DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku...

40
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN SAMPUL DALAM .............................................................. ii HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM .................. iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING / PENGESAHAN ...... v KATA PENGANTAR ............................................................................... vi SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... x DAFTAR ISI .............................................................................................. xi ABSTRAK ................................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 7 1.3. Ruang Lingkup Masalah .......................................................... 7 1.4. Orisinalitas Penelitian ............................................................... 7 1.5. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum ....................................................................... 10 b. Tujuan Khusus ..................................................................... 10 1.6. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis ................................................................... 10 b. Manfaat Praktis .................................................................... 11 1.7. Landasan Teori 1.7.1 Penegakan Hukum ........................................................... 11

Transcript of DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku...

Page 1: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN

HALAMAN SAMPUL DALAM .............................................................. ii

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM .................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING / PENGESAHAN ...... v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... x

DAFTAR ISI .............................................................................................. xi

ABSTRAK ................................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 7

1.3. Ruang Lingkup Masalah .......................................................... 7

1.4. Orisinalitas Penelitian ............................................................... 7

1.5. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum ....................................................................... 10

b. Tujuan Khusus ..................................................................... 10

1.6. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis ................................................................... 10

b. Manfaat Praktis .................................................................... 11

1.7. Landasan Teori

1.7.1 Penegakan Hukum ........................................................... 11

Page 2: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

ii

1.7.2 Kesadaran Hukum .......................................................... 14

1.7.3 Efektivitas Hukum ........................................................ 19

1.7.4 Teori Penanggulangan .................................................... 23

1.7.5 Teori Kriminologi .......................................................... 26

1.8. Hipotesis .................................................................................. 28

1.9. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian ................................................................... 32

b. Jenis Pendekatan ................................................................ 33

c. Sifat Penelitian .................................................................... 33

d. Sumber Bahan Hukum atau Data ....................................... 33

e. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 34

f. Teknik Analisis ................................................................... 34

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN

PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR

2.1 Penanggulangan ........................................................................ 35

2.2 Pencurian dan Unsur-unsur Pencurian ..................................... 37

2.2.1 Jenis-jenis Pencurian ..................................................... 42

2.3 Kejahatan Pencurian Kendaraan Bermotor .............................. 47

2.4 Kendaraan Bermotor ................................................................ 48

BAB III MODUS OPERANDI PENCURIAN KENDARAAN

BERMOTOR DI DENPASAR

Page 3: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

iii

3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian

Kendaraan Bermotor di Indonesia ............................................ 50

3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor

yang Sering Dilakukan di Denpasar ......................................... 53

BAB IV UPAYA PENANGGULANGAN PENCURIAN KENDARAAN

BERMOTOR DI DENPASAR

4.1 Faktor-Faktor yang Mendasari Pelaku Pencurian Kendaraan

Bermotor di Denpasar ............................................................. 59

4.2 Upaya Penanggulangan Pencurian Kendaraan Bermotor

yang Dilakukan Pihak Kepolisian POLRESTA di Denpasar .

................................................................................................. 65

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .............................................................................. 69

5.2 Saran ......................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN

Page 4: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

iv

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Penanggulangan Terhadap Pencurian Kendaraan

Bermotor Di Denpasar (Studi Kasus Polresta Denpasar)”. Rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah Bagaimana Modus operandi yang dilakukan oleh

pelaku pencurian kendaraan bermotor dan bagaimana cara pihak kepolisian

menanggulangi pencurian kendaraan bermotor di Denpasar .Tujuan skripsi ini

adalah untuk mengetahui modus operandi yang pelaku lakukan untuk pencurian

kendaraan bermotor di Denpasar dan upaya penanggulangan yang dilakukan oleh

pihak kepolisian untuk menekan angka kejahatan pencurian kendaraan bermotor

di Denpasar.

Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis empiris, dimana

Suatu prosedur yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan

meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan

mengadakan penelitian terhadap data primer di lapangan. Penelitian ini bersifat

deskriptif. Penelitian ini bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu

individu, keadaan, gejala atau kelompok terntetu, atau untuk menentukan

penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara

suatu gejalan dengan gejala lain dalam masyarakat. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini dengan cara Penelitian lapangan (field research), penelitian

ini dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data primer

dan Penelitian pustaka (library research), penelitian ini dilakukan dengan cara

mengumpulkan data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum. Teknik analisa

yang di pergunakan dalam penelitian ini dengan cara metode kualitatif dimana

Setelah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder terkumpul, maka bahan

hukum tersebut diolah dan dianalisa Setelah melalui proses pengolahan data

analisis, kemudian bahan hukum tersebut disajikan secara deskriptif analisis.

Pelaku pencurian kendaraan bermotor ini mempunyai modus operandi

untuk melakukan pencurian kendaraan bermotor di Indonesia itu salah satunya

yaitu menggunakan kunci T, Khusunya di wilayah hukum Polresta Denpasar

modus operandi yang sering dilakukan oleh pelaku dengan cara menggunakan

kunci T .Pelaku menggunakan kunci T karena membobol sarang kunci lebih

mudah dan lebih cepat. Faktor pelaku melakukan pencurian kendaraan bermotor

di Denpasar ialah dikarenakan faktor ekonomi dimana ekonomi pelaku sangat

terpuruk untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, oleh karena itu pelaku

melakukan kejahatan pencurian kendaraan bermotor dengan cara melakukan

modus operandi. Upaya penanggulangan yang dilakukan pihak polresta untuk

menekan kejahatan pencurian kendaraan bermotor ini dengan upaya preemtif

,preventif dan represif .

Page 5: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

v

Kata kunci: Pencurian Kendaraan Bermotor, Modus Operandi, Upaya

Penanggulangan

ABSTRACT

This thesis entitled "Combating the Crime of Theft Motor Vehicles in

Denpasar (Case Study Denpasar Polresta )". The problem of this research is How

Motif committed by perpetrators of theft of motor vehicles and how the police are

tackling the crime of theft of motor vehicles in the city of Denpasar The purpose

of this paper is to find out the modus operandi of the offenders are doing for the

crime of theft of motor vehicles in the city Denpasar and prevention efforts

undertaken by the police to suppress the crime rate, especially of motor vehicle

theft in the city of Denpasar.

In this research using empirical juridical kind, where A procedure used to

solve research problems by examining secondary data first and then followed by

conducting research on primary data in the field. This type of approach used in

this study is approached on a case and approach the facts. Case approach is done

by examining the cases of motor vehicle crimes that have occurred in the area of

Denpasar, while the approach of the facts used to conduct research on data and

interviews directly to the relevant parties. This research is descriptive. This study

aims to describe accurately the properties of an individual, the state, or the

symptoms terntetu group, or to determine the spread of a phenomenon, or to

determine whether there is a relationship between a gejalan with other symptoms

in victim.Technique data collection in this study by the research field (field

research), the study was conducted by going directly to the courts to obtain

primary data and research library (library research), this research was

conducted by collecting secondary data obtained from the legal materials.

Analysis technique which used in this study by qualitative methods wherein after

primary legal materials and secondary legal materials collected, the legal

material is processed and analyzed through a process of analytical data

processing, then the legal materials presented in descriptive analysis.

Perpetrators of the crime of motor vehicle theft has a modus operandi for

the theft of motor vehicles one of which is the key Using T, Especially in Denpasar

modus operandi is often done by the perpetrator by using the key leter T .They

using a key lock for breaking into hives easier and faster, Underlying the

perpetrator committed the crime of theft of motor vehicles in Denpasar is due to

economic factors .Lots perpetrators steal for daily to stay alive. Prevention efforts

carried out by the Police to suppress the crime of theft of motor vehicles with

efforts to pre-emptive, preventive and repressive.

Page 6: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

vi

Keyword: Motor Vehicle Theft, Modus operandi, Countermeasur.

Page 7: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Pengertian kejahatan sangatlah beragam, tidak ada definisi buku yang di

dalamnya mencakup semua aspek kejahatn secara komprehensif, ada yang

mengartikan kejahatan dilihat dari aspek yuridis, sosiologis, maupun

kriminologis. Munculnya perbedaan dalam mengartikan kejahatan di karenakan

prespektif orang dalam memandang kejahatan sangat beragam. Banyak berbagai

macam jenis kejahatan, dimana salah satu dari kejahatan itu adalah kejahatan

pencurian kendaraan bermotor, hal ini tentunya sudah banyak terjadi di berbagai

daerah yang memiliki jumlah penduduk yang besar dan memiliki tingkat mobilitas

tinggi.1

Tingkat kesadaran dari seseorang masyarakat akan pentingnya menjaga

barang milik pribadi terutama kendaraan bemotor cenderung sangat di abaikan.

Masyarakat banyak kurang menyadari bahwa berbagai macam kejahatan bisa saja

terjadi menimpa mereka atau orang di sekitar masyarakat itu sendiri, jika saja

masyarakat lalai maka akan banyak timbul kesempatan bagi para pelaku kejahatan

pencurian kendaraan bermotor untuk melancarkan aksinya, jika sudah terjadi

kejahatan pencurian kendaraan bermotor maka siapa yang akan di salahkan,

aparat penegak hukum kah atau orang lain.

1Didi M.Arief Mansur dan Elisatris Gultrom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan:

Kejahatan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hlm. 55.

1

Page 8: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

Masyarakat itu sendiri merasa yakin jika mereka mampu menjaga

kendaraannya sendiri saat beraktifitas, baik di luar rumah maupun di lingkungan

rumah sendiri, jika ini terus di biarkan tanpa adanya sosialisasi maka kejahatan

kendaraan bermotor akan semakin meningkat dari setiap tahunnya.

Apabila di kaitkan dengan unsur pasal tindak pidana pencurian 362 KUHP

maka kejahatan pencurian kendaraan bermotor adalah perbuatan yang di lakukan

pelaku dengan mengambil suatu barang yaitu kendaraan bermotor itu, yang

seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk memiliki

kendaraan bermotor tersebut secara melawan hukum. Kejahatan pencurian

kendaraan bermotor termasuk sebagai tindak pidana pencurian yang di atur dalam

KUHP. Berikut ini adalah pasal KUHP yang mengatur kejahatan pencurian

kendaraan bermotor beserta pasal yang memiliki keterikatan dengan kejahatan

pencurian kendaraan bermotor. 1. Pengertian pencurian menurut hukum 362

KUHP. 2. Pencurian dengan pemberatan yang di atur dalam pasal 363 KUHP. 3.

Pencurian dengan kekerasan yang di atur dalam pasal 365 KUHP. 4. Tindak

pidana penadahan yang di atur dalam pasal 480 KUHP.

Disebutkan dalam Pasal 362 KUHP bahwa:

“barang siapa mengambil sesuatu barang, yang seluruhnya atau

sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk di miliki

secara melawan hukum , diancam karena pencurian, dengan pidana

penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak

sembilan ratus rupiah”.2

2 Prof. Moeljatno, 2014, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta: Bumi Aksara,

hlm. 128.

Page 9: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

Dari adanya unsur perbuatan yang dilarang mengambil ini menunjukan

bahwa pencurian adalah merupakan tindak pidana formil, mengambil adalah

perbuatan tingkah laku positif atau perbuatan materil, yang dilakukan dengan

gerakan otot secara sengaja yang pada umumnya dengan menggunakan jari-jari

dan tangan yang kemudian diarahkan pada suatu benda, menyentuhnya,

memegangnya dan mengangkatnya lalu membawa dan memindahkan ke tempat

lain atau ke dalam kekuasaannya. 3

Perlu ada atau tidaknya hukum pidana tidak terletak pada persoalan

tujuan-tujuan yang hendak di capai, tetapi terletak pada persoalan seberapa jauh

untuk mencapai tujuan itu boleh menggunakan paksaan. Tidak semua upaya-

upaya penanggulangan kejahatan bisa memperbaiki pelaku menjadi lebih baik,

oleh karena itu penggunaan pidana masih diperlukan walaupun sebagai upaya

terakhir.

Masalah pengendalian atau penanggulangan kejahatan dengan hukum

pidana bukan hanya merupakan problem sosial, tetapi juga merupakan masalah

kebijakan, selanjutnya oleh Sudarto mengemukakan bahwa, kita tidak boleh

melupakan, hukum pidana atau lebih tepat sistem pidana atau merupakan bagian

dari politik kriminal, ialah usaha yang rasional dalam menanggulangi kejahatan,

sebab di samping penanggulangan dengan menggunakan pidana masih ada cara

lain untuk melindungi masyarakat dari kejahatan.4

3 Agustina Rosan, 2003, Perbuatan Melawan Hukum, Jakarta: Pascasarjana Fakultas

Hukum Universitas Indonesia, hlm. 13. 4 Sudarto, 1983, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Bandung: Sinar Baru,

hlm. 31.

Page 10: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

Oleh karena itu dalam mengambil kebijakan untuk menggunakan hukum

pidana yang biasanya di mulai dengan proses kriminalisasi harus di perhatikan

beberapa hal, kriminalisasi tersebut di artikan sebagai proses penetapan suatu

perbuatan orang sebagai perbuatan yang dapat di pidana5. Proses ini di akhiri

dengan terbentuknya undang-undang di mana perbuatan itu di ancam dengan

suatu sanksi yang berupa pidana. Hal hal yang harus diperhatikan ada empat

yaitu:

a. Tujuan Hukum Pidana

b. Penetapan perbuatan yang tidak dikehendaki

c. Perbandingan antara sarana dan hasil

d. Kemampuan badan penegak

Hal-hal di atas harus diperhatikan oleh pembentuk undang-undang mengingat

bahwa hukum pidana merupakan penyaring dari banyak perbuatan tercela yang

merugikan masyarakat sehingga perbuatan yang dijadikan tindak pidana relatif

kecil jumlahnya.6

Demikian banyak pasal yang beterkaitan mengatur tentang kejahatan

pencurian kendaraan bermotor tetap saja kejahatan pencurian kendaraan bermotor

masih saja banyak berkembang di lingkungan sekitar. Bahkan salah satu dari

seorang pelaku ada juga yang masih berstatus sebagai pelajar. Masyarakat

tentunya perlu mengetahui berabagai macam modus operandi atau cara

melakukan pencurian kendaraan bermotor yang di lakukan oleh pelaku pencurian

kendaraan bermotor itu, karena di zaman yang semakin canggih seperti ini banyak

5 Mahrus Ali, 2011, Dasar-dasar Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 66. 6 Ibid, hlm. 67.

Page 11: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

sekali modus operandi pencurian yang mengancam masyarakat. Seperti modus

operandi baru yang berkembang pada saat ini yaitu, pelaku pencurian mengincar

area parkir yang berada di sekitaran pusat perbelanjaan dengan cara membawa

plat nomor palsu yang sesuai dengan STNK yang di bawa pelaku untuk

mengganti plat nomor yang asli agar tidak dicurigai oleh petugas parkir karena

pelaku meyakinkan petugas parkir dengan STNK palsu yang dibawa pelaku. Ada

juga modus operandi pencurian kendaraan bermotor yang menggunakan unsur

kekerasan dalam aksinya, pelaku tidak segan–segan mencederai atau melukai

korban dengan senjata tajam atau bahkan senjata api. Hal ini dilakukan oleh

pelaku terhadap korban agar aksi yang dilakukan tidak diketahui oleh masyarakat

atau bahkan dari pihak kepolisian.

Pelaku pencurian kendaraan bermotor melancarkan aksinya jarang

melakukan pencurian secara sendiri melainkan sudah terorganisir secara baik dan

memilik jaringan sindikat yang besar di berbagai daerah.

Salah satu gejala sosial yang akhir-akhir ini meningkat di Denpasar adalah

terjadinya kejahatan pencurian kendaraan bermotor dan pelaku menggunakan

berbagai macam modus operandi untuk melakukan aksinya di Denpasar.

Kejahatan pencurian kendaraan bermotor di Denpasar yang bertugas menangani

ialah Unit I bagian Ranmor Polresta Denpasar. Tugas Unit I Ranmor yaitu unit

Pencurian Kendaraan Bermotor melaksanakan penyidikan tindak pidana

pencurian, pemalsuan surat-surat kendaraan dan tindak pidana penipuan atau

penggelapan yang terjadi di Denpasar

Page 12: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

Selama 3 tahun terakhir ini di Denpasar mengalami perkembangan

kejahatan pencurian kendaraan bermotor yang cukup meresahkan masyarakat

selain kejahatan pencurian lainnya dari tahun 2014 sampai 2016.

Kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor di Denpasar meningkat 33

persen hingga September 2016 yang mencapai 320 kasus. Jumlah tersebut lebih

tinggi dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 264 dan di tahun 2015 hanya 315

kasus, dimana masih cukup rendah, total kasus pencurian kendaraan bermotor di

Denpasar dari tahun 2014 sampai 2016 menjadi 899 kasus lebih tinggi dari kasus

kejahatan lainnya di Denpasar dimana diantaramya kasus pembunuhan 13 kasus,

kdrt 144 kasus, penipuan kasus 178, perjudian 268 kasus dan masih banyak kasus

yang ada di POLRESTA. berdasarkan wawancara penulis dengan Bapak Reinhard

Neinggolan (Bripka bagian Unit Ranmor Satuan Reskrim POLRESTA Denpasar

pada hari Senin, tanggal 16 Januari 2016) Menurut beliau, selama tiga tahun

terakhir jumlah kasus pencurian kendaraan bermotor di tujuh Kepolisian Sektor di

POLRESTA Denpasar memang tergolong tinggi dikarenaka ini jantung kota dari

Pulau bali tidak bisa dielakan kejahatan bisa mungkin terjadi di daerah ini.

Atas dasar permasalahan tersebut maka penyusun mengaggap

permasalahan ini penting untuk di tinjau secara mendalam dan menyajikannya

dalam bentuk sebuah karya tulis berupa penelitian. Agar kasus-kasus sedemikian

rupa dapat di tanggulangi sesuai dengan peraturan yang sudah di tentukan.

Dengan demikian maka penyusun tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dan

mengangkat permasalahan tersebut dalam skripsi yang berjudul

Page 13: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

“PENANGGULANGAN TERHADAP PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR

DI DENPASAR (STUDI KASUS POLRESTA DENPASAR)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Modus operandi apakah yang sering dipakai pelaku untuk mencuri

kendaraan bermotor di Denpasar ?

2. Bagaimana upaya penanggulangan pihak kepolisian POLRESTA dalam

menanggulangi kejahatan pencurian kendaraan bermotor di Denpasar ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup penelitian ini meliputi kajian yan berkaitan dengan Hukum

Pidana terutama mengenai kajian – kajian yang berhubungan dengan efektivitas

tindakan kepolisian dalam penangulangan kejahatan pencurian kendaraan

bermotor dan menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana dengan ruang

lingkup pencurian. Ruang lingkup kejahatan pencurian kendaraan bermotor ini di

POLRESTA Denpasar selama tahun 2014 sampai dengan tahun 2016.

1.4 Orisinalitas Penulisan

Penelitian tentang penanggulangan terhadap pencurian kendaraan

bermotor di Kota Denpasar (studi kasus polresta denpasar), belum dipublikasikan

sebelumnya atau belum ada judul penelitian yang mendekati dengan penelitian

ini.

Tabel perbandingan:

Page 14: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

No Judul Penulis Rumusan masalah

1 Analisis Kriminilogosi

Terhadap Tindak Pidana

Pencurian Kendarann

Bermotor Jenis Roda Dua

Dan Penanggulangannya

di Wilayah Hukum

Polsekta Tampan

Pekanbaru Tahun 2008

Ilham Hadi

Putra

1. Bagaimana faktor penyebab

tejadinya tindak pidana

pencurian kendaraan bermotor

jenis roda dua di wilayah hukum

Polsekta Tampan?

2. Bagaimana modus operandi

pelaku tindak pidana pencurian

kendaraaan bermotor jenis roda

dua di wilayah hukum Polsekta

Tampan?

2

Tinjauan Kriminologis

Terhadap Tindak Pidana

Pencurian Kendaraan

Bermotor yang Dilakukan

oleh oknum Mahasiswa di

Wilaayah Kota

Makassarc(Studi Kasus

2009-2011)

Fadli

Ramadhani

1. Faktor apakah yang

menyebabkan terjadinya

pencurian kendaraan bermotor

yang dilakukan oleh oknum

mahasiswa di Kota Makassar?

2. Upaya apa yang dilakukan

oleh aparat penegak hukum di

Kota Makassar dalam

Page 15: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

menanggulangi pencurian

kendaraan bermotor yang

dilakukan oleh oknum mahasisa

di Kota Makassar?

3 Tinjaun Yuridis Terhadap

Tindak Pidana Pencurian

Sepeda Motor Yang

Dilakukan Oleh Anak

(Studi Kasus Putusan

Nomor

:09/pid.sus/2014/PN.jnp)

SUWANDY 1. Bagaimanakah penerapan

hukum terhadap tindak pidana

pencurian sepeda motor yang

dilakukan oleh anak di

Kabupaten Janeponto

Nomor:09/pid.sus/2014/PN.jnp?

2. Bagaimanakah pertimbangan

hukum hakim dalam

menjatuhkan pidana terhada

anak sebagai pelaku tindak

pidana pencurian sepeda mototr

yang dilakukan oleh anak di

kabupaten joneponto

Nomor:09/pid.sus/2014/PN.jnp?

Page 16: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan ini sebagai berikut:

a. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan skripsi ini yaitu untuk mengetahui tentang

modus operandi pelaku kejahatan pencurian kendaraan bermotor dan

penanggulangan pihak kepolisian dalam mengatasi kejahatan pencurian

kendaraan bermotor di Bali.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui modus operandi yang dilakukan oleh pelaku untuk

mencuri kendaraan bermotor di Denpasar.

2. Untuk mengetahui penanggulangan pencurian kendaraan bermotor

khususnya di Denpasar.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Manfaat Teoritis

Diharapakan hasil penelitian ini bisa menjadi informasi atau bahan

hukum bagi kalangan akademis maupun masyarakat guna mengetahui dan

memahami secara lebih jelas mengenai pengaturan sanksi pidana terhadap

kejahatan pencurian kendaraan bermotor. Penelitian ini juga diharapkan

sebagai masukan dalam perbaikan peraturan hukum dalam

penanggulangan kejahatan pencurian kendaraan bermotor.

Page 17: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

b. Manfaat Praktis

Penlitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak dan instansi-instansi terkait

dalam penegakan hukum di masyarakat. Adapun manfaat yang diperoleh

dari penelitian ini adalah:

1. Diharapkan dapat menjadi pertimbangan para penegak hukum dalam

menanggulangi kejahatan pencurian kendaraan bermotor, agar dapat

menerapkan sanksi kepada pelaku sesuai dengan norma hukum yang

berlaku.

2. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan menjadi perbandingan ilmu

secara teori dengan ilmu yang berlaku di masyarakat.

1.7 Landasan Teori

Guna menunjang penulisan ini seusai dengan permasalahannya sehingga

dapat diwujudkan sebagai suatu karya tulis, maka landasan teoritis dari

pembahasan yang telah dirumuskan berpedoman pada literatur-literatur, teori

hukum atau teori hukum khusus, konsep-konsep hukum, asas-asas hukum, aturan

hukum, norma-norma, dan juga pendapat para sarjana hukum yang berkaitan

dengan pemasalahan kejahatan pencurian kendaraan bermotor.

1.7.1 Penegakan Hukum

Secara umum penegakan hukum dapat diartikan sebagai tindakan

menerapkan perangkat sarana hukum tertentu untuk memaksan sanksi hukum

guna menjamin pentaatan terhadap ketentuan yang ditetapkan tersebut sedangkan

Page 18: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

menurut Satjipto Rahardjo penegakan hukum adalah suatu proses untuk

mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan.7

Secara konsepsional, inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan

menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaedah-kaedah yang

terwujud dalam serangkaian nilai untuk menciptakan, memelihara, dan

mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Lebih lanjut keberhasilan

penegakan hukum mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempunyai

arti yang netral sehingga dampak negative atau positifnya terletak pada isi faktor-

faktor tersebut. Faktor-faktor ini merupakan esensi serta tolak ukur dari efektivitas

penegakan hukum.

Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Hukum (undang-undang),

b. Penegakan hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk mapun

menerapkan hukum,

c. Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum,

d. Masyarakat, yakni dimana hukum tersebut diterapkan,

e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.8

Di dalam suatu negara yang sedang membangung, fungsi hukum tidak

hanya sebagai alat control sosial atau sarana untuk menjaga stabilitas semata, akan

7 Satjipto Rahardjo, 1983, Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru: Bandung, hlm. 24. 8 Soerjono Soekanto, 1983, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja

Grafindo Persada, hlm. 5.

Page 19: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

tetapi juga sebagai alat untuk melakukan pembaharuan atau perubaan di dalam

suatu masyarakat, sebagaimana disbutkan oleh Roscoe Pound salah seorang tokoh

Sosilogical Jurisprudence dimana sebagai salah satu usaha dalam menanggulangi

kejahatan dalam penegakan hukum pidana rasional. Penegakan hukum pidana

yang rasional tersebut terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap formulasi, tahap aplikasi,

dan tahap eksekusi yaitu:

a. Tahap formulasi, adalah tahap penegakan hukum pidana in abstracto oleh

badan pembentuk undang-undang, dalam tahap ini pembentuk undang-

undang melakukan kegiatan memilih nilai-nilai yang sesuai dengan

keadaan dan situasi masa kini dan masa yang akan dating, kemudian

merumuskannya dalam bentuk peraturan perundang-undangan pidana

untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang paling baik, dalam

arti memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Tahap ini dapat juga disebut

dengan tahap kebijakan legislative.

b. Tahap aplikasi, tahap penerapan hukum pidana oleh aparat-aparat penegak

hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan hingga pengadilan. Dalam tahap

ini aparat penegak hukum menegakkan serta menerapkan peraturan

perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh pembentuk undang-

undang. Dalam melaksanakan tugas ini, apparat penegak hukum harus

memegang teguh nilai-nilai keadilan. tahap kedua ini dapat juga disebut

tahap kebijakan yudikatif.

c. Tahap eksekusi, yaitu tahap penegakan (pelaksanaan) hukum pidana

secara konkrit oleh aparat pelaksana pidana. Dalam tahap ini aparat

Page 20: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

pelaksana pidana bertugas menegakkan peraturan pidana yang telah dibuat

oleh aparat pembentuk undang-undang melalui penerapan pidana yang

telah ditetapkan oleh pengadilan. Aparat pelaksana dalam menjalankan

tugasnya harus berpedoman kepada peraturan perundang-undangan pidana

yang telah dibuat oleh pembentuk undang-undang. 9

1.7.2 Kesadaran hukum

Kesadaran hukum merupakan suatu keyakinan yang ditimbul dalam diri

individu maupun masyarakat sehingga individu maupun masyarakat tersebut

menaati aturan-aturan yang telah dibuat. Kesadaran hukum tidak terlepas dari

nilai moral yang hidup dalam masyarakat. Jika individu maupun masyarakat

tersebut memiliki nilai moral yang baik, maka kesadaran hukum individu maupun

masyarakat itu akan terbangun dengan baik. Pembentukan kesadaran hukum bagi

individu maupun masyarakat, harus dilakukan sejak dini agar supaya kesadaran

hukum itu tertanam didalam diri setiap individu maupun masyarakat tersebut.

Di dalam ilmu hukum dikenal adanya beberapa pendapat tentang kesadaran

hukum. Di antara sekian banyaknya pendapat, terdapat suatu rumusan yang

menyatakan, bahwa sumber satu-satu hukum dan kekuatan mengikat adalah

kesadaran hukum masyarakat.10

Perubahan besar-besaran terjadi atas struktur sosial dan sistem sosial bangsa

ini suatu perubahan fundamental yang mencabut sampai akar-akarnya struktur dan

sistem kolonialisme di Indonesia. Perubahan ini merupakan perwujudan dalam hal

9 Mulyadi dan Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra

Aditya Bakti: Bandung, hlm. 173. 10 Soerjono Soekanto, 2010, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Jakarta : Rajawali Press,

hlm. 167.

Page 21: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

memperbaiki sistem hukum di Indonesia untuk meningkatkan kesadaran hukum

masyarakat yang diatur oleh undang-undang tersebut.11

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang rencana

pembangunan jangka panjang nasional tahun 2005-2025, menetapkan arah

pembangunan materi hukum, struktur hukum dan budaya hukum yang salah

satunya adalah peningkatan perwujudan masyarakat yang mempunyai kesadaran

hukum yang tinggi terus ditingkatkan dengan lebih memberikan akses terhadap

segala informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat, dan akses kepada masyarakat

terhadap pelibatan dalam berbagai proses pengambilan keputusan pelaksanaan

pembangunan nasional sehingga setiap anggota masyarakat manyadari dan

manghayati hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Akibatnya akan

terbentuk perilaku warga negara Indonesia yang mempunyai rasa memiliki dan

taat hukum.12

Menurut Soerjono Soekanto untuk mengetahui kesadaran hukum

masyarakat di dalam proses perubahan yang menjadi ciri dari pembangunan,

dengan demikian maka pokok-pokok yang harus diteliti adalah :

1. Proses hukum, yaitu bagaimana masyarakat bertindak di dalam kehidupan

hukum dengan mengambil tindakan-tindakan hukum yang banyak dilakukan

sebagai patokan.

2. Alasan dan latar belakang proses hukum tersebut

11 Sudjono Dirdjosisworo, 1983, sosiologi hukum, Jakarta : Rajawali Press, hlm. 83. 12 Fence M. Wantu, 2010, Idee Des Recht kepastian hukum, keadilan dan

kemamfaatan(implementasi dalam proses peradilan perdata), Yogyakarta : Pustaka pelajar ,hlm.

3.

Page 22: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

3. Apakah proses hukum tersebut selaras atau tidak sesuai dengan peraturan-

peraturan tertulis yang berlaku

4. Mengapa terdapat keselarasan atau bahkan ketidaksesuaian antara proses

hukum dengan peraturan-peraturan tertulis yang berlaku.13

Mempertanyakan kesadaran hukum masyarakat pada prinsipnya

mempertanyakan juga aspek penegakan hukum, yang pernah dilakukan oleh

Soerjono Soekanto tentang kesadaran dan kepatuhan hukum di tahun di tahun

1982, membuka pintu kajian semakin jelas akan pentingnya keterlibatan

masyarakat dalam mematuhi secara sadar konsepsi hukum yang telah disahkan

dan dilaksanakan secara konsekuen dalam komunikasi/hubungan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara bahkan berpolitik. Sejak awal tidak ada kesepakatan

yang jelas tentang konsepsi kesadaran hukum. Juga dipertanyakan apakah

kesadaran hukum sama dengan perasaan hukum. J.J. Von Schmid memberikan

ulasan tentang perasaan hukum, yaitu bahwa penelitian hukum yang timbul secara

serta merta dari masyarakat. Sedangkan kesadaran hukum lebih banyak

merupakan perumusan dari kalangan hukum mengenai penilaian tersebut, yang

telah dilakukannya melalui penafsiran secara ilmiah. Paul Scholten menyebutkan

kesadaran hukum merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat di dalam diri

manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan ada,

sebenarnya yang ditekankan adalah nilai-nilai tentang fungsi hukum dan bukan

suatu penilaian hukum terhadap kejadian yang konkrit dalam masyarakat yang

bersangkutan. Munculnya kesadaran hukum didorong oleh sejauh mana

13 Soerjono soekanto, 2010, pokok-pokok sosiologi hukum, Jakarta : Rajawali press, hlm. 169.

Page 23: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

kepatuhan kepada hukum yang didasari oleh: indoctrination, habituation, utility,

dan group indentification. Proses itu terjadi melalui internalisasi dalam diri

manusia. Kadar internalisasi inilah yang selanjutnya memberikan motivasi yang

kuat dalam diri manusia atas persoalan penegakan hukum. Soerjono Soekanto

menyatakan terdapat empat indikator kesadaran hukum yang masing-masing

merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya, yaitu : pengetahuan hukum,

pemahaman hukum, sikap hukum, dan pola perilaku hukum. Adapun faktor-faktor

yang mempengaruhi penegakan hukum, yaitu: faktor hukumnya sendiri (UU),

faktor penegakan hukum, faktor sarana atau fasilitas, faktor kesadaran hukum

masyarakat, dan faktor kebudayaan.14

Masalah yang timbul kemudian berkaitan dengan bekerjanya hukum itu

adalah pertanyaan mengenai apakah hukum yang dijalankan di dalam masyarakat

itu benar-benar mencerminkan gambaran hukum yang terdapat di dalam peraturan

hukum tersebut. Pertanyaan demikian, purbacaraka membedakan tiga hal tentang

berlakunya hukum, yaitu hukum berlaku neraca filosofis, secara yuridis dan

sosiologis. Berlaku secara filosofis, bahwa hukum tersebut sesuai dengan cita-cita

hukum, yakni sebagai nilai positif yang tertinggi. Sedangkan hukum berlaku

secara yuridis, terdapat anggapan, bahwa apabila penetuannya didasarkan pada

kaidah yang lebih tinggi tingkatannya (Hans Kelsen) atau terbentuk menurut cara

yang ditetapkan (W.Zevenbergen). Bagi studi hukum dalam masyarakat, maka

yang terpenting adalah hal berlakunya hukum secara sosiologis (efektivitas

hukum). Studi efektivitas hukum adalah suatu kegiatan yang memperlihatkan

14 Saifullah, 2010, Refleksi sosiologi hukum, Bandung : refika aditama, hlm. 105.

Page 24: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

suatu strategi perumusan masalah yang bersifat umum, yaitu suatu perbandingan

realitas hukum dengan ideal hukum, yaitu terdapat jenjang antara hukum dalam

tindakan ( law in action) dengan hukum dalam teori ( law in teory). Roscoe Pound

membuat perbedaan yang kemudian menjadi sangat terkenal di dalam ilmu

hukum, yaitu antara law in the books dan law in actions. Pembedaan ini

mencakup persoalan-persoalan antara lain, apakah tujuan yang secara tegas

dikehendaki oleh suatu peraturan itu sama dengan efek peraturan itu dalam

kenyataannya. Studi efektivitas hukum, adalah menelaah apakah hukum itu

berlaku, dan untuk mengetahui berlakunya hukum tersebut, Black menganjurkan

agar membandingkan antara ideal hukum, yakni kaidah yang dirumuskan dalam

undang-undang atau keputusan hakim, dengan realitas hukum. Soerjono Soekanto

berkaitan dengan realiatas hukum im menyatakan bahwa apabila seseorang

mengatakan bahwa suatu kaidah hukum berhasil atau gagal mencapai tujuannya,

maka hal itu biasanya diukur apakah pengaruhnya berhasil mengatur sikap tindak

atau perilaku tertentu, sehingga sesuai dengan tujuannya atau tidak. Kepatuhan

seseorang terhadap hukum seringkali dikaitkan dengan persoalan-persoalan di

seputar kesadaran hukum seseorang tersebut. Dengan lain perkataan, kesadaran

hukum menyangkut masalah apakah ketentuan hukum tertentu benar-benar

berfungsi atau tidak dalam masyarakat. Satjipto Rahardjo memberikann

pengertian kesadaran hukum sebagai kesadaran masyarakat untuk menerima dan

menjalankan hukum sesuai dengan ratio pembentukannya. Mertokusumo

memberikan pengertian kesadaran hukum sebagai kesadaran tentang apa yang

seyogyanya dilakukan atau perbuat atau seyogyanya tidak dilakukan atau perbuat

Page 25: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

terutama terhadap orang lain. Kesadaran hukum seringkali juga dikaitkan dengan

efektivitas hukum. Dengan kata lain, kesadaran hukum menyangkut masalah

apakah ketentuan hukum tertentu benar-benar berfungsi atau tidak dalam

masyarakat. Untuk menggambarkan keterkaitan antara kesadaran hukum dengan

ketaatan hukum terdapat suatu hipotesis, yaitu kesadaran hukum yang tinggi

menimbulkan ketaatan terhadap hukum, sedangkan kesadaran hukum yang lemah

mengakibatkan timbulnya ketidaktaatan terhadap hukum.15

1.7.3 Efektivitas Hukum

Efektivitas mengandung arti keefektifan pengaruh efek keberhasilan atau

kemanjuran atau kemujaraban, membicarakan keefektifan hukum tentu tidak

terlepas dari penganalisisan terhadap karakteristik dua variabel terkait yaitu:

karakteristik atau dimensi dari obyek sasaran yang dipergunakan.16

Ketika berbicara sejauh mana efektivitas hukum maka kita pertama-tama

haru dapat mengukur sejauh mana aturan hukum itu ditaati atau tidak ditaati.jika

suatu aturan hukum ditaati oleh sebagian besar target yang menjadi sasaran

ketaatannya maka akan dikatakan aturan hukum yang bersangkutan adalah

efektif17

Derajat dari efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto, ditentukan oleh

taraf kepatuhan masyarakat terhadap hukum, termasuk para penegak hukumnya,

15 Muslan Abdurrahman, 2009, Sosiologi dan metode penelitian hukum, Malang : UMM

Press, hlm. 37.

. 16 Barda Nawawi Arief, 2013, Kapita Selekta Hukum Pidana, ctk Ketiga, Citra Aditya

Bandung, hlm. 67.

17 Salim,H.S dan Erlis Septiana Nurbani, 2013, Penerapan Teori Hukum Pada Tesis dan

Disertasi, Edsis Pertama, ctk Kesatu, Rajawali Press, Jakarta, hlm. 375.

Page 26: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

sehingga dikenal asumsi bahwa,”taraf kepatuhan yang tinggi adalah indikator

suatu berfungsinya suatu sistem hukum. Dan berfungsinya hukum merupakan

pertanda hukum tersebut mencapai tujuan hukum yaitu berusaha untuk

mempertahankan dan melindungi masyrakat dalam pergaulan hidup.”18

Beberapa pendapat mengemukakan tentang teori efektivitas seperti

Bronislav Molinoswki, Clerence J Dias, Allot dan Murmer. Bronislav Malinoswki

mengemukakan bahwa teori efektivitas pengendalian sosial atau hukum, hukum

dalam masyarakat dianalisa dan dibedakan menjadi dua yaitu:

(1) Masyarakat modern,

(2) Masyarakat primitif,

Masyarakat modern merupakan masyarakat yang perekonomiannya

berdasarkan pasar yang sangat luas, spesialisasi di bidang industri dan pemakaian

teknologi canggih,didalam masyarakat modern hukum yang di buat dan ditegakan

oleh pejabat yang berwenang.19

Pandangan lain tentang efektivitas hukum oleh Clerence J Dias

mengatakan bahwa terdapat 5 (lima) syarat bagi efektif tidaknya satu sistem

hukum meliputi:

1. Mudah atau tidaknya makna isi aturan-aturan itu ditangkap.

18 Soerjono Soekanto, 1985, Efektivitas Hukum dan Peranan Saksi, Remaja Karya

Bandung, hlm. 7.

Page 27: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

2. Luas tidaknya kalangan didalam masyarakat yang mengetahui isi aturan-

aturan yang bersangkutan.

3. Efisien dan efektif tidaknya mobilisasi aturan-aturan hukum dicapai dengan

bantuan aparat administrasi yang menyadari melibatkan dirinya kedalam

usaha mobilisasi yang demikian, dan para warga masyrakat yang terlibat

dan merasa harus berpartisipasi dalam proses mobilisasi hukum.

4. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak hanya harus mudah

dihubungi dan dimasukan oleh setiap warga masyarakat, akan tetapi harus

cukup efektif menyelesaikan sengketa.

5. Adanya anggapan dan pengakuan yang cukup merata di kalangan warga

masyarakat yang beranggapan bahwa aturan-atauran dan pranata-pranata

hukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu efektif.

Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang

mengemukakan tentang keberlakuan hukum dapat efektif apabila :

1. Relevansi aturan hukum dengan kebutuhan orang yang menjadi target.

2. Kejelasan dari rumusan subtansi aturan hukum, sehingga mudah dipahami

oleh orang yang menjadi target hukum.

3. Sosialisasi yang optimal kepada semua orang yang menjadi target hukum.

4. Undang-undang sebaiknya bersifat melarang, bukan bersifat

mengharuskan. Pada umumnya hukum prohibitur lebih mudah

dilaksanakan daripada hukum mandatur.

5. Sanksi yang akan diancam dalam undang-undang harus dipadankan dengan

sifat undang-undang yang dilanggar, suatu sanksi yang tepat untuk tujuan

Page 28: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

tertentu, mungkin saja tidak tepat untuk tujuan lain. Berat sanksi yang

diancam harus proporsional dan memungkinkan untuk dilaksanakan.20

Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa dalam sosiologi hukum masalah

kepatuhan atau ketaatan hukum terhadap kaidah-kaidah hukum pada umumnya

telah menjadi faktor yang pokok dalam mengukur efektif tidaknya sesuatu yang

ditetapkan dalam hukum ini.21

Efektivitas Hukum yang dikemukakan oleh Anthoni Allot sebagaimana

dikutip Felik adalah sebagai berikut:

“Hukum akan mejadi efektif jika tujuan keberadaan dan penerapannya dapat

mencegah perbuatan-perbuatan yang tidak diinginkan dapat menghilangkan

kekacauan. Hukum yang efektif secara umum dapat membuat apa yang

dirancang dapat diwujudkan. Jika suatu kegelapan maka kemungkinan terjadi

pembetulan secara gampang jika terjadi keharusan untuk melaksanakan atau

menerapkan hukum dalam suasana baru yang berbeda, hukum akan sanggup

menyelsaikan.”22

Keberlakuan hukum berarti bahwa orang bertindak sebagaimana seharusnya

sebagai bentuk kepatuhan dan pelaksana norma jika validitas adalah kualitas

hukum, maka keberlakuan adalah kualitas perbuatan manusia sebenaranya bukan

tentang hukum itu sendiri.10 Selain itu wiiliam Chamblish dan Robert B seidman

mengungkapkan bahwa bekerjanya hukum dimasyarakat dipengaruhi oleh all

20 Ibid. 21 Soerjono Soekanto, 1996, Sosiologi Suatau pengantar, Rajawali Pers, Bandung,

hlm.20.

22 Salim H.S dan Erlis Septiana Nurbani, Op.cit, hlm. 303.

Page 29: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

other societal personal force (semua ketakutan dari individu masyarakat) yang

melingkupi seluruh proses.23

Studi efektivitas hukum merupakan suatu kegiatan yang memperlihatkan

suatu strategi perumusan masalah yang bersifat umum, yaitu suatu perbandingan

antara realitas hukum dan ideal hukum, secara khusus terlihat jenjang antara

hukum dalam tindakan (law in action) dengan hukum dalam teori (law in theory)

atau dengan kata lain kegiatan ini akan memperlihatkan

Bustanul Arifin yang dikutip oleh Raida L Tobing, mengatakan bahwa dalam

negara yang berdasarkan hukum, berlaku efektifnya sebuah hukum apabila

didukung oleh tiga pilar, yaitu:

a. Lembaga atau penegak hukum yang berwibawa dapat diandalkan

b. Peraturan hukum yang jelas sistematis.

c. Kesadaran hukum masyarakat tinggi.24

1.7.4 Teori Penanggulangan

Dilihat dari sudut kejahatan, upaya penanggulangan kejahatan tentunya

tidak dapat dilakukan secara parsial dengan hukum pidana saja, tetapi harus juga

ditempuh dengan pendekatan secara integral yang harus dilakukan oleh yang

melakukan penanggulangan.

23 Robert B seidman, 1971, Law order and Power, Adition Publishing Company Wesley

Reading massachusett , hlm. 13.

24 Soleman B Taneko, 1993, Pokok-Pokok Studi Hukum dalam Masyarakat, Rajawali

Press, Jakarta, hlm. 48.

Page 30: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

Upaya penanggulangan maupun pencegahan agar tidak ada lagi kerugian

materil maupun moril yang dapat dilakukan terdapat 3 teori, antara lain:

- Upaya Pre-emtif

Yang dimaksud dengan upaya Pre-emtif di sini adalah upaya-upaya awal

yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya kejahatan.

Usaha-usaha yang dilakukan dalam penanggulangan kejahatan secara pre-emtif

adalah menanamkan nilai-nilai atau norma-norma yang baik sehingga norma-

norma tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang. Meski ada kesempatan untuk

melakukan pelanggaran atau kejahatan tapi tidak ada niatnya untuk melakukan hal

tersebut maka tidak akan terjadi tindak pidana.

- Upaya preventif

Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya atau timbulnya

kejahatan yang pertama kali. Mencegah kejahatan lebih baik dari pada mencoba

untuk mendidik penjahat menjadi lebih baik kembali, sehingga menimbulkan

ketegangan-ketegangan sosial yang mendorong timbulnya perbuatan menyimpang

juga meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat bahwa keamanan dan

ketertiban merupakan tanggung jawab bersama.

Langkah-langkah preventif tersebut meliputi:

1. Peningkatan kesejahteraan rakyat untuk mengurangi pengangguran, yang

dengansendirinya akan mengurangi kejahatan.

Page 31: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

2. Memperbaiki sistem administrasi dan pengawasan untuk mencegah

terjadinya penyimpangan-penyimpangan.

3. Peningkatan penyuluhan hukum untuk memeratakan kesadaran hukum

rakyat.

4. Menambah personil kepolisian dan personil penegak hukum lainnya.

5. Meningkatkan ketangguhan moral serta profesionalisme bagi para

pelaksana penegak hukum. 25

- Upaya represif

Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan secara

konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan. Penanggulangan dengan

upaya represif dimaksudkan untuk menindak para pelaku kejahatan sesuai dengan

perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan

yang dilakukannya merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan

masyarakat, sehingga tidak akan mengulanginya dan oang lain juga tidak akan

melakukannya mengingat sanksi yang akan ditanggungnya sangat berat.

Langkah-langkah konkrit dari upaya represif adalah:

1. Jika menyimpang dari norma hukum adat masyarakat sansksi diberikan

oleh masyarakat setempat dengan cara dikucilkan dan tidak dihargai di

dalam dan di masyarakat.

25 Atmasasmita Ramli, 1997, Krimonologi, Penerbit Mandar Maju, Bandung, hlm. 45.

Page 32: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

2. Jika melanggar kaidah hukum positif apalagi hukum pidana positif, dapat

dipidana berdasarkan ketentuan hukum tertulis. Hukuman bisa berbentuk

pidana kurungan, denda, penjara, ataupun pidana mati. 26

1.7.5 Teori Kriminologi

Kriminologi adalah keseluruhan pengetahuan yang membahas kejahatan

sebagai suatu gejala sosial. Nama kriminologi yang ditemukan oleh P. Topinard

(1830-1911) seorang ahli antropologi Perancis, yang secara hafiah, menjelaskan

kriminologi berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan atau jahat dan

“logos” yang berarti ilmu pengetahuan, maka kriminologi dapat berarti ilmu

tentang kejahatan atau penjahat.27

Berikut definisi – definisi kriminologi menurut para ahli :

E.H.Suthrland

“Kriminologi merupakan keseluruhan pengetahuan yang membahas kejahatan

sebagai suatu gejala sosial. Dalam ruang lingkup pembahasan ini termasuk

proses-proses pembuatan undang-undang, pelanggaran undang-undang dan reaksi

terhadap pelanggaran undang-undang. Proses-proses dimaksud meliputi tiga aspek

yang merpuakan suatu kesatuan hubungan sebab-akibat yang saling

mempengaruhi.”

W.A Bonger “Memberikan batasan bahwa”kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang

bertujuan menyelidiki kejahatan seluas-luasnya”. Bonger, dalam meberikan

batasan kriminologi, membagi kriminologi ke dalam dua aspek:

kriminologi praktis, yaitu kriminologi yang berdasarkan hasil penelitiannya

disimpulkan manfaat praktisnya.

kriminologi teoritis, yaitu ilmu pengetahuan yang berdasarkan pengelamannya

seperti ilmu pengetahuan lainnya yang sejenis, memperhatikan gejala-gejala

kejahatan dan mencoba menyelidiki sebab dari gejala tersebut (etiologi) dengan

metode yang berlaku pada kriminologi.28

26 Saeharodji, H Hari, 1980, Pokok-pokok Kriminologi, Aksara Baru, Jakarta, hlm. 12. 27 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2002, Kriminologi, PT Grafindo, Jakarta, hlm.

10. 28 Ibid, hlm. 3.

Page 33: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

SUTHERLAND Merumuskan, (The Body of Knowledge regarding crime as social Phenomenon)

kriminologi sebagai keseluruhan ilmu pengetahuan yang bertalian dengan

perbuatan jahat sebagai gejala sosial, menurut SUTHERLAND Kriminologi

mencakup proses-proses pembuatan hukum, pelanggaran hukum dan reaksi atas

pelnggaran hukum. sehingga olehnya dibagi menjadi empat yaitu:

1. Sosiologi Hukum, ilmu tentang perkembangan hukum.

2. Etiologi Hukum yang mencoba melakukan analisa ilmiah mengenai sebab-

sebab kejahatan;

3. Penologi yang menaruh perhatian atas perbaikan narapidana.

4. Etiologi Hukum yang mencoba melakukan analisa ilmiah mengenai sebab-

sebab kejahatan;

PAUL MUDIGDO MULYONO Tidak sependapat dengan definisi yang diberikan SUTHERLAND. menurutnya

definisi itu seakan-akan tidak memberikan gambaran bahwa pelaku kejahatan

itupun mempunyai andil atas terjadinya kejahatan, oleh karena terjadinya

kejahatan bukan semata-mata perbuatan yang ditentang oleh masyarakat, akan

tetapi adanya dorongan dari sipelaku untuk melakukan perbuatan jahat yang

ditentang oleh masyarakat tersebut. Karenanya PAUL MUDIGDO MULYONO

memberikan definisi Kiminologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari

kejahatan sebagai masalah manusia.29

Terdapat beberapa teori dalam Kriminologi yang dapat dikelompokkan ke

dalam kelompok teori yang menjelaskan peranan dari faktor struktur sosial yang

mendukung timbulnya kejahatan, yaitu :

Teori Anomi : konsep anomi oleh R.Marton diformulasikan dalam rangka

menjelaskan keterkaitan antara kelas-kelas sosial dengan kecendrungan

pengadaptasiannya dalam sikap dan prilaku kelompok. Mengenai

penyimpangan dapat dilihat dari struktur sosial dan kultural.

Teori Differential Association : teori ini mengetengahkan suatu penjelasan

sistematik mengenai penerimaan pola-pola kejahatan.

29 Sri. Utari Indah, 2012, Aliran dan Teori Dalam Kriminologi, Thafa Media, Semarang,

hlm. 2.

Page 34: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

Teori Contro Social : teori ini berangkat dari suatu asumsi/anggapan bahwa

individu didalam masyarakat mempunyai kecendrungan yang sama akan

suatu kemungkinannya.

Teori Frustasi Status : status sosial-ekonomi masyarakat yang rendah

menyebabkan masyarakat tidak dapat bersaing dengan masyarakat kelas

menengah.

Teori Konflik : pada dasarnya menunjukan pada perasaan dan keterasingan

khususnya yang timbul dari tidak adanya kontrol seseorang atas kondisi

kehidupannya sendiri.

Teori Lebeling : teori untuk mengukur mengapa terjadinya kejahatan.

Pendekatan labeling dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu persoalan

bagaimana dan mengapa seseorang memperoleh cap atau lebel, persoalan

kedua adalah bagaimana labeling mempengaruhi seseorang.30

1.8 Hipotesis

Hipotesis pada dasarnya adalah merupakan pernyataan tentang sesuatu

yang untuk sementara waktu dianggap benar. Dikaitkan dengan penelitian,

hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang umumnya

dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Berdasarkan landasan teori yang telah

diuraikan diatas, maka terhadap permasalahan-permasalahan yang diajukan dapat

ditarik hipotesis sebagai berikut:

1. Modus operandi apakah yang sering dipakai pelaku untuk mencuri kendaraan

bermotor di Denpasar?

30 Ibid, hlm. 13.

Page 35: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

- Banyak berbagai macam modus operandi yang dilakukan pelaku

pencurian kendaraan bermotor di kota-kota besar, modus operandi itu

adalah bentuk atau cara. Modus Operandi yang dipakai seperti

menggunakan kunci T, memakai cairan setan, memakai kekerasan dan

masih banyak lagi. Khususnya di Denpasar salah satu modus operandi

yang sering dilakukan pelaku tindak pidana pencurian kendaraan bermotor

adalah modus operandi menukar plat nomor kendaraan, modus operandi

kejahatan ini tergolong baru. Para pelaku biasanya beraksi di tempat-

tempat perbelanjaan. Cara yang digunakan sangat simple, yakni para

pelaku datang ke lokasi dengan membawa plat nomor kendaraan berikut

STNK palsu.

Setelah itu, pelaku mencari kendaraan yang posisinya tidak terlihat

penjaga parkir. Biasanya kendaraan yang diincar harus seusai STNK. Dan

pelaku menukar plat nomor kendaraan yang sama dengan tertera di STNK.

Setelah terpasang, pelaku akan aman saat keluar dari loket parker

karena kendaraan yang dibawanya sesuai dengan STNK. Demi

melancarkan rencananya itu, biasanya pelaku berani mengatakan tiket

parker hilang. Dengan hanya menunjukan STNK dan membayar denda,

pelaku pun bisa kabur.

2. Bagaimana upaya penanggulangan pihak kepolisian polresta dalam

menanggulangi kejahatan pencurian kendaraan bermotor di Denpasar?

Page 36: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

Upaya penanggulangan pencurian kendaraan bermotor ini sudah dilakukan

oleh pihak kepolisian untuk menekan kejahatan pencurian bermotor ini

dengan cara:

- Upaya penanggulangan Pre-Emtif

Yang dimaksud dengan upaya Pre-emtif di sini adalah upaya-upaya

awal yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya

kejahatan. Usaha-usaha yang dilakukan dalam penanggulangan kejahatan

secara pre-emtif adalah menanamkan nilai-nilai atau norma-norma yang baik

sehingga norma-norma tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang. Meski

ada kesempatan untuk melakukan pelanggaran atau kejahatan tapi tidak ada

niatnya untuk melakukan hal tersebut maka tidak akan terjadi tindak pidana.

Jadi dalam usaha pre-emtif faktor niat menjadihilang meski ada kesempatan.

Cara pencegahan ini berasal dari teori NKK, yaitu; niat + kesempatan terjadi

kejahatan. Contohnya, di tengah malam pada saat lampu merah lalu lintas

menyala maka pengemudi itu akan berhenti dan mematuhi aturan lalu lintas

tersebut meskipun pada waktu itu tidak ada polisi yang berjaga. Hal ini selalu

terjadi di banyak negara seperti Singapura, Australia dan negara-negara

lainnya di dunia. Jadi dalam upaya pre-emtif faktor niat tidak terjadi.

- Upaya preventif

Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya atau timbulnya

kejahatan yang pertama kali. Mencegah kejahatan lebih baik dari pada

mencoba untuk mendidik penjahat menjadi lebih baik kembali, sehingga

menimbulkan ketegangan-ketegangan sosial yang mendorong timbulnya

Page 37: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

perbuatan menyimpang juga meningkatkan kesadaran dan partisipasi

masyarakat bahwa keamanan dan ketertiban merupakan tanggung jawab

bersama.

Langkah-langkah preventif tersebut meliputi:

1. Peningkatan kesejahteraan rakyat untuk mengurangi pengangguran, yang

dengansendirinya akan mengurangi kejahatan.

2. Memperbaiki sistem administrasi dan pengawasan untuk mencegah

terjadinya penyimpangan-penyimpangan.

3. Peningkatan penyuluhan hukum untuk memeratakan kesadaran hukum

rakyat.

4. Menambah personil kepolisian dan personil penegak hukum lainnya.

5. Meningkatkan ketangguhan moral serta profesionalisme bagi para

pelaksana penegak hukum.

- Upaya represif

Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan secara

konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan. Penanggulangan

dengan upaya represif dimaksudkan untuk menindak para pelaku kejahatan

sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar

bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan yang melanggar

hukum dan merugikan masyarakat, sehingga tidak akan mengulanginya dan

oang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi yang akan

ditanggungnya sangat berat.

Langkah-langkah konkrit dari upaya represif adalah:

Page 38: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

1. Jika menyimpang dari norma hukum adat masyarakat sansksi diberikan

oleh masyarakat setempat dengan cara dikucilkan dan tidak dihargai di

dalam dan di masyarakat.

2. Jika melanggar kaidah hukum positif apalagi hukum pidana positif, dapat

dipidana berdasarkan ketentuan hukum tertulis. Hukuman bisa berbentuk

pidana kurungan, denda, penjara, ataupun pidana mati.31

1.9 Metode Penelitian

Menurut Kartini Kartono, metode penelitian adalah cara-cara berfikir dan

berbuat, yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian dan guna

mencapai tujuan.32 Dari uraian tersebut di atas dapat dipahami, bahwa peneitian

pada dasarnya adalah suatu kegiatan yang terencana dilakukan dengan metode

ilmiah bertujuan untuk mendapatkan data baru guna mendapatkan kebenaran

ataupun ketidak benaran dari suatu gejala yang ada.

1.9.1. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis empiris, dimana

suatu prosedur yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan

meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan

mengadakan penelitian terhadap data primer di lapangan. Metode yuridis empiris

ini penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan

meneliti bagaimana bekerjanya hukum dalam lingkungan masyarakat.

Dikarenakan dalam penelitian ini meneliti orang dalam hubungan hidup di

masyarakat maka penelitian hukum yuridis empiris dapat dikatakan sebagai

31 Ibid, hlm. 12. 32 Kartini Kartono, 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi, Ilmu Hukum

Dalam Hilman Adikusuma, Penerbit Mandar Maju Bandun, hlm. 58.

Page 39: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

penelitian hukum sosiologis. Dapat dikatakan bahwa penelitian hukum yang

diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam suatu masyarakat.

1.9.2 Jenis Pendekatan

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

kasus dan pendekatan fakta. Pendekatan kasus dilakukan dengan cara meneliti

kasus-kasus yang telah terjadi di Denpasar. Sedangkan pendekatan fakta

digunakan dengan mengadakan penelitian terhadap data dan wawancara langsung

terhadap pihak-pihak terkait.

1.9.3 Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini bertujuan menggambarkan

secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok terntetu, atau

untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya

hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Penelitian ini

menggambarkan tentang penanggulangan terhadap pencurian kendaraan bermotor

di Denpasar (studi kasus wilayah hukum POLRESTA Denpasar)

1.9.4 Sumber Bahan Hukum atau Data

Berdasarkan atas penggunaan Data Hukum Primer dan Data Hukum

Sekunder dalam penelitian hukum yuridis empiris. Masing-masing dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Data hukum primer yang digunakan adalah data yang bersumber dari suatu

penelitian lapangan, yaitu suatu data yang diperoleh langsung dari sumber

di lapangan yaitu baik dari responden maupun informan. Data primer yang

di gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan melakukan

Page 40: DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN … fileiii 3.1 Modus Operandi Yang Dilakukan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor di Indonesia ..... 50 3.2 Modus Operandi Pelaku Pencurian

wawancara langsung dengan kepala bagian yang mengurusi kriminal

umum di POLRESTA Denpasar

2. Data hukum sekunder terdiri atas buku-buku hukum (text book), jurnal-

jurnal hukum, karya tulis hukum atau pandangan ahli hukum yang termuat

dalam media masa, kitab undang-undang hukum dan internet dengan

menyebutkan nama situsnya.

1.9.5 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data tertentu sesuai

dengan data yang berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi ini. Teknik yang

digunakan antara lain.

1. Penelitian lapangan (field research), penelitian ini dilakukan dengan

cara terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data primer.

2. Penelitian pustaka (library research), penelitian ini dilakukan dengan

cara mengumpulkan data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum.

1.9.6 Teknik Analisis

Setelah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder terkumpul, maka

bahan hukum tersebut diolah dan dianalisa dengan mempergunakan metode

kualitatif. Setelah melalui proses pengolahan data analisis, kemudian bahan

hukum tersebut disajikan secara deskriptif analisis. Deskriptif artinya adalah

pemaparan hasil penelitian secara sistematis dan menyuluruh menyangkut fakta

yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Sedangkan analisis artinya

fakta yang berhubungan penelitian dianalisis secara cermat, sehingga di dapatkan

kesimpulan hasil penilitian.