum begitu lama dilakukan terhadap wisata, meskipun sudah

mempunyai sejarah yang sangat panjang. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa

wisata pada awalnya lebih dipandang sebagai kegiatan ekonomi, dan tujuan utama

Page 44: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

25

pengembangan wisata adalah untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, baik bagi

masyarakat maupun daerah (Negara).

Sebagaimana halnya dengan pembangunan secara umum, ada beberapa hal

yang menyebabkan aspek-aspek sosial atau sosiologis kurang mendapat perhatian.

Dengan menikuti teori modernisasi klasik, pembangunan di dunia ketiga umunya

memberikan penekanan pada aspek ekonomi. Paradigma dari program-program

dengan penekanan aspek ekonomi seringkali bertentangan dengan program-

program dengan penekanan aspek sosial. Dalam konflik kepentingan ini, aspek

sosial lebih sering dikalahkan. Masih dalam kaitan fokus ekonomi, salah satu

tujuan setiap program pembangunan adalah untuk mengejar produktivitas, dan

dalam usaha ini manusia (tenaga kerja) dipandang sebagai faktor produksi yang

mekanis, maka berbagai aspek sosial kurang mendapatkan perhatian.

2.6 Dampak Pariwisata

Banyak wisatawan yang datang di suatu lokasi wisatawan berasal dari

tempat yang jauh, bahkan ada yang dari luar negeri. Banyak pula lokasi wisata

yang letaknya di daerah pedesaan dan wisatawan datang dari kota. Jadi wisatawan

itu banyak mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda dari kebudayaan

penduduk lokal. Sudah sewajarnya terjadi saling mempengaruhi antara penduduk

lokal dengan wisatawan. Dalam interaksi ini terjadi hal-hal yang positif, dan ada

pula yang negatif.

Pariwisata terutama pariwisata internasional termasuk dalam program

pembangunan nasional di Indonesia sebagai salah satu sektor pembangunan

ekonomi. Dari pariwisata diharapkan dapat diperoleh devisa, baik dalam

pengeluaran uang para wisatawan di Negara kita, maupun sebagai penanaman

modal asing dalam industri pariwisata. Selanjutnya menurut Hartono mengatakan

bahwa peranan pariwisata salam pembangunan negara pada garis besarnya

berintikan tiga segi, yaitu segi ekonomis (sumber devisa, pajak-pajak), segi sosial

(penciptaan lapangan kerja, dan segi budaya , memperkenalkan kebudayaan kita

kepada wisatawan asing).

Namun perlu diperhatikan bagi negara-negara berkembang seperti

Indonesia, bahwa pembangunan kepariwisataan membangun konsekuensi.

Page 45: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

26

Konsekuensi itu adalah timbulnya dampak sosial budaya yang meruguikan

kelestarian kebudayaan yang bersangkutan. Selain itu, dapat mengisyaratkan

bahwa dalam pembangunan kepariwisataan tetap dijaga terpeliharanya

kepribadian bangsa dan kelestarian serta mutu lingkungan hidup.

Bahwa timbulnya dampak sosial budaya sebagai konsekuensi dari

pengembangan pariwisata itu dapat dilihat sebagai dampak yang positif dan

dampak yang negatif dapat ditelusuri sebagai kerugian yang timbul akibat

pengembangan pariwisata. Pada hakekatnya ada tiga bidang pokok yang kuat

dipengaruhi, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan (Erawan, 1997).

2.6.1 Dampak Positif

Dampak positif yang menguntungkan adalah dalam bidang ekonomi.

Adanya pariwisata mendatangkan pendapatan devisa negara dan terciptanya

kesempatan kerja yang berarti mengurangi jumlah pengangguran serta adanya

kemungkinan bagi masyarakat di daerah wisata untuk meningkatkan pendapatan

dan standart hidup mereka. Menurut Yoeti (1996) juga bahwa dampak dari

pariwisata terhadap perekonomian di Indonesia adalah memperbaiki kesempatan

kerja atau dapat mengurangi pengangguran, peningkatan penerimaan pajak dan

retribusi daerah, meningkatkan pendapatan nasional, memperkuat posisi neraca

pembayaran, meningkatkan efek multiplier dalam perekonomian setempat.

Di Indonesia penyerapan tenaga kerja yang bersifat langsung dan

menonjol adalah di bidang perhotelan, biro-biro perjalanan, pramuwisata atau

pemandu wisata (guides), pusat-pusat rekreasi, instansi pariwisata pemerintah

memerlukan pula tenaga terampil. Sebagian besar adalah tenaga kerja tetap biro-

biro perjalanan, sedang sebagian kecil guides free-lace. Untuk memberikan

kesempatan kerja di beberapa daerah diselenggarakan ujian-ujian pramuwisata

untuk mendapatkan licensing

Dampak positif yang lain dengan hadirnya pariwisata ini adalah

perkembangan atau kemajuan kebudayaan, terutama pada unsur budaya teknologi

dan sistem pengetahuan. Kemajuan teknologi yang dibarengi dengan tingkat

pengetahuan yang maju pula akan membawa masyarakat penerima wisatawan

mampu menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman atau modernisasi. Walau di

Page 46: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

27

satu pihak kehadiran pariwisata ini akan menimbulkan dampak negatif terhadap

kebudayaan sehingga perlu diwaspadai.

2.6.2 Dampak Negatif

Dampak negatif yang merupakan kerugian tampak menonjol dalam bidang

sosial, yaitu pada gaya hidup masyarakat ini tampak pada perubahan sikap,

tingkah laku, perilaku karena kontak langsung dengan para wisatawan yang

berasal dari budaya yang berbeda. Gaya hidup wisatawan asing diperhatikan oleh

warga masyarakat dan ditiru begitu saja (Mantra, 2004).

Dalam bidang kebudayaan terjadi komersialisasi budaya. Tempat suci atau

ziarah diangkat dijadikan obyek wisata tari-tarian sakral dan adat istiadat diangkat

dari lingkungan yang normal dipergelarkan untuk memuaskan kebutuhan para

wisatawan. Kemudian dalam bidang lingkungan hidup terjadi pengrusakan

lingkungan alam, penebangan pohon digunakan untuk tempat pembangunan.

Selain itu juga, pencemaran kebudayaan dan hilangnya sifat kepribadian negara

yang menerima kedatangan wisatawan melalui urbanisasi dan modernisasi untuk

meningkatkan lalu lintas wisatawan. Sering terjadi pengrusakan yang sifatnya

vandalism yang dapat merubah kepribadiam dan cara hidup dengan

mengkomersilkan keramah-tamahan yang dimiliki penduduk setempat.

2.7 Stratifikasi Sosial

Soekanto (1990) menjelaskan bahwa stratifikasi sosial merupakan

pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang

berbeda-beda secara vertikal. Stratifikasi sosial merupakan pembedaan anggota

masyarakat berdasarkan status yang dimilikinya. Ukuran yang biasa digunakan

untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan menurut

Soekanto (1990) adalah, ukuran kekayaan, dimana lapisan teratas biasanya yang

memiliki kekayaan yang paling banyak, kekayaan disini bisa berbentuk rumah,

kendaraan dan pakaian, ukuran kekuasaan, lapisan teratas adalah yang paling

memiliki kekuasaan atau wewenang terbesar, ukuran kehormatan, dimana orang-

orang yang paling dihormati dan disegani berada di lapisan teratas, dan ukuran

ilmu pengetahuan, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan,

terkadang berakibat negatif karena yang dihargai adalah gelarnya bukan ilmu

Page 47: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

28

yang dimilikinya. Sistem pelapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya

dalam proses pertumbuhan masyarakat itu, meskipun adapula yang sengaja

disusun untuk mengejar tujuan bersama. Hal-hal yang biasa menjadi alasan

terbentuknya lapisan masyarakat menurut Soekanto (1990) adalah kepandaian,

tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat dan

harta dalam batas-batas tertentu.

2.8 Penelitian Kualitatif

Pengertian Deskriptif Kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang

menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan pelaku yang dapat diamati.” Sama halnya menurut arif Furchan, Pendekatan

kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari subyek itu

sendiri.

Penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan dan menuturkan data yang

bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang

terjadi di dalam masyarakat, pertentangan 2 keadaan atau lebih, hubungan

antarvariabel, perbedaan antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan lain-

lain. masalah yang diteliti dan diselidiki oleh penelitian deskriptif kualitatif

mengacu pada studi kuantitatif, studi komparatif, serta dapat juga menjadi sebuah

studi korelasional 1 unsur bersama unsur lainnya. Biasanya kegiatan penelitian ini

meliputi pengumpulan data, menganalisis data, meginterprestasi data, dan diakhiri

dengan sebuah kesimpulan yang mengacu pada penganalisisan data tersebut.

Begitu juga menurut Kasiran dalam bukunya Metodologi Penelitian

Kuantitatif dan Kualitaif, Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bersifat atau

memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan kewajaran atau

sebagaimana adanya (natural setting) dengan tidak dirubah dalam bentuk simbol

atau bilangan, sedangkan perkataan penelitian pada dasarnya berarti rangkaian

keggiatan atau proses pengungkapan sesuatu yang belum diketahui dengan

mempergunakan cara bekerja atau metode yang sistematis, terarah dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Page 48: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

29

Berikut adalah macam-macam penelitian kualitatif:

1. Biografi Penelitian adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang

dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan

penelitian ini adalah mengungkap turning point moment atau epipani yaitu

pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup

seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut

memposisikan dirinya sendiri.

2. Fenomenologi Penelitian mencoba menjelaskan atau mengungkap makna

konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi

pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami,

sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang

dikaji.

3. Grounded theory, walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu

pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory

adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan

dengan situasi tertentu. Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak,

atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti

dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang

berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari.

4. Etnograf adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok

sosial. peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku,

kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari

sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang

cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut

peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara

satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau

makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok

5. Studi kasus, penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu

masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang

mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi

oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa,

aktivitas, atau individu. “Penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu

Page 49: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

30

yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi baik

mengenai unit tersebut.” Tujuan dari studi kasus adalah “untuk mempelajari

secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi

lingkungan sesuatu unit sosial : individu, kolompok, lembaga atau

masyarakat”.

Dalam penenlitian kualitatif masalah yang dibawa harus oleh peneliti

masih remang-remang, bahkan gelap komplek dan dinamis, oleh karena itu masih

bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti

berada di lapangan. Akan ada tiga kemungkinan masalah yang akan dibawa oleh

peneliti:

1. Masalah yang dibawa peneliti adalah masalah tetap, jadi judul dari penelitian

deskriptif kualitatif mulai awal pengajuan proposal hingga akhir laporan tetap

sama.

2. Masalah yang diajukan oleh peneliti menjadi berkembang serta lebih

mendalam sesudah peneliti melakukan penelitian tersebut di lapangan, jadi

tidak terlalu banyak hal yang berubah, maka cukup disempurnakan saja.

3. Masalah yang diajukan oleh peneliti sesudah melakukan penelitian tersebut di

lapangan akan berubah total, jadi objek masalah dan judul wajib diganti secara

menyeluruh.

Analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan memberikan ulasan atau

interpretasi terhadap data yang diperoleh sehingga menjadi lebih jelas dan

bermakna dibandingkan dengan sekedar angka-angka. Langkah-langkahnya

adalah reduksi data, penyajian data dengan bagan dan teks, kemudian penarikan

kesimpulan.

2.9 Metode Studi Kasus

Creswell mengemukakan beberapa karakteristik dari suatu studi kasus

yaitu mengidentifikasi “kasus” untuk suatu studi, kasus tersebut merupakan

sebuah “sistem yang terikat” oleh waktu dan tempat, studi kasus menggunakan

berbagai sumber informasi dalam pengumpulan datanya untuk memberikan

gambaran secara terinci dan mendalam tentang respons dari suatu peristiwa dan

Page 50: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

31

menggunakan pendekatan studi kasus, peneliti akan “menghabiskan waktu” dalam

menggambarkan konteks atau setting untuk suatu kasus, (Creswell, 1998).

Berdasarkan paparan di atas, dapat diungkapkan bahwa studi kasus adalah

sebuah eksplorasi dari “suatu sistem yang terikat” atau “suatu kasus/beragam

kasus” yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data yang mendalam serta

melibatkan berbagai sumber informasi yang “kaya” dalam suatu konteks. Sistem

terikat ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan kasus dapat dikaji dari suatu

program, peristiwa, aktivitas atau suatu individu. Dengan perkataan lain, studi

kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena tertentu

(kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, even, proses, institusi atau

kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara terinci dan mendalam

dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama periode

tertentu

Menurut Creswell, pendekatan studi kasus lebih disukai untuk penelitian

kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Patton bahwa kedalaman dan detail

suatu metode kualitatif berasal dari sejumlah kecil studi kasus. Oleh karena itu

penelitian studi kasus membutuhkan waktu lama yang berbeda dengan disiplin

ilmu-ilmu lainnya. Tetapi pada saat ini, penulis studi kasus dapat memilih

pendekatan kualitatif atau kuantitatif dalam mengembangkan studi kasusnya.

Seperti yang dilakukan oleh Yin (1989) mengembangkan studi kasus kualitatif

deskriptif dengan bukti kuantitatif.

Pengumpulan data dalam studi kasus dapat diambil dari berbagai sumber

informasi, karena studi kasus melibatkan pengumpulan data yang “kaya” untuk

membangun gambaran yang mendalam dari suatu kasus. Yin mengungkapkan

bahwa terdapat enam bentuk pengumpulan data dalam studi kasus yaitu:

1. dokumentasi yang terdiri dari surat, memorandum, agenda, laporan-laporan

suatu peristiwa, proposal, hasil penelitian, hasil evaluasi, kliping, artikel.

2. rekaman arsip yang terdiri dari rekaman layanan, peta, data survei, daftar

nama, rekaman-rekaman pribadi seperti buku harian, kalender.

3. wawancara biasanya bertipe open-ended

4. observasi langsung

5. observasi partisipan, dan

Page 51: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

32

6. perangkat fisik atau kultural yaitu peralatan teknologi, alat atau instrumen,

pekerjaan seni.

Lebih lanjut Yin (2011) mengemukakan bahwa keuntungan dari keenam

sumber bukti tersebut dapat dimaksimalkan bila tiga prinsip berikut ini diikuti,

yaitu menggunakan bukti multisumber; menciptakan data dasar studi kasus,

seperti : catatan-catatan studi kasus, dokumen studi kasus, bahan-bahan tabulasi,

narasi, dan memelihara rangkaian bukti.

Menganalisis data studi kasus adalah suatu hal yang sulit karena strategi

dan tekniknya belum teridentifikasikan secara baik. Tetapi setiap penelitian

hendaknya dimulai dengan strategi analisis yang umum yang mengandung

prioritas tentang apa yang akan dianalisis dan mengapa. Demikian pun dengan

studi kasus, oleh karena itu Creswell memulai pemaparannya dengan

mengungkapkan tiga strategi analisis penelitian kualitatif, yaitu: strategi analisis

menurut Bogdan & Biklen (1992), Huberman & Miles (1994) dan Wolcott

(1994).

Analisis dalam penelitian ini berdasarkan kepada pendapat Miles dan

hubberman (1992) yang menjelaskan bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan,

yaitu:

1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan atau seleksi, pemusatan perhatian atau

pemfokusan, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data-data

“kasar” yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data dilakukan

terus-menerus selama kegiatan penelitian berlangsung. Lebih dari sekedar itu

sebenarnya reduksi data dilakukan sejak sebelum data benar-benar terkumpul

secara lengkap.

2. Penyajian data, yaitu data berupa sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Dengan penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang

sedang terjadi dan harus melakukan apa untuk analisis lebih lanjut suatu

tindakan, yang didasarkan atas pemecahan tersebut. Penyajian data dalam

penelitian ini berupa tabel, gambar, hasil wawancara dan data-data

dokumentasi lain yang mendukung. Dalam bentuk yang sederhana penyajian

data merupakan uraian deskriptif yang merupakan kumpulan dari sejumlah

Page 52: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

33

data yang diperoleh peneliti, dan siap untuk dianalisis serta diinterpretasikan

pada kesimpulan-kesimpulan.

3. Menarik kesimpulan atau verifikasi, yaitu kegiatan menyimpulkan makna-

makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya,

dan kecocokannya. Kemudian data yang telah disimpulkan harus diverifikasi,

maksudnya dicari data untuk menguji keabsahan atau validitas baru.

Tiga komponen tersebut aktifitasnya berbentuk interaksi dengan proses

pengumpulan data berbentuk siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak

diantara ketiga komponen pengumpulan data selama proses pengumpulan data

berlangsung. Sesudah pengumpulan data kemudian bergerak diantara data

reduksi, sajian data dan penarikan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya, proses

analisis model interaktif dapat dilihat pada bagan dibawah ini

Gambar 1. Model Analisis Data Kualitatif (Miles dan Huberman, 1992).

Pengumpulan Data

Reduksi Data Penarikan

Kesimpulan atau

Ferivikasi

Penyajian Data

Page 53: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

III. KERANGKA TEORITIS

3.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting. Dan inti yang akan dibahas pada penelitian kali ini adalah dampak

pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru terhadap kondisi sosial dan

ekonomi masyarakat yang berada di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari,

Kabupaten Pasuruan.

Menurut Yoeti (1996) juga bahwa dampak dari pariwisata terhadap

perekonomian di Indonesia adalah memperbaiki kesempatan kerja atau dapat

mengurangi pengangguran, peningkatan penerimaan pajak dan retribusi daerah,

meningkatkan pendapatan nasional, memperkuat posisi neraca pembayaran,

meningkatkan efek multiplier dalam perekonomian setempat. Hadirnya kegiatan

pariwisata di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru akan menyebabkan adanya

permintaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh wisatawan seperti

penginapan, rumah makan, transportasi, perdagangan, dan jasa. Kebutuhan-

kebutuhan tersebut merupakan peluang usaha atau kerja terutama bagi masyarakat

di kawasan objek wisata. Pemanfaatan peluang usaha dan kerja juga dapat

mempengaruhi pendapatan petani, hal ini dapat dilihat dari rata-rata pendapatan

usaha atau kerja. Selain itu, adanya peluang usaha dan kerja dapat memunculkan

suatu keterkaitan antara sektor pertanian dan luar pertanian yang dilihat melalui

penggunaan hasil (surplus atau keuntungan) usaha atau kerja dalam kegiatan

pertanian.

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) adalah kawasan

pariwisata yang memiliki daya tarik dan sangat potensial untuk peningkatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sekaligus dapat mendongkrak pertumbuhan

ekonomi di daerah tersebut. Desa Wonokitri merupakan salah satu pintu masuk

akses wisata TNBTS, hal ini berdampak pada ramainya aktivitas pariwisata di

sekitar masyarakat lokal dan mempengaruhi pendapatan masyarakat, termasuk

dalam bidang pertaniannya.

Page 54: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

35

Ativitas pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru diharapkan

dapat memberikan dampak positif dalam berbagai aspek, baik aspek ekonomi

dalam mengurangi tingkat pengangguran, meningkatkan kesejahteraan dan

pendapatan masyarakat, aspek sosial yaitu dengan semakin terbukanya cara

berfikir masyarakat, peningkatan keinginan untuk memperoleh pendidikan, aspek

lingkungan baik kelestarian lingkungan alam maupun sosial budaya setempat.

Pariwisata menjadikan ekonomi lokal tidak hanya bergantung pada sektor utama,

seperti sektor pertanian yang sangat berfluktuatif. Berbagai peluang usaha dan

jasa wisata yang biasa dilakukan oleh masyarakat di Desa Wonokitri di luar sektor

pertanian meliputi, persewaan mobil jeep, tukang ojek, makelar atau kibir,

penyedia homestay, penjual bunga, penyedia sewa jaket, pedagang asongan, dan

souvenir atau cindera mata. Hal ini diharapkan dapat memberikan manfaat

langsung bagi masyarakat lokal yaitu terwujudnya kesejahteraan dan peningkatan

pendapatan petani. Secara ringkas skema kerangka pemikiran dari penelitian ini

dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Dampak Aktivitas Pariwisata Taman Nasional

Bromo Tengger Semeru Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi

Masyarakat.

Pengembangan

Ekowisata TNBTS

Pelapisan

Masyarakat Petani Lapisan Atas

Usaha di Bidang Pariwisata:

1. Penyedia Homestay

2. Persewaan Jeep

3. Warung Makan

Petani Lapisan Bawah

Usaha di Bidang Pariwisata:

1. Pedagang Asongan

2. Tukang Ojek/Kibir

3. Penjual Bunga

Kontribusi Terhadap Kehidupan Petani

Kegiatan Usahatani Perubahan Ekonomi Perubahan Sosial

Peningkatan Kesejahteraan Petani

Page 55: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

36

3.2 Batasan Masalah

Untuk memfokuskan ruang lingkup dalam melakukan penelitian ini, maka

diberikan batasan-batasan yaitu:

1. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten

Pasuruan. Khususnya di Dusun Sanggar

2. Responden penelitian adalah petani dan petani yang terlibat dalam aktivitas

pariwisata sebagai pekerjaan sampingan.

3. Penelitian ini dilakasanakan pada tahun 2016 dengan asumsi sudah memenuhi

seasonality wisata peak dan low season. Peak season adalah keadaan ramai

kunjungan wisata, seperti: libur akhir minggu, libur sekolah, hari raya,

sedangkan low season seperti: hari kerja dan ramadhan.

4. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan analisis

pendekatan studi kasus, yaitu penelitian dimana peneliti menggali suatu

fenomena tertentu dalam suatu waktu dan kegiatan, serta mengumpulkan

informasi secara terperinci dan mendalam menggunakan prosedur

pengumpulan data selama periode tertentu.

5. Penelitian ini hanya meneliti jumlah tambahan pendapatan setahun petani

dalam tahun 2016.

3.3 Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya kesalahan dalam penafsiran serta untuk

memperoleh keseragaman dalam mengintrepetasikan pengertian tentang variabel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah atau instansi-

instansi terkait yang berhubungan dengan kepariwisataan untuk merubah atau

menjadikan suatu daerah yang semula kurang efektif dan efisien dalam

kegunaannya dengan jalan memperbaiki sarana dan prasarana fisik pada daerah

yang bersangkutan, serta pemberian program bimbingan dan pembinaan

kepada masyarakat yang terlibat secara langsung dalam memberikan pelayanan

kepada wisatawan.

2. Dampak merupakan pengaruh dari suatu kegiatan terhadap suatu obyek atau

sasaran program. Dalam hal ini yang dimaksud adalah pengaruh

Page 56: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

37

pengembangan ekowisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru terhadap

perubahan sosial dan ekonomi masyarakat di Desa Wonokitri.

3. Ukuran yang biasa digunakan untuk menggolongkan anggota masyarakat ke

dalam suatu lapisan menurut Soekanto (1990) adalah, ukuran kekayaan,

dimana lapisan teratas biasanya yang memiliki kekayaan yang paling banyak,

kekayaan disini bisa berbentuk rumah, kendaraan dan pakaian ukuran ilmu

pengetahuan. Sistem pelapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya

dalam proses pertumbuhan masyarakat itu, meskipun adapula yang sengaja

disusun untuk mengejar tujuan bersama.

4. Ekowisata merupakan usaha dan kegiatan kepariwisataan yaitu dengan

penyelenggaraan perjalanan ke daerah-daerah lingkungan alam, disertai

kesadaran penuh tentang adanya tanggung jawab yang tinggi terhadap

pelestarian lingkungan alam dan peningkatan kesejahteraan penduduk

setempat.

5. Usaha jasa wisata adalah kegiatan usaha atau pekerjaan sampingan yang

dilakukan petani untuk memperoleh tambahan pendapatan di luar kegiatan

usahatani.

6. Perubahan Struktur Masyarakat merupakan berubahnya jalinan unsur-unsur

pokok dalam suatu kelompok manusia yang sedikit banyak mempunyai

kesatuan, tersusun dalam aktivitas kolektif

7. Perubahan Sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan

kebudayaan mencakup semua bagian yaitu kesenian, ilmu pengetahuan,

teknologi, pola-pola perilaku dan interaksi sosial, filsafat bahkan perubahan-

perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasional (Soekanto, 2001).

Antara perubahan sosial dan perubahan budaya sangat sulit untuk menemukan

garis pemisahnya, kedua gejala sosial itu dapat ditemukan hubungan timbal

balik sebagai sebab akibat.

8. Perkembangan pariwisata seringkali mampu mempengaruhi atau mampu

merubah tata kehidupan masyarakat di mana pariwisata tersebut

dikembangkan. Perubahan yang tampak jelas biasanya adalah perubahan pada

struktur ekonomi masyarakat, karena dengan adanya pengembangan pariwisata

ini masyarakat bisa memanfaatkan situasi tersebut untuk mencari rejeki

Page 57: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

38

misalnya saja berjualan makanan dan minuman, cinderamata di lokasi wisata.

Dengan demikian akan terjadi suatu perubahan matapencaharian pada

masyarakat dari tani ke pariwisata.

9. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif,

analasis dalam penelitian ini berdasarkan kepada pendapat Miles dan

hubberman 1992 yang menjelaskan bahwa analisis terdiri dari tiga alur

kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan atau

verifikasi.

Page 58: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penentuan metode penelitian ini diperlukan untuk membatasi teknik dan

prosedur penelitian. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode deskriptif kualitatif, dengan kata lain peneliti menganalisa dan

memaparkan keadaan secara sistematik, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta

yang bersifat subyektif yang diperoleh dari selama melakukan penelitian. Analisis

data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif guna membangun suatu tema utuh

dari berbagai informasi yang utuh, dengan makna informasi yang didapatkan dari

informan bukan dari literatur atau penulis lain. Penelitian kualitatif juga dapat

melalui tahapan proses penelitian yang dapat berkembang sesuai dengan keadaan

di lapangan. Penelitian kualitatif dianalisis menggunakan perspektif teoritis

diawali dengan identifikasi permasalahan, bersifat penafsiran atau interpretasi dari

peneliti, sehingga menghasilkan pandangan menyeluruh berdasarkan kompleksitas

permasalahan penelitian (Bungin, 2001).

Jenis penelitian yang dipakai harus sesuai dengan rumusan masalah untuk

menghindari pembiasan dari penelitian. Karakteristik tersebut bisa digunakan

sebagai acuan dalam melakukan penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa

penelitian kualitatif pada dasarnya adalah memahami dan memaknai apa yang

terjadi pada individu, sebuah masyarakat, atau objek lain. Definisi tersebut

digunakan sebagai landasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif adalah

karena menurut Moleong (1996) penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Sehingga

penelitian kualitatif tepat digunakan dalam penelitian ini.

Penelitian ini menggambarkan keadaan sebenarnya yang terjadi pada

pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang meliputi peluang usaha

dan kerja yang tumbuh karena adanya kegiatan pariwisata, bagaimana masyarakat

memanfaatkan peluang tersebut dan menganalisis faktor yang melatarbelakangi

dan menghambat ketelibatannya dalam kegiatan pariwisata, mengkaji sejauhmana

keterkaitan antara kegiatan pariwisata dengan aktivitas usahatani, serta

Page 59: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

40

menganalisis perubahan struktur masyarakat baik dari segi sosial dan ekonomi

sebagai dampak dari kegiatan pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

baik positif maupun negatif.

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif

dengan menggunakan pendekatan studi kasus, seperti yang diungkapkan Patton

bahwa kedalaman dan suatu metode kualitatif berasal dari sejumlah kecil studi

kasus. Menurut John W. Creswell studi kasus adalah penelitian dimana peneliti

menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam waktu dan kegiatan (program,

even, institusi/kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara terperinci

dan mendalam dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama

periode tertentu.

Tipe studi kasus yang digunakan adalah tipe penelitian yang bersifat

deskriptif. Penelitian deskriptif menggunakan data serta informasi yang

dimaksudkan untuk menggambarkan permasalahan secara sistematis, faktual, dan

aktual yang terjadi di lokasi penelitian. Penelitian deskriptif adalah penelitian

yang menggambarkan tentang situasi atau proses yang diteliti secara mendalam.

Sehingga tipe penelitian deskriptif ini akan dilakukan secara intensif, terperinci

dan mendalam terhadap permasalahan petani dan dampak yang diakibatkan oleh

aktivitas pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dalam memberikan

peluang atau kesempatan kerja bagi petani untuk meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan keluarganya, hal ini dapat membantu peneliti dalam menjabarkan

penelitian yang dilakukan.

Alasan dari pemilihan desain penelitian studi kasus adalah

kondisi/keadaan petani di Desa Wonokitri yang mengalami kendala dalam

melakukan usahatani, akan tetapi setelah adanya pengembangan pariwisata Taman

Nasional Bromo Tengger Semeru memberikan peluang usaha dan kerja untuk

petani sehingga bisa menjadi alternatif/tambahan pendapatan petani di luar sektor

pertanian. Sehingga diperlukan studi kasus terhadap kegiatan/aktivitas petani

apakah pariwisata berdampak pada perubahan sosial ekonomi masyarakat. Dalam

penelitian jenis ini peneliti ingin memahami suatu permasalahan atau situasi

Pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan sangat mendalam dan

dapat mengidentifikasi kasus yang kaya informasi, detail dan secara holistik atau

Page 60: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

41

menyeluruh. Penekanan kedalaman dan kerincian hasil penelitian diperoleh

melalui pengumpulan data dari berbagai sumber informasi, dengan berusaha

mengembangkan konsep dan menghimpun fakta dengan cermat tanpa melakukan

hipotesa, akan tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

4.2 Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) sesuai dengan tujuan

penelitian, yaitu di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan,

Jawa Timur yang merupakan daerah sekitar kawasan lereng pegunungan Bromo

Tengger Semeru. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari tahun 2016

hingga selesai. Penelitian dilakukan di obyek wisata Taman Nasional Bromo

Tengger Semeru dengan pertimbangan bahwa:

1. Lokasi tersebut merupakan obyek wisata handal yang sekaligus primadona

Jawa Timur sehingga dapat mendatangkan wisatawan baik wisatawan

Nusantara (Wisnus) maupun wisatawan Mancanegara (Wisman).

2. Di Lokasi tersebut selain untuk tujuan pariwisata, Taman Nasional Bromo

Tengger Semeru berfungsi pula untuk: Penelitian, Pengembangan Ilmu

Pengetahuan, Pendidikan, Konservasi, dan Pembinaan Cinta Alam.

3. Lokasi menjadi tempat strategis untuk penelitian karena Desa Wonokitri

merupakan desa yang letaknya tertinggi sebelum menuju ke Gunung Bromo

dan posisinya sebagai pintu gerbang memasuki kawasan wisata Taman

Nasional Bromo Tengger Semeru melalui Pasuruan dan Nongkojajar.

4. Penduduk di Desa Wonokitri mayoritas berprofesi sebagai petani, karena

adanya pengembangan ekowisata petani mulai terlibat menjadi pelaku dalam

penyediaan jasa/usaha di daerah pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger

Semeru.

5. Kegiatan pariwisata di Desa Wonokitri juga menjadi tulang punggung ekonomi

di wilayah Bromo Tengger selain bercocok tanam masyarakat banyak yang

memanfaatkan peluang usaha dan kerja di bidang pariwisata, baik usaha

penginapan atau homestay, usaha rumah makan (warung nasi), transportasi

(termasuk didalamnya ojek, penyewaan jeep/hard top), usaha perdagangan

(termasuk didalamnya pedagang asongan, pedagang makanan dan minuman,

Page 61: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

42

penjual cinderamata seperi bunga edelweis), dan jasa (termasuk di dalamnya

jasa pemandu wisata, biro perjalanan, dan penyedia sewa jaket).

6. Perlunya penelitian ini adalah sebagai langkah awal mengetahui dampak

pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru terhadap perubahan

struktur sosial dan ekonomi masyarakat sekitar, serta mengetahui sejauh mana

keterkaitan antara sektor pariwisata dengan usahatani di Desa Wonokitri dalam

upaya memanfaatkan peluang usaha dan kerja yang muncul karena adanya

kegiatan pariwisata di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, sehingga

peneliti merasa perlu untuk mengadakan penelitian di tempat ini guna melihat

dampak yang timbul akibat dari industri pariwisata tersebut dari segi

lingkungan, sosial budaya, juga ekonomi baik positif maupun negatif yang

nantinya peneliti dapat memberikan pandangan terhadap penelitian yang

dihasilkan dan saran bagi pihak terkait.

4.3 Metode Penentuan Informan

Pengambilan informan dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling. Sampling yang purposif adalah sampel yang dipilih dengan

cermat sehingga relevan dengan desain penelitian. Sampling purposive dilakukan

dengan mengambil orang-orang yang benar-benar terpilih oleh peneliti menurut

ciri-ciri spesfifik yang dimiliki oleh sampel itu. Untuk itu sampel yang diambil

dari populasi harus betul-betul representatif/mewakili dan memenuhi persyaratan

sebagai “informan” yang dapat memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian

sebanyak yang dianggap cukup memadai untuk memperoleh data penelitian.

Maksudnya, data dari sampel purposif tersebut dianggap sudah bisa

menggambarkan (menjawab) apa yang menjadi tujuan dan permasalahan

penelitian (Sugiyono, 2008).

Populasi untuk penelitian ini adalah petani hortikultura di Desa

Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Dalam penelitian ini

informan/responden termasuk ke dalam lapisan menengah kebawah dan lapisan

menengah keatas yang diklasifikasikan berdasarkan perspektif masyarakat lokal

seperti luas kepemilikan lahan, tingkat pendidikan, sistem penguasaan lahan,

kepemilikan ternak, dan profesi.

Page 62: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

43

Metode purposive sampling diterapkan pada 30 orang/informan yang terdiri dari

petani dan petani yang terlibat sebagai pelaku usaha/kerja di kawasan wisata

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru baik dari kalangan menengah keatas

maupun menengah kebawah. Alasan dari penentuan informan pada petani ini

karena mewakili tujuan yang akan ditelititi, hal ini juga didasarkan pada

perspektif masyarakat lokal yang menentukan kategori petani berdasarkan lapisan

tertentu.

Peneliti akan membaur bersama masyarakat untuk mencari informan

dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk menggali informasi

mendalam mengenai adanya aktivitas pariwisata terhadap tersedianya peluang

usaha dan kerja yang ada di sekitar kawasan Taman Nasional Bromo Tengger

Semeru di Desa Wonokitri, mencari informasi tentang dampak pariwisata Taman

Nasional Bromo Tengger Semeru terhadap perubahan sosial ekonomi di daerah

tersebut. Disamping itu sebagai informasi pendukung peneliti juga menentukan

informan yang dipilih adalah orang yang mengetahui dan mengerti baik tentang

kebudayaaan dan lingkungannya, seperti aparat desa atau masyarakat lokal.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

dengan kuisioner, wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi kepustakaan.

a. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan pengumpulan data dengan jalan tanya jawab

sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan

penelitian Menurut Sugiono (2011), wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit atau kecil.

Teknik wawancara dilakukan secara mendalam (indepth interview)

yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sesuai kajian penelitian terhadap

informan/responden yang telah dipilih sebelumnya. Wawancara dalam

penelitian ini dituntun dengan kuisioner namun hal-hal yang menarik dapat

Page 63: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

44

dieksplorasi lebih lanjut sehingga diharapkan dapat menggali informasi yang

lengkap dan menyeluruh. Alasan peneliti menggunakan tipe wawancara semi

terstruktur adalah agar tercipta suasana santai dan tidak terlalu kaku antara

peneliti dengan informan saat wawancara berlangsung.

Dalam hal ini wawancara secara mendalam lebih diutamakan

dilakukan untuk mendapatkan keterangan dari informan/responden yang

dianggap mengerti tentang permasalahan yang menyangkut masalah penelitian.

Peneliti tidak perlu hanya terpaku pada skenario atau struktur wawancara,

tetapi lebih mengikuti alur percakapan dengan informan tanpa keluar dari fokus

permasalahan penelitian. Wawancara ini menuntun peneliti untuk memperoleh

informasi melalui informan mengenai kegiatan atau aktivitas pariwisata yang

terjadi di sekitar Desa Wonokitri, dan petani yang terlibat dalam penyedia

jasa/usaha wisata yang berkaitan dengan peran masing-masing pihak.

Peneliti akan mempertahankan kemurnian informasi dengan

menggunakan alat perekam dalam penggalian data. Selain untuk

mempertahankan kemurnian informasi, peneliti akan menggunakan hasil

rekaman wawancara yang sistematis untuk mendengarkan dengan seksama dan

berulang ulang sehingga informasi yang didapat lebih akurat dan peneliti juga

dimudahkan saat pengolahan data. Dalam hal ini informan kunci dan informan

pendukung cukup menentukan keberhasilan peneliti dalam mendapatkan data

dan informasi yang berkaitan dengan topik.

b. Pengamatan Partisipan (Participant Observation)

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti (Usman dan Akbar, 2006). Observasi menjadi salah

satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian,

direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalannya

(realibilitas) dan validitasnya. Dalam menggunakan teknik observasi yang

terpenting adalah mengandalkan pengamatan dan ingatan peneliti.

Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah untuk

mengetahui dampak pariwisata TNBTS terhadap perubahan struktur sosial dan

ekonomi masyarakat di Desa Wonokitri. Adapun observasi pada penelitian ini

dilakukan dengan melihat pada kondisi di sekitar kawasan wisata Taman

Page 64: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

45

Nasional Bromo-Tengger Semeru dan Kondisi usahatani masyarakat.

Pengamatan juga dilakukan untuk melihat kondisi keseluruhan obyek wisata

seperti kegiatan wisata, atraksi, dan keadaan masyarakat sekitar wisata di Desa

Wonokitri khususnya.

Observasi dilakukan secara langsung pada obyek penelitian seperti

daerah kawasan wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, lahan

pertanian masyarakat Desa Wonokitri, dan Pos-pos jasa wisata. Peneliti juga

masuk ke dalam kegiatan/aktivitas masyarakat sekitar seperti kegiatan

usahatani dan usaha jasa wisata. Peneliti juga ikut membantu sedikit saat petani

sedang melakukan kegiatan di tegalnya. Sehingga peneliti berkesempatan

mengamati perilaku masyarakat saat melakukan kegiatan/aktivitas baik di

sektor pertanian maupun sektor pariwisata.

c. Dokumentasi

Ira (2011), studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data

yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen dapat

dibedakan menjadikan dokumen primer (dokumen yang ditulis oleh orang yang

langsung mengalami suatu peristiwa), dan dokumen sekunder (jika peristiwa

dilaporkan kepada orang lain yang selanjutnya ditulis orang) contohnya

biografi. Adapun dokumentasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara

melihat arsip ataupun data di kantor desa maupun kantor kecamatan setempat

yang terkait data profil desa wonokitri dan pengelolaan wisata gunung bromo

baik berupa foto-foto atau arsip-arsip yang lainnya.

Metode pengumpulan data secara dokumenter dilakukan dengan

mengumpulkan dokumen-dokumen serta arsip seperti profil dan sejarah Taman

Nasional Bromo, kegiatan masyarakat setempat, data monografi penduduk,

dokumentasi berupa foto-foto yang bersangkutan dengan kegiatan wisata dan

pertanian, serta data-data yang berhubungan dengan penelitian, data yang telah

tersedia, baik dari arsip, internet, penelitian sebelumnya, dan sumber-sumber

lain yang mendukung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang

mungkin tidak bisa diperoleh melalui wawancara dan sebagai informasi

tambahan yang bermanfaat untuk menambah hasil penelitian.

Page 65: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

46

4.5 Metode Analisis dan Keabsahan Data

4.5.1. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis

untuk mengingatkan tentang instrumen yang akan diteliti. Proses analisis data

dalam penelitian kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul

dari berbagai sumber meliputi: wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan

dalam catatan lapang, gambar atau foto dan sumber pendukung lainnya.

Singkatnya analisa data merupakan suatu kegiatan pengolahan data agar menjadi

lebih sederhana, mudah dipahami dan dapat dipergunakan dalam pemecahan

masalah atau dapat dipergunakan untuk menggambarkan kondisi yang terjadi

secara jelas.

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode interaktif dengan

mengumpulkan data langsung dari petani di Desa Wonokitri dan metode

deskriptif kualitatif yaitu penggambaran fakta-fakta yang diperoleh di lapang

dalam bentuk ungkapan bahasa atau wacana melalui interpretasi yang tepat dan

sistematis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bungin (2003) bahwa metode

interaktif merupakan studi yang mendalam dengan menggunakan teknik

pengumpulan data secara langsung dari orang yang berada dalam lingkungan

alamiahnya. Analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang

pertama, kedua, dan ketiga adalah deskriptif kualitatif. Metode analisis deskriptif

kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis penelitian

yaitu studi kasus.

Analisis deskriptif dengan pendekatan studi kasus dalam penelitian ini

digunakan untuk mendeskripsikan dampak pariwisata TNBTS terhadap perubahan

keadaan sosial ekonomi masyarakat di Desa Wonokitri. Analisis dalam penelitian

ini berdasarkan kepada pendapat Miles dan hubberman 1992 yang menjelaskan

bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan, yaitu:

a. Reduksi data, yaitu proses pemilihan/seleksi, pemusatan

perhatian/pemfokusan, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data-

data “kasar” yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data

dilakukan terus-menerus selama kegiatan penelitian berlangsung. Lebih dari

sekedar itu sebenarnya reduksi data dilakukan sejak sebelum data benar-benar

Page 66: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

47

terkumpul secara lengkap. Data yang berupa catatan lapang dikumpulkan

secara lengkap berupa data informasi perkembangan usahatani dan jasa wisata,

selanjutnya membuat kategori berdasarkan urutan perumusan masalah,

selanjutnya melakukan pengarsipan data yang disesuaikan dengan kegiatan

agar sewaktu-waktu peneliti lebih mudah ketika mencari data/catatan

tambahan, kemudian membuang data-data yang tidak diperlukan dan tidak

sesuai dengan perumusan masalah agar tidak melebar dari topik utama.

b. Penyajian data, yaitu data berupa sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Dengan penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang

sedang terjadi dan harus melakukan apa untuk analisis lebih lanjut suatu

tindakan, yang didasarkan atas pemecahan tersebut. Penyajian data dalam

penelitian ini berupa tabel, gambar, hasil wawancara dan data-data

dokumentasi lain yang mendukung. Dalam bentuk yang sederhana penyajian

data merupakan uraian deskriptif yang merupakan kumpulan dari sejumlah

data yang diperoleh peneliti, dan siap untuk dianalisis serta diinterpretasikan

pada kesimpulan-kesimpulan, sesuai judul penelitian “Dampak Aktivitas

Pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Terhadap Perubahan

Sosial Ekonomi Masyarakat”. Dapat berupa sitasi/penulisan kembali yang

berisi keterangan asli dari informan/responden terkait dalam kegiatan pertanian

maupun penyedia jasa/usaha wisata, dan skema yang menjelaskan hubungan

usahatani dan jasa wisata.

c. Menarik kesimpulan atau verifikasi, yaitu kegiatan menyimpulkan makna-

makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya,

dan kecocokannya. Kemudian data yang telah disimpulkan harus diverifikasi,

maksudnya dicari data untuk menguji keabsahan atau validitas baru.

Ketuntasan dalam jawaban terhadap perumusan masalah, dapat diketahui

jika petani memanfaatkan peluang usaha dan kerja akibat adanya aktivitas

pariwisata, terdapat perubahan pada kehidupan sosial ekonomi petani setelah

terlibat dalam jasa wisata, juga kecenderungan pada lapisan tertentu terhadap

profesi yang ditekuni pada masing-masing lapisan, yang terakhir adalah

Page 67: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

48

ditemukannya kecenderungan pada lapisan masyarakat tertentu yang memiliki

hubungan antara kegiatan/aktivitas jasa wisata dan pengelolaan usahatani.

Tiga komponen tersebut aktifitasnya berbentuk interaksi dengan proses

pengumpulan data berbentuk siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak

diantara ketiga komponen pengumpulan data selama proses pengumpulan data

berlangsung. Sesudah pengumpulan data kemudian bergerak diantara data

reduksi, sajian data dan penarikan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya, proses

analisis model interaktif dapat dilihat pada bagan dibawah ini

Gambar 3. Model Analisis Data Kualitatif (Miles danHuberman, 1992)

4.5.2. Keabsahan Data

Stake (1995) menyatakan bahwa suatu studi kasus memerlukan verifikasi

yang ekstensif melalui triangulasi dan member check. Stake menyarankan

triangulasi informasi yaitu mencari pemusatan informasi yang berhubungan secara

langsung pada “kondisi data” dalam mengembangkan suatu studi kasus.

Triangulasi membantu peneliti untuk memeriksa keabsahan data melalui

pengecekan dan pembandingan terhadap data. Untuk member check, Stake

merekomendasikan peneliti untuk melakukan pengecekan kepada anggota yang

terlibat dalam penelitian studi kasus ini dan mewakili rekan-rekan mereka untuk

memberikan reaksi dari dari segi pandangan dan situasi mereka sendiri terhadap

data yang telah diorganisasikan oleh peneliti. Hal ini dapat dicapai dengan:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

Pengumpulan Data

Reduksi Data Penarikan

Kesimpulan atau

Verifikasi

Penyajian Data

Page 68: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

49

d. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan

pandangan orang.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Page 69: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

5.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif

Desa Wonokitri merupakan salah satu diantara delapan desa yang berada

di bawah pemerintahan Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Desa lain yang

termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Tosari antara lain Desa

Kandangan, Mororejo, Ngadiwono, Podokoyo, Tosari, Baledono dan Sedaeng.

Desa Wonokitri merupakan desa yang letaknya tertinggi sebelum menuju ke

Gunung Bromo dengan ketinggian 2.900 mdpl dan posisi sebagai pintu gerbang

memasuki kawasan wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS)

melalui Pasuruan dan Nongkojajar, oleh karena itu Desa Wonokitri termasuk

wilayah “Lereng Atas”. Wilayah Tengger merupakan salah satu dari kompleks

pegunungan, yang terdiri dari 120 Gunung dan membentuk tulang punggung

Timur-Barat Pulau Jawa. Wilayah Pegunungan Tengger ini dibagi ke dalam empat

wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo,

Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang (Yuliati, 2011). Jarak dari Ibu Kota

Provinsi Jawa Timur sekitar 126 km dengan aksesibilitas jalannya cukup mudah

dilalui sehingga mempengaruhi kosmopolitan penduduknya. Kondisi suhu yang

ada di Desa Wonokitri sangat dingin berkisar 8oc

- 20

oc serta curah hujan rata-

ratanya berkisar 2.200 mm, sehingga kondisi geografis ini sangat cocok untuk

budidaya tanaman hortikultura.

Luas keseluruhan wilayah Desa Wonokitri adalah 1.120,295 Ha (Kantor

Desa Wonokitri, 2014). Batas-batas administratif wilayah Desa Wonokitri, antara

lain:

1. Sebelah Utara : Desa Sedaeng, Kecamatan Tosari

2. Sebelah Selatan : Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

3. Sebelah Barat : Desa Tosari, Kecamatan Tosari; dan

4. Sebelah Timur : Desa Keduwung, Kecamatan Puspo

Page 70: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

51

Lokasi daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar ini diambil

menggunakan aplikasi Google Earth pada tanggal 4 September 2014 dengan jarak

pandang sekitar 11.408 ke bumi.

Gambar 4. Lokasi Penelitian di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten

Pasuruan, Jawa Timur

Sumber : Google Earth, 2014

Desa Wonokitri berdasarkan status administrasinya dibagi menjadi dua

dusun, yaitu Dusun Wonokitri dan Dusun Sanggar yang terdiri dari 26 Rukun

Tetangga (RT) dan 5 Rukun Warga (RW). Pada Dusun Wonokitri terbagi menjadi

3 RW dan pada Dusun Sanggar terdapat 2 RW.

5.1.2 Kondisi Topografi

Desa Wonokitri berada di pegunungan Tengger dengan topografi bentang

alam datar sampai berombak (20%), berombak sampai berbukit (40%) dan

berbukit hingga bergunung (40%) dengan ketinggian antara 1700-2900 mdpl.

Desa Wonokitri memiliki wilayah yang sebagian besar berupa lereng dengan

kemiringan yang curam berkisar antara 45o hingga hampir mencapai 90

o (>50%)

(Kantor Desa Wonokitri, 2014). Wilayah Desa Wonokitri yang sebagian besar

memiliki kemiringan yang curam ini menyebabkan Desa Wonokitri rawan akan

bencana tanah longsor. Kondisi topografi tersebut akan mempengaruhi terhadap

suhu, kelembaban, cahaya, serta kondisi tanah di suatu daerah. Selain itu,

topografi juga dapat mempengaruhi terhadap penyebaran makhluk hidup.

Page 71: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

52

Penggunaan lahan yang dilakukan di Desa Wonokitri berupa tegal/ladang. Ladang

atau tegal merupakan tanah yang menjadi sumber mata pencaharian utama yang

dibuat dalam bentuk terasering atau “pemetakan”. Sedangkan lahan yang

topografinya agak datar cukup dibuat petak-petakan yang terdiri dari guludan,

kalen, dan gelengan yang berfungsi sebagai pembatas antara petak satu dengan

yang lainnya dan berfungsi sebagai penahan air, longsoran dan jalan setapak.

5.1.3 Kondisi Hidrologi

Kondisi hidrologi atau pengairan di Desa Wonokitri berupa sumber mata

air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air penduduk. Kebutuhan air di

Desa Wonokitri baik untuk air irigasi ladang/ tegalan dan kebutuhan penduduk

sehari-hari berasal dari sumber mata air, yaitu sumber mata air Tangor,

Gelangsari, Ngerong, Krecek, Muntur serta Blok Dengklik. Sistem distribusi air

dari sumber mata air ke rumah-rumah penduduk menggunakan sistem perpipaan

atau paralon. Di Desa Wonokitri terdapat beberapa sungai yaitu Jurang Sari,

Banyu Gede, Curing, serta Kucur, namun karena sungai-sungai yang ada tersebut

umumnya kering/tidak ada airnya, sehingga tidak dapat digunakan untuk mengairi

ladang/tegalan milik warga. Beberapa sungai tersebut hanya berfungsi sebagai

saluran pembuangan air dari rumah tangga.

5.2 Keadaan Penduduk Daerah Penelitian

5.2.1 Keadaan Penduduk Desa Wonokitri Berdasarkan Jenis Kelamin

Kombinasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yang ada di Desa

Wonokitri sebanyak 3031 jiwa. Perbedaan jumlah antara kaum laki-laki dan

perempuan nantinya menjadi pembagi dalam suatu pekerjaan, dimana apabila

kaum perempuan lebih banyak daripada laki-laki maka tidak heran apabila

pekerjaan yang seharusnya dikerjakan penuh oleh kaum laki-laki, bisa juga

dikerjakan oleh kaum perempuan.

Penyebaran jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel

1, sebagai berikut.

Page 72: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

53

Tabel 1. Keadaan Penduduk Desa Wonokitri Berdasarkan Jenis Kelamin, tahun

2014

No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. Laki-laki 1497 49,39

2. Perempuan 1534 50,61

Jumlah 3031 100,00

Sumber : Kantor Desa Wonokitri, 2014

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk berjenis

kelamin perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk berjenis kelamin

laki-laki. Selisih jumlah penduduk perempuan dan laki-laki sebanyak 37 jiwa atau

1,23 persen. Hal ini pada kenyataannya memang sangat berpengaruh terhadap

usahatani yang ada di Desa Wonokitri, hampir semua kaum perempuan

menghabiskan waktunya untuk bekerja sebagai petani di lahan. Berbeda dengan

kaum laki-laki yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk pekerjaan

sampingannya selain menjadi petani seperti menjadi tukang, pencari rumput atau

pakan ternak, penebang pohon dan terlibat dalam jasa wisata lainnya. Namun pada

umumnya dalam mengelolah pembiayaan usahataninya, kaum laki-laki masih

memegang peranan utama karena dalam pengambilan keputusan kaum laki-laki

dinilai lebih berani dan tepat.

5.2.2 Keadaan Penduduk Desa Wonokitri Berdasarkan Kelompok Umur

Kondisi penduduk berdasarkan kelompok umur merupakan salah satu

persentase penyebaran penduduk dan tingkat kepadatannya yang ada di Desa

Wonokitri. Keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur yang ada di Desa

Wonokitri dapat dilihat pada Tabel 2, sebagai berikut :

Tabel 2. Keadaan Penduduk Desa Wonokitri Berdasarkan Kelompok Umur, tahun

2014

No. Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. 0 - 5 80 2,64

2. 6 – 8 279 9,20

3. 9 – 14 963 31,78

4. 15 – 60 1.208 39,86

5. 61 keatas 501 16,52

Jumlah 3031 100,00

Sumber : Kantor Desa Wonokitri, 2014

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Wonokitri

paling banyak yang interval berumur 15-60 tahun sebanyak 39,86 persen atau

Page 73: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

54

1.208 jiwa. Persentase tertinggi ini sudah bisa dikatakan masyarakat di Desa

Wonokitri sebagian besar sudah siap bekerja menjadi petani yang memang

menjadi pekerjaan utamanya, baik laki-laki atau perempuan dan termasuk ke

dalam kategori umur produktif. Hal ini dikarenakan rata-rata hasil survei, umur 15

tahun atau tamat SMP/Sederajat masyarakat memilih tidak melanjutkan ke

SMA/Sederajat dan lebih memilih untuk bekerja di ladang/tegal.

5.2.3 Keadaan Penduduk Desa Wonokitri Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan

pembangunan di suatu wilayah yang akan sangat mempengaruhi perkembangan

kuantitas dan kualitas penduduknya, karena dalam sautu pembangunan itu

diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dalam segala hal. Dari

sini dapat dilihat betapa pentingnya pendidikan, tetapi tidak semua manusia dapat

mengenyam pendidikan, hal ini dikarenakan rendahnya kemampuan ekonomi

masyarakat. Masyarakat yang ekonominya tidak mampu maka sulit untuk

mendapatkan pendidikan. Selain itu, fasilitas sarana prasarana sekolah yang ada di

Desa Wonokitri hanya sampai tingkat SMP, sehingga butuh biaya transportasi

nantinya jika sekolah SMA ke Tosari. Parameter penduduk yang memiliki tingkat

pendidikan tinggi akan lebih kreatif dan mudah mengadopsi inovasi yang ada

demi pengembangan ilmu pengetahuan dan rasa ingin terus lebih maju. Keadaan

penduduk Desa Wonokitri berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada

Tabel 3, sebagai berikut :

Tabel 3. Keadaan Penduduk Desa Wonokitri Berdasarkan Tingkat Pendidikan,

tahun 2014

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. Tamat SD 325 28,95

2. Tamat SMP/ Sederajat 702 62,51

3. Tamat SMA/ Sederajat 89 7,92

4. Perguruan Tinggi 7 0,62

Jumlah 1.123 100,00

Sumber : Kantor Desa Wonokitri, 2014

Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa sebanyak 1123 jiwa telah

menempuh pendidikan secara formal. Tingkat pendidikan para penduduk Desa

Wonokitri paling banyak ditempuh adalah pendidikan SMP/ Sederajat yaitu

sebanyak 62,51 persen atau 702 jiwa. Sedangkan penduduk yang memiliki

Page 74: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

55

pendidikan sampai ke perguruan tinggi hanya 0,62 persen atau 7 jiwa. Jadi bisa

disimpulkan masyarakat di Desa Wonokitri sebagian besar hanya menempuh

jenjang pendidikan hingga SMP. Hal ini dikarenakan fasilitas sarana dan

prasarana sekolah yang ada hanya sampai tingkat SMP/ Sederajat dan jika

meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMA/ Sederajat harus ke

Kecamatan Tosari yang jaraknya ± 3 km dari Desa Wonokitri. Selain itu

kebanyakan penduduk Desa Wonokitri lebih memilih untuk bekerja sebagai petani

secara turun-temurun, dan terlibat aktif dalam penyedia jasa/usaha wisata seperti

menjadi tukang ojek, supir jeep, penjual bunga, maupun berdagang di sekitar

pananjakan Bromo.

5.2.4 Keadaan Penduduk Desa Wonokitri Berdasarkan Mata Pencaharian

Penduduk Desa Wonokitri bekerja di berbagai sektor guna memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat

dilihat pada Tabel 4, sebagai berikut :

Tabel 4. Keadaan Penduduk Desa Wonokitri Berdasarkan Mata Pencaharian,

tahun 2014

No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. Petani Pemilik 647 63,99

2. Petani Penggarap 150 14,84

3. Buruh Tani 155 15,34

4. PNS/ABRI 2 0,19

5. Pedagang/Perancangan/Toko/Warung 25 2,48

6. Usaha Jasa 2 0,19

7. Tukang Batu/Kayu 30 2,97

Jumlah 1011 100,00

Sumber : Kantor Desa Wonokitri, 2014

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa 63,99 persen atau sebanyak

647 jiwa penduduk Desa Wonokitri bekerja pada sektor pertanian yaitu sebagai

petani pemilik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian dalam

sektor pertanian masih memegang peranan utama bagi masyarakat di Desa

Wonokitri dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

5.2.5. Keadaan Penduduk berdasarkan Keyakinan Agama

Terkait dengan agama yang dianut oleh masyarakat Tengger Desa

Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, mayoritas beragama Hindu.

Agama Hindu yang diyakini oleh masyarakat Desa Wonokitri adalah Hindu

Page 75: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

56

Tengger. Dari keseluruhan penduduk Desa Wonokitri, 98% beragama Hindu dan

sisanya adalah beragama Islam. Dapat dikatakan hampir keseluruhan penduduk

Desa Wonokitri beragama Hindu Tengger. Agama Hindu Tengger sangat kuat,

dikarenakan peninggalan-peninggalan leluhur dan kawasan kramat yang diyakini

oleh masyarakat Tengger suatu amanah yang tidak bisa ditinggalkan. Keyakinan

terhadap agama Hindu Tengger mengantarkan kondisi masyarakat Tengger di

Desa Wonokitri sebagai makhluk yang taat pada agama dan egaliter/bersifat sama

sampai saat ini.

5.3 Pembahasan Penelitian

5.3.1 Karakteristik Responden

Petani di desa Wonokitri baik yang terlibat maupun yang tidak terlibat

dalam aktivitas pariwisata sebagai penyedia jasa/usaha memiliki karakteristik

tertentu yang melekat pada dirinya dan keluarganya. Adapun karakteristik yang

akan diuraikan di bawah ini adalah umur petani, tingkat pendidikan, luas lahan

garapan, dan memiliki hubungan atau tidak dengan biro wisata. Masing-masing

karakteristik tersebut akan diuraikan di bawah ini.

5.3.1.1 Petani Sampel Menurut Golongan Umur

Sebaran petani sampel menurut golongan umur baik pada petani yang

terlibat dalam aktivitas jasa wisata dan yang tidak dapat diikuti pada tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Petani Sampel Menurut Golongan Umur di Desa Wonokitri, 2016

Golongan Umur Petani (tahun) Jumlah(org) Persentase(%)

≤ 30 6 20,00

31-40 11 36,67

41-50 9 30,00

≥ 51 4 13,33

Jumlah 30 100,00

Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar 36,7 % petani sampel

termasuk pada golongan umur 31-40 tahun, kemudian diikuti oleh petani yang

termasuk pada golongan umur 41-50 tahun, yaitu sebesar 30 %. Petani sampel

terkecil adalah yang tergolong pada umur ≥51 tahun, yaitu sebesar 13,3 % persen.

Page 76: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

57

5.3.1.2 Petani Sampel Menurut Tingkat Pendidikan

Pada karakteristik petani menurut tingkat pendidikan dapat diikuti pada

tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6. Jumlah Petani Sampel Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Wonokitri,

2016

Tingkat Pendidikan

formal Petani

Jumlah(org) Persentase(%)

SD 20 66,67

SMP 5 16,67

SMA 4 13,33

>SMA 1 3,33

Jumlah 30 100,00

Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa petani sampel dengan tingkat

pendidikan formal SD memliki jumlah tertinggi sebanyak 20 orang dengan

persentase sebesar 66,7 persen dari total 30 orang petani sampel. Sedangkan

jumlah terendah terdapat pada petani sampel dengan tingkat pendidikan diatas

SMA sebanyak 1 orang dengan persentase sebesar 3,33 persen dari total 30 orang

petani sampel.

5.3.1.3 Petani Sampel Menurut Luas Lahan Garapan

Sebaran petani sampel menurut golongan luas lahan garapan petani

sampel yang terlibat dalam aktivitas jasa wisata dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Petani Sampel Menurut Golongan Luas Lahan Garapan di Desa

Wonokitri, 2016

Golongan Luas Lahan

Garapan (ha)

Jumlah(org) Persentase(%)

˂1,00 11 36,67

1,00-2,00 9 30,00

˃2,00 10 33,33

Jumlah 30 100,00

Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa petani sampel dengan golongan luas

lahan garapan sebesar kurang dari 1,00 Ha memiliki jumlah tertinggi sebesar 11

orang dengan persentase sebesar 36,7 persen dari total 30 orang petani sampel.

Sedangkan jumlah terendah terdapat pada petani sampel dengan golongan luas

Page 77: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

58

lahan garapan seluas diatas 2 Ha sejumlah 10 orang dengan persentase sebesar

33,33 persen dari total 30 orang petani sampel.

5.3.1.4 Petani Sampel Menurut Pemilikan Hubungan Dengan Biro Wisata

Pada karakteristik petani yang memiliki hubungan atau tidak dengan biro

wisata oleh petani sampel dapat diikuti pada tabel 8 dibawah ini.

Tabel 8. Jumlah Petani Sampel Menurut Memiliki Hubungan atau tidak dengan

Biro Wisata di Desa Wonokitri, 2016

Pemilikan Hubungan

dengan Biro Wisata

Jumlah(org) Persentase(%)

Punya 9 30,00

Tidak Punya 21 70,00

Jumlah 30 100,00

Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Pada tabel 8 dapat diketahui bahwa petani sampel yang tidak memiliki

pemilikan dengan biro wisata memiliki jumlah tertinggi sebesar 21 orang dengan

persentase sebesar 70 persen dari total 30 orang petani sampel. Sedangkan jumlah

terendah terdapat pada petani sampel yang mempunyai pemilikan dengan biro

wisata yang berjumlah 9 orang dengan persentase sebesar 30 persen dari total 30

orang petani sampel.

5.3.1.5 Profil Responden dan Indikator Lapisan Masyarakat Desa Wonokitri

Soekanto (1990) menjelaskan bahwa stratifikasi sosial merupakan

pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang

berbeda-beda secara vertikal. Stratifikasi sosial merupakan pembedaan anggota

masyarakat berdasarkan status yang dimilikinya. Ukuran yang biasa digunakan

untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah, ukuran

kekayaan, dimana lapisan teratas biasanya yang memiliki kekayaan yang paling

banyak, kekayaan disini bisa berbentuk rumah, kendaraan dan pakaian, ukuran

kekuasaan, lapisan teratas adalah yang paling memiliki kekuasaan atau wewenang

terbesar, ukuran kehormatan, dimana orang-orang yang paling dihormati dan

disegani berada di lapisan teratas, dan ukuran ilmu pengetahuan, dipakai oleh

masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Sistem pelapisan masyarakat

dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu,

meskipun adapula yang sengaja disusun untuk mengejar tujuan bersama. Hal-hal

yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat menurut Soekanto

Page 78: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

59

(1990) adalah kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan kerabat

seorang kepala masyarakat dan harta dalam batas-batas tertentu.

Hasil dari pengamatan dan wawancara di lapang dengan informan untuk

pelapisan petani berdasarkan perspektif masyarakat lokal, setidaknya telah

diketahui ciri yang identik pada masing-masing lapisan jika dilihat dari sudut

pandang pekerjaan sampingan atau usaha di bidang wisata, dan kepemilikan luas

lahan petani/kekayaan yang dimiliki (tabel 9).

Tabel 9. Profil Responden berdasarkan Lapisan Masyarakat Desa Wonokitri

No Nama Pekerjaan Luas Lahan

(Ha)

Utama Sampingan

Petani Lapisan Menengah Keatas

1 Suwoko Petani Homestay+ Pemilik Jeep 3.00

2 Supayadi Petani+Dukun adat Sewa Jeep 3.00

3 Syukur Petani Supir Jeep+Pemilik 2.50

4 Sunoto Petani Supir Jeep+Pemilik 2.00

5 Suryadi Petani Homestay+Sewa jeep+Warung 8.00

6 Suerno Petani Homestay +Sewa Jeep 4.00

7 Ponadi Petani Homestay 2.00

8 Ogak Petani Ojek+Kibir 2.00

9 Sadiun Petani - 1.75

10 Pujiono Petani - 2.50

11 Mistono Petani - 5.00

12 Seneli Petani - 3.00

13 Suryadi Petani - 2.25

14 Hadi Petani Sekertaris Desa 1.5

15 Suyaman Petani Warung+Jual Bunga+Sewa Jaket 2

Petani Lapisan Menengah Kebawah

16 Junaidi Petani Supir Jeep 1.00

17 Sugiandro Petani Supir Jeep+Pemilik 1.00

18 Sumarno PNS Homestay+Persewaan Jeep 0.50

19 Ito Petani Ojek+Jual Souvenir 0.50

20 Sugiono Petani Ojek+Jual Souvenir 0.25

21 Mariyono Petani Pedagang Asongan 1.00

22 Irmawati Petani Pedagang Asongan 1.00

23 Margono Petani Pedagang Asongan 0.25

24 Mawanto Petani Jual bunga+Kibir+Sewa Jaket 0.25

25 Siadi Petani Jual bunga+Kibir+Sewa Jaket 0.25

26 Ian Petani Jual bunga+Kibir+Sewa Jaket 0..25

27 Piyati Petani Warung Makan 0.25

28 Siamat Petani Warung Makan 0.50

29 Sugiyono Petani Ojek+Jual Bunga+Jual Souvenir 0.25

30 Brahma Petani Supir Jeep+Ojek 0.50

Sumber Data Primer 2016

Dari data diatas, menunjukkan bahwa petani yang berada pada lapisan

bawah memiliki luas lahan tidak lebih dari 1,50 Hektar. Untuk lapisan atas petani

memiliki luas lahan diatas 1,50 Hektar, adapun yang memiliki luas lahan terbesar

Page 79: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

60

yaitu 8,0 Ha dan yang terkecil adalah 0,25 Ha. Data tersebut tentunya bukan atas

dasar pengukuran dan pengamatan langsung di lapang, akan tetapi atas keterangan

langsung yang disampaikan oleh informan berdasarkan perspektif masyarakat

setempat. Selain luas lahan kriteria yang membedakan masing-masing lapisan

masyarakat yaitu Masyarakat Lapisan Menengah Keatas memiliki ciri-ciri seperti

kepemilkan lahan lebih dari 1,5 Ha, tingkat pendidikan tinggi (mampu

menyekolahkan anak hingga jenjang SMA/Kuliah, memiliki aset modal untuk

usahatani, memiliki ternak lebih dari 5 ekor, dan multiprofesi, sedangkan

Masyarakat Lapisan Menengah Kebawah yaitu kepemilikan lahan sempit atau

kurang dari 1,5 Ha, tingkat pendidikan rendah, aset modal usahatani terbatas,

kepemilikan ternak kurang dari 5 ekor, dan profesinya terbatas karena

keterbatasan modal atau aset untuk melakukan usaha atau kerja.

Selain luas lahan, karakteristik yang membedakan masing-masing lapisan

masyarakat yaitu pekerjaan sampingan yang ditekuni. Dari data tersebut

menunjukkan, bahwa pada lapisan menengah keatas cenderung dari petani yang

memiliki pekerjaan sampingan sebagai penyedia/pemilik Jeep dan home stay,

untuk lapisan menengah kebawah kebanyakan dari petani memiliki usaha warung

sebagai usaha sampingan, dan petani yang pada lapisan bawah kebanyakan

memiliki profesi sampingan sebagai jasa ojek, kibir, jual bunga dan pedagang

asongan. Penentuan lapisan masyarakat yang tergolong lapisan atas dan bawah,

tentunya berangkat dari perspektif masyarat lokal Desa Wonokitri, Kecamatan

Tosari, Kabupaten Pasuruan terhadap aset-aset yang dimiliki warga disekitarnya

berdasarkan indikator-indikator menurut masyarakat Desa Wonokitri. Indikator

tersebut muncul, karena atas dasar kesamaan informan dalam menjelaskan ukuran

dan parameter masyarakat yang tergolong mampu/cukup dan biasa/kurang

mampu.

5.3.2 Bentuk Pemanfaatan Peluang Usaha dan Kerja

Peluang usaha dan kerja yang tumbuh sebagai dampak adanya

pengembangan pariwisata di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru bila dilihat

berdasarkan jenis kegiatan, yaitu terdiri dari kegiatan usaha homestay, pedagang

asongan, warung makan, transportasi dan jasa. Dari 30 Responden yang

Page 80: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

61

diwawancarai beberapa petani yang terlibat dalam penyedia jasa/usaha wisata

terdapat 25 responden, 5 responden merupakan petani murni yang tidak terlibat

dalam kegiatan/aktivitas wisata TNBTS. Dari 30 Responden yang diwawancarai

terdapat 42 persen responden yang termasuk ke dalam sektor jasa, 22 persen

termasuk ke dalam sektor pedagang, 13 persen termasuk ke dalam sektor

transportasi, 13 persen termasuk ke dalam sektor homestay dan 10 persen yang

termasuk dalam sektor warung makan. Persentase responden yang berusaha dan

bekerja di sektor pariwisata menurut jenis kegiatan di kawasan Taman Nasional

Bromo Tengger Semeru ditunjukkan pada gambar 5.

Gambar 5. Persentase Responden yang Berusaha dan Bekerja di Sektor Pariwisata

Menurut Jenis Kegiatan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Tahun 2016.

Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan beberapa peluang usaha dan

kerja di luar sektor pertanian yang tersedia dan dimanfaatkan oleh petani akibat

dampak dari kegiatan/aktivitas pariwisata di Taman Nasional Bromo Tengger

Semeru, diantaranya adalah:

1. Sektor jasa

Sektor Jasa dan pedagang merupakan sektor yang cukup dominan

dalam memanfaatkan peluang usaha dan kerja pariwisata di Taman Nasional

Bromo Tengger Semeru. Peningkatan pertumbuhan usaha yang paling terlihat

drastis adalah pada usaha jasa persewaaan kendaraan jeep. Salah satu yang

menjadi daya tarik kawasa wisata TNBTS adalah ekosistem lautan pasir atau

sering disebut „pasir berbisik‟. Lautan pasir menjadi medan yang harus dilalui

oleh pengunjung menuju Gunung Bromo, oleh karena itu perlu sarana

transportasi yang menunjang dan memudahkan pengunjung untuk melalui

medan lautan pasir tersebut.

Pada tahun 2005 pengunjung mulai ramai dan menggunakan jasa mobil

jeep sebagai alat transportasi menuju kawasan wisata TNBTS. Hingga saat ini

sering terjadi kemacetan saat musim liburan, terutama di simpangan dingklik.

Jasa

42% Pedagang

22% Transport

13%

Homestay

13% Warung

Makan

10%

Page 81: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

62

Paguyuban Jeep telah berdiri lama di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari,

Kabupaten Pasuruan bertujuan untuk memberikan fasilitas sarana transportasi

bagi para pengunjung melintasi beberapa objek wisata yang menarik untuk

dikunjungi. Melewati medan lautan pasir menggunakan sarana transportasi

Jeep menjadi kepuasan tersendiri bagi wisatawan pengguna Jeep, yang banyak

diminati oleh pengunjung sehingga pelaku jasa Persewaan Jeep menjadi

sasaran utama bagi pengunjung untuk menggunakan jasanya. Pelaku jasa ini

tidak pernah sepi pelanggan, terlebih lagi pada hari libur/hari besar yang

menghabiskan persediaan armada Jeep di hari itu, sehingga paguyuban jasa

Jeep semakin berkembang seiring dengan pertumbuhan jumlah

pengunjung/wisatawan di kawasan wisata Taman Nasional Bromo Tengger

Semeru.

Fenomena penduduk lokal Desa Wonkitri yang mengikuti

perkembangan Pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

mempengaruhi keadaan psikologis petani, beberapa orang yang termasuk

dalam petani lapisan menengah ke bawah mulai “ikut-ikutan” membeli mobil

jeep padahal petani tidak memiliki cukup uang untuk membelinya dan terlibat

hutang dengan pihak bank yang membelitnya dengan bunga yang cukup tinggi.

Hal ini disampaikan oleh salah satu informan yang merupakan Sekertaris Desa

Wonokitri, kutipannya sebagai berikut:

“Penyempitan lahan yang terjadi setiap tahun yang diakibatkan

oleh pembagian lahan warisan yang semakin sedikit, sehingga

dengan lahan yang sempit dan biaya usahatani yang semakin mahal,

maka banyak petani yang memiliki lahan sempit beralih untuk

membeli mobil jeep untuk membiayai kehidupan keluarganya,

karena dengan memiliki mobil jeep maka mereka dapat terlibat

dalam penyedia jasa wisata dan memperoleh upah tiap hari,

dibandingkan dengan melakukan usahatani yang pendapatannnya

diperoleh setelah 1 kali musim tanam yaitu selama 4 bulan pada

saat panen kentang. Hal demikian menyusahkan pihak perangkat

desa seperti saya dalam membagikan bantuan dari pemerintah,

karena menurut data mereka termasuk dalam golongan kurang

mampu tetapi pada saat di survey mereka memiliki mobil jeep

sehingga termasuk ke dalam golongan mampu dan tidak

memperoleh bantuan padahal mereka terlibat hutang.” (Hadi, 26

tahun).

Kunjungan wisatawan yang meningkat membuat masyarakat setempat

berinisiatif untuk membeli kendaraan berjenis jeep ini. Pada era milenia saat ini

banyak wisatawan baik wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara

mengabadikan momen wisata dengan penggunaan gadget, hal ini berimplikasi

pada keinginan wisatawan untuk menyewa jasa jeep selain sebagai alat

transportasi juga sebagai alat pendukung atau properti untuk mengabadikan

Page 82: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

63

momen dalam bentuk foto yang nantinya akan disimpan atau dibagikan dalam

media sosial. Hal ini juga dimanfaatkan sebagai pengusaha jeep dalam

mempromosikan jasa persewaan jeepnya. Tarif penyewaan jeep satu kali jalan

ke pananjakan seharga Rp. 600.000. Selain persewaan jeep beberapa

masyarakat dengan keterbatasan modal juga menyediakan sewa alat untuk

tahan cuaca dingin, seperti sewa jaket, topi, dan syal.

2. Pedagang

Selain usaha jasa penyewaan jeep, usaha yang tumbuh di kawasan

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah pedagang asongan dan penjual

bunga. Pedagang asongan umumnya menjual berbagai macam makanan dan

minuman hangat seperti kopi, teh, rokok, air mineral, mi instan, bakso dan

aneka jajanan ringan lainnya. Kebanyakan pedagang tersebut berjualan di

daerah Pananjakan, Simpangan Dingklik, kawasan ekosistem pasir Pura Punten

yang berhadapan dengan Gunung Batok, Kawah Bromo dan titik terminal jeep

Wonokitri yang merupakan lokasi strategis dan mudah dijangkau oleh para

wisatawan. Pada low season atau hari-hari biasa yaitu senin sampai jumat

hanya ada 1 hingga 2 pedagang yang berjualan di kawasan pasir gunung

bromo, sedangkan pada peak season yaitu pada hari libur seperti hari raya atau

pada hari sabtu dan minggu merupakan hari yang ramai pengunjung sehingga

cukup banyak pedagang asongan yang berkeliling menjual dagangannya.

Banyaknya wisatawan yang berkunjung kerap menginginkan oleh-oleh

untuk dibawa pulang, sehingga banyak pedagang yang menjual souvenir

seperti bunga edelweis yang merupakan bunga sepanjang masa dan banyak

sekali diminati oleh wisatawan. Sebelumnya petani mendapatkan bunga dari

kawasan hutan lindung, seiring dengan semakin langkanya tanaman ini

sehingga petani tidak boleh lagi mengambil bunga dari kawasan hutan lindung,

pihak pengelola TNBTS telah menyediakan lahan khusus untuk budidaya

edelweis. Hal ini seperti yang dituturkan oleh responden saat kegiatan

wawancara:

“Penjualan bunga langka atau edelweis sudah menjadi perhatian

oleh kapolsek setempat, beberapa teman saya kemarin telah

ditangkap oleh polisi karena penjualan edelweis hasil dari hutan,

kemudian petugas kapolsek mengontrakan lahan khusus untuk

membudidayakan bunga edelweis, hal ini juga mulai dipromosikan

Page 83: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

64

lewat internet, sekarang penduduk tidak boleh mencari di hutan

untuk dijual bebas, harus membudidayakannya dulu kemudian di

jual karena bunga edelweis merupakan komoditas langka dan

dilindungi.” (Gono, 32 tahun).

Terdapat 3 jenis bunga edelweis yang dibudidayakan, yaitu edelweis

putih yang harganya lebih mahal dengan harga yang ditawarkan yaitu Rp.

25.000, edelweis merah yang harganya lebih murah, dan edelweis kuning yang

baunya harum. Harga bunga edelweis yang berwarna putih lebih mahal karena

tahan lama atau abadi sedangkan yang bewarna merah atau ungu tidak tahan

lama, warnanya menjadi coklat dan mudah rontok dan dijual dengan harga

Rp.15.000 dengan diukir sedemikian rupa menjad bentuk-bentuk yang unik

sehingga dapat menarik perhatian wisatawan untuk membeli.

3. Homestay

Penginapan juga merupakan sektor yang cukup dominan dalam

memanfaatkan peluang usaha dan kerja pariwisata di Taman Nasional Bromo

Tengger Semeru, hanya saja responden yang ada pada penelitian ini hanya

mewakili sebagian kecil dari pemilik usaha homestay. Kecamatan Tosari

mencatat bahwa semenjak tahun 2005 hingga kini, pertumbuhan penginapan

meningkat setiap tahunnya, hal ini di dorong oleh program-program

pengembangan wisata Bromo, seperti promosi lewat media massa maupun

media sosial dan penyediaan paket wisata. Tarif yang dikeluarkan oleh pemilik

homestay bergantung pada fasilitas yang disediakan. Berdasarkan penuturan

responden yang saya teliti berikut tarif yang diberikan beliau:

“Saya menyediakan homestay untuk wisatawan yang akan menginap

dengan harga sewa per kamar Rp. 150.000/malam sedangkan harga

sewa per rumah/3 kamar Rp. 700.000/malam.Untuk kegiatan

pemasaran sudah saya buatkan instagram dan bisa dicari di google.

Di depan juga sudah saya pasang plat informasi yang bisa dilihat

wisatawan yang melewati homestay ini, sudah lengkap dengan

nomer yang bisa dihubungi”. (Suwoko, 40 tahun).

Sebagai pelaku usaha homestay pak Suwoko bersiap 24 jam, karena

kebetulan rumahnya bersebelahan dengan penginapan yang beliau sewakan,

apabila ada wisatawan yang ingin menyewa penginapan dapat menghubungi

pak Suwoko sebagai pemilik secara langsung, namun terkadang terdapat

kibir/makelar yang menghubungi pemilik homestay. Paguyuban homestay

memberikan kemudahan kepada pengunjung untuk menikmati tempat

peristirahatan dan penginapan. Pada awalnya para pemilik dan pengelola

homestay belum terorganisir dengan baik, sehingga keberadaan homestay

sebagai jasa penginapan tidak terlalu banyak diketahui oleh pengunjung. Selain

itu belum ada koordinasi dengan pihak pos informasi atau pelaku jasa yang lain

Page 84: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

65

untuk saling memberikan informasi terkait homestay. Setelah dilakukan

kesepakatan fee/upah antara pemilik homestay dengan pihak yang

menginformasikan, sampai mengantarkan ke lokasi homestay, maka akses para

pengunjung untuk menginap di home stay lebih mudah.

4. Transportasi

Sektor transportasi yang juga memberikan peluang usaha dan kerja di

pariwisata yaitu usaha angkutan ojek. Petani yang masuk di komunitas ojek

biasanya tidak fokus pada satu profesi tertentu, petani lebih memilih untuk

pekerjaan-pekerjaan alternatif /tambahan untuk menunjang pendapatan dari

hasil mengojeknya. Biasanya para ojek juga berprofesi sebagai guide lokal atau

(kibir) menurut istilah lokal masyarakat, tukang angkut (hasil panen).

Eksistensi masyarakat dalam aktivitas ekonomi tidak ditunjukkan dari

kinerja yang baik dari profesi ojeknya, tetapi banyaknya jenis perkerjaan yang

dapat diakses oleh petani untuk menunjang kebutuhan pokok sehari-hari.

Untuk menjadi seorang ojek, harus berstatus warga lokal yang berasal dari

Desa Wonokitri dan memilik jenis kendaraan sepeda motor yang layak pakai

untuk mobilisasi petani, guna mendapatkan penumpang atau mengangkut hasil

panen pertanian milik petani. Pekerjaan sebagai tukang ojek dipilih oleh

masyarakat kalangan menengah ke bawah karena semakin mahalnya biaya

untuk melakukan usahatani, sehingga petani perlu mencari alternatif tambahan

pendapatan sebagai tukang ojek di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger

Semeru. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu orang pelaku kerja ojek:

“Kendala yang saya alami dalam usahatani yang dijalaninya saat

ini adalah cuaca, bulan desember kemarin gagal panen karena

curah hujan yang tinggi di malam hari, yang meyebabkan bibit

kentang yang baru berbuah langsung busuk basah, sehingga

sekarang lahan saya tanami jagung untuk dikonsumsi sendiri.Selain

karena cuaca, tenaga saya kurang dan biaya usahatani yang

semakin tinggi, yaitu bibit kentang grade biasa seharga Rp.

17.000/kg dan grade bagus Rp. 25.000/kg. Jadi tukang ojek lebih

besar dan menguntungkan karena setiap hari selalu ada wisatawan,

tarif yang saya keluarkan dari pananjakan ke pendopo sebesar Rp.

100.000, pananjakan bromo Rp 50.000, ke savana Rp. 50.000,

sedangkan paket ke 4 lokasi yaitu sebesar Rp. 150.000, saya juga

menjual bunga dan topi saat musim libur sekolah pada bulan

september dan akhir tahun, karena pada saat itu kawasan TNBTS

ramai pengunjung dan menghasilkan banyak keuntungan.”

(Sugiyono, 32 tahun).

Hal ini juga selaras dengan informasi yang diberikan oleh Mas Hadi

selaku Sekdes bahwa petani lahan sempit lebih condong terlibat dalam

penyedia jasa wisata karena biaya usahatani yang tinggi dan pendapatan

Page 85: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

66

pendapatan diperoleh setelah 4 bulan setelah tanam/per musim tidak setiap hari

seperti penyedia jasa wisata.

Guide lokal atau (kibir) istilah lokal masyarakat, merupakan profesi

yang melayani segala informasi terkait objek wisata, home stay, villa dan

keinginan lainnya yang diperlukan oleh wisatawan. Di situasi tertentu kibir

dapat juga berprofesi sebagai jasa ojek saat diperlukan wisatawan untuk

mengantarkan ke lokasi tujuan wisata. Dapat dikatakan juga, kibir adalah jasa

pelaku wisata yang menyediakan informasi dan mengantarkan/memandu para

wisatawan untuk menuju lokasi sasaran mulai dari tempat penginapan,

perisirahatan dan objek-objek wisata.

Sasaran utama yang dituju adalah wisatawan yang beranggotakan hanya

2 orang (1 Sepeda motor) atau rombongan (1 mobil). Kibir belum diresmikan

menjadi sebuah paguyuban, karena pelakunya yang kebanyakan tergolong

petani lintas profesi, artinya berpindah-pindah profesi dengan melihat situasi

yang menguntungkan bagi petani.

5. Warung Makan

Di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru tidak terdapat

mini market maupun super market seperti di kota-kota besar maupun di tempat

wisata pada umumnya, sehingga dalam membeli kebutuhan tertentu, para

wisatawan akan mendatangi warung-warung yang ada sekitar kawasan wisata.

Adanya wisatawan secara tidak langsung turut menambah penghasilan dan

penjualan barang di warung sembako yang didirikan oleh masyarakat setempat.

Pelaku usaha warung sembako atau warung makan adalah petani yang terlibat

dalam aktivitas/kegiatan usaha/jasa wisata. Warung ini berlokasi di sekitar Pos

Pusat Informasi serta di sepanjang jalan menuju Gunung Pananjakan. Menurut

responden yang saya teliti, beliau menuturkan bahwa:

Sebagai petani saya mengolah sendiri lahan tegalan milik saya,

namun pada tahun 2014 digarap oleh Pak Gono dan selama 3 tahun

terakhir lahan saya tidak menghasilkan. Pada saat ini saya dan istri

fokus pada penyedia jasa wisata yaitu menyewakan jaket di

pananjakan dan menjual bunga, sedangkan isti dan anak saya

bergantian berjualan di warung makan. Menurut saya lebih banyak

menghasilkan keuntungan, penghasilan 1 hari ramai di kawasan

TNBTS bisa mencapai Rp. 1.000.000.(Suyaman, 41 tahun).

Page 86: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

67

5.3.3. Dampak Pariwisata Terhadap Perubahan Sosial dan Ekonomi

Masyarakat

5.3.3.1. Perubahan Struktur Ekonomi

Pariwisata merupakan salah bentuk industri modern yang selama ini

dipilih oleh pemerintah sebagai salah satu sektor yang diharapkan dapat

menyumbang devisa. Akan tetapi berlainan dengan kebanyakan industri,

pariwisata memperdagangkan barang dan jasa di tempat bukannya dengan cara

mengirimkannya ke tempat pembeli. Oleh karena itu pembangunan dan

pengembangan kepariwisataan akan membawa konsekuensi terhadap pemerintah

dan terutama terhadap masyarakat yang tinggal di daerah tujuan wisata.

Sebenarnya timbulnya dampak pariwisata sebagai konsekuensi dari

pengembangan pariwisata itu jika dilihat dari segi ekonomi merupakan dampak

yang positif, karena pariwisata mendatangkan devisa negara dan bagi masyarakat

yang tinggal di daerah tujuan wisata. Perkembangan pariwisata tersebut berarti

terbukanya kesempatan kerja yang berarti mengurangi jumlah pengangguran dan

adanya kemungkinan bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan dan

standar hidup masyarakat.

Menyadari bahwa apabila pada suatu daerah tujuan wisata yang

berkembang baik dengan sendirinya akan memberikan dampak positif pada

daerah itu, karena itu dapat menciptakan lapangan kerja yang cukup luas bagi

penduduk sekitar, alasan utama pengembangan pariwisata sangat erat

hubungannya dengan pembangunan ekonomi di daerah tempat di mana daerah

tujuan wisata itu berada.

Dengan dikembangkan ekowisata dapat diharapkan akan dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, namun demikian perlu kita

sadari pada dasarnya pariwisata merupakan suatu industri yang multi kompleks

dengan menyentuh segala aspek kehidupan, sehingga perkembangannya dapat

membawa akibat atau dampak dan tidak jarang dapat merubah tata kehidupan

masyarakat baik struktur ekonomi maupun sosial.

Berbagai peluang ataupun kesempatan bagi masyarakat setempat muncul

terutama di sektor informal yang lebih mempunyai nilai kesejahteraan yang tinggi,

sehingga orang akan meningkatkan pendidikan untuk meraih apa yang dapat

dimanfaatkan dari pengembangan ini. Sehingga akan terjadi suatu perubahan

matapencaharian yang semula bermata pencaharian dari bertani ke sektor informal

dari pariwisata, seperti sebagai pemilik homestay, persewaan jeep, pedagang

asongan, penjual bunga, warung makanan dan minuman, tukang ojek dan

pemandu wisata/kibir dan lain-lain.

Dalam perkembangannya arus ekonomi uang yang semakin pesat dapat

menimbulkan sikap komersial di dalam kehidupan bersama dalam masyarakat dan

akan mengikis rasa saling kebersamaan yang telah ada dalam masyarakat,

Page 87: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

68

sehingga perlu mendapat perhatian dan langkah pengembangan yang lebih

terarah. Perubahan ekonomi yang terjadi di Desa Wonokitri adalah:

1. Perubahan Matapencaharian

Sebelum TNBTS berkembang seperti sekarang ini kondisi perekonomian

agak statis. Kondisi ini tercermin dalam jenis mata pencaharian penduduknya

yang kurang beragam, karena sebagian besar masyarakat Desa Wonokitri,

terutama yang tinggal di sekitar obyek wisata bermata pencaharian pokok sebagai

petani baik itu petani pemilik, petani penggarap maupun sebagai buruh tani. Hal

ini seperti yang diungkapkan oleh responden berikut ini :

“Ya kalau sebelum ada pariwisata belum ramai seperti saat ini.

Masyarakat pada umumnya hidup biasa-biasa saja, artinya mata

pencaharian yang dimiliki adalah bercocok tanam khususnya

tanaman sayur-sayuran ada juga yang sebagai pedagang. Sebelum

berkembangnya kegiatan kepariwisataan di Desa Wonokitri,

masyarakat kebanyakan hanya mengandalkan hidupnya pada sektor

pertanian.” (Irmawati, 30 tahun).

Rata-rata hasil yang diperoleh dari sektor pertanian tersebut masih

tergolong rendah dan pada umumnya hanya cukup dipakai untuk memenuhi

kebutuhan pokok keluarga saja, sehingga pada saat itu sebagian besar masyarakat

Desa Wonokitri, terutama yang tinggal di daerah tujuan wisata hidup secara

sederhana. Namun setelah Desa Wonokitri berkembang menjadi daerah tujuan

wisata seperti saat ini banyak sekali perubahan yang terjadi pada masyarakat.

Dengan semakin ramainya Desa Wonokitri oleh kunjungan para wisatawan yang

biasanya bersifat massal dan temporal ternyata juga mampu mempengaruhi atau

merubah tata kehidupan masyarakat sekitarnya, terutama masyarakat yang tinggal

di sekitar lokasi obyek wisata. Perubahan tersebut merupakan salah satu bentuk

usaha penyesuaian diri (adaptasi) yang dilakukan oleh masyarakat untuk

mengatasi suatu keadaan alam biologi dan lingkungan sosial tertentu untuk dapat

memenuhi syarat-syarat dasar yang ada agar dapat melangsungkan hidupnya.

Perkembangan pariwisata tersebut telah mendorong masyarakat untuk

membuka usaha ekonomi bebas yang ada hubungannya dengan sektor pariwisata

tersebut, seperti berdagang, membuka usaha penginapan, menyewakan kamar

mandi, persewaan jeep, penjual bunga, ojek, kibir tukang parkir dan lain

sebagainya. Disamping itu, perkembangan pariwisata di Desa Wonokitri juga

memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bekerja sebagai karyawan

Page 88: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

69

harian Dinas Pariwisata, seperti sebagai petugas TPR maupun sebagai petugas

kebersihan di obyek wisata.

Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pariwisata di Desa Wonokitri

telah mendorong terjadinya perubahan matapencaharian masyarakat dari sektor

pertanian ke sektor pariwisata. Faktor yang melatar belakangi petani untuk beralih

profesi ke sektor pariwisata pada umumnya karena petani beranggapan bahwa

sektor ini lebih menguntungkan jika ditinjau secara ekonomi.

2. Peningkatan Pendapatan

Dari segi ekonomi perkembangan pariwisata di Desa Wonokitri sedikit

banyak mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan berkembangnya

pariwisata pada suatu daerah biasanya secara otomatis akan memberikan

kontribusi yang positif terhadap masyarakat, karena dengan perkembangan

pariwisata tersebut maka masyarakat dapat mengambil keuntungan dari para

wisatawan yang datang. Sejak obyek wisata TNBTS berkembang menjadi obyek

wisata yang ramai dikunjungi oleh para wisatawan, tingkat perekonomian

masyarakat di sekitar obyek wisata mulai mengalami peningkatan.

Dari informasi-informasi yang berhasil dikumpulkan di lapangan, dapat

disimpulkan bahwa perkembangan di tempat yang sekarang menjadi tempat

tujuan wisata demikian pesat, terutama untuk masalah ekonominya. Melihat

peluang ekonomi yang bisa diraih dari suatu kegiatan pariwisata seringkali

mendorong peningkatan pendapatan. Hal ini sesuai dengan penuturan responden:

Sebagai pelaku penyedisa jasa wisata yang menurut saya lebih besar

dan menguntungkan pendapatannya karena setiap hari selalu ada

wisatawan. Selain itu peningkatan pendapatan masyarakat di Desa

Wonokitri dapat dilihat dari semakin baiknya kondisi bangunan dan

tempat tinggal warga yang dulunya terbuat dari anyaman bambu,

sekarang bisa menjadi homestay yang nyaman, tempat sanitasi yang

lebih baik, dan kondisi jalan yang telah diperbaiki

Sebagai petani saya mengolah sendiri tegalan saya, namun pada

tahun 2014 digarap oleh Pak Gono dan selama 3 tahun terakhir

lahan saya tidak menghasilkan. Pada saat ini saya fokus pada

penyedia jasa wisata yang menurut saya lebih banyak menghasilkan

keuntungan, menurut saya penghasilan 1 hari ramai di kawasan

TNBTS bisa mencapai Rp. 1.000.000 pada saat ramai.

Dengan adanya peningkatan pendapatan yang dirasakan oleh masyarakat

seperti tersebut di atas maka salah satu tujuan pembangunan pariwisata telah dapat

dicapai yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan

Page 89: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

70

ecotourism TNBTS telah mengingkatkan ekonomi masyarakat Tengger,

khususnya kelas atas dan menengah. Karena petani memiliki modal, maka petani

mampu untuk mendirikan usaha home stay, membeli jeep, kuda dan sepeda

motor untuk jasa transportasi turis. Warga kelas menengah kebawah belum

banyak menikmati dampak ekonomi dari perkembangan ecotourism, karena petani

tidak memiliki modal yang cukup, pendidikan dan pengetahuan dalam bahasa

Indonesia (Inggris) dan kepariwisataan rendah/lemah. Oleh karena itu, petani

perlu mendapat pendidikan non formal tentang pemandu wisata dan

kepariwisataan. Pemerintah perlu membuat suatu program atau strategi seperti

melaksanakan kegiatan bimbingan, supervisi dan apresiasi pengembangan

kebudayaan dan pariwisata serta meningkatkan efektivitas peran sebagai

regulator dan fasilitator dalam peningkatan komoditas SDM di bidang

kebudayaan dan pariwisata. Dengan demikian, petani memiliki kesempatan lebih

besar sebagai pemandu lokal yang baik dan peluang usaha atau kerja lainnya.

Pada kelas menengah keatas yang telah menikmati dampak ekonomi dari

perkembangan ecotourism, telah merubah cara masak masyarakat dari

menggunakan kayu bakar menjadi menggunakan LPG. Namun secara

keseluruhan, jumlah rumah tangga yang merubah cara masak tersebut tidak

signifikan, karena jumlah rumah tangga kelas menengah keatas lebih kecil dari

kelas menangah kebawah. Oleh karena itu, sebagian besar cara masak suku

Tengger masih menggunakan kayu bakar yang berasal dari hutan di TNBTS.

Dengan demikian, dampak perkembangan ecotourism terhadap konservasi hutan

tidak signifikan. Untuk mengurangi tekanan terhadap hutan, maka harus ada

bahan bakar alternatif untuk masak di luar kayu bakar dan itu dapat dijangkau

oleh rumah tangga kelas bawah.

5.3.3.2.Perubahan Struktur Sosial

Industrialisasi dalam perspektif sosiologi dipandang menjadi penggerak

utama (prime mover) dari terjadinya perubahan sosial. Industrialisasi dapat

menjadi penggerak utama dari terjadinya perubahan sosial karena industrialisasi

dapat merubah hubungan-hubungan produksi antar manusia, memberikan efek

sosial primer (urbanisasi, mobilitas horizontal dan vertikal. Perubahan kelas sosial

sekunder (perubahan kehidupan keluarga atau lembaga sosial lainnya).

Page 90: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

71

Dalam hal ini pariwisata sebagai bentuk industri modern juga dapat

dipandang sebagai penyebab terjadinya perubahan sosial masyarakat karena

pariwisata biasanya akan datang pada suatu kawasan/daerah dengan memaksakan

bahasa prinsip dagangannya dan dengan segala jalan akan membengkokkan nilai-

nilai agraris tradisional yang telah ada pada daerah yang didatanginya.

Perkembangan pariwisata diharapkan dapat membawa kemajuan bagi masyarakat,

baik kemajuan di bidang kehidupan sosial seperti kemajuan pendidikan atau

tingkat ilmu pengetahuan. Dan kemajuan ini diharapkan pula dapat menaikkan

atau merubah status sosial masyarakat.

Berkembangnya pariwisata di Desa Wonokitri telah membawa perubahan-

perubahan yang cukup berarti bagi masyarakat, khususnya di bidang pendidikan.

Dengan perkembangan pariwisata tersebut telah mengakibatkan masuknya

teknologi ke desa Wonokitri dan adanya peningkatan status ekonomi yang

dirasakan oleh masyarakat. Peningkatan status sosial ekonomi tersebut, telah

mendorong masyarakat terutama penduduk di sekitar obyek wisata untuk

berpartisipasi dan lebih meningkatkan pendidikan anak-anaknya. Pandangan

masyarakat tentang pendidikan formal yang ada sekarang sudah mulai terbuka.

Pada saat sekarang sudah tidak didapatkan lagi anak-anak yang menginjak usia

sekolah tapi tidak sekolah. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bu Ponamu

berikut :

“Kita nggak bisa memungkiri. Ini memang jelas ada sekali

peningkatan itu ada jaman dulu orang tua sangat kewalahan karena

hanya mengandalkan sektor pertanian. Tapi akhir-akhir ini

kecenderungan untuk pendidikan anak sudah semakin baik. Dan

merupakan suatu pertanda ekonomi sekarang ini semakin baik, yang

otomatis pendidikan tinggi ditunjang dengan kemampuan ekonomi

yang tinggi pula, namun di untuk mengenyam pendidikan SMA

masih sulit karena lokasi yang jauh.”. Dengan adanya

perkembangan parriwisata TNBTS membuat saya menjadi warga

yang aktif, karena sempat diundang ke Universitas Brawijaya

sebagai pembicara yang memberikan informasi terkait denan

upacara yang biasa dilakukan masyarakat Tengger di kawasan

TNBTS, saya juga menghadiri rapat di kelurahan yang membahas

tentang pembangunan desa. Ponamu, 35 tahun).

Dari keadaan di atas dapat disimpulkan bahwa sekarang para orang tua

sudah mulai menyadari mengenai arti penting dari pendidikan anak-anaknya, ini

disebabkan karena meningkatnya status ekonomi masyarakat. Masyarakat juga

Page 91: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

72

mulai menyadari bahwa dengan pendidikan tinggi akan dapat lebih menjamin

untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik atau paling tidak dapat hidup lebih

baik daripada para orang tua mereka. Perkembangan TNBTS juga memberikan

dampak sosial pada masyarakat sehingga masyarakat mulai mempelajari bahasa

indonesia, kondisi sebelumnya masyarakat hanya menggunakan bahasa Tengger,

masyarakat juga mulai lebih terbuka dan dapat memberikan pengetahuan atau

infromasi mengenai berbagai keadaan sosial, adat, dan budaya tengger kepada

masyarakat luas.

Selain perubahan dalam pendidikan, diteliti juga mengenai perubahan

sosial budaya masyarakat di daerah sekitar obyek wisata TNBTS, perubahan

utama yang terjadi adalah pada pola kerja penduduk baik laki-laki maupun

perempuan. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup menyebabkan

masyarakat terpaksa mengadopsi cara-cara baru yang sejalan dengan industri

pariwisata, namun karena budaya Tengger akan bercocok tanam sangat kental

sehingga masyarakat tidak meninggalkan pertaniannya. Hal ini diperkuat dengan

keterangan responden yaitu:

“Saya beragama hindu, bekerja sebagai petani dan memiliki

pekerjaan sampingan sebagai supir jeep dan tukang ojek.

Sebelumnya saya sudah pernah mencoba merantau dan melakukan

pekerjaan di luar wilayah TNBTS sebagai guru, namun saya kembali

lagi bertani karena saya merasa bertani adalah jiwa saya dan sudah

sejak keci saya lakoni.Saya tidak menjual lahan saya seperti

beberapa orang yang memilih untuk membeli jeep, alasannya adalah

sampai kapanpun tanah bisa diolah sedangkan besi tidak. Saya

masih melakukan ritual setiap jum’at legi dengan membawa sesaji di

lahan yang juga dekat dengan pendopo dengan membaca mantra

agar tanaman tumbuh dengan baik dan memberi rejeki sesuai

kehendak Tuhan.” (Brahma, 28 tahun).

Berdasarkan pernyataan responden diatas apabila dikaitkan dengan

perspektif sosial dan budaya, maka adanya aktivitas pariwisata di kawasan Taman

Nasional Bromo Tengger Semeru tidak berdampak pada keyakinan petani dan

profesi utama sebagai petani masih mutlak dilakukan oleh masyarakat lokal

karena ciri khas Tengger adalah bertani, berbagai macam ritual juga masih

dilakukan dalam kegiatan bercocok tanam.

Keunikan budaya suku Tengger dapat dilihat dari 3 hal, yaitu memiliki

beragam upacara adat (kesada, karo, unan-unan, entas-entas dll), kegiatan adat

Page 92: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

73

dipimpin oleh dukun adat yang memiliki peranan dan pengaruh yang sangat besar

dalam masyarakat. bahasa yang digunakan oleh masyarakat adalah bahasa Jawa

(kuno) dengan dialek Tengger. Karena keunikan ini, menjadi daya tarik

wisatawan untuk mengunjungi TNBTS, terutama pada saat dilaksanakan upacara

adat kesada. Ketiga unsur kebudayaan suku Tengger tersebut hingga kini masih

dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat. Ini berarti bahwa perkembangan

ekowisata di TNBTS selama ini tidak berpengruh terhadap budaya suku Tengger.

Masyarakat Suku Tengger yang mendiami desa-desa di dalam enclave

taman nasional masih memegang tradisi nenek moyangnya sehingga masih

banyak kegiatan upacara adat dan keagamaan Suku Tengger yang dilakukan oleh

masyarakat hingga sekarang. Masyarakat Suku Tengger umumnya memeluk

agama Hindu Tengger, namun berkembang pula agama Islam, Kristen dan Budha.

Toleransi dan kerukunan yang tinggi antar pemeluk agama terlihat dari warga

yang saling menghormati antar pemeluk agama yang berbeda dan partisipasi

semua warga dalam setiap pelaksanaan kegiatan adat.

Kegiatan adat Suku Tengger dipimpin oleh dukun adat yang memiliki

peranan dan pengaruh yang sangat besar dalam masyarakat. Masyarakat sangat

percaya dan mau mengikuti perkataan dukun adat. Dukun adat dipilih secara turun

temurun dan diangkat melalui upacara adat yang dilaksanakan di Gunung Bromo.

Selain upacara pengangkatan dukun adat, berbagai upacara adat lainnya seringkali

dilaksanakan di sekitar Gunung Bromo dan Laut Pasir yang berada dalam

kawasan TNBTS.

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat adalah bahasa Jawa dengan

dialek Tengger. Ciri yang paling mencolok dari bahasa ini yaitu masih

mempergunakan kata-kata di dalam bahasa Jawa kuno seperti ingsun (aku), rika

(kamu), paran (apa). Dalam masyarakat berlaku dua salam, yaitu salam yang

mendapat pengaruh Hindu yakni “Om Swastyastu” dan salam yang bersifat adat

yakni “Hong Ulun Basuki Langgeng”.

Ciri masyarakat Tengger lainnya adalah penggunaan sarung oleh hampir

semua masyarakat mulai usia muda sampai tua, laki-laki dan perempuan. Sarung

dipercaya memiliki fungsi untuk mengendalikan perilaku dan ucapan masyarakat,

Page 93: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

74

selain fungsinya untuk menahan udara dingin di pegunungan. Kesenian campur

sari dan jaranan masih hidup dan digemari oleh masyarakat Suku Tengger.

Hingga kini, perkembangan ecotourism tidak berpengaruh pada eksistensi

budaya suku Tengger. Karena kuatnya keyakinan masyarakat kepada adat dan

dukun sebagai pemimpin masyarakat. Disamping itu, pemerintah pusat dan daerah

mendukung atau melindungi keunikan budaya Tengger, dengan cara memberi

otonomi (otoritas) penuh kepada pemimpin adat Tengger (Dukun). Otoritas itu

adalah untuk mengelola acara-acara ritual, baik pada level wilayah Tengger

maupun level desa. Pada masa yang akan datang kebijakan pemerintah pusat dan

pemerintah daerah yang bersifat melindungi budaya Tengger perlu tetap

dipertahankan.

5.3.4 Dampak Perkembangan Kunjungan Wisatawan Terhadap

Kegiatan Usahatani.

Usahatani merupakan mata pencaharian utama bagi masyarakat desa

Wonokitri. Pada umumnya masyarakat mempunyai mata pencaharian sebagai

petani sayuran karena, daerah ini memang cocok untuk usahatani sayuran seperti

kubis, wortel, kentang, bawang daun dan lain sebagainya. Oleh karena itu, daerah

ini merupakan salah satu daerah supplier sayuran di Jawa Timur. Keterlibatan

petani desa Wonokitri dalam aktivitas jasa wisata merupakan tantangan bagi

petani dalam mengatur jadwal kegiatan harian. Tingginya biaya usahatani

merupakan alasan utama bagi petani untuk turut terlibat dalam aktivitas jasa

wisata. Adanya tambahan kegiatan yang harus dilakukan petani untuk mencukupi

kebutuhan pokok harian berpeluang memberi dampak terhadap alokasi waktu,

pendapatan dan perhatian terhadap kegiatan usahatani yang dijalani. Apakah

keterlibatan petani dalam aktivitas jasa wisata benar-benar berdampak terhadap

alokasi waktu, pendapatan dan perhatian terhadap kegiatan usahatani, hal tersebut

dapat dilihat pada tabel 10.

Page 94: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

75

Tabel 10. Dampak kegiatan usaha/jasa wisata terhadap alokasi waktu, pendapatan

dan perhatian terhadap usahatani di Desa Wonokitri, 2016

No

Dampak kegiatan jasa wisata terhadap

alokasi waktu dan perhatian terhadap

usahatani

Jumlah

(org) Persentase (%)

1 Tidak berdampak

23 76,67

2 Ya, berdampak

7 23,00

Jumlah 30 100,00

Sumber : Data Primer, 2016 (diolah)

Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa keterlibatan petani dalam aktivitas jasa

wisata tidak berdampak secara signifikan terhadap alokasi dan perhatian terhada

kegiatan usahatani. Persentase sebesar 76,7 persen menunjukkan bahwa tidak

adanya dampak terhadap alokasi waktu dan perhatian terhadap usahatani dari

adanya keterlibatan petani dalam aktivitas jasa wisata. Petani yang terlibat dalam

aktivitas jasa wisata harus membagi waktu dengan cara mengurangi waktu tidur

dan istirahat agar dapat melakukan aktivitas jasa wisata. Petani harus bangun lebih

awal untuk mempersiapkan diri dan bersiaga di tempat-tempat yang biasanya

menjadi titik wisatawan berkumpul untuk mencari penyedia jasa wisata yang

dibutuhkan.

Dampak terhadap pendapatan dalam aktivitas wisata yang dialokasikan

pada usahatani dimiliki oleh sebagian besar petani lapisan menengah keatas yang

mengalokasikan pendapatan dari aktivitas jasa/usaha pariwisata ke dalam

pengelolaan usahataninya, sedangkan untuk petani lapisan menengah ke bawah

mengalokasikan pendapatan wisata hanya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-

hari. Tantangan yang dihadapi petani adalah kepemilikan lahan petani yang

tergolong sempit dengan biaya usahatani yang semakin mahal menjadikan posisi

petani terhimpit dan lebih memilih untuk terlibat dalam aktivitas pariwisata

TNBTS, hal ini sesuai dengan penuturan salah satu responden, yaitu:

“Wisata TNBTS berkontribusi terhadap pendapatan perkapita

masyarakat di Desa Wonokitri, namun tidak untuk kondisi

pertaniannya. Banyak faktor yang menyebabkan tidak majunya

kondisi pertanian di Desa Wonokitri, yaitu kurang adanya akses

modal, bisnis alsintan, sehingga sangat dibutuhkan alat-alat

pertanian yang dapat membantu usahatani petani di Desa

Wonokitri, selain itu untuk petani kelas menengah ke bawah lebih

memilih untuk menjadi penyedia jasa wisata karna biaya usahatani

Page 95: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

76

yang semakin tinggi, sehingga pendapatan dari jasa wisata diakui

dapat mencukupi kebutuhan hdup sehari-hari serta kepercayaan

bahwa modal untuk usahatani dan penyedia jasa wisata harus

dipisahkan, hasil dari jasa wisata hanya digunakan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari bukan digunakan untuk tambahan modal

usahatani. Desa Wonokitri memiliki kelompok tani yang bernama

TANI SUBUR I-IV namun tidak banyak warga yang menjadi

anggota dari kelompok tani tersebut dan tidak ada kegiatan yang

mendukung pertanian di Desa ini.” (Hadi, 26 tahun).

Sedangkan petani kalangan menengah keatas memaknai aktivitas

pariwisata TNBTS memberikan sumbangsi terhadap kegiatan usahatani yang

dilakukannya, hal ini selaras dengan penuturan responden kami yaitu Pak Suwoko

yang memiliki homestay dan persewaan jeep beliau memiliki luas lahan 3 hektar,

menurut penuturan beliau:

“Penghasilan dari bertani lebih besar dibandingkan dengan

keterlibatan saya dalam menyediakan jasa wisata, saya juga

termasuk orang yang mengalokasikan pendapatan wisata ke

usahatani yang saya jalankan untuk membeli obat-obatan pertanian,

hal ini saya lakukan untuk memutar modal/penghasilan. Untuk

melakukan usahatani saya meminjam modal kepada salesman obat 7

pupuk pertanian yang akan dibayar dengan keuntungan saat panen.

Hasil panen kentang langsung dijual ke tengkulak dengan kisaran

harga Rp. 7.000 – Rp. 7.500. Kerjasama saya dengan buruh tani

yang dimilikinya dengan menggunakan sistem 1/3an/mertelu.”

(Suwoko, 40 tahun).

Beberapa keterangan tambahan yang dipaparkan oleh responden mengenai

kegiatan pertanian dan keterlibatannya dalam penyedia usaha/jasa wisata adalah

sebagai berikut:

“Di Desa Wonokitri juga sulit untuk mendapatkan kuli/buruh tani

karena mereka lebih memilih terlibat dalam penyedia jasa wisata,

hal ini juga yang mengakibatkan biaya usahatani mahal selain dari

biaya saprodi dan alsintan yang memang semakin tinggi, sehingga

banyak yang melakukan kemitraan (1/3an) untuk kalangan

menengah kebawah. Desa Wonokitri merupakan daerah penghasil

kentang dengan grade super yang banyak di kirim ke Batu, sehingga

menjadikan batu sebagai daerah kentang dan olahan kentang yang

cukup dikenal, lain halnya dengan Wonokitri yang hanya mensuplai

kentangnya ke pasar di sejumlah kota, padahal telah ada pelatihan

dari disperindag tentang pengolahan kentang, namun hal ini tidak

direspon oleh masyarakat di desa Wonokitri. Belum ada Usaha

Mikro Kecil Menengah di Desa penghasil kentang ini. Wisata

TNBTS berkontribusi terhadap pendapatan perkapita masyarakat di

Desa Wonokitri, namun tidak untuk kondisi pertaniannya. Banyak

faktor yang menyebabkan tidak majunya kondisi pertanian di Desa

Wonokitri, yaitu kurang adanya bisnis alsintan, sehingga sangat

Page 96: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

77

dibutuhkan alat-alat pertanian yang dapat membantu usahatani

petani di Desa Wonokitri.” (Supayadi, 56 tahun).

Berdasarkan beberapa informasi di atas dapat dianalisis dan disimpulkan

bahwa keberadaan sektor pariwisata tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

perkembangan kegiatan usahatani di Desa Wonokitri, berdasarkan observasi di

lapang dan informasi dari responden berbanding lurus sesuai dengan konsep

analisis Miles dan Hubberman untuk pengecekan keabsahan data. Salah satu

responden dalam penelitian ini yang merupakan perangkat desa menangkap

peluang untuk memajukan kondisi usahataninya tidak hanya on farm tapi juga off

farm, seperti pengolahan hasil pertanian kentang menjadi keripik untuk oleh-oleh,

kentang goreng spiral untuk jajanan di sekitar kawasan wisata, kentang

goreng/french fries yang merupakan makanan ringan yang disukai wisatawan

lokal maupun mancanegara, atau kentang frozen yang dapat disuplai ke

supermarket atau daerah lain yang sulit mendapatkan kentang. Meskipun TNBTS

yang diunggulkan adalah wisata alamnya namun tidak ada kerugian apabila

mendirikan usaha pengolahan kentang yang dapat menyediakan oleh-oleh

unggulan desa Wonokitri di jalan yang dilalui wisatawan sebelum kawasan

TNBTS dibantu oleh PNPM, selain itu dapat berupa pembangunan desa wisata.

Hal inilah yang perlu diperhatikan dan direspon oleh stakeholder,

sehingga perkembangan wisata dan pertanian di Desa Wonokitri beriringan dan

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Sesuai dengan teori

(Cochran, 1997), Wisata alam secara langsung dan tidak langsung bermanfaat

bagi kesejahteraan ekonomi rakyat, hasilnya juga menunjukkan bahwa pendapatan

penduduk dari kegiatan ekowisata lebih besar daripada pendapatan usahatani.

5.3.5 Tingkat Pendapatan Usaha dan Kerja Pariwisata

Semenjak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru berkembang menjadi

wisata pemukiman, telah terjadi beberapa perubahan seperti TNBTS dikenal oleh

masyarakat luas, wawasan orang pegunungan meningkat, dan munculnya sumber

penghasilan tambahan meskipun kegiatan pariwisata masih bersifat siklikal.

Kunjungan wisatawan cenderung meningkat pada saat akhir pekan maupun pada

hari libur tertentu seperti tahun baru, natal dan lainnya. Jumlah dan persentase

responden berdasarkan tingkat pendapatan usaha pariwisata di Taman Nasional

Bromo Tengger Semeru disajikan pada Tabel 11.

Page 97: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

78

Tabel 11. Pendapatan Per Tahun dari Jasa Usaha Wisata Di Kawasan Bromo

N

o

Jenis aktivitas

jasa wisata

Pendapatan petani dari jasa wisata

Sepi (Rp/bln) Biasa

(Rp/bln)

Ramai

(Rp/bln)

1 Jeep 600.000 3.900.000 7.000.000

2 Homestay 150.000 1.200.000 2.300.000

3 Ojek 150.000 1.600.000 3.800.000

4 Pedagang

Asongan 40.000 750.000 2.100.000

5 Jual Bunga 30.000 700.000 1.500.000

6 Warung Makan 700.000 2.800.000 3.500.000

Rata-rata 340.000 1.400.000 3.150.000

Sumber : Data Primer, 2016 (diolah)

Dari data tabel 10 dapat dilihat bahwa pada bulan-bulan sepi kunjungan

wisatawan, petani hanya mendapat tambahan pendapatan rata-rata sebesar Rp.

340.000,- per bulan, sedangkan pada saat bulan yang mengalami kondisi

kunjungan wisatawan biasa, petani mendapatkan tambahan pendatan rata-rata

sebesar Rp. 1.400.000,- per bulan. Pada saat bulan yang mengalami kondisi ramai

kunjungan wisatawan, petani mendapatkan tambahan pendapatan rata-rata sebesar

Rp. 3.150.000,- per bulan. Kondisi ramai kunjungan wisatwan biasanya terjadi

pada bulan, Agustus, September, Desember, dan Januari. Kebanyakan wisatawan

mengunjungi Bromo pada bulan tersebut, dikarenakan kondisi liburan panjang

sekolah, libur akhir tahun, dan tahun baru. Bulan dengan kondisi sepi akan

kunjungan wisatawan biasanya terjadi pada bulan Maret, dikarenakan pada bulan

tersebut merupakan puncak musim hujan sehingga terdapat kabut tebal yang

menutupi pandangan, sehingga selain wisatawan tidak dapat melihat keindahan

matahari terbit, kondisi tersebut juga membahayakan keselamatan wisatawan dan

para pelaku jasa wisata.

Penghasilan menjadi masalah karena harga kebutuhan bahan pokok terus

meningkat. Maka, tantangan yang dihadapi dalam mengelola pendapatan dari

aktivitas jasa wisata dalam rumah tangga adalah mendapatkan penghasilan yang

cukup untuk memenuhi hidup. Selain untuk pemenuhan kebutuhan hidup juga

untuk modal dalam melakukan kegiatan usahatani, semakin tingginya biaya

usahatani menjadi kendala, namun hanya sedikit masyarakat yang menggunakan

penghasilannya untuk melakukan kegiatan usahatani. Kesempatan kerja/usaha dan

pendapatan yang diperoleh melalui penyediaan usaha/jasa wisata dirasa cukup

Page 98: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

79

oleh petani, sesuai dengan pendapat (Yoeti, 1996) bahwa dampak dari pariwisata

adalah memperbaiki kesempatan kerja, mengurangi pengangguran, dan

meningkatkan efek multiplier dalam perekonomian setempat.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kondisi sosial masyarakat

Desa Wonokitri masih menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadat. Adat istiadat di

Desa Wonokitri sangat unik, penduduknya beragama Hindu, menurut masyarakat

disinilah petani menghabiskan hidup hanya dengan bertani dan menggantungkan

harapan dari pariwisata. Karena menurut masyarakat wonokitri bertani adalah

salah satu cara menghormati alam atau bumi dan menurut masyarakat mereka

adalah bagian dari bumi yang kelak akan kembali ke bumi. Penghormatan

masyarakat Wonokitri terhadap alam sangat terihat dari kondisi persawahan yang

bersih dan kondisi lingkungan yang asri. Hal ini menjadikan bentang alam di desa

wonokitri sebagai potensi penarik minat wisatawan. Merantau bukanlah salah satu

kebiasaan warga Desa Wonokitri. Hanya disini mereka lahir, hanya disini mereka

belajar hingga disini pula mereka kembali kepada Sang Hyang Widi.

5.3.6 Potensi Obyek Wisata Budaya Taman Nasional Bromo Tengger

Semeru Sebagai Atraksi Wisata

Obyek wisata budaya merupakan obyek wisata fisik dan kebudayaan

seperti kesenian, peninggalan bersejarah, adat istiadat masyarakat (upacara

tradisional, tata kehidupan sehari-hari), cultural events, special event, dan lain

sebagainya. Terdapat banyak potensi dan kearifan lokal dari desa wonokitri yang

bisa di jadikan dan sudah menjadi sarana pengembangan ekonomi kreatif desa.

Diantaranya kearifan lokal masyarakat secara adat seperti upacara-upacara adat

bisa menjadi sarana atau atraksi wisata yang menarik bagi wisatawan nusantara

maupun wisatawan mancanegara, sehingga dapat mempengaruhi efek multiplier

yang secara langsung ataupun tidak dapat mempengaruhi perubahan sosial dan

ekonomi masyarakat. Dibawah ini adalah daftar Upacara Adat yang ada didesa

Wonokitri yaitu:

1. Upacara Kasada

Perayaan Kasada atau hari raya Kasada atau Kasodoan yang sekarang

disebut Yadnya Kasada, adalah hari raya kurban orang Tengger yang

Page 99: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

80

diselenggarakan pada tanggal 14, 15, atau 16, bulan Kasada, yakni pada saat bulan

purnama sedang menampakkan wajahnya di lazuardi biru. Hari raya kurban ini

merupakan pelaksanaan pesan leluhur orang Tengger yang bernama Raden

Kusuma alias Kyai Kusuma alias Dewa Kusuma, putra bungsu Rara Anteng dan

Jaka Seger, yang telah merelakan dirinya menjadi kurban demi kesejahteraan

ayah, ibu, serta para saudaranya. Kasodoan merupakan sarana komunikasi antara

orang Tengger dengan Hyang Widi Wasa dan roh-roh halus yang menjaga

Tengger. Komunikasi itu dilakukan melalui dukun Tengger, pewaris aktif tradisi

Tengger. Pelaksanaanya di lautan pasi, sisi utara kaki Gunung Batok, dan upacara

pengorbanannya di tepi kawah Bromo.

Gambar 6. Upacara Kasada (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Pasuruan)

Upacara ini sering disebut sebagai upacara kurban. Biasanya lima hari sebelum

upacara Yadnya Kasada, diadakan berbagai tontonan seperti; tari-tarian, balapan

kuda di lautan pasir, jalan sanatai, pameran, menurut Prof. Dr simanhadi

widyaprakosa, akademisi yang meneliti Tengger, dalam bukunya Masyarakat

Tengger, Latar Belakang Daerah Taman Nasional Daerah Bromo, sesajen

persembahan disebut Ongkek terdiri dari 30 macam-macam buah-buahan dan kue.

Ongkek inilah yang akan dibuang di kawah Gunung Bromo. Bahan pembuatan

ongkek diambil dari desa yang selama setahun tidak memiliki warga yang

meninggal. Upacara kasada juga dipakai untuk mewisuda calon dukun baru.

Disebut diksa widhi. Disamping itu ada pula upacara penyucian umat yang

disebut palukatan.

Kepergian dukun Tengger ke Bromo bukan hanya untuk berdoa,

melainkan juga untuk minta berkah kepada yang menjaga Gunung Bromo.

Permintaan itu ditujukan kepada Sang Dewa Kusuma yang dikurbankan (dilabuh)

Page 100: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

81

di Kawah Bromo. Selain meminta sesuatu, dukun Tengger juga memberi sesuatu,

yaitu melaksanakan amanat Raden Kusuma yang diucapkan pada masa lalu yang

berbunyi sebagai berikut: “Dulurku sing isih urip ana ngalam donya, ngalam

padang, mbesuk aku saben wulan Kasada kirimana barang samubarang sing ana

rupa tuwuh, rupa sandhang pangan, saanane sandhang pangan sing rika pangan

ana ngalam donya, weruh rasane, apa sing rika suwun mesti keturutan

kekarepane rika, ya keturutan panjaluke rika ya mesti kinabulna.” (“Saudara-

saudaraku yang masih hidup di dunia, di alam terang, kelak setiap bulan Kasada,

kirimkan kepadaku hasil pertanianmu, dan makanan yang kalian makan di dunia,

agar aku dapat merasakannya. Keinginanmu dan permintaanmu pasti

kukabulkan”).

2. Upacara Karo

Upacara ini bertujuan untuk kembali ke Satyayoga, yakni kesucian.

Upacara Karo juga merupakan upacara besar. Paling besar setelah kasada.

Gambar 7. Upacara Karo (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Pasuruan)

Masyarakat Tengger mempercayai, pada hari Rayo karo inilah sang Hyang

Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) menciptakan “Karo”, yakini dua manusia

berjenis lelaki dan perempuan sebagai leluhurnya, yakni Rara Anteng dan Jaka

Seger. Upacara Karo dilaksanakan 12 hari. Masyarakat Tengger mengenakan

pakaian baru, perabot baru. Makanan melimpah pada hari raya, dan antar keluarga

saling mengunjungi.

Perayaan Karo atau hari raya Karo orang Tengger yang jatuh pada bulan

ke-2 kalender Tengger (bulan Karo) sangat mirip dengan perayaan Lebaran atau

hari raya Fitri yang dirayakan umat Islam. Pada hari berbahagia tersebut orang

Tengger saling berkunjung, baik ke rumah sanak saudara maupun tetangga, untuk

memberikan ucapan selamat Karo dan bermaaf-maafan. Perayaan ini berlangsung

Page 101: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

82

Page 102: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

83

Page 103: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

84

sumber air sebagai sumber kehidupan warga suku Tengger di Gunung Bromo.

Sedangkan upacara tradisi Mayu Desa dilakukan agar warga masyarakat serta

desa yang ditinggalinnya aman dari sengkala (bencana).

9. Upacara Bari‟an

Upacara ini dilakukan setelah terjadi bencana alam, juga dilaksanakan

sebagai wujud ungkapan syukur kepada Sang Hyang Widi. Selain upacara adat

yang ada di desa wonokitri wisatawan juga bisa diajak untuk menikmati

keindahan alam yang menyejukkan mata, Sistem pertanian yang unik di dataran

tinggi bromo terutama desa wonokitri pun bisa menjadi objek wisata berupa

wisata ekologi dan tracking bagi wisatawan yang berminat.

Uraian di atas menunjukkan, meskipun kawasan Tengger mendapat

tekanan baik yang berdimensi ekonomi, agama, dan budaya, para dukun Tengger

masih tetap berperan sebagai pewaris aktif tradisi Walandhit dan Majapahit. Itu

berarti bahwa masyarakat masih melaksanakan peribadatan sesuai dengan

kepercayaan masyarakat dan menggunakan alat-alat ritual yang bercitra Hindu

seperti Gentha, Kropak, Prasen (tempat air suci) dan Prapen (tempat api dan

kemenyan), dan mengenakan sampet (selendang, yang biasa dipakai oleh pendeta

Indu pada zaman Majapahit). Masyarakat juga masih memuliakan Gunung Bromo

dan gunung-gunung lain di sekitarnya. Meskipun begitu, masyarakat tidak

membutuhkan media politik untuk meraih status sosial, prestise, atau akses

menuju kekuasaan dan oleh karenanya tidak pernah terlibat konflik politik secara

berarti. Masyarakat, meskipun sudah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi,

lebih memilih sebagai petani daripada profesi lain. Semangat pluralisme yang

diejawantahkan melalui sikap budaya dan agama membuat orang Tengger

terbebas dari konflik yang berdimensi etnis dan keagamaan.

Adanya lembaga Rukun Wisata yang memfasilitasi hal ini sangat penting

peranannya sebagai ujung tombak penyebar informasi terhadap wisatawan dengan

mengeksplorasi semua sudut dan potensi yang ada di desa Wonokitri sehingga

tingkat intensitas kedatngan wisatawan bertambah dan tidak hanya selalu terpusat

pada gunung Bromo saja. Selain itu Desa Wonokitri sebagai desa terkahir dan

sebagai pintu masuk sebelum menuju penanjakan mendapatkan dampak dari segi

ekonomi (multiplier efect).

Page 104: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Wonokitri,

Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, dihasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Peluang Usaha dan Kerja Bagi Masyarakat Lokal.

Kunjungan wisatawan ke kawasan Taman Nasional Bromo Tengger

Semeru telah menciptakan perubahan matapencaharian dan beberapa peluang

usaha dan kerja di luar sektor pertanian. Petani lapisan menengah keatas yang

memiliki cukup modal memanfaatkan peluang usaha dengan membuka bisnis

home stay, transportasi lokal jeep dan warung makan. Sedangkan petani

lapisan menengah kebawah yang memiliki keterbatasan modal memilih

menjadi, tukang ojek, kibir, penjual bunga, dan pedagang asongan.

2. Dampak Sosial, Ekonomi dan Budaya

a. Dampak sosial yang terjadi yaitu peningkatan status sosial telah mendorong

masyarakat sekitar obyek wisata untuk berpartisipasi dan meningkatkan

pendidikan anak-anaknya, masyarakat mulai mempelajari bahasa diluar

bahasa tengger, dan masyarakat mulai terbuka sehingga dapat membagikan

pengetahuan atau informasi mengenai berbagai adat dan budaya Tengger

kepada masyarakat luas.

b. Dampak ekonomi yang terjadi adalah pariwisata telah meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di Desa Wonokitri, khususnya lapisan menengah

keatas karena petani memiliki modal untuk membuka peluang usaha.

Namun manfaat ekonomi kurang dirasakan oleh petani lapisan menengah

kebawah karena pendapatan di sektor pariwisata hanya mampu memenuhi

kebutuhan pokok sehari-hari. Pariwisata mampu memperbaiki kesempatan

kerja, mengurangi pengangguran, dan meningkatkan efek multiplier dalam

perekonomian setempat.

c. Dampak terhadap budaya, perkembangan ecotourism tidak berpengaruh

pada eksistensi budaya suku Tengger. Karena pemerintah pusat dan daerah

mendukung atau melindungi keunikan budaya Tengger, dengan cara

memberi otonomi (otoritas) penuh kepada pemimpin adat Tengger (Dukun).

Page 105: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

86

Ketiga unsur kebudayaan suku Tengger seperti upacara adat, kegiatan adat,

dan bahasa yang digunakan hingga kini masih dilaksanakan dalam

kehidupan masyarakat.

3.Dampak Aktivitas Pariwisata TNBTS Terhadap Kegiatan Usahatani

Persentase sebesar 76,67 persen menunjukkan bahwa keterlibatan

petani dalam aktivitas jasa wisata tidak berdampak secara signifikan terhadap

alokasi pendapatan dan perhatian terhadap kegiatan usahatani. Masyarakat

Desa Wonokitri lapisan menengah keatas mengalokasikan pendapatan dari

sektor pariwisata ke dalam pengelolaan usahataninya, sedangkan untuk lapisan

menengah ke bawah mengalokasikan pendapatan wisata untuk pemenuhan

kebutuhan sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan yang

diterima petani dari aktivitas wisata TNBTS lebih besar daripada pendapatan

usahatani untuk petani kalangan menengah kebawah, sedangkan untuk petani

kalangan menengah keatas memiliki pendapatan yang lebih besar dari sektor

pertanian.

6.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dari hasil analisis penelitian ini,

dikemukakan saran-saran yang dianggap penting sebagai masukan untuk aktivitas

usahatani dan aktivitas pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di

Desa Wonokitri, diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah dan Lembaga Pariwisata, perlu memberikan pengetahuan,

pelatihan, bimbingan, supervisi dan apresiasi pengembangan kebudayaan dan

pariwisata serta meningkatkan efektivitas peran sebagai regulator dan

fasilitator dalam peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang

kebudayaan dan pariwisata agar masyarakat lebih kompeten dalam

memanfaatkan peluang usaha dan kerja yang muncul akibat adanya aktivitas

pariwisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan bermanfaat bagi

kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Selain itu perlu program

peminjaman modal untuk pengembangan usahatani di Desa Wonokitri agar

masyarakat lapisan menengah kebawah tidak kesulitan mencari modal

sehingga petani dapat mempertahankan usahataninya, dan diperlukan adanya

Page 106: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

87

inisiasi dari instansi-instansi terkait dengan kegiatan pertanian, konservasi, dan

pariwisata agar terjadi perkembangan ekowisata yang berkelanjutan dan ramah

lingkungan.

2. Bagi Petani, petani hendaknya dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada

untuk mendukung kesejahteraannya, seperti membangun desa wisata atau

dengan melakukan pengolahan pasca panen untuk meningkatkan harga jual

komoditas pertaniannya.

3. Bagi Peneliti, penelitian selanjutnya diperlukan adanya analisis komparatif

antara pendapatan petani di sektor pertanian dan petani di sektor pariwisata di

daerah penelitian setempat. Hal ini perlu dilakukan sebagai pembanding,

sehingga dapat terlihat secara jelas perbedaan pendapatan dan perubahan

kondisi ekonomi petani di daerah peneltian setempat

Page 107: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

DAFTAR PUSTAKA

Ariesta, Ira. 2011. Pengaruh Diversifikasi Usaha terhadap Profitabilitas dengan

Leverage sebagai Variabel Intervening Studi Empiris pada Perusahaan

Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Tahun 2008-2010. Yogyakarta : Universitas Atma Jaya.

Badan Pusat Statistik. 2016. BPS: Kunjungan Wisman ke Indonesia Capai Rekor

Tertinggi. http://traveling.bisnis.com ( 04 Januari 2017).

Bungin, B. 2001. Metodologi Penelitian Sosial (Format-Format Kuantitatif dan

Kualitatif). Surabaya : Airlangga University Press.

Damanik, Janianton dan Helmut F. Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata.

Yogyakarta : Penerbit Andi.

Erawan, I Nyoman. 1994. Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi (Bali Sebagai

Kasus). Denpasar : UPADA Sastra.

John W. Creswell. (1998). Qualitative Inquiry And Research Design: Choosing

Among Five Traditions. London : SAGE Publications.

Kemenpar. 2015. Pariwisata Kini Jadi Andalan Pendulang Devisa Negara. http://

kemenpar.go.id (17 Agustus 2017).

Kemenpar. 2016. Siaran Pers Kunjungan Wisman 2015 Lampaui Target.

http://kemenpar.go.id (04 Januari 2017)

Lindberg,K dan Hawkins,D.E. (2002). Ekowisata: Petunjuk untuk perencanaan

dan pengelolaan. Jakarta : Yayasan Alami Mitra Indonesia.

Mantra, Ida Bagoes. 2007. Demografi Umum. Edisi Kedua. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Miles, M. B. dan A. M. Huberman. 1984. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI-

Press.

. 1992. Analisa Data Kualitatif, Jakarta : UI

Press.

Miles, Mattew B dan A. Michael Huberman (2007). Analisis Data Kuaitatif,

Buku sumber tentang metode-metode baru. Jakarta : Universitas Indonesia

Press.

Musanef. 1995. Manajemen Usaha Pariwisata di Indonesia. Jakarta : PT. Toko

Gunung Agung.

Page 108: DAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL ...repository.ub.ac.id/6085/1/Fatmawati Nur Habiba.pdfDAMPAK AKTIVITAS PARIWISATA TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU TERHADAP PERUBAHAN

89

Nazir , Moh. 2002. Metode Analisis Deskriptif. Yogyakarta : Penerbit Erlangga.

Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata Pengantar Perdana. Jakarta : Pradnya

Paramita

. 2006. Ilmu Pariwisata. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Pitana, I Gde. 1999. Pelangi Pariwisata Bali. Denpasar : Penerbit Bali Post.

. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta : CV Andi Offset.

Robert K. Yin. (1989). Case Study Research Design and Methods. Washington

COSMOS Corporation.

Sadono, Dwi, Soeryo Adiwibowo, dan Arya H. Dharmawan. 1992. Dampak

Pariwisata terhadap Peluang Usaha dan Kerja Luar Pertanian di

Pedesaan: Kasus di Daerah Wisata Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa

Barat. Bogor : Pusat Studi Pembangunan - Lembaga Penelitian IPB.

Santoso, Budi, dan Hessel Nogi S Tangkilisan. 1992. Strategi Pengembangan Sektor

Pariwisata, Perspektif Manajemen Strategik Sektor Publik. Yogyakarta :

YPAPI

Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Press.

Stake, R.E. 1995. The Art of Case Study Research. Thousand Oaks, CA: Sage

Publications.

Sugiono 2011. Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 3 Tujuan Kepariwisataan.

Usman, dan Akbar. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta : Bumi Aksara

Wahab, Saleh. 1994. Manajemen Pariwisata.Jakarta : PT Pradya Paramitha.

Yin, K. Robert. 2011. Studi Kasus (Desain dan Metode). Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada (Rajawali Press)

Yoeti, Oka A. 1996. Anatomi Pariwisata Terpadu. Bandung : Penerbit Angkasa.

. 2008. Ekonomi Pariwisata. Jakarta : Buku Kompas