Dalam Menjalani Proses Kebijakan Pengembangan Wisata Pantai Ujungnegoro

3
Dalam menjalani proses kebijakan pengembangan wisata pantai Ujungnegoro, wajib untuk dipedomani delapan hal yang ditulis oleh Plasman yakni: 1. Kewajiban untuk mendapatkan dukungan dari berbagai otoritas yang memiliki konektifitas dengan kebijakan pembangunan tata ruang pariwisata pantai yang sedang dikembangkan. 2. Dibutuhkan preservasi kepribadian dari pemimpin daerah yang memiliki keberpihakan terhadap persoalan keberlanjutan pemanfaatan sumber daya alam pariwisata Ujungnegoro. 3. Harus diperhatikan level referensi kebijakan yang menjadi rujukan dalam implementasi perencanaan pariwisata pesisir Ujungnegoro, baik itu menyangkut kebijakan nasional maupun kebijakan internasional. 4. Perlu diperhatikan juga efektifitas dari referensi keilmuan yang digunakan dalam perencanaan agar objek yang hendak dibangun benar-benar menguntungkan dari sudut pandang berbagai disiplin ilmu. Dengan kata lain, pembangunan tata ruang wilayah pesisir Ujungnegoro menjadi destinasi wisata, tidak hanya mempertimbangkan aspek keilmuan pariwisata tetapi juga dari keilmuan yang lain seperti ilmu lingkungan, ilmu politik, ilmu sosial, ilmu ekonomi dan ilmu terkait lainnya.

Transcript of Dalam Menjalani Proses Kebijakan Pengembangan Wisata Pantai Ujungnegoro

Page 1: Dalam Menjalani Proses Kebijakan Pengembangan Wisata Pantai Ujungnegoro

Dalam menjalani proses kebijakan pengembangan wisata pantai

Ujungnegoro, wajib untuk dipedomani delapan hal yang ditulis oleh Plasman

yakni:

1. Kewajiban untuk mendapatkan dukungan dari berbagai otoritas yang

memiliki konektifitas dengan kebijakan pembangunan tata ruang

pariwisata pantai yang sedang dikembangkan.

2. Dibutuhkan preservasi kepribadian dari pemimpin daerah yang

memiliki keberpihakan terhadap persoalan keberlanjutan

pemanfaatan sumber daya alam pariwisata Ujungnegoro.

3. Harus diperhatikan level referensi kebijakan yang menjadi rujukan

dalam implementasi perencanaan pariwisata pesisir Ujungnegoro,

baik itu menyangkut kebijakan nasional maupun kebijakan

internasional.

4. Perlu diperhatikan juga efektifitas dari referensi keilmuan yang

digunakan dalam perencanaan agar objek yang hendak dibangun

benar-benar menguntungkan dari sudut pandang berbagai disiplin

ilmu. Dengan kata lain, pembangunan tata ruang wilayah pesisir

Ujungnegoro menjadi destinasi wisata, tidak hanya

mempertimbangkan aspek keilmuan pariwisata tetapi juga dari

keilmuan yang lain seperti ilmu lingkungan, ilmu politik, ilmu sosial,

ilmu ekonomi dan ilmu terkait lainnya.

5. Rekonsiliasi antara science dan praktis, berarti bahwa hasil riset

keilmuan yang digunakan dalam menyusun rencana tata ruang

wilayah pesisir Ujungnegoro sebagai destinasi wisata, harus mampu

menjawabi persoalan-persoalan praktis yang ada di lapangan dan

secara praktis dapat dilaksanakan atau diimplementasikan. Rencana

kebijakan akan sia-sia apabila riset yang dirujuk secara praktis tidak

masuk akal untuk dilaksanakan, entah karena terlalu ideal atau bisa

jadi karena memiliki banyak sekali kekurangan.

6. Harus ada kesepahaman range waktu dan budgeting serta

ketersediaan resources untuk membangun destinasi wisata

Ujungnegoro antara pemerintah, politisi, para ilmuwan perencana

Page 2: Dalam Menjalani Proses Kebijakan Pengembangan Wisata Pantai Ujungnegoro

dan stakeholder sebab dalam hal ini masing-masing aktor biasanya

memiliki kepentingannya sendiri-sendiri yang saling berseberangan.

7. Komunikasi dan transparasi juga dibutuhkan untuk menjaga rasa

saling percaya antara semua komponen yang terlibat dalam

pengembangan destinasi wisata Ujungnegoro.

8. Hal terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah nilai kepercayaan

dan dukungan publik dalam proses kebijakan ini. Tanpa kepercayaan

dan dukungan publik, suatu proses pembangunan apapun tidak akan

berjalan baik; termasuk pembangunan destinasi wisata pantai

Ujungnegoro.