DAFTAR ISI · daerah orang lain, setelah beberapa ... terdengar suara adzan magrib. Pada malam hari...

158
JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 Daftar isi ..................................... i Pengantar Redaksi ............................... iii ENTOGRAFI PENCARI KEBAHAGIAAN DI PEDESAAN JAWA SEBUAH ABSTRAK Prof. Dr.Khairul Wahidin, M.Ag ..........................1 IMPLEMENTASI MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA SD KELAS IV PADA PROGRAM PENUGASAN DOSEN DI SEKOLAH Susilawati Ida Widiyawati ..........................21 PENGARUH PENGGUNAAN KARTU KATA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA SISWA KELAS 2 SD NEGERI 3 BOJONGKULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN CIREBON Diana Setiana, M.Pd........................29 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE PAIRED STORYTELLING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD IT MUHAMMADIYAH KOTA CIREBON Nurkholis, M.Pd.I, Anisyah Wulandari, S.Pd ..........................39 MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE DI KELOMPOK B TK LAB SCHOOL UMC TAHUN AJARAN 2018/2019 AIP SYARIFUDIN, M.Pd.I..........................49 Pemanfaatan Media Dongeng Berbasis Majalah “Bobo” dalam Meningkatkan Kemampuan Menyimak siswa SD N 1 Sumber Kabupaten Cirebon ( Pada Pogram Penugasan Dosen di Sekolah) Hanikah, M.Pd DAN Titi Heryati, S.Pd.SD...........................61 DAFTAR ISI i

Transcript of DAFTAR ISI · daerah orang lain, setelah beberapa ... terdengar suara adzan magrib. Pada malam hari...

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 155

Daftar isi ..................................... iPengantar Redaksi ............................... iii

ENTOGRAFI PENCARI KEBAHAGIAANDI PEDESAAN JAWA SEBUAH ABSTRAKProf. Dr.Khairul Wahidin, M.Ag ..........................1

IMPLEMENTASI MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUKMENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA SD KELAS IV PADAPROGRAM PENUGASAN DOSEN DI SEKOLAH Susilawati Ida Widiyawati ..........................21

PENGARUH PENGGUNAAN KARTU KATA TERHADAP KEMAMPUANMEMBACA SISWA KELAS 2 SD NEGERI 3 BOJONGKULONKECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN CIREBONDiana Setiana, M.Pd........................29

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODEPAIRED STORYTELLING DALAM PEMBELAJARAN BAHASAINDONESIADI SD IT MUHAMMADIYAH KOTA CIREBON

Nurkholis, M.Pd.I, Anisyah Wulandari, S.Pd ..........................39

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI MODELPEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE DI KELOMPOK B TK LABSCHOOL UMC TAHUN AJARAN 2018/2019 AIP SYARIFUDIN, M.Pd.I..........................49

Pemanfaatan Media Dongeng Berbasis Majalah “Bobo” dalamMeningkatkan Kemampuan Menyimak siswa SD N 1 Sumber KabupatenCirebon ( Pada Pogram Penugasan Dosen di Sekolah)Hanikah, M.Pd DAN Titi Heryati, S.Pd.SD...........................61

DAFTAR ISI

i

156 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

PENERAPAN ROBIN PERSONAL ASSISTANTUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MELAFAL BAHASAINGGRIS PADA PROGRAM PENUGASAN DOSEN DI SEKOLAHDila Charisma dan Ceci Evawati ...........................73

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATISMELALUI DESAIN MODEL PEMBELAJARAN JARING LABA-LABABERBASIS DISCOVERY LEARNING(Program Penugasan Dosen di Sekolah, Universitas Muhammadiyah CirebonTahun 2018)Sumliyah dan Rhise Rhosliana ...........................81

PENINGKATAN PARTISIPASI AKTIF DAN HASIL BELAJAR PESERTADIDIK PADA TEMA HIDUP RUKUN MELALUI COOPERATIVELEARNING METHOD BERBASIS TUTOR SEBAYA DI SDN 4 KENANGAKABUPATEN CIREBON(Program Penugasan Dosen di Sekolah Universitas Muhammadiyah Cirebon Tahun 2018)Widia Nur Jannah dan Vivit Sholihati..........................91

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERTANYAGURU MI Al-MA’ARIF MELALUI KEGIATAN IN HOUSE TRAININGFikriyah dan Ahmad Munajim.........................101

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIDI SD MUHAMMADIYAH 3 CIREBONSudrajat dan Rie Ananda Ayu Bidari ........................113

Peningkatan Hasil Belajar Kimia Pada Materi Struktur Atom MelaluiPenggunaan LKPD Qur’ani Berbasis Saintifik Peserta Didik MAN 1 KotaCirebon Tahun Pelajaran 2018/2019Dewiantika Azizah, S.Si., M.Pd, Evi Fidawati, S.Pd. ........................139

ii

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 157

Desa selalu ditandai dengankedamaian, kebersamaan, kearifankekal dan kejujuran menjadidambaan dan dinyanyikan anak-anak sekolah tempo dulu, denganlantunan syair yang indah.DesakuYang Kucinta Pujaan hatikutempat ayah dan bunda dankanda kandaku tak takmudahkulupakan setelah kurindukan desaku yang permai.Revitalisasi desa yang kini digerakan lebih menekankanpembangunan fisik matrial danmencabut akar budaya dan spiritualyang meniscayakan kebahagiaanhidup bagi pencarinya. Etnografitentang kehidupan desa di jamanmenjadi inspirasi dan penggugattetap pembangunan fisik desa, tetapiyang lebih penting adalahpenumbuhan kehidupan dalam artisesungguhnya yaitu menjaga hatipara warganya.

Menumbuhkan kehalusan Budimelalui pembinaan berkreatif,berkesenian dan berdzikir denganmodel Bermuhammadiyah (SketsaKarya Ilmiah Dosen Oleh Prof. Dr.Khairul Wahidin, M.Ag) (Editorial)

Pada decade 2000 antumbuh dan berkembang modelsekolah boarding (berasrama)intinya sekolah ini sebagai conterculture atas lemahnya sekolah-sekolah internasional dalammembangun karakter pesertadidiknya. Kata karakter dalampembahasan ini adalah AL-ADAByaitu pembiasaan kehidupankeseharian dengan budi pekerti.

Dalam Islam AL-ADABadalah fondasinya Islam (Al-AdabuAsasul Islam). Berkenaan denganhal itu upaya-upaya yang di bangunmelalui sekolah adalah penananamdan menumbuhkan Akhlak Karimahsebagai ideologi yang terinternalisasidan tersosialisasi secara alamiadapun yang di kembangkanterdapat 5 nilai karakter Al-Kindimenyatukan bahan musik adalahpenghalus Budi, Al-Furobimengembngkan model pembiasaanakhlak dengan musik makaberkembanglah beberapainstrumen musik sebagainkomplemen pendidikan BudiPekerti dalam syareah penyebarIslam.

PENGANTAR REDAKSI

iii

158 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

Salah satu siklus hidup adalahperkawinan yang merupakanmomentum sakral dalam perjalananhidup manusia disampingmengandung pesan moral Suami-Istri tatanan Mas’uliyh walimamamh, Tarbiyah wasyatiyah,serta Annafaqoh Lisa’adiyah (bagisuami) juga adanya kewajiban Istriberupa Al-To’ah wa Al-Sholehah,sebagai jaminan bagi terlahirnyakeluarga SAMARAH juga terdapattradisi yang menggambarkankeindahan hidup berumah tanggadalam rangka tradisi Cirebonan.1. Siraman2. Sungkeman3. Liasan4. Saweran

5. Aqidah6.Salam Temon7. Adatan8.Anjangan

Wanita di pandang sebagi dansymbol keindahan dunia dan olehkarena itu wujud dalam keindahanTuhan kehadiran wanita menjadipenyemangat dan ini dalam SufiIslam.

Jurnal dalam terbitan inimengakomodasi pentingnyapendidikan karakter danpembelajaran kognisi sertaketerampilan. Jika dapat dipadukankeduanya sistem ini yaituspiritualitas serta ilmu dalamketerampilan secara niscayaindonesia berkemajuan.

vi

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 1

A. TarekatPenelitian Etnografi tentang

kehidupan penganut tarekatnaqsabandiyah khalidiyah di DesaTlogoarum Kecamatan WedarijaksaKabupaten Pati ini, mlenggunakanpendekatan kualitatif yang dilakukan selama tiga bulan dilapangan.Dan untuk memperolehdata digunakan teknik pengamatanterlibat dan wawancara mendalam.

Konsep-konsep yangdijadikan landasan dalam penelitianini adalah dalam tinjauan antropogi,

terutama yang berkaitan dengankonsep masyarakat dankebudayaan yang termasuk dalamkebudayaan tersebut adalah agama.

T.O. Ihromi (1976 : xv)mengemukakan kaitan antaramasyarakat dan kebudayaansebagai berikut bahwa masyarakatadalah sekelompok orang yangbermukim disuatu wilayah, yanghidup bersama dan mendukungnilai-nilai, dan cara berlaku ataukebudayaan yang dimiliki bersamadalam kelompok itu, dengan

TAREKAT SENI DAN KEADILAN SOSIAL

Prof. Dr. H. Khaerul Wahidin, M.Ag

ABSTRAKSI

Penulisan ini menggambarkan pola umum dari kebiasaan-kebiasaan agama atau kelakuan keagamaan para penganut tarekat

naqsabandiyah khalidiyah (yang mencakup pola kelakuan individu, dalamkeluarga dan terhadap masyarakat) kemudian digambarkan berbagai

variasi kelakuan keagamaan yang ada pada penganut tarekatnaqsabandiyah atas dasar penggolongan pekerjaan (yang mencakup

golongan pengusaha, petani, pedagang, pegawai negeri sampai kepadagolongan yang sudah tidak bekerja).

2 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

demikian manusia yang hidupberkelompok tidak dapat dipisah kandari nilai budayanya, nilai yangpedoman bagi masyarakat disebutkebudayaan, pada kenyataannya,masyarakat tidak pernah terlepasdari nilai-nilainya. Masyarakatmanusia selalu menganut nilai-nilaidan kebudayaan selalu terdapatpada masyarakat tersebut.

Sedangkan agama dalampandangan antropologi,sebagaimana dikemukakan olehClifford Geertz (1966) Suparlan(1989) yaitu sistem simbol yangbertindak untuk memantapkanperasaan-perasaan dan motivasi-motivasi secara kuat dan bertahanlama dalam diri manusia, dengancara merumuskan konsepsi-konsepsi ini dengan suatu warnatersendiri mengenai hakekatnyayang nyata sehingga perasaan-peasaan dan motivasi-motivasi yangada nampaknya secara tersendiridalah nyata. Dan menurutTrimingham (1971 :3) salah satucara untuk merasakan hakekatkeberagamaan yang dilakukan terusmenerus oleh seseorang disebutdengan tarekat. Dengan demikiantarekat merupakan salah satuperanannya keagamaan yangmemberikan pedoman kepadamanusia untuk mendekatkan dirinyakepada Tuhan.

Tlogoharum adalah sebuah desayang berada dipinggir pantai utaralaut jawa yang mempunyai areal

seluas 189.941 Ha dan dua pertigadari areal tersebut adalah lahanpertambakan, oleh karena itusebagian besar wargamasyarakatnya mempunyai matapencarian yang berhubungan denganpertambakan yaitu dari mulaimembuat garam (petani garam),pengusaha garam, buruh pabrikgaram, dan pedagang garamdisamping terdapat pula petani ikandan petani padi, pegawai negeri dansebagainya.

Orang Tlogoharum rata-ratadapat bekerja dalam sehari-hariselama delapan jam, merekaberangkat pukul 7.00 dan pulangdari kerja pukul 16.00, kecuali parapedagang di pasar mereka berangkatlebah awal dan pulang lebih cepatdan para pekerja yang melakukanpekerjaan secara “mboro” (mondoknyambut damel) yaitu parapedagang garam dan sewaktu-waktupara tukang batu dan tukang kayuyang mengerjakan bangunan didaerah orang lain, setelah beberapahari mereka tinggal di desa orang lainkemudian pulang kekampungnyadan dapat beristirahat beberapa harisambil menunggu kesempoatanuntuk dapat bekerja di daerahlainnya atau untuk menunggukesempatan menjual dagangannya.

Pada sore hari kita akan dapatiwarga desa yang duduk-duduksantai didepan rumahnya, dipinggirjalan, atau dipinggir bakul jajanuntuk santai-santai bersama teman

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 3

atau tetangga atau bersama anggotakeluarga yang mereka namakandengan istilah “Jagongan”. Rasanyapembicaraan mereka tidak habis-habisnya untuk melengkapi kegiatanjagongan sambil memakan kuehserabi yang dapat dibeli disetiapujung jalan dengan uang selawe(Rp.25) dapat diperoleh sebuahserabi berikut santennya yangdiletakan pada sebuah “Takir” (dunpisang yang bagian ujungnya dilipatdan ditusuk dengan biting). Kegiatanjagongan terhenti sejenak tatkalterdengar suara adzan magrib.

Pada malam hari orangTlogoharum dapat menghibur diridengan berbagai jenis hiburan(pertunjukan kesenian, berjudi,madon dan atau madat) pada tempat– tempat tertentu, terutama jikadiadakan “tontonan”dalamperhelatan perkawinan ataukhitanan atau pada saat diadakan“pesta rakyat” dalam rangkaiansedekah bumi. Akan tetapi kadang-kadang anak-anak muda sengajamengunjungi kota kecamatan ataukota kabupaten yang jaraknyaantara 7-12 km dari DesaTlogoharum untuk menyaksikanpagelaran orkes dangdut yang diselenggarakan oleh “shaw bisnis”yang sengaja menghadirkan artis-artis dari luar kota yang sedang digandrungi oleh mereka. Walaudemikian terdapat pula orangTlogoharum yang lebih sukamenyaksikan acara-acara televise.

Pada bulan-bulan tertentu

seperti bulan besar, Bulan Muluddan Bulan Syawal adalah bulan-bulan yang di anggap cocok bagiorang Tlogoharum untukmenyelenggarakan perhelatanperkawinan atau khitanan. Upoacaraperkawinan selalu dimeriahkandengan berbagai rangkaian “adat”yang meyita tenaga, fikiran dan danaselama kurang lebih lima belas hari,dari mulai melekan ulem, weweh,akad nikah (kadang-kadangdilanjutkan dengan upacara adatbukowah atau popunjen) sampaidengan selametan atau sedekahsepasar. Bagi keluarga yang mampumenyelenggarakan pulapertunjukan kesenian “terbangan”atau mengundang seorang“mubaligh” dari luar kota untukmengisi malam tasyakuran dalamperalatan tersebut. Dalampelaksanaannya terlihat adanyasuasana gotong royong diantaraanggota karabat, bahkan juga wargamasyarakat. Bantuan yangdiberikan kepada orang yang“nduwe gawe” umumnya dalambentuk uang yang disebut dengan“buoh”, demikian pula pada waktu“tilik bayek” (menengok bayi) wargamasyarakat memberi bantuankepada keluarga yang barumelahirkan yang disebut dengan“sinomah. Sedangkan pada saatsalah satu anggota masyarakattertimpa musibah (kematian) makabantuan yang diberikan oleh wargamasyarakat lainnya berbentukmakanan untuk membantu

4 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

penyelenggaraan selamatan atausedekah kirim arwah, dalam hal inibantuan yang diberikan disebut“muluri”.

Setiap orang tua Tlogoharummerasa berkewajiban terhadapanak-anaknya sejak masih dalamkandungan (mengadakan selamatanmitoni atau ningkebi), menjagakeselamtanya sekatu lahir danmemberikan pendidikan sewaktumasih kecil (termasukmengkhitankannya) danmenikahkannya setelah dewasa(termasuk membetankannya) danmemberikan atau dihibahkankepada anaknya biasanya tidak jauhdari tempat tinggal orang tuanya,maka lahirlah kelompokkekarabatan “TonggoLomo”.Keseluruhan kewajibantersebut terhimpun dalam satukonsep yang digunakan merekayaitu “ngrumati” dan sebaliknyaanak juga berkewajiban ngrumatiorang tuanya disaat orang tuanyasudah tidak berdaya baik ketikamasih hidup maupun ketika orangtua sudah meninggal dunia. Yangterwujud dalam bentukbertankggung jawab atau “sego lamnyowone tiang sepuhe” (memberimakan dan tempoat tinggal sertakirim arwah dengan mengadakansedekahan atau selametan).

Bekerja keras untukmengumpulkan harta benda, bukanhanya diperlukan untuk menegakankehidupan keluarga tetapi sekaligusberguna untuk mengangkat status

sosial keluarga dalam padanganmasyarakat. Orang Tlogoharumyang kaya atau lazim disebut denganwong sugih atau wong mberahmempunyai kesempatan untukmenduduki jabatan kepala Desa(petinggi) dan atau bila dibarengidengan memiliki kemampuanmembaca “kitab kuning” merekaakan termasuk golongan “elit sosial”yang dihormati oleh wargamasyarakat dan sekaligus dapatmenguasai sumber daya yangterdapat di desa.

Penguasaan sumber dayamanusia melalui sector informaldapat dilakukan melalui jaringanorganisasi sosial keagamaan,kelompok-kelompok keagamaandan kegiatan perdukunan.Dengandemikian terlihat adanya variasidalam kehidupan keagamaan bagiorang Tlogoharum, walaupunseluruh penduduknya telahmenyatakan sebagai pemelukAgama Islam (adanya varian agamijawi dan santi). Bentuk agama islamorang jawa yang disebut denganagami jawi atau kejawen adalahsuatu kompleks keyakinan daankonsep-konsep animism dan atauhindu budha yang cenderung kearahperdukunan, yang tercampurmenjadi satu dan diakui sebagaiagama islam. Sedangkan varianagama islam santri yang walaupunjuga tidak sama sekali bebas dariunsur-unsur animism dan unsur-unsur Hindu Budha, namun lebihdekat pada dogma-dogma ajaran

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 5

agama islam yang sebenarnya.Dalam ajaran Islam, setiap

orang dituntut agar dapat mengabdikepada Tuhan atau mendekatkandiri kepada Tuhan dan disampingdituntut agar memakmurkan duniadengan kebijakan, sehingga parapemeluknya memperolehkebahagiaan hidup di dunia danakhirat.

Tarekat naqsabandiyahkhalidiyah adalah sebuah kelompokkeagamaan yang berusahamemberikan bimbingan kepadapara penganutnya agar dapatberusaha mendekatkan diri kepadaTuhan secara benar (hakekat) danbahkan diusahakan agar sampaikepada pencapaian “pengetahuanketuhanan” atau “makrifat billah”(melihat Tuhan dengan matahatinya) atau setidak-tidaknya dapatmembimbing keimanan, keislamandan kebijakan murid-murid sehingga“tetap” atau “Istiqomah” sehinggatatkala menghadap kepada Tuhanberada dalam kondisi khusnulkhatimah.

Tarekat ini dirintis pertama kalioleh Bahauddin An-Naqsabandi(lahir tahun 718) yang kononkabarnya mempunyai urutan silsilahsampai kepada Nabi SAW. Adapuntarekat ini pertama kali di kenalkandi Tlogoharum oleh KH. AbdullahHafidz Rembang pada tahun 1967dan ditetapkan perwakilan untukTlogohrum pada tahun 1973 dengandiangkatnya KH.Khudrawi sebagaikhalifahnya dan setelah wafatny

KH.Khudrawi kegiatan tarekat didesa Tlogoharum di asuh olehseorang Badal yaitu KH.Abdurrahimsampai sekarang.

Kemunculan kelompok tarekatini di anggap oleh para penganutnyasebagai kelompok tarekat yang“mahal” karena sebelum seseorangresmi menjadi penganut, terlebihdahulu diharuskan melakukan“inisiasi” (proses penyucian diri)dengan mengurangi tidur, makandan obrolan serta tidur pada posisiyang ditentukan untuk jangka waktutertentu sehingga layak untukdibaiat. Proses penyucian tersebutdikenal dengan istilah “istikharah”.

Selanjutnya setelah seseorangberbaiat kepada guru, agarseseorang dapat memperolehhakekat dan atau makrifat atauistiqamah sehingga husnul khatimah,diharuskan melakukan berbagaiperibadatan dan dzikir. Adapunmetode dzikir yang disepakati olehahli tarekat naqsabandiyah melaluitingkatan-tingkatan :1. Dzikir Lathifah Qalbi (halus hati)

letaknya di bawah susu kiri duajari dengan dzikir ismu dzatsebanyak 5000 x

2. Dzikir Lathifah Ruh (halus nyawa)dibawah susu kanan dua jaridengan lafadz ismu dzat sebanyak1000 x

3. Lathifah sir (halus rahasia)tempatnya bertentangan dengansusu kiri cenderung kea rah dadayang jaraknya dua jari, lafadznyaismu dzat banyaknya 1000 x

6 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

4. Dzikir Lathifah Khafi (halus yangtersembunyi) letaknyabertentangan dengan susu kananjaraknya dua jari kearah dada,lafadnya ismu dzat 1000 x

5. Dzikir Lathifah Akhfa (halus yanglebih tersembunyi) letaknyaditengah dada, lafadznya ismudzat dan banyaknya dzikir 1000x

6.Dzikir Lathifah nafs natiqah (halusotak) letaknya dalam dahi danseluruh kepala, lafadnya ismudzat dan banyaknya dzikir 1000x

7. Dzikir Lathifah Qaalab atau jamiulbadan (halus badan dengansempurna meliputi seluruh tubuhdari kepala sampai ujung kaki)lafadznya ismu dzat danbanyaknya 1000 x Keseluruhandzikir tersebut dinamakan dzikirlathoaif orang yang telah sampaikepadanya disebut denganmaqam lathaif (tingkatanlathaif).Disamping masihterdapat maqam nafi isbat,maqam wukuf, maqam tahlil danmaqam muraqabah yangkesemuanya di lakukan denganaturan-aturan tertentu denganmaksud agar menyampaikankepada Allah.Misalnya dalamdzikir lathaif di syaratkan agarsuci dari hadats dan najis, tidakdilihat orang, duduk tawarrukkiri, dzikir dengan fikiran,menghadirkan rupa guru(rabithah).

Segala bentuk bimbingan dan

latihan yang diberikan mursyidkepada murid-muridnyadimaksudkan agar mereka menjadiorang yang selalu mengingat Allah,menjauhi ajakan-ajakan hawa nafsu,sehingga akan menjadi orang yangistiqomah (tetap dalamkeimanannya, keislamannya dankebaikannya) lalu mereka dapatkembali kepada Allah sebagai akhirdari tujuan bagi setiap orang yangberiman dengan membawa predikatkhusnul khatimah (akhir kehidupanyang baik). Oleh karena itu tidaklahmengherankan kalau ilmu tarekat inidianggap sebagai ilmu persipanmenghadapi kematian dan terbuktipula dari para penganutnya yangsebagian besar adalah orang-orangyang sudah berusia lanjut.

Kemudian para penganutnyasendiri berkeyakinan bahwa“barang siapa dalam hidup inibertujuan mencari akhirat makaAllah akan memberikan dunia danakhirat, tetapi barang siapa yangdalam hidup ini hanya bertujuanuntuk mencari dunia maka termasukorang-orang yang merugi”. Atasdasar keyakinan inilah mencariharta untuk memakmurkan ibadahadalah perbuatan “zuhud” termasukpula seorang guru mursyidmenghimpun dana dari murid-muridnya pada setiap tahun melaluipenjualan kalender atau buku yangdimaksudnkan untuk kepentinganagama dapat digolongkan kepadaperbuatan “jihad fi sabilillah”

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 7

Mencari harta untuk memenuhikebutuhan-kebutuhan hidup didunia dan memperbanyak amaluntuk memenuhi kebutuhan hidupdi alam akhirat bagi penganuttarekat naqsabandiyah khalidiyahadalah merupakan dua kegiatanyang terpisah tetapi tidak salingberlawanan, sehingga setiappenganut dituntut untuk dapatmembagi waktu dalamkehidupannya, kapan ia harusbekerja mengumpulkan harta,kapan ia harus meninggalkan urusandunia dan membulatkan diri untukmenghadap Allah lahir maupunbatin.

Membulatkan diri menghadapAllah secara lahir adalah menjauhidunia dan urusannya, lalu menghdapAllah dengan perasaan sukabersamanya serta memilihbersunyi-sunyi beribadat kepadaAllah dalam segala waktu, yaitumelalui kegiatan suluk(khalawatan), rawajuhan dankhataman khawajiban, sedangkanmembulatkan diri kepada Allah, lalum e n g h a d a p k a n n y a ,mendekatkannya sertamenghadirkan hatinya beserta Diadidalam setiap hal.

Tarekat Naqsabandiyahkhalidiyah adalah jalan yang ditempuh oleh para penganutnyauntuk menemui Tuhan, bukan jalanuntuk memperoleh harta. Olehkarena itu usaha untuk memperolehharta di tempuh dengan pranata-pranata yang memberi muatan-

muatan pada usaha manusia untukmendekatkan dirinya pada urusankeduniaan yang lazim dn disepakatioleh lingkungan masyarakatnya.

Penganut tarekatnaqsabandiyah khalidiyah di DesaTlogoharum adalah juga pendukungkebudayaan yang terdapat padamasyarakatnya. Mereka berbahasaseperti bahasa yang digunakan padamasyarakat padaumumnya,mereka mempunyaikebiasaan makanan, pakeannya,mereka mempunyai rasa senisebagaimana yang di senangi olehmasyarakatnya, mereka mengikutipranata ekonomi yang disepakatimasyarakatnya untuk memenuhikebutuhan biologisnya, demikianpula mereka mengikuti pola bagikehidupan masyarakatnya yangberhubungan dengan keluarga dansistem sosial bentuk pemerintahan,trannsmisi kebudayaan dan unsur-unsur kebudayaan lainnya.

Dalam memenuhi kebutuhankeagamaan disamping mengikutipola bagi kehidupan penganutagama Islam santri yaitumelaksanakan salat lima waktusehari semalam, shlat jum’at, puasabulan ramadhan, memberikan zakatdan melaksanakan haji ke tanahmekah, ziarah kubur, melakukansedekah dalam kegiatan lingkaranhidup, menyelenggarakanperingatan-peringatan hari-haribesar islam dan kegian sosialkeagamaan lainnya, bagi penganuttarekat naqsabandiyah khalidiyah

8 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

juga mempunyai kebiasaan-kebiasaan keagamaan yang bersifatpeningkatan ibadah shalat sunnatseperti shalat dhuha, shalat hajat,shalat taubat, shalat tahajud, shalatsunnat rawatib dan shalat – shalatsunnat lainnya yang dianggappenting oleh mereka sesuai dengantingkat kebutuhannya dengandisertai melakukan taat dalambentuk dzikir dalm waktu-waktuyang telah dianggap tepat untukmelakukannya, baik dzikir yangtelah di sepakati oleh ahli tarekatnaqsabandiyah khalidiyah maupundzikir yang diperoleh dari kyai yangbukan ahli tarekat dan atau sebagaiamalan yang di terimany dari“dukun” yang dianggap dapatmembantuk menyampaikan cita-cita dalam kehidupannya.

Perbedaan antara golonganpekerjaan di antara para penganuttarekat seperti pengusaha ,pedagang, petani, pegawai negeri,pensiunan dan lainnya, juga terbataspada variasi amalan (dzikir dansebagainya) yang dianggap layakoleh mereka untuk mewujudkantujuan hidupnya.

Para penganut tarekatmembedakan secara tegasantaraajaran tarekat dengan ajaransyareat. Ajararan tarekat adalahberupa dzikir-dzikir tertentu yangdiberikan oleh mursyid melalui cara-cara tertentu dan hanya disosialisasikan pada orang-orangtertentu. Sedangkan ajaran syareatadalah doktrin-doktrin yang wajib

diyakini atau diamalkan oleh padaumumnya umat Islam.dalampengamalan atau pengajaran ajaran-ajaran syareat tidak terdapatketentuan-ketentuan khusussebagaimana yang terdapat padaajaran tarekat.

Atas dasar keyakinan tersebut,maka pola kehidupan penganuttarekat dalamkeluarga sebagai ibu,bapakmaupun anak terdapat“keterasingan” dalamartimengasingkan diri anggota keluargasekalipun pada saat mengamalkanajaran-ajaran tarekat. Terkecualuiantara anggota keluarga tersebuttelah sama-sama menjadi penganuttarekat.

Semangat dari ajaran tarekattelah melahirkan pula pola transmisikebudayaan dalam lingkungankeluarga. Para penganut tarekatnaqsambadiyah khalidiyah yangwalaupun tidak memasakan anggotakeluarganya agar menjadi penganuttarekat, tetapi lebih mempunyaikesadaran untuk menanamkanajaran Islam dalam kehidupankeluarga. nilai tinggi terhadappendidikan Islam dikalanganpenganut tarekat terlihat dari upayamereka “menanam”anak-anaknyapada sekolah-sekolah agama baikmadrasah maupun pondokpesantren.

Disamping dalam interaksiedukasi dalam penyampaian ajarantarekat harus secara tersembunyidan pengamalan ajaran tarekat jugaharus tersembunyi juga segala

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 9

sesuatu yang berkaitan denganajaran tarekat merupakan transaksirahasia antara murid denganmursyid sedangkansesamamuridpun tidak diperkenankan mengetahui apa yangtelah diberikan murid kepada guruatau sebaliknya sesama muridpuntidak perlu mengetahui apa yangtelah diberikan guru kepada salahseorang muridnya.

Pola hubungan penganuttarekat dalam kelompoknyatersebut mengantung makna agarsetiapmurid terbiasa untukmelaksanakan segala “perintahagama” diatas dasar ikhlas yaitusemata-mata karena Allah danmenjauhi sifat riya dalam beramalatau ingin dilihat oleh orang lain.

Demikian pula halnya polahubungan penganut tarekat denganmasyarakat, selama hubungantersbut diluar hal-hal yangberkaitan dengan ajaran tarekatseperti hubungan dalam urusanekonomi, keluarga, politik, seni dankebudayaan pada umumnya parapenganut tarekat selalu berusahamelakukan adaptasi denganpranata-pranata sosial yang telahdisepakati bersama dalam dan olehmasyarakatnya. Akan tetapi polahubungan penganut tarekat denganmasyarakat akan menjadi “isolative”(menutup diri) dalam arti hubungansebagai makhluk sosial.

B. Seni dan Peradaban

Abu Nasr Muhammad IbnuTarjhan Ibnu Uzlagh Al Farabi

KItab al-Musiqa al-Kabiir

10 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

Pembelajaran nilai bagi santriboarding school, denganpertimbangan pada penekanan nilai.

1. Religius, Religiusitas menjadifactor dominan padakesejahteraan sosial santriyang menjadi temuan dalampenelitian ini. Santri dengantingkat religiusitas yangtinggi dalam semuadimensinya membantu yangbersangkutan untuk lebihadaptif termasuk dalamsegala aktivitas dan bidang-bidang sosial sehinggamencapai kesejahteraansosial.

Agama dapat memenuhibeberapa kebutuhanpsikologis yang penting padamasa remaja santri,membantu merekamemperoleh dan memelihararasa berarti dalam hidupnya,serta menerima terhadapberbagai kehilangan (sepertitidak kumpul dengankeluarga) yang tidak dapatdihindarkan pada masamereka menjadi santri.

Ada sejumlah kegiatanreligiusitas yang dapatdilakukan oleh santri untukmeningkatkan kebahagiaan,yaitu a). melakukan gerakanyang menyenangkan danbermanfaat sepertisepakbola, futsal, volley, danbentuk kegiatan nyang lainseperti outbond dan

Outdoor, b). mengkonsumsimakanan yang seimbang,banyak kandungan seratseperti sayur dan buah, biji-bijian dan menghindarimakanan yang berbahayaseperti alcohol, c). berdo’adan berkomunikasi denganAllah dan melakukankegiatan keagamaan secarabersama-sama sertamenumbuhkan nilai-nilaimoral seperti pemaaf,bersyukur, berperilakugembira, aktif menolongindividu yang membutuhkan.

2. Jujur, tekanan pendidikankejujuran di lembaga ini agarsantri-santri selalumelaksanakan kebijakan danmeninggalkan kejahatansesuai dengan pemahamansalafussholeh, sebagaimanayang diajarkan oleh RasulMuhammad SAW, melaluisifat-sifat Nabi MuhammadSAW, yaitu Sidiq, amanah,tabligh dan fathanah.Nabi Muhammad SAWdiutus dimuka bumi ini untukmenyempurnakan akhlakatau istilah lainnya adalahkarate, cakupan akhlakmeliputi semua aspekkehidupan manusia sesuaidengan kedudukannyasebagai makhluk individu,makhluk sosial, khalifahdimuka bumi serta sebagaimakhluk ciptaan Allah SWT.

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 11

Dengan demikianruang lingkup akhlak sebagaiberikut : a) akhlak terhadapAllah SWT, b). Akhlakterhadap keluarga, c). akhlakterhadap masyarakat, d).akhlak terhadap makhluklain, dengan rincian sebagaiberikut : a) akhlak kepadaAllah, b) akhlak kepadamanusia, yang terdiiri dari : 1)akhlak kepada diri sendiri, 2)akhlak terhadap ibu danbapak, 3) akhlak terhadaplingkungan. Pencapaiantarget pembinaan akhlaktersebut, selain di ajarkantentang Al-Qur’an dan Al-Hadist serta nilai-nilai luhurdiantaranya kejujuran, juga diajarkan beberapa kitab-kitabyang bermuatan materiakhlak sebagai bentukpenjabaran materinyadisesuaikan dengankemampuan perkembanganberfikir santri (sesuai dengantingkat/marhlalnya).

3. Disiplin, tingkat kepatuhanpun ditunjukan santri denganmengikuti semua aturan dankewajiban-kewajiban laindalam kegiatan boardingschool,yang juga diatur dalamundang-undang boardingschool. Disiplin dan peraturanyang mengatur semuaaktivitas dan kegiatan santriselama berada di boardingschool.

Indikator-indikatoryang dijadikan sebagaiparameter penjiwaan nilaidisiplin santri di lingkunganpesantren terdiri atas; 1) sikap,tingkah laku, penampilan dancara berpakaian santri. 2)ketepatan waktu belajar danberibadah. 3) kepedulian santriterhadap kebersihan,ketertiban dan keamananlingkungan pesantren. 4)kepatuhan melaksanakantugas.

Pembinaan akhlaksebaiknya dilengkapi denganmetode pahala dan saksi ataumetode janji dan ancaman.Pahala dalam Islam mulanyabertujuan menumbuhkankesadaran atas motivasiiman, sehingga dapat sanksibertujuan agar manusiamematuhi berbagai aturan,dan mengingat dosa.

4. kerja keras, upaya boardingschool mengembangkanstrateginya berupa menggalidan mengembangkan potensisantri yang berbasis padakecerdassasn hati, akal danspiritual sebagai bentuk kerjakeras sebagai pendidikankarakter santri.Pendampingan Ustadz/Ustadzah kepada santri.Disamping itu jugamembentuk lingkungandengan pengembanganwirausaha, sebagai sarana

12 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

penopang ekonomi boardingschool dan radio sebagaisarana dakwah kepadamasyarakat secara umum.

5. Mandiri, pembinaan yangdilaksanakan di boardingschool dalam membangunkemandirian santri dapatdikatakan berhasil.Keberhasilan ini dapat dilihatdari beberapa perubahanmendasar dari para santrinya,yaitu a) keikutsertaan santriuntuk menjadi panitia sertamemberikan suaranya dalamkegiatan pemilihan rois/roisah, b) kemampuan dalammengelolaan keuangansendiri, c) kemampuan dalammemngelolaan waktu secaraefektif serta seimbang antarawaktu belajar materipesantren dengan boardingschool, d) membiasakan diriuntuk mencuci pakaian, alatmakan, serta menyetrikasendiri, e) membiasakan diriuntuk mampu memecahkanmasalah secara mandiri, f)membiasakan diri untukselalu membersihkan danmerapihkan kobong (kamar)sendiri, g) kemampuan untukmembatasi komunikasidengan keluarga.

6. Menghargai prestasi,pendidikan dan kegiatan diboarding school selalumenghargai berbagai prestasisantri.

Al-Ud merupakan nenekmoyang kecapi (asal dengansuara keras), instrumentyang paling popular dalammusik Arab. Alat ini terbuatdari strip kayu tipis yangmana yang di gunakanuntuk membuat bentuktubuh bulat, dengan leherpendek tanpa fret.Memungkinkan catatandalam intonasi apapun, olehkarena itu ideal untukmaqam Arab dengancatatan seperempat.

Qanun adalah instrumentsenar yang dimainkan baik solo,atau lebih sering sebagai bagiandari ansnabel, disebagian besar

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 13

Timur Tengah, Maghreb, AfrikaBarat, Asia Tengah, dan daerahtenggara Eropa.

Nay (Sruling Arab) Alat inimemiliki 9 sambungan, dengan 6lubang (seperti pada sulingbamboo) dan 1 lubang di bawahuntuk jempol (seperti padarekorder). Berbagai panjang untuk

setiap tala nada. Cara meniupseperti suling, untuk nada tinggidengan tiupan lebih.

Tabla atau darbuka adlahdrum berbentuk piala. Denganmemvariasikan titik di mana drumdipukul dan jumlah tangan yangmenghubungi kepala, pemainmengendalikan kualitas suara yangdihasilkan.

Duff adalah bingkai besarberdimensi Timur yang digunakandalam musik popular dan klasik.Bingkainya biasanya terbuat darikayu kertas dengan banyak cincinlogam yang terpasang, dan biasanyamembrane kulit kambing.

Sejak dulu pembelajar muslim disamping membiasakan al adab gayamereka gemar bermusik.

Mizmara adalah instrumenangina buluh tunggal atau gandaapapun di Mesir, istilah Mizmarbiasanya mengacu pada bentukkerucut yang disebut zurna di Turki.

14 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

Naqqara nagara atau nagadaadalah dram timur tengah denganpunggung bulat dan kepalasembunyi, biasanya dimainkanberpasangan. Alat musik inimenimbulkan sebuah suaramembrane dari variasi ketel drum.

l b o q u emerupakan alatmusik tiup terbuatdari kayuberkembang diera kemasanislam. Alboka danAlboque berasal

dari bahasa arab, al-buq, yangberarti terompet. Inilah cikal bakalclarinet dan terompet modern

C. Antara adat dan adab

Setelah pengajian, calonmempelai perempuan kemudianmenyampaikan ungkapan terimakasih karena telah mengasuh danmenjaganya semenjak kecil hinggamemasuki gerbang pernikahan sertapermohonan maaf bila selama dalampengasuhan kedua orang tua adahal-hal yang tidak berkenan di hatimereka. Kepada kedua orang tuacalon mempelai perempuan mintauntuk dinikahkan. Kemudian calonmempelai perempuan sungkemkepada ayah dan mencuci kakinya

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 15

sebagai bakti seorang anak kepada ayahnya.

Gambar 13. Sungkem kepada kedua orang tua.

Gambar. 18 memotong sebagian rambut oleh orang tua

Gambar. 19 Perasan oleh Juru Rias

16 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

Juru rias membacakan doa lebih dahulu sebelum melakukan perasan.Biasanya ia membaca ta’awudz, Al-Fatihah, Istigfar, Syahadat, danShalawat. Bagian rambut yang dibuang adalah rambut pada bagian atasdahi (perasan keteb), hidiung, atas bibir, dagu dan kelopak mata. Rambutgodeg dirapihkan. Bulu kalong yang terdapat di pinggiran kuduk.

Pada waktu akad nikah. Calon pengantin laki-laki dikerudungi kain batikCirebon miliki orang tua pengantin perempuan. Biasanya disebut Robyong.Hal ini menandakan bahwa laki-laki tersebut adalah calon menantunya dansemenjak itu orang tua mempelai perempuan sudah menganggap kepadamantu itu seperti anak sendiri. Setelah selesai akad nikah kain batik penitip/robyong dibuka kembali kain batik tersebut diambil lagi. Hal inimenandakan bahwa pengantin laki-laki sudah lepas dari perlindungan orangtua dan telah memiliki tanggung jawab baru.

Gambar 23. Calon pengantin laki-laki dikerudungi kain robyong.

Setelah membaca ta’liq talaq, kemudian penyerahan mas kawin danijab qobul. Upacara akad nikah diakhiri dengan membacakan khotbahsampai upacara selesai. Sesuai akad nikah, orang tua mempelai laki-lakidipersilahkan memasuki ruangan pernikahan. Selanjutnya pengantinperempuan diajak oleh rias menemui pengantin laki-laki.

Salam temon adalah bertemunya penganten laki-laki denganpenganten perempuan untuk memulai upacara adat perkawinan. Halpertama yang dilakukan mempelai perempuan ketika bertemu denganmempelai laki-laki/suaminya adalah sungkeman kepada sang suami.

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 17

Gambar 24. Salam temon

Injek telur. Telur tersebut diletakan di atasnya, kemudian diinjangoleh sang suami. Pengantin laki-laki menginjak telur, melambangkanperubahan status jejaka dan gadis menjadi suami istri yang hendak membinarumah tangga dan memiliki keturunan.

Gambar 29. Upacara injak telur.

Setelah menginjak telur, kaki sang suami dibersihkan oleh sang istri.Pengantin perempuan membasuh kaki pengantin laki-laki. Hal inimelambangkan kesetiaan dan bakti sebagai istri yang siap bersama-samamembangun rumah tangga dan hidup mendampingi suaminya.

Gambar 26. Tari sekar Keputeran, yang merupakan turunan dari TariBudaya Kesturun Keraton Cirebon dalam upacara penyambutan penganten.

18 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

Terbentuknya citra wanitasaleh idaman yang bias dipuja-pujadengan istilah-istilah yang muluk(justru karena ia berbeda darianggota-anggota kaumnya yang lain)jika seorang wanita berjalan di jalanTuhan seperti pria, ia tidak bias lagidisebut wanita (T 1:59). Sampai kinimasih dikenal luas penyebutanseorang wanita saleh sebagai “Rabi’akedua.”

Namun sejarah menunjukanbahwa Rabi’a bukanlahperkecualian, meskipun ia dikenaltelah memperkenalkan pengertiancinta sejati dalam pandangantapabrata di zaman awal tasawuf.Margareth Smith telahmengumpulkan bahan-bahantentang kehidupan beberapa rekansezaman Rabi’ah, wanita-wanita suci

yang hidup pada akhir abad ke-8 diBasra dan Siria. Di antara mereka ituterdapat Mariam dari Basra Riana,“yang berkobar-kobarsemangatnya” (al-waliha), danbanyak lagi yang dikenal sebagaiyang senantiasa menangis, takut,dan menyebabkan orang lainmenangis.” (N16) mereka bahkanbias menjadi buta lantaran menangisterus, sehingga mata hati merekabias melihat lebih jelas.

Beberapa diantara keturunanwanita Rasul, seperti Sayyida Natisa(m.824), menjulang karenakesalehan dan keluhuran budinya.Makamnya di Kairo masih diziarahioleh orang-orang beriman. Hal yangserupa juga terjadi pada SayyidaZaynab, yang makamnya di Kairobegitu sering diziarahi sehinggamerupakan latar bagi dua novelMesir modern, seperti yang ditunjukan oleh sebuah telaah yangbagus oleh Muhammad MustafaBadawi.

Jelas bahwa wanitadiperbolehkan menghadiripertemuan-pertemuan sufi. PutriAbu Bakar Al-Katani seorang ahlimistik, kehabisan nafas ketikasedang menghadiri pertemuandengan Nuri, sufi yang kerasukanketika berbicara mengenai cinta;tiga lelaki juga meninggalbersamanya pada saat itu. (N623)sejumlah besar wanita pada abad ke-9 dan ke-10 juga disebut-sebutdalam sumber-sumber Arab danParsi karena pencapaiannya yang

D. Tesmoni dan Penutup

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 19

luar biasa dalam kesalehan mistik.Dan bahkan ada wanita mistik yangdibimbing oleh Khidir sendiri danmenerima perintah langsungdarinya. (N332).

Tarekat muhammadiyah ygdi kembangkan di kesultanankacirebonan adalah tarekatTa’limiyah, yaitu guru dan muridbersama-sama belajar untukmendapatkan kebenaran bukanmencari uang dan kedudukan.

Pokok ajaran tarekat iniadalah belajar kunci kemulyaan,dengan belajar seseorang tidakhanya pintar tapi benar, tidak hanyasabar tapi berani, tidak hanya yakintapi kreatif, tidak hanya memberitapi tidak boros, tidak hanyamenjadi kuat tapi memberimanfaat.

Metode belajar diupayakanheuristik yaitu mencari danmemadukan dzikir, puisi,kesusasteraan dan musik,keseluruhannya untukmenghaluskan hati sehingga sepidari nafsu ankara murka, kemudianmengisinya dengan cita-cita muliauntuk menolong kesulitan-kesulitanmanusia.

Kehidupan bila mengikutinabi Muhammad dengan sepenuhcinta, maka mencukupkan segalakebutuhan. Nabi Muhammad adalahbapak bagi orang-orang beriman ygwajib dimuliakan dan diikuti ajaran-ajarannya, maka dengan demikian

Allah akan memberikan hidayahNyauntuk memperoleh jalan dankemudahan dalam mengatasikesulitan., maka menghormati gurusebagai pewris nabi, merupkanrisalah yang wajib dilakukan sepertihalnya juga menghormati orang tua.

Dengan demikian metode inimerupakan bentuk pendekatanuntuk menjadikan muridberkaraktar menolong kesulitanorang lain.

menolong kesengsaraan manusiamerupakan ciri gerakanmuhammadiyah.

20 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

DAFTAR PUSTAKA

Keentjaningrat 1969 : PengantarAntropologi, Djakarta PD. Aksara1984 : Kebudayaan Jawa, Jakarta :BN Balai Pustaka.

Lewin Oskar 1988 : Kisah LimaKeluarga : Telaah kasuskasus Orangmeksiko dalam kebudayaan emiskinanterjemahan Rochmulyati Hamzah,Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Roxbororough Ian 1986 : Teori-teoriketerbelakangan. terjemahan RocmanAhwan. Jakarta : Dharma Aksara.Saefudsin Ahmasssd

Fedyasni 1986 : Konflik dan interaksi :perbedaan faham dan agama,jakarta : PT. Rajawali.

Suseno Franz Magnis 1988 : Etika Jawa :Sebuah analisa Falsafi tentangkebijaksanaan Jawa, Jakarta : PT.Gramedia.

Suparlan, Parsudi 1981 : Kebudayaanmasyarakat dan Agama dalampengetahuan budaya, JakartaLitbank.

Trimingham 1983 : The Sufi Orders inIslam. London Oxford UniversityPress.

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 21

IMPLEMENTASI MULTIMEDIA INTERAKTIFUNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR

SISWA SD KELAS IV PADA PROGRAMPENUGASAN DOSEN DI SEKOLAH

Oleh:Susilawati¹), Ida Widiyawati²)

¹)UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON²)SD NEGERI 2 TUKMUDAL KECAMATAN SUMBER

KABUPATEN CIREBONEmail : [email protected]

Abstrak: Dinamika pembelajaran mengarahkan guru untuk terusmeningkatkan keterampilannya dalam mengajar termasuk menyajikanmedia yang inovatif. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitasbelajar siswa dalam pembelajaran di kelas IV SD menggunakan multimediainteraktif. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan model Kemmis& Mc Taggart yang dilaksanakan selama dua siklus. Kegiatan penelitiandilaksanakan di Kelas IV SD Negeri Tukmudal 2 Kecamatan SumberKabupaten Cirebon yang berjumlah 20 siswa. Instrumen yang digunakanberupa lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar wawancara gurudan siswa, lembar catatan harian dan lembar tes serta dokumentasi. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa multimedia interaktif dalam pembelajarandi kelas IV semester 1 dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal inidapat dilihat pada pra siklus aktivitas siswa mendapat nilai 2.55 (aktivitasbelajar siswa kurang). Pada siklus 1 aktivitas belajar siswa menunjukkanpeningkatan yang signifikan yaitu menjadi 3.10 (aktivitas belajar siswa baik).Dan pada siklus 2, nilai aktivitas belajar siswa semakin meningkat menjadi3.45 (aktivitas belajar siswa sangat baik). Rekomendasi dari hasil penelitianini mengarahkan untuk guru agar dalam pelaksanaan pembelajaranmenggunakan berbagai media yang bervariasi. Salah satu media yang dapatdigunakan adalah multimedia interaktif untuk dapat meningkatkan aktivitasbelajar siswa. Selain itu, dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan,hendaknya menyertakan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) yangrepresentatif agar aktivitas belajar siswa semakin terarah.

Kata Kunci: multimedia-interaktif, aktivitas-belajar-siswa

22 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

PENDAHULUANDinamika pembelajaran

mengarahkan guru untuk terusmeningkatkan keterampilannyadalam mengajar. Pengalamanbelajar merupakan faktor yangsangat penting dalam membangunkonsep belajar yang menyenangkan.Pembelajaran menggunakanmultimedia interaktif merupakansalah satu konsep belajar yangrelevan dengan tuntutanpembelajaran saat ini dimana siswalebih menyukai belajar secara digitaldibandingkan belajar menggunakanmetode konvensional.

Berdasarkan hasil kegiatanobservasi dan wawancara yang telahdilaksanakan di kelas IV SD Negeri2 Tukmudal Kecamatan SumberKabupaten Cirebon, terdapatbeberapa masalah yang perludiselesaikan dalam pembelajaran.Diantaranya aktivitas belajar siswayang perlu ditingkatkan. Selama inisiswa belum menunjukkanantusiasme dalam belajar. Siswahanya sebatas duduk dan mengikutipembelajaran yang disajikan olehguru. Siswa terlihat kurangsemangat dan menunjukkanaktivitas belajar yang rendah. Haltersebut berdampak padarendahnya nilai yang didapat olehsiswa. Banyak siswa yang belumdapat mencapai nilai KriteriaKetuntasan Minimum (KKM) yangtelah ditentukan.

Ketersediaan sarana prasaranayang ada di SD Negeri 2 Tukmudal

Kecamatan Sumber KabupatenCirebon seperti perangkat komputeratau laptop, proyektor, speakeractive, dan aliran listrik di setiapkelas belum dimanfaatkansemaksimal mungkin untukmeningkatkan kualitaspembelajaran. Padahal multimediainteraktif yang dikemas sederhanapun mampu menjadi salah satu solusiuntuk meningkatkan aktivitasbelajar siswa yang selama ini masihrendah.

Multimedia interaktif memilikiberbagai variasi mulai darimultimedia presentasi pembelajaranyang ditampilkan di depan kelashingga multimedia pembelajaranyang digunakan oleh siswa secaramandiri. Dalam penelitian inimultimedia yang digunakan adalahmultimedia interaktif presentasiyang menggunakan MicrosoftPowerPoint.

Multimedia sebagai salah satujenis media pembelajaran memilikibanyak kelebihan. Rusman (2011)mengemukakan kelebihanmultimedia adalah menggabungkansemua unsur media seperti teks,video, animasi, gambar, grafik, dansuara menjadi satu kesatuanpenyajian sehingga dapatmengakomodasi gaya belajar siswa.Gaya belajar atau modalitas belajar(Chatib: 2010) adalah cara informasimasuk ke dalam otak melalui indrayang kita miliki. Sehinggamultimedia interaktif ini mampumengakomodasi semua gaya belajar

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 23

siswa. Hal ini disebabkan gayabelajar setiap anak berbeda, adayang tipe visual, ada juga yang tipeaudio.

Neo (2001) mengungkapkanbahwa multimedia mengubah caraberkomunikasi satu sama lainsehingga mengirim dan menerimapesan lebih efektif dan lebih mudahdipahami dengan baik. Denganadanya multimedia interaktif yangmenarik, diharapkan aktivitasbelajar siswa menjadi lebihmeningkat.

TINJUAN PUSTAKA1. Multimedia Interaktif

Media pembelajaran memilikiperanan yang sangat penting dalampembelajaran di kelas. Mediapembelajaran membantu guru dansiswa dalam menyampaikan danmenerima informasi materi pelajarandengan baik. Sehingga tujuanpembelajaran dapat dicapai denganbaik.

Media pembelajaran memilikibanyak jenis. Berikut ini jenis mediapembelajaran berdasarkan inderayang terlibat menurut Munadi(2008) yaitu media audio, mediavisual, media audio visual danmultimedia. Multimedia merupakanmedia yang melibatkan berbagaiindera dalam prosespembelajarannya misalnyakomputer, internet, karya wisata,permainan, simulasi, dan bermainperan.

Wahono (2008)mengungkapkan jenis-jenismultimedia pembelajaranberdasarkan kegunannya.a. Multimedia presentasi

pembelajaran: alat bantu yangdigunakan guru dalam prosespembelajaran di kelas dan tidakmenggantikan peran guru secarakeseluruhan. Multimedia inidisajikan dalam bentuk pointer-pointer materi yang dan bisaditambahkan multimedia linearberupa film dan video untukmemperkuat pemahaman siswa.Jenis multimedia ini dapatdikembangkan dengan softwarepresentasi seperti Open OfficeImpress dan Microsoft PowerPoint.

b. Multimedia pembelajaranmandiri: software pembelajaranyang dapat dimanfaatkan olehsiswa secara mandiri tanpabantuan guru. Multimediapembelajaran mandiri ini harusdapat memadukan pengetahuantertulis yang ada di sumberbelajar seperti buku dan artikeldengan pengalaman guru. Dalammultimedia ini harus terdapatfitur assesment untuk latihan,ujian dan simulasi termasuktahapan pemecahanmasalahnya. Multimedia inidikembangkan denganmenggunakan softwareMacromedia \Authorware atauAdobe Flash.

24 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

Multimedia interaktif sangatlahcocok untuk diterapkan untukpembelajaran di SD, karenamultimedia interaktif memilikikeunggulan dari media yang lain.Beberapa keunggulan multimediainteraktif yaitu : 1) siswa memilikipengalaman dalam menggunakanmultimedia interaktif, 2)meningkatkan antusiasme danmotivasi belajar siswa sehinggaterhindar dari rasa bosan dan jenuhdalam pembelajaran, 3) adanyainteraksi dalam belajar, 4)memberikan kesan yang mendalamsehingga lama untuk dilupakan, 5)Mengatasi keterbatasan ruang danwaktu sehingga papat memperkecilbenda yang sangat besar yang tidakmungkin dihadirkan di sekolah, 6)dapat menyajikan benda atauperistiwa yang jauh dan berbahaya.

Multimedia yang diaplikasikandalam penelitian ini adalahmultimedia presentasi pembelajaranmenggunakan MicrosoftPowerpoint yang didalamnyamemuat teks, gambar, dan video-video pendukung sehingga menarikbagi siswa.

2. Aktivitas Belajar SiswaAktivitas merupakan prinsip

yang sangat penting dalam prosesbelajar karena tidak ada belajar jikatidak ada aktivitas. Banyak aktivitasyang dapat dilakukan oleh siswa disekolah mulai dari aktivitas psikismaupun aktivitas fisik. Dienrich

(Sardiman : 2009) menggolongkanaktivitas siswa sebagai berikut:a. Visual activities, yang termasuk

di dalamnya adalah membaca,memperhatikan gambar,demonstrasi, percobaan,pekerjaan orang lain.

b. Oral activities, sepertimenyatakan, merumuskan,bertanya, memberi saran,mengeluarkan pendapat,mengadakan wawancara,diskusi, dan interupsi.

c. Listening activities, sebagaicontoh mendengarkan: uraian,percakapan, diskusi, musik,pidato.

d. Writing activities, sepertimenulis cerita, karangan,laporan, angket, menyalin.

e. Drawing activities, misalnyamenggambar, membuat grafik,peta, diagram.

f. Motor activities, yang termasukdi dalamnya antara lain;melakukan percobaan, membuatkonstruksi, bermain, berkebun,beternak.

g. Mental activities, misalnyamenanggapi, mengingat,memecahkan soal, menganalisis,mengambil keputusan.

h. Emotional activities, misalnyamenaruh minat, merasa bosan,gembira, bersemangat,bergairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan pendapattersebut, beberapa indikator yangmenjadi acuan dalam penilaian

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 25

akvititas belajar siswa dalampenelitian ini adalah:1) Bersemangat pada saat mengikuti

pembelajaran.2) Memperhatikan ketika guru/

siswa lain memberi penjelasan.3) Bekerjasama dalam kegiatan

kelompok.4) Bertanya atau menjawab

pertanyaan pada saatpembelajaran berlangsung.

METODOLOGI PENELITIANMetode penelitian yang

digunakan dalam penelitian iniadalah Penelitian Tindakan Kelas(PTK) dengan desian spiral yangdikemukakan oleh Kemmis &Taggart (Wiraatmaja, 2010). Setiapsiklus dalam PTK ini meliputi tahapperencanaan (plan), pelaksanaandan observasi (act and observe), danrefleksi (reflect).

Gambar 1. Desain PTK modelSpiral Kemmis & Taggart

(Wiraatmaja, 2010)

Penelitian ini dilaksanakan diKelas IV SD Negeri Tukmudal 2Kecamatan Sumber Kabupaten

Cirebon yang berjumlah 20 siswayang terdiri dari 10 siswa laki-lakidan 10 siswa perempuan. Penelitianini menggunakan instrumen berupalembar observasi aktivitas belajarsiswa, lembar wawancara guru dansiswa, lembar catatan harian dandokumentasi.

HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN

Kegiatan penelitian inidilaksanakan di kelas IV semester 1SD Negeri Tukmudal 2 KecamatanSumber Kabupaten Cirebon padatema “selalu berhemat energi” dansub tema “sumber energi”.

Kegiatan awal penelitiandilakukan dengan melakukankegiatan observasi aktivitas belajarsiswa di kelas dan wawancara denganguru dan siswa kelas IV.Berdasarkan hasil observasi yangdilaksanakan beberapa kali,kegiatan pembelajaran pada hari-hari biasa menunjukkan rendahnyaaktivitas siswa dalam belajar. Hal iniditunjukkan dari ekspresi siswayang terlihat kurang bersemangatdalam belajar. Tidak adanya mediayang ditampilkan di kelas membuatkegiatan kerja kelompok kurangterlihat bergairah. Bagitupun dengankegiatan tanya jawab yang hanyadilakukan oleh beberapa siswa saja.Siswa yang lain hanya menyimak.

Berbeda dengan kegiatanpembelajaran yang dilaksanakanpada siklus 1 dan siklus 2. Siswabelajar tema “selalu berhemat

26 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

energi” dan sub tema “sumberenergi” menggunakan multimediainteraktif berupa PowerPointPresentation yang di dalamnyaterdapat teks, gambar, video yangmenarik dan relevan dengan temayang dipelajari.

Temuan-temuan yang adadalam penelitian ini diantaranyapada saat pembelajaranberlangsung, siswa menunjukkanantusiasme yang tinggi dalambelajar. Ekspresi kegembiaraannampak dari raut wajah siswa. Halini berdampak pada antusiasmesiswa dalam bekerja kelompokuntuk menyelesaikan berbagaikegiatan yang ada dalam LembarKerja Peserta Didik (LKPD) yangdibagikan baik per kelompok. Siswabersemangat untuk melakukankerja kelompok. Siswa juga lebihaktif dalam bertanya dan menjawabpertanyan-pertanyaan yangdiajukan oleh guru. Sebagian besarsiswa memperhatikan danmengikuti kegiatan pembelajaranyang ditampilkan dari awal hinggaakhir pembelajaran. Hal ini sejalandengan pendapat Sudjana & Rivai(2009) yang mengungkapkanbahwa manfaat media pembelajarandalam proses belajar mengajar diantaranya membuat pembelajaranlebih menarik sehingga dapatmeningkatkan motivasi danaktivitas belajar siswa.

Selain itu, peranan LKPD jugasangat penting untuk memunculkanaktivitas positif siswa. Dengan

adanya LKPD, aktivitas siswamenjadi terarah sehinggameminimalisir siswa untukmelakukan aktivitas yang negatif didalam kelas. Sejalan dengan hal ini,Frandsen (Sardiman : 2009)mengemukakan bahwa adabeberapa hal yang mendorongaktivitas siswa untuk belajar, yaitudiantaranya adanya sifat ingin tahudan ingin menyelidiki dunia yanglebih luas dan adanya sifat kreatifpada orang yang belajar.

Gambar 2. Aktivitas Siswa DalamPembelajaran Menggunakan

Multimedia Interaktif

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 27

Hasil perolehan aktivitasbelajar siswa sebelum menggunakanmultimedia interaktif (pra siklus),siklus 1 dan siklus 2 saatmenggunakan multimedia interaktifdapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perolehan Nilai AktivitasBelajar Siswa

*Kriteria aktivitas siswa1.01 – 1.75 : Aktivitas belajarsangat kurang1.76 – 2.50 : Aktivitas belajarkurang2.51 – 3.25 : Aktivitas belajar baik3.26 – 4.00 : Aktivitas belajarsangat baik

Hasil sebelum pelaksanaanpembelajaran menggunakanmultimedia interaktif menunjukkannilai 2.55 yang berarti aktivitasbelajar siswa kurang. Pada siklus 1aktivitas belajar siswa menunjukkanpeningkatan yang signifikan yaitumenjadi 3.10 yang bermaknaaktivitas belajar siswa baik.Begitupun pada siklus 2, nilaiaktivitas belajar siswa semakinmeningkat menjadi 3.45 yangbermakna sangat baik.

Gambar 3. Hasil PeningkatanAktivitas Belajar Siswa

Gambar 3 menunjukkan bahwapenggunaan multimedia interaktifdalam pembelajaran di kelas IV SDN2 Tukmudal Kecamatan SumberKabupaten Cirebon memberikankontribusi yang nyata yaitumeningkatkan aktivitas belajarsiswa. Siswa terlihat senang danbersemangat dalam belajar. Hal inisejalan dengan pendapat Sudjanadan Riva’i (2009) bahwa mediapembelajaran bermanfaat dalamproses pembelajaran yaitu siswalebih banyak melakukan kegiatanbelajar karena siswa tidak hanyamendengarkan uraian guru, tetapijuga aktivitas lain sepertimengamati, mendemonstrasikandan lain-lain. Aktivitas yang sepertiini sejalan dengan pendapat Dr.Venon Magnesen (Chatib:2010)bahwa persentase yang kita ingatjika membaca hanya 20%, pada saatmendengar 30%, melihat 40%,mengucapkan 50%, melakukan60%, dan saat melihat,mengucapkan, dan melakukan akandapat diingat sebanyak 90%.

28 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

KESIMPULAN DANREKOMENDASI

Implementasi multimediainteraktif dalam pembelajaran yangdilaksanakan di kelas IV semester 1SD Negeri Tukmudal 2 KecamatanSumber Kabupaten Cirebon padatema “selalu berhemat energi” dansub tema “sumber energi” dapatmeningkatkan aktivitas belajarsiswa. Hal ini dapat dilihat pada prasiklus aktivitas siswa mendapat nilai2.55 (aktivitas belajar siswa kurang).Pada siklus 1 aktivitas belajar siswamenunjukkan peningkatan yangsignifikan yaitu menjadi 3.10(aktivitas belajar siswa baik). Danpada siklus 2, nilai aktivitas belajarsiswa semakin meningkat menjadi3.45 (aktivitas belajar siswa sangatbaik).

Rekomendasi dari hasilpenelitian ini mengarahkan untukguru agar dalam pelaksanaanpembelajaran menggunakanberbagai media yang bervariasi.Salah satu media yang dapatdigunakan adalah multimediainteraktif untuk dapatmeningkatkan aktivitas belajarsiswa. Selain itu, dalam setiappembelajaran yang dilaksanakan,hendaknya menyertakan LKPD(Lembar Kerja Peserta Didik) yangrepresentatif agar aktivitas belajarsiswa semakin terarah.

DAFTAR PUSTAKA

Chatib, M. 2010. SekolahnyaManusia: Sekolah BerbasisMultiple Intelligences diIndonesia. Bandung: Kaifa.

Munadi, Y. 2008. MediaPembelajaran. Jakarta: GaungPersada Press.

Neo, M & Neo T. K. 2001.“Innovative teaching: Usingmultimedia in a problem-basedlearning environment”.Journal EducationalTechnology & Society.Volume 4 No. 4. Hal. 19-21.

Rusman., Deni K., & Cepi R. 2011.Pembelajaran BebasisTeknologi Informasi danKomunikasi. Jakarta: RajawaliPers.

Sardiman. 2009. Interaksi danMotivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Rajawali Pers.

Sudjana, N & Rivai, A. 2009. MediaPengajaran. Bandung: SinarBaru Algensindo.

Wahono, R.S. 2008. 7 LangkahMudah Membuat MultimediaPembelajaran. http://romisatriawahono.net/2008/03/03/7-langkah-mudah-membuat-multimedia-pembelajaran/(diuduh14 Oktober 2012).Wiriaatmadja, Rochiati. 2010.

Metode Penelitian TindakanKelas. Bandung: RemajaRosdakarya

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 29

PENGARUH PENGGUNAAN KARTU KATA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA SISWA KELAS 2 SD NEGERI 3 BOJONGKULON KECAMATAN SUSUKAN

KABUPATEN CIREBON

OlehDiana Setiana, M.Pd

Universitas Muhammadiyah CirebonKampus II Jl. Fatahilah Watubelah No.40 Sumber - Cirebon

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan membaca siswakelas 2 di SD Negeri 3 Bojongkulon, mengetahui proses pembelajaranmenggunakan permainan kartu kata pada pembelajaran Bahasa Indonesiadan mengetahui berpengaruh atau tidaknya permainan media kartu kataterhadap kemampuan membaca siswa kelas II SD Negeri 3 Bojongkulon. kartukata merupakan suatu media pembelajaran yang mudah dibuat dan mudahdigunakan. Selain itu, media kartu kata ini juga dianggap lebih efektif untukmeningkatkan kreativitas siswa karena sifat dari kartu kata ini sendiri yangmudah dibuat dan mudah disusun sesuka hati serta dengan warna-warna yangmenarik perhatian siswa.

Jenis penelitian yaitu kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitianadalah metode eksperimen dengan populasi SD Negeri 3 Bojongkulon, kemudiandipilih sampel 2 kelas yaitu kelas IIA dan IIB. Metode pengumpulan datadilakukan dengan melakukan pretes (tes awal) dan setelah pembelajarandilaksanakan, penulis melakukan postes (tes akhir) kepada kedua kelas tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa media permainan kartu kataterhadap kemampuan membaca untuk siswa yang menerapkan pembelajaranmenggunakan media kartu kata menujukkan kategori tinggi yaitu dengan rata-rata sebesar 82,50 dan untuk siswa yang tidak menerapkan media permainankartu kata terhadap kemampuan membaca menunjukkan kategori sedang yaiturata-rata sebesar 60,66. Kemudian berdasarkan analisis uji-t data gain yangmenunjukan bahwa t hitung lebih kecil dari pada t tabel (1,93 < 1,73) terdapatperbedaan pada taraf signifikan setelah diberi perlakuan dan tanpa perlakuan,maka menurut kriteria penguji hipotesis artinya Ho ditolak atau terdapatpengaruh permainan kartu kata terhadap kemampuan membaca antara kelaseksperimen dan kelas kontrol.

Kata Kunci : Kartu Kata, Kemampuan Membaca

30 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Belajar merupakanperubahan perilaku manusia atauperubahan kapabilitas yang relatifpermanen sebagai hasilpengalaman, (Jannah, 2014: 18).Selain itu, belajar juga melaluiproses yang relatif terus menerusdijalani sebagai pengalaman.Berdasarkan uraian diatas dapatdisimpulkan bahwa belajaradanya perubahan tingkah lakuseseorang yang relatif permanensebagai hasil pengalaman sertamenunjukan adanya peningkatanpotensi seseorang menjadi lebihbaik dan dapat diterapkan dalmkehidupan sehari-hari.

Media merupakanpenyampai pesan agar materiyang ingin disampaikan kepadasiswa lebih mudah dipahami.Media kartu kata ini dianggaplebih efektif untuk meningkatkankreatifitas siswa karena sifat darikartu kata ini sendiri yang mudahdibuat dan mudah disusun sesukahati serta dengan pilihan warna-warna yang menarik perhatiansiswa. Selain itu juga denganmenggunakan permainan kartukata dalam proses pembelajaranberlangsung sangatmenyenangkan sehingga penulistertarik dengan menggunakanmedia permainan kartu katadapat menigkatkan membacasiswa, dikarenakan penulis

pernah menemukan di sekolahtersebut seorang siswa yangbelum bisa membaca kemudianpenulis berinisiatif untukmembuat pembelajaran yangmenarik dan menyenangkandengan menggunakan mediapermainan kartu kata.

Smaldino et al. (Laely, 2013: 308) Media adalah alat bantuyang dapat dijadikan sebagaipenyalur pesan guna mencapaitujuan pembelajaran. MenurutSadiman (Rahmat dan Heryani,2014 : 105) mengatakan mediabentuk jamak dari perantarayang merupakan saranakomunikasi. Media adalahperantara atau pengantar pesandari pengirim ke penerimapesan.Menurut Umar (2013 :130) mengatakan bahwa katamedia berasal dari bahasa latinmedium yang berarti perantaraatau pengantar. Berdasarkanuraian diatas bahwa media adalahsuatu alat yang digunakan untukmempermudah dan membantuproses pembelajaran, agar parasiswa dapat memahami materipembelajaran dengan mudah dantujuan dari pembelajaran tersebutdapat tercapai.

Menurut Rahmat danHeryani,( 2014 : 106) Kartu katatermasuk jenis media grafis ataumedia dua dimensi, yaitu mediayang mempunyai ukuran panjangdan lebar. Kartu sebagai alat

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 31

peraga praktik yang berfungsiuntuk mempermudah siswadalam pemahaman suatu konsepsehingga hasil prestasipembelajaran lebihmenyenangkan dan lebih efektif.Kartu tersebut terbuat darikertas tebal atau kertas asturoberbentuk persegi dengan ukuran20 cm x 6 cm, terdapat tulisanatau kata-kata dengan warnayang berbeda. Berdasarkanuraian di atas bahwa kartu katamerupakan suatu mediapembelajaran yang mudah dibuatdan mudah digunakan. Selain itu,media kartu kata ini juga dianggaplebih efektif untuk meningkatkankreativitas siswa karena sifat darikartu kata ini sendiri yang mudahdibuat dan mudah disusun sesukahati serta dengan warna-warnayang menarik perhatian siswa.Dengan begitu, prosespembelajaran dapat berlangsungdengan menyenangkan dan tujuanpembelajaran pun dapat tercapai.

Masalah yangmenyebabkan kurang optimalnyadalam kemampuan membacapada mata pelajaran bahasaindonesia pada siswa kelas II SDNegeri 3 Bojongkulon KecamatanSusukan Kabupaten Cirebon,yaitu antara siswa dengan siswalainnya memiliki tingkatkemampuan membaca yangberbeda. Siswa tidak dapatmengikuti proses pembelajaran

dengan baik dikarenakan siswayang kesulitan dalam membacakhususnya pada mata pelajaranbahasa Indonesia pada materimembaca dikarenakan gurukurang menyajikan materi secarautuh dan kurang mengukurkemampuan siswa secara utuh,guru belum menggunakanpendekatan yang menarik padasiswa, guru tidak menggunakanalat peraga atau mediapembelajaran, rendahnya minatbelajar anak, serta kurangnyaperhatian dari orang tua.

A. Rumusan MasalahBerdasarkan batasan

masalah diatas, makarumusan masalah penelitianini adalah sebagai berikut :1. Bagaimana minat membaca

siswa di kelas II SD Negeri3 Bojongkulon KecamtanSusukan KabupatenCirebon?

2.Bagaimana prosesp e m b e l a j a r a nmenggunakan kartu katapada pembelajaranmembaca di kelas 2 SDNegeri 3 BojongkulonKabupaten Cirebon?

3.Bagaimana pengaruhpermainan kartu katadalam meningkatkankemampuan membacasiswa pada pembelajaranBahasa Indonesia kelas II

32 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

SD Negeri 3 BojongkulonKecamatan SusukanKabupaten Cirebon?

B. Tujuan PenelitianBerdasarkan rumusan

masalah diatas maka tujuanpenelitian ini adalah sebagaiberikut:1. Untuk mengetahui

kemampuan membacasiswa di kelas II SDNegeri 3 Bojongkulonkecamatan Susukankabupaten Cirebon ?

2. Untuk mengetahui prosesp e m b e l a j a r a nmenggunakan kartu katapada pembelajaranBahasa Indonesia di kelasII SD Negeri 3Bojongkulon kecamatanSusukan KabupatenCrebon?

3. Untuk mengetahuipengaruh kartu katadalam meningkatkankemampuan membacasiswa pada pembelajaranBahasa Indonesia kelas IISD Negeri 3 Bojongkulonkecamatan Susukankabupaten Cirebon?

C. Manfaat PenelitianBerdasarkan tujuan

penelitian diatas makamaanfaat penelitian ini adalahsebagai berikut:

1. Manfaat TeoritisDapat memberikansumbangan informasimengenai berbagai macammedia pembelajaran/permainan bahasa dalampembelajaran BahasaIndonesia untukm e n i n g k a t k a nkemampuan membaca.Dapat memberikanmasukan/saran dalammengembangkan prosespembelajaran di kelas agarmenyenangkan untuksiswa denganmenggunakan mediapermainan kartu kata.

2. Manfaat Praktisa. Bagi Guru

Dapat menemukansolusi untukm e n i n g k a t k a nkemampuan membacapada siswa, memberikanpengetahuan baru bagiguru dalammenggunakan kartukata atau media lainnyayang sesuai dengankebutuhan siswa danmata pelajarannya, dandapat memudahkanguru dalam mengajarkansiswa membacapermulaan.

b. Bagi SiswaDapat meningkatkankemampuan membaca

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 33

siswa kelas II A SDNegeri Kayuwalang,Kecamatan Kesambi,Kota Cirebon tahun2018/2019.

c. Bagi LembagaDapat memberikansaran kepada pihaksekolah dalam usahameningkatkan kualitaspembelajaran sehinggatujuan pembelajarandapat terlaksana dandapat memberikansumbangan informasiyang bermanfaat dalammeningkatkan kualitaspembelajaran bahasaindonesia.

II. Kajian Teori PengertianBelajarMenurut Jannah (2014: 18)Belajar merupakanperubahan perilaku manusiaatau perubahan kapabilitasyang relatif permanensebagai hasil pengalaman.Selain itu, belajar juga melaluiproses yang relatif terusmenerus dijalani sebagaipengalaman.

Permainan kartu kataMenurut Rahmat danHeryani, ( 2014 : 106) Kartukata termasuk jenis mediagrafis atau media duadimensi, yaitu media yang

mempunyai ukuran panjangdan lebar. Kartu sebagai alatperaga praktik yangberfungsi untukmempermudah siswa dalampemahaman suatu konsepsehingga hasil prestasipembelajaran lebihmenyenangkan dan lebihefektif. Kartu tersebutterbuat dari kertas tebal ataukertas asturo berbentukpersegi dengan ukuran 20 cmx 6 cm, terdapat tulisan ataukata-kata dengan warnayang berbeda.

Pengertian MediaSmaldino et al. (Laely, 2013 :308) Media adalah alat bantuyang dapat dijadikan sebagaipenyalur pesan gunamencapai tujuanpembelajaran. MenurutSadiman (Rahmat danHeryani, 2014 : 105)mengatakan media bentukjamak dari perantara yangmerupakan saranakomunikasi. Media adalahperantara atau pengantarpesan dari pengirim kepenerima pesan.MenurutUmar (2013 : 130)mengatakan bahwa katamedia berasal dari bahasalatin medium yang berartiperantara atau pengantar.

34 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

Pembelajaran BahasaIndonesiaMenurut Jannah,experimental design,digunakan karena padakenyataanya sulitmendapatkan kelompokkontrol yang digunakanuntuk penelitian (Sugiyono,2016 : 77).

Hasil Penelitian danPembahasan

Sebelum menggunakanmedia pembelajaran minatsiswa mengikutipembelajaran BahasaIndonesia sangat rendah.Karena proses pembelajaranyang dilakukan terlalumonoton tanpa mediapembelajaran, sehingga siswadituntut untuk konsentrasipenuh pada materipembelajaran. Namun,setelah menerapkan mediapembelajaran pada prosespembelajaran di kelaseksperimen terlihat siswasangat antusias untuk belajar.Hal tersebut juga dibuktikandnegan angket yang disebarsetelah proses pembelajaranselesai. Angket berisi 8pernyataan, 4 pernyataanbermuatan positif dan 4pernyataan bermuatannegative.

Pada penerapan prosespembelajaran BahasaIndonesia di kelas II SDN 3Bojongkulon yang telahberlangsung, gurumenggunakan mediapermainan kartu kata dalamproses pembelajaran materimembaca. Dalam mengamatihasil dari penerapan mediapermainan kartu kata padaproses pembelajaran,menggunakan instrumenlembar observasi guru yangtelah dibuat pada saatperencanaan. Lembarobservasi prosespembelajaran digunakanuntuk memantau sejauhmana guru dapatmenerapkan mediapembelajaran permainankartu kata pada prosespembelajaran BahasaIndonesia. Adapun hal-halyang diamati dalam lembarobservasi prosespembelajaran yaitu kesiapanpada pra kegiatanpembelajaran seperti :kesiapan kemampuanmembuka kegiatan prosespembelajaran, kesiapanruangan, kesiapan alat danmedia pembelajaran,memeriksa kesiapan siswadalam belajar, kesesuaianmenyampaikan apersepsidan tujuan pembelajarn.Kesiapan pada kegiatan

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 35

pembelajaran seperti :kesiapan penguasaan materipembelajaran, pendekatan/strategi yang akan dipakaiguru, kesiapan dalampenggunaan dan pemanfaatmedia pembelajaran, sertakesiapan membuatpembelajaran menjadi aktif.Yang terakhir adalahkesiapan di akhir kegiatanpembelajaran seperti :kesiapan memantaukemajuan belajar, melakukanpenilaian akhir, melakukanrefleksi dengan siswa danmelakukan tindak lanjut.

Pengaruh penggunaanmedia kartu kata diperolehanalisis data nilai gain yangdiperoleh antara kelaseksperimen dan kelas controlmenyebutkan bahwaterdapat perbedaan yangsignifikan pada peningkatanhasil belajar siswa. Hal inidibuktikan oleh uji-t datagain yang menunjukkanbahwa t hitung lebih besardaripada t table (1,93 > 1,73)dan berada pada daerahpenolakan H

o atau daerah

penerimaan Ha. atau dengan

kata lain Ha diterima dan Hoditolak yang berarti terdapatperbedaan hasil post testsecara signifikan antarakelompok eksperimendengan kelompok control ataudapat dikatakan bahwa

kedua perlakuanmemberikan pengaruhberbeda.

KesimpulanBerdasarkan hasil

penelitian yang telahdilakukan terhadap ujipengaruh media kartu katadalam pembelajaranmembaca di kelas II SDnegeri 3 Bojongkulon dapatdisimpulkan sebagai berikut:1) Setelah menggunakan

media kartu kata padaproses pembelajaran dikelas eksperimen, minatsiswa untuk mengikutipembelajaran BahasaIndonesia semakinmeningkat. Terbukti darihasil angket yang disebarkepada 18 responden atausiswa setelah akhirp e m b e l a j a r a nmenggunakan mediapembelajaran. Dimanadalam skor rata-ratakeseluruhan dari hasilpeningkatan angkettersebut menunjukkannilai 21.6 yang artinyatermasuk kedalamkategori sangat setuju. Ituberarti para siswamenginginkan prosespemeblajaran denganmedia pembelajaran

2) Pada proses pembelajaranBahasa Indonesia di kelas

36 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

II SDN 3 Bojongkulondiperoleh hasil awalobservasi yakniberdasarkan data hasilobservasi prosespembelajaran denganmedia dan tanpa media dikelas eksperimen dancontrol kemudian dihitungpeningkatannya (N-gain)yang dihitung berdasarkangain ternormalisasi adalah(N-gain) = 0,9 yangtermasuk ke dalamkategori tinggi. Hasilpretest dan posttestdilihat dari hasilperbandingan kelascontrol dan eksperimenmenunjukkan bahwa kelascontrol mengalamiketuntasan hasil belajarsebesar 25% sedangkankelas eksperimenmenduduki nilai 78%ketuntasan hasil belajarsetelah dilakukanpenelitian denganmenggunakan mediakartu kata.

3) Ada pengaruh penggunaanmedia permainan kartukata terhadapkemampuan membacasiswa SDN 3 Bojongkulon,yang dilihat dari hasilbelajar siswa melaluipretest dan posttest yaknidari hasil perhitungandiperoleh nilai rata-rata

post test kelas eksperimensebesar 83,86 dan kelascontrol sebesar 69,77.Demikian juga thitung

(0,004) < ttabel

(1,68). Halini menunjukkan bahwakemampuan akhir yangdimiliki antara siswakelompok eksperimen dankelompok control,terdapat perbedaan padataraf signifikan setelahdiberi perlakuan dantanpa perlakuan. Hal inidibuktikan oleh uji-t datagain yang menunjukkanbahwa t hitung lebih kecildaripada t table (1,93 <1,73).

DAFTAR PUSTAKA

Arief, D. (2014). “Jurnal Al – Ta‘lim : Pengaruh PenggunaanMedia Kartu Kata TerhadapKemampuan Membaca Siswakelas 1 SDN 10 Luubuk BuayaPadang”. 1. (21). 18 – 24.

Jannah, WN et al. (2013). BahasaIndonesia. Cirebon: UMC.

Rahmat, PS dan Heryani T. (2014).“Pendidikan Usia Dini :Pengaruh Media Kartu KataTerhadap KemampuanMembaca Dan PenguasaanKosa Kata”. 8, (1), 101-110.

Soetopo, H. (2009).PintarMemakai Alat Bantu Ajar.Jakarta: Penerbit Erlangga.

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 37

Sugiyono. (2010). MetodologiPenelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R &D.Bandung: Alfabeta.

Suriani, dkk.(2013). “KreatifTadulako :PeningkatanKemampuan MembacaPermulaan Melalui MediaKartu Huruf”. 4, (10). 62 – 77.

Umar. (2013) “ Tarbawiyah :Media Pendidikan Peran danFungsinya DalamPembelajaran”. 10, (2), 126 –141.

Siregar, Evelin dan Nara, Hartini.(2010). Teori Belajar danPembelajaran. Bogor:Ghalia Indonesia.

38 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 39

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARAMELALUI METODE PAIRED STORYTELLING

DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIADI SD IT MUHAMMADIYAH KOTA CIREBON

(Program Penugasan Dosen Sekolah)(Nurkholis, M.Pd.I, Anisyah Wulandari, S.Pd)

ABSTRAK

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas V ditemukanKendala-kendala yang ditemukan di lapangan bahwa masih banyak siswa yangbelum menguasai keterampilan berbicara dikarenakan siswa memiliki rasa maludan takut jika guru memberikan pertanyaan. Kalaupun ada beberapa siswa yangberani menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru namun berbicaranya masihtersendat-sendat, tidak akurat dan tidak runtut.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan peserta didikdalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada aspek berbicara sebelumditerapkannya metode Paired Storytelling, untuk mengetahui penerapan penerapanmetode Paired Storytelling dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V dalammeningkatkan keterampilan berbicara di SD IT Muhammadiyah Kota Cirebon,dan untuk mengetahui hasil keterampilan berbicara siswa kelas V dalampembelajaran Bahasa Indonesia setelah diterapkannya metode Paired Storytelling

Metodologi dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitianini dilaksanakan di SD IT Muhammadiyah Kota Cirebon dengan subjek penelitianseluruh siswa kelas V SD IT Muhammadiyah Kota Cirebon yang berjumlah 25siswa, yang terdiri dari 14 perempuan dan 11 laki-laki. Objek penelitian yang iniyaitu keterampilan berbicara siswa kelas V.

Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran menggunakan metode PairedStorytelling dapat meningkatkan proses pembelajaran keterampilan berbicarasiswa kelas V ini terbukti dari setiap siklus. Pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak13 siswa atau dengan nilai presentase 52,38% dan siswa yang tidak tuntas sebanyak12 siswa dengan nilai presentase 47,62%. Pada siklus I dengan didapatkan nilairata-rata keseluruhan yaitu 69,04. Pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 25siswa dengan nilai presentase yaitu 95,23% dan nilai rata-rata keseluruhan yaitu80,28. Penelitian ini dikatakan berhasil, dikarenakan hasil tersebut mencapai targetyang telah ditentukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa denganmenerapkan metode Paired Storytelling dapat meningkatkan keterampilanberbicara siswa kelas V pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Kata Kunci: Paired Storytelling, Keterampilan Berbicara

40 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

ABSTRACT

IMPROVING SPEAKING SKILLS THROUGH PAIREDSTORYTELLING METHODS IN LEARNING INDONESIA. CLASSV SD IT MUHAMMADIYAH KOTA CIREBON.

Constraints found in the field based on the results of observationsand interviews with the fourth grade said that there were still manystudents who had not mastered speaking skills because students hadshame and fear if the teacher asked questions. Even if there are somestudents who dare to answer questions given by the teacher, the speechis still stagnant, inaccurate and not coherent.

The purpose of this study is to determine the ability of learners inIndonesian language learning, especially in the aspect of speaking beforethe Paired Storytelling method is applied, to determine the application ofthe application of Paired Storytelling method in learning Indonesian inclass IV in improving speaking skills at SD IT Muhammadiyah KotaCirebon, and to find out the results of speaking skills of fourth gradestudents in Indonesian language learning after the implementation of thePaired Storytelling method.This type of research is classroom actionresearch. This research was carried out at SD IT Muhammadiyah KotaCirebon with the research subjects of all fourth grade students of SD ITMuhammadiyah Kota Cirebon totaling 25 students, consisting of 14women and 11 men. The object of this research is the speaking skills offourth grade students.

The results showed that learning using the Paired Storytelling methodcould improve the learning process of the fourth grade students’ speakingskills as evidenced from each cycle. In the first cycle of students whocomplete as many as 13 students or with a percentage value of 52.38%and incomplete students as many as 12 students with a percentage valueof 47.62%. In cycle I with an overall average value of 69.04. In the secondcycle of students who complete as many as 21 students with a percentagevalue of 95.23% and the overall average value of 80.28. This research issaid to be successful, because the results reach the predetermined target.Thus it can be concluded that by applying the Paired Storytelling methodcan improve the speaking skills of fourth grade students in Indonesiansubjects.

Keywords: Paired Storytelling, Speaking Skills

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 41

A. PENDAHULUANPendidikan merupakan bidang

paling strategis dalammempersiapkan sumber dayamanusia yang mampu bersaingdengan baik ditingkat lokal, regional,maupun global. Pendidikanmempunyai peran yang sangatpenting dan wajib dilakukan olehsetiap manusia. Adapun tujuandalam pendidikan dasar yaitumeletakkan dasar kecerdasan,pengetahuan, kepribadian, akhlakmulia, serta keterampilan hidupmandiri dan mengikuti pendidikanlebih lanjut.

Sesuai dengan Undang-undangNomor 20 Tahun 2003 bahwapendidikan adalah usaha sadar danterencana untuk mewujudkansuasana belajar dan prosespembelajaran agar peserta didiksecara aktif mengembangkanpotensi dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia sertaketerampilan yang diperlukandirinya, masyarakat bangsa dannegara. Dalam hal ini, tentu sajadiperlukan adanya pendidikan yangmembangun dengan adanya guru-guru yang profesional di SekolahDasar.

Manusia merupakan makhluksosial yang tidak bisa hidup sendiri.Sebagai makhluk sosial, manusiaselalu berinteraksi dengan manusialainnya. Dalam hidupbermasyarakat dibutuhkan adanya

komunikasi antara manusia yangsatu dengan yang lainnya.Komunikasi dapat dilakukan secaralisan maupun tertulis. Untukmelalukan komunikasi sarana yangdiperlukan adalah bahasa. Tanpaadanya bahasa orang akan merasakesulitan dalam berkomunikasi.Salah satu bentuk penggunaanbahasa adalah berbicara. Seorangberusaha untuk mengungkapkanpikiran dan perasaannya kepadaorang lain dengan berbicara.

Tujuan diajarkan keterampilanberbicara pada siswa Sekolah Dasaradalah untuk membantu siswamengembangkan keterampilandalam berkomunikasi secara lisan.Dalam komunikasi antara gurudengan siswa atau siswa dengansiswa dalam proses belajar mengajar.Keterampilan berbicara danmenyimak merupakan unsur yangpenting. Melalui berbicara, guruatau siswa menyampaikan informasimelalui suara dan bunyi bahasa,sedangkan dalam menyimak, siswaakan mendapat informasi melaluiucapan yang diterimanya dari guruatau rekannya.

Kegiatan berbicara tidak hanyadilakukan dalam dunia pendidikanformal saja, tetapi kegiatan berbicarajuga dilakukan dalam duniapendidikan non formal. Kegiatanberbicara tidak hanya dilakukankerabat dekat saja, melainkandengan kerabat baru yang bisa sajaberasal dari daerah yang berbeda

42 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

maka dari itu keterampilanberbicara perlu dikuasai oleh anaktingkat Sekolah Dasar.

Karena pada dasarnya untukmelakukan berbicara perlu adanyakepercayaan diri untuk menunjangketerampilan berbicara.Kemampuan berbicara merupakansalah satu kemampuan berbahasayang perlu dimiliki oleh seseorang,kemampuan berbicara bukanlahkemampuan yang di wariskansecara turun-temurun, walaupunpada dasarnya secara alami manusiadiciptakan untuk dapat berbicara.Namun untuk memilikikeretampilan dalam berbicara iniperlu adanya bimbingan yangintensif apalagi untuk anak usiasekolah dasar.

B. LANDASAN TEORI1. Pengertian Keterampilan

BerbicaraPada hakikatnya berbicara

merupakan salah satu cara yangefektif bagi kita untukberkomunikasi dalammelakukan kegiatanmenyampaikan pesan kepadaorang lain (penyimak) denganmenggunakan media bahasalisan. Suhendar 1992 ( dalamMunaseh, dkk. 2014: 75)mengatakan “berbicara adalahproses perubahan wujud pikiranatau perasaan menjadi wujudujaran”. Ujaran yang dimaksud

adalah bunyi-bunyi bahasa yangbermakna.

Menurut Iskandar wassiddan Dadang 2008 (Munaseh,dkk. 2016: 179) Keterampilanberbicara pada hakikatnyamerupakan keterampilanmemproduksi arus sistem bunyiartikulasi untuk menyampaikankehendak, kebutuhan perasaan,dan keinginan kepada orang lain.Keterampilan berbicara dapatmeningkat jika ditunjang olehketerampilan berbahasa yanglain, seperti menyimak,membaca, dan menulis.Keterampilan berbicara inisangat penting posisinya dalamkegiatan belajar-mengajar.Menurut Galda (dalamMunaseh, dkk. 2016: 180)keterampilan berbicara diSekolah Dasar merupakan intidari proses pembelajaran bahasadi sekolah, karena denganpembelajaran berbicara pesertadidik dapat berkomunikasi didalam maupun di luar kelassesuai dengan perkembanganjiwanya.

Berdasarkan pengertianketerampilan berbicara yangdipaparkan diatas, dapat penulissimpulkan bahwa keterampilanberbicara merupakanketerampilan yang dimilikiseseorang dalam mengolahpengucapan kata melalui mulutagar terdengar dengan baik dan

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 43

benar serta jelas. sehinggainformasi yang disampaikandapat dipahami oleh pendengar(penyimak).

2. Pengertian Metode PairedStorytelling

Metode pembelajaranmerupakan suatu cara untukmelakukan aktivitas yangtersistem dari sebuah lingkunganyang terdiri atas pendidik dansiswa untuk saling berinteraksidalam melakukan suatu kegiatansehingga proses belajar mengajarberjalan dengan baik dalamartian tujuan pembelajarantercapai. Muslich (dalam JamilSuprihatiningrum. 2016: 154)

Metode Paired Storytelling(cerita berpasangan) adalahmetode yang dikembangkansebagai pendekatan interaktifantar siswa, pengajar, dan materipelajaran. Metode ini dapatditerapkan untuk pengajaranmembaca, menulis,mendengarkan, dan berbicara.Metode ini juga diterapkan untukbeberapa mata pelajaran, sepertiilmu pengetahuan sosial, agama,dan bahasa. Bahan pelajaranyang paling cocok digunakandengan teknik ini adalah bahan-bahan yang bersifat naratif dandeskriptif. Namun, hal ini tidakmenutup kemungkinandipakainya bahan-bahan yanglainnya. (Miftahul, Huda. 2011:151)

Berdasarkan penjelasantersebut diatas maka dapatdisimpulkan bahwa metode inimemiliki ciri khas tersendiridalam strategi pembelajarannyakarena sebelum memulaipembelajaran, guru harusmemahami kemampuan danpengalaman siswa-siswanya danmembantu merekamengaktifkan kemampuan danpengalaman ini agar bahanpelajaran menjadi lebihbermakna. Dengan caramerangsang siswa untukmengembangkan kemampuanberpikir dan berimajinasi. Buahpemikiran mereka akan dihargaisehingga siswa akan terdoronguntuk terus belajar.

L a n g k a h - l a n g k a hpenggunaan metode PairedStorytelling maka dapatdisimpulkan bahwa dalampenerapan metode PairedStorytelling sebelum subtopikdiberikan, guru memberikanpengenalan mengenai topik yangakan dibahas. Setelah itupengajar atau pendidik membagibahan atau topik pelajaranmenjadi dua bagian. Kemudiansiswa berkelompok secaraberpasangan dengan anggota duaorang, bagian teks yang pertamadiberikan kepada siswa pertama,sedangkan bagian teks keduadiberikan kepada siswa yangkedua. Dari teks yang telah

44 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

didapatkan siswa membaca danmemahami teks tersebutkemudian menentukan katakunci berdasarkan teks ceritayang telah didapatkan.Berdasarkan kata kunci yangtelah ditentukan dari teks ceritatersebut, siswa mengembangkanceritanya kembali bersamapasangannya sesuai dengan katakunci masing-masing. Setelah ituantara siswa satu dengan siswadua saling bertukar teks ceritakemudian saling memotivasiuntuk berlatih dalammenceritakan kembali di depankelas dengan penuh keberanian.

C. METODE PENELITIANMetode penelitian ini adalah

dengan menggunakan PenelitianTindakan Kelas (PTK). Berdasarkanjenis penelitian yang dipilih, yaituPenelitian Tindakan Kelas. Makadalam penelitian ini, penelitimenggunakan model penelitiantindakan dari Kemmis dan McTaggart yang diadopsi dari modelKurt Lewin yang memperkenalkanempat tahap dalam pelaksanaanmetode penelitian tindakan yaitu:Perencanaan (Planning), Tindakan(Action), Pengamatan(Observation), dan Refleksi(Reflektion). Adapun Skemapenelitian tindakan kelas menurutKemmis dan McTaggart (Sani,Sudiran 2017) sebagai berikut :

Penelitian ini menggunakanbeberapa teknik pengumpulan datadiantaranya yaitu tes, pedomanobservasi (observasi guru dansiswa), dan dokumentasi.Pengumpulan data dilakukansebelum tindakan, saat tindakan,dan setelah tindakan dilaksanakan.

D. HASIL PENELITIAN

1. Hasil observasi guru dalammenerapkan metode PairedStorytelling

Data hasil observasi gurudalam menerapkan metodePaired Storytelling untukmeningkatan keterampilanberbicara pada mata pelajaranBahasa Indonesia bahwa adanyapeningkatan dari siklus I hinggasiklus II, data tersebut dapatdilihat pada tabel dibawah ini:

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 45

Tabel 1Data Hasil Observasi Guru

dalam Penerapan Metode PairedStorytelling Pada Mata PelajaranBahasa Indonesia Siklus I, II

Hasil observasi guru dalampenerapan metode PairedStorytelling mengalamipeningkatan dari mulai siklus Ijumlah keseluruhan yaitu 45dengan presentase 62,5%dikategorikan baik, pada siklus keII mengalami peningkatandengan jumlah keseluruhan 59dengan presentase 81,94% yangdikategorikan baik sekali.

2. Hasil observasi aktivitasSiswa dalam KegiatanPembelajaran denganmenerapkan metode PairedStorytelling

Berdasarkan data yangpeneliti dapatkan yang berkaitandengan hasil observasi aktivitassiswa dalam proses pembelajaranberlangsung yang dilakukandengan dua siklus menunjukkanbahwa adanya perubahanpeningkatan aktivitas siswasetelah diterapkannya metodePaired Storytelling pada matapelajaran Bahasa Indonesia. Halini dapat dilihat dari presntase

skor yang diperoleh dari hasilobservasi aktivitas siswa padasiklus I dan II sebagai berikut:

Hasil Observasi Aktivitas Siswapada Siklus I dan II

Berdasarkan tabel 2, rata-rataskor yang diperoleh pada siklus Isebesar 48,1 dengan nilai presentase57,26 % dan rata-rata pada siklus IImengalami peningkatan yaitusebesar 65,5 dengan nilai pesentase77,97%. Kondisi ini membuktikanbahwa metode Paired Storytellingdapat meningkatkan motivasi dankeaktifan siswa ketika prosespembelajaran berlangsung.

3.Hasil keterampilanberbicara siswa

Setelah diterapkannyametode Paired Storytelling padamata pelajaran Bahasa Indonesia,hasil keterampilan berbicarasiswa kelas V menunjukkanadanya peningkatan dari data prasiklus sampai pada siklus IIsehingga diperoleh hasil yangdiharapkan. Kelebihan metodePaired Storytelling siswa akantermotivasi dan bekerja sama

46 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

untuk terampil berbicara, dapatmeningkatkan partisipasi siswadalam proses pembelajaran dansiswa yang memiliki keberanianlebih dalam aspek berbicaranyadengan penggunaan metode iniakan memotivasi teman yanglainnya. Seperti yang terlihat padatabel dibawah ini:

Tabel 3

Berdasarkan tabel 10mengenai data hasil keterampilanberbicara siswa pada pra siklus,siklus I, dan siklus II. Untukmemperjelas peningkatanketerampilan berbicara denganmenggunakan metode PairedStorytelling maka disajikandalam bentuk diagrampeningkatan nilai rata-rataketerampilan berbicara daritahap pra siklus, siklus I, dansiklus II dibawah ini:

Gambar 1 Diagram HasilRekapitulasi Nilai Rata-rataKeterampilan Berbicara Siswapada Mata Pelajaran BahasaIndonesia Tahap Pra Siklus,Siklus I, dan Siklus II

Berdasarkan tabel 3 danGambar 1 dapat dilihat bahwapenerapan metode PairedStorytelling telah memberikandampak yang positif terhadappeningkatan keterampilanberbicara pada mata pelajaranBahasa Indonesia. Pada data awalatau pra siklus hasil keterampilanberbicara siswa menggambarkan33,3% siswa yang tuntas ataudiatas nilai KKM dengan nilairata-rata 61,4. Setelah dilakukantindakan hasil tes yang diperolehpada siklus I siswa yang tuntasmengalami peningkatan menjadi52,38% dengan nilai rata-rata69,04. Pada siklus II meningkatmenjadi 95,23% dengan nilairata-rata 80,28. Dengan demikiantarget yang ditentukan yaitu 80%hasil keterampilan berbicarasudah tercapai. Berdasarkanpaparan di atas ternyatapenerapan metode PairedStorytelling pada mata pelajaranBahasa Indonesia dalammeningkatkan keterampilanberbicara dari setiap siklusnyamengalami peningkatan denganbaik.

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 47

DAFTAR PUSTAKA

Anita, Lie. 2000. CooperativeLearning. Jakarta: Grasindo.

Arifin, Zainal. 2009. EvaluasiPembelajaran (Prinsip, Teknik,Prosedur). Bandung: RemajaRosda Karya.

Arikunto, 2006. Penelitian TindakanKelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Huda, Miftahul. 2011. CooperativeLearning Metode, Teknik,Struktur dan Model Penerapan.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Mukti, Maidar & Arshad. 2000.Pembinaan KemampuanBerbicara Bahasa Indoesia.Jakarta: Gelora AksaraPratama

Muljana. 2001. KeterampilanBerbahasa Indonesia. Bandung:Sinar Baru.

Mulyati, 2007. KeterampilanBerbahasa Indonesia. Jakarta:Bumi Aksara

Munaseh, Drs. H, dkk. 2014. DiktatBahasa Indonesia. Cirebon:Universitas MuhammadiyahCirebon.

Munaseh, Drs. H, dkk. 2016.Pembelajaran BahasaIndonesia. Cirebon: UniversitasMuhammadiyah Cirebon.

Novianti, D. (2017). PenerapanModel Kooperatif Teknik PairedStory Telling Untuk

Sani, A. R & Sudiran. 2017.Penelitian Tindakan KelasPengembangan Profesi Guru

Edisi Revisi. Tanggerang: TiraSmart

Slavin, R. E. 1995. CooperativeLearning. USA: Allyn and Bacon.

Sugiyono. 2015. Metode PenelitianPendidikan PendekatanKuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung: Alfabeta

Tarigan, Henry Guntur. 2008.Berbicara Sebagai SuatuKeterampilan Berbahasa.Bandung: Percetakan Angkasa

48 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 49

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIFANAK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

PICTURE AND PICTURE DI KELOMPOK B TK LABSCHOOL UMC TAHUN AJARAN 2018/2019

Program Penugasan Dosen di Sekolah (PDS)Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC)

JURNALAIP SYARIFUDIN, M.Pd.I

Dosen UMCNidn/Nik 0402018402/12.04.18.048

[email protected]

Abstrak

Aip Syarifudin, M.PdI,

Sebagai salah satu dari sekian banyak kompetensi yang harus dikuasai oleh pesertadidik, kompetensi Kognitif adalah merupakan indikator yang tidak bisa diabaikan olehpengajar. Dalam upaya memaksimalkan kemampuan kognitif pada anak terlebih lagi diAnak Usia Dini sangatlah membutuhkan metode pengajaran yang bertepat guna danberdaya guna. Di beberapa sekolah hal ini menjadi sebuah kendala yakni pencapaiankemampuan kognitif anak usia dini belum berhasil maksimal. Salah satu penyebabnyaadalah kurangnya kreatifitas guru dalam menyuguhkan pembelajaran yang menarik bagipeserta didik.

Innovasi dalam pembelajaran perlu dilakukan oleh guru dalam setiap kegiatan belajarmengajar. Untuk anak usia dini ada metode yang dimungkinkan mampu untuk bisameningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini. Prasyarat yang harus dipenuhi olehpengajar salah satunya adalah bagaimana menyuguhkan pembelajaran yang menarik dandisukai oleh peserta didik. Diantara dari sekian banyak inovasi pengajaran salah satunyaadalah dengan menggunakan model ficture and ficture. Gambar adalah suatu hal yangbiasanya disukai oleh anak usia dini. Apalagi gambar yang dalam proses pembuatannyaada langkah-langkah menarik bagi anak untuk bisa melihat gambar tersebut.

Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk bisa memberikan stimulus dan solusibagi para guru anak usia dini dalam upaya meningkatkan capaian pembelajaran khusunyadalam meningkatkan kemampuan kognitif anak yaitu dengan menggunakan modelpembelajaran Ficture and Ficture. Diharapkan setelah menggunakan model ini maka akandirasakan dan dapat diukur keberhasilannya dalam meningkatkan kemampuan kognitifanak di TK Lab School Universitas Muhammadiyah Cirebon.

Kata Kunci : Kemampuan Kognitif, Strategi Pembelajaran Model Ficture and Ficture

50 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

PendahuluanAnak usia dini merupakan

individu yang sedang mengalamiproses perkembangan danpertumbuhan (transformasi)dengan pesat dan unik sertamemiliki ciri khas tersendiri. Karenakeunikannya itu maka masa anakusia dini membutuhkan konsentrasiyang lebih dalam mendidik danmengarahkannya. Berdasarkan UURI Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional Bab 1,Pasal 1, Butir 14 pendidikan anakusia dini adalah upaya pembinaanyang ditujukan kepada anak dimulaisejak lahir sampai dengan usia enamtahun melalui rangsanganpendidikan guna membantupertumbuhan dan perkembanganjasmani maupun rohani agarmemiliki kesiapan dalam memasukipendidikan dan kehidupan lebihlanjut. Pada Pasal 28 tentangPendidikan Anak Usia Dinibahwasannya pendidikan anak usiadini diselenggarakan melalui tiga jaluyaitu jalur formal,nonformal, daninformal.

Dalam undang-undang tersebutmemperhatikan pada peningkatanpotensi kecerdasan (kognitif) danminat peserta didik. Adapun firmanAllah tentang kecerdasan pada anakterdapat pada surat Al- ‘Alaq ayat 1– 5:

ي ربك ٱسم ب ٱقرأ ١ خلق ٱل

نسن لق ٢ من علق ٱل كرم وربك ٱقرأ

٣ ٱل

ي ٤ ٱلقلم علم ب ٱلنسن مٱل

٥ ما لم يعلم علArtinya: “Bacalah dengan

(menyebut) nama Tuhanmu Yangmenciptakan, Dia telahmenciptakan manusia darisegumpal darah, bacalah, danTuhanmulah Yang Maha Pemurah,yang mengajar (manusia) denganperantaran kalam, Dia mengajarkepada manusia apa yang tidakdiketahuinya.” (Al-Qur’an danTerjemahan Kementerian UrusanAgama Islam Wakaf, Da’wah danIrsyad Kerajaan Saudi Arabia. 1422H).

Manusia dengan akalnya telahdiperintahkan oleh Allah SWT untukmampu membaca dan menelitiberbagai pengetahuan yang tersebardi muka bumi tanpa batas. IlmuAllah yang sangat luas ini perlu dikajidan didapatkan oleh manusia melaluiketajaman berfikir dandipergunakan untuk kemaslahatanmanusia dalam beribadah kepadaAllah SWT. Ilmu-ilmu yang ada itu

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 51

perlu disampaikan kepada siswatentu membutuhkan methode yangtepat agar proses transformasi ilmubisa berjalan dengan baik. Terlebihlagi anak usia dini, perlu strategiyang tepat dalam pengajaran agarbisa maksimal. Maka dari itu,pendidik hendaknya mampumenciptakan suasana bermainsambil belajar dengan menggunakanalat peraga, teknik, media, maupunmetode yang dapat menarikperhatian anak khususnya padapendidikan usia dini.

Salah satu lembaga pendidikanbagi anak usia dini yang dikenalmampu memberikan pendidikanbagi anak usia dini di KabupatenCirebon adalah TK Lab SchoolUniversitas MuhammadiyahCirebon. Sebagai salah satu lembagadibawah naungan Universitas makaTK Lab School dituntut untuk tampilprima dalam menyelenggrakanpendidikan bagi anak usia dini.

Dari sekian banyak aspek dalamkeberhasilan pendidikan, RanahKognitif adalah merupakan salahsatu aspek yang tidak bisa diabaikandalam capaian pembelajaran. AspekKognitif diartikan sebagai potensiintelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge),pemahaman (comprehention),penerapan (aplication), analisa(analysis), sintesa (sinthesis),evaluasi (evaluation). Kognitifberarti persoalan yang menyangkutkemampuan untuk

mengembangkan kemampuanrasional (akal).

Berdasarkan pengamatan di TKLab School UMC KelurahanWatubelah Kecamatan SumberKabupaten Cirebon terlihat bahwadari 16 anak hanya 31,25% atau 5anak yang aspek kognitifnya sudahberkembang. Sedangkan sisanya68,75% atau 11 anak yang belummencapai indikator perkembangankognitifnya.

Improvisasi dalam mengajarmenjadi salah satu cara agarpembelajaran lebih menyenangkan,dan selain itu juga agar mampumenarik perhatian anak tentunyadapat meningkatkan kognitif padaanak, maka peneliti berinisiatifmencoba menggunakan kegiatanpembelajaran melalui modelpembelajaran picture and picture.

Berdasarkan segi efektivitastersebut, maka penulis tertarikuntuk meneliti dan menulismengenai kemampuan kognitif anakdan strategi pembelajaran denganjudul “Meningkatkan KemampuanKognitif Anak melalui ModelPembelajaran Picture and Picture diKelompok B TK Lab School UMC.

Aspek perkembangankognitifa. Pengertian perkembangan

kognitifKemampuan kognitif

merupakan salah satu hal yangvital dalam ukuran keberhasilan

52 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

pendidikan, dikalangan pendidikkhususnya pada pendidikan anakusia dini kemampuan kognitif inisudah tidak asing didengar.Menurut Sujiono (2008:1.22)pengembangan kognitif yaitusebuah ekspolorasi terhadapdunia sekitar melalui pancaindrasehingga dengan pengetahuanyang ada dapat melangsungkanhidupnya dan menjadi manusiayang utuh sesuai dengankodratnya sebagai makhluk Allahswt

Sedangkan menurut Piaget(dalam Santrock:243) anaksecara aktif membangun duniakognitifnya dengan mendapatkaninformasi dari lingkungan namuntidak begitu saja dituangkandalam pikirannya.

Berdasarkan pengertiandiatas, maka dapat disimpulkanperkembangan kognitifmerupakan suatu kemampuanatau keterampilan yang dimilikiseseorang dalam memahamiinformasi sesuai dengan tahapanatau proses perkembangankognitif berdasarkan usianya gunauntuk melangsungkan hidupnyasebagai mahkluk Allah swt.

b. Tingkat pencapaian perkem-bangan kognitif

Tingkat pencapaianperkembangan kognitif padadasarnya dimulai dari usia 0 tahunhingga dewasa. Menurut Piaget(dalam Wiyani:76) tahapan

perkembangan kognitif untukanak usia dini berada pada tahapsensori motorik (0-2 tahun) danpra-operasional (2-6 tahun).

Kemampuan kognitif menjadihal yang sangat vital dalampencapaian keberhasilanpengajaran, karena daya tangkapanak dalam memahami kontenpembelajaran salah satunyatergantung bagaimana tingkatkemampuan kognitifnya.

c. Faktor yang mempengaruhiperkembangan kognitif

Ada banyak hal yangdapat mempengaruhikemampuan kognitif sesorang.Menurut Wiyani (2014:73)terdapat dua faktor yangmempengaruhi perkembangankognitif anak usia dini yaitu faktorinternal berasal dari dalam dirianak yang meliputi faktor bawaan(ada sejak lahir), faktorkematangan (berhubungan eratdengan usia kronologis), sertafaktor minat dan bakat.Sedangkan faktor eksternalmeliputi faktor lingkungan(ditentukan dari berbagaipengalaman dan pengetahuan dilingkungan sekitar), faktorpembentukan (pembentukan diarea sekolah maupun alamsekitar), dan faktor kebebasan(anak dapat memilih metodedalam memecahkan sebuahmasalah).

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 53

Model pembelajaranpicture and picturea. Pengertian model pembelajaran

picture and pictureModel pembelajaran picture

and picture adalah suatu modelbelajar yang menggunakangambar. Model pembelajaran inimengandalkan gambar sebagaimedia utama dalam prosespembelajaran.

b.Langkah–langkah modelpembelajaran picture and picture

Langkah-langkah dalampelaksanaan model pembelajaranpicture and picture ini terdapatbeberapa tahapan yaitu:1)Menyajikan materi sebagai

pengantar2)Guru menunjukan/

memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan denganmateri

3)Guru menunjuk/memanggilanak secara acak untukmenebak gambar

4)Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran

5)Anak menemukan gambardikertas ajaib dengan mencoret(mengarsir)

6)Dari temuan gambar tersebut,guru mulai menanamkankonsep atau materi, sesuaidengan kompetensi yang ingindicapai.

7)Anak diajak untukmenyimpulkan/merangkummateri yang baru sajaditerimanya.

c. Kelebihan dan kekurangan modelpembelajaran picture and picture

Dalam setiap modelpembelajaran tentu adakelebihan dan kekurangannya.Menurut Istarani (2011:8)kelebihan dan kelemahan modelpembelajaran picture and pictureadalah:1) Kelebihan model pembelajaran

picture and picturea) Materi yang diajarkan lebih

terarah karena pada awalpembelajaran gurumenjelaskan kompetensiyang harus dicapai danmateri secara singkatterlebih dahulu.

b)Anak lebih cepat menangkapmateri ajar karena gurumenunjukkan gambar-gambar mengenai materiyang dipelajari.

c)Dapat meningkat daya nalaratau daya pikir anak karenaanak disuruh guru untukmenganalisa gambar yangada.

d)Dapat meningkatkantanggung jawab anak, sebabguru menanyakan alasananak tentang gambar yangtelah ditemukannya.

e)Pembelajaran lebihberkesan, sebab anak dapatmengamati langsunggambar yang telah berhasilditemukan.

54 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

2)Kelemahan modelpembelajaran picture andpicturea)Sulit menggambar yang

bagus dan berkualitas.b)Sulit menemukan gambar-

gambar yang sesuai dengandaya nalar atau kompetensianak yang dimiliki.

c)Diperlukannya waktu lamauntuk menggambar denganbaik dan menarik anaksesuai dengan harapan yangada.

Berdasarkan penjelasandiatas, maka dapat disimpulkanbahwa kelemahan lebih sedikitdaripada kelebihan yang ada padamodel pembelajaran picture andpicture.

Peningkatan KemampuanKognitif Anak Usia Dini MelaluiAplikasi PengajaranMenggunakan Model Fictureand Ficture di TK Lab SchoolUMC

Lab School ini memiliki dualayanan kelompok usia yaitu terdiridari usia 4-5 tahun (kelompok A)dan usia 5-6 tahun (kelompok B)dengan jumlah 24 anak. KelompokA terdiri dari 8 anak sedangkankelompok B terdiri dari 16 anak.Penerapan pembelajaran di TK LabSchool UMC mengacu padakurikulum 2013 atau dikenal dengankurtilas yang dirancang untukrentang usia 4-6 tahun.

Penelitian ini dilaksanakan padasemester 1 tahun ajaran 2018/2019yang bertujuan untuk meningkatkankemampuan kognitif anak melaluimodel pembelajaran picture andpicture. Subyek dari penelitian iniadalah kelompok B TK Lab SchoolUMC yang terdiri dari 16 anak yaitu7 anak perempuan dan 9 anak laki-laki.

Pada penelitian pra tindakanditemukan data bahwa sebagianbesar anak dengan tingkatpencapaian aspek perkembangankognitif yang tidak semestinya.Sebagian besar dalam menjawabpertanyaan yang dilontarkan olehguru mengenai situasi besertaanalisanya tidak cepat (daya pikiranak masih lambat). Selain itudikarenakan faktor kurangvariatifnya pembelajaran yangdiberikan guru terhadap anak disekolah.

Hasil Penelitian1. Siklus I

a. Perencanaan pembelajaranTahapan perencanaan

pada siklus I antara lain.1)Membuat rencana

pelaksanaan pembelajaranharian (RPPH)

2)Mempersiapkan instrumentpenelitian, instrument yangdigunakan berupa lembarobservasi

3)Mempersiapkan media yangdiperlukan untuk penelitian.Media yang digunakan

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 55

berupa wayang orang dankertas ajaib.

b.Pelaksanaan dan observasi1) Pelaksanaan

Siklus I terdiri atas satukali pertemuan yangdilaksanakan di TK LabSchool UMC pada hari Senin,23 Juli 2018 dimluai pukul08.00 – 12.00 wib dengantema AKU (Diriku) sub temaTubuhku dan sub-subtemanya yaitu anggotatubuh.

Kegiatan awalpembelajaran dimulaidengan upacara sepertibiasanya yang dilaksanakansetiap hari senin denganpetugas upacara oleh anak-anak dan pembina upacaraadalah guru yang piket padahari itu (guru kelompok B).Setelah upacara selesai,kegiatan dilanjutkan denganmengatur siswa untukmelingkar dengan posisitetap dilapangan diisi dengannyayian (salah satunya laguAku), tepuk, ikrar putraputri TK Lab School,kemudian do’a sebelumbelajar dan niat berwudhu.Perjalanan dari lapanganmenuju teras kelas untukmenaruh sepatu pada rak,anak-anak berbariskemudian berjalanberpegangan bahu dengantemannya. Setelah sepatu

ditaruh pada tempatnya,anak-anak mengambilperlengkapan shalat(sajadah dan mukena)secara mandiri dan menujutempat shalat yang telahdisediakan.

Ketika masuk kelas,guru bercerita danberdiskusi tentang macam-macam anggota tubuh dancara menyayanginya.Kemudian guru dan anakmenunjuk sertamenyebutkan anggotatubuh. Setelah itu gurumengajak untuk mengamatialat dan bahan yangdisediakan serta berdiskusimengenai konsep yangdipahami anak. Gurumembagikan kepadamasing-masing anak kertasyang sudah diberi coretangambar anggota tubuhsecara tersembunyi danpensil. Anak mencorethingga menemukan gambaranggota tubuh yang muculpada kertas tersebut dankemudian berdiskusitentang gambar yangdidapat.nya.

Pada kegiatan akhir,dilakukannya evaluasi,tanya jawab tentangkegiatan di hari itu.Kemudian dilanjutkan untukmelaksanakan shalat dzuhurberjamaah dan berdoa.

56 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

2) ObservasiHasil observasi pada

siklus I memperoleh databerupa angka prosentasekemampuan kognitif anakmelalui kegiatan mencoretdengan model pembelajaranpicture and picture. Hasilobservasi ini mengunakaninstrumen lembar observasiyang menyebutkan bahwaketerampilan aspek kognitifanak kelompok B meningkatyaitu anak yangberkembang sesuai harapan9 anak dengan prosentase56,25%. Sedangkan yangbelum berkembang 7 anakdari 16 anak secaraprosentase sebesar 43,75%.Berikut gambar diagrampenilaian setelahdilakukannya tindakansiklus I.

Gambar 4.1Penilaian Siklus I

Perolehan prosentasetersebut belum dapatdikatakan berhasil karenahasil belum mencapai padaangka keberhasilansebanyak 85% dari 16 anak

yang mampu mencapaiindikator aspek kognitif.Untuk itu peneliti harusmelakukan penelitiankembali pada siklus II.

c. RefleksiRefleksi yang dilakukan

peneliti berupa evaluasiterhadap prosespembelajaran yang telahdilakukan pada siklus I.Masalah yang muncul padasiklus I yaitu.1) Wayang manusia yang

tidak besar sehingga anakkeluar dari tempatduduknya dan maju agarbisa melihat lebih jelasgambar.

2)Anak mengalamikesulitan menemukangambar pada kertasajaibnya karena ukurangambar yang tidakterlalu besar.

3)Anak mengalamikebingungan ketikamendeskripsikan gambaryang ditemukan karenahanya terlihat sedikityang disebabkan daricoretan yang tidak stabil..L a n g k a h - l a n g k a hperbaikan tersebut yaitusebagai berikut.

1)Membuat media gambaryang lebih besar

2)Guru menggambar padakertas menggunakan

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 57

krayon putih untukdicoret anak lebih besaragar dapat ditemukandan lebih cepat berpikiruntuk dapatdideskripsikan oleh anak.

2. Siklus IIa.Perencanaan pembelajaran

Berpijak pada refleksisiklus I, peneliti memperbaikirencana pembelajaran yangakan dilakukan. Diharapkanpada siklus II dapat lebih baikdari sebelumnya. Perencanaantindakan pada siklus IImembuat perencanaanpelaksanaan pembelajaranyang disusun dengan gurukelas dan peneliti. Tahapanperencanaan pada siklus IIantara lain.1)Membuat rencana

pelaksanaan pembelajaranharian (RPPH)

2)Mempersiapkan instrumentpenelitian, instrument yangdigunakan berupa lembarobservasi.

3)Mempersiapkan media yangdiperlukan untuk penelitian.

b.Pelaksanaan dan observasi1) Pelaksanaan

Siklus II terdiri atassatu kali pertemuan yangdilaksanakan di TK LabSchool UMC kelompok Bpada hari Kamis, 9 Agustus2018 dimluai pukul 08.00 –12.00 wib dengan tema

negaraku sub tema dasarNegara. Hasil penelitiandalam siklus II ini diperolehmelalui lembar observasi,catatan hasil karya, skalacapaian perkembangan.

2) ObservasiHasil observasi pada

siklus II, memperoleh databerupa angka prosentaseaspek kognitif melaluikegiatan mencoretmenggunakan modelpembelajaran picture andpicture. Hasil observasi inimengunakan instrumenlembar observasi yangmenyebutkan bahwa aspekkognitif anak kelompok Bmeningkat yaitu anak yangberkembang sesuai harapansebanyak 14 anak denganprosentase 87,50%.Sedangkan yang belumberkembang sebanyak 2anak dari 16 anak secaraprosentase sebesar 12,50%.Berikut gambar diagrampenilaian setelahdilakukannya tindakansiklus II.

Gambar 4.2Penilaian Siklus II

58 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

Perolehan prosentasetersebut dapat dikatakanberhasil karena hasilmencapai pada angkakeberhasilan sebanyak 85%dari 16 anak yang mampumencapai indikator aspekkognitif. Prosentasekemampuan anak dalamaspek kogniktif yangberkembang sesuai harapansebanyak 87,50% sedangkananak yang belumberkembang hanya 12,50%.Sehingga prosentasetersebut menunjukkanbahwa aspek kognitif anakpada kelompok B TK LabSchool UMC telah mencapaihasil optimal.

c. RefleksiRefleksi pada penelitian

ini adalah evaluasi terhadaptindakan yang dilakukanselama siklus II.Berdasarkan hasil evaluasi,kegiatan menggunakanmodel pembelajaran pictureand picture mampumeningkatkan aspekkemampuan kognitif anak.Perbaikan yang dilakukanpada siklus I sangatmempengaruhi perubahanpada aspek kognitifselanjutnya.

Pembahasan Hasil SiklusHasil penelitian pada siklus I dan

siklus II menunjukkan adanya

peningkatan kemampuan kognitifanak kelompok B TK Lab SchoolUMC. Berikut rekapitulasipeningkatan prosentasekemampuan kognitif anakberdasarkan hasil penelitian.

Tabel 4.1Rekapitulasi Peningkatan

Prosentase pada Siklus I danSiklus II

Gambar 4.3Diagram Rekapitulasi

(Pratindakan, Siklus I, danSiklus II)

Berdasarkan data yangdisajikan melalui tabel dan diagramdapat diketahu bahwa adanyapeningkatan yang signifikan padasiklus II yaitu aspek kemampuankognitif anak kelompok B mencapaiprosentase diatas 85%.

Kriteria penilaian ini meliputi BB(belum berkembang), MB (mulaiberkembang), BSH (berkembang

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 59

sesuai harapan), dan BSB(berkembang sangat baik).

Berikut adalah bebrapadokumentasi pembelajaran :

Gambar 4.4Dokumentasi Kegiatan

Pembelajaran dengan MediaFicture and Ficture

Simpulan dan SaranKesimpulan

Kegiatan pembelajaranmenggunakan model pictureand picture untukmeningkatkan kemampuankognitif anak di kelompok B TKLab School UMC yang berjumlah16 anak dilakukan dengan baiksecara bertahap melalui 2 siklus.Berdasarkan pengamatan di TKLab School UMC terlihat bahwadari 16 anak hanya 31,25% atau5 anak yang aspek kognitifnyasudah berkembang. Sedangkansisanya 68,75% atau 11 anakyang belum mencapai indikatorperkembangan kognitifnya.

Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa modelpembelajaran picture andpicture mampu meningkatkanaspek perkembangan kognitifanak, dibuktikan dengan hasilprosentase aspek kognitif anakyang dilihat dari penilaianperkembangan anak yaitu31,25% dari prasiklus kemudianmeningkat menjadi 56,25%pada siklus pertama, dan terjadipeningkatan sebesar 31,25%menjadi 87,50% pada sikluskedua.Saran

Berdasarkan kesimpulandiatas maka dapat disarankansebagai berikut:

1. Pendidikan di sekolahharuslah mampu menstimulasiperkembangan yang adadalam diri anak melaluikegiatan pembelajaran yanginovatif dan menyenangkan.

2. Bagi guru agar meningkatkanprofesionaisme dalammengajar dan mampumembuka pengetahuan baruserta mengatasi permasalahanterkait kemampuan kognitifanak, salah satunya denganmenggunakan modelpembelajaran picture andpicture.

60 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

DAFTAR PUSTAKA

Ashshiddiqi, Hasbi, dkk. 1422 H . Al-Qur’an dan Terjemahan.Jakarta: Mujamma’ Malik FahdLi Thiba’at Al Mush HafAsysyarif.

Istarani. 2011.58 ModelPembelajaran Inovatif(Referensi Guru DalamMenentukan ModelPembelajaran). Medan: MediaPersada.

Parwati, Ni Nyoman, dkk. 2013.Penerapan PembelajaranPicture and PictureBerbantuan Media KartuAngka Bergambar DapatMeningkatkan PerkembanganKognitif. Denpasar: E-Journal.

Peraturan Menteri Pendidikan danKebudayaan RepublikIndonesia Nomor 137 Tahun2014. Standar NasionalPendidikan Anak Usia DiniLampiran 1 Tingkat PencapaianPerkembangan Anak.

Pudjawan, Ketut, dkk.2014.Penerapan Model Pictureand Picture Berbantuan MediaKartu Gambar untukMeningkatkan KemampuanBerbahasa di TK DarmaKumala Penatahan. Denpasar:E-Journal.

Santrock, John W. 2007.Perkembangan Anak EdisiKesebelas Jilid 1. Jakarta:Erlangga.

Sari, Ni Wayan Eka Manita, dkk.2015. Penerapan ModelPembelajaran Picture andPicture Berbantuan MediaPapan Magnet untukMeningkatkan PerkembanganKognitif Anak Kelompok B4Paud Kusuma 2 DenpasarBarat. Denpasar: E-Journal.

Sujiono, Yuliani Nurani, dkk. 2008.Metode PengembanganKognitif. Jakarta: UniversitasTerbuka.

Wiyani, Novan Ardy. 2014. PsikologiPerkembangan Anak Usia Dini.Yogyakarta: Gava Media.

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 61

PEMANFAATAN MEDIA DONGENG BERBASISMAJALAH “BOBO” DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA SD N 1SUMBER KABUPATEN CIREBON

( Pada Pogram Penugasan Dosen di Sekolah)

Hanikah, M.PdUniversitas Muhammadiyah Cirebon

[email protected] Heryati, S.Pd.SD.

SD N1 Sumber

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan kemampuanmenyimak dongeng anak siswa kelas III di SDN 1 Sumber denganpemanfaatan media dongeng berbasis majalah “Bobo. Penelitian inimenggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakandalam dua siklus.

Data tentang kemampuan menyimak dongeng anak pada siswadikumpulkan dengan metode tes. Data hasil tes dianalisis dengan teknikdeskriptif kuantitatif, sedangkan data mengenai langkah-langkahpembelajaran metode observasi. Metode analisis data yang digunakanadalah kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis secara kualitatifmenggunakan tiga tahapan, yakni: reduksi data, penyajian data, danpenarikan simpulan. Secara kuantitatif menggunakan rumus untukmenentukan skor rata-rata kelas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwapresentase aktivitas siswa pada siklus I dengan rata-rata 88,4% danmeningkat 11,6 poin menjadi 100% pada siklus II. Perolehan hasil belajarsiswa pada siklus 1 sebesar 65,38% mengalami peningkatan sebesar 23,08%menjadi 88,46% pada siklus 2Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwapenerapan media dongeng berbasis majalah “Bobo” mampu meningkatkanaktivitas belajar siswa dalam menyimak dongeng.

Kata kunci : media dongeng, kemampuan menyimak.

62 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

PENDAHULUANKemanfaatan media pendidikan

yang digunakan secara tepat dalamproses belajar - mengajar sudahtidak diragukan lagi. Di satu sisi,media dapat membantu pemahamansiswa akan materi-materi yangdiajarkan, yaitu memperkonkretpengetahuan yang tidak mungkindihadirkan di ruang kelas. Di sisi lain,sudah menjadi kenyataan bahwakehadiran media dapat membantuguru dalam memperlancar prosestransfer ilmu kepada anak didiknya.Akan tetapi kegiatan belajar -mengajar yang terjadi saat inicenderung memberikan kedudukandominan pada guru. Selain itu, gurukurang menyadari bahwa mediapendidikan seharusnya menjadibagian internal bukan lagi menjadibagian eksternal dari proses belajar- mengajar.

Keterampilan menyimakmerupakan keterampilan pertamayang harus dikuasai siswa sebelumketerampilan berbahasa lainnya.Keterampilan menyimak kurangmendapatkan perhatian dibandingketerampilan berbahasa lainnya.Guru perlu memilih ataumengembangkan media untukmemersiapkan pembelajaranmenyimak yang memudahkan gurudan siswa. Media yang tepat dalampembelajaran menyimak sangatdibutuhkan. Media tersebutsebaiknya yang lebih baik mudahpenyerapannya oleh siswa dan dekat

dengan kehidupan siswa. Mediatersebut mampu membantu gurudan siswa dalam pembelajaran,memudahkan siswa dalampemahaman materi, dan sesuaidengan kompetensi pembelajaranyang akan dipelajari. Penyusunanmedia yang sesuai dengan situasikehidupan siswa dalampembelajaran.

Saat membuat tugas menyimakdongeng anak sesuai dengan teoriyang diberikan oleh guru, siswahanya sekadar melakukan kewajibansehingga hasil yang diperolehrendah. Oleh karena itu, disarankanagar guru menggunakan mediadalam menunjang proses belajarmengajar. Salah satu media yangdapat digunakan oleh guru adalahdongeng yang diperoleh darimajalah. dongeng yang diperolehlebih mudah digunakan karenasudah disediakan dalam bentuktulisan sehingga dapat dibacaberulang-ulang.

Menyimak merupakan salahsatu sarana ampuh dalam menjaringinformasi. Peristiwa menyimakselalu diawali dengan mendengarkanbunyi bahasa baik secara langsungatau melalui rekaman, radio, atautelevisi. Bunyi Bahasa yangditangkap oleh telinga diidentifikasibunyinya,

Tumbuhnya perhatian padapengajaran menyimak sebagai salahsatu alat penting penerimaankomunikasi dapat dilihat dengan

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 63

nyata dari sejumlah literatur.Tarigan (2008: 31), menyimakadalah suatu proses kegiatanmendengarkan lambang-lambanglisan dengan penuh perhatian,pemahaman, apresiasi, sertainterprestasi untuk memperolehinformasi, menangkap isi suatupesan, serta memahami maknakomunikasi yang telah disampaikansang pembaca melalui ujaran bahasalisan.

Mendongeng merupakan salahsatu cara untuk mengenalkanbudaya literasi kepada siswa.Dengan metode mendongeng jugaakan terbangun kedekatan persuasifantara guru dengan siswa. Hal ini jikatejadi tentu akan mempermudahberlangsungnya proses KBM. Siswayang sudah terbiasa mendengarkandongeng akan tumbuh keinginanuntuk membaca buku.

Dongeng diceritakan terutamauntuk hiburan walaupun banyakjuga melukiskan kebenaran,berisikan pelajaran (moral) bahkansindiran. Jadi, dongeng adalah ceritaprosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan tidak terikat olehwaktu maupun tempat, yangmempunyai keguanaan sebagai alathiburan atau pelipur lara dansebagai alat pendidik (pelajaranmoral). Pengisahan dongengmengandung suatu harapan-harapan, keinginan dan nasihat yangtersirat maupun yang tersurat.Ketika seorang ibu bercerita kepada

anak-anaknya kadang-kadangajarannya diungkapkan secara nyatadalam akhir cerita tetapi tidak jarangdiungkapkan secara tersirat. Dalamhal ini sang anak diharapkan mampumerenungkan, mencerna danmenterjemahkan sendiri amanatyang tersirat didalam cerita tadi.

Peneliti melaksanakanpenelitian di SD Negeri 1 Sumbersebagai tempat penelitian,dikarenakan dari hasil observasiyang diperoleh dari guru kelas IIISDN 1 Sumber pada tanggal 20Agustus 2018 diperoleh informasibahwa dalam kegiatan menyimakmasih tergolong rendah, yangseharusnya nilai KKM yang sudahditentukan dari sekolah adalah 65akan tetapi siswa kelas III SD Negeri1 Sumber tersebut masih banyakyang mendapatkan nilai di bawahrata-rata 60. Siswa yang tuntas 10orang (38,46%) dan siswa yang tidaktuntas 16 orang (61,54%). Hal inipada fakta di lapangan yangmenyebutkan ada beberapa hal yangmelatar belakangi masalah tersebutyaitu: diketahui bahwa guru belummengemas pembelajaran denganbaik dan belum memperhatikan hal-hal yang perlu dimaksimalkan dalammengemas pembelajaran yang baikseperti menggunakan danmemaksimalkan mediapembelajaran untuk menunjangpembelajaran agar kinerjapembelajaran lebih baik. Sebagaicontohnya adalah guru belum

64 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

menggunakan media sebagaipenunjang pembelajaran BahasaIndonesia khususnya pada materimenyimak dan metode mengajaryang belum mampu menarikperhatian dan mengaktifkan pesertadidik. Sehingga kemampuanmenyimak peserta didik yangdiharapkan oleh guru tidak tercapaidengan baik. Berdasarkan masalahdi atas, diperlukan mediapembelajaran yang tepat untukmemperbaiki dan meningkatkankemampuan menyimak pada siswakelas III SD Negeri 1 Sumber.Pembelajaran akan lebih menarikapabila guru menerapkan mediayang menuntut siswa untuk aktif danfokus memperhatikan guru. Olehkarena itu, penelitian ini dilakukandengan berkolaborasi dengan gurukelas dalam upaya memperbaiki danmeningkatkan kemampuanmenyimak siswa kelas III SD Negeri1 Sumber melalui penelitiantindakan kelas (PTK) denganmenerapkan media dongengberbasis majlah “Bobo” Judulpenelitian ini adalah “PemanfaatanMedia Majalah Bobo Bekas UntukMeningkatkan KemampuanKeterampilan Menyimak DongengPada Siswa Kelas III SD Negeri 1Sumber Kabupaten Cirebon

TINJAUAN PUSTAKAMedia pembelajaran

bahasa indonesia

Arsyid mengemukakan bahwamedia adalah komponen sumberbelajar atau wahana fisik yangmengandung materi instruksionaldilingkungan siswa yang dapatmerangsang siswa untuk belajar (2003 : 4). Arif, dkk (2003 : 6)menyatakan bahwa media adalahsegala sesuatu yg dapat digunakanuntuk menyalurkan pesan daripengirim ke penerima sehinggadapat merangsang pikiran,perasaan, perhatian, minat sertaperhatian siswa sedemiklian rupasehingga proses belajar terjadi.

Berdasarkan perkembanganteknologi tersebut, mediapengajaran diklompokan menjadiempat bagian (Seels & Richey 1994dalam Arsyad 2002), yaitu;a. Media hasil teknologi cetakb. Media teknologi hasil Audio-Visualc. Media hasil teknologi berbasis

komputerd. Media hasil gabungan teknologi

cetak dan komputerFungsi media pembelajaran

yang ikut mempengaruhi situasi,kondisi, dan lingkungan belajardalam rangka mencapai tujuanpembelajaran yang telah diciptakandan didesain oleh guru (Angkowodan kosasih, 2007).

Keterampilan berbahasaKeterampilan berbahasa adalah

kemampuan dan kecakatanmenggunakan bahasa yang dapatmeliputi mendengar atau menyimak,

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 65

berbicara, mrmbaca, dan menulis.Keterampilan berbahasa dibagi 2yaitu, lisan dan tulisan. Lisanmeliputi menyimak dan berbicara,sedangkan keterampilan berbahasatulis meliputi membaca dan menulis.

Menyimak adalah keterampilanmemahami bahasa lisan yangbersifat reseftif. Dengan demikiandisini berarti bukan sekedarmendengarkan bunyi – bunyibahasa melainkan sekaligusmemahami. Dalam bahasa pertama(bahasa ibu), kita memperolehkterampilan mendengar melaluiproses yang tidak kita sadarisehingga kita pun tidak menyadaribegitu kompleknya prosespemerolehan keterampilanmendengar tersebut.

Ada dua jenis dalammendengarkan yaitu situasimendengarkan secara interaktif dansituasi mendengarkan secara nonaktif. Mendengarkan secarainteraktif terjadi dalam percakapantatap muka dan percakapanditelepon atau yang sejenis denganitu. Dalam mendengarkan jenis inikita secara bergantung melakukanaktivitas mendengarkan danmemperoleh penjelasan, memintalawan bicara agak lebih lambat.Kenudian ontoh situasimendengarkan non interaktif, yaitumendengarkan radio, TV, dan film,khotbah atau mendengarkan dalamacara seremonial.

DongengNurgiyantoro (2013: 201)

membagi jenis dongeng di lihat dariwaktu kemunculannya yaitudongeng klasik dan dongeng modern.Dongeng klasik adalah ceritadongeng yang telah muncul sejakzaman dahulu yang telah mewarisisecara turun temurun lewat tradisilisan. Sedangkan dongeng modernadalah cerita dongeng yang sengajaditulis sebagai salah satu bentukkarya sastra. Oleh karena itu, selaindimaksudkan untuk memberikancerita menarik dan ajaran moraltertentu, dongeng modern jugatampil sebagai sebuah karya seniyang memilikin unsur-unsurkeindahan, yang antara lain dicapailewat kemenarikan cerita,penokohan, pengaluran, dan style.Ketika menyampaikan dongeng adabeberapa jenis cerita dongeng yangdapat dipilih oleh pendongneg untukdidongengkan kepada audience.

Menurut Asfandiyar (Hasan2014:20), berdasarkan isi dongengterdapat enam jenis: (1) DongengTradisional, dongeng tradisionaladalah dongeng yang berkaitandengan cerita rakyat dan biasanyaturn-temurun. Dongeng ini sebagianbesar berfungsi untuk melipur laradan menanamkan semngatkepahlawanan. Misalnya,Malinkundang, Calon Arang,Sangkuriang, dll. (2) DongengFuturistik (Modern), dongeng

66 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

futuristik atau dongeng moderndisebut juga dongeng fantasi.

Dongeng ini biasanya berceritatentang sesuatu yang fantstik,misalnya tiba-tiba tokohnyamenghilang. (3) Dongengpendidikan, dongeng pendidikanadalah dongeng yang diciptakandengan suatu misi pendidikn bagidunia anak-anak.Misalnya,mengunggah sikap hormat kepadaorang tua. (4) Dongeng Fabel,dongeng fabel adalah dongengtentang kehidupn binatang yangdigambarkan dapat berbicaraseperti manusia.Cerita-cerita fabelsangat luwes digunakan untukmenyindir perilaku manusia tanpamembuat manusia tersinggung.Misalnya, dongeng kancil, kelinci,dan kura-kura. (5) Dongeng sejarah,dongeng sejarah biasanya terkaitdengan suatu peristiwasejarah.Dongeng ini banyak yangbertemakan kepahlawanan.

Misalnya, sejarah perjuanganIndonesia. (6) Dongeng terapi,dongeng terapi adalah dongeng yangdipertemukan bagi anak-anakkorban bencana atau anak-anakyang sakit. Dongeng terapi adalahdongeng yang bisa membuat rilekssaraf-saraf otak dan membuattenang hati mereka.Oleh karena itu,dongeng ini didukung pula olehkesabaran pendongengnya danmusik sesuai dengan terapi itusehingga membuat anak merasanyaman. Indonesia adalah negarayang kaya akan dongeng, khususnya

dongeng untuk anak-anak. Masing-masing wilayah di Indonesiamemiliki koleksi dongeng yangmemanfaatkan potensi alam sekitar,supaya emosi audiensi dapat lebihterbangun. Tengok saja dongengtimun mas dari Jawa Tengah, SiKabayan dari Jawa Barat atau jugaPengeran Si Katak-katak dariSumatra Utara. Sampai saat ini,dongeng masih memiliki tempat dihati anak-anak Indonesia. Hal inidisebabkan oleh kemasan dongengyang merupakan perpaduan antaraunsur hiburan dengan pendidikan.

Dalam sebuah dongeng terdapatunsur-unsur penting yang meliputialur, tokoh, latar, dan tema. Dongengyang bermutu memilikiperkembangan yang memadai padakeempat unsur tersebut. Mungkinunsur yang satu lebih ditekankandaripada unsur yang lain, tetapisemua dikembangkan dengan baik.

METODEMetode penelitian yang

digunakan adalah metode deskriptif,pendekatan kualitatif. Metodetersebut digunakan karena metodekualitatif deskriptif merupakanpenelitian tujuannya untukmendeskripsikan dan menganalisisfenomena, peristiwa, ktivitas sosial,sikap, kepercayaan, persepsi,pemikiran, orang secara individualatau kelompok dengan cara deskripsidalam bentuk kata-kata dan bahasa,pada suatu konteks khusus yangalamiah dan dengan memanfaatkan

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 67

berbagai metode alamiah. Penelitianini dilaksanakan di SD Negeri 1Sumber semster ganjil (1) tahunpelajaran 2018/2019. Subjekpenelitian ini adalah siswa kelas IIISD SD Negeri 1 Sumber yangberjumlah 26 siswa yang terdiri dari15 siswa laki-laki dan 11 siswaperempuan. Peneliti dibantu gurukelas dan teman peneliti sebagaiobserver. Variabel bebas dalampenelitian ini adalah media majalah“bobo”. Indikator kemampuanmenyimak dan aspek penilaianmenyimak dongeng:

Tabel 1Indikator Kemampuan Menyimak

(Ifadah:2013)

Tabel 2Aspek Penilaian Kemampuan

Menyimak Secara Tertulis

Tabel 3Aspek Penilaian Kemampuan

Menyimak Secara Lisan

Keterangan:Skala 5 : Baik SekaliSkala 4 : BaikSkala 3 : SedangSkala 2 : CukupSkala 1 : Kurang

Kriteria penilaian hasil tes siswamenggunakan sklala 1-5. Setiapangka mempunyai deskripsi verbalseperti berikut: (1) Skor 1 artinyatidak ada unsur yang benar, (2) skor2 artinya ada sedikit unsur yangbenar, (3) skor 3 artinya jumlahunsur salah dan unsur benar kuranglebih seimbang, (4) skor 4 artinyaketepatan tinggi dengan sedikitkesalahan, dan (5) skor 5 artinyatepat sekali tanpa ada kesalahan(Nurgiyantoro, 2010: 366). Jadidalam penilain hasil tes siswa, skoryang diperoleh dari tes tertulisdijumlahkan dengan hasil tes lisandan bibagi dua sehingga diperolehnilai siswa.

Teknik pengumpulan datamenggunakan (a) Teknik Observasi

68 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

Langsung, (b) Teknik Pengukuran,(c) Teknik Komunikasi Langsung, (d)Teknik Dokumentasi. Adapun alatpengumpulan data dalam penelitianini terdiri dari lembar observasi,lembar tes, pedoman wawancara,dan dokumentasi.

HASIL DAN PEMBAHASANPenerapan pemanfaatanMedia dongeng berbasismajalah “Bobo” dalamPembelajaran MenyimakDongeng

Penerapan pemanfaatan mediadongeng berbasis majalah“Bobo”dalam kegiatan pembelajarandi kelas dianalisis berdasarkan hasilobservasi yang dilakukan olehobserver saat kagiatan belajarberlangsung di kelas. Hal ini berartisaat kegiatan belajar mengajarberlangsung, observer selalumengamati terjadinya proseskegiatan belajar. Hal yangdiobservasi yaitu disesuaikandengan sistematika kegiatanpembelajaran (RPP). Adapunkegiatan yang diobservasi adalahkegiatan guru saat mengajarmenyimak dongeng dengan mediadongeng berbasis majalah “Bobo”.Hasil observasi yang diperolehdijadikan bukti dan data refleksiselama proses pembelajaranberlangsung, kemudian dijadikanacuan untuk perbaikan pada siklusberikutnya. Hal-hal yangdiobservasi saat penelitian tentangpeningkatan kemampuan

menyimak dongeng dengan mediadongeng berbasis majalah “Bobo”pada siswa kelas III SDN 1 Sumber.

Hasil observasi kegiatan gurusiklus I menunjukan bahwa dariaspek kegiatan yang diamati olehobserver, diketahui aspek yangsudah terlaksanakan dengan baikdan satu aspek yang masih belummaksimal. Sedangkan pada siklus IIsebelah aspek yeng diamati observersudah terlaksana dengan.Berdasarkan observasi, dapatdigambarkan sebagai berikut. Aspekguru membawa semua perangkatpembelajaran yang digunakan padasiklus I dan siklus II sudah dilakukandengan baik.

Aspek guru mengadakanapersepsi dengan dengan bertanyajawab mengenai materi yang akandipelajari, siklus I guru sudahmelakukan apersepsi sesuai denganbertanya jawab mengenai materiyang akan dipelajari, sedngkan padasiklus II dilakukan dengan mengulaskemabali materi pertemuansebelumnya.

Aspek guru menyampaikanindikator yang menjadi tujuanpemebelajarn, pada siklus I dansiklus II sudah dilaksanakan olehguru sesuai dengan tujuanpembelajaran.Aspek menyampaikanmateri ajar, siklus I sudah gurusampaikan, tetapi cara-caramenyimak dongeng perlu dijelaskanlebih mendalam. Sedangkan padasiklus II sudah guru jelaskan denganbaik yaitu guru menguasai materi

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 69

ajar dan menjelaskan dengan lebihdetail atau mendalam. Aspek gurumenjelaskan langkah-langkahmenyimak dongeng dengan mediadongeng berbasis majalah “Bobo”,siklus I sudah guru jelaskan denganbaik, namun perlu dijelaskan secarasistematis agar siswa tidakkebingungan.Pada siklus II sudahguru jelaskan dengan baik,sistematis dan maksimal.

Aspek selanjutnya, gurumengarahkan siswa menyimakdongeng dengan media dongengberbasis majalah “Bobo” agar siswamencatat ide-ide manarik yangterdapat dalam dongeng, siklus Isudah guru laksanakan tetapi perluketegasan agar sisw mau mencatatide-ide menarik sehingga siswa tidakngobrol dan serius menyimak.Sedangkan pada siklus II sudah gurulaksanakan dengan baik dan tegassehingga siswa serius menyimak danmencatat hal-hal menarik yangterdapat dalam dongeng. Aspek gurumenjelaskan cara merangkai ide-idemenarik yang ada dalam dongengmenjadi hal-hal yang manarik, siklusI dan siklus II sudah guru jelaskandengan baik.

Aspek guru memberikankesempatan kepada siswa untukbertanya dan merespon pertanyaansiswa, siklus I sudah gurulaksanakan, tetapi perlu gurulakukan dengan memperhatikanwaktu, mampu mengolahpertanyaan dan jawaban dengansederhana. Sedangkan pada siklus II

sudah dilaksanakan dengan baik danefektif serta lugas.

Aspek guru menyimpulkanmateri pembelajaran, siklus I gurutidak menyimpulkan materipembelajaran karena keterbatasanwaktu, dan siklus II sudah gurulaksanakan dengan baik.Aspek yangterakhir guru mengakhiripembelajaran, siklus I dan siklus IIsudah guru laksanakan dengan baik.Berdasarkan urian tersebut, makatingkat kegiatan guru dalampenerapan media dongeng berbasismajalah “Bobo” dalam pembelajaranmenyimak dongeng pada siklus Isudah cukup baik, namun perluditingkatkan agar mendapat hasilyang maksimal. Sedangkan padasiklus II sudah terlaksana denganbaik dan maksimal.

Dengan demikian, maka tingkatkegiatan guru dalam penerapanmedia dongeng berbasis majalah“Bobo”dalam pembelajaranmenyimak dongeng sudah baik. Halini dibuktikan berdasarkanobservasi kegiatan siswa saatmengikuti kegiatan belajar di kelasdengan presentase aktivitas siswapada siklus I dengan rata-rata 88,4%dan meningkat 11,6 poin menjadi100% pada siklus II.

Dengan demikian, dapatdisimpulkan bahwa penerapanmedia dongeng berbasis majalah“Bobo” mampu meningkatkanaktivitas belajar siswa dalammenyimak dongeng.

70 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

Peningkatan KemampuanMenyimak DongengMenggunakan media BonekaTangan

Berdasarkan hasil belajar siswasecara umum menunjukan bahwapeningkatan kemampuanmenyimak dongeng menggunakanmedia boneka tangan sangatsignifikan. Hal ini terlihat dari hasiltes menyimak dongeng pada siklusI ke siklus II. Berdasarkan hasil tes,diketahui pada siklus I rata-rata nilaiyang diperoleh siswa sebesar 61,54dengan jumlah siswa yangdinyatakan tuntas 16 siswa, denganpresentase ketuntasan klasikal65,38% kategori cukup. Sedangkansiswa yang tidak tuntas berjumlah 10siswa, dengan presentase 38,46%.Sedangkan pada siklus II meningkat8,64 poin nilai rata-rata dipeolehsiswa sebesar 76,92 dengan jumlahsiswa yang dinyatakan tuntasberjumlah 23 siswa, denganpresentase ketuntasan klasikal88,46% kategori baik. Sedangkansiswa yang tidak tuntas berjumlah 3siswa, dengan presentase 11,54%.Dengan demikian, maka penelitianini sudah mencapai target maksimaldan dinyatakan berhasil karenapeningkatan jumlah siswa yangtuntas (masuk dalam kategorimencapai target sesuai KKM) sudahmencapai 85%. Hal ini sejalan denganpendapat dari Depdikbud, 1996(Bakri, 2014: 90) yang berbunyi“suatu kelas dikatakan tuntas jikakelas tersebut lebih dari atau sama

dengan 85% siswa yang tuntasbelajarnya”.

Analisis data peningkatankemampuan menyimak dongengmenggunakan media dongengberbasis majalah “Bobo” padapenelitian ini berkaitan denganpenelitian Cristanti (2013)mengemukakan bahwa kemampuanmenyimak dongeng siswa kelas IIISD Negeri 1 Sumber KecamatanSumber Kabupaten Cirebonmengalamipeningkatan. Hal inidapat dilihat dari perolehan hasilbelajar siswa pada siklus 1 sebesar65,38% mengalami peningkatansebesar 23,08% menjadi 88,46%pada siklus 2. Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwamedia dongeng berbasis majalah“Bobo” dapat meningkatkankemampuan menyimak dongengsiswa kelas III SD Negeri 1 SumberKecamatan Sumber KabupatenCirebon.

SIMPULAN DAN SARANBerdasarkan rumusan masalah,

hasil pengolahan dan analisis dataserta pembahasan, dapatdisimpulkan:1. Penerapan pemanfaatan media

dongeng berbasis majalah“Bobo”dalam kegiatanpembelajaran di kelas mampumeningkatkan aktivitas belajarsiswa dalam menyimak dongengberdasarkan hasil observasi yangdilakukan oleh observer saat

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 71

kagiatan belajar berlangsung dikelas.

2. Kemampuan menyimak dongengmenggunkan media dongengberbasis majalah “Bobo” tanganmengalami peningkatan.

DAFTAR PUSTAKA

Angkowo R. dan A. Kosasih. 2007.Optimalisasi MediaPembelajaran. Jakarta : PT.Grasindo

Arief S. Sadiman. 2003. MediaPendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Arsyad, Azhar. 2002. MediaPembelajaran, edisi 1. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Bakri, Anuar. 2014. PeningkatanKemampuan MenyimakDongeng Menggunakan MediaFilm Kartun Pada Siswa KelasVIIA Sekolah MenengahPertama Negeri I Kayan HilirTahun Pelajaran 2013/2014.Skripsi. STKIP PersadaKhatulistiwa Sintang: Tidakditerbitkan

Hasan, Akhmad. 2014. PeranStorytelling TerhadapPembinaan Minat Baca SiswaSekolah Dasar Islam Khazanah

Kebajikan Pondok Cabe HilirTangerang.Skripsi. UniversitasIslam Negeri: Tidakditerbitkan.

Ifadah, Ayunda Sayyidatul danZainul Aminin.2013.Kemampuan Menyimak AnakKelompok A Dalam KegiatanBercerita di TK Muslimat 42Nurul Ulum Manyarr Gersik.http://www.google.com/url?sa= t&rct= j&q= &esrc=s&source= web&cd= 1&cad=rja&uact= 8& ved=0 a h U K E w j M 3 v D W u 6 _M A h U M G p Q KHRsnBYcQFggb MAA&url=http%3A%2F%2Fej ournal.unesa. ac.id% 2Farticle%2F6326% 2F19% 2Farticle.pdf&usg= AFQjCNERDUD90L5Gi c6gy72npJ j c H 3 r x E Q & b v m =bv.120853415, d.dGo. (diaksespada tanggal 19 April 2016).

Nurgiyantoro, Burhan. 2010.Penelitian PembelajaranB a h a s a . Y o g y a k a r t a :BPFEYOGYAKARTA.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. SastraAnak. Yogyakarta: GajahMada University.

Tarigan, Henry Guntur. 2008.Menyimak. Bandung: Angkasa

72 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 73

PENERAPAN ROBIN PERSONAL ASSISTANTUNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MELAFAL BAHASA INGGRISPADA PROGRAM PENUGASAN DOSEN

DI SEKOLAH

Dila Charisma1

Universitas Muhammadiyah [email protected]

Ceci Evawati2

SMA Negeri 1 [email protected]

ABSTRAK

Melafal bahasa Inggris merupakan salah satu keterampilan berbahasaInggris yang memerlukan latihan secara intensif. Sebagai peserta didik di eramilenial, media pembelajaran memerlukan sentuhan teknologi dalama rangkameningkatkan kemampuan melafal disertai peningkatan motivasi belajar. Olehkarena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatkankemampuan melafal bahasa Inggris siswa kelas X IPS 3 SMA Negeri 1 Sumberdengan penerapan Robin Personal Assistant.

Kolaboratif penelitian tindakan kelas dipilih sebagai desain penelitian inidan dilakukan dalam dua siklus. Instumen yang digunakan dalam penelitianini adala tes dan lembar observasi. Tes digunakan untuk mengetahuipeningkatan nilai melafal, sedangkan lembar observasi digunakan untukmengetahui keaktifan peserta didik selama proses belajar mengajar berlangsung.Metode analisis data yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitaif.

Hasil yang diperoleh dari siklus pertama menunjukkan bahwa jumlahpeserta didik yang memperoleh nilai dibawah KKM masih dalam jumlah besar,yaitu 13 peserta didik. Sedangkan kriteria kesuksesan dari penelitian ini adalahhanya 7 peserta didik yang diperbolehkan untuk memperoleh nilai dibawahKKM, yatu 75. Setelah dilakukan siklus kedua, hasil tes menunjukkan bahwapenelitian ini sukses, yaitu hanya 6 peserta didik yang memperoleh nilai dibawah75. Dapat diambil kesimpulan bahawa penerapan Robin Personal Assistant dapatmeningkatkan kemampuan melafal bahasa Inggris dan mampu memotivasipeserta didik untuk aktif dalam kegiatan melafal.

Kata Kunci: Kemampuan melafal, Robin Personal Assisstant, teknologi

74 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

PENDAHULUANTeknologi informasi dan

komunikasi (ICT) sangat populerdalam pembelajaran bahasa. Guruyang merupakan fasilitator dituntutmempunyai kemampuan dalampenyediaan media pembelajaranberbasis teknologi. Oleh karena itu,guru, khususnya guru bahasaInggris harus tanggap teknologi.Hasil penelitian Wikan (2010)menyatakan bahwa “competence inhandling ICT is a required andimportant asset of citizens inmodern society”. Bisa diambilkesimpulan bahwa bukan hanyaguru, tetapi semua lini masyarakatyang hidup di lingkungan modernharus memahami teknologi. Hasilpenelitian yang sama jugamenemukan bahwa “in particularwith the introduction of the internetin the 1990s, the belief in moderntechnology, as a kind of miraclecure for the enhancement oflearning, increased considrably”.Pernyataan tersebut menunjukkanbahwa teknologi mampumeningkatkan kualitaspembelajaran dan merubah atmosfirkelas menjadi lebih menyenangkan.

Kebiasaan yang terjadi dalamkehidupan peserta didik harusdipertimbangkan dan dijadikansebagai masukan yang positif untukmerancang kegiatan pembelajaranyang menyenangkan. Generasi yangmerupakan peserta didik saat inidijelaskan oleh Reilly (2012) adalahgenerasi Z, yaitu generasi yang lahir

setelah tahun 2000. Generasi Zsedang berkembang matang dalamera komputerisasi dan jaringaninternet. Dilanjutkan oleh Charisma(2018) “digital era is to be their lifewhich modern and digital tools usedto make people easier in doingsomething”. Oleh karena itu strategipembelajaran menggunakankomputer maupun smartphone danaplikasinya sebagai media belajarsangat digemari peserta didik, salahsatunya adalah Robin PersonalAssisstant dimana pesrta didikdapat berlatih melafal kosakatadalam bahasa Inggris denganpelafalan yang tepat berdasarkanbahasa aslinya.

Siswa tingkat menengah atassudah mulai bosan denganpembelajaran bahasa yang monotondan tanpa unsur teknologi didalamnya. Hal ini dibuktikan denganbanyaknya fakta yang terjadi dikelas, yang salah satunya yaitu siswalebih suka membuka HP daripadamendengarkan penjelasan guru.Selain itu, melafal kosakata bahasaInggris juga masih dalam kriteriarendah, dimana masih seringnyaterjadi kesalahan dalam melafalsehingga merubah makna maupunsusah dimengerti.

Dengan adanya permasalahansiswa yang kurang tertarik denganpengajaran dan pembelajaranbahasa serta kurangnya latihanmelafal yang benar, penelitimengenalkan salah satu media

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 75

pembelajaran bahasa khususnyamelafal berbasis teknologi, yaituRobin Personal Assisstant. Robinyang merupakan sebutanpopulernya adalah aplikasi androidyang bisa di instal melalui googleplay secara gratis dan digunakansebagau asisten pribadi.

Robin memfasilitasi pesertadidik untuk melakukan percakapanlayaknya dengan asisten pribadi.Robin menggunakan bahasa Inggrisdan akan menjawab semuapertanyaan pengguna sesuai yangdiharapkan apabila penggunamenggunakan pelafalan yang tepatseperti bahasa aslinya. Robin akankebingungan dan menanyakan ulangpertanyaan pengguna apabilapelafalan tidak tepat. Oleh karenaitu, dengan belajar melafalmenggunakan Robin, peserta didikakan berusaha melafal bahasaInggris dengan benar. Ketika Robintidak memahami pelafalan mereka,mereka kan berusaha memperbaikipelafalannya, sehingga Robin pahamdan memenuhi permintaan sertamelayani mereka selayaknyaseorang asisten pribadi.

Berdasarkan masalah yangditemui, rumusan masalah dalampenelitian ini adalah “Bagaimanapenerapan Robin Personal Assistantdalam meningkatkan kemampuanmelafal bahasa Inggris?”

TINJAUAN PUSTAKAMedia Pembelajaran

Media pembelajaran memegangperanan penting dalampembelajaran. Penggunaan mediapembelajaran dapat membantutenaga pendidik dalammenyampaikan materi. Mediapembelajaran adalah suatu cara,alat, atau proses yang digunakanuntuk menyampaikan pesan darisumber pesan kepada penerimapesan yang berlangsung dalamproses pendidikan. Sedangkan dalamproses pembelajaran peran mediasangat dibutuhkan untuk menunjangtercapainya tujuan pembelajaran.Menurut Arsyad (2011:3), mediamerupakan perantara ataupengantar pesan dari pengirimkepada penerima pesan. Adapunmenurut Sudjana (2010:7), mediaadalah suatu alat bantu yangmembantu menunjang saat gurumelakukan pengajaran.

Romiszowski dalam Angkowodan Kosasih (2007:14) mediadikatakan sebagai “ as the carrierson messages, from sometransmitting source (which may bea human being or inanimate object),to receiver of the message (whichin our case is the learner).Penggunaan media dalampembelajaran pada proses belajarmengajar dapat membangkitkankeinginan dan minat yang baru,membangkitkan motivasi danrangsangan kegiatan belajar, bahkan

76 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

membawa pengaruh-pengaruhpsikologis terhadap siswa.

Penggunaan mediapembelajaran pada tahap orientasipembelajaran akan sangatmembantu keefektifan prosespembelajaran dan penyampaianpesan serta isi pelajaran saat itu.

Kemampuan MelafalDalam penelitiannya, Kosasih

(2017) menyatakan bahwa“pronunciation is essential forspeaking and understanding spokenEnglish well”. Dapat disimpulkanbahwa kemampuan melafal ataupronunciation merupakan hal yangpenting dan harus dikuasai dalamketerampilan berbicara. Denganpelafalan yang benar, keterampilanberbicara seseorang akan lebih baik.Tidak hanya itu, baik buruknyaketerampilan berbicara bahasaInggris seseorang, tergantung padabaiknya pelafalan.

Selanjutnya menurut OxfordLearner’s Pocket Dictionary (1995),kemampuan melafal adalah “way inwhich the language is spoken”, iniberarti dalam berbicaramenggunakan bahasa Inggris harusmemperhatikan pelafalan setiapkosakata dengan tepat. Pesertadidik ditunutut untuk mampumelafalkan kosakata dalam bahasaInggris dengan benar karena apabilaterjadi kesalahan pada pelafalan,informasi tidak akan tersampaikandengan baik dan benar, sehingga

akan menimbulkan misscommunication.

Robin Personal AssistantDalam smartphone, banyak

aplikasi Intelligent PersonalAssistant (IPAs) yang bisadigunakan sebagai mediapembelajaran. Beberapa aplikasiIPAs yang populer adalah Siri padaIos, Cortana pada windows danbeberapa aplikasi pada android,yaitu Google Now, My Assistant,Google Allo, Robin, Databot, Indigo(Lyra), dan Smart Voice Assistant.

Robin Personal Assistantadalah salah satu aplikasi IntelligentPersonal Assistant pada smartphoneandroid yang berfungsi sebagaiasisten pribadi. Cara kerja aplikasiini seperti bercakap-cakap biasa.Pengguna bisa bertanya,memerintah dan bahkan mencariinformasi terkini denganmengaktifkan dan bercakap-cakap.Bisa dikatakan bahwa Robinpersonal Assistant adalah asisten onte go. Bisa dibawa dan dioperasikandimana saja asalakan tersambungdengan internet.

Menu-menu yang ada dalamaplikasi Robin ini juga bervariasi,yaitu: radio, surat kabar elektronik,map atau denah lokasi dan informasilainnya yang bisa diketahui hanyadengan bertanya menggunakanbahasa Inggris denga pelafalan yangtepat dan benar.

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 77

METODE PENELITIANDesain penelitian yang

digunakan pada penelitian ini adalahkolaboratif penelitian tindakan kelas.Peneliti berkolaborasi dengan gurubahasa Inggris yang mengajar padakelas X IPS 3 SMA Negeri 1 Sumberyang terdiri dari dua siklus.

Partisipan dalam penelitan iniadalah 35 siswa kelas X IPS 3 denganjumlah siswa laki-laki 13 danperempuan 22. Instrumen penelitianyang digunakan adalah tes danlembar observasi. Tes digunakanuntuk mengetahui nilai melafalpeserta didik dan lembar observasidigunakan untuk mengetahuikeaktifan peserta didik dalamkegiatan belajar mengajarkemampuan melafal menggunakanRobin Personal Assistant. Data yangterkumpul dianalisis menggunakanmetode kualitatif dan kuantitatif.

Indikator kemampauan melafalyang dinilai dapat dilihat padaTabel.1 berikut:

Tabel.1Indikator Kemampuan Melafal

Kriteria kesuksesan padapenelitian ini adalah apabila 80% dari

jumlah peserta didik yang ada dikelas X IPS 3 memperoleh nilaidiatas atau sama dengan KKM matapelajaran bahasa Inggris yang telahditetapkan. Jumlah peserta didikadalah 35. Hal ini berarti hanya 7peserta didik yang bolehmemperoleh nilai dibawah KKM ataudibawah 75.

HASIL DAN PEMBAHASANSiklus 1

Pada siklus 1, penelitiberkolaborasi dengan guru bahasaInggris untuk mengetahui hasilpenerapan Robin Personal Assistantpada pembelajaran kemampuanmelafal bahasa Inggris. Hasil tesyang sudah dianalisis pada siklus 1menunjukkan bahwa dari 35 pesertadidik, ada 13 peserta didik yangmemperoleh nilai dibawah KKM,yaitu dibawah 75. Hasil teskemampuan melafal pada siklus 1dapat dilihat pada Tabel.2.

78 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

Hasil observasi penerapanRobin Personal Assistant padapembelajaran bahasa Inggris untukmeningkatkan kemampuan melafalyang dilakukan oleh observermenunjukkan hasil yang baik.Peserta didik sangat antusias ketikamelakukan percakapan denganRobin. Hal ini menunjukkan bahwaRobin Personal Assistant mampumemotivasi peserta didik dalampembelajaran kemampuan melafal.Namun nilai tes yang belum optimaldan masih dibawah kriteriakesusksesan penelitian, menuntutpeneliti untuk melanjutkan ke sikluskedua.

Siklus 2Pada siklus 2, peneliti

berkolaborasi dengan guru bahasaInggris untuk merumuskan RPP danmerubah sedikit strategipembelajaran dalam rangkamemperoleh nilai sesuai kriteriakesuksesan pada penelitian ini.Apabila pada siklus 1 peneliti tidakmengizinkan peserta didik untukmenulis terlebih dahulu kosakatayang akan dipraktekkan padaaplikasi Robin, pada siklus 2 penelitimeminta peserta didik untukmengonsep terlebih dahulu kosakatayang akan digunakan untukbercakap-cakap dengan Robin.

Setelah peserta didikmengonsep kosakata yang akandigunkan untuk bercakap-cakapdengan Robin, hasil tes pada siklus2 menunjukkan kenaikan yang

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 79

signifikan. Adapun nilai tes padasiklus 2 dapat dilihat pada Tabel.3.

Tabel 3.Nilai Tes pada Siklus 2

Berdasarkan Tabel. 3, dapatdisimpulkan bahwa terdapat 6peserta didik yang memperoleh nilaidibawah KKM, yaitu dibawah 75.Berdasarkan kriteria kesuksesanpada penelitian ini, yaitu 80% darijumlah peserta didik yang ada dikelas X IPS 3 memperoleh nilaidiatas atau sama dengan KKM matapelajaran bahasa Inggris yang telahditetapkan. Jadi, 7 peserta didikyang diperbolehkan memperolehnilai dibawah 75.

Hal ini berarti pada siklus 2,penelitian ini sudah berhasil karenamenunjukkan hasil sesuai kriteriakesuksesan, yaitu hanya 6 pesertadidik yang memperoleh nilaidibawah 75. Sedangkan berdasarkanhasil observasi yang dilakukan olehobserver, diperoleh hasil yangsangat baik, yaitu peserta didikmakin antusias dalam bercakap-cakap menggunakan Robin karenamereka diperbolehkan untukmengonsep kosakata yang akandigunakan terlebih dahulu.

KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil penelitian

yang telah diperoleh, Robin PersonalAssistant sangat baik diterapkanpada pembelajaran keterampilanmelafal bahasa Inggris pada kelas XIPS 3 SMA Negeri 1 Sumber. Darinilai tes pada siklus 2, nampakpeningkatan nilai yang signifikan.Sedangkan berdasarkan lembarobservasi sebagai instrumenpenelitian kedua, diperoleh hasil

80 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

yang sangat baik, yaitu peserta didiksangat antusias, aktif dantermotivasi pada penggunaanaplikasi Robin dalam kegiatanpraktek melafal bahasa Inggris.

Kesimpulan tersebut dapatdijadikan acuan saran kepada parapendidik untuk menggunakan mediapembelajaran, khususnyapembelajaran bahasa, denganmemasukkan unsur teknologi didalamnya. Teknologi sangat diminatioleh peserta didik dewasa ini,mengingat peserta didik zamansekarang adalah generasi milenialdimana mereka tumbuh danberkembang pada dunia digital.

Robin Personal Assistantadalah salah satu mediapembelajaran bahasa, yaitu melafaldengan menggunakan teknologi.Smartphone dengan segalakecanggihan aplikasi di dalamnyanyadapat dimanfaatkan sebagai mediabelajar yang menyenangkan,memotivasi dan menumbuhkankeaktifan peserta didik dalambelajar.

REFERENSI

Ali, M. (2009). PengembanganMedia Interaktif Mata kuliahMedan Elektromagnetik. JurnalEdukasi@elektro. Vol.5, No.1,Maret 2009, 11-18

Angkowo R dan A Kosasih. (2007).Optimalisasi MediaPembelajaran. Jakarta: PTGrasindo.

Asyhad, Rayandra. (2012). KreatifMengembangkan MediaPembelajaran. Jakarta:Referensi.

Brown, H. Douglas. (2010).Language Assessment:Principles and ClassroomPractices. New York: PearsonEducation.

Charisma, D & Khomarudin. (2018).Speaking through Ms PhotoStory as Digital Storytelling.Proceedings of the 1st

International Conference onELT (CONELT) “Teaching andLearning English: CurrentTrends, Issues & Practices”,pages 6-9.

Kosasih, M.M. (2017). NativeLanguage Interference inLearning English Pronunciation:A case study at a privateuniversity in West Java,Indonesia. InternationalJournal of Education andResearch. Vol. 5 No. 2.

Manser, H. M. (1995). OxfordLearner’s Pocket Dictionary.New York: Oxford UniversityPress.

Wikan, Gerd. (2010). Does MS PhotoStory 3 Make a Difference? TheViews and Experiences of aGroup of Norwegian SecondarySchool Teachers. Seminar.net-International Journal of Media,Technology and LifelongLearning, Vol. 6 – Issue 1, 136-147

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 81

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMANKONSEP MATEMATIS MELALUI DESAIN MODEL

PEMBELAJARAN JARING LABA-LABABERBASIS DISCOVERY LEARNING

(Program Penugasan Dosen di Sekolah, UniversitasMuhammadiyah Cirebon Tahun 2018)

Sumliyah1), Rhise Rhosliana2)

1)Universitas Muhammadiyah Cirebon; [email protected])MTs Islamiyah Kenanga; [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan pemahaman konsepmatematis dengan menggunakan desain model pembelajaran jarring laba-lababerbasis discovery learning. Metode yang digunakan dalam penelitian adalahPTK dengan desain penelitian model spiral dari Kemmis dan Taggart yangdimulai dengan tahap perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan(observing), dan refleksi (reflecting) di laksanakan di MTs Islamiyah KenangaKabupaten Cirebon kelas VIIIB Tahun Pelajaran 2018-2019. Instrumen yangdigunakan yaitu tes hasil belajar dan pedoman observasi. Teknik pengolahandata yaitu pengolahan data proses yang terdiri dari kinerja guru dan aktivitaspeserta didik selama pembelajaran berlangsung serta pengolahan data hasilyaitu penilaian hasil belajar dengan tes. Hasil yang diperoleh pada pra siklusyaitu dari 21 peserta didik hanya 8 peserta didik atau 38,1 % yang memenuhiKKM.

Pada siklus I dengan menggunakan desain model pembelajaran jaring laba-laba berbasis discovery learning dengan menggunakan langkah-langkahpembelajarannya (1) tahap berpikir mandiri; (2) tahap memanfaatkan mediapembelajaran; (3) tahap tutorial sebaya; (4) tahap diskusi; (5) tahap penguatan;(6) tahap pembentukan komunitas (Networking) dihasilkan sebanyak 15 Pesertadidik yang mencapai KKM atau sebanyak 71%. Selain itu hasil kinerja gurupada siklusi I diperoleh sebanyak 80 % menunjukkan kinerja sangat baik. Padasiklus ke II dihasilkan sebanyak 18 Peserta didik yang mencapai KKM atausebanyak 85,7% atau 86% artinya adanya peningkatan dari siklus I ke siklus IIsebanyak 9% dengan memberikan perlakuan yang lebih dengan memberikancontoh-contoh nyata dan aktivitas yang lebih mengarahkan pada potensi pesertadidik meningkat Selain itu hasil kinerja guru pada siklusi II diperoleh sebanyak91% hal ini membuktikan hasil kinerja guru berdasarkan pengamatanmeningkat 5% dari siklus I. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa

82 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

sebelum menggunakan desain model pembelajaran jarring laba-laba berbasisdiscovery learning terdapat peningkatan sebanyak 41,9% pada siklus I dan47.9% sehingga hampir 50% pemahaman konsep matematis peserta didikmeningkat.

Kata Kunci: Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis, Desain ModelPembelajaran Jaring Laba-laba, Discovery Learning.

PENDAHULUANMatematika merupakan ilmu

yang menjadi pendukung disiplinilmu lainnya. Perkembanganteknologi dan penerapan kurikulumpada satuan pendidikanmengharuskan peserta didik tidaktekstual sehingga membutuhkanpemahaman yang baik dalammengimpemntasikan literasi yangdimiliki dengan kehidpan sehari-hari.

Pentingnya peran matematikadibuktikan dengan adanya upayapemerintah dalam meningkatkansistem pengajaran matematika Salahsatu upaya nyata yang dilakukanpemerintah terlihat padapenyempurnaa kurikulummatematika, yaitu ditetapkannyaUndang-undang Nomor 20 Tahun2003 tentang Sistem PendidikanNasional dan peraturan PemerintahNomor 6 Tahun 2007 tentangStandar Nasional Pendidikan.Kebijakan pemerintah tersebutmengamanatkan kepada setiapsatuan pendidikan dasardan menengah untuk mengem-bangkan Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP) yang sekarang

disempurnakan dengan penerapanRevisi Kurikulum 2013. Salah satutujuan kurikulum yang diberlakukanadalah kemampuan memahamikonsep matematika, menjelaskanketerkaitan antarkonsep danmengaplikasikan konsep ataualgoritma, secara luwes, akurat,efisien, dan tepat, dalam pemecahanmasalah.

Menurut Rohana (2011: 111)untuk memahami konsepmatematika diperlukan kemampuangeneralisasi serta abstraksi yangcukup tinggi. Sedangkan saat inipenguasaan peserta didik terhadapmateri konsep – konsep matematikamasih lemah bahkan dipahamidengan keliru. Sebagaimana yangdikemukakan Ruseffendi(2006:156) bahwa terdapat banyakpeserta didik yang setelah belajarmatematika, tidak mampumemahami bahkan pada bagianyang paling sederhana sekalipunbanyk konsep yang dipahami secarakeliru sehingga matematikadianggap sebagai ilmu yang sukar,ruwet, dan sulit.

Pemhaman konsep dalammempelajari matematika bukan hal

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 83

yang mudah sehinggamembutuhkan suatu kemampuanyang terbentuk karena suatupembiasaan. Pembiasaan yangdilakukan dengan dukunganpendidik atau guru dalammemberikan inovasi kepada pesertadidik. Inovasi pembelajaran yangdiberikan akan memberikan hasilpemahaman yang baik.

Indikator pemahan konsepyang digunakan mengacu padaSanjaya (2009) indikator yangpemahaman konsep antara lain (1)mampu menerangkan secara verbalapa yang telah dicapai; (2) mampumenyajikan situasi matematikakedalam berbagai cara sertamengetahui perbedaannya; (3)mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atautidaknya persyaratan yangmembentuk konsep tersbut; (4)mampu menerapkan hubunganantara konsep dan prosedur; (5)mampu memberikan contoh nyatadari konsep; (6) mampumenerapkan konsep secaraalgoritma; dan (7) mampumengambangkan konsep yang telahdipelajari.

Kenyataan di lapanganpemahaman konsep peserta didik diMTs islamiyah masih rendah padamateri pola bilangan, mereka masihmengalami kesulitan dalammenyelesaikannya, memngklasi-fikasikan, memberkan contoh ataumenerapkan konsep pada konsep

yang lainnya serta menemukan hal-hal yang baru maupun yang sudahditentukan. Sedangkan pembela-jaran pola bilangan dalam Kurikulum2013 menjadi salah satu pilar daridelapan tujuan pembelajaranmatematika di jenjang menengahpertama, yaitu menggunakan polasebagai dugaan penyelesaianmasalah. Dugaan atau hipotesa iniharus didukung dengan adanya sikapDiscovery atau menemukansesuatu.

Inovasi yang dilakukan olehguru untuk membentukpemahaman konsep yang baik yaitudengan menggunakan desainpembelajaran jarring laba-lababerbasis Discovery Learning. Modelpembelajaran jarring laba-labamenurut Morion (2014) adalahmodel pembelajaran tanpa terikatoleh tema tetapi lebih mengarahkepada pendekatan strategipembelajaran. Model pembelajaranini diharapkan memberikankesempatan kepada peserta didikuntuk membangun pengetahuannyadengan kemandirian yang merekamiliki dengan semjua sumber belajaryang ada. Keterbatasan sumberbelajar yang dimiliki oleh MTsIslamiyah tidak menjadi kendaladalam proses pembelajaran karenamasih banyak sumber yang dapatdimanfaatkan.

Jaring laba-laba menjadi konsepdalam peserta didik dalammembangun jaringnya, yaitu dimulai

84 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

dari pusat kemudian meluasbergerak seiring dengan motivasidan rasa penasaran mereka dalammendapatkan pengetahuan yangdimilikinya membentuk sarang laba-laba sampai terbentuk equilibriumpengetahuan yang utuh. SedangkanDiscovery Learning menjadipendukung dalam setiap langkahmembuat jejaring tersebut karenamenurut Siregar (dalam Illahi,2012: 30) menyatakan bahwadiscovery by learning merupakanproses pembelajaran untukmenemukan sesuatu yang barudalam kegiatan belajar-mengajar.

Berdasarkan teori tersebutjelas bahwa pembelajaran dengandesain jaring laba-laba berbasisdiscovery learning memberikannuansa yang baik sehingga potensi-potensi yang dimiliki peserta didikdapat berkembang seperti jejaringdengan proses penemuanterbimbing untuk menghasilkanpemecahan masalah yangdiharapkan.

Desain jarring laba-labadigambarkan sebagai berikut:

Langkah-langkah pembela-jarnnya yaitu (1) tahap berpikirmandiri; (2) tahap memanfaatkanmedia pembelajaran; (3) tahaptutorial sebaya; (4) tahap diskusi; (5)tahap penguatan; (6) tahappembentukan komunitas(Networking). Pembelajaran inimengarahkan kepada peserta didikdengan kemandiriannya denganmeng discovery Learning. Merekadiperbolehkan untuk meninggalkantempat duduk untuk mencarisumber dan penunjang lainnya.Dengan demikian peserta didikdapat membangun pengetahuannyadengan gaya dan suasana yangsenyaman mungkin.

Desain pembelajaran jarringlaba-laba berbasis discoveryLearning selaras dengan tujuankurikulum 2013 dimana pesertadidik dapat mengamati, menanya,mengumpulkan informasi, mengolahdan mengkomunikasikan hasilinformasi yang diperoleh denganbentuk presentasi. Implemantasidari pembelajaran ini yaitudibuktikan dengan tahap pertamabekerja mandiri (self-thinking)dengan kegiatan mengamati. Tahapkedua pemanfaatan media sumberbelajar (literature)dan Tutorialsebaya (peers) dengan menanya danmengumpulkan informasi. Terakhirtahap pebentukan komunitas belajar(networking) ditandai dengankegiatan mengkomunikasikandengan presentasi dan diskusi didalam kelas.

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 85

Berdasarkan permasalahan danpembuktian teoritis yang diberikanmaka materi pola dan baris bilangandengan desain model pembelajaranjaring laba-laba berbasis discoverylearning menjadi salah satu solusidalam mengatasi masalah padapenelitian ini.

METODEMetode yang digunakan pada

penelitian ini adalah PTK dengandesain penelitain model spiral dariKemmis dan Taggart yang dimulaidengan tahap perencanaan(planning), tindakan (action),pengamatan (observing) , danrefleksi (reflecting) sebagai berikut:

Gambar 2. Model Spiral Kemmis &Taggart (Wiriaatmadja, 2005: 66)

Subjek dalam penelitian iniadalah Peserta didik kelas VIIIBMTs Islamiyah Kenanga Kabupaten

Cirebon tahun Pelajaran 2018/ 2019dengan jumlah Peserta didiksebanyak 21 orang. Instrumen yangdigunakan yaitu tes hasil belajar,format observasi, wawancara, dancatatan lapangan.

Teknik pengolahan data yaitupengolahan data proses yang terdiridari kinerja guru dan aktivitasPeserta didik selama pembelajaranberlangsung serta pengolahan datahasil yaitu penilaian hasil belajardengan tes menggunakan penilaiansebagai berikut.

Tafsiran:T (Tuntas) = Nilai e” KKMBT (Belum Tuntas) = Nilai < KKM

HASIL DAN PEMBAHASANPenggunaan desain model

pembelajaran jaring laba-lababerbasis discovery learningmembantu meningkatkan pesertadidik dalam memahami konsep poladan barisan bilangan yang menjadisalah satu materi dasar dan pentingdalam pengembangan kurikulum2013.

Pra SiklusPembelajaran matematika

dengan materi pola dan barisanbilangan di kelas VIIIB MTsIslamiyah Kenanga awalnya sangatsulit dikondisikan, dengan suasanakelas yang kurang kondusif danenggan untuk belajar karena

86 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

menganggap bahwa matematikasangat tidak menyenangkansehingga berpengaruh padapemahaman konsep matematis halini dibuktikan dengan dari 21 pesertadidik hanya 8 peserta didik atau 38,1% yang memenuhi KKM dan sangatjelas bahwa pemahaman konsepmatematikanya rendah. Kurangnyamedia pembelajaran yangditerapkan juga salah satupendukung rendahnya pemahamankonsep peserta didik.

Siklus IPada siklus I pembelajaran

menggunakan desain pembelajaranjaring laba-laba berbasis discoverylearning. Langkah pertama gurumemberikan gambarberanekaragam yang berkaitandengan pola bilangan dalamkehidupan sehari sebagai bentukdari tahap berpikir mandiri,pemanfaatn media yang ada padaalam sekitar mapun media yangdisiapkan guru dalam bentuk bukupenunjang merupakan bagian daritahapan kedua yaitumemamanfaatkan media.Tahap yang ketiga yaitu siswadiberika masalah, mereka salingTanya kemudian dibentukkelompok, 1 kelompok 4-5 pesertayang merupakan tahap ketigatutorial sebaya dan diskusi.Pada tahap penguatan(reinforcement) diberikan olehguru setelah masing-masing

perwakilan kelompokmempresentasikan danpembentukan komunitasmerupakan tahapan yangterakhir ditandai denganmemberikan penugasan kepadamasing-masing kelompok untukmenindaklajuti pekerjaanya.

Awalnya siswa merasa kagetdan kurang koperatif karenapembelajaran yang dilakukanberbeda. Peserta didik sangatantusias, yang awal pembelajaranmereka tidak mau menerimabahkan buku tulis pun tidak merekakeluarkan sebagai pertanda adanyapenolakan dalam belajarmatematika. Setelah pembelaarandilaksanakan dengan membuatkonsep kelas yang nyaman danmembangun interaksi antar pesertadidik maka terbangunnya suasanayang lebih baik dengan tahapan-tahapan pembelajaran jaring laba-laba berbasis discovery learning.

Gambar 3. Proses pembelajarandengan desain pembelajaran jaring

laba-laba berbasis discoverylearning

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 87

Gambar 4. Hasil Pekerjaan pesertadidik siklus I

Hasil belajar Peserta didik yangdiperoleh pada siklus I yaitusebanyak 15 Peserta didik yangmencapai KKM atau sebanyak 71%.Selain itu hasil kinerja guru padasiklusi I diperoleh sebanyak 80 %menunjukkan kinerja sangat baik.Hasil tersebut telah mengalamipeningkatan dibandingkan sebelummenggunakan model pembelajarandesain jaring laba-laba berbasisdiscovery learning.

Gambar 5. Presentase Hasil BelajarPeserta didik Siklus I

Siklus IIPada siklus I pembelajaran

menggunakan desain pembelajaranjaring laba-laba berbasis discoverylearning. Langkah pertama gurumemberikan gambar

beranekaragam yang berkaitandengan pola bilangan dalamkehidupan sehari sebagai bentukdari tahap berpikir mandiri,pemanfaatn media yang ada padaalam sekitar mapun media yangdisiapkan guru dalam bentuk bukupenunjang merupakan bagian daritahapan kedua yaitumemamanfaatkan media.Tahap yang ketiga yaitu siswadiberika masalah, mereka salingTanya kemudian dibentukkelompok, 1 kelompok 4-5 pesertayang merupakan tahap ketigatutorial sebaya dan diskusi.Pada tahap penguatan(reinforcement) diberikan olehguru setelah masing-masingperwakilan kelompokmempresentasikan danpembentukan komunitasmerupakan tahapan yangterakhir ditandai denganmemberikan penugasan kepadamasing-masing kelompok untukmenindaklajuti pekerjaanya.

Pada siklus kedua ini siswasudah memulai membiasakandengan pembelajaran koperatif.Peserta didik sangat antusias,Setelah pembelajaran dilaksanakandengan membuat konsep kelas yangnyaman dan membangun interaksiantar peserta didik makaterbangunnya suasana yang lebihbaik dengan tahapan-tahapanpembelajaran jaring laba-lababerbasis discovery learning.

88 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

Gambar 6. Proses pembelajarandengan desain pembelajaran jaring

laba-laba berbasis discoverylearning

Gambar 7. Hasil Pekerjaan pesertadidik siklus II

Hasil belajar Peserta didik yangdiperoleh pada siklus II yaitusebanyak 18 Peserta didik yangmencapai KKM atau sebanyak85,7% atau 86% artinya adanyapeningkatan dari siklus II denganmemberikan perlakuan yang lebihdengan memberikan contoh-contohnyata dan aktivitas yang lebihmengarahkan pada potensi pesertadidik meningkat Selain itu hasilkinerja guru pada siklusi II diperolehsebanyak 91% menunjukkan kinerjasangat baik. Hasil tersebut telahmengalami peningkatandibandingkan sebelummenggunakan model pembelajaran

desain jaring laba-laba berbasisdiscovery learning.

Gambar 7. Presentase Hasil BelajarPeserta didik Siklus II

SIMPULANBerdasarkan hasil

pembelajaran menggunakan desainpembelajaran jaring laba-lababerbasis discovery learning dengan6 (enam) tahap yang dilakukan. Padasetiap siklus dihasilkan observasidiperoleh hasil kinerja guru siklus Isebanyak 80 % yang menunjukkankriteria sangat baik, pada siklus IIsebanyak 91 % dengan kriteriasangat baik. Hasil belajar siswa padasiklus I sebanyak 15 orang atau 71%siswa yang tuntas dan pada siklus IIsebanyak 18 atau 86% siswa yangtuntas/mencapai KKM, sehinggadapat disimpulkan bahwa modelpembelajaran dengan desainpembelajaran jaring laba-lababerbasis discovery learning dapatmeningkatkan kinerja guru dankemampuan pemahamanmatematis peserta didik dalampembelajaran. Peserta didik menjadilebih bersemangat dalammempelajari matematika dan tidak

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 89

merasa bosan ketika mendapatkanmateri pola dan barisan bilangan.Rekomendasi bagi penelitiselanjutnya adalah peneliti dapatmenambahkan media yangbervariasi lagi agar pemebelajaranlebih menyenangkan, hal ini sejalandengan pendapat Hamalik (dalamSundayana, 2016: 5) bahwahubungan komunikasi akan berjalanlancar dengan hasil yang maksimalapabila menggunakan alat bantuyang disebut media.. Bagi gurupengajar hendaknya memberikanpenjelasan langkah-langkahpembelajaran yang ingin diterapkansehingga peserta didik dapat denganjelas berinteraksi untukmendapatkan pemahamanmatematika yang baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Illahi, M.T.. PembelajaranDiscovery Strategy danMental VocationalSkill.Yogyakarta: Diva Press.

Marion. 2014. Design of LearningMathematics Using WebbedModels. Proceeding The 2nd

SEA-DR Conferense, April 26-27.

Rochiati Wiriaatmadja. 2005.Metode Penelitian TindakanKelas. Bandung: RemajaRosdakarya.

Ruseffendi, E.T.. 2006. Pengantarkepada Membantu GuruM e n g e m b a n g k a nKompetensinya dalamPengajaran Matematikauntuk MeningkatkanCBSA. Bandung: Tarsito.

Rohana. 2011. PengaruhPembelajaran BerbasisMasalah TerhadapPemahaman KonsepMahasiswa FKIP UniversitasPGRI. Palembang :ProsidingPGRI.

Sanjaya, Wina. 2009. StrategiPembelajaran BerorientasiStandar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group.

Sundayana, Rostina. 2016. Mediadan Alat Peraga dalamPembelajaran Matematika.Bnadung: Alfabeta.

90 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 91

PENINGKATAN PARTISIPASI AKTIF DAN HASILBELAJAR PESERTA DIDIK PADA TEMA HIDUPRUKUN MELALUI COOPERATIVE LEARNING

METHOD BERBASIS TUTOR SEBAYA DI SDN 4KENANGA KABUPATEN CIREBON

(Program Penugasan Dosen di Sekolah UniversitasMuhammadiyah Cirebon Tahun 2018)

, Universitas Muhammadiyah Cirebon

SD Negeri 4 Kenanga Kapubaten [email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan partisipasi aktif danhasil belajar peserta didik kelas 2 pada tema hidup rukun melalui cooperativelearning method berbasis tutor sebaya. Penelitian ini merupakan TindakanKelas Kolaboratif menggunakan model penelitian dari Kemmis dan Mc. Taggart.Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas 2 SD Negeri 4 KenangaKabupaten Cirebon yang berjumlah 28 orang pada tahun pelajaran 2018/2019.Instrumen yang digunakan adalah lembar tes untuk mengukur hasil belajardan lembar observasi untuk melihat partisipasi aktif peserta didik. Obyek daripenelitian ini adalah peningkatan partisipasi aktif dan hasil belajar melaluicooperative learning method berbasis tutor sebaya.

Teknik analisis data menggunakan analisis data kuantitatif, Teknik analisisdata menggunakan analisis data kuantitatif, dengan mencari presentase darihasil belajar peserta didik dan presentase setiap aspek dari hasil observasi.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pastisipasi aktifsiswa yang terlihat dari hasil rata-rata persentase pra siklus sebesar 38,09%,siklus I sebesar 73,21%. dan siklus II sebesar 88,21%. Peningkatan hasil belajarpeserta didik dilihat dari persentase pra siklus sebesar 57,14%, siklus I sebesar78,57%, dan siklus II sebesar 92,85%. Kesimpulan penelitian ini adalahcooperative learning method berbasis tutor sebaya dapat meningkatkanpartisipasi aktif dan hasil belajar peserta didik kelas II SD 4 Kenanga tahunpelajaran 2018/2019.

Kata Kunci : Partisipasi Aktif, Cooperative Learning Method, Tutor Sebaya

92 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

PENDAHULUANBelajar adalah proses

perubahan perilaku akibatpengalaman. Seseorang dikatakanbelajar apabila pikiran danperasaannya aktif. Melihatpengertian tentang belajar, makadalam proses pembelajarannya guruberupaya agar peserta didikmengalami langsung dan dapatberinteraksi dengan lingkungannya,baik lingkungan fisik maupunlingkungan sosialnya. Guru harusmenyadari bahwa keaktifanmembutuhkan keterlibatanlangsung siswa dalam pembelajaran.Peserta didik dibiasakan untukdapat berpartisipasi dalam menggaliinformasi.

Partisipasi peserta didik sangatpenting untuk menciptkan suasanapembelajaran yang lebih aktif,kreatif dan menyenangkan.Menurut Utama, Muhammad Putra(2016) menjelaskan bahwapartisipasi aktif peserta didik akanmuncul melalui interaksipembelajaran yang partisipasif.

Pada kenyataan di lapangansaat peneliti melakukan observasiselama dua hari yaitu hari Senin danSelasa tanggal 16 – 17 Juli 2018,peserta didik lebih cenderung diamdan hanya mengerjakan tugas yangdiberikan oleh gurunya dalamLembar Kerja Peserta Didik(LKPD), peserta didik cenderungindividual, malu untuk bertanya dansebagian peserta didik ada yangmalas untuk mengerjakan LKPD

karena kurang memahami perintahsoal. Masalah-masalah tersebutberdampak pada hasil belajarpeserta didik yang rendah. Haltersebut dibuktikan denganperolehan rata-rata hasil belajarpeserta didik yaitu persentasenya57,14% yang lulus dalam KKM. KKMkelas 2 di SD Negeri 4 Kenangaadalah 75.

Bertolak dari masalah di atas,maka guru perlu memberikanrespon positif secara objektif dankonkrit yaitu berupa upayamembangkitkan partisipasi pesertadidik agar tujuan pembelajarandapat tercapai secara maksimal danhasil belajar memuaskan. Jikapartisipasi aktif peserta didikmeningkat, maka akanmeningkatkan pula hasil belajarpeserta didik. Karena menurutNasution (Aunurrahman, 2010)mengatakan bahwa hasil belajaradalah perubahan yang terjadi padaindividu yang belajar. Perubahantingkah laku yang terjadi dapat dandiperoleh oleh peserta didik setelahmereka mengikuti atau mengalamisuatu program pembelajaran.

Menurut Paul B. Diedrich(Sardiman, 2006: 101-102)partisipasi aktif peserta didik dapatdiwujudkan dalam prosespembelajaran melalui visualactivities, oral activities, listeningactivities, writing activities,drawing activities, motor activities,mental activities, emostional

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 93

activities. Indikator yang akanmenjadi acuan dalam peningkatanpartisipasi aktif peserta didikberdasarka masalah yang terjadi dilapangan dan berdasarkankebutuhan yaitu 1) mendengarkanuraian; 2) mencatat penjelasan; 3)bertanya; 4) menjawab pertanyaan;5) diskusi; dan 6) menjelaskankembali.

Indikator partisipasi aktifpeserta didik diharapkan akanmuncul pada setiap tahapan-tahapan cooperative learningmethod berbasis tutor sebaya.Cooperative learning methodberbasis tutor sebaya salah satupembelajaran yang berpusat kepadaaktivitas peserta didik (studentcenter).

Karena menurut Sanjaya, Wina(2009:136) pembelajaranberorientasi pada aktivitas pesertadidik adalah asumsi tentang pesertadidik sebagai subjek pendidikan,yaitu: 1) siswa bukan manusia dalamukuran mini, akan tetapi manusiayang sedang dalam tahapperkembangan; 2) setiap manusiamempunyai perbedaan dalam halkemampuan; 3) siswa pada dasarnyaadalah insan yang aktif, kreatif, dandinamis dalam menghadapilingkungannya; 4) siswa memilikimotivasi untuk memenuhikebutuhannya.

Menurut Johnson & Johnson(Isjoni, 2009 : 16) Cooperativelearning adalah pengelompokan

peserta didik di dalam kelas kedalam satu kelompok kecil agarsiswa dapat bekerja sama dengankemampuan maksimal yang merekamiliki dan mempelajari satu samalain dalam kelompok tersebut.Pembentukan kelompoknya harussecara heterogen artinya kelompokdibentuk dengan siswa kemampuantinggi, sedang, rendah.

Pembelajaran cooperativelearning ini adalah suatu metodepembelajaran yang diterapkandengan ciri khas yaitu pembentukankelompok yang heterogen, setiapkelompok peserta didik mempunyaitanggung jawab pada kelompoknya,satu untuk semua, semua untuksatu, adanya saling ketergantunganantara anggota kelompok, adanyainteraksi saat bekerja sama, danadanya pemerataan pemberiantugas yang sama dan nilai kelompokitu berguna untuk semua anggotakelompoknya, serta adanyatanggung jawab individu terhadaptugas yang telah diberikan olehkelompoknya.

Dengan adanya ciri khas dalampenerapan cooperative learningmethod maka setiap kelompokterdapat tutor sebaya (peertutoring) yang bisa membantutemannya menyelesaikan tugasbersama. Menurut Susilowati(2009:3-28) tutor sebaya adalahseorang murid membantu belajarmurid lainnya dengan tingkat kelasyang sama. Sedangkan menurut

94 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono(2004:184) menjelaskan tugas tutoradalah untuk membantu temannyayang mengalami kesulitan belajar,karena hubungan antara temansebayanya umumnya lebih dekatdibandingkan hubungan guru –peserta didik.

Langkah-langkah yangditerapkan dalam cooperativelearning method berbasis tutorsebaya (peer tutoring) padapenelitian ini adalah 1) memilih tutordengan syarat pringkat 10 terbaikberdasarkan nilai rapor atau nilaievaluasi; 2) mengelompokkanpeserta didik secara heterogen (3-4peserta didik); 3) pemberian tugasLKPD (berdiskusi); 4) memecahkanmasalah bersama; 5)mempresentasikan hasil.

Berdasarkan permasalahan dilapangan dan adanya pembuktianteoritis maka untuk meningkatkanpartisipasi aktif dan hasil belajarpeserta didik, penelitian tindakankelas kolaboratif ini menerapkancooperative learning methodberbasis tutor sebaya.

METODEMetode penilitian ini

menggunakan tindakan kelas yangdifokuskan pada situasi kelas ataudapat disebut dengan classroomaction research (penelitian tindakankelas). Model penelitian yangdigunakan adalah model spiral yangdikembangkan oleh Kemmis and

Mc. Taggart. Menurut Kemmis andTaggart tahap tindakan kelas terdiridari empat komponen yakniperencanaan (planning), tindakan(action), pengamatan (observing),dan refleksi (reflecting) sebagaiberikut:

Gambar 1. Model Spiral Kemmis &Mc.Taggart (Arikunto, 2012 : 16 )

Penelitian ini dilaksanakansecara kolaboratif. Artinya penelititidak melakukan penelitian sendiri,namun berkolaborasi dengan denganguru kelas II di SDN 4 KenangaKabupaten Cirebon. Subjek dalampenelitian ini adalah peserta didikkelas II di SD Negeri 4 KenangaKabupaten Cirebon dengan jumlah28 orang.

Penelitian ini dilaksanakanmulai bulan Juli sampai denganbulan September 2018. Instrumenyang digunakan adalah lembar tes,LKPD dan lembar observasi. Teknikpengumpulan data melalui lembar

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 95

observasi yang akan melihat danmemperoleh data partisipasi aktifpeserta didik, LKPD akanmemperoleh hasil penilaian proses(aktivitas) dan lembar soal evaluasipersiklus dapat melihat hasil belajarpeserta didik.

Teknik analisis datamenggunakan analisis datakuantitatif, dengan mencaripresentase dari hasil belajar pesertadidik dan presentase setiap aspekdari hasil observasi. Adapun untukrumusnya sebagai berikut:

Trianto (2010:242)Arti Presentase :90 -100% = baik sekali80 – 89 % = baik70 – 79 % = cukup< - 70 % = kurang

HASIL DAN PEMBAHASANHasil Penelitian Pra Siklus

Sebelum melakukan penelitian,peneliti melakukan observasi awalselama dua hari yaitu hari Senintanggal 16 Juli 2018 di kelas II SDN4 Kenanga Kabupaten Cirebon. Padaobservasi pertama, peneliti fokusmelihat situasi kelas, karakteristikpeserta didik, partisipasi pesertadidik dalam belajarnya dan melihatkeseharian guru dalammenerangkan materi pembelajaran.

Pada hari Selasa tanggal 18 Juli2018 melakukan observasi dan

wawancara kepada guru yangkeduakalinya. Kegiatan observasi inibertujuan untuk melihat hasilevaluasi peserta didik. Dari hasilevaluasi tersebut terlihat mana sajasiswa yang akan dijadikan tutorsebaya dalam kelompoknya, danmelihat jumlah peserta didik yangnilainya kurang atau di bawah KKM.KKM di SDN 4 Kenanga yaitu 75.

Pada pra siklus peserta didikyang sudah terlihat berpartisipasiaktif, rata-rata persentasenya hanyasebesar 38,09%. Permasalahantersebut berdampak kepada hasilbelajar yang rendah. Peserta didikyang hasil belajarnya di atas KKMhanya 16 orang atau hanya 57,14%.Dengan demikian terbukti bahwajika guru hanya menerapkanpembelajaran yang menggunakancara-cara konvensional dan tidakmenerapkan model atau metodeyang inovatif maka peserta didikakan cenderung diam di kelas dantidak mematuhi proses belajarnyaseperti terlihat pasif, ngobrol sendiri,malu bertanya, enggan menjawabpertanyaan gurunya.

Siklus ISiklus I dilaksanakan hari Sabtu

tanggal 04 Agustus 2018 dengantema hidup rukun dan sub temahidup rukun di sekolah. Siklus Idilaksanakan dengan membuatperencanaan terlebih dulu sepertimembuat RPP, LKPD dan MediaPembelajaran. Setelah perencanaantelah dilakukan dengan baik, langkah

96 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

selanjutnya adalah pelaksanaansiklus I dengan menerapkancooperative learning methodberbasis tutor sebaya.

Pelaksanaan pembelajarannyamengacu kepada langkah 1) gurumemilih tutor dengan syaratpringkat 10 terbaik berdasarkannilai rapor atau nilai evaluasi; 2)guru mengelompokkan peserta didiksecara heterogen (3-4 pesertadidik); 3) guru pemberikan tugasLKPD agar siswa berdiskusi; 4)peserta didik memecahkan masalahbersama sesuai instruksi dalamLKPD; 5) peserta didikmempresentasikan hasil diskusinyadi depan kelas (setiap kelompok).

Pada saat guru melakukanpembelajaran dengan menerapkancooperative learning methodobserver melakukan observasitentang kegaiatan peserta didikyang mengacu kepada 6 indikatorpartisipasi aktif seperti 1)mendengarkan uraian; 2) mencatatpenjelasan; 3) bertanya; 4)menjawab pertanyaan; 5) diskusi;dan 6) menjelaskan kembali.

Hasil observasi partisipasi aktifpeserta didik pada siklus I yaiturata-rata persentasenya 73,21%.Jika dilihat dari presentasi pra siklusmaka kenaikan partisipasi aktifpeserta didik pada siklus I sebesar35,12%.

Hasil pos tes peserta didikdengan sub tema hidup rukun disekolah pada siklus I yaitu sebanyak

22 peserta didik yang hasilbelajarnya di atas KKM atau sebesar78,57% dan yang belum mencapaiKKM ada 6 orang atau 21,43%.

Peserta didik yang belum tuntasdisebabkan karena belum aktifdalam belajaranya. Seperti, adapeserta didik yang belum maudiarahkan oleh tutor sebayanyasejawatnya dalam berdiskusi, belumberani bertanya tentang materi yangbelum dia fahami, lambat dalammembaca ataupun menulis.

Melihat peramsalahan yangterjadi pada siklus I maka dilakukanrefleksi antara guru dan penelitiuntuk melakukan perbaikan.Dengan adanya perbaikan padasiklus dua diharapkan 6 pesertadidik yang belum tuntas akanmeningkat peran aktifnya dalamproses pembelajaran dan hasilbelajarnyapun meningkat.

Siklus IISebelum melakukan siklus II,

guru dan peneliti melakukanperencanaan perbaikan atau RPPperbaikan. Dalam perencanaan disiklus II lebih menekankan strategiyang melibatkan siswa aktif sepertiadanya permainan, penggunaan alatperaga dan media infokus.

Siklus II dilaksanakan pada hariSelasa tanggal 07 Agustus 2018dengan tema hidup rukun dan subtema hidup rukun di sekolah.Pelaksanaan pada siklus II masihmengacu kepada langkah-langkah

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 97

cooperative learning methodberbasis tutor sebaya dab dibantuoleh media infokus dan alat peraga.

Pada siklus ini, peserta didiklebih antusias untuk mengikutipembelajaran. Hal tersebut terlihatdari hasil observasi partisipasi aktif.Dimana pada siklus II ini rata-ratapersentase partisipasi aktif pesertadidik menjadi 88,21%. Denganadanya kenaikan peresentase dalampartisipasi aktif peserta didik makaberdampak pula pada kenaikan hasilbelajarnya, yaitu didapat persentasesebesar 92,85% peserta didik yangtelah mencapai KKM, atau sebanyak26 orang dari 28 orang. Kedua siswayang belum mencapai KKM padasiklus II akan ditindaklanjutipemberian remdial di luar jampelajaran dengan guru kelasnyakarena mereka lambat dalammembaca dan menulis.

PEMBAHASAN

Partisipasi aktif peserta didikkelas II SDN 4 Kenanga KabupatenCirebon pada awalnya terlihatkurang. Tetapi ketika pembelajarandengan menerapkan cooperativelearning method berbasis tutorsebaya, partisipasi aktif siswameningkat. Kenaikan persentasepersiklus dapat dilihat dari setiapindikatornya.:

Gambar 1. Kenaikan PartisipasiSetiap Indikator (dalam Persentase)

Indikator partisipasi aktif yangterlihat jelas peningkatannya yaitumendengarkan uraian. Pada prasiklus diperoleh persentase 57,14,siklus I diperoleh persentase 85,71,dan siklus II diperoleh persentase89,28.

Data tersebut membuktikanbahwa penerapan cooperativelearning method berbasis tutorsebaya dapat meningkatkanpartisipasi aktif siswa kelas II SDN4 Kenanga Kabupaten Cirebon. Hasiltersebut membuktikan tujuan daripembelajaran berkelompok yaitumemberikan kesempatan kepadasiswa agar dapat terlibat aktif dalamproses berfikir.

Pembelajaran kooperatifberbasis tutor sebaya mewujudkankegiatan belajar mengajar yanagberpusat kepada peserta didik.Sebagaimana yang telah dijelaskanoleh Isjoni (2009) bahwapembelajaran kooperatif adalahsebuah pembelajaran yang saat inibanyak digunakan untuk

98 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

mewujudkan kegiatan belajar yangberpusat pada siswa (studentoriented). Pernyataan tersebutdipekuat dengan hasil penelitianyang telah dilakukan olehMuhammad Putra Utama (2016)bahwa penggunaan modelcooperative learning tipe jigsawdalam pembelajaran PKn dapatmeningkatkan partisipasi aktifsiswa. Oleh karena itu, untukmemaksimalkan penerapanpembelajaran kooperatif makapenelitian ini menggunakan tutorsebaya dalam pelaksanaannya.

Penerapan metode tutor sebaya(peer tutoring) telah dibuktikanpula pada penelitian yang telahdilakukan oleh Nur Afifah (2011)yang menjelaskan bahwa strategipembelajaran tutor sebaya dalampembelajaran matematika pokokbahasan pemecahan sederhanadapat meningkatkan hasil belajarbelajar pada anak berkesulitanbelajar di kelas III SD NegeriKapatihan Surakarta.

Hasil belajar siswa denganpenerapan cooperative learningmethod berbasis tutor meningkatpada setiap siklusnya. Hal tersebutdapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Persentase Hasil BelajarPersiklus

Berdasarkan gambar 2 terlihatpeningkatan yang sangat signifikanpada setiap siklusnya, persentasihasil belajar pada pra siklus sebesar57,14, siklus I sebesar 78,57 makapeningkatan persentase dari hasilbelajar pra siklus ke siklus I sebesar21,43. Hasil persentase pada siklusII juga lebih meningkat dari siklus Ikarena pada siklus II selainmenerapkan cooperative learningmethod berbasis tutor sebaya,peneliti mencoba membuat siswatermotivasi dengan menerapkanpermainan dan penggunaan mediainfokus sebagai alat bantumenerangkan materi. Persentasehasil belajar peserta didik padasiklus II sebesar 92,85%, dengankata lain siswa yang mencapaiketuntasan belajarnya sampaikepada siklus II sebanyak 26 pesertadidik. Hal ini terbukti bahwamemotivasi peserta didik dalamproses pembelajaran sangat pentingdilakukan, karena siswa akan lebih

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 99

antusias untuk mengikuti kegiatanpembelajaran. Hal tersebut sejalandengan apa yng dikemukakan olehGagne dan Briggs (Martinis Yamin,2007: 83-84) bahwa rangkaiankegiatan di dalam kelas yang dapatmenumbuhkan aktivitas danpartisipasi peserta didik adalahmemberikan motivasi atau menarikperhatian siswa dalam menjelaskantujuan instruksional kepada pesertadidik.

KESIMPULANPenelitian tindakan kelas

kolaboratif di SDN 4 KenangaKabupaten Cirebon denganmenerapkan cooperative learningmethod berbasis tutor sebayadilaksanakan dengan dua siklus.Adapun hasil dari penelitiantersebut adalah peningkatanpartisipasi dan hasil belajar pesertadidik yang sangat signifikan.Peningkatan pastisipasi aktif siswayang terlihat dari hasil pra siklusrata-rata persentasenya sebesar38,09%, siklus I sebesar 73,21%. dansiklus II sebesar 88,21%.Peningkatan hasil belajar pesertadidik dilihat dari pra sikluspersentasenya sebesar 57,14%,siklus I sebesar 78,57%, dan siklusII sebesar 92,85%.

DAFTAR PURTAKA

Isjoni. (2009). CooperativeLearning MengembangkanKemampuan BelajarBerkelompok. Bandung:ALFABETA.

Slavin, R.E. (2009). CooperativeLearning Theory, Research andPractice. Massachusetts: Allyn& Bacon.

Arikunto, Suharsimi. (2012).Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta : PT Bumi Aksara.

Aunurrahman. (2010). Belajar danPembelajaran. Bandung:Alfabeta.

Ahmadi, Abu dan WidodoSupriyono. (2004). PsikologiBelajar. Jakarta: Rineka Putra.

Susilowati, dkk. (2009).Pembelajaran Kelas Rangkap.Direktorat Jendral PendidikanTinggi Departemen PendidikanNasional.

Sanjaya, Wina. (2009). StrategiPembelajaran BerorientasiStandar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana.

Sardiman. (2006). Interaksi danMotivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Martinis Yamin. (2007). KiatMembelajarkan Siswa. Jakarta:Gaung Persada Press.

Utama, Muhammad Putra. (2016).Peningkatan Partisipasi Aktif

100 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

dalam Pembelajaran PendidikanKewarganegaraan MelaluiModel Cooperative LearningTipe Jigsaw. Jurnal PendidikanGuru Sekolah Dasa. Edisi 26Tahun ke-5.

Nur Afifah (2011). StrategiPembelajaran Tutor Sebayauntuk Meningkatkan HasilBelajar Matematika AnakBerkesulitan Belajar Kelas IIIASD Negeri Kapatihan SurakartaTahun Ajaran 2010/2011.Skripsi [online:http://s c h o o l a r . g o o g l e . c o . i d ] .Universitas Sebelas Maret.

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 101

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERTANYAGURU MI Al-MA’ARIF MELALUI KEGIATAN IN

HOUSE TRAINING

Fikriyah1), Ahmad Munajim2)

1)Universitas Muhammadiyah Cirebon; [email protected])Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon;

[email protected]

ABSTRAK

Berdasarkan hasil observasi di kelas MI Ma’arif Sutawinangun Cirebonditemukan bahwa kemampuan bertanya guru pada proses pembelajaranperlu ditingkatkan. Ada beberapa aspek bertanya guru yang belum tergalimeliputi menunjukkan kehangatan dan antuasisme saat melontarkanpertanyaan dan masih menjawab sendiri dari apa yang ditanyakan.Berdasarkan kenyataan di atas penelitian tindakan perlu dilakukan sebagaiupaya mencari solusi untuk meningkatkan keterampilan bertanya gurumelalui kegiatan IHT.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan. Metode yang digunakandalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan bentuk Pre-Experimental Design. Dalam desain eksperimen ini tidak adanya variabelkontrol (kelas kontrol) dan tidak dipilih secara random. Dikatakan pre-experimental design karena desain ini belum merupakan eksperimensungguh–sungguh, karena masih terdapat variabel luar yang ikutberpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hasil penelitianmenunjukkan Keterampilan bertanya guru sebelum dilaksanakan IHT nilaiminimum 21, maksimum 28, rerata 24,79 dengan standar deviasi 2,15.Keterampilan bertanya guru setelah dilaksanakan IHT minimum 33,maksimum 41, rerata 37,5 dengan standar deviasi 2,50. Nilai sig (2-tailed)sebesar 0,000<0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya dengan diterapkannyaIHT tentang keterampilan bertanya guru dapat meningkatkan keterampilanbertanya guru.

Kata Kunci : Ketrampilan Bertanya Guru, In Hous Training

102 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

A. PendahuluanPendidikan yang berkualitas

sangat dipengaruhi oleh prosespembelajaran yang berkualitaspula. Pembelajaran merupakansuatu proses yang melibatkanberbagai komponen yang salingberkaitan, salah satu komponenyang berperan penting dalamkeberhasilan sebuahpembelajaran adalah tenagapendidik/guru. Supaya dapatmenciptakan pembelajaran yangberkualitas seorang guru harusmenguasai berbagai keterampilanmengajar. Menurut Mulyasa(2005:69) “keterampilanmengajar merupakan kompetensiprofesional yang cukup kompleks,sebagai integrasi dari berbagaikompetensi guru secara utuh danmenyeluruh.” Sebuah tujuanpembelajaran yang sempurnatanpandiimbangi dengankemampuan guru untukmengimplementasikannya, makahal tersebut belum dikatakanmaksimal. Keterampuilan dasarmenjadi guru sangat diperlukan.Guru tidak dilahirkan, tetapidibentuk terlebih dahulu. Untukmembentuk guru yang baikdibutuhkan keterampilan dasar.

Menurut Barnawi & Arifin(2015:127) Keterampilan dasarmengajar merupakankemampuan yang bersifat khusus(Most specific instructionalbebaviors). Keterampilan ini

dapat menjawab pertayaan pokoktentang how to teach ataubagaimana membelajarkan siswa.Dalam penilaian kinerja guru,keterampilan dasar mengajarbiasa dijadikan salah satuindikator untuk menentukanderajat prestasi kerja guru. Olehkarena itu, teracher trainee perlumenguasai keterampilanmengajar dasar Keterampilanadalah kemampuan seseorangdalam mengubah sesuatu halmenjadi lebih bernilai danmemiliki makna sehinggamenghasilkan sebuah nilai danhasil pekerjaan tersebut.Sardiman (2014: 47) mengatakanbahwa mengajar pada dasarnyamerupakan suatu usaha untukmenciptakan kondisi atau sistemlingkungan dan memungkinkanuntuk berlangsungnya prosesbelajar. Sejalan dengan apa yangdikatakan sardiman, Uzer Usman(2013: 6) mengatakan bahwamengajar pada prinsipnyamembimbing siswa dalamkegiatan belajar ataumengandung pengertian bahwamengajar merupakan suatu usahamengorganisasi lingkungan dalamhubungannya dengan anak didikdengan bahan pengajaran yangmenimbulkan proses belajar.

Dalam proses mengajarguru dituntut untuk dapatmembimbing, mengorganisasiserta mampu menciptakan situasi

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 103

dan kondisi sebaik mungkin untukkeberhasilan proses mengajar.Dalam pengelolaan belajar-mengajar guru harus memilikiketerampilan dasar mengajar.Adapun yang dimaksud denganketerampilan dasar mengajarialah kemampuan seorang gurudalam melatih/membimbingaktivitas dan pengalamanseseorang serta membantunyaberkembang dan menyesuaikandiri kepada lingkungan.

Keterampilan dasarmengajar merupakan salah satukemampuan yang dimiliki olehguru untuk menciptakan suasanabelajar yang efektif dan efisien.Keterampilan mengajar ini jugamerupakan salah satu syaratuntuk menjadi guru profesional.

Berdasarkan hasil observasidi kelas ditemukan bahwakemampuan bertanya guru perluditingkatkan. Ada beberapaaspek bertanya guru yang belumtergali meliputi menunjukkankehangatan dan antuasisme saatmelontarkan pertanyaan dantidak menjawab sendiri dari apayang ditanyakan.

Berdasarkan kenyataan diatas penelitian tindakan iniberupaya mencari solusi untukmeningkatkan keterampilanbertanya guru melalui kegiatanIHT.

B. Kajian TeoriKeterampilan dasar

mengajar diperlukan guru dalamproses pembelajaran, hal inikarena keterampilan dasarmengajar merupakan syaratmutlak agar guru bisa menjalaniproses pembelajaran secaraefektif dan efisien. Pembelajaranmerupakan suatu proseskompleks yang melibatkanberbagai aspek yang salingberkaitan. Oleh karena itu, untukmenciptakan pembelajaran yangkreatif, dan menyenangkan,diperlukan berbagaiketerampilan. Di antaranyaadalah keterampilanmembelajarkan atauketerampilan mengajar.

Keterampilan mengajarmerupakan kompetensiprofessional yang cukupkompleks, sebagai integrasi dariberbagai kompetensi guru secarautuh dan menyeluruh. Sepertiyang dikutip oleh E. Mulyasa,Turney mengungkapkan delapanketerampilan mengajar yangsangat berperan dan menentukankualitas pembelajaran, yaituketerampilan bertanya, memberipenguatan, mengadakan variasi,menjelaskan, membuka danmenutup pelajaran, membimbingdiskusi kelompok kecil, mengelolakelas, serta mengajar kelompokkecil dan perorangan(Mulyasa,70). Setiap

104 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

keterampilan mengajar memilikikomponen dan prinsip-prinsipdasar tersendiri. Dalam bab iniakan diuraikan khususketerampilan bertanya sebagaifokus kajian penelitian.

1. Keterampilan BertanyaBertanya merupakan ucapan

variable yang meminta respondari seseorang yang dikenal.Respon yang diberikan dapatberupa pengetahuan sampaidengan hal-hal yang merupakanhasil pertimbangan. Jadi bertanyamerupakan stimulus efektif yangmendorong kemampuan berfikir.

Keterampilan bertanyasangat perlu dikuasai guru untukmenciptakan pembelajaran yangefektif dan menyenangkan,karena hampir dalam setiap tahappembelajaran guru dituntutuntuk mengajukan pertanyaan,dan kualitas pertanyaan yangdiajukan guru akan menentukankualitas jawaban siswa. Brownmenyatakan bahwa bertanyaadalah setiap pernyataan yangmengkaji atau menciptakan ilmupada diri siswa (Suwarna, 2006:72).

Keterampilan bertanyamerupakan keterempilan yangdigunakan untuk mendapatkanjawaban/balikan dari orang lain.Setiap pengajaran, evaluasi,pengukuran, dan penilaiandilakukan dengan pertayaan.

Pertayaan yang baik akanmenuntun kita pada jawaban yangsesungguhnya dan pertayaanyang buruk akan menjauhkankita dari jawaban yangmemuaskan.

Cara untuk mengajukanpertanyaan yang berpengaruhpositif bagi kegiatan belajar siswamerupakan suatu hal yang tidakmudah. Oleh sebab itu seorangguru hendaknya berusaha agarmemahami dan menguasaipenggunaan keterampilan dasarmengajar guru dalam bertanya.

Pada dasarnya pertanyaanyang diajukan merupakan suatuproses pemberian stimulus secaraverbal dengan maksud untukmenciptakan terjadinya prosesintelektual pada siswa, denganmemperhatikan respon ataspertanyaan tersebut (BuchariAlma, 2009: 26). Sehingga paraahli percaya bahwa pertanyaanyang baik memiliki dampak yangpositif terhadap siswa, diantaranya:a. Bisa meningkatkan

partisipasi siswa secara penuhdalam proses pembelajaran.

b. Dapat meningkatkankemampuan berpikir siswa,sebab berpikir itu sendiri padahakikatnya bertanya

c. Dapat membangkitkan rasaingin tahu siswa sertamenuntun siswa untukmenentukan jawaban.

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 105

d. Memusatkan siswa padamasalah yang sedang dibahas(Wina Sanjaya, 2009 :34).

Komponen keterampilanbertanya yang perlu dikuasi gurumeliputi keterampilan bertanyadasar dan keterampilan bertanyalanjutan.a.Komponen keterampilan

bertanya dasar mencakup:1) Penggunaan pertanyaan

yang jelas dan singkatdengan menggunakankata-kata yang mudahdimengerti dan sesuai tarafperkembangannya.

2) Pemberian acuan, berupapernyataan yang berisiinformasi yang relevandengan jawaban yangdiharapkan dari siswa.

3) Pemindahan giliran danmenyebar pertanyaan,untuk melibatkan seluruhsiswa semaksimal mungkinagar tercipta iklimpembelajaran yangmenyenangkan.

4) Pemberian waktu berpikirpada siswa.

5) Pemberian tuntunan, guruhendaknya memberikantuntunan agar murid dapatmenjawab sendiri ketikaterdapat kesalahan dalammenjawab pertanyaanyang dilontarkan oleh guru(Suwarna, 2006: 74).

b.Sedangkan komponenketerampilan bertanya tingkatlanjut yang perlu diperhatikanadalah:1)Pengubahan tuntunan

tingkat kognitif, guruhendaknya dapatmengubah tuntunan tingkatkognitif siswa dalammenjawab pertanyaan daritingkat yang paling rendahmenuju tingkat yang lebihtinggi, yaitu: evaluasiingatan, pemahaman,penerapan, analisis, sintesis.

2)Pengaturan urutanpertanyaan, pertanyaanyang diajukan hendaknyamulai dari sederhanamenuju yang palingkompleks secara berurutan.

3)Pertanyaan pelacak,diberikan jika jawaban yangdiberikan peserta didikkurang tepat.

4) Mendorong terjadinyainteraksi, untuk mendorongterjadinya interaksi,sedikitnya perlumemperhatikan dua halberikut: pertanyaanhendaknya dijawab olehseorang peserta didik tetapiseluruh peserta didik diberikesempatan singkat untukmendiskusikan jawabannyabersama teman dekatnyadan guru hendaknya

106 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

menjadi dinding pemantul(Mulyasa, 2008 :77).

Keterampilan bertanyaguru yang baik dapat membuatsuasana kelas menjadi aktifdan siswa berpikir atau palingtidak merespon apa yangdisampaikan oleh guru. Padaprinsipnya, keterampilanbertanya dapat dibedakanmenjadi keterampilanbertanya dasar danketerampilan bertanya tingkatlanjut. Pertanyaan yangdiajukan oleh guru akanmembuat siswa termotivasidan bangkit rasa ingin tahunyaterhadap materi pelajaran.Selain itu pertanyaan yangdilontarkan oleh guru jugadapat dijadikan alat pemusatperhatian. Hal ini dapatdilakukan bila konsentrasianak atau siswa sedang tertujupada hal-hal lain selainpembelajaran. Selain itu,pertanyaan dapat puladifungsikan sebagai alat untukmendiagnosis kesulitan belajaryang sedang dialami siswadalam mempelajari sebuahmateri pelajaran.

2. In House TrainingMenurut Sujoko (2012:

40) In House Trainingmerupakan programpelatihan yangdiselenggarakan di tempat

sendiri,sebagai upaya untukmeningkatkan kompetensiguru dalam menjalankanpekerjaannya denganmengoptimalkan potensi-potensi yang ada. Sedangkanmenurut Danim (2011: 94) InHouse Training (IHT)merupakan programpelatihan yang dilaksanakansecara internal oleh kelompokkerja guru, sekolah atautempat lain yang ditetapkansebagai penyelenggaraanpelatihan yang dilakukanberdasarkan pada pemikiranbahwa sebagian kemampuandalam meningkatkankompetensi dan karier gurutidak harus dilakukan secaraeksternal, namun dapatdilakukan secara internal olehguru. Ketentuan pesertadalam IHT minimal 4 orangdan maksimal 15 orang.Berdasarkan pengertian dariSujoko dan Danim, nampakbahwa esensi dari IHT adalahkegiatan untuk meningkatkankemampuan guru denganmenggunakan segala saranadan prasarana yang ada disekolah. Dengan demikianyang dimaksud IHT dalampenelitian ini adalahpelatihan guru yangdilaksanakan berdasarkanpermintaan pihak sekolah,pesertanya berasal dari satu

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 107

sekolah, dengan materipelatihan yang disesuaikanoleh pihak sekolah khususnyadalam penggunaan alatperaga, dan dilaksanakan disekolah tempat guru tersebutbekerja.

Tujuan IHT menurut LuluKamaludin (2011: 2) danMeldona (2009: 234) yaitu: a)meningkatkan kualitasSumber Daya Manusia(SDM); b) memperbaikikinerja, c) menciptakaninteraksi antara peserta; d)mempererat rasakekeluargaan dankebersamaan; serta e)meningkatkan motivasi danbudaya belajar yangberkesinambungan. Dari sisikeuntungan Lulu Kamaludin(2011: 2) menyebutkan: a)Hasilnya lebih maksimal, b)Materinya lebih spesifik, c)Biaya lebih murah.

Berkaitan denganlangkah- langkah IHT,Marwansyah (2012: 170),menjelaskan bahwa IHTdilakukan melalui tiga fase,yaitu fase perencanaan, faseproses penyelenggaraan danfase evaluasi.1. Fase Perencanaan

Perencanaan mempunyaifungsi untuk menentukantujuan atau kerangkatindakan yang diperlukan

untuk mencapai tujuantertentu (Syukur, 2011: 9).Hal-hal yang perludilakukan pada fase inia d a l a h : m e n e n t u k a nsasaran pelatihan;menentukan tujuanpelatihan; menentukanpokok bahasan/materipelatihan; menentukanpendekatan danmetodologi pelatihan;menentukan pesertapelatihan dan fasilitator(trainer); menentukanwaktu dan tempatpelatihan; menentukansemua bahan yangdiperlukan dalampelatihan; menentukanmodel evaluasi pelatihan;menentukan sumber danapembiayaan yangdibutuhkan.

2.Fase Proses Penyeleng-garaanProses penyelenggaraanpelatihan pada dasarnyamerupakan implementasidari perencanaan. Fase inidibagi menjadi dua tahapanyaitu tahap persiapan dantahap pelaksanaanpelatihan. Pada tahappersiapan, proses pelatihandiantaranya meliputi:m e m p e r s i a p k a nkelengkapan bahanpelatihan (undangan

108 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

pemberitahuan, materi,jadwal, media, daftar hadir,instrumen evaluasi) dankesiapan sarana prasarana(tempat, fasilitas,konsumsi, peserta maupuntrainer) (Nawawi, 2008 :228).

3. Fase Evaluasi PelatihanFase evaluasi adalah

fase penilaian terhadapkegiatan pelatihan yangtelah dilaksanakan. Fase inibukan untuk menilaiprestasi hasil belajarpeserta pelatihanmelainkan penilaian yangdilakukan selamapelaksanaan kegiatan dansesudah kegiatan pelatihan(Nawawi, 2008:228). Faseevaluasi tersebutmerupakan fase terakhirdari seluruh pelaksanaanpelatihan, pada fase inidimaksudkan untukmenilai kegiatan pelatihanyang telah dilaksanakandan dilakukan selama dansesudah pelatihan.

Hasil dari evaluasitersebut kemudian akanmenjadi umpan balik,untuk melakukan prediksiatau perkiraan kebutuhanpelatihan selanjutnya.Melalui beberapa tahapandi atas, maka diharapkanpelaksanaan IHT dapat

mencapai tujuan yangdiharapkan.

C. Metode PenelitianPenelitian ini merupakan

penelitian tindakan. Penelitian inidilakukan dengan menggunakanpendekatan kuantitatif. Metodepenelitian kuantitatif dapatdiartikan sebagai metodepenelitian yang berlandaskanpada filsafat positivisme,digunakan untuk meneliti padapopulasi atau sampel tertentu,teknik pengambilan sampel padaumumnya dilakukan secararandom, pengumpulan datamenggunakan instrumenpenelitian, analisis data bersifatkuantitatif/statistik dengantujuan untuk menguji hipotesisyang telah ditetapkan (Sugiyono,2009:14).

Metode yang digunakandalam penelitian ini adalahmetode eksperimen denganbentuk Pre-Experimental Design.Dalam desain eksperimen initidak adanya variabel kontrol(kelas kontrol) dan tidak dipilihsecara random. Dikatakan Pre-Experimental Design karenadesain ini belum merupakaneksperimen sungguh-sungguh,karena masih terdapat variabelluar yang ikut berpengaruhterhadap terbentuknya variabeldependen. Jadi, hasil eksperimenyang merupakan variabel

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 109

dependen itu bukan semata-matadipengaruhi oleh vareiabelindependen (Sugiyono,2009:109). Secara lebihterperinci pada penelitian ini,peneliti menggunakan Pre-Experimental Design denganbentuk One Group Pretest-Posttest Design.

Penelitian denganmenggunakan model Pre-Experimental Design denganbentuk One Group Pretest-Posttest Design mengandungparadigma bahwa terdapat suatukelompok diberi treatment /perlakuan dan selanjutnyadiobservasi hasilnya, akan tetapisebelum diberi perlakuanterdapat pretest untukmengetahui kondisi awal. Dengandemikian, hasil perlakuan dapatlebih akurat karena dapatmembandingkan dengan keadaansebelum diberi perlakuan.

Alur dari penelitian ini adalahkelas yang digunakan kelaspenelitian (kelas eksperimen)diberi pre-test (O1) kemudiandilanjutkan dengan pemberianperlakuan/treatment (O2) yaituin house training tentangketerampilan bertanya gurusetelah itu diberi post-test. Secarasederhana desain penelitian dapatdilihat pada Tabel 3.1 berikut :

Keterangan :O1 : Tes awal (pre-test)

dilakukan sebelum inhouse training tentangketerampilan bertanyaguru.

X : Perlakuan (treatment)dengan in house trainingtentang keterampilanbertanya guru.

02: Tes akhir (post test)dilakukan setelah inhouse training tentangangan keterampilanbertanya guru

Teknik pengambilan datayang digunakan dalam penelitianini test yang terdiri atas tes awaldan tes akhir. Tes awal dalampenelitian ini adalah hasilobservasi kelas saatpembelajaran, dan tes akhiradalah observasi pasca IHT.Adapun lembar observasiterlampir dalam penelitian ini.

Teknik analisis data yangdigunakan dalam penelitian initerdiri atas analisis statistikdeskriptif dan statistik inferensialdengan menggunakan uji test.Semua analisis dalam penelitianini menggunakan SPSS 16.

110 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

D.Hasil Penelitian danPembahasan

Pada bagian ini akan disajikandata hasil observasi baik hasilobservasi saat pre test maupunpost test. Sampel yang digunakandalam penelitian ini adalahpurposive sampling denganresponden berjumlah 14 guru.Adapun hasil observasi dari 14responden menghasilkan datasebagai berikut:

Dari tabel di atas diketahuinilai minimum 21, maksimum 28,rerata 24,79 dengan standardeviasi 2,15. Secara grafis data diatas digambarkan sbb:

Setelah disajikan tabel pretestselanjutkan disajikan data hasilposttest sebagai berikut:

Statistics

Postest

N Valid 14

Missing 0

Mean 37.5000

Median 37.5000

Std. Deviation 2.50384

Minimum 33.00

Maximum 41.00

Dari tabel di atas diketahui nilaiminimum 33, maksimum 41,rerata 37,5 dengan standardeviasi 2,50. Secara grafis data diatas digambarkan sbb:

Pembahasan dalam penelitian inidiawali dengan uji normalitas.Adapun uji normalitas sebagaiberikut:

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 111

Tabel 4.3Hasil Uji Normalitas Data

Setelah uji normalitas, makadilakukan uji prasyarat yangkedua yakni Uji Homogenitasdengan hasil sebagai berikut:

Dari tabel 4.4. di atas diketahuinilai F 1,510>0,05 sehingga datadinyatakan homogen.Adapun Uji t digunakan untukmengetahui apakah Ho diterimaatau ditolak. Uji t yang digunakanadalah paired t test dengan hasilsebagai berikut:

Dari tabel di atas nilai sig (2-tailed)sebesar 0,000<0,05 sehingga Hoditolak yang artinya denganditerapkannya IHT tentangketerampilan bertanya gurudapat meningkatkanketerampilan bertanya guru.

Secara grafis perbandingan antarapretest dan posttest disajikansebagai berikut:

E. PenutupBerdasarkan data dan

analisis data dapat disimpulkansebagai berikut:1.Keterampilan bertanya guru

sebelum dilaksanakan IHTnilai minimum 21, maksimum28, rerata 24,79 denganstandar deviasi 2,15.

2.Keterampilan bertanya gurusetelah dilaksanakan IHTminimum 33, maksimum 41,rerata 37,5 dengan standardeviasi 2,50.

3.Nilai sig (2-tailed) sebesar0,000<0,05 sehingga Hoditolak yang artinya denganditerapkannya IHT tentangketerampilan bertanya gurudapat meningkatkanketerampilan bertanya guru.

112 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

DAFTAR PUSTAKA

Barnawi & Arifin, 2015. MicroTeaching. Yogyakarta: ArruzMedia

Buchari Alma, et. all., 2009. GuruProfesional . Bandung: Alfabeta.

Lulu Kamaludin, 2011. Pengertian inHouse Training. www:tikettraining

Meldona, 2009. Manajemen SDM.Malang: UIN Malang Pers

Mulyasa, E. 2008. Menjadi GuruProfesional MenciptakanPembelajaran Kreating danMenyenangkan. Bandung:Remaja Rosdakarya

Mulyasa, 2005. Menjadi Guru.Bandung: Remaja Rosdakarya

Nawawi, 2008. Manajemen SumberDaya manusia. Yogyakarta:UGM

Sardiman, 2014. Interaksi danMotivasi Belajar Mengajar.Jakarta: RajaGrafindo

Sugiyono, 2009. Metode PenelitianKuantitatif R & D. Bandung:Alfabeta

Sujoko, 2012. PeningkatanKemampuan Guru Melalui InHouse Training. JurnalPendidikan Penabur No. 18Tahun ke-11/Juni

Suwarna et. all., 2006. PengajaranMikro. Yogyakarta: TiaraWacana.

Uzer Usman, 2013. Menjadi GuruProfesional. Bandung; RemajaRosdakarya

Wina Sanjaya, 2009. StrategiPembelajaran BerorientasiStandar Proses. Jakarta:Kencana

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 113

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIDI SD MUHAMMADIYAH 3 CIREBON

Sudrajat dan Rie Ananda Ayu BidariFKIP-PGSD Universitas Muhammadiyah Cirebon

E-mail: [email protected] Amallia

SD Muhammadiyah 3 Cirebon

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikaninklusif di SD Muhammadiyah 3 Cirebon dan memberikan kesamaan

persepsi dan pemahaman antara pendidik dan stakeholder lainnyadalam proses pembelajaran untuk mengembangkan potensi siswa ABK.

Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha-usaha agar pendidikan padaumumnya dan khususnya proses pembelajaran di sekolah mengarahkepada upaya untuk pengembangan segenap dimensi kemanusiaan.

Kata kunci: Pendidikan Inklusi

A. PENDAHULUANBerdasarkan Undang-undang

RI nomor 20 tahun 2003 tentangsistem pendidikan nasional, bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadardan terencana untuk mewujudkansuasana belajar dan prosespembelajaran agar peserta didiksecara aktif mengembangkanpotensi dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukandirinya, masyarakat, bangsa danNegara.

Kemudian disebutkan padapasal 5 ayat (1) UU RI No. 20 Tahun2003 tentang Hak dan KewajibanWarga Negara memberikan jaminanbahwa: “Setiap warga Negaramempunyai hak yang sama untukmemperoleh pendidikan yangbermutu”. Sebagai perwujudan darihak warga Negara dan peraturanpemerintah mengenai wajib belajardi jenjang pendidikan dasarsembilan tahun yang berkualitasbagi seluruh anak (normal maupunberkebutuhan khusus) di Indonesia,pada pasal 5 ayat (2) UU RI No. 20

114 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

Tahun 2003 menjabarkan bahwa:“Warga Negara yang memilikikelainan fisik, emosional, mental,intelektual, dan/atau social berhakmemperoleh pendidikan khusus”.

Selanjutnya disebutkan pulapada pasal 32 ayat (1) UU RI No. 20Tahun 2003 tentang pendidikankhusus bagi peserta didik yangmemiliki tingkat kesulitan dalammengikuti proses pembelajarankarena kelainan fisik, emosional,mental, sosial, dan/atau memilikipotensi kecerdasan dan bakatistimewa.

Hal ini menunjukan bahwatidak ada halangan bagi siapapun dandimanapun untuk mendapatkanhaknya, termasuk hak dalamberpendidikan. Pendidikan tidakhanya diberlakukan bagi pesertadidik atau siswa normal saja,melainkan juga bagi siswaberkebutuhan khusus melaluisebuah layanan pendidikan khususagar dapat mengoptimalkankemampuan yang dimiliki.

Terdapat beberapa layananpendidikan bagi anak berkebutuhankhusus yang dapat dilakukan secaraterpadu dan terpisah. Hallahan danKauffman dalam Susilawati, et. al.(2017) mengemukakan beberapalayanan pendidikan bagi siswaberkebutuhan khusus yaitu:

1) Reguler Class Only (kelasbiasa dengan guru terpisah), 2)Reguler Class with Consultation(kelas biasa dengan konsultan guruPendidikan Luar Biasa), 3) Itinerant

Teacher (kelas biasa dengan gurukunjung), 4) Resource Teacher(Guru sumber yaitu kelas biasadengan guru biasa, namun dalambeberapa kesempatan anak beradadi ruang sumber dengan gurusumber), 5) Pusat-Diagnostic-Prescriptif, 6) Hospital orHomebound Instruction (pendidikandi rumah atau di rumas sakit, yaknikondisi anak yang memungkinkananak belum masuk ke sekolahbiasa), 7) Self-Contained (kelaskhusus di sekolah biasa bersamaguru PLB, 8) Special Day School(sekolah luar biasa tanpa asrama), 9)Residential School (sekolah luarbiasa berasrama).

Selain yang disebutkan di atas,pendidikan khusus bagi anakberkebutuhan khusus juga bisadidapatkan melalui pendidikaninklusif atau sekolah berbasis inklusi.Sistem pendidikan inklusif memberiketerbukaan bagi siapapun yangingin sekolah khususnya bagi anakberkebutuhan khusus tanpa merasatakut terdiskriminasi. Hal inidiperkuat dengan Pasal 3 PeraturanMenteri Pendidikan Nasional Nomor70 tahun 2009 menyatakan bahwa:“Setiap peserta didik yang memilikikelainan fisik, emosional, mental,sosial, atau memiliki potensikecerdasan dan/atau bakatistimewa berhak mengikutipendidikan secara inklusif padasatuan pendidikan tertentu sesuaidengan kebutuhan dan

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 115

kemampuannya”.Pendidikan inklusif

memberikan berbagai kegiatan yangmemungkinkan semua siswa(normal maupun berkebutuhankhusus) dapat berpartisipasi danberhasil dalam pembelajaran di kelasreguler yang ada di sekolahterdekat. Ilahi (2013), konseppendidikan inklusif merupakan“Konsep pendidikan yangmempresentasikan keseluruhanaspek yang berkaitan denganketerbukaan dalam menerima anakberkebutuhan khusus untukmemperoleh hak dasar merekasebagai warga Negara”. Konsep inimemberikan kesempatan bagi anakberkebutuhan khusus danmemberikan hak yang sama dengananak lainnya (normal) agarmendapatkan sebuah layananpendidikan.

Pada pelaksanaan layananpendidikan, Ilahi (2013)mengemukakan bahwa pendidikaninklusif memiliki beberapa tujuan,yaitu: 1) memberikan kesempatanseluas-luasnya kepada semuapeserta didik yang memiliki kelainanfisik, emosional, mental, dan sosialatau memiliki potensi kecerdasandan/atau bakat istimewa untukmemperoleh pendidikan yangbermutu sesuai dengan kebutuhandan kemampuannya; 2)mewujudkan penyelenggaraanpendidikan yang menghargaikeanekaragaman, dan tidakdiskriminatif bagi semua peserta

didik. Pendidikan inklusifmenampung segala bentukkekurangan dan kelebihan darianak-anak berkebutuhan khusus.

Mulyono dalam Ilahi (2013)mengemukakan bahwa Anakberkebutuhan khusus (ABK)dimaknai dengan anak-anak yangtergolong cacat atau yangmenyandang ketunaan, dan jugaanak potensial berbakat. KemudianAlimin dalam Susilawati, et. al.(2017) mengemukakan pula bahwa:“Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)dapat diartikan sebagai seorang anakyang memerlukan pendidikan yangdisesuaikan dengan hambatanbelajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual”.

Dapat disimpulkan bahwaAnak Berkebutuhan Khusus adalahanak dengan gangguan atauhambatan yang terjadi pada fisik,komunikasi, ataupun pada perilakusosialnya. Anak berkebutuhankhusus adalah anak yang dianggapmempunyai perbedaan dari kondisirata-rata anak lain seusianya, baikdalam hal fisik, intelektual, mentalataupun perilaku sosialnya.

Pada pendidikan inklusifseorang siswa dengan kebutuhankhusus diberikan pendidikan yangsama dengan siswa normal padaumumnya, namun bagi siswaberkebutuhan khusus harusdiberikan sebuah pengajaran yangberbeda dan dirancang khusus olehguru dan sekolah denganpenyesuaian kebutuhan siswa

116 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

sehingga tujuan pembelajaran yangdimaksud dapat dicapai tepatsasaran.

Pendidikan inklusif bagi siswaberkebutuhan khusus benar-benarharus dirancang denganperencanaan yang matang. Hal inidikarenakan agar tidak terjadidiskriminasi terhadap siswaberkebutuhan khusus melainkansiswa jadi lebih memahami artiperbedaan, saling menghargai danmenghormati sesama manusia, dansiswa berkebutuhan khusus pundapat menjalani pendidikannyadengan optimis sehingga mencapaihasil maksimal.

Penyelenggara pendidikaninklusi menuntut pihak sekolahmelakukan penyesuaian kurikulum,sarana dan prasarana pendidikan,maupun sistem pembelajaran yangdisesuaikan dengan kebutuhanindividu peserta didik (DirektoratPSLB 2004). Hal tersebutdikarenakan agar sekolah mampumenangani segala kebutuhan siswabaik normal maupun berkebuutuhankhusus dalam menerima materipelajaran dan beraktifitas di sekolahsehingga setiap pembelajaran yangdilaksanakan sekolah berjalandengan efektif.

Berdasarkan penelitian yangdilakukan oleh Nissa (2016)ditemukan berbagai masalah padasekolah penyelenggara pendidikaninklusif. Salah satunya terkaitpermasalahan pada siswa, yaituperlunya penanganan yang berbeda-

beda untuk setiap anakberkebutuhan khusus yangdisesuaikan dengan gangguan atauhambatannya. Selain itu anakdengan kebutuhan khusus punmengalami kesulitan untukmenyesuaikan diri dengan temansebayanya dan sulit mengikutimateri pelajaran di kelas sehinggamengakibatkan proses belajarmengajar menjadi tidak efektif.

Hal ini juga terjadi di SDMuhammadiyah 3 Kota Cirebon,bahwasannya siswa berkebutuhankhusus di kelas yang bercampurdengan anak normal kurang bisamengikuti pelajaran yang guruberikan. Berdasarkan hasilwawancara dan observasi di SDMuhammadiyah 3 Kota Cirebondiperoleh informasi bahwa siswaberkebutuhan khusus kurang bisamenyesuaikan diri dengan temansebanyanya apabila pembelajaran dikelas sedang berlangsung. Siswaberkebutuhan khusus di SDMuhammadiyah 3 Kota Cirebonrata-rata belum bisa mengontrolemosi dirinya, cenderung tidak bisadiam dan mengganggu temanlainnya saat pembelajaranberlangsung. Guru di SDMuhammadiyah 3 Kota Cirebonjuga terkadang mengalami kesulitandalam membangun komunikasidengan siswa berkebutuhan khususdi kelas, karena guru-guru disanakurang memahami bagaimana caraberkomunikasi dengan siswaberkebutuhan khusus.

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 117

ketidakmampuan guru dalammembangun komunikasi yang baikdapat berdampak pada efektivitaspembelajaran siswa di kelas.

Kondisi psikologi dan emosisiswa berkebutuhan khusus yangcenderung kurang bisa dikontrolmemberikan dampak terhadapkeefektifan dan kekondusifan dalampembelajaran di kelas. Melihatkondisi tersebut, melalui penugasandosen di sekolah, penulis tertarikuntuk mengetahui lebih dalam lagibagaimana implementasi pendidikanInklusi di SD Muhammadiyah 3Cirebon.

B. PEMBAHASANPendidikan Inklusif

Menurut DirektoratPembinaan SLB (2007) dalamGarnida (2015), bahwa “Pendidikaninklusif adalah sistem layananpendidikan yang memberikankesempatan kepada semua anakbelajar bersama-sama di sekolahumum dengan memperhatikankeragaman dan kebutuhanindividual, sehingga potensi anakdapat berkembang secara optimal”.

Pendidikan inklusif merupakansistem pendidikan yang menghargaibahwa makhluk yang berbeda-beda;(2) menghargai dan menghormatibahwa semua orang merupakanbagian dari masyarakat; (3)diciptakan untuk membangunsebuah masyarakat, sehinggasebagai masyarakat normal ditandaidengan adanya keberagaman dari

setiap anggota masyarakatnya(Garnida, 2015).

a) Tujuan PendidikanInklusifPendidikan inklusif diIndonesia diselenggarakandengan tujuan:1)Memberikan kesempatan

yang seluas-luasnyakepada semua anak(termasuk anakberkebutuhan khusus)mendapatkan pendidikanyang layak sesuai dengankebutuhannya.

2)Membantu mempercepatprogram wajib belajarpendidikan dasar.

3)Membantu meningkatkanmutu pendidikan dasardan menengah denganmenekan angka tinggalkelas dan putus sekolah.

4)Menciptakan sistempendidikan yangm e n g h a r g a ikeanekaragaman, tidakdiskriminatif, serta ramahterhadap pembelajaran.

5)Memenuhi amanatUndang-Undang Dasar1945, khususnya pasal 32ayat 1 yang berbunyi“setiap warga Negaraberhak mendapatpendidikan”, dan ayat 2yang berbunyi “setiapwarga Negara wajibmengikuti pendidikandasar dan pemerintah

118 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

wajib membiayainya”(Garnida, 2015).

b) Manfaat PendidikanInklusifLayanan pendidikan inklusif

membantu untuk memastikanbahwa anak-anak dengan dan tanpamengalami hambatan dapat tumbuhhidup bersama. Oleh karena itu,Garnida (2015) mengemukakanbeberapa manfaat pendidikaninklusif, diantaranya:

1) Manfaat bagi peserta didik(siswa)

( a ) A n a k - a n a km e n g e m b a n g k a np e r s a h a b a t a n ,persaudaraan, danbelajar bagaimanabermain dan berinteraksisatu sama lain.

(b)Anak-anak mempelajaribagaimana harusbersikap toleranterhadap orang lain.

(c)Melatih dan membiasakanuntuk menghargai danmerangkul perbedaandengan menghilangkanbudaya “labeling” ataumemberi cap negatifpada orang lain.

(d)Memunculkan rasapercaya diri melalui sikappenerimaan danpelibatan di dalam kelas.

(e)Anak-anak dengankebutuhan khusus

memiliki kesempatanuntuk belajarketerampilan barudengan mengamati danmeniru anak-anak lain.

2)Manfaat bagi guru(a) Guru berkembang secara

profesional denganm e n g e m b a n g k a nketerampilan baru danmemperluas perspektifmereka tentangperkembangan anak.

(b)Guru belajar untukberkomunikasi denganlebih efektif dan bekerjasebagai tim.

(c)Guru membangunhubungan yang kuatdengan orang tua.

(d)Guru berusaham e n i n g k a t k a nkredibilitas merekasebagai seorangprofessional yangberkualitas.

(e)Guru senantiasam e n g e m b a n g k a nkreativitas dalammengelola pembelajarandi kelas maupun di luarkelas.

(f)Guru tertantang untukterus belajar melaluiperbedaan yang dihadapidi kelas.

(g)Guru melatih dan terbiasauntuk memiliki budayakerja yang positif, kreatif,

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 119

inovatif, fleksibel, danakomodatif terhadapsemua anak didiknyadengan segala perbedaan.

3)Manfaat bagi orangtua dankeluarga

(a)Menjadi lebih mengetahuisistem belajar di sekolah.

( b ) M e n i n g k a t k a nkepercayaan pada gurudan sekolah.

(c)Memperkuat tanggungjawab pendidikan anak disekolah dan di rumah.

(d)Mengetahui danm e n g i k u t iperkembangan belajaranak.

(e)Mempermudah mengajakanak belajar di sekolah.

(f)Semua keluarga harusbelajar untukmempelajari lebih lanjuttentang perkembangananak.

4)Manfaat bagi masyarakat( a ) M e n g o n t r o l

t e r l a k s a n a n y ap e n y e l e n g g a r apendidikan inklusi dilingkungannya.

(b)Sebuah komunitas akanmenjadi lebih mudahmenerima danmendukung semuaorang.

(c) Pendidikan inklusifmembantu anakberkebutuhan khusus

untuk menjadi lebih siapuntuk tanggung jawabdan hak-hak kehidupanmasyarakat.

(d)Meningkatkan tanggungjawab terhadappendidikan anak disekolah dan dimasyarakat.

(e)Ikut menjadi sumberbelajar dan semakinterbuka dan ramahbermitra dengan sekolah.

c)Manajemen PendidikanInklusif

Garnida (2015) manajemenpendidikan inklusif secara umumtidak terlepas dari seni dan ilmumengelola sumber daya pendidikanuntuk mencapai tujuan secara efektifdan efisien. Efektivitas dan efisiensimerupakan dua komponen pentingyang diperlukan dalam menentukanatau mengukur kinerja suatulembaga atau organisasi.

Manajemen pendidikaninklusif merupakan prosespengaturan dan pengelolaan sumberdaya yang terkait denganpenyelenggaraan pendidikan inklusifmeliputi perencanaan, pelaksanaan,mentoring, dan evaluasi serta tindaklanjut hasil evaluasi. Manajemenpendidikan inklusif merupakanproses yang terkait erat dengantujuan dan efektivitas serta efisiensipenyelenggaraan sistem pendidikanbagi seluruh anak, tanpa terkecuali.

120 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

1. Ruang lingkupMenurut Garnida (2015),

komponen atau ruang lingkupmanajemen sekolah inklusif meliputipengelolaan peserta didik,kurikulum, pembelajaran, tenagakependidikan, sarana dan prasarana,pembiayaan, lingkungan, dankegiatan.

Sapon Shevin O’Neil dalamGarnida (2015) bahwa pendidikaninklusif sebagai sistem layananpendidikan yang mempersyaratkanagar semua anak berkelainandilayani di sekolah-sekolah terdekat,di kelas regular bersama-samateman seusianya. Pada tahap awal,agar memudahkan pengelolaankelas, seharusnya setiap kelasinklusif dibatasi tidak lebih dari duajenis anak luar biasa, dan jumlahkeduanya tidak lebih dari lima anak.

2. KurikulumGarnida (2015)

mengemukakan bahwa kurikulumyang digunakan di kelas inklusifadalah kurikulum anak normal(regular) yang disesuaikan dengankemampuan dan karakteristikpeserta didik. Penyesuaian tersebutdapat dilakukan pada beberapa haldi bawah ini:

a) Alokasi waktub) Isi/materic) Proses belajar-mengajard) Media, bahan, dan sarana-

prasaranae) Lingkungan belajarf) Pengelolaan kelas

3. Proses pembelajaranKegiatan pembelajaran

merupakan inti dari pelaksanaankurikulum. Mutu pendidikan danatau mutu lulusan juga dipengaruhioleh mutu kegiatan pembelajaran.Pelaksanaan kegiatan pembelajaranharus dirancang dengan baik,disesuaikan dengan kemampuan dankebutuhan individu siswa, didukungdengan kompetensi guru, mediapembelajaran, sumber belajar, danstrategi pembelajaran yangmemadai, sesuai dengan standarpenilaian minimal (Garnida: 2015).

Sehubungan dengan teori diatas, maka Garnida dalam bukunyamengemukakan hal yang harus adadalam suatu pendidikan denganbasis inklusi,yaitu perencanaan,pelaksanaan, evaluasi hasil belajar,dan pengawasan pembelajaran.

Perencanaan pembelajaranyang dilakukan di dalam kelas inklusiharuslah disesuaikan denganhambatan dan kebutuhan siswakhususnya siswa berkebutuhankhusus. Guru juga harus menyusunrencana program pembelajaran(RPP) atau program pembelajaranindividual (PPI), serta menyusuninstrument evaluasinya yangdisesuaikan dengan kurikulum yangberlaku di sekolah tersebut. Karenadalam sekolah inklusi siswanyaheterogen, maka pelaksanaanpembelajarannya pun disesuaikandengan karakteristik belajar siswa

Evaluasi hasil pembelajaran

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 121

disini meliputi penilaian yang dapatmengukur kompetensi dasar yang diawal sudah tertulis dalam RPP atauPPI. Sedangkan pengawasandilakukan oleh kepala sekolah,komite sekolah, orangtua siswa,serta stakeholder sekolah gunamemperbaiki kualitas pembelajarandi sekolah (Garnida: 2015).

Penulis menyimpulkanbahwa pembelajaran dalam sekolahinklusi haruslah disesuaikan dengankebutuhan siswanya agar segalanyaberjalan dengan efektif dan optimal.Apabila mutu pembelajarannyabagus, dapat diperkirakan bahwalulusannya pun bagus. Sebaliknyaapabila mutu pembelajaran tidakbagus, dapat diperkirakan bahwalulusannya pun tidak bagus.

4. Proses penilaianMenurut Garnida (2015)

mengemukakan bahwa penilaiandalam setting pendidikan inklusifmengacu pada modelpengembangan kurikulum yangdipergunakan, yaitu:

a) Apabila anak berkebutuhankhusus mengikuti kurikulumumum yang berlaku untukpeserta didik pada umumnyadi sekolah, makapenilaiannya menggunakansistem penilaian yang berlakudi sekolah tersebut.

b) Apabila anak berkebutuhankhusus mengikuti kurikulummodifikasi, makamenggunakan sistem

penilaian yang dimodifikasisesuai dengan kurikulumyang dipergunakan.

c) Apabila anak berkebutuhankhusus mengikuti kurikulumprogram pembelajaranindividualisasi (PPI), makapenilaiannya bersifatindividual dan didasarkanpada kemampuan dasar yangdimiliki oleh setiap ABK.

5. Guru dan tenagakependidikanPendidik atau guru yang

terlibat di sekolah inklusif yaitu gurukelas/guru mata pelajaran dan GuruPembimbing Khusus (GPK). GPKadalah guru yang mempunyai latarbelakang pendidikan khusus atauguru yang pernah mendapatpelatihan mengenai pendidikankhusus (luar biasa) yang ditugaskandi sekolah inklusi (Garnida: 2015).

Tugas guru kelas antara lain:(1) menciptakan iklim belajar yangkondusif sehingga anak-anakmerasa nyaman belajar di kelas; (2)menyusun dan melaksanakanasesmen pada semua anak untukmengetahui kemampuan dankebutuhannya; (3) menyusunProgram Pembelajaran Individual(PPI) bersama dengan gurupendidikan khusus; (4)melaksanakan kegiatan belajar-mengajar dan mengadakanpenilaian; (5) memberikan programremedy; (6) melaksanakanadministrasi kelas sesuai dengan

122 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

bidang tugasnya.Sedangkan tugas guru mata

pelajaran/bidang studi antara lain:(1) menciptakan iklim belajar yangkondusif; (2) menyusun danmelaksanakan asesmen; (3)menyusun program pembelajaranIndonesia (PPI); (4) melaksanakankegiatan belajar mengajar; dan (5)memberikan program perbaikan.

Tugas guru pendidikankhusus antara lain: (1) menyusuninstrument asesmenpendidikanbersama dengan gurukelas dan guru mata pelajaran; (2)membangun sistem koordinasiantara guru, pihak sekolah, danorang tua peserta didik; (3)melaksanakan pendampingan anakberkebutuhan khusus pada kegiatanpembelajaran; (4) memberikanbantuan layanan khusus bagi anak-anak berkebutuhan khusus yangmengalami hambatan dalammengikuti kegiatan pembelajaran;(5) memberikan bimbingan secaraberkesinambungan dan membuatcatatan khuus; (6) memberikanbantuan (berbagi pengalaman) padaguru kelas dan guru mata pelajaranagar mereka dapat memberikanpelayanan pendidikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus(Garnida: 2015).

d) Pembelajaran di SekolahInklusif

(a)Rancangan PembelajaranKegiatan pembelajaranhendaknya dirancang sesuai

kebutuhan peserta didik,kemampuan dan karakteristikpeserta didik, serta mengacu padakurikulum yang dikembangkan.Garnida (2015), hal-hal yang perludiperhatikan dalam merancangkegiatan pembelajaran padasekolah penyelenggarapendidikan inklusif, yaitu:

(1) Menyusun rencana pembelajaran(2)Melaksanakan kegiatan

pembelajaran(3)Melaksanakan evaluasi

(b) Program PembelajaranIndividual

Program pembelajaranindividual disusun oleh pihak-pihakyang terkait dengan proses belajar-mengajar siswa. Pihak-pihaktersebut adalah guru kelas, gurubidang studi, psikolog atau psikiatris,orang tua siswa, terapis, dan pihaklain yang ikut menunjang programbelajar-mengajar siswa (Garnida:2015). Program pembelajaranindividu ini sifatnya fleksibel,disesuaikan dengan hambatan danpenanganan yang paling sesuaiuntuk perkembangan siswa.

(c) Pelaksanaan PembelajaranKegiatan pembelajaran dalam

setting inklusif akan berbeda baikdalam strategi, kegiatan, media,maupun metode. Pada settinginklusif, guru hendaknya dapatmengakomodasi semua kebutuhansiswa di kelas yang bersangkutan,termasuk membantu mereka

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 123

memperoleh pemahaman yangsesuai dengan gaya belajarnyamasing-masing.

Pelaksanaan pembelajaranpada model kelas tertentu mungkinberbeda dengan pelaksanaanpembelajaran pada model kelas yanglain. Pada model kelas reguler,bahan belajar antara anak luar biasadengan anak normal mungkin tidakberbeda secara signifikan, namunpada model kelas reguler dengangabungan, bahan belajar antarasiswa luar biasa dengan siswa normalbiasanya tidak sama, bahkan antarasesama siswa luar biasa pun dapatberbeda. Oleh karena itu setelahditetapkan model penempatan siswaluar biasa yang perlu dilakukanberikutnya dalam pelaksanaankegiatan pembelajaran pada kelasinklusif antara lain:

(1) Merencanakan kegiatanpembelajaran

(2) Melaksanakan kegiatanpembelajaran

(3) Mengelola interaksi antarpribadi

Anak Berkebutuhan KhususAnak Berkebutuhan Khusus

(ABK) adalah anak yang dalampendidikan memerlukan pelayananyang spesifik, berbeda dengan anakpada umumnya. Anak berkebutuhankhusus ini mengalami hambatandalam belajar dan perkembangan.Oleh sebab itu, mereka memerlukanlayanan pendidikan yang sesuaidengan kebutuhan belajar masing-

masing anak.Secara umum rentangan

anak berekebutuhan khususmenurut Garnida (2015) meliputidua kategori yaitu: anak yangmemiliki kebutuhan khusus yangbersifat permanen, yaitu akibat darikelainan tertentu, dan anakberkebutuhan khusus yang bersifattemporer, yaitu meraka yangmengalami hambatan belajar danperkembangan yang disebabkankondisi dan situasi lingkungan.Misalnya, anak yang mengalamikesulitaan dalam menyesuaikan diriakibat kerusuhan dan bencana alam,atau tidak bisa membaca karenakekeliruan guru mengajar, anakyang mengalami hambatan belajardan perkembangan karenakemiskinan dan sebagainya. Anakberkebutuhan khusus temporer,apabila tidak mendapatkanintervensi yang tepat dan sesuaidengan hambatan belajarnya, bisamenjadi permanen.

a)Klasifikasi AnakBerkebutuhan Khusus danPembelajarannya

1) Anak TunanetraTunanetra disebut juga

hambatan penglihatan. Katatunanetra terdiri dari kata tuna dannetra. Menurut School dalamSusilawati, et. al (2017), tuna netraatau anak yang mengalami gangguanpenglihatan dapat didefinisikansebagai anak yang rusakpenglihatannya walaupun dibantu

124 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

dengan perbaikan, masihmempunyai pengaruh yangmerugikan bagi anak yangbersangkutan. Tunanetradiklasifikasikan dalam dua golongan,yaitu buta total (blind) dan lemahpenglihatan (low vision). Keadaanlemah penglihatan atau akurasipenglihatan kurang dari 6/60 setelahdikoreksi atau tidak lagi melihatdisebut tunanetra.

Bagi tujuan pendidikan,individu yang mengalami kebutaanadalah individu yang sangatterganggu, yang harus diajarkanmembaca dengan huruf Braille ataudengan menggunakan metode aural(audiotape). Adapun individu yangmelihat sebagian (partially sighted)dapat membaca buku walaupunmereka membutuhkan peralatanyang dapat memperbesar bacaanatau membaca buku dengan hurufyang besar-besar (Telford & Sawreydalam Hildayani, 2014).

Keterbatasan anak tunanetrameliputi tiga hal, yaitu: (1)Keterbatasan dalam konsep danpengalaman baru; (2) Keterbatasandalam berinteraksi di lingkungan;dan (3) Keterbatasan dalammobilitas. Berdasarkanketerbatasan yang dimiliki anaktunanetra, maka dalampembelajarannya diperlukan mediabelajar braile bagi tunanetra totaldan alat pembesar tulisan bagi lowvision. (Garnida, 2015).

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis menyimpulkan bahwa

tunanetra adalah gangguan yangterjadi pada indera penglihatan yangdapat mengganggu pembelajarandan aktivitas sehari-hari. Terdapattunanetra total dan lemahpenglihatan (low vision) denganpembelajaran yang membutuhkanmedia braile untuk penderitatunanetra total dan alat pembesartulisan untuk penderita lemahpenglihatan.

2) Anak TunarunguMenurut Moores dalam

Mangunsong (2014), definisi dariketunarunguan adalah kondisidimana individu tidak mampumendengar dan hal ini tampak dalamwicara atau bunyi-bunyian lain, baikdalam derajat frekuensi atauintensitas.

Hildayani (2014),menyebutkan bahwa anak yangtidak dapat mendengar bunyi padatingkat intensitas (kenyaringan)tertentu diklasifikasikan sebagai tuli,selain daripada itu dipandangsebagai hard of hearing. Sensitivitaspendengaran diukur dengan decibel(dB), dan orang yang tuli adalahorang yang kehilangan pendengaransekitar 90 dB atau lebih.

Berdasarkan pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwatunarungu adalah sebutan bagiseseorang yang menderita ataumengalami hambatan terhadappendengarannya baik sebagian atauseluruh pendengarannya. Seseorangdengan hambatan pendengaran

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 125

biasanya mengalami gangguan jugaterhadap kemampuan bicara.

Pada pembelajaran, guruharus mampu mengembangkankemampuan berbahasa danberbicara anak tunarungu. Yaitudengan melakukan metode tangkapdan peran ganda. Maksud darimetode tangkap dan peran gandaadalah guru harus dapat menangkapapa yang diungkapkan anak melaluisuara atau isyarat atau gerakantubuh anak, kemudianmembahasakannya, dengan kata lainguru berperan sebagai anak danmengucapkan apa yang ingindiungkapkan anak tunarungu,selanjutnya guru menanggapiungkapan tersebut sehingga terjadipercakapan (Wardani, 2013).

Peneliti dapat menyimpulkanbahwa anak tunarungu adalah anakyang mengalami hambatan dalampendengarannya, baik hambatansebagian ataupun keseluruhandimana kedua hambatan tersebutmemerlukan pembelajaran untukmengembangkan bahasa dan bicaramereka, karena anak denganhambatan pendengaran pastimengalami hambatan juga dalamberbicara.3) Anak Tunagrahita

Menurut Somantri dalamSusilawati et.al. (2017), tunagrahitaberasal dari kata tuna dan grahitayang berarti kata tuna artinyakurang atau rusak atau cacat, dangrahita artinya mental. Sedangkanmenurut Delphie (2009) anak

tunagrahita adalah anak yangmemiliki masalah dalam belajar yangdisebabkan adanya hambatanperkembangan intelegensi, mental,emosi, sosial, dan fisik.Berdasarkan pendapat di atas,peneliti dapat simpulkan bahwatunagrahita adalah suatu hambatanatau kerusakan pada perkembanganyang dilalui manusia dalam hidup.Hambatan ini bukan hanya berupakekurangan dalam intelektualnyasaja, melainkan juga hambatan padamental, emosi dan juga fisiknya.Terdapat beberapa klasifikasi bagianak penderita tunagrahita.Klasifikasi ini dapat dilihat dari sudutpandang medis (tipe klinis), sudutpandang pendidikan, dan sudutpandang sosiologis. Berikutklasifikasi dari sudut pandang medis(tipe klinis):(a) Down Syndrom (Mongoloid)Susilawati, et. al (2017), anak ini bisadisebut sebagai kembar duniakarena kesamaan ciri-ciri fisik yangmenyerupai orang mongol yaitumata sipit dan miring, lidah tebal danterbelah-belah serta biasanyamenjulur keluar, telinga kecil, tangankering, pipi bulat, tulang tengkorakmuka hingga belakang tampak pe

(b) KretinSusilawati, et. al (2017), anak

tipe kretin nampak seperti orangcebol dengan ciri fisik badan pendek,kaki tangan pendek, kulit kering,tebal, keriput, rambut kering, kukupendek dan tebal.

126 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

(c) H y d r o c e p h a l u s ,Microcephalus, Macrocephalus,Brachicephalus, danSchaphocephalus

Susilawati, et. al (2017)menyatakan bahwa istilah-istilahtersebut menunjukkan kelainanbentuk dan ukuran kepala yaituHydrocephalus (bentuk ukurankepala yang sangat besar),Microcephalus (bentuk ukurankepala yang kecil), Macrocephalus(ukuran lepala lebih besar),Brachicephalus (bentuk kepala yangmelebar), dan Schaphocephalus(ukuran kepala yang memanjang).

(d) Brain Damage (Rusak Otak)Susilawati, et. al (2017), Brain

Damage atau rusak otakberpengaruh terhadap berbagaikemampuan yang dikendalikan olehsusunan saraf pusat. Kerusakansaraf pusat dapat menyebabkangangguan kecerdasan, gangguanpengamatan, gangguan perilaku,gangguan perhatian, dan gangguanmotorik.(e) Cerebral Palsy (Kelumpuhan

pada Otak)Susilawati, et. al (2017),

kelumpuhan pada otak akanmengganggu kecerdasan. Disampingitu kemungkinan mengganggu pusatkoordinasi gerak, sehingga kelainancerebral palsy selain mengalamigangguan kecerdasan jugamengalami ganguan koordinasigerak.

Selain klasifikasi di atas, adapula klasifikasi lain dari sudutpandang pendidikan. Berikutpenjabarannya:(1) Mampu didik

Susilawati, et. al. (2017), IQanak mampu didik berkisar 50/55-70/75. Pada umumnya kondisi fisiktidak berbeda dengan anak normallainnya.Mereka masih bisa didik(diajarkan) membaca, menulis, danberhitung.(2) Mampu latih

Susilawati, et. al (2017), IQanak mampu latih berkisar 20/25 –50/55. Pada kondisi fisiknya sudahdapat terlihat perbedaan dengananak normal, tetapi ada sebagiananak yang mempunya fisik normal.(3) Perlu rawat

Susilawati, et. al (2017), IQanak perlu rawat ini kurang dari 25.Pada kegiatan sehari-hari merekabutuh bantuan orang lain (perlurawat). Intelegensinya tidak mampumenerima pendidikan secaraakademis.Sebagian besar dari anakpada kelompok ini tidak dapatbergerak atau sangat terbatas padagerakannya dan hanya mampumengandalkan komunikasi verbalyang belum sempurna.

Menurut Wardani (2013),terdapat beberapa pelayanan yangharus dilakukan dalampembelajaran anak tunagrahitayaitu:(a) Bahasa yang digunakan

dalam berinteraksi dengan anak

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 127

tunagrahita adalah bahasasederhana, tidak berbelit, jelas,dan menggunakan kata-kata yangsering didengar oleh anak-anak.

(b) Tunagrahita ditempatkan dibagian depan kelas danberdekatan dengan anak yangkira-kira hampir samakemampuannya. Apabila ia dikelas anak normal maka iaditempatkan dekat anak yangdapat menimbulkan sikapkeakraban.

(c) Selain ada program umumyang diperkirakan semua anak dikelas itu dapat mempelajarinya,perlu disediakan juga programkhusus untuk anak tunagrahitayang kemungkinan mengalamikesulitan di kelas.

Peneliti dapat menyimpulkanbahwa anak tunagrahita adalah anakdengan hambatan intelekual, emosi,mental, sosial, dan fisiknya. Jikadilihat dari sudut pandang medis,tunagrahita diklasifikasikan dengandown syndrome, kretin,Hydrocephalus, brain damage, dancerebral palsy. Sedangkan jika dilihatdari sudut pendidikan, makatunagrahita diklasifikasikan anakyang mampu didik, mampu latih,dan perlu rawat. Pembelajaranuntuk anak tunagrahita padaprinsipnya tidak berbeda denganpendidikan pada umumnya. Hanyasaja dalam menentukanpembelajaran harus memperhatikantujuan pelajaran, karakteristik

murid, dan ketersediaan fasilitas.4) Anak Tunalaras

Peraturan Pemerintah No. 72dalam Wardani (2013)menyebutkan bahwa tunalarasadalah gangguan atau hambatanatau kelainan tingkah laku sehinggakurang dapat menyesuaikan diridengan baik terhadap lingkungankeluarga, sekolah, dan masyarakat.Kemudian Undang-undang tentangPendidikan Luar Biasa (PLB) diAmerika Serikat dalam Wardani(2013) mengemukakan pengertiantunalaras dengan istilah gangguanemosi. Gangguan emosi adalah suatukondidi yang menunjukkan gejalaberikut: (1) ketidakmampuanbelajar dan tidak dapat dikaitkandengan faktor kecerdasan,pengindraan atau kesehatan; (2)ketidakmampuan menjalinhubungan yang menyenangkanteman dan guru; (3) bertingkah lakuyang tidak pantas pada keadaannormal.

Menurut Garnida (2015),pembelajaran bagi anak tunalarasyang harus diperhatikan guru antaralain:(a) Perlu adanya penataan

lingkungan yang kondusif danmenyenangkan bagi setiap anak

(b) Kurikulum hendaknyadisesuaikan dengan hambatan danmasalah yang dihadapi oleh setiapanak.

(c) Adanya kegiatan yangbersifat kompensatoris sesuai

128 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

dengan bakat dan minat anak.(d) Perlu adanya pengembangan

akhlak atau mental melaluikegiatan sehari-hari dan contohdari lingkungan.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa anakdengan penderita tunalaras yaituanak dengan gangguan perilakukurang atau tidak sesuai dengannorma-norma yang berlaku dalamkehidupan sehari-hari baik disekolah maupun di lingkungansosialnya. Pembelajarannya punmemerlukan perhatian khusus dariguru dan harus menyenangkandengan pengembangan akhlak danmental anak.

5)Anak TunadaksaTunadaksa atau hambatan

fisik motorik berasal dari katatunadan daksa. Kata tuna artinyakurang, atau rusak, atau cacat, dandaksa artinya tubuh. Sehingga tunadaksa merupakan sebutan untukmereka yang mengalami kerusakanatau cacat pada anggota tubuhnya(Susilawati, et.al 2017).

Sedangkan MenurutMangunsong (2011), tunadaksamempunyai pengertian yang luas dimana secara umum dikatakan:

ketidakmampuan tubuhsecara fisik untukmenjalankan fungsi tubuhseperti dalam keadaannormal. Hasil berbagaiseminar dan diskusi di bidang

pendidikan mengungkapkanpengertian anak tunadaksasebagai anak yang menderitahambatan akibatpoliomyelitis, akibatkecelakaan, akibat keturunancacat sejak lahir, kelainanotot-otot akibat peradanganotak, dan kelainan motorikyang disebabkan olehkerusakan pada pusat sarafatau cerebrum.

Menurut Garnida (2015),sebelum memberikan pembelajaranbagi anak tunadaksa, harusmemperhatikan kesehatan anak,kemampuan gerak danmobilitasanak, kemampuankomunikasi, kemampuan dalammerawat diri, posisi penggunaan alatbantu dan posisi duduk pada saatmenerima pelajaran. Selain itumenurut Wardani (2013), bahwaproses pendidikan anak tunadaksasedapat mungkin memanfaatkandan mengembangkan indra-indrayang ada dalam diri anak karenabanyak anak tuna daksa yangmengalami gangguan inderasehingga dapat membantu prosespemahaman.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti dapat menyimpulkanbahwa anak tunadaksa adalah anakyang mengalami kelainan fisik ataucacat tubuh. Selain itu sebutantunadaksa juga digunakan untukanak penyandang bentuk kelainan

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 129

atau kecacatan pada sistem otot,tulang dan persendian, yang dapatmengakibatkan gangguan. Denganketerbatasan yang mereka miliki,pembelajaran di sekolah harusberlangsung denganmemberdayakan indra-indra yangmasih berfungsi yang masih dimilikianak.

6)Lamban Belajar (SlowLearner)

Lamban belajar (slowlearner) adalah anak yang tingkatintelegensinya sedikit di bawah anaknormal (biasanya memiliki IQsekitar 80-85). Anak slow learneradalah anak yang memiliki prestasibelajar rendah di bawah rata-rataanak pada umumnya. Karena IQ nyarendahh mengakibatkankemampuan belajar anak akan lebihlambat. Tidak hanya kemampuanakademiknya saja yang terhambat,tetapi dalam kemampuanakademiknya juga, misalnya dalammenggunakan alat tulis, olahraga,atau memakai pakaian (Garnida,2015).

Anak lamban belajarmembutuhkan waktu belajar yanglebih lama. Oleh karena itu guruharus sabar dan tidak terlalu cepatdalam menjelaskan materipelajaran. Anak yang lemban belajarjuga harus diperbanyak dalamlatihan dan juga diperlukan adanyaremedial (Garnida, 2015).

Peneliti dapat menyimpulkan

bahwa lamban belajar adalah kondisidimana anak memiliki dayaintelektual di bawah rata-rata anakpada umumnya sehingga merekamengalami kelambatan dalamberpikir, untuk itu dibutuhkanpembelajaran yang lebih lambat jugadari anak lainnya dan jugamembutuhkan latihan lebih banyakpada saat belajar.

7) Anak BerbakatMenurut United States

Office of Education (USOE) dalamMangunsong (2011), anak berbakatadalah:

Mereka yangdiidentifikasikan oleh orang-orang profesional bahwamereka memilikikemampuan yang menonjol,dapat memberikan prestasiyang tinggi. Merekamembutuhkan programpendidikan yangberdiferensiasi dan/ataupelayanan diluar jangkauanprogram sekolah biasa agardapat merealisasikansumbangannya baikterhadap diri sendiri maupunterhadap masyarakat.Sedangkan menurut Garnida

(2015), menyatakan bahwa anakberbakat adalah anak yang memilikipotensi kecerdasan (intelegensi),kreativitas, dan tanggung jawabterhadap tugas di atas anak-anakseusianya, sehingga untuk

130 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

mengoptimalkan potensinya,diperlukan pelayanan pendidikankhusus.

Menurut Wardani (2013),beberapa hal yang perludiperhatikan dalam pembelajaranbagi anak berbakat adalah: (1)Pembelajaran anak berbakat harusdiwarnai dengan kecepatan dantingkat kompleksitas yang lebihsesuai dengan kemampuan yanglebih tinggi dari anak normal; (2)Pembelajaran pada anak berbakattidak saja mengembangkankecerdasan intelektual semata,tetapi pengembangan kecerdasanemosional juga patut mendapatperhatian.

Kemudian Mangunsong(2011) menyatakan bahwaumumnya rencana yangdikembangkan untuk membantumengoptimalkan pengembangananak berbakat secara optimal adalahprogram enrichment dan akselerasi.Program enrichment adalahprogram dimana siswa diberikantambahan pengalamanpembelajaran, namun siswa tetapberada di tingkat kelas yang sesuaidengan usia kronologis mereka.Sedangkan program akselerasiadalah program penempatan bagisiswa berbakat pada tingkat kelasyang lebih tinggi dari tingkat kelasanak seusia mereka.

Berdasarkan pemaparanpara ahli di atas, penelitimenyimpulkan bahwa anakdikatakan berbakat tidak hanya

dilihat pada kemampuanakademiknya saja, tetapi juga bakat-bakat lain (non-akademik) yangdimiliki seorang anak.Pembelajarannya pun harusdisesuaikan dengan tingkatkecepatan intelegensi dankompleksitas anak, selain itupengembangan kecerdasanemosional juga perlu untukmenunjang intelegensi anakberbakat.

Agar lebih mudah dalammemodifikasi pembelajaran bagisiswa berkebutuhan khusus,hendaknya guru memahami prinsip-prinsip dasar dalam pembelajaranuntuk siswa berkebutuhan khusus,menurut Wardani (2013) sebagaiberikut:(1) Prinsip individual

Prinsip individual inimempunyai pengertian bahwadalam proses pembelajaran,seorang guru harusmemperhatikan perbedaan-perbedaan individu.

(2) Prinsip kekongkritan/pengalaman pengindraan langsung

Prinsip ini mempunyaipengertian bahwa strategipembelajaran yang digunakanguru harus memungkinkan anakmendapatkan pengalaman secaranyata dari apa yang dipelajarinya.Prinsip ini disebut juga sebagaipengalaman pengindraanlangsung.

(3) Prinsip totalitasPrinsip ini mempunyai

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 131

pengertian bahwa pembelajaranyang dilakukan guru harusmemungkinkan siswa tunanetramemperoleh pengalaman objekatau situasi secara total/menyeluruh. Konsep yangmenyeluruh atau utuh dapatterjadi apabila siswamenggunakan semuapengalaman pengindraannyasecara terpadu dalam memahamisebuah konsep.

(4) Prinsip aktivitas mandiriPrinsip ini mempunyai

pengertian bahwa pembelajaranharus memungkinkan siswamemperoleh kesempatan untukbelajar secara aktif dan mandiri,dengan demikian guru berfungsisebagai fasilitator yangmembantu kemudahan siswabelajar dan motivator yangmembangkitkan motivasi anakuntuk belajar.

(5) Prinsip multisensoriProses pendidikan sebisa

mungkin dapat memanfaatkandan mengembangkan indra-indrayang ada dalam diri anak. Denganpendekatan multisensori,kelemahan pada indera lain dapatdifungsikan sehingga dapatmembantu proses pemahaman(Wardani, 2013).

Implementasi PendidikanInklusi di SD Muhammadiyah3 Cirebon

Tujuan dilaksanakannyapenelitian ini adalah untuk

mengetahui pembelajaran inklusibagi siswa berkebutuhan khusus diSD Muhammadiyah 3 Cirebon dansebagai subjek penelitianya di kelas1 (satu) dengan alasan dari 6 kelasyang ada dari kelas I sampai dengankelas VI ditemukan anak ABK,berdasarkan versi guru kelas Ipaling banyak dari 8 jumlah pesertadidik terdapat 5 orang yangterdiagnosis dan digolongkan ABK.Pada bagian ini penulis akanmemaparkan data-data yangberkenaan dengan kegiatanpenelitian yang diambil dari subjekpenelitian dalam jangka waktu yangsudah ditentukan.

Terdapat dua bentuk hasildata yang didapatkan dalamkegiatan ini, yaitu data hasilobservasi (pengamatan) dan datahasil wawancara dari guru kelas diSD Muhammadiyah 3 Cirebonkhususnya pada kelas I. Data-datatersebut menjadi tolak ukur untukmengetahui pembelajaran siswaberkebutuhan khusus di SDMuhammadiyah 3 Cirebon.

Seperti yang telah penulispaparkan dalam kajian teori di atas,bahwa kegiatan pembelajaranmerupakan inti dari pelaksanaankurikulum. Mutu pendidikan danatau mutu lulusan juga dipengaruhioleh mutu kegiatan pembelajaran.Pelaksanaan kegiatan pembelajaranharus dirancang dengan baik,disesuaikan dengan kemampuan dankebutuhan individu siswa, didukungdengan kompetensi guru, media

132 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

pembelajaran, sumber belajar, danstrategi pembelajaran yangmemadai.

Pembelajaran bagi siswaberkebutuhan khusus di sekolahberbasis inklusi secara umum tidakada perbedaan dengan siswa lainnya,namun memang ada kekhususantersendiri bagi siswa berkebutuhankhusus dalam penanganan pada saatpembelajaran, sesuai dengan tujuandari pendidikan inklusif yaitumendapatkan pendidikan yangsesuai dengan kebutuhan siswanya.Sebagai contoh, siswa denganhambatan penglihatan harusditempatkan di bangku paling depandan guru harus menulis dengantulisan yang besar sebagai bentukdukungan bagi siswa tersebut agardapat melihat tulisan lebih jelas.

Selain itu, dalam kajian teoripun dijelaskan bahwa sekolahdengan basis inklusif harus mampumengelola sumber daya yang terkaitdengan penyelenggaraan pendidikanseperti perencanaan pembelajaran,pelaksanaan pembelajaran,mentoring, evaluasi serta tindaklanjutnya agar pelaksanaanpendidikan di sekolah dapatmencapai tujuan dan berjalan denganefektif bagi siswa. Agar dapatmencapai target efektifnya suatupembelajaran bagi siswaberkebutuhsn khusus, dijelaskandalam teori bahwa sekolah inklusiharus mampu memenuhi kebutuhansiswanya, termasuk dalam halpendidikan. Oleh karena itu terdapat

Program Pembelajaran Individu(PPI) atau istilah yang sering kitasebut adalah RPP, dimana PPI inimemuat rancangan pembelajaransiswa berkebutuhan khusus per-individu sesuai dengan hambatandan kebutuhannya dengan tujuansiswa dapat belajar secara optimal.

Hasil penelitian melaluiobservasi terhadap pembelajaraninklusi bagi siswa berkebutuhankhusus di SD Muhammadiyah 3Cirebon pada kelas I serta melaluiwawancara yang penulis lakukandengan guru kelas dari tanggal 16,17, 24, 27, 30, 31 Juli 2018,selanjutnya 13, 15, 16 Agustus 2018,dan 03, 10 September 2018 bahwadi SD Muhammadiyah 3 Cirebonpada kelas I memiliki siswa dengankebutuhan khusus terdapat 5 dari 8siswa dengan kebutuhan khususyang terdiri dari siswa DownSyndrome dan slow learner.

Berdasarkan hasilpengamatan, SD Muhammadiyah 3Cirebon pada kelas I sudah mulaimenggunakan kurikulum 2013.Kegiatan pembelajaran merupakaninti dari pelaksanaan kurikulum.Mutu pendidikan dan atau mutululusan juga dipengaruhi oleh mutukegiatan pembelajaran. Oleh karenaitu di pembahasan sebelumnyaGarnida (2015) dalam bukunyamengemukakan hal yang harus adadalam suatu pendidikan denganberbasis inklusi, yaitu perencanaanpembelajaran, pelaksanaanpembelajaran, evaluasi hasil belajar,

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 133

dan pengawasan pembelajaran.a. Perencanaan pembelajaran

Menurut Garnida (2015)bahwa perencanaanpembelajaran yang dilakukan didalam kelas inklusi haruslahdisesuaikan dengan hambatandan kebutuhan siswa khususnyasiswa berkebutuhan khusus.Guru juga harus menyusunrencana program pembelajaran(RPP) atau programpembelajaran individual (PPI).Dengan memperhatikan haltersebut akan lebihmengoptimalkan pembelajaransiswa.

Berdasarkan hasilobservasi yang dilakukanselama penelitian dari tanggal16, 17, 24, 27, 30, 31 Juli 2018,selanjutnya 13, 15, 16 Agustus2018, dan 03, 10 September2018 telihat bahwa guru tidakmembuat perencanaanpembelajaran bagi siswaberkebutuhan khusus yangdiindividualkan, melainkanhanya mengandalkan rencanapembelajaran yang sudah adadan tidak berdasarkanketentuan pendidikan inklusifyang seharusnya. Hal inidikarenakan kurangnyakemampuan guru dalammengelola pendidikan khususdan kurangnya kepedulian pihakpemerintah dalam pengadaanpelatihan layanan pendidikaninklusif.

b. Proses pembelajaranBerdasarkan observasi

yang dilakukan sejak tanggal 16,17, 24, 27, 30, 31 Juli 2018,selanjutnya 13, 15, 16 Agustus2018, dan 03, 10 September2018, pembelajaran di dalamkelas di SD Muhammadiyah 3Cirebon pada kelas I berjalandengan baik, namun gurukurang luwes terhadappenggunaan pendekatanpembelajaran. Kurang luwesdalam hal ini adalah guru belummampu menyesuaikanpembelajaran sesuai dengankebutuhan siswa, terlebih didalamnya terdapat siswa dengankebutuhan khusus.

Hasil wawancara denganguru kelas dari tanggal 16, 17,24, 27, 30, 31 Juli 2018,selanjutnya 13, 15, 16 Agustus2018, dan 03, 10 September2018, bahwa “Sekolah tidakmemiliki program khusus untuksiswa berkebutuhan khusus.Hanya saja siswa berkebutuhankhusus dan sistempembelajarannya sama dengansekolah pada umumnya,meskipun sudah baru mulaimenggunakan kurikulum 2013di tahun ajaran baru ini.Pembelajaran berlangsungdengan normal, tidak adastrategi khusus bagi siswaberkebutuhan khusus, materiyang diajarkanpun tidak adaperbedaan dengan pada

134 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

umumnya. Sebagai contoh:siswa normal diajarkan materipenjumlahan dengan bobotratusan, sedangkan siswaberkebutuhan khusus diajarkanmateri penjumlahan denganbobot yang sama.. Evaluasipembelajarannya pun tidak adaperbedaan.

Berdasarkan hasilwawancara di atas, dapatdisimpulkan bahwa sekolahtidak memiliki program khususbagi ABK. Sedangkan dalamteori Garnida (2015) dikatakanbahwa guru harus merancangProgram PembelajaranIndividual (PPI) untukmengatasai keheterogenan dankarakteristik, hambatan, sertakebutuhan masing-masingsiswa. Dalam hal ini terdapatperbedaan antara teori dankenyataan di lapangan. Tidakadanya perbedaan dalampembelajaran karena para gurubelum pernah mengikutipelatihan pelayanan bagi siswaberkebutuhan khusus,sedangkan guru belum mampumengelolanya sendiri.

Pada saat pembelajaranberlangsung, guru tetapmelakukan proses pembelajaransesuai tahapannya sepertikegiatan awal dimana gurumengabsen, membaca doa,memberi motivasi, kemudiansetelah itu lanjut pada kegiataninti dimana dalam

menyampaikan materi pelajarankepada siswa gurumempergunakan metodeceramah dan pemberian tugas,kemudian dilanjut dengankegiatan akhir dimana gurumengajak siswa untukmerangkum pembelajaran yangbaru saja dibahas.

Dalam kegiatan inti,penulis dapat melihat melaluiobservasi bahwa siswa dengankebutuhan khusus tidak adaperbedaan dalampembelajarannya, meskipunsudah baru mulai menggunakankurikulum 2013 dengan modelrancangan pembelajarantematik. Materi pelajarandiambil dari buku paket yangdapat membantu penyelesaianmateri yang sesuai dengantujuan pembelajaran.

Hasil lain ditemukan darihasil wawancara yang dilakukandengan Ibu Mia Amallia gurukelas 1 dari tanggal 16, 17, 24,27, 30, 31 Juli 2018, selanjutnya13, 15, 16 Agustus 2018, dan 03,10 September 2018, bahwa“Tidak ada metode atau strategikhusus dalam pembelajaransiswa berkebutuhan khusus dikelas. Berdasarkan wawancaradengan guru kelas 1, ditemukanbahwa pembelajaran bagi siswaberkebutuhan khusus di kelas 1khususnya baru pertama kalidilakukan.

Pembelajaran masih

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 135

menggunakan sistempembelajaran yangkonvensional dengan metodeceramah dan pemberian tugas.Media yang dipakai guru dalammenyampaikan materipelajaran kepada siswa

kelas I dengan bukupaket dan LKS, spidol, papantulis, media gambar dan mediaasli dalam pembelajaran.

Guru tidakmempergunakan mediapembelajaran yang laindikarenakan keterbatasan.Keterbatasan ini berasal dariketerampilan guru dalammembuat media, danketerbatasan dana sekolahuntuk menghadirkan mediabantu belajar. Hal ini terjawabmelalui wawancara dengan gurukelas dari tanggal 16, 17, 24, 27,30, 31 Juli 2018, selanjutnya 13,15, 16 Agustus 2018, dan 03, 10September 2018, bahwa“Tentunya sarana danprasarana menjadi salah satu halutama yang seharusnya dapatterpenuhi dengan baik.

Berdasarkan hasilwawancara tersebut dapatdiambil kesimpulan bahwa tidakadanya media pembelajaran danbahan ajar yang bervariasi inidikarenakan kurangnyaperhatian dan dukungan darisekolah terhadap pelaksanaanpendidikan inklusif yang manaditemukan setengahnya siswa

ABK khususnya di kelas I.Berdasarkan hasil

observasi, penggunaan mediapembelajaran di SDMuhammadiyah 3 Cirebon kelasI belum memaksimalkanpengadaan serta penggunaanmedia yang dapat digunakanoleh semua anak yang berbedakarakter, khususnya siswadengan kebutuhan khusus.Justru seharusnyapembelajaran bagi siswaberkebutuhan khusus harusmenggunakan mediapembelajaran, karena dalamteori Wardani (2013) bahwasalah satu prinsip pembelajaransiswa berkebutuhan khususyaitu prinsip kekongkritandimana strategi pembelajaranyang digunakan guru harusmemungkinkan anakmendapatkan pengalamansecara nyata dari apa yangdipelajarinya.

Hal lain yang dibutuhkandalam proses pembelajaransiswa berkebutuhan khususselain penggunaan strategi yaituevaluasi. Evaluasi atau penilaianini digunakan guru untuk menilaiketercapaian suatu kompetensiyang dimiliki siswa, bertujuanuntuk mengetahui sejauh manapengetahuan yang dimiliki siswasetelah diberi pelajaran, sertadari hasil evaluasi guru mampumenemukan kekurangankemudian melakukan perbaikan

136 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

terhadap pembelajarannya.Evaluasi hasil

pembelajaran disini meliputipenilaian yang dapat mengukurkompetensi dasar yang di awalsudah tertulis dalam PPI danjuga harus spesifik sesuai denganindikator yang akan dicapai.Pada hal ini sekolahmenggunakan kurikulum 2013yang berarti evaluasi yangdigunakan guru pun disesuaikandengan cara evaluasi dikurikulum 2013.

c. Tenaga kependidikanPembelajaran di kelas

inklusi, menurut buku pedomankhusus penyelenggaraanpendidikan inklusif (DirektoratPembinaan Sekolah Luar Biasa,2009), bahwa pelaksanaankegiatan belajar mengajar tidakcukup dikerjakan dengan satuguru kelas saja. Hal inidikarenakan karakter siswayang sangat unik danmemerlukan pelayanan khusus.Oleh karena itu pembelajaranbagi siswa berkebutuhan khususperlu didukung dengan GuruPendamping Khusus (GPK).

Berdasarkan observasi,guru di SD Muhammadiyah 3Cirebon di kelas I sudahmelaksanakan tugasnya sebagaiguru sesuai kemampuanmasing-masing, yaitumenciptakan iklim belajar yangkondusif, melaksanakankegiatan belajar-mengajar dan

penilaian. Namun yang gurukelas di SD Muhammadiyah 3Cirebon di kelas I kurangoptimal dikarenakan tidakadanya bantuan dari GuruPendamping Khusus (GPK).Dalam layanan pendidikaninklusi, pembelajaranseharusnya dilakukan oleh gurukelas ditambah dengan gurupendamping khusus yang dapatmemberikan bimbingan khususyang sesuai dengan kebutuhansiswa. Selain itu GPK ini akanmenjadi sumber pengetahuandan pelayanan siswaberkebutuhan khusus disekolah.

Berdasarkan hasilwawancara dengan guru kelas Idari tanggal 16, 17, 24, 27, 30,31 Juli 2018, selanjutnya 13, 15,16 Agustus 2018, dan 03, 10September 2018, mengatakanbahwa “Guru yang mengajar diSD Muhammadiyah 3 Cirebonkhususnya kelas I adalah gurudengan kompetensi samadengan guru di sekolah umumlainnya. Karena sekolah inisejatinya adalah sekolah umum,jadi guru yang mengajarnya punbukan dari lulusan pendidikanluar biasa dan pernahmendapatkan pelatihanpelayanan untuk pembelajarandi kelas inklusi”, diketahui bahwaguru yang mengajar di SDMuhammadiyah 3 Cirebonsemuanya lulusan S1 Pendidikan

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 137

Guru Sekolah Dasar, sehinggailmu yang mereka miliki punberputar pada siswa sekolahdasar saja, tidak untuk siswaberkebutuhan khusus. olehkarena itu dibutuhkan gurupendamping khusus yangmemang sudah kompeten padabidangnya.

C. KESIMPULANImplementasi Pendidikan

Inklusi di SD Muhannadiyah 3Cirebon perlu ditinjau ulang olehguru dan stakeholder lainnya,karena ada beberapa hambatandalam pelaksanaan program sekolahinklusi di SD Muhannadiyah 3Cirebon, yaitu kurangnyapemahaman mengenai anakberkebutuhan khusus sertapenanganannya yang membuat gurukurang mampu merancangperencanaan pembelajaranindividual bagi siswa berkebutuhankhusus yang bisa berpengaruh padapengelolaan kelas yang kurangefektif. Sekolah agar dapatmenciptakan suasana belajar yanglebih baik serta dapat mendukungpembelajaran bagi siswaberkebutuhan khusus. Sekolahharus lebih mempersiapkan diriuntuk membuat programpembelajaran bagi siswaberkebutuhan khusus sehinggasekolah lebih siap menerima danmelaksanakan tugasnya lebihoptimal lagi. Sekolah juga harusmampu menerapkan kurikulum

yang fleksibel pada kelas inklusi,dimana di dalam kelas inklusiterdapat anak berkebutuhan khususyang perlu diperhatikanperkembangan dan tingkatkemampuannya pada prosespembelajaran berlangsung. Bagiguru di sekolah mampu menerapkanpembelajaran yang sesuai dengankebutuhan dan hambatan yangdimiliki oleh siswa berkebutuhankhusus dalam kelas inklusi, sertaguru dapat memperhatikan tingkatkemampuan siswa berkebutuhankhusus, agar siswa mampumenguasai materi pelajaran denganbaik. Pembelajaran yang sesuai inidibuat sesuai dengan hasil assesmentsiswa, sehingga semuanya berjalansesuai dengan tujuan yang sudahdirencanakan. Bagi orang tua mampubekerjasama dengan guru di sekolahuntuk membantu dalam halpembelajaran dan perkembangansiswa berkebutuhan khusus dirumah, sehingga siswa akan lebihcepat berkembang. Kementrianpendidikan dan kebudayaan sebagaipemerintahan yangmenyelenggaran pendidikan diIndonesia khususnya pendidikaninklusi seharusnya dapat lebihmempersiapkan para guru agar lebihkompeten dalam bidang inklusi.

DAFTAR PUSTAKADirektorat Pendidikan Luar Biasa.

(2004). PedomanPenyelenggaraan PendidikanTerpadu/Inklusif. Jakarta:

138 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

Direktorat JenderalPendidikan dan Menengah,Depdiknas

Garnida, D. (2015). PengantarPendidikan Inklusif. Bandung:Refika Aditama

Hildayani, R. (2014). PenangananAnak Berkelainan (Anakdengan Kebutuhan Khusus).Tangerang: UniversitasTerbuka.

Mangungsong, F. (2014). PsikologiPendidikan AnakBerkebutuhan Khusus (Firsted). Depok: UniversitasIndonesia

Mangungsong, F. (2014). PsikologiPendidikan AnakBerkebutuhan Khusus (seconded). Depok: UniversitasIndonesia

Naim, N. (2011). Dasar-DasarKomunikasi Pendidikan.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Nissa. (2016). Permasalahan-Peramasalahan yang

Dihadapi SekolahPenyelenggara PendidikanInklusi pada Tingkat SD.[Online]. Diakses: [Selasa, 8April 2018 (11.00 WIB)].Tersedia: http://journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/view/3843/2111

Susilawati, et. al. (2017). BimbinganAnak Berkebutuhan Khusus.Cirebon: UMC

Takdir Ilahi, M. (2013). PendidikanInklusif: Konsep dan Aplikasi.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Undang-Undang Republik IndonesiaNo. 20 tahun 2003. [Online].Diakses: [Selasa, 8 Mei 2018(10.00 WIB)]. Tersedia:h t t p s : / /www.komisiinformasi.go.id/regulasi/download/id/101.

Wardani, I. et. al. (2013). PengantarPendidikan AnakBerkebutuhan Khusus.Tangerang: UniversitasTerbuka.

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 139

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan dan prosentasebesarnya peningkatan hasil belajar Kimia pada materi struktur atommelalui penggunaan LKPD Qur’ani peserta didik kelas X IPA 2 MAN 1

Kota Cirebon tahun pelajaran 2018/2019. Metode penelitian adalahpenelitian tindakan kelas bersiklus dengan subjek penelitian adalah kelas

X IPA 2 MAN 1 Kota Cirebon tahun pelajaran 2018/2019. Teknikpengumpulan data adalah dengan teknik tes dan non-tes. Penggunaan

LKPD Qur’ani dapat meningkatkan hasil belajar Kimia pada materistruktur atom baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotor.Peningkatan hasil belajar peserta didik pada ranah kognitif sebesarsebesar 22,9%, ranah afektif sebesar 21,05% dan ranah psikomotor

sebesar 9,78%.

Kata Kunci: Hasil Belajar Kimia, LKPD Qur’ani, Pendekatan Saintifik

Improvement of Chemistry Learning Outcomes in Atomic Structure

Peningkatan Hasil Belajar Kimia Pada MateriStruktur Atom Melalui Penggunaan LKPD Qur’ani

Berbasis Saintifik Peserta Didik MAN 1 Kota CirebonTahun Pelajaran 2018/2019

Dewiantika Azizah, S.Si., M.Pd(1)

[email protected] Pendidikan Kimia UMC

Evi Fidawati, S.Pd.(2)

[email protected] 1 Kota Cirebon

Material through the Use of Scientific-Based Qur’anic LKPD Learners MAN1 Cirebon City Academic Year 2018/2019

Abstract

This study aims to determine the increase and the percentage of theincrease in Chemistry learning outcomes on the material of the atomicstructure through the use of the Qur’anic LKPD students of class X Science

140 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

2 MAN 1 City of Cirebon in the 2018/2019 academic year. The researchmethod is classroom action research cycles with research subjects is class XIPA 2 MAN 1 City of Cirebon academic year 2018/2019. Data collectiontechniques are by test and non-test techniques. The use of LKPD Qur’anican improve the learning outcomes of Chemistry on the material of atomicstructure both in the cognitive, affective and psychomotor domains.Improved learning outcomes of students in the cognitive domain by 22.9%,affective domains by 21.05% and psychomotor domains by 9.78%.

Keywords: Chemistry Learning Outcomes, LKPD Qur’ani, Scientific Approach

PENDAHULUAN

PDS merupakan programpendampingan dosen ke Sekolahyang merupakan proses tindaklanjut atas usulan Kemenristekdiktiuntuk memperbaiki strukturtatanan pembelajaran di sekolah.Salah satu sekolah yang mendapatkesempatan menerima adalahMadratsah Aliyah denganmengambil sampel yakni matapelajaran kimia. Agar prosespendampingan lebih terasakebermanfaatannya, maka dipilihlahsalah satu materi kimia yangmengandung kharakteristikkeilmuan yang bersifat abstrak danperlu pemecahan bersama antaraguru dan dosen adalah materistruktur atom. Materi StrukturAtom mempelajari proses penemuanatom berdasarkan perkembanganmodel atom dari John Dalton sampaidengan mekanika kuantum, nomoratom dan nomor massa sampaidengan isotop (Watoni, 2013: 61).Materi tersebut merupakan bagian

dari ilmu kimia yang banyakmembahas mengenai gejala – gejalaalam, seperti yang disampaikan olehChang (2010:4) Kimia adalah ilmuyang mempelajari materi danperubahannya, unsur dan senyawaadalah zat – zat yang terlibat dalamperubahan kimia. Materi danperubahan merupakan proses dalamdunia ini yang mempengaruhifenomena alam. Salah satu contohaplikasi materi “Struktur Atom”terhadap perubahan alam yakniterdapat pada materi hipotesis atombohr penemuan arus listrik,keradioaktifan, model atomrutherford yang merupakanminiatur sistem tata surya, danspektrum atom atau pembiasan sinaryang menguraikan sinar mataharimenjadi berbagai panjanggelombang sinar merah, kuning,hijau, biru dan violet (Faridcah,2009:1).

Pendekatan saintifikbertujuan memberikan rasa nyaman

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 141

bagi peserta didik dalam menguasaisubjek. Sehingga diperlukanlingkungan belajar yang dapatmendorong peserta didik aktif dalammencari informasi kasus dariberbagai sumber melalui diskusi,observasi dan melalui kegiatanpraktikum (Usmeldi, 2016: 134).Melalui pendekatan saintifik,peserta didik dilatihmengkonstruksikan pengetahuanfaktual, konseptual, prosedural, danmetakognitif melalui kegiatan ilmiahseperti mengamati, menanya,merumuskan hipotesis, mencobaeksperimen, menganalisis data,menyimpulkan danmengkomunikasikan (Nastiti dkk,2016: 50). Proses pembelajarandengan menggunakan pendekatansaintifik akan terasa lebih hidupapabila dieksplor denganmenggunakan bahan ajar berupaLKPD yang mampu mendesainsebuah pembelajaran yang menarikdan inovatif dengan sentuhan nilaipsikis peserta didik melalui Al-Qur’an.

LKPD adalah Lembar KerjaPeserta Didik digunakan mulai tahun2013, sebagai aplikasi darikurikulum 2013 yang identikdengan pendekatan saintifik. LKPDberbasis Al-Qur’an adalah LembarKerja Peserta Didik yangmengungkapkan fakta di dalam Al-Qur’an berdasarkan konten materiyang dibahas. Bahan ajar sepertiinilah yang dirasa tepat oleh peneliti

untuk digunakan di MAN 1 KotaCirebon yang memiliki kekhasanagama islam dan berada dalamnaungan Departemen Agama sesuaidengan PP Menteri Agama No 60,2016:5). Hal tersebut sangat sesuaidengan apa yang disampaikan olehguru kimia mitra di MAN 1 KotaCirebon yakni ibu Hj. Evi Fidawatisebagai peneliti ke-2 pada tanggal 10Juli 2018, yakni pembelajaranberbasis nilai – nilai qur’ani sangattepat digunakan di MAN 1 KotaCirebon, yang menerapkanpembiasaan membaca Al-Qur’ansebelum jam pertama dimulai.Karena selain mengaji, peserta didikjuga dapat mengkaji Al-Qur’andengan guru agama dan dapatmenghubungkan materi kimia yangmereka pelajari dengan belajarkepada guru agama tersebut,dengan demikian bukan hanyakompetensi pengetahuan yangmereka dapat namun kompetensidalam bidang sikap juga merekaperoleh.

Ritaningsih (2017:69)mengungkapkan salah satu prinsippenting dari psikologi pendidikanadalah guru tidak boleh hanyasemata-mata memberikanpengetahuan kepada siswa. Olehkarena itu, dirasa penting sekali bagiguru kimia di Madratsah Aliyahuntuk mengajarkan ilmu kimiaberbasis Al-Qur’an. Paparantersebut menggambarkan betapapentingnya mendidik peserta didik

142 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

melakukan kerja ilmiah melaluipemahaman konsep danpenyelesaian masalah terkaitdengan gejala alam melalui materistruktur atom berdasarkan Al-Qur’an sehingga mereka termotivasimenyadari keagungan Allah SWTmengenai penciptaan Allah SWT.Oleh karena itu, agar nilai – nilai Al-Qur’annya dapat masuk ke dalampsikis setiap peserta didik, penelitimencari solusi dengan melakukanpenelitian yang diberi judul“Pengaruh Penggunaan LKPDQur’ani Berbasis Saintifik TerhadapPeningkatan Hasil Belajar KimiaPada Materi Struktur Atom PesertaDidik MAN 1 Kota Cirebon”.

Rumusan masalah dalampenelitian ini yaitu : (1) Apakahpenggunaan LKPD Qur’ani berbasissaintifik pada materi struktur atomdapat meningkatkan hasil belajarpeserta didik MAN 1 tahun ajaran2018/2019, (2) Seberapa besarpeningkatan hasil belajar Kimia padamateri struktur atom denganpenerapan LKPD Qur’ani berbasissaintifik peserta didik MAN 1 tahunpelajaran 2018/2019. Berdasarkanrumusan masalah tersebut, makapenelitian ini bertujuan, mengetahuiapakah penggunaan LKPD dapatmeningkatkan hasil belajar pesertadidik MAN 1 tahun pelajaran 2018/2019, (2) Mengetahui seberapabesar peningkatan hasil belajarkimia pada materi struktur atomdengan penerapan LKPD Qur’ani

berbasis saintifik peserta didik MAN1 tahun pelajaran 2018/2019.

METODE

Metode dalam penelitian ini adalahpenelitian tindakan kelas (PTK)dengan desain Model Kemmis danMc Taggart (Trianto, 2010:30).Uraian kegiatan pada setiap siklusterdiri dari 4 tahap, yaitu: (a)perencanaan tindakan, (b)pelaksanaan tindakan, (c) observasi/pengamatan dan (d) refleksi.

Objek tindakan dalam penelitian iniadalah penerapan LKPD Qur’aniberbasis saintifik pada materistruktur atom untuk meningkatkanhasil belajar peserta didik MAN 1tahun pelajaran 2018/2019.Penelitian ini dilaksanakan selama 2bulan dimulai pada tanggal 1 Agustussampai dengan 29 September 2018di MAN 1 Kota Cirebon. Subjekpenelitian ini adalah peserta didikkelas X IPA 2 dengan jumlah pesertadidik sebanyak 32.

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 143

Gambar 1 LKPD HasilValidasi

LKPD yang digunakan sudahdivalidasi oleh para ahli yakni DosenPendidikan Kimia dan dosen TafsirAl-Qur’an&Al-Hadits serta dosenPAI, dan memperoleh datakelayakan sebesar 82,45%. Teknikpengumpulan data yang digunakandalam penelitian tindakan kelas iniadalah teknik tes. Adapun teknikpelaksanaannya dilakukan diawalsiklus I dan setiap akhir siklus. Alatpengumpulan data yang digunakanadalah berupa soal tes essay. Selainteknik tes dalam penelitian ini jugadigunakan teknik pengumpulan datanon tes yaitu dengan lembarpengamatan yang dilakukan olehpeneliti yang dibantu observer yangditujukan pada peserta didik.Berdasarkan variabel yang diteliti,maka digunakan dua jenispengumpulan data, yaitu lembarobservasi dan tes hasil belajar. Daridua jenis alat pengumpulan datayang diambil dalam penelitian ini,kemudian dianalisis dengan teknikanalisis deskriptif.

Peningkatan hasil belajar

kognitif siswa dihitung menggunakannilai gain yang dinormalisasi Hakedalam Sudirman (2011) denganrumus sebagai berikut:

N-gain =

Tabel 1 Kriteria Perolehan N-gain

N-gain Keterangan

N-gain > 0,70 Tinggi

0,30 d” N-gain e” 0,70 Sedang

N-gain < 0,30 Rendah

Untuk menguji kemampuan awalpeserta didik dilakukan pretest,sebagai alat ukur kesiapan untukmempelajari materi struktur atom.Hasil pretest pada siklus I akandibandingkan dengan hasil posttestpada siklus I dan siklus II kemudiandianalisis untuk dapat menentukanatau mengetahui hasil belajarpeserta didik sudah meningkat ataubelum berdasarkan indikatorkeberhasilan. Indikatorkeberhasilan yaitu apabila nilai rata– rata hasil belajar, baik kognitif,afektif maupun psikomotorik sudahmencapai nilai diatas 75%.

HASIL

A. Hasil Nilai Kognitif pada siklus 1dan 2

Tabel 3 Nilai Pretest dan Posttest PesertaDidik pada Siklus 1

144 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

B. Hasil Nilai Afektif Peserta Didik

C. Hasil Nilai Psikomotorik PesertaDidik pada Siklus 1 dan 2

PEMBAHASAN

Pelaksanaan penelitian tindakankelas ini dilakukan melalui duasiklus, adapun tahapan dalam setiapsiklusnya dijabarkan pada tabelberikut ini:

Tabel 3 Nilai Pretest dan Posttest Peserta Didik pada Siklus 1

No Aspek Pretest Posttest

Jml % Jml %

1 Tuntas 0 0 20 62,5

2 Belum

Tuntas 32 100 12 37,5

Tabel 4 Nilai Pretest dan Posttest Peserta Didik pada Siklus 2

No Aspek Pretest Posttest 1 Postest 2

Jml % Jml % Jml %

1 Tuntas 0 0 20 63 32 100

2 Belum

Tuntas 32 100 12 38 0 0

Diagram nilai kognitif peserta didik dari siklus1 sampai siklus 2

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Pretest Siklus 1 Siklus 2

Prosentase

Prosentase

Tabel 5 Nilai Afektif Peserta didik kelas X IPA 2 pada siklus 1

Indikator

Nilai

Afektif

1 2 3 4 5 6

Persentase 87,50% 84,38% 81,25% 79,69% 71,88% 75%

Tabel 6 Nilai Afektif Peserta didik kelas X IPA 2

Indikator

Nilai

Afektif

1 2 3 4 5 6

Persentase 89% 86% 83% 82% 88% 77%

Keterangan :

1. Kedisiplinan 4. Keaktifan

2. Kerapihan 5. Kesopanan

3. Kerjasama 6. Kejujuran

Diagram nilai afektif dari siklus 1 sampai siklus 2

Siklus Tahapan Kegiatan Jenis Kegiatan

I

Perencanaan: Merencanakan pembelajaran yang akan

diterapkan dalam PBM

Identifikasi masalah dan

penetapan alternatif

Menentukan KD dan Materi Pokok

Mengembangkan RPP

Menyusun LKPD

Menyiapkan sumber belajar

Mengembangkan format evaluasi

pembelajaran

Tindakan Menerapkan tindakan dengan mengacu

kepada RPP dan LKPD

Pengamatan

Melakukan observasi dengan memakai

lembaran pengamatan penialaian afektif

dan psikomotor

Menilai hasil tindakan dengan format

LKPD

Refleksi Melakukan evaluasi tindakan yang telah

dilakukan melalui tes harian

II

Perencanaan Melakukan pertemuan untuk membahas

hasil evaluasi tentang RPP, LKPD dll

Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai

hasil evaluasi untuk digunakan pada

siklus berikutnya

Evaluasi tindakan 1

Identifikasi masalah dan penetapan

alternatif pemecahan masalah

Pengembangan program tindakan II

Tindakan Pelaksanaan program tindakan II

Pengamatan Pengumpulan data tindakan II

Refleksi Evaluasi Tindakan II

Kesimpulan, saran – saran dan rekomendasi

Tabel 7 Nilai Psikomotorik Peserta Didik MAN 1 Kota Cirebon Siklus 1

Indikator

Nilai

Psikomotorik

1 2 3 4

Persentase 80,00% 72,00% 75,00% 81%

Tabel 8 Nilai Psikomotorik Peserta Didik MAN 1 Kota Cirebon Siklus 2

Indikator

Nilai

Psikomotorik

1 2 3 4

Persentase 82% 75% 77,00% 83%

Keterangan : 1. Kesesuaian respon dengan pertanyaan,

2. Keserasian pemilihan kata

3. Kesesuaian penggunaan tata bahasa

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 145

Siklus I

Kegiatan Pembelajaran PadaSiklus 1 dilaksanakan pada tanggal4,11 dan 18 Agustus 2018. Padasiklus ini, peneliti menyampaikanmateri : (a) Perkembangan ModelAtom, (b) nomor atom dan nomormassa, serta (c) Isotop. Uraiankegiatan pada siklus satu ini terdiridari 4 tahap, yaitu: (a) perencanaantindakan, (b) pelaksanaan tindakan,(c) observasi/pengamatan dan (d)refleksi. Tahap perencanaan sudahdilakukan sebelum prosespembelajaran dimulai, yaknibersama dengan guru kelasmengikuti workshop penyusunanperangkat pembelajaran selama 2hari pada tanggal 18-20 juli 2018sebelum kegiatan PDS di sekolahberlanjut. Adapun hasil dariworkshop tersebut diantaranyayaitu RPP, LKPD dan Soal – SoalPreetest dan Posttest yang akandigunakan selama kegiatan PDSberlangsung.

Gambar 2 WorkshopPembuatan PerangkatPembelajaran

Tahapan tindakan pada

siklus ini dilaksanakan menjadibeberapa pertemuan. Pertemuanpertama dilaksanakan pada tanggal4 Agustus 2018. Materi yangpeneliti sampaikan yakniPerkembangan Model Atom.Sebelum masuk ke dalam materi,peneliti memberikan soal pretestuntuk mengukur kemampuan awalpeserta didik kelas X IPA 2 selama30 menit, Selanjutnya penelitipertama dan peneliti ke-2 salingberkolaborasi dalam menyampaikanmateri perkembangan model atom.

Proses KBM Kolaboratifantara Peneliti 1 dan 2

Dalam penyampaian materiperkembangan model atom terdapat9 ayat Al-Qur’an yang terkaitdengan materi kimia tersebut. Halyang paling menarik adalah, padasaat peserta didik menanyakanbagaimana konsep ilmu kimia dalamperistiwa isra mi’raj nabiMuhammad SAW denganperpindahan singgasana ratu Balqis.Awalnya mereka bingung namunsetelah dijelaskan, mereka sungguh

146 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

takjub dengan kebenaran Al-Qur’anyang tidak pernah mengalamiperubahan namun bisa mengikutiperkembangan zaman danmenjawab semua fenomena alamyang ada.

Gambar 3 dan 4 saat peneliti1 menyampaikan proses KBM

Setelah penyampaian materisesuai dengan kaidah pendekatansaintifik, peneliti awali denganmembagi peserta didik menjadi 6kelompok, kemudian penelitimenugaskan peserta didik untukmengerjakan LKPD secaraberkelompok. Tidak lupa, karenapenggunaan LKPD berbasis Qur’animaka peneliti meminta peserta didikmengaji sambil membacaterjemahan Al-Qur’an sembarimempelajari LKPD yang sudahdivalidasi. Peneliti memberikankebebasan kepada peserta didikuntuk studi literature mencarijawaban dengan menggunakanberbagai sumber belajar yangterdapat di sekolah, baik melaluibuku – buku maupun internet.

Peneliti menjelaskan caramengerjakan LKPD yang dimulaidengan kegiatan mengamati,menanya, mengumpulkan data,mengasosiasi, mengkomunikasikandan menyimpulkan. Peneliti jelaskandalam kegiatan mengkomunikasikantiap kelompok memberikanperwakilannya untukmempersentasikan hasil pengerjaanLKPD di depan teman – teman yanglain. Selanjutnya peneliti mengamatipekerjaan setiap kelompok apakahsudah sesuai dengan petunjuk, atausebagai sumber bertanya apakahterdapat soal yang mereka tidak bisasaat mengerjakan LKPD.

Gambar 5 dan 6 prosespengamatan penyelesaian LKPD

Akhirnya peneliti melakukankegiatan menyimpulkan, dimanapeneliti 1 beserta peneliti 2 salingberkolaborasi untuk menutupkegiatan pembelajaran denganmemberikan pertanyaan secara lisanmateri perkembangan atombersama kepada peserta didik, yangkemudian ditutup secara bersamaan

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 147

dengan peserta didik.

Gambar 7 dan 8 ProsesKegiatan Mengkomunikasikan

Pertemuan ke-2dilaksanakan pada tanggal 11Agustus 2018, pada materi nomoratom dan nomor massa. Sama halnyadengan kegiatan yang dilakukanpada pertemuan pertama yaknipeneliti menyampaikan materi,kemudian mengerjakan LKPD sesuaidengan kaidah pendekatan saintifik.Ada hal yang berbeda yang penelitilakukan dengan pembelajaran padapertemuan pertama, yakni pada babnomor atom dan nomor massa,peneliti tidak menggunakanterjemahan Al-Qur’an, penelitimenyampaikan secara perhitungannumerik nilai berat molekul air didalam Al-Qur’an sama denganperhitungan penentuan beratmolekul air secara kimia. Dalam ilmukimia berat molekul air didapatkanmelalui penjumlahan hasil perkalianjumlah atom dengan nomor massaatom relatifnya, adapunpenjabarannya sebagai berikut:

Secara garis besar berat massa

molekul air dapat dihitung sbb:

Diketahui:

Berat massa atom Hidrogen = 1

Berat massa atom Oksigen = 16

Maka jumlah berat massa molekulair (H2O) = (2 x 1) + (1 x 16) = 18.

Sedangkan dalam Al-Qur’anterdapat 4 ayat Al-Qur’an yaitu : (a)surah Al Mu’minuun ayat 18 padaJuz ke-18, (b) Surah Fathiir yangterletak pada surah ke-35 pada ayat27 dengan urutan juz ke- 22, (c) AnNaml yang merupakan surah ke-27terletak pada ayat 61 dengan urutanjuz ke- 20 dan (d) Surah Ar-Ruumyang merupakan surah ke-30 danterletak pada ayat 41 dan urutan juzke- 21 yang membahas mengenai airyang ketika dihitung denganmengkalikan no surat x no ayat danno juz ke-4 ayat yang membahasmengenai air tersebut, hasilnyasama dengan jumlah berat massamolekul air yakni 18 (BaitulMaqdis,2014).

Adapun salah satu contohpenyampaian materipengintegrasiannya adalah sebagaiberikut:”Kerusakan Lingkungan dilaut dan di darat “. Terjemahantersebut merupakan terjemahanSurah Ar-Ruum yang merupakansurah ke-30 dan terletak pada ayat41 dan urutan juz ke- 21. Hasilperkaliannya : 30 x 41 x 21 = 25830,

148 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

diuraikan menjadi 2, 5, 8, 3, 0 , dandijumlahkan 2 + 5 + 8 + 3 + 0 = 18(Baitul Maqdis, 2014). Pada saatmenyampaikan materi tersebut,peserta didik sangat terheran –heran mereka menyatakan betapamaha sempurnanya Allah dalammenciptakan semua ini. Selanjutnyasama halnya dengan pertemuanpertama peserta didik mengerjakanLKPD sesuai dengan kegiatan yangdilakukan pada pertemuan pertama.

Pertemuan ke-3dilaksanakan pada tanggal 18Agustus 2018, dengan membahasmateri Isotop. Pada pertemuantersebut, peneliti menyampaikanmateri isotop yang terintegrasi Al-qur’an yakni melalui Qs. Al-Hadiid:25, yang menjelaskan Besidalam Al-Qur’an dikenal Hadiid.Materi tersebut menjelaskan kaitanisotop – isotop besi dengan nilainumerik dari kata Al-Hadiid baikterkait perhitungan numerik nomorsurat serta ayatnya.

Salah satu contoh aplikasipengintegrasian Al-Qur’an yaitu:Besi memiliki 8 isotop yaitu

52Fe,54Fe,55Fe,56Fe,57Fe,58Fe,59Fe,60Fe.Jika seluruh massanya dijumlahkanm a k a52+54+55+56+57+58+59+60 =451. Kata “besi” ada pada surat ke-57 dan ayat ke-25. Jumlah katadalam surat al-Hadid dari ayat 1sampai dengan 25 adalah 451(Muftie, 2004:45). Sama seperti

pelaksanaan pada pertemuan 1 dan2, dalam proses pembelajaranpeserta didik diberikan tugas untukmengerjakan LKPD secaraberkelompok, yang diakhiri denganpersentasi perwakilan kelompok dankegiatan membuat kesimpulansecara bersama antara peneliti 1 dan2 beserta peserta didik.

Hasil dari pengamatankegiatan proses pembelajaran darisetiap pertemuan didapatkan databahwa peserta didik kelas X IPA 2,termasuk ke dalam kategori anak –anak yang aktif, dan penurut.Mereka sangat antusias ketikapeneliti menyampaikan fenomenaalam yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Proses pengerjaan LKPDsudah mereka lakukan dengan baik,mengikuti setiap ritme penugasanyang sudah sesuai denganpendekatan saintifik. Setelah tahappengamatan (observasi) penelitimelakukan tahap refleksi dalambentuk evaluasi yakni tes ulanganharian pada tanggal 25 Agustus2015. Berikut ini data tabel yangmenyajikan data peningkatanpembelajaran dengan menggunakanpenggunaan LKPD Qur’ani, belumbegitu menunjukkan peningkatanyang cukup signifikan.

Data pada tabel 3menunjukkan bahwa pada saatpretest belum ada satupun pesertadidik, yang dapat mengerjakan soalsampai dengan tuntas. Hal tersebut

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 149

dikarenakan pada saat pretestpeserta didik, belum menerima,satupun materi dari peneliti.Kegiatan postetst pada siklus Idilaksanakan pada tanggal 25Agustus 2015. Hasil posttestmenunjukkan peningkatan nilaidimana sebanyak 20 peserta didiksudah tuntas nilai secara kognitifnyayakni memenuhi nilai KKM (kriteriaketuntasan minimal), sedangkan 10orang lagi belum mengalamikemajuan, hal tersebut terjadikarena 10 orang peserta didik saatpeneliti amati lebih pasif, tidak maubertanya, hanya mengcopi pastejawaban temannya dan tidak maubelajar sungguh – sungguh. Selainmelihat ketuntasan nilai kognitifpeserta didik untuk melihatperbedaan setelah dan sebelumdiberikan perlakuan, maka kitadapat kita lihat melalui hasil uji N-gain. Uji N-gain nilai kognitif pesertadidik kelas X IPA 2 pada siklus 1dihitung sebagai berikut:

Diketahui: Rata-rata skor posttest =68,34375

Rata-rata skor pretest =32,7813

Skor maksimal = 100

Ditanyakan: N-gain

Penyelesaian

N-gain =

=

=

= 0,5290559

= 0,53(sedang)

Hasil N-gain menunjukkan terdapatpeningkatan nilai kognitif pesertadidik sebesar 0,53 dan masuk dalamkategori sedang, hal itumembuktikan bahwa prosespembelajaran pada siklus 1 denganmenggunakan LKPD Qur’ani telahberhasil meningkatkan hasil belajarranah kognitif peserta didik.

Tabel 5 menunjukkan hasilnilai afektif peserta didik kelas X IPA2 pada siklus 1 didapatkan databahwa, nilai afektif sudahmenunjukkan rerata nilai afektifyang baik. Adapun indikator afektifyang dinilai yaitu: (a) kedisiplinan,(b) kerapihan, (c) kerjasama, (d)keaktifan, (e) kesopanan dan (d)kejujuran. Penilaian afektif diukurberdasarkan lembar observasipenilaian afektif berdasarkan 6indikator tersebut.

Tabel 7 menunjukkan dataperolehan nilai psikomotorik yangdimiliki peserta didik kelas X IPA 2.Adapun indikator yang diukur yaitu:(a) kesesuaian respon denganpertanyaan, (b) keserasianpemilihan kata, (c) kesesuaianpenggunaan tata bahasa dan (d)pelafalan. Nilai psikomotorik diambil,dengan berdasarkan lembar

150 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

observasi pada kegiatanmengkomunikasikan. Berdasarkanhasil perhitungan nilai psikomotorikdapat dilihat pada indikatorkeseresaian pemilihan kata, masihmenunjukkan persentase nilai rata– rata di bawah KKM, hal tersebutterjadi karena peserta didik belumterbiasa untuk melakukanpersentasi di depan kelas.

SIKLUS II

Proses pembelajaran padasiklus ke-2 dilaksanakan padatanggal 1 s/d 22 September 2018,tahap ini merupakan tahap refleksiyakni tahap pengulangan kembalimateri yang telah diajarkansebelumnya pada siklus 1. Peneliti1 dan 2 saling berdiskusi untukmerancang siklus 2.

Gambar 9 Diskusi perencangansiklus 2

Pada tanggal 1 September dilakukanrefleksi materi perkembangan modelatom, pada tanggal 8 Septemberrefleksi materi nomor atom dannomor massa dan pada tanggal 15Sepetember dilakukan refleksi pada

materi isotop. Kegiatan yangdilakukan dalam prosespembelajaran juga relatif samadengan yang dilakukan pada siklusI, namun perbedaannya terletakpada penekanan pemahaman materikimia dengan memberikan soal –soal dalam bentuk latihan untukmenguji pemahaman peserta didik.Setelah dilakukan refleksi materi,maka dilakukan kembali prosesrefleksi pada siklus 2 melaluipengujian hasil evaluasi kegiatanpembelajaran siklus 2 pada tanggal22 September 2015 untuk melihathasil posttest pada siklus II, apakahterdapat peningkatan dari hasilposttest pada siklus 1.

Data pada tabel 4menunjukkan peningkatan hasilposttest dari siklus 1, pada saatsiklus 1 terdapat 12 peserta didikyang belum tuntas mencapai nilaiKKM, namun setelah diberikantreatment lebih pada siklus 2,didapatkan hasil peningkatan nilai 12peserta didik yang belum tuntas,menjadi tuntas dengan demikian 12peserta didik tersebut telahmencapai nilai KKM. Untuk melihatkategori peningkatan nilai kognitifsiswa dilakukan melalui perhitungannilai N-gain, adapun nilai N-gain padasiklus 2 ini dihitung sebagai berikut:

Diketahui: Rata-rata skor posttest 2= 75,59375

Rata-rata skor posttest 1

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 151 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 i

= 68,34375

Skor maksimal = 100

Ditanyakan: N-gain

Penyelesaian

N-gain =

=

=

= 0,63691279

= 0,64 (sedang)

Hasil N-gain menunjukkanbahwa terdapat peningkatan nilaikognitif peserta didik pada siklus 2sebesar 0,64 dan masuk dalamkategori sedang. Dan untukmenghitung persentase peningkatannilai posttest dari siklus 1 ke siklus 2dapat dilakukan melalui perhitungansebagai berikut:

% Peningkatan nilai kognitif = x100%

= x100%

= x100%

= 0,229x 100%

= 22,9%

Hasil tersebut menunjukkan

bahwa terdapat peningkatansebesar 22,9% nilai kognitif pesertadidik pada dari siklus 1 sampaidengan siklus 2, dengan demikianpenggunaan LKPD Qur’ani dapatmeningkatkan hasil belajar kognitifpeserta didik.

Tabel 6 menunjukkan hasilnilai afektif peserta didik kelas X IPA2 pada siklus 1 didapatkan databahwa, nilai afektif menunjukkanrerata nilai afektif yang baik danmengalami peningkatan dari reratanilai afektif pada siklus 1 yaknisebesar 21,05%. Persentasepeningkatan tersebut dikarenakanpeserta didik semakin semangatuntuk mengkaji Al-qur’an sehingganilai – nilai Al-qur’an terserap dalamkalbu peserta didik dan memberikanstimulus peserta didik untuk lebihdisiplin, rapih, kejarsama, aktif,sopan dan jujur dalam menjalankanperan sebagai peserta didik yangmengikuti kegiatan pembelajaran dikelas X IPA 2 MAN 1 Kota Cirebon.

Tabel 8 menunjukkan dataperolehan nilai psikomotorik yangdimiliki peserta didik kelas X IPA 2pada siklus 2 mengalami kenaikandari siklus 1 sebesar 9,78%. Prosespenilaiannya sama dengan siklus 1yakni, Nilai diambil berdasarkanlembar observasi pada kegiatanmengkomunikasikan. Persentasekenaikan menunjukkan bahwaketerampilan psikomotorik pesertadidik lebih meningkat karena

152 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018

peserta didik mulai terbiasa untukmenunjukkan kemampuan kegiatankomunikasinya di hadapan temansebayanya. Peningkatan hasil belajaryang terjadi baik pada ranahkognitif, afektif maupunpsikomotorik menunjukkan bahwapenelitian tindakan kelas ini denganmenggunakan LKPD Qur’ani dapatmeningkatkan hasil belajar. Haltersebut senada dengan apa yangdiungkapkan oleh Astuti (2016) yangmenyatakan bahwa penelitiantindakan kelas mampumeningkatkan hasil belajar pesertadidik.

KESIMPULAN

Berdasarkan kajian teori yangdidukung adanya pengamatan dilapangan serta perumusan masalahyang diajukan tentang penggunaanLKPD Qur’ani untuk meningkatkanhasil belajar Kimia materi strukturatom peserta didik kelas X IPA 2MAN 1 Kota Cirebon tahun ajaran2018/2019 maka ditarik sebuahkesimpulan :

1. Penggunaan LKPD Qur’aniberbasis saintifik pada materistruktur atom dapatmeningkatkan hasil belajarpeserta didik MAN 1 tahunajaran 2018/2019 baik padaranah kognitif, afektif maupunpsikomotorik.

2. Peningkatan hasil belajar kimia

pada materi struktur atomdengan penerapan LKPDQur’ani berbasis saintifikpeserta didik MAN 1 tahunpelajaran 2018/2019 padaranah kognitif sebesar 22,9%,ranah afektif sebesar 21,05%dan ranah kognitif sebesar9,78%.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, R. K. (2016). ModelPembelajaran Berbasis MasalahUntuk Meningkatkan KreativitasSiswa Dalam Membuat Proyek Sains.Pancasakti Science Education Journal,1(1):50-59.

Baitul Maqdis. (2014). Mukjizat Al-Qur’an dalam Mengenalkan Air[Online]. Tersedia di https://baitulmaqdis.com/mukjizat-islam/kimia/mukjizal-al-quran-dalam-mengenalkan-air/ . [Diakses 15-06-2018]

Chang, R &Overby, J. (2011).General Chemistry: The essentialconcepts sixth edition. NewYork:Mc-Graw Hill.

Faridach, (2009). Analisis SejarahPerkembangan Model AtomBerdasarkan Kaidah Hund. [online].Tersedia di https://faridach.wordpress.com/2009/12/11/analisis-sejarah-model-atom-berdasarkan-paradigma-kuhn/.[Diakses 08-10-2018].

JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018 153

Muftie Arifin. (2004). E-BookMatematika dan Alam Semesta.Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Nastiti dan Natsir, (2016).Pengembangan LKS BerbasisSaintifik Pada Materi Alat – AlatOptik dan Efektivitasnya TerhadapHasil Belajar Kognitif Fisika Siswa.Edusains. 4(1):49-56.

Peraturan Menteri Agama No. 60tentang Perubahan Atas PeraturanMenteri Agama Nomor 90 tahun2013 tentang PenyelenggaraanPendidikan Madratsah.

Ritaningsih. (2017). UpayaMeningkatkan Motivasi dan HasilBelajar Siswa Melalui Kegiatan TutorSebaya Dalam Pengajaran RemedialMateri Getaran dan Gelombang diKelas VIII C Semester GenapTahun Pelajaran 2015/2016 SMP

Negeri 1 Pangkah Kabupaten Tegal.Pancasakti Science EducatyionJournal. 2(1):68-73.

Sudirman. (2011). Interaksi danMotivasi Belajar dan Mengajar.Jakarta:PT. Grafindo Indonesia

Trianto. (2010). Mendesain ModelPembelajaran Inovatif-Progresif.Jakarta:Kencana.

Usmeldi, (2016). The DevelopmentOf Reasearch-Based PhysicsLearning Model With ScientificApproach To Develop Student’sScientific Processing Skill. JurnalPendidikan Ipa Indonesia. 5(1):134-139.

Watoni Haris A. (2013). KimiaUntuk SMA/MA Kelas XPeminatan. Penerbit: Yrama Widya

154 JURNAL HADHARIYAH Volume 4 Nomor 1, Oktober 2018