Daftar Isi - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-Lepasan Naskah 3...

14
Daftar Isi Image and the Veil: A Barthesian Reading of Veiled Muslim Women Diah Ariani Arimbi .......................................................................................... 189–194 Peran Politik Perempuan dalam Sistem Matrilineal di Minangkabau, Sumatera Barat Nurwani Idris ................................................................................................... 195–205 Peranan Perempuan dan Pembangunan di Indonesia Benny Ferdy Malonda ..................................................................................... 206–218 Makna Seksualitas bagi Akseptor Tubektomi Subagyo Adam ................................................................................................. 219–224 "Mappasikarawa" dalam Perkawinan Masyarakat Bugis Wajo Paisal................................................................................................................. 225–231 Mencari Partai Politik Ber-Platform Pembangunan Pedesaan Dwiyanto Indiahono ........................................................................................ 232–235 Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Laut di Lamongan Roestoto Hartojo Putro .................................................................................... 236–242 Anteseden Rasa Saling Percaya dan Kerja Sama Cerdas dalam Tatanan Budaya Kolektivistik untuk Membangun Modal Sosial dan Modal Intelektual Siti Sulasmi ...................................................................................................... 243–250 Pemasaran pada Pemerintah Lokal Mas Roro Lilik Ekowanti ................................................................................ 251–258 Bencana Tsunami dan Stres Pasca-Trauma pada Anak Nurul Hartini .................................................................................................... 259–264 Perilaku Penemuan Informasi Mahasiswa FISIP dan Fakultas Farmasi Unair dalam Proses Penulisan Skripsi Agus Santoso.................................................................................................... 265–273

Transcript of Daftar Isi - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-Lepasan Naskah 3...

Page 1: Daftar Isi - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-Lepasan Naskah 3 (206-218).pdfisteri insinyur dan dokter. Sebagai alasan ialah arti organisasi perempuan berbeda

Daftar Isi

Image and the Veil: A Barthesian Reading of Veiled Muslim Women DiahArianiArimbi.......................................................................................... 189–194

Peran Politik Perempuan dalam Sistem Matrilineal di Minangkabau, Sumatera Barat NurwaniIdris................................................................................................... 195–205

Peranan Perempuan dan Pembangunan di Indonesia BennyFerdyMalonda..................................................................................... 206–218

Makna Seksualitas bagi Akseptor Tubektomi SubagyoAdam................................................................................................. 219–224

"Mappasikarawa" dalam Perkawinan Masyarakat Bugis Wajo Paisal................................................................................................................. 225–231

Mencari Partai Politik Ber-Platform Pembangunan Pedesaan DwiyantoIndiahono........................................................................................ 232–235

Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Laut di Lamongan RoestotoHartojoPutro.................................................................................... 236–242

Anteseden Rasa Saling Percaya dan Kerja Sama Cerdas dalam Tatanan Budaya Kolektivistik untuk Membangun Modal Sosial dan Modal Intelektual SitiSulasmi...................................................................................................... 243–250

Pemasaran pada Pemerintah Lokal MasRoroLilikEkowanti................................................................................ 251–258

Bencana Tsunami dan Stres Pasca-Trauma pada Anak NurulHartini.................................................................................................... 259–264

Perilaku Penemuan Informasi Mahasiswa FISIP dan Fakultas Farmasi Unair dalam Proses Penulisan Skripsi AgusSantoso.................................................................................................... 265–273

Page 2: Daftar Isi - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-Lepasan Naskah 3 (206-218).pdfisteri insinyur dan dokter. Sebagai alasan ialah arti organisasi perempuan berbeda

206

Peranan Perempuan dan Pembangunan di Indonesia

Benny Ferdy Malonda1

Jurusan Antropologi, FISIP, Universitas Sam �atulangi, Manado

AbstrActThe core of this paper is about women's destiny and their condition in actual social role, based on a review from previous study done since 1950s which generally see women in unlucky position (destiny) and unequal to men in social and cultural life. The original research of this article used the social research method anthropologically, content analysis of mass media, field and library research. After exploring (1) the role of women for fighting to their prestige, the equality of right, the violence and trafficking of women, also the bureaucratic and political role, (2) expert views about the concept of gender condition shaped by the social and cultural condition (and biologically), (3) social and cultural data about barrier and stimulant toward the development program of women, this article provides suggestions on the promotion of women in Indonesia based upon their main potency to play role in the household for resulting the human resource ideally.

Key words: women's struggle, development, women superiority, bureaucratic role, political role

1 Korespondensi: B.F. Malonda. Jurusan antropologi, FISIP, Universitas Sam �atulangi, kampus UNS�AT Bahu Manado 95113. Telp. 0431 842422; 021 7764459. E:mail: [email protected]

Kajian perjuangan kaum perempuan dalamberperan secara sosial, dandalammasalahgender,penting dikemukakan berkaitan dengan adanyaberbagai faktor, seperti: perempuan sebagaiobjek,kekerasan dan perdagangan terhadap perempuan,kelemahan dan kelebihannya, kondisi perangandanya,pekerjaan,dansebagainya;diperhadapkandengan pembangunan nasional, khususnya untukpemberdayaanperempuandi Indonesia (Malonda,1993).

Sebetulnya bibit perjuangan perempuan untukberperan dalam pembangunan telah ada sejaksebelumkemerdekaanIndonesia,dansudahdiawalioleh ibuKartiniyangmemperjuangkanpendidikanuntuk perempuan. Dalam konteks peran danperjuanganperempuan,padadekadetahun1950-anPERWARIsudahmenentangmunculnyaorganisasiisteri insinyurdandokter.Sebagai alasan ialahartiorganisasiperempuanberbedadenganartiorganisasiisteri,yangdianggapmengaburkancitraperjuanganperempuandalammeningkatkanmartabatperempuan(KongresWanitaIndonesia1978;Malonda1993).

Padadekade tahun1970-anmasalahgenderdiIndonesiayangdiangkat, berkaitandengan tingkatpendapatanparaperempuanyangberperan sebagaipekerja lebih rendah dibandingkan dengan parapekerja laki-laki.Tetapi kaumperempuan tertentudengankekurangandankelemahannya seolah-olah

tak mampu merubah nasibnya. Dalam kaitannyaAstrid Susanto (1975) menyatakan, bahwa kaumperempuanyangmemfokuspadakajianperempuancenderung menolak adanya asumsi-asumsimengenai kelemahan-kelemahan perempuan,seperti perempuan sebagai makhluk yang hidupdalamketergantungan,menjadibebansetelahmasaremajanya,danlain-lain.

KritikanparaahlimengenainasibperempuandiIndonesiadalam rangkaperjuanganmeningkatkanperanannya dalam pembangunan didasarkanpada persoalan, bahwa masih banyak perempuanIndonesia yang merasa bahagia berada dalamposisi berkurban dan memiliki peran ganda tanpamempersoalkan apakah pengorbanannya itumemperlemah dan memperkuat ketidakadilan.Lewat faktor-faktor sosial-budaya dalam struktursosial, ekonomi,danpolitik, perempuan Indonesiadiaturdengan rumusan-rumusandankeseragaman,sehinggapandanganstereotypeterhadapperempuantetap melekat pada pribadi perempuan Indonesia.Dalam situasi semacam itu jelas perempuan sulitmenemukan jatidirinyadan sulitmengembangkanproduktivitas pribadinya. Khususnya bagiperempuanyangpandangannyamasih terbelengguoleh struktur-struktur tersebut,mereka tidakberanidan tidak mampu mengembangkan produktivitasdirinyayangmungkintidaksesuaidenganrekayasa

Page 3: Daftar Isi - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-Lepasan Naskah 3 (206-218).pdfisteri insinyur dan dokter. Sebagai alasan ialah arti organisasi perempuan berbeda

207B. Malonda: Peranan Perempuan dan Pembangunan di Indonesia

polaperempuanhasildariaturanpermainanstruktur(Muniarti,1992;Malonda,1993).

Berdasarkan latar belakang di atas, masalahumum paper ini adalah: "bagaimana sebenarnyanasib kaum perempuan dan kondisi peran sosialmereka?" Untuk menjawab pertanyaan menurutmasalahumumtersebutakandideskripsikanfaktor-faktor sebagaiberikut: (1)kondisi perjuangandanberperannya perempuan dalam kehidupan sosial-budaya;(2)pandangan-pandanganteoretisparaahlimengenaigender,khususnyadigunakansebagaidasarmenginterpretasi kondisi posisi perempuan dalamkenyataankehidupansosial; (3)data riset lapanganyangberhubungandengan latar belakangmasalahgender, sebagai pandangan teoretis data lapanganyang dapat menjadi hambatan dan pendorong(barrier and stimulant) pembangunan terhadapkaum perempuan; dan (4) pandangan mengenaibagaimana seharusnya memajukan perempuandalampembangunandiIndonesia.

Dalam tulisan inipenulismengikutipandanganGeertz (dikutip Saifudin 1990), bahwa dalammetodekualitatif, suatupandangan teoretisberasal/bersumberdaridatafaktorsosial-budayapadalatarkajian.Dalam tulisan ini data-datayangdiperolehsecarakualitatif,termasukdiinterpretasiberdasarkancontent analysis terhadapmedia-mediamassayangberoperasi di JABODETABEK dan MAMIBI(Manado-Minahasa-Bitung), seperti TV dan surat

kabar. Semua data juga didukung dengan datahasil kajian kepustakaan, dan data riset lapangandi JABODETABEK serta kabupaten Sumedang,provinsiJawaBarat(Malonda,2002)2.Sampelpadariset lapangan di JABODETABEK berdasarkankumpulandatalongitudinaldalamobservasi(biasa)dan observasi partisipasi. Observasi biasa danobservasipartisipasidilakukansecaraterencanadantakterencanasejaktahun1997sampaitahun2009.Observasi biasa dapat juga disebut pengalamanobservasi tak terencana, yang menghasilkanpengetahuan bagi penulis mengenai kondisibudayamasyarakatdalambepergianmenggunakantransportasi umum. Dengan demikian observasiterencana dan tak terencana terhadap masyarakatumumdiJABODETABEKtelahdilakukanpenulissebanyakminimal30-ankali.Observasipartisipasidanwawancarayang terencanadilakukanpenulis,saat menjadi sebagai figuran pasif dan figuran dialog pada sekitar 23 judul sinetron saat pengambilan(shooting) gambarnya, dan saat riset kesehatanreproduksi Kabupaten Sumedang, provinsi JawaBarat.

Hasil dan Pembahasan

KondisiperananperempuandiIndonesiamenuruthasil kajian ini diuraikandandibahasberdasarkantabel1dibawahini.

2 �iset lapangan yang dilakukan penulis di Kabupaten Sumedang berjudul: "Faktor-faktor Sosial-Budaya �eproduksi, dan Gangguan Emosi, serta Fisik, BUMILINCALIN (Ibu hamil, bersalin, dan pasca-salin) Pada Masyarakat Kabupaten Sumedang. Hasil riset ini pernah dimuat pada Jurnal Kedokteran dan Farmasi MEDIKA, No. 12 Thn XX�III thn 2002. Sampel terdiri dari sampel umum ibu yang pernah bersalin (yang tidak hamil) dan sampel khusus BUMIL trimester pertama, kedua, dan ketiga, berjumlah 610 orang, diambil dari tiga latar riset yaitu kecamatan-kecamatan Tanjungsari, Situraja, dan Cimalaka.

Tabel 1. Kategori Pembahasan Data dan Kondisi Peranan Perempuan

(Data's Category of Discussion and the Condition of Women's Role)

No. Kategor� pembahasan data Faktor-faktor teoret�s dan prakt�s1. Peran perempuan memperjuangkan nasib,

dan kondisi kehidupan sosial-budayanya Kondisi tidak menguntungkan bagi perempuan dalam: kekerasan, perdagangan, dan diskriminasi terhadap perempuan, serta hanya sedikit perempuan yang berperan secara politis dan birokratis; data kondisi keberadaan sosial budaya perempuan

2. Pandangan-pandangan teoretis para ahli mengenai gender

Kondisi gender: laki-laki mendominasi terhadap perempuan dalam pandangan proses historis, budaya dan secara alamiah

3 Data riset lapangan Data sosial-budaya barrier and stimulant terhadap masalah gender, di latar alat transportasi, pembagian pekerjaan, dan perempuan di daerah pedesaan

4. Peranan perempuan dalam bidang sosial-ekonomi; dan pandangan superioritas dari perempuan

Perempuan lebih memiliki kapabilitas dibandingkan laki-laki; contohnya berperan dalam perdagangan, pertanian; berperan dalam pengambilan keputusan; dan kaum perempuan memiliki superioritas alaminya.

Sumber: Hasil kajian disusun tahun 2009

Page 4: Daftar Isi - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-Lepasan Naskah 3 (206-218).pdfisteri insinyur dan dokter. Sebagai alasan ialah arti organisasi perempuan berbeda

208 Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th. XXII. No. 3, Juli–September 2009, 206–218

Perjuangan Nasib dan Kondisi Kehidupan Sosial-budaya Perempuan

Kajian dalam tulisan ini menunjukkan bahwakondisi peranan perempuan, ditandai dengankeberadaanperempuan, sebagai penulis-penulis diberbagaimediamassa,pembicaraaktifdiberbagaiseminar ilmiahdanpraktis, aktivisdalamberbagaiLSM,bahkanadayangberperansebagaipemrakarsadan pengikut suatu unjuk rasa untuk kepentingannasibperempuan.

Kaumperempuanyangberperansebagaipenulisdan sebagai sarjana, sebagai contoh menyatakan,bahwabanyakhalkerugianyangdialamiperempuanIndonesia. Mereka banyak mengangkat masalahdiskriminasiyangdialamikaumperempuan,adanyaposisi perempuan sebagai subordinasi, bahkanberpersepsi bahwa perempuan berposisi sebagaiwarganegarakelasduadibandingkandengan laki-laki,adanyamarginalisasiterhadapperempuan,danadanyakekerasandalamrumah tangga(Manumpil,2007).Berkaitandenganperingatan"hariperempuan"terdapat kaum perempuan sebagai aktivis yangmengusulkan kepada DPRD Provinsi sulawesiUtara,agarseharusnyamencegahdanmenghentikanadanyaeksploitasiterhadapperempuan,melindungihakperempuanyangberperan sebagai buruh, danmenganjurkan pemerintah lintas terkait melaluiDPRDagarmenyusunperaturanuntukmelindungihak-hakkaumperempuan(TribunSulut,2007).

Sebelumnya Gobel (2005) mengekspresikanharapandankeinginankaumperempuanuntukbisaberperan secarapolitisdanbirokratis.Hal tersebutmerefleksikan adanya persepsi kaum perempuan, bahwadewasainikaumlaki-lakimendominasiperansecarasosialdibandingkandengankaumperempuan.Dalam hal itu perempuan belum memiliki suatuperanan penting dalam pengambilan keputusansecarapolitisuntukmemperbaikinasibmereka,dankhususnya belum banyak berperan secara politis/birokratis.MenurutGobelbahwa:

Kaum perempuan hanya berjumlah di bawah10% berperan dalam sektor manajemenpemerintahan secara nasional. Kendati dalamUUD 1945 bab X pasal 27 ayat 1 dinyatakanbahwasetiapwarganegaraberkedudukan samadalam hukum dan pemerintahan dengan tidakadakecualinya.Pada ayat 2dinyatakanbahwasetiapwarganegaraberhak ataspekerjaandanpenghidupan yang layak bagi kemanusiaan....Dalam Undang-undang RI no. 43 tahun 1999dinyatakanmengenaipokok-pokokkepegawaian,

mengenaijabatanfungsionaldanstrukturalsertaberkaitandenganPeraturanPemerintahNo.100tahun2000, tidakmenyebutkanperbedaan jeniskelaminbahkanuntukpersyaratandankriteriadalam pemberian jabatan bagi seorang PNS....Dari data riset Januari–April tahun 2005 padainstansipemerintahprovinsiSulut,secaraumumdapatdiketahui tugas-tugaspenting,peranyangmenonjoldan jenis jabatanyang strategis lebihdidominasiolehkaumlaki-laki.

Terdapat perempuan yang berperan sebagaipenulis yaitu Juni Thamrin (2005) yang aktifdi seminar di JABODETABEK serta dapatmengimbangi pandangan di atas. Walaupun latarkajiannya kecil di Indramayu, namun pandanganyangdinyatakanpenulistersebutdapatdikemukakansebagaiberikut:

Pengalaman selama ini menunjukkan bahwaperempuan sesungguhnya telah aktif berpolitikmelalui caranya sendiri, yaitu melalui politikyang tidak terinstitusi. Persoalannya adalahbagaimana agar keterlibatan aktif perempuandalam politik informal selama ini bisa secaraefektif memengaruhi keputusan publik. Olehsebab itu barangkali langkah yang justru lebihpenting saat ini bagi bangsa Indonesia adalahbagaimana mentransformasikan strukturpengambilan keputusan publik yang ada agarkeputusandibuatdengancarakolaboratifdimanaaspirasi komunitas perempuan melalui politikinformal akan lebihmendapatkan tempat, yangkemudiansecarakeseluruhandapatmembangunrelasigenderyanglebihsehatdansetara.

Isi (content) dalam suatu tayangan berita TV (TVRI 26 Nopember 2005) mengemukakan menteri negarapemberdayaanperempuan (sebagai impresimemperjuangkanperananperempuan)dalam topikmeningkatkankesetaraanperempuandenganlelaki.Menteri memberikan contoh untuk meningkatkanperanan perempuan dimulai dari rumah tangga.Tetapi sama dengan beberapa deskripsi di atastayangan ini mengemukakan komentar naratoryangberimpresi adanyaketertinggalanperempuandibandingkan dengan laki-laki, dalam peranansegi kepegawaian. Menurut narator dari 3,5 jutapegawainegeri di Indonesiahanya40%sajaPNSperempuan.DariseluruhPNSeselonII,perempuanhanyaberjumlah8%dibandingkandenganlaki-laki.Dalamhalituberitanyamemberiimpresiperempuanharus menduduki posisi politis-birokratis setaradengan laki-laki. Menteri negara pemberdayaan

Page 5: Daftar Isi - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-Lepasan Naskah 3 (206-218).pdfisteri insinyur dan dokter. Sebagai alasan ialah arti organisasi perempuan berbeda

209B. Malonda: Peranan Perempuan dan Pembangunan di Indonesia

perempuan juga mengemukakan kepentingantersebut dalam acara wawancara di TV (Metro TV 16Desember2005).Isitopikwawancaramengenaikonsepkesetaraan antaraperempuandengan laki-laki, baikdi rumah tanggadandalamperan-perandi sektor-sektor kehidupan ekonomi, kesehatan,pemerintahan,danlain-lain.Memangtopiktersebutsedikitmenyinggungperanperempuanuntuktumbuhkembanganakdalamrumahtangga/keluarga,tetapisubstansinyabelummemberipenekananfokustopikisiberitayangterpenting.

Berkaitan dengan hal-hal di atas menterinegarapemberdayaanperempuanRI tersebut jugamengimpresikan sikap tegasnya memperjuangkanperempuan dalam situasi lain, ketika menteriberkunjungkeManadopada18April 2006untukmenghadiri International Asian Mission Women Conference. Saat itumenterimenyinggungbahwapemerintahdankaumperempuanharusmengatasikekerasan terhadap perempuan dan anak-anakyangdewasa inisering terjadi.Jugadalamkonteksemansipasi, menurut menteri, perempuan harusmemberdayakan dirinya, serta harus memfilterisasi terhadap budaya yang bertolak belakang denganbudaya Indonesia. Ia juga menyampaikan dasarpemikiran pembangunan perempuan, denganlebih menegaskan akan pentingnya pembangunanperempuan dalam konteks GSI (gerakan sayangibu) dari kementerian yang dipimpinnya, bahkanmenekankan bahwa khususnya kaum perempuandalam peran berorganisasi secara keagamaan,agar secara rasionaldan seimbangmengadopsi isiayatkitab suci, denganmenyeleksi substansiyangmembatasi kesetaraan antara perempuan denganlaki-laki.3

Terlepasdengansikapdankebijakanpolitikdaripartai-partai politik yang memanfaatkan kondisiminatkaumperempuanuntukberperansecarapolitisdanbirokratis,maka sebetulnyaperjuangan kaumperempuan telahmendapatkanhasil awalnya,yaituadanyakebijakanpresidenRIpadatahun2005bahwapelaksanaan negara ditetapkan berbasis gender.Haltersebutterjadiberdasarkanjanjipresidenpadakampanye pemilihan presiden tahun 2004 untukmengangkatprestisekaumperempuan,memperbaikikondisikesehatandanpendidikankaumperempuan,danmemberikankesempatanyangsamabagikaum

perempuan berkarir pada posisi tingkat tinggi disetiapdepartemen/kementerian.Dalamhalituposisieselon I dan II terbuka bagi perempuan dengancara selektif.Dalamkesempatan lainpresiden jugatelah mengangkat tiga orang menteri kabinetnyadari kaumperempuan, yang terbukti paramenteridarikaumperempuantersebutmemilikikapabilitassamadengankaum laki-laki.Sikappresidenuntukmemajukan perempuan, direfleksikan juga dengan mendukung gagasan setiap partai politik dalammenetapkanquota30%untukperempuanberperandi lembaga legislatif.Hal-haldi atasmenunjukkansimbol denotatif bahwa pemerintah RI memilikikeinginan agar kaum perempuan dapat berperandalam kehidupannya secara politis dan birokratis,dalamkontekshakikatkarya.

Terlepas dari pandangan-pandangan yangmenggambarkan peranan perempuan yangrelatif belum positif, terdapat tulisan dari MediaKomunikasi berjudul "Ekonomi dari DemokrasiMembiayai Pembangunan Manusia (Indonesia,Laporan Pembangunan Manusia, 2004) yangmengemukakanperanpositifperempuanyangbaikdigunakansebagaipendorongdandasarmemajukanperempuandalampembangunandiIndonesia.Dalamtulisan itudikemukakankondisipenampilankaumperempuan sebagai pegawai pemerintah menurutgambar1,sebagaiberikut:

Gambar 1. Penampilan Kaum Perempuan sebagai Pegawai Pemerintah

(Women's Performance as Government Employee)

Sumber: Statistik Indonesia 2002 Indonesia, dalam Laporan Pembangunan Manusia (2004) Ekonomi dari Demokrasi Membiayai Pembangunan Manusia Indonesia

3 Bagian data tersebut merupakan satu-satunya yang diperoleh penulis dengan teknik observasi partisipasi di MAMIBI (Manado-Minahasa. Bitung). Yang artinya penulis juga hadir pada saat pelaksanaan acara tersebut.

Page 6: Daftar Isi - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-Lepasan Naskah 3 (206-218).pdfisteri insinyur dan dokter. Sebagai alasan ialah arti organisasi perempuan berbeda

210 Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th. XXII. No. 3, Juli–September 2009, 206–218

Gambar1tersebutmemangmenunjukkanbahwapenampilan laki-laki sebagai pegawai pemerintahmendominasi posisi struktural, yang berjumlah80%dibandingperempuankurangdari20%.Tetapikenyataan menunjukkan bahwa kaum perempuanyangberjumlah60%mendominasiposisifungsional (dan laki-laki hanya 40% dalam posisi itu). Haltersebut menunjukkan bahwa kapabilitas kaumperempuan(dalamkontekssuperioritasperempuan)adalah pada posisi fungsional dan melebihikemampuanlaki-laki.

Dalam mengkaji peranan perempuan, dapatdinyatakansebetulnyakaumperempuandiIndonesiamemiliki potensi positif berperan dalam rumahtangga untuk pengembangan/pendidikan anak(dalam konteks biologis dan kepribadian).Tetapi,pembangunanterhadapperempuanrelatifterhambat,karenakondisi Indonesiaberpendudukpadat lebihdari 220 juta jiwa, sertadanapembangunan lintasdepartemen dan kementerian yang relatif belummemadai, berpengaruhpadaprogrammenjangkausasaranpembangunandidaerah-daerahpedalaman.Namun demikian program pembangunan untukperempuan (seperti dari departemen kesehatan,departemenpendidikan) secara relatif telah cukupberpengaruh terhadap status kesehatan (kecualikesehatan maternal) dan pendidikan. Walaupundemikiankebudayaanlokaldipedalamandanbahkandi perkotaan (dengan kondisi kaum perempuanmendominasi ruang domestik) berpengaruh padakondisi kehidupan sosial, sungguhpunpemerintahnasional (khususnya kementerian pemberdayaanperempuan)memilikiprogrampemberdayaankaumperempuan. Tetapi telah terdapat implementasiprogramtertentudaripemerintahuntukkepentinganpembangunanperempuan, seperti adanya tindakanhukumdarikepolisiansebagaialathukumpemerintah,yang telah mulai memberantas perdaganganperempuandanprostitusidi JABODETABEKdanMAMIBI yang disiarkan media elektronik tahun2007.Demikianjugaterdapatprogram-programyangada sebelumnya dari kementerian pemberdayaanperempuan yang telah didukung oleh kebijakanpresidensepertidikemukakandiatas.

Hasil kajian kepustakaan juga menemukankondisi positif dari hasil pembangunan yangberkaitan dengan perempuan. Dalam laporanpembangunanmanusia (2004), dikemukakanhasilpositifyangmendukungpembangunanperempuandiIndonesia.DinyatakandalamlaporanitupemerintahIndonesia telah meratifikasi terhadap konvensi PBB untuk memberantas kondisi diskriminasi terhadapkaumperempuan.Wanitadilaporkantelahmemiliki

kemajuan dalam pembangunan ekonomi. Tingkatpartisipasiperempuandalamangkatankerjaadalah37,2% (dibandingkandengan laki-laki)pada tahun1999danmenjadi37,5%pada tahun2002.Dalampembangunan pendidikan, perempuan juga telahmemiliki kemajuan. Dalam hal itu jumlah muridperempuan pada sekolah dasar berjumlah samadenganmuridlaki-laki.Walaupunmuriddisekolahlanjutanatasdidominasimuridlaki-laki,tetapimuridsekolah lanjutan pertama didominasi oleh muridperempuan.Kecuali,dalampembangunankesehatanuntukkaumperempuan(khususnyauntukkesehatanmaternal)dinyatakandalamkondisimemprihatinkan.Dalamhalitusampaitahun2000angkaMMR(angkakematian maternal) adalah 307/100.000 (artinya307 orang perempuan meninggal per 100.000kelahiran). Tetapi dalam konteks sosial-budaya,makaangkaMMRberbedakejadiannyadiIndonesia,seperti MMR di masing-masing provinsi, sebagaiberikut:Papua1.025/100.000,Maluku796/100.000,danJawaBaratadalah686/100.000.

Mendukunggambarandiatasmengenaikemajuandarikaumperempuan,padatabel2dibawahiniakandikemukakanmengenaikeadaanperempuandalampembangunanmanusiadisepuluhkota/kabupaten.

Tabel 2 tersebut menunjukkan bahwa dalamvariabelumurharapanhidupperempuanlebihtinggidibandingkandengan laki-laki. Jumlahperempuanyangmelek huruf tampaknyahampir samadenganlaki-laki. Contoh ukuran perbandingan jumlahnyaantaraperempuandenganlaki-laki:diAmbon98,5%dan99,3%,diPematangSiantar98,2%dan99,3%,diBandaAceh98,5%dan99,4%,diBatam98,8%dan99,3%,diKaro96,0%dan99,4%.Dalamvariabelrata-rata jumlah tahunbersekolahperempuan jugahampirsamadenganlaki-laki.Ukuranperbandinganantaraperempuandan laki-lakidiAmbon l0,l danl0,6,diPematangSiantar9,9danl0,7,diDenpasarl0,0 dan ll,5, di Banda Aceh l0,9 dan ll,4, diYogyakarta l0,9 dan ll,5, serta in Batam l0,9 danl0,9.Dalamvariabelkontribusiterhadappendapatandalampersentase tampakdidominasioleh laki-laki,tetapi ukuran antara perempuan dengan laki-laki(didominasiperempuan),yaitudiAmbon50,6%dan49,4%,dandiTobaSamosir52,0%dan48,0%.

Berdasarkan data-data di atas mengenai peranperempuan memperjuangkan nasib, dan kondisikehidupan sosial-budayanya,dapatdilihatmemangterdapatpenilaiankalanganperempuanakankondisi-kondisimerugikanbaginasibperempuan.Terutamakaum perempuan merasa hanya kurang berperansecarapolitis/birokratis,tetapiterdapatfaktor-faktoryang dapat mendukung pembangunan terhadap

Page 7: Daftar Isi - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-Lepasan Naskah 3 (206-218).pdfisteri insinyur dan dokter. Sebagai alasan ialah arti organisasi perempuan berbeda

211B. Malonda: Peranan Perempuan dan Pembangunan di Indonesia

kepentingan perempuan, seperti perempuan telahdominanberperandalamposisi fungsional sebagaiPNS. Juga dalam ukuran program pembangunanmanusia,perempuanmemilikipotensipositif,sepertiumurharapanhidup lebih tinggidari laki-laki,danstatuspendidikansekolahlanjutanyanghampirsamadengan laki-laki, sertakondisi kontribusi terhadappendapatanhampirsamadenganlaki-laki.

Pandangan-pandangan Teoretis Mengenai Masalah Gender

Kajian peranan perempuan, dan dalammemperjuangkan nasibnya dapat dibahasberdasarkanpandangan-pandanganteoretisparaahlidibawahini.

Berdasarkanpandangan-pandangan teoretisparaahli mengenai masalah gender, maka sebetulnyadalamkonsepketidaksamaandalamgender,dalamhal laki-laki secara relatifmendominasiperempuanseperti dipersepsikan kaum perempuan tertentu(dikaitkandengandominasidalamkehidupansosial-politik,danlain-lain),tidakdapatdilihatdalamcarapandang praktis karena kepentingan pragmatis.Kajian teoretis kepustakaan memandang masalahgendersebagaiberikut:

Pandangan teoretis gender dalam antropologibanyak dikaitkan oleh para ahli dengan makna-maknaperilakuyangditandaisecarabudaya,sepertiperananberdasarkan jeniskelamin,yangdicirikanmasyarakat manusia sebagai perbedaan antaraperempuan dan laki-laki. Menurut sebagian besarahli,perilakugenderdibentukberdasarkankekuatan-kekuatanhistoris dan tidak semata-mataberkaitandenganfaktorbiologis(Ortner&Whitehead,1981;

Rosaldo&Lamphere,1974;Sacks,1979;&Sanday,1981a). Terdapat ahli yang memang menekankanpenggambaran gender menurut kelemahan-kelemahan perempuan dengan menyatakan, artikelemahan-kelemahan perempuan dalam konteksgender sebagai pemahaman secara budaya yangmendasari perbedaan status antara perempuandenganlaki-laki,danseringmenyepelekanperananperempuan.Dalamkonsepgenderdikemukakanartiperbedaan-perbedaan sikap dan perilaku menurutstatusdanperananantaraperempuandenganlaki-lakidalammasyarakat.Perbedaan-perbedaaniniseolah-olah ada secara alami dan wajar sebagai budayamasyarakat. Konsep gender secara sosial-budayadigambarkan sebagaiperanan-perananyang secarasosialterkonstruksidiperolehkaumperempuandanlaki-laki. Tetapi arti perbedaan antara perempuandengan laki-laki dalam konsep gender bukanmerupakan bawaan secara lahir. Ini merupakansuatubatasanyangdiperolehperempuandan laki-laki secara prosesual dalam lingkungan sosial-budayamerekasesuaidengankebiasaan-kebiasaan,nilai-nilai,pandangan-pandanganyangdianutsuatumasyarakatyangdiwariskan secara turun-temurunolehmasyarakatpendahulu(W.Rosemary&Gilbert,l962).

Kondisi sosial-budaya dan historis yangberpengaruh terhadap masalah gender dapatdikemukakan berkaitan juga dengan kajianyang memfokus pada eksplorasi mengenai asalperkembangan stratifikasi berdasarkan jenis kelamin dan ketidaksamaan gender, tertuju pada tingkatanberciripublikyangbertentangandengankedudukanprivat yang berkaitan dengan konteks kekuasaan.Dalam hal itu Melvin Ember dan Carol Ember(1971) dalam Don Brown (1991) menyatakan

Tabel 2. Keadaan �anita dalam Pembangunan Manusia, Sepuluh Kabupaten dan Kota di Indonesia

(The performance of Women, in Human Development, ten performances of town and regency in Indonesia)

Kabupaten dan KotaHarapan H�dup

(tahun)Melek Huruf

(%)Rata-rata Bersekolah

(year)Kontr�bus� terhadap

Pendapatan (%) P L P L P L P L

1. Kota Salatiga 72,l 68,l 89,2 97,5 8,9 l0,2 47,5 52,52. Kota Ambon 73,9 68,9 98,5 99,3 l0,l l0,6 50,6 49,43. Kota Pematang Siantar 72,8 68,9 98,2 99,3 9,9 l0,7 36,2 63,84. Kota Denpasar 74,2 70,4 92,0 97,4 l0,0 11,5 32,7 67,35. Kota Banda Aceh 70,5 66,5 98,5 99,4 l0,9 11,4 42,0 58,06. Kab. Toba Samosir 68,8 64,9 93,2 99,2 8,4 9,9 52,0 48,07. Kota Kediri 70,6 66,6 92,9 97,9 8,8 9,9 42,8 57,88. Kota Yogyakarta 74,8 70,9 91,7 98,6 l0,0 11,5 33,9 66,19. Kota Batam 71,6 67,7 98,8 99,3 l0,9 l0,9 40,1 59,9l0. Kab. Karo 72,9 69,0 96,0 99,4 8,3 9,1 39,9 60,1

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Indonesia 2004

Page 8: Daftar Isi - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-Lepasan Naskah 3 (206-218).pdfisteri insinyur dan dokter. Sebagai alasan ialah arti organisasi perempuan berbeda

212 Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th. XXII. No. 3, Juli–September 2009, 206–218

bahwa secara universal, dalam setiap masyarakat,laki-lakimendominasiterhadaparenapolitik.Halinididasarkanpadabeberapa alasan,yaitu: (1)dalamberperangdimana-manahampirmenjadi aktivitasdari laki-laki; (2) para laki-laki banyak terlibatdalamberbagaiaktivitas,sepertidalamperdaganganjarak jauh, berburu, terlibat dalam konflik fisik,yang menjadikan mereka lebih banyak memilikipengetahuanakandunialuar;dan(3)paraperempuanlebihgiatterlibatdalammemeliharaanak,danseringmembatasi kesempatan mereka mengembangkanikatan-ikatan sosial serta persekutuan-persekutuandi luarkeluargayangperluuntukmembangundanmemeliharakepemimpinanpolitis.

Namun,korelasi antara faktormemeliharaanak(secara domestik) dengan faktor kepemimpinanpolitik,telahbanyakdiperdebatkan.Lewellen(1992)menyatakan,bahwakapanpunhalkesuburan(dalammelahirkan anak) dianggap tidak bernilai tinggi,perempuan sering lebih terbebas dari kekangankarena memelihara anak, dan mengakibatkanperempuan lebih siap terlibat untuk pengambilankeputusan secara luas dalam komunitas. Akantetapi,kesempatanbaruyangdiperolehtersebutolehkaumperempuan, bagaimanapun juga tidak tanpakerugiannya. Karena, menurut Schlegel (1972)bahwa:"harapan-harapankeberhasilandankepuasanperorangan (yangdiyakiniperempuan)pada suatuarena,mengancamdanmerongrongterhadapfaktorarenalainmereka".Haltersebutmengarahkanpadasuatuperdebatan,bahwa faktayangpalingpentingdalam menetapkan status perempuan bukan suatusistem budaya yang diwariskan tetapi lebih pada(tergantungdanberhubungandengan)kondisifaktororganisasikelompokdomestik(rumahtangga).

Dalam pandangan teoretis lain, menurut paraahli,bahwaasaldanperkembanganketidaksamaandalampandangangendermaupundalamkenyataan-kenyataan kehidupan lainnya, bisa tidak pernahakan berakhir untuk ditentukan. Bahkan jikahal tersebut ada, hanyalah sedikit bermaknasecara praktis untuk memahami peranan genderkontemporersecaralintas-budaya.Kajianmengenaistratifikasi berdasarkan jenis kelamin oleh karenanya telah dialihkan dari asal dan perkembangannyamemfokus pada pencarian pemahaman kekayaankompleksitasorganisasikeluargadanpengambilankeputusan (Sanday&Goodenough,1990).Kajian-kajian terhadap perspektif tersebut baik dalamsuasana kehidupan setiap hari secara formal daninformal,menemukanbahwaperempuanmemilikikeseimbangan,kendatisumber-sumberkekuasannyasering berbeda dalam kaitan berhadapan dengan

harapan-harapan dan kebutuhan-kebutuhan kaumlaki-laki(Lepowsky,1993).Selanjutnyaminatyangdiperbaharuimengenaiproses-prosesmikropolitik,sesuaidanmengikutianjuranJaneCollierdanSylviaYanagisako(1987),yangmenyatakanbahwagenderdankekerabatanmerupakandomain-domainyangsatu sama lainnya saling terkonstruksi serta perludijadikansatubidanganalisis.

Berdasarkan persepsi kaum perempuan terkaitdengan masalah gender yang merugikan kaumperempuan, maka pandangan teoretis di bawahini mengenai bio-psikologi dan sosio-biologisecara antropologis dapat juga dijadikan bahanpertimbangandalamsepakterjangmemperjuangkanmasalah gender. Kajian ini sedikit berbeda fokusdenganpandangan-pandangan teoretis sebelumnyadimukayangmenyebutkankondisigenderterprosessecarahistoris dan sosial-budaya sajayangbukansemata-mata secarabiologis. Justrubuktidatabio-psikologi digali dari empat sumber kajian, yaituuniformitas lintas-budaya (satukajian tak terlepasdengan pandangan-pandangan teoretis di muka),observasi perilaku bayi, perbandingan primatyang tinggi/besar, dan deskripsi karakteristik-karakteristik secara fisiologis. Oleh karena itukajiantersebutcenderungdikatakanterfokusdalampaduan secara biologis dan psikologis. Demikiandalam kajian (Lewelen, 1992) ditemukan bahwaanak-anak lelaki secarakonsisten lebihagresifdankompetitif, sedangkananak-anakperempuan lebihintegratif [penuhkasih sayangdanmudah terharu,sudiberbagi(hati),dankooperatif].Kajianterhadapperilakubayimenunjukkan suatupolayang sama.Korelasi antara faktorhormon testoterone laki-lakidengankeagresifandiketahuidenganbaik(Maccoby& Jacklyn, 1974), tetapi dinyatakan bahwa tidakbenar lelaki selalu sebagai agresordanperempuanselalusebagaikorbannya.Sebagaicontoh,Burbank(1994) menyatakan bahwa perempuan seringmenggunakan agresi dan marah untuk melakukanperlindungankepentingandiri,digalidaridatakajiantahun1975terhadap2.143keluargaorangAmerika.Iamenyatakanperempuanmenjadi sasarankorbansebanyak laki-laki, sebagaimana laki-lakimenjadisasarankorbandariperempuan.

Kajian tersebut juga menyatakan adanya biasgender, mengenai agresi kaum laki-laki terhadapperempuankarenakekhawatiranakanpenghianatandariperempuan,sedangkanagresikaumperempuanterhadap laki-lakikarena termotivasimendapatkandukunganmateribagimerekadananak-anak.Namunsetidaknya, hasil kajian di atas bisa saja dipakaisebagai pegangan relatif, bahwa kecenderungan

Page 9: Daftar Isi - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-Lepasan Naskah 3 (206-218).pdfisteri insinyur dan dokter. Sebagai alasan ialah arti organisasi perempuan berbeda

213B. Malonda: Peranan Perempuan dan Pembangunan di Indonesia

keagresifan dan kompetitif dari laki-laki bisaberpengaruh terhadap kondisi posisi-posisi politisdanlain-lainnyadipegangkaumlaki-laki,danyangtelahterkonstruksisecarahistorisdansosial-budaya.Namunmenurutpenulis,bolehdiasumsikanterbalikyaitu faktor (variabel) independen "secarahistorissertasosial-budaya"danfaktorintervenning"kondisibiologis dari keagresifan/kompetitif laki-laki",berpengaruhterhadapfaktor"posisipolitis/birokratisdi masyarakat tertentu dipegang mayoritas laki-laki".Dengandemikianpersepsikaumperempuanmengenaidominasilaki-lakiterhadapposisipolitis/birokratis bukan karena alasan ketidakadilan (danadanyapandanganwargakelassatudandua)tetapidisebabkan karena proses secara historis sertasosial-budaya, dan karena proses alami. Tetapiberpengaruhnya faktor biologis dan keagresifanterhadap kondisi dominasi laki-laki terhadapperempuanhanyasimpulansebagiankecilahlisaja.

Secara positif keseluruhan pandangan teoretisdi atas dapat dipakai sebagai bahanpertimbangandalammendiskusikancaramenghilangkankerugian-kerugiankaumperempuandalamkehidupansosial-budayanya(denganmenghilangkancarapandangandiskriminasi antara perempuan dan laki-laki),dikaitkandenganusahapembangunanpemerintah,melaluipembangunanlintasdepartemen/kementerian(pemberdayaanperempuan,pendidikan,kesehatan,hukumdanHAM,dan lain-lain)untukmemajukankaumperempuan.

Data Riset Lapangan: Tantangan untuk Pembangunan dan Pemberdayaan Perempuan

Data hasil observasi di JABODETABEKmenemukan anak-anak laki-laki remaja, bahkananak-anak berumur rata-rata 10 tahun saja telahbersikap sopan dengan mementingkan budayamenghargai perempuan baik yang sebaya denganmerekadanyanglebihtuasekalipun.Sebagaicontohdalamsuatupercakapandibiskotakelasekonomi,seorang anak laki-laki mengatakan kepada temanlaki-lakinyaagarberdiriuntukmemberikan tempatduduk kepada anak-anak perempuan yang berdiridekatmereka.Dalamsituasi yang laindi biskotadankereta listrikkelas ekonomi JABODETABEK

jugabeberapaorangdewasabersikapdalambudayasantunmenghargaiperempuanuntukdipersilahkanduduk pada tempat yang sudah mereka gunakan,apalagibagiperempuanberumurtua.Hal-haltersebutmenunjukkanadanyapandanganbudayakelebihankekuatan fisik dari laki-laki terhadap perempuan, yangsebetulnyamerupakandasaradanyaperbedaandalamkonteksgender.

Dapat ditemui bahkan sampai tahun 2009 dialattransportasikeretaapilistrikJABODETABEK,dalamkondisipadatpenumpang,paralelakidewasatertentu akan mempersilahkan perempuan untukduduk pada tempat yang mereka telah gunakan.Kontekskomunikasibudayadalamberbicarayangmunculdalamalat-alattransportasi,dalamobservasisebelum tahun2009, seperti: "kasih tempatdudukdong buat perempuan"; "Polan kamu berdiri!"Diakanperempuan!" "Silahkandudukbu/mbak!(sambil berdiri seorang laki-laki mempersilahkanseorang perempuan untuk duduk, dan dengansambil senyum dan mengucapkan terima kasih siperempuanlangsungmenempatitempatdudukyangbersangkutan).Dengandemikianalasanperbedaanfisik/biologis antara perempuan dengan laki-lakitersimbol secara budaya, dalam makna denotatiflelaki pantasberdiri danperempuanpantasdudukpada alat transportasi yang padat penumpang.Adapunmaknakonotatifnya(secarasimbolik)bahwakondisi tersebutmerupakanbibit terkonstruksinyasecarabudaya superioritas laki-laki, dalambentukself regulation(wujuddarimekanismeadanyaaturantaktertulisdarimasyarakatdalamberinteraksiuntukmemelihara/mengaturkeseimbangansosial,sebagaisatuaspekdarilegal pluralism).4

Dalamtulisaniniterdapatdataelementalteoretis,hasil observasi di kereta listrik JABODETABEKtahun 2005, bisa juga menjadi dasar pengetahuanuntukarahpembangunanperempuanberperansecarasosial-budaya. Observasi tersebut menunjukkanketikadalamkondisisaatmanaterdapatpenumpang(yangdudukdi sampingparaperempuan) turundistasiuntertentu,makasecaraspontanparaperempuanyangmasihduduk,bersikap sebagaipenentu siapacalon penumpang yang berdiri di depan merekauntukmenempati tempatdudukyangditinggalkankosong. Dalam konteks gender para wanita yangmasihduduktersebutakansecaraspontanmenunjukdanmemanggil(dengancaramenyentuh)perempuan

4 Pandangan teoretis legal pluralism seperti dikutip dan dikemukakan oleh I. Nyoman Nurjaya (2001), terdiri dari empat aspek yaitu: (1) bentuk legislasi dari suatu pemerintahan sebagai state law (hukum negara), (2) aturan-aturan lokal berdasarkan kebiasaan suatu masyarakat, sebagai customary law (hukum adat, (3) peraturan-peraturan berdasarkan agama, sebagai religious law (hukum agama), dan (4) mekanisme dari adanya koordinasi dan pengaturan-pengaturan, sebagai self regulation (pengaturan diri dalam kesepakatan nonformal)

Page 10: Daftar Isi - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-Lepasan Naskah 3 (206-218).pdfisteri insinyur dan dokter. Sebagai alasan ialah arti organisasi perempuan berbeda

214 Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th. XXII. No. 3, Juli–September 2009, 206–218

didekatmerekayangdipilihuntukduduk.Datainimenunjukkan secarabudayaparaperempuan lebihmemilihperempuanyangberdiri di dekatmereka,diberi kenyamanan untuk duduk, walaupun adaorangsebagailaki-lakisetuaapapunpenampilannyaberadadekattempatdudukkosongyangditinggalkanpenumpang. Dalam situasi itu kaum perempuanlebih membela kaumnya, yang dalam pandangankonstruksi budaya, perempuanharusdiperlakukansecarakhusus, dan secarabio-psiko-sosio-budaya,tersimbol perempuan tidak berkemampuan samadibandingkandenganlaki-laki.

Hasil observasi tahun 2005 juga, masih dapatditemukan seorangperempuan sebagaimahasiswa,ketika di kereta listrik kebetulan berdiri (tidakmendapat tempat duduk, dan naik dari stasiunUI) di dekat seorang laki-laki lansia, spontanmenyilahkansilaki-lakitersebutmenempatitempatdudukyangditinggalkanpenumpangyangturundistasiunTebet.Tetapi spontan pula laki-laki lansiatersebut yang berpenampilan agamis, menyentuhbahu si perempuan dan menyilahkannya untukduduk.Akhirnya si perempuanmenempati tempatduduk yang ditinggalkan penumpang yang turun.Hal tersebutmenunjukkan laki-laki lansia tersebutmemilikibudayamengutamakanperempuanuntukdiberikenyamanan(termasukbersimbolkanlaki-lakisecara fisik lebih kuat dari perempuan), dan sikap si perempuan sebagai mahasiswa menyimbolkanpengakuan budaya bahwa perempuan secara fisik lebihlemahdibandingkanlaki-laki.

Penulismemilikidatahasilobservasipartisipasiterhadap produksi sinetron di JABODETABEKdengan 23 kali menjadi figuran tanpa dialog dan berperan berdialog. Pada mulanya ini menjadisasaran memperoleh pekerjaan dalam seni peran.Idemenjadikanprosesproduksisebagaiobjekkajiantimbul ketika mengamati terdapat pemeran/artistertentu tidakdisiplinmengaturwaktu,di sampingmengetahui artis tertentu ada yang melakonipekerjaannya dalam sehari pada dua perusahaanproduksi sinetron. Hal tersebut memang bukanmenjadi pokok kajian, tetapi sesuai dengan temapaper inidapatdilihatdatahasilkajiannyaberikutini.Dalamproduksi sinetronmenunjukkanhampirsemua lini sistem produksi dari perusahaannyadikuasai kaum laki-laki. Dari tiga perusahaanproduksi sinetronyangdikaji,memangditemukanseorang perempuan sebagai ASTRADA (asistensutradara), tetapi selebihnyadari rata-rata25orangpekerja dalam ukuran satu perusahaan (bagianlighting, cameramen, dan lain-lain) umumnyadiperankan laki-laki. Kecuali pekerjaan bagian

perias artis, umumnyadiperankanperempuan,dankhususnya kaum waria yang konteks gendernyatidakdikajidalamtulisanini.

Memangpekerjaan senimemproduksi sinetronmemerlukan kemampuan menurut bakat seni,memerlukanpendidikandanpembelajarankhusussecara formal, serta kemampuan fisik (karenapekerjaansyutingbisasajaterjadidarijamsepuluhpagi sampai dini hari), dan adanya seleksi alami.Tetapi kurangnya perempuan berperan dalampekerjaanseniproduksisinetron,cenderungkarenasecara sosial-budaya banyak perempuan lebihmenilai tinggi pekerjaan kepegawaian negeri danswasta (juga dalam penekanan pekerjaan politis/birokratis),danmasyarakatumumbelummengenaldanmengapresiasipekerjaansenitersebut.

DatahasilkajiandalamjudulFaktor-faktorSosial-BudayaReproduksi,GangguanemosidanFisikIbuHamilBersalinPascasalindiMasyarakatPedesaanKabupaten Sumedang (Malonda, 2002), dapatjugadigunakan sebagaidasarpembahasanperananperempuan dalam kehidupan sosial-budayanya.Sasarankajianiniadalah110oranginformanumum/tokohmasyarakat,35orang informanbumilincalin(ibuhamil-bersalin-pasca-salin)untuk studikasus,dan 465 orang informan khusus untuk kuantifikasi (hanya427informanyangdipakaiuntukujianalisisdiskriminan). Memang sampel/informan yangditetapkansecarakhusushanyasecaratertujuuntukkajiankuantitatifnya, sehinggapersebarankondisipendidikan sampel secara statistik tidak normal,yaitu61,12%berpendidikanrendah(261orangdari427orangpernahdanlulusSD).Sisanya,150orangpernahSLTP/SLTAdan lulus,danhanya16oranglulusanD1sampaiS1.

Tetapi data elemental yang diperoleh darikajian tersebut, adalah umumnya informankhususnyaperempuan tidakmempersoalkan statusdomestiknya, dengan menjalankan kehidupan apaadanya.Tidak terdapat tanda-tanda perempuan dilokasikajiankabupatenSumedang,mempersoalkanketidaksamaanstatusdalammasalahgender.Bahkandalammasyarakatsetempatterdapatpremisbudayayaituperempuan tidakperlu sekolah tinggikarenaakhirnyaakankedapurjuga.

Berdasarkan data-data di atas mengenai peranperempuan memperjuangkan nasib, dan kondisikehidupan sosial-budayanya,dapatdilihatmemangterdapatpenilaiankalanganperempuanakankondisi-kondisimerugikanbaginasibperempuan.Terutamakaum perempuan merasa hanya kurang berperansecarapolitis/birokratis,tetapiterdapatfaktor-faktoryang dapat mendukung pembangunan terhadap

Page 11: Daftar Isi - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-Lepasan Naskah 3 (206-218).pdfisteri insinyur dan dokter. Sebagai alasan ialah arti organisasi perempuan berbeda

215B. Malonda: Peranan Perempuan dan Pembangunan di Indonesia

kepentingan perempuan, seperti perempuan telahdominanberperandalamposisi fungsional sebagaiPNS. Juga dalam ukuran program pembangunanmanusia,perempuanmemilikipotensipositif,sepertiumurharapanhidup lebih tinggidari laki-laki,danstatuspendidikansekolahlanjutanyanghampirsamadengan laki-laki, sertakondisi kontribusi terhadappendapatanhampirsamadenganlaki-laki.

Demikiandata-data elementaldi atasmengenaiobservasi sosial-budaya di alat transportasi,observasi patisipasi dalam produksi sinetron, dankajiansosial-budayadiKabupatenSumedang,dapatmenjadidasarpandangankelompokperempuandanpemerintah yang ingin mengedepankan perananperempuansecarapolitisbirokratis.

Peranan Perempuan dalam Bidang Sosial dan Ekonomi

Sebelum tahun 1992 terdapat tulisan yangmengemukakan peran perempuan yang menonjoldalambidangsosialdanekonomi.Peranperempuandi bidang sosial ekonomi misalnya dikemukakandalamtulisanberjudul"KeluargaJawa"olehHildredGeertz (1983). Ia menyatakan bahwa, perempuanberperandalambidangekonomisecaraumum,sepertisebagai pemilik sawah yang terlibat dalam sikluspenanaman, pengangkutan, dan sampai distribusi.Menurutnya pasar dikuasai perempuan, bahkanpedagang besar beras dikuasai kaum perempuan.Pudjiwati (1985) dalam tulisan berjudul "PerananPerempuandalamPerkembanganMasyarakatDesa"menyatakan, terdapat perempuan yang berperansebagaipedagang,usahakerajinan tangan, industrikecil,danbidangjasa,yangpelakunyaberasaldarikeluargamampudan tidakmampu.Dalambidangsosial non ekonomi Ann Stoler (1975) dalamtulisannya berjudul "Struktur kelas dan OtonomiWanitaPedesaandi Jawa,mengemukakan terdapatperanperempuandi pedesaan Jawadalambidangpolitikpraktis.Iamembericontohsecarakasusistikterdapat dua orang perempuan berkemampuanekonomi kuat yang masing-masingnya dapatmenjadikan secarapolitis suamidan anak sebagailurah. Dengan demikian dalam kenyataan sosialekonomi tersebut menunjukkan terdapat peranperempuan di dalamnya yang menunjukkankapibilitasnyadalamkonteksberperanganda.

Kondisi Superioritas dari Perempuan

Terdapatahliyangmembantahakanpandanganperempuanberposisi inferiordibandingkandenganlaki-laki,denganmengemukakankonsepsuperioritasdariperempuan.ContohnyaAshleyMontagu(1953)mengemukakanbanyakperempuanyangberperansebagai ilmuwan,pelukis,danmusisi,yang sejajardenganlaki-laki.Menurutnyaperanperempuanyangtidaksebanyaklaki-laki,karenakondisimotivasidanaspirasiperempuanterhadapperan-peranitu.AshleyMontagujugamenyatakanMenjelangPDIIpecah,tidak ada lagi keraguan bagi tiap orang terhadapperempuanberperandalampelayanan sipil sepertilaki-laki, dandalamkasus lainmenurutpekerjaanyang menggunakan tenaga fisik. Perempuan juga dikatakantidaksemata-mataberperandalamsektorbidangorganisasi/pemerintahan,tetapijugaberperandalambidangperkantorandanperbankan,berperansebagai dewan direktur pada banyak perusahaanbesar seperti diAmerikaSerikat, dan lain-lain.Dibanyakbagiandunia,perempuandalamjumlahbesarjugatelahberperansamasepertidiAmerikaSerikat,dandalambanyakjenisperanan.

SebelumnyamemangmenurutAshleyMontagu,paraperempuan secarabudaya telahdikondisikaninferior dibandingkandengan laki-laki, dalamartilaki-lakimendudukiposisi-posisisuperiorhampirdisetiapmasyarakat.Tetapi,simpulan-simpulanteoretissains modern telah melemahkan dan membantahterhadapkeyakinan lamamengenai posisi inferiorperempuandari laki-laki.MalahanmenurutAshleyMontagu perempuan lebih berbakat dibandingkandenganlaki-laki,danperempuansecarakeseluruhanmemilikisejumlahkeuntunganbiologisdibandingkandengan laki-laki. Bukti perempuan tidak inferiordarilelakisecarakualitatifdicontohkanolehashleyMontagudenganadanyabeberapapetingginegarasebagai perempuan seperti Ratu Juliana (kerajaanBelanda),RatuElizabethIdanseterusnya(kerajaanInggris),danlain-lain(Montagu,1953).

Kesimpulan

Terdapatkelompokperempuanyangmenyadaripotensi positip, dan faktor-faktor merugikan bagimereka dalam masalah gender. Faktor-faktormerugikan tersebut, seperti adanya perdagangan

Page 12: Daftar Isi - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-Lepasan Naskah 3 (206-218).pdfisteri insinyur dan dokter. Sebagai alasan ialah arti organisasi perempuan berbeda

216 Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th. XXII. No. 3, Juli–September 2009, 206–218

perempuan, prostitusi, pandangan marginalisasiterhadapperempuan,merasaberposisisebagaiwarganegarakelasduadibandingkandenganlaki-laki,sertapandangan mengenai perempuan kurang berperansecarapolitis/birokratis,danlain-lain.Olehkarenanyakaumperempuan telahberperanmemperjuangkannasibuntukmembangunkaumnya.Terkait denganhal-haldiatas,pemerintahmemangtelahmeresponmasalahtersebut,melaluikementerianpemberdayaanperempuan,adanyatindakannyataalathukumyangkhususnyamembasmiperdaganganperempuandanprostitusi,disampingadanyakebijakanpemerintahuntuk memposisikan kaum perempuan sejajardenganlaki-lakidalamkedudukanpolitis/birokratis,sertaposisilegislatif.

Menurutpandanganteoretisumumnyaparaahli,kenyataansosialmengenaikondisiyangmerugikanperempuan dalam masalah gender, merupakanakibatdariprosespanjangsecarahistorisdansosial-budaya. Sedangkan menurut pandangan sebagiankecil ahli, bahwakondisimerugikan tersebut bisadipengaruhioleh sifat bawaan laki-lakiyang lebihagresif daripada perempuan. Sifat bawaan laki-lakimerupakanwarisankebiasaan,dalamhalparalelakilah yang mendominasi aktivitas fisik keras berperang, bepergian jauh, dan lain-lain. Dengandemikianpandanganteoretisparaahlitersebut,yangmemberipenekananpadakenyataan sosial-budayadanbiologisyangbersifatalami,dapatmenjadidasarpertimbanganuntukarahpembangunanperempuandiIndonesia.

Terdapat faktor-faktor dasar pendukung danpendorong (stimulant) pembangunan perempuan,seperti adanya: 60% perempuan berperan dalamposisi fungsional sebagaiPNSdibandingkan laki-laki hanya 40%, kondisi umur harapan hidupperempuanlebihtinggidaripadalaki-laki,sentuhanpembangunankesehatanumumyangcukupbaikbagiperempuan(kecualikesehatanmaternal),dancontohkaumperempuanberperandalambidangsosialdanekonomi di pulau Jawa. Di samping itu terdapatpandangan teoretis (dariAshleyMontagu), tentangperempuanlebihberbakatdibandingkandenganlaki-laki, dan perempuan secara keseluruhan memilikisejumlahkeuntunganbiologisdibandingkandenganlaki-laki, yang secara positif dapatmenyemangatipembangunanperempuandiIndonesia.

Namun,cenderung terdapat faktor-faktor sosial-budayayangsecararelatifbisamenjadipenghambat(barrier) pembangunan perempuan di Indonesia,yang dikaji dari kehidupan transportasi umum,bisnis seni sinetron (keduanya sebagai kajian diJABODETABEK), dan kehidupan perempuan

pedesaan di Kabupaten Sumedang. Secara sosialbudaya,datateoretishasilrisetlapanganmenunjukkanterdapat budaya yang terenkulturasi, mengenaiperempuandalambepergiandenganalattransportasiumum,dianggapwajarharusdiberikesempatanolehpara lelaki untuk memperoleh kenyamanan fisik. Budaya ini menyimbolkan perempuan secara fisik lebihlemahdaripadalelaki.Padapekerjaanproduksibidang seni sinetron, ini secarabudayadidominasioleh lelaki, karena pekerjaan ini tak diapresiasikaumperempuan (berbedadenganapresiasi kaumperempuan tertentu akhir-akhir ini terhadapperanpolitisdanbirokratis).Khususnyakaumperempuandi pedesaan, secara umum cenderung berbudayamenerimaapaadanyadantidakmempersoalkanjikahanyaberperandomestiksajadalamrumahtangga.

Saran

Untuk memajukan kaum perempuan diIndonesia,potensiperempuandapatdipakaisebagaidasar pemberdayaanperempuanmelalui beberapakebijakanpemerintah.Dalamhalitupemerintahperlumembudayakan(dalampendidikanformal,termasuksecara informaldimasyarakat), bahwaperempuandapatberperandalambidangpekerjaanapasaja,disamping berperan secara domestik. Hal ini dapatdidukungdengandatadalampaperinibahwabanyakbidang sosial dan ekonomi tertentu justru secarapositifdidominasikaumperempuan.Terkaitdenganpembangunan perempuan berperan secara sosialsejajar dengan laki-laki, maka pemerintah haruskonsekuendenganpenetapananggaranpendidikannasional,yangsecarakuantitatifdapatmenjangkaukesempatan perempuan mengembangkan statuspendidikan dan merubah nasibnya. Pemerintahjugaharusmemaksimalkananggaranpembangunankesehatan nasional, yang secara khusus dapatmemajukan kesehatan maternal yang cenderungbelumbaikdi Indonesia, untukmendukungperangandanya.

Dalam mementingkan peran ganda perempuanterkaitdenganperanpolitis-birokratisdandiberbagaibidang,kaumperempuandan terutamapemerintahdapat menggunakan dasar pandangan, pentingnyaperananperempuan secarabio-psiko-sosio-budayadalamrumahtangga.PeranantersebutsangatpentinguntukmenghasilkanSDMyangberkualitasdarisegikesehatan mental dan fisik (berpangkal pada konsep dasar tumbuhkembanganak).Demikian "perananperempuandalam rumah tangga (keluarga) dalammasaanakBALITAdanmemasukiremaja,menjadi

Page 13: Daftar Isi - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-Lepasan Naskah 3 (206-218).pdfisteri insinyur dan dokter. Sebagai alasan ialah arti organisasi perempuan berbeda

217B. Malonda: Peranan Perempuan dan Pembangunan di Indonesia

faktor/variabel berpengaruh terhadap ada-tidaknyaanak-anak remaja bertawuran di jalanan, adanyapara suamiyang seringmemukuli,menyiksa, danbisabeberapakalimenceraikan istri.Hal tersebutterkaitdengan faktorkasih sayangdanenkulturasinormatif yang tidakdiperoleh anak-anakpada ibukandungmereka,kendatitokohibukandungmerekatidak bisa diperoleh dari isteri mereka (LeVine, 1988; Danandjaja, 1988; Malonda, 2008). Tetapi kaumperempuanyanginginberperandalambidangpolitis-birokratisdanbidang-bidanglainnyadalamkonteksperanganda,dapatmenggunakanpandanganteoretisSchlegel(1972),yangmenyatakanbahwa"harapan-harapankeberhasilandankepuasanperorangan(yangdiyakiniperempuan)padasuatuarena,mengancamdanmerongrongterhadapfaktorarenalainmereka".Artinyaperanpentingdalamrumahtangga(keluarga)untuk menghasilkan SDM ideal cenderung bisaterabaikankalauperananperempuan"lebih"terpusatpadaperandiluarrumah.Haltersebutpentingsekalidikemukakankarenajugadidugaketerlibatananak-anak dengan NARKOBA, adanya penyakit sosialpremanismedankorupsi,dan lain-lain,diakibatkankarena kurangnya peran positif rumah tangga(keluarga) terutama "perempuan" dalam konteksbio-psiko-sosio-budayauntukpembangunantumbuhkembanganak.

Akhirnya,pemerintahdandalambidang terkaitperlumelakukanrisetsecarakuantitatifdiIndonesiadengan sampelbesar,mengenaiKDRT (kekerasandalam rumah tangga), untuk dijadikan pegangandalam pembangunan perempuan, berdasarkanpandangan hasil riset Burbank (1994) bahwa"perempuanmenjadisasarankorbansebanyaklaki-laki, sebagaimana laki-lakimenjadi sasarankorbandariperempuan". Pemerintahjugaperlumelakukanriset secara lintas budaya di Indonesia, tentangberbagai faktor yang berpengaruh terhadap faktor kaum perempuan tertentu, yang lebih cenderungberperan secara domestik saja, dalam konteksrelativitasbudayadankearifanlokal.

Daftar Pustaka

Brown, D. (1991) Human Universal. Philadelphia PA:TempleUniversityPress.

Burbank, V.K. (1994) Fighting Women: Anger and aggression in Aboriginal Australia. Berkeley:UniversityofCaliforniaPress.

Danandjaja, J. (1988) Antropologi Psikologi: Teori, Metode, dan Sejarah Perkembangannya. Jakarta:Radjawali.

Friedl, E. (1975) Women and Men: an Anthropologist View.NewYork:Holt.

Geertz,Hildred(1983)Keluarga Jawa.Jakarta:PercetakanPTTemprint.

Gobel (2005) Peran Perempuan dalam Posisi Bidang Pemerintahan.Manado:Rubrikopini,MdoPos.

Indonesia, Laporan Pembangunan Manusia (2004)Ekonomi dari Demokrasi Membiayai Pembangunan Manusia Indonesia.BPS,BAPPENAS&UNDP.

KongresWanitaIndonesia(1978).Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia.BalaiPustaka.Jakarta.

Lepowsky,M (1993)Fruit of the Motherland: Gender in an Egalitarian Society. New York: ColumbiaUniversityPress.

LeVine, R.A. (1988) Culture Behaviour, and Personality.Chicago:AldinePublisher.

Lewellen, T. (1992) Political Anthropology: anInttroduction(2ndedn).WesportCT:Bergin&Garvey

Maccoby,E.&Jacklin,C.(l974)The Psychology of Sex Difference.StanfordUniversityPress.

Malonda, B.F. (1993) Tinjauan Tentang Peranan Perempuan dalam Kehidupan Masyarakat Pedesaan di Pulau Jawa.Artikel disampaikan pada seminarsehariGMIT(tidakdipublikasikan).

Malonda, B.F. (2002) Faktor-faktor Sosial-BudayaReproduksi dan Gangguan Emosi serta Fisik IbuHamil,Bersalin-PascasalinpadamasyarakatPedesaanKabupatenSumedang.Jurnal Kedokteran dan Farmasi MEDIKA 12. Tahun ke XXVIII Hal. 763–772.

Malonda, B.F. (2008) Peranan Perempuan, SosialisasiAnak, danPerilakuMuridSekolahLanjutandalamSub-Budaya. Media Perempuan. KementerianPemberdayaan Perempuan RI. Edisi ITahun 2008,Hal15–23.

Manumpil, F. (2007) Budaya Patriaki dan Penegakan Hak Asasi Perempuan.Rubrikopini10Maret2007,MdoPos.

Metro TV (2005) Peranan Perempuan. WawancaraMalam terhadap MenteriPP.16Desember2005.

Montagu,A. (1953)The Natural Superiority of Women.NewYork:TheMac-millanCompany.

Muniarti, A.P. (1992) Perempuan Indonesia dan PolaKetergantungan.DalamCitra Wanita dan Kekuasaan (Jawa).SeriSiasatKebudayaan.KanisiousLembagaSturiRealino.

Nurjaya, I Nyoman. 2001. Magersari: Studi Kasus Hubungan Kerja Penduduk Setempat dalam Pengusahaan Hutan. UI: Disertasi ProgramPascasarjanaBid.Antropologi.

Ortner & Whitehead (eds). (1981) Sexual Meaning: the Cultural Construction of Gender and Sexuality.Cambridge:UniversityPress.

Pudjiwati,S.(1985)Peranan wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa.YayasanIlmu-IlmuSosial.Jakarta:CV Radjawali.

Rosaldo, M & Lamphere, L. (eds). (1974) Women, Culture, and Society.StanfordUniversityPress.

Page 14: Daftar Isi - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-Lepasan Naskah 3 (206-218).pdfisteri insinyur dan dokter. Sebagai alasan ialah arti organisasi perempuan berbeda

218 Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th. XXII. No. 3, Juli–September 2009, 206–218

Rosemary, W. & Gilbert, L. (l962) Women and their Ascribed Roles.Oxford:UniversityPress.

Saifuddin,A.F.(1990)"SomeNotesonCllifordGeertz'sInterpretive". Dalam Antropologi Indonesia, April,Hal.1–29.

Sanday,P.&Goodenough(eds).1990.Beyond the Second Sex: New Direction in the Anthropology of Gender.Philadelphia:UniversityofPhiladelphiaPress.

Schlegel, A. (1972) Male Dominance and Female Autonomy: Domestic Authority in Matrilinial Societies.NewHaven:HRAF.

Susanto,Astrid(1975)WanitaDesadalamPembangunan,dalamPrisma no. 5 Oct. IV.

Stoller,Ann(1975)SomeSocio-economicAspectsofRiceHarvesting in a Javaneses Village, dalam Masyarakat

Indonesia Majalah Ilmu-ilmu Sosial Indonesia. TahunII.No.1.

Thamrin,J.(2005)Gerakan Demokratisasi Lokal melalui Peran Forum Warga di Indramayu.Paperdisampaikanpada Seminar Internasional Jurnal antropologi. UIJakarta(tidakdipublikasikan).

Tribun Sulut (2007). Unjuk Rasa Aktivis Perempuan dalam Memperingati Hari Perempuan International.BeritaKotaManado8Maret2007.

TVRI, 2005. Perjuangan Peranan Perempuan.KomentardalamBeritaMalam,26Nopember.

YanagisakoSylvia,&JaneCollier(eds)1987.Gender and Kinship: Essay Toward a Unified Analysis. StanfordCA:StanfordUniversityPress.