DAFTAR INVENTARISASI MASALAH RANCANGAN UNDANG … · usaha. 19 5. Kewirausahaan adalah semangat,...

57
DAFTAR INVENTARISASI MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEWIRAUSAHAAN NASIONAL

Transcript of DAFTAR INVENTARISASI MASALAH RANCANGAN UNDANG … · usaha. 19 5. Kewirausahaan adalah semangat,...

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG KEWIRAUSAHAAN NASIONAL

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEWIRAUSAHAAN NASIONAL

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Tetap

2 NOMOR...TAHUN... Tetap

3 TENTANG KEWIRAUSAHAAN NASIONAL

Tetap

4 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tetap

5 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Tetap

6 Menimbang: a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar nilai-nilai Pancasila dan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan, kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional perlu

ditumbuhkembangkan semangat berwirausaha melalui pembentukan wirausaha baru dengan didorong oleh program-program kewirausahaan

Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

nasional yang tangguh, mandiri, kreatif, dan profesional;

7 b. bahwa kewirausahaan nasional merupakan

semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan warga Negara Indonesia dalam menciptakan nilai tambah dan menerapkan kreativitas dan inovasi yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar;

Pemerintah mengusulkan bahwa tujuan pembangunan nasional belum tercapai secara optimal dan daya saing nasional yang rendah karena tingkat kewirausahaan nasional masih rendah

Bahwa tujuan pembangunan nasional harus tercapai secara optimal dan meningkatkan daya saing, maka kewirausahaan nasional perlu ditingkatkan

Redaksi pada huruf (b) merupakan definisi sehingga tidak cocok diletakkan sebagai pertimbangan

8 c. bahwa pengaturan mengenai kewirausahaan saat ini masih tersebar dalam berbagai Peraturan Perundang-undangan dan belum diatur secara terpadu dan komprehensif;

Tetap

9 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Kewirausahaan Nasional.

Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

10 Mengingat: Pasal 20, Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Tetap

11 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK

INDONESIA dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Tetap

12 Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG KEWIRAUSAHAAN NASIONAL

Tetap

13 BAB I KETENTUAN UMUM

Tetap

14 Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

Tetap

15 1. Kewirausahaan Nasional adalah hal-hal yang berkaitan dengan kewirausahaan dan Kewirausahaan Sosial dalam lingkup seluruh wilayah Indonesia.

Tetap

16 2. Wirausaha adalah warga negara Indonesia yang memiliki kemampuan dalam mengenali dan mengelola diri serta berbagai peluang maupun sumber daya sekitarnya secara kreatif untuk menciptakan nilai tambah bagi diri dan lingkungannya secara berkelanjutan.

Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

17 3. Wirausaha Sosial adalah Wirausaha yang menjalankan kegiatan usaha Kewirausahaan Sosial.

Tetap

18 4. Wirausaha Pemula adalah Wirausaha atau Wirausaha Sosial yang memulai kegiatan berwirausaha dalam kategori usaha mikro dan kecil dengan jangka

waktu kurang dari 42 (empat puluh dua) bulan sejak terdaftar di lembaga perizinan usaha.

Pemerintah mengusulkan perubahan redaksional khususnya penghapusan kata kategori mikro

dan kecil

4. Wirausaha Pemula adalah Wirausaha atau Wirausaha Sosial yang memulai kegiatan berwirausaha dalam jangka waktu

kurang dari 42 (empat puluh dua) bulan sejak terdaftar dan atau terdata di lembaga perizinan usaha.

19 5. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan warga negara Indonesia dalam menangani usaha dan/ atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan/atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Tetap

20 6. Kewirausahaan Sosial adalah Kewirausahaan yang memiliki visi dan misi untuk menyelesaikan masalah sosial dan/ atau memberikan perubahan positif terhadap kesejahteraan masyarakat dan lingkungan melalui perencanaan, pembinaan, pengembangan dan pemberdayaan yang memiliki dampak terukur, dan menginvestasikan kembali sebagian besar keuntungannya untuk mendukung misi tersebut.

Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

21 7. Rencana Induk Kewirausahaan Nasional yang selanjutnya disebut RIKN adalah pedoman bagi pemerintah dan wirausaha dalam perencanaan dan pembangunan kewirausahaan nasional yang disusun untuk jangka waktu tertentu dalam rangka percepatan penumbuhkembangan

kewirausahaan yang dibuat oleh Gugus Tugas Kewirausahaan Nasional.

Perubahan Definisi

7. Rencana Induk Kewirausahaan Nasional yang selanjutnya disebut RIKN adalah pedoman bagi pemerintah dan wirausaha dalam perencanaan dan pembangunan kewirausahaan nasional yang disusun untuk jangka waktu

tertentu dalam rangka percepatan penumbuhkembangan kewirausahaan.

22 8. Gerakan Kewirausahaan Nasional adalah keseluruhan program dan kegiatan kewirausahaan yang bersifat terpadu, terstruktur dan sistematis guna mewujudkan kemandirian bangsa.

Pemerintah mengusulkan perubahan definisi baru

8. Gerakan Kewirausahaan Nasional adalah upaya pemasyarakatan dan pembudayaan kewirausahaan yang melibatkan masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan pemerintah pusat dan daerah secara terkoordinasi dan terpadu.

Pertimbangan gerakan ini merupakan upaya membangun semangat kewirausahaan bagi masyarakat

23 9. Pendidikan Kewirausahaan adalah proses pembentukan nilai, kultur, mental, dan karakter kewirausahaan yang terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal

Perubahan Definisi

9. Pendidikan Kewirausahaan adalah Upaya yang dilakukan secara terarah dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas dalam rangka meningkatkan kompetensi melalui pendidikan formal, nonformal, dan informal

24 10. Inovasi adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang.

Perubahan definsi

10. Inovasi adalah Perubahan dan/ atau kombinasi perubahan dalam produk, metode, pasar, pasokan, dan organisasi baru yang menghasilkan nilai tambah.

Lebih terukur

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

25 11. Hak Kekayaan Intelektual adalah hak yang timbul dari hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia.

Tetap

26 12. Insentif adalah suatu sarana untuk memotivasi wirausaha dan wirausaha sosial baik berupa materi maupun

bentuk lainnya yang diberikan dengan sengaja untuk meningkatkan produktivitas kerja.

Perubahan definisi 12. Insentif adalah bentuk dukungan materi maupun bentuk lainnya kepada wirausaha dan

wirausaha sosial yang dimaksudkan untuk meningkatkan semangat, perlindungan dan produktifitas usaha.

27 13. Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat melalui lembaga keuangan bank dan bukan bank, serta koperasi untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan kewirausahaan.

Perubahan Definisi 13. Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah Pusat dan Daerah, dunia usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi dan lembaga keuangan bukan bank untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan usaha.

Sesuai dengan UU No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

28 14. Penjaminan adalah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur tentang penjaminan.

Perubahan Definisi

14. Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan oleh

Penjamin atas pemenuhan kewajiban finansial Terjamin

kepada Penerima Jaminan

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Penjaminan

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

29 15. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhkembangan kewirausahaan.

Perubahan Definisi 15. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah, dunia usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha.

Sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

30 16. Sistem Informasi Kewirausahaan adalah tatanan, prosedur, dan mekanisme untuk pengumpulan, pengolahan, penyampaian, pengelolaan, dan penyebarluasan data dan/atau informasi kewirausahaan yang terintegrasi dalam mendukung kebijakan mengenai kewirausahaan nasional.

Perubahan Definisi

16. Sistem Informasi Kewirausahaan adalah tatanan, prosedur, dan mekanisme untuk pengumpulan, pengolahan, penyampaian, pengelolaan, dan penyebarluasan data dan/atau informasi kewirausahaan yang terintegrasi dalam mendukung kewirausahaan.

31 17. Kemitraan adalah kerja sama antara wirausaha pemula dengan usaha menengah dan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

Perubahan Definsi 17. Kemitraan adalah kerja sama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku yang melibatkan antar pelaku usaha.

Sesuai UU No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

32 18. Sistem Inovasi Nasional adalah suatu

jaringan rantai antara institusi publik, lembaga riset dan teknologi, universitas serta sektor swasta dalam suatu pengaturan kelembagaan yang secara sistemik dan berjangka panjang dapat mendorong, mendukung, dan

Pemerintah mengusulkan

perubahan definisi sistem inovasi nasional

18. Sistem Inovasi Nasional adalah

metode dalam upaya untuk melakukan perubahan yang melibatkan institusi publik, lembaga riset dan teknologi, akademisi serta sektor swasta

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

menyinergikan kegiatan untuk menghasilkan, mendayagunakan, merekayasa inovasi-inovasi di berbagai sektor, dan menerapkan serta mendiseminasikan hasilnya dalam skala nasional agar manfaat nyata temuan dan produk inovatif dapat dirasakan

masyarakat.

dalam suatu pengaturan kelembagaan secara sistematik.

33 19. Inkubator Kewirausahaan adalah suatu lembaga intermediasi yang melakukan proses inkubasi terhadap Peserta Inkubasi.

Pemerintah mengusulkan perubahan kalimat Inkubator Kewirausahaan

19. Inkubator Wirausaha adalah suatu lembaga intermediasi yang melakukan proses inkubasi terhadap Peserta Inkubasi.

Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha

34 20. Inkubasi adalah suatu proses pembinaan, pendampingan, dan pengembangan yang diberikan oleh Inkubator Wirausaha kepada Peserta Inkubasi.

Pemerintah mengusulkan perubahan definisi inkubasi

20. Inkubasi adalah suatu proses pembinaan, pendampingan, dan pengembangan yang diberikan oleh Inkubator Wirausaha kepada Peserta Inkubasi (Tenant).

Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha

35 21. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

36 22. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Tetap

37 23. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

Tetap

38 24. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang usaha kecil dan menengah.

Pemerintah mengusulkan perubahan definisi Menteri

24. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya dibidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Sesuai dengan UU No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

39 BAB II ASAS DAN TUJUAN

Tetap

40 Pasal 2 Kewirausahaan Nasional berasaskan:

Tetap

41 a. kekeluargaan; Tetap

42 b. demokrasi ekonomi; Tetap

43 c. kebersamaan; Tetap

44 d. efisiensi berkeadilan; Tetap

45 e. kesejahteraan; Tetap

46 f. berkelanjutan; Tetap

47 g. kemandirian; Tetap

48 h. keseimbangan; Tetap

49 i. kesatuan ekonomi nasional; Tetap

50 j. kreativitas; Tetap

51 k. inovasi; Tetap

52 l. pendayagunaan; Tetap

53 m. pemberdayaaan. Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

54 Pasal 3 Kewirausahaan Nasional bertujuan menumbuh kembangkan semangat Kewirausahaan yang inovatif dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

Pemerintah mengusulkan penggantian kata “kewirausahaan menjadi “berwirausaha”.

Pasal 3 Kewirausahaan Nasional bertujuan menumbuh-kembangkan semangat berwirausaha yang inovatif dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi

ekonomi yang berkeadilan.

55 BAB III RENCANA INDUK KEWIRAUSAHAAN

NASIONAL

Tetap

56 Pasal 4 (1) Perencanaan dilakukan melalui

penyusunan rencana induk kewirausahaan.

Tetap

57 (2) Rencana induk kewirausahaan ditetapkan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun.

Tetap

58 Pasal 5 Penyusunan rencana induk kewirausahaan dilakukan Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Pemerintah mengusulkan penambahan kata “Pusat” dan penambahan ayat

Pasal 5 (1) Penyusunan rencana induk

kewirausahaan dilakukan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai

dengan kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(2) Ketentuan lebih lanjut penyusunan rencana induk

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

kewirausahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

59 Pasal 6

(1) Rencana induk kewirausahaan secara nasional disusun oleh Pemerintah.

Pemerintah mengusulkan Penambahan kata “Pusat” pada

Pemerintah dan penambahan ayat

Pasal 6 (1) Rencana induk kewirausahaan

secara nasional disusun oleh

Pemerintah Pusat (2) Rencana induk kewirausahaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah

Sesuai dengan UU No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

dan diusulkan menjadi satu pasal saja

60 (2) Rencana induk kewirausahaan di provinsi disusun oleh gubernur.

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 6 Ayat (2)

61 (3) Rencana induk kewirausahaan di kabupaten/kota disusun oleh bupati/walikota.

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 6 Ayat (3)

62 Pasal 7 (1) Rencana induk kewirausahaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) diwujudkan dengan Rencana Induk Kewirausahaan Nasional.

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 7 Ayat (1)

63 (2) Dalam penyusunan Rencana Induk Kewirausahaan Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri melakukan koordinasi lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan.

Pemerintah mengusulkan penghapusan 7 Ayat (2)

64 (3) Rencana Induk Kewirausahaan Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Pemerintah mengusulkan penghapusan 7 Ayat (3)

65 Pasal 8

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

(1) Rencana Induk ,Kewirausahaan Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) menjadi dasar rencana induk kewirausahaan di provinsi.

Pemerintah mengusulkan

penghapusan Pasal 8 Ayat (1)

66 (2) Perencanaan Pengelolaan Kewirausahaan tingkat daerah provinsi diwujudkan dengan rencana induk

kewirausahaan provinsi.

Pemerintah mengusulkan

penghapusan Pasal 8 Ayat (2)

67 (3) Rencana induk kewirausahaan provinsi disusun berdasarkan potensi kewirausahaan provinsi.

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 8 Ayat (3)

68 (4) Rencana induk kewirausahaan provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.

Pemerintah mengusulkan

penghapusan Pasal 8 Ayat (4)

69 Pasal 9 (1) Rencana induk kewirausahaan provinsi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) menjadi dasar rencana induk kewirausahaan di kabupaten/ kota.

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 9 Ayat (1)

70 (2) Rencana induk ,kewirausahaan di kabupaten/kota diwujudkan dengan rencana induk kewirausahaan kabupaten/kota.

Pemerintah mengusulkan

penghapusan Pasal 9 Ayat (2)

71 (3) Rencana induk kewirausahaan kabupaten/kota disusun berdasarkan potensi kewirausahaan di kabupaten/kota.

Pemerintah mengusulkan

penghapusan Pasal 9 Ayat (3)

72 (4) Rencana induk kewirausahaan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan bupati/walikota.

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 9 Ayat (4)

73 BAB IV Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

KEWIRAUSAHAAN SOSIAL

74 Pasal 10 Kewirausahaan Sosial memiliki karakteristik sebagai berikut:

Tetap

75 a. Memiliki visi dan misi sosial untuk menyelesaikan masalah sosial masyarakat dan/atau memberikan perubahan positif terhadap kesejahteraan masyarakat dan lingkungan hidup;

Tetap

76 b. Memiliki kegiatan usaha yang sebagian besar keuntungannya digunakan kembali untuk menjalankan visi dan misi sosial;

Tetap

77 c. Melibatkan partisipasi dan memberdayakan masyarakat atau komunitas yang menjadi fokus kegiatan usahanya; dan

Tetap

78 d. Menerapkan prinisip-prinsip tata kelola usaha yang baik.

Tetap

79 Pasal 11 (1) Kewirausahaan Sosial dilakukan oleh

Wirausaha Sosial dengan bentuk entitas antara lain Yayasan, perkumpulan, dan koperasi.

Pemerintah mengusulkan perubahan kalimat dengan mengganti kalimat entitas antara lain Yayasan, perkumpulan dan koperasi menjadi sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Pasal 11 (1) Kewirausahaan Sosial

dilakukan oleh Wirausaha dengan bentuk badan usaha dan/ atau badan hukum sesuai Ketentuan dan Perundang-

Undangan yang berlaku.

80 (2) Bentuk entitas scbagaimana dimaksud pada ayat (1) menjalankan kegiatan usahanya dengan menerapkan karakteristik Kewirausahaan Sosial sebagaimana dimaksud pada Pasal 10.

Pemerintah mengusulkan perubahan kalimat sebagaimana Pasal 11 ayat (2) dengan menyesuaikan Pasal 11 ayat (1)

(2) Bentuk badan usaha dan/ atau badan hukum scbagaimana dimaksud pada ayat (1) menjalankan kegiatan usahanya dengan menerapkan

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

karakteristik Kewirausahaan Sosial sebagaimana dimaksud pada Pasal 10.

81 Pasal 12 Ketentuan lebih lanjut mengenai Kewirausahaan Sosial diatur dengan

Peraturan Pemerintah

Tetap

82 BAB V TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH

Bagian Kesatu Tugas

Tetap

83 Pasal 13 Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertugas :

Pemerintah mengusulkan penambahan kata “Pusat”

Pasal 13 Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah bertugas :

Sesuai dengan UU No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah dan diusulkan menjadi satu pasal saja

84 a. membimbing, mendukung, dan memfasilitasi penyelenggaraan penumbuhkembangan Kewirausahaan Nasional secara berkelanjutan dan berke sinambungan; dan

Tetap

85 b. membantu ketersediaan infrastruktur Kewirausahaan yang diperlukan untuk

menumbuhkembangan Kewirausahaan Nasional.

Tetap

86 Bagian Kedua Wewenang

Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

87 Pasal 14 Pemerintah dan Pemerintah Daerah berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Kewirausahaan Nasional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah mengusulkan penambahan kata “Pusat”

Pasal 14 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Kewirausahaan Nasional sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Sesuai dengan UU No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah dan diusulkan menjadi satu pasal saja

88 Bagian Ketiga Gugus Tugas Kewirausahaan Nasional

Pemerintah Mengusulkan perubahan Gugus Tugas menjadi

“Kelompok Kerja”

Bagian Ketiga Kelompok Kerja Kewirausahaan

Nasional

89 Pasal 15 (1) Untuk membahas dan memutuskan

kebijakan tentang Kewirausahaan Nasional sehubungan dengan kebijakan lintas sektoral, Pemerintah membentuk sebuah gugus tugas Kewirausahaan Nasional sebagai wadah koordinasi.

Pemerintah mengusulkan perubahan Pasal 15 Ayat (1)

Pasal 15 (1) Dalam hal pengembangan

kewirausahaan nasional pemerintah membuat kebijakan tentang kelompok kerja kewirausahaan.

90 (2) Gugus tugas Kewirausahaan Nasional dipimpin oleh Menteri Koordinator yang membidangi perekonomian dengan beranggotakan antara lain Menteri, menteri yang membidangi urusan keuangan, dan menteri teknis terkait.

Pemerintah mengusulkan perubahan gugus tugas kewirausahaan nasional dikoordinasi oleh menteri

(2) Kelompok kerja sebagaimana

dimaksud Ayat (1) dikoordinasi oleh Menteri

Sesuai dengan hasil kajian naskah akademis halaman 33

91 (3) Keanggotaan gugus tugas Kewirausahaan

Nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Pemerintah mengusulkan penyederhanaan pengaturan

(pasal)

(3) Ketentuan keanggotaan,tugas, wewenang dalam kelompok kerja diatur dalam keputusan Menteri

92 Pasal 16 Pemerintah mengusulkan penghapusan

Akan Diatur Secara Teknis Dalam Keputusan Menteri

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

(1)Gugus tugas Kewirausahaan Nasional bertugas untuk:

93 a. merumuskan dan menetapkan kebijakan umum Kewirausahaan Nasional melalui Rencana Induk Kewirausahaan Nasional;

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Akan Diatur Secara Teknis Dalam Keputusan Menteri

94 b. menetapkan langkah-langkah yang

diperlukan terkait Kewirausahaan Nasional;

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Akan Diatur Secara Teknis Dalam Keputusan Menteri

95 c. membahas dan memberikan jalan keluar atas permasalahan strategis yang timbul dalam hal Kewirausahaan Nasional, termasuk yang berhubungan dengan kebijakan sektoral Pemerintah.

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Akan Diatur Secara Teknis Dalam Keputusan Menteri

96 (2) Gugus tugas kewirausahaan nasional dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mengundang, meminta masukan, dan/atau bantuan instansi pemerintah atau pihak lain yang dipandang perlu

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Akan Diatur Secara Teknis Dalam Keputusan Menteri

97 (3) Ketua gugus tugas kewirausahaan nasional secara berkala melaporkan perkembangan pelaksanaan tugasnya kepada Presiden.

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Akan Diatur Secara Teknis Dalam Keputusan Menteri

98 Pasal 17 Menteri yang tergabung dalam gugus tugas Kewirausahaan Nasional, bertugas untuk:

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Akan Diatur Secara Teknis Dalam Keputusan Menteri

99 a. menyusun program tahunan gugus tugas Kewirausahaan Nasional;

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Akan Diatur Secara Teknis Dalam Keputusan Menteri

100 b. mengajukan program tahunan gugus tugas Kewirausahaan Nasional kepada Menteri Koordinator Bidang

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Akan Diatur Secara Teknis Dalam Keputusan Menteri

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

Perekonomian untuk memperoleh arahan;

101 BAB VI PEMBANGUNAN SUMBER DAYA

WIRAUSAHA Bagian Kesatu

Inovasi

Tetap

102 Pasal 18 (1) Pemerintah mendorong terciptanya

inovasi untuk mendukung program Kewirausahaan Nasional.

Tetap

103 (2) Inovasi sebagaimana pada ayat (1), dilaksanakan dengan menetapkan Sistem Inovasi Nasional yang disusun dalam Rencana Induk Kewirausahaan Nasional.

Tetap

104 Pasal 19 Dalam melaksanakan Sistem Inovasi Nasional, Menteri melakukan konsultasi, koordinasi, dan kerja sama dengan lembaga pemerintah dan non pemerintah, wakil-wakil kelompok masyarakat, serta komunitas ilmiah dan universitas, peneliti, pakar teknologi dan inovator dalam rangka keterpaduan penguatan Sistem Inovasi Nasional.

Tetap

105 Pasal 20

Penguatan Sistem Inovasi Nasional sebagaimana dimaksud pada pasal 18 ayat (2) diutamakan meliputi inovasi-inovasi di bidang kesehatan, ketahanan pangan, ketahanan energi, bioteknologi, industri manufaktur, teknologi

Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

infrastruktur, transportasi dan industri pertahanan, teknologi pemrosesan pertanian dan pemrosesan ikan laut dalam, manajemen bencana alam, serta inovasi lainnya yang berbasis ilmu pengetahuan yang dikaitkan dengan penumbuhkembangan Wirausaha dan

Wirausaha Sosial.

106 Bagian Kedua Gerakan Kewirausahaan Nasional

Tetap

107 Pasal 21 Gerakan Kewirausahaan Nasional berfungsi sebagai wadah untuk mencapai tujuan menumbuhkembangkan mental Kewirausahaan dan meningkatkan jumlah Wirausaha dan Wirausaha Sosial di Indonesia, melalui:

Tetap

Perubahan dan penambahan butir a. Pemasyarakatan Kewirausahaan

108 a. pendidikan dan pelatihan Kewirausahaan;

Perubahan dan penambahan butir b. pendidikan dan pelatihan Kewirausahaan;

109 b. pengembangan Kewirausahaan; Perubahan dan penambahan butir c. pengembangan Kewirausahaan;

110 c. pembudayaan Kewirausahaan; Perubahan dan penambahan butir d. pembudayaan Kewirausahaan;

111 d. peran serta keluarga dan masyarakat.

Perubahan dan penambahan butir e. peran serta keluarga dan masyarakat.

112 Pasal 22

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

Gerakan Kewirausahaan Nasional bertujuan untuk menumbuhkembangkan Wirausaha dan Wirausaha Sosial yang handal untuk menjadi sarana pengembangan produk lokal dan potensi daerah yang berdaya saing global.

Tetap

113 Bagian Ketiga Pendidikan Kewirausahaan

Pemerintah mengusulkan penambahan kata pelatihan pada kalimat Pendidikan Kewirausahaan

Bagian Ketiga Pendidikan dan Pelatihan

Kewirausahaan

114 Pasal 23 Pendidikan dan pelatihan Kewirausahaan sebagaimana dimaksud Pasal 21 huruf a dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai dan karakter dalam upaya membentuk kepribadian dan keahlian Wirausaha dan Wirausaha Sosial.

Tetap

115 Pasal 24 (1) Nilai-nilai Kewirausahaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 23 mencakup :

Pemerintah mengusulkan ketentuan pasal 24ayat (1)

dihapus

Karena sudah tercermin dalam Bab II Azas dan Tujuan (Pasal 2)

116 a. keimanan dan ketakwaan kepada

Tuhan Yang Maha Esa;

117 b. kedisiplinan, keberanian, pantang menyerah, kerja keras, kreatif, dan inovatif;

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

118 c. amanah, mandiri, dan tanggung jawab; dan

119 d. kepedulian pada alam dan sesama manusia.

120 (2) Nilai-nilai Kewirausahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan inti kurikulum Pendidikan Kewirausahaan.

Pemerintah mengusulkan ketentuan pasal 24ayat (2)

dihapus

Karena sudah tercermin dalam Bab II Azas dan Tujuan (Pasal 2)

121 Pasal 25 Nilai-nilai dan karakter yang ingin dibentuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 adalah

Pemerintah mengusulkan ketentuan pasal 25 dihapus

Karena sudah tercermin dalam Bab II Azas dan Tujuan (Pasal 2)

122 a. Instrumental;

123 b. Prestatif;

124 c. Keluwesan Bergaul;

125 d. Kerja Keras;

126 e. Efikasi Diri;

127 f. Pengambilan Resiko;

128 g. Swakendali;

129 h. Inovatif; dan

130 i. Kemandirian.

131 Pasal 26 (1) Pendidikan Kewirausahaan dapat

dituangkan dalam kurikulum

pendidikan meliputi substansi komponen muatan wajib, muatan lokal dan pengembangan diri pada jalur pendidikan formal dan nonformal serta jenis pendidikan khusus lainnya yang memfokuskan pada Kewirausahaan.

Pemerintah mengusulkan

penambahan kata pelatihan pada kalimat Pendidikan Kewirausahaan

Pasal 26 (1) Pendidikan dan Pelatihan

Kewirausahaan dituangkan

dalam kurikulum pendidikan meliputi substansi komponen muatan wajib, muatan lokal dan pengembangan diri pada jalur pendidikan formal dan nonformal serta jenis

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

pendidikan khusus lainnya yang memfokuskan pada Kewirausahaan.

132 (2) Pendidikan Kewirausahaan sebagaimana yang dimaksud ayat (1) terdiri dari tiga muatan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dilaksanakan

secara terpadu dan kontekstual sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah mengusulkan

perubahan

(2) Pendidikan dan Pelatihan

Kewirausahaan sebagaimana yang dimaksud ayat (1)

disesuaikan dengan standar kurikulum pendidikan yang berlaku

133 (3) Pendidikan Kewirausahaan dilaksanakan sejak Pendidikan Anak Usia Dini hingga Pendidikan Tinggi.

Pemerintah mengusulkan penambahan kata pelatihan pada kalimat Pendidikan Kewirausahaan

(3) Pendidikan dan pelatihan Kewirausahaan dilaksanakan sejak Pendidikan Anak Usia Dini hingga Pendidikan Tinggi.

134 Bagian Keempat Inkubator Kewirausahaan

Pemerintah mengusulkan penghapusan Bagian Keempat

Inkubator Wirausaha

Sudah diatur pada Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha

135 Pasal 27 Inkubator Kewirausahaan bertujuan untuk:

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 27

Sudah diatur pada Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha

136 a. menciptakan dan mengembangkan

usaha baru yang mempunyai nilai ekonomi dan berdaya saing tinggi;

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 27 huruf (a)

Sudah diatur pada Peraturan

Presiden No. 27 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha

137 b. mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya manusia terdidik dalam menggerakkan perekonomian dengan

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 27 huruf (b)

Sudah diatur pada Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2013

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha

138 Pasal 28 Sasaran pengembangan Inkubator Kewirausahaan adalah:

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 28

Sudah diatur pada Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha

139 a. Penciptaan dan penumbuhan Wirausaha

baru dan Wirausaha Sosial baru dan penguatan kapasitas Wirausaha Pemula yang berdaya saing tinggi;

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 28 huruf (a)

Sudah diatur pada Peraturan

Presiden No. 27 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha

140 b.penciptaan dan penumbuhan usaha baru yang mempunyai nilai ekonomi dan berdaya saing tinggi;

Pemerintah mengusulkan

penghapusan Pasal 28 huruf (b)

Sudah diatur pada Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha

141 c. peningkatan nilai tambah pengelolaan potensi ekonomi melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi;

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 28 huruf (c)

Sudah diatur pada Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha

142 d.peningkatan aksesibilitas Wirausaha Pemula untuk mengikuti program inkubasi;

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 28 huruf (d)

Sudah diatur pada Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha

143 e. peningkatan kemampuan dan keahlian pengelola Inkubator Kewirausahaan untuk memperkuat kompetensi

Inkubator Kewirausahaan; dan

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 28 huruf (e)

Sudah diatur pada Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Inkubator

Wirausaha 144 f. pengembangan jejaring untuk

memperkuat akses sumber daya manusia, kelembagaan, permodalan, pasar, informasi, dan teknologi. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 28 huruf (f)

Sudah diatur pada Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

Inkubator Kewirausahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

145 BAB VII PEMBANGUNAN SARANA DAN

PRASARANA Bagian Kesatu

Hak Kekayaan Intelektual

Tetap

146 Pasal 29 (1) Wirausaha dan Wirausaha Sosial dapat

mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual atas produk, jasa, atau desain yang dihasilkan dari kegiatan usahanya sebagai sarana promosi efektif yang memberikan nilai tambah pada kegiatan usahanya.

Tetap

147 (2) Menteri bekerja sama dengan kementerian, lembaga pemerintah non kementerian lainnya, dan/atau Pemerintah Daerah untuk memberikan bantuan terhadap Wirausaha dan Wirausaha Sosial dalam upaya sosialisasi, penyuluhan terhadap

kesadaran atas Hak Kekayaan Intelektual.

Pemerintah mengusulkan perubahan kata non kementerian

lainnya

Menteri bekerja sama dengan kementerian/lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah dan/atau unsur masyarakat untuk memberikan bantuan terhadap Wirausaha dan Wirausaha Sosial dalam upaya sosialisasi,

penyuluhan terhadap kesadaran atas Hak Kekayaan Intelektual.

148 Pasal 30 (1) Pemerintah melalui kementerian yang

terkait mendorong para Wirausaha dan Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

Wirausaha Sosial untuk mendaftarkan hak kekayaan intelektualnya atas produk, jasa, atau desain yang dihasilkan dari kegiatan usahanya;

149 (2) Dukungan Pemerintah dalam pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

Tetap

150 a. upaya pendataan produk, jasa, atau desain yang dihasilkan dari Kewirausahaan;

Tetap

151 b. memfasilitasi pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual; dan

Pemerintah mengusulkan menghapus kata Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

b. Memfasilitasi pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual

152 c. pemberian Insentif bagi Wirausaha dan Wirausaha Sosial atas kepemilikan Hak Kekayaan Intelektual tersebut;

Tetap

153 (3) Kegiatan pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual didorong agar Kewirausahaan yang berbasis produk, jasa, atau desain dapat memperoleh perlindungan hukum dan dapat

memperoleh manfaat ekonomi dari eksploitasi atas produk, jasa, atau desain tersebut.

Tetap

154 Pasal 31 (1) Pemerintah memberikan kemudahan

kepada Wirausaha Pemula dalam Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

pengurusan Hak Kekayaan Intelektual, antara lain berupa fasilitas pembiayaan proses pendaftaran dan pemeliharaan Hak Cipta dan Hak Kekayaan Intelektual.

155 (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengurusan Hak Kekayaan Intelektual

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah

Tetap

156 Bagian Kedua Infrastruktur Kewirausahaan

Tetap

157 Pasal 32 (1) Pemerintah berkewajiban

mengembangkan Kewirausahaan dengan menciptakan infrastruktur Kewirausahaan Nasional yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 32

Karena Sudah diatur pada Pasal 10 UU No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

158 a. Informasi usaha; Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 32 Ayat (1) huruf (a)

159 b. Sarana dan prasarana; Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 32 Ayat (1) huruf (b)

160 c. Pembiayaan; Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 32 Ayat (1) huruf (c)

161 d. Perizinan; Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 32 Ayat (1) huruf (d)

162 e. Kemitraan; dan Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 32 Ayat (1) huruf (e)

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

163 f. Sosialisasi dan Promosi. Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 32 Ayat (1) huruf (f)

164 (2) Informasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditujukan untuk:

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 32 Ayat (2)

Karena Sudah diatur pada UU No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

165 a. membuat dan memberikan kemudahan pemanfaatan bank data dan jaringan informasi usaha.

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 32 Ayat (2) huruf (a)

166 b. menyebarluaskan informasi mengenai pasar, sumber pembiayaan dan pendanaan, penjaminan, serta teknologi.

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 32 Ayat (2) huruf (b)

167 c. memberikan jaminan transparansi akses dana tanpa adanya diskriminasi.

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 32 Ayat (2) huruf (c)

168 (3) Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mencakup pengadaan prasarana umum yang dapat meningkatkan penumbuhkembangan usaha.

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 32 Ayat (3)

Karena Sudah diatur pada Pasal 9 UU No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

169 (4) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c mencakup:

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 32 Ayat (4)

Sudah diatur dalam Pasal 21 UU No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

170 a. perluasan sumber Pembiayaan dengan memfasilitasi dunia usaha untuk dapat mengakses kredit perbankan, lembaga keuangan bukan bank, dan sumber pembiayaan lainnya serta pemberian

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 32 Ayat (4) huruf (a)

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

jaminan risiko kredit dari pemerintah.

171 b. memperbanyak jaringan lembaga Pembiayaan yang dapat diakses oleh dunia usaha dengan menggunakan

sistem konvensional maupun sistem syariah dengan. jaminan Pemerintah.

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 32 Ayat (4)

huruf (b)

172 c. pemberian kemudahan Pembiayaan secara cepat dan murah dengan akses agunan dan tanpa agunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 32 Ayat (4) huruf (c)

173 (5) Perizinan usaha dimaksud pada ayat (1) huruf d dimaksudkan untuk:

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 32 Ayat (5)

Sudah diatur dalam Pasal 12 UU No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

174 a. menyederhanakan perizinan dan tata cara usaha dengan sistem pelayanan terpadu.

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 32 Ayat (5) huruf (a)

175 b. memberikan keringanan biaya perizinan.

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 32 Ayat (5) huruf (b)

176 c. ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam

Peraturan Pemerintah.

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 32 Ayat (5) huruf (c)

177 (6) Kemitraan yang dimaksud pada ayat (1) huruf e dimaksudkan untuk:

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 32 Ayat (6)

Karena Sudah diatur pada Pasal 11 dan 25 UU No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

178 a. mewujudkan kemitraan antar wirausaha.

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 32 Ayat (6) huruf (a)

179 b. mewujudkan hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha.

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 32 Ayat (6) huruf (b)

180 c. mendorong terbentuknya struktur pasar yang menjamin pertumbuhan persaingan usaha yang sehat dan perlindungan terhadap konsumen.

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 32 Ayat (6) huruf (c)

181 d. mencegah terjadinya monopoli usaha oleh perorangan atau kelompok-kelompok tertentu yang merugikan aktivitas usaha.

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 32 Ayat (6) huruf (d)

182 (7) Sosialisasi dan promosi pada ayat (1) huruf f ditujukan untuk:

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 32 Ayat (7)

Sudah diatur dalam Pasal 14 UU No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

183 a. meningkatkan sosialisasi dan promosi produk di dalam dan di luar negeri.

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 32 Ayat (7) huruf (a)

184 b. memberikan Insentif melalui

pembiayaan secara mandiri dalam kegiatan sosialisasi dan promosi produk di dalam dan di luar negeri.

Pemerintah mengusulkan

menghapus Pasal 32 Ayat (7) huruf (b)

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

185 Bagian Ketiga Perizinan bagi Wirausaha Pemula

Pemerintah mengusulkan menghapus Bagian Ketiga

Sudah diatur dalam UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM, Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM, dan Peraturan Presiden No.98 Tahun 2014 Tentang IUMK

186 Pasal 33 Perizinan bagi Wirausaha Pemula dimaksud untuk memberikan kepastian hukum dan sarana pemberdayaan bagi pelaku usaha mikro dan kecil dalam mengembangkan usahanya.

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 33

Sudah diatur dalam UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM, Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM, dan Peraturan Presiden No.98 Tahun 2014 Tentang IUMK

187 Pasal 34 Tujuan pengaturan mengenai perizinan bagi Wirausaha Pemula untuk:

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 34

Sudah diatur dalam UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM, Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM, dan Peraturan Presiden No.98 Tahun 2014 Tentang IUMK

188 a. mendapatkan kepastian dan perlindungan dalam berwirausaha di lokasi yang telah ditetapkan;

Pemerintah mengusulkan

menghapus Pasal 34 huruf (a)

Sudah diatur dalam UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM, Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM, dan Peraturan Presiden No.98 Tahun 2014 Tentang IUMK

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

189 b. mendapatkan pendampingan untuk pengembangan usaha;

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 34 huruf (b)

Sudah diatur dalam Pasal 16 UU No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah

190 c. mendapatkan kemudahan dalam akses

pernbiayaan ke lembaga keuangan bank dan non-bank; dan

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 34 huruf (c)

Sudah diatur dalam Pasal 22 UU

No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

191 d. mendapatkan kemudahan dalam pemberdayaan dari pemerintah, pemerintah daerah dan/atau lembaga lainnya.

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 34 huruf (d)

Sudah diatur dalam Pasal 22, Pasal

23, UU No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

192 Pasal 35 (1) Perizinan diberikan kepada Wirausaha

Pemula sesuai persyaratan yang ditentukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri.

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 35 Ayat (1)

Sudah diatur dalam UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM, Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM, dan Peraturan Presiden No.98 Tahun 2015 Tentang IUMK, Permendagri No.83 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil.

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

193 (2) Perizinan bagi Wirausaha Pemula diberikan dalam bentuk naskah satu lembar.

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 35 Ayat (2)

Sudah diatur dalam UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM, Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM, dan Peraturan Presiden No.98 Tahun 2015 Tentang IUMK,

Permendagri No.83 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil.

194 (3) Pemberian perizinan bagi Wirausaha Pemula tidak dikenakan biaya, retribusi, dan/atau pungutan lainnya.

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 35 Ayat (3)

Sudah diatur dalam UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM, Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM, dan Peraturan Presiden No.98 Tahun 2015 Tentang IUMK, Permendagri No.83 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil.

195 (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan bagi Wirausaha Pemula sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 35 Ayat (4)

Sudah diatur dalam UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM, Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM, dan Peraturan Presiden No.98 Tahun 2015 Tentang IUMK,

Permendagri No.83 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil.

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

196 Bagian Keempat Bidang Usaha Yang Dicadangkan

Pemerintah mengusulkan

menghapus Bagian Keempat

Sudah diatur pada Peraturan Presiden No.76 Tahun 2007 Tentang Kriteria Dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal, (Bab VIII

Pasal 13 – 15) 197 Pasal 36

(1) Untuk menumbuhkan iklim usaha dan kesempatan berusaha, maka disusun daftar bidang usaha yang dicadangkan untuk Wirausaha Pemula, mikro, dan kecil.

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 36 Ayat (1)

Sudah diatur pada Peraturan Presiden No.76 Tahun 2007 Tentang Kriteria Dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal, (Bab VIII Pasal 13 – 15)

198 (2) Daftar bidang usaha yang dicadangkan untuk Wirausaha Pemula, mikro, dan kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 36 Ayat (2)

Sudah diatur pada Peraturan Presiden No.76 Tahun 2007 Tentang Kriteria Dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal, (Bab VIII Pasal 13 – 15)

199 (3) Ketentuan mengenai sektor usaha yang dibatasi diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Pemerintah mengusulkan menghapus Pasal 36 Ayat (3)

Sudah diatur pada Peraturan Presiden No.76 Tahun 2007 Tentang Kriteria Dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

Bidang Penanaman Modal, (Bab VIII Pasal 13 – 15)

200 BAB VIII PEMBERDAYAAN KEWIRAUSAHAAN

Tetap

201 Pasal 37 (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah

mendukung dan memfasilitasi Wirausaha dan Wirausaha Sosial baik di tingkat pusat maupun daerah untuk bersinergi, mencari dan menggunakan potensi lokal daerah agar menjadi produk unggulan nasional.

Pemerintah mengusulkan perubahan Pasal 37

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mendukung dan memfasilitasi Wirausaha dan Wirausaha Sosial baik di tingkat pusat maupun daerah.

202 (2) Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:

Pemerintah mengusulkan penambahan kata “Pusat”

(2) Dukungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:

203 a. pengelolaan Kewirausahaan dengan sistem zonasi berdasarkan potensi dan keunggulan daerah.

Pemerintah mengusulkan penghapusan kata “zonasi berdasarkan potensi”

a. pengelolaan Kewirausahaan berdasarkan potensi dan keunggulan daerah.

204 b. pembentukan etalase bisnis berbasis potensi produk Kewirausahaan.

Pemerintah mengusulkan perubahan Pasal 37 Ayat 2 Huruf

(b)

b. Pembentukan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) berbasis produk unggulan daerah

205 c. pemberian dukungan teknis berupa pelatihan, penyuluhan, dan pendampingan kepada Wirausaha dan Wirausaha Sosial.

Pemerintah mengusulkan penambahan kegiatan magang

c. pemberian dukungan teknis berupa pelatihan, penyuluhan, magang dan pendampingan kepada Wirausaha dan Wirausaha Sosial.

206 d. peningkatan fungsi inkubator sebagai lembaga layanan

Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

pengembangan usaha terhadap Wirausaha dan Wirausaha Sosial.

207 (3) Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) huruf c dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pemerintah mengusulkan penambahan kata “pusat”

(3) Dukungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) huruf (c) dilaksanakan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sesuai dengan UU No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

208 BAB IX INSENTIF

Bagian Kesatu Pembiayaan

Tetap

209 Pasal 38 (1) Pemerintah dan/atau Pemerintah

Daerah wajib memberikan insentif untuk kegiatan kewirausahaan dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya.

Pemerintah mengusulkan penghapusan kata “wajib” dan penambahan kata “Pusat”

Pasal 38 (1) Pemerintah Pusat dan/atau

Pemerintah Daerah memberikan insentif untuk kegiatan kewirausahaan dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya.

Ketentuan ini harus dikonfirmasi dengan Kementerian Keuangan

210 (2) Dalam memberikan insentif Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat bekerjasama dengan BUMN, BUMD, BUM Desa dan pelaku usaha.

Pemerintah mengusulkan penambahan kata “pusat”

(2) Dalam memberikan insentif Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat bekerjasama dengan BUMN, BUMD, BUM Desa dan pelaku usaha.

211 (3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan insentif dalam bentuk antara lain:

Pemerintah mengusulkan penambahan kata “pusat”

(3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

memberikan insentif dalam bentuk antara lain:

212 a. kemudahan persyaratan perizinan; Tetap

213 b. penyederhanaan tata cara dalam

memperoleh pendanaan;

Tetap

214 c. pemberian keringanan persyaratan jaminan tambahan;

Tetap

215 d. penyebarluasan informasi mengenai kemudahan, penyelenggaraan pelatihan;

Tetap

216 e. keringanan suku bunga; dan Tetap

217 f. loket khusus untuk layanan dan informasi kredit kecil.

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 38 Ayat 3

Huruf (f)

Karena terlalu teknis untuk diatur dalam Undang-Undang

218 Bagian Kedua Penjaminan

Pemerintah mengusulkan penghapusan Bagian Kedua

Sudah diatur pada UU No.1 Tahun 2016 tentang Penjaminan

219 Pasal 39 (1) Untuk mewujudkan Kewirausahaan

Nasional, Pemerintah dan Pemerintah Daerah bekerjasama dengan lembaga Penjamin yang memberikan jaminan

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 39 Ayat (1)

Sudah diatur pada UU No.1 Tahun 2016 tentang Penjaminan

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

untuk mendapatkan kemudahan permodalan.

220 (2) Pelaksanaan pemberian jaminan untuk mendapatkan kemudahan permodalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 39 Ayat (2)

Sudah diatur pada UU No.1 Tahun 2016 tentang Penjaminan

221 Bagian Ketiga Pendampingan dan Pembinaan

Tetap

222 Pasal 40 (1) Pemerintah melakukan pendampingan

dan pembinaan bagi Wirausaha dan Wirausaha,Sosial melalui program konsultasi, pendidikan, pelatihan, Kemitraan, peningkatan daya saing, pemberian dorongan inovasi dan perluasan pasar, serta penyebaran informasi yang seluas-luasnya.

Tetap

223 (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendampingan dan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Tetap

224 Bagian Keempat

Insentif Pajak dan Insentif lainnya

Pemerintah mengusulkan

penghapusan Bagian Keempat

Sudah diatur pada UU Tentang

Pajak

225 Pasal 41 Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 41 Ayat (1)

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

(1) Insentif pajak dan insentif lainnya diberikan kepada pelaku usaha yang bermitra dengai Wirausaha Pemula dalam melakukan pembinaan yang meliputi soal pemasaran, pengembangan sumber daya manusia, permodalan, manajemen, dan teknologi.

Sudah diatur pada UU Tentang

Pajak

226 (2) Insentif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 41 Ayat (2)

Sudah diatur pada UU Tentang Pajak

227 a. pengurangan pajak penghasilan; Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 41 Ayat (2)

huruf (a)

228 b. pembebasan bea masuk atas impor; Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 41 Ayat (2)

huruf (b)

Sudah diatur pada UU Tentang

Pajak

229 c. pembebasan penangguhan pajak impor;

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 41 Ayat (2)

huruf (c)

Sudah diatur pada UU Tentang

Pajak

230 d. penyusutan atau amortisasi yang dipercepat; dan/atau

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 41 Ayat (2)

huruf (d)

Sudah diatur pada UU Tentang

Pajak

231 e. keringanan pajak bumi dan bangunan.

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 41 Ayat (2)

huruf (e)

Sudah diatur pada UU Tentang Pajak

232 (3) Insentif lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengutamaan kesempatan dalam pengadaan barang

atau jasa pemerintah, memberikan kelonggaran untuk memanfaatkan bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil, pengeluaran dalam rangka pembinaan dan pengembangan kemitraan diperhitungkan sebagai biaya

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 41 Ayat (3)

Sudah diatur pada UU Tentang Pajak

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

yang dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak.

233 (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Insentif pajak dan Insentif lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 41 Ayat (4)

Sudah diatur pada UU Tentang

Pajak

234 Pasal 42 Dalam hubungan Kemitraan pelaku usaha dilarang memiliki dan/atau menguasai Wirausaha Pemula sebagai mitra usahanya dalam pelaksanaan hubungan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1).

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 42

Sudah diatur dalam Pasal 35 UU

No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM

235 Bagian Kelima Sinergi Wirausaha

Pemerintah mengusulkan penghapusan Bagian Kelima

Harus diberi pengertian atau didefinisikan tentang istilah

Sinergi

236 Pasal 43 Pemerintah memprioritaskan sinergi antar BUMN, BUMD, BUM Desa dengan Wirausaha dan/atau Wirausaha Sosial sepanjang sinergi tersebut dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 43

Harus diberi pengertian atau didefinisikan tentang istilah

Sinergi

237 Pasal 44

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

Tujuan sinergi BUMN, BUMD, dan BUM Desa dengan Wirausaha dan/atau Wirausaha Sosial adalah untuk memperkuat perekonomian nasional dengan memperhatikan fleksibilitas, efisiensi dan efektivitas serta ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 44

Harus diberi pengertian atau didefinisikan tentang istilah

Sinergi

238 Pasal 45 Ketentuan lebih lanjut tentang sinergi antara BUMN, BUMD, BUM Desa dengan Wirausaha dan/atau Wirausaha Sosial sebagaimana dimaksud pada Pasal 36 dan Pasal 37 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 45

Harus diberi pengertian atau didefinisikan tentang istilah

Sinergi

239 BAB X SISTEM INFORMASI KEWIRAUSAHAAN

NASIONAL

Tetap

240 Pasal 46 (1) Pemerintah dan/atau Pemerintah

Daerah berkewajiban menyelenggarakan Sistem Informasi Kewirausahaan yang terintegrasi dengan sistem informasi yang dikembangkan oleh kementerian

atau lembaga Pemerintah nonkementerian.

Pemerintah mengusulkan perubahan Pasal 46 Ayat 1

Pasal 46 (1) Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah berkewajiban menyelenggarakan Sistem Informasi Kewirausahaan

Nasional yang terintegrasi.

241 (2) Sistem informasi sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) digunakan

Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

untuk kebijakan dan evaluasi tentang Kewirausahaan Nasional

242 Pasal 47 (1) Sistem Informasi Kewirausahaan

mencakup pengumpulan, pengolahan,

penyampaian, pengelolaan, dan penyebarluasan data dan/atau informasi tentang kewirausahaan.

Pemerintah mengusulkan perubahan Pasal 47 Ayat (1)

Pasal 47 (1) Sistem Informasi

Kewirausahaan Nasional

mencakup pengumpulan, pengolahan, penyampaian, pengelolaan, dan penyebarluasan data dan/atau informasi.

243 (2) Data dan/atau informasi Kewirausahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat data dan/atau informasi mengenai jumlah, jenis usaha, omset dan program inkubasi.

Pemerintah mengusulkan perubahan Pasal 47 Ayat (2)

(2) Ketentuan lebih lanjut tentang Sistem Informasi Kewirausahaan Nasional sebagaimana dimaksud Ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri

244 (3) Data dan informasi Kewirausahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disajikan secara akurat, cepat, dan tepat guna serta mudah diakses oleh masyarakat.

Pemerintah mengusulkan penghapusan Pasal 47 Ayat (3)

Akan diatur lebih teknis dalam

Peraturan Menteri

245 Pasal 48 (1) Menteri dalam menyelenggarakan

Sistem Informasi Kewirausahaan dapat meminta data dan informasi di bidang Kewirausahaan kepada kementerian, lembaga Pemerintah nonkementerian, dan Pemerintah Daerah, termasuk

Pemerintah mengusulkan perubahan Pasal 48 Ayat (1)

Pasal 48 (1) Menteri dalam

menyelenggarakan Sistem Informasi Kewirausahaan dapat meminta data dan informasi di bidang

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

penyelenggara urusan Pemerintahan di bidang bea dan cukai, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Badan Pusat Statistik, dan badan/lembaga lainnya.

Kewirausahaan kepada instansi atau lembaga terkait.

246 (2) Kementerian, lembaga Pemerintah nonkementerian, dan Pemerintah

Daerah, termasuk penyelenggara urusan pemerintahan di bidang bea dan cukai, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Badan Pusat Statistik, dan badan/lembaga lainnya berkewajiban memberikan data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mutakhir, akurat, dan cepat.

Pemerintah mengusulkan perubahan Pasal 48 Ayat (2)

(2) Instansi atau lembaga terkait baik Pusat maupun Daerah

sesuai kewenangannya harus memberikan data dan informasi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)

247 Pasal 49 Data dan informasi Kewirausahaan yang dipublikasikan melalui sistem informasi Kewirausahaan bersifat terbuka dan transparan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain oleh menteri.

Tetap

248 Pasal 50 Ketentuan lebih lanjut mengenai Sistem

Informasi Kewirausahaan sebagaimana dimakud pada Pasal 46, Pasal 47, dan Pasal 48 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Tetap

249 BAB XI Bertentangan dengan UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM dan

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

SANKSI ADMINISTRATIF DAN KETENTUAN PIDANA

Bagian Kesatu Sanksi Administratif

Pemerintah Mengusulkan penghapusan Bab XI

Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah

250 Pasal 51 (1) Setiap pelaku usaha yang tidak

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin usaha dan/atau denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah).

Pemerintah Mengusulkan penghapusan Pasal 51 Ayat (1)

Bertentangan dengan UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM dan

Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah

251 (2) Ketentuan lebil lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi administratif sebagaimana diinaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pemerintah Mengusulkan penghapusan Pasal 51 Ayat (2)

Bertentangan dengan UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM dan Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah

252 Pasal 52 Setiap orang yang menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan mengaku atau memakai nama Wirausaha Pemula sehingga mendapatkan kemudahan untuk memperoleh dana, Insentif atau fasilitas yang diperuntukkan bagi Wirausaha Pemula dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah).

Pemerintah Mengusulkan

penghapusan Pasal 52

Telah diatur Pada Pasal 40 UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

253 Bagian Kedua

Ketentuan Pidana

Pemerintah mengusulkan perubahan judul bagian kedua

“Ketentuan pidana”

Bab XII

Ketentuan Peralihan

254 Pasal 53 Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua Peraturan Perundang-undangan yang mengatur mengenai Kewirausahaan Nasional, dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

Tetap

Pasal 53 Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua Peraturan Perundang-undangan yang mengatur mengenai Kewirausahaan Nasional, dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

255 BAB XII KETENTUAN PENUTUP

Pemerintah mengusulkan perubahan nomor Bab

BAB XIII KETENTUAN PENUTUP

256 Pasal 54 Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhit-ung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pemerintah mengusulkan perubahan Pasal 54 jangka waktu penetapan Peraturan Pelaksanaan menjadi 2 (dua) Tahun

Pasal 54 Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhit-ung sejak Undang-

Undang ini diundangkan.

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

257 Pasal 55 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam

Lembaran Negara.

Tetap

258 Disahkan di Jakarta pada tanggal PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta pada Tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN...NOMOR...

Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

259

PENJELASAN ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR...TAHUN...

Tetap

260 TENTANG

KEWIRAUSAHAAN NASIONAL

Tetap

261 I. UMUM Kewirausahaan Merupakan

gerakan ekonomi yang salah satu perannya menciptakan peluang kerja yang diinisiasi oleh masyarakat berdasarkan potensi dan keunggulannya masing-masing. Untuk mengoptimalkan fungsi kewirausahaan sebagai pilar yang kokoh dalam perekonomian Indonesia, diperlukan langkah-langkah untuk mengembangkan paradigma baru dalam pembangunan kewirausahaan.

Pembudayaan kewirausahaan sebagai gerakan ekonomi rakyat harus didukung oleh politik hukum negara. Untuk menyusun rencana strategis dalam menggagas kewirausahaan dan kemitraan

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

berdasarkan manajemen yang terintegrasi.

Peran negara dibutuhkan untuk mengelola dan mengorganisasikan perekonomian agar masyarakat memperoleh pelayanan kesejahteraan dengan

standar yang baik. Negara berkewajiban untuk menciptakan derajat kesejahteraan yang optimal bagi warganya dengan meningkatkan kualitas pelayanan publik dan reformasi kebijakan publik. Negara juga harus adaptif terhadap perubahan sosial dan ekonomi yang fluktuatif dalam reformasi negara kesejahteraan.

Manusia Indonesia sebagai subjek dan objek pembangunan memiliki peranan yang strategis. Oleh karena itu, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan, dan keahlian dalam proses pembangunan mutlak diperlukan. Upaya penguasaan tersebut dapat ditempuh melalui pengembangan item pendidikan formal dan non-formal yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan ekonomi pada umumnya dan pembangunan di bidang skill kewirausahaan pada khususnya.

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

Keberadaan Undang-Undang tentang Kewirausahaan Nasional disusun agar masyarakat dapat memperoleh akses informasi, pendidikan, keterampilan, dan keahlian yang bermuara pada upaya peningkatan kesejahteraan

dan kemakmuran bersama dengan mendorong masyarakat agar memiliki kemampuan berwirausaha. Pengaturan tentang kewirausahaan secara terencana, terpadu, dan komprehensif dengan mempertimbangkan semua aspek untuk memaksimalkan potensi ekonomi, politik, budaya, lingkungan, dan kemandirian bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Undang-Undang tentang Kewirausahaan Nasional merupakan bagian dari pemenuhan tujuan bernegara yang termaktub dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945. Filosofi dan semangat tersebut menjadi landasan dalam penyusunan materi dan substansi Rancangan Undang-Undang tentang Kewirausahaan Nasional ini.

262 (II.) PASAL DEMI PASAL Tetap

263 Pasal 1 Cukup Jelas

Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

264 Pasal 2 Huruf a Yang dimaksud dengan "asas kekeluargaan" adalah asas yang melandasi upaya pengambilan keputusan dalam hal

penumbuhkembangan wirausaha yang dicapai secara musyawarah.

Tetap

265 Huruf b Yang dimaksud dengan "asas demokrasi ekonomi" adalah asas yang melandasi upaya pemberdayaan wirausaha sebagai satu kesatuan pembangunan perekonomian nasional untuk mewujudkan kemakmuran rakyat

Tetap

266 Huruf c Yang dimaksud dengan "asas kebersamaan" adalah asas yang mendorong peran wirausaha agar secara bersama-sama dalam kegiatannya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat

Tetap

267 Huruf d Yang dimaksud dengan "asas efisiensi berkeadilan" adalah asas yang mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha mewujudkan iklim usaha

yang adil, kondusif, dan berdaya saing

Tetap

268 Huruf e Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

Yang dimaksud dengan "asas kesejahteraan" adalah asas yang melandasi upaya pembangunan yang mewujudkan peningkatan kualitas hidup rakyat

269 Huruf f Yang dimaksud dengan "asas

berkelanjutan" adalah asas yang melandasi proses pembangunan yang berkesinambungan sehingga terbentuk perekonomian yang tangguh dan mandiri

Tetap

270 Huruf g Yang dimaksud dengan "asas kemandirian" adalah asas yang melandasi pemberdayaan wirausaha dengan tetap menjaga dan mengedepankan potensi, kemampuan, dan kemandirian wirausaha.

Tetap

271 Huruf h Yang dimaksud dengan "asas keseimbangan" adalah asas yang melandasi adanya proses pembangunan ekonomi nasional yang seimbang antara kepentingan individu, masyarakat dan kepentingan bangsa dan Negara

Tetap

272 Huruf i Yang dimaksud dengan "asas kesatuan ekonomi nasional" adalah asas yang

Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

melandasi pemberdayaan wirausaha agar menjadi bagian dari pembangunan kesatuan ekonomi nasional

273 Huruf j Yang dimaksud dengan "asas kreatifitas" adalah asas yang mendorong pembangunan kreatifitas wirausaha

yang tinggi agar mampu bertahan dalam berbagai macam kondisi

Tetap

274 Huruf k Yang dimaksud dengan "asas inovasi" adalah asas yang mendorong munculnya wirausaha baru yang mewarnai perekonomian nasional.

Tetap

275 Huruf l Yang dimaksud dengan "asas pendayagunaan" adalah asas yang mendorong penggunan potensi dan sumber daya yang ada menjadi sebuah entitas yang menghasilkan keuntungan

Tetap

276 Huruf m Yang dimaksud dengan "asas pemberdayaan" adalah asas yang mendorong pemberdayaan semua pihak yang relevan dalam pengembangan wirausaha nasional

Tetap

277 Pasal 3

Cukup Jelas

Tetap

278 Pasal 4 Cukup Jelas

Tetap

279 Pasal 5 Cukup Jelas

Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

280 Pasal 6 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena Pasal 6 dihapus

281 Pasal 7 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena Pasal 7 dihapus

282 Pasal 8 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena Pasal 8 dihapus

283 Pasal 9 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena Pasal 9 dihapus

284 Pasal 10 Cukup Jelas

Tetap

285 Pasal 11 Cukup Jelas

Tetap

286 Pasal 12 Cukup Jelas

Tetap

287 Pasal 13 Cukup Jelas

Tetap

288 Pasal 14 Cukup Jelas

Tetap

289 Pasal 15 Cukup Jelas

Tetap

290 Pasal 16 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena pasal 16 dihapus

291 Pasal 17 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena Pasal 17 dihapus

292 Pasal 18

Ayat (1) Instrumental adalah karakter yang bisa memanfaatkan segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya dan bisa melihat peluang yang ada

Tetap

293 Ayat (2) Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

Prestatif adalah karakter selalu tampil lebih baik, lebih efektif dibandingkan dengan hasil yang tercapai sebelumnya

294 Ayat (3) Keluwesan Bergaul adalah karakter selalu berusaha untuk cepat menyesuaikan diri dalam berbagai situasi hubungan antar

manusia.

Tetap

295 Ayat (4) Kerja Keras adalah karakter yang selalu ingin terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai, mengutamakan kerja dan mengisi waktu yang ada dengan perbuatan nyata untuk mencapai tujuan

Tetap

296 Ayat (5) Efikasi Diri adalah karakter selalu percaya pada kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak, bahkan berkecenderungan untuk melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi dengan optimisme untuk berhasil

Tetap

297 Ayat (6) Pengambilan Resiko adalah karakter yang selalu memperhitungkan keberhasilan dan kegagalan dalam setiap kegiatannya khususnya untuk

mencapai keinginannya

Tetap

298 Ayat (7) Swakendali adalah karakter siap menghadapi berbagai situasi dengan

Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

mengacu pada kekuatan dan kelemahan pribadi dan batas-batas kemampuan dalam berusaha sehingga kegiatannya menjadi lebih terarah dalam mencapai tujuannya

299 Ayat (8) Inovatif adalah karakter yang selalu mendekati berbagai masalah dengan

berusaha menggunakan cara-cara baru yang lebih bermanfaat, terbuka terhadap gagasan, pandangan, dan penemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya

Tetap

300 Ayat (9) Kemandirian adalah karakter yang selalu mengembalikan perbuatannya sebagai tanggung jawab pribadi atas Tetap keberhasilan dan kegagalannya yang merupakan konsekuensi pribadi wirausaha

Tetap

301 Pasal 19 Cukup Jelas

Tetap

302 Pasal 20 Cukup Jelas

Tetap

303 Pasal 21 Cukup Jelas

Tetap

304 Pasal 22 Cukup Jelas

Tetap

305 Pasal 23 Cukup Jelas

Tetap

306 Pasal 24 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena pasal 24 dihapus

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

307 Pasal 25 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena pasal 25 dihapus

308 Pasal 26 Cukup Jelas

Tetap

309 Pasal 27 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena pasal 27 dihapus

310 Pasal 28 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena pasal 28 dihapus

311 Pasal 29 Cukup Jelas

Tetap

312 Pasal 30 Cukup Jelas

Tetap

313 Pasal 31 Cukup Jelas

Tetap

314 Pasal 32 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena pasal 32 dihapus

315 Pasal 33 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena pasal 33 dihapus

316 Pasal 34 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena pasal 34 dihapus

317 Pasal 35 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena pasal 35 dihapus

318 Pasal 36 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena pasal 36 dihapus

319 Pasal 37 Cukup Jelas

Tetap

320 Pasal 38

Cukup Jelas

Tetap

321 Pasal 39 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena pasal 39 dihapus

322 Pasal 40 Cukup Jelas

Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

323 Pasal 41 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena pasal 41 dihapus

324 Pasal 42 yang dimaksud dengan "memiliki dan/atau menguasai" adalah kepemilikan saham mayoritas dari pelaku usaha menengah dan besar terhadap wirausaha pemula.

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena pasal 42 dihapus

325 Pasal 43 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena pasal 43 dihapus

326 Pasal 44 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena pasal 44 dihapus

327 Pasal 45 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena pasal 45 dihapus

328 Pasal 46 Cukup Jelas

Tetap

329 Pasal 47 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena pasal 47 dihapus

330 Pasal 48 Cukup Jelas

Tetap

331 Pasal 49 Cukup Jelas

Tetap

332 Pasal 50 Cukup Jelas

Tetap

333 Pasal 51 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena pasal 51 dihapus

334 Pasal 52 Cukup Jelas

Pemerintah mengusulkan penghapusan

Karena pasal 52 dihapus

335 Pasal 53 Cukup Jelas

Tetap

336 Pasal 54 Cukup Jelas

Tetap

337 Pasal 55 Cukup Jelas.

Tetap

NO DIM

NASKAH RUU MASUKAN RUMUSAN PERUBAHAN KETERANGAN

338 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR…

Tetap