DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SKRIPSIlib.unnes.ac.id/30143/1/2101412172.pdf ·...
Transcript of DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SKRIPSIlib.unnes.ac.id/30143/1/2101412172.pdf ·...
KEEFEKTIFAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING
TIPE ROUND TABLE DAN TIPE SEQUENCE CHAINS
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK
PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 KEDU, TEMANGGUNG
SKRIPSI
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Nama : Hana Amalia
NIM : 2101412172
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
iii
iv
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
1. “Barang siapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhan itu untuk
dirinya sendiri‖. (Al-Ankabut: 6)
2. ―Bertakwalah pada Allah maka Allah akan mengajarimu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.‖ (Al-Baqarah: 282)
3. ―Wahai anakku! Dunia ini bagaikan samudera tempat banyak ciptaan-
ciptaan-Nya yang tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan menyebut
nama Allah. Jadikan ketakutanmu pada Allah sebagai kapal-kapal yang
menyelamatkanmu. Kembangkanlah keimanan sebagai layarmu, logika
sebagai pendayung kapalmu, ilmu pengetahuan sebagai nahkoda
perjalananmu, dan kesabaran sebagai jangkar dalam setiap badai cobaan.‖
(Ali bin Abi Tholib ra.)
Persembahan
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Orang tua dan keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung peneliti.
2. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia tercinta.
3. Almamater, Universitas Negeri Semarang
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt., yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Salawat serta
salam senantiasa tercurahkan pada Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga dan
para sahabatnya. Dengan berucap syukur penulis akhirnya dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul ―Keefektifan Model Collaborative Learning Tipe Round
Table dan Tipe Sequence Chains dalam Pembelajaran Menulis Teks Cerita
Pendek pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Kedu, Temanggung‖.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tersusun bukan atas kemampuan dan
usaha penulis sendiri. Usaha dan kerja keras dari peneliti tidak lepas dari
dorongan serta bimbingan dari dosen pembimbing I, Sumartini, S.S., M.A. yang
telah sabar, tulus, ikhlas, berkenan meluangkan waktu untuk membimbing
peneliti. Begitu juga dengan dorongan serta bimbingan dari dosen pembimbing II,
Wati Istanti, S. Pd., M. Pd. yang dengan senang hati, sabar, rela meluangkan
waktu untuk membimbing peneliti, memberikan saran serta solusi terbaik dalam
proses penyelesaian penelitian ini.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan, serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberi kesempatan
pada penulis untuk belajar di Universitas Negeri Semarang;
vii
2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan izin dan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;
3. Dr. Haryadi, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
memberikan izin serta arahan pada penulis selama proses penelitian;
4. Semua Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
memberikan bekal ilmu dan pengetahuan sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi ini;
5. Dra. Tri Marwanti, Kepala SMP Negeri 3 Kedu, Temanggung yang telah
memberikan izin penelitian;
6. Lis Wahyu Hidayatun, S.Pd., guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 3
Kedu yang senantiasa memberikan bimbingan pada penulis selama proses
penelitian;
7. Bapak dan Ibu guru beserta seluruh Staf karyawan di SMP Negeri 3 Kedu
yang berkenenan membantu penulis dalam penelitian;
8. Seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kedu, Temanggung yang bersedia
membantu penulis selama penelitian;
9. Kedua orang tua penulis yang selalu mendoakan, memberikan dukungan,
semangat, dan motivasi.
viii
10. Sahabat serta teman-teman yang selalu memberikan semangat, dukungan,
dan dorongan pada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini;
11. Semua pihak yang telah membantu selama proses dan penyelesaian skripsi
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis tidak bisa membalas kebaikan-kebaikan dan berbagai pihak yang
telah membantu penulis. Penulis hanya bisa mendoakan agar kebaikan-kebaikan
tersebut dicatat Tuhan sebagai amal baik dan dibalas amal baiknya dengan pahala
yang berlipat ganda. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca untuk
menambah khasanah cakrawala keilmuannya.
Semarang, April 2017
Hana Amalia
ix
SARI
Amalia, Hana. 2017. ―Keefektifan Model Collaborative Learning Tipe Round
Table dan Tipe Sequence Chains dalam Pembelajaran Menulis Teks Cerita
Pendek pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Kedu‖. Skripsi. Jurusan Bahasa
dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing I: Sumartini, S.S., M.A. Pembimbing II: Wati
Istanti, S. Pd., M. Pd.
Kata Kunci : Pembelajaran Menulis Teks Cerita Pendek, Model kolaboratif tipe
Round Table, Model Kolaboratif Tipe Sequence Chains
Pembelajaran sastra di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) saat ini
sudah diarahkan pada kegiatan apresiasi sastra. Siswa dituntut untuk tidak sekadar
menikmati karya sastra dengan membaca tetapi diharapkan mampu menghasilkan
karya sastra. Salah satu jenis karya sastra yang diajarkan pada siswa tingkat
menengah pertama (SMP) yaitu pembelajaran teks cerita pendek. Berdasarkan
hasil observasi yang peneliti lakukan di SMP Negeri 3 Kedu, Temanggung
diperoleh informasi bahwa kemampuan siswa dalam penulisan karya sastra masih
kurang karena siswa belum terbiasa mengungkapkan ide atau gagasan secara
tertulis. Kurang bervariasinya model pembelajaran yang diterapkan pendidik
dalam mengajarkan materi menulis teks cerpen menjadi salah satu faktor
penghambat siswa dalam menulis. Siswa menjadi bosan dan kurang antusias saat
proses belajar berlangsung sehingga hasil belajar yang diperoleh kurang
maksimal. Oleh sebab itu, peneliti ingin melakukan penelitian dengan
menerapkan model kolaboratif tipe Round Table dan tipe Sequence Chains untuk
mengatasi permasalahan siswa dalam menulis teks cerpen serta meningkatkan
keterampilan menulis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui
keefektifan model kolaboratif tipe Round Table dalam pembelajaran menulis teks
cerita pendek pada siswa kelas VII SMP, (2) mengetahui keefektifan model
kolaboratif tipe Sequence Chains dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek
pada siswa kelas VII SMP, (3) mengetahui perbandingan keefektifan model
pembelajaran kolaboratif tipe Round Table dan tipe Sequence Chains dalam
pembelajaran menulis teks cerita pendek siswa kelas VII SMP.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen (Experiment Research)
dengan desain quasi experimental (pretest – posttest two experimental group
design). Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan
dengan teknik Cluster random sampling yaitu mengambil tiga kelas secara acak
pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kedu dengan ditetapkannya kelas VII A
(kelas kontrol), kelas VII B (kelas eksperimen I), dan kelas VII C (kelas
eksperimen II). Kelas eksperimen I yang berjumlah 23 siswa diberi perlakuan
dengan model kolaboratif tipe Round Table, kelas eksperimen II yang berjumlah
24 siswa diberi perlakuan dengan model kolaboratif tipe Sequence Chains, dan
kelas kontrol yang berjumlah 24 siswa tidak diberi perlakuan apapun. Sebelum
diberi perlakuan siswa diminta mengerjakan soal pretest untuk mengetahui
kemampuan awal siswa dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek.
x
Selanjutnya diberi perlakuan dan di akhir pembelajaran siswa diminta
mengerjakan soal posttest untuk mengetahui hasil akhir keterampilan siswa dalam
menulis teks cerita pendek.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa (1) model
pembelajaran kolaboratif tipe Round Table efektif digunakan dalam pembelajaran
menulis teks cerita pendek pada siswa kelas VII SMP, (2) model pembelajaran
kolaboratif tipe Sequence Chains efektif digunakan dalam pembelajaran menulis
teks cerita pendek pada siswa kelas VII SMP, dan (3) tidak ada perbedaan hasil
belajar siswa yang signifikan penerapan model kolaboratif tipe Round Table dan
tipe Sequence Chains dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek pada siswa
kelas VII SMP karena kedua tipe model pembelajaran tersebut sama-sama belajar
dengan cara berdiskusi kelompok. Tetapi kedua model pembelajaran kolaboratif
tersebut lebih efektif diterapkan pada proses pembelajaran menulis teks cerita
pendek dibandingkan dengan penerapan model pembelajaran yang digunakan
guru.
Saran dari peneliti terkait dengan penerapan model pembelajaran kolaboratif
tipe Round Table dan tipe Sequence Chains adalah guru hendaknya memberikan
batasan waktu yang lebih lama pada saat proses pembelajaran dengan model
kolaboratif tipe Round Table berlangsung agar hasil menulis teks cerita pendek
siswa menjadi maksimal. Selain itu penggunaan media pembelajaran yang kreatif,
inovatif, dan menarik sangat membantu saat proses pembelajaran berlangsung.
Siswa akan terbantu dalam menuangkan ide, mengembangkan alur,
mendeskripsikan tokoh dan penokohan, mengembangkan latar, serta menyusun
kalimat menjadi teks cerita pendek yang utuh dan padu. Sebaiknya guru juga
memilih tema pembelajaran yang mudah dan menarik agar siswa tidak cepat
bosan selama proses pembelajaran. Hendaknya guru memiliki tips dan trik dalam
mensiasati siswa yang jenuh saat proses pembelajaran berlangsung misalnya
dengan memberikan ice-breaking di tengah proses pembelajaran, menayangkan
tayangan video motivasi atau menceritakan kisah pengalaman yang lucu dan
menarik.
xi
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. iii
PERNYATAAN ............................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. v
PRAKATA ............................................................ vi
SARI ............................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................ xvii
DAFTAR DIAGRAM ............................................................ xviii
DAFTAR BAGAN ............................................................ xix
DAFTAR TEKS ............................................................ xx
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................ xxi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................. 7
1.3 Pembatasan Masalah .............................................................. 8
1.4 Rumusan Masalah ............................................................. 9
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................. 9
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................. 10
BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN LANDASAN TEORITIS
2.1 Kajian Pustaka .............................................................. 13
2.2 Landasan Teori .............................................................. 19
2.2.1 Hakikat Menulis .............................................................. 19
xii
2.2.2 Hakikat Teks Cerita Pendek ............................................................ 26
2.2.2.1 Struktur Teks Cerita Pendek ............................................................ 28
2.2.2.2 Unsur-Unsur Teks Cerita Pendek ................................................ 28
2.2.2.3 Langkah-Langkah Menulis Cerpen ................................................ 33
2.2.3 Hakikat Model Pembelajaran Kolaboratif .................................... 36
2.2.3.1 Hakikat Model Kolaboratif Tipe Round Table ........................ 41
2.2.3.2 Hakikat Model Kolaboratif Tipe Sequence Chains ........................ 47
2.2.4 Keefektifan Pembelajaran Menulis Teks Cerita Pendek dengan Model
Kolaboratif Tipe Round Table dan Tipe Sequence Chains ............ 49
2.3 Kerangka Berpikir ........................................................................ 51
2.4 Hipotesis Tindakan ........................................................................ 53
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ....................................................................... 56
3.2 Popolasi dan Sampel ....................................................................... 59
3.2.1 Populasi ....................................................................... 59
3.2.2 Sampel ....................................................................... 59
3.3 Variabel Penelitian ....................................................................... 60
3.3.1 Variabel Terikat ....................................................................... 60
3.3.2 Variabel Bebas ...................................................................... 61
3.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian .................................. 62
3.4.1 Tempat Penelitian .......................................................... 62
3.4.2 Waktu Penelitian .......................................................... 63
3.5 Instrumen Penelitian .......................................................... 63
3.5.1 Instrumen Tes .......................................................... 63
3.5.2 Instrumen Penilaian .......................................................... 64
xiii
3.5.3 Instrumen Perlakuan ............................................................ 70
3.5.4 Instrumen Observasi ........................................................... 79
3.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 80
3.6.1 Teknik Tes ............................................................ 81
3.6.2 Observasi ............................................................ 81
3.6.3 Dokumentasi ............................................................ 81
3.7 Teknik Analisis Data ............................................................ 82
3.7.1 Analisis Data Awal ............................................................ 82
3.7.1.1 Uji Normalitas ............................................................ 82
3.7.1.2 Uji Homogenitas ............................................................ 83
3.7.1.3 Uji Varians Klasifikasi Tunggal ................................................ 85
3.7.2 Analisis Data Akhir .............................................................. 88
3.7.2.1 Uji Normalitas .............................................................. 88
3.7.2.2 Uji Homogenitas .............................................................. 89
3.7.2.3 Uji Varians Klasifikasi Tunggal .................................................. 92
3.7.2.4 Uji – t .............................................................. 94
3.7.2.5 Uji Eksperimen (Uji – t Dua Pihak) .................................................. 99
3.8 Prosedur Penelitian ............................................................. 101
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Keefektifan Model Kolaboratif Tipe Round Table dalam Pembelajaran
Menulis Teks Cerpen ......................................................................... 104
4.1.1 Proses Pembelajaran Menulis Teks Cerpen dengan Model Kolaboratif
Tipe Round Table ............................................................. 105
4.1.2 Hasil Tes Awal Kelas Eksperimen I (Model Kolaboratif Tipe
Round Table) ............................................................. 116
xiv
4.1.3 Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimen 1 ................................................. 118
4.1.4 Perbandingan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Eksperimen 1 .... 120
4.1.5 Pembahasan Hasil Pembelajaran Menulis Teks Cerpen dengan Model
Kolaboratif Tipe Round Table ................................................. 125
4.2 Keefektifan Model Kolaboratif Tipe Sequence Chains
dalam Pembelajaran Menulis Teks Cerpen ............................................. 131
4.2.1 Proses Pembelajaran Menulis Teks Cerpen dengan
Model Kolaboratif Tipe Sequence Chains ............................................... 132
4.2.1 Hasil Tes Awal Kelas Eksperimen 2 ...................................................... 137
4.2.3 Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimen 2 ..................................................... 139
4.2.4 Perbandingan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Eksperimen 2 ..... 141
4.2.5 Pembahasan Hasil Pembelajaran Menulis Teks Cerpen
Kelas Eksperimen 2 ................................................................................ 147
4.3 Proses Pembelajaran Menulis Teks Cerpen dengan
Model yang Digunakan Guru ............................................................. 152
4.3.1 Hasil Tes Awal Kelas Kontrol ............................................................. 156
4.3.2 Hasil Tes Akhir di Kelas Kontrol ................................................. 158
4.3.3 Perbandingan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Kontrol ............. 160
4.4 Uji Persyaratan Analisis ........................................................................ 162
4.4.1 Uji Normalitas Sebaran ........................................................................ 162
4.4.2 Uji Homogenitas Varian .......................................................................163
4.4.3 Uji Anava Satu Arah ............................................................................. 164
4.4.4 Uji – t satu pihak model Round Table dengan
Model yang Digunakan Guru ............................................................... 165
4.4.5 Uji – t pihak Model Sequence Chains dengan
Model yang digunakan guru ..................................................................166
4.4.6 Uji – t Dua Pihak Model Kolaboratif Round Table
dan Model Kolaboratif Tipe Sequence Chains ............................166
xv
4.5 Pembahasan ............................................................................................. 167
4.5.1 Hipotesis 1 Keefektifan Model Round Table dengan Model
Pembelajaran Guru pada Pembelajaran Menulis Cerpen ................. 168
4.5.2 Hipotesis 2 Keefektifan Model Sequence Chains dengan
Model Pembelajaran Guru pada Pembelajaran Menulis Cerpen ....... 169
4.5.3 Hipotesis 3 Perbedaan Keefektifan Model Round Table dan
Model Sequence Chains pada Pembelajaran Menulis Cerpen ......... 171
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan .......................................................................... 174
5.2 Saran .......................................................................... 175
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 177
LAMPIRAN ......................................................................... 180
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian ........................................................... 58
Tabel 3.2 Aspek Penilaian Menulis Cerita Pendek ....................... 65
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Menulis Cerita Pendek ................ . 66
Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Menulis Cerpen ................................. 69
Tabel 3.5 Standar Penilaian Menulis Cerita Pendek .............................. 69
Tabel 3.6 Uji Bartlett ...................................................................... 84
Tabel 3.7 Ringkasan Anova untuk menguji Hipotesis k sampel ... 87
Tabel 3.8 Uji Bartlett ...................................................... 90
Tabel 3.9 Ringkasan Anova untuk menguji Hipotesis k sampel ........... 94
Tabel 4.1 Sintakmatik Model Kolaboratif tipe Round Table .....
108
Tabel 4.2 Hasil Observasi Kelas Eksperimen 1
(Model Kolaboratif Tipe Round Table) ............................... 112
Tabel 4.3 Peningkatan Rata-Rata Aspek Pengetahuan
Kelas Eksperimen 1 .............................................................. 115
Tabel 4.4 Hasil Belajar Awal Kelas Eksperimen 1 ................... 116
Tabel 4.5 Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimen 1 ................................... 119
Tabel 4.6 Kriteria Penilaian Menulis Teks Cerpen .................... 121
Tabel 4.7 Hasil Belajar Awal Kelas Eksperimen 2 ............................... 137
Tabel 4.8 Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimen 2 ................................... 141
Tabel 4.9 Aspek Penilaian Menulis Teks Cerpen ............................... 142
Tabel 4.10 Kriteria Penilaian Menulis Teks Cerpen ............................ 143
Tabel 4.11 Hasil Penilaian ................................................................... 130
Tabel 4.12 Hasil Tes Awal Kelas Kontrol 2 ....................................... 157
xvii
Tabel 4.13 HasilTes Akhir Kelas Kontrol ............................................ 159
Tabel 4.15 Hasil Penilaian .................................................................. 150
Tabel 4.16 Uji Normalitas Data Awal .................................................. 163
Tabel 4.17 Uji Homogenitas Awal ....................................................... 164
Tabel 4.18 Analisis Awal Uji Anava ................................................... 165
xviii
DAFTAR DOKUMENTASI GAMBAR
Dokumentasi gambar 4.1 aspek spiritual siswa ............................... 113
Dokumentasi gambar 4.2 Aspek sosial percaya diri ....................... 114
Dokumentasi gambar 4.3 Aspek sikap sosial bertanggung jawab .. ..... 114
Dokumentasi gambar 4.4 Aspek sikap sosial percaya diri siswa ........... 136
Dokumentasi gambar 4.5 aspek sikap bertanggung jawab ........... 136
Dokumentasi gambar 4.6 Guru Menjelaskan Materi Teks Cerpen
di Kelas Kontrol ........................................................................ 153
Dokumentasi Gambar 4.7 Guru Membimbing Siswa Menulis
Teks Cerita Pendek di Kelas Kontrol ........................................ 154
xix
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Struktur Isi Teks Cerita Pendek Menurut Kemendikbud ..... 28
Bagan 2.2 Kerangka Berpikir ............................................................... 53
xx
DAFTAR DIAGRAM
Gambar 4.1 Diagram Hasil Tes Awal Kelas Eksperimen I
(Model Kolaboratif Tipe Round Table) .............................. 117
Gambar 4.2 Diagram Rata-Rata Nilai Tes Awal
dan Nilai Tes Akhir Kelas Eksperimen 1 ............................. 125
Gambar 4.3 Diagram Hasil Tes Awal Kelas Eksperimen 2 ............ 138
Gambar 4.4 Diagram Rata-Rata Nilai Tes Awal
dan Nilai Tes Akhir Kelas Eksperimen 2.............................. 146
Gambar 4.5 Diagram Hasil Tes Awal Kelas Kontrol ...................... 158
Gambar 4.6 Diagram Rata-Rata Nilai Tes Awal (Pretest)
dan Nilai Tes Akhir (Posttest) Kelas Kontrol ...................... 160
xxi
DAFTAR TEKS
Teks Cerpen (Terjebak di Lift) ................................................... 124
Teks Cerpen (Cinta Sejati) ................................................... 137
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ....................................... 180
Lampiran 2 Daftar Siswa Kelas Eksperimen I ....................................... 181
Lampiran 3 Daftar Siswa Kelas Eksperimen II ....................................... 182
Lampiran 4 Silabus ....................................................................................... 183
Lampiran 5 RPP Kelas Eksperimen I ................................................... 187
Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa .............................................................. 198
Lampiran 7 Materi Teks Cerpen .................................................................... 203
Lampiran 8 RPP Kelas Eksperimen II ............................................... 205
Lampiran 9 RPP Kelas Kontrol ............................................... 209
Lampiran 10 Pedoman Penskoran Kompetensi Pengetahuan ......................... 210
Lampiran 11 Pedoman Penilaian Aspek Keterampilan ........................... 212
Lampiran 12 Lembar Kerja Siswa Kelompok Eksperimen I ............... 214
Lampiran 13 Lembar Kerja Siswa Individu ....................................... 215
Lampiran 14 Lembar Kerja Kelompok Eksperimen II ............................. 216
Lampiran 15 Lembar Soal Pengetahuan ................................................... 217
Lampiran 16 Daftar Nilai Perilaku Awal Kelas Eksperimen I .............. 223
Lampiran 17 Daftar Nilai Perilaku Akhir Kelas Eksperimen I ............... 224
Lampiran 18 Daftar Nilai Perilaku Awal Kelas Eksperimen II ............... 225
Lampiran 19 Daftar Nilai Perilaku Akhir Kelas Eksperimen II ............... 226
Lampiran 20 Daftar Nilai Pengetahuan Kelas Eksperimen 1 ............... 227
Lampiran 21 Daftar Nilai Pengetahuan Tes Awal Kelas Eksperimen 2 ......... 228
xxiii
Lampiran 22 Daftar Nilai Keterampilan Tes Awal Kelas Eksperimen 1 ....... 229
Lampiran 23 Daftar Nilai Keterampilan Tes Awal Kelas Eksperimen II ....... 230
Lampiran 24 Daftar Nilai Keterampilan Tes Awal Kelas Kontrol .............. 231
Lampiran 25 Uji Normalitas Data Awal Kelas Eksperimen I .............. 232
Lampiran 26 Uji Normalitas Data Awal Kelas Eksperimen II .............. 233
Lampiran 27 Uji Normalitas Data Awal Kelas Kontrol .......................... 234
Lampiran 28 Daftar Nilai Keterampilan Tes Akhir Kelas Eksperimen 1 ...... 235
Lampiran 29 Uji Normalitas Data Akhir Kelas Eksperimen 1 .............. 236
Lampiran 30 Daftar Nilai Keterampilan Tes Akhir Kelas Eksperimen 2 ...... 237
Lampiran 31 Uji Normalitas Data Akhir Kelas Eksperimen 2 ............. 238
Lampiran 32 Daftar Nilai Keterampilan Tes Data Akhir Kelas Kontrol ....... 239
Lampiran 33 Uji Normalitas Data Akhir Kelas Kontrol .......................... 240
Lampiran 34 Hipotesis 2 Uji T Satu Pihak .................................................. 241
Lampiran 35 Hipotesis 3 Uji Satu Pihak .................................................. 242
Lampiran 36 Hipotesis 4 Uji T Dua Pihak .................................................. 243
Lampiran 37 Uji Anava Satu Arah Akhir .................................................. 244
Lampiran 38 Dokumentasi Gambar di Kelas Kontrol ..................................... 245
Lampiran 39 Dokumentasi Gambar di Kelas Eksperimen 1 ........................... 246
Lampiran 40 Dokumentasi Gambar di Kelas Eksperimen 2 ........................... 248
Lampiran 41 Hasil Belajar Siswa .............................................................. 250
Lampiran 42 Surat Penelitian .......................................................................... 253
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran sastra di tingkat SMP / MTs saat ini sudah diarahkan pada
kegiatan apresiasi dan ekspresi sastra. Peserta didik langsung dihadapkan dengan
karya sastra yang tidak hanya dinikmati dengan cara dibaca, tetapi peserta didik
diarahkan untuk lebih mendalaminya. Menurut Oemarjati (dalam Rohmadi dan
Slamet Subiyantoro, 2011:69) yang menyatakan bahwa pembelajaran apresiasi
sastra mengemban misi efektif, yaitu memperkaya pengalaman peserta didik dan
menjadikannya tanggap terhadap peristiwa sekelilingnya. Tujuan akhirnya adalah
menumbuhkan, menanamkan, mengembangkan kepekaan terhadap masalah
manusiawi, dan mengenalkan rasa hormat terhadap tata nilai baik dalam konteks
individual maupun sosial. Selain mengapresiasi karya sastra, peserta didik juga
diarahkan pada kegiatan ekspresi sastra baik secara lisan maupun tulis. Kegiatan
ekspresi sastra secara tertulis dalam pembelajaran sastra di sekolah seperti
pembelajaran menulis sastra.
Tujuan pembelajaran sastra dalam kurikulum 2013 untuk SMP dan SMA
harus mencakup tiga ranah kompetensi yaitu pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif), dan keterampilan (psikomotor). Pada kurikulum ini, peserta didik
dibiasakan membaca dan memahami makna teks, meringkas, serta menyaji ulang
dengan bahasa sendiri. Selain itu peserta didik dibiasakan menyusun teks yang
sistematis, logis, dan efektif melalui latihan-latihan penyususnan teks.
2
Peserta didik juga diperkenalkan dengan aturan-aturan teks yang sesuai dengan
ketentuan.
Salah satu jenis karya sastra yang diajarkan pada peserta didik tingkat
mengengah pertama (SMP) yaitu cerita pendek (cerpen). Cerpen merupakan teks
yang mengisahkan penggalan kehidupan tokoh dengan segala permasalahan-
permasalahan hidup yang dialami oleh tokoh tersebut. Meskipun cerpen
merupakan cerita rekaan yang disampaikan pengarang dengan tujuan untuk
menghibur pembaca, tetapi didalam cerita tersebut terkandung nilai-nilai
kehidupan yang dapat dijadikan cermin refleksi bagi pembaca. Cerpen dibuat
berdasarkan imajinasi tiap individu berdasarkan pengalaman pribadi, rekaan
ataupun hasil lainnya yang dapat menunjang penulisan sebuah cerita pendek.
Menulis cerpen merupakan proses kreatif yang harus dilatih secara terus-
menerus. Kurang bervariasinya model pembelajaran yang dilakukan pendidik
dalam mengajarkan menulis cerpen menjadi salah satu faktor penghambat peserta
didik untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen. Penggunaan model
pembelajaran yang kurang inovatif membuat peserta didik merasa bosan saat
proses pembelajaran berlangsung. Perasaan bosan tersebut membuat peserta didik
menjadi kurang antusias dalam belajar sehingga menyebabkan hasil belajar pun
kurang maksimal. Oleh sebab itu, peneliti ingin melakukan penelitian
menggunakan model pembelajaran kolaboratif tipe Round Table dan model
pembelajaran kolaboratif tipe Sequence Chains dalam mengatasi permasalahan
tersebut. Peneliti ingin membuktikan apakah model pembelajaran kolaboratif tipe
3
Round Table (meja bundar) dan model pembelajaran kolaboratif tipe Sequence
Chains (rantai sekuen) efektif digunakan pada pembelajaran menulis cerpen.
Tipe Round Table merupakan salah satu jenis model pembelajaran
kolaboratif (collaborativelearning) yang ditulis oleh Barley, dkk, dalam bukunya
yang berjudul 30 Collaborative Learning Techniques. Model pembelajaran
kolaboratif tipe Round Table merupakan model pembelajaran yang mengharuskan
peserta didik merespon pengarah secara bergiliran dengan menuliskan satu atau
dua kata atau frase sebelum menyerahkan kertas kepada peserta didik lain yang
melakukan hal sama. Respon bergiliran yang terdapat dalam model kolaboratif
tipe Round Table diharapkan mampu memotivasi peserta didik untuk berfikir
lebih cepat dengan stimulus dari peserta didik lain yang sudah mendapatkan
giliran untuk menuliskan kata atau frase sebelumnya. (Barkley, 2012:357)
Tipe Sequence Chains (rantai sekuen) merupakan jenis model pembelajaran
kolaboratif lain yang mengharuskan peserta didik membuat peta visual dari logika
yang terdapat dalam suatu rangkaian. Peserta didik mengidentifikasi poin-poin
tertentu dalam suatu rangkaian kemudian mengaplikasikan pengetahuan dan
penalaran untuk menyusun poin tersebut secara sistematis dan koheren. Model
pembelajaran ini dapat membatu mendorong kemampuan berpikir logis, kritis,
dan skuensial. (Barkley, 2012:333)
Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar,
salah satunya prestasi belajar dipengaruhi oleh proses pembelajaran di kelas yang
4
dilaksanakan oleh pendidik (guru). Pembelajaran menulis teks cerita pendek yang
diterapkan disekolah masih bersifat konvensional (berpusat pada guru). Padahal
pendidik seharusnya menjadi fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk
memperoleh pengetahuannya sendiri dalam pembelajaran. Untuk memberikan
fasilitas yang memadai bagi peserta didik, salah satu tugas pendidik adalah
mencari model pembelajaran yang tepat untuk digunakan. Model pembelajaran
merupakan salah satu jembatan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam memilih model pembelajaran, pendidik harus mempertimbangkan
beberapa hal, diantaranya yaitu materi yang akan diaplikasikan dalam model
tersebut, kondisi kelas, serta sarana dan prasarana yang ada. Pendidik tidak bisa
secara acak memilih model pembelajaran yang akan digunakan di dalam kelas.
Apabila model pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan materi, maka
materi tersebut pun tidak bisa tersampaikan kepada peserta didik. Model
pembelajaran yang baik juga harus didukung dengan sarana prasarana yang baik
pula karena, jika tidak ada sarana dan prasarana yang mendukung, materi pun
tidak bisa tersampaikan secara maksimal. Pembelajaran yang kurang menarik dan
cenderung membosankan dapat mempengaruhi kondisi psikologi peserta didik
saat belajar. Sebuah model pembelajaran terkadang bisa diterapkan tidak hanya
untuk satu materi tetapi bisa digunakan untuk beberapa materi. Model
pembelajaran yang cocok untuk materi pembelajaran menulis adalah model yang
bisa memicu peserta didik untuk aktif dalam kelas. Hal tersebut dikarenakan
menulis merupakan proses produksi, dimana hasil akhirnya merupakan sebuah
produk atau karya. Model pembelajaran kolaboratif (collaborative learning)
5
merupakan salah satu alternatif pencarian solusi dalam mencapai tujuan
pembelajaran tersebut.
Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa model pembelajaran
kolaboratif tipe Round Table efektif digunakan dalam proses pembelajaran,
terutama dalam aspek keterampilan menulis. Irna Nurul Fatonah (2014)
melakukan penelitian dalam jurnal yang berjudul Efektivitas Teknik Meja Bundar
(Round Table) Dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek. Penelitian tersebut
bertujuan untuk menguji keefektifan teknik Round Table dalam pembelajaran
menulis cerpen dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran
konvensional. Selain itu, tujuan lain dari penelitian tersebut yakni mengubah
paradigma peserta didik tentang susahnya menulis teks cerpen. Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII MTs Assobandiyyah
Sukabumi dengan sample kelas VII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A
sebagai kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik meja bundar
(Round Table) efektif untuk diterapkan dalam pembelajran menulis cerita pendek
daripada penggunaan model pembelajaran konvensional di kelas kontrol karena
teknik Round Table lebih memberikan pengaruh positif pada siswa saat proses
pembelajaran berlangsung.
Model pembelajaran kolaboratif tipe Sequence Chains dapat di terapkan
dalam proses pembelajaran yang menekankan kontinuitas atau koneksi. Barkley,
dkk, dalam bukunya Collaborative Learning Techniques(2012:334) menjelaskan
bahwa Profesor Wes T.Ward menggunakan model Sequence Chains untuk
menjelaskan dan menguatkan pemahaman peserta didik tentang kronologi
6
peristiwa sejarah penting. Selain itu, model pembelajaran ini juga pernah
digunakan oleh Profesor Ward dalam proses pembelajaran karya-karya besar
sastra Rusia abad sembilan belas yang bertujuan membantu peserta didik melacak
dan memahami berbagai perkembangan kompleks karya Tolstoy, War and Peace
dengan melakukan sumbang saran dan membuat daftar peristiwa-peristiwa
penting dalam novel tersebut. kemudian, peserta didik menyusun peristiwa
tersebut secara skuensial, dan mengidentifikasi keterkaitan antar satu peristiwa
dengan peristiwa lain. (Barkley, dkk., 2012:337)
Dari penjelasan di atas, dapat dibuktikan bahwa model Round Table dan
model Sequence Chains dalam pembelajaran kolaboratif sesuai untuk digunakan
pada pembelajaran keterampilan menulis. Peneliti tertarik menguji dan
membandingkan keefektifan model pembelajaran kolaboratif tipe Round Table
dan tipe Sequence Chains pada pembelajaran menulis teks cerpen karena kedua
model tersebut pernah diterapkan dalam pembelajaran sastra. Round Table dan
Sequence Chains merupakan jenis model pembelajaran kolaboratif yang memiliki
manfaat bagi perkembangan diri peserta didik seperti merangsang siswa untuk
lebih aktif dalam pembelajaran, melatih siswa berpikir kritis, dan kreatif. Selain
itu, pembelajaran kolaboratif menekankan pada nilai interaksi teman sebaya
sehingga tidsk hanya keterampilan berpikir peserta didik saja yang terasah namun
jiwa sosial mereka pun juga dapat berkembang. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk meneliti model kolaboratif tipe Round Table dan model kolaboratif tipe
Sequence Chains di SMP Negeri 3 Kedu, dalam mengajarkan materi pelajaran
Bahasa Indonesia khususnya pada pembelajaran menulis cerpen karena kedua tipe
7
pembelajaran tersebut belum pernah diterapkan oleh pendidik di SMP tersebut
melalui judul ―KEEFEKTIFAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE
ROUND TABLE DAN SEQUENCE CHAINS TERHADAP PEMBELAJARAN
MENULIS TEKS CERITA PENDEK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3
KEDU‖. Selain itu, penelitian ini berguna untuk mengetahui keefektifan model
pembelajaran kolaboratif tipe Round Table dan model pembelajaran kolaboratif
tipe Sequence Chains serta perbandingan keefektifan kedua tipe model
permbelajaran tersebut dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang mendasari penelitian ini, dapat
diidentifikasikan beberapa faktor permasalahan yang muncul. Ada dua faktor
permasalahan yang mempengaruhi kemampuan menulis teks cerita pendek siswa
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut dapat teratasi
dengan pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Faktor internal merupakan faktor penghambat yang berasal dari dalam diri
siswa seperti: siswa belum terbiasa menulis, siswa kesulitan menentukan topik
menulis cerpen, siswa kesulitan dalam merangkai cerita, mengembangkan alur,
konflik, klimaks, penyelesaian, amanat, dan kurangnya minat baca siswa sehingga
perbendaharaan kata yang dimiliki kurang variatif dan kurang sesuai dengan
kaidah kebahsaaan (EBI).
Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri
siswa. Faktor eksternal tersebut seperti: penyampaian materi ajar yang kurang
8
bervariasi, model pembelajaran yang kurang cocok untuk meningkatkan keaktifan
siswa, suasana pembelajaran yang kurang kondusif sehingga siswa merasa bosan
dan kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, belum diadakan kegiatan
umpan balik antara guru dengan siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran menulis teks cerita pendek akan efektif jika model yang diterapkan
guru saat proses pembelajaran tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga
siswa merasa antusias saat mengikuti pelajaran.
Model pembelajaran kolaboratif tipe Round Table dan tipe Sequence Chains
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kedua tipe model pembelajaran ini sudah
terbukti efektif digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis. Oleh karena
itu, perlu dilakukan perbandingan untuk mengetahui tingkat keefektifan kedua
tipe model pembelajaran tersebut untuk mengatasi permasalahan yang dialami
siswa dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek pada siswa kelas VII SMP.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan uraian identifikasi masalah tersebut,
diperlukan adanya pembatasan masalah. Peneliti memberikan batasan masalah
yaitu lebih efektif model pembelajaran kolaboratif tipe Round Table atau model
pembelajaran kolaboratif tipe Sequence Chains jika digunakan dalam
pembelajaran menyususn teks cerita pendek bagi siswa kelas VII SMP.
Keefektifan ini diperoleh berdasarkan proses dan hasil belajar. Aspek yang
menjadi pedoman keefektifan dari segi proses pembelajaran yaitu terlaksananya
langkah-langkah pembelajaran dan sikap siswa selama proses pembelajaran
9
tersebut berlangsung, sedangkan jika ditinjau dari segi hasil belajar maka dapat
dilihat dari perolehan rata-rata nilai siswa berdasarkan kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yaitu 75 pada pembelajaran menulis cerita pendek. Penerapan kedua tipe
model pembelajaran tersebut bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran
tipe manakah yang lebih efektif untuk digunakan dalam pembelejaran menulis
cerita pendek.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah keefektifan model Collaborative Learning tipe Round Table
dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek pada siswa kelas VII SMP
Negeri 3 Kedu?
2. Bagaimanakah keefektifan model Collaborative Learning tipe Sequence
Chains dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek pada siswa kelas VII
SMP Negeri 3 Kedu?
3. Model manakah yang lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran menulis
teks cerita pendek antara model kolaboratif tipe Round Table dan model
kolaboratif tipe Sequence Chains?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah:
10
1. Menguji keefektifan pembelajaran menulis cerita pendek dengan model
Collaborative Learning tipe Round Table pada siswa kelas VII SMP Negeri
3 Kedu, Temanggung.
2. Mendeskripsikan bagaimana keefektifan pembelajaran menulis cerita
pendek dengan model Collaborative Learning tipe Sequence Chains pada
siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kedu.
3. Mengetahui perbedaan keefektifan model pembelajaran kolaboratif tipe
Round Table dan tipe Sequence Chains dalam pembelajaran menulis teks
cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kedu, Temanggung.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ―Keefektifan Model Collaboratif Learning Tipe Round Table dan
Tipe Sequence Chains dalam Pembelajaran Menulis Teks Cerita Pendek pada
Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Kedu, Temanggung‖ diharapkan dapat
memberikan manfaat secara teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
penelitian dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek pada siswa kelas VII
SMP dengan model pembelajaran kolaboratif tipe Round Table dan tipe
Sequence Chains sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain
itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi penelitian terkait
11
pengembangan model pembelajaran kolaboratif tipe Round Table dan tipe
Sequence Chains.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peserta didik
Secara umum, penelitian ini akan membuat siswa memperoleh
pengalaman baru dalam mengikuti proses pembelajaran menulis teks cerita
pendek dengan model kolaboratif tipe Round Table dan tipe Sequence
Chains. Secara spesifik, penelitian ini diharapkan mampu: 1) mengarahkan
peserta didik lebih terampil dalam menulis teks cerita pendek; 2)
mempermudah peserta didik dalam proses pembelajaran menulis teks cerita
pendek; 3) membuat peserta didik menjadi lebih aktif, kreatif, dan inovatif
dalam menuangkan ide terkait pembelajaran menulis teks cerita pendek.
b. Bagi Guru
Dengan dilaksanakannya penelitian ini guru dapat mengetahui variasi
model pembelajaran dalam menunjang proses belajar mengajar sehingga
menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan saat
mengajarkan materi pembelajaran bahasa Indonesia. Model pembelajaran ini
membuat siswa lebih termotivasi belajar khususnya dalam pembelajaran
menulis cerita pendek.
12
c. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan bagi
sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu, hasil penelitian
ini dapat dijadikan penunjang sarana pembelajaran.
Temuan untuk kegunaan praktis diharapkan dapat memberikan sumbangan
substansial, khususnya kepada pendidik sehingga pendidik dapat menerapkan,
menguji, dan mengembangkan model pembelajaran kolaboratif ini lebih lanjut.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka
Suatu penelitian dilakukan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya sebagai pedoman dalam melakukan tindakan. Penelitian tersebut pada
dasarnya belum sempurna, sehingga perlu diadakannya kajian ulang untuk
melengkapi, memvariasi, serta menyempurnakan hasil penelitian yang telah
dilakukan. Dalam pembelajaran menulis cerita pendek telah banyak dilakukan
penelitian dengan menggunakan berbagai model maupun metode pembelajaran.
Akan tetapi, hal tersebut masih menarik untuk diadakan penelitian lebih lanjut
karena penelitian-penelitian yang sudah ada belum tentu sempurna.
Adapun beberapa penelitian yang relevan dan dapat dijadikan kajian
pustaka dalam penelitian ini, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Irna Nurul
Fatonah (2014), Winda Dwi Suprihantini (2013), Agnes Reswari, dkk. (2012),
Amalia Zulvia Widyaningrum, dkk. (2015), dan Prof. Jette Stenlev, Ph. D dan
Prof. Peter Sie mund, Ph.D (2011)
Penelitian skripsi Irna Nurul Fatonah (2014) yang berjudul Efektivitas
Teknik Meja Bundar (Round Table) Dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek
dapat disimpulkan bahwa teknik round table terbukti efektif diterapkan dalam
pembelajaran menulis cerpen di kelas VII Mts Assobandiyyah Sukabumi.
Berdasarkan perhitungan uji t hipotesis yang dilakukan dalam penelitian tersebut,
diperoleh hasil t hitung (6,36) > t table (2,02) pada taraf signifkansi 0,05 dan db
14
39. Kesimpulan dari data tersebut perbedaan nilai rata-rata pretest dan posttest
terbukti signifikan karena thitung > ttabel dengan Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti
terletak pada bidang kajiannya yaitu sama-sama menguji keefektifan teknik
Round Table (meja bundar). Irma Nurul Fatonah telah membuktikan bahwa teknik
meja bundar (Round Table) efektif digunakan dalam pembelajaran menulis cerita
pendek. Sedangkan perbedaannya terletak pada dalam penelitian tersebut hanya
menggunakan satu variabel bebas, sedangkan peneliti menggunakan 2 variabel
bebas. Oleh karena itu hasil yang akan diperoleh peneliti tidak seperti penelitian
yang dilakukan Irna Nurul Fatonah bahwa teknik Round Table berpengaruh
signifikan dalam pembelajaran menulis cerita pendek, melainkan model
pembelajaran manakah antara tipe Round Table dan tipe Sequnce Chains yang
lebih efektif digunakan pada pembelajaran menulis cerita pendek.
Penelitian skripsi Winda Dwi Suprihantini (2013) dengan judul
Peningkatan Kemampuan Menulis Deskripsi Dengan Model Kooperatif Tipe
Round Table Pada Siswa Kelas X AK 2 SMK Muhammadiyah 1 Wonosobo Tahun
Ajaran 2013/2014. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mendeskripsikan
penerapan model kooperatif tipe Round Table dapat meningkatkan kreativitas
proses pembelajaran menulis deskripsi dan dapat meningkatkan kemampuan
menulis deskripsi siswa kelas X AK 2 SMK Muhammadiyah 1 Wonosobo. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan model kooperatif tipe Round
15
Table dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran deskripsi. Hal ini terbukti
dengan meningkatnya presentase keantusiasan, perhatian, dan keaktifan dengan
perolehan prosentase prasiklus 36,9%, pada siklus I 65,7%, pada siklus II 76,3%.
Penerapan model kooperatif tipe Round Table juga dapat meningkatkan kualitas
hasil pembelajaran menulis deskripsi. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan
nilai pembelajaran menulis deskripsi siswa. Pada prasiklus diperoleh rerata 64, 68,
20 dari 38 siswa atau 52, 63%, pada siklus I diperoleh rerata 73,54, 34 dari 38
siswa atau 89,46%, dan pada siklus II diperoleh rerata 79,63, 38 siswa mencapai
KKM semua.
Relevansi dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu pada penerapan
model pembelajaran Round Table dalam pembelajaran menulis. Perbedaan dari
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah jenis
penelitian yang dilakukan. Penelitian tersebut menggunakan penelitian tindakan
kelas, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian
eksperimen dengan membandingkan keefektifan dua jenis model pembelajaran
kolaboratif tipe Round Table dan tipe Sequence Chains pada pembelajaran
menulis cerpen.
Penelitian yang dilakukan Agnes Reswari dengan judul Eksperimentasi
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Dan
Round Table Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Aktualisasi
Diri Siswa SMP Negeri di Kabupaten Magelang. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 3 x 3. Penelitian ini
menggunakan dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Pengambilan sampel
16
dilakukan menggunakan teknik Stratified Cluster Random Sampling, dengan
mengambil sampel sebanyak 281 siswa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa peserta didik yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe Round Table
lebih berhasil dalam prestasi belajar matematika dibandingkan dengan peserta
didik yang diajar dengan model kooperatif tipe NHT dan konvensional. Selain
prestasi belajar siswa meningkat, model pembelajaran kooperatif tipe Round
Table juga membuat siswa memiliki tingkat aktualisasi diri yang tinggi bila
dibandingkan dengan peserta didik yang diajar dengan metode konvensional dan
NHT.
Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti terletak pada bidang kajiannya yaitu sama-sama menguji keefektifan
model Round Table dalam pembelajaran di kelas. Perbedaannya yaitu pada
penerapan model Round Table. Penelitian ini menguji keefektifan model
kolaboratif tipe Round Table dan model kolaboratif tipe Sequnce Chains pada
pembelajaran menulis teks cerita pendek, sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Agnes adalah menguji keefektifan teknik Round Table dan NHT dalam
pembelajaran matematika.
Penelitian yang dilakukan oleh Amalia Zulvia Widyaningrum, dkk. (2015)
yang berjudul Eksperimentasi Model Pembelajaran Roundtable (RT) dan
Question Student Have (QSH) Dengan Pendekatan Saintifik pada Materi Operasi
Bentuk Aljabar Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMP Se-Kota Metro
Lampung Tahun Pelajaran 2014/1015. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental semu dengan desain faktorial 3x3. Adapun populasi dalam
17
penelitian ini adalah seluruh siswa SMP di Kota Metro. Setelah dilakukan
sampling diperoleh SMPN 2 Metro mewakili kelompok tinggi, SMPN 9 Metro
mewakili kelompok sedang dan SMPN 5 Metro mewakili kelompok rendah.
Berdasarkan analisis data dari penelitian tersebut diperoleh simpulan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Round Table (RT) menghasilkan
prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe QSH,
model pembelajaran kooperatif tipe RT menghasilkan prestasi belajar lebih baik
daripada model pembelajaran Klasikal, dan model pembelajaran QSH
menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran Klasikal.
Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Amalia Zulvia, dkk. (2015)
dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah penggunaan Model Pembelajaran
Round Table dalam proses pembelajaran. Penelitian tersebut sama-sama
membandingkan keefektifan dua jenis model pembelajaran. Sedangkan perbedaan
antara penelitian tersebut dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti terletak pada
materi pembelajaran. Amalia Zulvia meneliti keefektifan dua jenis model
pembelajaran yaitu Round Table dan Question Student Have dalam pembelajaran
Operasi Bentuk Aljabar, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah
menguji keefektifan model kolaboratif tipe Round Table dan tipe Sequence
Chains dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek.
Dalam artikel berjudul Roundtable As Cooperative Learning Technique
yang ditulis oleh Prof. Jette Stenlev, Ph. D dan Prof. Peter Sie mund, Ph.D yang
dimuat dalam jurnal English Language and Linguistics / Volume 18 / Issue 01 /
March 2011, pp 40 – 45 dijelaskan tentang pengertian, kelebihan, dan kelemahan
18
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Round Table yang dapat membantu pendidik
dalam proses pembelajaran. Kedua Prof. tersebut menyimpulkan bahwa Round
table is a conference or discussion involving several participants in which one of
cooperative learning technique that can be used by the teacher as the appropriate
technique for improving student’s writing skill. It is generally defined that
roundtable is a technique useful for brainstorming, reviewing, or practical skill.
Persamaan artikel yang ditulis oleh Prof. Jette Stenlev, Ph.D dan Prof.
Peter Sie mund, Ph.D dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
sama-sama mengkaji tentang keefektifan model kolaboratif tipe Round table
dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian tersebut dapat diperoleh kesimpulan
bahwa model Round Table efektif digunakan dalam proses pembelajaran menulis
karena didalam teknik tersebut terdapat sistem brainstorming (sumbang saran).
Seluruh judul penelitian tersebut membuktikan bahwa penelitian tentang
penggunaan model kolaboratif tipe Round Table dan tipe Sequence Chains pernah
digunakan dalam meneliti kemampuan menulis siswa. Hasil dari penelitian-
penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan menulis siswa meningkat
setelah diterapkannya model kolaboratif tipe Round Table dan Sequence Chains
dalam proses pembelajaran.
Peneliti ingin membuktikan keefektifan model pembelajaran kolaboratif
tipe Round Table dan tipe Sequence Chains dalam pembelajaran menulis cerita
pendek karena kedua model pembelajaran tersebut masih jarang digunakan oleh
guru dalam mengajarkan materi pelajaran. Kedua tipe modelpembelajaran
kolaboratif tersebut diharapkan dapat menjadi inovasi baru dalam dunia
19
pendidikan sehingga tumbuhlah ketertarikan, rasa senang, motivasi, dan
antusiasme dalam diri siswa saat mengikuti proses pembelajaran. Selain itu,
model kolaboratif tipe Round Table dan model kolaboratif tipe Sequence Chains
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa, mengembangkan
kemampuan berpikir kititis, kreatif, imajinatif, dan mengasah keterampilan
bersosialisasi siswa.
2.2 Landasan Teori
Landasan teori merupakan bagian penting dalam penelitian. Bagian ini
berisi uraian tentang teori-teori penelitian yang digunakan para ahli berdasarkan
buku, jurnal, maupun informasi terkait yang menjadi acuan dalam melakukan
penelitian. Bahan kajian yang digunakan sebagai landasan teoretis dalam
penelitian ini meliputi menulis hakikat menulis, ciri-ciri tulisan yang baik, tujuan
serta manfaat menulis), cerita pendek (pengertian cerita pendek, struktur teks
cerita pendek, unsur-unsur cerita pendek, pembelajaran menulis cerita pendek,
langkah-langkah menulis cerpen, hal-hal yang dinilai dalam menulis cerita
pendek), model Collaborative Learning (pengetian pembelajaran kolaboratif, ciri-
ciri pembelajaran kolaboratif, tujuan dan manfaat pembelajaran kolaboratif),
model pembelajaran kolaboratif tipe Round Table (pengertian, manfaat,
penerapan), dan model pembelajaran kolaboratif tipe Sequence Chains
(pengertian, manfaat, dan penerapan).
20
2.2.1 Hakikat menulis
Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan bahasa yang
memiliki tingkat kesulitan paling tinggi diantara jenis keterampilan berbahasa
lain. Dikatakan sulit, karena menulis tidak sekadar menyalin kata, frase, maupun
kalimat; melainkan juga mengolah, menambah, mengembangkan, dan
menuangkan gagasan-gagasan dalam satu kesatuan yang padu. Menulis dapat
diartikan sebagai proses kegiatan belajar siswa di dalam sebuah pembelajaran
untuk menuangkan ide, gagasan ataupun lainnya. Pengertian tersebut serupa
dengan pernyataan (Tarigan, 1986:15), bahwa menulis merupakan kegiatan
menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media
penyampai.
Menulis adalah suatu proses yang bersifat kompleks karena kemampuan
menulis merupakan integrasi dari berbagai kemampuan, seperti persepsi visual-
motor dan kemampuan konseptual yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan
kognitif. Prof. Dr Martini Jamaris, M.Sc.Ed., (2014:154) mengemukakan bahwa
kemampuan menulis berhubungan erat dengan kemampuan membaca. Di dalam
menulis dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang fonem,
kemampuan dalam menentukan tanda baca, kemampuan dalam menggunakan
huruf besar dan huruf kecil, kemampuan dalam mengkoordinasikan gerakan
visual motor, dan lain-lain. Selain itu, kemampuan menulis juga berhubungan erat
dengan kemampuan mengarang, yaitu kemampuan dalam mengekspresikan
pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan.
21
Selama proses menulis, seseorang perlu serangkaian aktifitas yang
melibatkan beberapa fase. Fase-fase tersebut antara lain: (1) prapenulisan
(persiapan untuk menulis). (2) penulisan (pengembangan isi karangan) dan (3)
pascapenulisan merupakan tahap penulisan dan penyempurnaan tulisan kasar yang
dihasilkan.
Dari pendapat serta penjelasan tersebut dapat disimpulkan, menulis
merupakan kegiatan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk frase, kata,
maupun kalimat yang tekah diolah, ditambah, disusun, serta dikembangkan dalam
bentuk gagasasan –gagasan yang padu. Menulis juga berhubungan erat dengan
keterampilan motorik lain seperti kemampuan membaca dan mengarang.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan kompleks yang perlu dilatih
secara rutin dan dipraktikkan secara teratur, berulang, serta berkesinambungan
agar dihasilkan sebuah tulisan yang baik.
a. Ciri-ciri tulisan yang baik
Pada dasarnya tulisan yang baik adalah tulisan yang dapat berkomunikasi
langsung terhadap pembacanya, sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat
dimengerti oleh pembacanya. Menurut Alton C. Morris dalam Tarigan (1985:7),
tulisan yang baik merupakan komunikasi pikiran dan perasaan yang efektif.
Semua komunikasi tulis adalah efektif atau tepat guna. Adapun ciri-cirinya
adalah sebagai berikut:
a. Informasi yang terkandung dalam tulisan tersebut jujur (apa adanya, bukan
rekaan)
22
b. Singkat, padat, dan jelas
c. Beragam
b. Tujuan menulis
Tujuan menulis adalah respon yang diharapkan penulis dapat diterima
oleh pembaca. Oleh karena itu sebelum membuat tulisan, seorang penulis harus
menentukan terlebih dahulu tujuan apa yang hendak ia capai dalam tulisannya.
Tujuan penulisan yang dikemukakan Hugo Harting ditulis oleh Tarigan
(1994:24) adalah:
a. Tujuan penugasan (Assignment Purpose). Penulisan dilakukan karena
ditugaskan, bukan karena kemauan sendiri.
b. Tujuan altruistik (Altruistik Purpose). Penulis bertujuan untuk
menyenangkan dan menolong para pembaca untuk memahami, menghargai
perasaan dan penalarannya dengan karyanya tersebut.
c. Tujuan persuasif (Persuasive Purpose). Penulisan bertujuan untuk
menyakinkan para pembaca terhadap gagasan yang diuraikan.
d. Tujuan informasional atau penerapan (Informational Purpose). Penulisan
bertujuan untuk memberikan informasi atau penerangan kepada pembaca.
e. Tujuan pernyataan diri (Self-Expresive Purpose). Penulisan bertujuan untuk
memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca.
f. Tujuan kreatif (Creative Purpose). Penulisan yang bertujuan untuk
mencapai nilai-nilai artistik atau nilai-nilai kesenian.
23
g. Tujuan pemecahan masalah (Problem-Solving Purpose). Dalam tulisan
seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin
menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi dan menelitik secara cermat
pikiran dan gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima pembaca.
Menurut Suriamiharja (1997:10), tujuan dari menulis adalah agar tulisan
yang dibuat dapat dibaca dan dipahami dengan benar oleh orang lain yang
mempunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang dipergunakan. Sedangkan
menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2008:3.7), tujuan yang ingin dicapai
seseorang penulis bermacam – macam sebagai berikut.
a. Menjadikan pembaca ikut berpikir dan bernalar.
b. Membuat pembaca tahu tentang hal yang diberitakan.
c. Menjadikan pembaca beropini.
d. Menjadikan pembaca mengerti.
e. Membuat pembaca terpersuasi oleh isi karangan.
f. Membuat pembaca senang dengan menghayati nilai – nilai yang
dikemukakan seperti nilai kebenaran, nilai agama, nilai pendidikan, nilai
sosial, nilai moral, nilai kemanusiaan dan nilai estetika.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan
menulis adalah agar pembaca mengetahui, mengerti dan memahami nilai – nilai
dalam sebuah tulisan sehingga pembaca ikut berpikir, berpendapat atau
melakukan sesuatu yang behubungan dengan isi tulisan.
24
c. Manfaat menulis
Kegiatan menulis mempunyai maanfaat yang besar, khususnya dalam proses
pembelajaran, seperti yang diungkapkan oleh Kast (1999:20) sebagai berikut:
a. Menulis merupakan suatu kebutuhan berkomunikasi
b. Menulis karena kebutuhan pembelajaran
c. Menulis atas dasar pertimbangan psikologi pembelajaran
d. Menulis merupakan alat bantu penyusunan keilmuan.
Selain itu, Akhadiah (1993:2) mengemukakan bahwa dengan menulis
seseorang dapat mengenali potensi diri, mengembangkan gagasan, menguasai
informasi, mengorganisasikan gagasan, menilai gagasan secara objektif,
mendorong seseorang belajar aktif, serta membiasakan diri berpikir dan berbahasa
secara tertib.
Sedangkan menurut Sabarti dkk, 1988:2 manfaat menulis ada delapan,
diantaraya:
a. Mengetahui kemampuan dan potensi diri serta pengetahuan tentang topik
yang dipilihnya. Dengan mengembangkan topik tersebut kemampuan
berpikir, menggali pengetahuan, dan pengalaman yang tersimpan dibawah
sadar terlatih.
b. Dengan mengembangkan berbagai gagasan kita terbiasa bernalar,
menghubung-hubungkan serta membandingkan fakta-fakta yang ada.
c. Dengan menulis maka otak lebih banyak menyerap, mencari, serta
menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis sehingga dapat
memperluas wawasan.
25
d. Menulis berarti mengorganisasi gagasan secara sistematik serta
mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, permasalahan yang
pemula masih samar menjadi lebih jelas.
e. Melalui tulisan kita dapat menilai gagasan secara objektif, lebih mudah
mencari solusi, dan menganalisis permasalahan secara terperinci.
f. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita untuk berpikir dan
berbahasa secara sistematis.
Ada enam manfaat kegiatan menulis menurut Bernard (dalam Gie 2002:21-
22). Manfaat tersebut antara lain:
a. Sarana pengungkapan diri (a tool for self-expression), yaitu suatu sarana
untuk mengungkapkan perasaan seseorang.
b. Sarana pemahaman (a tool for understanding), yaitu sewaktu mengarang
seseorang merenungkan gagasan serta menyempurnakan pendapatnya
terhadap sesuatu hal sehingga ia dapat memperoleh pemahaman baru atau
yang lebih mendalam tentang hal yang ditulisnya tersebut.
c. Sarana untuk mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, dan perasaan
harga diri (a tool to help developing personal satisfaction, pride, and feeling
of self-worth), artinya rasa bangga, puas, dan harga diri dapat
membangkitkan kepercayaan terhadap kemampuan sendiri
untuk menciptakan karya-karya tulis lainnya.
d. Sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penerapan terhadap lingkungan
sekeliling seseorang (a tool for increasing awareness and perception of
one’s environment), maksudnya dengan sering mengarang seseorang
26
meninggikan kesiagaan inderawinya dan mengembangkan daya serapnya
pada tingkat kejasmaniahan, tingkat perasaan maupun tingkat kerohaniahan.
e. Sarana untuk meningkatkan rasa (a tool for active involvement, not passive
acceptance), artinya dengan mengarang, seseorang dapat mengemukakan
gagasan, menciptakan suatu, dan secara aktif melibatkan diri dengan
ciptaannya.
f. Sarana untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan berbahasa (a
tool for developing an understanding of and ability to use the language),
artinya kegiatan mengarang bermanfat membantu tercapainya kemampuan
membaca dan mengerti apa yang ditulis.
2.2.2 Hakikat Cerita Pendek
Cerita pendek merupakan jenis karya sastra berupa kisah atau cerita tentang
manusia dan seluk beluknya lewat tulisan pendek (Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2013:143). Cerpen merupakan salah satu karya sastra yang
berbentuk prosa. Seperti pengertian jenis karya sastra yang lain, masih belum ada
pengertian pasti tentang cerpen. Beberapa ahli mencoba mengemukakan
pendapatnya mengenai pengertian cerpen seperti A. Bakar Hamid dalam tulisan
―Pengertian Cerpen‖ berpendapat bahwa cerita pendek itu harus dilihat dari
kuantitas, yaitu banyak perkataan yang dipakai antara 500-20.000 kata, adanya
satu plot, adanya satu watak, dan adanya satu kesan.
Rahmanto dan Hariyanto (1998:1.29) berpendapat bahwa suatu karya sastra
dapat digolongkan cerita pendek apabila kisah dalam cerita pendek tersebur
27
memberikan kesan tunggal yang dominan, memusatkan diri pada satu tokoh atau
beberapa tokoh dalam satu situasi dan rentan waktu tertentu. Kriteria cerpen
bukan berdasarkan panjang atau pendeknya halaman tetapi pada peristiwa atau
alur cerita yang dikisahkan dalam cerpen tersebut merupakan alur tunggal.
Menurut Rampan (2009:2), cerpen ialah: (1) hanya melukiskan kejadian
atau peristiwa, (2) waktu berlangsungnya kejadian tidak terlalu lama, (3) tempat
kejadian berkisar antara satu sampai tiga tempat, (4) jumlah pelaku paling banyak
lima orang, (5) watak pelaku tidak dilukiskan secara mendalam.
Yudiono (dalam Rampan 1995:10) mengemukakan bahwa yang disebut
cerita pendek itu adalah cerita yang bersumber pada suatu persoalan kehidupan,
suatu nilai kehidupan, yang menjadi tema cerita. Oleh karena adanya perosalan
dan nilai kehidupan itu, maka terjadilah serangkaian peristiwa. Peristiwa itu
haruslah ada yang mendukung atau yang mengalaminya, harus ada tokohnya.
Selanjutnya peristiwa tersebut diungkapkan melalui bahasa. Untuk
mengungkapkan bermacam-macam latar, watak, dan kejadian, diperlukan gaya
bahasa yang beraneka ragam. Penggunaan gaya bahasa yang hidup, kuat, dan
memikat dalam cerpen akan berbeda dengan cerita iseng.
Dibutuhkan keterampilan khusus dalam menulis cerpen. Cerita yang ditulis
dalam cerpen harus mampu meyakinkan atau mempengaruhi pembaca bahwa
cerita tersebut benar adanya, bukan suatu rekaan. Seperti pendapat Muryanto
(2008:4), cerita pendek harus menimbulkan kesan yang selesai, tidak lagi
mengusik dan menggoda karena ceritanya seperti masih berlanjut.
28
2.2.2.1 Struktur Teks Cerita Pendek
Secara umum, struktur isi cerita pendek terdiri dari orientasi, komplikasi,
dan resolusi. Orientasi merupakan bagian awal yang berisi pengenalan tokoh, latar
tempat dan waktu, dan awalan masuk ke tahap berikutnya. Komplikasi merupakan
permasalahan yang muncul dalam cerita. Pada bagian ini tokoh utama mengalami
konflik atau permasalahan baik itu konflik dalam diri maupun dari luar diri tokoh.
Resolusi merupakan bagian dari pemecahan masalah.
Gambaran struktur isi teks cerita pendek dapat dilihat dalam bagan berikut
ini.
Bagan 2.1 Struktur Isi Teks Cerita Pendek Menurut Kemendikbud
2.2.2.2 Unsur-Unsur Teks Cerita Pendek
Karya sastra, fiksi maupun puisi, menurut kaum strukturalisme dibangun
secara koherensif oleh berbagai unsur (pembangun). Adapun cerpen sebagai salah
Orientasi
Komplikasi
Resolusi
29
satu karya fiksi dibangun atas dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Berikut pemaparan unsur intrinsik teks cerita pendek.
A. Plot atau alur
Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa
sehingga menjalin sebuah cerita yang utuh. Menurut Aminuddin (1984:94)
tahapan peristiwa adalam suatu cerita terdiri atas pengenalan, konflik,
komplikasi, klimaks, peleraian, dan penyelesaian. Pengenalan adalah tahap
peristiwa dalam suatu cerita rekaan atau drama yang memeperkenalkan tokoh
atau latar cerita. Konflik atau tikaian adalah ketegangan atau pertentangan antara
dua kepentingan dalam cerita. Pertentangan ini dapat terjadi dalam diri satu
tokoh, antara dua tokoh, antara tokoh dan masyarakat atau lingkungannya, antara
tokoh dan alam, serta antara tokoh dan Tuhan. Konflik dibagi menjadi dua yaitu
konflik lahir dan konflik batin. Komplikasi adalah bagian alur cerita rekaan yang
mengembangkan konflik. Pada tahapan ini, konflik yang terjadi semakin tajam
karena berbagai permasalahan muncul dari masing-masing tokoh. Klimaks adalah
puncak permasalahan dalam cerita. Leraian adalah bagian struktur alur sesudah
ter-capai klimaks. Selesaian adalah tahap akhir cerita rekaan (penutup cerita).
B. Tokoh, Watak, dan Penokohan
Tokoh adalah pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita. Sedangkan
penokohan atau perwatakan menurut Suharianto (2005:20) adalah pelukisan
mengenai tokoh cerita; baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat
berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat-istiadatnya, dan
sebagainya.
30
Nurgiyantoro (2000:176) membedakan tokoh berdasarkan peranan atau
tingkat pentingnya tokoh dalam cerita sebagai tokoh utama dan tokoh tambahan.
Tokoh utama senantiasa ada dalam setiap peristiwa di dalam cerita. Adapun
kriteria tokoh utama antara lain (1) tokoh yang paling banyak berhibungan
dengan tokoh lain, (2) tokoh yang paling sering dikisahkan oleh pengarang, dan
(3) tokoh yang paling banyak terlibat dalam tema cerita.
Kenney (dalam Rahmanto dan Hariyanto, 1998:213) mengklasifikasikan
tokoh berdasarkan kualitasnya sebagai the simple or flat characters (tokoh
sederhana atau tokoh yang berwatak datar) dan the complete or round characters
(tokoh kompleks atau tokoh yang berwatak bulat). Tokoh berwatak datar artinya
tokoh yang hanya ditonjolkan satu sisi kehidupan saja, sedangkan tokoh berwatak
bulat adalah tokoh yang dapat dilihat dari semua sisi kehidupannya.
Menurut Kenney (dalam Rahmanto dan Hariyanto, 1998:213) cara
pengarang menggambarkan atau menyajikan watak tokoh dapat melalui empat
macam, yaitu metode diskursif, dramatik, kontekstual, dan campuran (diskursif-
dramatik-kontekstual). Metode diskursif adalah cara pengarang menceritakan
perwatakan tokoh cerita dengan memaparkan secara langsung kepada pembaca.
Metode dramatik merupakan cara pengarang menggambarkan tokoh dan watak
tokoh secara tidak langsung dengan membiarkan para tokoh cerita menyatakan
diri mereka sendiri lewat kata-kata, dialog, jalan pikiran tokoh, perasaan tokoh,
perbuatan, sikap, gambaran fisik, dan lain sebagainya. Metode kontekstual adalah
cara menyatakan watak tokoh melalui konteks verbal misalnya menggambarakan
watak tokoh dengan cara mendeskripsikan lingkungan di sekitar tokoh.
31
C. Latar atau Setting
Para ahli mengemukakan pendapatanya tentang latar cerita. Stanton
(2007:35) menyatakan bahwa latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah
peristiwa dalam cerita. Menurut Abrams (1981:173) latar cerita adalah tempat
umum (general local), waktu kesejarahan (historical time), dan kebiasaan
msyarakat (social circumtances) dalam setiap episode atau bagian-bagian tempat.
Aminuddin (1984:62) memberi batasan latar sebagai latar peristiwa dalam karya
fiksi baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal
dan fungsi psikologis.
Latar cerita berfungsi untuk (1) melukiskan dan meyakinkan pembaca
tentang gerak dan tindakan tokoh, (2) membantu mengetahui keseluruhan arti
dari sebuah cerita, dan (3) menciptakan atmosfir yang bermanfaat dalam
menghidupkan peristiwa (Tarigan, 1984:136).
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa latar
merupakan lingkungan cerita yang berkaitan dengan masalah tempat dan waktu
terjadinya peristiwa, lingkungan sosial, dan lingkungan alam yang digambarkan
guna menghidupkan peristiwa.
D. Sudut Pandang
Menurut Stanton (dalam Rahmanto dan Hariyanto, 1998:216) sudut
pandang merupakan posisi pengarang terhadap peristiwa-peristiwa dalam cerita.
Sudut pandang merupakan cara atau pandangan yang digunakan pengarang
sebagai sarana menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang
membentuk cerita dalam karya fiksi (Nurgiyantoro, 2000:248).
32
E. Gaya
Gaya berkaitan dengan nada cerita (Rahmanto dan Hariyanto, 1998:217).
Gaya merupakan cara pemakaian bahasa yang spesifik dari pengarang. Gaya
merupakan sarana yang digunakan pengarang dalam menyampaikan nada cerita.
Menganalisis gaya dalam cerita rekaan berarti menganalisis bentuk verbal cerita
tersebut seperti bagaimana pengarang memilih diksi, imajinasi, dan susunan tata
kalimat (Rahmanto dan Hariyanto, 1998:217).
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan gaya merupakan
penggunaan diksi, imaji, dan susunan kata atau kalimat dalam karya sastra yang
menggambarakan ciri khas pengarang dalam menceritakan kisah.
F. Tema
Menurut Rahmanto dan Hariyanto (1998:220) tema adalah makna cerita,
gagasan utama, atau dasar cerita. Sedangkan menurut Nurgiyantoro (2000:68)
tema merupakan gagasan dasar yang menopang karya sastra. Tema adalah sesuatu
yang diciptakan pengarang sehubungan dengan pengalaman yang
diekspresikannya.
Tema merupakan unsur yang harus ada dalam cerpen baik secara implisit
maupun eksplisit, seperti yang diungkapkan Tarigan (1985:125) sebagai berikut:
1) Setiap fiksi harus mempunyai dasar atau tema yang mempunyai tujuan;
2) Tema adalah dasar atau makna cerita;
3) Tema adalah pandangan hidup atau perasaan tertentu yang membentuk
gagasan dalam karya sastra;
33
Menurut Sumardjo dan Saini K.M. (1994:56) tema dalam cerpen tidak
dikemukakan secara definitif. Pengarang menggunakan dialog antar tokoh, alur
cerita, gambaran pikiran serta perasaan tokoh, kejadian-kejadian serta setting
cerita untuk menyimpulkan isi tema cerita.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tentang tema cerita, dapat
disimpulkan bahwa tema merupakan ide yang mendasari cerita.
G. Amanat
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam cerita.
Amanat dapat diartikan juga sebagai gagasan yang mendasari karya sastra.
Amanat yang disampaikan pengarang melalui karya sastra biasanya berupa ajaran
moral atau pesan didaktis.
2.2.2.3 Langkah-Langkah Menulis Cerpen
Cerita yang menarik tergantung pada cara penulis memilih objek yang
menarik dan unik. Keunikan tersebut berupa cara pandang hal-hal yang bisa
menjadi hal-hal yang baru. Untuk menulis sebuah cerpen kita dituntut untuk bisa
mnghayal dan berimajinasi dengan sempurna.
Banyak cara yang dilakukan dalam menulis cerita pendek. Adapun langkah-
langkah menulis cerpen secara umum ada 2 yaitu menentukan tema dan merinci
tema. Penerapan kedua langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Melakukan observasi
Cerpen dapat dibuat berdasarkan pengalaman seseorang. Sebelum
menulis cerpen kegiatan observasi (pengamatan, penelitian, dan pengungkapan
34
pengalaman) dapat kita lakukan terlebih dahulu dengan cara melihat peristiwa,
mendengarkan kisah orang lain, atau cerita tersebut berasal dari pengalaman
pribadi.
2. Menentukan tema
Tema merupakan topik yang akan diceritakan dalam cerpen. Tema dapat
diperoleh dari kegiatan observasi, misalnya cerita tentang ketuhanan, kasih
sayang, kesedihan, dan lain-lain.
3. Menentukan latar, tokoh, sudut pandang, serta konflik cerita
Setelah menentukan tema, kegiatan selanjutnya adalah menentukan latar,
tokoh, sudut pandang, dan konflik cerita. Penentuan unsur-unsur tersebut dapat
diperoleh berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh pengarang.
4. Menyusun peristiwa
Dalam penyusunan peristiwa terdapat alur penceritaan. Alur tersebut
memuat konflik atau permasalahan yang dialami tokoh dalam cerita. Alur cerita
harus disusun secara sistematis (berurutan) dan logis.
5. Memilih kata (diksi)
Peristiwa dalam alur pembuatan cerpen dapat dikembangkan dengan
pemilihan kosa kata (diksi) yang baik, variatif, dan sesuai dengan genre (jenis)
cerpen yang diceritakan. Apabila jenis cerpen yang akan disusun merupakan
cerpen anak-anak maka pemilihan kata disesuaikan dengan dunia anak-anak
(penggunaan kosa kata yang sederhana)
35
Indah (2008), menjelaskan tahap-tahap dalam menulis cerpen adalah
sebagai berikut:
a. Pilih judul yang menarik
Judul memiliki peran penting dalam menarik minat seseorang untuk
membaca cerpen. Oleh karena itu, pilihlah judul yang menarik dan tentu
saja berhubungan dengan isi cerpen.
b. Tentukan pokok pikiran
Buat beberapa pokok pikiran dalam setiap paragraf. Dari pokok pikiran
yang telah ditentukan tersebut, kita bisa mengembangkan isi cerpen
sehingga tidak melenceng dari tema cerpen yang akan ditulis.
c. Tentukan alur cerita
Penentuan alur cerita berhubungan dengan tema dan pokok pikiran. Sebuah
cerpen yang baik adalah cerpen yang memiliki alur cerita yang runtut
dengan menempatkan inti cerita di bagian awal, tengah, maupun akhir.
d. Penentuan tokoh dan watak
Tokoh dan watak dari setiap tokoh harus sesuai dengan isi cerita. Tentukan
tokoh utama, tokoh pembantu, dan beberapa tokoh figuran lainnya untuk
meramaikan isi cerita dalam cerpen.
e. Penggunaan tatabahasa
Dalam menulis cerpen, kita harus menggunakan tata bahasa yang baik dan
benar sehingga isi cerpen yang kita buat mudah dicerna dan dipahami oleh
pembaca.
36
2.2.3 Hakikat Model Pembelajaran Kolaboratif (Collaborative Learning)
Pembelajaran kolaboratif diambil dari bahasa Latin Collaborate yang
berarti bekerja sama. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia, berkolaborasi berarti
bekerja bersama-sama dengan orang lain.pembelajaran kolaboratif dapat
diartikan sebagai belajar secara berpasangan atau dalam kelompok kecil untuk
mencapai tujuan bersama.
Pembelajaran kolaboratif didasarkan pada asumsi epistemologis yang
berbeda dan berasal dari konstruktivisme sosial. Pembelajaran kolaboratif dapat
terjadi jika ada kerjasama antara pengajar dan pembelajar dalam menciptakan
pengetahuan. (Matthews, 1996:101). Dalam pembelajaran kolaboratif,
pengetahuan merupakan produk sosial yang dihasilkan berdasarkan konsensus
bersama diantara para sejawat yang berpengetahuan. Pengetahuan adalah sesuatu
yang dibangun manusia melalui dialog dan kesepakatan. (Bruffee, 1993:3). Atas
dasar asumsinya tersebut, Bruffee berpendapat bahwa pengajar tidak boleh
hanya menjadi pemantau proses belajar, tetapi pengajar juga harus mampu
menjadi anggota, seperti pelajar, dari sebuah komunitas yang tengah mencari
pengetahuan.
Pembelajaran kolaboratif dapat didefinisikan sebagai filsafat pembelajaran
yang memudahkan siswa dalam bekerjasama, saling membina, belajar, berubah,
dan maju bersama.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1994), kolaboratif dan kooperatif
diartikan sama yaitu kerjasama. Tetapi karena kata kolaboratif dan kooperatif
diambil dari bahasa Inggris, maka maknanya berbeda. Dalam kamus bahasa
37
Inggris, kata cooperative diartikan involving the join activity of two or more;
done with or working with others for a common purpose or benefit, sedangkan
collaborative diartikan act of working jointly: “they worked either on
collaboration or independently.” Collaboration bersinonim dengan coaction (n),
quislingism (n). Dari segi bahasa, keduanya memiliki persamaan dalam sisi
berkelompok, tetapi perbedaan keduanya terletak pada inisiatif sebagai bentukan
sendiri bukan suatu hasil rekayasa orang lain untuk bekerjasama.
John Myers (1991) merujuk pada kamus untuk menjelaskan definisi
collaboration yang berasal dari akar kata Latin dengan makna yang
menitikberatkan proses kerja sama, sedangkan cooperation berfokus pada
produk kerjasama itu.
Dengan demikian, pembelajaran kolaboratif dapat didefinisikan sebagai
filsafat pembelajaran yang memudahkan siswa bekerjasama, saling membina,
belajar dan berubah bersama, serta maju bersama pula. Pembelajaran kolaboratif
lebih dari pembelajaran kooperatif. Jika pembelajaran kooperatif merupakan
teknik untuk mencapai hasil tertentu secara lebih cepat, lebih baik, setiap orang
mengerjakan bagian yang lebih sedikit dibandingkan jika semua dikerjakannya
sendiri, maka pembelajaran kolaboratif mencakup keseluruhan proses
pembelajaran, siswa saling mengajar sesamanya. Bahkan bukan tidak mungkin,
ada kalanya siswa mengajar gurunya juga. Pembelajaran kolaboratif
memudahkan siswa dalam belajar dan bekerja bersama, saling menyumbangkan
pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara
kelompok maupun individual.
38
a. Ciri-ciri pembelajaran kolaboratif
Dalam pembelajaran kolaboratif, pengajar tidak hanya mengetahui materi
yang akan disampaikan, tetapi mereka juga harus tahu bagaimana cara membuat
peserta didik menjadi lebih aktif saat pembelajaran berlangsung. Dalam
pembelajaran kolaboratif, peserta didik diberi tanggung jawab untuk menyusun
tugas-tugas pembelajaran, sedangkan pendidik bertugas mengarahkan,
memonitor, dan mengintervensi setiap kelompok. Selain itu dalam pembelajaran
kolaboratif, peserta didik sudah memiliki kemampuan bekerjasama dan sosial.
Peserta didik membangun kemampuannya itu dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Aktivitas kelompok tidak dipantau oleh pendidik. Apabila
terdapat permasalahan, maka peserta didik mencari solusi atas permasalahan
tersebut secara berkelompok. Pendidik hanya membimbing peserta didik ke arah
pencarian solusi. Peserta didik juga diminta untuk menilai prestasi individu dan
kelompok tanpa dibimbing oleh pendidik.
Menurut pendapat Nelson dalam Thobroni (2015: 255) karakteristik
pembelajaran kolaboratif antara lain:
1. Melibatkan peserta didik dalam pertukaran gagasan dan informasi.
2. Memungkinkan peserta didik mengeksplorasi gagasan dan mencobakan
berbagai pendekatan dalam pengerjaan tugas.
3. Menata-ulang kurikulum serta menyesuaikan keadaan sekitar dan suasana
kelas untuk mendukung kerja kelompok.
4. Menyediakan cukup waktu, ruang, dan sumber untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan belajar bersama.
39
5. Menyediakan sebanyak mungkin proses belajar yang bertolak dari kegiatan
pemecahan masalah atau penyelesaian proyek.
b. Tujuan pembelajaran kolaboratif
Tujuan pembelajaran kolaboratif adalah mengasah kepekaan sosial,
ketajaman berpikir,membentuk kemandirian, meningkatkan rasa tanggung jawab
terhadap resiko pengambilan keputusan, mengembangkan aspek potensi melalui
proses belajar yang terus menerus, serta mampu melakukan kolaborasi dalam
memecahkan masalah.
c. Manfaat pembelajaran kolaboratif
Adapun manfaat pembelajaran kolaboratif sebagai berikut:
a. Dapat membantu peserta didik membina pengetahuan yang lebih bermakna
jika dibandingkan dengan pembelajaran individual.
b. Mengasah kemampuan komunikasi peserta didik
c. Secara psikologis, pembelajaran kolaboratif dapat mengasah kemampuan
sosial peserta didik untuk berkompetisi secara sehat, melatih kerja sama antar
individu dalam kelompok, mengasah pesaan peka dan peduli dengan orang
lain.
Nelson dalam Trobroni (2015: 255) merinci manfaat pembelajaran
kolaboratif berdasarkan nilai-nilai pendidikan yang dapat diperoleh oleh siswa
meliputi:
40
a. Memaksimalkan proses kerja sama yang berlangsung secara alamiah antar
siswa.
b. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang berpusat pada siswa,
kontekstual, terintegrasi, dan bersuasana kerjasama.
c. Menghargai pentingnya keaslian, kontribusi, dan pengalaman siswa dalam
kaitannya dengan bahan pelajaran dan proses belajar.
d. Memberi kesempatan pada siswa untuk aktif.
e. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dan keterampilan
memecahkan masalah.
f. Mendorong eksplorasi bahan pelajaran dari berbagai sudut pandang.
g. Menghargai pentingnya konteks sosial dalam pembelajaran.
h. Menumbuhkan rasa saling menghargai dan mendukung antar teman dan
guru.
i. Membangun semangat belajar sepanjang hayat.
d. Kelebihan Model Pembelajaran Kolaboratif
Ada beberapa kelebihan yang dapat diperoleh melalui pembelajaran
kolaboratif. Keunggulan-keunggulan model pembelajaran tersebut menurut Hill
& Hill (1993) berkenaan dengan: 1) prestasi belajar lebih tinggi; 2) pemahaman
lebih mendalam; 3) belajar lebih menyenangkan; 4) mengembangkan
keterampilan kepemimpinan; 5) meningkatkan sikap positif; 6) meningkatkan
harga diri; 7) belajar secara inklusif; 8) merasa saling memiliki; dan 9)
mengembangkan keterampilan masa depan.
41
Kegiatan pembelajaran kolaboratif diarahkan untuk menanamkan
kebiasaan—kebiasaan (habits) untuk memahami apa yang dipelajari, sikap ingin
melakukan sesuatu, dan keterampilan bagaimana melakukan sesuatu. Hal ini
sejalan dengan pandangan (Covey, dalam Medsker & Holdworth, 2001) yang
menyatakan bahwa sikap mencakup tiga hal pokok, yaitu: 1) pengetahuan atau
knowledge (the what, where, when, and why), 2) sikap (attitude), dan 3)
keterampilan (skill).
e. Kekurangan Model Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif memiliki sejumlah kelebihan, tetapi juga
memiliki keterbatasan-keterbatasan. Adapun keterbatasan-keterbatasan tersebut
antara lain:
a. Setiap individu dalam anggota kelompok pembelajaran kolaboratif memiliki
tanggung jawab terhadap kelompoknya, terkadang, ada beberapa siswa yang
kurang memiliki rasa tanggung jawab tersebut sehingga muncullah sikap
individualisme.
b. Tidak semua anggota kelompok dalam model pembelajaran kolaboratif
yang rajin dalam melaksanakan tugas.
c. Munculnya sikap ketergantungan antar anggota kelompok.
2.2.3.1 Hakikat Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Round Table
Model pembelajaran kolaboratif memiliki beragam tipe, salah satunya
tipe Round Table. Pembelajaran Round table adalah secara bergiliran siswa
42
merespons pengarah dengan menuliskan satu atau dua kata atau frase sebelum
menyerahkan kertas kepada siswa lain yang melakukan hal yang sama (Barkley,
dkk., 2013:357). Menuliskan gagasan-gagasan dibanding mengucapkannya akan
membantu memfokuskan perhatian, memberi waktu tenang untuk memikirkan
respon terbaiknya. Selain itu model ini menjamin terjadinya partisipasi yang
setara di antara anggota kelompok sehingga dapat mencegah adanya dominasi
dari salah satu anggota kelompok.
Pendapat yang senada diungkapkan oleh Mccafferty (2006: 191) bahwa
pembelajaran Round Table merupakan teknik menulis yang menerapkan
pembelajaran dengan menunjuk tiap-tiap anggota kelompok untuk berpartisipasi
secara bergiliran dalam kelompoknya dengan membentuk meja bundar atau
duduk melingkar. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran
kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 3 – 4 orang dengan kemampuan
yang berbeda-beda. Setiap kelompok mendapatkan kesempatan untuk
berkontribusi menyumbangkan sudut pandang dan gagasannya melalui tulisan.
Model pembelajaran Round Table juga memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mempraktikkan keterampilan-keterampilan khusus. Selain itu,
model ini juga melatih adanya teambuilding dan partisipasi seluruh anggota
kelompok (Huda, 2013: 159; Kagan, 1990: 14).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa pengertian Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Round Table adalah
aktivitas belajar kelompok untuk melatih siswa berpikir secara alternatif dalam
mengungkapkan gagasan dengan kalimatnya sendiri secara bergiliran. Berpikir
43
alternatif dapat pula diartikan berpikir efektif dan efisien, maksudnya siswa
dituntut untuk dapat menulis cerita pendek dengan tepat dalam waktu yang telah
ditentukan.
a. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Round Table
Model pembelajaran Kolaboratif Tipe Round Table dapat memberikan
manfaat dalam pembelajaran apabila dilakukan sesuai dengan langkah-
langkahnya. Menurut Barkley, dkk (2012: 357) Ada dua tahap dalam
menerapkan model pembelajaran Round table (meja bundar). Tahap tersebut
adalah tahap persiapan dan prosedur. Dalam tahap persiapan, peneliti
menyiapkan sebuah pengarah yang nantinya akan direspon oleh peserta didik
dengan beberapa kata atau kalimat. pengarah tersebut ditulis pada selembar
kertas bagian atas. Sedangkan pada tahap prosedur, peserta didik membentuk
kelompok yang terdiri atas 3 – 4 orang. Pendidik menyampaikan pengarahnya
atau membagikannya dalam bentuk selebaran. Peserta didik menentukan anggota
kelompok yang akan memulai terlebih dahulu untuk mengedarkan kertas
tersebut searah jarum jam. Peserta didik menuliskan kata, frase, atau kalimat
secepat mungkin lalu bacakan respon tersebut dengan keras agar peserta didik
lain punya kesempatan untuk mempersiapkan respon. Peserta didik
menyerahkan kertas yang ditelah ditulis ke peserta didik lain untuk merespons
kertas tersebut. kegiatan tersebut akan selesai dalam batas waktu yang telah
ditentukan oleh pendidik, dan dalam batas waktu tertentu itu, setiap anggota
kelompok sudah harus merespon kertas secara bergantian.
44
Pendapat yang relevan disampaikan oleh Lie (2000: 62) bahwa langkah-
langkah belajar kolaboratif tipe Round Table adalah: 1) Salah satu siswa dalam
tiap kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya
mengenai tugas yang sedang dikerjakan, 2) siswa berikutnya juga ikut
memberikan kontribusi, dan 3) giliran bicara bisa dilakukan menurut arah jarum
jam.
Pendapat yang relevan juga diungkapkan oleh Kessler (1992: 88),
langkah-langkah pembelajaran Round Table adalah: a) there is one piece of
paper and one pen for each team (siapkan satu lembar kertas dan sebuah
bolpoin untuk setiap kelompok); b) one student makes a contribution and passes
the paper and pen to the student on his or her left (satu siswa membuat
kontribusi dan menyerahkan kertas dan bolpoin kepada anggota kelompok di sisi
kirinya); c) each student makes contribution in turn (setiap siswa membuat
kontribusi sesuai gilirannya).
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa langkah-langkah Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe
Round Table adalah: a) siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, tiap
kelompok terdiri atas 4-5 orang; b) persiapkan satu kertas dan satu bolpoin untuk
tiap kelompok; c) guru membacakan deskripsi tugas atau pertanyaan; d) setiap
anggota kelompok bergantian menuliskan jawaban di kertas tersebut dalam
rentan waktu yang telah ditentukan dan diserahkan kepada anggota tim yang
lain.
45
Adapun kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe
Round Table sebagai berikut.
1. Kelebihan Penggunaan Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Round
Table
Kelebihan dari model pembelajaran kolaboratif tipe Round Table antara
lain:
a. Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berfikir kritis dan
kerjasama kelompok.
b. Adanya saling ketergantungan yang positif
c. Adanya tanggung jawab pribadi dimana setiap anggota kelompok harus
memiliki konstribusi aktif dalam bekerja sama.
2. Kekurangan Penggunaan Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Round
Table
Kekurangan penggunaan model pembelajaran kolaboratif tipe Round Table
sebagai berikut:
a. Sejumlah siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan
seperti ini.
b. Guru pada permulaan akan membuat kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan
kelas. Akan tetapi usaha yang sungguh-sungguh dan terus-menerus akan
dapat terampil menerapkan model ini.
Berdasarkan uraian tentang teori model pembelajaran kolaboratif tipe
Round Table (meja bundar) di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model
46
pembelajaran ini merupakan model pembelajaran kelompok, masing-masing
kelompok terdiri atas 3 – 4 orang. Adapun proses pembelajaran dengan model
ini yakni dengan menunjuk tiap-tiap anggota kelompok untuk berpartisipasi
secara bergiliran dalam kelompoknya dengan membentuk meja bundar atau
duduk melingkar.
Model pembelajaran ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya yaitu dapat mengembangkan serta menggunakan keterampilan
berfikir kritis siswa dan kerjasama kelompok. Selain itu, sikap tanggung jawab
dalam diri siswa dapat terasah dimana setiap anggota kelompok berkontribusi
aktif dalam kerja sama tim. Sedangkan kekurangan dalam model pembelajaran
ini yaitu siswa mungkin bingung dengan diterapkannya model pembelajaran
baru didalam kelas, serta diperlukan persiapan yang matang dalam pengelolaan
kelas saat proses pembelajaran berlangsung.
Dampak Instruksional dan Pengiring
Model pembelajaran kolaboratif tipe Round Table memiliki nilai
instruksional dan pengiring. Adapun nilai instruksional dari model pembelajaran
ini antara lain:
1. Kohesi dan produktivitas kelompok meningkat
2. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan metaforis
3. Melatih kemampuan sosial siswa
4. Kapabilitas dalam memecahkan masalah
Dampak pengiring dari model kolaboratif tipe round table antara lain:
47
1. Pencapaian materi
2. Mengaktifkan suasana pembelajaran
3. Memotivasi peserta didik
2.2.3.2 Hakikat Model Kolaboratif Tipe Sequence Chains
Sequence Chains merupakan salah satu tipe model pembelajaran
kolaboratif. Dalam pembelajaran ini, setiap siswa yang tergabung dalam
kelompok bertugas menganalisis dan menggambarkan urutan rangkaian suatu
kejadian, tindakan, peran, atau keputusan. Model pembelajaran kolaboratif tipe
Sequence Chains (rantai sekuen) mengharuskan siswa membuat peta visual dari
suatu rangkaian peristiwa dengan cara mengidentifikasi terlebih dahulu poin-
poin penting, mengaplikasikan pengetahuan dan penalaran untuk menyususn
poin-poin terssebut secara sistematis dan koheren. ini model pembelajaran ini
bermanfaat untuk melatih kemampuan berpikir logis siswa. (Barkley, 2012: 333)
a. Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Sequence Chains
Tahap persiapan:
Pilih informasi atau tema yang akan digunakan dalam pembelajaran. Selain
tema, tentukan pula langkah atau strategi pembelajaran yang akan digunakan.
Tahap pelaksanaan:
1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas 4-5
orang.
2. Setelah berkelompok, siswa diberi tema pembelajaran serta batas waktu
penyelesaian.
48
3. Siswa berdiskusi kelompok untuk menyelesaikan tugas, hasil dari diskusi
kelompok ditulis pada selembar kertas dengan cara dibuat sekuen. Hasil dari
pembuatan sekuens akan ditempel di ruang kelas.
4. Kelompok lain menilai hasil diskusi kelompok lain dengan cara berkeliling.
Dampak instruksional dan pengiring model kolaboratif tipe Sequence Chains
Model kolaboratif tipe Sequence Chains memiliki nila instruksional dan
pengiring. Adapun nilai instruksional model ini antara lain:
1. Meningkatkan tanggung jawab individual dan interdependensi positif
kelompok
2. Mengembangkan kemampuan berfikir kreatif dan visual siswa
3. Melatih kemampuan berfikir logis dan sistematis
4. Mengembangkan jiwa sosial siswa
Dampak pengiring dari model kolaboratif tipe sequence chains antara lain:
1. Memotivasi peserta didik
2. Mengaktifan suasana pembelajaran
3. Pencapaian materi
2.2.4 Keefektifan Pembelajaran Menulis Cerita Pendek dengan
Menggunakan Model Kolaboratif Tipe Round Table dan Tipe Sequence
Chains
Model kolaboratif tipe Round Table dan tipe Sequence Chains
merupakan model pembelajaran kelompok yang dapat membantu dan
49
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kedua model pembelajaran
ini menekankan aspek kontinuitas atau koneksi antar anggota kelompok dengan
cara brainstorming (sumbang saran). Dalam proses diskusi kelompok, siswa
diminta mengembangkan ide atau gagasan yang telah ditentukan oleh guru
dengan cara merespon secara bergiliran hingga menjadi kesatuan cerita pendek
yang padu. Kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran adalah sebagai
berikut:
A. Kelas A (menggunakan model pembelajaran kolaboratif tipe Round Table)
1. Siswa membentuk kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri atas
4-5 orang.
2. Siswa diminta membuat cerita pendek dengan topik yang telah ditentukan
oleh guru yaitu kejadian yang pernah dialami siswa dalam kehidupan sehari-
hari (pengalaman pribadi yang mengesankan).
3. Siswa dibantu guru mendefinisikan tugas belajar terkait dengan
permasalahannya dalam waktu yang telah ditentukan.
4. Siswa dalam masing-masing kelompok mengembangkan garis besar
kerangka/alur cerpen secara bergiliran searah jarum jam.
5. Siswa menulis pembuka cerpen (orientasi/perkenalan tokoh dan
peristiwanya) dengan bergiliran searah jarum jam.
6. Siswa membuat konflik cerita (komplikasi) secara bergiliran searah jarum
jam.
7. Siswa menulis penyelesaian cerpen (resolusi) secara bergiliran searah jarum
jam.
50
8. Siswa dibantu guru menunjuk salah satu anggota kelompok untuk
mengomunikasikan hasil diskusi kelompok (membaca cerpen) didepan
kelas.
9. Siswa dibantu guru melakukan refleksi terhadap proses dan hasil belajar
yang telah dilaksanakan dan memberikan motivasi kepada siswa.
B. Kelas B (menggunakan model pembelajaran kolaboratif tipe Sequence
Chains)
1. Siswa membentuk kelompok, dengan masing-masing kelompok terdiri atas
4-5 orang.
2. Guru memberikan tema penulisan cerpen kepada peserta didik berupa
pengalaman pribadi.
3. Guru memberikan kertas karton serta spidol kepada setiap kelompok.
4. Siswa dalam masing-masing kelompok menuliskan kerangka karangan
cerpen dalam kertas karton tersebut
5. Siswa secara berkelompok membuat kerangka karangan cerpen dalam
bentuk rantai sekuen (bagan) sesuai dengan struktur cerpen yaitu orientasi,
komplikasi, dan resolusi
6. Setiap rantai sekuen (bagan) siswa secara berkelompok mengembangkan
kerangka karangan tersebut menjadi cerita utuh dan padu.
7. Hasil diskusi kelompok berupa karangan cerpen yang utuh ditempelkan di
dinding kelas.
8. Perwakilan kelompok berkeliling menilai hasil diskusi kelompok lain.
51
9. Siswa dibantu guru melakukan refleksi terhadap proses dan hasil belajar
yang telah dilaksanakan serta memberikan motivasi kepada siswa.
2.3 Kerangka Berpikir
Menulis cerita pendek merupakan salah satu kompetensi yang harus
dikuasai oleh siswa. Akan tetapi, fakta di lapangan menunjukan banyak siswa
yang mengalami kesulitan dalam menulis cerpen. Siswa kesulitan menuangkan
ide, kesulitan dalam menyusun paragraf, dan mengembangkan plot atau alur
cerita. Selain itu, banyak siswa yang merasa bosan saat proses pembelajaran
menulis cerpen berlangsung dikarenakan guru masih menggunakan model
pembelajaran konvensional oleh karena itu, dibutuhkan suatu model pembelajaran
yang inovatif dalam pembelajaran menulis cerita pendek agar meningkatkan
kemampuan menulis siswa.
Penelitian ini akan menguji keefektifan penggunaan dua model
pembelajaran kolaboratif tipe Round Table dan Sequence Chains dalam
pembelajaran menulis cerita pendek. Penerapan model pembelajaran kolaboratif
tipe Round Table dan model kolaboratif tipe Sequence Chains diharapkan dapat
memberi nuansa baru dalam proses pembelajaran, melatih proses perpikir kritis
siswa, mengembangkan kepribadian sosial, serta dapat mengaktifkan siswa saat
proses pembelajaran menulis cerpen berlangsung.
Model pembelajaran kolaboratif tipe Round Table dan model kolaboratif
tipe Sequence Chains dipilih dengan mempertimbangkan hal-hal yang sudah
dikemukakan sebelumnya. Kedua model pembelajaran ini masing-masing
52
memiliki kelebihan dan kekurangan. Selain itu, penerapan kedua model tersebut
masih jarang digunakan, peneliti ingin membuktikan keefektifan model
pembelajaran tersebut sebagai model pembelajaran menulis cerpen dengan
penelitian eksperimen.
Tahapan yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi 3 tahap.
Pertama, siswa diberikan pretest sebagai langkah penilaian awal. Pretest
mengharuskan siswa untuk melakukan tahap penilaian menulis teks cerpen secara
individu. Kedua, pelaksanaan penelitian. Siswa kelas eksperimen I mengikuti
pembelajaran menulis cerita pendek dengan model pembelajaran kolaboratif tipe
Round Table, sedangkan siswa di kelas eksperimen II mengikuti pembelajaran
menulis cerita pendek dengan model pembelajaran kolaboratif tipe Sequence
Chains, dan siswa di kelas kontrol tidak mendapat perlakuan apapun
(menggunakan model pembelajaran yang digunakan guru). Ketiga, siswa
diberikan postest. Postest dilakukan untuk mendapatkan hasil akhir dari
pembelajaran dengan menggunakan dua model tersebut. berdasarkan kerangka
berpikir tersebut kemudian dapat dibuat paradigma berpikir sebagai berikut.
53
Bagan 2.2 Kerangka Berpikir
2.4. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian dimana masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan (Sugiyono, 2013:96). Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka
berpikir di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
1. Ha1 : terdapat perbedaan prestasi belajar pembelajaran menulis teks cerpen
antara siswa yang mendapat model pembelajaran kolaboratif tipe Round
Materi pembelajaran menulis cerpen
Pembelajaran
Pretest Pretest
Kelas Eksperimen I
Pembelajaran menulis
cerita pendek (model
kolaboratif tipe Round
Table)
KelasEksperimen II
Pembelajaran menulis
cerita pendek (model
kolaboratif tipe
Sequence Chains)
Postest Postest
Hasil belajar Hasil belajar
Pembelajaran yang
lebih efektif
Kelas Kontrol
Pembelajaran menulis
cerpen (model
pembelajaran yang
digunakan guru)
54
Table, model pembelajatan kolaboratif tipe Sequence Chains, dan model
pembelajaran yang digunakan guru.
Ha2 : prestasi belajar pembelajaran menulis teks cerita pendek siswa yang
diajar dengan model pembelajaran kolaboratif tipe Round Table lebih
efektif daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran yang
digunakan guru.
Ha3 : prestasi belajar pembelajaran menulis teks cerita pendek siswa yang
diajar dengan model pembelajaran kolaboratif tipe Sequence Chains lebih
baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran yang
digunakan guru.
2. Untuk uji statistik :
Ho1 : tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
menulis teks cerita pendek antara siswa yang mendapat model
pembelajaran kolaboratif tipe Round Table , model pembelajaran
kolaboratif tipe Sequence Chains, dan modeel pembelajaran yang
digunakan guru.
Ho2 : prestasi belajar siswa siswa pada pembelajaran menulis teks cerita
pendek yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran kolaboratif tipe
Round Table lebih efektif daripada siswa yang diberi perlakuan dengan
model pembelajaran yang digunakan guru.
Ho3 : prestasi belajar siswa pada pembelajaran menulis teks cerita pendek
siswa yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran kolaboratif tipe
55
Sequence Chains lebih efektif daripada siswa yang diberi perlakuan
dengan model pembelajaran yang digunakan guru.
3. Untuk kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II :
Ho4 : tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa pada pembelajaran
menulis teks cerita pendek antara siswa yang diberi perlakuan dengan
model pembelajaran kolaboratif tipe Round Table dan model pembelajaran
kolaboratif tipe Sequence Chains.
174
174
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka peneliti dapat
menarik beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran kolaboratif tipe Round Table dalam
pembelajaran menulis teks cerita pendek pada siswa kelas VII SMP
memenuhi kriteria keefektifan. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t (T –
test ) dan uji ketuntasan belajar. Kriteria pengujian yang digunakan yaitu
Ho ditolak jika thitung < ttabel, berdasarkan data yang diperoleh thitung =
0,118861 < ttable = 0,184744, sehingga dapat disimpulkan terdapat
perbedaan yang signifikan antara tes awal dan tes akhir kelas eksperimen
1. Hasil rata-rata tes akhir siswa sebesar kelas eksperimen 1 80 lebih baik
dibandingkan hasil rerata tes awal sebesar 68,52174. Hasil tes akhir siswa
telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75.
2. Penerapan Model pembelajaran kolaboratif tipe Sequence Chains dalam
pembelajaran menulis teks cerita pendek pada siswa kelas VII SMP
memenuhi kriteria keefektifan. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t (T –
test) dan uji ketuntasan belajar. Berdasarkan uji ketuntasan belajar siswa
kelas VII C sebagai kelas eksperimen II diketahui rata-rata nilai tes akhir
siswa 81,08333 lebih baik dibandingkan nilai tes awal 66,75, dengan thitung
0,093167 < ttabel 0,180854, sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas
175
3. tersebut telah mencapai nilai ketuntasan belajar individu dengan nilai lebih
dari KKM yang ditetapkan sebesar 75.
4. Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa antara penerapan menggunakan
model pembelajaran kolaboratif tipe Round Table dan model pembelajaran
kolaboratif tipe Sequence Chains pada pembelajaran menulis teks cerita
pendek kelas VII semester 2, SMP Negeri 3 Kedu, Temanggung. Kedua
model pembelajaran kolaboratif tersebut sama-sama efektif digunakan
dalam pembelajarn menulis teks cerita pendek karena setiap kelas sama-
sama belajar dengan berdiskusi kelompok meskipun dengan cara yang
berbeda. Adanya teknik sumbang saran (brainstorming) pada model
pembelajaran kolaboratif tipe Round Table dan pembuatan peta konsep
atau rantai sekuens pada model pembelajaran kolaboratif tipe Sequence
Chains sama-sama efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan
menulis teks cerita pendek pada siswa kelas VII SMP dibandingkan
dengan penerapan model pembelajaran yang digunakan guru.
5.2 Saran
Berdasarakan hasil penelitian yang telah dipaparkan, peneliti
mengemukakan beberapa saran berikut.
1. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia hendaknya guru menggunakan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
176
2. Guru bahasa Indonesia harus lebih kreatif dan inovatif dalam
mengembangkan media pembelajaran yang mendukung proses belajar
mengajar agar pembelajaran lebih menarik, tidak bosan, dan dapat
memotivasi siswa.
3. Model pembelajaran kolaboratif tipe Round Table dan tipe Sequnece
Chains dapat menjadi model pembelajaran alternative yang dapat
digunakan guru bahasa Indonesia dalam mengajarkan materi bahasa
Indonesia khususnya pada aspek menulis, karena kedua model tersebut
sudah teruji tingkat keefektifannya.
4. Sekolah dapat mengembangkan kembali model pembelajaran kolaboratif
tipe Round Table dan Tipe Sequence Chains pada materi pembelajaran
lain agar dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
5. Peneliti lain diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran
kolaboratif tipe Round Table dan Sequence Chains untuk dapat
meningkatkan variabel yang lain.
180
DAFTAR PUSTAKA
Akhdiah, Sabarti dkk. 1993. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Amandangi, Dewi Prajnaparamitha. 2016. Perbandingan Media Gambar Berantai dan
Media Lirik Lagu dalam Pembelajaran Menyusun Teks Cerita Pendek Menggunakan
Model DSI-PK (Desain Sistem Intruksional-Pencapaian Kompetensi) Bagi Siswa
Kelas VII SMP. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Alegsindo.
Arends, Richard, I. 1997. Classroom Instruction and Management. Boston: McGraw-Hill.
Ariadinata, Joni. 2106. Aku Bisa Menulis Fiksi. Yogyakarta: DIVA Press.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Aneka Cipta: Jakarta.
B. Rahmanto. 1998. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Bruffee, Kenneth. 1993. Collaborative Learning. Baltimore: The Johns Hopkins
University Press. pp 28 – 51.
Combs, Bill. 2001. ―Cooperatif Learning‖, di dalam Keren L. Medsker dan Kristina M.
Holdsworth, Models and Strategies for Training Design. Pp.287 – 296. Silver
Spring: International Society for Performance Improvement.
Djago Tarigan, H.G. Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Penerbit Angkasa.
E. Barkley, Elizabert, dkk. 2012. Collaborative Learning Technique: Teknik – Teknik
Pembelajaran Kolaboratif. Bandung: Nusa Media.
Fatonah, Irna Nurul. 2014. Efektivitas Teknik Meja Bundar (Round Table) dalam
Pembelajaran Menulis Cerita Pendek (Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa
Kelas VII MTs Assobandiyyah Sukabumi. Skripsi. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Hadi, Amirul. 2008. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamid, Hasan. 1993. Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial. Bandung: Jurusan Sejarah FIPS IKIP
Bandung.
Ingkansari, Agnes Reswari, dkk. 2012. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Roundtable Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Ditinjau dari Aktualisasi Diri Siswa SMP Negeri di Kabupaten
Magelang. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Istiqomah. 2015. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Model
Round Table dengna Media Buku Zig – Zag pada Siswa Kelas IV A SDN
Pudakpayung. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Kast, Bernd. 1999. Fertigkeit Schreiben. Munchen: Goethe Institute.
Kagan, Spencer. 2009. Cooperative Learning. San Clemente: Kagan Publishing.
181
Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. 2013. Bahasa Indonesia Wahana
Pengetahuan. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning: Memperaktikkan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Matthews, J.R. J.M Bowen, and R.W. Matthews. 1996. Successful scientific writing: A
step-by-step guide for biological and medical sciences. Cambridge University Press,
Cambridge, UK. 256 page.
Mccafferty, Steven G., dkk. 2006. Cooperatuve Learning and Second Language Teaching.
New York: Cambridge University Press.
Mustika, Tito Nur. 2015. EfektivitasModel Pembelajaran Make A Match dan Model
Pembelajaran Open-Ended dengan Menggunakan Teori Belajar Konstruktivistik
Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Skripsi. Universitas PGRI Semarang.
Oemarjati, Boen S. 2011. Dengan Sastra Mencerdaskan Siswa: Memperkaya Pengalaman
dan Pengetahuan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Pratama, Aditya. 2015. Keefektifan Strategi Double Entry Journal dalam Pembelajaran
Menulis Cerpen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Piyungan Bantul DIY. Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Rahmanto, R. 2004. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius
Rampan, Korrie Layun. 2009. Apresiasi Cerpen Indonesia Mutakhir. Jakarta: Bukupop.
Rohmadi, Muhammad dan Slamet Subiyantoro. 2011. Bunga Rampai: Model-Model
Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Seni. Surakarta: Yuma Pustaka.
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research and Practice. Second
Edition. Boston: Allyn and Bacon Publishers.
Stenlev, Jette dan Siemund Peter. 2011. ―RoundTable As Cooperative Learning
Technique‖. English Language and Linguistics. Vol 18/Issue01/March 2011, pp40-
45.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sudijono, Anas. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suparno dan M. Yunus. 2008. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Suprihantini, Winda Dwi. 2013. Peningkatan Kemampuan Menulis Deskripsi dengan
Model Kooperatif Tipe Round Table pada Siswa Kelas X AK 2 SMK
Mumammadiyah 1 Wonosobo Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
Suriamiharja. 1997. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.