DAFTAR ISI - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/deapristotia/files/2015/05/PENERBITAN-DAN-PERCETAKAN.pdf ·...
Transcript of DAFTAR ISI - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/deapristotia/files/2015/05/PENERBITAN-DAN-PERCETAKAN.pdf ·...
DAFTAR ISI
PENERBITAN BUKU ............................................................................................................................ 3
Pengertian Penerbitan Buku ................................................................................................................. 3
Perkembangan Dunia Tulis-Menulis .................................................................................................... 4
Jenis Penerbit Menurut Buku Terbitannya ............................................................................................ 5
Jenis Penerbit Menurut Statusnya ......................................................................................................... 6
Jenis Terbitan ...................................................................................................................................... 6
Sejarah Penerbitan Buku di Indonesia .................................................................................................. 7
Proses Penerbitan Buku ....................................................................................................................... 8
Pengadaan Naskah ............................................................................................................................... 9
Penyuntingan ..................................................................................................................................... 11
PERCETAKAN .................................................................................................................................... 12
Pengertian percetakan ........................................................................................................................ 12
Sejarah percetakan ............................................................................................................................. 12
PERBEDAAN PENERBITAN DAN PERCETAKAN ........................................................................... 13
Daftar pustaka ....................................................................................................................................... 14
PENERBITAN BUKU
Pengertian Penerbitan Buku
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 91), kata penerbit diberikan dibawah kata terbit. Terbit antara lain
mengandung arti keluar untuk diedarkan (tentang surat kabar, buku, dan sebagainya) kata penerbit sebagai
bentukan kata terbit mengandung arti orang atau perusahaan yang menerbitkan buku, majalah, dan sebagainya.
Pada mulanya, penerbitan adalah percetakan, yaitu sebagai kegiatan pembuatan (manufacturing), dan belum
berfungsi sebagai penyebarluasan. Lalu pada abad ke-19, penerbit berfungsi sebagaimana fungsinya yang
sekarang, yakni sebagai promotor dari kata-kata tercetak. Dunia penerbitan dan percetakan berkembang terus, baik
cakupan pekerjaannya maupun peralatan pendukungnya. Dalam dunia penerbitan semakin banyak jenis buku yang
diterbitkan, dalam berbagai bahasa, dan disebarkan diberbagai negara. Maka terciptalah berbagai jenis penerbit
yang mengkhususkan diri menerbitkan buku tertentu, misalnya jenis buku anak-anak, buku pelajaran sekolah, buku
pariwisata. Adakalanya sebuah buku diterbitkan dalam bahasa tertentu. Misalnya buku pariwisata Indonesia
diterbitkan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Agar menarik, buku perlu dirancang secara khusus, sesuai
dengan jenisnya. Dalam dunia perbukuan, selain penerbit dan percetakan, dikenal pula pihak perancang buku.
Mereka inilah yang bertugas menangani penampilan buku agar menarik dan sesuai dengan isinya. Di negara yang
penerbitannya telah lebih maju, pengkhususan bidang pekerjaan ini sudah lebih merinci. Sehinggga dikenal
perusahaan yang khusus menyiapkan naskah, merancang buku, mengatur perbanyak naskah, mencetak, menjilid,
mempromosikan. Mendistribusikan, dan menjual buku. Masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Di
Indonesia, pada umumnya semua tugas penerbitan penerbitan, perancangan, dan percetakan ini masih dikelola
dalam satu atau dua perusahaan saja.
Perkembangan pekerjaan di dunia perbukuan ini juga diikuti oleh perkembangan peralatan pendukungnya. Mesin
tik biasa telah berkembang menjadi mesin tik elektronik dengan berbagai macam kemampuan. Penemuan
komputer semakin memacu perkembangan peralatan penerbit dan percetakan. Pengetikan naskah sudah tidak lagi
menggunakan mesin tik, melainkan dengan memanfaatkan komputer dan program pengolah kata seperti WordStar
dan WordPerfect. Merancang halaman dan sampul buku pun sudah dikerjakan dengan komputer. Mesin cetak dan
mesin potong kertas sudah juga dikomputerkan.
Dengan semakin berkembangnya perincian pekerjaan dalam dunia perbukuan, semakin berkembang juga masalah
yang dihadapi. Di pihak penerbit, hak dan kewajiban penulis maupun penyunting yang mewakili penerbit semakin
menuntut rincian yang lebih tegas. Demikian pula keterlibatan pihak lain seperti perancang, percetakan, dan toko
buku. Untuk mengatur kepentingan semua pihak itu diperlukan serangkaian ketentuan. Maka diciptakanlah Surat
Perjanjian Penerbitan, Undang-Undang Hak Cipta, Uang Jasa Penulis, ISBN, dan sebagainya. Menurut Pambudi
(1981: 1) penerbitan adalah pencetakan, yaitu sebagai kegiatan pembuatan (manufacturing), dan belum berfungsi
sebagai penyebarluasan. Pada abad kesembilan belas, penerbit berfungsi sepertti fungsinya yang sekarang., yaitu
sebagai promotor sari kata-kata tercetak. Mempublikasikan kepada umum, mengetengahkan ke khalayak ramai,
kata dan gambar yang telah diciptakan oleh jiwa-jiwa kreatif, kemudian disunting oleh para penyunting unutk
selanjutnya digandakan oleh para pencetak.
Altbach (2000: 45) mengemukakan pendapat bahwa penerbit buku merupakan seorang investor dalam perbukuan.
Penerbit adalah seorang yang mengeluarkan uang untuk pengarang, penerjemah, penyunting, pencetak, pabrik
kertas, dan yang lain-lain untuk memproduksikan buku, dan untuk para penjual, pemasang iklan, dan mereka yang
membantu dalam pemasarannya, dan menerima uang dari penjual buku dan yang lain-lain yang membeli buku
tersebut atau yang membeli hak untuk menggunakan isi buku itu dalam berbagai cara. Penerbit berharap,
menerima uang lebih banyak daripada yang dikeluarkan.
Informasi dari salah satu media elektronik Wikipedia menyebutkan bahwa penerbit atau penerbitan adalah industri
yang berkonsentrasi memproduksi dan memperbanyak sebuah literatur dan informasi- atau sebuah aktivitas
membuat informasi yang dapat dinikmati publik. Aminoedin (1989: 165) mengatakan, editor mula-mula berarti
penerbit. Di prancis sampai sekarang masih ditulis editeur pada kulit dan halaman judul buku. Asal kata ini dari
bahasa latin editus, bentuk past participle dari edere. Artinya menerbitkan. Dahulu waktu penerbitan masih langka
penerbit dan editor itu diwakili oleh satu orang saja. Dia (penerbit dan editor) yang mencari naskah, menyunting
naskah, mempersiapkah naskah untuk percetakan, mencari bahan, menjual buku, dan sebagainya. Penerbitan
sekarang sudah berkembang dengan pesat sekali. Tidak mungkin lagi semua itu dilakukan oleh satu orang.
Sekarang tugas dibagi-bagi. Ada pimpinan penerbit (selanjutnya disingkat dengan penerbit saja), dan ada editor.
Pekerjaan pimpinan penerbitan adalah mencari editor, mencari langganan, bahan untuk proses percetakan buku,
memikirkan penjualan, penyimpanan stok dan sebagainya, biasanya hal-hal yang tidak langsung mengenai suatu
naskah. Pekerjaan yang berhubungan langsung dengan naskah diserahkan kepada editor. Pekerjaan ini adalah
menghubungi pengarang, kadang-kadang juga mencari pengarang, menilai naskah, menghubungi pembaca ahli
kalau naskah diterima, menyunting naskah, mempersiapkannya untuk tipografi, memikirkan cara-cara percetakan
yang sesuai seperti pemakaian huruf-huruf, penjilidannya, kertas yang akan dipakai, ukuran buku dan lain-lain,
mengumpulkan bahan untuk pengikalanan, mengawasi percetakan dan sebagainya.
Perkembangan Dunia Tulis-Menulis
Manusia mulai mengenal bahan tertulis dari peninggalan batu bertulis, kepingan batu yang bertatahkan rangkaian
huruf yang mirip gambar, seperti hieroglif dari mesir serta tulisan dalam gulungan daun lontar dan papirus.
Sebagaimana diketahui bahwa sudah sejak barabad-abad yang lalu manusia mengenal huruf. Menurut catatan
sejarah adalah dengan dibawanya sejenis kertas dari negeri Cina oleh para saudagar Eropa pada abad ke-15.
Perkembangan lebih lanjut adalah penemuan cikal bakal mesin cetak yang kita kenal sekarang oleh Johann
Gutenberg di Mainz, jerman sekitar tahun 1450. Sejak itulah mesin cetak berkembang pesat dan sekarang sekitar
enam tahun setengah abad sejak masa Gutenberg, computer turut berperan dalam dunia tulis- menulis.
Perkembangan pekerjaan dunia perbukuan diikuti oleh perkembangan peralatan pendukungnya. Mesin tik biasa
telah berkembang menjadi mesin tik elektronik dengan berbagai macam kemampuan. Penemuan komputer
semakin memacu perkembangan peralatan penerbitan dan percetakaan. Pengetikan naskah sudah tidak lagi
menggunakan mesin tik, melainkan dengan memanfaatkan komputer dengan program pengelolah kata dengan
berbagai fasilitas yang tersedia. Selain itu untuk merancang halaman dan sampul buku telah dilakukan dengan
program ventura dan coreldraw. Mesin cetak dan mesin pemotong juga telah menggunakan komputer. Buku
elektronik yaitu buku dalam bentuk cakram padat kini semakin dikenal, semua kemajuan tehnologi semakin
mempermudah pekerjaan penerbitan dan pendidikan.
Selain buku, masih banyak lagi jenis terbitan lain yang biasa diterbitkan oleh sebuah penerbit. Seperti:
1. Jurnal
Jurnal adalah terbitan berkala yang berbentuk pamflet berseri berisi bahan yang sangat diminati orang saat
diterbitkan . Bila dikaitkan dengan kata ilmiah di belakang kata jurnal dapat terbitan berarti berkala yang berbentuk
pamflet yang berisi bahan ilmiah yang sangat diminati orang saat diterbitkan.
2. X- banner
Jika kita mengacu kepada kaidah dasar poster, X banner ini adalah karya seni atau desain grafis yang memuat
komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar. Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau
permukaan datar lainnya dengan sifat mencari perhatian mata sekuat mungkin. Karena itu X banner biasanya
dibuat dengan warna-warna kontras dan kuat.
3. Brosur
Brosur adalah terbitan tidak berkala yang tidak dijilid keras, lengkap (dalam satu kali terbitan), memiliki paling
sedikit 5 halaman tetapi tidak lebih dari 48 halaman, di luar perhitungan sampul. Adanya perkembangan penerbitan
buku dan sejenisnya semakin banyak masalah yang dihadapi, dipihak penerbitan hak dan kewajiban penulis
maupun penyuntingan yang mewakili penerbitan dituntut untuk lebih berpotensi.
Jenis Penerbit Menurut Buku Terbitannya
Secara lebih luas, penerbit dapat kita golongkan antara lain menurut jenis terbitannya. Dari sudut ini kita mengenal
tiga kelompok besar penerbit, yaitu penerbit buku umum, penerbit buku anak-anak, dan penerbit khusus.
Kelompok yang terakhir ini dapat dibagi lagi menjadi penerbit buku pelajaran sekolah dasar dan menengah,
penerbit buku universitas, dan penerbit buku ilmiah.
1. Penerbit Buku Umum
Pembaca sasaran penerbit ini adalah khalayak ramai yang sudah tentu sangat beragam, sukar dikenali, dan sukar
diperkirakan. Porsi terbesar karya penerbit jenis ini adalah buku fiksi. Dalam hal ini, pengarang yang sudah sukses
dan terkenal merupakan kekayaan penerbit yang tak ternilai. Puncak penjualan buku umum biasanya dicapai pada
setahun pertama penerbitan, yaitu pada saat penerbit mempromosikan buku-buku terbitan terbarunya.
2. Penerbit Buku Anak-Anak
Pada penerbit jenbis ini, judul-judul lama merupakan modal utama karena pada umumnya buku anak-anak yang
klasik selalu dicetak ulang. Agar menarik buat pembaca yang masih kecil-kecil, buku anak-anak biasanya sarat
warna, sehingga biaya produksinya besar. Untuk mengatasi biaya besar itu, penerbit sering bekerja sama dengan
penerbit lain. Khusunya penerbit luar negri untuk menerbitkan judul yang sama.
3. Penerbit Buku Khusus
Dalam kelompok ini terdapat penerbit buku pelajaran sekolah dasar dan menengah (selanjutnya disebut penerbit
buku sekolah), penerbit buku universitas, dan penerbit buku ilmiah. Diperkirakan 65% penerbit di Indonesia
bergerak dalam penerbitan buku sekolah (termasuk buku anak-anak), dan sekitar 15% menerbitkan buku
universitas. Penerbit buku ilmiah jumlahnya sangat sedikit, diperkirakan tidak sampai 5% (ceramah ketua IKAPI,
Juli 1990).
Jenis Penerbit Menurut Statusnya
Penerbit dapat juga dikelompokkan menurut statusnya, yaitu penerbit swasta dan penerbit pemerintah. Penerbit
swasta dikelola oleh badan swasta, biasanya mengutamakan keuntungan. Sebaliknya, penerbit pemerintah dikelola
oleh lembaga pemerintah, dan biasanya tidak terlalu menggutamakan keuntungan, melainkan lebih
menitikberatkan pemenuhan kebutuhan pemerintah.
Jenis Terbitan
Seperti juga penerbit, terbitan dapaat dikelompokkan. Pengelompokkan pertama adalah menurut jenis barang yang
diterbitkan, yaitu majalah, koran, dan buku. Majalah dan jurnal ilmiah biasanya terbit dalam bentuk seperti buku,
yaitu mempunyai sampul dan isi. Keduanya terbit secara berkala, dapat mingguan, bulanan, tribulanan, dan
sebagainya. Berbeda dengan koran dan majalah, buku tidak terbit secara berkala. Sebuah buku dapat dicetak
beberapa kali dengan isi yang tetap sama. Buku yang dicetak pertama kali disebut cetakan pertama, yang kedua
kali cetakan kedua, dan seterusnya. Bila buku dipinda oleh pengarangnya, artinya ada perubahan nyata dalam
isinya, maka buku hasil pindaan itu disebut edisi baru. Jadi, buku berjudul sama tetapi edisinya berbeda, tentu
berbeda isinya, meskipun perbedaan itu tidak selalu mencolok.
Menurut sampulnya, buku dapat dikelompokkan dalam dua bagian besar. Buku bersampul tegar dan bersampul
lembek. Dewasa ini, berkat kemajuan teknologi di bidang perbukuan, jenis sampul sudah lebih beragam, ada yang
terbuat dari sejenis plastik atau kulit buatan. Jenis kertas sampulpun bermacam-macam, sehingga sampul untuk
buku bersampul lembek dapat dipilih sesuai dengan keinginan.
Kita juga mengenal kelompok buku fiksi dan nonfiksi. Buku fiksi adalah rekaan pengarang, misalnya novel dan
cerita pendek, serta buku rekaan ilmiah. Buku nonfiksi adalah kebalikan buku fiksi, yaitu buku yang ditulis
berdasarkan kejadian nyata, fakta, atau hukum alam. Contohnya adalah biografi dan buku ilmu pengetahuan.
Dari pembacanya kita mengenal pembaca dewasa, kaum wanita, kaum pria, anak-anak, remaja, pelajar, mahasiswa,
kelompok berpendidikan tinggi, kelompok berpendidikan rendah, kaum profesional (orang yang mempunyai
keahlian tertentu yang diperlukan untuk kelancaran pekerjaannya, misalnya para manajer perusahaan, ahli
komputer, pakar olah raga, guru, juru masak), dan sebagainya.
Dari isinya buku dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok besar. Jika kita pada jenis pengelompokkan
pokok bahasan menurut sistem Dewey yang lazim digunakan, maka kita mengenal kelompok buku yang
membahas tentang informasi, agama, ekonomi, sosial, matematika, fisika, kedokteran dan farmasi, teknik,
arsitektur dan sipil, sastra dan fiksi, dan geografi. Kelompok besar ini dapat dibagi lagi menjadi kelompok yang
lebih kecil, misalnya kelompok buku ekonomi dirinci menjadi bisnis, manajemen, akuntansi, dan lain-lain.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat dalam dunia penerbitan dan percetakan mendorong diciptakannya jenis
terbitan yang tidak menggunakan kertas sebagai wahananya. Di masa awal 1960-an sudah dikenal naskah dalam
bentuk gulungan film dan mikrofis. Untuk membaca naskah yang dimuat dalam bentuk tersebut diperlukan alat
pembaca khusus yang dilengkapi dengan sebuah layanan seperti televisi. Di Indonesia alat seperti ini dapat
dijumpai antara lain di Perpustakaan Nasional, Perpustakaan PDII, Perpustakaan The British Council,
Perpustakaan Pusat ITB.
Sejumlah buku, khususnya buku rujukan seperti kamus, buku katalog, dan ensiklopedi, diterbitkaan dalam bentuk
cakram keras, disebut CD-ROM (compac disk- read only memory). Cakram tersebut dapat memuat data dalam
jumlah yang sangat besar, misalnya 18 jilid Encyclopedia Britanica yang tebalnya 200-an ribu halaman dapat
dimuat dalam satu cakram saja. Untuk membacannya, pembaca memerlukan seperangkat alat khusus yang dapat
menampilkan naskah dalam cakram itu pada layar monitor.
Disamping buku dalam bentuk yang bermacam-macam tadi, penerbit juga menyediakan alat pendukung lain seperti
lembaran teransparansi untuk menyajikan kuliah, bagan berbagai macam proses, slide, dan kaset video.
Sejarah Penerbitan Buku di Indonesia
Di Indonesia, awalnya bentuk buku masih berupa gulungan daun lontar. Menurut Ajip Rosidi (sastrawan dan
mantan ketua IKAPI), secara garis besar, usaha penerbitan buku di Indonesia dibagi dalam tiga jalur, yaitu usaha
penerbitan buku pelajaran, usaha penerbitan buku bacaan umum (termasuk sastra dan hiburan), dan usaha
penerbitan buku agama. Pada masa penjajahan Belanda, penulisan dan penerbitan buku sekolah dikuasai orang
Belanda. Kalaupun ada orang pribumi yang menulis buku pelajaran, umumnya mereka hanya sebagai pembantu
atau ditunjuk oleh orang Belanda. Usaha penerbitan buku agama dimulai dengan penerbitan buku-buku agama
Islam yang dilakukan orang Arab, sedangkan penerbitan buku –buku agama Kristen umumnya dilakukan oleh
orang-orang Belanda. Penerbitan buku bacaan umum berbahasa Melayu pada masa itu dikuasai oleh orang-orang
Cina. Orang pribumi hanya bergerak dalam usaha penerbitan buku berbahasa daerah. Usaha penerbitan buku
bacaaan yang murni dilakukan oleh pribumi, yaitu mulai dari penulisan hingga penerbitannya, hanya dilakukan
oleh orang-orang Sumatera Barat dan Medan. Karena khawatir dengan perkembangan usaha penerbitan tersebut,
pemerintah Belanda lalu mendirikan penerbit Buku Bacaan Rakyat. Tujuannya untuk mengimbangi usaha
penerbitan yang dilakukan kaum pribumi. Pada tahun 1908, penerbit ini diubah namanya menjadi Balai Pustaka.
Hingga Jepang masuk ke Indonesia, Balai Pustaka belum pernah menerbitkan buku pelajaran karena bidang ini
dikuasai penerbit swasta belanda. Sekitar tahun 1950-an, penerbit swasta nasional mulai bermunculan. Sebagian
besar berada di pulau Jawa dan selebihnya di Sumatera. Pada awalnya, mereka bermotif politis dan idealis. Mereka
ingin mengambil alih dominasi para penerbit
Belanda yang setelah penyerahan kedaulatan di tahun 1950 masih diijinkan berusaha di Indonesia. Pada tahun
1955, pemerintah Republik Indonesia mengambil alih dan menasionalisasi semua perusahaan Belanda di
Indonesia. Kemudian pemerintah berusaha mendorong pertumbuhan dan perkembangan usaha penerbitan buku
nasional dengan jalan memberi subsidi dan bahan baku kertas bagi para penerbit buku nasional sehingga penerbit
diwajibkan menjual buku-bukunya denga harga murah. Pemerintah kemudian mendirikan Yayasan Lektur yang
bertugas mengatur bantuan pemerintah kepada penerbit dan mengendalikan harga buku. Dengan adanya yayasan
ini, pertumbuhan dan perkembangan penerbitan nasional dapat meningkat dengan cepat. Menurut Ikatan Penerbit
Indonesia (IKAPI) yang didirikan 1950, penerbit yang menjadi anggota IKAPI yang semula berjumlah 13 pada
tahun 1965 naik menjadi 600-an lebih. Pada tahun 1965 terjadi perubahan situasi politik di tanah air. Salah satu
akibat dari perubahan itu adalah keluarnya kebijakan baru pemerintah dalam bidang politik, ekonomi dan moneter.
Sejak akhir tahun 1965, subsidi bagi penerbit dihapus. Akibatnya, karena hanya 25% penerbit yang bertahan,
situasi perbukuan mengalami kemunduran. Sementara itu, pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Mashuri, kemudian menetapkan bahwa semua buku pelajaran disediakan oleh pemerintah. Keadaan
tidak bisa terus-menerus dipertahankan karena buku pelajaran yang meningkat dari tahun ke tahun. Karena itu,
diberikan hak pada Balai Pustaka untuk mencetak buku-buku yang dibutuhkan di pasaran bebas. Para penerbit
swasta diberikan kesempatan menerbitkan buku-buku pelengkap dengan persetujuan tim penilai. Hal lain yang
menonjol dalam masalah perbukuan selama Orde Baru adalah penerbitan buku yang harus melalui sensor dan
persetujuan kejaksaan agung. Tercatat buku-buku karya Pramudya Ananta Toer, Utuj Tatang Sontani dan beberapa
pengarang lainnya, tidak dapat dipasarkan karena mereka dinyatakan terlibat G30S/PKI. Sementara buku-buku
“Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai”, kemudian “Era Baru, Pemimpin Baru” tidak bisa dipasarkan karena
dianggap menyesatkan, terutama mengenai cerita-cerita seputar pergantian kekuasaan pada tahun 1966.
Proses Penerbitan Buku
Menurut Manik Purba yang dikutip dalam sebuah website mengemukakan bahwa proses penerbitan buku adalah
sebagai berikut :
1. Misalkan anda sebagai pengarang ingin menegajukan naskah kumpulan puisi ke penerbit A.
2. Yang anda ajukan cukup naskahnya dalam bentuk ketikan (misalnya Ms. Word) dan bisa disertai print outnya
agar memudahkan penerbit dalam memproses naskah tersebut. Penerbit biasanya memberikan banyak kemudahan
bagi pengarang yang sudah banyak mengarang buku. Penerbit mau saja menerima kiriman naskah melalui email
dan sebagainya.
3. Penerbit akan menentukan apakah naskah tersebut layak diterbitkan dan kira-kira dibutuhkan masyarakat (ada
penilaian terhadap isi naskah maupun kwalitas/bobot pengarangnya).
4. Lalu penerbit akan mengontak pengarang dan membicarakan isi naskah maupun honor.
5. Sistem honor tergantung sistem yang dianut oleh penerbit. Bisa bersifat langsam (seolah naskah tersebut dibeli
oleh penerbit) dengan memberi harga pada naskah tersebut, misalnya dibeli seharga Rp 3.000.000.- dan dibayar
secara sekaligus atau bertahap. Tergantung pengajuan penerbit dan disetujui oleh pengarang.
6. Kerugian sistem ini bagi pengarang adalah: penerbit bisa mencetak naskah tersebut dalam jumlah banyak dan
bisa dicetak beberapa kali, tanpa memberi honor tambahan lagi kepada pengarang.
7. Bisa juga dengan sistem royalti dimana pengarang memperoleh persentase terhadap harga naskah/ buku
tersebut. Rata-rata nilai royalti: 10% s/d 15% dari harga buku yang terjual. Pengarang-pengarang yang sudah
terkenal sering ditawari honor yang tinggi karena penerbit yakin buku karangannya bakal laku keras. Misalnya:
buku tersebut akan dicetak sebanyak 5.000 buah/eksamplar dan dijual dengan harga Rp 15.000.- per eksemplar.
Maka pengarang akan memperoleh honor (dianggap semua buku terjual): 10% x 5.000 x Rp 15.000.- Sering
pembayaran ini pun dilakukan secara bertahap misalnya 1 x 3 bulan atau 1 x 6 bulan. Bila buku tersebut dicetak
ulang lagi, maka penerbit membuat perjanjian lagi dan pengarang akan memperoleh royalti lagi. Biasanya penerbit
akan mengontak pengarang lagi untuk cetak ulang (karena bisa jadi pengarang tidak bersedia lagi dan mau pindah
ke penerbit lain).
8. Dengan menggunakan softcopy naskah yang diberikan dalam bentuk ketikan Microsoft Word tersebut, penerbit
akan mengolahnya dan mengatur layout serta membuat desain covernya. Desain cover bisa juga diajukan oleh
pengarang bila pengarang juga seorang yang ahli dalam desain. Setelah desain cover dan layout isi buku telah
selesai, maka akan dimulai proses cetak.
9. Proses cetak sering dimulai dengan mencetak contoh (dummy) dulu dan melihat hasilnya agar kelak tidak
terjadi kesalahan besar. Setelah itu akan dilakukan proses cetak sejumlah yang diinginkan (misalnya: 5.000 buah
buku).
10. Penerbit akan memberikan buku contoh hasil cetakan bagi pengarang untuk file pribadinya dan kemudian
penerbit akan melakukan pembayaran kepada pengarang sesuai perjanjian yang telah disepakati/ditandatangani.
Bila buku tersebut ingin dicetak terus dan ternyata pengarangnya telah meninggal, maka perjanjian dan hak
pembayaran royalti akan diberikan kepada ahli waris (istri/ anaknya) dan seterusnya penerbit akan berurusan
dengan ahli warisnya.
11. Penerbit akan menyebarkan buku tersebut ke toko buku untuk dibeli oleh masyarakat.
12. Perjanjian Royalti adalah antara pengarang dan penerbit, sedangkan Hak Cipta adalah Hak Pengarang yang
bisa diurus oleh pengarang dengan mendaftarkannya ke Departement Kehakiman dan HAM, Direktorat Hak Cipta.
Penerbit tidak mengurus Hak Cipta karena Hak Cipta adalah urusan pengarang (kecuali naskah tersebut telah dibeli
oleh Penerbit dan sepenuhnya menjadi hak milik penerbit). Tidak banyak buku yang didaftarkan Hak Ciptanya
oleh pengarang, biasanya buku-buku yang sangat terkenal atau buku yang bakal dibutuhkan terus yang didaftarkan
Hak Ciptanya oleh pengarang.
Pengadaan Naskah
Penerbitan buku akan berjalan dengan lancar bila ada naskah. Naskah merupakan bahan baku penerbit yang utama.
Naskah, tentu saja ditulis oleh penulis oleh penulis atau pengarang. Dengan demikian, pengarang, naskah, dan
penerbitan merupakan tiga bagian yang tak terpisahkan. Ketiganya merupakan degup jantung yang menghidupkan
penerbit.
Penerbit harus mengetahui buku-buku apa saja yang dibutuhkan oleh pembaca, karena itu penerbit membutuhkan
langkah-langkah yang berarti, dimana langkah yang pertama adalah mencari buku yang harus diterbitkan dalam
bidangnya, contohnya adalah buku-buku sekolah dasar, maka dari itu buku yang dibutuhkan adalah buku banyak
menunjang pelajaran , naskah yang ditulis harus dapat disesuiakan apabila terjadi penyempurnaan kurikulum,
keluesan peyajian isi naskah perlu diperhatikan, dsatu segi kedalaman dan keluasan badan. Metodologi dan sistem
evaluasinya harus sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku serta urutan penyajian bahan disesuiakan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Langkah kedua adalah mencari pengarang yang mampu menulis buku yang dimaksud. Menurut Paembonan (1990:
30) pengarang yang ditunjuk setidak-tidaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Menguasai ilmu dan materi pelajaran yang akan ditulis.
2. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang psikologi belajar, didaktik, dan metodik pengajaran yang
bersangkutan .
3. Memiliki pengalaman mengajar dalam mata pelajaran yang akan ditulisnya.
4. Memiliki kemahiran dan pengalaman menulis buku. Akan tetapi, sejalan dengan semakin ketatnya persaingan
antar penerbit, maka cara lama dengan menunggu naskah ini sudah mulai ditinggalkan. Penerbit sudah mulai gesit
mencari gagasan dan mewujudkannya menjadi buku. Dalam badan penerbitan, tugas mengadakan naskah ini
dibedakan kepada penyunting, khususnya penyunting pengada naskah. Adapun yang harus diperhatikan dalam
pengadaan naskah ini adalah sebagai berikut:
1. Sumber Naskah
Naskah yang terbaru harus dicari oleh seorang penyunting, ia dapat menemukan gagasan naskah melalui pameran
buku, reuni, pertemuan antar pakar bidang ilmu tertentu dan lain sebagainya. Maka dicarilah penulis yang mampu
menuangkan gagasannya itu dalam bentuk tertulis. Penulis dapat diketahui dari daftar nama pengarang yang sesui
dengan daftar penulis atau pengarang yang dimiliki penerbit.
Selain itu dapat pula dengan cara mencari pengrang buku sejenis yang telah beredar. Cara lain untuk mendapatkan
naskah adalah penerbit melakukan seyembara mengarang ataupun menghubungi langsung orang yang ahli dalam
bidang ilmu pengetahuan yang tertentu.
Penggunaan buku berbahasa asing dibutuhkan penerjemah naskah. Seorang penerjemah harus menguasai bahasa
asing tersebut dengan baik. Penerbitan harus pandai memilih judul serta memilih penerjemah yang berkemampuan
baik dan mendapatkan izin penerjemahan dari pemilik hak cipta buku yang asli.
2. Penilain Naskah
Penyunting bertugas menentukan apakah sebuah naskah akan diterima untuk diterbitkan atau ditolak. Penyunting
menilai naskah antara lain dari isinya, cakupannya, penyusunan isi, cara penyajian dan bahasa. Bila penyunting
tidak dapat member penilain tentang isi dan cakupan naskah, maka ia dapat meminta bantuan seorang penelaah
ataupun pakar dalam bidang ilmu yang berhubungan dengan buku tersebut.
Penyuntingan
Bagian penyuntingan merupakan inti sebuah penerbitan, karena fungsinya yang utama mengembangkan naskah,
dibagian inilah bahan baku penerbitan yang berupa naskah diolah dan dipersiapkan sehingga naskah yang tadinya
masih mentah menjadi siap dan layak terbit. Yang paling bertanggung jawab atas isi sebuah buku tentu pengarang,
namun penerbit yang baik akan menerbitkan naskah yang seharusnya memerlukan penyuntingan atau belum layak
terbit.
Pekerjaan penyuntingan naskah disebuah penerbitan yang besar terdiri dari:
1. Kontrak Penerbitan
Penerimaan naskah oleh penerbitan harus benar-benar hasil karya pengarang yang bersangkutan, bukan hasil
jiplikan. Jaminan pengarang dalam hal ini sangat penting dan harus tertuang dalam kontrak penerbitan naskahnya.
Kontrak atau surat perjanjian penerbitan itu harus ditanda tangani oleh pengrang dan pihak penerbit sebelum
naskah tersebut diolah lebih lanjut.
2. Penyerahan Naskah
Naskah biasanya diserahkan oleh pengarang pada pihak penerbit dalam bentuk tertulis, ketikan maupun disket.
Naskah diserahkan rangkap satu dan untuk pengarang biasanya memiliki arsipnya.
3. Ketaat Asasan
Naskah disebut taat asas bila penyajiannya mengikuti pola tertentu dengan tetap. Di indonesia belum ada pedoman
yang mantap mengenai asasan sebuah naskah,namun sebagai patokan penerbit dapat berpedoma Ejaan Yang
Disempurnakan terbitan pusat pengembangan dan pembinaan bahasa.
4. Tata Bahasa
Penggunaan bahasa yang baik dan benar merupakan syarat yang harus di penuhi oleh sebuah naskah. Kalimat yang
mengungkapkan pesan pengarang harus dapat dipahami pembaca. Penyuntingan memberikan saran kepada penulis.
sehingga naskah yang ada tidak hanya berbobot isinya namun baik bahasanya.
5. Kelengkapan Naskah
Naskah yang telah selesai, diserahkan oleh penyuntingan kegiatan prodiksi untuk di persiapkan percetakannya
menjadi buku.kelengkapan naskah terdiri dari:
a. Cover
b. Halaman Judul Utama
c. Halaman Persembahan
d. Kata Pengantar
e. Daftar Isi
f. Tabel
g. Ilustrasi
h. Singkatan
i. Lambang
j. Catatan Kaki
k. Daftar Pustaka
l. Lampiran
m. Indeks
n. Biografi singkat
PERCETAKAN
Pengertian percetakan
Pencetak adalah pembuat buku dalam arti fisik. Jadi percetakan adal organisasi badan usaha, baik swasta maupun
pemerintah, yang kegiatannya memperbanyak atau mencetak buku. Percetakan harus mempunyai izin untuk
menjual jasa grafika atau cetak dari departemen perindustrian dan perdagangan RI.
Percetakan adalah sebuah proses industri (baik dilakukan oleh industri berskala kecil maupun besar) untuk
memproduksi secara massal tulisan dan gambar, terutama dengan tinta di atas kertas menggunakan sebuah mesin
cetak. Percetakan juga merupakan sebuah bagian penting dalam penerbitan dan percetakan transaksi. Di samping
itu, percetakan pun tidak hanya fokus pada cetak saja secara kasat mata, tetapi di sana mencakup berbagai tekhnik
dan jenis kegiatan yang dilakukan, seperti desain, penempatan warna yang tepat, pengukuran jenis kertas, dan lain
sebagainya.
Dalam dunia percetakan banyak banner, kartu undangan, kartu nama, buku, koran, brosur, flyer dan majalah
sekarang ini biasanya dicetak menggunakan teknik percetakan offset. Gambar yang akan dicetak diprint di atas
film lalu ditransfer ke plat cetak. Warna-warna bisa didapatkan dengan menimpakan beberapa pola warna dari
setiap pelat offset sekaligus. Kejelian dalam menentukan warna dan jenis kertas yang digunakan di setiap cetak
yang diinginkan, membuat hasil cetakan akan lebih bagus dan maksimal serta profesional.
Sejarah percetakan
Percetakan yang ada saat ini tidak muncul dengan sendirinya, tetapi dimulai oleh beberapa orang sehingga
percetakan dapat dikenal saat ini. Percetakan pertama kali ditemukan oleh masyarakat cina pada abad 14 sehingga
tak heran jika kebanyakan mesin cetak terbuat dan bermerk berasal dari cina.
Namun sebelum itu, sejarah menuliskan informasi tanggal dari gambar dinding gua yang berumur lebih dari 30.000
tahun. Pada tahun 2500 B.C., orang Mesir mengukir hieroglyphics pada batu. Akan tetapi, percetakan yang kita
ketahui sekarang tidak ditemukan hingga lebih dari sekitar 500 tahun yang lalu.
Di Eropa, sebelum percetakan ditemukan, semua informasi yang tercatat ditulis dengan tangan. Buku-buku dengan
hati-hati disalin oleh ahli tulis (scribes) yang sering menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikan satu
jilid buku. Metode ini begitu lambat dan mahal dan hanya sedikit orang yang memiliki kesempatan atau
kemampuan untuk membaca karya yang telah selesai.
Teknik cetak pertama kali yang dikenal dimulai dari Kota Mainz, Jerman pada tahun 1440 yang merupakan sentra
kerajinan uang logam saat itu. Pertama kali metode cetak diperkenalkan oleh Johannes Gutenberg dengan inspirasi
uang logam yang digesekkan dengan arang ke atas kertas.
Relief uang logam menimbulkan ide untuk membuat permukaan dengan tinggi bervariasi. Hal ini dikenal dengan
nama cetak tinggi. Dan sampai saat ini, perkembangan dunia percetakan semakin canggih dengan jenis mesin dan
kertas yang memudahkan para pebisnis dunia percetakan dalam menjalankan kegiatannya. Tidak perlu
membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan cetakan yang diinginkan, baik untuk cetak kartu undangan,
invoice atau bon bisnis Anda, maupun jenis cetak lainnya.
PERBEDAAN PENERBITAN DAN PERCETAKAN
Penerbitan dan percetakan adalah dua hal yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Meskipun demikian
penerbitan dan percetakan itu berbeda. Secara sederhana penerbit bisa dikatakan sebagai industri gagasan
sementara percetakan seperti industri biasa yang menggunakan mesin-mesin.
Mengutip dari buku Taktis Menyunting Buku karya Bambang Trim, perbedaan penerbit dan percetakan
adalah sebagai berikut :
Penerbitan Percetakan
Investasi minim Investasi besar
Running by program Running by orde
BEP dalam jangka pendek BEP dalam jangka panjang
Margin keuntungan besar Margin keuntungan kecil
Resiko tidak terjual Resiko kesalahan cetak
Penerbit dan percetakan memiliki hubungan yang erat. Hubungan yang erat tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut ;
1. Penerbit berbeda dengan percetakan karena modal utamanya adalah gagasan yang kemudian diolah menjadi
buku siap terbit.
2. Percetakan modal utamanya adalah mesin-mesin yang digunakan untuk menerima order cetak,
termasuk buku.
3. Tidak semua penerbit memiliki percetakan, dan tidak harus juga memiliki percetakan.
Daftar pustaka
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/564/jbptunikompp-gdl-liamuchlis-28173-4-bab2-lia.pdf
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/564/jbptunikompp-gdl-liamuchlis-28173-4-bab2-lia.pdf
http://orsemaproduction.com/pengertian-dan-sejarah-percetakan/
Syahid, Muhammad. 2014. Paper Pengantar Ilmu Penerbitan. Jakarta