DAFTAR ISI - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/2077/1/Teknoin Chairul Irawan.pdf · selulosa yang...
Transcript of DAFTAR ISI - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/2077/1/Teknoin Chairul Irawan.pdf · selulosa yang...
DAFTAR ISI
(Vol. 3 : Teknik Informatika dan Teknik Kimia)
Kata Pengantar
Ketua Panitia Seminar Nasional TEKNOIN 2013
Sambutan
Dekan Fakultas Teknologi Industri UII
Daftar Isi
Makalah Utama
Sistem Pendukung Keputusan Rekomendasi Pengadaan Buku Perpustakaan PENS
Dengan Metode AHP
Wiratmoko Yuwono
C-1
Variasi Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Mendukung Bisnis
Industri Kecil Menengah
Panji Wishnumurti, Achmad Djunaedi, Wing Wahyu Winarno
C-6
Rancang Bangun Aplikasi Wireless Controller Untuk Perangkat-Perangkat Hotspot
Berbasis DD-WRT
Idris Winarno, Fitri Setyorini
C-14
Penggunaan Sistem Cerdas untuk Mengenali Dosen S2 TE UGM pada Lingkungan
User Context Aware
Amarudin, Widyawan, Warsun Najib
C-19
Pengelompokan Koperasi Untuk Analisis Kesehatan Koperasi Menggunakan Fuzzy C-
Means (Studi Kasus Dinas Koperasi Dan UMKM Kabupaten Jember)
Budi Satria Bakti, Sri Kusumadewi
C-27
Adaptive E-Marketing Produk UMKM Berbasis Service Oriented Architecture
Wiharto, Wisnu Widiarto, Abdul Aziz
C-34
Pemanfaatan Seed Region Growing Segmentation dan Momentum Backpropagation
Neural Network untuk Klasifikasi Jenis Sel Darah Putih
Nurcahya Pradana T.P., Esti Suryani, Wiharto
C-41
Perhitungan Konsentrasi Polifenol Terekstrak (CAL) dan Koefisien Transfer Massa
Volumetris Overall (kca) pada Leaching Polifenol dari Kulit Apel Malang dengan
Pelarut Metanol-HCl 1% pada Berbagai Diameter Partikel
Eni Budiyati, Tri Utami
D-1
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak abu dan Waktu Perebusan Terhadap Kuat Tarik Serat
Pada Proses Delignifikasi Bambu Apus (Gigantochloa apus ) dengan Ekstrak Abu
Kelopak Batang Pisang
Endah Sulistiawati, Imam Santosa
D-7
Pembuatan Serat Tekstil Alami Dari Pohon Pisang Dengan Proses Delignifikasi
Menggunakan Ekstrak Abu Limbah Pohon Pisang Dan Identifikasinya
Imam Santosa
D-12
Pemanfaatan Limbah Batang Pisang (Musa sp.) di Kalimantan Selatan sebagai
Alternatif Bahan Baku Pembuatan Kertas
Chairul Irawan, Dwita Ariyanti, Pradifta Hernanda
D-17
Pengembangan Model Matematik untuk Memperoleh Tegangan Permukaan Larutan
Zat Warna pada Pencelupan Benang Kapas
Dalyono
D-24
Teknik Inaktivasi Enzim Gaultherase dan Ekstraksi Gaultherin secara simultan
dengan pelarut Etanol merupakan salah satu cara untuk pengambilan Gaulterin dari
Gandapura (Gaultheria Fragantissima)
Priyono Kusumo, Mega Kasmiyatun, Mohammad Endy Yulianto
D-28
Identifikasi Spektroskopi pada Adsorpsi NO2 Menggunakan Katalis CuO/Zeolit Alam
Arif Hidayat, Sutarno
D-32
Produksi Glukosa dari Limbah Serat Kelapa Sawit dengan Diluted-Acid Hydrothermal
Treatment: Konversi dan Karakterisasi
Iryanti Fatyasari Nata, Rahayu Khairunnisa, Fatimah
D-36
Kinerja Kombinasi Dari Alat Pirolisis Dengan Destilasi Secara Sinambung Dalam
Memproduksi Asap Cair Tempurung Kelapa
Siti Jamilatun, Maryudi, Martomo Setyawan
D-40
Produksi Ultrafine Ammonium Perkhlorat Menggunakan Spray Dryer: Pendekatan
Similaritas
Mohamad Djaeni, Cynthia Anggi Maulina*, Ahdayani Rosarrah*, Nurul Asiah**, Ratnawati
D-45
Pengaruh Konsentrasi Umpan Terhadap Kinetika Reaksi Depolimerisasi Karagenan
Berbantu Ultrasonik
Ratnawati, Aji Prasetyaningrum, Dyah Hesti Wardhani
D-49
Proses Degumming dengan Perendaman Dalam Larutan Asam Sebagai Usaha
Peningkatan Mutu Serat Nanas
Sukirman dan Faisal RM
D-54
Pemanfaatan Limbah Batang Pisang (Musa
sp.) di Kalimantan Selatan sebagai Alternatif
Bahan Baku Pembuatan Kertas
Chairul Irawan*), Dwita Ariyanti, Pradifta Hernanda Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat
Jl. Jenderal A. Yani Km. 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan
* Email: [email protected]
Abstract- The demands of used paper in Indonesia are
increasing year by year. The data shown the
consumption used paper in 2005 reach 5,6 million ton,
then increased significantly in 2009 around 6,45 million
tons. This research is dealing with the investigation of
banana pseudo stem waste as the alternative raw
material to produce paper. This study utilized waste of
banana pseudo stem type Mahuli to analyze the effect of
solution volume and banana pseudo stem mass ratio
(L/kg), effect of chemical pulping temperature(oC) to the
yield of pulp, determined the yield of pulp, grammature
and moisture content of paper, and analyzed the
morphology structure of paper. Clean of banana pseudo
stem waste was reacted with NaOH solution in 60
minutes to produce pulp, then pulp was cleaned and
filtered. Pulp was printed using screen pulp and the pulp
was dried. The variation of chemical pulping
temperatures was 100oC, 110
oC and 120
oC; and the
ratio of solution volume and crops of banana pseudo
stem waste was 2/1, 3/1, 5/1 and 7/1 (L/kg). The results
showed that the highest yield reached in varied
operation conditions were about 29,57-76,21%, the
grammature and moisture content were about 83,83-
455,00 g/m2 and 4,67-22,67% respectively. The
morphology of paper was more fibrous than the
morphology of banana pseudo stem as raw material
which effected by pulping process.
Keywords: pulp, paper, banana pseudo stem waste, soda
process
I. PENDAHULUAN
Kertas merupakan salah satu produk industri
yang sangat penting. Kebutuhan kertas di Indonesia
meningkat setiap tahunnya, ditunjukkan dengan jumlah
kebutuhan kertas yang mencapai 5,60 juta ton pada tahun
2005 dan sebesar 6,45 juta ton pada tahun 2009 [1].
Konsekuensinya harus terus diupayakan penemuan
sumber daya baru sebagai alternatif bahan baku kayu [2,
3]. Salah satu bahan baku alternatif yang dapat digunakan
sebagai bahan pembuat kertas adalah batang pisang.
Batang pisang dapat digunakan sebagai bahan alternatif
pembuatan kertas karena mengandung selulosa yang
tinggi yaitu sebanyak 46% [4]. Dengan penggunaan
batang pisang ini maka akan menambah nilai tambah dari
limbah tanaman pisang sehingga dapat dimanfaatkan
menjadi bahan baku kertas yang potensial.
Material utama dari kertas adalah selulosa.
Selulosa tersebut dapat berasal dari bahan kayu maupun
bahan bukan kayu. Bahan kayu memiliki kandungan
selulosa yang terikat oleh lignin. Sedangkan bahan bukan
kayu memiliki kandungan selulosa yang terikat oleh
lignin dan pektin. Bahan alam selain kayu yang dapat
menjadi bahan pembuat kertas dapat diperoleh dari
limbah hasil pertanian, seperti limbah batang pisang [5].
Syarat bahan alam selain kayu yang dapat diolah menjadi
bahan baku kertas antara lain: berserat, kadar selulosa
lebih dari 40%, dan kadar lignin kurang dari 25% [6].
Kertas merupakan produk yang berasal dari
pengolahan lebih lanjut dari pulp yang bebas dari lignin
dan bahan lainnya [7]. Sekitar 30% total produksi kertas
digunakan untuk menulis dan mencetak. Sisanya
digunakan untuk pembuatan tissue dan packaging.
Penggunaan lain dari kertas yaitu dibuat sebagai karton
dan kardus yang mana ketiganya berbeda dalam
ketebalan dan berat [8]. Berdasarkan penggunaannya,
kertas dibagi menjadi ketas budaya, kertas industri dan
kertas struktural [9]. Kertas budaya atau kertas halus (fine
paper) adalah kertas yang digunakan sebagai kertas tulis,
kertas cetak, kertas gambar, majalah, dan koran. Kertas
industri adalah kertas yang digunakan oleh industri untuk
pengemasan. Golongan kertas ini antara lain kertas
medium, kertas kraft, kertas sampul, kertas duplex dan
kertas manila. Sedangkan kertas struktural adalah kertas
yang digunakan untuk keperluan rumah tangga seperti
tissue. Umumnya proses pembuatan kertas terbagi
menjadi dua kelompok besar yaitu proses pembuatan pulp
dan pencetakan kertas.
Proses pembuatan kertas secara umum dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Proses Pembuatan Kertas secara umum [7]
Produksi kertas dan karton umumnya menggunakan
basis berat dengan berat per unit area sebagai satuan
pengukuran kertas. Ukuran ini dinyatakan dalam satuan
grams per square meter atau g/m2
(GSM). Ukuran GSM
tersebut berbeda berbeda berdasarkan jenis kertas yang
diproduksi, yaitu sebesar 16-57 g/m2
untuk tissue; 49 g/m2
untuk newsprint; 49-98 g/m2 untuk grocery bag; 60-150
g/m2
untuk jenis fine paper; 151-194 g/m2
untuk karton;
dan 195-586 g/m2
untuk kardus. Karakteristik lain dari
kertas dapat diketahui dari ukuran panjang dan lebar
sisinya, dimana ukuran 44,32 x 55,9 cm untuk jenis
finepaper; 61,0 x 91,4 cm untuk newsprint; dan 63,5 x
96,5 cm untuk berbagai kertas buku [8].
Pabrik pembuat kertas mengolah kertas melalui
proses mekanik, proses kimia (chemical pulping), dan
semi kimia-mekanis. Melalui proses kimia, pembuangan
lignin dilakukan dengan bantuan zat kimia. Proses
pulping ini disertai dengan proses penyaringan
(screening), pembersihan (washing), pemutihan
(bleaching) dan pemurnian (purification). Hasil dari
proses pulping dinamakan pulp. Pulp adalah bahan yang
selanjutnya dapat dibuat menjadi kertas, kardus, dan
produk lain yang serupa. Pulp merupakan serat dari
selulosa yang mengalami pemasakan. Sumber utama dari
pulp adalah kayu. Namun terdapat sumber lain untuk
menghasilkan pulp, antra lain adalah batang dari tanaman
pisang [8].
Proses pembuatan pulp tergantung kepada spesies
bahan baku yang tersedia dan penggunaan akhir dari pulp
yang diproduksi, salah satu diantaranya adalah Proses
Soda. Proses ini merupakan proses pemasakan dengan
metode basa. Larutan perebus yang digunakan adalah
NaOH. Proses ini sangat cocok digunakan untuk bahan
baku non–kayu. Proses ini lebih menguntungkan dari segi
teknis dan ekonomis dibandingkan dengan menggunakan
proses lain, karena tidak membuat limbah yang begitu
berbahaya di lingkungan sekitar [10]. Proses pulping ini
disebut pula proses alkali dengan menggunakan NaOH.
Selulosa bersifat tidak larut dalam alkali NaOH,
sedangkan lignin, hemiselulosa, pectin dan komponen
serat lainnya bersifat larut. Dari proses pulping akan
diperoleh pulp atau bubur kertas [11].
Aktivitas pertanian dari pisang menghasilkan banyak
residu, karena setiap pohon hanya menghasilkan satu
tandan yang berisi buah-buah pisang (Cordeiro et al.,
2003). Setelah tandan tersebut dipanen, batang pisang
tersebut dipotong dan biasanya ditinggal di permukaan
tanah. Dari hal tersebut dapat diperkirakan banyaknya
limbah pisang yang dihasilkan setiap tahunnya pada suatu
daerah. Selain aktivitas penanaman pisang yang banyak
tersebut, keuntungan lain menggunakan limbah batang
pisang sebagai bahan pembuat kertas yaitu serat pisang
memiliki kandungan lignin yang rendah. Komposisi kimia
yang ada pada serat batang pisang dapat dilihat pada
Tabel 1.
Potongan batang pisang dapat dijadikan sebagai
sumber selulosa. Selulosa adalah polisakarida (C6H10O5)n
(n = 250–500) yang berupa serat dengan berat molekul
berkisar antara 50.000–1.000.000 g/mol.
Tabel 1. Komposisi Kimia Serat Batang Pisang [4]
Komposisi Kimia Kandungan (%)
Lignin 9
Cellulose 46
Hemicelluloses 38,54
Ash 8,3
Berdasarkan kelarutan dalam NaOH 17,5 % (w/w),
selulosa dikelompokkan menjadi:
a. α–selulosa, tidak larut dalam pelarut NaOH 17,5
%(w/w) pada 20 oC
b. β–selulosa, larut tetapi akan mengendap lagi bila
ditambah asam
c. γ–selulosa, larut dan akan mengendap lagi bila
ditambah alkohol.
Bahan pembuat kertas (α–selulosa) dan bahan yang
tidak larut (β–selulosa dan γ–selulosa) disebut dengan
hemiselulosa. Sifat kimia selulosa sesuai dengan derajat
polimerisasi (panjang serat) dan gugus aktif alkohol yang
dimilikinya. Semakin panjang rantai selulosa, semakin
kuat dan tahan degradasi baik secara fisik (panas), kimia,
maupun biologis. Sedangkan sifat fisik selulosa
tergantung dari dimensi serat (panjang rantai 500–1000Ǻ,
lebar 9Ǻ tebal 4,7Ǻ). Semakin panjang serat maka serat
semakin kuat [5].
Kalimantan Selatan sebagai wilayah yang beriklim
tropis, memiliki bermacam-macam buah-buahan tropis,
termasuk buah pisang yang sebagian di antaranya yaitu
jenis manurun (kepok), awa, mahuli, dan lain-lain [13].
Pada tahun 2011, terhitung sebanyak 1.450.000 pohon
pisang yang tertanam di daerah ini [14]. Tanaman pisang
banyak tumbuh di berbagai lokasi, baik di lahan rawa
(lebak dan pasang surut), maupun di lahan kering. Pada
tahun 2011 produksi tanaman pisang yang besar tersebut
menyebabkan banyaknya limbah yang selama ini tidak
dimanfaatkan. Sehingga dengan adanya penelitian ini
limbah berupa batang pisang tersebut dapat digunakan
sebagai bahan pembuat kertas.
II. METODE PENELITIAN
A. Bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah limbah batang pisang mahuli (setiap ±1 meter
bagian tengah pohon), NaOH 18%, akuades, kunyit, HCL
37% dan phenolphthalein (sebagai bahan standarisasi
larutan NaOH).
B. Persiapan Bahan Baku
Bahan baku berupa limbah batang pisang diambil
bagian tengah pohonnya sepanjang ± 1 meter. Lembaran
batang pisang dipotong hingga setiap sisi berukuran 4–6
cm. Potongan batang pisang tersebut ditimbang sebagai
berat basah. Limbah batang pisang yang basah tersebut
kemudian dikeringkan. Limbah batang pisang ditimbang.
C. Pembuatan Pulp dan Kertas
Dalam proses pembuatan pulp, potongan batang
pisang dimasak dengan larutan NaOH 18 % (w/w).
Perbandingan komposisi antara volume larutan NaOH dan
massa batang pisang adalah sebesar 2/1, 3/1, 5/1, dan 7/1
(L/kg). Setiap variasi perbandingan komposisi dimasak di
dalam autoclave selama 60 menit pada suhu 100 o
C, 110
oC dan 120
oC. Limbah batang pisang yang telah
dimasak, ditimbang dan dicuci. Kemudian pulp
ditimbang. Bahan pewarna yang digunakan dalam proses
pewarnaan adalah kunyit. Sebanyak 100 gram kunyit
dihaluskan dan disaring. Sari dari kunyit tersebut
ditampung dalam gelas beker. Bahan pewarna alami yang
telah dibuat dicampur dengan pulp. Pulp diuraikan
seratnya dengan menggunakan blender. Setelah homogen,
pulp dituangkan ke dalam screen pulp, dipadatkan dan
diratakan permukaannya. Pulp yang telah dicetak
kemudian dikeringkan dengan udara terbuka selama 24
jam. Setelah kering, pulp yang telah menjadi kertas
dilepas dari cetakan.
Gambar 2. Rangkaian Alat Pembuatan Pulp
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh perbandingan volume larutan dan massa batang
pisang (L/kg) serta temperatur pemasakan (oC ) terhadap
perolehan pulp, mengetahui perolehan pulp yang
dihasilkan dari variasi perbandingan volume larutan dan
massa batang pisang (L/kg) serta temperatur pemasakan
(oC), menentukan gramatur (g/m
2) dan kadar air (%) dari
kertas yang dihasilkan dan menganalisa struktur
morfologi dari kertas yang memiliki perolehan terbaik.
Analisa rendemen pulp ditampilkan pada abel 2.
Rendemen pulp menunjukkan jumlah pulp yang
dihasilkan dari setiap pemasakan batang pisang dengan
larutan NaOH. Penentuan nilai rendemen ini dilakukan
dengan metode Datta [16]. Hubungan antara nilai
rendemen dengan perbandingan komposisi antara volume
larutan dan massa batang pisang pada suhu pemasakan
100 oC ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. menunjukkan bahwa nilai rendemen
pada suhu 100oC mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya perbandingan komposisi antara volume
larutan pemasak dan massa batang pisang. Meningkatnya
nilai rendemen disebabkan oleh peningkatan volume
larutan NaOH pada pemasakan. Peningkatan volume
larutan NaOH membuat lignin yang terlarut pada larutan
tersebut semakin meningkat.
Tabel 2. Hasil Analisis Rendemen Pulp
Gambar 3. Hubungan antara rendemen (%) dengan
perbandingan komposisi volume larutan dan massa batang
pisang (L/kg) pada suhu 100 oC
Namun pada perbandingan volume larutan
pemasak dan massa batang pisang 7/1 (L/kg), rendemenen
mengalami penurunan. Penurunan ini terjadi dikarenakan
pada pemasakan dengan volume yang berlebih cenderung
akan merusak selulosa sehingga lignin sekaligus selulosa
terlarut dan terbuang menjadi limbah pemasakan yang
menjadikan rendemen berkurang.
34,58
55,1254,12
29,57
0
10
20
30
40
50
60
70
80
7/15/13/12/1
Komposisi volume/massa (L/kg)
Ren
dem
en (%
)
No
Komposisi
volume larutan
dan massa
batang pisang
(L/kg)
Suhu
(oC)
Rendemen
(%)
1 2/1 100 29,57
2 110 35,59
3 120 43,92
4 3/1 100 54,12
5 110 54,93
6 120 57,95
7 5/1 100 55,12
8 110 66,52
9 120 76,21
10 7/1 100 34,58
11 110 44,72
12 120 46,17
Gambar 4. Hubungan antara rendemen (%)
dengan perbandingan komposisi volume larutan dan
massa batang pisang (L/kg) pada suhu 110 oC
Pada Gambar 4. menunjukkan bahwa rendemen
pulp pada suhu 110 o
C mengalami peningkatan seiring
dengan meningkatnya perbandingan komposisi antara
volume larutan dan massa batang pisang. Peningkatan
rendemen ini terjadi karena adanya peningkatan volume
larutan pemasak NaOH. Peningkatan larutan NaOH akan
melarutkan lignin yang terkandung pada batang pisang.
Namun pada perbandingan komposisi massa batang
pisang dan volume larutan NaOH 7/1 (L/kg) terjadi
penurunan nilai rendemen. Penurunan nilai rendemen ini
terjadi karena pada pemasakan dengan volume yang
berlebih cenderung akan merusak selulosa, sehingga
lignin sekaligus selulosa terlarut dan terbuang menjadi
limbah pemasakan yang menjadikan rendemen berkurang.
Pada suhu pemasakan 120oC seperti terlihat pada
Gambar 5, rendemen pulp yang didapatkan mengalami
peningkatan seiring dengan meningkatnya perbandingan
komposisi antara volume larutan dan massa batang
pisang. Peningkatan rendemen ini terjadi karena adanya
peningkatan volume larutan pemasak, yaitu NaOH.
Peningkatan volume larutan NaOH akan semakin
melarutkan lignin yang terkandung pada batang pisang.
Namun, seperti pada suhu 100oC dan 110
oC, pada
perbandingan komposisi massa batang pisang dan
volume larutan NaOH 7/1 (L/kg) terjadi penurunan nilai
rendemen. Hal tersebut terjadi karena pada pemasakan
dengan volume yang berlebih cenderung akan merusak
selulosa sehingga selulosa menjadi terlarut dan terbuang
menjadi limbah pemasakan yang menjadikan rendemen
berkurang.
Gambar 6. menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan rendemen seiring dengan meningkatnya
suhu. Rendemen tertinggi terjadi pada suhu 120oC dan
rendemen terendah terjadi pada suhu 100oC. Menurut
Bahar [16] pemasakan dengan suhu tinggi akan
menyebabkan terjadinya reaksi lebih cepat terhadap
pemutusan ikatan lignin.
Gambar 5. Hubungan antara rendemen (%)
dengan perbandingan komposisi volume larutan dan
massa batang pisang (L/kg) pada suhu 120 oC
Gambar 6. Hubungan antara rendemen (%)
dengan suhu pemasakan (oC) serta perbandingan volume
larutan NaOH dan massa batang pisang (kg/L)
Pada penelitian ini, rendemen terendah terjadi
pada suhu 100oC dengan perbandingan volume larutan
NaOH dan massa batang pisang 2/1 (L/kg) yaitu sebesar
29,57%, sedangkan rendemen tertinggi terjadi pada suhu
pemasakan 1200C dengan perbandingan volume larutan
NaOH dan massa batang pisang 5/1 (L/kg) yaitu sebesar
76,21%. Penelitian Cordeiro et al [12] rendemen tertinggi
pada perbandingan volume larutan NaOH dan massa
batang pisang 5/1 (L/kg) pada suhu 120 oC.
Kertas yang dibuat menghasilkan jenis yang
variatif. Dari variasi-variasi yang dilakukan pada
penelitian ini didapatkan jenis kertas sesuai dengan range
gramaturnya. Berdasarkan hasil yang ditampilkan pada
Tabel 3. gramatur kertas yang dihasilkan berkisar antara
83,33–455 g/m2. Penentuan jenis kertas menyesuaikan
35,59
54,93
66,52
44,72
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2/1 3/1 5/1 7/1Komposisi volume/massa (L/kg)
Ren
dem
en (%
) 43,9257,95
76,21
46,17
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2/1 3/1 5/1 7/1
Komposisi volume/massa (L/kg)
Ren
dem
en (%
)
29,57 35,59
43,92
54,12 54,93 57,95
55,12
66,52
76,21
34,58
44,7246,17
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100 110 120
2/1 (L/kg)
3/1 (L/kg)
5/1 (L/kg)
7/1 (L/kg)
Suhu (0C)
Ren
dem
en(%
)
nilai gramatur dengan range gramatur, di mana sebagian
besar kertas yang dihasilkan merupakan jenis kertas fine
paper dengan nilai gramatur antara 83,83–145,00 g/m2.
Namun ada pula dihasilkan jenis karton dan
kardus dengan gramatur masing-masing sebesar 153,33
g/m2 dan 455,00 g/m
2. Ketebalan dan massa kertas ini
dipengaruhi oleh proses pencetakan yang mana
pencetakan dilakukan secara manual dengan screen pulp.
Standar gramatur pada SNI 7274-2008 membatasi nilai
gramatur kertas cetak yaitu antara 50–100 g/m2. Pada
penelitian ini didapatkan tiga variasi yang menghasilkan
gramatur sesuai dengan standar tersebut, yaitu pemasakan
pada perbandingan volume larutan dan massa batang
pisang 2/1, 3/1, dan 5/1 (L/kg) pada suhu 100 o
C dimana
gramatur yang diperoleh yaitu antara 83,33–96,89 g/m2.
Tabel 3. Hasil Analisis Gramatur dan Kadar Air Kertas
Selain itu, analisis kadar air pada kertas
dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang terdapat
pada lembaran kertas. Kadar air yang dihasilkan berkisar
antara 3,00–22,67%. Kadar air ini didapat dari
pengeringan yang dilakukan pada kertas dengan
perlakuan yang sama yaitu pengeringan selama 24 jam.
Standar dari SNI 7274:2008 untuk kadar air kertas adalah
4,50–6,00%. Dari penelitian ini kadar air yang memenuhi
standar hanya diperoleh pada variasi perbandingan
volume larutan dan massa batang pisang 2/1 (L/kg) pada
suhu 1200C, yaitu sebesar 4,67%. Pada variasi ini didapat
kadar air yang lebih rendah dari variasi lain yang
dilakukan karena pada variasi ini digunakan volume
larutan yang paling sedikit dan suhu yang digunakan
adalah suhu tertinggi, yaitu 120oC di mana air yang
terkandung dalam pulp akan menguap sehingga kadar air
kertas yang diolah dari pulp pun akan berkurang.
Analisis morfologi dilakukan pada potongan
batang pisang sebelum treatment (pemasakan) dan setelah
treatment, yaitu sampel kertas yang dihasilkan dari variasi
rendemen tertinggi. Hasil analisa morfologi ditampilkan
pada gambar 7.
(a)
(b)
Gambar 7. SEM image morphology (a) sebelum
treatment (b) setelah treatment
Analisis SEM pada batang pisang (sebelum
treatment) yang terlihat pada gambar 7. (a) tampak dua
buah citra, yaitu citra hitam dan citra putih. Pada gambar
tersebut citra putih tidak lebih luas daripada citra hitam.
Hal ini menandakan bahwa penyebaran serat tidak merata
pada permukaan bahan. Serat pada batang pisang sebelum
dilakukannya treatment tidak terlihat secara jelas akibat
masih banyak terdapat lignin pada bahan tersebut.
Sedangkan pada gambat 7. (b) ditunjukkan bahwa
permukaan citra putih lebih banyak terdapat pada batang
pisang setelah adanya treatment tersebut. Hal ini
menandakan bahwa morfologi dari kertas mengandung
serat yang penyebarannya lebih merata akibat
dilakukannya pemasakan. Dari SEM image tersebut juga
dapat diketahui bahwa diameter serat yang dihasilkan
berkisar antara 3-8µm.
Li et al. [17] menyebutkan proses perlakuan
alkali menyebabkan dua efek pada serat yaitu
meningkatkan kekasaran yang akan meningkatkan
mekanik interlock antar serat dan meningkatkan
tereksposnya gugus-gugus hidroksil pada permukaan serat
sehingga gugus reaktif ini akan mudah membentuk ikatan
kimia dengan adanya senyawa lain. Pada penelitian ini
proses pelarutan alkali menggunakan NaOH yang dapat
No
Komposisi
volume
larutan dan
massa
batang
pisang
(L/kg)
Suhu
(oC)
Gramatur
(g/m2)
Kadar air
(%)
1 2/1 100 83,83 12,33
2 110 107,00 10,50
3 120 101,67 4,67
4 3/1 100 83,33 17,67
5 110 109,87 12,17
6 120 145,00 8,67
7 5/1 100 96,89 20,17
8 110 135,00 19,17
9 120 153,33 15,50
10 7/1 100 125,93 22,67
11 110 136,67 21,83
melarutkan lignin (proses delignifikasi) sehingga
diperoleh selulosa seperti tampak pada Gambar 7. (b)
yang berupa gambar permukaan serat. Serat tersebut
nampak terlihat kasar. Kekasaran yang tampak pada
permukaan serat diakibatkan terlarutnya senyawa-
senyawa seperti pektin, hemiselulosa dan lignin [18].
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari variasi perbandingan komposisi antara volume
larutan dan massa batang pisang 2/1, 3/1, dan 5/1
(L/kg) didapatkan bahwa semakin besar
perbandingan komposisi antara volume larutan dan
massa batang pisang maka rendemen pulp semakin
bertambah, namun pada perbandingan komposisi
volume larutan dan massa batang pisang 7/1 (/kg)
terjadi penurunan nilai rendemen. Semakin tinggi
suhu pemasakan maka rendemen pulp yang
dihasikan akan semakin tinggi pula.
2. Rendemen pulp yang dihasilkan pada suhu 100oC
dengan perbandingan komposisi antara volume
larutan dan massa batang pisang 2/1, 3/1, 5/1 dan
7/1 (L/kg) adalah 29,57; 54,12; 55,12 dan 34,58 %,
pada suhu 110 o
C dengan perbandingan komposisi
yang sama adalah sebesar 35,59; 54,93; 66,52 dan
44,72 %. Sedangkan pada suhu 120 o
C dengan
perbandingan komposisi yang sama didapat
rendemen sebesar 43,92; 57,95; 76,21 dan 46,17 %.
3. Gramatur dan kadar air kertas yang dihasikan pada
berbagai variasi perbandingan volume larutan dan
massa batang pisang serta temperatur pemasakan
adalah berkisar antara 83,83-455,00 g/m2 dan 4,67-
22,67%.
4. Struktur morfologi dari serat kertas dengan
rendemen pulp tertinggi yaitu serat tersebar dengan
lebih merata dibandingkan serat bahan, serat terlihat
lebih kasar yang diakibatkan oleh proses pemasakan
dan diameter serat yang dihasilkan berkisar antara 3-
8µm.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Laboratorium
Operasi Teknik Kimia Universitas Lambung Mangkurat
yang telah memberikan fasilitas untuk kelancaran
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Pusat Grafika Indonesia, 2012, “HTI Industri Kertas
dan Industri Grafik”.
[2] Seber, D. H., and Lloyd, E. H., 1996, “East Fiber
Applications for Composites”, In: Proceedings of the
Thirtieth International Particleboard/Composite
Materials Symposium, Pullman, Washington.
[3] Hague, J., McLauchlin, A., and Quinney, R, 1998,
”Agri-materials for Panel Products: A Technical
Assessment of their Viability”, In: Proceedings of
the Thirty-Second International
Particleboard/Composite Materials Symposium
WSU, Pullman, Washington.
[4] Venkateshwaran, N. and A. Elayaperumal, 2010,
“Banana Fiber Reinforced Polymer Composites-A
Review”, Journal of Reinforced Plastics and
Composites, 29, 2387.
[5] Hamilton, F.R., 1990, “Pulp and Paper Manufacture,
Vol III, 3rd
ed.”, United States.
[6] Stephenson, N. J. Newel, 1950, “Preparation and
Treatment of Wood Pulp”, Mc.Graw Hill Book
Company, New York, 1950.
[7] Siahaan, B., 1984, “Perkembangan Industri Pulp dan
Kertas Indonesia”, Pusat Pengolahan dan Analisis
Data, Departemen Perindustrian.
[8] Kirk, R.E. and Othmer, D.F., 1981, “Encyclopedia of
Chemical Technology, 3rd
ed., vol. 18”, Interscience
Publishers John Wiley and Sons, New York. [9] Kristianty, L., Lomena, A., Imelda, 2003, “PT Pindo
Deli Pulp and Paper Mills II”, Laporan Kerja
Praktek, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
[10] Sugesty, S., 1998, “Diklat Pelatihan Sifat dan
Kualitas Pulp”, Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Selulosa Bandung, Bandung.
[11] Onggo H.; E. Rahimi dan J. Triastuti, 2004,
“Pengaruh Sodium Hidroksida dan Hidrogen
Peroksida terhadap Rendemen dan Warna Pulp dari
Serat Daun Nenas”, Laporan Penelitian.
[12] Cordeiro, N., M.N. Belgacem., I.C. Torres., J.C.V.P
Moura, 2003, “Chemical Composition and Pulping
of Banana Pseudo-Stems”, An International Journal
Industrial Crops and Product, 19, 147–154.
[13] Antarlina, SS., H. Dj. Noor, S. Umar, dan I. Noor,
2005, “Karakteristik Buah Pisang Lahan Rawa
Lebak Kalimantan Selatan serta Upaya Perbaikan
Mutu Tepungnya”, Jurnal Hortikultura, 15(2),
Januari, hal 140-150.
[14] Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura
Provinsi Kalimantan Selatan, 2012, “Laporan
Jumlah Tanaman Pisang”, Banjarbaru.
[15] Datta, R., 1981, “Acidogenic fermentation of
lignocellulose acid yields and confertion of
component”, Biotechnology and Bioengineering,
Vol. 23, 2167–2170.
[16] Bahar, N., 1983, “Pembuatan Pulp dengan Pelarut
Organik”, Prosiding pada Simposium Selulosa dan
Kertas V, 3–5 Agustus, Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Industri Selulosa Bandung,
Bandung.
[17] Li, X., Tabil, L.G., Panigrahi, S., 2007, “Chemical
Treatment of Natural Fiber for Use in Natural Fiber-
Reinforced Composites: Review”. Journal Polymer
Environtmental, 15; 25-33.
[18] Bisanda, E.T.N., 2000, “The Effect of Alkali
Treatment on the Adhesion Charactheristics of Sisal
Fibers”, Applied Composite Materials 7, 331–339.