DAFTAR ISI - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/deapristotia/files/2015/05/PENERBITAN-DAN-PERCETAKAN.pdf ·...

14

Transcript of DAFTAR ISI - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/deapristotia/files/2015/05/PENERBITAN-DAN-PERCETAKAN.pdf ·...

Page 1: DAFTAR ISI - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/deapristotia/files/2015/05/PENERBITAN-DAN-PERCETAKAN.pdf · pariwisata. Adakalanya sebuah buku diterbitkan dalam bahasa tertentu. Misalnya
Page 2: DAFTAR ISI - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/deapristotia/files/2015/05/PENERBITAN-DAN-PERCETAKAN.pdf · pariwisata. Adakalanya sebuah buku diterbitkan dalam bahasa tertentu. Misalnya

DAFTAR ISI

PENERBITAN BUKU ............................................................................................................................ 3

Pengertian Penerbitan Buku ................................................................................................................. 3

Perkembangan Dunia Tulis-Menulis .................................................................................................... 4

Jenis Penerbit Menurut Buku Terbitannya ............................................................................................ 5

Jenis Penerbit Menurut Statusnya ......................................................................................................... 6

Jenis Terbitan ...................................................................................................................................... 6

Sejarah Penerbitan Buku di Indonesia .................................................................................................. 7

Proses Penerbitan Buku ....................................................................................................................... 8

Pengadaan Naskah ............................................................................................................................... 9

Penyuntingan ..................................................................................................................................... 11

PERCETAKAN .................................................................................................................................... 12

Pengertian percetakan ........................................................................................................................ 12

Sejarah percetakan ............................................................................................................................. 12

PERBEDAAN PENERBITAN DAN PERCETAKAN ........................................................................... 13

Daftar pustaka ....................................................................................................................................... 14

Page 3: DAFTAR ISI - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/deapristotia/files/2015/05/PENERBITAN-DAN-PERCETAKAN.pdf · pariwisata. Adakalanya sebuah buku diterbitkan dalam bahasa tertentu. Misalnya

PENERBITAN BUKU

Pengertian Penerbitan Buku

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 91), kata penerbit diberikan dibawah kata terbit. Terbit antara lain

mengandung arti keluar untuk diedarkan (tentang surat kabar, buku, dan sebagainya) kata penerbit sebagai

bentukan kata terbit mengandung arti orang atau perusahaan yang menerbitkan buku, majalah, dan sebagainya.

Pada mulanya, penerbitan adalah percetakan, yaitu sebagai kegiatan pembuatan (manufacturing), dan belum

berfungsi sebagai penyebarluasan. Lalu pada abad ke-19, penerbit berfungsi sebagaimana fungsinya yang

sekarang, yakni sebagai promotor dari kata-kata tercetak. Dunia penerbitan dan percetakan berkembang terus, baik

cakupan pekerjaannya maupun peralatan pendukungnya. Dalam dunia penerbitan semakin banyak jenis buku yang

diterbitkan, dalam berbagai bahasa, dan disebarkan diberbagai negara. Maka terciptalah berbagai jenis penerbit

yang mengkhususkan diri menerbitkan buku tertentu, misalnya jenis buku anak-anak, buku pelajaran sekolah, buku

pariwisata. Adakalanya sebuah buku diterbitkan dalam bahasa tertentu. Misalnya buku pariwisata Indonesia

diterbitkan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Agar menarik, buku perlu dirancang secara khusus, sesuai

dengan jenisnya. Dalam dunia perbukuan, selain penerbit dan percetakan, dikenal pula pihak perancang buku.

Mereka inilah yang bertugas menangani penampilan buku agar menarik dan sesuai dengan isinya. Di negara yang

penerbitannya telah lebih maju, pengkhususan bidang pekerjaan ini sudah lebih merinci. Sehinggga dikenal

perusahaan yang khusus menyiapkan naskah, merancang buku, mengatur perbanyak naskah, mencetak, menjilid,

mempromosikan. Mendistribusikan, dan menjual buku. Masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Di

Indonesia, pada umumnya semua tugas penerbitan penerbitan, perancangan, dan percetakan ini masih dikelola

dalam satu atau dua perusahaan saja.

Perkembangan pekerjaan di dunia perbukuan ini juga diikuti oleh perkembangan peralatan pendukungnya. Mesin

tik biasa telah berkembang menjadi mesin tik elektronik dengan berbagai macam kemampuan. Penemuan

komputer semakin memacu perkembangan peralatan penerbit dan percetakan. Pengetikan naskah sudah tidak lagi

menggunakan mesin tik, melainkan dengan memanfaatkan komputer dan program pengolah kata seperti WordStar

dan WordPerfect. Merancang halaman dan sampul buku pun sudah dikerjakan dengan komputer. Mesin cetak dan

mesin potong kertas sudah juga dikomputerkan.

Dengan semakin berkembangnya perincian pekerjaan dalam dunia perbukuan, semakin berkembang juga masalah

yang dihadapi. Di pihak penerbit, hak dan kewajiban penulis maupun penyunting yang mewakili penerbit semakin

menuntut rincian yang lebih tegas. Demikian pula keterlibatan pihak lain seperti perancang, percetakan, dan toko

buku. Untuk mengatur kepentingan semua pihak itu diperlukan serangkaian ketentuan. Maka diciptakanlah Surat

Perjanjian Penerbitan, Undang-Undang Hak Cipta, Uang Jasa Penulis, ISBN, dan sebagainya. Menurut Pambudi

(1981: 1) penerbitan adalah pencetakan, yaitu sebagai kegiatan pembuatan (manufacturing), dan belum berfungsi

sebagai penyebarluasan. Pada abad kesembilan belas, penerbit berfungsi sepertti fungsinya yang sekarang., yaitu

sebagai promotor sari kata-kata tercetak. Mempublikasikan kepada umum, mengetengahkan ke khalayak ramai,

Page 4: DAFTAR ISI - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/deapristotia/files/2015/05/PENERBITAN-DAN-PERCETAKAN.pdf · pariwisata. Adakalanya sebuah buku diterbitkan dalam bahasa tertentu. Misalnya

kata dan gambar yang telah diciptakan oleh jiwa-jiwa kreatif, kemudian disunting oleh para penyunting unutk

selanjutnya digandakan oleh para pencetak.

Altbach (2000: 45) mengemukakan pendapat bahwa penerbit buku merupakan seorang investor dalam perbukuan.

Penerbit adalah seorang yang mengeluarkan uang untuk pengarang, penerjemah, penyunting, pencetak, pabrik

kertas, dan yang lain-lain untuk memproduksikan buku, dan untuk para penjual, pemasang iklan, dan mereka yang

membantu dalam pemasarannya, dan menerima uang dari penjual buku dan yang lain-lain yang membeli buku

tersebut atau yang membeli hak untuk menggunakan isi buku itu dalam berbagai cara. Penerbit berharap,

menerima uang lebih banyak daripada yang dikeluarkan.

Informasi dari salah satu media elektronik Wikipedia menyebutkan bahwa penerbit atau penerbitan adalah industri

yang berkonsentrasi memproduksi dan memperbanyak sebuah literatur dan informasi- atau sebuah aktivitas

membuat informasi yang dapat dinikmati publik. Aminoedin (1989: 165) mengatakan, editor mula-mula berarti

penerbit. Di prancis sampai sekarang masih ditulis editeur pada kulit dan halaman judul buku. Asal kata ini dari

bahasa latin editus, bentuk past participle dari edere. Artinya menerbitkan. Dahulu waktu penerbitan masih langka

penerbit dan editor itu diwakili oleh satu orang saja. Dia (penerbit dan editor) yang mencari naskah, menyunting

naskah, mempersiapkah naskah untuk percetakan, mencari bahan, menjual buku, dan sebagainya. Penerbitan

sekarang sudah berkembang dengan pesat sekali. Tidak mungkin lagi semua itu dilakukan oleh satu orang.

Sekarang tugas dibagi-bagi. Ada pimpinan penerbit (selanjutnya disingkat dengan penerbit saja), dan ada editor.

Pekerjaan pimpinan penerbitan adalah mencari editor, mencari langganan, bahan untuk proses percetakan buku,

memikirkan penjualan, penyimpanan stok dan sebagainya, biasanya hal-hal yang tidak langsung mengenai suatu

naskah. Pekerjaan yang berhubungan langsung dengan naskah diserahkan kepada editor. Pekerjaan ini adalah

menghubungi pengarang, kadang-kadang juga mencari pengarang, menilai naskah, menghubungi pembaca ahli

kalau naskah diterima, menyunting naskah, mempersiapkannya untuk tipografi, memikirkan cara-cara percetakan

yang sesuai seperti pemakaian huruf-huruf, penjilidannya, kertas yang akan dipakai, ukuran buku dan lain-lain,

mengumpulkan bahan untuk pengikalanan, mengawasi percetakan dan sebagainya.

Perkembangan Dunia Tulis-Menulis

Manusia mulai mengenal bahan tertulis dari peninggalan batu bertulis, kepingan batu yang bertatahkan rangkaian

huruf yang mirip gambar, seperti hieroglif dari mesir serta tulisan dalam gulungan daun lontar dan papirus.

Sebagaimana diketahui bahwa sudah sejak barabad-abad yang lalu manusia mengenal huruf. Menurut catatan

sejarah adalah dengan dibawanya sejenis kertas dari negeri Cina oleh para saudagar Eropa pada abad ke-15.

Perkembangan lebih lanjut adalah penemuan cikal bakal mesin cetak yang kita kenal sekarang oleh Johann

Gutenberg di Mainz, jerman sekitar tahun 1450. Sejak itulah mesin cetak berkembang pesat dan sekarang sekitar

enam tahun setengah abad sejak masa Gutenberg, computer turut berperan dalam dunia tulis- menulis.

Perkembangan pekerjaan dunia perbukuan diikuti oleh perkembangan peralatan pendukungnya. Mesin tik biasa

telah berkembang menjadi mesin tik elektronik dengan berbagai macam kemampuan. Penemuan komputer

semakin memacu perkembangan peralatan penerbitan dan percetakaan. Pengetikan naskah sudah tidak lagi

Page 5: DAFTAR ISI - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/deapristotia/files/2015/05/PENERBITAN-DAN-PERCETAKAN.pdf · pariwisata. Adakalanya sebuah buku diterbitkan dalam bahasa tertentu. Misalnya

menggunakan mesin tik, melainkan dengan memanfaatkan komputer dengan program pengelolah kata dengan

berbagai fasilitas yang tersedia. Selain itu untuk merancang halaman dan sampul buku telah dilakukan dengan

program ventura dan coreldraw. Mesin cetak dan mesin pemotong juga telah menggunakan komputer. Buku

elektronik yaitu buku dalam bentuk cakram padat kini semakin dikenal, semua kemajuan tehnologi semakin

mempermudah pekerjaan penerbitan dan pendidikan.

Selain buku, masih banyak lagi jenis terbitan lain yang biasa diterbitkan oleh sebuah penerbit. Seperti:

1. Jurnal

Jurnal adalah terbitan berkala yang berbentuk pamflet berseri berisi bahan yang sangat diminati orang saat

diterbitkan . Bila dikaitkan dengan kata ilmiah di belakang kata jurnal dapat terbitan berarti berkala yang berbentuk

pamflet yang berisi bahan ilmiah yang sangat diminati orang saat diterbitkan.

2. X- banner

Jika kita mengacu kepada kaidah dasar poster, X banner ini adalah karya seni atau desain grafis yang memuat

komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar. Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau

permukaan datar lainnya dengan sifat mencari perhatian mata sekuat mungkin. Karena itu X banner biasanya

dibuat dengan warna-warna kontras dan kuat.

3. Brosur

Brosur adalah terbitan tidak berkala yang tidak dijilid keras, lengkap (dalam satu kali terbitan), memiliki paling

sedikit 5 halaman tetapi tidak lebih dari 48 halaman, di luar perhitungan sampul. Adanya perkembangan penerbitan

buku dan sejenisnya semakin banyak masalah yang dihadapi, dipihak penerbitan hak dan kewajiban penulis

maupun penyuntingan yang mewakili penerbitan dituntut untuk lebih berpotensi.

Jenis Penerbit Menurut Buku Terbitannya

Secara lebih luas, penerbit dapat kita golongkan antara lain menurut jenis terbitannya. Dari sudut ini kita mengenal

tiga kelompok besar penerbit, yaitu penerbit buku umum, penerbit buku anak-anak, dan penerbit khusus.

Kelompok yang terakhir ini dapat dibagi lagi menjadi penerbit buku pelajaran sekolah dasar dan menengah,

penerbit buku universitas, dan penerbit buku ilmiah.

1. Penerbit Buku Umum

Pembaca sasaran penerbit ini adalah khalayak ramai yang sudah tentu sangat beragam, sukar dikenali, dan sukar

diperkirakan. Porsi terbesar karya penerbit jenis ini adalah buku fiksi. Dalam hal ini, pengarang yang sudah sukses

dan terkenal merupakan kekayaan penerbit yang tak ternilai. Puncak penjualan buku umum biasanya dicapai pada

setahun pertama penerbitan, yaitu pada saat penerbit mempromosikan buku-buku terbitan terbarunya.

2. Penerbit Buku Anak-Anak

Pada penerbit jenbis ini, judul-judul lama merupakan modal utama karena pada umumnya buku anak-anak yang

klasik selalu dicetak ulang. Agar menarik buat pembaca yang masih kecil-kecil, buku anak-anak biasanya sarat

warna, sehingga biaya produksinya besar. Untuk mengatasi biaya besar itu, penerbit sering bekerja sama dengan

penerbit lain. Khusunya penerbit luar negri untuk menerbitkan judul yang sama.

Page 6: DAFTAR ISI - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/deapristotia/files/2015/05/PENERBITAN-DAN-PERCETAKAN.pdf · pariwisata. Adakalanya sebuah buku diterbitkan dalam bahasa tertentu. Misalnya

3. Penerbit Buku Khusus

Dalam kelompok ini terdapat penerbit buku pelajaran sekolah dasar dan menengah (selanjutnya disebut penerbit

buku sekolah), penerbit buku universitas, dan penerbit buku ilmiah. Diperkirakan 65% penerbit di Indonesia

bergerak dalam penerbitan buku sekolah (termasuk buku anak-anak), dan sekitar 15% menerbitkan buku

universitas. Penerbit buku ilmiah jumlahnya sangat sedikit, diperkirakan tidak sampai 5% (ceramah ketua IKAPI,

Juli 1990).

Jenis Penerbit Menurut Statusnya

Penerbit dapat juga dikelompokkan menurut statusnya, yaitu penerbit swasta dan penerbit pemerintah. Penerbit

swasta dikelola oleh badan swasta, biasanya mengutamakan keuntungan. Sebaliknya, penerbit pemerintah dikelola

oleh lembaga pemerintah, dan biasanya tidak terlalu menggutamakan keuntungan, melainkan lebih

menitikberatkan pemenuhan kebutuhan pemerintah.

Jenis Terbitan

Seperti juga penerbit, terbitan dapaat dikelompokkan. Pengelompokkan pertama adalah menurut jenis barang yang

diterbitkan, yaitu majalah, koran, dan buku. Majalah dan jurnal ilmiah biasanya terbit dalam bentuk seperti buku,

yaitu mempunyai sampul dan isi. Keduanya terbit secara berkala, dapat mingguan, bulanan, tribulanan, dan

sebagainya. Berbeda dengan koran dan majalah, buku tidak terbit secara berkala. Sebuah buku dapat dicetak

beberapa kali dengan isi yang tetap sama. Buku yang dicetak pertama kali disebut cetakan pertama, yang kedua

kali cetakan kedua, dan seterusnya. Bila buku dipinda oleh pengarangnya, artinya ada perubahan nyata dalam

isinya, maka buku hasil pindaan itu disebut edisi baru. Jadi, buku berjudul sama tetapi edisinya berbeda, tentu

berbeda isinya, meskipun perbedaan itu tidak selalu mencolok.

Menurut sampulnya, buku dapat dikelompokkan dalam dua bagian besar. Buku bersampul tegar dan bersampul

lembek. Dewasa ini, berkat kemajuan teknologi di bidang perbukuan, jenis sampul sudah lebih beragam, ada yang

terbuat dari sejenis plastik atau kulit buatan. Jenis kertas sampulpun bermacam-macam, sehingga sampul untuk

buku bersampul lembek dapat dipilih sesuai dengan keinginan.

Kita juga mengenal kelompok buku fiksi dan nonfiksi. Buku fiksi adalah rekaan pengarang, misalnya novel dan

cerita pendek, serta buku rekaan ilmiah. Buku nonfiksi adalah kebalikan buku fiksi, yaitu buku yang ditulis

berdasarkan kejadian nyata, fakta, atau hukum alam. Contohnya adalah biografi dan buku ilmu pengetahuan.

Dari pembacanya kita mengenal pembaca dewasa, kaum wanita, kaum pria, anak-anak, remaja, pelajar, mahasiswa,

kelompok berpendidikan tinggi, kelompok berpendidikan rendah, kaum profesional (orang yang mempunyai

keahlian tertentu yang diperlukan untuk kelancaran pekerjaannya, misalnya para manajer perusahaan, ahli

komputer, pakar olah raga, guru, juru masak), dan sebagainya.

Dari isinya buku dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok besar. Jika kita pada jenis pengelompokkan

pokok bahasan menurut sistem Dewey yang lazim digunakan, maka kita mengenal kelompok buku yang

membahas tentang informasi, agama, ekonomi, sosial, matematika, fisika, kedokteran dan farmasi, teknik,

Page 7: DAFTAR ISI - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/deapristotia/files/2015/05/PENERBITAN-DAN-PERCETAKAN.pdf · pariwisata. Adakalanya sebuah buku diterbitkan dalam bahasa tertentu. Misalnya

arsitektur dan sipil, sastra dan fiksi, dan geografi. Kelompok besar ini dapat dibagi lagi menjadi kelompok yang

lebih kecil, misalnya kelompok buku ekonomi dirinci menjadi bisnis, manajemen, akuntansi, dan lain-lain.

Perkembangan teknologi yang sangat pesat dalam dunia penerbitan dan percetakan mendorong diciptakannya jenis

terbitan yang tidak menggunakan kertas sebagai wahananya. Di masa awal 1960-an sudah dikenal naskah dalam

bentuk gulungan film dan mikrofis. Untuk membaca naskah yang dimuat dalam bentuk tersebut diperlukan alat

pembaca khusus yang dilengkapi dengan sebuah layanan seperti televisi. Di Indonesia alat seperti ini dapat

dijumpai antara lain di Perpustakaan Nasional, Perpustakaan PDII, Perpustakaan The British Council,

Perpustakaan Pusat ITB.

Sejumlah buku, khususnya buku rujukan seperti kamus, buku katalog, dan ensiklopedi, diterbitkaan dalam bentuk

cakram keras, disebut CD-ROM (compac disk- read only memory). Cakram tersebut dapat memuat data dalam

jumlah yang sangat besar, misalnya 18 jilid Encyclopedia Britanica yang tebalnya 200-an ribu halaman dapat

dimuat dalam satu cakram saja. Untuk membacannya, pembaca memerlukan seperangkat alat khusus yang dapat

menampilkan naskah dalam cakram itu pada layar monitor.

Disamping buku dalam bentuk yang bermacam-macam tadi, penerbit juga menyediakan alat pendukung lain seperti

lembaran teransparansi untuk menyajikan kuliah, bagan berbagai macam proses, slide, dan kaset video.

Sejarah Penerbitan Buku di Indonesia

Di Indonesia, awalnya bentuk buku masih berupa gulungan daun lontar. Menurut Ajip Rosidi (sastrawan dan

mantan ketua IKAPI), secara garis besar, usaha penerbitan buku di Indonesia dibagi dalam tiga jalur, yaitu usaha

penerbitan buku pelajaran, usaha penerbitan buku bacaan umum (termasuk sastra dan hiburan), dan usaha

penerbitan buku agama. Pada masa penjajahan Belanda, penulisan dan penerbitan buku sekolah dikuasai orang

Belanda. Kalaupun ada orang pribumi yang menulis buku pelajaran, umumnya mereka hanya sebagai pembantu

atau ditunjuk oleh orang Belanda. Usaha penerbitan buku agama dimulai dengan penerbitan buku-buku agama

Islam yang dilakukan orang Arab, sedangkan penerbitan buku –buku agama Kristen umumnya dilakukan oleh

orang-orang Belanda. Penerbitan buku bacaan umum berbahasa Melayu pada masa itu dikuasai oleh orang-orang

Cina. Orang pribumi hanya bergerak dalam usaha penerbitan buku berbahasa daerah. Usaha penerbitan buku

bacaaan yang murni dilakukan oleh pribumi, yaitu mulai dari penulisan hingga penerbitannya, hanya dilakukan

oleh orang-orang Sumatera Barat dan Medan. Karena khawatir dengan perkembangan usaha penerbitan tersebut,

pemerintah Belanda lalu mendirikan penerbit Buku Bacaan Rakyat. Tujuannya untuk mengimbangi usaha

penerbitan yang dilakukan kaum pribumi. Pada tahun 1908, penerbit ini diubah namanya menjadi Balai Pustaka.

Hingga Jepang masuk ke Indonesia, Balai Pustaka belum pernah menerbitkan buku pelajaran karena bidang ini

dikuasai penerbit swasta belanda. Sekitar tahun 1950-an, penerbit swasta nasional mulai bermunculan. Sebagian

besar berada di pulau Jawa dan selebihnya di Sumatera. Pada awalnya, mereka bermotif politis dan idealis. Mereka

ingin mengambil alih dominasi para penerbit

Page 8: DAFTAR ISI - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/deapristotia/files/2015/05/PENERBITAN-DAN-PERCETAKAN.pdf · pariwisata. Adakalanya sebuah buku diterbitkan dalam bahasa tertentu. Misalnya

Belanda yang setelah penyerahan kedaulatan di tahun 1950 masih diijinkan berusaha di Indonesia. Pada tahun

1955, pemerintah Republik Indonesia mengambil alih dan menasionalisasi semua perusahaan Belanda di

Indonesia. Kemudian pemerintah berusaha mendorong pertumbuhan dan perkembangan usaha penerbitan buku

nasional dengan jalan memberi subsidi dan bahan baku kertas bagi para penerbit buku nasional sehingga penerbit

diwajibkan menjual buku-bukunya denga harga murah. Pemerintah kemudian mendirikan Yayasan Lektur yang

bertugas mengatur bantuan pemerintah kepada penerbit dan mengendalikan harga buku. Dengan adanya yayasan

ini, pertumbuhan dan perkembangan penerbitan nasional dapat meningkat dengan cepat. Menurut Ikatan Penerbit

Indonesia (IKAPI) yang didirikan 1950, penerbit yang menjadi anggota IKAPI yang semula berjumlah 13 pada

tahun 1965 naik menjadi 600-an lebih. Pada tahun 1965 terjadi perubahan situasi politik di tanah air. Salah satu

akibat dari perubahan itu adalah keluarnya kebijakan baru pemerintah dalam bidang politik, ekonomi dan moneter.

Sejak akhir tahun 1965, subsidi bagi penerbit dihapus. Akibatnya, karena hanya 25% penerbit yang bertahan,

situasi perbukuan mengalami kemunduran. Sementara itu, pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Mashuri, kemudian menetapkan bahwa semua buku pelajaran disediakan oleh pemerintah. Keadaan

tidak bisa terus-menerus dipertahankan karena buku pelajaran yang meningkat dari tahun ke tahun. Karena itu,

diberikan hak pada Balai Pustaka untuk mencetak buku-buku yang dibutuhkan di pasaran bebas. Para penerbit

swasta diberikan kesempatan menerbitkan buku-buku pelengkap dengan persetujuan tim penilai. Hal lain yang

menonjol dalam masalah perbukuan selama Orde Baru adalah penerbitan buku yang harus melalui sensor dan

persetujuan kejaksaan agung. Tercatat buku-buku karya Pramudya Ananta Toer, Utuj Tatang Sontani dan beberapa

pengarang lainnya, tidak dapat dipasarkan karena mereka dinyatakan terlibat G30S/PKI. Sementara buku-buku

“Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai”, kemudian “Era Baru, Pemimpin Baru” tidak bisa dipasarkan karena

dianggap menyesatkan, terutama mengenai cerita-cerita seputar pergantian kekuasaan pada tahun 1966.

Proses Penerbitan Buku

Menurut Manik Purba yang dikutip dalam sebuah website mengemukakan bahwa proses penerbitan buku adalah

sebagai berikut :

1. Misalkan anda sebagai pengarang ingin menegajukan naskah kumpulan puisi ke penerbit A.

2. Yang anda ajukan cukup naskahnya dalam bentuk ketikan (misalnya Ms. Word) dan bisa disertai print outnya

agar memudahkan penerbit dalam memproses naskah tersebut. Penerbit biasanya memberikan banyak kemudahan

bagi pengarang yang sudah banyak mengarang buku. Penerbit mau saja menerima kiriman naskah melalui email

dan sebagainya.

3. Penerbit akan menentukan apakah naskah tersebut layak diterbitkan dan kira-kira dibutuhkan masyarakat (ada

penilaian terhadap isi naskah maupun kwalitas/bobot pengarangnya).

4. Lalu penerbit akan mengontak pengarang dan membicarakan isi naskah maupun honor.

5. Sistem honor tergantung sistem yang dianut oleh penerbit. Bisa bersifat langsam (seolah naskah tersebut dibeli

oleh penerbit) dengan memberi harga pada naskah tersebut, misalnya dibeli seharga Rp 3.000.000.- dan dibayar

secara sekaligus atau bertahap. Tergantung pengajuan penerbit dan disetujui oleh pengarang.

Page 9: DAFTAR ISI - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/deapristotia/files/2015/05/PENERBITAN-DAN-PERCETAKAN.pdf · pariwisata. Adakalanya sebuah buku diterbitkan dalam bahasa tertentu. Misalnya

6. Kerugian sistem ini bagi pengarang adalah: penerbit bisa mencetak naskah tersebut dalam jumlah banyak dan

bisa dicetak beberapa kali, tanpa memberi honor tambahan lagi kepada pengarang.

7. Bisa juga dengan sistem royalti dimana pengarang memperoleh persentase terhadap harga naskah/ buku

tersebut. Rata-rata nilai royalti: 10% s/d 15% dari harga buku yang terjual. Pengarang-pengarang yang sudah

terkenal sering ditawari honor yang tinggi karena penerbit yakin buku karangannya bakal laku keras. Misalnya:

buku tersebut akan dicetak sebanyak 5.000 buah/eksamplar dan dijual dengan harga Rp 15.000.- per eksemplar.

Maka pengarang akan memperoleh honor (dianggap semua buku terjual): 10% x 5.000 x Rp 15.000.- Sering

pembayaran ini pun dilakukan secara bertahap misalnya 1 x 3 bulan atau 1 x 6 bulan. Bila buku tersebut dicetak

ulang lagi, maka penerbit membuat perjanjian lagi dan pengarang akan memperoleh royalti lagi. Biasanya penerbit

akan mengontak pengarang lagi untuk cetak ulang (karena bisa jadi pengarang tidak bersedia lagi dan mau pindah

ke penerbit lain).

8. Dengan menggunakan softcopy naskah yang diberikan dalam bentuk ketikan Microsoft Word tersebut, penerbit

akan mengolahnya dan mengatur layout serta membuat desain covernya. Desain cover bisa juga diajukan oleh

pengarang bila pengarang juga seorang yang ahli dalam desain. Setelah desain cover dan layout isi buku telah

selesai, maka akan dimulai proses cetak.

9. Proses cetak sering dimulai dengan mencetak contoh (dummy) dulu dan melihat hasilnya agar kelak tidak

terjadi kesalahan besar. Setelah itu akan dilakukan proses cetak sejumlah yang diinginkan (misalnya: 5.000 buah

buku).

10. Penerbit akan memberikan buku contoh hasil cetakan bagi pengarang untuk file pribadinya dan kemudian

penerbit akan melakukan pembayaran kepada pengarang sesuai perjanjian yang telah disepakati/ditandatangani.

Bila buku tersebut ingin dicetak terus dan ternyata pengarangnya telah meninggal, maka perjanjian dan hak

pembayaran royalti akan diberikan kepada ahli waris (istri/ anaknya) dan seterusnya penerbit akan berurusan

dengan ahli warisnya.

11. Penerbit akan menyebarkan buku tersebut ke toko buku untuk dibeli oleh masyarakat.

12. Perjanjian Royalti adalah antara pengarang dan penerbit, sedangkan Hak Cipta adalah Hak Pengarang yang

bisa diurus oleh pengarang dengan mendaftarkannya ke Departement Kehakiman dan HAM, Direktorat Hak Cipta.

Penerbit tidak mengurus Hak Cipta karena Hak Cipta adalah urusan pengarang (kecuali naskah tersebut telah dibeli

oleh Penerbit dan sepenuhnya menjadi hak milik penerbit). Tidak banyak buku yang didaftarkan Hak Ciptanya

oleh pengarang, biasanya buku-buku yang sangat terkenal atau buku yang bakal dibutuhkan terus yang didaftarkan

Hak Ciptanya oleh pengarang.

Pengadaan Naskah

Penerbitan buku akan berjalan dengan lancar bila ada naskah. Naskah merupakan bahan baku penerbit yang utama.

Naskah, tentu saja ditulis oleh penulis oleh penulis atau pengarang. Dengan demikian, pengarang, naskah, dan

penerbitan merupakan tiga bagian yang tak terpisahkan. Ketiganya merupakan degup jantung yang menghidupkan

penerbit.

Page 10: DAFTAR ISI - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/deapristotia/files/2015/05/PENERBITAN-DAN-PERCETAKAN.pdf · pariwisata. Adakalanya sebuah buku diterbitkan dalam bahasa tertentu. Misalnya

Penerbit harus mengetahui buku-buku apa saja yang dibutuhkan oleh pembaca, karena itu penerbit membutuhkan

langkah-langkah yang berarti, dimana langkah yang pertama adalah mencari buku yang harus diterbitkan dalam

bidangnya, contohnya adalah buku-buku sekolah dasar, maka dari itu buku yang dibutuhkan adalah buku banyak

menunjang pelajaran , naskah yang ditulis harus dapat disesuiakan apabila terjadi penyempurnaan kurikulum,

keluesan peyajian isi naskah perlu diperhatikan, dsatu segi kedalaman dan keluasan badan. Metodologi dan sistem

evaluasinya harus sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku serta urutan penyajian bahan disesuiakan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Langkah kedua adalah mencari pengarang yang mampu menulis buku yang dimaksud. Menurut Paembonan (1990:

30) pengarang yang ditunjuk setidak-tidaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Menguasai ilmu dan materi pelajaran yang akan ditulis.

2. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang psikologi belajar, didaktik, dan metodik pengajaran yang

bersangkutan .

3. Memiliki pengalaman mengajar dalam mata pelajaran yang akan ditulisnya.

4. Memiliki kemahiran dan pengalaman menulis buku. Akan tetapi, sejalan dengan semakin ketatnya persaingan

antar penerbit, maka cara lama dengan menunggu naskah ini sudah mulai ditinggalkan. Penerbit sudah mulai gesit

mencari gagasan dan mewujudkannya menjadi buku. Dalam badan penerbitan, tugas mengadakan naskah ini

dibedakan kepada penyunting, khususnya penyunting pengada naskah. Adapun yang harus diperhatikan dalam

pengadaan naskah ini adalah sebagai berikut:

1. Sumber Naskah

Naskah yang terbaru harus dicari oleh seorang penyunting, ia dapat menemukan gagasan naskah melalui pameran

buku, reuni, pertemuan antar pakar bidang ilmu tertentu dan lain sebagainya. Maka dicarilah penulis yang mampu

menuangkan gagasannya itu dalam bentuk tertulis. Penulis dapat diketahui dari daftar nama pengarang yang sesui

dengan daftar penulis atau pengarang yang dimiliki penerbit.

Selain itu dapat pula dengan cara mencari pengrang buku sejenis yang telah beredar. Cara lain untuk mendapatkan

naskah adalah penerbit melakukan seyembara mengarang ataupun menghubungi langsung orang yang ahli dalam

bidang ilmu pengetahuan yang tertentu.

Penggunaan buku berbahasa asing dibutuhkan penerjemah naskah. Seorang penerjemah harus menguasai bahasa

asing tersebut dengan baik. Penerbitan harus pandai memilih judul serta memilih penerjemah yang berkemampuan

baik dan mendapatkan izin penerjemahan dari pemilik hak cipta buku yang asli.

2. Penilain Naskah

Penyunting bertugas menentukan apakah sebuah naskah akan diterima untuk diterbitkan atau ditolak. Penyunting

menilai naskah antara lain dari isinya, cakupannya, penyusunan isi, cara penyajian dan bahasa. Bila penyunting

tidak dapat member penilain tentang isi dan cakupan naskah, maka ia dapat meminta bantuan seorang penelaah

ataupun pakar dalam bidang ilmu yang berhubungan dengan buku tersebut.

Page 11: DAFTAR ISI - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/deapristotia/files/2015/05/PENERBITAN-DAN-PERCETAKAN.pdf · pariwisata. Adakalanya sebuah buku diterbitkan dalam bahasa tertentu. Misalnya

Penyuntingan

Bagian penyuntingan merupakan inti sebuah penerbitan, karena fungsinya yang utama mengembangkan naskah,

dibagian inilah bahan baku penerbitan yang berupa naskah diolah dan dipersiapkan sehingga naskah yang tadinya

masih mentah menjadi siap dan layak terbit. Yang paling bertanggung jawab atas isi sebuah buku tentu pengarang,

namun penerbit yang baik akan menerbitkan naskah yang seharusnya memerlukan penyuntingan atau belum layak

terbit.

Pekerjaan penyuntingan naskah disebuah penerbitan yang besar terdiri dari:

1. Kontrak Penerbitan

Penerimaan naskah oleh penerbitan harus benar-benar hasil karya pengarang yang bersangkutan, bukan hasil

jiplikan. Jaminan pengarang dalam hal ini sangat penting dan harus tertuang dalam kontrak penerbitan naskahnya.

Kontrak atau surat perjanjian penerbitan itu harus ditanda tangani oleh pengrang dan pihak penerbit sebelum

naskah tersebut diolah lebih lanjut.

2. Penyerahan Naskah

Naskah biasanya diserahkan oleh pengarang pada pihak penerbit dalam bentuk tertulis, ketikan maupun disket.

Naskah diserahkan rangkap satu dan untuk pengarang biasanya memiliki arsipnya.

3. Ketaat Asasan

Naskah disebut taat asas bila penyajiannya mengikuti pola tertentu dengan tetap. Di indonesia belum ada pedoman

yang mantap mengenai asasan sebuah naskah,namun sebagai patokan penerbit dapat berpedoma Ejaan Yang

Disempurnakan terbitan pusat pengembangan dan pembinaan bahasa.

4. Tata Bahasa

Penggunaan bahasa yang baik dan benar merupakan syarat yang harus di penuhi oleh sebuah naskah. Kalimat yang

mengungkapkan pesan pengarang harus dapat dipahami pembaca. Penyuntingan memberikan saran kepada penulis.

sehingga naskah yang ada tidak hanya berbobot isinya namun baik bahasanya.

5. Kelengkapan Naskah

Naskah yang telah selesai, diserahkan oleh penyuntingan kegiatan prodiksi untuk di persiapkan percetakannya

menjadi buku.kelengkapan naskah terdiri dari:

a. Cover

b. Halaman Judul Utama

c. Halaman Persembahan

d. Kata Pengantar

e. Daftar Isi

f. Tabel

g. Ilustrasi

h. Singkatan

i. Lambang

Page 12: DAFTAR ISI - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/deapristotia/files/2015/05/PENERBITAN-DAN-PERCETAKAN.pdf · pariwisata. Adakalanya sebuah buku diterbitkan dalam bahasa tertentu. Misalnya

j. Catatan Kaki

k. Daftar Pustaka

l. Lampiran

m. Indeks

n. Biografi singkat

PERCETAKAN

Pengertian percetakan

Pencetak adalah pembuat buku dalam arti fisik. Jadi percetakan adal organisasi badan usaha, baik swasta maupun

pemerintah, yang kegiatannya memperbanyak atau mencetak buku. Percetakan harus mempunyai izin untuk

menjual jasa grafika atau cetak dari departemen perindustrian dan perdagangan RI.

Percetakan adalah sebuah proses industri (baik dilakukan oleh industri berskala kecil maupun besar) untuk

memproduksi secara massal tulisan dan gambar, terutama dengan tinta di atas kertas menggunakan sebuah mesin

cetak. Percetakan juga merupakan sebuah bagian penting dalam penerbitan dan percetakan transaksi. Di samping

itu, percetakan pun tidak hanya fokus pada cetak saja secara kasat mata, tetapi di sana mencakup berbagai tekhnik

dan jenis kegiatan yang dilakukan, seperti desain, penempatan warna yang tepat, pengukuran jenis kertas, dan lain

sebagainya.

Dalam dunia percetakan banyak banner, kartu undangan, kartu nama, buku, koran, brosur, flyer dan majalah

sekarang ini biasanya dicetak menggunakan teknik percetakan offset. Gambar yang akan dicetak diprint di atas

film lalu ditransfer ke plat cetak. Warna-warna bisa didapatkan dengan menimpakan beberapa pola warna dari

setiap pelat offset sekaligus. Kejelian dalam menentukan warna dan jenis kertas yang digunakan di setiap cetak

yang diinginkan, membuat hasil cetakan akan lebih bagus dan maksimal serta profesional.

Sejarah percetakan

Percetakan yang ada saat ini tidak muncul dengan sendirinya, tetapi dimulai oleh beberapa orang sehingga

percetakan dapat dikenal saat ini. Percetakan pertama kali ditemukan oleh masyarakat cina pada abad 14 sehingga

tak heran jika kebanyakan mesin cetak terbuat dan bermerk berasal dari cina.

Namun sebelum itu, sejarah menuliskan informasi tanggal dari gambar dinding gua yang berumur lebih dari 30.000

tahun. Pada tahun 2500 B.C., orang Mesir mengukir hieroglyphics pada batu. Akan tetapi, percetakan yang kita

ketahui sekarang tidak ditemukan hingga lebih dari sekitar 500 tahun yang lalu.

Di Eropa, sebelum percetakan ditemukan, semua informasi yang tercatat ditulis dengan tangan. Buku-buku dengan

hati-hati disalin oleh ahli tulis (scribes) yang sering menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikan satu

jilid buku. Metode ini begitu lambat dan mahal dan hanya sedikit orang yang memiliki kesempatan atau

kemampuan untuk membaca karya yang telah selesai.

Page 13: DAFTAR ISI - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/deapristotia/files/2015/05/PENERBITAN-DAN-PERCETAKAN.pdf · pariwisata. Adakalanya sebuah buku diterbitkan dalam bahasa tertentu. Misalnya

Teknik cetak pertama kali yang dikenal dimulai dari Kota Mainz, Jerman pada tahun 1440 yang merupakan sentra

kerajinan uang logam saat itu. Pertama kali metode cetak diperkenalkan oleh Johannes Gutenberg dengan inspirasi

uang logam yang digesekkan dengan arang ke atas kertas.

Relief uang logam menimbulkan ide untuk membuat permukaan dengan tinggi bervariasi. Hal ini dikenal dengan

nama cetak tinggi. Dan sampai saat ini, perkembangan dunia percetakan semakin canggih dengan jenis mesin dan

kertas yang memudahkan para pebisnis dunia percetakan dalam menjalankan kegiatannya. Tidak perlu

membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan cetakan yang diinginkan, baik untuk cetak kartu undangan,

invoice atau bon bisnis Anda, maupun jenis cetak lainnya.

PERBEDAAN PENERBITAN DAN PERCETAKAN

Penerbitan dan percetakan adalah dua hal yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Meskipun demikian

penerbitan dan percetakan itu berbeda. Secara sederhana penerbit bisa dikatakan sebagai industri gagasan

sementara percetakan seperti industri biasa yang menggunakan mesin-mesin.

Mengutip dari buku Taktis Menyunting Buku karya Bambang Trim, perbedaan penerbit dan percetakan

adalah sebagai berikut :

Penerbitan Percetakan

Investasi minim Investasi besar

Running by program Running by orde

BEP dalam jangka pendek BEP dalam jangka panjang

Margin keuntungan besar Margin keuntungan kecil

Resiko tidak terjual Resiko kesalahan cetak

Penerbit dan percetakan memiliki hubungan yang erat. Hubungan yang erat tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut ;

1. Penerbit berbeda dengan percetakan karena modal utamanya adalah gagasan yang kemudian diolah menjadi

buku siap terbit.

2. Percetakan modal utamanya adalah mesin-mesin yang digunakan untuk menerima order cetak,

termasuk buku.

3. Tidak semua penerbit memiliki percetakan, dan tidak harus juga memiliki percetakan.

Page 14: DAFTAR ISI - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/deapristotia/files/2015/05/PENERBITAN-DAN-PERCETAKAN.pdf · pariwisata. Adakalanya sebuah buku diterbitkan dalam bahasa tertentu. Misalnya

Daftar pustaka

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/564/jbptunikompp-gdl-liamuchlis-28173-4-bab2-lia.pdf

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/564/jbptunikompp-gdl-liamuchlis-28173-4-bab2-lia.pdf

http://orsemaproduction.com/pengertian-dan-sejarah-percetakan/

Syahid, Muhammad. 2014. Paper Pengantar Ilmu Penerbitan. Jakarta