Dalil Malus

5
FISIKA DASAR II (OPTIK) DALIL MALUS Disusun Oleh : Gresi Dwiretno (14030184057) Adisty Halimatus Sya’diyah (14030184089) Choiru Ichwannanta (14030184092) Iis Avriyanti (14030184093) Silvi Novrian Yulandari (14030184094) Eli Ambarwati (14030184098) Pendidikan Fisika B 2014 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Transcript of Dalil Malus

Page 1: Dalil Malus

FISIKA DASAR II (OPTIK)

DALIL MALUS

Disusun Oleh :

Gresi Dwiretno (14030184057)

Adisty Halimatus Sya’diyah (14030184089)

Choiru Ichwannanta (14030184092)

Iis Avriyanti (14030184093)

Silvi Novrian Yulandari (14030184094)

Eli Ambarwati (14030184098)

Pendidikan Fisika B 2014

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2015

Page 2: Dalil Malus

DALIL MALUS PADA POLARISASI CAHAYA

A. Pengertian Polarisasi Cahaya

Polarisasi cahaya atau polarisasi optik adalah salah satu sifat cahaya yang bergerak secara osillasi dan menuju arah tertentu. Karena cahaya termasuk gelombang elektromagnetik, maka cahaya ini mempunyai medan listrik, E dan juga merupakan medan magnet, H yang keduanya saling beroscilasi dan saling tegak lurus satu sama lain, serta tegak lurus terhadap arah rambatan.

Cahaya juga dikategorikan sebagai gelombang transversal; yang berarti bahwa cahaya merambat tegak lurus terhadap arah osilasinya. Adapun syaratnya adalah bahwa gelombang tersebut mempunyai arah osilasi tegak lurus terhadap bidang rambatannya. Gelombang bunyi, berbeda dengan gelombang cahaya, tidak dapat terpolarisasi sehingga dia bukan gelombang transversal.

Suatu cahaya dikatakan terpolarisasi apabila cahaya itu bergerak merambat ke arah tertentu. Arah polarisasi gelombang ini dicirikan oleh arah vektor bidang medan listrik gelombang tersebut serta arah vektor bidang medan magnetnya.

B. Macam-macam polarisasi

a. Polarisasi Cahaya Karena Pemantulan.

Polarisasi linier terjadi bila cahaya yang datang pada cermin dengan sudut 570.

b. Polarisasi Cahaya Karena Pemantulan dan Pembiasan.

Polarisasi linier terjadi bila sinar pantul oleh benda bening dengan sinar bias membentuk sudut 900.

Rumus.

Page 3: Dalil Malus

r + r = 900

ip = r ip + r = 900

r = 900 - ip

Menurut Hukum Snellius :

n'

n =

sin ipsin r

sin ipsin (900−ip ) =

n'

n

sin ipcos ip =

n'

n

Persamaan ini disebut : HUKUM BREWSTER.

Ditemukan oleh : David Brewster (1781-1868)

Keterangan :

ip = Sudut datang (sudut terpolarisasi)

N = Index bias udara

N = Index bias benda bening.

c. Polarisasi Cahaya Karena Pembiasan Ganda.

1

2

Sinar (1) = Sinar istimewaKarena tidak mengikuti hukum snellius (hukum pembiasan)

Sinar (2) = Sinar biasaKarena mengikuti hukum Snellius.

tg ip = n'

n

Page 4: Dalil Malus

Pembiasan berganda ini terjadi pada kristal :- Calcite- Kwarsa- Mika- Kristal gula- Kristal es.

d. Polarisasi Cahaya Karena Absorbsi Selektif.

Suatu cahaya tak terpolarisasi datang pada lembar polaroid pertama disebut POLARISATOR, dengan sumbu polarisasi ditunjukkan oleh garis-garis pada polarisator. Kemudian dilewatkan pada polaroid kedua yang disebut ANALISATOR. Maka intensitas sinar yang diteruskan oleh analisator I, dapat dinyatakan sebagai :

Dengan I0 adalah intensitas gelombang dari polarisator yang datang pada analisator.

Sudut adalah sudut antara arah sumbu polarisasi dan polarisator dan analisator.

C. Dalil Malus

Persamaan dikenal dengan HUKUM MALUS, ditemukan oleh Etienne Louis Malus pada tahun 1809.

Dari persamaan hukum Malus ini dapat disimpulkan :

1. Intensitas cahaya yang diteruskan maksimum jika kedua sumbu polarisasi sejajar ( = 00 atau = 1800).

2. Intensitas cahaya yang diteruskan = 0 (nol) (diserap seluruhnya oleh analisator) jika kedua sumbu polarisasi tegak lurus satu sama lain.

I = I0 cos2

I = I0 cos2