D1215020.docx  · Web viewMerupakan bentuk pengalaman baru dari identitas diri maupun komunitas...

25
JURNAL NEW MEDIA DAN FENOMENA SELEBGRAM (Studi Resepsi Remaja di Kalangan Followers Instagram @awkarin Terhadap Fenomena Romantic Relationship dan Hedonisme Pada Konten Instagram @awkarin) Oleh: FADILLAH ANANTO D1215020 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2018

Transcript of D1215020.docx  · Web viewMerupakan bentuk pengalaman baru dari identitas diri maupun komunitas...

Page 1: D1215020.docx  · Web viewMerupakan bentuk pengalaman baru dari identitas diri maupun komunitas dalam ... sebuah integrasi dalam media seperti budaya ... dalam konteks berbagai macam

JURNAL

NEW MEDIA DAN FENOMENA SELEBGRAM

(Studi Resepsi Remaja di Kalangan Followers Instagram @awkarin

Terhadap Fenomena Romantic Relationship dan Hedonisme Pada Konten

Instagram @awkarin)

Oleh:

FADILLAH ANANTO

D1215020

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2018

Page 2: D1215020.docx  · Web viewMerupakan bentuk pengalaman baru dari identitas diri maupun komunitas dalam ... sebuah integrasi dalam media seperti budaya ... dalam konteks berbagai macam

NEW MEDIA DAN FENOMENA SELEBGRAM(Studi Resepsi Remaja di Kalangan Followers Instagram @awkarin

Terhadap Fenomena Romantic Relationship dan Hedonisme Pada Konten Instagram @awkarin)

Fadillah AnantoMahfud Anshori

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan PolitikUniversitas Sebelas Maret Surakarta

AbstractIn mid 2016, the emergence of an adolescent selebgram named Karin

Novilda or known as Awkarin. In social media Instagram, Awkarin often uploads photos and romance videos with her boyfriend depicting scenes such as holding hands, hugging, and even kissing. In addition, Awkarin also uploaded photos and videos of his life that led to the behavior of hedonism. At the end of 2016, KPAI and Kominfo warned Awkarin because her way of expression does not conform to social values and norms.

However, after a meeting between Awkarin and KPAI and Kominfo, Awkarin's behavior on Instagram did not change and re-upload content that was considered contrary to the national identity. In fact, the number of Awkarin's followers on Instagram, is growing daily, to date reaching over two million accounts. This study aims to determine the reception of @awkarin’s adolescent followers towards the Phenomenon of Romantic Relationship and Hedonism On @awkarin’s Instagram Content.

Stuart Hall’s udiences reception studies are used to see the reception of adolescent. Decoding is the most important part of reception studies to see the process of the dominant ideology meaning from the audiences and the audiences are considered to be actively creating meaning over what they consume in the media. So put the audience in the position of dominant-hegemonic position, negotiated position, and opposition. The methdology is descriptive qualitative research, through data collection technique indepth interview and document study. Interviews were conducted on six informants from followers of Instagram @awkarin with predetermined criteria (purposive sampling).

Based on in-depth interviews of researchers with six followers Instagram @awkarin resulted the different meaning from the informants and three decodingpositions. Two informants are in dominant-hegemonic position, while three informants are in negotiated position, and one informant is in oppositional position. The position of decoding is influenced by past experiences, perceptions, and thoughts

Keywords: Reception Analysis, Decoding, Audiences, New Media, Social Media, Instagram, Awkarin

1

Page 3: D1215020.docx  · Web viewMerupakan bentuk pengalaman baru dari identitas diri maupun komunitas dalam ... sebuah integrasi dalam media seperti budaya ... dalam konteks berbagai macam

Pendahuluan

Kehadiran new media atau media baru seperti internet dipercaya memberikan

pengaruh terhadap cara berkomunikasi dan memperoleh informasi. Media baru

atau new media memungkinkan terjadinya konvergensi media, dimana melalui

satu media dapat diperoleh beragam tampilan presentasi yang menarik untuk

disaksikan. Konvergensi media menggabungkan unsur audio, visual, animasi, dan

grafik menjadi satu kesatuan yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan

dalam proses komunikasi. Mc Quail (dalam Suryani, 2013:39) mengungkapkan

bahwa media baru memiliki ciri utama seperti kesalingterhubungan, aksesnya

khalayak individu sebagai penerima atau pengirim pesan; interaktivitasnya,

kegunaannya yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang ada

“dimana-mana” (delocatedness).

Kini masyarakat telah mengenal banyak jenis konten new media atau media

baru yang dapat diakses secara online seperti situs jejaring sosial atau dikenal

sebagai media sosial. Media sosial sendiri merupakan bagian dari new media yang

terintegrasi dengan internet dan juga paling banyak digunakan serta populer di

masyarakat. Selain itu media sosial sebagai medium di internet juga

memungkinkan para penggunanya merepresentasikan diri, berekspresi,

berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan

membentuk ikatan secara sosial secara virtual (Nasrullah, 2017: 11). Konten

dalam media sosial sendiri merupakan perwakilan dari ekspresi atau kreativitas

para penggunanya, dimana dalam media sosial konten sepenuhnya milik dan

berdasarkan kontribusi pengguna atau pemilik akun (Nasrullah, 2017: 31).

Namun dalam kebebasan mengekspresikan segala sesuatu di dunia maya,

ternyata hal tersebut dapat berdampak kepada sisi negatif bagi seorang pengguna

maupun para pengguna lainnya. Salah satu contohnya adalah pada media sosial

yang marak digunakan saat ini yaitu Instagram. Sisi negatif dari kehadiran media

sosial Instagram sering kita perhatikan ketika para penggunanya cenderung lebih

gemar mengungkapkan diri, aktivitas, perasaan, sikap atau perilaku dan hal

lainnya secara over atau berlebihan, melalui fitur foto mapun video di dalamnya.

Salah satu contoh fenomena yang ada di media sosial Instagram adalah

munculnya seorang bernama Karin Novilda atau dikenal dengan sebutan

2

Page 4: D1215020.docx  · Web viewMerupakan bentuk pengalaman baru dari identitas diri maupun komunitas dalam ... sebuah integrasi dalam media seperti budaya ... dalam konteks berbagai macam

Awkarin. Di mata masyarakat Awkarin dipandang nakal dan berbahaya bagi

remaja karena caranya berekspresi di luar batas nilai dan norma sosial.

Kepopulerannya dianggap netizen didapatkan dari cara yang negatif. Dengan

jumlah dua juta akun pengikut (follower) di Instagram sampai saat ini, perilaku

Awkarin dapat dikatakan ingin “meliberalkan” pola pikir masyarakat dengan

caranya berekspresi lewat media sosial, khususnya Instagram. Di Instagram,

Awkarin kerap kali mengunggah foto maupun video keromantisan bersama

kekasihnya yang menggambarkan adegan seperti berpegangan tangan, berpelukan,

dan bahkan berciuman. Selain itu, Awkarin juga mengunggah foto maupun video

kehidupannya yang mengarah kepada perilaku hedonisme. Awkarin juga

mengungkapkan bahwa semua yang ia lakukan di Instagram merupakan cara ia

berekspresi dan bukan sebuah pencitraan.

Bahkan di akhir tahun 2016, KPAI dan Kominfo menegur Awkarin karena

caranya berekspresi tidak sesuai dengan jati diri bangsa dan dikhawatirkan

memberi dampak negatif kepada remaja seusianya, mengingat sebagian besar

pengikut (follower) Instagram Awkarin adalah remaja. Namun setelah mendapat

teguran, perilaku Awkarin di Instagram tidak berubah, dan kerap kali kembali

mengunggah konten-konten tersebut. Bahkan jumlah pengikut (follower) Awkarin

di Instagram terus bertambah, hingga sampai saat ini mencapai lebih dari dua juta

akun.

Kebanyakan remaja akan mengikuti apa yang dianggapnya menyenangkan

tanpa memedulikan baik atau buruknya. Namun itu semua tergantung kepada

bagaimana penerimaan dan pemaknaan masing-masing individu. Mengingat para

remaja mengalami proses berkembangnya kemantangan mental, emosional, dan

fisik seorang manusia. Adapun beberapa ciri remaja, diantaranya: pertumbuhan

fisik, perkembangan seksual, cara berpikir kausalitas, emosi yang meluap-luap,

mulai tertarik kepada lawan jenisnya, menarik perhatian lingkungan, dan terikat

dengan kelompok (Zulkifli, 2005:65).

Maka dari itu timbul sebuah pertanyaan, bagaimana sebenarnya para remaja

pengguna Instagram khususnya pengikut (follower) Instagram @awkarin dalam

menerima fenomena romantic relationship dan hedonisme pada konten Instagram

@awkarin? Karena menariknya jumlah pengikut (follower) Instagram @awkarin

3

Page 5: D1215020.docx  · Web viewMerupakan bentuk pengalaman baru dari identitas diri maupun komunitas dalam ... sebuah integrasi dalam media seperti budaya ... dalam konteks berbagai macam

jika diperhatikan semakin hari, semakin bertambah. Padahal konten-konten yang

dibagikan Awkarin sebagian besar bertentangan dengan nilai dan norma sosial

serta jati diri bangsa sebagaimana dikatakan oleh KPAI dan Kominfo.

Hal ini pun selaras dengan teori resepsi oleh Stuart Hall yang berkaitan erat

dengan khalayak dan berfokus pada cara khalayak terhadap isi pesan, serta

khalayak memiliki kebebasan dalam mengartikan makna dari isi pesan yang

disampaikan oleh media. Teori reception menjelaskan bahwa, dalam menerima

dan memaknai pesan gambar dan teks pada media massa, khalayak atau audiens

dipengaruhi oleh faktor-faktor kontekstual, seperti identitas khalayak, persepsi

terhadap konten, latar belakang sosial, sejarah, dan isu politik. Dari penjelasan

tersebut jelas bahwa dalam teori resepsi, khalayak tidak dapat dipandang sebagai

seorang yang pasif dalam menerima informasi atau isu-isu. Analisis resepsi

sendiri berfokus pada proses decoding, dimana perhatian individu dalam proses

komunikasi massa (decoding), yaitu pada proses pemaknaan dan pemahaman

yang mendalam atas konten media dan bagaimana individu menginterpretasikan

isi media (Hadi, 2009:3).

Instagram sebagai salah satu media sosial pun ikut menimbulkan isu-isu

penting terkait dengan kebebasan berekspresi. Dalam hal ini Ardianto (dalam

Melati, Prasetya, dan Martriana, 2015:117) berpendapat bahwa, sebagai media

komunikasi kontemporer, media sosial memiliki kekuatan yang sangat

mempengaruhi opini publik, penerimaan, dan pemaknaan masyarakat terkait isu

yang sedang berkembang. Fenomena tersebut dapat membuktikan bahwa media

sosial mampu membentuk opini dan pemaknaan dalam masyarakat terutama

sesama penggunanya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka peneliti

merumuskan masalah, yakni “bagaimana penerimaan (reception) remaja di

kalangan followers Instagram @awkarin terhadap fenomena romantic

relationship dan hedonisme pada konten Instagram @awkarin?

4

Page 6: D1215020.docx  · Web viewMerupakan bentuk pengalaman baru dari identitas diri maupun komunitas dalam ... sebuah integrasi dalam media seperti budaya ... dalam konteks berbagai macam

Telaah Pustaka

A. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi merupakan dasar bagi semua masyarakat dalam

menyampaikan dan mendapatkan informasi dari suatu hal. Dalam melakukan

komunikasi, setiap individu dapat bertukar pikiran sehingga memunculkan ide

atau solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. Membahas definisi

komunikasi, Rogers (dalam Mulyana, 2008:69) berpendapat bahwa,

komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada

suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku

mereka.

Komunikasi juga dibagi berdasarkan level atau tingkat, dimulai dari

komunikasi yang melibatkan jumlah peserta komunikasi paling sedikit dan

melibatkan jumlah peserta komunikasi paling banyak. Salah satu level komu-

nikasi adalah komunikasi interpersonal, atau komunikasi antara orang-orang

yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara

langsung, baik verbal maupun non verbal (Mulyana, 2008:78). Adapun

penelitian ini masuk kedalam kajian komunikasi interpersonal sebagai dasar

resepsi atau penerimaan pesan khalak terhadap fenomena konten selebgram

Awkarin di Instagram.

Dalam penelitian ini, akun Instagram @awkarin menyampaikan pesan

atau konten berupa foto maupun video kepada seluruh pengikutnya (follow-

ers). Tidak hanya itu, para pengikut (followers) Awkarin juga sebagian besar

memberikan komentar terhadap konten yang dibagikan oleh Awkarin melaui

fitur “comment” atau menyukai konten tersebut dengan memilih fitur “like”.

Artinya bahwa setiap pesertanya (followers Instagram @awkarin) memu-

ngkinkan menangkap reaksi orang lain (Awkarin atau @awkarin) secara

langsung, baik verbal maupun non verbal.

B. New Media

Pengertian new media atau media baru dikatakan oleh Terry Flew bahwa,

new media ditekankan pada forms atau format isi media yang dikombinasi

dan kesatuan data bai teks, suara, gambar, dan sebagainya dalam format

5

Page 7: D1215020.docx  · Web viewMerupakan bentuk pengalaman baru dari identitas diri maupun komunitas dalam ... sebuah integrasi dalam media seperti budaya ... dalam konteks berbagai macam

digital. Serta kemudian ditambahkan pada sistem penyebarannya yaitu

melalui jaringan internet (Hastjarjo, 2011:5-6). Adapun karakteristik new

media menurut Martin Lister (dalam (Hastjarjo, 2011:7) adalah sebagai

berikut:

1. Merupakan bentuk pengalaman baru dalam teks, hiburan, kesenangan dan

pola dalam konsumsi media.

2. Merupakan cara baru dalam merepresentasikan dunia seperti halnya inter-

aktif media.

3. Merupakan bentuk hubungan baru antara pengguna dengan konsumen,

dengan teknologi media.

4. Merupakan bentuk pengalaman baru dari identitas diri maupun komunitas

dalam berinteraksi baik dalam waktu, ruang, dan tempat.

5. Merupakan bentuk konsep baru dari hubungan manusia secara biologis

dengan teknologi media.

6. Merupakan pola baru dalam organisasi dan produksi, sebuah integrasi

dalam media seperti budaya, industri, ekonomi, akses informasi, kepemi-

likan, kontrol dan undang-undang.

C. Media Sosial dan Instagram

Nasrullah (2017:11) menjelaskan bahwa, media sosial adalah medium di

internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya mapun

berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain,

bahkan membentuk ikatan sosial secara virtual. Media sosial sendiri meru-

pakan wadah yang dapat digunakan oleh individu untuk melakukan interaksi,

serta sebagai wadah berekpsresi untuk mengembangkan kepribadian. Media

sosial sendiri terdiri dari beberapa tipe. Adapun Kaplan dan Haenlein

(2010:62-64) menjelaskan beberapa jenis dari media sosial, yaitu

Collaboration Project, Micro Blogs, Content Community, Social Networking

Sites, Virtual Game World.

Instagram merupakan sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan

penggunanya mengambil gambar dan video dengan menerapkan filter digital

untuk mengubah tampilan efek foto, dan membagikannya ke berbagai

layanan media sosial, termasuk milik Instagram sendiri. Atmoko (2012:28)

6

Page 8: D1215020.docx  · Web viewMerupakan bentuk pengalaman baru dari identitas diri maupun komunitas dalam ... sebuah integrasi dalam media seperti budaya ... dalam konteks berbagai macam

dalam bukunya yang berjudul Instagram Handbook menjelaskan bahwa

aplikasi Instagram memiliki lima menu utama yang semuanya terletak

dibagian bawah, yaitu Home Page, Comments, Explore, Profile, dan News

Feed. Selain itu menurut Atmoko (2012:52) ada beberapa bagian yang se-

baiknya diisi agar foto yang diunggah lebih informatif, yaitu Judul, Hashtag,

Lokasi (geotagging).

D. Teori dan Analisis Resepsi

Studi mengenai penerimaan dan pemaknaan konten media ini terkait den-

gan teori dan analisis resepsi. Salah satu standar untuk mengukur khalayak

media adalah dengan menggunakan analisis resepsi, dimana analisis ini mem-

berikan sebuah makna atas pemahaman teks media (cetak, elektronik, inter-

net) memahami bagaimana karakter teks dibaca oleh khalayak. Menurut Fiske

(dalam Adi, 2012:26-27) bahwa reception analysis sebagai pendukung dalam

kajian terhadap khalayak sesungguhnya hendak menempatkan khalayak tidak

semata pasif namun dilihat sebagai agen kultural (cultural agent) yang memi-

liki kuasa tersendiri dalam hal menghasilkan makna dari berbagai wacana

yang ditawarkan media. Makna yang diusung media lalu bisa bersifat terbuka

atau polysemic dan bahkan bisa ditanggapi secara oposisif oleh khalayak

Teori resepsi menempatkan khalayak (penonton/pembaca) dalam konteks

berbagai macam faktor yag turut mempengaruhi bagaimana membaca atau

menonton serta menciptakan makna dari teks. Stuart Hall (dalam Hadi,

2009:3) juga mengungkap bahwa, teori dan analisis resepsi memfokuskan

pada perhatian individu dalam proses komunikasi massa atau decoding, yaitu

pada proses pemaknaan dan pemahaman mendalam atas teks media dan

bagaimana individu menginterpretasikan isi pesan. Sebagaimana diketahui

pada elemen komunikasi bahwa decoding merupakan proses dimana individu

menerima pesan dari pihak lain. Ketika individu menerima pesan atau dari pi-

hak lain, maka individu tersebut melakukan decoding terhadap pesan itu

berdasarkan persepsi, pemikiran, dan pengalaman masa lalu (Morrisan, 2014:

548).

Menurut Stuart Hall (dalam Morissan, 2014:550-551) terdapat tiga ben-

tuk atau posisi dari proses encoding-decoding terkait dengan makna dan kha-

7

Page 9: D1215020.docx  · Web viewMerupakan bentuk pengalaman baru dari identitas diri maupun komunitas dalam ... sebuah integrasi dalam media seperti budaya ... dalam konteks berbagai macam

layak dalam mengkonsumsi suatu teks, pertama Dominant Hegemonic Posi-

tion, yaitu media (sender) menyampaikan pesan, khalayak (receiver)

menerimanya. Kode atau ideologi dominan (preferred reading) yang

disampaikan produser atau media (sender) secara kebetulan juga disukai oleh

khalayak (receiver). Kedua Negotiated Position, merupakan posisi dimana

khalayak (receiver) secara umum menerima ideologi dominan, namun

menolak penerapannya dalam kasus-kasus tertentu. Dan ketiga Oppositional

Position, yakni khalayak (receiver) menolak kode atau ideologi dominan dan

menolak makna yang disodorkan oleh produser (sender), dan kemudian

menggantikannya dengan cara berpikir mereka sendiri terhadap topik yang

disampaikan oleh media atau produser (sender).

E. Romantic Relationship dan Hedonisme

Dalam menggunakan media sosial banyak penggunannya seakan-akan

menjadikan media tersebut sebagai sarana berekspresi mereka dengan

berbagai fitur-fitur di dalamnya dalam menciptakan sebuah konten. Dengan

kebebasannya, berbagai hal pun dapat dilakukan di media sosial yang

membuat para penggunanya berlomba mengunggah atau mengekspresikan

apapun yang berkaitan dengan kehidupannya di media sosial. Salah satu con-

tohnya adalah pada fenomena Awkarin ini, dimana Awkarin menunjukkan

romantic relationship atau hubungan romantis bersama pasangannya dan juga

kehidupannya yang mengarah kepada perilaku hedonisme dengan mengung-

gah sebuah foto maupun video ke Instagram.

Menurut Devito (2007:109) love relationship atau romantic relationship

adalah ada kesepakatan, perhatian, keintiman, hasrat, dan komitmen. Dalam

hal hubungan romantis atau romantic relationship, Brehm (dalam Karney

dkk, 2007:8) menuturkan bahwa bahwa hubungan intim atau romatis adalah

hubungan dimana individu merasakan hubungan yang terus berlanjut,

bertanggung jawab, emosional, dan erotis dengan pasangan. Adapun berikut-

nya pengertian hedonisme menurut Teuku Jacob (dalam Sudarsih, 2007:1)

sendiri merupakan perilaku yang identik dengan hidup enak, berfoya-foya,

dan lebih berkonitasi kepada materi tanpa mempedulikan lagi akibat-akibat,

termasuk bencana, dan bagaimana masa depan. Dalam kultur masyarakat kita

8

Page 10: D1215020.docx  · Web viewMerupakan bentuk pengalaman baru dari identitas diri maupun komunitas dalam ... sebuah integrasi dalam media seperti budaya ... dalam konteks berbagai macam

yang masih kental dengan budaya timur, kata dan perilaku hedonisme

berkonotasi kepada hal negatif (Dewojati, 2010:15).

Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

Eriyanto (2014:56) penelitian deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan

secara detail suatu objek atau fenomena sosial yang diamati. Sedangkan metode

penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti

pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis

data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

daripada generalisasi (Sugiyono, 2012:1). Pada penelitian ini dilakukan

pengumpulan data melalui teknik in-depth interview atau wawancara secara

mendalam dan data kepustakaan dengan cara menelaah dan mengkaji bahan

bacaan yang relevan dengan tema yang diteliti, antara lain dengan menggunakan

buku, jurnal dan website-website terpercaya yang memuat informasi tentang topik

yang sedang diteliti.

Subjek pada penelitian ini disebut informan. Dalam penelitian ini, informan

dipilih dengan meggunakan teknik purposive sampling. Informan yang dipilih

adalah remaja yang benar-benar mengetahui Instagram @awkarin dengan konten-

konten di dalamnya melalui aktivitas mem-follow atau menjadi pengikut

(follower) untuk dijadikan informan, dengan pertimbangan-pertimbangan kriteria

informan yang dipilih yaitu pengguna Instagram berjenis kelamin laki-laki atau

perempuan, berusia 13 – 21 tahun, dan mengikuti atau sebagai pengikut (follower)

dari akun Instagram @awkarin sejak tahun 2016. Pada penelitian ini objek

penelitian adalah konten Instagram @awkarin. Objek tersebut berfokus kepada

konten berupa foto maupun video yang menggambarkan fenomena romantic

relationship dan perilaku hedonisme selebgram Awkarin pada akun Instagramnya.

Pada penelitian ini teknik triangulasi sumber data digunakan untuk

mengkroscek atau membuktikan hasil data dilihat dari data lain yang diperoleh.

Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis interactive model oleh

9

Page 11: D1215020.docx  · Web viewMerupakan bentuk pengalaman baru dari identitas diri maupun komunitas dalam ... sebuah integrasi dalam media seperti budaya ... dalam konteks berbagai macam

Miles dan Huberman (dalam Pawito, 2007:104) yang terdiri dari tiga komponen,

yakni reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan

serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusion).

Sajian dan Analisis Data

Media sosial Instagram sebagai media baru atau aplikasi secara online yang

menawarkan layanan berbagi foto maupun video dengan disertai filter-filter

digital serta fitur-fitur pendukung di dalamnya, memungkinkan para

penggunannya untuk berinteraksi, merepresentasikan diri, berekspresi, dan bahkan

membentuk ikatan sosial secara visual. Adanya kebaruan dari media tersebut,

sebagaimana dalam penelitian ini, memunculkan sebuah fenomena romantic

relationship dan hedonisme pada konten Instagram @awkarin.

Disini Awkarin mem-posting konten berupa foto maupun video yang

menggambarkan adegan berpegangan tangan, berpelukan, dan berciuman. Selain

itu ia juga mem-posting kehidupannya yang mengarah kepada perilaku hedonisme

seperti berpakaian vulgar, merokok, mentato, clubbing, minum-minuman

beralkohol, berbelanja barang atau sekedar menghabiskan waktu bersama teman-

temannya di tempat eksklusif. Semua itu diungkapkan oleh Awkarin sebagai

caranya berekspresi dan bukanlah sebuah pencitraan.

Artinya Awkarin melakukan encoding dengan mem-posting konten-konten

berupa foto maupun video di Instagram, yang pada akhirnya seluruh pesan atau

konten berupa foto maupun video yang di-posting oleh Awkarin tersebut,

khususnya yang mengarah kepada fenomena romantic relationship dan

hedonisme, kemudian di-decoding oleh para pengikutnya (followers). Hal ini pun

selaras dengan pendapat Stuart Hall (dalam Hadi, 2009:3) bahwa, diantara proses

produksi dan teks yang dijalankan oleh media, ada sebuah tahap penyandian

(encode) yang kemudian dipecahkan melalui penyandian balik (decode) oleh

khalayak ketika menerima teks tersebut. Dalam hal ini juga diketahui bahwa

konten berupa foto maupun video yang mengarah kepada fenomena romantic

relationship dan hedonisme yang di-posting Awkarin di Instagram merupakan

cara ia bereskpresi dan bukanlah sebuah pencitraan bagi dirinya.

10

Page 12: D1215020.docx  · Web viewMerupakan bentuk pengalaman baru dari identitas diri maupun komunitas dalam ... sebuah integrasi dalam media seperti budaya ... dalam konteks berbagai macam

Penelitian ini mengambil enam orang informan remaja di kalangan followers

Instagram @awkarin dengan krtiteria yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk

menganalisis bagaimana penerimaan (reception) remaja di kalangan followers

Instagram @awkarin terhadap fenomena romantic relationship dan hedonisme

pada konten Instagram @awkarin, pertama peneliti meninjau dari aspek decoding

pesan berdasarkan pengalaman masa lalu, persepsi, dan pemikiran (Morrisan,

2014:548). Kemudian hasil decoding pesan dari keenam informan dikelompokkan

menjadi tiga bentuk atau posisi penerimaan pesan khalayak oleh Stuart Hall, yakni

dominant hegemonic position, negotiated positian, dan oppositional position

(Melati, Prasetya, dan Martriana, 2015:118).

1. Dominant Hegemonic Position

Dalam posisi ini didapatkan dua orang informan, yakni Chynthia Fauziah

Handhini dan Adelia Natalia Palangan. Mereka menilai bahwa fenomena ro-

mantic relationship dan hedonisme pada konten Instagram @awkarin meru-

pakan cara Awkarin berekspresi, artinya penilaian mereka sesuai dengan ide-

ologi dominan sebagaimana diungkapkan oleh Awkarin. Posisi dominan ini

didasarkan pada proses decoding berdasarkan pengalaman masa lalu,

persepsi, dan pemikiran. Terutama sifat dominan mereka diperkuat oleh pen-

galaman masa lalu, dimana mereka mengaku atau memposisikan diri sebagai

penggemar (fans) dari sosok Awkarin.

Pada fenomena konten romantic relationship berupa foto maupun video

di Instagram @awkarin yang menggambarkan adegan berpegangan tangan,

berpelukan, dan berciuman, dinilai Cynthia dan Adelia sebagai hal yang sah-

sah saja dan tidak melanggar hukum, karena pihak Instagram sendiri tidak

melakukan banned terhadap konten-konten tersebut. Artinya konten-konten

hubungan romantis Awkarin dinilai Adelia tidak berdampak negatif. Di ne-

gara demokrasi seperti Indonesia, setiap warganya diberi kebebasan hak un-

tuk berpendapat. Mereka juga memaknai konten-konten tersebut sebagai cara

berekspresi Awkarin untuk menunjukkan atau mengungkapkan dirinya

kepada orang-orang bahwa Awkarin merupakan sosok apa adanya, bahkan

seharusnya orang Indonesia merubah mindset dan stereotip dalam menilai

seseorang.

11

Page 13: D1215020.docx  · Web viewMerupakan bentuk pengalaman baru dari identitas diri maupun komunitas dalam ... sebuah integrasi dalam media seperti budaya ... dalam konteks berbagai macam

Sedangkan pada fenomena konten berupa foto maupun video gaya hidup

Awkarin yang mengarah kepada perilaku hedonisme di Instagram, dinilai

mereka sebagai hak Awkarin yang sah-sah saja dalam mem-posting apapun

yang diinginkannya. Bahkan mereka memaknai Awkarin sebagai sosok

pekerja keras yang dapat menghasilkan penghasilan sendiri. Dan ketika di In-

stagram Awkarin mem-posting konten-konten yang mengarah kepada peri-

laku hedonisme, seperti merokok, mentato, berpakaian vulgar, clubbing,

minum-minuman beralkohol, dan berbelanja barang atau menghabiskan

waktu bersama teman-temannya di tempat eksklusif, itu merupakan hak yang

layak didapatkan Awkarin untuk bersenang-senang dari hasil kerjanya.

2. Negotiated Position

Dalam posisi ini didapatkan tiga orang informan, yakni Ali Achmad

Zainuri, Intan Hendrawati, dan Ahmad Naufal. Dari hasil decoding

berdasarkan pengalaman masa lalu, persepsi, dan pemikiran, ditemukan

bahwa terdapat beberapa hal dari sosok Awkarin dengan konten Instagram-

nya berupa foto maupun video yang di disukai, diterima, dan dimaknai secara

positif oleh ketiga informan tersebut. Namun di sisi lain, terdapat pula negosi-

asi atau pertimbangan yang mereka anggap bertentangan dengan apa yang

mereka pahami.

Pada fenomena konten romantic relationship foto maupun video yang

menggambarkan adegan berpegangan tangan, berpelukan dan berciuman,

serta kehidupan yang mengarah kepada perilaku hedonisme di Instagram

@awkarin, mereka menilai sebagai hal yang tidak melanggar hukum dan hak

Awkarin dalam bebas mengekspresikan dirinya di media sosial Instagram,

juga memaknai Awkarin sebagai sosok yang mandiri dan layak ditiru dalam

menghasilkan penghasilan sendiri. Namun di sisi lain, mereka masih mem-

pertimbangkan nilai-nilai budaya, karena konten-konten keromantisan

Awkarin dinilai mereka kurang sopan dan terlalu vulgar jika diterapkan di bu-

daya Indonesia. Selain itu itu mereka menyarankan Awkarin agar lebih sadar

akan dampak yang ditimbulkan, karena konten-konten tersebut dikhawatirkan

berdampak negatif.

3. Oppositional Position

12

Page 14: D1215020.docx  · Web viewMerupakan bentuk pengalaman baru dari identitas diri maupun komunitas dalam ... sebuah integrasi dalam media seperti budaya ... dalam konteks berbagai macam

Dalam hal ini salah satu informan bernama Putri secara utuh memandang

negatif dan menolak ideologi dominan fenomena romantic relationship dan

hedonisme pada konten Instagram @awkarin sebagai sebuah cara berek-

spresi. Sifat oposisi ini diperkuat oleh pengalaman masa lalu Putri yang men-

gaku dan memposisikan dirinya sebagai yang tidak suka dengan sosok

Awkarin atau lebih dikenal dengan istilah “hater”, yang mengikuti Instagram

@awkarin.

Pada fenomena konten romantic relationship foto maupun video yang

menggambarkan adegan berpegangan tangan, berpelukan dan berciuman di

Instagram @awkarin, dinilai Putri sebagai suatu hal yang tidak mendidik dan

tidak sesuai dengan nilai-nilai agama islam, yang dianut oleh sebagian besar

masyarakat di Indonesia. Bahkan Putri berpendapat adegan romantis Awkarin

yang berlebihan di Instagram melanggar hukum atau kaidah-kaidah keisla-

man dan berdampak negatif bagi para pengguna Instagram lainnya.

Sedangkan pada fenomena konten berupa foto maupun video gaya hidup

Awkarin yang mengarah kepada perilaku hedonisme di Instagram, dinilai Pu-

tri sebagai pencitraan atau cara Awkarin mencari sensasi agar akun Instagram

@awkarin mendapat banyak follower. Putri juga menambahkan bahwa cara

berekspresi Awkarin dari hasil kerjanya dinilai sebagai sikap meny-

ombongkan diri atau “pamer”.

Seperti sudah tergambar sebelumnya pada bagian reception theory,

bahwa melalui pendasaran studinya pada encoding/decoding milik Stuart Hall

(dalam Hadi, 2009:2) teori resepsi ini melalui banyak studi yang

dilakukannya menempatkan khalayak (penonton/pembaca) dalam konteks

berbagai macam faktor yag turut mempengaruhi bagaimana membaca atau

menonton serta menciptakan makna dari teks. Maka semua ini cenderung

mengindikasikan individu khalayak media begitu aktif dalam mengkonsumsi

isi media.

Kesimpulan

Meskipun seluruh informan merupakan remaja di kalangan followers

Instagram @awkarin, ternyata mereka didapati memiliki penerimaan (reception)

yang berbeda terhadap fenomena romantic relationship dan hedonisme pada

13

Page 15: D1215020.docx  · Web viewMerupakan bentuk pengalaman baru dari identitas diri maupun komunitas dalam ... sebuah integrasi dalam media seperti budaya ... dalam konteks berbagai macam

konten Instagram @awkarin. Perbedaan penerimaan (reception) tersebut didasari

atas decoding para informan berdasarkan pengalaman masa lalu, persepsi, dan

pemikiran. Selain itu, adanya perbedaan latar belakang seperti usia, pendidikan,

jenis kelamin, domisili tempat tinggal atau sosial kultural nampaknya juga

mempengaruhi perbedaan penerimaan dan pemaknaan para informan. Hal ini

selaras dengan pendapat Nasrullah (2017:87) bahwa, penciptaan makna tidak

terlepas dari karakteristik khalayak yang bersifat heterogen, yakni berasal dan

terdiri dari lapisan atau kategori sosial yang tersebar di beberapa wilayah sasaran.

Sesuai dengan pengelompokan resepsi khalayak menurut teori Stuart Hall,

maka pernyataan informan melalui decoding berdasarkan pengalaman masa lalu,

persepsi, dan pemikiran terhadap fenomena romantic relationship dan hedonisme

pada konten Instagram @awkarin, diklasifikasikan kedalam tiga bentuk atau

posisi penerimaan yaitu dominant hegemonic position, negotiated position, dan

oppositional position. Informan pada posisi dominant-hegemonic menerima

secara utuh dan positif fenomena konten romantic relationship dan hedonisme

pada konten Instagram @awkarin sebagai cara berekspresi Awkarin. Pada

negotiated position informan mempertimbangkan nilai kebudayaan dan dampak

negatif dari fenomena konten-konten kontroversial Awkarin. Sedangkan pada

opposition position informan cenderung tidak menerima fenomena tersebut

sebagai cara Awkarin berekspresi. Informan menilai konten-konten tersebut

melanggar nilai keagamaan, khususnya kaidah-kaidah keislaman, dimana

sebagian masyarakat Indonesia menganut agama islam.

Daftar PustakaAdi, Tri Nugroho. (2012). Mengkaji Khalayak Media Dengan Metode Penelitian

Resepsi. Jurnal Ilmiah Acta diurnA. Vol. 8, No 1, pp 26-30. Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Jendral Soedirman.

Atmoko, Bambang Dwi. 2012. Instagram Handbook. Jakarta: Media Kita. Devito, Joseph. A. (2007). The Interpersonal Communication. 11th Edition.

Boston: Pearson.Dewojati, Cahyaningrum. (2010). Wacana Hedonisme Dalam Sastra Populer

Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Eriyanto. (2014). Analisis Isi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hadi, Ido Prijana. Januari (2009). Jurnal Penelitian Khalayak Dalam Persfektif

Reception Analisis. Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 3, No. 1, pp 1-7. Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra.

14

Page 16: D1215020.docx  · Web viewMerupakan bentuk pengalaman baru dari identitas diri maupun komunitas dalam ... sebuah integrasi dalam media seperti budaya ... dalam konteks berbagai macam

Hastjarjo, Sri. (2011). New Media Teori dan Aplikasi. Surakarta: Lindu Pustaka.Kaplan, Andreas M., Michael Haenlein. (2010). User Of The Word, Unite! The

challenges and Opportunities of Social Media. Business Horizons. Vol. 53, issue 1, pp 59-68. Kelley School of Business Indiana University.

Karney, Benjamin R., Beckett, Megan K., Collins, Rebecca L., Shaw, Rebecca. (2007). Adolescent Romantic Relationships as Precursors of Healthy Adult Marriages : A Review of Theory, Research, and Programs (e-book). Santa Monica: RAND Corporation.

Melati, Citra, Prasetya, Arif Prima, dan Martriana PS. (2015). Analisis Resepsi Komunikasi Politik di Instagram @ridwankamil. Proceeding Comicos “Imagining e-Indonesia: Local Wisdom in the Midst of Media Technology and Communication Policy”, 26-27 November 2015, pp 115-130. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atmajaya Yogyakarta.

Morrisan. (2014). Teori Komunikasi Dari Invidu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mulyana, Deddy. (2008). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdajarya.

Nasrullah, Rulli. (2017). Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Cetakan ke-3. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS. Sudarsih, Sri. (2007). Konsep Hedonisme Epikuros dan Situasi Indonesia Masa

Kini. Jurnal Humanika. Vol 14, No 1, pp 1-10. Semarang: Fakultas Ilmu Budaya UNDIP.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryani, Any. (2013). Analisis Resepsi Penonton Atas Popularitas Instan Video Youtube Keong Racun Sinta dan Jojo. THE MESSENGGER. Volume 5, No. 1, pp 39-45. Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Semarang.

Zulkifli. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: : Remaja Rosdakarya.

15