D. MODUL PAK PDF

11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Akibat Kerja 1. Definisi Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang diakibatkan karena lingkungan pekerjaan yang buruk. Pengaruh lingkungan kerja ini tidak hanya dapat diderita oleh pekerja tapi dapat pula menimpa manusia yang ada di sekeliling perusahaan. 7 Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini artifisial oleh karena timbulnya disebabkan oleh adanya pekerjaan. 8 2. Penyebab Beberapa faktor penyebab penyakit yang sering dijumpai pada lingkungan kerja adalah 1) golongan infeksi ; 2) golongan kimia ; 3) golongan biologis ; 4) golongan fisiologis ; 5) golongan psikologis. 8 Pada dasarnya penyakit yang timbul akibat kerja dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu penyakit umum dan penyakit akibat kerja. Penyakit umum berasal dari kondisi semula para pekerja, termasuk penyakit umum adalah infeksi penyakit endemik dan penyakit karena cacing. Sedangkan penyakit akibat kerja terjadi karena pengaruh lingkungan pekerjaan yang kurang baik di tempat kerja maupun hasil sisa buangan industri yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitarnya misalnya debu, kebisingan, racun kimia, dll. 7 3. Akibat Akibat yang terjadi antara lain : 8 1. Golongan fisik , seperti : a. Suara menyebabkan pekak / tuli. b. Radiasi yang berasal dari bahan – bahan radioaktif yang dapat menyebabkan antara lain penyakit sistem darah dan kulit. Radiasi

description

D. MODUL PAK PDF

Transcript of D. MODUL PAK PDF

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Penyakit Akibat Kerja 1. Definisi

    Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang diakibatkan karena lingkungan

    pekerjaan yang buruk. Pengaruh lingkungan kerja ini tidak hanya dapat diderita

    oleh pekerja tapi dapat pula menimpa manusia yang ada di sekeliling perusahaan. 7

    Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan

    atau lingkungan kerja. Penyakit ini artifisial oleh karena timbulnya disebabkan

    oleh adanya pekerjaan.8

    2. Penyebab

    Beberapa faktor penyebab penyakit yang sering dijumpai pada lingkungan

    kerja adalah 1) golongan infeksi ; 2) golongan kimia ; 3) golongan biologis ; 4)

    golongan fisiologis ; 5) golongan psikologis.8

    Pada dasarnya penyakit yang timbul akibat kerja dapat dikelompokkan

    menjadi 2 golongan yaitu penyakit umum dan penyakit akibat kerja. Penyakit

    umum berasal dari kondisi semula para pekerja, termasuk penyakit umum adalah

    infeksi penyakit endemik dan penyakit karena cacing. Sedangkan penyakit akibat

    kerja terjadi karena pengaruh lingkungan pekerjaan yang kurang baik di tempat

    kerja maupun hasil sisa buangan industri yang dapat mempengaruhi lingkungan

    sekitarnya misalnya debu, kebisingan, racun kimia, dll.7

    3. Akibat

    Akibat yang terjadi antara lain : 8

    1. Golongan fisik , seperti :

    a. Suara menyebabkan pekak / tuli.

    b. Radiasi yang berasal dari bahan bahan radioaktif yang dapat

    menyebabkan antara lain penyakit sistem darah dan kulit. Radiasi

  • sinar inframerah bisa mengakibatkan katarak pada lensa mata. Sinar

    ultraviolet dapat menyebabkan conjungtivitis photo electrica.

    c. Suhu terlalu tinggi menyebabkan heat stroke heat cramps, suhu yang

    rendah menimbulkan frostbite.

    d. Tekanan yang tinggi menyebabkan caisson diesease.

    e. Penerangan yang kurang baik menyebabkan kelainan pada indra

    penglihatan

    2. Golongan kimiawi

    a. Debu menyebabkan pneumokoniosis, diantaranya silikosis,

    bisinosis, asbestosis, dan lain lain.

    b. Uap menyebabkan metal fume fever dermatitis / keracunan.

    c. Gas seperti CO, H2S dapat menimbulkan keracunan.

    d. Larutan menyebabkan dermatitis.

    e. Kabut / awan menyebabkan keracunan.

    3. Golongan infeksi

    Misalnya bakteri, virus, parasit maupun jamur.

    4. Golongan fisiologis

    Seperti kesalahan kesalahan kontruksi mesin, sikap badan kurang baik

    dapat menimbulkan kelelahan fisik, bahkan lambat laun menyebabkan

    perubahan fisik tubuh pekerja.

    5. Golongan mental psikologis

    Dapat menyebabkan stress psikologis dan depresi.8

    B. Alat Pelindung Diri Perlindungan tenaga kerja meliputi usaha usaha tekhnik pengamanan tempat,

    peralatan, dan lingkungan kerja adalah sangat perlu dan di utamakan. Namun kadang

    keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan

    alat pelindung diri ( APD ). APD ini harus memenuhi persyaratan : 1) Enak dipakai ;

    2) Tidak mengganggu kerja ; 3) Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis

    bahaya.9

  • APD adalah Produk yang digunakan oleh tubuh untuk melindungi tubuh dari

    potensi bahaya.8

    APD beraneka ragam macamnya. Jika digolongkan menurut bagian tubuh yang

    dilindunginya, maka jenis APD dapat digolongkan atas 1). Kepala : Pengikat rambut,

    penutup rambut, topi dari berbagai bahan ; 2) Mata: Kacamata dari berbagai gelas ;

    3) Muka : Perisai muka ; 4) Tangan dan jari : Sarung tangan ; 5) Kaki : Sepatu ; 6)

    Alat pernafasan : Respirator, masker ; 7) Telingga : Sumbat telingga, tutup telinga

    ; 8) Tubuh : Pakaian kerja.9

    Paru paru harus dilindungi manakala udara tercemar atau ada kemungkinan

    kekurangan oksigen dalam udara. Pencemar pencemar mungkin berbentuk gas, uap

    logam, kabut, debu dll.10

    C. Timbal Timbal adalah logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan

    tersebar kealam dalam jumlah kecil melalui proses alam. Timbal yang ada

    dilingkungan juga berasal dari kegiatan manusia yang jumlahnya 300 kali lebih

    banyak dibandingkan yang berasal dari proses alami. Timbal terakumulasi di

    lingkungan, tidak dapat terurai secara biologis dan toksisitasnya tidak berubah

    sepanjang waktu.11

    Gas timbal terutama berasal dari pembakaran bahan aditif bensin dari kendaraan

    bermotor yang terdiri dari tetraetil Pb dan tetrametil Pb.11

    Berdasarkan penelitian, kandungan timbal per meter kubik udara di Jakarta pada

    tahun 2003 sebanyak 0,02 miligram per desiliter. Angka itu memang tergolong lebih

    kecil dibandingkan dengan standar internasional yang menetapkan dua miligram per

    desiliter. Ini terjadi karena sejak tahun 2001, Jakarta sudah menggunakan bensin

    tanpa timbal. Pencemaran timbal paling besar memang berada di udara, yaitu sebesar

    85 persen. Pencemaran itu paling banyak dihasilkan oleh emisi gas buang kendaraan

    yang belum bebas timbal.12

    Timbal dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan

    pencernaan dalam bentuk senyawa organomental, serta mampu menembus kulit

    sehingga dapat menimbulkan keracunan. Gejala orang yang mengalami keracunan Pb

  • antara lain : mudah marah, lesu, sakit kepala, depresi, sembelit, melemahnya otot

    otot kerja, dalam konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kerusakan saraf, ginjal, hati,

    lambung, menurunkan kesuburan dan kehamilan tidak normal juga diduga dapat

    menyebabkan kanker.13

    D. Karbon monoksida Karbon monoksida adalah suatu gas tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa,

    dapat terbakar dan mudah meledak, gas ini lebih ringan daripada udara. Sumber

    poetensi karbon monoksida diantaranya adalah pembakaran yang tidak sempurna.14

    Karbon monoksida ( CO ) merupakan gas yang dikeluarkan akibat pembakaran

    bahan bakar minyak (BBM) yang tidak sempurna. Pembakaran BBM yang sempurna,

    akan menghasilkan gas CO. Gas CO mampu bertahan lebih lama di permukaan

    atmosfer, sebab atmosfer bumi baru bisa menyerapnya setelah 1-5 tahun. 15

    Polusi CO dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan. Karbon

    monoksida, memiliki daya ikat yang lebih kuat daripada oksigen (O2). Apabila

    dihirup manusia, CO akan lebih mudah berikatan dengan darah atau hemoglobin

    (Hb). Jika CO berikatan dengan Hb, darah akan kekurangan oksigen. Akibatnya,

    orang akan menderita pusing, bahkan pada titik tertentu bisa mengalami keracunan,

    mengalami gangguan pada jantung, bahkan kematian. 15

    Berdasarkan SK Gubernur Jateng No 8/2001, batas maksimum kadar CO di Kota

    Semarang 10 mikrogram/Newtonmeter kubik 15

    E. Debu Debu adalah suatu kumpulan yang terdiri dari berbagai macam partikel padat di

    udara yang berukuran kasar dan tersebar, yang biasa disebut koloid. Debu umumnya

    berasal dari gabungan secara mekanik dari material yang berukuran kasar. Debu

    termasuk ke dalam substansi yang bersifat toksik. Partikel partikel debu yang

    terbawa bersama dengan aliran udara ke dalam jantung selama proses penghirupan

    udara, sebagian besar akan dihembuskan kembali melalui mekanisme kerja jantung.

    Sebagian kecil diendapkan di jantung, tergantung pada ukuran partikel dan pengaruh

    dari hukum fisik partikel.16

  • Hasil penelitian secara medis mmenunjukkan bahwa partikel debu berukuran

    0,1 5 m dapat tetap berada dalam alveolus sebagai debu respirabel, sedangkan

    partikel yang berukuran lebih besar akan tertahan membran mukosa dari hidung,

    tenggorokan , trakea, dan bronchus yang selanjutnya akan dikeluarkan melalui

    mekanisme kerja jantung. Partikel yang lebih kecil ( 0,1 m ) sebagai suatu bentuk

    koloid ( misal asap rokok ) mekanisme pengeluarannya dilakukan melalui limpatik

    dengan memasuki jaringan tubuh interstitial.16

    Efek Biologis paparan debu dan bahayanya terhadap kesehatan diantaranya : 1)

    Efek Fibrogenik yang dapat menyebabkan reaksi fibrosis pada jaringan jantung dan

    nodus limpa ; 2) Efek Iritan yang memberikan gangguan iritasi pada membran

    mukosa mata dan saluran pernafasan diantaranya memperlihatkan gejala seperti

    tampak menjadi merah, bengkak, merasa gatal, menangis, bersin dan batuk ; 3) Efek

    Karsinogenik yaitu berupa faktor eksternal yang berpengaruh diantaranya meliputi

    nutrisi, kondisi hidup, polusi lingkungan dan akibat kerja ; 4) Efek Sistemik Toksik

    yaitu banyak subtansi yang berbahaya menyebabkan efek sistemik toksik sebagai

    hasil dari debu yang masuk melalui saluran pernafasan.16

    F. Pencegahan Terhadap Paparan Debu Upaya pencegahan paparan debu dari lingkungan di mana kita berada dapat di

    bagi menjadi 2 macam yaitu pengukuran secara tekhnis dan pemeriksaan secara

    medis.16

    Pengukuran secara tekhnis terutama ditujukan untuk proteksi seseorang

    khususnya di tempat kerja dengan dilakukan pengukuran kadar debu, hasilnya

    dibawah atau diatas nilai ambang batas.16

    Untuk perlindungan bagi pekerja dengan kondisi lingkungan yang potensial

    menghasilkan debu yang banyak, diharuskan menggunakan alat pelindung diri,

    terutama alat pelindung diri terhadap organ pernafasan. Penggunaan masker

    merupakan salah satu alat untuk perlindungan terhadap debu. 16

    G. Perilaku

  • Perilaku secara luas tentu tidak hanya dapat ditinjau dalam kaitannya dengan

    sikap manusia. Pembahasan perilaku dari sudut teori motivasi, dari sisi teori belajar

    dan dari sudut pandang lain akan memberikan penekanan yang berbeda beda.

    Namun satu hal selalu dapat disimpulkan yaitu bahwa perilaku manusia tidaklah

    sesederhana untuk dipahami dan diprediksi. Begitu banyak faktor faktor internal

    dan external dari dimensi masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang yang ikut

    mempengaruhi perilaku manusia. 17

    Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai jiwa ( berfikir, berpendapat, bersikap,

    berniat, dan sebagainya ) untuk memberikan respon terhadap situasi di luar subyek

    tersebut. Respon itu dapat bersifat pasif ( tanpa tindakan ) dan aktif ( diikuti tindakan

    nyata ) bentuk operasional perilaku dapat dibedakan menjadi : 6 1) Perilaku dalam

    bentuk pengetahuan polisi lalu lintas terhadap masker ; 2) Perilaku dalam bentuk

    sikap polisi lalu lintas terhadap masker ; 3) Perilaku dalam bentuk praktik polisi lalu

    lintas terhadap masker. Ada beberapa teori yang mengungkap determinan perilaku

    berangkat dari analisis faktor faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya

    perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Diantara teori tersebut adalah teori

    Lawrence Green . 6

    Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat

    kesehatan. Bahwa perilaku seseorang ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu :

    1) Faktor faktor predisposisi ( predisposing factors ) yang terwujud dalam

    pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai nilai dan sebagainya ; 2) Faktor

    faktor pendukung ( enabling factors ) yang terwujud dalam lingkungan fisik,

    tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan ; 3) Faktor faktor pendorong ( reinforcing

    factors ) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petusas kesehatan, atau petugas lain,

    yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.6

    H. Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus

    yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan,

    serta lingkungan. Perilaku tersebut diantaranya : 1) Perilaku sehubungan dengan

    peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ( health promotion ), misalnya makan

  • makanan yang bergizi, olah raga, dan sebagainya. ; 2) Perilaku pencegahan penyakit (

    health prevention behavior ) adalah respon untuk melakukan pencegahan penyakit,

    misalnya petugas polisi lalu lintas memakai masker saat bertugas di jalan ; 3)

    Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan ( health seeking behavior ), yaitu

    perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha untuk mengobati

    sendiri penyakitnya ke fasilitas fasilitas pelayanan kesehatan modern maupun ke

    fasilitas kesehatan tradisional ; 4) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (

    health rehabilitation behavior ) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha

    usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit.6

    I. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan

    penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

    indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

    Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.6

    Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

    terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

    langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (

    1974 ) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri

    orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu : 1) awareness ( kesadaran ),

    dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap

    stimulus ; 2) interest ( tertarik ), dimana orang mulai tertarik kepada stimulus ; 3)

    evaluation ( evaluasi ), dimana orang mulai menimbang nimbang terhadap baik dan

    tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya ; 4) trial ( mencoba ), dimana orang telah

    mulai mencoba perilaku baru ; 5) adoption ( meniru ), dimana subyek telah

    berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap

    stimulus.6

    Beberapa tingkatan dalam pengetahuan , yaitu : 1) Tahu (know) diartikan

    sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Merupakan tingkat

    pengetahuan yang paling rendah ; 2) Memahami (comprehension) diartikan sebagai

    suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan

  • dapat menginterpretasikan materi secara benar ; 3) Aplikasi ( application )

    diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

    kondisi sebenarnya ; 4) Analisis (analysis) diartikan sebagai suatu kemampuan

    untuk menjabarkan materi kedalam komponen komponen, tetapi masih didalam

    suatu struktur organisasi tersebut ; 5) Sintesis ( synthesis ) diartikan menunjukkan

    kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian bagian di dalam suatu

    bentuk keseluruhan yang baru. ; 6) Evaluasi ( evaluation ) berkaitan dengan

    kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu obyak.6

    J. Sikap Sikap merupakan hasil dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai

    dengan rangsang yang diterimanya. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat,

    akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup.

    Secara opersional pengertian sikap menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi

    terhadap kategori stimulus tertentu dan dalam penggunaan praktis, sikap seringkali

    dihadapkan dengan rangsang sosial dan reaksi yang bersifat emosional. Sikap adalah

    kesiapan untuk bertindak dan bukan sebagai pelaksana. Sikap memiliki 3 komponen

    yaitu 1) komponen kognisi yang hubunganya dengan kepercayaan, ide dan konsep ;

    2) komponen afeksi yang menyangkut kehidupan emosional seseorang ; 3) komponen

    konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku.18 Ketiga komponen ini

    secara bersama sama membentuk sikap yang utuh, pengetahuan, berfikir,

    keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.6 Jika seorang polisi lalu lintas

    telah mendengar bahaya bila tidak menggunakan masker penutup hidung saat

    bertugas, maka pengetahuan itu kemungkinan akan mempengaruhi polisi lalu lintas

    tersebut untuk memakai masker saat bertugas. Oleh karena itu sikap adalah relativ

    konstan dan agak sukar berubah. Jika ada perubahan dalam sikap berarti adanya suatu

    tekanan yang kuat dan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap

    melalui proses tertentu.18

    Beberap tingkatan dalam sikap yaitu : 1) Menerima ( receiving ), yaitu bahwa

    orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. ; 2) Merespon ( responding

    ), yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

  • yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. ; 3) Menghargai ( valuing ), yaitu

    mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. ; 4)

    Bertanggung Jawab ( responsible ), yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

    telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.6

    K. Praktik Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan ( overt behavior )

    untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu tindakan nyata diperlukan faktor

    pendukung yang memungkinkan, antara lain adalah pemberian dan sosialisasi

    masker. Sikap polisi lalu lintas yang positif terhadap penggunaan masker harus

    mendapat konfirmasi dari atasan dan ada fasilitas , agar polisi lalu lintas tersebut mau

    menggunakan masker. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan

    dari pihak lain, misalnya dari rekan kerja, masyarakat, dan lain lain.6

    Beberapa tingkatan dalam praktik yaitu : 1) Persepsi ( perception ), yaitu

    mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan

    diambil, dan ini merupakan indikator praktik tingkat pertama. ; 2) Respon terpimpin (

    guided response ), yaitu dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai

    dengan contoh, dan ini merupakan indikator praktik tingkat kedua. ; 3) Mekanisme (

    mechanism ), yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

    secara otomatis, atau sesuatu sudah merupakan suatu kebiasaan, merupakan indikator

    praktik tingkat ketiga. ; 4) adaptasi ( adaptation ), yaitu suatu praktik atau tindakan

    yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa

    mengurangi kebenaran tindakan tersebut.6

    Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan

    wawancara terhadap kegiatan kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam , hari,

    atau bulan. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yaitu dengan

    mengobservasi tindakan responden.6

    L. Polisi Lalu Lintas di Kesatuan Polres Kendal Polisi lalu lintas merupakan bagian yang terpenting dari sebuah instansi

    Kepolisian. Penampilan polisi lalu lintas sering menjadi identitas polisi secara

  • keseluruhan. Sebenarnya polisi lalu lintas merupakan salah satu kesatuan yang

    tersendiri dari Kepolisian, yang terdiri dari unit unit. Pembagian tugas petugas

    polisi lalu lintas sendiriterdiri dari ; 1) Bagian Lapangan yang terdiri dari dua unit

    yaitu unit patroli tugasnya melaksanakan tugas di jalan setia hari selama 12 jam, unit

    patwal tugasnya melaksanakan kegiatan patroli untuk mengantisipasi kemacetan dan

    menangani kecelakaan lalu lintas pada tingkat awal ; 2) Bagian Pelayanan tugasnya

    melayani masyarakat baik pendaftaran maupun perpanjangan SIM, STNK, dan

    BPKB.5

    Jumlah polisi lalu di Kesatuan Polres Kendal berjumlah 74 orang, sedangkan

    yang mendapat tugas untuk turun ke lapangan ada 69 orang dimana setiap paginya

    pada jam 06.00 08.00 semuanya turun ke jalan untuk melaksanakan kegiatan

    pe berangan baik anak sekolah, pegawai kantor maupun

    bu

    M. K

    ngamanan, pengaturan, penye

    ruh.5

    erangka Teori

    Faktor Yang Mempengaruhi

    Pengetahuan * Keyakinan Nilai Sikap *

    Faktor Pemungkin

    Ketersediaan sumberdaya kesehatan Keterjangkauan sumberdaya kesehatan Prioritas pemerintah terhadap kesehatan Keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan

    Kepatuhan * penggunaan masker

    Faktor Penguat

    Keluarga Rekan kerja Atasan Petugas Kesehatan

  • Sumber : Lawrence Green (1980).6

    * : variabel yang diteliti

    N. Kerangka Konsep

    Variabel Bebas Variabel Terikat

    Praktik

    kepatuhan

    penggunaan

    masker

    Pengetahuan polisi lalu lintas tentang masker

    Sikap polisi lalu lintas tentang masker

    O. Hipotesa Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

    1. Ada hubungan antara pengetahuan polisi lalu lintas dengan praktik

    kepatuhan penggunaan masker pada saat bertugas di Kesatuan Polres

    Kendal.

    2. Ada hubungan antara sikap polisi lalu lintas dengan praktik kepatuhan

    penggunaan masker pada saat bertugas di Kesatuan Polres Kendal.

    Variabel Bebas VariabelO. Hipotesa