DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN SAMPUL DALAM LEMBAR … · 1. Gadai 2. Hak Tanggungan 3. Jaminan Fidusia 4....

26
DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN ………………………………………………..………… i SAMPUL DALAM ……………………………………………………..….. ii PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ………………………… iii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………..………… iv LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI………………… v KATA PENGANTAR ………………………………………….………..… vi SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ………………………………..…… ix DAFTAR ISI …………………………………………………………..……. x ABSTRAK ………………………………………………………..…………. xiii ABSTRACT .................………………………………………………..……….…… xiv BAB I Pendahuluan …………………………………………..…………… 1 1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………...... 1 1.2 Rumusan Masalah ..……………………………………..……............ 6 1.3 Ruang Lingkup Masalah ..……………………………..……............. 6 1.4 Orisinalitas Penelitian ………………………………………….......... 7 1.5 Tujuan Penelitian………..…………………………………………..... 8 1.5.1 Tujuan Umum …………………………………..…………… 8 1.5.2 Tujuan Khusus …………………………………..…………… 8 1.6 Manfaat Penelitian ……….……………………………….………….. 9 1.6.1 Manfaat Teoritis ……………………………………………… 9 1.6.2 Manfaat Praktis ….…………………..……………..………… 9

Transcript of DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN SAMPUL DALAM LEMBAR … · 1. Gadai 2. Hak Tanggungan 3. Jaminan Fidusia 4....

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ………………………………………………..………… i

SAMPUL DALAM ……………………………………………………..….. ii

PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ………………………… iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………..………… iv

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI………………… v

KATA PENGANTAR ………………………………………….………..… vi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ………………………………..…… ix

DAFTAR ISI …………………………………………………………..……. x

ABSTRAK ………………………………………………………..…………. xiii

ABSTRACT .................………………………………………………..……….…… xiv

BAB I Pendahuluan …………………………………………..…………… 1

1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………...... 1

1.2 Rumusan Masalah ..……………………………………..……............ 6

1.3 Ruang Lingkup Masalah ..……………………………..……............. 6

1.4 Orisinalitas Penelitian ………………………………………….......... 7

1.5 Tujuan Penelitian………..…………………………………………..... 8

1.5.1 Tujuan Umum …………………………………..…………… 8

1.5.2 Tujuan Khusus …………………………………..…………… 8

1.6 Manfaat Penelitian ……….……………………………….………….. 9

1.6.1 Manfaat Teoritis ……………………………………………… 9

1.6.2 Manfaat Praktis ….…………………..……………..………… 9

1.7 Landasan Teoritis ………………………………………….…………. 10

1.8 Metode Penelitian……………………………………………………… 17

1.8.1 Jenis Penelitian ………………………………………………. 17

1.8.2 Jenis Pendekatan …………………………………………….. 18

1.8.3 Sifat Penelitian ………………………………………………. 19

1.8.4 Sumber Data ………………………………………………….. 19

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data …..……………………………….. 20

1.8.6 Teknik Analisis ………………………………………………. 21

BAB II Tinjauan Umum Tentang Kredit Dan Lembaga Perkreditan

Desa (LPD) ......................................................................................... 22

2.1 Tinjauan Umum Tentang Kredit …………………………………….. 22

2.1.1 Pengertian Kredit …………………………………………….. 22

2.1.2 Prinsip-Prinsip Kredit………………………………………… 23

2.1.3 Jenis-Jenis Kredit……………………………………………… 28

2.1.4 Tujuan dan Fungsi Pemberian Kredit………………………… 32

2.2 Tinjauan Umum Tentang Lembaga Perkreditan Desa (LPD)………… 35

2.2.1 Pengertian LPD ………………………………………………. 35

2.2.2 Landasan Yuridis Pengaturan LPD ………………………….. 36

2.2.3 Prinsip Perkreditan LPD……………………………………… 38

2.2.4 Tujuan Pembentukan LPD …………………………………… 39

BAB III Tanggung Jawab Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat

Tegal Dalam Hal Pihak Debitur Wanprestasi ……………………. 43

3.1 Prosedur Pemberian Kredit ………………………………………….. 43

3.2 Jaminan Pemberian Kredit ..………………………………………… 49

3.3 Tanggung Jawab LPD Desa Adat Tegal Dalam Hal Pihak Debitur

Wanprestasi …………………………..……………………………… 52

BAB IV Upaya Penyelesaian Wanprestasi Bagi Debitur Yang Berasal

Dari Luar Desa Pekraman Oleh LPD Desa Adat Tegal ………… 59

4.1 Faktor-faktor Penyebab Kredit Bermasalah ……………………….. 59

4.2 Upaya Penyelesaian Jika Terjadi Wanprestasi Bagi Debitur Yang

Berasal Dari Luar Desa Pekraman Oleh LPD Desa Adat Tegal

…………………………………………………..…………………… 61

BAB V Penutup …………………………………………………………….. 64

5.1 Kesimpulan ……………………………………………………… 64

5.2 Saran .……………………………… ……………………………. 65

DAFTAR BACAAN

DAFTAR INFORMAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RINGKASAN SKRIPSI

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Pemberian Kredit Oleh Lembaga Perkreditan Desa

(LPD) Kepada Warga Luar Desa Pekraman Setempat Pada LPD Desa Adat Tegal

Darmasaba. Dalam tulisan ini membahas tentang bagaimana tanggung jawab

Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Tegal dalam hal pihak debitur

wanprestasi dan bagaimana upaya penyelesaian wanprestasi bagi debitur yang

berasal dari luar desa pekraman oleh Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat

Tegal.

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan

penelitian hukum empiris. Dalam hal ini penulis melakukan penelitian di lapangan

yaitu di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Tegal. Jenis pendekatan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan (the

statueapproach) dan pendekatan fakta.

Hasil dari penelitian skripsi ini berupa tanggung jawab LPD dalam hal

pihak debitu wanprestasi yaitu LPD bertanggung jawab secara kelembagaan atau

secara pribadi. Serta upaya penyelesesaian wanprestasi yang dilakukan oleh warga

luar desa pekraman adalah dengan upaya-upaya pendekatan yang bersifat

perdamaian bagi debitur yang bermasalah. Skripsi ini memberikan saran agar

dalam memberikan suatu fasilitas kredit kepada warga desa maupun warga luar

desa, LPD harus tetap memperhatikan peraturan yang mengaturnya agar tidak

terjadi masalah dikemudian hari.

Kata Kunci : Pemberian Kredit, Desa Pekraman, Lembaga Perkreditan Desa

ABSTRACT

This thesis titled Lending By Village Credit Institutions (LPD) Residents

told Local Pekraman Rural Affairs In LPD Desa Adat Tegal Darmasaba. In this

paper discusses how the responsibility Institutions Credit Desa (LPD) Desa Adat

Tegal in giving credit to residents outside the village local pekraman and how the

completion of lending to pekraman local residents outside the village by Village

Credit Institutions (LPD) Desa Adat Tegal.

The method used in writing this essay using research empirical law. In this

case I do research in a field that is in Village Credit Institutions (LPD) Desa Adat

Tegal. Kind of approach used in this study is the approach of legislation (the

statueapproach) and approach the facts.

The results of this thesis research in the form of responsibility in terms

LPD granting credit to residents outside of the village was in a state of default

namely the approach, provide a letter of warning and do seller asset guarantees

from the borrower. As well as breach of contract committed completion by

residents outside the village Pekraman is with the efforts of an approach that is

peace for troubled borrowers. This thesis provides suggestions for in provide a

credit facility to the villagers and residents outside the village, LPD must observe

the rules that govern it in order to avoid problems at a later time.

Keywords: Credit, Rural Credit Institutions (LPD), Residents outside the village

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada dewasa ini ekonomi di Indonesia dipenuhi dengan persaingan dan

kondisi yang menyebabkan bank-bank umum maupun lembaga-lembaga

keuangan dan Lembaga Perkreditan Desa yang selanjutnya disebut dengan LPD,

bersaing untuk menghimpun dana dari masyarakat dan disalurkan kembali ke

masyarakat dalam bentuk kredit. Sumber dana LPD yang berasal dari masyarakat

berupa tabungan dan deposito. Tabungan merupakan simpanan masyarakat yang

penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu pada saat diperlukan dan menurut

persyaratan tertentu yang telah ditetapkan, dan penarikannya tidak dapat

menggunakan cek atau bilyet giro, sedangkan deposito adalah simpanan yang

penarikannya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara

nasabah dan bank.

Sejalan dengan semakin berkembang dengan pesatnya kegiatan ekonomi

di pedesaan, transaksi antara pihak yang mempunyai kelebihan dana dan pihak

yang kekurangan dana akan menjadi lebih mudah dengan kehadiran pihak

perantara yang dikenal dengan lembaga keuangan, salah satunya adalah LPD.

Pada prinsipnya sifat usaha LPD dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu,

kegiatan penghimpun dana, kegiatan penggunanaan dana dan kegiatan pemberian

jasa. Dari kegiatan penghimpunan dana, LPD mengumpulkan dana dari

masyarakat, dana ini merupakan hutang bagi LPD dan LPD wajib membayarnya

dengan berupa bunga dari dana masyarakat tersebut.

Dengan lancarnya pembayaran kredit dan tidak terjadinya kredit macet,

mempengaruhi kesehatan LPD serta kemampuan menghasilkan keuntungan.

Pengelolaan kredit bagi sebuah lembaga keuangan adalah suatu hal yang penting

dilakukan agar kreditnya berjalan dengan baik dan meminimalkan hal-hal yang

mungkin terjadi diluar perhitungan. Dalam hal ini diperlukan suatu manajemen

kredit yang merupakan pengelolaan kredit yang baik mulai dari perencanaan

jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit, analisis

pemberian kredit, sampai pada pengendalian dan pengawasan kredit yang macet.

Dalam rangka untuk menjamin dan melindungi hak-hak karakteristik dari

Desa Pekraman, termasuk kaitannya dengan hak otonom Desa Pekraman dalam

mengelola potensi keuangannya, Pemerintan Provinsi Bali telah menerbitkan

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan kedua

atas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 tentang Lembaga

Perkreditan Desa dengan maksud untuk mengisi kekosongan hukum berkenaan

dengan fungsi-fungsi pengelolaan keuangan Desa.

Dalam pembangunan ekonomi Indonesia, bidang hukum meminta dengan

serius dalam pembinaan hukumnya, diantaranya adalah lembaga jaminan.

Pembinaan hukum dalam bidang hukum jaminan merupakan konsekuensi logis

dan perwujudan tanggung jawab pembinaan hukum dalam bidang perdagangan,

perindustrian, perseroan, pengangkutan dan kegiatan-kegitan tersebut manjadi

kebutuhan rakyat sehingga memerlukan fasilitas kredit dalam usahanya, para

pemberi modal memberikan syarat adanya jaminan dalam perberian kredit demi

keamanan dan kepastian hukum.

Menurut H. Salim HS dalam bukunya Perkembangan Hukum Jaminan Di

Indonesia, mengatakan bahwa hukum jaminan adalah

“ Keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara

pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan

untuk mendapatkan fasilitas kredit.”

Unsur-unsur yang terkandung dalam definisi tersebut adalah

1. Adanya kaidah hukum

2. Adanya pemberi dan penerima jaminan

3. Adanya jaminan

4. Adanya fasilitas kredit. 1

Berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang

mengatur tentang jaminan maupun kajian terhadap berbagai literature tentang

jaminan, maka ditemukan 5 (lima) asas penting dalam hukum jaminan, sebagai

berikut :

1. Asas Publicitet

2. Asas Specialitet

3. Asas Tak Dapat Dibagi-bagi

1 H.Salim HS, 2004, Perkembangam Hukum Jaminan di Indonesia, Raja Grapindo Persada,

Jakarta, hal. 6

4. Asas Inbezittstelling

5. Asas Horizontal. 2

Adapun lembaga jaminan yang ada adalah :

1. Gadai

2. Hak Tanggungan

3. Jaminan Fidusia

4. Hipotek (bukan tanah)

5. Penanggungan / borg tocht (jaminan perorangan) 3

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di dunia, dalam memberikan

pinjaman/ kredit Bank tersebut menerapkan Jaminan Fidusia, begitu pula halnya

dengan Lembaga Perkreditan Desa di Desa Pekraman yang selanjutnya akan

disingkat dengan (LPD-DP) sebagai salah satu bentuk usaha untuk meningkatkan

taraf hidup karma desa. Adapun usaha-usaha LPD dilakukan dengan tujuan :

a. Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui kegiatan

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentu tabungan dan deposito ;

b. Memberantas ijon, gadai gelap, dan lain-lain yang dapat dipersamakan dengan

itu;

c. Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan

kerja bagi karma desa;

d. Meningkatkan daya beli dan melancarkan lalu lintas pembayan uang di desa. 4

2 Ibid, hal. 9

3 Khasadi, 2006, Materi Hukum jaminan, Program studi Magister Kenotariatan Universitas

Diponegoro, Semarang, hal. 5

Untuk mencapai tujuan tersebut, LPD melakukan kegiatan usaha menurut

Pasal 7 Peraturan Daerah Bali Nomor 4 Tahun 2012 yaitu :

a. Menerima/menghimpun dana dari karma desa dalam bentuk tabungan dan

deposito

b. Memberikan pinjaman hanya kepada karma desa

c. Menerima pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan maksimum sebesar

100% dari jumlah modal, termasuk cadangan dan laba ditahan, kecuali

batasan lain dalam jumlah pinjaman atau dukungan/bantuan dana

d. Menyimpan kelebihan likuiditas pada BankPembangunan Daerah Bali (BPD

Bali) dengan imbalan bunga bersaing dan pelayanan yang memadai. 5

Dalam hal ini lebih ditekankan pada usaha LPD dalam hal utang/piutang

yaitu dalam pemberian pinjaman (kredit) terhadap anggota masyarakat desa. Pada

dasarnya setiap orang dapat melakukan perjanjian dengan siapa saja yang

dikehendaki sepanjang orang tersebut tidak dilarang oleh undang-undang, begitu

juga dengan pemberian kredit dapat diberikan kepada siapa saja asal memenuhi

persyaratan yang telah ditentukan. Namun dalam PERDA Bali No.4 Tahun 2012

tentang Lembaga Perkreditan Desa (LPD), pada pasal 2 ayat (1) menyatakan LPD

merupakan badan usaha keuangan milik Desa yang melaksanakan kegiatan di

lingkungan desa dan untuk karma desa. Dan dipertegas lagi dalam pasal 7 ayat (1)

sub b menyatakan “memberikan pinjaman hanya pada karma desa”.

4 Pemerintah Provisi Bali, 2008, Profile Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Daerah Bali, PT

Bank BPD Bali, Denpasar, hal. 9

5 I Nyoman Nurjaya, 2011, Landasan Teoritik Pengaturan LPD; “Sebagai Lembaga Kuangan

Komunitas di Bali”, Udayana University Press, Denpasar, Hal.37

Namun dalam prakteknya LPD tidak hanya memberikan kredit kepada

warga desa tetapi juga pada warga luar desa pekraman setempat, hal ini

bertentangan dengan PERDA Provinsi Bali No.4 Tahun 2012 tentang Lembaga

Perkreditan Desa. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka

dilakukan penelitian untuk mengangkat masalah diatas dalam bentuk karya ilmiah

skripsi dengan judul : “Pemberian Kredit Oleh Lembaga Perkreditan Desa

(LPD) Kepada Warga Luar Desa Pekraman Setempat Pada LPD Desa Adat

Tegal Darmasaba”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang akan dibahas

adalah :

1. Bagaimana tanggung jawab Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dalam hal

pihak debitur wanprestasi ?

2. Bagaimana upaya penyelesaian wanprestasi bagi debitur yang berasal dari

luar Desa Pekraman oleh LPD Desa Adat Tegal Darmasaba ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Perlu kiranya untuk memberikan penegasan dan batasan-batasan mengenai ruang

lingkup masalah yang akan diuraikan nanti, hal ini dimaksudkan untuk mencegah

agar materi tidak menyimpang dari pokok permasalahan sehingga pembahasan

dapat terarah dan diuaraikan secara sistematis. Adapun ruang lingkup yang akan

dibahas adalah :

1.3.1 Bagaimana tanggung jawab Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dalam hal

pihak debitur wanprestasi.

1.3.2 Bagaimana upaya penyelesaian wanprestasi bagi debitur yang berasal dari

luar Desa Pekraman oleh Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat

Tegal Darmasaba.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Guna menunjukan keaslian atau orisinalitas dari tulisan skripsi ini, maka dapat

saya tunjukan beberapa tulisan skripsi tentang pemberian kredit yang telah

ditulis oleh para penulis sebelumnya yang pada dasarnya dari segi substansi

berbeda dengan tulisan saya ini. Adapun beberapa tulisan tersebut adalah

sebagai berikut :

No Nama Judul Skripsi Rumusan Masalah

1. Ida Ayu Urmila

Dewi Manuaba

Fakultas Hukum

Universitas Udayana

Pemberian Kredit

Tanpa Jaminan

Kepada Masyarakat

Adat Dari Lembaga

Perkreditan Desa

(Studi Di LPD Desa

Pekraman

Peguyangan)

1. Apakah dibenarkan

jika Lembaga

Perkreditan Desa

(LPD) memberikan

kredit kepada warga

diluar Desa Adat

Lembaga

Perkreditan Desa

(LPD) tersebut ?

2. Bagaimanakah

langkah-langkah

yang ditempuh oleh

Lembaga

Perkreditan Desa

(LPD) Desa

Pekraman

Peguyangan

terhadap pemberian

kredit tanpa jaminan

dalam hal debitur

wanprestasi ?

2. A.A Ngurah

Pranajaya

Fakultas Hukum

Universitas Udayana

Akta Pengikatan

Jaminan Dalam

Pemberian Kredit

Oleh Lembaga

Perkreditan Desa

(Studi Kasus di

Kabupaten Badung)

1. Bagaimana bantuk

akta pengikatan

jaminan dalam

pemberian kredit

oleh LPD ?

2. Bagaimana upaya

penyelesaian dalam

hal terjadinya kredit

macet di LPD ?

3. Ni Putu Eni

Sulistyawati

Fakultas Hukum

Universitas Udayana

Pemberian Kredit

Oleh Lembaga

Perkreditan Desa

(LPD) Kapada Warga

Luar Desa Pekraman

Setempat (Studi Di

LPD Desa Adat Tegal

Darmasaba)

1. Bagaimana

tanggung jawab

Lembaga

Perkreditan Desa

(LPD) dalam hal

pihak debitur

wanprestasi ?

2. Bagaimana upaya

penyelesaian

wanprestasi bagi

debitur yang berasal

dari luar Desa

Pekraman oleh LPD

Desa Adat Tegal ?

1.5 Tujuan Penelitian

Setiap penulisan karya ilmiah wajib menunjukan suatu tujuan yang dapat

dipertanggung jawabkan. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah :

1.5.1 Tujuan Umum

1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai mekanisme

pemberian kredit kepada warga luar desa oleh Lembaga Perkredita

Desa (LPD) beserta permasalahan yang timbul karenanya.

2. Untuk mengetahui tentang jaminan dalam pemberian kredit di

Lembaga Perkreditan Desa (LPD).

3. Untuk mengetahui tentang pola-pola pemberian kredit yang dilakukan

oleh Lembaga Perkreditan Desa kepada warga/karma desa setempat.

3.5.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab Lembaga Perkreditan

Desa (LPD) dalam hal pihak debitur wanprestasi.

2. Untuk mengetahui bagaimana upaya penyelesaian wanprestasi bagi

debitur yang berasal dari luar Desa Pekraman oleh LPD Desa Adat

Tegal.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah ini yaitu sebagai berikut :

1.6.1 Manfaat Teoritis

1. Sebagai sumbangan pemikiran untuk menemukan prinsip-prinsip dan

asas-asas dalam masalah pemberian kredit oleh Lembaga Perkreditan

Desa (LPD).

2. Sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya pengembangan keilmuan

khususnya dalam masalah kredit oleh LPD, sehingga menjadi dasar

pemikiran yang teoritis dan memberikan kontribusi bagi kalangan

akademis.

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai sumbangan pemikiran kepada LPD agar dalam memberikan

kredit memperhatikan aturan-aturan yang terkait dalam

pelaksanaannya, sehingga dapat mengurangi terjadinya masalah yang

timbul dikemudian hari.

2. Sebagai sumbangan pemikiran terhadap penyelesaian masalah yang

timbul dalam pemberian kredit oleh LPD (Lembaga Perkreditan Desa)

1.7 Landasan Teoritis

Sebelum sampai pada pokok permasalahan, maka diuraikan beberapa

landasan teoritis yang dipergunakan untuk menunjang pembahasan pokok

permasalahan. Dari landasan teoritis tersebut diharapkan mampu memperjelas dan

dapat mendukung permasalahan serta alternative pemecahan.

a. Tinjaun Mengenai Perjanjian dan Perjanjian Kredit

Perjanjian sebagaimana didefinisikan oleh ketentuan pasal 1313

KUHPerdata berbunyi “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu

orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.

Selanjutnya Subekti memberikan definisi perjanjian adalah “suatu

peristiwa dimana seorang berjanji pada orang lain atau dimana dua orang itu

saling berjanji untuk melaksakan sesuatu hal”.6 Dari pengertian tersebut dapat

dipahami bahwa perjanjian dengan demikian mengikat para pihak secara hukum

untuk mendapatkan hak atau melaksanakan kewajiban yang ditentukan dalam

perjanjian tersebut.

6 R. Subekti, 1996, Hukum Perjanjian, Cet. Xvi, PT Intermasa, Jakarta, hal.1

Syarat sahnya suatu perjanjian secara umum diatur dalam pasal 1320

KUHPerdata yang menyebutkan, untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4

syarat yaitu : 7

1. Sepakat mereka yang mengikatan dirinya

2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

3. Suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal.

Dalam penulisan ini perjanjian yang dimaksud adalah perjanjian kredit.

Pengertian perjanjian kredit memang tidak diatur secara khusus dalam

KUHPerdata maupun dalam Undang-Undang, namun mengenai pengertian kredit

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dalam Pasal 1 angka

11 menyatakan bahwa Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan penjiam-

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberian kredit merupakan salah satu

bentuk penyaluran dana.

Berdasarkan pengertian diatas, adapun unsur-unsur kredit adalah sebagai

berikut : 8

1. Penyediaan uang sebagai hutang oleh pihak bank.

7 Ibid hal.17

8 Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan

Pembiayaan, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal. 59

2. Tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang sebagai

pembiayaan, misalnya pembiayaan pembuatan rumah atau pembelian

kendaraan.

3. Kewajiban pihak peminjam (debitur) melunasi hutangnya menurut

jangka waktu disertai pembayaran bunga.

4. Berdasarkan persetujuan pinjam meminjam uang antara bank dan

peminjam (debitur) dengan persyaratan yang disepakati bersama.

Mengenai perjanjian kredit, perjanjian ini merupakan perjanjian yang tidak

diatur dalam KUHPerdata. Perjanjian kredit merupakan perjanjian yang

berkembang di masyarakat sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang diatur

dalam pasal 1888 KUHPerdata. Pada hakikatnya, perjanjian atau pemberian kredit

sama halnya dengan perjanjian pinjam-meminjam uang atau barang seperti yang

diatur dalam KUHPerdata. Mengenai perjanjian pinjam-meminjam pengaturannya

terdapat dalam Pasal 1754 Buku III BAB XIII KUHPerdata yang menyatakan

sebagai berikut:

“Perjanjian pinjam-meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak

yang satu memberikan kepada pihak lain suatu jumlah tertentu barang-

barang yang menghabiskan karena pemakaian dengan syarat bahwa pihak

yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah uang yang sama dari jenis

dan mutu yang sama pula.”

Dari ketentuan pasal tersebut menunjukan bahwa seseorang yang

meminjam uang atau barang tertentu kepada pihak lain, ia akan memberikan

kembali sejumlah uang atau barang yang sama sesuai dengan persetujuan yang

telah disepakati.

Salah satu usaha perbankan yang paling dominan dibandingkan dengan

usaha-usaha lainnya adalah usaha pemberian kredit. Begitu pula halnya dengan

usaha yang dilakukan oleh Lembaga Perkredita Desa, keuntungan suatu bank atau

LPD lebih banyak bersumber dari pemberian kredit kepada nasabahnya. Dalam

pasal 3 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, fungsi utama

Perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dana dan penyalur dana

masyarakat.

Berbeda halnya dengan Lembaga Perkreditan Desa yang dasar

pengaturannya adalah PERDA Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2012 tentang

Perubahan atas PERDA Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 tentang Lembaga

Perkreditan Desa yang mana pada Pasal 1 angka 9 disebutkan bahwa LPD adalah

Lembaga keuangan milik desa yang bertempat di desa. Selanjutnya pada pasal 2

ayat (1) yang berbunyi, Lembaga Perkreditan Desa merupakan badan usaha

keuangan milik desa yang melaksanakan kegiatan di lingkungan desa dan untuk

karma desa. Pernyataan ini dipertegas dalam pasal 7 ayat (1) sub b yang

menyebutkan “memberikan pinjaman hanya pada karma desa”. Lembaga

Perkreditan Desa (LPD) merupakan milik, dioprasikan dan digunakan masyarakat

pedesaan (desa pekraman) yaitu kekuasaan tertinggi dalam kelembagaan terletak

pada paruman desa (rapat desa).

b. Teori Tanggung Jawab

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanggung jawab adalah

kewajiban menanggung segala sesuatunya bila terjadi apa-apa boleh dituntut,

dipersalahkan, dan diperkarakan. Titik Triwulan, memberikan definisi

pertanggungjawaban harus mempunyai dasar, yaitu hal yang menyebabkan

timbulnya hak hukum bagi seorang untuk menuntut orang lain sekaligus berupa

hal yang melahirkan kewajiban hukum orang lain untuk memberi

pertanggungjawabannya.9 Selanjutnya dalam Hukum Internasional, setiap

perbuatan yang merugikan pihak lainnya harus bertanggung jawab dengan cara

membayar ganti rugi atau kompensasi.10

Ada dua istilah yang menunjuk pada pertanggungjawaban dalam kamus

hukum, yaitu liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang

luas yang menunjuk hampir semua karakter resiko atau tanggung jawab, yang

pasti, yang bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan

kewajiban secara actual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya

atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang.

Sedangkan responsibility yaitu hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu

kewajiban. Dalam pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability menunjuk

pada pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang

dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan istilah responsibility menunjuk pada

pertanggungjawaban politik.11

9 Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum bagi Pasien, Prestasi Pustaka,

Jakarta, 2010, hal. 48

10

Huala Adolf, 2002, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum InternasionaI, Rajawali Pers,

Jakarta, hal. 87

11 Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal.335-

337

Mengenai persoalan pertanggung jawaban pejabat menurut Kranenburg

dan Vegtig ada dua teori yang melandasinya, yaitu :

1. Teori fautes personalles, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian

terhadap pihak ketiga dibebankan kepada pejabat yang karena tindakannya itu

telah menimbulkan kerugian. Dalam teori ini beban tanggung jawab ditujukan

pada manusia selaku pribadi.

2. Teori fautes de services, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian

terhadap pihak ketiga dibebankan pada instansi dari pejabat yang

bersangkutan. Menurut teori ini tanggung jawab dibebankan kepada jabatan.

Dalam penerapannya, kerugian yang timbul itu disesuaikan pula apakah

kesalahan yang dilakukan itu merupakan kesalahan berat atau kesalahan

ringan, dimana berat dan ringannya suatu kesalahan berimplikasi pada

tanggung jawab yang harus ditanggung.12

Umumnya setiap orang harus bertanggung jawab atas perbuatan yang telah

dilakukannya, maka dari itu bertanggung jawab dalam pengertian hukum berarti

suatu keterikatan. Apabila tanggung jawab hukum hanya dibatasi pada hukum

perdata saja maka orang hanya terikat pada ketentuan-ketentuan yang mengatur

hubungan hukum diantara mereka.13

Dasar gugatan untuk tanggung jawab dapat dilakukan berdasarkan 3 (tiga)

teori tanggung jawab, yaitu tanggung jawab berdasarkan kelalaian/kesalahan

12 Ibid, hal.365

13

Bernadette M.Waluyo, 1997, Hukum Perlindungan Konsumen, Rajawali Pers, Jakarta,

hal.15

(negligence), tuntutan berdasarkan ingkar janji atau wanprestasi (breach of

warranty) dan tanggung jawab mutlak (strict product liability).14

c. Teori Penyelesaian

Secara umum penyelesaian sengketa dapat digolongkan ke dalam dua cara,

yaitu penyelesaian sengketa melalui jalur lembaga peradilan (litigasi) dan melalui

jalur penyelesaian di luar pengadilan (non-litigasi).15

Penyelesaian sengketa

litigasi yaitu penyelesaian sengketa secara formal melalui lembaga peradilan

berdasarkan hukum tertulis, sedangkan untuk penyelesaian sengketa non-litigasi

yaitu penyelesaian yang dilakukan diluar proses beracara formal di Pengadilan.

Penyelesaian perkara diluar pengadilan ini diakui di dalam peraturan

perundang-undangan Indonesia. Yang pertama, dalam penjelasan Pasal 3 Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman disebutkan “tidak

terdapat keharusan bagi masyarakat untuk menyelesaikan suatu sengketa melalui

pengadilan, tetapi para pihak dapat memilih menyelesaikan sengketa yang terjadi

dengan cara perdamaian dan arbitrase”. Kedua, dalam Pasal 1 angka 10 Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa dinyatakan “Alternatif Penyelesaian Perkara (Alternatif Dispute

Resolution) adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui

prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian diluar pengadilan

14 Inosentius Samsul, 2004, Perlindungan Konsumen : Kemungkinan Penerapan Tanggung

Jawab Mutlak, Bantuan Pusat Studi Hukum dan Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Indonesia,

Jakarta, hal. 10

15 I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, 2014, Implementasi Ketentuan-

Ketentuan Hukum Perjanjian Kedalam Perancangan Kontrak, Udayana Univesity Press,

Denpasar-Bali, hal. 1

dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, atau penilaian para ahli”. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa penyelesaian sengketa diluar pengadilan

merupakan Alternatif Penyelesaian Sengketa diluar penyelesaian secara

konvensional melalui lembaga peradilan.

Selain dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan

Kehakiman dan Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa, dasar hukum penyelesaian sengketa diluar

pengadilan dapat dilihat dalam berbagai peraturan perundang-undangan lain yang

tersebar sesuai dengan masalahnya, misalkan dalam masalah Perbankan dapat

dilihat dalam Pasal 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 menentukan

bahwa sengketa atas nasabah dengan bank yang disebabkan tidak terpenuhinya

tuntutan finansial nasabah oleh bank dalam penyelesaian pengaduan nasabah

dapat diupayakan penyelesaiannya melalui Mediasi Perbankan.16

1.8 Metode Penelitian

Sebagaimana diketahui dalam penulisan karya ilmiah, salah satu

komponen penentu dalam suatu penelitian adalah metode penelitian. Adapun yang

dimaksud dengan metode penelitian adalah mengamati secara langsung atau

menyelidiki dari dekat ke lapangan dalam arti membanding-bandingkan antara

teori dan prakteknya.

Dalam pembahasan permasalahan terhadap materi penulisan ini, penulis

menggunakan metode sebagai berikut :

1.8.1 Jenis Penelitian

16 Ibid hal. 8

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum empiris.

Penelitian hukum empiris (non doctrinal) yaitu penelitian berupa studi-

studi empiris untuk menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan

mengenai proses bekerjanya hukum di dalam masyarakat.17

Dalam

penelitian hukum empiris, terdapat karakteristik penelitian hukum empiris.

Karakteristik dari penelitian hukum empiris adalah pada sifat empirisnya

sehingga penelitian hukum lapangan sebagaimana yang biasa dilakukan

peneliti ilmu social menjadi rujukan.18

Adapun ciri dari penelitian hukum

empiris adalah suatu penelitian yang beranjak dari adanya kesenjangan-

kesenjangan das solen (teori ) dengan das sein (praktek atau kenyataan),

kesenjangan antara keadaan teoritis dengan fakta hukum kemudian

dikaitkan dengan ketentuan perundang-undangan yang berdasarkan suatu

kajian normative dengan mengkaji suatu produk hukum berdasarkan teori-

teori serta asas-asas hukum secara langsung, agar memperoleh kebenaran

materiil guna mendapatkan penyempurnaan skripsi ini. Dalam skripsi ini

dilakukan pemecahan masalah dengan menganalisa kenyataan praktis di

dalam praktik LPD Desa Adat Tegal yang akan didukung dengan data

sekunder seperti dokumen-dokumen hukum dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

1.8.2 Jenis Pendekatan

17 Bambang Sunggono, 1996, Metodelogi Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta, hal.42

18

Ade Saptomo, 2009, Pokok-Pokok Metodelogi Penelitian Hukum Empiris Murni:sebuah

alternative, Universitas Trisakti, Jakarta, hal.39

Penelitian ini menggunakan pendekatan fakta dan pendekatan perundang-

undangan. Pendekatan fakta dilakukan dengan cara mengadakan penelitian

berupa data-data dan wawancara langsung pada suatu instansi atau

lembaga yang menjadi obyek penelitian. Sedangkan dalam metode

pendekatan perundang-undangan peneliti perlu memahami unsur-unsur

dalam peraturan perundang-undangan yang diperuntukan sebagai dasar

dalam menganalisis penelitian hukum.

1.8.3 Sifat Penelitian

Penelitain yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini yaitu penelitian yang

bersifat deskriptif. Penelitian ini mendeskripsikan mengenai bagaimana

tanggung jawab LPD terhadap Desa Pekraman dalam memberikan kredit

kepada warga luar desa dan bagaimana penyelesaian pemberian kredit

kepada warga luar Desa Pekraman setempat oleh LPD tersebut.

1.8.4 Sumber Data

Data yang diteliti dalam penelitian hukum empiris ada 3 (tiga) jenis yaitu

primer, data sekunder dan data tersier.

1) Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama,

dilapangan baik berupa responden maupun informan. 19

Dimana

diperoleh dari hasil wawancara dilapangan langsung pada LPD Desa

Adat Tegal, dimana dengan cara ini akan diperoleh data primer untuk

dijadikan bahan perbandingan dari data sekunder yang telah diperoleh

melalui penelitian kepustakaan.

19 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2014, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, rajawali

Pers, hal.30

2) Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian

kepustakaan (Library Research) yaitu bahan-bahan hukum, baik bahan

hukum primer yaitu bahan hukum yang memiliki otoritas (autoritatif)

yang berupa Peraturan Perundang-Undangan ataupun bahan hukum

sekunder yang datanya diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang

berupa buku-buku literature atau bahan hukum sekunder yaitu

publikasi tentang hukum yang berupa dokumen yang tidak resmi. 20

Adapun bahan hukum primer yang dipakai yaitu Peraturan Daerah

Provinsi Bali No.8 Tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa.

Bahan hukum sekunder antara lain : pendapat pakar hukum, karya

tulisan hukum yang termuat dalam media cetak dan elektronik serta

buku-buku hukum yang terkait dengan masalah yang diangkat.

3) Data Tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

seperti kamus (hukum), ensiklopedia.21

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian skripsi

ini yaitu :

1. Study dokumen yaitu adalah dalam penelitian ini akan dikumpulkan

data-data kepustakaan yang dilakukan dengan cara membaca dan

memahami data kepustakaan tersebut seperti dokumen-dokumen

hukum maupun peraturan perundangan-undangan yang ada kaitannya

20 Zainuddin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, sinar Grafika, Jakarta, hal.54

21 Op.cit hal.32

dengan pemberian kredit pada warga luar desa pekraman setempat oleh

LPD. Selanjutnya menggunakan teori-teori dan penjelasan dari bahan

bacaan yang relevan dengan materi karya tulis ini. Setelah itu teknik

pengumpulan data primer dilakukan dengan cara memperoleh data

yang berkaitan dengan pokok pembahasan dari informan yang

dipandang mengerti dan menggunakan teknik study dokumen dan

teknik wawancara.

2. Wawancara adalah proses interaksi dan komunikasi serta cara untuk

memperoleh informasi dengan bertanya langsung pada narasumber

yang akan diwawancarai.22

Wawancara ini dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden maupun

informan di LPD Desa Adat Tegal.

1.8.6 Teknik Analisis

Data yang diperoleh dan dikumpulkan tersebut, baik berupa data primer

maupun data sekunder yang merupakan hasil dari studi dokumen dan

wawancara kemudian diolah secara kualitatif. Kemudian mengklasifikasi

dan mengumpulkan data tersebut berdasarkan data penulisan secara

menyeluruh, setelah melalui proses pengolahan dan analisis, kemudian

data akan disajikan secara deskriptif, kualitatif, dan sistematis.

22 Ronny Hanitijo, 1988, Metode Penelitian Hukum Jurimetri, Gahlia Indonesia, Jakarta,

hal.57